john powell amnesti pajak -...

2
Amnesti Pajak “The real giſt of love is self disclosure” John Powell Tax Brief Presiden Jokowi secara resmi telah mencanangkan program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) pada tanggal 1 Juli 2016. Mengambil tagline Ungkap, Tebus, Lega, pengampunan diberikan melalui pengungkapan harta dan membayar tebusan. Sebelum era pertukaran informasi otomas (Automac Exchange of Informaon) pada tahun 2018 nan, Pemerintah memberikan kesempatan pengampunan pajak bagi mereka yang belum patuh, baik yang telah terdaſtar sebagai Wajib Pajak maupun yang belum. Kesempatan tersebut diberikan sampai dengan 31 Maret 2017. Program ini bermanfaat bagi Pemerintah maupun Wajib Pajak. Melalui pengungkapan harta yang selama ini diluar jangkauan Ditjen Pajak, Pemerintah berharap mendapatkan informasi kepemilikan harta secara sukarela. Informasi tersebut akan memperluas basis pemajakan di masa depan. Pengawasan kepatuhan dapat dingkatkan karena data Wajib Pajak dan hartanya sudah masuk ke dalam sistem. Aliran dana repatriasi dapat memberikan kontribusi besar bagi pergerakan ekonomi. Kementerian Keuangan menargetkan dana repatriasi sebesar Rp 1.000 Triliun. Realisasi setengahnya saja sudah sangat signifikan untuk membantu perekonomian Indonesia. Dana tersebut dapat diarahkan pada investasi infrastruktur, proper, sektor manufaktur, dan sektor lainnya. Ujungnya, Pemerintah akan menikma peningkatan penerimaan pajak. Tebusan juga menjadi solusi jangka pendek seretnya peneri- maan negara tahun ini. Bagi Wajib Pajak, ini merupakan kesempatan langka. Kesempatan untuk terbuka namun dak memberatkan melalui tebusan yang relaf rendah. Kesediaan mengungkapkan harta dibalas pengam- punan kewajiban pajak 2015 dan sebelumnya. Pengampunan melipu penghapusan pajak terutang, sanksi administrasi, dan pidana pajak baik PPh maupun PPN. Ini tentu melegakan pikiran dan perasaan. Kedepannya, kepatuhan perlu dijaga agar pajak menjadi efisien dan mencegah resiko yang dak perlu. Pengampunan pajak diberikan untuk kewajiban PPh dan PPN/PPnBM sampai dengan tahun pajak terakhir (2015). Fasilitas pengampunan pajak (Pasal 11 dan 15 UU TA) melipu: Penghapusan pajak yang seharusnya terutang dan dak dikenakan sanksi administrasi untuk tahun 2015 dan sebelumnya. Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga atau denda. Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemerik- saan buk permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana Perpajakan. Penghenan pemeriksaan pajak, pemeriksaan buk permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana Perpajakan, apabila proses tersebut sedang berjalan. Pembebasan PPh atas pengalihan hak tanah/bangunan atau saham, yang dialihkan paling lambat 31 Desember 2017 Ungkap, Tebus, Lega Fasilitas Tax Amnesty 1. 2. 3. 4. 5. TA Benefit vs Disadvantage TA memang menarik untuk dimanfaatkan, namun Wajib pajak perlu berhitung terlebih dahulu keuntungan dan kerugiannya, terutama bagi WP Badan dan WP yang selama ini sudah patuh. Keuntungan Sasaran utama program ini adalah WP yang dak/belum patuh. Bagi WP tersebut, TA memberikan kesempatan untuk melepaskan diri dari kewajiban pajak masa lalu yang berpotensi ditagih dikemudi- an hari. Bahkan lebih bagus lagi karena TA meniadakan peluang penyidikan pidana. TA memberi kesempatan untuk memulai awal yang baru dan bersih. Tebusan TA juga relaf ringan. Bagi WP yang sudah patuh, TA juga bermanfaat untuk menutup buku kewajiban masa lalu. Terutama dari semua kemungkinan pemeriksaan, yang sangat melelahkan. Kerugian TA mensyaratkan pencabutan semua permohonan restusi, pengurangan, pembatalan, keberatan, gugatan, dan banding. WP juga dak dapat melakukan pembetulan SPT, melakukan kompensasi kerugian, kompensasi kelebihan pajak (termasuk Pbk), dak dapat mengajukan permo- honan pengembalian kelebihan pajak. Harta tambahan juga dak dapat disusutkan/diamorsasi (non-deducble expense). Bagi WP yang sudah diaudit atau WP go public, isu lain terkait hasil audit dan good governance perlu dipermbangkan. Tarif Tebusan dibedakan antara pengungkapan harta dalam negeri dan repatriasi serta pengungkapan harta luar negeri tanpa repatriasi. Disamping itu, juga disediakan tarif tebusan khusus UMKM. Pengungkapan harta dalam negeri dan repatriasi: 2% x dasar pengenaan, untuk pengajuan sampai dengan akhir bulan kega 3% x dasar pengenaan, untuk pengajuan bulan keempat s.d akhir Desember 2016 5% x dasar pengenaan, untuk pengajuan dari 1 Januari – 31 Maret 2017 Pengungkapan harta di luar negeri (tanpa repatriasi): 4% x dasar pengenaan, untuk pengajuan sampai dengan akhir bulan kega 6% x dasar pengenaan, untuk pengajuan bulan keempat s.d akhir Desember 2016 10% x dasar pengenaan, untuk pengajuan dari 1 Januari – 31 Maret 2017 Wajib Pajak UMKM dengan peredaran usaha sampai dengan Rp 4,8 Miliar: 0,5% x dasar pengenaan, untuk pengungkapan harta s.d Rp 10 Miliar, atau 2% x dasar pengenaan, untuk pengungkapan harta lebih dari Rp 10 Miliar Dana repatriasi harus diinvestasikan di Indonesia paling singkat 3 tahun sejak dialihkan. Dana dalam negeri dak dapat dialihkan ke LN selama 3 tahun sejak pengampunan diberikan. Jika syarat tersebut dak dipenuhi maka tambahan harta dianggap diperoleh tahun 2016 dengan tarif PPh normal. Perubahan repatriasi menjadi hanya deklarasi menga- kibatkan perubahan tarif tebusan (lebih besar). A. B. C. Tarif Tebusan Dasar Pengenaan = Nilai Harta Bersih Harta Bersih = Harta – Utang Harta = harta sesuai SPT Terakhir + Harta Tambahan Utang = utang sesuai SPT Terakhir + Utang terkait langsung Harta Tambahan Utang terkait harta tambahan yang diperkenankan: Max.75% dari nilai harta tambahan untuk WP Badan Max.50% dari nilai harta tambahan untuk WP Orang Pribadi Valuasi : Kas nilai nominal Non Kas nilai wajar, berdasarkan penilaian Wajib Pajak Pengampunan pajak diberikan bagi Wajib Pajak yang melakukan pengungkapan harta dalam negeri dan/atau pengungkapan harta luar negeri yang disertai repatriasi ataupun tanpa repatriasi.

Upload: doannguyet

Post on 25-Aug-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: John Powell Amnesti Pajak - enforcea.comenforcea.com/wp-content/uploads/2016/07/Tax-Brief-Juli-2016-Tax... · Amnesti Pajak “The real gift of love is self disclosure” Tax Brief

Amnesti Pajak

“The real gift of love is self disclosure”John PowellTax Brief

Presiden Jokowi secara resmi telah mencanangkan program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) pada tanggal 1 Juli 2016. Mengambil tagline Ungkap, Tebus, Lega, pengampunan diberikan melalui pengungkapan harta dan membayar tebusan. Sebelum era pertukaran informasi otomatis (Automatic Exchange of Information) pada tahun 2018 nanti, Pemerintah memberikan kesempatan pengampunan pajak bagi mereka yang belum patuh, baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun yang belum. Kesempatan tersebut diberikan sampai dengan 31 Maret 2017. Program ini bermanfaat bagi Pemerintah maupun Wajib Pajak.

Melalui pengungkapan harta yang selama ini diluar jangkauan Ditjen Pajak, Pemerintah berharap mendapatkan informasi kepemilikan harta secara sukarela. Informasi tersebut akan memperluas basis pemajakan di masa depan. Pengawasan kepatuhan dapat ditingkatkan karena data Wajib Pajak dan hartanya sudah masuk ke dalam sistem.

Aliran dana repatriasi dapat memberikan kontribusi besar bagi pergerakan ekonomi. Kementerian Keuangan menargetkan dana repatriasi sebesar Rp 1.000 Triliun. Realisasi setengahnya saja sudah sangat signifikan untuk membantu perekonomian Indonesia. Dana tersebut dapat diarahkan pada investasi infrastruktur, properti, sektor manufaktur, dan sektor lainnya. Ujungnya, Pemerintah akan menikmati peningkatan penerimaan pajak. Tebusan juga menjadi solusi jangka pendek seretnya peneri-maan negara tahun ini.

Bagi Wajib Pajak, ini merupakan kesempatan langka. Kesempatan untuk terbuka namun tidak memberatkan melalui tebusan yang relatif rendah. Kesediaan mengungkapkan harta dibalas pengam-punan kewajiban pajak 2015 dan sebelumnya. Pengampunan meliputi penghapusan pajak terutang, sanksi administrasi, dan pidana pajak baik PPh maupun PPN. Ini tentu melegakan pikiran dan perasaan. Kedepannya, kepatuhan perlu dijaga agar pajak menjadi efisien dan mencegah resiko yang tidak perlu.

Pengampunan pajak diberikan untuk kewajiban PPh dan PPN/PPnBM sampai dengan tahun pajak terakhir (2015). Fasilitas pengampunan pajak (Pasal 11 dan 15 UU TA) meliputi:

Penghapusan pajak yang seharusnya terutang dan tidak dikenakan sanksi administrasi untuk tahun 2015 dan sebelumnya.Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga atau denda.Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemerik-

saan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana Perpajakan.Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana Perpajakan, apabila proses tersebut sedang berjalan.Pembebasan PPh atas pengalihan hak tanah/bangunan atau saham, yang dialihkan paling lambat 31 Desember 2017

Ungkap, Tebus, Lega

Fasilitas Tax Amnesty

1.

2.

3.

4.

5.

TA Benefit vs Disadvantage

TA memang menarik untuk dimanfaatkan, namun Wajib pajak perlu berhitung terlebih dahulu keuntungan dan kerugiannya, terutama bagi WP Badan dan WP yang selama ini sudah patuh.

KeuntunganSasaran utama program ini adalah WP yang tidak/belum patuh. Bagi WP tersebut, TA memberikan kesempatan untuk melepaskan diri dari kewajiban pajak masa lalu yang berpotensi ditagih dikemudi-an hari. Bahkan lebih bagus lagi karena TA meniadakan peluang penyidikan pidana. TA memberi kesempatan untuk memulai awal yang baru dan bersih. Tebusan TA juga relatif ringan. Bagi WP yang sudah patuh, TA juga bermanfaat untuk menutup buku kewajiban masa lalu. Terutama dari semua kemungkinan pemeriksaan, yang sangat melelahkan.

KerugianTA mensyaratkan pencabutan semua permohonan restitusi, pengurangan, pembatalan, keberatan, gugatan, dan banding. WP juga tidak dapat melakukan pembetulan SPT, melakukan kompensasi kerugian, kompensasi kelebihan pajak (termasuk Pbk), tidak dapat mengajukan permo-honan pengembalian kelebihan pajak. Harta tambahan juga tidak dapat disusutkan/diamortisasi (non-deductible expense). Bagi WP yang sudah diaudit atau WP go public, isu lain terkait hasil audit dan good governance perlu dipertimbangkan.

Tarif Tebusan dibedakan antara pengungkapan harta dalam negeri dan repatriasi serta pengungkapan harta luar negeri tanpa repatriasi. Disamping itu, juga disediakan tarif tebusan khusus UMKM.

Pengungkapan harta dalam negeri dan repatriasi:2% x dasar pengenaan, untuk pengajuan sampai dengan akhir bulan ketiga3% x dasar pengenaan, untuk pengajuan bulan keempat s.d akhir Desember 20165% x dasar pengenaan, untuk pengajuan dari 1 Januari – 31 Maret 2017

Pengungkapan harta di luar negeri (tanpa repatriasi):4% x dasar pengenaan, untuk pengajuan sampai dengan akhir bulan ketiga6% x dasar pengenaan, untuk pengajuan bulan keempat s.d akhir Desember 201610% x dasar pengenaan, untuk pengajuan dari 1 Januari – 31 Maret 2017

Wajib Pajak UMKM dengan peredaran usaha sampai dengan Rp 4,8 Miliar:

0,5% x dasar pengenaan, untuk pengungkapan harta s.d Rp 10 Miliar, atau2% x dasar pengenaan, untuk pengungkapan harta lebih dari Rp 10 Miliar

Dana repatriasi harus diinvestasikan di Indonesia paling singkat 3 tahun sejak dialihkan. Dana dalam negeri tidak dapat dialihkan ke LN selama 3 tahun sejak pengampunan diberikan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi maka tambahan harta dianggap diperoleh tahun 2016 dengan tarif PPh normal. Perubahan repatriasi menjadi hanya deklarasi menga-kibatkan perubahan tarif tebusan (lebih besar).

A.

B.

C.

Tarif Tebusan

Dasar Pengenaan = Nilai Harta BersihHarta Bersih = Harta – Utang

Harta = harta sesuai SPT Terakhir + Harta TambahanUtang = utang sesuai SPT Terakhir + Utang terkait langsung Harta TambahanUtang terkait harta tambahan yang diperkenankan:

Max.75% dari nilai harta tambahan untuk WP BadanMax.50% dari nilai harta tambahan untuk WP Orang Pribadi

Valuasi :Kas nilai nominalNon Kas nilai wajar, berdasarkan penilaian Wajib Pajak

Pengampunan pajak diberikan bagi Wajib Pajak yang melakukan pengungkapan harta dalam negeri dan/atau pengungkapan harta luar negeri yang disertai repatriasi ataupun tanpa repatriasi.

Page 2: John Powell Amnesti Pajak - enforcea.comenforcea.com/wp-content/uploads/2016/07/Tax-Brief-Juli-2016-Tax... · Amnesti Pajak “The real gift of love is self disclosure” Tax Brief

Pengampunan diberikan melalui penyampaian Surat Pernyataan oleh Wajib Pajak. Surat Pernyata-an merupakan sarana Wajib Pajak mengungkapkan harta, utang, nilai harta bersih, dan penghitungan tebusan. Persyaratan untuk memperoleh pengam-punan pajak sebagai berikut:

Memiliki NPWP (yang belum memiliki, dapat mendaftar terlebih dahulu)Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun terakhir (untuk yang sudah memiliki NPWP sebelum 2016)Melunasi seluruh tunggakan pajak (pokok pajak pada STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali).Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan, bagi WP yang sedang dalam pemeriksaan bukti permu-laan dan/atau penyidikan.Mencabut permohonan : pengembalian pajak (restitusi), pengurangan atau penghapusan sanksi, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak, keberatan, pembetulan surat ketetapan atau keputusan, banding, gugatan, dan/atau peninjauan kembaliMembayar uang tebusanMengalihkan dan menginvestasikan harta dalam wilayah RI paling singkat 3 tahun sejak dialihkan (untuk repatriasi) – Surat PernyataanTidak mengalihkan harta keluar wilayah RI paling singkat 3 tahun (untuk deklarasi harta dalam negeri) – Surat Pernyataan Peredaran usaha sampai dengan Rp 4,8 Miliar pada tahun pajak terakhir (untuk tarif UMKM) – Surat Pernyataan

Surat Pernyataan harus disampaikan secara langsung ke KPP tempat WP terdaftar atau tempat lain yang ditentukan. Surat Pernyataan dilampiri dengan dokumen yang menunjukkan telah terpenuhinya persyaratan di atas. Daftar harta lengkap dengan informasinya dan daftar utang dilengkapi dokumen pendukung juga harus dilampirkan.Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak paling lambat 10 hari kerja sejak Surat Pernyataan diterima. Wajib Pajak memiliki 3 kali kesempatan pengajuan TA dalam masa berlakunya UU TA

1.

2.

3.

4.

5.

6.7.

8.

9.

Syarat dan Tata Cara Pengajuan TA Tips and Traps

TA memberikan pengampunan/fasilitas sekaligus memberikan ancaman, selain batasan.

Termasuk batasan adalah larangan restitusi, pembetulan SPT, dan lainnya. Juga batasan holding period harta di dalam negeri paling singkat 3 tahun baik atas dana repatriasi maupun deklarasi dana dalam negeri. Dalam pekaksanaan-nya, hal ini berpotensi sengketa karena mugkin saja harta dalam TA digunakan untuk keperluan mendesak di LN seperti keperluan pendidikan dan lainnya. Jika demikian, maka tarif tebusan berpotensi menjadi tarif normal.

Ancaman yang lebih serius adalah penerapan sanksi kenaikan 200% dari nilai pajak atas harta yang tidak/kurang diungkapkan dalam TA pada tarif normal. Meski tetap menikmati fasilitas TA namun pengenaan sanksi 200% mungkin saja menghapus benefit tarif tebusan.

Bagi yang tidak memanfaatkan TA, peluang pemeriksaan dan hukuman pidana tetap terbuka, dengan syarat DJP memperoleh data/informasi atas kepemilikan harta yang belum dilapor-kan. Ini sebagai isyarat bahwa tindakan penegakan hukum akan lebih agresif dan keras di masa mendatang, paska berlakunya TA.

UU TA tidak mengikuti ketentuan daluarsa sebagaimana UU KUP. Harta yang belum dilaporkan dianggap sebagai perolehan pada saat harta ditemukan. Jangkauannya jauh sampai dengan 1 Januari 1985. Yang diberi batas daluarsa adalah waktu penemuannya, yaitu 3 tahun. Jika tidak ditemukan dalam waktu 3 tahun maka harta tersebut ‘selamat’ tidak membayar pajak.Oleh karena itu, jika ikut TA ikutlah sepenuh hati, deklarasi semua harta.

Wajib Pajak yang memilih repatriasi harta harus mengalihkan hartanya paling lambat 31 Desember 2016 untuk pengajuan sampai dengan 31 Desember 2016 dan paling lambat 31 Maret 2017 untuk pengajuan sampai 31 Maret 2017. Pengalihan harta dilakukan melalui Bank Persepsi yang khusus ditunjuk untuk menerima dana pengalihan. Dana repatriasi dapat diinvestasikan pada surat berharga negara, obligasi BUMN, obligasi lembaga pembiayaan milik Pemerintah, investasi keuangan pada Bank Persepsi, obligasi swasta, investasi infrastruktur (skema PPP), sektor riil, dan lainnya.

UU TA memberikan kepastian bahwa WP yang ikut TA tidak akan dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan (penyelidikan), ataupun penyidikan tindak pidana perpajakan. Data dan informasi yang bersumber dari pengajuan TA tidak dapat dijadikan dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana bagi WP baik pidana perpajakan maupun pidana lainnya. UU TA menjamin bahwa data dan informasi tersebut tidak dapat diminta oleh siapapun atau diberikan kepada pihak manapun. Data yang disampaikan hanya akan digunakan sebagai basis data oleh DJP untuk kepentingan kebjakan perpajakan dan peningkatan penerimaan di masa mendatang. Orang yang melanggar dapat dituntut, berdasarkan aduan pihak yang dilanggar (delik aduan).

Wisma Korindo 5th Floor, Jl MT Haryono Kav.62, Pancoran, South Jakarta +62 21 79182328+62 21 [email protected]

We are ‘A’ Tax Consultant

Find us on the Web:www.enforcea.com

For further inquiries, please contact:

Wayan.Sudiarta +62 [email protected]

Agus Priyatna +62 [email protected]

Yuliaty Ang +62 [email protected]

Dana Repatriasi dan Investasi

Kerahasiaan dan Kepastian Hukum

Enforce A I Tax Consulting