jenis tari

14
Tari Seudati Tari Daerah Aceh Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia. Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri atas satu orang pemimpin yang disebut syeikh, satu orang apeet syeh (pembantu syeikh), dua orang apeet (pembantu) di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang vokalis sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi. Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Busana yang digunakan terdiri atas celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam. Gerakan Tari : Babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang diucapkan oleh aneuk syahi saja, yaitu: Assalamualaikom bang payong le gom lon. ha la lon ha la lon lon tamong..g..g.gg..lon tamoeng lam seung bintang

Upload: anto-freistyawan

Post on 24-Apr-2015

189 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis Tari

Tari Seudati

Tari Daerah Aceh

Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.

Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri atas satu orang pemimpin yang disebut syeikh, satu orang apeet syeh (pembantu syeikh), dua orang apeet (pembantu) di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang vokalis sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi. Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Busana yang digunakan terdiri atas celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam.

Gerakan Tari :

Babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang diucapkan oleh aneuk syahi saja, yaitu: Assalamualaikom bang payong le gom lon. ha la lon ha la lon lon tamong..g..g.gg..lon tamoeng lam seung bintang buluen le lon jak.halajak..halajak..jak mubriee..jak mubri saleum nek buleun le lom keu.halakeu..halakeu.keu..keu jameeeee..keu jamee teuka syedara le lem lom ja..la ja deeh malam nyoe sambinoe lon bi keugata.

Pada masa sekarang nyanyian dan kisah-kisah tersebut sudah diatur dengan baik. Permainan seudati ini dipertunjukkan pada malam hari. Yang menentukan menang kalahnya adalah juri dan penonton. Seudati merupakan salah satu tari yang sangat digemari oleh masyarakat Aceh Timur.

Page 2: Jenis Tari

Tari Serampang Dua Belas

Daerah Sumatera Utara

Tari Serampang Duabelas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an dan diubah ulang oleh penciptannya antara tahun 1950-1960. sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.

Gerakan Tari Serampang Dua Belas.

Ragam VII dimulai dengan menggerakkan sebelah kaki kiri/kanan sebagai simbol menduga. Hal ini menggambarkan terjadinya kesepahaman antara dua pasang kekasih dalam menangkap isyarat yang saling diberikan. Dari isyarat ini mereka telah yakin untuk melanjutkan kisah yang telah mereka rajut hingga memasuki jenjang perkawinan. Setelah janji diucapkan, maka sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan cerita indah selanjutnya.

Ragam VIII dilakukan dengan gerakan melonjak maju-mundur simbol proses meyakinkan diri. Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga kali yang dilakukan sembari maju-mundur. Muda-mudi yang telah berjanji, mecoba kembali meresapi dan mencoba meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Gerakan tari dilakukan dengan gerak bersuka ria yang menunjukkan sepasang kekasih sedang asik bersenda-gurau sebelum memasuki jenjang pengenalan dengan kedua keluarga besar.

Ragam IX adalah gerakan tari yang dilakukan dengan melonjak sebagai simbol menunggu jawaban. Gerakan tari menggambarkan upaya dari muda-mudi untuk meminta restu kepada orang tua agar menerima pasangan yang mereka pilih. Kedua muda-mudi tersebut berdebar-debar menunggu jawaban dan restu orang tua mereka.

Ragam X menggambarkan gerakan saling mendatangi sebagai simbol dari proses peminangan dari pihak laki-laki terhadap perempuan. Setelah ada jawaban kepastian dan restu dari kedua orang tua masing-masing, maka pihak pemuda mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan suci, yaitu perkawinan.

Ragam XI memperlihatkan gerakan jalan beraneka cara sebagai simbol dari proses mengantar pengantin ke pelaminan. Setelah lamaran yang diajukan oleh pemuda diterima, maka kedua keluarga akan melangsungkan perkawinan. Gerakan tari biasanya dilakukan dengan nuansa ceria sebagai ungkapan rasa syukur menyatunya dua kekasih yang yang sudah lama dimabuk asmara menuju pelaminan dengan hati yang berbahagia.

Page 3: Jenis Tari

Tari Piring

Daerah Sumatera Barat

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan

Sejarah

Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Gerakan

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut.

Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

Page 4: Jenis Tari

Tari Merak

Daerah Jawa Barat

Tari Merak merupakan tarian kreasi baru tanah Pasundan yang diciptakan oleh seorang koreografer bernama Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat koreografi baru oleh dra. Irawati Durban Arjon dan di revisi kembali pada tahun 1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun 1993 oleh dra. Irawati langsung.

Tari Merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku burung Merak jantan dengan keindahan bulu ekornya, banyak orang salah memperkirakan bahwa tarian ini tentang tingkah laku Merak betina.Seperti halnya burung-burung lain burung Merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan ekornya untuk menarik hati merak betina.

Gerakan Tari :

Merak jantan yang pesolek akan melenggang dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan mempesona.

Tingkah laku burung Merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian Merak yang menggambarkan keceriaan, keanggunan gerak.

Pesona bulu ekor yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan sayap yang seluruhnya diberikan payet, dan hiasan kepala (mahkota) yang disebut “sigeur” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan bergoyang mengikuti gerakan kepala sang penari.

Tarian ini sendiri banyak ditarikan di beberapa even baik Nasional maupun perkenalan budaya di luar negeri, bahkan tarian Merak ditampilkan juga sebagai tari persembahan dan penyambutan pengantin.

Page 5: Jenis Tari

Tari Bedhaya

Daerah Jawa Tengah

Tari Bedhaya mengalami masa kejayaan pada abad ke 18 pada masa kekuasaan PB II, PB III, PB IV, dan PB VIII Artinya pada masa-masa itulah banyak diciptakan tarian Bedhaya (G.R. Ay. Koes Indriyah dalam David t.t.: 59-60). Dari sekian banyak gendhing Bedhaya hanya tinggal Gendhing yang masih dapat diketahui tarian diantaranya Bedhoyo Durudasih, Bedhaya Pangkur, Bedhaya Tejanata. Bedhaya Endhol-endhol, Bedhaya Sukaharja, Bedhaya Kaduk Manis, Bedhaya Sinom, Bedhayo Kabor, Bedhaya Gambir Sawit dan Bedhaya Ketawang.

Banyak tari Bedhaya yang hilang atau tidak tergali, disebabkan adanya larangan dari pihak kraton Surakarta bahwa tari dan karawitan milik kraton tidak diperbolehkan untuk dipelajari secara privat atau ditulis (didiskripsikan). Bila menginginkan belajar harus di dalam kraton, di samping itu ada peraturan yang membatasi bahwa yang boleh belajar tari hanyalah wanita yang belum menikah. Dengan demikian dapat dimaklumi jika jarang penari dapat mendalami tarian dengan sungguh-sungguh (G.R. Ay. Moertiyah, Wawancara: September 1997).

Gerak Tari :

sembilan orang penari dengan menggunakan tata busana dan rias wajah serta tata rambut yang sama. Masing-masing penari membawakan peran dengan nama yang berbeda-beda, yaitu: Batak, Gulu, Dhadha, Endhel Weton, Endhel Ajeg, Apit Meneng, Apit Wingking, Apit Ngajeng, Bancit. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa yang dinamakan Bedhaya yaitu rakitan penari sembilan orang yang diatur secara rytmische figures dan standen, masing-masing penari memiliki rol sendiri-sendiri, yaitu endel, gulu, dada, batak, buntil, dan empat orang pengapit. Tari Bedhaya memiliki rhytme berbeda sekali yaitu lebih halus dan tenteram dalam gerakannya.

Page 6: Jenis Tari

Tari Remo

Daerah Jawa timur

Tari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu agung, yang ditampilkan baik oleh satu atau banyak penari. Tarian ini berasal dari Provinsi Jawa Timur

Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.

Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Gerakan Tari :

Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.

Page 7: Jenis Tari

Tari Serimpi Sangupati

Daerah Yogyakarta

Tarian ini adalah karya dari Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820.

Srimpi bersinonimkan bilang empat. Tarian Jawa yang berasal dari Yogyakarta ini kebanyakan ditarikan oleh penari dengan jumlah empat orang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian Serimpi. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat unsur dari dunia, Yakni grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah).

awalnya tarian ini disebut Serimpi Sangapati yang berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Pada pemerintahan Pakubuwono IX tahun 1861-1893, beliau berkenan mengubah nama Sangapati menjadi Sangupati yang artinya adalah bekal untuk kematian.

Gerakan :

Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.

Page 8: Jenis Tari

Tari Jepen

Daerah Kalimantan Timur

Di masyarakat Banjar, tari ini disebut dalam tiga dialek: japin, japen, dan jepen. Urang Banjar tidak bisa menyebut zapin, zapen, atau sepen sebagaimana dialek orang Melayu, meskipun jelas kata jepen tersebut merujuk pada kata zapin dalam budaya Melayu. Sama dengan urang Banjar adalah orang Kutai di lembah sungai Mahakam yang menyebut zapin dengan jepen, sehingga dikenal Jepen Kutai.

Ciri khas gerak seni dan musik Jepen

Dengan alat musik gambus dan sejenis gendang yang dinamakan marwas (bentuk jamaknya disebut marawis), seni dan gerak musik Zapin memperlihatkan berbagai bentuk ragam gerakan. Meskipun ada kesamaan ragam gerak, namun di antaranya juga ada yang tidak bisa terhindarkan, terutama pada penutupan atau disebut tahto. Lewat nada khusus dari gambus (panting), penari membuat gerakan menyembah dengan mengadukan telapak tangan di wajah, sementara kaki bertekuk.

Keragaman gerak tersebut masih dapat dinikmati sebagai suatu kesatuan zapin karena kesemua ragam itu memiliki satu pola, yakni membuat titik dengan enjutan pada gerakan pertama yang sekaligus menjadi langkah pertama. Langkah berikutnya pasti ke depan sampai pada hitungan keempat. Pembuatan titik dengan enjutan tadi, diulangi lagi pada bilangan langkah kelima yang dilanjutkan pada langkah berikutnya sampai pada hitungan delapan

Alat Musiknya

Jika umumnya di Tanah Melayu Sumatera atau Malaysia, tari zapin diringi oleh musik khas yang terdiri atas unsur utama gambus, marwas, dan akordeon, sedangkan di Tanah Banjar karena ada pengaruh seni gamelan Jawa maka marwas digantikan oleh jenis gendang lain yang disebut babun yang dilengkapi lagi dengan gong dan tamborin, sedangkan akordeon digantikan oleh rebab, dan berikutnya biola. Adapun gambusnya yang disebut panting juga memiliki kekhasan bunyi yang sedikit mirip dengan alat musik dayak, kurung-kurung. Perangkat alat musik khas ini sering dinamakan musik panting, yang di Kutai disebut musik tingkilan. Oleh karena itu, musik panting dan Tari Jepen ini sedikit banyaknya turut mencerminkan Banjar sebagai melting pot kebudayaan.

Page 9: Jenis Tari

Tari Pendet

Daerah Bali

Tari Pendet merupakan kesenian tari yang berasal dari pulau Bali. Tari pendet adalah suatu pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Gerakan Tari

Beberapa nama gerakan dalam tari pendet, misalnya ada gerak ngumbang, ngelung/agem, ngegol, nyeregseg, gelatik nuut papah, nyalud, sledet, dan ngotag leher.

Susunan gerakan dasar tari Pendet diurutkan sebagai berikut :

Ngumbang luk penyalin, berjalan ke muka belok kanan kiri dan ngentrag. Duduk bersimpuh mengambil bunga lalu menyembah dengan manganjali. Leher ngilek ke samping kanan seraya nyeledet (gerakan ini dilakukan 3x berturut-turut). Ngagem kanan disertai luk nerudut dan nyeledet ke kiri. Ngenjet gerak peralihan untuk perpindah dan menjadi agem kanan. Ngotag pinggang bertukar tempat dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Ngelung rebah ke kiri dan kanan yang disertai dengan angumad tarik kanan dan kiri. Ngumbang ombak segera berjalan belok ke belakang dan ke muka. Nyeregseg ngider berputar ke kanan dan kiri berturut-turut sampai 2 atau 3 kali. Ngelung kiri kanan beserta nyeledet kiri kanan lalu beranjak 2 terus berjalan. Ngentrag berjalan cepat terus ngeseh dan menabur bunga sambil berjalan ngumbang luk

penyalin. Metanjek ngandang berputar ke kiri dan ditutup dengan gerka nyakup bawa.

Jika dibagi menurut gerakan dasarnya, dibagi menjadi beberapa macam yakni :

Ngumbang luk penyalin. Leher ngilek. Nyeledet. Agem kanan. Luk nerusut. Agem kiri. Ngumbang ombak.

Page 10: Jenis Tari

Tari Yapong

Daerah DKI Jakarta

Tari Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan dan seperti jenis tari lainnya, yang berasal dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangan tari yapong kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara menari sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.

Asal usul tari yapong pada waktu itu ada acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita . perjuangan Pangeran Jayakarta. Pergelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan penggarapannya kepada seniman Bagong Kussudiarjo. Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musikus.

Gerakan Tari

Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta. Adegan ini dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Namun istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong.

Page 11: Jenis Tari

KLIPING

Seni Tari Daerah Beserta Gerakanya

Oleh :

Nama : Ary Syahputra

Akmal Sabika

April Julianto

Abdul Hamid

Bobi Darmansyah

Kelas : VII

SMP AL-WASLIYAH PRAPAT JANJI

Kec. Buntu Pane Kab. Asahan

T.A : 2012 / 2013