jfc

9
Wawancara Mengenai adanya JFC Disusun Guna Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Metode Perencanaan Partisipatoris Berbasis Masyarakat Oleh : Syamsul Arifin (090910301066) Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Jember 2013

Upload: sul-sul-caen

Post on 30-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jfc jember

TRANSCRIPT

Page 1: jfc

Wawancara Mengenai adanya JFC

Disusun Guna Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Metode Perencanaan Partisipatoris Berbasis Masyarakat

Oleh :

Syamsul Arifin

(090910301066)

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Jember

2013

Page 2: jfc

Sejarah Jember Festival Carnaval (JFC )

Jember Fashion Carnaval atau JFC merupakan sebuah karnaval yang diilhami oleh

fashion week rumah-rumah mode di Eropa. Sejarah tercetusnya ide JFC bermula pada tahun

1998, Suyanto kakak pertama Dynand Fariz mendapat pensiun dini, kemudian membeli sebuah

bangunan di perumahan Gunung Batu Permai Jember. Pada saat itu, pak Suyanto berniat

membuka usaha sendiri dan bersamaan dengan itu pulanglah Dynand Fariz dari sekolah mode di

Paris. Dengan mengkolaborasi modal dari Pak Suyanto dan keahlian dari Dynand Fariz dibukalah

sebuah rumah mode yang diberi nama Dynand Fariz International High Fashion Center, sebuah

rumah mode yang diilhami oleh desain rumah-rumah mode di Eropa.

Kemudian dalam perjalanannya, Dynand Fariz international High Fashion Center

berusaha memakai tradisi rumah mode di Eropa, salah satunya adalah mengadakan fashion week

di mana semua karyawan diwajibkan untuk memakai busana yang sedang trend di dunia saat itu.

Seperti disampaikan oleh Suyanto,‟‟Karyawan saya selama seminggu memakai kostum yang

sedang ngetrend saat ini. Misalnya army, semua karyawan sejak berangkat dari rumah mereka

memakai baju army. Kemudian setelah kita lihat mengapa hanya dari rumah ke kantor, akhirnya

kita coba memakai kostum tersebut di jalan-mulanya dari jalan belakang bangunan ini keliling

sampai Jalan Trunojoyo, akhirnya lama-lama ketagihan.‟‟

Setelah beberapa kali mengadakan fashion week, akhirnya para karyawan mengusulkan

untuk tampil di alun-alun, hal ini didasarkan oleh pertimbangan, sayang jika busana yang telah

mereka rancang hanya dipakai di rumah mode Dynand Fariz atau hanya dipakai selama

perjalanan dari rumah ke kantor saja, para karyawan mengusulkan sebaiknya tampil di alun-alun

kota Jember. Kemudian diputuskan untuk tampil berparade di alun-alun kota Jember yang diikuti

oleh 50 orang, terdiri dari karyawan rumah mode Dynand Fariz, karyawan Salon Karisma dan

sisanya karyawan Dyfa Salon.

„‟Mulanya saat itu hanya 50 orang saja karyawan, karyawan rumah mode, kemudian

karyawan salon saya, salon karisma dan karyawan adik saya. Sound systemnya dinaikkan becak

waktu itu.

Page 3: jfc

Jam 5 pagi sudah ada di alun-alun Jember. Pada saat itu di alun-alun pada hari Minggu

orang banyak yang olah raga, jalan-jalan, bahkan suara musik dari senam lebih keras, sehingga

sound system kita yang waktu itu hanya kecil terdengar hanya sayup-sayup. Yang menariknya

kemudian kita dikira demo. Bahkan ada ditulis sama Radar Bromo saat itu, judulnya “Dikira

Demo ternyata Karnaval”. Pada saat itu banyak sekali yang menonton semua orang di alun-alun

menonton kita, dari situlah kemudian kita evaluasi dan kita rencanakan kenapa tidak kita membuat

acara karnaval yang lebih terkonsep dan terencana.

Barulah kemudian Dynand Fariz, Suyanto dan para karyawannya memutuskan untuk

tampil di depan publik yang lebih luas dan menghasilkan ide membuat karnaval yang

dipersiapkan secara profesional. Hal ini sebenarnya bukan kebetulan semata, mengingat kakak

beradik ini telah terbiasa mengadakan event reuni keluarga yang melibatkan hingga 300-an orang

baik dari Jakarta, Surabaya, Probolinggo, Jember dan Bondowoso. Di mana di dalamnya ada

seminar, lomba, dan entertainment. Dengan kata lain, sejak lama mereka telah terbiasa

mengadakan event yang diselenggarakan dengan konsep tertentu. Sehingga sebenarnya membuat

event karnaval bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka. Termasuk membuat visi dan mi si serta

memutuskan memakai nama Jember Fashion Carnaval. Pada saat itu terjadi perdebatan apakah

akan memakai nama carnival atau carnaval, jika dilihat dari bahasa Inggris seharusnya carnival

namun karena mereka menggunakan konsep dari Perancis, misalnya menggunakan nama defile

untuk setiap kelompok, maka dipilihlah nama carnaval yang dipakai menjadi Jember Fashion

Carnaval.

Setelah membuat visi dan misinya akhirnya mereka menentukan kapan mereka akan

tampil. Untuk pertama kalinya, JFC ditampilkan pada tanggal 1 Januari 2003, bertepatan dengan

HUT Kota Jember. Penentuan tanggal ini disengaja agar mereka mendapat dukungan dari

Pemkab Jember dan masyarakat Jember. Pertama kali mereka melakukan rekruitmen peserta

dengan melakukan sosialisasi dari sekolah ke sekolah dan dari kampung ke kampung. Seperti

kutipan berikut: Sebelum program ini disetujui oleh pemerintah daerah, kita sudah sosialisasi ke

sekolah-sekolah yang mengajar mereka kita bikin proposalnya kita suruh baca ke kepala

sekolahnya, iya kan, terus kita minta waktu untuk presentasi kepada mereka, kepada murid-

muridnya, siswa-siswanya. Kemudian didapatkan kurang lebih 200-an peserta yang siap tampil.25

Page 4: jfc

Pada saat itu yang menjadi target adalah anak-anak SMA, khususnya SMKN 3, karena di

sekolah tersebut terdapat jurusan tata busana. Kemudian mereka berangkat ke sekolah tersebut

dengan membawa beberapa model yakni karyawan-karyawan rumah mode Dynand Fariz yang

sudah berdandan dengan kostum-kostum yang akan menjadi tema karnaval nantinya. Mereka

melakukan presentasi di sekolah tersebut mengenai bagaimana cara berjalan seorang model dan

bagaimana membuat kostum. Seluruhnya dijelaskan hingga membuat para siswa tertarik.

Misalnya, pada saat itu terdapat kostum yang bahannya dari sprei, taplak, dan gordin. Dari situlah

awalnya para peserta menjadi tertarik dan bersedia untuk mengikuti karnaval.

Tidak semulus sosialisasi yang dilakukan di SMA-SMA, pengurusan izin kegiatan

ternyata tersendat-sendat. Proposal yang telah dimasukkan ke Pemkab Jember sejak bulan

Agustus ternyata baru disetujui dan mendapat ijin pada tanggal 31 Desember 2003. Alasan

Pemkab Jember pada waktu itu tidak segera memberi ijin adalah karena rute karnaval yang ingin

dilalui oleh JFC berbeda dengan rute karnaval yang sering dilalui pada umumnya. Rute karnaval

yang diajukan melawan arus kendaraan.

Berikut perjalanan JFC sejak ide itu mulai muncul hingga saat ini JFC diakui

sebagai event tahunan Pemkab Jember. 1998 Berdirinya rumah mode Dynand Fariz sebagai

realisasi dari keinginan. Dynand Fariz sebagai pendidik di bidang fashion yang tidak saja

memahami fashion namun juga terjun langsung untuk mempraktekkannya di lapangan.

2001 Dimulainya acara pekan mode Dynand Fariz di mana seluruh karyawan selama sepekan

hams berpakaian sesuai dengan trend fashion dunia.

2002 Dimulainya acara pekan mode Dynand Fariz dengan berkeliling kampung dan alun-alun

Jember serta timbulnya gagasan untuk menyelenggarakan JFC.

2003 1 Januari 2003 JFC diselenggarakan bersamaan dengan HUT Jember dengan tema

busana cowboy, punk, dan gypsy.

30 Agustus 2003 JFC 2 diselenggarakan bersamaan dengan TAJEMTRA dengan tema

busana Arab, Maroko, India, China, dan Jepang (Asia).

2004 8 Agustus 2004 JFC 3 diselenggarakan dengan 6 defile. Mulai JFC ke 3

penyelenggaranya adalah JFCC (Jember Fashion Carnaval Council)

yakni lembaga nirlaba yang beranggotakan mereka yang peduli pada event

Page 5: jfc

ini dan memikirkan pengembangan JFC ke depan, dikelola secara

profesional dan transparan serta diaudit oleh lembaga yang berwenang.

2009 JFC semakin berkembang dan diikuti oleh sekitar 500 peserta tiap

tahunnya, masuk dalam calender of event (kalender pariwisata dunia)

serta diakui oleh Pemkab Jember sebagai event tahunan Pemkab Jember.

Dampak positif yang diperoleh masyarakat

Selama hampir 2 bulan, BBJ di gelar oleh Pemkab Jember, mulai awal Juni hingga

Pertengahan Juli. Banyak pedagang yang berharap dapat meraup keuntungan pada event-event

yang digelar di alun-alun Jember. Tak terkecuali pula, dengan pedagang es kelapa muda (Degan)

yang mulai menjamur saat event besar BBJ di gelar di alun-alun.

Meski pada hari-hari biasa, segelas es degan hanya di jual sekitar Rp. 2500,- untuk per

gelas pada saat JFC, yang baru saja usai dilakukan, untuk per gelas es degan bisa mencapai Rp.

3500,- per gelasnya.

Kami sempat menemui bapak lukman, pasangan suami istri pedegang es degan yang

biasa mangkal di Alun-alun, bahwa. dengan menempati tempat ala kadarnya di pinggiran trotoar

alun-alun ini, saat BBJ di gelar mulai bulan Juni kemarin bisa mengantongi keuntungan dari

dagangan esnya tersebut sekitar Rp. 1000,- sampai dengan Rp. 1500,- untuk per gelas yang

dijualnya. Dirinya juga tidak menyangka jika dagangan es degannya begitu laris.

Bapak lukman : “ya alhamdulillah mas, waktu JFC kemarin, dagangan es saya lebih laris,

mungkin banyak yang haus ya mas”, ungkapnya sambil tertawa.

Kami : „‟kalau untuk hari-hari biasa gimana pak???

Bapak lukman : „‟dagangan tidak begitu laris terjual mas……‟‟,pak lukman menambahkan tidak

berani mengambil keuntungan yang berlebih . „‟nggih mon ade‟ pa napa e‟ lun-alun mas, ya

sakonik mas she melea‟‟,jelasnya dengan bahasa Madura.

Page 6: jfc

“Awal saya membuka usaha ini hanya ada beberapa orang yang berjualan es kelapa

muda, hal ini jauh berbeda dengan kondisi saat ini dimana penjual es seperti saya banyak ditemui

dimana-mana. Keuntungannya cukup lumayan mengingat harga buah kelapa muda juga naik,

hari biasa harga kelapa muda cuma Rp. 2500 kini naik menjadi Rp.4000. Diluar bulan ramadhan

harga es kelapa muda per gelas biasanya Rp.2000, bulan ramadhan naik menjadi Rp.3500 karena

memang harga buahnya juga naik. Dulu pada waktu masih penjual es kelapa muda masih bisa

dihitung jari dan persaingan tidak seketat sekarang, saya selama ramadhan tiap harinya mampu

menghabiskan 50 buah kelapa muda,”.

Nama narasumber: Pak Dadang

Usia: 53 tahun

Kami juga menemui seorang PKL lainya, pak dadang salah eorang penjual bakso dan

gado-gado, bahwa dirinya bersyukur ada BBJ (JFC) yang digelar di Penkab Jember.

Kami : „‟bagaimana hasil penjualan selama BBJ (JFC) pak ???

Pak dadang : „‟bahwa saat ada BBJ (JFC) penjualan baksonya sangat laris,keuntungan yang

saya peroleh saja hamper 20% dari hari biasanya.

„‟rame banget mas, wong biasanya jam 1 siang belum habis,ini baru jam 12 sudah

habis,sampai-sampai sisa yang biasanya untuk jualan dirumah saya bawa. Pokok‟e rejeki tenan

mas.

Itu sedikit perbincangan yang kami peroleh dari para pedagang yang meraup keuntungan

lebih dari kegiatan BBJ (JFC).

Dampak positif yang diperoleh Satpol PP

Nama narasumber: Pak Ilham

Usia: 35 tahun

Page 7: jfc

Kami menemui salah satu angota dari Satpol PP yang biasa jaga di Alun – alun kota Jember.

Kami : “ bagaimana perasaan bapak dengan adanya event JFC?

Pak Ilham : “ Senang karena ceperan nambah dek, hehehe (sambil tertawa kecil)”

Kami : “ apakah pekerjaan bapak lebih berat dengan adanya event JFC?

Pak Ilham : “ iyaa dek , karena para PKL bertambah lebih banyak dan sulit untuk mengatur.

Karena juga ada yang bukan asli PKL menjadi PKL dadakan waktu ada BBJ ini , apalagi saat

ada JFC (Jember Festival Carnival).

HASIL WAWANCARA DENGAN TUKANG BECAK

Nama narasumber: Bidu

Usia: 26 tahun

Tempat mangkal: di depan polres jember dan depan smk 4 jember

Cak Bidu adalah salah satu warga Jember yang merasakan manfaat adanya JFC. Ketika

kami bertanya apakah ada manfaat dari JFC? Cak Bidu menjawab ada, soalnya beliau dapat

memperoleh pendapatan yang lebih selama JFC berlangsung (ketika kegiatan berlangsung

disekitar alun-alun). Kemudian kami bertanya berapa pendapatan anda sehari dan apakah

pendapatan ada naik ketika ada kegiatan JFC? Kisaran antara Rp 25.000-Rp 30.000 itu kalau hari

biasa, tetapi salama ada kegiatan JFC, pendapatan saya naik 100% antara Rp 60.000-Rp 100.000.

Kemudian kami bertanya kembali apakah ada pernah dilibatkan dalam program JFC,

seperti becak hias, atau mungkin anda dan kawan-kawan anda disewa oleh pihak panitia untuk

transportasi warga? Jawaban Cak Bidu, tidak pernah sama sekali mas mbak, ya kami mencari

sendiri kalau ngomong ekonomi, kalau ngmong keterlibatan kami sampai JFC yang kesekian

kalinya tidak pernah ada. Pertnyaan berikutnya menurut anda apakah JFC sendiri sangat

diperlukan oleh mesyarakat jember sendiri Cak? Sangat perlu, ini kan buat masyarakat juga,

salah satu hiburan buat warga kan mas mbak, namun sangat disayangkan kalau keterlibatan

masyarakat sangat minim, dan sangat disayangkan juga kalau pengeluaran dana buat acara JFC

Page 8: jfc

sendiri sengat menguras uang kas kabupaten jember, kan jauh lebih baik kalau uang JFC untuk

mengembangkan perekonomian warga Jember sendiri, seperti saya mungkin (sambil bercanda),

yang kurang keterampilan untuk mengembangkan perekonomian saya dan adik-adik saya.

Menyambung jawaban Cak Bidu, kami melontarkan pertanyaan lagi, lo Cak ada bekerja

sebagai tukang becak untuk siapa? Ya untuk saya dan adik-adik saya. Pertanyan terakhir dari

kawan-kawan, apa saran anda untuk JFC sendiri dan pemerintah kabupaten jember? Ya, semoga

JFC tetep terselenggara, utamakan budaya Jember dalam kegiatan JFC, ikut sertakan masyarakat

dalam kegiatan JFC, dan kurangi angaran APBD untuk kegitan JFC, dengan solusi libatkan

pihak suwasta.

Page 9: jfc