job skripsi rina

74
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio- psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secarra holistik dan unik diperlukan pendekatan yang komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio- 1

Upload: jalaluddin

Post on 05-Aug-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Job Skripsi Rina

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan

spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain

karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk

dapat memenuhi kebutuhan secarra holistik dan unik diperlukan pendekatan yang

komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai

kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu

klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien

sebagai makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual yang berespon secara

holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual

yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat

berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari

kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai

keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid A.Y., 2000:3).

1

Page 2: Job Skripsi Rina

2

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan

atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan.

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan

Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi

lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari

kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat

sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi

kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih

pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan

demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan

dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan

tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual

dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan

(Asmadi, 2008:28-29).

Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan

spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada

perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau

kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk

merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan

2

Page 3: Job Skripsi Rina

3

dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari

makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan

seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin

mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan

hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna hidup. Dengan jelas,

kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tentang dimensi spiritual klien

yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut

mempraktikkan spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang

terbatas dengan klien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah

bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar

perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan.

Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk

menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan kilen

(Potter & Perry, 2005:567).

Dari data yang diperoleh di ruang perawatan bedah Rumah Sakit Haji

Makassar, jumlah klien rawat inap pada tahun 2007 sebanyak 335 dengan jumlah

perawat diruang perawatan bedah sebanyak 15 orang, di ruang perawatan 1

sebanyak 16 orang dan perawatan 2 sebanyak 18 orang. Sedangkan jumlah

pasien pada bulan mei diruang perawatan bedah sebanyak 25 orang, di ruang

perawatan 1 sebanyak 11 orang dan perawatan 2 sebanyak 16 orang. Dengan

melihat banyaknya jumlah klien disetiap ruang perawatan maka sudah

3

Page 4: Job Skripsi Rina

4

sepantasnya perawat mampu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual yang

lebih.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pasien yang dirawat di

ruang perawatan bedah Rumah Sakit Haji Makassar didapatkan bahwa

pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di ruangan telah dilakukan oleh

beberapa perawat tetapi belum maksimal dilaksanakan sepenuhnya.

Bertolak dari hal tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas

Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap di

Rumah Sakit Haji Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Bab I yaitu latar belakang masalah, maka peneliti

mencoba untuk merumuskan masalah yaitu : “Adakah Hubungan Penerapan

Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada

Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji

Makassar.

4

Page 5: Job Skripsi Rina

5

2. Tujuan Khusus

Diidentifikasinya hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di Rumah

Sakit Haji Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Klien

Untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya

melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan

berkesinambungan.

2. Bagi Ilmu Keperawatan / profesi

a. Sebagai masukan bermakna demi pengembangan profesi keperawatan.

b. Masukan bagi profesi keperawatan pada lahan penelitian terkait untuk

menentukan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan

kesehatan individu.

3. Bagi Institusi :

a. Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain

yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian

dengan judul yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.

b. Sebagai sumber informasi pada institusi Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Famika Makassar agar dijadikan dokumentasi ilmiah untuk

merangsang minat peneliti selanjutnya.

5

Page 6: Job Skripsi Rina

6

4. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga terhadap peneliti dalam rangka menambah

wawasan keilmuan.

6

Page 7: Job Skripsi Rina

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Aspek Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa. Sebagai contoh, orang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau

sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek

sebagai berikut :

1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam

kehidupan.

2. Menemukan arti dan tujan hidup.

3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri

sendiri.

4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha

Tinggi.

Agama merupakan petunjuk perilaku karena didalam agama terdapat

ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan

seseorang. Sebagai contoh, orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan

menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari Tuhannya (Hamid A.Y.,

2000: 2-3).

Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi kedalam

empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :

7

Page 8: Job Skripsi Rina

8

1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan

pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain adanya pengalaman dari

interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut.

Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar.

Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya

mengikuti ritual atau meniru oranng lain, seperti berdoa sebelum tidur, makan,

dan lain-lain. Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan

belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh

aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga, arti doa,

serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.

2. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai

dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan

rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan

keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada

keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui

meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai

membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila

pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.

3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan diri, diawali

dengan proses pernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan

secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa

ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan

8

Page 9: Job Skripsi Rina

9

harus dapat dijawab. Secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan

penghargaan terhadap kepercayaan.

4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,

perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang

dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan

lebih mengerti akan kepercayaan dirinya (Asmadi, 2008: 1-2).

B. Tinjauan Umum Tentang Kebutuhan Spiritual Klien

1. Pengertian

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan

untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan

penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989). Maka dapat disimpulkan

kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan

hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan

kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun adaptasi

spiritual adalah proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan

perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki

sesuai dengan agama yang dianutnya (Asmadi, 2008: 258).

2. Kebutuhan spiritual

Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

9

Page 10: Job Skripsi Rina

10

a. Diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding makhluk

ciptaan lainnya.

b. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna (akal, pikiran, perasaan dan

kemauan).

c. Individu diciptakan sebagai khalifah (penguasa dan pengatur kehidupan)

dimuka bumi.

d. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh (Ali H.Z, 2002: 43).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual antara

lain :

a. Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan

spiritual, karena setiap tahap perkembangan memeliki cara meyakini

kepercayaan terhadap Tuhan.

b. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi

kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat

dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ras/suku

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses

pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan

yang dimiliki.

10

Page 11: Job Skripsi Rina

11

d. Agama yang dianut

Keyakina pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat

menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.

e. Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan

dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya

(Asmadi, 2008: 254-257).

Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual antara lain :

a. Pasien kesepian

Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan

membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada

kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain

Tuhan.

b. Pasien ketakutan dan cemas

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau,

yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan

ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan (Asmadi, 2008: 26).

Adapun tanda-tanda yang dapat diperhatikan pada klien yang mengalami

kecemasan :

1) Cemas ringan

Kecemasan normal yang berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa kehidupan sehari-hari. Respon cemas ringan seperti sesekali

11

Page 12: Job Skripsi Rina

12

bernafas pendek, nadi meningkat, tekanan darah naik, bibir bergetar,

tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.

2) Cemas sedang

Ditandai dengan persepsi terhadap masalah menurun sehingga

individu kehilanganpegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan dari

orang lain. Respon cemas sedang biasanya meliputi sering bernafas

pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, tidak

mampu menerima rangsangan, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3) Cemas berat

Pada tingkat ini lahan persepsi menjadi sangat sempit dimana individu

tidak dapat memecahkan masalah atau mempelajari masalah. Respon

kecemasan yang timbul misalnya nafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, tidak mampu

menyelesaikan masalah.

4) Panik

Pada tingkat ini, lahan persepsi telah terganggu sehingga individu

tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-

apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon panik seperti nafas

pedek, rasa tercekik, pucat, lahan persepsi sangat sempit, tidak dapat

berfikir logis (Tarwoto & Wartonah, 2003: 98-99).

12

Page 13: Job Skripsi Rina

13

c. Pasien menghadapi pembedahan

Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan

karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah

keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga

pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.

d. Pasien yang harus mengubah gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan

keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat

kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk, maka pasien akan

lebih membutuhkan dukungan spiritual (Asmadi, 2008: 256).

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual

adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau

kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan

atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan,

yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan

adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan

dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada

kematian dan sesudah hidup, adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan

terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah,

kemudian ditunjang dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu,

kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006: 27).

13

Page 14: Job Skripsi Rina

14

C. Tinjauan Umum Tentang Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keparawatan

1. Defenisi peran perawat

Menurut Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan

praktik perawat, perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan perawat,

baik didalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa

meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai

dengan tugasnya. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga

dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh

profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), peran merupakan

seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Sedangkan menurut

Kusnanto (2004), peran perawat adalah memberikan perhatian kepada klien

dalam segala situasi yang berhubungan dengan kesehatannya.

2. Klasifikasi peran perawat

Menurut Doheny (1982) mengidentifikasikan beberapa elemen peran

perawat profesional sebagai berikut :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver)

14

Page 15: Job Skripsi Rina

15

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan

pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan

pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,

menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,

merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah

yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah,

melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan

melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan.

b. Sebagai pembela untuk melindungi klien (Client advocate)

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara

klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan

klien, membela kepentingan klien dank lien memahami semua informasi

dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan

pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus

mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator

dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang

harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat

(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi

keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

15

Page 16: Job Skripsi Rina

16

c. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola

interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini

merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan

kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada

klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai

prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,

pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah

perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

d. Sebagai pendidik klien (Educator)

Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga

dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan

kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan

lain sebagainya.

e. Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama

dengan tenaga kesehatan lain (Collaborator)

16

Page 17: Job Skripsi Rina

17

Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam

menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna

memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

f. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi

klien (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang

ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga

tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.

Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan

2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas

3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan

4) Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan

keperawatan pada sarana kesehatan

g. Sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk untuk mengadakan

perubahan-perubahan (Change agent)

Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam cara

berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan

klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien

dan cara memberikan perawatan kepada klien.

17

Page 18: Job Skripsi Rina

18

h. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah

klien (Consultan)

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.

Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang

berkaitan dengan kondisi spesifik klien (Ali Z.H, 2002:5-9).

Menurut Lokakarya Nasional (1998), peran perawat adalah :

1) Pelaksana pelayanan keperawatan

2) Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan

3) Pendidik dalam keparawatan

4) Peneliti dan pengembang keperawatan

Menurut para sosiolog peran perawat adalah :

1) Peran terapeutik yaitu kegiatan yang ditujukan langsung pada

pencegahan dan pengobatan penyakit.

2) Expressive/mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat

langsung dalam menciptakan lingkungan dimana klien merasa aman,

diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat itu. Menurut

Johnson dan Mortin (1989), peran ini bertujuan untuk menghilangkan

kegagalan dalam kelompok pelayanan.

Menurut Schulman (1986), peran perawat adalah hubungan perawat

dan klien sama dengan hubungan ibu dan anak, antara lain :

18

Page 19: Job Skripsi Rina

19

1) Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa

kasih sayang.

2) Melindungi dari ancaman dan bahaya

3) Memberi rasa nyaman dan aman

4) Memberi dorongan untuk mandiri (Wijono D, 2002:36).

Selama beberapa dekade terakhir, keperawatan telah mengalami

perubahan-perubahan yang mengagumkan, terutama melalui munculnya gerakan

reformasi profesional pada tahun 1970-an yang disebut “Keperawatan Baru”

(Salvage, 1992). Unsur sentral dari ideologi keperawatan baru adalah hubungan

antara perawat dengan pasien. Fokus perawatan beralih dari pendekatan yang

berorientasi pada medis-penyakit ke model yang berfokus pada orang dan

bersifat pribadi. Disini pasien dilihat sebagi partisipan yang aktif dan bukan

penerima perawatan yang pasif. Dalam konteks yang sama, peran pengasuhan

dari perawat tidak lagi berpusat pada fungsi-fungsi biologis pasien tetapi telah

meluas ke aspek-aspek psiko-sosial individu.

Gerakan ini tidak hanya ditujukan pada sifat interaksi antara pasien

dengan perawat, tetapi juga pada status dan wewenang perawat. Stereotip

perawat sebagai pembantu dokter telah mendapat tantangan. Tuntutan untuk

kesetaraan dan otonomi dari perawat telah meningkat sejalan dengan

ditetapkannya teori keperawatan dan model-model keperawatan. Perawat mulai

melihat dirinya sebagai praktisi dengan hak tersendiri, mempunyai dan menerima

tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang praktik keperawatan.

19

Page 20: Job Skripsi Rina

20

Hubungan perawat-pasien diidentifikasikan sebagai tanda dari keperawatan

profesional (Ellis, Gates & Kenworthy, 2000: 78).

Perawat adalah orang yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan

berdasarkan data hasil pengkajian sampai pada evaluasi hasil baik medik maupun

bio-psikososio-spiritual (Ali H.Z, 2002: 43).

Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan spiritual penerima pelayanan keperawatan, maka

perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal

karakteristik spiritualitas seperti sembahyang, perlengkapan keagamaan dan

bersatu dengan alam. Secara ringkasnya dapat dinyatakan bahwa seseorang

terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :

1. Merumuskan arti persoalan yang positif tentang tujuan keberadaannya di

dunia/kehidupan.

2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian

atau penderitaan.

3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan

cinta.

4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.

6. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

20

Page 21: Job Skripsi Rina

21

Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self care klien. Beberapa pengaruh

dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik penentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai

contoh, ada agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan tidak boleh

dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang

cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medic atau

pengobatan.

2. Sumber dukungan

Pada sat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan

agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan

sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses

penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau

berdoa, membaca kitab suci dan perktik keagamaan lainnya sering membantu

memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan

terhadap tubuh.

3. Sumber kekuatan dan penyembuhan

Menurut Taylor, Lilis dan Le Mone (1997), nilai dari keyakinan agama tidak

dapat dengan mudah dievaluasi. Walaupun demikian pengaruh keyakinan

tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa

21

Page 22: Job Skripsi Rina

22

individu cenderung dapat menahan distress fisik yang luar biasa karena

mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua

proses penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa, karena keyakinan

bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.

4. Sumber konflik

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antar keyakinan agama dengan

praktik kesehatan. Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai

makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya, oleh

karena itu penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yang harus

disembuhkan (Hidayat, 2006: 209).

Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996),

faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang salah satunya

adalah pemberian asuhan keperawatan yang kurang tepat.

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada kilen, perawat diharapkan

untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada

kemungkian perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alas

an tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan

spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan

pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa

pemenuhan kebutuhan spiritual bagi klien bukan menjadi tugasya tetapi tanggung

jawab pemuka agama. Lima isu nilai yang mungkin timbul antara perawat

dengan kilen, adalah :

22

Page 23: Job Skripsi Rina

23

1. Pluralisme, perawat dan klien menganut kepercayaan dan iman dengan

spektrum yang luas.

2. Fear, berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi situasi, melanggar

privacy klien, atau merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri

sendiri.

3. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual, apa yang memberikan arti dalam

kehidupan, tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi

perawat.

4. Bingung, terjadi karena adanya perbedaan antara agama dan konsep spiritual.

Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya

diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah

spiritual. Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya

memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan

untuk mendapatkan bantuan. Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi

kesembuhannya atau memberitahukan kepada pemuka agama untuk

mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang

kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan

perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang

distress yang dialami klien. Perubahan perilaku juga dapat merupakan

manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil

pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan

mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Oleh karena itulah perawat

23

Page 24: Job Skripsi Rina

24

kiranya hadir sebagai care giver bagi kien yang sedang mengalami masalah

tersebut (Hamid A.Y., 2000:16-18).

24

Page 25: Job Skripsi Rina

25

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan

Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi

lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari

kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai

kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu

klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Dalam pelayanan kesehatan,

perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi

kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih

pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan

demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan

dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan

tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, merupakan

dasar untuk meletakkan landasan teori maupun asumsi tentang kerangka konsep

yang akan di teliti. Dari hal tersebut di atas dikemukakan beberapa teori yang

25

Page 26: Job Skripsi Rina

26

selanjutnya dari teori tersebut diturunkan beberapa variabel yang diteliti yang di

duga mempunyai pengaruh langsung ataupun tidak langsung yang dapat dilihat

pada bagan dibawah ini:

Keterangan

: Variabel independen (bebas)

: Variabel dependen (terikat)

: Penghubung variable yang diteliti

B. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di rumah sakit haji makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di rumah sakit haji makassar.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat

2. Variabel Dependen : Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien

26

Penerapan Aspek spritualitas perawat

Pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien

Page 27: Job Skripsi Rina

27

D. Definisi Konseptual dan Defenisi Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa. Sebagai contoh, orang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta

atau sebagai Maha Kuasa. (Hamid A.Y, 2000).

Perawat adalah orang yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan

berdasarkan data hasil pengkajian sampai pada evaluasi hasil baik medic

maupun bio-psikososio-spiritual. (Ali H.Z, 2002).

b. Menurut Carson (1989), kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk

mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi

kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau

pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan

Tuhan (dikutip oleh : Asmadi, 2008 ).

2. Definisi Operasional

a. Yang dimaksud dengan aspek spiritualitas perawat pada penelitian ini

adalah kemampuan seorang perawat untuk memberikan bimbingan dalam

beribadah (doa, zikir, sholat) pada pasien.

Dengan kriteria objektif :

Baik : Jika nilai skor yang dicapai > 4

Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 4

b. Yang dimaksud dengan kebutuhan spiritual klien dalam penelitian adalah

kebutuhan untuk mendapatkan dukungan spiritual (sholat, berdoa,

27

Page 28: Job Skripsi Rina

28

membaca kitab suci) dari perawat untuk proses kesembuhan penyakit atau

mengurangi kecemasan.

Dengan kriteria objektif :

Cukup : Jika nilai skor yang dicapai > 5

Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 5

28

Page 29: Job Skripsi Rina

29

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional tujuan untuk mengetahui hubungan

penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Makassar.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di

Rumah Sakit Haji Makassar.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang ada di ruang perawatan

bedah 1 dan 2 sebanyak 30 orang di Rumah Sakit Haji Makassar dengan

menggunakan metode purposive sampling. (Alimul A.A, 2007)

Karakteristik sampel yang dapat dilakukan atau layak diteliti, yakni :

Kriteria Inklusi:

a. Bersedia untuk menjadi responden.

b. Bisa membaca dan menulis.

Kriteria Eksklusi :

a. Tidak bersedia untuk dijadikan responden.

29

Page 30: Job Skripsi Rina

30

b. Tidak bisa membaca dan menulis.

c. Pasien anak.

C. Pengumpulan Data

1. Intrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quisioner atau

daftar pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dengan skor 1 untuk

jawaban Ya dan 0 untuk jawaban tidak. Untuk variabel aspek spiritualitas

perawat terdiri dari delapan pertanyaan dan dinilai berdasarkan baik dan

kurang. Dikategorikan baik apabila responden menjawab pertanyaan dengan

skor > 4 dan dikategorikan kurang apabila responden menjawab pertanyaan

dengan skor ≤ 4. Untuk variabel pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terdiri

dari sepuluh pertanyaan yang dinilai berdasarkan terpenuhi dan tidak

terpenuhinya pemenuhan spiritual pasien. Dikategorikan terpenuhi apabila

responden menjawab pertanyaan dengan skor > 5 dan dikategorikan tidak

terpenuhi apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor ≤ 5.

2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit

Haji Makassar.

Adapun alasan-alasan peneliti memilih tempat ini sebagai tempat

penelitian karena :

1) Lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti.

30

Page 31: Job Skripsi Rina

31

2) Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pihak rumah sakit

untuk lebih mengerti dan menyadari akan pentingnya pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien di ruang perawatan.

3) Lokasi mudah dijangkau oleh peneliti

4) Lebih efektif dan efisien dari segi waktu.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008.

3. Prosedur pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

pengumpulan data berupa alat ukur kuisioner yang dibuat khusus oleh peneliti

sendiri dengan berpedoman pada kepustakaan yang ada. Setelah data

terkumpul dari lembar kuisioner yang ada maka dilakukan pengolahan data.

Pengolahan data tersebut dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan

memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan

keseragaman data.

b. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban

atau data perlu disederhanakan yaitu dengan symbol-simbol tertentu,

untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan

31

Page 32: Job Skripsi Rina

32

memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel, nama

variabel dan kode.

c. Tabulasi data

Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data

kedalam satu table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai

dengan tujuan penelitian ini dalam hal ini dipakai table untuk

penganalisaan data.

4. Analisa Data

Data akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik pada waktu

dilapangan maupun pada saat memasukkan data kedalam komputer. Hal ini

dimaksudkan untuk menilai kebenaran data setelah itu akan dilakukan koding

kemudian data dimasukkan kedalam tabel dan diolah secara elektronik dengan

menggunakan program SPSS for Windows versi 12,0.

Data dianalisa melalui presentase dan perhitungan dengan cara sebagai

berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan presentase dari

tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel

independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua

32

Page 33: Job Skripsi Rina

33

variabel tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan

0,05 dengan ketentuan pengaruh dikatakan bermakna bila ρ value < 0,05

dan pengaruh dikatakan tidak bermakna bila ρ value > 0,05 dengan

menggunakan rumus Chi-Square.

Keterangan :

X2 = Chi-square

O = Nilai observasi

E = Nilai yang diharapkan

∑ = Jumlah data

Dalam penelitian ini, daftar kontingensi 2 x 2 (fourfold table), dengan

menggunakan Fisher Exact karena terdapat nilai E kurang dari 5.

Hasil pengamatan dapat dicantumkan dalam daftar kontingensi 2 x 2

seperti dibawah ini :

Variabel Dependen Baik Kurang Jumlah

Cukup a b a + b

Kurang c d c + d

Jumlah a + c b + d n

Dimana n = total sampel (a + b + c + d).

33

Variabel

Independen

Page 34: Job Skripsi Rina

34

Penilaian :

1. Apabila ρ < α, H0 ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependen.

2. Apabila ρ > α, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependen.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Haji Makassar setelah mendapat

persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

1. Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden

menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

34

Page 35: Job Skripsi Rina

35

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah berdirinya

Latar belakang pembangunan rumah sakit Umum haji Makassar yang

ditetapkan didaerah bekas lokasi rumah sakit kusta Jongaya adalah

diharapkan rumah sakit ini dapat mendukung kelancaran kegiatan

pelayanan calon jemaah haji dan masyarakat sekitarnya.

Pengoprasian rumah sakit Makassar didasarkan oleh surat keputusan

Gubernur KDH Tk. I Sulawesi Selatan Nomor : 488/IV/1992 tentang

pengelolaan rumah sakit oleh pemerintah daerah Sulawesi Selatan dan SK

Gubernur Nomor: 802/VII/1992 tentang susunan organisasi dan tata kerja

rumah sakit serta SK Gubernur Nomor : 1314/IX/1992 tentang tarif

pelayanan kesehatan pada rumah sakit umum Haji Makassar. Untuk

kelangsungan perkembangan Rumah Sakit Haji lebih lanjut, maka pada

tanggal 13 Desember 1993 departemen kesehatan menetapkan rumah sakit

umum haji makasssar sebagai rumah sakit umum milik pemerintah daerah

Sulawesi selatan dengan klasifikasi C yang dituangkan kedalam SK

Nomor: 762/XII/1993.

35

Page 36: Job Skripsi Rina

36

Pada awal pengoperasiannya, jumlah pegawai tetap rumah sakit umum

Makassar berjumlah 47 orang yang terdiri pegawai negeri sipil pusat yang

perbantukan pada pemerintah daerah Sulawesi selatan dan PNS daerah.

Selanjutnya pada tanggal 31 Desember 1992 dilaksanakan serah terima

kepada Dr. H. Sofyan Muhammad dan setelah ditetapkan pelembagaan

rumah sakit maka berdasarkan kepres No. 9 tahun 1985 direktur RSUH

kelas C, ditetapkan sebagai pejabat struktural Eselon III/a definitive.

b. Keadaan geografis dan demografis

Rumah Sakit Umum Haji Makassar berdiri dan diresmikan pada

tanggal 16 Juli 1992 oleh Bapak Presiden Republik Indonesia. Berdiri

diatas tanah seluas 10,6 Ha milik pemerintah daerah Sulawesi Selatan

terletak diujung selatan kota Makassar, tepatnya dijalan Dg. Ngeppe No.

14 Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate.

2. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Kelompok Umur Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data bahwa

dari 30 responden terdapat rentang umur 16 – 26 tahun sebanyak 5

(16.67%) responden, rentang umur 27 – 37 tahun sebanyak 4 (13.33%)

responden, rentang umur 38 – 48 tahun sebanyak 5 (16.67%) responden,

rentang umur 49 – 59 tahun sebanyak 6 (20%) responden, rentang umur

60 – 70 tahun sebanyak 5 (16.67%) responden, dan rentang umur 71 – 81

sebanyak 5 (16.67%). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

36

Page 37: Job Skripsi Rina

37

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008

Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)16 – 26 5 16.67 27 – 37 4 13.32 38 – 48 5 16.67 49 – 59 6 20 60 – 70 5 16.67 71 – 81 5 16.67

Jumlah (n) 30 100Sumber: Data Primer

b. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data laki-

laki sebanyak 15 (50%) responden dan perempuan sebanyak 15 (50%)

responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

Laki-laki 15 50

Perempuan 15 50

Jumlah (n) 30 100Sumber: Data Primer

c. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data bahwa

sebagian besar responden tamat SD sebanyak 17 (56.7%) responden, SMP

sebanyak 5 (16.7%) responden, SMA sebanyak 4 (13,3%) responden, D3

terdapat 3 (10%) responden dan S1 Sebanyak 1 (3.3%) responden. Hal ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

37

Page 38: Job Skripsi Rina

38

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)

SD 17 56.7SMP 5 16.7SMA 4 13.3D3 3 10S1 1 3.3

Jumlah (n) 30 100Sumber: Data Primer

3. Hasil Analisa Variabel Yang Diteliti

a. Analisa Univariat

1) Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

sebagian besar perawat mempunyai penerapan aspek spiritualitas baik

sebanyak 24 (80%) responden dan sebagian kecil responden

mempunyai penerapan aspek spiritualitas kurang sebanyak 6 (20%)

rersponden dari 30 responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Aspek

Spiritualitas Perawat di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008

Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat

Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik

Kurang

24

6

80

20

Jumlah (n) 30 100Sumber : Data Primer

38

Page 39: Job Skripsi Rina

39

2) Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

sebagian besar pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup sebanyak

28 (93.3%) responden sedangkan sebagian kecil pemenuhan

kebutuhan spiritual pasien kurang sebanyak 2 (6.7%) responden dari

30 resnponden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan

Kebutuhan Spiritual Pasien di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008

Spiritual Pasien Frekuensi (f) Persentase (%)Terpenuhi

Tidak Terpenuhi

28

2

93.3

6.7

Jumlah (n) 30 100Sumber : Data Primer

b. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui keterkaitan antara variabel dependen yaitu:

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien dengan variabel independent

yaitu: Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat, maka dibuat dalam

crosstabs yang disertai dengan analisis data Chi-Square dengan

menggunakan Fisher Exact.

Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan

Spiritual Pasien

Hasil Analisis hubungan antara penerapan aspek spiritualitas perawat

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diperoleh bahwa

39

Page 40: Job Skripsi Rina

40

terdapat 24 (80%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien

cukup dengan penerapan aspek spiritualitas perawat baik, tetapi terdapat 0

(0%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang

dengan penerapan aspek spiritualitas perawat baik, sedangkan terdapat 4

(13.3%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup

dengan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang serta terdapat 2

(6.7%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang

dengan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.6Analisis Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat dengan

Pemenuhan Spiritual Pasien di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008

Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Jumlah

Cukup Kurangf % f % n %

Baik

Kurang

24

4

80

13.3

0

2

0

6.7

24

6

80

20

Jumlah (n) 28 93.3 2 6.7 30 100Sumber : Data Primer

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0.034 < α = 0.05, oleh karena

ρ < α maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat hubungan

penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008.

40

Page 41: Job Skripsi Rina

41

B. PEMBAHASAN

Hasil Analisis hubungan antara penerapan aspek spiritualitas perawat

dengan pemenuhan kebutuhan spititual pasien diperoleh bahwa terdapat 24

(80%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dengan

penerapan aspek spiritualitas perawat baik. Menurut teori yang dikemukakan

oleh Taylor, Lilis dan Le Mone (1997), nilai dari keyakinan agama tidak dapat

dengan mudah dievaluasi. Walaupun demikian pengaruh keyakinan tersebut

dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa individu

cenderung dapat menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai

keyakinan yang kuat. Klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang

memerlukan upaya luar biasa, karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut

akan berhasil. Sejalan dengan teori yang dikemukakan diatas peneliti

berpendapat hal ini terjadi karena perawat memiliki peran utama untuk

memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien berupa

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan kepawatan yang komprehensif

dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar holistik, tetapi terdapat 0

(0%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang dengan

penerapan aspek spiritualitas perawat baik. Menurut teori yang dikemukakan

oleh Johnson dan Mortin (1989), Expressive/mother substitute role yaitu kegiatan

yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana klien merasa

aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat itu. Peran ini

bertujuan untuk menghilangkan kegagalan dalam kelompok pelayanan Sejalan

41

Page 42: Job Skripsi Rina

42

dengan teori yang telah dikemukakan diatas maka peneliti berpendapat bahwa

dengan penerapan aspek spiritualitas yang baik dari perawat telah memberikan

pengaruh positif terhadap pemenuhan kebutuhan spitiual pasien sehingga

kebutuhan spiritual pasien terpenuhi, sedangkan terdapat 4 (13.3%) responden

yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dengan penerapan aspek

spiritualitas perawat kurang. Menurut teori yang dikemukakan oleh Taylor, Lilis

dan Le Mone (1997), yaitu Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada

kilen, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi

dengan berbagai alasan ada kemungkian perawat justru menghindar untuk

memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa

kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting

kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam

keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual bagi klien

bukan menjadi tugasya tetapi tanggung jawab pemuka agama. Selajan dengan

teori yan telah dikemukakan diatas peneliti berpendapat bahwa kurangnya

penerapan aspek spiritual perawat kepada pasien sangat terkait dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien meskipun terdapat penerapan aspek

spiritualitas dari perawat yang masih kurang, tetapi kebutuhan spiritual pasien

terpenuhi dikarenakan faktor dukungan lain baik dari pasien itu sendiri maupun

dari keluarga. Sedangkan terdapat 2 (6.7%) responden yang pemenuhan

kebutuhan spiritual pasien kurang dengan penerapan aspek spiritualitas perawat

kurang. Menurut teori yang dikemukakan oleh Taylor, Lilis & Le Mone (1997)

42

Page 43: Job Skripsi Rina

43

dan Craven & Hirnle (1996), faktor penting yang dapat mempengaruhi

spiritualitas seseorang salah satunya adalah pemberian asuhan keperawatan yang

kurang tepat. Dan teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2007), Masalah yang

sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang

merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau

beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang

memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai dengan

pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam

sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup,

mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya

keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti menangis,

menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda-tanda fisik

seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan diatas peneliti berpendapat jika

kurangnya penerapan aspek spiritualitas perawat maka kebutuhan spiritual pasien

kurang terpenuhi hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa didapati

beberapa pasien kebutuhan spiritualnya belum terpenuhi akibat kurangnya

penerapan aspek sepiritualitas dari perawat terhadap pasien yang di rawat di

Rumah Sakit Haji Makassar.

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0.034 < α = 0.05, oleh karena ρ < α

maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat hubungan penerapan aspek

spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spititualitas pasien di Rumah

43

Page 44: Job Skripsi Rina

44

Sakit Haji Makassar Tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar kebutuhan spitual pasien terpenuhi dibandingkan dengan

kebutuhan spitual pasien yang kurang terpenuhi.

44

Page 45: Job Skripsi Rina

45

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Ada Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan

Kebutuhan Spititualitas Pasien Di Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2008.

B. Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini, dapat dijadikan acuan bagi pihak Rumah

Sakit Haji dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya

penerapan/asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan acuan bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

penerapan aspek spiritual perawat dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

3. Diharapkan hasil penelitian ini, dapat menjadi bahan referensi dalam kegiatan

akademik di STIK Famika Makassar.

4. Besar harapan peneliti bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi umat

manusia serta sebagai awal dari peneliti dalam pengembangan pengetahuan.

45

Page 46: Job Skripsi Rina

46

DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z., 2002, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta.

Alimul, Aziz H., 2003, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 1, Salemba Medika, Jakarta.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.

Ellis, Gates, Kenworthy, 2000, Penjamin Kualitas Dan Konsep Keperawatan: Metode dan Studi Kasus, EGC, Jakarta.

Hamid A.Y., 2003, Buku Ajar Aspek Spiritualitas Dalam Keperawatan, Widya Medika, Jakarta.

Hidayat, Komaruddin, 2006, Psikologi Kematian; Mengubah Kematian Menjadi Optimisme, Arcan, Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi I, salemba medika, Jakarta.

Potter dan Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi terjemahan, EGC, Jakarta.

Sugiyono, 2001, Statistik Non Parametris, CV. Alfa Beta, Bandung.

Tarwoto dan Wartonah, 2003, Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Wijono D., 2000, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Air Langga University-Press, Surabaya.

46

Page 47: Job Skripsi Rina

47

Jadwal Penelitian

No Uraian KegiatanWaktu Dalam Bulan

April Mei Juni Juli Agustus September1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Identifikasi masalah2. Menyusun Proposal3. Seminar Proposal4. Perbaikan Proposal5. Pelaksanaan Riset6. Pengolahan dan

Analisa Data7. Menyusun Laporan Hasil

Riset8. Seminar Hasil9. Perbaikan Skripsi

47