jnc
DESCRIPTION
jnc guidelinesTRANSCRIPT
Artikel ini sudah dibaca 37655 kali!
Pada tahun 2013, Joint National Committee telah mengeluarkan guideline
terbaru mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan darah tinggi, yaitu JNC
8. Mengingat bahwa hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang
memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak komplikasi yang
mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal, hingga
kematian jika tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan perlu
untuk terus menggali strategi tatalaksana yang efektif dan efisien. Dengan
begitu, terapi yang dijalankan diharapkan dapat memberikan dampak
maksimal.
Secara umum, JNC 8 ini memberikan 9 rekomendasi terbaru terkait dengan
target tekanan darah dan golongan obat hipertensi yang direkomendasikan.
Kekuatan rekomendasi sesuai dengan tabel berikut
Grade A/Rekomendasi A – Strong recommendation. Terdapat tingkat keyakinan yang tinggi berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan tersebut memberikan manfaat atau keuntungan yang substansial.
Grade B/Rekomendasi B – Moderate recommendation. Terdapat keyakinan tingkat mengenah berbasis bukti bahwa rekomendasi yang diberikan dapat memberikan manfaat secara moderate.
Grade C/Rekomendasi C – Weak recommendation. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderate berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan memberikan manfaat meskipun hanya sedikit.
Grade D/Rekomendasi D – Recommendation against. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderate bahwa tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko atau bahaya yang lebih tinggi dibandingkan manfaat yang bisa didapat.
Grade E/Rekomendasi E – Expert opinion. Bukti-bukti belum dianggap cukup atau masih belum jelas atau terdapat konflik (misal
karena berbagai perbedaan hasil), tetapi direkomendasikan oleh komite karena dirasakan penting untuk dimasukan dalam guideline.
Grade N/Rekomendasi N – no recommendation for or against. Tidak ada manfaat yang jelas terbukti. Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat ditentukan karena tidak ada bukti-bukti yang jelas tersebut.
Rekomendasi 1. Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC
8 ini terkait dengan target tekanan darah pada populasi umum usia 60
tahun atau lebih. Berbeda dengan sebelumnya, target tekanan darah
pada populasi tersebut lebih tinggi yaitutekanan darah sistolik kurang
dari 150 mmHg serta tekanan darah diastolik kurang dari 90
mmHg. Rekomendasi A menjadi label dari rekomendasi nomor 1 ini.
Apabila ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah,
seperti misalnya tekanan darah sistolik <140 mmHg (mengikuti JNC 7),
selama tidak ada efek samping pada kesehatan pasien atau kualitas hidup ,
terapi tidak perlu diubah.
Rekomendasi ini didasarkan bahwa pada beberapa RCT didapatkan bahwa
dengan melakukan terapi dengan tekanan darah sistolik <150/90 mmHg
sudah terjadi penurunan kejadian stroke, gagal jantung, dan penyakit jantung
koroner. Ditambah dengan penemuan bahwa dengan menerapkan target
tekanan darah <140 mmHg pada usia tersebut tidak didapatkan manfaat
tambahan dibandingkan dengan kelompok dengan target tekanan darah
sistolik yang lebih tinggi. Namun, terdapat beberapa anggota komite JNC
yang tepat menyarankan untuk menggunakan target JNC 7 (<140 mmHg)
berdasarkan expert opinion terutama pada pasien dengan factor risiko
multipel, pasien dengan penyakit kardiovaskular termasuk stroke serta orang
kulit hitam.
Rekomendasi 2. Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi
umum yang lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
untuk menurunkan tekanan darah diastolik <90 mmHg.
Secara umum, target tekanan darah diastolic pada populasi ini tidak berbeda
dengan populasi yang lebih tua. Untuk golongan usia 30-59 tahun, terdapat
rekomendasi A, sementara untuk usia 18-29 tahun, terdapat expert opinion.
Terdapat bukti-bukti yang dianggap berkualitas dan kuat dari 5 percobaan
tentang tekanan darah diastolic yang dilakukan oleh HDFP, Hypertension-
Stroke Cooperative, MRC, ANBP, dan VA Cooperative. Dengan tekanan
darah <90 mmHg, didapatkan penurunan kejadian serebrovaskular, gagal
jantung, serta angka kematian secara umum. Juga, didapatkan bukti bahwa
menatalaksana dengan target 80 mmHg atau lebih rendah tidak memberikan
manfaat yang lebih dibandingkan target 90 mmHg.
Pada populasi lebih muda dari 30 tahun, belum ada RCT yang memadai.
Namun, disimpulkan bahwa target untuk populasi tersebut mestinya sama
dengan usia 30-59 tahun.
Rekomendasi 3. Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi
umum yang lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk
menurunkan tekanan darah sistolik <140 mmHg. Rekomendasi ini
berdasarkan pada expert opinion. RCT terbaru mengenai populasi ini serta
target tekanan darahnya dianggap masih kurang memadai. Oleh karena itu,
panelist tetap merekomendasikan standar yang sudah dipakai sebelumnya
pada JNC 7. Selain itu, tidak ada alasan yang dirasakan membuat standar
tersebut perlu diganti.
Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang tekanan darah diastolic
yang digunakan pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan bahwa pasien
yang mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg juga mengalami
penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg. Sulit untuk
menentukan bahwa benefit yang terjadi pada penelitian tersebut disebabkan
oleh penurunan tekanan darah sistolik, diastolic atau keduanya. Tentunya
dengan mengkombinasikan rekomendasi 2 dan 3, manfaat yang didapatkan
seperti pada penelitian tersebut juga diharapkan mampu digapai.
Rekomendasi 4. Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita
tekanan darah tinggi dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi
usia 18 tahun atau lebih dengan CKD perlu diinisiasi terapi hipertensi untuk
mendapatkan target tekanan darah sistolik kurang dari 140
mmHg serta diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini
merupakan expert opinion.
RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini melibatkan populasi
usia kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR kurang dari 60
mL/min/1.73 m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30 mg
albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR maupun usia.
Perlu diperhatikan bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada
pasien lebih dari 60 tahun kita perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika
tidak ada CKD, target tekanan darah sistolik yang digunakan adalah 150/90
mmHg sementara jika ada CKD, targetnya lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.
Rekomendasi 5. Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan
diabetes, inisiasi terapi dimulai untuk menurunkan tekanan darah
sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolic kurang dari 90
mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion. Target tekanan darah
ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya, yaitu tekanan darah sistolik <130
mmHg serta diastolic <85 mmHg.
Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam
(negro), termasuk pasien dengan diabetes, terapi antihipertensi inisial
sebaiknya menyertakan diuretic thiazid, Calcium channel blocker
(CCB), Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau
Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Rekomendasi ini merupakan
rekomendasi B.
Masing-masing kelas obat tersebut direkomendasikan karena memberikan
efek yang dapat dibandingkan terkait angka kematian secara umum, fungsi
kardiovaskular, serebrovaskular dan outcome ginjal, kecuali gagal jantung.
Terapi inisiasi dengan diuretic thiazid lebih efektif dibandingkan CCB atau
ACEI, dan ACEI lebih efektif dibandingkan CCB dalam meningkatkan
outcome pada gagal jantung. Jadi pada kasus selain gagal jantung kita dapat
memilih salah satu dari golongan obat tersebut, tetapi pada gagal jantung
sebaiknya thiazid yang dipilih.
Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial hipertensi karena
penggunaan beta blocker memberikan kejadian yang lebih tinggi pada
kematian akibat penyakit kardiovaskular, infark miokard, atau stroke
dibandingkan dengan ARB.
Sementara itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru golongan
obat tersebut memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan
outcome kardiovaskular yang lebih jelek dibandingkan dengan penggunaan
diuretic sebagai terapi inisiasi.
Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka
dengan diabetes, terapi inisial hipertensi sebaiknya menggunakan diuretic
tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini, ARB dan ACEI tidak
direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit hitam adalah
rekomendasi B sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah
rekomendasi C.
Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic thiazide
memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular, gagal
jantung dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI.
Sementara itu, meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam
mencegah gagal jantung, tetapi outcome lain tidak terlalu berbeda
dibandingkan dengan diuretik thiazide.
CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata
didapatkan hasil bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih
tinggi mengalami stroke pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial
dibandingkan dengan penggunaan CCB. Selain itu, pada populasi kulit hitam,
ACEI juga memberikan efek penurunan tekanan darah yang kurang efektif
dibandingkan CCB.
Rekomendasi 8. Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan
CKD dan hipertensi,ACEI atau ARB sebaiknya
digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk meningkatkan
outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien CKD dalam semua
ras maupun status diabetes.
Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria mendapatkan outcome ginjal
yang lebih baik dengan penggunaan ACEI atau ARB. Sementara itu, pada
pasien kulit hitam dengan CKD, terutama yang mengalami proteinuria, ACEI
atau ARB tetap direkomendasikan karena adanya kemungkinan untuk
progresif menjadi ESRD (end stage renal disease). Sementara jika tidak ada
proteinuria, pilihan terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI
atau CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak
digunakan dalam terapi inisial, obat tersebut juga bisa digunakan sebagai
terapi tambahan atau terapi kombinasi.
Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar
kreatinin serum dan mungkin menghasilkan efek metabolic seperti
hiperkalemia, terutama pada mereka dengan fungsi ginjal yang sudah
menurun. Peningkatan kadar kreatinin dan potassium tidak selalu
membutuhkan penyesuaian terapi. Namun, kita perlu memantau kadar
elektrolit dan kreatinin yang mana pada beberapa kasus perlu mendapatkan
penurunan dosis atau penghentian obat.
Rekomendasi 9. Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau
expert opinion. Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk
melakukan penyesuaian apabila terapi inisial yang diberikan belum
memberikan target tekanan darah yang diharapkan. Jangka waktu yang
menjadi patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam satu bulan target
tekanan darah belum tercapai, kita dapat memilih antara meningkatkan dosis
obat pertama atau menambahkan obat lain sebagai terapi kombinasi. Obat
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide, ACEI, ARB atau
CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika dengan
dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi.
Pada masing-masing tahap kita perlu terus memantai perkembangan tekanan
darahnya serta bagaimana terapi dijalankan, termasuk kepatuhan pasien. Jika
perlu lebih dari tiga obat atau obat yang direkomendasikan tersebut tidak
dapat diberikan, kita bisa menggunakan antihipertensi golongan lain.
Referensi:
James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison C, Handler J, dkk.
2014 Evidence-Based Guideline for The Management of High Blood Pressure
in Adults: Report from the Panel member Appointed to the Eight Joint National
Committee (JNC 8). JAMA; 18 Dec 2013;