jenis-jenis organisasi proyek konstruksi

5
Macam-Macam Struktur Organisasi Struktur organisasi proyek perlu dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan menjadi terarah, ada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pekerjaan tersebut sehingga tujuan proyek bisa tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Di bawah ini akan kami ulas beberapa macam struktur organisasi proyek berdasarkan hubungan kontrak / perjanjian kerjasamanya, antara lain: 1. Sistem Pelaksanaan Tradisional (Traditional Delivery System) Dalam sistem ini Pemilik pada tahap perekayasaan dan perancangan (engineering design) mengadakan ikatan kontrak dengan Konsultan Perencana. Pada tahap pelaksanaan (construction) Pemilik mengadakan ikatan kontrak dengan pihak Kontraktor. Gambar 2.2 menunjukkan Sistem Tradisional dimana pihak kontraktor seakan-akan b ekerja sendiri-se ndiri secara independent. Perencana menyelesaikan tugas-tugas perencanaannya sebelum Pemilik memilih Kontraktor Pelaksana. Setelah penentuan Kontraktor biasanya Pemilik meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan proyek atas nama pemilik. Dalam struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang pendesain (arsitektur designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan kontruksi. Pembangunan kontruksi merupakan tanggung jawab kontraktor utama tunggal kepada pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh dikerjakan oleh kontaktor khusus individu dibawah penjanjian subkontraktor dengan kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan subkontraktor. Subkontraktor pada umumnya mengajukan penawaran pekerjaan untuk sebagian saja dari rencana pemilik, namun hubungan kontrak formalnya adalah secara langsung dengan kontraktor utaama dan selanjutnya kontraktor utama bertanggung jawab kepada pemilik mengenai semua pekerjaan, termasuk juga pekerjaan-pekerjaan yang disubkontrakkan. Struktur organisasi berdasaran pendekatan tradisional dapat dilihat digambar 3.4. Organisasi tradisional biasa digunakan pada proyek konstruksi dengan kondisi biasa / umum. Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak, yaitu : 1. Pemilik Proyek yang bertindak sebagai owner sekaligus sebagai Manajemen Proyek Kontruksi. 2. Konsultan Perencan a yang bertindak sebagai peranca ng konstruksi. 3. Kontraktor yang bertindak ssebagai pelaksana konstruksi.

Upload: raziezie

Post on 14-Oct-2015

1.365 views

Category:

Documents


52 download

DESCRIPTION

Jenis-jenis Organisasi pada Proyek Kontruksi

TRANSCRIPT

Macam-Macam Struktur OrganisasiStruktur organisasi proyek perlu dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan menjadi terarah, ada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pekerjaan tersebut sehingga tujuan proyek bisa tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.Di bawah ini akan kami ulas beberapa macam struktur organisasi proyek berdasarkan hubungan kontrak / perjanjian kerjasamanya, antara lain:1. Sistem Pelaksanaan Tradisional (Traditional Delivery System)Dalam sistem ini Pemilik pada tahap perekayasaan dan perancangan (engineering design) mengadakan ikatan kontrak dengan Konsultan Perencana. Pada tahap pelaksanaan (construction) Pemilik mengadakan ikatan kontrak dengan pihak Kontraktor. Gambar 2.2 menunjukkan Sistem Tradisional dimana pihak kontraktor seakan-akan bekerja sendiri-sendiri secara independent. Perencana menyelesaikan tugas-tugas perencanaannya sebelum Pemilik memilih Kontraktor Pelaksana. Setelah penentuan Kontraktor biasanya Pemilik meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan proyek atas nama pemilik.

Dalam struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang pendesain (arsitektur designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan kontruksi. Pembangunan kontruksi merupakan tanggung jawab kontraktor utama tunggal kepada pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh dikerjakan oleh kontaktor khusus individu dibawah penjanjian subkontraktor dengan kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan subkontraktor.

Subkontraktor pada umumnya mengajukan penawaran pekerjaan untuk sebagian saja dari rencana pemilik, namun hubungan kontrak formalnya adalah secara langsung dengan kontraktor utaama dan selanjutnya kontraktor utama bertanggung jawab kepada pemilik mengenai semua pekerjaan, termasuk juga pekerjaan-pekerjaan yang disubkontrakkan. Struktur organisasi berdasaran pendekatan tradisional dapat dilihat digambar 3.4.Organisasi tradisional biasa digunakan pada proyek konstruksi dengan kondisi biasa / umum. Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak, yaitu :1. Pemilik Proyek yang bertindak sebagai owner sekaligus sebagai Manajemen ProyekKontruksi.2. Konsultan Perencana yang bertindak sebagai perancang konstruksi.3. Kontraktor yang bertindak ssebagai pelaksana konstruksi.

2. Sistem Organisasi Perancang-Pembangun atau Perancang-Pengelola (Putar Kunci)Beberapa ahli membedakan pengertian antara perancang-pembangun (perancang-pengelola) dan putar kunci. Namun pada prakteknya kedua hal tersebut sering saling tertukar. Dalam metode ini keseluruhan manajemen proyek yang meliputi konsep perencanaan, perancangan, pelaksanaan kontruksi serta penyelesaian proyek biasanya ditangani oleh satu perusahaan.Berdasarkan pengertian perancang-pembangun, pihak pembangun tidak bertindak sebagai kontraktor utama. Pihak pembangun tidak mengedalikan pekerjaan dalam satu tangan terhadap semua kontraktor. Ada suatu bentuk kontrak khusus yang dinegosiasikan antara perancang-pembangun bersama dengan pemilik dalam mengelola proyek. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.6.a. Sedangkan menurut pengertian perancang-pengelola, pelaksanaan kontruksi dikerjakan oleh sejumlah kontraktor bebas menuru tata cara sesuai dengan konsep manajemen kontruksi profesional. Selanjutnya lihat gambar 3.6.b.

Dengan menggunakan sistem perancang-pembangun atau perancang-pengelola, pelaksanaan kontruksi dapat dilaksanakan dengan segera melalui program kontruksi bertahap yang bertujuan untuk mempersingkat waktu pelaksanaan proyek. Cara untuk menyelesaikan proyek seperti ini telah dipakai pada sebagian besar dari proyek-proyek indstri berat yang berorientasi pada proses, sebagaimana yang telah dibangun di Negara Amerika Serikat pada beberapa desawarsa ini.Pada proyek - proyek tertentu, pemilik proyek memiliki keterbatasan kemampuan teknis dan biaya untuk merealisasikan suatu proyek. Untuk mengatasi masalah tersebut pemilik proyek menyerahkaan tanggungjawab desain dan pelaksanaan konstruksi (termasuk pembiayaan) pada suatu organisasi (investor / kontraktor), pengaturan seperti hal tersbut dinamakan organisasi proyek turnkey. Ide dasar pembentukan organisasi turnkey didasarkan pada organisasi terpadu (integration of organization) yang menyerahkan semua kegiatan (desain maupun pelaksanaan konstruksi) pada satu pihak. Pada model organisasi ini kontraktor sekaligus sebagai konsultan perencana sesuai dengan kontrak antara kontraktor dengan pemilik proyek. Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiaatan proyek pada organisasi semacam ini bisa dilakukan overlapping sebab tanggungjawab desain dan pelaksanaan konstruksi berada pada satu pihak saja.

3. Manajemen Kontruksi ProfesionalManajemen kontruksi profesional membentuk satu tim atas tiga kelompok utama yaitu pemilik, perancang, dan manajer kontruksi dalam suatu hubungan yang tidak saling bertentangan dan hal ini membuka kesempatan bagi pemilik untuk berperan secara penuh dalam proses pelaksanaan kontruksi.Struktur organisasi manajemen konstruksi profesional dibagi atas dua jenis pendekatan. Pendekatan yang pertama yaitu melalui pengunaan suatu perusahaan konsultan sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan pendekatan yang ke dua yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai pengawas dari seluruh pekerjaan yang dikontrakkan.Dari segi waktu penyelesaiaan proyek, kualitas pekerjaan dan dari segi pengawasan keuangan proyek maka penggunaan struktur organisasi manajemen konstruksi profesional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila dibandingkan terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan ke dua. Hal ini desebabkan karena adanya pembedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada masing-masing unsur. Lihat gambar 3.7.a dan gambar 3,7,b,

Organisasi Manajemen Konstruksi berkaitan dengan manajemen proyek yang terdiri dari manajemen konstruksi dan pihak - pihak lainnya seperti Kontraktor, Konsultan Perencana dan lain - lainnya, yang mempunyai tugas mengelola proyek secara terpadu dari perencanaan proyek, desain dan pelaksanaan konstruksi. Hubungan kontrak antara pihak yang terlibat dalam tim manajemen proyek bertujuan meminimalkan hubungan timbal balik di dalam tim manajemen proyek.Pelaksanaan tahapan dalam organisasi semacam ini memungkinkan adanya overlapping karena pelaksanaan proyek seperti desain dan pelaksanaan konstruksinya sudah terpadu di bawah koordinasi manajemen konstruksi. Dalam organisasi jenis ini biasanya manajemen konstruksi bertindak sebagai wakil owner / pemilik proyek di lapangan.

4. Organisasi Swakelola (Pembangun-Pemilik atau Builder-Owner)Bentuk organisasi swakelola hampir sama dengan organisasi tradisional, hanya saja unit organisasi Pemberi Tugas (Pemilik Proyek), Konsultan dan Kontraktor merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan organisasi Pemilik Proyek meskipun proyek telah selesai. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa ide pembentukan organisasi semacam ini didasarkan pada organisasi terpadu (integration of organization).Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiaatan proyek pada organisasi semacam ini bisa dilakukan overlapping sebab pemilik proyek berfungsi sekaligus sebagai konsultan dan kontraktor.Skema hubungan organisasi ini adalah sebagai berikut :

5. Fast TrackBila digunakan sistem ini maka memungkinkan adanya pekerjaan knstruksi yang dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan desain, biasanya diperlukan banyak perubahan-perubahan desain. Perubahan-perubahan desain tersebut dapat menyebabkan perselisihan antara pemilik dan kontraktor dan pada akhirnya menyebabkan kontraktor mengajukan klaim.6.