joint product dan by product

10
Produk Sampingan (By Product) Dan Produk Gabungan (Joint Product) Produk sampingan umumnya didefinisikan sebagai produk dengan total nilai yang relatif kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan suatu produk yang total nilainya lebih besar (produk utama). Contoh residu dan produk sampingan dalam industri perminyakan. Produk gabungan diproduksi secara bersamaan melalui suatu proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang diha- silkan memiliki lebih dari nilai nominal dalam bentuk sesuai dengan hasil pemrosesan tersebut. Produksi bersifat simultan karena proses produksi menghasilkan seluruh produk tanpa dapat dihindari. Peningkatan output salah satu produk akan menyebabkan meningkatnya kuantitas produk atau produk-produk lain, demikian sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proporsi yang sama. Titik pisah didefinisikan sebagai titik dimana produk tersebut dapat dipisahkan sebagai unit individual. Sebelumnya produk masih dalam satu kesatuan yang homogen. 1. Karakteristik Produk Sampingan dan Produk Gabungan Asal mula produk sampingan: - Muncul dari pembersihan produk utama (bisa bernilai, atau bisa menjadi sampah). Contoh gas dan tar dalam produksi arang, serbuk gergaji di tempat penggergajian. - Muncul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam proses produksi produk utama. Contoh pemisahan biji kapas dari kapas, pemisahan kulit dari biji coklat. Klasifikasi produk sampingan menurut dapat dipasarkannya produk pada titik pisah batas: - Dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut. - Butuh proses lebih lanjut agar dapat dijual. Contoh produk gabungan: - Industri pengepakan daging; hewan asalnya satu biaya. - Produk bensin. - Produksi simultan berbagai jenis lem dan pemrosesan kedelai menjadi minyak dan bahan pangan.

Upload: yoga-fa

Post on 02-Aug-2015

109 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Joint Product Dan by Product

Produk Sampingan (By Product) Dan Produk Gabungan (Joint Product)

Produk sampingan umumnya didefinisikan sebagai produk dengan total

nilai yang relatif kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan

dengan suatu produk yang total nilainya lebih besar (produk utama).

Contoh residu dan produk sampingan dalam industri perminyakan.

Produk gabungan diproduksi secara bersamaan melalui suatu

proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang diha-

silkan memiliki lebih dari nilai nominal dalam bentuk sesuai dengan hasil

pemrosesan tersebut. Produksi bersifat simultan karena proses produksi

menghasilkan seluruh produk tanpa dapat dihindari. Peningkatan output

salah satu produk akan menyebabkan meningkatnya kuantitas produk

atau produk-produk lain, demikian sebaliknya, walaupun tidak harus

dalam proporsi yang sama.

Titik pisah didefinisikan sebagai titik dimana produk tersebut dapat

dipisahkan sebagai unit individual. Sebelumnya produk masih dalam satu

kesatuan yang homogen.

1. Karakteristik Produk Sampingan dan Produk Gabungan

Asal mula produk sampingan:

- Muncul dari pembersihan produk utama (bisa bernilai, atau bisa

menjadi sampah). Contoh gas dan tar dalam produksi arang, serbuk

gergaji di tempat penggergajian.

- Muncul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam

proses produksi produk utama. Contoh pemisahan biji kapas dari

kapas, pemisahan kulit dari biji coklat.

Klasifikasi produk sampingan menurut dapat dipasarkannya produk pada

titik pisah batas:

- Dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut.

- Butuh proses lebih lanjut agar dapat dijual.

Contoh produk gabungan:

- Industri pengepakan daging; hewan asalnya satu biaya.

- Produk bensin.

- Produksi simultan berbagai jenis lem dan pemrosesan kedelai menjadi

minyak dan bahan pangan.

Page 2: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

108

Perhitungan biaya produk gabungan juga terjadi untuk industri yang ha-

rus memilah bahan baku sebelum diproses. Produsen ini menghadapi

masalah ganda alokasi biaya gabungan:

- Biaya bahan baku berlaku untuk semua jenis hasil pemilahan

- Biaya proses produksi selanjutnya yang terjadi secara simultan untuk

semua jenis tersebut.

Biaya gabungan adalah biaya yang muncul dari produksi secara simultan

atas berbagai produk dalam proses yang sama. Biaya gabungan terjadi

sebelum titik pisah batas. Biaya produksi gabungan butuh alokasi ke

produk individual. Jadi biaya gabungan yang terjadi merupakan jumlah

total semua produk yang tidak dapat dibagi.

Biaya produk terpisah adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan

produk individual, dan umumnya tidak memerlukan alokasi.

2. Metoda Menghitung Biaya Produk Sampingan

Biaya produk sampingan dan produk gabungan sebenarnya sulit karena

biaya sesungguhnya tidak dapat dibagi. Maka metoda alokasi yang

digunakan untuk menentukan biaya per unit bersifat sedikit arbitret.

Ada dua kategori metoda menghitung biaya produk sampingan:

1. Biaya produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan.

Ada dua metoda:

o Pengakuan Pendapatan Kotor. Pendapatan dari penjualan produk

sampingan dikreditkan ke pendapatan atau ke biaya produk utama

(metoda 1).

Pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan ditampilkan

dalam laporan laba rugi sebagai salah satu kategori berikut:

1. Pendapatan lain-lain

2. Tambahan pendapatan penjualan

3. Pengurang harga pokok penjualan dari produk utama

4. Pengurang biaya produksi produk utama

o Pengakuan Pendapatan Bersih. Biaya produk sampingan sete-

lah titik pisah batas di-offset dengan pendapatan dari produk

tersebut (metoda 2).

Page 3: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

109

Pendapatan bersih dari produk sampingan (pendapatan penjualan

produk sampingan dikurangi biaya administratif dan pemasaran

untuk memasarkan produk sampingan, lalu dikurangi biaya proses

lanjutan setelah titik pisah batas) ditampilkan dalam laporan laba

rugi sebagai salah satu kategori seperti metoda 1.

2. Sebagian biaya gabungan dialokasikan ke produk tersebut. Nilai

persediaan didasarkan pada besarnya biaya gabungan yang dialokasi-

kan ditambah biaya proses lanjutan setelah titik pisah batas.

Ada dua metoda:

o Metoda biaya penggantian (disebut metoda 3).

o Metoda nilai pasar (disebut metoda 4).

Lebih lengkap masing-masing metoda dapat kita lihat:

Metoda 1: Pengakuan Pendapatan Kotor

Biaya persediaan final dari produk utama dihitung terlalu tinggi karena

menanggung biaya yang seharusnya dibebankan ke produk sampingan.

Metoda 1a: Pendapatan produk sampingan sebagai pendapatan lain-

lain; misal (asumsi pendapatan kotor penjualan produk sampingan

Rp.15.000):

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @ Rp.20) Harga pokok penjualan:

Persediaan awal (1.000 unit @ Rp.15) Total biaya produksi (11.000 unit @ Rp.15) Tersedia untuk dijual Persediaan akhir (2.000 @ Rp.15)

Laba kotor Beban pemasaran dan administrasi Laba operasi Pendapatan lain-lain: pendapatan penjualan produk sampingan Laba sebelum pajak

Rp.15.000 165.000

Rp. 180.000 30.000

Rp. 200.000

150.000 Rp.50.000

20.000 Rp. 30.000 Rp. 15.000 Rp. 45.000

Metoda 1b: Pendapatan produk sampingan sebagai tambahan

pendapatan penjualan; disini laporan laba rugi menampilkan pendapatan

penjualan produk sampingan sebagai tambahan pendapatan penjualan

produk utama (Rp.15.000). Sehingga total pendapatan jadi Rp.210.000.

laba kotor dan laba operasi meningkat.

Page 4: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

110

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @ Rp.20) Penjualan produk sampingan Harga pokok penjualan:

Persediaan awal (1.000 unit @ Rp.15) Total biaya produksi (11.000 unit @ Rp.15) Tersedia untuk dijual Persediaan akhir (2.000 @ Rp.15)

Laba kotor Beban pemasaran dan administrasi Laba operasi Laba sebelum pajak

Rp.15.000 165.000

Rp. 180.000 30.000

Rp. 200.000 15.000

Rp.215.000

150.000 Rp.65.000

20.000 Rp. 45.000 Rp. 45.000

Metoda 1c: Pendapatan produk sampingan sebagai pengurang harga

pokok penjualan; sehingga laba kotor dan laba operasi meningkat

Rp.15.000. laba sebelum panjak tetap Rp.45.000,-

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @ Rp.20) Harga pokok penjualan:

Persediaan awal (1.000 unit @ Rp.15) Total biaya produksi (11.000 unit @ Rp.15) Tersedia untuk dijual Persediaan akhir (2.000 @ Rp.15) Penjualan produk sampingan

Laba kotor Beban pemasaran dan administrasi Laba operasi Laba sebelum pajak

Rp.15.000 165.000

Rp.180.000 30.000

Rp. 15.000

Rp. 200.000

135.000 Rp.65.000

20.000 Rp. 45.000 Rp. 45.000

Metoda 1d: Pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi;

metoda itu mengurangi biaya produksi produk utama, sehingga rerata

biaya per unit produk utama berubah.

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @ Rp.20) Harga pokok penjualan:

Persediaan awal (1.000 unit @ Rp.13,5) Total biaya produksi (11.000 unit @ Rp.15) Pendapatan penjualan produk sampingan Biaya produksi bersih Tersedia untuk dijual (12.000 @ Rp.13,625 biaya rata2) Persediaan akhir (2.000 @ Rp.13,625)

Laba kotor Beban pemasaran dan administrasi Laba operasi

Rp.165.000 15.000

Rp.13.500

150.000 Rp.163.500

27.250

Rp. 200.000

136.250 Rp.63.750

20.000 Rp. 43.750

Page 5: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

111

Biaya persediaan awal menjadi Rp.13,5 per unit karena pendapatan pen-

jualan produk sampingan perioda sebelumnya dikreditkan ke biaya pro-

duksi produk utama di perioda yang sama.

Metoda 1d tidak perlu jurnal yang rumit. Pendapatan dari penjualan pro-

duk sampingan didebit ke kas atau piutang.

Metoda 1a, 1b, dan 1c Pendapatan dari penjualan produk sampingan

dikreditkan.

Metoda 2: Pengakuan Pendapatan Bersih

Sadar bahwa dibutuhkan membebankan biaya yang dapat ditelusuri ke

produk sampingan. Tapi metoda ini tidak berusaha mengalokasikan biaya

produksi gabungan ke produk sampingan.

- Biaya yang terjadi setelah titik pisah batas untuk memproses maupun

memasarkan produk sampingan dicatat dalam akun yang terpisah dari

produk utama. Angka produk sampiangan tampil dalam laporan laba

rugi dengan salah satu tampilan metoda 1.

- Jurnal metoda 2 melibatkan pembebanan biaya yang terjadi setelah

titik pisah batas ke pendapatan produk sampingan.

- Biaya pemasaran dan administrasi juga dialokasikan ke produk

sampingan.

- Adakalanya dibuat akun khusus produk sampingan, biaya setelah titik

pisah batas didebit dan pendapatan dikreditkan. Saldo ditampilkan

dalam laporan laba rugi.

- Akumulasi biaya produksi yang dapat dibebankan ke persediaan

produk sampingan yang belum terjual tampil dalam neraca.

Metoda 3: Metoda Biaya Penggantian

- Biasanya digunakan oleh perusahaan yang produk sampingannya

digunakan oleh perusahaan itu sendiri, sehingga mengurangi

pembelian bahan baku.

- Biaya produksi produk utama dikreditkan, dan debitnya diposting ke

departemen yang menggunakan.

- Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal merupakan biaya pembelian

atau biaya penggantiannya.

Page 6: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

112

Metoda 4: Harga Pasar (pembatalan biaya-reversal cost)

Pada dasarnya hampir sama dengan teknik metoda 1 (d). Tapi metoda

itu mengurangi biaya produksi dari produk utama, bukan dengan

pendapatan aktual yang diterima, melainkan dengan estimasi nilai

produk sampingan pada saat dijual. Akun produk sampingan dibebankan

dengan nilai estimasi ini, dan biaya produksi produk utama dikredit.

Tambahan biaya bahan baku, tenaga kerja, atau overhead pabrik yang

terjadi setelah titik pisah batas dibebankan ke produk sampingan. Saldo

dari akun ini ditampilkan pada laporan laba rugi dengan salah satu cara

yang telah dijelaskan di metoda 1. Biaya produksi yang dapat dibebankan

ke persediaan produk sampingan yang belum terjual dilaporkan di

neraca.

Contoh:

Item Produk Utama

Produk Sampingan

Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Total biaya produksi (40.000 unit) Harga pasar (5.000 unit @ Rp.18) Estimasi laba kotor terdiri atas:

Asumsi laba operasi (20% dari harga jual) Beban pemasaran & adm (5% dari harga jual)

Estimasi biaya produksi setelah titik pisah batas: Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Estimasi nilai produk sampingan di titik pisah batas yang akan dikredit ke produk utama

Biaya bersih produk utama Ditambah biaya produksi aktual setelah titik pisah batas Total Total jumlah unit Biaya per unit

Rp. 500.000 700.000 400.000

Rp.1.600.000

42.500 1.557.500

18.000 4.500

10.000 12.000

3.000

40.000 38,937

90.000

22.500 67.500

25.000

42.500

23.000 65.500

5.000 1,31

Page 7: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

113

3. Metoda Alokasi Biaya Produksi Bersama ke Produk Gabungan

Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik pisah batas), dapat dialo-

kasikan ke produk gabungan menggunakan salah satu metoda berikut:

a. Metoda harga pasar

Berdasarkan harga pasar relatif dari produk individual.

Produk gabungan yang dapat dijual pada titik pisah batas; metoda

harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar

relatif produk gabungan. Metoda ini menggunakan total harga pasar

setiap produk, yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan harga jual per

unit.

Contoh:

Produk Unit produksi Harga per unit pada titik

pisah-batas

Total Harga Pasar

Rasio Nilai Produk Thd Total Harga

Pembagian biaya produksi

gabungan A B C D

20.000 15.000 10.000 15.000

2,5 30 35 50

50.000 450.000 350.000 750.000

3,125% 28,125% 21,857% 46,857%

37.500 337.500 262.500 562.500

Total 1.600.000 100% 1.200.000

Berdasarkan metoda harga pasar, tiap produk gabungan menghasilkan

persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi unit dijual tanpa pem-

rosesan lebih lanjut. Ilustrasi pada tabel berikut dengan asumsi tidak ada

persediaan awal:

Total A B C D Unit penjualan Persediaan akhir

52.000 8.000

18.000 2.000

12.000 2.000

8.000 2.000

14.000 1.000

Penjualan (Rp) Biaya produksi Dikurangi persediaan akhir Harga pokok penjualan Laba kotor

1.385.000 1.200.000

161.250 1.038.750 3.462.500

45.000 37.500

3.750 33.750 11.250

360.000 337.500 67.500

270.000 90.000

280.000 262.500

52.500 210.000

70.000

700.000 562.500 37.500

525.000 175.000

Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%

Produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas;

tidak memiliki harga pasar. Produk tersebut perlu pemrosesan tambahan

sebelum dijual. Disini dasar alokasi biaya gabungan adalah harga pasar

hipotesis pada titik pisah batas.

Page 8: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

114

Contoh:

Produk Harga pasar final per unit

Biaya pemrosesan lebih lanjut (setelah titik pisah batas)

A B C D

5 50 45 80

20.000 100.000 100.000 280.000

Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemrosesan lebih lanjut di-

kurangi dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis.

Beban pemasaran dan beban administrasi yang dapat ditelusuri langsung

ke produk tertentu, serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika

jumlahnya berbeda secara proporsional untuk produk gabungan yang

berbeda. Langkah yang harus diambil:

Produk Harga pasar final

per unit

Unit produksi

Harga pasar final

Biaya pemrosesan setelah titik pisah batas

Harga pasar

hipotesis

Pembagian biaya

produksi gabungan

Total biaya produksi

A B C D

5 50 45 80

20.000 15.000 10.000 15.000

100.000 750.000 450.000

1.200.000

20.000 100.000 100.000 280.000

80.000 650.000 350.000 920.000

48.000 390.000 210.000 550.200

68.000 490.000 310.000 830.200

Total 2.500.000 500.000 2.000.000 1.200.000 1.700.000

Jika produk tertentu dapat dijual di titik pisah batas sementara yang lain

tidak, maka harga pasar pada titik pisah batas digunakan untuk kelom-

pok yang dapat dijual. Kelompok yang tidak dapat dijual menggunakan

harga pasar hipotesis.

Laporan laba kotor berikut menggunakan jumlah unit terjual yang sama

dengan ilustrasi sebelumnya, tapi harga jual telah dinaikkan karena pem-

rosesan lebih lanjut.

Total A B C D Unit-penjualan 52.000

8.000

18.000 2.000

12.000 3.000

8.000 2.000

14.000 1.000

Penjualan (Rp) 2.170.000 90.000 600.000 360.000 1.120.000 Harga pokok penjualan

Biaya produksi gabungan Biaya pemrosesan lebih lanjut

1.200.000

500.000

48.000 20.000

390.000 100.000

210.000 100.000

552.000 280.000

Total

1.700.000 68.000 490.000 310.000 832.000

Dikurangi persediaan akhir 222.267 6.800 98.000 62.000 55.467 Harga pokok penjualan 1.477.733 61.200 392.000 248.000 776.633 Laba kotor 692.267 28.800 208.000 112.000 343.367 Persentase laba kotor 32% 32% 35% 31% 31%

Page 9: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

115

Laporan sering dibuat sedemikian rupa sehingga semua produk gabungan

memiliki profitabilitas yang sama. Maka teknik nilai jual dimodifikasi

menggunakan persentase laba koto secara keseluruhan untuk

menentukan laba kotor tiap produk. Dalam tabel berikut, laba kotor

(32%) dikurangi dari nilai jual untuk menentukan total biaya. Total biaya

kemudian dikurangi dengan biaya pemrosesan lebih lanjut tiap produk

untuk menentukan alokasi biaya gabungan masing-masing produk

gabungan.

Total A B C D Harga jual final Dikurangi laba kotor 32%

2.500.000 800.000

100.000 32.000

750.000 240.000

450.000 144.000

1.200.000 384.000

Total biaya Biaya pemrosesan lebih lanjut

1.700.000 500.000

68.000 20.000

510.000 100.000

306.000 100.000

816.000 280.000

Persentase laba kotor 1.200.000 48.000 410.000 206.000 536.000

Jika harga jual, persentase laba kotor, atau biaya pemrosesan lebih lan-

jut merupakan estimasi dan bukannya jumlah aktual, maka saldo yang

berjudul “Biaya Gabungan” berfungsi sebagai dasar mengalokasikan

biaya gabungan aktual.

b. Metoda Harga Rata-Rata Per Unit

Berusaha mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabun-

gansedemikian rupa sehingga tiap produk menerima alokasi biaya ga-

bungan per unit dalam jumlah yang sama. Yaitu dengan membagi total

biaya gabungan dengan total jumlah unit yang diproduksi.

Alasan: semua produk yang dihasilkan melalui proses yang sama seha-

rusnya menerima pembagian biaya gabungan yang proporsional dengan

jumlah unit yang diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur

dengan unit fisik yang sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga

pasar per unit, metoda ini wajar. Tapi jika unit yang diproduksi tidak diu-

kur dengan satuan yang sama, dan harga pasar per unit berbeda siginifi-

kan, maka sebaiknya tidak menggunakan metoda ini.

Produk Unit produksi Pembagian biaya produksi gabungan

A B C D

20.000 15.000 10.000 15.000

40.000 30.000 20.000 30.000

60.000 120.000

Page 10: Joint Product Dan by Product

Tata Hitung Ongkos

Aifrid

116

c. Metoda Harga Rata-Rata Tertimbang;

Berdasarkan pada faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dasar faktor pembobotan antara lain: ukuran unit, tingkat kesulitan,

waktu untuk memproduksi, perbedaan jenis tenaga kerja, dan jumlah

bahan baku.

Contoh:

Produk Unit produksi Poin Rata-rata tertimbang

Biaya per unit

Pembagian biaya produksi gabungan

A B C

20.000 15.000 10.000

3 12

13,5

60.000 180.000 135.000

0,2 0,2 0,2

12.000 36.000 27.000

D 15.000 15 225.000 0,2 45.000 600.000 120.000

d. Metoda Unit Kuantitatif

Alokasi biaya gabungan berdasarkan ukuran fisik unit seperti berat,

ukuran linear, atau volume. Berdasarkan ukuran yang sama, misal pon,

galon, ton, atau meter persegi. Kalau perlu dilakukan konversi ke satuan

yang sama.

Contoh:

Produk Produk yg diperoleh per ton batu bara

(dlm pon)

Distribusi limbah ke produk yang

dihasilkan

Bobot produk yang dihasilkan setelah revisi

Biaya per produk Per ton batu bara

Arang Batu bara Benzol Ammonia sulfat Gas

1.320 120

21,9 26

412,1

69.474 6.316 1.153 1.368

21.689

1.389,474 126.316 23.053 27.368

433.789

27,790 2,526 0,461 0,547 8,676

Limbah (air) 100

Total 2.000 100.000 2.000 40,000

Metoda biaya rata-rata per unit, metoda rata-rata tertimbang, dan me-

toda unit kuantitatif dapat menghasilkan biaya produk yang melebihi

harga pasar dari satu atau lebih produk gabungan. Sehingga terlihat ti-

dak menguntungkan pada salah satu produk.