john parlyn halomoan sinaga

63
Ruang Lingkup Jurnalistik - Pengetahuan (knowledge) Tentang Jurnalistik - Keterampilan (skill) Jurnalistik/Karya Oleh: John Parlyn Halomoan Sinaga

Upload: john-parlyn-sinaga

Post on 26-May-2015

814 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

John Parlyn Halomoan Sinaga Pelatihan Jurnalistik

TRANSCRIPT

  • 1. Ruang Lingkup Jurnalistik - Pengetahuan (knowledge) Tentang Jurnalistik - Keterampilan (skill) Jurnalistik/Karya Oleh: John Parlyn Halomoan Sinaga

2. R Eep Saefulloh Fatah: Pers sebagai pilar keempat demokrasi: eksekutif, legislatif, dan yudikatif....PERS Pasal 3 Ayat (1) UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers mengatakan bahwa pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Dalam Pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers juga disebutkan bahwa pers harus bisa menjalankan fungsi kontrol perilaku, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang menjadi keprihatinan publik. 3. 1. Pengetahuan (Umum) Surat Kabar /Kegiatan Jurnalistik Pertama Surat kabar tulisan tangan pertama dibuat sejak jaman Julius Caesar (100 44 sebelum Masehi). Papan Pengumuman: Menulis hal-hal penting yang harus diketahui oleh anggota senat dan masyarakat luas. Isinya, kegiatan kerajaan yang hasilnya diumumkan di tempat umum. Isi pengumuman itu dibagi menjadi dua : 1. Acta Senatus : Berisi laporan singkat tentang jalannya persidangan yang diikuti oleh anggota senat. Keputusan yang diambil dalam rapat senat dipajang dalam papan pengumuman ini. 2. Acta Diurna: Berisi keputusan hasil rapat-rapat dan kejadian penting lainnya. Tidak hanya berisi berita atau pengumuman, tetapi juga berisi hal-hal menarik, hangat atau yang tengah menjadi perhatian umum (aktual). 4. Acta Senatus & Acta Diurna ditulis dan diisi secara kontinyu atau terus menerus setiap hari yang isinya kejadian aktual dan universal. Papan pengumuman itu oleh masyarakat Roma dikenal dengan Forum Romanum Karena sifat dan bentuk isinya itu maka pengumuman itu disebut Diurnarius. 5. Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Kata Diurnarius itu oleh orang Inggris diucapkan dengan journalist yang kemudian digunakan untuk menyebut kegiatan berkaitan dengan pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyiaran berita atau kewartawanan. 6. Secara konseptual.. jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: Proses. Teknik. Ilmu. Koran tulisan tangan pertama yang terbit di Indonesia adalah Memorie der Neuvelles tahun 1615 atas insiatif Gubernur Belanda waktu itu Jan Pieterzooncoon untuk mendukung semangat tentaranya melawan raja Banten, Mangkubumi dan raja Jakarta, Widjajakarta. 7. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis). Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise) atau keterampilan (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. 8. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science), dinamis, berkembang sesuai TI dan dinamika masyarakat itu sendiri. Secara praktis, proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Kris Budiman (2005): Jurnalistik: Kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. 9. M. Ridwan, adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuk pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni. Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang- mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan. 10. Kegiatan: Jurnalistik Kini, tidak lagi sebatas penyampai informasi kepada masyarakat, tapi mempunyai tanggung jawab dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaan. 11. Berdasarkan media yang digunakan: - jurnalistik cetak (print journalism), - elektronik (electronic journalism). - jurnalistik secara tersambung (online journalism). Output: jurnalistik tidak lagi sebatas media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi dan online. 12. Dari Kegiatan dan Output Jurnalistik, terdapat empat komponen dalam dunia jurnalistik: 1. Informasi 2. Penyusunan informasi 3. Penyebarluasan informasi 4. Media massa. 13. Ad 1. Informasi adalah: pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) Berita adalah: laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) aktual, faktual, penting dan menarik. Berita disebut juga informasi terbaru. 14. Ad 2. Penyusun Informasi Yang bertugas: mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor UU No. 40/1999: wartawan adalah orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini: 1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini. 2. Menguasai bidang liputan (beat). 3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik. 15. Ad 3. Penyebarluasan Informasi Informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Diserbarluaskan bagian marketing atau bagian usahasirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Ad 4. Media Massa Media Massa: sarana komunikasi massa (channel of mass communication). Komunikasi massa artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak. 16. Ciri-ciri Jurnalistik/Jurnalisme (Luwi Ishwara, 2005): a. Skeptis Sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. b. Bertindak (action) Tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan. 17. c. Berubah Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi. d. Seni dan Profesi Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik. e. Peran Pers Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. (wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi) 18. 2. Keterampilan Membahas jurnalistik = "berita" / "news". a. Apa itu berita? Kris Budiman (2005): - laporan suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); - laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. 19. b. Sumber Berita: Beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi (Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik dalam Luwi Iswara, 2005) berikut ini. - Observasi - Wawancara. - Pencarian /penelitian melalui dokumen publik. - Partisipasi dalam peristiwa. 20. c. Nilai Berita (Kris Budiman,2005) Berita haruslah memuat nilai berita: - Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak. - Aktual: terbaru, belum "basi". - Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum. - Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal. - Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis). 21. Masri Sareb Putra (2006): -sesuatu yang unik, - sesuatu yang luar biasa, -sesuatu yang langka, - sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting, -menyangkut keinginan publik, - yang tersembunyi, - sesuatu yang sulit untuk dimasuki, - sesuatu yang belum banyak/umum diketahui, - pemikiran dari tokoh penting, - komentar/ucapan dari tokoh penting, - kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan - hal lain yang luar biasa. 22. Stovall (2005) 1. Berdampak; Informasi yang memiliki dampak terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat bahkan secara fundamental mempengaruhi seluruh sistem di mana masyarakat itu berada. Contoh: Pemberitaan tentang pemilihan kepala daerah, menghilangnya barang-barang kebutuhan pokok. 23. 2. Dibatasi tenggat waktu; Informasi menjadi kurang penting jika sudah terlalu lama berlangsung namun baru saja diulas. Contoh: Tragedi terowongan maut di Mina pada musim haji tahun 1996 akan menjadi biasa-biasa saja ketika baru disampaikan sekarang. 3. Selebritas; Keterkenalan seseorang sebagai daya tarik. Contoh: Wajar-wajar saja orang berpoligami, namun ketika Aa Gym seorang ulama favorit, maka akan menjadi bahan perbincangan publik 24. 4. Proksimitas; Kedekatan geografis dan atau psikologis dengan pembaca/ pemirsa akan menjadikan suatu informasi mendapat atensi yang besar. Contoh: Ketika kita tinggal di Bogor, segala informasi yang berkait dengan Bogor menjadi lebih diperhatikan, ketimbang mereka yang tidak tinggal di kota hujan ini. Namun, dapat saja meskipun tidak tinggal di Bogor, seorang alumni IPB akan selalu memiliki emosi-psikologis dengan sesuatu yang berkaitan dengan Bogor meskipun dia tidak lagi tinggal di kota ini. 25. 5. Bermuatan Konflik; Informasi akan menarik ketika di dalamnya memuat unsur-unsur yang saling berbeda. Contoh: Pembunuhan Munir menyedot perhatian banyak khalayak, tidak hanya karena sosok Munir yang dicitrakan sebagai pejuang HAM, melainkan karena adanya dugaan kontroversial keterlibatan Intelejen dibalik peristiwa tersebut. 26. 6. Unik; Sesuatu yang biasa-biasa saja tidak akan mendapat perhatian dibandingkan yang berbeda bahkan tidak lazim Contoh: Kalau seorang lelaki berpoligami mungkin sudah dianggap angin lalu, namun jika perempuan berpoliandri? 7. Isu Kekinian; Hal yang sedang menjadi fokus perbincangan, akan menarik untuk dikemukakan di depan publik. Contoh : Ketika HM Soeharto harus dilarikan ke rumah sakit karena kegagalan fungsi-fungsi vital tubuh, media sibuk memberitakannya dari berbagai skema, dari perbandingan pelayanan kesehatan antara sesama mantan presiden, masalah yang berkait dengan hukum dan politik, bahkan kemungkinannya meninggal dunia 27. d. Angle Angle adalah sudut pandang. Menulis berita yang baik hanya dapat dilakukan setelah terlebih dahulu memastikan sudut pandang berita. Angle yang diambil adalah yang paling menarik. Setiap sudut pandang yang diambil harus ditentukan peristiwa/narasumber/data pendukungnya 28. Wartawan terkadang tidak bebas menulis sudut pandangnya. Ada beberapa faktor yang menentukan sudut pandang wartawan: Misalnya: Liputan Banjir di Jakarta 1. Ditentukan politik pemberitaan media. Jika media pendukung Gubernur Jokowi, sudut pandang yang diambil, bagaimana semangat sang Gubernur membantu pengungsi. Wartawan akan menulis Jokowi dengan sukarela menerobos air keruh, tidak ada rasa sungkan. Dan menggambarkan bagaimana Jokowi sangat ramah kepada penduduk yang menyambutnya. Jokowi bak pahlawan! Jika media berseberangan dengan Jokowi? Angle. Jokowi yang hanya suka blusukan tidak jelas konsep dalam menangani banjir. Wartawan akan mencari penduduk yang bisa menceritakan tuntutan dia kepada Jokowi agar bekerja lebih baik. Wartawan juga akan menghubungi pengamat perkotaan tentang perlunya penanganan banjir secara menyeluruh, bukan hanya meninjau banjir, kemudian dilupakan. 29. 2, ditentukan jenis media (umum/khusus). Umum, hanya akan memuat banjir dalam gambaran umum, seperti berapa luas banjir, pengungsinya berapa banyak, bantuan yang sudah datang apa saja dan sebagainya. Media bersifat khusus (majalah ekonomi), akan menulis dampak banjir terhadap kehidupan ekonomi masyarakat/pemerintahan. Mis, dampak pada saham. 3, ditentukan karakter penulisan (top down/button up) top down akan melihat banjir dari sudut pandang pejabat. Mis, tentang batuan untuk pengungsi. button up tentang bagaimana perasaan/penderitaan masyarakat dan harapannya kepada pemerintah. Tapi yang perlu diingat, apapaun angle yang ditulis, fakta tetap harus nomor satu. 30. e. Penulisan Berita Berita harus memuat fakta, di dalamnya terkandung 5W + 1H. (Lasswell, dalam Masri Sareb 2006) Who - siapa yang terlibat di dalamnya? What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? Where- di mana terjadinya peristiwa itu? Why - mengapa peristiwa itu terjadi? When - kapan terjadinya? How- bagaimana terjadinya? 31. f. Bahasa Jurnalistik. Bahasa yang di gunakan oleh para jurnalis/wartawan dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat di tangkap maknanya. Secara spesifik: ada jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahas jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik tv, dan bahasa jurnalistik media media online internet. 32. 17 ciri utama bahasa jurnalistik: (Sumadiria, 2010) 1. Sederhana Mengutamakan/ memilih kata atau kalimat yang paling banyak di ketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen. 2. Singkat Langsung ke pokok masalah, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. 3. Padat Setiap kalimat dan paragrap memuat banyak informasi penting dan menarik untuk pembaca. 4. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu (memiliki banyak makna alias tidak jelas maksudnya sehingga membuat bingung & salah paham), 33. 5. Jelas Mudah di tangkap maksudnya tidak baur dan kabur. 6. Jernih Transparan/tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. 7. Menarik Mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca, memicu selara pembaca. 8. Demokratis Tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah wakil DPR ataukah tukang ojek, bahkan pengemis dan pemulung secara sama. 34. 9. Populis Akrab di telinga, di mata, dan di pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. 10. Logis Dapat diterima tanpa adanya pertentangan dengan akal sehat. Sekaligus mencerminkan nalar. 11. Gramatikal Mengikuti kaidah tata bahasa baku. 12. Menghindari kata tutur Kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. 13. Menghindari kata dan istilah asing Harus tahu arti/makna setiap kata yang dibaca dan didengar. 35. 14. Pilih kata (diksi) yang tepat Tidak keluar dari asas efektivtas. Harus tepat dan akurat 15. Menguatkan kalimat aktif Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman sehingga tidak menyesatkan dan mengaburkan pemahaman. Dalam kalimat aktif, subjek sebagai pelaku tindakanyang menyatakan/melakukan sesuatu. Sedangkan dalam kalimat pasif, subjek dikenai tindakan. 16. Menghindari kata atau istilah tekhnis Harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan yang paling penting tidak membuat pusing 17. Tunduk pada kaidah etika Terkait fungsi utama pers yaitu, edukasi (mendidik). 36. Tapi, terkadang Bahasa Jurnalistik tidak mengikuti Konsep EYD. Bisa saja, namun tidak boleh luput dari fungsi pokoknya sebagai penyampai fakta. Mis. Msia. Spur Dengan Catatan.. selaras dan semakna dengan apa yang diucapkan narasumber. 37. Tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja g. Anatomi Berita/Unsur-Unsur Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, di antaranya: Judul atau kepala berita (headline). Baris tanggal (dateline). Teras berita (lead atau intro). Tubuh berita (body). 38. Jam Pasir Bentuk modifikasi dari piramida terbalik: ===> jam pasir. Dimulai dengan informasi yang paling penting tapi setelah beberapa paragraf terjadi pembelokan dan menjadi sebuah narasi, biasanya diceritakan dalam susunan kronologis. Berlian Struktur ini akan mulai dengan sebuah anekdot, memperkenalkan seorang tokoh yang pengalamannya menggambarkan ihwal berita itu. Kisah kecil ini kemudian akan melebar untuk menunjukkan maknanya yang lebih luas. Menjelang akhir berita, wartawan akan kembali ke masing-masing tokoh dalam berita itu sebagai cara untuk menutup narasi. 39. h. Berdasarkan jenisnya: 1. "straight news berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas. (BERITA KERAS/hard news). 2. "feature" atau berita kisah. bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Tidak terikat pada nilai- nilai berita dan faktualitas. 3. berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang/tim secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya. 40. Mesin cetak pertama kali di dunia dibuat Johann Gutenbuerg (1450) di Kota Minz Jerman. Koran pertama di Eropa (1609) di kota Wolfenbuttel nama Avisa Relation Order Zeitung, kemudian surat kabar Relation dicetak di Strassburg. Tak lama setelah itu, tahun 1618 koran pertama di Belanda terbit di Amsterdam Belanda diterbitkan oleh Casper van Hibben yang diberi nama Courante Mijn Italien Duijtschabladtee. Menyusul kemudian terbit Tijdighe Mijn Verathy de Qualteren diterbitkan oleh Janszen dalam edisi bahasa Belanda, Prancis dan Inggris. Koran pertama yang terbit di Inggris tahun 1622 bernama Courant of General News, sedangkan surat kabar pertama di Prancis terbit pada tahun 1631 oleh Theopraste Renoudot yang diberi nama Gazette. AS menerbitkan surat kabar pertama The Boston News Letter pada tahun 1704. 41. Surat kabar harian pertama di Eropa adalah Leiziger Zeitung (Jerman/ 1660), Inggris menerbitkan harian pertama Daily Courant (1702). Di Prancis Journal de Paris (1777), di AS harian pertama Pensylvania Packet (1784). Tapi dalam Ensiklopedia Indonesia menyebutkan surat kabar tertua di dunia adalah Tjin Tie Kwan Po dan Hino Tsjao diterbitkan di Cina 400 SM. Kata Pers yang digunakan untuk orang/bidang yang bergerak dalam bidang jurnalistik berasal dari kata bahasa Inggris Press, sedangkan dalam bahasa Prancis disebut Preses yang berarti tekanan, jepitan atau pipitan. 42. Berita Online Jurnalisme online mengandung ciri jurnalisme cetak dan siaran/elektronik. Jurnalistik online = jurnalistik generasi ketiga (setelah cetak dan elektronik ) (Kombinasi) sebuah berita (teks) yang mencakup unsur-unsur tambahan seperti foto, audio, dan video, atau hyperlink ke lebih banyak informasi lain. 43. Jurnalisme daring: Gabungan kata jurnalisme yang memiliki makna penyajian informasi dan fakta secara luas melalui media massa kepada publik, dengan kata daring, yang merupakan bentuk singkatan dari kata "dalam jaringan" (online), yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi dan media internet. 44. Jadi... jurnalisme daring adalah sebuah metode baru penyajian informasi dan fakta dengan menggunakan bantuan atau perantara teknologi internet. Salah satu contoh dari perwujudan jurnalisme daring adalah weblog, atau yang sering disebut sebagai blog. 45. Prinsip-prinsip dasar jurnalisme daring: Paul Bradshaw B-A-S-I-C, yakni 'Brevity Adaptability Scannability Interactivity Community and Coversation Keringkasan (Brevity). Dituntut bersifat ringkas, sesuai kebutuhan manusia dan kesibukannya. KISS, yakni Keep It Short and Simple. Adaptabilitas (Adaptabilty). Dituntut mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan publik, membuat berbagai keragaman format suara, video, gambar dan lain-lain dalam suatu berita. Dapat dipindai (Scannability). Untuk memudahkan audiens, situs-situs terkait dengan jurnalisme daring memiliki sifat dapat dipindai, agar pembaca tidak merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita. 46. Perubahan penting dengan kehadiran jurnalistik online : - cepat - berita menjadi gratis. - tidak perlu menunggu hari baru (besok) untuk mengetahui peristiwa hari ini. Interaktivitas (Interactivity). Pemirsa (viewer) sekaligus menjadi pengguna (user). Karena semakin audiens merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan senang membaca berita yang ada. Komunitas dan percakapan (Community and Conversation). Peran Media daring lebih besar daripada media konvensional, yakni sebagai penjaring komunitas. Karena itu, Jurnalis daring harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik. 47. Penulisan Online Ringkas dan lugas sehingga lebih mudah diikuti. Lead harus memberi pembaca alasan kuat untuk meneruskan bacaannya; salah-salah pembaca akan mengklik ke berita lain. Berita online: lebih pendek dari koran. Pedoman: membatasi sampai 800 kata dan kalau bisa tetap dalam satu halaman. 48. Pers Bebas dan Bertanggung Jawab Kebebasan pers diartikan kebebasan untuk memiliki dan menyatakan pendapat di dunia pers. Pers Nasional = Pers Pancasila = Pers Bertanggungjawab. Karena itu, Pers harus bertanggung jawab dalam pemberitaan dan berusaha menghindari pemberitaan yang dapat memicu pertentangan meskipun memiliki kebebasan 49. Kode Etik Kode etik jurnalistik adalah acuan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan. Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain, dari satu koran ke koran yang lain. Tapi secara umum berisi hal-hal yang menjamin terpenuhinya tanggung jawab seorang wartawan kepada publik pembacanya. 50. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab tugas atau kewajiban seorang wartawan adalah mengabdikan diri kepada kesejahteraan umum dengan memberi masyarakat informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Wartawan tak boleh menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan yang tak berdasar. 2. Kebebasan Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota masyarakat (milik publik) dan wartawan menjamin bahwa urusan publik harus diselenggarakan secara publik. Wartawan harus berjuang melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk keuntungan pribadi atau kelompok 51. 3. Independensi Wartawan harus mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) dalam dirinya. Dia tak boleh menerima apapun dari sumber berita atau terlibat dalam aktifitas yang bisa melemahkan integritasnya sebagai penyampai informasi atau kebenaran. 4. Kebenaran Wartawan adalah mata, telinga dan indera dari pembacanya. Dia harus senantiasa berjuang untuk memelihara kepercayaan pembaca dengan meyakinkan kepada mereka bahwa berita yang ditulisnya adalah akurat, berimbang dan bebas dari bias. 52. 5. Tak Memihak Laporan berita dan opini harus secara jelas dipisahkan. 6. Adil dan Fair Wartawan harus menghormati hak-hak orang yang terlibat dalam berita yang ditulisnya serta mempertanggungjawabkan kepada publik bahwa berita itu akurat serta fair. Orang yang dipojokkan oleh sesuatu fakta dalam berita harus diberi hak untuk menjawab. 53. Tugas Wartawan(Bill Kovach dan Tom Rosenstiel): 1. authenticator, wartawan harus bisa memeriksa keabsahan suatu informasi. 2. sense maker, mampu menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak. 3. investigator, mampu mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan. 4. witness bearer, kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama dengan reporter warga. 54. 5. empowerer, saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus- menerus pada keduanya. 6. smart aggregator, harus cerdas berbagi sumber berita yang bisa diandalkan 7. forum organizer, organisasi berita (baik lama/baru), dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka sendiri. 8. role model, tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik untuk dijadikan contoh. 55. Asep Syamsul M. Romli (dalam http://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/) Standar Profesi Wartawan (real journalist) setidaknya ada enam: Well selected, harus terseleksi dengan baik. Memenuhi kriteria profesionalisme/ keterampilan jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik. Well educated, terdidik dengan baik. Seyogianya melalui tahap pendidikan kewartawanan/melalui pelatihan jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik. Well trained, terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatih banyak berita muncul di media, kurang cermat, tidak enak dibaca, dan bahkan menyesatkan. Well equipped, peralatan memadai. Tidak akan optimal tanpa dukungan fasilitas. Well paid, digaji secara layak. budaya amplop. Kasus pemerasan dan penyalahgunaan profesi wartawan akan terus muncul akibat tuntutan perut. Well motivated, memiliki motivasi yang baik. Motivasi di sini lebih pada idealisme, bukan materi. Jika motivasiya berlatar uang, maka tidak bisa diharapkan menjadi wartawan profesional atau wartawan sejati. 56. Jurnalis itu..! Bela Yang Benar. atau Bela Yang Bayar 57. -Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik, Artikel Kristina Dwi Lestari dalam http://pelitaku.sabda.org/dasar_dasar_jurnalistik - Ishwara, Luwi. 2005. "Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas. -Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks. - Dasar-Dasar Jurnalistik untuk Pemula dalam http://www.romelteamedia.com/dasar-dasar-jurnalistik-untuk- pemula/#.UyMYH_l_vHQ -Jurnalisme Dasar dalam http://vivixtopz.wordpress.com/modul- kuliah/jurnalistik-2/jurnalisme-dasar/ -- Dasar Dasar Jurnalistik dalam http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/10/06/dasar-dasar-jurnalistik/ - http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme_daring - http://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/ -http://www.kabar24.com/inspirasi/read/20121228/22/119368/8-fungsi-wartawan-di- tengah-banjirnya-informasi -Haris Sumadiria , 2010,Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung Ekspres Pemateri MEMOHON MAAF, apabila dalam paparan ini ada pemakaian tulisan/kutipan/photo/gambar tanpa seizin pemilik hak cipta 58. KODE ETIK JURNALISTIK (KEJ) Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik: 59. Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. 60. Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006 61. 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI); Abdul Manan 2. Aliansi Wartawan Independen (AWI); Alex Sutejo 3. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI); Uni Z Lubis 4. Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI); OK. Syahyan Budiwahyu 5. Asosiasi Wartawan Kota (AWK); Dasmir Ali Malayoe 6. Federasi Serikat Pewarta; Masfendi 7. Gabungan Wartawan Indonesia (GWI); Fowaa Hia 8. Himpunan Penulis dan Wartawan Indonesia (HIPWI); RE Hermawan S 9. Himpunan Insan Pers Seluruh Indonesia (HIPSI); Syahril 10. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI); Bekti Nugroho 11. Ikatan Jurnalis Penegak Harkat dan Martabat Bangsa (IJAP HAMBA); Boyke M. Nainggolan 12. Ikatan Pers dan Penulis Indonesia (IPPI); Kasmarios SmHk 13. Kesatuan Wartawan Demokrasi Indonesia (KEWADI); M. Suprapto 14. Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI); Sakata Barus 15. Komite Wartawan Indonesia (KWI); Herman Sanggam 16. Komite Nasional Wartawan Indonesia (KOMNAS-WI); A.M. Syarifuddin 17. Komite Wartawan Pelacak Profesional Indonesia (KOWAPPI); Hans Max Kawengian 18. Korp Wartawan Republik Indonesia (KOWRI); Hasnul Amar 19. Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI); Ismed Hasan Putro 20. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); Wina Armada Sukardi 21. Persatuan Wartawan Pelacak Indonesia (PEWARPI); Andi A. Mallarangan 22. Persatuan Wartawan Reaksi Cepat Pelacak Kasus (PWRCPK); Jaja Suparja Ramli 23. Persatuan Wartawan Independen Reformasi Indonesia (PWIRI); Ramses Ramona S. 24. Perkumpulan Jurnalis Nasrani Indonesia (PJNI); Ev. Robinson Togap Siagian 25. Persatuan Wartawan Nasional Indonesia (PWNI); Rusli 26. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat; Mahtum Mastoem 27. Serikat Pers Reformasi Nasional (SEPERNAS); Laode Hazirun 28. Serikat Wartawan Indonesia (SWI); Daniel Chandra 29. Serikat Wartawan Independen Indonesia (SWII); Gunarso Kusumodiningrat.