jihad dalam alquran;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · kitab suci alquran...

96
JIHAD DALAM ALQURAN; APLIKASI TEORI PENAFSIRAN „DOUBLE MOVEMENTFAZLUR RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT QITAL DALAM ALQURAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh : Mukhamad Saifunnuha NIM 21514014 JURUSAN ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

i

JIHAD DALAM ALQURAN;

APLIKASI TEORI PENAFSIRAN „DOUBLE MOVEMENT‟

FAZLUR RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI

AYAT-AYAT QITAL DALAM ALQURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

Mukhamad Saifunnuha

NIM 21514014

JURUSAN ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mukhamad Saifunnuha

NIM : 215-14-014

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Menyatakan bahwa naskah skripsi saya yang berjudul ”Jihad Dalam

Alquran; Aplikasi Teori Penafsiran „Double Movement‟ Fazlur Rahman

Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qitāl Dalam Alquran” adalah

benar-benar hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian

yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah, dan bebas dari

plagiarisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya

siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, Mei 2018

Yang menyatakan,

Mukhamad Saifunnuha

Page 3: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoresi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Mukhamad Saifunnuha

NIM : 21514014

Fakultas : Ushuluddin Adab Dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir

Judul : Jihad Dalam Alquran; Aplikasi Teori Penafsiran

„Double Move ment‟ Fazlur Rahman Sebagai Upaya

Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qitāl Dalam Alquran

Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, Mei 2018

Pembimbing,

Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

Page 4: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

Jalan Nakula Sadewa VA/No. 09 Salatiga 50721. Telp (0298) 323706 Fax. 323433

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara Mukhamad Saifunnuha dengan Nomor Induk Mahasiswa

215-14-014 yang berjudul “Jihad Dalam Alquran: Aplikasi Teori

Penafsiran Double Movement Fazlur Rahman sebagai Upaya

Kontekstualisasi Ayat-ayat Qitāl dalam Alquran” telah dimunaqosyahkan

dalam Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Senin, 10 September

2018 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Salatiga, September 2018

Panitia Ujian

Ketua Sidang

Dr. Mubasirun, M. Ag.

NIP. 19590202 199003 1001

Sekretaris Sidang

Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

NIP.19541002 198403 1001

Penguji I

Dr. Adang Kuswaya, M. Ag.

NIP. 19720531 199803 1002

Penguji II

Tri Wahyu Hidayati, M. Ag.

NIP. 19741123 200003 2002

Pembimbing

Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

NIP. 19541002 198403 1001

Page 5: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

v

MOTTO

Waktu adalah sesuatu yang kita punya dari-Nya, berpacu dengan waktu

adalah tugas kita, mengabaikan waktu adalah celaka bagi kita.

شضي زي صح خز سبء زظش ا إرا أصجحذ كال ر جبح زظش اص ذ كال ر س ... إرا أ

ري حبري

“... Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan

sesuatu) hingga pagi hari datang. Apabila kamu berada di pagi hari

janganlah menunggu hingga sore datang. Gunakan waktu sehatmu untuk

menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.”

(HR. Bukhari)

Page 6: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

vi

PERSEMBAHAN

Teruntuk Bapak dan Ibu Tercinta

Teruntuk juga Kakak dan Adik Terkasih

Teruntuk pula Mbah Kakung dan Mbah Putri Tersayang

Keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu terpanjat dalam do’a,

Juga seseorang yang mengingatkan penulis akan singkatnya waktu,

yang sebenarnya penulis ingin sebutkan namanya dalam persembahan

ini, namun tidak perlu kiranya,

Dengan segala kekurangan, dan dengan segala upaya dan usaha yang

ada, penulis persembahkan tulisan ini untuk semuanya.

Page 7: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai

nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “JIHAD DALAM ALQURAN;

APLIKASI TEORI PENAFSIRAN „DOUBLE MOVEMENT’ FAZLUR

RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT

QITAL DALAM ALQURAN”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata I (S1) pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang selalu setia

pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas

bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada

kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain

“Jazakumullah Khairan Katsiran” semoga kebaikan dari semua pihak

dibalas Allah SWT dengan berlipat ganda. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk kuliah di

IAIN Salatiga dan mengadakan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora (FUADAH).

3. Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Ibu Tri Wahyu

Hidayati, M. Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan pengarahan dan masukan serta motivasi

kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag, selaku dosen pembimbing

skripsi yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan

membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

viii

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis dalam

memahami ilmu selama duduk di bangku kuliah.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan

sumbangan baik secara moril maupun materil. Mudah-mudahan

cucuran keringat yang telah tertumpah dijadikan saksi oleh Allah

SWT sebagai bukti dari bagian perjuangan untuk mendapatkan

amal jariyah di hadapan-Nya.

7. Mbah kakung, Mbah put ri, juga Kakak dan Adik tercinta,

terimakasih atas segenap do‟anya. Semoga penulis benar-benar

bisa menjadi qudwah untuk keluarga besar.

8. Segenap keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan

motivasi serta dukungannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini.

Jazakumullah bi ahsanil jaza‟ atas semuanya. Semoga Allah SWT

meridhai dan memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala jasa-

jasanya.

Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi semua

pembaca pada umumnya.

Salatiga, September 2018

Penulis,

Mukhamad Saifunnuha

Page 9: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

ix

ABSTRAK

Penelitian ini adalah Penelitian Pustaka (Library Research), yang

mengkaji ayat-ayat qitāl dengan menggunakan metode Double Movement

Fazlur Rahman. Tulisan ini berawal dengan adanya pemahaman yang keliru

dari beberapa golongan (seperti Islam Fundamentalis) mengenai perintah

perang (qitāl) yang ada dalam Alquran. Begitu juga untuk meluruskan

anggapan Barat yang menyatakan bahwa Islam adalah Agama pedang dan

kekerasan. Sehingga tujuan penelitian ini adalah; pertama, untuk

mengetahui makna kata qitāl yang terdapat dalam Alquran. Kedua, untuk

mengetahui konteks peristiwa ayat-ayat qitāl. Ketiga, untuk

mengkontekstualisasikan ayat-ayat qitāl dengan menggunakan metode

Double Movement. Sehingga ayat-ayat qitāl tersebut dapat kita ambil nilai

moral dan tujuan umumnya untuk dapat diterapkan dalam problematika

sekarang ini.

Terlebih dahulu penelitian ini memfokuskan pada pemaknaan kata

qitāl dalam Alquran. Setelah didapatkan makna dari qitāl beserta semua

derivasinya dalam Alquran; yaitu berarti perang atau memerangi, kemudian

penulis paparkan ayat-ayat qitāl. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui

asbāb an-nuzūl serta munāsabah (ketersambungan) diantara ayat-ayat yang

ada. Selanjutnya adalah menerapkan metode Double Movement untuk

memahami ayat-ayat qitāl dengan berbekal pemahaman historis yang ada.

Sehingga, dengan langkah-langkah pemahaman yang penulis terapkan,

penulis dapat membuktikan bahwasanya kehujjahan Alquran itu tidak

terbatas waktu dan tempat, dan akan selamanya menjadi pedoman hidup

umat manusia.

Kata kunci: Jihad, Qital, Teori Double Movement

Page 10: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil

keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan Tunggal

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf, dalam pedoman ini sebagian

dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan

tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda

sekaligus.

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan ا

- bā‟ b ة

- tā‟ t د

ṡā‟ ṡ s dengan satu titik di س

atas

- Jīm j ط

حḥā‟ ḥ

h dengan satu titik di

bawa

- khā‟ kh خ

- Dāl d د

رŻāl ż

z dengan satu titik di

atas

- rā‟ r س

- Zāi z ص

- Sīn s ط

- Syīn sy ش

صṣād ṣ

s dengan satu titik di

bawah

Page 11: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

xi

ضḍād ḍ

d dengan satu titik di

bawah

طṭā‟ ṭ

t dengan satu titik di

bawah

ظẓā‟ ẓ

z dengan satu titik di

bawah

ʿain ʿ koma terbalik ع

- Gain g ؽ

- fā‟ f ف

- Qāf q م

- Kāf k ى

Lām l -

Mīm m -

Nūn n -

Wāwu w -

hā‟ h -

ء

Hamzah

tidak

dilambangkan

atau ‟

apostrof, tetapi lambang

ini tidak dipergunakan

untuk hamzah di awal

kata

- yā‟ y ي

2. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap,

Contoh: ب ditulis rabbanā سث

ة ditulis qarraba هش

ditulis al-ḥaddu احذ

3. Tā‟ marbūṭah di akhir kata

Transliterasinya menggunakan :

Page 12: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

xii

a. Tā‟ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinya h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah

terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan

sebagainya.

Contoh: حخ ditulis ṭalhah ط

ثخ ditulis at-taubah از

خ ditulis Fātimah كبط

b. Pada kata yang terakhir dengan tā‟ marbūṭah diikuti oleh

kata yang

menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu

terpisah, maka tā‟ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh : ضخ االطلب ditulis rauḍah al-aṭfāl س

c. Bila dihidupkan ditulis t.

Contoh: ضخ االطلب ditulis rauḍatul aṭfāl س

Huruf ta marbuthah di akhir kata dapat dialihaksarakan sebagai t atau

dialihbunyikan sebagai h (pada pembacaan waqaf/berhenti).

Page 13: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i

Pernyataan Keaslian Tulisan ....................................................................... ii

Persetujuan Pembimbing ............................................................................. iii

Pengesahan Kelulusan ................................................................................. iv

Motto .......................................................................................................... v

Persembahan ............................................................................................... vi

Kata Pengantar ........................................................................................... vii

Abstrak ....................................................................................................... ix

Pedoman Transliterasi ................................................................................. x

Daftar isi ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 12

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ..................................... 12

D. Kajian Pustaka ................................................................. 13

E. Metodologi Penelitian ..................................................... 16

F. Sistematika Pembahasan ................................................. 18

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perang (qitāl) ...................................................... 19

B. Pengertian Jihad dan Perang (qitāl) ................................ 26

C. Fazlur Rahman dan Teori „Double Movement‟ ............... 31

BAB III KAJIAN AYAT-AYAT QITAL

A. Ayat-ayat Perang (qitāl) dalam Alquran dan

Asbāb an-Nuzūlnya ......................................................... 47

B. Penggunaan dan Pemaknaan kata qitāl dalam

Alquran ............................................................................ 57

Page 14: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

xiv

BAB IV APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT TERHADAP

AYAT-AYAT PERANG (QITAL)

A. Aplikasi Teori Double Movement terhadap Ayat-ayat

qitāl ................................................................................. 62

B. Kontekstualisasi Ayat-ayat qitāl terhadap Problematika

Masa Kini ........................................................................ 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 76

B. Saran ................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 79

Page 15: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang

haqiqi senantiasa memberikan kontribusi monumental dalam setiap lini

kehidupan, selain itu juga Alquran tidak menjadikan dirinya sebagai

pengganti usaha manusia, akan tetapi sebagai pendorong dan pemandu demi

berperannya manusia secara positif dalam berbagai bidang kehidupan.

Alquran akan mengarahkan manusia menuju jalan kebenaran (lurus), agar

manusia tidak keliru dalam menjalankan aktifitas kehidupannya. Alquran

adalah kitab yang memberikan penjelasan secara komprehensif baik masalah

besar dan kecil termasuk juga bagaimana sebuah sistem dalam bertatanegara

hingga bagaimana berperang yang benar yang sesuai dengan petunjuk

Alquran dan rasul-Nya. Oleh sebab itu, segala upaya pemahaman dan

pengaplikasian Alquran seyogyanya harus dipertimbangkan melalui

berbagai faktor yang sulit dalam sejarah kehidupan manusia. Alquran harus

diracik dan ditafsirkan melalui penelusuran-penelusuran dengan melihat

kondisinya baik dari segi sosiologis, kultural, psikologis, etika, politik, dan

berbagai keilmuan lainnya.1 Ajaran Alquran meliputi segala bidang aspek

kehidupan manusia dan saling menjaga antara bangsa dan agama.

Kehadiran Islam dengan segala idealitasnya diatas ternyata belum

dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi sebagian kelompok.

Salah satunya adalah kelompok fundamentalis khususnya fundamentalis

agama.2 Fundamentalis ini yang kemudian diidentikkan dengan terorisme.

1 Emha Ainun Nadjib, Surat Kepada Kanjeng Nabi (Bandung: Mizan, 1997), 335.

2 Beberapa sarjana menggunakan istilah “Islamisme” sebagai padanan kata Islam

radikal/fundamental. Fazlur Rahman menggunakan istilah “revivalisme” sementara Hasan

Hanafi menggunakan istilah “Ushuliyyah”. Sementara banyak yang menilai bahwa

fenomena akan fundamentalisme Islam sebenarnya adalah gerakan politik, sehingga mereka

menyebutnyya sebagai “Islam Politik”. Lihat; Prabowo Adi Hidayat, Argumentasi Makna

Jihad dalam Alquran ditinjau dari Perspektif Masyarakat Kosmopolitan, STAIN Jurai Siwo

Metro, t.th., 2.

Page 16: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

2

Artinya agama Islam diposisikan sebagai terdakwa yang ajaran-ajarannya

membenarkan dan menghalalkan kekerasan sebagai tajuk perjuangan.

Dengan beberapa kasus terorisme yang muncul ke permukaan, Islam

semakin disudutkan sebagai spirit utama lahirnya kekuatan-kekuatan

fundamentalis dan ekstrimis, termasuk pelaku kekerasan atas nama agama

atau jihad atas nama Tuhan.

Banyaknya kasus kekerasan dan terorisme berdampak pada citra

agama, dimana seringkali kasus tersebut dikaitkan dengan Islam. Hal ini

menimbulkan pertanyaan besar mengenai sejauh mana pemahaman

keislaman itu sendiri pada tiap penganutnya? Islam sebagai agama yang

memiliki penganut mayoritas mempunyai andil besar dalam pembentukan

lingkungan damai dengan pemeluk agama lain. Ajaran Islam yang dianut

oleh mayoritas umat dunia mempunyai implikasi yang kuat terhadap cara

berfikir dan bertindak masyarakat. Karena pada dasarnya Islam memegang

teguh ajaran yang terkandung dalam Alquran sebagai pedoman hidup.

Hasyim Muzadi berpendapat bahwa jika mengikuti asumsi atau

tuduhan diatas, tentu saja jika benar bahwa pelaku terorisme adalah gerakan

fundamentaslisme, hal ini disebabkan karena adanya pemahaman

keagamaan yang eksklusif, skriptualis, dan miskinnya pemahaman realitas

historis dalam menafsirkan pesan esoteris teks-teks kitab suci, sehingga

mewariskan sikap-sikap yang fanatik, dogmatik, dan intoleran dalam

menyikapi realitas perbedaan dan kondisi pluralitas sosial, politik, budaya,

dan ekonomi. Bahkan termasuk dalam menyikapi wilayah juang dalam

mengimplementasikan prinsip amar ma‟rūf nahī mungkar.3

Pemahaman Alquran secara penuh merupakan konsekuensi logis

dalam menjalankan ritus keagamaan baik dengan sang pencipta-Nya

maupun dengan makhluk lainnya. Alquran adalah teks, sebagai petunjuk

3 Hasyim Muzadi dalam kata pengantar, Drs. Abdul Wahid dkk, Kejahatan

Terorisme, Perspektif Agama, HAM dan Hukum (Bandung: Refika Aditama, 2004), v.

Page 17: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

3

tentu saja lahir dengan sendirinya membutuhkan berbagai penafsiran.

Mengenai hal itu, objek kajian terhadap teks ini tidak mengacu pada realitas

yang berada diluar teks, melainkan kepada realitas yang digambarkan oleh

teks itu sendiri.

Mengacu pada teks yang multi-tafsir itu, Alquran bukan hanya

sebagai pedoman hidup, namun disatu sisi juga menimbulkan polemik

kebahasaan dan berdampak lebih lanjut pada kekeliruan pemahaman,

contohnya adalah pada kasus ayat-ayat Jihad (dan ayat-ayat qitāl

khususunya), yang menjadi sarana doktrinasi dalam melakukan aksi-aksi

kekerasan maupun terorisme.4

Kata perang (qitāl) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat diseluruh

penjuru dunia. Kata qitāl seringkali diidentikkan dengan kata jihad. Dalam

konteks perkembangan zaman istilah jihad mengalami fluktuasi pemahaman

dikalangan masyarakat, bahkan telah menjadi trend ideologi bagi sebagian

umat Islam tersendiri, dengan artian kadangkala istilah ini menjadi makna

peyorasi yakni penyempitan makna yang berakibat pada hal yang negatif

dan juga makna ameliorasi yakni perluasan makna yang berdampak pada

kenaikan nilai-nilai positif dalam kandungan makna tersebut, sehingga perlu

adanya kontribusi keilmuan lainya untuk memahamkan makna tersebut

sesuai dengan tingkat perkembangan manusia dalam berbagai jenjang.

Disini yang terjadi bukan sekedar permasalahan sosial keagamaan

melainkan munculnya distorsi pemahaman ajaran Islam mengenai jihad

yang termaktub dalam Alquran dan as-sunah. Selain itu juga, bahwa

fenomena jihad yang menyeruak kepermukaan seperti yang disaksikan

dewasa ini, tidak hanya muncul dari pencitraan barat atau eropa melainkan

umat Islam tertentu (radikal) juga mempunyai kontribusi dalam hal ini.

Artinya Islam radikal (fundamentalis) dengan manifestasi gerakan yang

4 Ibnuafan, “Penerjemahan Ayat-ayat Jihad dalam Alquran; Terjemahan Kementerian

Agama RI (Analisis Wacana)”, Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), 4.

Page 18: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

4

diciptakan sebagaimana yang sering dijumpai pada banyak kasus,

meniscayakan sebuah citra Islam yang serat dengan ideologi fundamentalis.

Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan kelompok fundamentalis di Mesir

dengan berbagai variasi gerakannya, mulai dari yang sangat ekstrim hingga

yang lebih moderat.5

Jihad bukanlah sesuatu yang baru bagi kalangan umat Islam, sebab

pada masa Nabi Muhammad saw fenomena ini sudah menjadi bagian dari

ajaran Islam yang sangat penting. Seruan jihad pun bukan sekedar perintah

Nabi melainkan sebuah perintah yang haq termaktub dalam Alquran. Tentu

saja fenomena jihad pada masa lalu berbeda dengan konsep jihad yang

selazimnya diimplementasikan pada zaman sekarang ini. Pada masa lalu

jihad bukanlah untuk mengalahkan dan menghancurkan musuh melainkan

untuk membela diri (self-defence) dan tidak satupun dimaksudkan untuk

menyerang secara agresif dan memenangkan pertempuran dengan

mengorbankan nyawa seminimal mungkin. Terma jihad yang diusung oleh

Alquran telah mengalami beberapa kamuflase pemahaman oleh sebagian

kalangan umat Islam. Adakalanya pemahaman ini menjadi paham atau

ideologi yang berbaju perang dalam mewujudkan keinginan sebuah

kemenangan dari suatu kelompok tertentu, hal ini disebabkan adanya

pendangkalan pemahaman dari kalangan internal sebagian umat Islam.

Sedangkan, konsep jihad yang sesungguhnya dalam era modern ini

merupakan sebagai upaya kesungguhan untuk perubahan, perbaikan, dan

peningkatan mutu dalam berbagai lini kehidupan seperti agama, sosial, ilmu

pengetahuan, budaya, pendidikan, dan tata kelola pemerintahan yang baik

dan benar.6

Sejarah kekerasan dan radikalisme seringkali membawa nama

agama. Hal ini dapat dipahami karena agama memiliki kekuatan yang sangat

5 Muhammad Fakhruddin, “Konsep Jihad Menurut Muhammad Syahrur”, Skripsi

(Yogyakarta: UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2004), 3. 6 Prabowo Adi Hidayat, Argumentasi Makna Jihad dalam Alquran..., 3-4.

Page 19: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

5

dahsyat, yang melebihi kekuatan politik, sosial, dan budaya. Agama bahkan

bisa diangkat sampai pada tingkat supranatural. Atas nama agama, kemudian

radikalisme diabsahkan dalam berbagai tindakan. Mulai dari mengkafirkan

orang-orang yang tak sepaham (takfīr) sampai melakukan pembunuhan

terhadap musuh yang tidak seideologi dengannya.

Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya

gerakan radikal yang mengatasnamakan agama. Salah satunya menurut

Yusuf Qardhawi, faktor utama munculnya radikalisme dalam beragama

adalah kurangnya pemahaman yang benar dan mendalam atas esensi ajaran

agama Islam itu sendiri dan pemahaman literalistik atas teks-teks agama.7

Karena pada kenyatannya, sebagian Muslim melakukan tindakan kekerasan

seringkali merujuk pada ayat Alquran dan hadis Nabi saw. Yang dijadikan

legitimasi dan dasar tindakannya. Padahal, Islam adalah agama universal

dan moderat (wasaṭiyah) yang mengajarkan nilai-nilai tolereansi (tasāmuh)

yang menjadi salah satu ajaran inti Islam yang sejajar dengan ajaran lain,

seperti keadilan („adl), kasih sayang (rahmat), dan kebijaksanaan (hikmah).

Sebagai rahmat bagi semesta alam, Alquran mengakui kemajemukan

keyakinan dan keberagamaan. Tetapi sayang aksi dan tindakan kekerasan

masih juga seringkali terjadi. Dan sekali lagi, itu diabsahkan dengan dalil

ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi saw.

Beragam makna jihad dikemukakan oleh tokoh-tokoh Islam. Imam

Syafi‟i mendefinisikan makna jihad dengan memerangi kaum kafir untuk

menegakkan Islam. Pengertian jihad inilah yang secara luas dibicarakan

dalam kitab-kitab fikih yang senantiasa dikaitkan dengan pertempuran,

peperangan, dan ekspedisi militer.8

7 Yusuf Qardhawi, As-Ṣahwah al-Islāmiyyah bayna al-Juhūd wa at-Taṭarruf (Kairo:

Dār asy-Syurūq, 2001), 51-57. 8 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2001), 315.

Page 20: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

6

Sedangkan Ibn Taimiyah berkata di dalam kitab Mathālib Uli al-

nuha, yaitu jihad yang diperintahkan ada yang digunakan dengan hati

(seperti istiqamah untuk berjihad dan mengajak kepada syariat Islam),

argumentasi (memberi argumentasi kepada yang batil), penjelasan

(penjelasan kebenaran, menghilangkan ketidakjelasan, dan memberikan

pemikiran yang bermanfaat untuk umat Islam), tubuh (seperti berperang).

Jihad wajib dilakukan jika seluruh hal tersebut bisa dilakukan.9

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, sedikit wajar apabila

sebagian orang memaknai jihad berupa perang fisik, terlebih apabila

mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh Imam Syafi‟i bahwa jihad

adalah memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam. Maka kiranya perlu

untuk mendefinisikan kembali makna jihad dalam konteks sekarang dengan

tetap menjadikan Alquran sebagai acuan dan batasan pengertiannya.

Para ulama terdahulu telah memiliki suatu metodologi sebagai upaya

mendialogkan Alquran dan hadis dalam konteks mereka. Akan tetapi ketika

suatu metode itu dibawa kepada konteks yang berbeda, metode itu bisa jadi

tidak mampu lagi mendialogkan keduanya sebagaimana kebutuhan konteks

yang baru. Bahkan langkah mundur jika problem-problem kontemporer

dewasa ini dipecahkan dengan metode orang-orang dulu yang jelas berbeda

dengan problem saat ini. Hal tersebut sudah tentu, menuntut adanya metode

penafsiran baru yang sesuai dengan perkembangan situasi sosial, budaya,

ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.10 Dan ini menurut Amin

Abdullah merupakan solusi untuk menjembatani kebuntuan dan krisis ilmu

9 Hasan Asy-Syathi, Mathālib Uli al-Nuhā, Jil. 2 (Damaskus: Al-Maktab Al-Islāmi,

1961), 501. 10

Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press,

2014), 139.

Page 21: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

7

Alquran dan tafsir yang kurang relevan dengan konteks dan semangat zaman

sekarang ini.11

Salah satu metode penafsiran baru yang penulis ingin sampaikan

dalam tulisan ini adalah sebuah metode yang ditawarkan oleh Fazlur

Rahman, seorang pemikir Islam asal Pakistan yang lahir pada tahun 1919 M.

Awal karirnya dalam mengusung pemikiran-pemikiran yang progresif

adalah ketika Rahman diminta kembali ke Pakistan oleh Ayyub Khan

(Presiden Pakistan, 1958 – 1969) untuk membangun Negeri asalnya

sekaligus untuk merumuskan ideology Islam bagi Negara Pakistan. Pada

tahun 1962, Fazlur Rahman diminta untuk memimpin Lembaga Riset Islam

(Islam Research Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat Ideologi

Islam (The Advisory Council of Islamic Ideology) pemerintah Pakistan tahun

1964.12 Lembaga riset Islam yang dikelola Rahman bertugas menafsirkan

Islam dalam terma-terma rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan suatu masyarakat modern yang progresif, sementara dewan

Penasihat Ideologi Islam yang dibentuk tahun 1962 betugas untuk meninjau

seluruh hukum, baik yang telah ada ataupun yang akan dibuat dengan tujuan

menyelaraskan dengan Alquran dan sunnah, serta mengajukan rekomendasi-

rekomendasi kepada pemerintah pusat dan propinsi tentang cara menjadi

seorang Muslim yang baik.13

Rahman terlibat secara intens dalam usaha-usaha untuk menafsirkan

kembali Islam guna menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini.14 Fazlur

Rahman berpendapat, bahwa kesenjangan antara Islam yang terdapat dalam

Alquran dan Islam dalam realitas sejarah telah melebur terlalu jauh sehingga

11

Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir:

Peta Metodologi Penafsiran Alquran Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta:

Nun Pustaka, 2003), xii. 12

Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie (Bandung: Penerbit Mizan, 2017),

X. 13

Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam (Bandung: Mizan,

1987), 14. 14

Ibid.

Page 22: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

8

perlu digabung kembali dan dijalin dengan erat melalui suatu usaha yang

sistematis dan menyeluruh. Dengan orientasi dan visi itu, Rahman mencoba

mengaktualisasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Alquran kedalam

kehidupan konkrit. Pesan-pesan moral Alquran yang tidak mentolerir adanya

pembedaan yang didasarkan pada etnis, warna kulit, dan semacamnya oleh

Fazlur Rahman dikontekstualisasikan kedalam persoalan-persoalan yang

sedang dihadapi Pakistan saat itu.15

Kehadiran Rahman dalam daftar nama–nama pemikir Islam

membawa sesuatu yang baru terhadap pemikiran Islam, meskipun

sebenarnya pembaharuan dalam Islam telah dilakukan oleh beberapa

pemikir sebelum Islam.16

Menurut Rahman, Alquran adalah moral yang memancarkan titik

beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial. Hukum moral tidak dapat

diubah, Alquran merupakan perintah Tuhan dan manusia tidak dapat

membuat hukum moral. Manusia diharuskan tunduk pada Alquran,

ketundukan itulah yang disebut “Islam”, perwujudan dalam kehidupan

adalah ibadah atau pengabdian kepada Allah. Hal ini disebabkan karena titik

utama Alquran terletak pada moral.17

Pasca Nabi wafat, para sahabat enggan menafsirkan Alquran,

menurut Rahman hal ini membuka peluang lebar bagi umat Muslim untuk

mengembangkan catatan terhadap pengertian teks yang terang dan memiliki

watak bebas dengan pendapat bebas (tafsir bi al-ra‟yi). Perkembangan

beberapa perangkat ilmu pengetahuan untuk kemajuan ilmu tafsir Alquran

merupakan kebutuhan yang urgensinya harus dilaksanakan. Syarat pertama

yang harus dipenuhi untuk kemajuan ilmu tafsir Alquran adalah

15

Abd. A‟la, Dari Neomodernisme ke Islam Liberal (Jakarta: Penerbit Dian Rakyat,

2009), 14. 16

Mawardi, Hermeneutika Alquran Fazlur Rahman, Dalam Hermeneutika Alquran

dan Hadis, ed. Sahiron Syamsudin (Yogyakarta: Elsaq press, 2010), 65. 17

Fazlur Rahman, Islam ..., 35.

Page 23: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

9

pengetahuan yang menyangkut bukan saja bahasa Arab, melainkan juga

kebiasaan-kebiasaan bangsa Arab pada masa Nabi, yang diperukan untuk

memahami Alquran secara layak. Latar belakang turunnya wahyu Alquran

dianggap Rahman sebagai suatu penunjang yang penting untuk mengerti

firman Tuhan secara benar merupakan syarat kedua yang harus dipenuhi.

Syarat yang ketiga adalah hadis kesejarahan yang memuat laporan-laporan

mengenai cara orang-orang memahami perintah-perintah dan pernyataan

Alquran ketika pertama kali diturunkan, ketika persyaratan-persyaratan itu

terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah memainkan peranan bebas

berdasarkan pemikiran manusia.18

Dengan semangat menggencarkan kembali terbukanya pintu ijtihad,

Rahman kemudian mengajukan rumusan metodologi untuk memahami

Alquran dan hadis pada cakupan luasnya. Yang kemudian dinamai dengan

teori Double Movement (teori gerakan ganda).

Langkah pertama dari gerakan tersebut adalah seorang harus

memahami arti atau makna dari suatu pernyataan tertentu dengan

mempelajari situasi atau problem historis yang selanjutnya akan mengkaji

secara umum mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat,

agama, adat istiadat, pranata-pranata, bahkan tentang kehidupan secara

menyeluruh di Arabia.19 Dengan kata lain langkah pertama dari gerakan

ganda adalah upaya sungguh-sungguh memahami konteks mikro dan makro

saat Alquran diturunkan, setelah itu mufassir berusaha menangkap makna

asli dari ayat Alquran dalam konteks sosio-historis kenabian, dari hal itulah

maka ditemukan ajaran universal Alquran yang melandasi berbagai perintah

normatif Alquran.20

18

Fazlur Rahman, Islam ..., 48-49. 19

Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intelectual Tradition

(Chicago & London: The University of Cicago Press, 1982), 7. 20

Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LkiS, 2010), 180.

Page 24: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

10

Langkah kedua dari gerakan ini adalah melakukan generalisasi

jawaban-jawaban spesifik dan menyatakannya sebagai pernyataan-

pernyataan yang memiliki tujuan-tujuan moral sosial yang disaring dari

ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis dan rationes

legis yang sering dinyatakan.21 Gerakan kedua ini berusaha menemukan

ideal moral setelah adanya kajian sosio-historis kemudian ideal moral

tersebut menemukan eksistensinya dan menjadi sebuah teks yang hidup

dalam pranata umat Islam. Selama proses ini, perhatian harus diberikan

kepada arah ajaran Alquran sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti

tentu dipahami serta setiap hukum dan tujuan yang dirumuskan harus

koheren dengan lainnya.

Begitu pula ayat-ayat yang berkaitan dengan jihad. Dalam hal ini

adalah ayat yang secara khusus membahas mengenai qitāl. Apabila ayat

qitāl hanya dipahami secara tekstual, maka hasil akhir pemahaman tersebut

adalah tidak lain berimbas pada munculnya kekerasan dan terorisme. Salah

satu contoh ayat qitāl adalah terdapat dalam surah At-Taubah ayat 123

berikut ini,

أ ا أ ٱػ ظخ ؿ جذا ك لبس ٱ زا ٱز

ا ه ءا ب ٱز زو غ ٱ ٱل

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir

yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan

daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang

bertakwa.”

Ayat diatas ketika dipahami secara sekilas, mengandung perintah

bahwa seorang Muslim diharuskan memerangi orang kafir ketika bertemu

dengan mereka. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan citra dan hakikat

Islam yang rahmatan lil ālamīn. Maka seharusnya ayat tersebut dipahami

secara utuh dengan melihat konteks pada saat ayat tersebut turun. Karena

pada hakikatnya ayat tersebut turun berkenaan dengan peristiwa perang

21

Fazlur Rahman, Islam and Modernity..., 7.

Page 25: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

11

Tabuk pada bulan Rajab tahun kesembilan. Maka penting mengetahui sebab

turunnya ayat, atau yang kita sebut asbāb an-nuzūl. Selain itu juga, satu ayat

Alquran kebanyakan tidak berdiri sendiri. Artinya terdapat beberapa atau

banyak ayat lain yang masih terkait dengan satu ayat tersebut. Yang

kemudian kita kenal dengan munāsabah Alquran. Apabila hanya dengan

melihat satu ayat kemudian menghasilkan satu kesimpulan, maka sungguh

itu termasuk pandangan yang sempit dan keliru.

Dengan metode penafsiran yang ditawarkan Fazlur Rahman yaitu

metode „Double Movement‟, penulis berkeyakinan bahwa ayat-ayat qitāl

dapat dipahami lebih elastis dan fleksibel. Karena dalam teorinya tersebut,

Rahman menjadikan Alquran sebagai landasan moral-teologis bagi umat

manusia dalam mengemban amanah Tuhan, dan juga ingin senantiasa

mendialogkan teks Alquran dan hadis yang terbatas degan konteks

perkembagan zaman yang selalu dinamis dan tidak terbatas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka permasalahan pokok penting

yang sangat mendasar dan yang menjadi fokus kajian utama penelitian ini

adalah bagaimanakah jihad dalam perspektif Alquran, yang akan dipahami

melalui kajian ayat-ayat qitāl?. Untuk mengetahui jawaban yang

komprehensif dan detail maka pokok permasalahan tersebut dapat dirincikan

sebagai berikut:

1. Apa sajakah makna qitāl dan derivasinya dalam Alquran?

2. Bagaimanakah konteks peristiwa pada ayat-ayat qitāl dalam

Alquran?

3. Bagaimanakah penafsiran kontekstual tentang qitāl berdasarkan teori

penafsiran Double Movement Fazlur Rahman?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Page 26: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

12

a. Untuk mengetahui makna qitāl dan derivasinya di dalam

Alquran.

b. Untuk mengetahui konteks peristiwa pada ayat-ayat qitāl

dalam Alquran.

c. Untuk mengetahui hasil penafsiran kontekstual

menggunakan teori Double Movement Fazlur Rahman dalam

memahami ayat-ayat qitāl dalam Alquran.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Untuk menambah khazanah pengetahuan bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca umumnya tentang

Perang dalam perspektif Alquran.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

dalam ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa

Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir IAIN Salatiga.

3) Penelitian ini diharapakan bisa menjadi bahan

rujukan bagi peneliti selanjutnya.

4) Sebagai bahan komparatif bagi para peneliti lainnya

untuk melakukan penelitian yang lebih

komperehensif, dan mendetail pada waktu

berikutnya.

b. Secara Praktis

1) Bagi kaum Muslimin menjadi bahan rujukan dan

dalil untuk menjawab permasalahan yang ada.

2) Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi

seluruh Muslimin untuk dijadikan sebagai bahan

acuan dalam menghadapi permasalahan yang ada

ditengah tengah masyarakat masa kini.

D. Kajian Pustaka

Ayat-ayat tentang jihad dan perang telah menjadi topik bahasan

tersendri dikalangan mufassir dan pemikir Islam. Sehingga banyak ditemui

Page 27: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

13

buku-buku dan tulisan-tulisan yang khusus membahas mengenai tema

tersebut. Diantara beberapa buku dan tulisan yang senada dengan penelitian

yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Sebuah Tesis karya Saddam Husein Harahap yang berjudul “Perang

dalam Perspektif Alquran (Kajian terhadap Ayat-ayat Qitāl)”. Tesis tersebut

membahas mengenai makna jihad dan qitāl yang terdapat dalam Alquran.

Dengan mencari derivasi makna dari kedua kata kunci tersebut, yaitu jihād

dan qitāl pada akhirnya ditemukan perbedaan signifikan antara keduanya.

Jihad bukan berarti sepenuhnya qitāl. Bahkan kata qitāl pun dalam Alquran

tidak selamanya menunjukkan peperangan dan kekerasan. Maka setelah

diketahui makna dari masing-masing kata tersebut tampaklah bahwa jihad

tidak selalu berkaitan dengan fisik dan kekerasan. Jihad mempunyai

cakupan makna dan interpretasi yang luas. Adapun jihad dalam bentuk fisik

dan perang hanya merupakan sebuah langkah terakhir saja.

Tulisan lain yang membahas mengenai jihad terdapat dalam sebuah

jurnal. Yaitu tulisan karya Ali Trigiyatno yang berjudul “Penyelesaian Aya-

ayat „Damai‟ dan ayat „Pedang‟ dalam Alquran menurut Syeikh Yusuf Al-

Qardawi dan Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Pembahasan dalam

tulisan ini adalah seputar hubungan ayat-ayat damai dan ayat pedang (saīf).

Dengan berasumsi bahwa ayat-ayat pedang sebenarnya telah di naskh oleh

ayat-ayat damai menunjukkan minat penulis untuk membuktkan bahwa ayat-

ayat pedang tidaklah berdiri sendiri, melainkan terdapat ayat lain yang

menyertainya, yaitu tidak lain adalah ayat-aat damai. Tulisan tersebut

menggunakan komparasi tokoh dalam membahas arti jihad. Dengan

mengungkapkan pendapat masing-masing tokoh mengenai makna jihad dan

cakupan pembahasanya kemudian ditemukan persamaan maupun perbedaan

antara kedua tokoh tersebut dalam memaknai kata jihad dalam Alquran.

Sebuah buku yang membahas mengenai jihad salah satunya adalah

karya Azyumardi Azra, CBE, dkk. Yang berjudul Reformasi Ajaran Islam

Jihad, Khilafah, dan Terorisme. Pemahaman sempit tentang jihad yang

kemudian memunculkan tindak kekerasan dan terorisme dalam Islam oleh

beberapa kelompok menjadi semangat awal terbitnya buku ini. Buku ini

Page 28: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

14

menghadirkan interpretasi baru terhadap berbagai doktrin kunci yang sering

disalahpahami tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang

lebih menekankan pada dinamika sejarah dan konteks sosial-budaya, buku

ini berupaya menjawab persoalan ekstremisme-terorisme baik dalam

konteks global maupun dalam konteks nasional ke-Indonesiaan. Buku

tersebut menghadirkan pembacaan yang lebih segar dan kritis atas berbagai

konsep ajaran Islam yang selama ini seringkali disalahpahami dan

disalahgunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan semangat Islam

sebagai agama kemanusiaan dan Islam sebagai ajaran kasih sayang bagi

semesta alam.

Selanjutnya adalah buku yang berjudul Al-Qur‟an wa Al-Qitāl, karya

Mahmud Syaltut. Dengan terlebih dahulu memaparkan metode dan langkah-

langkah penafsiran, Syaltut dalam bukunya tersebut secara khusus

membahas mengenai ayat-ayat qitāl dalam Alquran. Dimulai dari ayat qitāl

yang pertama kali turun, sampai pada akhirnya menyimpulkan bahwa ayat-

ayat qitāl tidaklah berdiri sendiri. Melainkan terdapat ayat-ayat lain yang

menyertai ayat-ayat qitāl. Yaitu tidak lain adalah ayat-ayat „afwu atau ayat-

ayat damai. Bahwasanya ayat qitāl telah dinasakh oleh ayat-ayat damai

tersebut. Sehingga tidalah benar apabila dikatakan bahwa Islam adalah

agama perang hanya karena terdapat beberapa ayat dalam Alquran yang

membahas mengenai hal tersebut, tanpa melihat konteks dan

ketersambungan ayat satu dengan ayat lainnya.

Adapun tulisan yang membahas tentang Fazlur Rahman dan Teori

Double Movementnya diantaranya adalah Skripsi karya Sama‟un yang

berjudul, Teori Double Movement Fazlur Rahman Dalam Perspektif Ulum

Al-Qur‟an. Dengan terlebih dahulu memaparkan gambaran umum tentang

metode-metode tafsir kontemporer, kemudian baru masuk kepada biografi

Fazlur Rahman dan pembahasan mengenai Teori Double Movement nya.

Kemudian teakhir adalah analisisnya mengenai Teori tersebut, yang

meliputi; unsur-unsur Teori Double Movement, Penerapannya, serta

kajiannya dalam perspektif Ulumul Qur‟an.

Page 29: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

15

Selanjutnya adalah sebuah tulisan berjudul Hermeneutika Al-Qur‟an

Fazlur Rahman; Metode Tafsir Double Movement, yang terdapat dalam

Jurnal Komunika, Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Tulisan karya Rifki

Ahda Sumantri ini menjelaskan sebuah metode pengkajian Alquran yaitu

metode Double Movement karya Fazlur Rahman. Dengan dimulai dari latar

belakang munculnya metode tersebut, sampai dengan menguraikan dan

menjelaskan konsep teori tersebut, dimana teori Double Movement tersebut

merupakan sebuah pendekatan baru yang menekankan pada kesadaran pada

teks (text), kontes (context), dan kontekstualisasi. Yang dengannya dapat

digunakan sebagai alat dalam memahami isi Alquran sehingga nantinya

bagian-bagian teologis dan etika legalnya dapat ditempatkan dalam

keseluruhan (totalitas) yang padu.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sangatlah penting untuk menentukan hasil dari

suatu penelitian tersebut. Maka untuk memperoleh informasi yang akurat

dalam penelitian ini digunakan metode dan langkah-langkah berikut ini:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian

dengan mengumpulkan data-data dan menelaah buku-buku dan literatur

yang berkaitan dengan topik penelitian. Adapun sifat penelitiannya

adalah deskriptif analisis, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk

mengkaji deskripsi yaitu mengambarkan secara jelas, sistematis, faktual

dan akurat serta mengemukakan fenomena atau hubungan antara

fenomena yang diteliti.

Penelitian merupakan terjemahan dari kata Inggris research,

sebagian ahli yang menerjemahkan research dengan riset. Research itu

sendiri berasal dari kata re, yang berarti kembali dan to research yang

berarti mencari kembali.

Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

prosedur pemecahan masalah yang sedang diteliti dengan

Page 30: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

16

menggambarkan dan melukiskan keadaan obyektif pada saat-

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan

sebagaimana adanya.

b. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara

lengkap ciri-ciri suatu keadaan, perilaku pribadi dan perilaku

kelompok, serta untuk menentukan frekuensi suatu gejala.

Penelitian dilakukan tanpa didahului hipotesis.

c. Penelitian kualitatif merupakan penelitian bersifat atau

mempunyai karakteristik, bahwa datanya ditanyakan dalam

keadaan sewajarnya atau sebagaimana mestinya, dengan

tidak dirubah dalam bentuk simbol atau bilangan. Penelitian

deskriptif kualitatif memusatkan analisa pada data yang

dikumpulkan, berupa kata-kata atau kalimat dan gambar

yang memiliki arti lebih dari data yang berupa angka-angka.

2. Sumber Data

Adapun sumber peneliatian ini mencakup pada dua sumber,

karena pada hakikatnya penelitian ini adalah merupakan studi

kewahyuan, maka yang menjadi sumber penelitiannya adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah merupakan sumber utama dalam

penelitian. Adapun sumber primer yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan meneliti pada satu sumber pokok yaitu

Alquran al-Karim. Selain itu adalah buku Alquran wa Al-Qitāl

karya Mahmud Syaltut dan buku-buku karya Fazlur Rahman

seperti, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual

Tradition, Mayor Themes of the Qur‟an, Islam, dan beberapa

bukunya yang lain.

b. Sumber Sekunder

Page 31: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

17

Sumber sekunder adalah merupakan sumber yang

mendukung dalam penelitian ini yaitu buku-buku dan literartur

yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Seperti, kitab-kitab

tafsir yang mengkaji tentang ayat-ayat perang (qitāl). Diantaranya

adalah kitab Tafsir Ibn Asyūr at-Tahrīr Wa at-Tanwīr, Tafsir Al-

Qur‟an al-Adzīm Ibn Kasīr, Tafsir Al-Misbāh Quraish Shihab, dan

beberapa kitab tafsir lainnya.

Selain data-data sekunder di atas penulis juga menghimpun dari

beberapa buku dan literatur lainnya yang mendukung dengan tema

penelitian ini. Adapun alasan penulis memilih data-data sekunder di atas

adalah ingin mengetahui lebih banyak tentang makna perang atau

perbedaan tentang penafsiran ayat-ayat qitāl dari berbagai buku-buku

tersebut.

3. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data pada penelitian ini adalah dilakukan

dengan menghimpun buku-buku atau kitab-kitab, artikel dan literatur

lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Selanjutnya akan

diklasifikasikan berdasarkan bahasan tema dan akan dibahas sesuai

dengan sistematika pembahasan.

4. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan dengan pendekatan tematik (maudhūi), yaitu dengan

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema pembahasan perang

(qitāl). Kemudian ayat-ayat tersebut diklasifikasikan berdasarkan judul

sub bab yang tercakup pada tema.

5. Pendekatan dalam Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan bahasa atau lughāwi. Dengan menggunakan pendekatan

bahasa dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan perang

(qitāl), selanjutnya penafsiran-penafsiran tersebut akan dianalisa

keterkaitannya dalam melahirkan optimisme. Selain pendekatan bahasa,

Page 32: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

18

penelitian ini juga menggunakan pendekatan historis. Dengan

menggunakan teori Double Movement Fazlur Rahman, dengan melihat

perbedaan konteks dulu dan sekarang nantinya akan didapatkan hasil

akhir penafsiran yang sesuai dengan problematika dalam konteks masa

kini. Di akhir pembahasan akan diambil simpulan sebagai jawaban dari

rumusan masalah.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini, secara garis

besar penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun secara

sistematis, sebagai berikut:

Bab pertama, adalah pendahuluan yang meliputi dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian terdahulu, metodologi

penelitian dan sitematika pembahasan.

Bab kedua, Sejarah perang (qitāl), pengertian jihad, pengertian

perang (qitāl), perbedaan jihad dengan qitāl, dan dilanjutkan dengan

paparan sejarah hidup Fazlur Rahman dan teori Double Movementnya.

Bab ketiga, Kajian Terhadap ayat-ayat perang (qitāl), yang meliputi

perintah berperang dalam Alquran, larangan berperang dalam Alquran, dan

asbāb an-nuzūlnya.

Bab keempat, adalah meliputi analisis terhadap kajian ayat-ayat

perang (qitāl). Tujuan perang, faktor-faktor yang membolehkan perang, dan

legitimasi Alquran terhadap perang. Kemudian dianalisa dengan

menggunakan teori Double Movement Fazlur Rahman sehingga akan

didapatkan hasil akhir pemahaman kontekstual mengenai ayat-ayat qitāl.

Bab kelima, merupakan bab penutup dari penelitian ini yang

meliputi dari dua sub, yaitu, simpulan dan saran-saran.

Page 33: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perang (qitāl)

Masyarakat Arab dulu, seperti yang kita kenal adalah

masyarakat yang menjadikan suku atau kabilahnya sebagai tempat

bergantung, sekaligus sebagai simbol kehormatan. Dengan terbatasnya

sumber kehidupan, juga dengan kondisi alam padang pasir yang keras

dan tak bersahabat, menuntut masing-masing kabilah suku untuk saling

berebut satu sama lain, baik sumber makanan maupun tempat tinggal.

Sehingga yang terjadi adalah permusuhan antar suku, dengan saling

menindas dan memerangi satu sama lain guna bertahan hidup dan

mengangkat kehormatan sukunya. Hal tersebut menandakan betapa

rentannya relasi sosial Arab, sehingga sejumlah persoalan bisa

menimbulkan peperangan seperti; balas dendam, penghinaan terhadap

tamu, dan memenuhi panggilan permintaan pertolongan dari kerabat

dan saudara meski sebetulnya dia bersalah. 22

Rasulullah saw mengikuti langsung perjalanan perang sebanyak

dua puluh tujuh kali (al-ghazwah), sembilan di antaranya benar-benar

terjadi peperangan sementara sisanya tidak sampai terjadi kontak fisik.23

Selain dalam bentuk ghazwa, ada pula istilah lain dalam sejarah Islam

yaitu disebut sariyyah24 (perang yang tidak dipimpin oleh rasulullah

22

Muhammad Khair Haikal, al-Jihād wa al-Qitāl fi Siyāsah ash-Syar‟iyyah ( t.t.: Dār

Ibn Hazm, t.th.), 15. 23

Sembilan perang yang menumpahkan darah tersebut adalah; perang badar, perang

uhud, marisa‟, khandaq, qaridhah, khibar, fathu makah, hinan, dan tha‟if. Lihat: Ibn Sa‟d,

Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu (t.t.: Dār Beirūt, 1981), 1. 24

Sariyyah adalah perang kecil yang dipimpin oleh para sahabat atas petunjuk Nabi

saw. Sariyyah pertama kali terjadi pada tahun 1 H, yaitu sariyyah Hamzah bin Abdul

Muthalib. Nabi mengutus 30 sahabat Muhajirin bersama dengan Hamzah. Dan dipihak

musuh adalah Abu Jahal dengan 300 orang yang menyertainya. Kemudian disusul dengan

sariyyah Ubaidah bin Haris (1 H), sariyyah Sa‟d bin Abi Waqash (1 H), sariyyah Abdullah

bin Jashy (2 H), sariyyah Zaid bi Harisah (3 H), dan beberapa sariyyah lainnya, sampai pada

sariyyah terakhir yaitu sariyyah Usamah bin Zaid bin Haritsah (11 H).

Page 34: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

20

saw) yang terjadi 47 kali.25 Dalam memahami ayat-ayat qitāl dan

bagaimana implikasinya pada zaman sekarang, tidak akan mungkin

dengan tanpa memahami kondisi dan sebab-sebab yang

melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tersebut. Ayat yang turun di

Makkah dan Madinah sudah jelas berbeda konteks nya karena masing-

masing memiliki sifat dan karakter serta ciri tersendiri yang berbeda

satu sama lain.

Sejak mulai dari Makkah, kemudian hijrah ke Madinah, tidak

sedikit perlawanan yang dilancarkan kepada Nabi Muhammad, baik

dari kaum musyrik, kaum yahudi, orang-orang munafik dan sebagainya.

Mereka tidak tinggal diam dengan datangnya Islam. Kaum Yahudi

berkehendak bahwa utusan Allah adalah berasal dari kaumnya sendiri

yaitu Bani Israil, keturunan Ismail as. Sebagian orang badui dan

pengikut Abdullah bin Ubay yang disebut dalam Alquran sebagai kaum

„munafik‟ juga tidak rela membiarkan Islam aman dan damai dalam

eksistensinya di Makkah maupun Madinah.

Ada beberapa perang (qitāl) besar yang pernah terjadi di masa

Rasulullah saw., di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Perang Badar

Perang Badar adalah perang pertama yang dilakukan

oleh kaum Muslimin. Sekaligus peristiwa paling penting bagi

sejarah perkembangan dakwah Islam. Kendatipun dengan

kekuatan yang jauh lebih kecil dibanding kekuatan musuh,

dengan pertolongan Allah SWT, kaum Muslimin berhasil

menaklukkan pasukan kafir. Rasulullah saw berangkat

bersama tiga ratusan orang sahabat dalam perang Badar. Ada

yang mengatakan mereka berjumlah 300, 313, dan 315 orang

sahabat. Mereka kira-kira terdiri dari 74 sahabat Muhajirin,

dan sisanya dari sahabat Anshar dan seluruh umat Islam.

Kaum Muslimin memang tidak berkumpul dalam jumlah besar

25

Ibid.

Page 35: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

21

dan tidak melakukan persiapan sempurna. Mereka hanya

memiliki dua ekor kuda, memiliki Zubair bin Awwam dan

Miqdad bin Aswad al-Kindi. Di samping itu mereka hanya

membawa tujuh puluh onta yang dikendarai secara bergantian,

setiap onta untuk dua atau tiga orang. Rasulullah saw sendiri

bergantian mengendarai onta dengan Ali dan Mursid bin Abi

Mursid Al-Ghanawi.26

Sementara jumlah pasukan kafir Quraisy sekitar seribu

orang, dengan seratus kuda, serta onta yang jumlahnya tidak

diketahui secara pasti, dan dipimpin langsung oleh Abu Jahal

bin Hisyam. Sedangkan pendanaan perang ditanggung

langsung oleh sembilan pemimpin Quraisy.27

Dengan pasukan yang kecil dan lebih sedikit, namun

pasukan Islam mampu memenangkan pertempuran tersebut.28

Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan

Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy

yang kemudian mundur dalam kekacauan. Dan berhasil

menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain

adalah Abu Jahal atau Amr bin Hisyam.29

b. Perang Uhud

Kekalahan diperang Badar menanamkan dendam

mendalam di hati kaum kafir Quraisy. Mereka pun keluar ke

bukit Uhud hendak menyerang kaum Muslimin. Pasukan Islam

berangkat dengan kekuatan sekitar seribu orang prajurit,

26

Ibid., 4 27

Ibid., 6. 28

Dengan pasukan kecil dan sedikit, namun tekad dan keyakinan kaum Muslimin

tidak surut sama sekali. Kegigihan pasukan Islam tercermin dalam surat Al-Baqarah ayat

249, yang artinya: “... mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata,

„betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah‟. Dan Allah

beserta orang-orang yang sabar”. 29

Randi Catono, Perang Badar: Kemenangan Pertama Pasukan Muslim

(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), 31.

Page 36: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

22

seratus orang diantaranya menggunakan baju besi, dan lima

puluh orang lainnya dengan menunggang kuda.

Di sebuah tempat bernama Asy-Syauth, kaum

Muslimin melakukan salat subuh. Tempat tersebut sangat

dekat dengan musuh sehingga mereka bisa dengan mudah

saling melihat. Ternyata pasukan kafir Quraisy berjumlah

sangat banyak. Mereka berjumlah tiga ribu tentara, terdiri dari

orang-orang Quraisy dan sekutunya. Mereka juga memiliki

tiga ribu onta, dua ratus ekor kuda dan tujuh ratus baju besi.30

Pada kondisi sulit tersebut, Abdullah bin Ubay, sang

munafik, berkhianat dengan membujuk kaum Muslimin untuk

kembali ke Madinah. Sepertiga pasukan (sekitar tiga ratus

prajurit) mundur bersama dengan Abdullah bin Ubay karena

merasa tidak akan menang jika bertempur disana.31

Namun setelah kemundurun tiga ratus prajurit tersebut,

Rasulullah melakukan konsolidasi dengan sisa pasukan yang

jumlahnya sekitar tujuh ratus prajurit untuk melanjutkan

perang.32 Awalnya pasukan Nabi saw sempat akan

memenangkan pertempuran ini. Abu Dujanah ra yang saat itu

memegang pedang rasulullah saw berhasil menembus ke

jantung pertahanan kaum musyrikin hingga membuat mereka

kocar-kacir. Kemenagan mulai tampak bagi kaum Muslimin,

perlahan tapi pasti pasukan musyrikin mulai kepayahan.

Akhirnya mereka melarikan diri meninggalkan gelanggang

pertempuran.

Melihat kaum musyrikin mundur, para pemanah yang

ditempatkan dibukit lalai dengan melupakan pesan Nabi untuk

tetap disana apapun yang terjadi. Mereka hendak mengambil

30

Ibn Sa‟d, Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu, 18. 31

Nizar Abazhah, Perang Muhammad; Kisah Perjuangan dan Pertempuran

Rasulullah (Jakarta: Zaman, 2014), 72. 32

Ibn Sa‟d, Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu, 19.

Page 37: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

23

ghanimah yang berada dimedan pertempuran. dan akhirnya

banyak dari mereka pun turun dan meninggalkan pos mereka.

Melihat hal tersebut, kaum musyrikin yang sempat mundur

mengambil kesempatan untuk menyerang kembali kaum

Muslimin. Karena diserang dan dikepung depan dan belakang

akhirnya kaum Muslimin mengalami kekalahan.33

c. Perang Mu‟tah

Perang Mu‟tah adalah merupakan pendahuluan dan

jalan pembuka untuk menaklukkan negeri-negeri Nasrani.

Pemicu perang Mu‟tah adalah pembunuhan utusan Rasulullah

yang bernama al-Haris bin Umair yang diperintahkan

menyampaikan surat kepada pemimpin Bashra. Al-Haris

dicegat oleh Syurahbil bin Amr, seorang gubernur di wilayah

Balqa di Syam, ditangkap dan dipenggal lehernya. Untuk

perang ini Rasulullah mempersiapkan pasukan berkekuatan

tiga ribu prajurit. Inilah pasukan Islam terbesar pada saat itu.

Mereka bergerak ke arah utara dan beristirahat di

Mu‟an. Saat itulah mereka memperoleh informasi bahwa

Heraklius telah berada di salah satu bagian wilayah Balqa

dengan kekuatan sekitar seratus ribu prajurit Romawi. Mereka

bahkan mendapat bantuan dari pasukan Lakhm, Judzam,

Balqin dan Bahra kurang lebih seratus ribu prajurit. Jadi total

kekuatan mereka adalah dua ratus ribu prajurit.34

Walaupun kaum Muslimin kalah jumlah, namun para

sahabat Nabi bertempur berani dengan semangat yang tak

surut. Dengan kecerdikan dan kecemerlangan siasat dan

strategi sahabat Khalid bin Walid ra, akhirnya kaum Muslimin

berhasil memukul mundur tentara Romawi hingga mengalami

kerugian yang banyak.35

33

Nizar Abazhah, Perang Muhammad..., 81-86. 34

Ibn Sa‟d, Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu, 64-65. 35

Nizar Abazhah, Perang Muhammad..., 169-170.

Page 38: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

24

d. Perang Ahzab

Perang Ahzab atau nama lainnya perang Khandaq, terjadi

pada tahun ke-5 hijriah. Perang Ahzab adalah perang yang

dipimpin oleh dua puluh pimpinan Yahudi Bani Nadhir datang

ke Mekah, untuk melakukan provokasi agar kaum kafir mau

bersatu untuk menumpas kaum Muslimin. Pimpinan Yahudi

Bani Nadhir juga mendatangi Bani Ghathafan dan mengajak

mereka untuk melakukan apa yang mereka serukan kepada

orang-orang Quraisy. Selanjutnya mereka mendatangi kabilah-

kabilah Arab di sekitar Mekah untuk melakukan hal yang sama.

Semua kelompok itu akhirnya sepakat untuk bergabung dan

menghabisi kaum Muslimin di Madinah sampai ke akar-

akarnya. Jumlah keseluruhan pasukan Ahzab (sekutu) adalah

sekitar sepuluh ribu prajurit. Sedangkan pasukan kaum

Muslimin hanya sekitar tiga ribu pasukan.

Jumlah tersebut disebutkan dalam kitab sirah adalah

lebih banyak dari pada jumlah orang-orang yang tinggal di

Madinah secara keseluruhan, termasuk wanita, anak-anak,

pemuda dan orang tua. Mengahdapi kekuatan yang sangat besar

tersebut, atas ide Salman al-Farisi, kaum Muslimin

menggunakan strategi penggalian parit untuk menghalangi

sampainya pasukan masuk ke wilayah Madinah.36

Pasukan gabungan tentara Ahzab atau pasukan musuh

tersebut mengepung selama satu bulan penuh dengan membuat

kemah di bagian utara Madinah. Namun Nu‟aim bin Mas‟ud al-

Asyja‟i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan

gabungan dengan keahliannya memecah belah pasukan

gabungan. Lalu Allah swt mengirimkan angin yang memporak-

porandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-

periuk mereka, dan memadamkan api mereka. Hingga akhirnya

36

Ibn Sa‟d, Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu, 33.

Page 39: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

25

pasukan gabungan kembali kerumah mereka dengan kegagalan

menaklukan kota Madinah.37

e. Perang Tabuk

Perang Tabuk merupakan kelanjutan dari perang Mu‟tah.

Pada bulan Rajab tahun 9 hijriyah, Rasul mendengar bahwa

Bizantium sedang melakukan persiapan untuk menyerang

Madinah. Karena itu beliau bersiap menghadapinya, bahkan siap

untuk berangkat menemui mereka di wilayah kekuasaan

mereka. 38

Mendengar persiapan besar pasukan Romawi tersebut,

kaum Muslimin melakukan persiapan perang. Para tokoh

sahabat memberi infāq fī sabīlillāh dalam suasana yang sangat

mengagumkan. Utsman menyedekahkan dua ratus onta lengkap

dengan pelana dan barang-barang yang diangkutnya. Kemudian

ia menambahkan lagi sekitar seratus onta lengkap dengan pelana

dan perlengkapannya. Lalu ia datang lagi dengan membawa

seribu dinar diletakkan di pangkuan Rasulullah saw. Usman

terus berinfak hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus onta

dan seratus kuda, dan uang dalam jumlah besar. Abdurrahman

bin „Auf membawa dua ratus uqiyah perak. Dan Abu Bakar

membawa seluruh hartanya dan tidak menyisakan untuk

keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan Umar

datang menyerahkan setengah hartanya. Abbas datang

menyerahkan harta yang cukup banyak. Thalhah, Sa‟ad bin

Ubadah dan Muhammad bin Maslamah, semuanya datang

memberikan infaknya. Ashim bin Adi datang dengan

menyerahkan sembilan puluh wasāq kurma dan diikuti oleh para

sahabat yang lainnya.39

37

Ibid., 34-35. 38

M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad saw; Dalam Sorotan Al-

Qur‟an dan Hadits-hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2014), 971. 39

Nizar Abazhah, Perang Muhammad..., 222.

Page 40: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

26

Jumlah pasukan Islam yang terkumpul sebenarnya cukup

besar, tiga puluh ribu personil. Akan tetapi, mereka minim

perlengkapan perang. Bekal makanan dan kendaraan yang ada

masih sangat sedikit dibanding dengan jumlah pasukan. Setiap

delapan belas orang mendapat jatah satu onta yang mereka

kendarai secara bergantian. Mereka terpaksa menyembelih onta,

meski jumlahnya sedikit, agar dapat meminum air yang terdapat

dalam kantong air onta tersebut. Oleh karena itu, perang tersebut

dinamakan Perang sulit (Ghazwah al-„Usrah).40

Akan tetapi dalam perang ini tidak terjadi kontak fisik

dikarenakan ketika Nabi dan pasukan kaum Muslimin sampai di

Tabuk, mereka tidak menemukan tanda-tanda kehadiran

pasukan Byzantium, atau pasukan suku-suku Arab penganut

agama Nasrani yang berada di bawah pengaruh Byzantium.

Meskipun demikian, bukan berarti dengan perjalanan panjang

dan sulit yang ditempuh Rasul beserta pasukan Muslimin tidak

menghasilkan apapun. Karena di Tabuk sejumlah penguasa dan

kepala suku, bukan saja yang disekitar Tabuk, tetapi ju8ga dari

daerah-daerah yang cukup jauh, datang memohon perjanjian

damai dan kesediaan membayar jizyah kepada Nabi saw sbagai

imbalan biaya jaminan keamanan buat wilayah dan jalur

perdagangan mereka. Dan akhirnya setelah 20 hari berada di

Tabuk, Nabi saw dan pasukan kaum Muslimin memutuskan

untuk kembali ke Madinah. 41

B. Pengertian Jihad dan Perang (qitāl), serta perbedaannya

1. Pengertian Jihad

Istilah jihad berasal dari kata jāhada (kata benda abstrak,

juhd: kekuatan, upaya, kemampuan) yang bermakna berusaha sekuat

tenaga. Secara yuridis-teologis jihad berarti berusaha dengan sekuat

tenaga di jalan Allah, menyebarkan keimanan dan firman-firman

40

Ibid., 227. 41

M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad saw..., 987.

Page 41: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

27

Allah keseluruh dunia. Pengertian jihad dalam arti yang luas tidak

hanya bermakna perang atau mengorbankan pertempuran. Sebab

melangkah di jalan Allah niscaya akan selalu dilakukan, baik dalam

suasana perang maupun damai.42

Menurut Ibnu Manzur, bahwa jahd bisa berarti kesulitan dan

juhūd bermakna kemampuan.43 Sebagaimana kata juhd tersebut

dalam sebuah ayat berikut,

ذ إال ج ال جذ ٱز ذ ذه ك ٱص ؤ ٱ ػ ط ٱ ض ٱز

سخش ٱل كسخش ػزاة أ

“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela

orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan

(mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk

disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang

munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan

mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”

Kata jihād dan derivasinya tersebut 41 kali dalam Alquran.44

Ayat-ayat jihad dalam konteks “perjuangan” berjumlah 28 ayat

sebagai berikut: QS. Al-Baqarah/2: 218, QS. Ali Imran/3: 142, QS.

An-Nisa‟/4: 95, QS. Al-Maidah/5: 35 dan 54, QS. Al-Anfal/8: 72,

74, dan 75, QS. At-Taubah/9: 16, 19, 20, 24, 41, 44, 73, 81, 86, dan

88, QS. An-Nahl/16: 110, QS. Al-Hajj/22: 78, QS. Al-Furqan/25: 52,

QS. Al-Ankabut/29: 6 dan 69, Muhammad/47: 31, QS. Al-

Hujurat/49: 15, QS. Al-Mumtahanah/60: 1, QS. Ash-Shaff/61: 11,

QS. At-Tahrim/66: 9.45 Ayat-ayat jihad tersebut sebagian turun pada

42

Din Syamsuddin, Reaktualisasi Jihad Masa Kini, dalam kata pengantar

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia: Modernis Vs Fundamentalis

(Yogyakarta: Pilar Media, 2006), xiii. 43

Ibn Mandzur, Lisān al-Arab, Jil. III (Qahirah: Dār al-Ma‟arif, t.th.), 708. 44

Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‟jamul Mufahras li Alfāzhil-Qur‟anil-Karīm

(Kairo: Dārul-Hadīs, 1991), 232-233. 45

Dari sekian ayat diatas, beberapa ayat yang memerintahkan untuk berjihad

diantaranya adalah:

QS. Al-Maidah/5: 35

ذا ك سجۦ ؼ ج سخ ٱ ا إ ـ ٱثز ا ٱروا ٱل ءا ب ٱز أ رلح

Page 42: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

28

periode Makkah dan sebagian besar lainnya turun pada periode

Madinah.46

Banyak tokoh telah mengemukakan argumentasinya

mengenai makna jihad dengan pengertiannya. Ar-Raghib Al-

Asfahani menyatakan bahwa jihad adalah mencurahkan kemampuan

dalam menahan musuh. Jihad itu tiga macam: berjuang melawan

musuh yang tampak, berjuang menghadapi setan, dan berjuang

menghadapi hawa nafsu. Perjuangan itu dilakukan dengan tangan

dan lisan.47

Murtadho Muthahari menitikberatkan arti jihad sebagai

perang yang sah bagi individu, suatu suku atau bangsa, untuk

membela diri dan harta benda, sebagai salah satu tuntunan hidup

manusia. Bentuk peperangan apapun yang bermotivasi agresi, karena

keserakahan untuk memperoleh harta kekayaan serta sumber-sumber

lain, untuk merampok sumber-sumber ekonomi dan kemanusiaan,

sama sekali tidak dibenarkan Islam. Jihad adalah perlawanan

terhadap setiap jenis agresi.48

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang

mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu

mendapat keberuntungan”

QS. Al-Hajj/22: 78

ٱجزجى ۦ حن جبد ذا ك ٱل ج هج س ٱ ى س إثش خ أث حشط ك ٱذ ػ ب جؼ

ءار ح ا ٱص ا شذاء ػى ٱبط كأه ر ذا ػ ش س ٱش زا ك ا ثٱل ٱػزص ح ا ٱض

ٱصش ؼ ى ٱ ؼ ك ى

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam

agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah

menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al

Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua

menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat

dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah

sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” 46

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia..., 47. 47

Ar-Raghib al-Asfahani, Mu‟jam Mufradati Alfāzhil Qur‟an (Beirut: Dārul Fikr,

t.th.), 100. 48

Murtadha Muthahari, Jihad, terj. M. Hasyem (Lampung: YAPI, 1987), 27-51.

Page 43: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

29

Menurut Quraish Shihab, Jihad adalah sebagai sebuah

perjuangan secara sungguh-sungguh dengan mengerahkan

kemampuan dan kekuatan yang dimiliki seseorang untuk mencapai

tujuan, khususnya dalam melawan musuh, atau mempertahankan

kebenaran, kebaikan, dan keluhuran.49

Dari beberapa pendapat mengenai jihad diatas dapat

disimpulkan bahwa jihad secara kebahasaan ialah perjuangan;

pencurahan kemampuan, daya upaya dan tenaga sepenuh kekuatan

dalam melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut istilah, jihad

adalah perjuangan orang beriman dengan mencurahkan segala

kemampuan moril maupun materil, baik berupa tenaga, pikiran,

maupun harta benda dalam rangka menegakkan agama Allah dan

meninggikan kalimāt-Nya. Jihad dapat berupa perjuangan secara

individual maupun komunal ke arah yang lebih baik yang ditentukan

oleh struktur dan kerangka nilai Islam. Jihad adalah seruan kepada

agama yang haq. Kegiatan jihad dilakukan untuk menghadapi

musuh-musuh Allah yang nampak, yaitu para pelaku kejahatan,

maupun musuh yang tak tampak (setan dan hawa nafsu).50 Ia

merupakan kewajiban Muslim yang berkelajutan hingga hari kiamat.

Tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas kemungkaran dan

tingkat tertingginya ialah perang di jalan Allah. Jihad dapat

dilakukan dengan perkataan maupun perbuatan, baik melalui lisan,

tulisan, kekuatan fisik, maupun harta benda dengan tujuan

menumpas fitnah agar manusia mengabdi kepada Allah;

menghilangkan kekerasan; menundukkan dunia kepada kebenaran

dan menciptakan keadilan. Tujuannya mewujudkan ideal-ideal Islam

dalam Alquran dan sunnah Nabi saw. Dimensi lahiriahnya

49

M. Quraish Shihab (ed.), Ensikolpedia Alquran, Kajian Kosa Kata, Jil. I (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), 396. 50

Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan Budihardjo, bahwa macam-

macam Jihad ada tiga. Yaitu: Berjuang di medan perang, berjuang melawan setan, dan

berjuang melawan hawa nafsu. Lihat: Budihardjo, “Jihad dalam Perspektif Islam”, dalam

“Dinamika Politik Islam”, Jurnal Asy-Syir‟ah (Vol. 40, No. II, 2006), 351-356.

Page 44: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

30

perjuangan melawan kejahatan dan mendukung kebenaran,

sedangkan dimensi bathiniahnya disiplin diri mengikuti ajaran

Islam.51

2. Pengertian Qitāl

Term al-qitāl adalah bentuk masdar dari kata qātala -

yuqātilu tepatnya adalah tsulasi mazid satu huruf dari kata qatala

yang memiliki tiga pengertian: pertama, artinya adalah berkelahi

melawan seseorang. Kedua, memusuhi (adāhu) dan ketiga,

memerangi musuh (haraba hual- ada‟).52

Selain kata qatala, dalam Alquran ditemukan juga bentuk

kata kerja yang lain, qattala dan iqtatala beserta kata jadiannya.

Adapun makna yang sepadan dengan makna jihad adalah kata kerja

qatala, yang berarti perang atau bertempur.

Dalam Alquran, pengungkapan term al-qitāl dan kata

jadiannya pada umumnya diikuti dengan ungkapan fī sabīlillah.

Kenyataan ini sama dengan pengungkapan term al-jihād.

Sebagaimana diketahui, kebanyakan ayat yang menerangkan tentang

jihad diikuti juga dengan ungkapan fī sabīlillah. Jadi, baik jihad

dalam pengertian umum (al-jihād) maupun jihad dalam pengertian

perang (al-qitāl) harus dalam ruang lingkup penegakan agama Allah

swt.53

Kata yang serupa dengan al-qitāl yaitu al-harb, al-ghazw,

dan an-nafr, dimana masing-masing kata tersebut walaupun pada

dasarnya memiliki makna perang, tetapi mempunyai karakteristik

yang berbeda-beda dalam penggunaannya.

3. Perbedaan jihad dan qitāl

Adapun perbedaan jihad dengan qitāl adalah sebagai berikut:

No Jihad Qitāl

1 Dari segi bahasa, Jihad Sedangkan qitāl berarti

51

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia..., 46-67. 52

Ibn Manzur, Lisān al-Arab..., 3531. 53

Rohimin, Jihad: Makna dan Hikmah (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), 23.

Page 45: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

31

berarti bersungguh-

sungguh

perang atau bertempur

2

Ruang lingkupnya lebih

luas; jihad melawan hawa

nafsu, jihad dengan harta,

jiwa, dsb.

Ruang lingkupnya lebih

sempit; identik dengan

pertempuran dengan

menggunakan pedang

3 Penggunaan kata jihad

dalam Alquran hanya

ditujukan bagi kaum

Muslimin

Penggunaan kata qital

dalam Alquran tidak

terkhusus hanya pada kaum

Muslimin

Demikian perbedaan anatara jihad dengan qitāl. Perang atau

qital merupakan salah satu cara berjihad pada zaman Nabi dulu.

Terbukti dengan terjadinya perang Islam di masa lampau.

Diantaranya perang badar, perang uhud, dan sebagainya. Itu

menandakan bahwa memang qitāl atau perang merupakan salah satu

cara untuk berjihad, atau bersungguh-sungguh berjalan di jalan

Allah. Namun keliru apabila kemudian dinyatakan bahwa jihad

hanyalah qitāl (perang). Cakupan makna jihad lebih luas

dibandingkan dengan makna qitāl. Jihad meliputi berjuang dengan

menggunakan harta, dengan jiwa, dan bahkan melawan hawa nafsu

pun merupakan sebuah jihad yang agung. Oleh karena itu, kurang

tepat jika memaknai jihad dan qitāl dengan sebuah makna yang

sama, melainkan dengan konteks cakupan makna masing-masing.

Sehingga jelas tampak perbedaan diantara keduanya, bahwa jihad itu

bukan hanya sekedar qitāl, walaupun qitāl merupakan bagian

daripada jihad.

C. Fazlur Rahman dan teori Double Movement

1. Riwayat Hidup dan Karya-karya Fazlur Rahman

Fazlur Rahman lahir di India Britania, di satu daerah yang

kini menjadi bagian dari Pakistan, pada 21 September 1919 dan

Page 46: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

32

meninggal di Chicago, pada 26 Juni 1988.54 Rahman berasal dari

keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang alim atau tergolong taat

beragama, dengan menganut Madzhab Hanafi. Keluarganya

mempraktikan ibadah sehari-hari secara teratur. Tergolong sebagai

orang yang cerdas, pada usia yang masih tergolong muda yaitu

sepuluh tahun, Ia telah khatam menghafal Alquran. Ayahnya

bernama Mawlana Syihab ad-Din, adalah seorang alumnus Dār al-

Ulūm¸sekolah menengah terkemuka di Deoband, India.

Di sekolah ini, Syihab ad-Din belajar dari tokoh-tokoh

terkemuka seperti Mawlana Mahmud Hasan (w. 1920), yang lebih

populer dengan Syeikh al-Hind, dan seorang faqih ternama,

Mawlana Rasyid Ahmad Bangohi (w. 1905).55 Meskipun Rahman

tidak belajar di Dār al-Ulūm, ia menguasai kurikulum Darse Nizami

yang ditawarkan lembaga tersebut dalam kajian privat dengan

ayahnya. Hal ini melengkapi latar belakangnya dalam memahami

Islam tradisional, dengan perhatian khusus pada fikih, teologi,

dialektis, ilmu kalam, hadis, tafsir, logika (manthīq) dan filsafat.

Semenjak anak benua Indo-pakistan masih belum pecah ke

dalam dua Negara mereka, di sebuah daerah yang kini tersebar di

Barat Pakistan, anak benua ini terkenal dengan sederet pemikiran

liberalnya. Diantaranya seperti Syah Waliyullah, Sir Sayid Amir Ali

dan Muhammad Iqbal. Latar belakang pola pemikiran ini

mempengaruhi Fazlur Rahman menjadi pemikir radikal dan liberal

dalam peta pembaharuan Islam.56 Pada tahun 1933, rahman dibawa

ke India untuk memasuki sekolah modern. Kemudian ia melanjutkan

ke Punjab University, dan lulus menyandang gelar B.A.

Pada tahun 1942, ia berhasil menyelesaikan pendidikan

akademisnya di universitas yang sama dan memperoleh gelar M.A.

54

Fazlur Rahman, Islam, IX. 55

Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Studi Komparatif

Epistimologi Klasik-Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 49. 56

Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran

Hukum Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1990), 79.

Page 47: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

33

dalam sastra Arab. Ketika telah meraih gelar tersebut dan tengah

belajar untuk program Doktoral di Lahore, Rahman pernah diajak

oleh Abu A‟la al-Maududi bergabung dengan Jamaat Islami dengan

syarat harus meninggalkan studinya; sebab menurut Maududi,

semakin banyak Rahman belajar, kemampuan-kemampuan

praktisnya akan semakin beku. Namun saat itu Rahman menolak

ajakan tersebut dan memilih untuk tetap melanjutkan studinya.57

Menyadari bahwa mutu pendidikan tinggi Islam di India

ketika itu amat rendah, Fazlur Rahman akhirnya memutuskan untuk

melanjutkan studinya ke Inggris. Keputusan ini termasuk keputusan

yang amat berani, sebab pada waktu itu terdapat anggapan yang

umum bahwa merupakan suatu hal yang sangat aneh jika seorang

Muslim pergi belajar tentang Islam ke Barat; dan kalaupun ada yang

terlanjur kesana, maka ia akan amat susah untuk diterima kembali di

negara asalnya. Inilah sebabnya kebanyakan pelajar Muslim merasa

cemas bahwa apabila mereka belajar Islam di Barat, dan secara

otomatis mempelajari serta menerapkan metode kritis dan analitis

modern terhadap materi-materi keislaman, mereka akan dikucilkan

dalam masyarakatnya sendiri atau bahkan akan mengalami

penindasan.58

Namun keputusan telah diambil, dan Rahman tampaknya

telah siap menghadapi segala konsekwensinya. Keputusan untuk

melanjutkan studi ke Barat, yaitu ke Oxford University, memang

dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan rahman terhadap mutu

pendidikan tinggi Islam di negeri-negeri Muslim. Ketika bertemu

dengan seorang pendeta Hindu, Sir S. Radhakrishnan, di Inggris,

Rahman pernah ditanya oleh sang pendea: “Mengapa Anda tidak ke

Mesir saja, tetapi malahan ke Oxford?” ketika itu Rahman

menjawab: “Studi-studi Islam di sana sama tidak kritisnya dengan di

57

Fazlur Rahman, Islam and Modernity..., 117. 58

Ibid., 119-120.

Page 48: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

34

India ...”.59 Ketidakpuasan rahman terhadap pendidikan tinggi Islam

di negeri-negeri Muslim ini belakangan terjelma dalam kritisismenya

yang pedas terhadap lembaga-lembaga tersebut. Tentang Al-Azhar

di Mesir, misalnya ia mengemukakan bahwa lembaga pendidikan itu

dalam kenyataannya “mewakili sosok akhir pemikiran Islam abad

pertengahan dengan beberapa modifikasi baru dan kecil-kecilan”,

serta posisi intelektual-spiritualnya tetap statis.60

Pada tahun 1949, ia berhasil mencapai gelar Ph.D nya di

bidang Filsafat Islam. Disertasinya tentang Filsafat Ibnu Sina yang

kemudian dua tahun setelahnya diterbitkan oleh Oxford University

Pess dengan judul Avecinna‟s Psichology. setelah lulus, Rahman

tidak kembali ke Pakistan, akan tetapi Rahman masih mengajar

beberapa tahun di Durham University Inggris dan kemudian di

Institute of Islamic Studies, McGill University, Canada.61

Sekembalinya ke tanah airnya yaitu Pakistan, pada tahun

1962, ia diangkat sebagai Direktur Lembaga Riset Islam (Institute of

Islamic Research), setelah sebelumnya menjabat sebagai staf di

lembaga tersebut selama beberapa saat. Tetapi penunjukan ini tidak

mendapat restu dari kalangan ulama karena menurut mereka, jabatan

direktur lembaga tersebut seharusnya merupakan hak previlese

ekslusif seorang „alim yang terdidik secara tradisional, sedangkan

Rahman memperoleh pendidikan keislaman di Barat. Lagipula

pandangan Rahman yang negatif terhadap kalangan tradisionalis dan

fundamentalis Pakistan yang tertuang dalam tulisan-tulisannya di

Barat serta dalam dua artikel tentang sunnah dan hadis yang

ditulisnya beberapa bulan menjelang pengangkatannya selaku

Direktur, telah mengecewakan para ulama. Maka tidak

mengherenkan apabila selama kepemimpinan Rahman, lembaga riset

59

Ibid., 120. 60

Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., 81. 61

Surisno, Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistimologi, dan Sistem

Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 62.

Page 49: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

35

selalu mendapat tantangan keras dari kalangan tradisionalis dan

fundamentalis, sebagaimana halnya gagasan-gagasan pembaharuan

Rahman sendiri.62

Selain menjabat sebagai Direktur Lembaga Riset Islam, pada

tahun 1964, Rahman juga ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat

Ideologi Islam Pemerintah Pakistan. Rahman terlibat secara intens

dalam upaya untuk menafsirkan kembali Islam dalam istilah-istilah

yang rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang progresif.

Pada saat itu, posisi penting ini memberinya kesempatan

untuk meninjau berlangsungnya pemerintahan dan kekuasaan dari

dekat. Bahkan saat-saat itu juga menjadi pengalaman paling berharga

dalam sejarah hidup Rahman. Dan pada sisi lain, dengan posisi

sebagai Direktur Lembaga Riset, Rahman memprakarsai penerbitan

Journal of Islamic Studies, yang hingga kini masih eksis terbit secara

berkala dan sekaligus merupakan jurnal ilmiah keagamaan yang

bertaraf internasional.63

Ketika menafsirkan kembali Islam untuk menjawab

tantangan-tantangan dan kebutuhan-kebutuhan masa kini, gagasan-

gagasan dan pembaharuan yang dikemukakan Rahman selaku

Direktur Lembaga Riset Islam, ataupun sebagai Dewan Penasehat

Ideologi Islam yang pada waktunya mewakili sudut pandang

kalangan modernis, selalu mendapat tantangan keras dari kaum

tradisionalis dan fundamentalis. Ide-ide tentang sunnah dan hadis,

riba dan bunga bank, zakat, fatwa mengenai kehalalan binatang

sembelihan secara mekanis, serta lainnya telah menimbulkan

kontroversi-kontroversi yang berkepanjangan secara berkala nasional

di Pakistan. Puncak dari tantangan ini adalah ketika dua bab pertama

dari karya pertamanya Islam, diterjemahkan kedalam bahasa Urdu

dan dipublikasikan pada jurnal Fikr an-Nazr. Ketegangan ini

62

Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., 85. 63

Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif neo Modernisme Islam, 13.

Page 50: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

36

berlanjut ditambah dengan ketegangan politik antara ulama

tradisional dengan pemerintah di bawah pimpinan Ayyub Khan yang

dapat digolongkan modernis. Pada saat-saat inilah Rahman merasa

terpaksa hengkang dari Pakistan. Ia memutuskan untuk hijrah ke

Chicago dan sejak 190700 menjabat sebagai Guru Besar Kajian

Islam dalam berbagai aspek pada Department of Near Eastern and

Civilization, University of Chicago.64

Universitas ini merupakan tempat terakhirnya bekerja,

hingga ia wafat. Selama menjadi pengajar di Universitas Chicago,

dengan posisi sebagai Muslim modern, Rahman telah memberikan

banyak kontribusi pada ilmuan Muslim generasinya untuk memberi

kepercayaan diri, baik melalui publikasi, konsultasi, dakwah,

pengkaderan ilmuan muda yang datang dari berbagai negara untuk

belajar dibawah asuhannya, Ahmad Syafi‟i Maarif yang pernah

menjadi murid Fazlur Rahman selama empat tahun di Chicago

memberi komentar sehubungan dengan kepindahan gurunya ke

Barat. Bila bumi Muslim belum peka terhadap himbauan-himbauan,

maka bumi lain yang juga bumi Allah telah menampungnya dan dari

sanalah ia menyusun dan merumuskan pikiran-pikirannya tentang

Islam sejak 1970, dan kesanalah beberapa mahasiswa dari negeri

Muslim belajar Islam dengannya.65

2. Karya-karya Fazlur Rahman

Fazlur Rahman adalah sarjana dan penulis yang sangat

produktif, menulis sepuluh monografi dan hampir seratus artikel

tentang berbagai aspek kehidupan politik, agama dan intelektual di

dunia Islam. Beliau dikenal sebagai pakar gerakan filsafat Paripatetik

dalam Islam dan khususnya sebagai pakar pemikiran Ibn Sina berkat

karyanya, Avicenna‟s Psichology (1952). Karya yang merupakan

64

Ibid., 16. 65

Fitriadi HI. Yusub, “Pemikiran Fazlur Rahman tentang Aksiologi dan Implikasinya

Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam”, Tesis (Malang: Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015), 59.

Page 51: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

37

terjemahan dan edisi kritis dari Kitab al-Najāt ini didasarkan pada

disertasinya di Oxford, Prophecy in Islam: Philosophy and Ortodoxy

(1958), serta De Anima karya Avicenna, yang merupakan bagian

psikologi dari Kitab al-Syifa‟ (1959). Dalam tulisan-tulisan itu,

Rahman tidak saja menunjukkan pengaruh filsafat Islam terhadap

pemikiran Eropa, tetapi juga memperjelas interaksi filsafat dan

agama dalam peradaban Islam. Studinya tentang pemikir abad ke-17,

Syaikh Ahmad Sirhandi (Selected Letters of Ahmad Sirhindi, 1968)

dan Sadruddin Syirazi (The Philosophy of Mulla Sadra¸1975),

mengulang banyak tema di tulisan-tulisan awalnya yang

mengapresiasi Madzhab Iluminasionis dan Neo-Platonik dalam

filsafat Islam. Penekanan Rahman pada akal budi manusia di atas

dogmatisme dangkal dalam sosok-sosok yang ia pelajari juga

merupakan salah satu ciri khas kehidupan dan pemikirannya.

Karya Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual Tradition (1982) dan Health and Medicine in the Islamic

Tradition: Change and Identity (1987) mencerminkan pendekatan

baru dalam beberapa tema serupa yang dibahas dalam bukunya

sebelumnya. Disini beliau terutama sangat peduli dengan penafsiran

dan artikulasi Islam dalam budaya dan masyarakat.66 Dalam Islam

and Modernity, misalnya, beliau mengemukakan bahwa Alquran

yang diyakini umat Muslim sebagai firman Tuhan, telah

disalahtafsirkan sejak masa yang disebut Masa Keemasan dalam

abad-abad awal Islam. Alih-alih membangun pandangan dunia

berdasarkan apa yang Rahman sebut sebagai “kitab ajaran”, mufasir

Muslim malah sibuk “membakukan” ajaran etis Alquran. Mereka

menafsirkan setiap penggalan atau ayat dari segi hukum seakan ayat

itu berdiri sendiri. Rahman memandang bahwa dengan menafsirkan

penggalan ayat tertentu secara terpisah dari konteks sosial dan

historisnya, dengan tidak mengakui prinsip universal dibalik suatu

66

Fazlur Rahman, Islam, XI.

Page 52: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

38

pernyataan, dan karenanya tidak melihat Alquran sebagai suatu visi

etis dan moral yang terpadu, para mufasir abad pertengahan telah

mengembangkan sistem pemikiran yang kaku dan beku serta sistem

pendidikan yang mencerminkan sifat-sifat tersebut. Dihadapan

modernisasi Barat, kekakuan ini mengakibatkan pendidikan Islam

menjadi lebih sekuler atau berpaling sama sekali dari modernitas.

Satu-satunya cara mengakhiri kebingungan dan kekeliruan

penafsiran ini menurut Rahman adalah umat Muslim mesti

menafsirkan kembali hukum dan ulasan Alquran sebagai pernyataan

moral yang umum yang dapat disesuaikan seiring perubahan kondisi

sosial.

Pemikiran diatas dalam banyak hal mewarnai karya-karya

utamanya dikelompok ketiga: Islamic Methodology in History

(1965), Islam (edisi perdana 1966; edisi kedua 1979), Major Themes

of The Qur‟an (1980), dan Revival and Reform in Islam: A Study of

Islamic Fundamentalism (diterbitkan secara anumerta pada tahun

2000). 67

Buku-buku diatas merupakan karya utama Rahman sebelum

akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir pada tanggal 26 Juli

1988 dalam usianya yang ke-69, di Chicago, Illinois. Adapun karya-

karya nya dalam bentuk artikel ilmiah, tersebar di banyak jurnal baik

jurnal lokal (Pakistan) dan internasional, serta yang dimuat dalam

buku-buku bermutu dan terkenal. Artikel-artikel yang ditulisnya

antara lain:

a. Some Islamic Issues in the Ayyub Khan

b. Islam: Challenges and Oppotunities

c. Revival and Reform in Islam: a Study of Islamic

Fundamentalism

d. Islam: Legacy and Contemporary Challenges

e. Islam in the Contemporary World

67

Ibid., XII.

Page 53: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

39

f. Roots of Islamic Neo-Fundamentalism

g. The Muslim World

h. The Impact of Modernity on Islam

i. Islamic Modernism its Scope, Methode an Alternatives

j. Divine Revelation and the Prophet

k. Interpreting the Quran

l. The Quranic Concept of God, the Universe and Man

m. Some Key Ethical Concept of the Quran.68

3. Kerangka Pemikiran Fazlur Rahman

Alquran adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi

Muhammad saw (antara tahun 710 dan 732). Alquran mengandung

petunjuk bagi manusia, yang membenarkan dan mencakup wahyu-

wahyu yang terdahulu. Selanjutnya, wahyu Alquran dan karir

kerasulan Muhammad berlangsung dalam waktu lebih dari dua puluh

tahun, dimana semua keputusan mengenai kebijaksanaan dalam

perang dan damai, tentang isu-isu hukum dan moral dalam

kehidupan pribadi dan masyarakat dibuat dalam situasi-situasi yang

aktual. Dengan demikian wahyu Alquran dari waktu kewaktu

mempunyai aplikasi praktis dan politis. Alquran bukan semata-mata

teks puji-pujian ataupun tuntunan kesalehan pribadi. Sama halnya,

karir kerasulan Muhammad juga diarahkan kepada perbaikan moral

manusia dalam artian yang konkrit dan komunal, bukan hanya

sekedar kepada hal-hal yang bersifat pribadi dan metafisik saja.

Dengan sendirinya ini mendorong para ahli hukum dan intelektual

Muslim untuk memandang Alquran (dan sunnah rasul) sebagai

sumber yang mampu menjawab semua persoalan. Keberhasilan

pendekatan ini semakin memperkuat keyakinan dasar kaum

Muslimin terhadap kemujaraban wahyu sebagai jawaban bagi semua

situasi.69

68

Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman..., 54. 69

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas; Tentang Transformasi Intelektual, terj.

Ahsin Mohammad (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), 2.

Page 54: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

40

Tetapi diluar Alquran sebagai sumber jawaban akan

persoalan yang muncul, menurut Rahman masalah yang paling dasar

adalah mengenai metode dan cara penafsiran Alquran itu sendiri.

Rahman menganggap metode penafsiran pada zaman pertengahan

belum cukup memuaskan. Seperti contoh dalam masalah hukum

pidana yang dinamakan hudūd. Dengan menggunakan qiyas atau

penalaran analogis sebagai alat istinbath hukum dan pranata-pranata

sosial lainnya, menurutnya belum cukup memberikan suatu hasil

yang memuaskan. Lebih lanjut, qiyas bagi rahman sebuah alat yang

belum sempurna. Ketidak sempurnaan dan ketidaktepatan alat-alat

ini pada gilirannya disebabkan oleh tidak adanya metode yang

memadai untuk memahami Alquran itu sendiri.70

Seperti yang tersebut diatas, upaya Rahman untuk

merumuskan metodologi yang sistematis, atau gagasan-gagasan

pembaharuannya dilatarbelakangi oleh kesadarannya akan krisis

yang dihadapi Islam pada periode modern. Ia menilai bahwa krisis

ini memiliki implikasi serius terhadap masa depan agama. Akar

krisis ini terletak dalam sejarah keagamaan Islam.71 Sejak

penghujung abad pertama Hijriah, kaum Muslim telah

mengembangkan suatu sikap yang kaku dalam memandang kedua

sumber pemikiran Islam, yaitu Alquran dan Sunnah Nabi saw lewat

pendekatan-pendekatan ahistoris, literalistis, dan atomistis.

Pendekatan-pendekatan semacam ini telah menceraikan Alquran dan

as-sunnah dari akar kesejarahannya, serta mereduksi keduanya

70

Ibid., 2-3. 71

Pendapatnya ini merupakan pengaruh dari W.C. Smith. Dalam analisisnya tentang

gerakan pembaharuan pada periode modern Islam, Smith pernah mengemukakan bahwa

krisis fundamental yang dihadapi Islam pada masa tersebut adalah terdapatnya semacam

perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan sejarah Islam. Oleh karena itu,

lanjutnya “problem mendasar kaum Muslim modern adalah bagaimana merehabilitasi

sejarah tersebut; membuatnya berjalan lagi dengan kekuatan penuh, sehingga masyarakat

Islam sekali lagi dapat maju ke depan sebagaimana mestinya suatu masyarakat yang

terpimpin secara ilahiah”. Baca: Wilfred Cantwell Smith, Islam in Modern History (t.tp:

Princeton University Press, 1957), 41.

Page 55: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

41

menjadi kompendia yang terdiri atas bagian-bagian yang terisolasi

dan terpilah-pilah.72

Dengan latar belakang pemikiran diatas, Rahman berupaya

untuk membangun sebuah metode penafsiran sebagai alat untuk

memahami dan menafsirkan Alquran, yang lebih sistematis dan

terstruktur. Proses penafsiran yang diusulkan disini terdiri dari suatu

gerakan ganda, dari situasi sekarang ke masa Alquran diturunkan,

dan kembali lagi ke masa kini. Alquran adalah respon ilahi, melalui

ingatan dan pikiran Nabi, kepada situasi moral-sosial Arab pada

masa Nabi, khususnya kepada masalah-masalah masyarakat dagang

Makkah pada masanya. Sejak dini, Alquran berbicara tentang “beban

yang mematahkan punggungmu” yang dilepaskan dengan turunnya

wahyu yaitu surat As-Sharh ayat 1-3. Tentu saja wahyu pada

gilirannya juga membawakan “seruan yang berat” (QS. Al-

Muzzammil ayat 5). Surah-surah awal Alquran membuat sangat jelas

bahwa masalah-masalah akut di masyarkat Arab dahulu itu adalah

politheisme (penyembahan berhala), eksploitasi kaum miskin,

permainan kotor dalam perdagangan dan ketiadaan tanggung jawab

umum terhadap masyarakat (dimana terdapat alasan yang kuat untuk

meyakini bahwa Alquran memandang masalah-masalah tersebut

saling berhubungan). Alquran mengemukakan gagasan tentang

Tuhan yang Esa kepada siapa semua manusia bertangung jawab dan

tujuan menghilangkan ketimpangan sosial-ekonomi yang menyolok.

Teologi Alquran dan ajaran-ajaran moral serta hukum-hukumnya

kemudian secara gradual mengungkapkan diri dalam arena politik:

penolakan orang-orang Makkah terhadap risalah Muhammad

terhadap risalah Muhammad, debat berkepanjangan yang

menyusulnya, dan kemudian, dalam periode madinah, kontroversi

yang dilancarkan terhadap orang-orang Yahudi dan sejauh tertentu

72

Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., 186.

Page 56: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

42

juga terhadap orang-orang kristen membentuk latar belakang

turunnya wahyu-wahyu Alquran.73

Jadi, kita lihat bahwa Alquran dan asal-usul komunitas Islam

muncul dalam sinaran sejarah dan berhadapan dengan latarbelakang

sosio-historis. Alquran adalah respon kepada situasi tersebut, dan

untuk sebagian besar ia terdiri dari pernyataan-pernyataan moral,

religius dan sosial yang menanggapi problema-problema spesifik

yang dihadapkan kepadanya dalam situasi-situasi yang konkrit.

Kadang-kadang Alquran hanya memberikan suatu jawaban bagi

sebuah pernyataan atau suatu masalah, tetapi biasanya jawaban-

jawaban ini dinyatakan dalam batasan-batasan suatu ratio legis yang

eksplisit atau semi eksplisit. Tetapi bahkan dimana Alquran hanya

memberikan jawaban-jawaban yang sederhana saja, adalah mungkin

untuk memahami alasan-alasannya dan menyimpulkan hukum-

hukum umum dengan mengkaji materi-materi latarbelakangnya,

yang untuk sebagian besar telah disuguhkan secara cukup jelas oleh

para penafsir Alquran.74

Jadi, menurut Rahman, prosedur yang benar untuk

memahami Alquran setidaknya mufasir harus menempuh dua

pendekatan: pertama, mempelajari Alquran dalam Ordo Historis

untuk mengapresiasi tema-tema dan gagasan-gagasannya sehingga

diketahui makna yang tepat dari firman Allah. Kedua, mengkaji

Alquran dalam konteks latar belakang sosio-historisnya. Dengan

pendekatan ini akan diketahui laporan tentang bagaimana orang-

orang di lingkungan Nabi memahami perintah Alquran. Tanpa

memahami latar belakang mikro dan makro75 secara memadai,

menurut Rahman besar kemungkinan seseorang akan salah tangkap

73

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas..., 6. 74

Ibid., 6-7. 75

Konteks mikro adalah sebab turun yang memiliki ketersinggungan dengan

turunnya suatu ayat. Sedangkan konteks makro adalah kondisi sosial budaya di sekitar Arab

meliputi situasi budaya, pola interaksi, geografis, politik, dan konteks lainnya yang mengitari

turunnya Alquran.

Page 57: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

43

terhadap maksud atau tujuan Alquran, serta aktifitas Nabi baik ketika

berada di Makkah maupun di Madinah.76

Dua pendekatan ini mutlak dilakukan Rahman, karena

Alquran merupakan respon Ilahi yang disampaikan melalui Nabi

Muhammad saw terhadap situasi sosial masyarakat Arab ketika itu.

Pernyataan Alquran yang memperlihatkan bagaimana

kronisnya problem masyarakat seperti penyembahan berhala,

eksploitasi terhadap kaum miskin, memarginalkan kaum perempuan

dan lain-lain diatas, mengindikasikan bahwa memang pesan-pesan

dalam Alquran saling berkaitan dengan kondisi yang dialami oleh

masyarakat Arab saat itu.

4. Konsep Teori Double Movement Fazlur Rahman

Dalam metodenya, Rahman menyatakan ada tiga pendekatan

dalam ijtihadnya. Pertama, pendekatan historis untuk menemukan

makna teks; kedua, pendekatan kontekstual untuk menemukan

sasaran dan tujuan yang terkandung dalam ungkapan legal spesifik;

dan ketiga, pendekatan latar belakang sosiologis untuk menemukan

sasaran dan tujuan yang tidak dapat diungkapakan oleh pendekatan

kontekstual.

Ujung dari keseluruhan ide dan konsep metodologisnya, ia

rumuskan dalam dua gerakan metodis yang masing-masing terdiri

dari serangkaian kerja intelektual yang secara teknis dinamaknnya

“ijtihad” atau “jihad intelektual”. Sebagaimana definisi ijtihad yang

mengimplementasikan konsep-konsepnya mengenai dasar-dasar

metodologis; tentang Alquran, sunnah, maka demikian pula rumusan

metodis Rahman sehingga terlihat konsistensi dan koherensi

pemikirannya: sejak dari ide-ide pendekatan metodologis, konsep-

76

Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam. terj. Aam Fahmia (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2001), 5.

Page 58: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

44

konsep tentang dasar-dasar metodologis, konsep ijtihad, sampai

dengan rumusan metodologisnya.77

Berangkat dari pemikiran beliau tentang pendekatan yang

harus dilakukan dalam menafsirkan Alquran, dan tidak

representatifnya metode tafsir klasik dan metode tafsir modern saat

ini, maka Rahman menawarkan sebuah konsep metode tafsir yang

dinamakan dengan teori penafsiran Double Movement (gerakan

ganda).

Konsep teori Double Movement tersebut diungkapkan

Rahman dalam bukunya Islam and Modernity berikut;

“The process of interpretation proposed here consists of a Double

Movement, from the present situation to Quranic times, then back

to the present.“78

Rahman mengungkapkan bahwa proses dalam memahami

Alquran terdiri dari dua gerakan ganda (Double Movement), yaitu

dari situasi saat ini menuju pada masa Alquran, kemudian kembali

lagi pada situasi saat ini.

Gerakan pertama

Langkah pertama, orang harus memahami arti makna suatu

pernyataan (ayat) dengan mengkaji situasi atau problem historis

dimana pernyataan Alquran tersebut merupakan jawabannya. Tentu

saja sebelum mengkaji ayat-ayat spesifik dalam situai-situasi

spesifiknya, suatu kajian situasi makro dalam batasan-batasan

masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga bahkan keseluruhan

kehidupan masayarakat di Arab pada pada saat Islam datang

khususnya di Makkah dan sekitarnya, harus dilakukan terlebih

dahulu. Langkah kedua adalah menggeneralisasikan respon-respon

spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai ungkapan-ungkapan

yang memiliki tujuan moral sosial umum, yang dapat disaring dari

77

Husein Alyafie, “Fazlur Rahman dan Metode Ijtihadnya: Telaah Sekitar

Pembaruan Hukum Islam”, Jurnal Hunafa (Vol. 6, No.1, 2009), 29-52. 78

Fazlur Rahman, Islam and Modernity..., 5.

Page 59: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

45

ungkapan ayat-ayat spesifik dalam sinar latarbelakang sosio-historis

dan dalam sinar ratio-legis („illat hukum) yang sering digunakan.

Benar bahwa langkah pertama yaitu memahami makna dari suatu

pernyataan spesifik, sudah memperlihatkan ke arah langkah kedua,

dan membawa kepadanya. Selama proses ini, perhatian harus

ditujukan kepada ajaran Alquran sebagai suatu keseluruhan,

sehingga setiap arti tertentu yang dipahami, setiap hukum yang

dinyatakan, dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan

yang lainnya. Alquran sebagai suatu keseluruhan memang

menanamkan suatu sikap yang pasti terhadap hidup dan memiliki

suatu pandangan dunia yang konkrit; ia juga mendakwakan bahwa

ajarannya “tidak mengandung kontradiksi-dalam”, tetapi koheren

secara keseluruhan.79

Gerakan kedua

Gerakan kedua merupakan upaya perumusan prinsip-prinsip

umum, nilai-nilai dan tujuan Alquran yang telah disistemasikan

melalui gerakan pertama terhadap situasi dan atau kasus aktual

sekarang. Gerakan kedua harus dilakukan dari pandangan umum ke

pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan direalisasi sekarang.

Artinya, ajaran-ajaran yang bersifat umum harus ditubuhkan

(embodied) dalam konteks sosio-historis yang konkrit di masa

sekarang. Ini sekali lagi memerlukan kajian yang cermat atas situasi

sekarang dan analisis berbagai unsur-unsur komponennya sehingga

kita bisa menilai situasi sekarang dan mengubah kondisi sekarang

sejauh yang diperlukan, dan menentukan prioritas-prioritas baru

untuk bisa mengimplementasikan nilai-nilai Alquran secara baru

pula.80

Seperti yang telah tersebut diatas, usaha ini oleh Rahman

diistilahkan sebagai sebuah jihad intelektual. Jihad atau usaha

intelektual, termasuk unsur-unsur intelektual dari kedua momen

79

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas..., 7. 80

Ibid., 8.

Page 60: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

46

(yang lampau dan sekarang), secara teknis disebut ijtihad, yang

berarti “upaya untuk memahami makna dari suatu teks atau preseden

di masa lampau, yang mempunyai suatu aturan, dan untuk mengubah

aturan tersebut dengan memperluas atau membatasi ataupun

memodifikasinya dengan cara sedemikian rupa hingga suatu situasi

baru dapat dicakup di dalamnya dengan suatu solusi yang baru”.

Definisi ini sendiri mengimplikasikan bahwa suatu teks atau

preseden bisa digeneralisasikan sebagai suatu prinsip dan bahwa

prinsip tersebut lalu bisa dirumuskan sebagai suatu aturan baru. Ini

berimplikasi bahwa makna suatu teks atau preseden dari masa

lampau, situasi sekarang dan tradisi yang mengitarinya dapat

diketahui secara cukup objektif dan bahwa tradisi tersebut dapat

dengan cukup objektif dibawa ke dalam penilaian dari makna

(normatif) dari masa lampau dalam dampak mana tradisi tersebut

muncul.81

Dua gerakan tersebut akhirnya menghasilkan rumusan-

rumusan spesifik qurani mengenai berbagai aspek kehidupan aktual

sekarang ini. Rumusan-rumusan tersebut akan menjadi pertimbangan

bagi mujtahid yang bersangkutan dalam menetapkan pendapat-

pendapat hukumnya. Keduanya, yaitu rumusan-rumusan spesifik

qurani mengenai kehidupan aktual dan pendapat-pendapat hukum

hasil ijtihad akan mengalami proses interaksi dalam masyarakat.

Terlepas dari kenyataan apakah keduanya akan diterima atau ditolak

dalam masyarakat, namun secara teoritis keduanya merupakan visi

qurani yang dibangun dengan mempertimbangkan situasi dan

kondisi aktual masyarakat setempat, yaitu sebuah visi qurani yang

realistis.82

81

Ibid., 9. 82

Husein Alyafie, Fazlur Rahman dan Metode Ijtihadnya..., 29-52.

Page 61: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

47

BAB III

KAJIAN AYAT-AYAT QITĀL

A. Ayat-ayat Perang (qitāl) dalam Alquran dan Asbāb an-Nuzūlnya

Qitāl (perang) memiliki pengertian yang tidak begitu luas.

Sebagaimana yang telah dibahas dimuka, makna qitāl tidak seluas

makna jihad. Dimana jihad mencakup segala bentuk usaha dan

upaya untuk menegakkan agama Allah swt, sedangkan qitāl adalah

terbatas hanya pada arti perang. Namun arti perang itu pun tidak bisa

kita persempit cakupan maknanya. Sebagai contoh, dalam Islam

terdapat perang sebagai jalan untuk mempertahankan diri, keluarga,

dan juga harta.83

Selain perang dalam rangka mempertahankan diri, ada juga

perang melawan kelompok pengacau yang mencoba menggulingkan

kekuasaan yang sah atau merusak ketertiban umum. Termasuk juga

perang melawan para pembegal yang merampas hak-hak rakyat.84

Mahmud Syaltut dalam kitabnya, al-Qur‟an wa al-Qitāl

membagi qitāl menjadi dua macam. Yaitu qitāl al-Muslimīn lil

Muslimīn dan qitāl al-Muslimīn li ghairil Muslimīn (perang antara

Muslim dengan Muslim dan perang antara Muslim dengan non-

Muslim).85 Maka dalam penelitian ini, penulis membatasi objek

kajian ayat-ayat qitāl, yaitu hanya pada qitāl (perang) atau

memerangi orang-orang non-Muslim. Sebagaimana tersebut dalam

ayat-ayat Alquran sebagai dasar legalitas nya, baik perintah untuk

berperang maupun larangannya. Adapun ayat-ayat yang membahas

mengenai qitāl melawan orang-orang non-Muslim akan diuraikan,

berdasarkan perintah dan larangan qitāl, sebagai berikut:

83

Turmudzi, Sunan At-Turmudzi, Jil. 3 (Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmi, 1988), 88. 84

Abdul Ghofur Maimoen, “Peperangan Nabi Muhammad saw dan Ayat-ayat Qitāl”,

Jurnal Al-Itqan (Vol. 1, No. 1, 2015), 13. 85

Mahmud Syaltut, Al-Qur‟an wa Al-Qitāl (Kairo: Dār al-Kitab al-Arābi, 1951), 24.

Page 62: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

48

Ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad berkaitan

dengan qitāl adalah tedapat dalam QS. Al-Hajj ayat 39,

و ز وذش أر ػى صش ٱل إ ا ظ ثأ ز

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang

diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan

sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka

itu.” Ayat ini turun pada tahun pertama hijrah Nabi Muhammad

saw. Dalam kitab tafsirnya, Ibn „Asyur menyampaikan bahwa kaum

musyrikin Makkah menyiksa kaum mukminin dengan kejam.

Dengan bekas pukulan dan luka, mereka kemudian datang kepada

Rasul, melaporkan kedzaliman yang mereka alami. Nabi menjawab

“bersabarlah, sesungguhnya belum ada perintah untuk membalas

atau berperang”. Ketika Nabi hijrah ke Madinah, yaitu setelah bai‟ah

aqabah barulah turun ayat ini, yaitu diizinkannya umat Islam untuk

membela diri ketika dianiaya dan didzalimi oleh kaum musyrik.86

Redaksi pertama dalam ayat tersebut menggunakan kata أر

(udzina) yang berarti perang bukan merupakan sebuah anjuran,

melainkan hanya sebuah izin. Izin berperang pun hanya dalam

konteks pembelaan diri dan menegakkan keadilan dan perang harus

berakhir dengan berakhirnya permusuhan terhadap kaum Muslim.87

Ayat tersebut turun pada waktu peralihan dari periode

Makkah ke periode Madinah. Dengan kata lain dapat kita pahami

bahwasanya, selama Nabi di Makkah, jihad Nabi tidak

menggunakan kekerasan sama sekali walaupun siksaan dan cobaan

Nabi di Makkah lebih berat dibandingkan di Madinah. Namun

karena memang pada saat itu belum ada izin berperang Nabi dan

para sahabat hanya bisa bersabar sembari tetap berjihad dijalan Allah

86

Abi Al-Hasan Ali Al-Wahidi, Asbābu Nuzūlil Qur‟an (Riyadh: Dār al-Maiman,

2005), 503. 87

Falahuddin, “Pendekatan Komprehensif-Integratif Dalam Kajian Fikih Terorisme,”

dalam Reformulasi Ajaran Agama Islam; Jihad, Khilafah, dan Terorisme, ed. Azyumardi

Azra, CBE, dkk. (Bandung: Penerbit Mizan, 2017), 74.

Page 63: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

49

dengan cara berdakwah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun

secara terbuka.

Sesuai dengan konteks yang melatarbelakangi turunnya ayat

diatas, maka tidak diperkenankan memerangi, membunuh non-

Muslim kecuali mereka yang terlebih dahulu memulai. Sebagaimana

juga diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 190-191,

ؼزذ ال حت ٱ ٱل إا ال رؼزذ ز

و ٱز ٱل زا ك سجه ش . ح ٱهز

ز ال رو وز ٱ لزخ أشذ ٱ ش أخشج ح أخشج سجذ صولز ػذ ٱ

لش ي جضاء ٱز كٱهز ز كئ ه ك ز حزى و حشا ٱ

190. “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang

memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

batas.”

191. “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai

mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir

kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari

pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil

Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika

mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka.

Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.” Ayat diatas merupakan ayat yang pertama kali turun di

Madinah. Seperti dikatakan Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, ayat

tersebut turun ketika Rasulullah pada saat itu sedang memerangi

orang yang memeranginya.88

Redaksi wa lā ta‟tadū (jangan melampaui batas) diatas

merupakan penjelasan dari kata fī sabīlillah yang mengikuti kata

qatalū. Artinya perang yang dilakukan haruslah perang di jalan

Allah serta tidak boleh melampaui batas; seperti halnya memerangi

dan membunuh perempuan, anak kecil, orang tua, bahkan seperti

88

Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzīm, Jil. 2 (Kairo: Dār al-Kutub al-Mishriyyah,

2000), 214.

Page 64: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

50

diriwayatkan Ibn Abbas, tidak boleh membunuh hewan kecuali

untuk kemaslahatan.89

Sedangkan ayat 191 surat Al-Baqarah diwahyukan kepada

Nabi Muhammad pada tahun keenam saat beliau melaksanakan

umrah qadha pada tahun ketujuh. Umat Islam saat itu

mengkhawatirkan adanya pembatalan sepihak dari penduduk

Makkah terhadap perjanjian gencatan senjata antara mereka dengan

penduduk Madinah. Wahyu tersebut merupakan jawaban dari Allah

jika memang benar penduduk Makkah melanggar perjanjian. Dalam

sebuah hadis sahih diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad mengutus

Usman bin Affan lalu terdengar kabar bahwa ia terbunuh. Nabi

muhammad dan para sahabat berjanji akan memerangi musuh

hingga mati, tetapi kemudian teranglah kabar bahwa Usman tidaklah

meninggal. Maka dalam ayat-ayat tersebut dinyatakan, posisi Islam

jika benar-benar terjadi kontak fisik adalah pihak yang diperangi:

“dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi

Islam”.90

Dalam ayat lain juga diterangkan sebagian sebab

diperbolehkannya qitāl, yaitu terdapat dalam surat Surat al-Baqarah

ayat 193,

إال ػى ٱظ ا كال ػذ ٱز كئ ل ٱذ كزخ حزى ال ر ز

ه

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi

dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika

mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan

(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” Ayat-ayat diatas secara langsung mengindikasikan bahwa

perintah untuk berperang/memerangi orang-orang musyrik bukanlah

tanpa sebab. Dalam ayat-ayat Nya Allah mensyaratkan bahwa hanya

89

Ibid. 90

Ibn Asyur, At-Tahrīr wa at-Tanwīr, Jil. 2, (Tunisia: Ad-Dār at-Tunisiyyah, 1984),

200.

Page 65: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

51

ketika umat Muslim itu diperangi maka selama itu kita boleh

membalas untuk memerangi guna mempertahankan diri. Dan

kalaupun kita boleh membalas memerangi, itupun harus sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang Allah syaratkan, sebagaimana

tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan ketentuan-

ketentuan lainnya, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat diatas.

Kemudian ditekankan lagi dalam ayat 193 yang menyatakan,

“jika mereka berhenti (memusuhi kamu), maka tidak ada

permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang dzalim”.

Yang menandakan bahwa tidak boleh ada peperangan lagi selama

musuh tidak lagi memusuhi dan dalam keadaan damai.

Selain ayat-ayat diatas, masih terdapat banyak ayat yang

menguatkan bahwasanya perang dalam Islam bukanlah perang untuk

menindas ataupun memaksa orang masuk agama Islam, melainkan

untuk mempertahankan diri dan membela yang terdzalimi. Seperti

terdapat dalam QS. An-Nisa/4: 89-91, QS. Al-Anfal/8: 39, QS. At-

Taubah/9: 12-13.

QS. An-Nisa‟/4: 84, 90, 91

ق ثأط ٱز أ ػسى ٱل ؤ ض ٱ حش ق إال لسي ال ر ٱل ك سج ز كو

لشا

ال أشذ ر أشذ ثأسب ٱل

“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu

dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah

semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah

menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar

kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)”. (QS. An-Nisa‟/4: 84)

... ٱػزض سجال كئ ػ ٱل ب جؼ ك ٱس ا إ و أ ز

و ك

“...tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak

memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka

Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh)

mereka”. (QS. An-nisa‟/4: 90)

Page 66: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

52

ش ح ٱهز كخز ذ ا أ ل ٱس ا إ و ؼزض ... كئ صولز

ج ب ط س ػ ب جؼ ئ

أ ب

“... Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan

(tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak)

menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah

mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang

Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan

membunuh) mereka”. (QS. An-nisa‟/4: 91).

Menurut Syaltut, ayat-ayat diatas, khususnya pada redaksi

merupakan alasan كئ ؼزض dan ػسى هللا أ ق ثأط از لشا

diperintahkannya umat Muslim untuk memerangi orang-orang kafir

karena fitnah yang mereka bawa terhadap umat Muslim. Ayat-ayat

dalam surat An-Nisa‟ tersebut juga berhubungan dengan ayat-ayat

dalam surat al-Baqarah yang telah tersebut diatas.91 Begitu juga

dalam surat Al-Anfal dan At-Taubah.

حز ز ه ثصش ب ؼ ث ٱل ا كئ ٱز كئ ۥ ل ٱذ كزخ ى ال ر

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan

supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti

(dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang

mereka kerjakan”. (QS. Al-Anfal/8: 39)

ح أر ش أ ثذء س ا ثئخشاط ٱش ا أ ض ب ه ز أال رو كٱل خش

أحن أ رخش ؤ ز إ

Artinya: Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang

yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras

kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama

mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka

padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-

benar orang yang beriman. (QS. At-Taubah/9: 13)

زو غ ٱ ٱل ا أ ٱػ بكخ زب و بكخ شش

زا ٱ ه ...

91

Mahmud Syaltut, Al-Qur‟an wa Al-Qitāl, 31.

Page 67: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

53

“... perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana

merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya

Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. At-Taubah/9: 36) Redaksi dalam ayat-ayat diatas seperti; إ ضا أب ثؼذ

yang ,ب وبر بكخ dan , ثذسء أ شح , ػذ طؼا ك د

terdapat dalam surat Al-Anfal dan At-Taubah, turun berkaitan

dengan kembalinya fitnah92 dari kaum musyrik, kedzaliman-

kedzaliman yang mereka lakukan, serta janji-jani yang mereka

ingkari. Sehingga diperintahkannya umat Muslim tanpa ragu untuk

memerangi mereka sehingga akan tercipta kemaslahatan bagi umat

manusia.93

Dari beberapa ayat yang berkaitan dengan qitāl diatas, yang

terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa‟, Al-Anfal dan At-

Taubah, menunjukkan bahwa perintah berperang dalam Islam adalah

karena sebab-sebab yang mendahuluinya, seperti fitnah kaum

musyrik, perjanjian-perjanjian yang mereka langgar, dan sebagainya.

sehingga dapat dipahami bahwa posisi Islam dalam perang adalah

karena bertahan (defensif). Baik bertahan dari serangan yang

dilakukan kaum musyrik, maupun bertahan dalam arti

mempertahankan kemaslahatan umat walaupun itu dilakukan dengan

cara memulai perang (offensif).

Kemudian dalam kitabnya, Syaltut memberikan

pengkhususan terhadap dua ayat qitāl yang terdapat dalam surat At-

Taubah. Dimana ayat-ayat tersebut yang biasanya seringkali

92

Kata „fitnah‟ dalam Alquran tersebut sebanyak 36 kali, dan beberapa muncul

berkaitan dengan qitāl. Menurut Rasyid Ridha dan Hamka, fitnah dalam hal ini berarti

„hasutan, hambatan, gangguan, dan siksaan yang ditimpakan oleh orng-orang kafir kepada

kaum Muslim. Ibn Katsir menyebutkan bahwa fitnah disini adalah kekufuran, kesyirikan,

dan tindakan menghalangi orang dari jalan Allah. Begitu juga Al-Thabathaba‟i berkata

demikian. sehingga fitnah dapat kita pahami sebagai penindasan kaum musyrik terhadap

kaum Muslim. Lihat: Izza Rohman, “Jihad dan Qital dalam Al-Quran,” dalam Reformulasi

Ajaran Islam; Jihad, Khilafah dan Terorisme, ed. Azyumardi Azra, CBE, dkk. (Bandung:

Mizan, 2017), 417. 93

Mahmud Syaltut, Al-Qur‟an wa Al-Qitāl, 32.

Page 68: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

54

menimbulkan persepsi yang salah oleh sebagian kelompok dengan

memahami ayat-ayat tersebut sebagai dasar disyariatkannya qitāl

dalam Islam terhadap orang-orang yang berbeda keyakinan dengan

Islam (non-Muslim).94

Apabila ayat-ayat qitāl sebelumnya berhubungan dengan

kaum kafir Makkah dan Arab secara umum, maka dua ayat dalam

surat At-Taubah ini lebih tertuju pada ahlul kitab.

1. QS. At-Taubah/9: 29

زا ٱز ه ال ذ سسۥ ٱل ب حش ال حش ٱلخش ال ثٱ ثٱل ال ؤ

ش ـ ص جضخ ػ ذ ت حزى ؼطا ٱ ز أرا ٱ ٱز حن ٱ د

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah

dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak

mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan

tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu

orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai

mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam

keadaan tunduk”. Menurut Ibn Asyur dalam ayat tersebut mengisyaratkan

bahwa setelah kaum kafir Makkah, musuh Islam selanjutnya adalah

ahlul kitab, dimana mereka bersama musyrik Arab mula-mula

bersikap damai dengan umat Islam akan tetapi setelah Islam

berkembang sedemikian rupa dengan pesat mereka mulai memusuhi.

Contohnya adalah bani Quraidhah dan bani Nadhir yang membantu

pasukan al-Ahzab memerangi Madinah dalam peristiwa Khandaq.

Termasuk dalam kelompok ahlul kitab ini adalah Arab Kristen yang

berada digaris perbatasan antara Arab dan Kristen Romawi di Syam.

Mereka adalah para raja Ghassanid (Ghassan) yang menjadi penerus

Kristen Romawi dalam upaya memusuhi Islam.

Setelah aman dari kaum musyrik Arab, kemudian Islam

mengatur siasat untuk menghalau Arab Kristen di perbatasan,

dimana mereka merupakan kaki tangan Kristen Romawi. Maka

94

Ibid.

Page 69: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

55

kemudian turunlah ayat tersebut yang berisi perintah untuk

memerangi ahlul kitab.95

Hal tersebut ditegaskan Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya

dengan mengambil riwayat yang menceritakan bahwa, setelah

urusan kaum musyrikin mulai mencair, dan berbagai kelompok

masuk kedalam agama Islam, dan Jazirah Arabia mulai stabil, maka

Allah memerintahan Rasul-Nya untuk memerangi orang-orang Ahli

Kitab, Yahudi dan Nasrani. Ini terjadi pada tahun 9 Hijriyah. Untuk

itu Rasulullah saw mempersiapkan diri untuk memerangi bangsa

Romawi. Rasulullah menyeru para sahabatnya untuk bersiap-siap,

dan mengirim utusan ke daerah-daerah pinggiran kota untuk

mengajak mereka agar bersiap-siap dan seruan itu mendapat

sambutan yang sangat memuaskan, sehingga terkumpullah pasukan

sejumlah kurang lebih 30.000 personil. Sebagian orang penduduk

Mandinah dan kaum munafikin yang ada di sekitarnya serta manusia

lainnya tidak ikut berperang peristiwa ini terjadi pada saat sulitnya

pangan dan kemarau panjang serta panas yang sangat terik.

Rasulullah dengan pasukannya berangkat menuju Syam untuk

memerangi pasukan Romawi, ketika sampai di Tabuk, pasukan

Islam singgah selama 20 hari. Setelah itu Rasulullah beristikharah

untuk kembali ke Madinah. Karena kondisi pasukan sudah mulai

lemah, maka pada tahun itu juga Rasulullah kembali ke Madinah.96

Namun memerangi ahlul kitab disini bukan karena motif

beda keyakinan, tetapi lebih karena ahlul kitab tersebut bekerjasama

dengan Kristen Romawi untuk memusuhi dan menyerang Islam.

Sehingga, dapat kita pahami bahwa penyerangan yang dilakukan

Islam secara lebih dahulu kepada non-Muslim dalam konteks ini

adalah untuk mempertahankan Islam karena terlebih dahulu sudah

diketahui bahwasanya tentara Romawi yang di dalamnya termasuk

95

Ibn Asyur, at-Tahrir wa at-Tanwir, Jil. 10, 163-164. 96

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Lubābut Tafsīr Min Ibni

Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2003), 116.

Page 70: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

56

ahlul kitab akan menyerang Islam. Oleh karena itu tidak ada perintah

dan tidak diperbolehkan sama sekali untuk memerangi ahlul kitab

atas dasar perbedaan keyakinan.

2. QS. At-Taubah/9: 123

ٱػ ظخ ؿ جذا ك لبس ٱ زا ٱزا ه ءا أ ب ٱز

غ ٱل ا أ

زو ٱ

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang

kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui

kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama

orang-orang yang bertakwa”.

Sepintas ayat ini seperti memerintahkan kepada umat Islam

agar memerangi setiap non-Muslim yang berada di sekeliling

mereka. Akan tetapi jika diperhatikan seksama dengan melihat

seluruh kandungan ayat-ayat qitāl dalam Al-Qur`an maka yang

demikian ini tentu merupakan kejanggalan besar karena akan

bertubrukan dengan ayat-ayat muhkamat seperti telah dipaparkan

sebelumnya. Untuk itu diperlukan pembacaan yang lebih teliti

dengan cara mengaitkannya dengan peristiwa („alāqah khārijiyyah)

dan rangkaian ayat („alāqah dākhiliyyah). Dari sini kita ketahui

bahwa ayat ini berkenaan dengan peristiwa perang Tabuk pada bulan

Rajab tahun kesembilan.

Perang ini bermula ketika tentara Romawi al-„Armarmiyyah

berkekuatan empat puluh ribu tentara, kolaborasi antara bangsa

Romawi dan Arab, bermaksud menghentikan laju Islam. Tentara

Islam berupaya menghalaunya akan tidak terjadi kontak fisik.

Peristiwa ini semakin menegaskan adanya musuh di luar Arab

sehingga membutuhkan ketegasan dan sikap taktis dari umat Islam.97

97

Abdul Ghofur Maimoen, Peperangan Nabi Muhammad saw..., 22-23.

Page 71: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

57

Dengan melihat ayat-ayat qitāl yang tersebut diatas serta

memahaminya dengan melihat konteks ayat beserta asbāb an-nuzūl

nya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Tidak ditemukan satu ayat pun dalam Alquran yang

menunjukkan bahwa qitāl (perang) dalam Islam

dimaksudkan untuk memaksa manusia masuk agama

Islam.

b. Karena sebab-sebab qitāl, seperti yang tersebut

sebelumnya, yaitu tidak lain untuk mempertahankan diri

dari musuh, melindungi dan menjaga dakwah, serta

membebaskan agama (dari fitnah dan kedzaliman kaum

kafir).

c. Walaupun dalam sejarah Islam terdapat perang (qitāl),

namun perang dalam Islam tetaplah mempunyai etika

dan aturan seperti tidak memonopoli, tidak menyerang

kaum yang lemah (wanita, anak-anak, orang tua).

B. Penggunaan dan Pemaknaan kata qitāl dalam Alquran

Penggunaan kata qitāl dalam Alquran dengan berbagai

derivasinya (baik berupa fi‟il maupun isim) ditemukan dalam

berbagai surat dalam Alquran, yang secara keseluruhannya

digunakan sebanyak 170 kali.98 Untuk penjelasan lebih lanjut akan

penulis uraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel

Pemaknaan kata Qitāl dan Derivasinya

Kosakata Terdapat pada

Surat

Terdapat

pada ayat

Makna

Al-Baqarah/2 72, 251 Membunuh (qatala)قتل

An-Nisa‟/4 92, 157

Al-Maidah/5 30, 32, 95

Al-Kahfi/18 74

98

Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‟jamul Mufahras..., 533-536.

Page 72: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

58

Taha/20 40

Al-Qashas/28 19, 33

Ali Imran/3 183

Al-Anfal/8 17

Al-An‟am/6 140

,Ghafir/40 25 Bunuh (yaqtulu)يقتل

Membunuh Al-Maidah/5 27, 28, 70, 95

Al-Qashas/28 9, 19, 20, 33

An-Nisa‟/4 29, 92, 93

Al-An‟am/6 151

Yusuf/12 10

Al-Isra‟/17 31, 33

Al-Baqarah/2 61, 85, 87, 91

Al-Ahzab/33 26

Al-Anfal/8 17, 30

Al-Mumtahanah/60 12

Ali Imran/3 21, 112

At- Taubah/9 111

Al-Furqan/25 68

As-Syu‟ara/26 14

Al-A‟raf/7 150

,Ali Imran/3 144, 154 (qutila)قتل

156, 157,

158, 168, 169

Dibunuh,

Dikalahkan,

Terbunuh,

Gugur

Al-Hajj/22 58

Muhammad/47 4

At-Takwir/81 9

Al-Isra‟/17 33

Ad-Dzariyat/51 10 Terkutuklah

Al-Muddatsir/74 19, 20 Celakalah

Abasa/80 17

Page 73: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

59

Al-Buruj/85 4 Binasalah

,Al-Baqarah/2 154 Gugur (yuqtalu)يقتل

terbunuh An-Nisa‟/4 74

At-Taubah/9 111

Al-Ahzab/33 61 Dibunuh

Al-Maidah/5 33

Ali Imran/3 13, 111 Memerangi (qātala) قاتل

146, 195 Berperang

Al-Hadid/57 10

As-Shaf/61 4 Berperang

Al-Fath/48 16, 22 Memerangi

Al-Munafiqun/63 4 Membinasakan

At-Taubah/9

13 Memerangi

30 Melaknat

83 Berperang

Al-Ahzab/33 20

Al-Baqarah/2 191, 217 Memerangi

246 Berperang

An-Nisa/4 90 Memerangi

Al-Mumtahanah/60 9

يقاتل

(yuqātilu)

Al-Baqarah/2 190 Memerangi

Al-Hasyr/59 14

Al-Muzzammil/73 20

An-Nisa‟/4 76 Berperang

Al-Hajj/22 39

Al-Maidah/5 24 Berperanglah (qātil)قاتل

Al-Baqarah/2 193, 244, 253 Perangilah

At-Taubah/9 12, 14, 29,

123

Al-Hujurat/49 9

Al-Anfal/8 39

Page 74: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

60

,Al-Baqarah/2 191 Membunuh (al-qatl)القتل

Pembunuhan 217

Ali Imran/3

154 Terbunuh

181 Membunuh

Al-Maidah/5 30

An-Nisa‟/4 155

Al-An‟am/6 137

Al-Isra‟/17 31

33 Pembunuhan

Al-Ahzab/33 16

Al-Baqarah/2 216, 217 Berperang (qitāl)قتال

An-Nisa‟/4 77

Ali Imran/3 121 Pertempuran,

Peperangan Al-Ahzab/33 25

Muhammad/47 20 Perang

Al-Anfal/8 16

65 Berperang

Berperang قتاال(qitālan) Ali Imran/3 167

إقتتل

(iqtatala)

Al-Baqarah/2 253 Berbunuh-

bunuhan

Al-Hujurat/49 9 Berperang

Al-Qashas/28 15 Berkelahi

Berdasarkan Tabel diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya

kata qitāl dengan segala derivasinya (Isim maupun fiil) di dalam

Alquran adalah bermakna perang (Isim), membunuh, memerangi

(fiil). Terkecuali adalah yang terdapat dalam surat Adz-Dzariyat/51:

10 (Terkutuklah), Al-Muddatsir/74: 19 dan 20, Abasa/80: 17

(Celakalah), dan Al-Buruj/85: 4 (Binasalah). Dimana dalam ayat-

ayat tersebut menggunakan redaksi هز (qutila).

Page 75: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

61

Namun perintah dan larangan perang dalam ayat-ayat

Alquran tersebut, tidak cukup dipahami secara literalis dan tekstual.

Akan tetapi perlu pemahaman kontekstual, dimana ayat-ayat

perintah perang tersebut tidak lah diturunkan dalam ruang hampa,

melainkan turun atas dasar sebab yang mendahului dan

melatarbelakangi nya, termasuk kondisi sosial bangsa Arab pada saat

itu (mikro maupun makro). oleh karena itu dalam Bab selanjutnya,

penulis akan mencoba memahami ayat-ayat qitāl (perang) tersebut

secara kontekstual dengan menggunakan teori nya Fazlur Rahman,

yaitu teori penafsiran Double Movement (Gerakan Ganda).

Page 76: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

62

BAB IV

APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT TERHADAP

AYAT-AYAT PERANG (QITĀL)

Melihat dan mengetahui seluruh ayat-ayat qitāl yang ada dalam

Alquran, seperti yang penulis telah paparkan di dalam bab sebelumnya, akan

menuntun kepada kita sebuah pemahaman penting. Yaitu, sebuah gambaran

dan ciri-ciri perang yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Dengan dimulai

dari sebab mengapa Rasulullah, atau Islam pada umumnya melakukan

peperangan, etika berperang yang di praktekkan Rasul, dan juga sebenarnya,

apakah hukum berperang itu sendiri dalam Islam?.

A. Aplikasi Teori Double Movement terhadap ayat-ayat qitāl

Perang (qitāl) telah menjadi polemik persoalan tersendiri

dikalangan umat. hal tersebut salah satu pemicunya adalah terdapatnya

beberapa ayat Alquran yang apabila kita lihat secara tekstual

memerintahan kepada umat Muslim untuk memerangi non-Muslim.

Dilain sisi, dalam Alquran, ditegaskan pula bahwasanya Islam adalah

agama yang lembut, damai, dan rahmatan lil ālamīn.

Maka tentu dibutuhkan pemahaman yang utuh mengenai

perintah berperang yang ada dalam Alquran tersebut. Karena tidak

mungkin satu ayat Alquran bertentangan dengan ayat yang lainnya,

yaitu ayat-ayat perang bertentangan dengan ayat-ayat damai. Sehingga

penulis mencoba menggunakan teori penafsiran Double Movement

(gerak ganda) untuk memahami problem qitāl tersebut.

Prinsip dasar Teori Double Movement

1. Memahami arti atau makna ayat dengan melihat dan mengkaji

situasi dan problem historis dimana pernyataan Alquran atau

ayat tersebut merupakan jawabannya.

2. Menggeneralisasikan jawaban-jawaban spesifik dan

menyatakannya sebagai sebuah pernyataan yang memiliki

tujuan-tujuan moral-sosial umum.

Page 77: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

63

3. Membawa nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang umum tersebut

kedalam konteks sosio-historis yang konkrit dimasa sekarang,

dengan melihat secara cermat kondisi dan situasi masa kini.99

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah diatas akan langsung

penulis terapkan dalam memahami ayat-ayat qitāl. Walaupun terdapat

perintah dan larangan berperang, dan keduanya tersebut saling

berkorelasi satu sama lain, sehingga tidak bertentangan, namun dalam

hal ini adalah lebih menitikberatkan kepada perintah berperang.

Melihat perang pada masa lampau, kondisi dimana ayat-

ayat perintah perang diturunkan (mikro), serta kondisi

sosial masyarakat pada saat itu (makro).

Sejarah peperangan dalam Islam merupakan sebuah fakta

sejarah yang kita ketahui tentang bagaimana Nabi saw beserta para

sahabat beliau memperjuangkan dan mempertahankan agama Islam,

sehingga Islam dapat sampai kepada kita saat ini dengan segala hukum

dan syari‟atnya.

Perang bagi bangsa Arab pada saat itu bukan merupakan sesuatu

yang mengerikan seperti anggapan kita saat sekarang ini. Melainkan

sudah menjadi kebiasaan mereka, karena memang banyak terdapat

faktor yang melatarbelakangi terjadinya perang kala itu. Seperti yang

telah disebutkan oleh Khoir Haikal dalam kitabnya yang berjudul Al-

Jihād wa Al-Qitāl fī as-Siyāsah as-Syariyyah. Dalam kitabnya bahkan

disebutkan terdapat 30 alasan atau faktor yang mendasari terjadinya

perang di jazirah Arab pada masa itu.100

Perang yang dilakukan oleh Rasulullah saw bukanlah perang

yang offensif (menyerang), akan tetapi bersifat defensif (bertahan,

membela diri), sebagaimana terdapat dalam ayat-ayat yang ada, yang

menegaskan bahwasanya Islam tidak menghendaki peperangan. Namun

karena adanya ancaman dari kaum kafir quraisy maupun ahlul kitab,

penganiayaan atau kedzaliman, fitnah, dan sebagainya, sehingga Allah

99

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas..., 7-8. 100

Muhammad Khair Haikal, al-Jihād wa al-Qitāl..., 15-29.

Page 78: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

64

swt memerintahkan untuk membela diri dengan cara menghalau segala

ancaman dan memerangi mereka (QS. Al-Hajj: 39, QS. Al-Baqarah/2:

190-191, QS. An-Nisa/4: 91, QS. Al-Anfal/8: 39, QS. At-Taubah/9: 13

dan 36, dan lain sebagainya). Konsistensi itu tersebut dalam ayat lain

juga yang melarang umat Muslim untuk memerangi mereka ketika

sudah dalam keadaan damai dan mereka tidak pula memerangi Islam

(QS. An-Nisa/4: 90, QS. Al-Baqarah/2: 193).

Maka dapat kita ketahui bahwa kondisi makro atau situasi dan

kondisi masyarakat Arab pada masa Nabi, peperangan memang masih

menjadi sebuah jalan bagi mereka untuk menyelesaikan masalah dan

urusan mereka.

Sedangkan kondisi mikro, atau asbāb an-nuzūl ayat-ayat

perintah perang diturunkan, tidak lain adalah karena adanya ancaman

dari kaum kafir maupun ahlul kitab. Sehingga ketika tidak ada ancaman

maupun gangguan dari mereka, umat Muslim dilarang untuk melakukan

dan memerangi mereka. Hal ini sejalan dengan prinsip dakwah dalam

Islam berikut;

Pertama, asas iman dan kufur adalah kebebasan bagi manusia

untuk menentukan pilihannya. Iman tidak bisa dipaksakan dan

sebaliknya kekufuran juga tidak bisa dipaksakan. Seperti tersebut dalam

surat Al-Baqarah ayat 256,

كوذ ثٱل ؤ ـد لش ثٱط ك ـ

ٱ شذ ٱش هذ رج شا ك ٱذ ح ال إ ؼش سي ثٱ ٱسز

غ ػ س ٱل ب صوى ال ٱلصب ٱ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali

yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar

lagi Maha Mengetahui”. Kedua, Nabi Muhammad dan juga penerus perjuangannya tidak

dimintai pertanggung jawaban mengenai hasil dakwahnya, yang

dimintai pertanggung-jawaban adalah dakwah itu sendiri yang berarti

menyampaikan pesan-pesan Alquran dengan hikmah dan tutur kata

Page 79: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

65

yang baik (mauidzoh hasanah). Bahkan apabila diperlukan sebuah

perdebatan pun itu juga harus dilakukan dengan baik pula. Sebagaimana

firman Allah dalam surat An-Nur ayat 54,

كئ س أطؼا ٱش أطؼا ٱل إ رطؼ ه ز ب ح ػ ب ح ب ػ ا كئ ر

ج ؾ ٱج إال ٱ س ب ػى ٱش

زذا ر

“Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul;

dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu

adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian

adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu

taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain

kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan

terang".

Dan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125,

سثي إ أحس ثٱز

ذ ج حسخ ػظخ ٱ ٱ خ ح

سثي ثٱ ٱدع إى سج ث أػ

زذ ثٱ أػ ػ سجۦ ض

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”.

Setelah kita mengetahui kondisi sosial bangsa Arab serta

mengetahui sebab diturunkannya ayat-ayat perintah berperang seperti

yang tersebut diatas, selanjutnya adalah mengambil nilai-nilai universal

yang ada dalam ayat-ayat tersebut. Artinya, ayat-ayat tersebut tidak

berlaku secara khusus hanya bagi masyarakat pada masa Alquran turun,

namun juga berlaku bagi umat manusia saat ini. Selaras dengan jargon

Alquran salihun li kulli zaman wa makan, maka pesan-pesan Alquran

dalam ayat-ayat tersebut harus bisa berlaku juga bagi masa sekarang.

Yaitu dengan mengambil nilai-nilai dan tujuan-tujuan umum dari ayat-

ayat tersebut.

Page 80: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

66

Maka dengan melihat kembali ayat-ayat qitāl diatas, penulis

mendapatkan nilai-nilai universal dengan tujuan-tujuan umum sebagai

berikut:

1. Ayat-ayat tersebut secara umum menghimbau kepada umat

Muslim untuk senantiasa waspada terhadap ancaman musuh.

Bukan hanya ancaman fisik, namun juga ancaman tergerusnya

akidah karena fitnah-fitnah yang mereka sebarkan. Bukan pula

hanya musuh yang tampak, namun juga bisikan setan dan hawa

nafsu yang bahkan menjadi musuh utama kita.

2. Melawan dan mempertahankan Islam dengan sekuat tenaga, dan

mempertaruhkan jiwa raga kita untuk Islam. Dengan cara

berdakwah dan menginfakkan harta kita untuk kejayaan Islam.

3. Mengajarkan kepada umat Muslim, bahwasanya Islam adalah

agama yang lembut, bukan agama kekerasan. Yaitu dengan

tidak mengusik dan memerangi orang-orang non-Islam, kecuali

mereka memerangi kita terlebih dahulu dan kita harus

mempertahankan diri.

4. Memerintahkan kepada seluruh Umat Muslim untuk berjihad di

jalan Allah. Apabila dulu cara berjihad Nabi dan Sahabat

melalui peperangan, itu wajar karena kondisi dan situasi

memang menuntut demikian. Namun dalam hal ini jihad yang

penulis maksud adalah jihad secara global meliputi semua

aspeknya (materi, pikiran, tenaga, dan sebagainya), sesuai

dengan kemampuan masing-masing individu.

Nilai-nilai dan tujuan-tujuan umum diatas, yang penulis

simpulkan dari ayat-ayat qitāl, menandai hasil dari gerakan pertama

teori Double Movement. Yaitu gerakan kembali menuju masa Alquran

diturunkan dengan melihat latarbelakang situasional dan sektor

sosialnya. Kemudian menarik dan mengambil nilai-nilai umum, prinsip-

prinsip, dan tujuan-tujuan umum yang ada dalam sebuah ayat tersebut

secara sistematis. Hal tersebut sejalan dengan kaidah yang menyatakan

“al-Ibrah bi umūm al-lafdzi lā bi khusūs as-sababi”. Yaitu bahwasanya,

Page 81: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

67

hukum yang terkadung dalam sebuah ayat atau lafadz itu dilihat dari

umumnya lafadz, bukan sebab khususnya. Artinya dengan begitu, ayat-

ayat qitāl tersebut bukan hanya berlaku bagi masyarakat Arab pada

masa Alquran diturunkan, namun juga berlaku bagi kita umat manusia

yang hidup dimasa sekarang ini, bahkan di masa yang akan datang

sekalipun.

Membawa Prinsip-prinsip atau nilai-nilai dan tujuan-tujuan

universal yang didapatkan dari ayat-ayat qitāl, kedalam

masa sekarang yang konkrit dengan segala kondisi, situasi

dan problematikanya.

Sebelum menerapkan ajaran-ajaran umum tersebut kedalam

konteks yang konkrit di masa sekarang, terlebih dahulu perlu dilakukan

kajian dengan cermat atas situasi sekarang dengan segala kondisinya.

Beberapa hal yang menjadi poin penting mengenai gambaran

kondisi dan situasi masa sekarang adalah: pertama, bahwa perang

(qitāl) tidak lagi menjadi alternatif dalam berdakwah dan berjihad saat

ini. Terlebih lagi, bukan hanya di Jazirah Arab. Islam sudah menyebar

luas di berbagai negara di dunia ini. Artinya, kultur dan karakteristik

umat Muslim sekarang sudah berbeda dengan kultur dan karakteristik

bangsa Arab pada zaman Nabi yang masih menggunakan perang

sebagai jalan hidup kabilah masing-masing.

Islam pada masa Nabi masih berbentuk sebuah kesatuan dalam

satu wilayah dan satu kepemimpinan, yaitu dipimpin langsung oleh

Nabi Muhammad saw sendiri, yang kemudian diteruskan oleh para

khalifah pengganti beliau. Namun berbeda dengan sekarang ini, dimana

Islam bukanlah menjadi sebuah sistem negara (Negara Islam),

melainkan merupakan bagian dari sebuah negara, dan terdapat pula

agama-agama lain di dalam negara-negara itu selain Islam.

Kedua, dunia saat ini adalah milik barat, dimana semua aktifitas

dan kegiatan umat manusia dikendalikan oleh Barat. Mulai dari segi

ekonomi, politik, teknologi, keilmuan dan bidang-bidang lainnya.

Dengan majunya teknologi yang dikembangkan; sebagai contoh

Page 82: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

68

pesatnya kemajuan alat-alat elektronik, maraknya media sosial, dan

kemajuan-kemajuan lain, membuat dunia saat ini seakan sama sekali

beda dengan masa lampau ketika Alquran diturunkan.

Dunia maya sekarang ini lebih banyak diminati umat daripada

dunia nyata. Kejahatan pun tidak hanya terjadi didunia nyata, namun

juga marak di dunia maya, bahkan lebih kejam dan sadis. Alasanya

sederhana, karena umat sekarang ini lebih bebas berbicara dan bertindak

serta berinteraksi di Dunia tersebut. Hal tersebut pun akhirnya

dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Dengan banyaknya situs-situs

website yang menyesatkan, menggerus akidah umat, dan kita lihat

provokasi atau adu domba dimana-dimana. Dan itu semua mudah

dilakukan didunia yang sekarang ini dengan berbagai fasilitas dan

teknologi yang maju.

Dengan melihat dan memperhatikan fakta-fakta diatas, kita

dapat mengetahui bahwasanya tantangan dakwah saat ini sungguh

berbeda dengan tantangan dakwah pada masa Nabi saw. Tantangan

dakwah masa Nabi adalah menghalau pasukan-pasukan perang kaum

kafir dan kaum yahudi nasrani beserta tentara romawi. Sedangkan

tantangan dakwah saat ini adalah menghalau serangan-serangan musuh

Islam dalam rangka mempertahankan akidah Islam didunia yang penuh

fitnah ini. Berita-berita hoax (palsu) disebarkan dimana-mana,

penipuan-penipuan merajalela, bahkah penistaan sudah menjadi hal

biasa.

Setelah mengamati dan mengetahui kondisi konkrit masa

sekarang ini, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan nilai-nilai

universal ayat-ayat qitāl yang penulis simpulkan sebelumnya kedalam

ruang dan waktu sekarang ini, dengan segala kondisi dan

problematikanya.

B. Kontekstualisasi Ayat-ayat qitāl terhadap Problematika masa

sekarang

Secara sederhana, prinsip-prinsip umum yang ada pada ayat-

ayat qitāl adalah: pertama, perintah untuk berjihad di jalan Allah swt.

Page 83: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

69

Kedua, perintah untuk senantiasa waspada terhadap musuh-musuh

Islam. Ketiga, perintah untuk mempertahankan Islam dengan sekuat

jiwa raga dari segala ancaman musuh-musuh Islam yang datang.

Keempat, memberikan pemahaman kepada umat manusia bahwasanya

Islam bukanlah agama kekerasan, melainkan agama yang lembut dan

rahmatan lil alamīn.

Prinsip-prinsip diatas akan penulis coba untuk terapkan dalam

problematika sosial dewasa ini seperti korupsi, dan propaganda media.

Yang akan penulis uraikan sebagai berikut:

a. Korupsi

Merupakan sebuah masalah besar yang sedang dihadapi

umat saat ini, khususnya di Indonesia. Korupsi adalah tindakan

penjabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak

lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan

tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan

kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.101

Undang-undang Nomer 31 mengatakan bahwa korupsi

secara terminologis adalah melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.102

Dari perngertian-pengertian diatas, kita dapat lihat bahwa

terdapat dua unsur pokok di dalam korupsi, yaitu penyalagunaan

kekuasaan oleh para pejabat, apartur negara dan pihak yang terlibat,

dan pengutamaan kepentingan pribadi atau sepihak diatas

kepentingan publik oleh pelaku korupsi (pejabat, apartur negara dan

semua pihak yang terlibat).

Tindak korupsi dalam hukum Islam sangat jelas hukumnya.

Korupsi bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti; keadilan

(al-„adl), amanah (al-amānah), dan tanggung jawab.

101

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Korupsi, diakses pada tanggal 14 April 2018 102

Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

Page 84: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

70

Dengan melihat definisi dan dua unsur pokok korupsi diatas,

Korupsi sangat dilarang dan dibenci oleh Allah. Karena pertama¸

Korupsi berarti memakan harta benda orang lain secara tidak benar

(bathīl) dan mengambil hak-hak orang lain. Larangan dan ancaman

bagi orang-orang yang memakan harta orang lain secara batil

tersebut dalam beberapa ayat Alquran telah disebutkan, seperti yang

terdapat dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 188, An-Nisa/4 ayat 161,

dan At-Taubah/9 ayat 34.103

Korupsi merupakan sebuah kejahatan yang berdampak

sangat buruk bagi masyarakat maupun negara. Secara tidak

langsung, adanya praktek korupsi telah menimbulkan berbagai

distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat. Oleh karena itu

dalam Alquran korupsi dapat dikategorikan sebagai perbuatan fasad

dan sebuah kerusakan di muka bumi yang sangat tidak diridhai oleh

Allah swt.

103

QS. Al-Baqarah/2: 188

أ ا كشوب زأ ب ح رذا ثب إى ٱ ط ج ثٱ ث ا أ ال رأ رؼ أز ص ٱبط ثٱإ

“ Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara

kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”

QS. An-Nisa/4: 161

أخز ػزاث لش أػزذب ط ج ٱبط ثٱ أ أ هذ ا ػ ا ث ب أب ٱش

“ Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah

dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan

jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara

mereka itu siksa yang pedih”.

QS. At-Taubah/9: 34

أ أ جب ٱش ٱلحجبس ضشا ا إ ءا ب ٱز أ ٱز ٱل ػ سج صذ ط ج ٱبط ثٱ

ش ثؼزاة أ كجش ٱل ال لوب ك سج خ لض ٱ ٱزت ض

“ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang

alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan

jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-

orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,

maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang

pedih”.

Page 85: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

71

Indonesia termasuk kedalam negara paling korup sedunia,

dengan menempati deretan atas diantara negara-negara lainnya.

Ironisnya, Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas

Muslim. Begitu juga para pejabat negara yang melakukan tindak

korupsi mayoritas adalah Muslim. Hal ini lah yang perlu

dipertanyakan dan dicermati terkait apakah yang menyebabkan

suburnya praktek korupsi di Indonesia?.

Islam datang untuk membebasakan dan memerangi sistem

ketidakadilan, bukan untuk melegalisasi praktek-praktek yang

melahirkan eksploitasi dan ketidakadilan.

Maka ayat-ayat qitāl (perang), seperti yang telah dibahas

dimuka, bahwa esensi dari ayat-ayat tersebut adalah jihad dan

mempertahankan Islam. Maka ayat-ayat qitāl tersebut menjadi satu

perintah, yang harus diperhatikan bagi umat Muslim saat ini, yaitu

perintah untuk dapat memberantas korupsi dan membersihkan nama

Islam dari hal-hal fasad yang semacam korupsi dan sebagainya

dalam rangka jihād fī sabīlillah.

Perintah yang terdapat dalam ayat-ayat qitāl bersifat umum

untuk seluruh Muslim dan mukmin. Artinya perintah untuk

memberantas korupsi, khususnya di Indonesia, adalah bukan hanya

perintah bagi pemerintah saja, melainkan juga bagi seluruh umat,

khususnya masyarakat Indonesia.

Mengenai bagaimana cara atau teknis pemberantasan korupsi

tersebut, penulis tidak membahas hal tersebut dalam tulisan ini.

Namun di Indonesia telah ada dan eksis sebuah lembaga yang

khusus menangani dan menyelidiki tindak pidana korupsi, yaitu

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga tersebut

merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam rangka

memberantas korupsi. Meskipun telah banyak mengungkap dan

menangkap para koruptor, namun sampai saat ini juga adanya

lembaga tersebut belum dapat mengurangi maraknya korupsi di

tanah air ini.

Page 86: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

72

Para pelaku korupsi seakan tidak jera dan tidak takut dengan

konsekuensi dan hukuman yang nantinya akan mereka terima ketika

mereka tertangkap. Bagaimana tidak, hukuman bagi para koruptor di

Indonesia ini adalah sebatas penjara yang sama sekali tidak dapat

membuat efek jera bagi para pelakunya.

Maka menurut penulis, hal yang dapat mengurangi dan

memberantas maraknya tindakan korupsi di Indonesia ini adalah

dengan memberikan hukuman yang berat bagi para pelaku. Bukan

hanya sekadar dipenjara, namun lebih kepada hukuman yang dapat

membuat para pelaku jera dan berpikir dua kali ketika hendak

melakukan korupsi.

Apabila diatas adalah tanggung jawab dan peran pemerintah

dalam memberantas korupsi, maka peran rakyat adalah dengan cara

meningkatkan kualitas pribadi masing-masing pribadi masyarakat.

Dimulai dari orang tua dengan memberikan pendidikan yang baik

bagi anak-anak nya, serta perhatian yang cukup terhadap

pertumbuhan anak.

Memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri pribadi setiap

insan yang penulis maksud, bukan hanya terbatas pendidikan umum,

namun yang lebih penting adalah pengetahuan agama dan

spiritualitasnya. Karena faktanya, para pelaku korupsi umumnya

adalah mereka para pejabat yang mempunyai wewenang, dan

sebelumnya telah mengenyam pendidikan yang bisa dikatakan

tinggi. Namun nyatanya itu saja tidak cukup untuk menghentikan

niat mereka untuk korupsi, dengan terbukti banyak pejabat Muslim

yang tertangkap karena mereka korupsi. Maka spiritualitas dan

pendidikan moral menurut penulis adalah yang sangat dibutuhkan

setiap manusia, khususnya bagi masyarakat Indonesia saat ini dan

genarasi yang akan datang.

Menumbuhkan spiritualitas dan membentuk moral sosial

yang baik, serta meningkatkan kualitas diri itulah menurut penulis

yang menjadi tantangan jihad masa kini dalam rangka memberantas

Page 87: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

73

korupsi. Begitu juga pemerintah yang harus lebih bisa bersikap

berani dalam hal menetapkan hukuman bagi para koruptor. Maka

menurut penulis itulah salah satu hal yang harus dilaksanakan umat

terkait dengan ayat-ayat perintah qitāl yang difirmankan Allah swt

dalam kitab-Nya.

b. Propaganda Media

Media massa, dengan segala fungsi dan bidang aktivitasnya,

mengambil peran besar dalam kaitannya dengan penyebarluasan

informasi-informasi atau berita-berita. Kecepatan dan cakupan luas

tersebarnya informasi tergantung pada kerja institusi media tersebut.

Dalam hubungannya dengan itu, masyarakat mengikuti

perkembangan peristiwa-peristiwa dengan bergantung pada media

juga. Segala pandangan dan tingkah laku masyarakat juga banyak

dipengaruhi oleh media. Tentang apa yang disajikan, apa yang

diberitakan, dan apa yang ditampilkan oleh madia itulah yang

menjadi persoalan utama.

Kekerasan sosial dan terorisme menjadi salah satu berita

yang menjadi sasaran utama media. Media massa menganggap “Bad

news is a good news” karena berita-berita seperti itu pasti akan

menarik perhatian masyarakat. Semakin ekstrim kekerasan yang

ditunjukkan dalam liputan, semakin tinggi nilai berita tersebut.

Media massa dengan vulgar menggambarkan tindakan kekerasan

yang dilakukan sehingga efek yang dirasakan penonton ketika

menyaksikan berita tersebut semakin merasuk.104

Media massa sekarang tidak hanya terbatas pada televisi dan

internet. Yang lebih besar pengaruhnya sekarang ini adalah media

yang lebih bersifat sosial (atau bisa disebut media sosial), seperti;

Facebook, Twitter, Whatsapp, dan media sosial lainnya. Media-

media tersebut mempunyai kekuatan persuasif untuk menyulut

kebencian antar umat.

104

Jessica Jane Tampubolon, Dampak Negatif Media Massa Terhadap Kekerasan

Sosial di Indonesia (Depok: Universitas Indonesia, 2013), 6.

Page 88: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

74

Efek media terhadap konflik dapat ditilik dari akibat yang

ditimbulkan oleh seseorang yang secara tidak sengaja atau secara

terselubung menyebarkan propaganda atau bersifat memihak dalam

bentuk eskalasi ketegangan dan memprovokasi terjadinya konflik.105

Satu peristiwa atau berita, sekarang ini tidak butuh ber jam-

jam atau berhari-hari. Hanya hitungan menit, sebuah berita langsung

tersebar keseluruh negeri ini. Dengan bahasa yang bersifat

provokatif, sebuah berita atau kiriman dari seseorang dapat saja

menimbulkan salah paham antar umat yang berujung pada fitnah dan

saling benci.

Dengan begitu besarnya pengaruh media, dimanfaatkan oleh

orang-orang yang tidak suka dengan Islam; dengan menyebar berita-

berita provokasi sebagai jalan untuk menghancurkan Islam dengan

tujuan memecah belah umat. Umat Islam dimana saja berada harus

memahami bahwa pengusung kebathilan senantiasa berupaya untuk

mendangkalkan akidah dan memporak-porandakan tatanan

kehidupan khususnya dikalangan generasi muda; salah satunya

adalah melalui media. 106

Dengan riskannya penggunaan media sosial dewasa ini,

menurut penulis hal tersebut menjadi tanggung jawab setiap Muslim.

Maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan klarifikasi

atau mencari tahu kebenaran berita yang beredar. Kedua adalah

mengurangi, bahkan menghentikan alur berita yang sedang tersebar

(tentu berita-berita yang tidak baik; fitnah, aib orang lain, perdebatan

aliran, dan sebagainya), dengan cara membiarkan berita-berita

tersebut berhenti ditangan kita, dan tidak lagi kita teruskan kepada

orang lain.

Hal tersebut sesuai dengan esensi perintah qitāl dalam

Alquran yang penulis bahas. Prinsip umum dari ayat-ayat qitāl itu

diantaranya adalah selalu waspada dan siaga terhadap serangan

105

Ibid., 11. 106

Budihardjo, Jihad dalam Perspektif Islam, 364.

Page 89: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

75

musuh. Dan musuh Islam saat ini tidak menggunakan pedang dan

perisai untuk menghancurkan Islam, tetapi tidak lain salah satunya

adalah dengan memanfaatkan teknologi modern saat ini, yaitu

dengan menggunakan media sosial.

Maka perintah qitāl dalam Alquran tersebut pada hakikatnya

adalah Allah memerintahkan kepada kita yang hidup di era modern

sekarang ini untuk mempertahankan Islam dan berjihad di jalan

Allah dengan cara mengendalikan diri kita pribadi untuk dapat selalu

menggunakan media sosial dengan baik dan hati-hati demi utuhnya

Islam yang rahmatan lil ālamīn.

Tentang alasan mengapa dalam jihad pada masa sekarang ini

penulis lebih menekankan permasalah korupsi dan media

dibandingkan dengan problem-problem lain yang melanda negeri

ini, adalah tidak lain karena menurut penulis kedua problem diatas

merupakan yang paling urgen untuk segera diselesaikan setuntas-

tuntasnya demi terciptanya kedamaian dan kemakmuran negeri ini.

juga karena dalam bukunya, Mayor Thems of The Quran, Fazlur

Rahman berpendapat bahwa jihad hadir untuk kepentingan

melaksanakan agenda sosial dan politik Islam. Tidak diragukan

bahwa Alquran menghendaki Muslim agar membangun suatu

tatanan politik di muka bumi dengan tujuan untuk menciptakan

tatanan moral-sosial yang adil dan egaliter.107

107

Fazlur Rahman, The Major Themes of The Qur‟an, (Mineapolis: Bibliotheca

Islamica, 1980), 63-64.

Page 90: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan menggunakan teori Double Movement milik Fazlur

Rahman, penulis mencoba memahami ayat-ayat qitāl dalam Alquran

secara utuh dengan melihat konteks peristiwa dan situasi historis

dimana ayat-ayat tersebut diturunkan. Maka dengan mengikuti

langkah-langkah dari teori Double Movement, penulis mendapatkan

hasil dan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kata qitāl dan derivasinya di dalam Alquran terdapat 170

kata. Kesemuanya bermakna perang (isim) dan memerangi

(fi‟il), kecuali beberapa kata qitāl yang terdapat dalam surat

Adz-Dzariyat/51: 10 yang bermakna „Terkutuklah‟, Al-

Muddatsir/74: 19 dan 20, Abasa/80: 17 bermakna

„Celakalah‟, dan Al-Buruj/85: 4 bermakna „Binasalah‟.

2. Ayat-ayat perang (qitāl) dalam Alquran, mempunyai konteks

peristiwa (asbāb an-nuzūl) dan juga situasi historis pada

masa itu. Yang keduanya tidak bisa diabaikan begitu saja

ketika hendak memahami ayat-ayat tersebut.

Perintah berperang dalam Alquran berkaitan dengan kaum

kafir quraisy dan musuh-musuh Islam yang memerangi atau

menyerang Islam terlebih dahulu. Seperti yang terdapat

dalam beberapa ayat-ayat qitāl seperti dalam surat Al-Hajj

ayat 39, Al-Baqarah ayat 190-191, dan beberapa ayat

lainnya.

Larangan berperang berkaitan juga dengan sikap yang

dilancarkan oleh kaum kafir dan musuh-musuh Islam. Umat

Islam tidak diperbolehkan berperang selama dalam keadaan

damai dan musuh sudah tidak memerangi lagi. Hal itu

tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 193 dan beberapa ayat

lainnya.

Page 91: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

77

Pensyariatan perang tersebut juga sesuai dengan situasi

historis pada masa Alquran turun, dimana peperangan masih

menyelimuti bangsa Arab pada saat itu. Setiap suku masih

sibuk mencari kehidupan dan tempat mempertahankan

sukunya dengan cara menindas dan memerangi satu sama

lain. Segala permasalahan antar suku kebanyakan

diselesaikan dengan cara perang. Maka tidak heran apabila

Allah memerintahkan kepada umatnya melaui Alquran,

untuk berjihad dan mempertahankan Islam dengan cara

berperang, sesuai dengan situasi historis pada masa itu.

3. Dengan menggunakan teori Double Movement, penulis

memperoleh prinsip-prinsip umum yang terdapat dalam ayat-

ayat qitāl. Prinsip-prinsip tersebut adalah; pertama, Perintah

untuk berjihad di jalan Allah swt. Kedua, perintah untuk

senantiasa waspada terhadap musuh-musuh Islam. Ketiga,

perintah untuk mempertahankan Islam dengan sekuat jiwa

raga dari segala ancaman musuh-musuh Islam yang datang.

Keempat, memberikan pemahaman kepada kita umat

manusia bahwasanya Islam bukanlah agama kekerasan,

melainkan agama yang lembut dan rahmatan lil ālamīn.

Prinsip-prinsip tersebut dapat kita kontekstualisasikan sesuai

dengan problematika dan tantangan jihad masa kini.

Diantaranya adalah masalah korupsi yang merajalela dan

propaganda media yang bersifat provokatif. Maka kedua

masalah tersebut bagi penulis merupakan agenda utama umat

Islam masa kini sebagai tantangan jihād fī sabīlillah yang

perlu untuk dilaksanakan dan dituntaskan. Sehingga nantinya

kita benar-benar termasuk hamba Allah yang akan dicatat

oleh-Nya sebagai orang-orang yang berjihad di jalan Allah

swt.

Page 92: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

78

B. Saran

Penulis dengan penuh kesadaran mengakui bahwa penelitian

yang dilakukan ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab masih

banyak lubang-lubang data atau ketidaktelitian yang belum sempat

penulis kerjakan. Tentu hal tersebut menjadi sebuah kekurangan.

Kekurangan ini bisa disebabkan pembacaan penulis yang masih

kurang terhadap literatur yang ada. Kekurangan lainnya bisa juga

timbul sebab penulis belum mampu menerapkan teori-teori yang

mendukung sehingga masih banyak persoalan yang belum

terungkap.

Untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan dalam

penelitian ini, maka sangat dianjurkan bagi para akademisi untuk

mengembangkan telaah sejarah serta tafsir-tafsir yang kaya literatur

dari beragam sudut, terutama beradu pandang antara kelompok garis

keras dan kelompok toleran. Disamping itu, penerapan nilai etis

tersebut pada perkembangan dunia saat ini juga perlu digambarkan

supaya menjadi fokus kajian terkait ayat-ayat perang.

Page 93: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

79

DAFTAR PUSTAKA

Abazhah, Nizar. Perang Muhammad; Kisah Perjuangan dan Pertempuran

Rasulullah. Jakarta: Zaman, 2014.

„Asyur, Ibn. At-Tahrīr wa at-Tanwīr. Tunisia: Ad-Dār at-Tunisiyyah, 1984.

A‟la, Abd. Dari Neomodernisme ke Islam Liberal. Jakarta: Penerbit Dian

Rakyat, 2009.

Al-Asfahani, Ar-Raghib. Mu‟jam Mufradati Alfāzhil Qur‟an. Beirūt: Dārul

Fikr, t.th.

Alyafie, Husein. “Fazlur Rahman dan Metode Ijtihadnya: Telaah Sekitar

Pembaruan Hukum Islam”. Jurnal Hunafa, Vol. 6, No. 1, 2009.

Al-Wahidi, Abi Al-Hasan Ali. Asbābu Nuzūlil Qur‟an. Riyadh: Dār al-

Maiman, 2005.

Amal, Taufik Adnan. Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas

Pemikiran Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Penerbit Mizan, 1990.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al-Mu‟jamul Mufahras li Alfāzhil-Qur‟anil-

Karīm. Kairo: Dārul-Hadīs, 1981.

Budihardjo. “Jihad dalam Perspektif Islam”, Jurnal Asy-Syir‟ah, Vol. 40,

No. 2, 2006.

Catono, Randi. Perang Badar: Kemenangan Pertama Pasukan Muslim.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007.

Chirzin, Muhammad. Kontroversi Jihad di Indonesia: Modernis Vs

Fundamentalis. Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2001.

Page 94: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

80

Fakhruddin, Muhammad. “Konsep Jihad Menurut Muhammad Syahrur”.

Skripsi. Yogyakarta: UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2004.

Falahuddin, “Pendekatan Komprehensif-Integratif Dalam Kajian Fikih

Terorisme,” dalam Reformulasi Ajaran Agama Islam; Jihad, Khilafah, dan

Terorisme, ed. Azyumardi Azra, CBE, dkk., 57-90. Bandung: Penerbit

Mizan, 2017.

Haikal, Muhammad Khair. Al-Jihād wa al-Qitāl fi Siyāsah ash-Syar‟iyyah.

t.t.: Dār Ibn Hazm, t.th.

Hidayat, Prabowo Adi. Argumentasi Makna Jihad dalam Alquran ditinjau

dari Perspektif Masyarakat Kosmopolitan, STAIN Jurai Siwo Metro. t.th.

Ibnuafan. “Penerjemahan Ayat-ayat Jihad dalam Alquran; Terjemahan

Kementerian Agama RI (Analisis Wacana)”. Skripsi. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.

Ishaq, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin. Lubābut Tafsīr Min

Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi‟, 2003.

Katsir, Ibn. Tafsīr Al-Qur‟an al-Adzīm. Kairo: Dār al-Kutub al-Mishriyyah,

2000.

Maimoen, Abdul Ghofur. “Peperangan Nabi Muhammad saw dan Ayat-ayat

Qital”, Jurnal Al-Itqan, vol. 1, No. 1, 2015.

Mandzur, Ibn. Lisān al-Arab. Kairo: Dār al-Ma‟arif, t.th.

Mawardi. Hermeneutika Alquran Fazlur Rahman, Dalam Hermeneutika

Alquran dan Hadis, ed. Sahiron Syamsudin. Yogyakarta: Elsaq press, 2010.

Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Alquran

Periode Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003.

Mustaqil. Epistimologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LkiS, 2010.

Page 95: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

81

Mustaql. Metode Penelitian Alquran dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press,

2014.

Muthahari, Murtadha. Jihad. terj. M. Hasyem. Lampung: YAPI, 1987.

Nadjib, Emha Ainun. Surat Kepada Kanjeng Nabi. Bandung: Penerbit

Mizan, 1997.

Qardhawi, Yusuf. As-Ṣahwah al-Islāmiyyah bayna al-Juhūd wa at-Taṭarruf.

Kairo: Dār asy-Syurūq, 2001.

Rahman, Fazlur. Gelombang Perubahan Dalam Islam. terj. Aam Fahmia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1982.

Rahman,. Islam. terj. M. Irsyad Rafsadie. Bandung: Penerbit Miza, 2017.

Rahmanr. Islam dan Modernitas; Tentang Transformasi Intelektual, terj.

Ahsin Mohammad. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985.

Rahmanr. Islam and Modernity: Transformation of an Intelectual Tradition.

Chicago & London: The University of Cicago Press, 1982.

Rahmanr. Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam. Bandung: Mizan,

1987.

. The Major Themes of The Qur‟an. Mineapolis:

Bibliotheca Islamica. 1980.

Rohimin. Jihad: Makna dan Hikmah. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Izza Rohman, “Jihad dan Qital dalam Al-Quran,” dalam Reformulasi Ajaran

Islam; Jihad, Khilafah dan Terorisme, ed. Azyumardi Azra, CBE, dkk., 403-

419. Bandung: Mizan, 2017.

Sa‟d, Ibn. Ghazawāt ar-Rasūl wa Sarayāhu. t.t.: Dār Beirūt, 1981.

Shihab, M. Quraish. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw; Dalam Sorotan

Al-Qur‟an dan Hadits-hadits Shahih. Tangerang: Lentera Hati, 2014.

Page 96: JIHAD DALAM ALQURAN;e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4676/1/skripsi.pdf · Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang haqiqi senantiasa memberikan kontribusi

82

. Ensikolpedia Alquran, Kajian Kosa Kata. Jakarta: Lentera

Hati, 2007.

Sibawaihi. Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman, Studi Komparatif

Epistimologi Klasik-Kontemporer. Yogyakarta: Islamika, 2004.

Surisno. Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistimologi, dan Sistem

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Syaltut, Mahmud. Al-Qur‟an wa Al-Qitāl. Kairo: Dār al-Kitab al-Arābi,

1951.

Tampubolon, Jessica Jane. Dampak Negatif Media Massa Terhadap

Kekerasan Sosial di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia, 2013.

Turmudzi. Sunan At-Turmudzi. Beirūt: Dar al-Gharb al-Islāmi, 1988.

Wahid, Abdul dkk. Kejahatan Terorisme, Perspektif Agama, HAM dan

Hukum. Bandung: Refika Aditama, 2004.

Yusub, Fitriadi HI. “Pemikiran Fazlur Rahman tentang Aksiologi dan

Implikasinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam”. Tesis. Malang:

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015.