jenis jenis penyakit sendi dan penyebabnya

37
Jenis Jenis Penyakit Sendi Dan Penyebabnya Artritis adalah peradangan atau inflamasi di persendian,artritis dapat merupakan gejala dari berbagai jenis penyakit.Ada 3 jenis penyakit artritis yaitu : artritis Gout,osteoartritis dan reumatoid artritis. 1. Artritis Gout atau biasa disebut Rematik Gout atau rematik adalahsuatu bentuk artritis (peradangan sendi yang biasanya menyerang jari jari kaki,terutama ibu jari kaki ).Bisa juga menyerang lutut,tumit ,pergelangan kaki,pergelangan tangan,jari jari tangan dan siku.Gout biasanya diturunkan dalam keluarga. Hanya saja pada pria sering timbul tanpa gejala awal sekitar umur 45 tahun.Bila dicetuskan oleh cedera ringan seperti memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya,terlalu banyak makan makanan yang mengandung asam urat (seperti jeroan),alkohol,stress,infeksi dan obat obatan tertentu. Gejalanya : Nyeri Sendi secara mendadak,biasanya di waktu malam hari.Nyeri berdenyut atau sangat sakit dan bertambah nyeri bila bergerak sedikit saja. Kemerahan dan bengkak pada sendi yang terkena Demam ,kedinginan dan lemah mungkin menyertai serangan. Penyebab : Kadar Asam Urat dalam darah yang meningkat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam sendi.

Upload: adhika-dhaffa

Post on 25-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Jenis Jenis Penyakit Sendi Dan Penyebabnya

Artritis adalah peradangan atau inflamasi di

persendian,artritis dapat merupakan gejala dari berbagai jenis

penyakit.Ada 3 jenis penyakit artritis yaitu : artritis

Gout,osteoartritis dan reumatoid artritis.

1. Artritis Gout atau biasa disebut Rematik

Gout atau rematik adalahsuatu bentuk artritis (peradangan

sendi yang biasanya menyerang jari jari kaki,terutama ibu jari

kaki ).Bisa juga menyerang lutut,tumit ,pergelangan

kaki,pergelangan tangan,jari jari tangan dan siku.Gout

biasanya diturunkan dalam keluarga.

Hanya saja pada pria sering timbul tanpa gejala awal sekitar

umur 45 tahun.Bila dicetuskan oleh cedera ringan seperti

memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya,terlalu banyak

makan makanan yang mengandung asam urat (seperti

jeroan),alkohol,stress,infeksi dan obat obatan tertentu.

Gejalanya :

Nyeri Sendi secara mendadak,biasanya di waktu malam

hari.Nyeri berdenyut atau sangat sakit dan bertambah nyeri

bila bergerak sedikit saja.

Kemerahan dan bengkak pada sendi yang terkena

Demam ,kedinginan dan lemah mungkin menyertai serangan.

Penyebab :

Kadar Asam Urat dalam darah yang meningkat menyebabkan

penumpukan kristal asam urat di dalam sendi.

Asam urat adalah sampah metabolisme zat purin,suatu

senyawa kimia dalam makanan tertentu.

Pencegahannya :

Hindari makan segala sesuatu yang berlebihan atau terutama

yang bisa mencetus serangan.Kurangi makanan yang kaya

akan purin misal: daging, jeroan (seperti kikil ), babat, usus,

ati, ampela,dll.

2. Artritis Reumatoid

Artritis reumatoid merupakan radang yang umumnya

menyerang pada sendi sendi tangan dan kaki,yang semakin

lama semakin bertambah berat sakitnya.

Gejalanya :

Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari lebih dari setengah

jam.

Tidak enak badan ,kaku dan nyeri pada sendi,bengkak semu

merqh dan terasa hangat.

Penyebabnya :

Daapat berasal dari faktor genetik atau faktor resiko

lingkungan tertentu yang dapat menybabkan kekacauan daya

tahan tubuh atau gangguan autoimun.

Gangguan autoimun dapat menyebabkan gangguan artritis

reumatoid.

Pencegahannya :

Istirahat yang cukup,pakailah kaos kaki atau sarung tangan

sewaktu tidur malam hari dan kurangi aktivitas yang berat

secara perlahan lahan.

3. Osteoartritis (Keropos Sendi)

Yaitu peradangan pada sendi yang disebabkan rapuhnya

kapsul sendi,sehingga merusak lapisan tulang rawan yang

menutup permukaan ujung ujung tulang.

Umumnya menyerang sendi sendi penopang tubuh seperti

lutut pinggul,tulang belakang.Osteoartritis umumnya

menyerang usia lanjut.Pada sebagian penderita tidak sampai

parah.

Gejalanya :

Nyeri dan kaku pada sendi,terutama pada waktu akan berdiri

dan berjalan setelah lama duduk,apabila lutut dan pinggul

yag terserang.

Penyebabnya :

Degenerasi atau ausnya kartilago ( jaringan elastis) yang

seharusnya melingkari ujung ujung tulang tulang pada

persendian.

Pencegahaanya :

Hindari kegiatan tertentu apabila sendi sudah terasa

nyeri,sebaiknya berat badan diturunkan,sebab bila

kegemukan mengakibatkan beban pada sendi lutut atau

tulang pinggul terlalu berat.

Osteoartritis: Penyakit Sendi Degeneratif

Jenis Jenis Penyakit Pada otot manusia

 Tetanus

Definisi

Tetanus adalah suatu penyakit

toksemik akut dan fatal yang

disebabkan oleh Clostridium tetani

dengan tanda utama spasme tanpa

gangguan kesadaran. Gejala klinis

timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan

neuromuscular junction serta saraf autonom. Tetanus neonatorum

menyebabkan 50% kematian perinatal dan 20% kematian bayi.

Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100

kelahiran hidup di pedesaan. Disebut juga lockjaw karena terjadi

kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-

negara berkembang.

Gejala dan tanda

Pada pasien anak, ketika melakukan anamnesis sebaiknya

ditanyakan:

Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali

pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media

supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi.

Riwayat tidak diimunisasi/tidak lengkap imunisasi tetanus.

Pemeriksaan fisis

Masa inkubasi 5-14 hari.

Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit

menetek, mulut mencucu. Disertai dengan kaku kuduk, resus

sardonikus, opistotonus, perut papan. Selanjutnya dapat

diikuti kejang apabila dirangsang atau kejang spontan; pada

kasus berat dijumpai status konvulsivus.

Derajat penyakit

Derajat I (tetanus ringan)

Trismus ringan sampai sedang

Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan

Tidak dijumpai disfagia atau ringan

Tidak dijumpai kejang

Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (tetanus sedang)

Trismus sedang

Kekakuan jelas

Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan

Takipneu

Disfagia ringan

Derajat III (tetanus berat)

Trismus berat

Otot spastis, kejang spontan<

Takipne, takikardia

Serangan apne (apneic spell)

Disfagia berat

Aktivitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (stadium terminal), derajat III ditambah

dengan

Gangguan autonom berat

Hipertensi berat dan takikardi, atau

Hipotensi dan bradikardi

Hipertensi berat atau hipotensi berat

Penatalaksanaan

1. Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin, tetrasiklin,

metronidazol, eritromisi Bila terdapat sepsis/ pneumonia

dapat ditambahkan sefalosporin.

2. Netralisasi toksi

o Anti tetanus serum (ATS), dilakukan uji kulit lebih dulu.

o Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus

immunoglobulin (HTIG)

3. Anti konvulsan (diazepam).

4. Perawatan luka atau port d’entree dilakukan setelah diberi

antitoksin dan anti-konvulsan

5. Terapi suportif

o Bebaskan jalan napas

o Hindarkan aspirasi dengan mengisap lendir perlahan-

lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien

o Pemberian oksigen

o Perawatan dengan stimulasi minimal

o Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat

dapat dipasang sonde nasogastrik

o Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus

neonatorum

o Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit

Tetanus ringan dan sedang

Diberikan pengobatan tetanus dasar.

Tetanus sedang

Terapi dasar tetanus.

Perhatian khusus pada keadaan jalan napas

(akibat kejang dan aspirasi).

Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi

secara parenteral.

Tetanus berat

Terapi dasar seperti di atas

Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi

dan ventilator.

Keseimbangan cairan dimonitor secara adekuat.

Apabila spasme sangat hebat, berikan

pankuronium bromida 0,02 mg/kg IV, diikuti 0,05

mg/kg/kali, diberikan tiap 2-3 jam.

Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan,

berikan bblocker seperti propranolol/a dan b

blocker labetalol.

Pencegahan

I. Imunisasi aktif Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak

usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur

18 bulan dan 5 tahun.

II. Pencegahan pada luka

1. Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing

dibuang.

2. Luka ringan dan bersih

o Imunisasi lengkap: tidak perlu ATS atau tetanus

imunoglobulin

o Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif DPT/DT.

3. Luka sedang/berat dan kotor

o Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 U, IV, tetanus

imunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.

o munisasi (+), lamanya sudah >5 tahun: ulangan

toksoid, ATS 3000-5000 U, IV, tetanus imunoglobulin

250-500 U.

Astrofi

Atropi atau penyusutan disebut juga

atrofi adalah fenomena yang

bilangan dan zat sel masing-masing

berkurangan dan mengecil,

menyebabkan tisu dan organ yang

terlibat mengerut. Atropi berkemungkinan berlaku akibat tindak

balas adaptasi terhadap tekanan sehingga isi padu sel mengerut

dan seterusnya keperluan tenaga diturunkan ke tahap yang

minimum. penyebab lain yang mungkin ialah sel kurang digunakan

seperti dalam otot rangka. selain penurunan keperluan sesuatu

fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin, inflamasi kronik

dan proses penuaan juga menyumbang kepada fenomena atropi.

Begitu juga dengan gangguan isyarat dalam tindakan hormon

berakibat fungsi sesuatu organ berkurangan.

PENYEBAB

Jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya

akan berkurang, serat – seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan

demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi

tidak lemah. Atrofi otot dapat terjadi melalui dua cara. Disuse

atrophy terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu

lama. Atrofi denervasi terjadi setelah pasokkan saraf ke suatu otot

terputus. Apabila otot dirangsang secara listrik sampai persarafan

dapat dipulihkan, seperti pada regenerasi saraf perifer yang

terputus, atrofi dapat dihilangkan tetapi tidak dapat dicegah

seluruhnya. Aktfitas kontraktil itu sendiri jelas berperan penting

dalam mencegah atrofi; namun, factor – factor yang belum

sepenuhnya dipahami yang dikeluarkan dari ujung – ujung saraf

aktif, yang mungkin terkemas bersama dengan vesikel Ach,

tampaknya berperan dalam integritas dan pertumbuhan jaringan

otot.

Apabila suatu otot mengalami kerusakkan, dapat terjadi

perbaikkan secara terbatas, walaupun sel – sel otot tidak dapat

membelah diri secara mitosis untuk menggantikan sel – sel yang

hilang. Di dekat permukaan otot terdapat populasi kecil sel – sel

yang tidak berdiferensiasi ( seperti yang dijumpai pada massa

perkembangan mudigah ), yaitu mioblas. Sewaktu sebuah serat

otot rusak, sekelompok mioblas melakukan fusi untuk mengganti

otot tersebut dengan membentuk sebuah sel besar berinti banyak

yang segera mulai mensintesis dan menyusun perangkat intrasel

khas untuk otot. Pada cedera luas, mekanisme yang terbatas ini

tidak cukup untuk mengganti semua serat yang hilang.

Distrofi Otot

Distrofi otot atau Muscular

dystrophy (MD) adalah penyakit

otot turunan di mana serat-serat

otot sangat rentan rusak. Otot,

terutama otot-otot sukarela,

menjadi semakin lemah. Pada tahap

akhir distrofi otot, lemak dan jaringan ikat sering menggantikan

serat otot. Beberapa jenis distrofi otot mempengaruhi otot-otot

jantung, otot tak sadar dan organ lainnya.

Gejala

Tanda dan gejala bervariasi sesuai dengan jenis distrofi otot. Secara

umum, gejala distrofi otot antara lain: kelemahan otot, kelumpuhan,

menghasilkan fiksasi (kontraktur) otot di sekitar sendi dan

minimnya mobilitas.

Banyak tanda-tanda dan gejala spesifik yang bervariasi dari antara

jenis-jenis MD. Setiap jenis MD berbeda di masa awal terjangkiti,

gejala muncul pada daerah yang mengalami distrofi otot.

Perawatan

Saat ini tidak ada obat untuk segala bentuk distrofi otot.

Pengobatan saat ini dirancang untuk membantu mencegah atau

mengurangi kelainan bentuk pada persendian dan tulang belakang

dan untuk memungkinkan orang dengan MD untuk tetap bergerak

selama mungkin. Perawatan dapat mencakup berbagai jenis terapi

fisik, obat-obatan, alat bantu dan pembedahan.

Distrofi Otot Duchenne & Becker adalah penyakit yang

menyebabkan kelemahan pada otot-otot yang dekat dengan batang

tubuh.

PENYEBAB

Kelainan gen yang menyebabkan distrofi otot Duchenne

berbeda dengan kelainan gen yang menyebabkan distrofi otot

Becker, tetapi keduanya terjadi pada gen yang sama. Gen ini

bersifat resesif dan dibawa oleh kromosom X.

Seorang wanita bisa membawa gen ini tetapi tidak menderita

penyakitnya karena kromosom X yang normal dapat

mengkompensasi kelainan gen dari kromosom X yang lainnya.

Setiap laki-laki yang menerima kromosom X yang cacat akan

menderita penyakit ini.

Anak laki-laki yang menderita distrofi otot Duchenne mengalami

kekurangan protein otot yang penting, yaitu distrofin, yang diduga

berperan dalam mempertahankan struktur sel-sel otot. 20-30 di

antara 100.000 bayi laki-laki yang lahir, menderita distrofi otot

Duchenne.

Anak laki-laki yang menderita distrofi otot Becker menghasilkan

distrofin tetapi ukurannya terlalu besar dan tidak berfungsi

sebagaimana mestinya. Penyakit ini terjadi pada 3 dari setiap

100.000 anak laki-laki.

Hernia Abdominal/Hernis Abdominal

DEFENISI

Hernia (burut) adalah penonjolan

abnormal dari suatu viscus ke luar dari

rongga yang normal. Viscus adalah

berbagai organ interior besar yang

terdapat dalam rongga tubuh yang besar

khususnya di abdomen. Cincin hernia

adalah cincin dari jaringan muskuler

(terbuka) melalui dimana viscus menonjol. Pembukaan dari dinding

rongga dimana viscus menonjol mungkin bervariasi ukurannya dan

mungkin congenital atau didapat. Penonjolan dari viscus mungkin

intermitten atau terus menerus, tergantung dari jenis dan beratnya

hernia. Walaupun istilah ini mungkin dipakai pada berbagai bagian

tubuh (misalnya hernia diskus intervertebral, hernia cerebral,

umumnya mengarah pada penonjolan suatu viskus abdomen dari

rongga abdomen.

KLASIFIKASI

Hernia abdominal mungkin diklasifikasikan berdasarkan lokasi

anatomi dan beratnya protrusi. Daerah yang paling sering muncul

adalah hiatal (diafragma), insisional (ventral), umbilical, inguinal

(langsung atau tidak langsung), atau femoral.

Tingkat beratnya penyakit mungkin digambarkan dengan satu

dari empat istilah : reducible (dapat kembali), irreducible,

inkarserata atau strangulata. Pada hernia reducible, penonjolan dari

viskus akan menyusut ke dalam abdomen secara mekanik jika

penderita supinasi, atau secara manual dapat dikembalikan dengan

menekan massa kembali ke rongga. Hernia irreducible tidak dapat

dikembalikan ke dalam rongga abdomen dengan cara apapun.

Hernia inkarserata adalah keadaan dimana viskus yang menonjool

bersifat irreducible dan obstruksi. Keadaan ini akan berakibat

tersumbatnya aliran darah dari dan ke viskus, dan hernia menjadi

strangulata. Kedua keadaan terakhir ini adalah serius dan

perbedaan antara keduanya susah.

Hernia inkarserata dan strangulasi dianggap sebagai emergensi

bedah karena viskus akan menjadi tersumbat secara akut, dan jika

suplai darah tidak terpenuhi, maka dengan cepat menjadi nekrosis

dan gangreng. Usus atau kandung kencing pada hernia femoral,

adalah organ yang mungkin terdapat dalam kantong hernia dan

oleh karenanya mengalami proses ini. Hernia inguinal indirek,

umbilikal dan femoral adalah yang lebih sering mengalami

strangulasi dari yang lain karena kantongnya mempunyai leher

yang lebih kecil dan cenderung dikelilingi oleh jaringan cincin yang

kaku, kebalikannya dari hernia inguinal direk, yang cenderung

mempunyai leher yang lebih luas. Juga, perlengketan mungkin

timbul antara kantong dan isinya dan menyebabkan hernia

irreducible atau inkarserata.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Hernia abdominalis disebabkan oleh kombinasi dari kelemahan

atau defek dari dinding otot dan peningkatan tekanan intra

abdominal, defek dari dinding otot ini mungkin timbul dari kelainan

congenital termasuk gangguan dari jaringan kolagen dan integritas

otot, atau dari intervensi bedah sebelumnya, kelemahan dinding

otot yang didapat mungkin terjadi sebagai akibat dari trauma atau

dengan proses ketuaan.

Tekanan intraabdominal dapat meningkat oleh sejumlah

keadaan lingkungan dan keadaan patologis tertentu. Meliputi

kehamilan, obesitas, kerja keras (Manuver Valsava) seperti

konstipasi lama, penekanan yang dikaitkan dengan tekhnik yang

salah ketika mengangkat beban atau barang yang berat,

mendorong atau menarik, asites, batuk kronis, dan pembesaran

tumor atau lesi, tekanan intraabdominal yang meningkat, mungkin

tidak akan menyebabkan hernia jika tidak disertai dengan

kelemahan dinding otot.

TYPE HERNIA

1. Hiatal Hernia

Hiatal hernia adalah penonjolan dari bagian lambung melalui

hiatus dari diafragma dan masuk ke dalam rongga thoraks,

ada 2 jenis hiatal hernia:

a. Sliding hernia, lambung dan persambungan antara

usofagus dan lambung tergelincir masuk ke dada (yang

paling umum).

b. Paraesofagal hernia (rolling hernia) – bagian dari

kurvatura mayor dari lambung masuk melalui defek

diafragma.

Patofisiologi/etiologi

a. Kelemahan otot karena proses ketuaan atau keadaan

lain, seperti karsinoma esophagus atau trauma, atau

setelah prosedur bedah tertentu.

Manifestasi klinik

a. Mungkin tidak bergejala.

b. Heartburn/perasaan panas dalam perut (dengan atau

tanpa regurgitasi dari isi lambung ke mulut)

c. Disfagia; nyeri dada.

Evaluasi diagnostic

a. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus.

b. Pemeriksaan endoskopi melihat defek.

Penanganan

a. Tinggikan bagian kepala tempat tidur (15-20 cm) / 6 – 8

inci untuk mengurangi refluks pada malam hari.

untuk menetralisir asam lambung.

b. Therapi antasida

c. Histamin-2 reseptor antagonis (cimetidin, rantidin) – jika

pasien menjalani esofagitis.

d. Perbaikan bedah dari hernia jika gejala memberat.

Komplikasi

a.  terbatasnya aliran darah.

b. Inkarserata dari bagian lambung dalam rongga dada

Tindakan keperawatan /Pembelajaran pasien

a. Anjurkan pasien pencegahan dari refluks isi lambung ke

dalam esophagus dengan :

1) 1Makan sedikit-sedikit.

2) Menghindari rangsangan sekresi lambung dengan

menghindari kafein dan alcohol.

3) Menghentikan merokok.

4) Menghindari makanan berlemak – meningkatkan

refluks dan menghambat pengosongan lambung.

5) Menghindari berbaring terlentang paling tidak 1 jam

setelah makan.

6) Menurunkan berat, jika obesitas.

7) Menghindari menekuk pinggang dan atau memakai

pakaian yang ketat.

b. Nasehati pasien untuk melaporkan ke fasilitas

kesehatan segera jika timbul nyeri dada akut – mungkin

mengindikasikan inkarserasi dari hernia paraesofagal

besar.

2. Hernia Abdominalis

Manifestasi klinik

a. Penonjolan diatas daerah hernia jika pasien berdiri atau

menarik, dan menghilang jika terlentang.

b. Hernia cenderung bertambah ukurannya dan muncul

kembali dengan tekanan intraabdominal.

c. Hernia strangulasi timbul disertai nyeri, muntah, oedema

dari kantong hernia, tanda-tanda iritasi peritoneum dari

abdominal bawah, demam.

Evaluasi diagnostic

Didasarkan pada manifestasi klinik :

a. Abdominal X rays – menampakkan keadaan abnormal

dari tinggi gas dalam perut.

b. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, elektrolit) –

mungkin menunjukkan heokonsentrasi (peningkatan

hematokrit), dehidrasi (peningkatan atau penurunan

sodium), dan peningkatan WBC (eritrosit).

Penanganan

a. Mekanik (hanya pada hernia reducible)

1) Pembebat dipasang dengan bantalan dan ikat

pinggang yang dipasang dengan pas diatas hernia

untuk mencegah isi abdomen masuk ke kantong

hernia. Tidak mengobati hernia; digunakan hanya

jika pasien tidak/bukan calon bedah.

2) Hernia parastomal seringkali ditangani dengan ikat

pinggang yang menyokong hernia dengan Velcro

dan ditempatkan di sekitar system kantong ostomy

(hampir sama dengan pembebat).

b. Pembedahan – dilakukan untuk memperbaiki hernia

sebelum timbul strangulasi, yang kemudian menjadi

keadaan emergensi.

1) Herniorafi – pengangkatan dari kantong hernia,

isinya dikembalikan ke dalam abdomen; lapisan otot

dan fascia dijahit. Herniorafi laparoskopi mungkin,

seringkali dilakukan pada pasien rawat jalan.

2) Hernioplasti meliputi memperkuat jahitan (seringkali

dengan mesh/alat untuk menautkan) untuk

memperbaiki hernia yang luas.

3) Hernia strangulasi memerlukan reseksi dari usus

yang iskemia disamping memperbaiki hernia.

c. KomplikasiObstruksi usus.

Pengkajian keperawatan

1) Menanyakan kepada pasien apakah hernia

memebesar dan tidak menyenangkan.

2) Tentukan apakah pasien memperlihatkan tanda dan

gejala strangulasi, seperti distensi, demam, mual

dan muntah.

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penonjolan hernia

(mekanik).

2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur

emergensi pada hernia strangulasi dan inkarserata.

Intervensi keperawatan :

a. Memberi rasa nyaman.

1) Pasang pembebat atau ikat pinggang pada

pasien jika hernia bersifat reduce (dapat

kembali) jika dianjurkan.

2) Posisi trendelenburg mungkin mengurangi

tekanan pada hernia, jika memungkinkan.

3) Menekankan pada pasien untuk memakai

pembebat di dalam pakaian dan memasang

sebelum bangun dari tempat tidur jika hernia

bersifat reduce (dapat kembali).

4) Evaluasi tanda dan gejala hernia inkarserata

atau strangulasi.

5) Pasang NGT, jika diindikasikan, untuk

menghilangkan penekanan pada kantong

hernia.

b. Menghilangkan nyeri post operasi.

1) Anjurkan pasien membelat daerah insisi

dengan tangan atau bantal jika batuk untuk

mengurangi nyeri dan melindungi lokasi dari

peningkatan tekanan intraabdominal.

2) Berikan analgetik sesuai anjuran.

3) Ajarkan tentang istirahat, pemberian es, dan

elevasi skrotum sebagai tindakan yang

dilakukan untuk mengurangi edema skrotum

atau pembengkakan setelah perbaikan dari

hernia inguinal.

4) Ajarkan ambulasi segera setelah

diperbolehkan.

5) Nasehati pasien bahwa kesukaran dalam

berkemih setelah pembedahan adalah hal

yang umum terjadi; meningkatkan eliminasi

untuk menghindari rasa tidak nyaman dan

memasang catheter jika diperlukan.

c. Pencegahan infeksi

1) Periksa pembalut drain dan insisi adanya

kemerahan dan pembengkakan.

2) Monitor tanda dan gejala infeksi lain; demam,

dingin, malaise dan keringat berlebihan.

3) Berikan antibiotik, jika diperlukan.

Pembelajaran pasien/memelihara kesehatan

1. Nasehati bahwa nyeri dan pembengkakan skrotum

mungkin timbul 24 – 48 jam setelah pembedahan pada

hernia inguinal.

2. Ajarkan untuk memonitor sendiri tanda-tanda infeksi :

nyeri, perembesan dari insisi, peningkatan suhu, juga

kesukaran yang terus menerus dalam buang air.

3. menginformasikan bahwa mengangkat beban harus

dihindari selama 4 – 6 minggu. Atletik dan penggunaan

tenaga yang berlebihan dihindari selama 8 sampai

dengan 12 minggu post operasi, setiap pemberian

istruksi.

Evaluasi

1. Hernia yang dapat dihilangkan secara efektif dengan

pembebat atau ikat pinggang; pasien merasa nyaman ;

tidak ada gejala dan infeksi.

2. Kebutuhan analgesik minimal; tidak timbul edema,

ambulasi.

3. Tidak demam, luka bersih dan kering.

Polio

Polio adalah penyakit menular yang

dikategorikan sebagai penyakit peradaban.

Polio menular melalui kontak antarmanusia.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena

sebagian besar penderita yang terinfeksi

poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak

tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut

ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan

keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat

terjadi penularan virus.

Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus

yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut,

mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan

kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa Yunani

yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhir

πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus

Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya

adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single

stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir

30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4)

dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah penyakit menular yang

dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui

kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut

ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri

atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang

sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.

Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus

terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab

penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain

2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling

paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan

kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di

Sukabumi. Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak

JENIS – JENIS POLIO

1. Polio non-paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit

perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan

punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio paralisis spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,

menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol

pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun

strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang

dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami

kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi

pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan

diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan

diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang

belakang dan syaraf motorik — yang mengontrol gerakan

fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun,

pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum

divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh

bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi

ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat — menyebar

sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya

virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan

syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan

regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan

bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.

Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas

— kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi

parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan

kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada)

dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

3. Polio bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami

sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak

mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan

saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang

mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf

muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi,

dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran;

saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan

berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa;

dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru,

dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat

menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen

penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika

otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian

biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial

yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.

Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada

fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya

sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan

trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan

sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga

sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-

paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang

lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan

udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-

paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-

paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa

keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada

otak dapat menyebabkan koma dan kematian.

Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%

tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang

bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-

paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal

sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari

polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen.

Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang

mendekati normal.

TANDA DAN GEJALA

• Suhu tubuh meningkat

• Sakit kepala disertai mual dan muntah

• Kram pada otot leher dan punggung

• Otot terasa lembek jika disentuh

• Kelumpuhan terjadi dalam 1 minggu permulaan sakit

• Terjadi kelimpuhan yang permanen

• kaku kuduk dan punggung

• kelemahan otot asimetrik

• onsetnya cepat

• segera berkembang menjadi kelumpuhan

• lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena

• perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk

jarum)

• peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan

nyeri)

• sulit untuk memulai proses berkemih

• sembelit

• perut kembung

• gangguan menelan

• nyeri otot

• kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung

• ngiler

• gangguan pernafasan

• rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi refleks Babinski

positif.

VIRUS POLIO

Ada tiga tipe virus: tipe 1, 2, dan 3. Tipe 1 adalah yang terganas

dan umum terjadi. Tipe 2 tak pernah terdeteksi di seluruh dunia

sejak 1999.

SIKLUS HIDUP VIRUS POLIO

1. Satu virus polio mendekati sebuah sel saraf melalui aliran darah.

2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus.

3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untuk melepaskan RNA

(materi genetik) ke dalam sel.

4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai

protein pada sel.

5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk

membuat lebih banyak RNA dan capsid polio.

6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk

virus polio baru.

7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus

polio baru kembali ke aliran darah.

Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio

1) Infeksi subklinis ( tanpa gejala atau berlangsung kurang dari 72

jam )

a.  Demam ringan

b.  Sakit kepala

c.  Tidak enak badan

d.  Nyeri tenggoriokkan

e.  Tenggorokkan tampak memerah

f.  Muntah

2) Non paralitik ( gejala berlangsung 1-2 minggu)

a.  Demam sedang

b.  Kaku kuduk

c.  Muntah

d.  Diare

e.  Kelelahan yang luar biasa

f.  Rewel

g.  Nyeri atau kaku punggung, lengan , tungkai dan perut

 Ruam kulit atau luka dikulit yang terasa nyeri

 Kekakuan otot

h.  Paralitik

i.  Demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya

j.  Sakit kepala

k.  Kaku kuduk dan punggung

l.  Kelemahan otot asimetrik

m.  Onsetnya cepat  Segera berkembang Lokasinya

tergantung pada bagian korda spinalis yang terkena

n.  Peka terhadap sentuhan

o.  Sulit untuk memulai proses berkemih

p.  Sembelit

q.  Perut kembung

r.  Gangguan menelan

s.  Nyeri dan kejang otot

UPAYA PENCEGAHAN

Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyebaran penyakit

polio ini, di antaranya adalah:

• Eradikasi Polio

Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh

sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat

kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun

2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO

yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan cakupan

imunisasi yang menyeluruh.

• PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,

1996 dan 1997. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai

dengan rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak

4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat

usia 1,5 tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.Upaya imunisasi

yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif.

Bahkan merupakan satu-satunya program yang efisien dan

efektif dalam pencegahan penyakit polio.

Jenis-Jenis Penyakit pada Tulang

Osteoporosis

osteoporosis adalah penurunan

densitas tulang, kerusakan arsitektur

tulang, dan meluasnya kerapuhan

tulang sehingga menurunkan kekuatan

tulang. Padahal tulang adalah jaringan

keras yang melindungi bagian vital

tubuh dan membuat manusia dapat

tegak, berjalan, dan mengangkat beban berat. jadi bagaimana bisa

beraktivitas jika tulang kita rapuh.

Osteoporosis atau keropos tulang umunya lebih rentan diderita

pada kaum wanita dibanding Pria. Berdasarkan penelitian di

Amerika serikat, lebih dari 1,5 juta penderita patah tulang karena

osteoporosis tiap tahunnya diderita oleh kaum wanita. karena

wanita akan mengalami Menopause yang dapat menurunkan massa

tulang, sehingga selama Menopause massa tulang dapat turun

drastis kurang lebih sekitar 10% dari yang normal sehingga dapat

menyebabkan kerapuhan atau keropos tulang. Kondisi rendahnya

massa tulang ini bisanya baru disadari setelah seseorang

mengalami patah tulang, umumnya terjadi pada tulang pinggul,

tulang belakang atau tulang pergelangan tangan.

Kekuatan massa tulang seseorang tergantung dari ukuran dan

kepadatan tulang itu sendiri. kepadatan tulang sanagt tergantung

pada jumlah asupan calsium, Phospor, dan mineral lainnya yang

dibutuhkan oleh tulang. ketika tulang mengalami kekurangan

asupan mineral, maka kepadatan tulang akan berkurang, sehingga

menyebabkan kerapuhan dan mengalami perubahan struktur.

Para Ilmuwan telah banyak belajar dan meneliti penyebab

terjadinya kerapuhan pada tulang, ternyata berkaitan dengan

proses pembentukan tulang dalam tubuh. Tulang secara

berkesinambungan mengalami proses pergantian atau regenerasi.

Secara alamiah regenerasi sel tulang terjadi sekitar 2 sampai 3

bulan, proses ini akan meningkatkan massa tulang yang berfungsi

menguatkan tulang kita. Namun ketika umur menginjak 35-40

tahun proses regenerasi sel perlahan-lahan menurun dan dapat

menurunkan massa kepadatan tulang, sehingga dapat

meningkatkan resiko osteoporosis atau keropos tulang.

Selain itu kurangnya asupan vitamin D dan kalsium,Phospor dan

mineral lainnya dalam makanan, kondisi tubuh yang terlalu stress,

gangguan kelenjar endokrin, asupan obat-obatan yang

mengandung cortikosteroid juga dapat meningkatkan resiko

terkena Osteoporosis.

Beberapa Faktor yang dapat meningkatkan Osteoporosis atau

keropos tulang, antara lain:

JENIS KELAMIN

Resiko patah tulang yang disebabkan karena keropos tulang

akan lebih tinggi diderita kaum wanita dibanding kaum pria.

Hal ini disebabkan karena faktor hormonal dalam tubuh

wanita yang mengalami menstruasi, melahirkan dan

menjelang Menopause dapat menurunkan massa kepadatan

tulang dan menurunkan proses regenerasi sel tulang. pada

saat wanita mengalami Menopause, kadar estrogen yang

menurun drastis dapat menyebabkan tulang rapuh karena

penyerapan mineral yang dibutuhkan tulang akan berkurang.

namun tidak menutup kemungkinan pria juga mengalami

osteoporosis, hal ini dapat terjadi pada pria umur 65 tahun

keatas, jika kadar hormon testosteron dalam tubuhnya

menurun, juga dapat meningkatkan resiko terkena

osteoporosis.

USIA

Faktor usia juga sangat menentukan kekuatan tulang anda.

Semakin tinggi resiko kita mengidap osteoporosis dan tulang

kita juga semakin lemah, karena regenerasi sel tulang pun

berjalan secara perlahan.

MAKANAN ATAU MINUMAN

makanan juga merupakan faktor penentu kekuatan tulang

kita. jika makanan kurang vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tulang seperti kalsium, phospor, vitamin-D.

seperti suus, daging,keju, dan ikan, juga dapat menyebabkan

osteoporosis. selain itu minuman yang mengandung soda,

alkohol juga dapat menyebabkan osteoporosis, karena kadar

soda dan alkohol dalam tubuh dapat menghambat

penyerapan calsium dalam tulang dan dapat mengganggu

metabolisme vitamin-D dalam hati. dan lainya.

OBAT-OBATAN

Mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang

panjang juga dapat menyebabkan resiko keropos tulang.

Beberapa obat-obatan yang menyebabkan keropos tulang,

yaitu obat yang mengandung kortikosteroid, obat diuretic,

obat antacid, obat antikanker dan lainnya.

untuk pencegahannya dari dini kita harus meningkatkan

asupan vitamin dan mineral dalam tubuh kita dengan

mengkonsumsi makanan kesehatan yang baik untuk tubuh

kita.

GEJALA:

patah tulang belakang, rasa nyeri, mulai dari ringan, sedang dan

berat sampai tidak bisa bangun. patah tulang sendi pinggul

selain nyeri hebat, juga tidak dapat berjalan selama lebih dari 6

bulan.

PENCEGAHANNYA:

perbaiki gizi pada makanan dan minuman yang mencakupi

gizi lima sempurna yang mengandung cukup kalsium untuk

pembentukan kerangka tulang yang kuat.

Olah raga yang teratur menjamin tulang dan otot tetap kuat

Usahakan untuk mendapatkan sinar matahari selama 30

menit dalam seminggu, untuk dapat membentuk struktur

tulang yang kuat

Hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan

hilangnya kalsium dari tulang seperti: daging berlemak,kopi,

minuman keras, garam, obat-obatan dan rokok.

Lordosis

Lordosis adalah salah satu bentuk kelainan

tulang belakang dimana tulang cervical dan

thorax melengkung ke arah depan sehingga

penderita tampak seperti sedang

membusungkan dada. Lordosis ini sering juga

disebut swayback, saddle back.Penyebab

Lordosis

Lordosis terjadi karena perbedaan ketebalan antara bagian depan

dan belakang tulang belakang. Kelainan ini dapat terjadi karena

ketegangan otot tulang punggung.Gejala dan tanda klinis :

Lordosis ini paling sering terlewatkan diantara ketiga bentuk

kelainan tulang punggung. Bahkan lordosis ringan cenderung

memberikan penampilan gagah. Namun penderita lordosis ini akan

sering mengalami sakit pinggang.

Pemeriksaan

Sama dengan bentuk kelainan tulang pungung lainnya. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan penampilan fisik, pengukuran, dan foto x

ray tulang belakang.

Penatalaksanaan

- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Lordosis.

Pada Lordosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi

Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan

membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu memperbaiki

kembali posisi tulang belakang. Tindakan bedah jarang diperlukan

untuk lordosis ini.

Pencegahan

- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan

sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Lordosis danan

pencegahan sekunder bertujuan agar Lordosis ditemukan sedini

mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :

- Duduk dengan posisi yang benar

- Berolahraga teratur,

- Diet yang cukup kalsium dan Vit D

- Periksa ke dokter bila anda mengalami sakit punggung yang

sering berulang.

Skoliosis

skoliosis kini bermakna sebagai lengkungan ke

samping dalam tulang belakang. Hal ini untuk

membedakan bentuk lengkungan tulang

belakang yang memang ke arah depan dan

belakang. Cara pengobatannya pun kini lebih

bervariasi. Dalam tingkat yang masih ringan,

skoliosis seringkali tidak menimbulkan masalah,

namun bila lengkungan ke samping itu terlalu parah, akan

menyebabkan cacat bentuk tulang belakang yang cukup berat dan

bisa mengganggu fungsi tubuh lainnya seperti jantung dan paru-

paru.

Pada skoliosis, pembengkakan terjadi karena berbagai sebab.

Misalnya, karena sikap tubuh salah yang terus menerus pada saat

bekerja. Atau bisa seseorang berjalan miring demi mencegah rasa

sakit. Misalnya, sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena

kecelakaan.

Gejala dan Perawatan

Yang terpenting untuk diperhatikan mengenai skoliosis adalah

bahwa keluhan tersebut akan semakin berat seiring dengan

berjalannya pertumbuhan tulang. Makin besar tulang belakang

melengkung menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tulang

rusuk maupun tulang belakang. Ketidaklurusan tulang belakang ini

akhirnya akan menyebabkan nyeri persendian di daerah tulang

belakang pada usia dewasa dan kelainan bentuk dada yang dapat

mengganggu fungsi jantung dan paru-paru, sehingga mempercepat

kematian.

Skoliosis dengan penyebab yang tidak diketahui timbul secara

perlahan-lahan tanpa adanya rasa sakit. Jika terdapat rasa sakit

pada remaja yang sedang mengalami perkembangan skoliosis,

segeralah memeriksakannya ke dokter untuk mengidentifikasi

penyebabnya. Pada tahap perkembangan dini, skoliosis terlihat

berupa perubahan kecil pada penampakan jasmani. Misalnya, Anda

bisa mengamati salah satu bahu yang tampak lebih tinggi atau

tulang belikat yang satu tampak lebih menonjol dibandingkan

dengan yang lain.

Umumnya, tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan yaitu

tulang bahu yang berbeda, tulang belikat yang menonjol,

lengkungan tulang belakang yang nyata, panggul yang miring,

perbedaan ruang antara lengan dan tubuh. Pemeriksaan lain yang

sangat membantu dalam menangani skoliosis ini adalah foto

rontgen tulang belakang. Dari foto rontgen dapat diukur derajat

banyaknya lengkungan yang tidak normal.

Selama itu, salah satu cara terbaru untuk mengawasi

perkembangan skoliosis adalah dengan topografi Moire, yaitu suatu

pemotretan khusus yang memungkinkan pengamatan tentang

perbedaan pada permukaan tubuh tanpa menimbulkan risiko.

Cacat bentuk pada skoliosis bertambah sesuai dengan

pertumbuhan badan. Karenanya, faktor terpenting dalam menilai

kemungkinan hasil akhir skoliosis adalah jumlah pertumbuhan yang

tersisa. Makin berat lengkungan, besar kemungkinan untuk

bertambah parah. Hal ini berarti bahwa lengkungan ringan yang

dijumpai pada seorang anak perempuan berusia 14 tahun mungkin

tak akan banyak bertambah, sedangkan derajat kelengkungan

sama yang dijumpai pada seorang anak perempuan berusia 10

tahun hampir pasti akan meningkat, terutama pada periode

pertumbuhan.

Pengobatan lainnya yang dilakukan tanpa operasi antara lain

latihan jasmani yang dirancang khusus untuk mencegah terjadinya

kelainan yang lebih berat. Hasilnya akan lebih efektif jika

dikombinasikan dengan pemakaian semacam alat penopang. Alat

penopang memberi antara tarikan dan penekanan samping pada

lengkungan tulang belakang. Walaupun cara ini tidak memperbaiki

lengkungan yang ada, tapi pada banyak kasus dapat mencegah

kerusakan lebih lanjut selama masa pertumbuhan anak.

Perawatan dan penanganan skoliosis memerlukan pengawasan dan

pengobatan dalam bentuk yang cukup lama, menemukan kelainan

secara dini dan mengobatinya dengan segera akan mencegah

berlanjutnya cacat bentuk akibat skoliosis.

Kifosis

Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang

punggung, di mana punggung yang seharusnya

berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan

kanan ternyata melengkung ke depan melebihi

batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam

sering disebut sebagai “Bungkuk”

Penyebab Kifosis

Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir

bawaan, kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh

posisi duduk yang salah

Gejala dan Tanda

 Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi.

Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru

tidak dapat mengembang sempurna. Seringkali justru orang lain

yang sudah lama tidak bertemu yang menyadari adanya kifosis

(kebungkukan) ini.

Penegakan diagnose

Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan

ditunjang oleh foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).

Penatalaksanaan

- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada

Kifosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik

dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan

membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan

kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali

dibutuhkan tindakan bedah.

Pencegahan

- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan

sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan

pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini

mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :

- Duduk dengan posisi yang benar

- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu

- Berolahraga teratur,

- Diet yang cukup kalsium dan Vit D