jenggot (mau dibuat buku)

215

Click here to load reader

Upload: mohammedluthf4989

Post on 02-Jul-2015

309 views

Category:

Documents


80 download

TRANSCRIPT

Page 1: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Jenggot…   Haruskah?

Pertanyaan:

Assalamu’alaykum ustadz, mau tanya bagaimana dengan artikel ini ustadz? katanya cukur jenggot boleh!? (Penanya: Akh Suyatmo)

Jawaban:

Bismillaah, wash sholaatu was wassalaamu alaa rosuulillaah, wa ‘alaa aalihi washohbihi wa man waalaah, amma ba’du…

Perlu diketahui, bahwa seluruh Ulama Islam telah sepakat bahwa memelihara jenggot, termasuk Syariat Islam, tidak ada seorang pun ulama yang menyelisihi hal ini… Sungguh kita patut heran dengan orang yang mengaku muslim, tapi ia mengingkari jenggot yang telah disepakati sebagai bagian dari Syariat Islam… wa ilallohil musytaka…

Inilah diantara bukti sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:

ب�اء� ل�لغ�ر� ف�ط�وب�ى غ�ر�يب�ا ب�د�أ� ا ك�م� ي�ع�ود� و�س� غ�ر�يب�ا م� ال� �س اإل ب�د�أ�

“Islam itu pada awalnya ajaran yang asing, dan nantinya ia akan kembali menjadi asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing itu” (HR. Muslim: 145)… Wahai jiwa yang mengaku cinta Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, tidak inginkah kalian masuk dalam sabda beliau ini sehingga menjadi orang-orang yang beruntung?!..

Lihatlah bagaimana asingnya orang yang berjenggot di era ini… Kemanapun ia pergi, selalu jadi perhatian, bahkan rentan dengan tuduhan… Saking sedikitnya orang yang menghidupkan sunnah jenggot ini, hingga penampilan jenggotnya bisa dijadikan julukan baginya: “si jenggot”, “si brewok”… bahkan seringkali menjadi bahan ejekan “si kambing”, “si teroris”!!.. Subhanalloh…Tidakkah mereka sadar, bahwa dengan begitu sebenarnya mereka telah mengejek Islam, agama yang mereka peluk?!.. Tidakkah mereka merasa mengejek Alloh, Tuhan yang mereka sembah?!.. Tidakkah mereka merasa mengejek Muhammad, Nabi panutan mereka?!.. Bukankah perintah memanjangkan jenggot itu datangnya dari Alloh, Rosul, dan Ajaran Islam?!.. Bukankah Para Nabi dulu berjenggot?!.. Bukankah para sahabat dulu berjenggot?!.. Bukankah para Imam Empat dan yang lainnya dulu berjenggot?!..

Jika keadaan Umat Islam seperti ini… kehilangan jati diri sebagai muslim… malu dengan Islamnya… jauh dari agamanya… mengekor pada lawannya… dan enggan menerapkan atau bahkan mencela Ajaran Islam yang dipeluknya… Bagaimana mereka ingin menang atas lawannya?!.. Bagaimana mereka ingin menaklukkan seterunya?!.. Bahkan bagaimana mereka bisa menyaingi musuhnya?!.. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Umar bin Khottob -semoga Alloh meridloinya-:

الله أذلنا به الله أعزنا ما بغير العز نطلب فمهما باإلسالم الله فأعزنا قوم أذل كنا إنا

Page 2: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Kita dahulu adalah kaum yang paling hina, lalu Alloh berikan kejayaan kita dengan Islam, maka selama kita ingin kejayaan dengan selain Islam, niscaya Alloh akan menghinakan kita” (HR. Alhakim: 207, dishohihkan oleh Albani)… Ingatlah terus ucapan yang pantas ditorehkan dengan tinta emas ini… dan camkanlah, bahwa kejayaan Umat Islam, hanya bisa diraih dengan menjalankan Islam dan memuliakan ajarannya, bukan dengan cara lainnya…

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Kita tidak ingkari, adanya sebagian individu berjenggot yang salah langkah dengan banyak membuang bom di sembarang tempat… Tapi masalahnya adalah, mengapa tindakan sebagian individu yang minoritas itu, dijadikan sebagai standar umum?!.. Sungguh, ini cara mengambil kesimpulan yang aneh!…

Kesimpulan dan standar umum bahwa “orang yang berjenggot adalah teroris“, bisa diterima jika seluruh (atau paling tidak mayoritas) orang yang berjenggot itu pelaku teroris… Tapi fakta lapangan mengatakan sebaliknya, mayoritas orang yang berjenggot, bukanlah teroris, justru kebanyakan mereka adalah para da’i, kyai, ustadz dan para pengikutnya yang merasa bangga dan semangat dalam menerapkan Syariat Islam dalam kehidupannya…

Coba anda renungkan beberapa contoh berikut ini:

Jika di desa kita ada beberapa preman, yang sering merampok di desa lain… Relakah kita jika ada yang menyimpulkan dan memberi standar umum bahwa “semua orang yang tinggal di desa kita adalah perampok, atau patut dicurigai sebagai perampok” hanya karena kesalahan sebagian individu itu?!… tentu, tidak akan ada yang rela dan terima dengan kesimpulan dan standar umum itu…

Jika ada segelintir orang dari sekolah kita, terbukti menghamili gadis lain… kemudian ada kesimpulan dan standar umum, bahwa “sekolah kita adalah sekolahnya para pezina”… Relakah kita dengan penilaian itu?!.. tentunya tidak.. beda halnya jika tindakan itu dilakukan oleh mayoritas individunya…

Jika ada minoritas orang dari lulusan kampus kita, berprofesi sebagai gembong judi, kemudian ada penilaian bahwa “lulusan kampus kita profesinya adalah penjudi”… tentu kita takkan terima, bahkan mungkin sang rektor akan mengangkat tuduhan itu ke meja hijau!!… Begitulah halnya penilaian bahwa “orang yang berjenggot adalah teroris”… Jika ada yang tidak percaya, bahwa mayoritas orang yang berjenggot bukanlah teroris, silahkan adakan sensus yang jujur, dan buktikan sendiri hasilnya…

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Kembali ke inti masalah… Pertanyaan awal, bisa ana jabarkan seperti ini: Apa hukum memelihara jenggot? bolehkah memangkasnya (baik memangkas sebagian ataupun hingga habis)?

Jawabannya terdapat dalam nukilan dari perkataan para ulama berikut ini:

Page 3: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

1. Ibnu Hazm azh-Zhohiri -rohimahulloh-:

اإلجماع ( مراتب يجوز ال مثلة اللحية حلق أن على ـ)157اتفقوا

Para ulama telah sepakat, bahwa sesungguhnya menggundul jenggot termasuk tindakan mutslah, itu tidak diperbolehkan. (Marotibul Ijma’ 157)

2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rohimahulloh-:

) . األحكام أصول أحد يبحه ولم الصحيحة لألحاديث اللحية حلق االختيارات) (1/36يحرم تيمية ابن اإلسالم لشيخ ـ)19العلمية

Menggundul jenggot itu diharamkan, karena adanya hadits-hadits shohih (tentang itu), dan tidak ada seorang pun yang membolehkannya. (Ushulul Ahkam 1/37, Ikhtiyarot Syaikhil Islam Ibni Taimiyah 19)

3. Al-Ala’i -rohimahulloh-:

يبحه لم الرجال ومخنثة المغاربة بعض يفعله كما القبضة دون اللحية من األخذ إن ) . الدرية, العقود األعاجم ومجوس الهند يهود فعل من كلها وأخذ (1/329أحد رد)

القدير) ( 3/398المحتار ـ)2/352فتح

Sesungguhnya memangkas sebagian jenggot (hingga) lebih pendek dari genggaman tangan, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang maroko dan para banci itu tidak ada seorang pun yang membolehkannya. Sedangkan memangkas semuanya (hingga habis), itu termasuk tindakan orang-orang Yahudi Hindia dan orang-orang Majusi A’jam. (al-Uqudud Durriyah 1/329) (Roddul Muhtar 3/398) (Fathul Qodir 2/352)

4. Abul Hasan al-Qoththon al-Maliki -rohimahulloh-:

اإلجماع ( مسائل في اإلقناع تجوز ال مثلة اللحية حلق أن على ـ)2/3953واتفقوا

Para ulama sepakat bahwa sesungguhnya menggundul jenggot, termasuk tindakan mutslah yang tidak diperbolehkan. (al-Iqna’ fi Masailil Ijma’ 2/3953)

5. Syeikh Albani -rohimahulloh-:

, , السلف وكذلك الصحابة وكذلك عظيمة لحية له كان والسالم الصالة عليه ومحمد ) . , في, اللحية واحدة مرة حياته في لحيته حلق من فيهم يوجد لم األئمة وكذلك الصالححسونة لمحمد والسنة ـ)58الكتاب

(Nabi) Muhammad -alaihish sholatu was salam-, dahulu (di masa hidupnya) memiliki jenggot yang lebat, begitu pula para sahabat beliau, para salafus sholih, dan para imam. Tidak ada satu pun dari mereka yang mencukur jenggotnya, meski hanya sekali semasa hidupnya. (Al-Lihyah fil kitab was sunnah wa aqwali salafil ummah, karya Muhammad Hasunah, hal 58).

Page 4: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari nukilan-nukilan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan berikut ini:

1. Seluruh Ulama Islam sepakat, bahwa memelihara jenggot  itu wajib bagi pria.

2. Mereka juga sepakat, bahwa memangkas jenggot hingga habis itu haram hukumnya.

3. Dan tidak ada khilaf diantara mereka, bahwa memendekkan jenggot hingga panjangnya kurang dari satu genggaman itu haram hukumnya. (Sedang yang diperselisihkan oleh para ulama adalah bolehkah memendekkan jenggot sampai batas genggaman tangan? Insyaalloh masalah ini, akan kami bahas di akhir tulisan).

Dalam kaidah ushul fikih dikatakan: “Adanya ijma’ dalam suatu masalah, menunjukkan adanya dalil syar’i yang dijadikan sandaran ijma’ itu”… Pertanyaannya: Apa dalil yang dijadikan sandaran ijma’ ini?…

Jenggot… Haruskah?   (2)

Dalil Wajibnya Memelihara Jenggot

DALIL DARI ALQUR’AN

1. Alloh ta’ala berfirman:

اب� الع�ق� د�يد� ش� الل]ه� إ�ن] الل]ه�، وا ات]ق� و� وا، انت�ه� ف� ع�نه� اك�م ن�ه� ا و�م� ذ�وه� خ� ف� ول� س� الر] آت�اك�م� ا و�م�

Ambillah apa yang datang dari Rosul, dan tinggalkanlah apa yang dilarangnya! Dan takutlah kalian kepada Alloh, karena sesungguhnya Alloh itu Maha Keras siksa-Nya (al-Hasyr: 7)

Ayat ini menyuruh kita untuk menjalankan semua tuntunan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, sekaligus memerintah kita untuk meninggalkan semua larangan beliau. Dan sebagaimana kita tahu dalam kaidah ushul fikih, bahwa “setiap perintah dalam Alqur’an dan Sunnah, itu menunjukkan suatu kewajiban, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya”. Sehingga ayat ini secara tidak langsung, mewajibkan kita untuk memelihara jenggot… Mengapa? Karena banyaknya perintah dari Rosul  -shollallohu alaihi wasallam-, untuk memelihara jenggot, dan setiap perintah beliau itu menunjukkan kewajiban, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya.

2. Alloh ta’ala berfirman:

�ل�يم_ أ ع�ذ�اب_ م يب�ه� ي�ص� وأ� تن�ة_ ف� م يب�ه� ت�ص� أ�ن ر�ه� م

أ� ع�ن ون� ال�ف� ي�خ� ال]ذ�ين� ذ�ر� لي�ح ف�

Maka hendaklah mereka yang menyalahi perintah Rosul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa adzab yang pedih (an-Nur: 63)

Dalam ayat ini, Alloh memperingatkan hamba-Nya; jika mereka melanggar perintah Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, maka Dia akan menimpakan cobaan dan adzab yang pedih kepada

Page 5: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mereka. Dan diantara perintah beliau adalah perintah memanjangkan jenggot. Itu berarti ayat ini secara tidak langsung memperingatkan kita untuk tidak memangkas jenggot.

3. Alloh ta’ala berfirman:

أس�ي ب�ر� و�ال� ي�ت�ي ب�ل�ح ذ ت�أخ� ال� ي�بن�ؤ�م] ال� ق�

Dia (Nabi Harun) menjawab: “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang jenggotku, jangan pula kepalaku!”

Ayat ini mengabarkan pada kita, bahwa Nabi Harun pada masa hidupnya memelihara jenggotnya… Jika ayat ini kita padukan dengan ayat lain yang berbunyi:

ت�د�ه اق د�اه�م� ب�ه� ف� الل]ه� د�ى ه� ال]ذ�ين� أ�ول�ئ�ك�

Mereka (para Nabi) itulah yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka (al-An’am: 90)

Maka kita akan tahu bahwa kita -Umat Muhammad- diperintah untuk memelihara jenggot. Itu karena diantara petunjuk para Nabi terdahulu adalah mereka memelihara jenggotnya, dan kita diperintah untuk melakukan petunjuk mereka yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-.

DALIL DARI HADITS

Banyak sekali hadits yang menunjukkan wajibnya memelihara jenggot, diantaranya:

1. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

: وا ال�ف� خ� ال� ق� ل]م� و�س� ع�ل�يه� الل]ه� ل]ى ص� dالن]ب�ي ع�ن ا، م� ع�نه� الل]ه� ي� ض� ر� ر� ع�م� ابن� ع�ن ، ر�ك�ين� واالم�ش ر� dو�ف : ) ! البخاري رواه ار�ب� و� الش] وا ف� أ�ح و� ـ)5892اللdح�ى،

Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian! (HR. Bukhori: 5892)

2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

ار�ب� و� الش] ك�وا وا انه� أ�عف� : و� البخاري! ( رواه ـ)5893اللdح�ى

Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potong tipislah kumis kalian, dan  biarkanlah jenggot kalian! (HR. Bukhori: 5893)

3. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

، و�ار�ب� الش] وا ف� أ�ح ، ر�ك�ين� الم�ش وا ال�ف� واخ� وف�أ� : و� ) ! مسلم رواه ـ)259اللdح�ى

Page 6: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari Ibnu Umar, Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Selisilah Kaum Musyrikin, potong pendeklah kumis kalian, dan sempurnakanlah jenggot kalian!”. (HR. Muslim: 259)

4. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

، و�ار�ب� الش] وا gز واج� خ� رأ� : و� ) ! مسلم رواه الم�ج�وس� وا ال�ف� خ� ـ)260اللdح�ى،

Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, biarkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260)

5. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

، و�ار�ب� الش] وا gز جوا ج� رأ� : و� ) . ( مسلم( رواه الم�ج�وس� وا ال�ف� خ� اللdح�ى، وأرجئوا مع, 260أو

: , رقم حديث شرح الباري وفتح للنووي مسلم صحيح شرح إلى ـ)5892الرجوع

Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, panjangkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260, lihat juga Syarah Shohih Muslim karya Imam Nawawi, dan Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori karya Ibnu Hajar hadits no: 5892)

6. Hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:

… : ون� ر� dي�و�ف و� م ع�ث�ان�ين�ه� ون� gص ي�ق� الك�ت�اب� أ�هل� إ�ن] الل]ه� ول� س� ر� ي�ا لن�ا ق� ف� ال� ق� أمامة أبي عنع�ث�ان�ين�ك�م وا ر� dو�و�ف ب�ال�ك�م س� وا gق�ص ل]م� و�س� ع�ل�يه� الل]ه� ل]ى ص� gالن]ب�ي ال� ق� ف� ال� ق� م ب�ال�ه� س�

: أحمد ( رواه الك�ت�اب� أ�هل� وا ال�ف� ـ)21780و�خ�

Dari Abu Umamah: …lalu kami (para sahabat) pun menanyakan: “Wahai Rosululoh, sungguh kaum ahli kitab itu (biasa) memangkas jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka?”. Maka Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “Potonglah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian panjang, serta selisilah Kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)!”. (HR. Ahmad: 21780, dihasankan oleh Albani, dan dishohihkan oleh Muhaqqiq Musnad Ahmad, lihat Musnad Ahmad 36/613)

7. Hadits dari Abdulloh bin Umar r.a.:

: بإحفاء أمر وسلم عليه الله صلى النبي أن عنهما الله رضي عمر بن الله عبد عن : مسلم, ( رواه اللحى وإعفاء ـ)259الشوارب

Ibnu Umar r.a. mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- memerintahkan untuk memangkas tipis kumis dan membiarkan jenggot panjang. (HR. Muslim: 259).

8. Pernyataan Sahabat Jabir bin Abdulloh r.a.:

شيبة ( أبي ابن مصنف الشوارب من ونأخذ السبال نوفي أن نؤمر وفي). 5/25504كنا : ) , داود: أبو أخرجه الشوارب من ونأخذ السبال نعفي كنا الحافظ). 4201لفظ وحسنه

Page 7: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

الباري فتح في حجر إقامة, 13/410ابن كتابه في الزيد الوهاب عبد الشيخ وصححه ص المحجة تارك في ـ)79و 36الحجة

Jabir r.a. mengatakan: “Sungguh kami (para sahabat), diperintah untuk memanjangkan jenggot dan mencukur kumis”. (Mushonnaf  Ibnu Abi Syaibah: 26016). Dalam riwayat lain dengan redaksi: “Kami (para sahabat) membiarkan jenggot kami panjang, dan mencukur kumis” (HR. Abu Dawud: 4201). Atsar ini dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/410, dan di shohihkan oleh Syeikh Abdul Wahhab alu Zaid dalam kitabnya Iqomatul Hujjah fi Tarikil Mahajjah, hal: 36 dan 79)

Dari sabda-sabda di atas, kita dapat mengambil kesimpulan berikut:

1. Sabda-sabda diatas, semuanya menunjukkan perintah untuk memanjangkan jenggot, dan sebagaimana kita tahu kaidah ushul fikih, “setiap perintah dalam nash-nash syariat itu menunjukkan suatu kewajiban, dan haram bagi kita menyelisihinya, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya menjadi tidak wajib”. Itu berarti wajib bagi kita memanjangkan jenggot, dan haram bagi kita memangkasnya.

2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menghubungkan perintah memanjangkan jenggot, dengan perintah menyelisihi Kaum Ahli Kitab (Yahudi Nasrani), Kaum Musyrikin, dan Kaum Majusi. Itu menambah kuatnya hukum wajibnya memanjangkan jenggot ini, mengapa?… Karena dua perintah, jika berkumpul dalam satu perbuatan yang sama, itu lebih kuat dari hanya satu perintah saja.

3. Pada sabda-sabda di atas, terkumpul 5 redaksi perintah yang berbeda (perhatikan kalimat arab yang kami cetak merah, dari hadits 1-5), yang semuanya menunjukkan perintah memanjangkan jenggot… Ini juga meneguhkan petunjuk wajibnya memanjangkan jenggot… Karena perintah dengan lima redaksi yang berbeda-beda lebih meyakinkan, dari pada hanya menggunakan satu redaksi saja.

4. Para Sahabat Nabi, semuanya memanjangkan jenggotnya, karena mereka diperintah oleh Rosul -shollallohu alaihi wasallam- untuk melakukan itu. Jika perintah itu tidak wajib dilakukan, mengapa tidak ada satu pun sahabat yang menggundul jenggotnya?!. (lihat hadits no: 8)

5. Memanjangkan jenggot adalah ibadah yang diperintahkan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, oleh karena itulah para sahabat bersemangat menerapkannya dalam kehidupan mereka, bahkan tidak satupun dari mereka menyelisihi perintah ini… Coba perhatikan masyarakat sekitar kita di era ini, kenyataannya sangat bertolak belakang,  para sahabat dahulu semuanya memelihara jenggot, tapi di lingkungan kita tidak ada yang memelihara jenggot kecuali hanya sedikit saja… Semoga Alloh merubah keadaan umat ini, pada keadaan yang lebih baik, dan lebih dekat kepada ajaran islam yang mulia dan suci, sehingga umat ini dapat menggapai kejayaan yang mereka impikan… amin.

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Page 8: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Sebenarnya sudah cukup, bagi insan muslim yang inshof, untuk menerima kesimpulan wajibnya memanjangkan jenggot ini, dengan berdasar pada dalil Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ yang kami sebutkan.

Namun, bila ada yang masih ragu dengan kesimpulan ini, mari kita lihat:

Perkataan Ulama Terdahulu Dalam Masalah Ini

MADZHAB HANAFI

المختار ( الدر لحيته قطع الرجل على ـ)6/407يحرم

Diharamkan bagi pria memotong jenggotnya. (ad-Durruh Mukhtar 6/407)

الرائق ( البحر ثلة م� ألنه شيئا لحيته من يأخذ ـ)2/372وال

Tidak boleh baginya memangkas jenggotnya, karena itu termasuk mutslah. (al-Bahrur Ro’iq 2/372)

أحد يبحه فلم الرجال ومخنثه المغاربة بعض يفعله كما ذلك دون وهي منها األخذ وأماالقدير( عابدين) ( 4/370فتح ابن ـ)2/418حاشية

Adapun memangkas jenggot yang panjangnya kurang dari genggaman tangan, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang Maroko dan para banci, maka tidak ada seorang pun yang membolehkannya. (Fathul Qodir 4/370, Hasyiah Ibnu Abidin 2/417).

MADZHAB MALIKI

منها الكثير قص وال ها، نتف� وال ها، حلق� يجوز للقرطبي(  فال ـ)1/512المفهم

Maka tidak boleh mencukur jenggot, tidak boleh mencabutinya, dan tidak boleh pula memangkas sebagian besarnya.  (al-Mufhim, karya Imam al-Qurthubi 1/512)

الجليل ( منح اللحية حلق الرجل على ـ)1/82ويحرم

Diharamkan bagi pria mencukur jenggotnya. (Minahul Jalil 1/82)

الجليل ( مواهب يجوز ال اللحية ـ)1/313وحلق

Menggundul jenggot itu tidak diperbolehkan (Mawahibul Jalil 1/313)

الدسوقي: ( حاشية لحيته حلق الرجل على يحرم ـ)1/90تنبيه

Catatan penting: Diharamkan bagi pria menggundul jenggotnya. (Hasyiah Dasuqi 1/90)

اإلجماع ( مسائل في اإلقناع تجوز ال مثلة اللحية حلق أن على ـ)2/3953واتفقوا

Page 9: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Para ulama sepakat bahwa sesungguhnya menggundul jenggot, termasuk tindakan mutslah yang tidak diperbolehkan. (al-Iqna’ fi Masailil Ijma’, karya Abul Hasan al-Qoththon al-Maliki 2/3953)

MADZHAB SYAFI’I

: أو زينة يؤخذ إنما ذلك الن شيئا لحيته وال رأسه شعر من يأخذ وال الشافعي قالاألم ( ـ)2/640نسكا

Imam Syafi’i -rohimahulloh- mengatakan: “Ia (orang yang memandikan mayat) tidak boleh memangkas rambut kepala maupun jenggotnya si mayat, karena kedua rambut itu hanya boleh diambil untuk menghias diri dan ketika ibadah manasik saja”. (al-Umm 2/640)

- : وهو ألم، كثير فيه وليس الرأس في نسكا فيه الن بجناية ليس والح�الق أيضا وقال - ولو يستخلف، النه شعر، ذهاب وال ألم كثير فليس يجوز ال اللحية في كان وإن

األم ( حكومة فيه كانت يستخلف لم أو ناقصا الشعر ـ)7/203  استخلف

Imam Syafi’i -rohimahulloh- juga mengatakan: “Menggundul rambut bukanlah kejahatan, karena adanya ibadah dengan menggundul kepala, juga karena tidak adanya rasa sakit yang berlebihan padanya. Tindakan menggundul itu, meski tidak diperbolehkan pada jenggot, namun tidak ada rasa sakit yang berlebihan padanya, juga tidak menyebabkan hilangnya rambut, karena ia tetap akan tumbuh lagi. Seandainya setelah digundul, ternyata rambut yang tumbuh kurang, atau tidak tumbuh lagi, maka hukumannya adalah hukumah. (al-Umm 7/203)

) : العبادي حاشية اللحية حلق تحريم على األم في نص قد الشافعي إن رفعة ابن قالالمحتاج تحفة ـ)9/376على

Ibnu Rif’ah -rohimahulloh- mengatakan: Sungguh Imam Syafi’i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot. (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj 9/376)

) : الكبير الحاوي الشهادة به ترد الذي السفه من اللحية نتف الماوردي ـ)17/151قال

Imam al-Mawardi -rohimahulloh- mengatakan: Mencabuti jenggot merupakan perbuatan safah yang menyebabkan persaksian seseorang ditolak.(al-Hawil Kabir 17/151)

: فإن الكبار المنكرات فمن بالمرد تشبها النبات أول في نتفها وأما الغزالي قال ) . الدين علوم إحياء الرجال زينة ـ)2/257اللحية

al-Ghozali mengatakan: Adapun mencabuti jenggot di awal munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki. (Ihya’ Ulumiddin 2/257)

: كانت، كيف حالها على يتركها بل مطلقا منها االخذ كراهة والصحيح النووي قال“ . ان جده عن ابيه عن شعيب بن عمرو الحديث وأما اللحي واعفوا الصحيح للحديث

” الترمذي فرواه وطولها عرضها من لحيته من يأخذ كان وسلم عليه الله صلي النبيالمجموع ( به يحتج ال ضعيف ـ)1/343باسناد

Page 10: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Imam Nawawi -rohimahulloh- mengatakan: Yang benar adalah dibencinya perbuatan memangkas jenggot secara mutlak, tapi harusnya ia membiarkan apa adanya, karena adanya hadits shohih “biarkanlah jenggot panjang“. Adapun haditsnya Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: “bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dahulu mengambil jenggotnya dari sisi samping dan dari sisi panjangnya”, maka hadits ini telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang lemah dan  tidak bisa dijadikan hujjah. (al-Majmu’ 1/343)

: أصال شيء بتقصير لها يتعرض وأال حالها على اللحية ترك والمختار النووي قال , رقم( حديث للنووي مسلم صحيح ـ)260شرح

Imam Nawawi juga mengatakan: Pendapat yang kami pilih adalah membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak memendekkannya sama sekali (Syarah Shohih Muslim, hadits no: 260)

, : أنهم المجوس عن نقل مما أشد وهو لحاهم يحلقون قوم حدث وقد شامه أبو قال ) . الباري فتح يقصونها ـ)13/411كانوا

Abu Syamah -rohimahulloh- mengatakan: Telah datang sekelompok kaum yang menggunduli jenggotnya, perbuatan mereka itu lebih parah dari apa yang dinukil dari kaum Majusi, bahwa mereka dulu memendekkannya. (Fathul Bari 13/411)

, : يحلق أن له كان وإن حاجبيه وال لحيته يحلق أن ألحد يحل ال الشافعي الحليمي قال, , يكره, ما ورائحته الطعام دسم من به يعلق ال أن وهي ئدة فا لحلقه ألن سباله

) . , , البن اإلعالم الذكر كجب فهو بالنساء وتشبه وشهرة هجنة فإنه اللحية حلق بخالفـ)1/711الملقن

Al-Hulaimi asy-Syafi’i -rohimahulloh- mengatakan: Tidak seorang pun dibolehkan memangkas habis jenggotnya, juga alisnya, meski ia boleh memangkas habis kumisnya. Karena memangkas habis kumis ada faedahnya, yakni agar lemak makanan dan bau tidak enaknya tidak tertinggal padanya. Berbeda dengan memangkas habis jenggot, karena itu termasuk tindakan hujnah, syuhroh, dan menyerupai wanita, maka ia seperti menghilangkan kemaluan. (al-I’lam, karya Ibnul Mulaqqin)

MADZHAB HAMBALI

( م� ر] ي�ح� ) ( (و� القناع ( كشاف ثل�ة� الم� م�ن يه� ف� ا ل�م� ي�ت�ه� ل�ح لق� ب�ح� )1/126الت]عز�ير�

Diharamkan memberikan ta’ziran (hukuman) dengan menggundul jenggot, karena adanya unsur mutslah di dalamnya. (Kasysyaful qona’ 1/126)

ا ه� لق� ح� م� ر� ي�ح الفروع (  و� ن�ا يخ� ش� ه� ـ)1/130ذ�ك�ر�

Diharamkan menggundul jenggot, itu disebutkan oleh Syeikh kami. (al-Furu’ 1/130)

) . … اإلنصاف ا ه� لق� ح� م� ر� ي�ح و� ي�ت�ه� ل�ح ي� ي�عف� ـ)1/121و�

Page 11: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

(Termasuk Sunnah Nabi dalam rambut) adalah dengan membiarkan jenggot panjang… dan haram baginya menggundul jenggotnya. (al-Inshof 1/121)

�x ) . , لشرح النهى أولي دقائق الدdين� gي ت�ق� يخ� الش] ه� ذ�ك�ر� ا ه� لق� ح� م� ر� ي�ح و� ي�ت�ه� ل�ح ي ي�عف�ـ)1/43المنتهى

(Termasuk Sunnah Nabi dalam rambut) adalah dengan membiarkan jenggot panjang dan haram baginya menggundul jenggotnya. Hal ini disebutkan oleh Syeikh Taqiyuddin. (Daqo’iqu Ulin Nuha li Syarhil Muntaha 1/43)

) . : األلباب غذاء اللحية حلق حرمة المذهب في المعتمد اريني السف] ـ)1/334قال

Pendapat yang mu’tamad dalam madzhab (Hambali) adalah haramnya menggundul jenggot. (Ghidza’ul Albab 1/334)

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Itulah ucapan para ulama dari empat madzhab tentang wajibnya memelihara jenggot, semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca… amin… (bersambung… Jenggotnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- )

Jenggot… Haruskah?   (3)

Jenggotnya ROSUL -shollallohu alaihi wasallam-

Alloh ta’ala adalah Tuhan yang maha menyayangi hamba-Nya, Dia lebih menyayangi hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada buah hatinya, sebagaimana diterangkan dalam hadits shohih. Oleh karena itulah, selain memberi semua nikmat yang dirasakan oleh manusia sejak lahirnya, Dia juga mengutus para Rosul yang bertugas menuntun umatnya kepada jalan-Nya yang lurus, satu-satunya jalan yang dapat menghantarkan manusia menuju kebahagiaan jasmani dan rohani, di dunia ini dan di akhirat nanti.

Alloh ta’ala juga menyariatkan aturan hidup yang sangat lengkap dan mencakup segala sisi kehidupan manusia. Aturan itu adalah Syariat Islam, yang telah dijadikan lengkap, dan diridhoi oleh-Nya sebagai syariatnya Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya (surat al-Maidah, ayat:3).

Syariat Islam adalah syariat yang paling baik dan paling cocok untuk kehidupan manusia sejak diutusnya Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- hingga kiamat nanti. Mengapa demikian? Karena ia datangnya dari Alloh ta’ala, Tuhan yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui, dan Maha Berkuasa. Dia-lah yang menciptakan manusia, Dia-lah yang paling tahu aturan yang bisa memperbaiki manusia ciptaan-Nya, dan Dia-lah yang maha berkuasa untuk menjadikan aturan itu lengkap dan cocok sampai akhir masa… subhanalloh, walhamdulillah, wallohu akbar…

Syariat Islam bukanlah syariat yang hanya sebatas teori, tanpa bisa diterapkan dalam kehidupan. Oleh karena itulah, Alloh menjadikan Rosul-Nya sebagai teladan paling baik dalam menerapkan

Page 12: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

aturan-Nya. Jika Syariat Islam itu hanya sebatas teori, tentunya beliau tidak mampu menerapkannya, tetapi nyatanya tidak demikian… Itu berarti Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- adalah teladan terbaik kita dalam segala hal, dalam ibadah, dalam memimpin negara, dalam mencari nafkah, dalam berfatwa, dalam memutuskan suatu masalah, dalam berinteraksi dengan kawan maupun lawannya, dalam menjalani perintah-Nya, dalam menjauhi larangan-Nya, dan seterusnya…

Begitu pula dalam masalah kita kali ini, -yakni masalah memelihara jenggot-, Beliau-lah teladan terbaik untuk kita… Sungguh aneh, bagi mereka yang mengaku CINTA ROSUL, bagaimana mereka tidak mencintai penampilan beliau dan menirunya?!… Mengapa mereka malah mencintai penampilan para musuh beliau dan mengekor pada mereka?!… Allahul musta’an… Semoga Alloh membuka hati kita, dan menuntun kita untuk menghidupkan kembali sunnah rasul ini dalam kehidupan, amin.

Berikut kami ketengahkan beberapa hadits shohih tentang jenggotnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- sang Nabi, dan Teladan Terbaik kita…

1. Jenggot beliau sangat banyak dan lebat.

: قد وسلم عليه الله صلى الله رسول كان عنه الله رضي سمرة أبي بن جابر عن , , , كثير وكان تبين رأسه شعث وإذا يتبين لم ادهن إذا وكان ولحيته رأسه مقدم شمط

( ) . ـ مسلم رواه اللحية شعر

Jabir bin Abu Samuroh r.a. berkata: Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dulu telah muncul sedikit uban di bagian depan rambut kepala dan jenggotnya. Jika beliau meminyaki rambutnya, uban itu tidak tampak, tapi jika rambutnya kering, uban itu tampak. Dan beliau adalah seorang yang banyak rambut jenggotnya. (HR. Muslim)

: وسلم عليه الله صلى الله رسول كان عنه الله رضي طالب أبي بن علي عظيم عن : ( , ) كان عنه أخرى رواية وفي لغيره حسن المسند محقق وقال أحمد رواه اللحية

: , ) المسند محقق وقال أحمد رواه اللحية zكث وسلم عليه الله صلى الله رسول( ـ حسن إسناده

Ali r.a. berkata: Dahulu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- adalah seorang yang besar jenggotnya. (HR. Ahmad, Muhaqqiq Musnad mengatakan: (Hadits ini) hasan lighoirih). Dalam riwayat lain dengan redaksi: Dahulu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- adalah orang yang lebat jenggotnya. (HR. Ahmad, Muhaqqiq Musnad mengatakan: Sanadnya hasan)

2. Jenggot beliau dijadikan tanda bacaan ketika sholat.

: : الظهر في يقرأ الله رسول أكان عنه الله رضي األرت بن لخباب قلنا معمر أبو قال) . : : . : رواه لحيته باضطراب قال قراءته؟ تعرفون كنتم بما له فقلنا نعم قال والعصر؟

ـ) البخاري

Abu Ma’mar mengatakan: Aku bertanya kepada Khobbab ibnul Arot r.a: “Apa Rosululloh dulu membaca ketika sholat Dhuhur dan Ashar?”. Khobbab menjawab: “Ya”. Kami bertanya lagi:

Page 13: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Dengan apa kalian tahu bacaan beliau?”. Khobbab menjawab: “Dengan pergerakan jenggotnya”. (HR. Bukhori)

3. Beliau menyela-nyela jenggotnya ketika wudlu.

) : , رواه لحيته يخلل كان وسلم عليه الله صلى النبي أن قال عنه الله رضي عثمان عن( : ـ األلباني وصححه صحيح، حسن حديث هذا وقال والترمذي ماجه ابن

Utsman r.a. mengatakan: “Sungguh Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dulu menyela-nyela jenggotnya (ketika wudlu). (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, ia mengatakan: Hadits ini hasan shohih. Hadits ini dishohihkan pula oleh Albani)

, : من كفا أخذ توضأ إذا كان وسلم عليه الله صلى النبي أن عنه الله رضي أنس وعن ) . : , , األلباني, صححه ربي أمرني هكذا وقال لحيته به فخلل حنكه تحت فأدخله ماء

ـ) لشواهده

Dari Anas r.a.: “Sungguh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- ketika berwudlu, beliau mengambil air dengan telapaknya, lalu memasukkannya ke bawah lehernya,  dan menyela-nyela jenggotnya dengan air itu. Beliau mengatakan: Beginilah Tuhanku menyuruhku. (Dishohihkan oleh Albani karena syawahid-nya)

4. Air hujan yang mengalir dan menetes dari jenggotnya.

: , عليه الله صلى الله رسول عهد على سنة الناس أصاب قال مالك بن أنس عن : الجمعة, يوم المنبر على يخطب وسلم عليه الله صلى الله رسول فبينا قال وسلم

. , , ! : يسقينا أن الله فادع العيال وجاع المال هلك الله رسول يا فقال أعرابي قام , , سحاب فثار قزعة السماء في ترى وما يديه وسلم عليه الله صلى الله رسول فرفع

: . , قال لحيته على يتحادر المطر رأينا حتى منبره عن ينزل لم ثم الجبال أمثال . , , , , ذلك وقام األخرى الجمعة حتى يليه والذي الغد وبعد الغد ومن ذلك يومنا فمطرنا , , ! : - : - فادع المال وغرق البناء تهدم الله رسول يا فقال غيره رجل قال أو األعرابي

. : . من ناحية إلى بيده يسير فما علينا وال حوالينا اللهم فقال يديه فرفع لنا الله , , , يجئ ولم شهرا قناة الوادي وسال الجوبة مثل المدينة وصارت انفرجت إال السحاب

( ) . ـ عليه متفق بالجود حدث إال ناحية من أحد

Anas bin Malik mengisahkan: “Di masa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, orang-orang pernah didera kekeringan. Maka ketika beliau khutbah jum’at di atas mimbar, berdirilah seorang arab badui, ia mengatakan: “Wahai Rosululloh, harta (kami) telah sirna, dan keluarga (kami) telah kelaparan, maka mintalah kepada Alloh agar memberi kita hujan!”. Maka Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- mengangkat kedua tangannya. Yang sebelumnya tidak terlihat potongan awan sedikitpun, tiba-tiba setelah itu datang awan seperti gunung. Maka tidaklah beliau turun dari mimbarnya, kecuali kami telah melihat air hujan itu mengaliri jenggotnya.

Anas mengatakan: “Dan Kami pun diguyur hujan mulai hari itu, besoknya, lusanya, dan hari setelahnya, hingga hari jum’at depannya. Dan kembali orang itu -atau orang lain-berdiri seraya mengatakan: “Wahai Rosululloh, bangunan rumah (kami) jadi hancur, harta (kami) tenggelam, maka mohonkanlah kebaikan bagi kami!”. Maka beliaupun (kembali berdoa dengan)

Page 14: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mengangkat kedua tangannya seraya mengatakan: “Ya Alloh, (pindahkanlah hujan itu) ke sekitar kami, bukan langsung mengguyur kami”. Maka tidaklah beliau tunjuk awan itu, kecuali ia bergerak memencar, hingga Madinah ketika itu seperti Jawiyah, lembah-lembah menjadi sungai yang terus mengalir hingga sebulan, dan tidak seorangpun yang datang dari daerah sekitar, kecuali mengatakan kebaikan. (Muttafaqun Alaih)

5. Beliau dahulu memarfumi jenggotnya.

: ما بأطيب وسلم عليه الله صلى النبي أطيب كنت قالت عنها الله رضي عائشة عن( ـ, ( البخاري رواه ولحيته رأسه في الطيب وبيص أجد حتى يجد

Aisyah mengatakan: aku dulu biasa memarfumi Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dengan minyak terbaik yang ada, hingga aku melihat sisa-sisa parfum itu di (rambut) kepala dan jenggot beliau. (HR. Bukhori).

6. Uban yang ada di jenggot beliau.

: : الله شانه ما فقال وسلم؟ عليه الله صلى الله رسول شاب هل مالك بن ألنس قيل ) . في, الحافظ وقال عشرة ثماني أو عشرة سبع إال ولحيته رأسه في كان ما بالشيب

( : , ـ: مسلم شرط على صحيح بسند سعد ابن أخرجه األلباني وقال صحيح إسناده الفتح

إنه : : قال ؟ وسلم عليه الله صلى الله رسول أخضب مالك بن أنس سئل رواية، وفي . ” قال لحيته مقدم في شعرة عشرين أو عشر سبعة نحو إال الشيب من ير لم

أحمد: ( و أيضا ماجة ابن أخرجه سعد ) ( 108 / 3األلباني ابن إسناده ) . : 431 / 1و و قلت الشيخين شرط على صحيح

Anas bin Malik pernah ditanya: Apa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dahulu beruban? Anas menjawab: “Alloh tidak menjelekkannya dengan uban. Tidak ada uban di kepala beliau, kecuali hanya 17 atau 18 helai saja”. (al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: Sanadnya shohih, sedang Albani mengatakan: Hadits ini dibawakan oleh Ibnu Sa’d dengan sanad yang shohih sesuai syaratnya Imam Muslim).

Dalam riwayat lain dikatakan: Anas bin Malik pernah ditanya: Apakah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- menyemir rambutnya? Anas menjawab: “Sungguh tidak ada uban yang terlihat pada beliau, kecuali hanya 17 atau 20 helai rambut saja, yakni di bagian depan jenggotnya. (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Sa’d. Albani mengatakan: Sanadnya shohih sesuai syaratnya Bukhori Muslim)

JENGGOTNYA PARA NABI

Setelah mengetahui jenggotnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, ada baiknya juga mengetahui bagaimana jenggotnya para Nabi sebelum beliau, agar kita tahu bahwa syariat memelihara jenggot ini, bukanlah syariat khususnya beliau, tapi merupakan syariat seluruh Nabi dan Rosul yang diutus sebelum beliau… Itulah rahasia mengapa ada beberapa kalangan agamis Ahli Kitab yang memelihara jenggotnya, karena memang dalam ajaran mereka ada syariat itu,

Page 15: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

sayang kebanyakan mereka meninggalkan salah satu ajaran agamanya itu. Berikut kami nukilkan keterangan tentang hal ini:

Alqur’an menceritakan Nabi Musa ketika menarik jenggotnya Nabi Harun:

برأسي وال بلحيتي تأخذ ال أم ابن يا

Wahai putra ibuku, jangan kau tarik (rambut) jenggotku dan kepalaku! (Surat Thoha: 94).

Ayat ini sangat tegas dalam menerangkan bahwa Nabi Harun dahulu, jenggotnya panjang.

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

( ) . : ـ عليه متفق به إبراهيم ولد أشبه أنا والسالم الصالة عليه قال

Akulah keturunan Ibrohim yang paling mirip dengannya. (Muttafaqun Alaih).

Dan karena Nabi dahulu jenggotnya lebat dan panjang, berarti menunjukkan Nabi Ibrohim juga dahulu jenggotnya lebat dan panjang.

Kisah Hiroql, seorang Kaisar Romawi

: , آخر ورجل أنا بعثت قال األموي العاص بن هشام عن النبوة دالئل في البيهقي روى , … , هرقل أن وفيها بطولها القصة فذكر اإلسالم إلى ندعوه الروم صاحب هرقل إلى

- , أنه والسالم الصالة عليه نوح صفة في فذكر حرير من خرق في األنبياء صور أراهم. - - , اللحية أبيض كان أنه والسالم الصالة عليه إبراهيم صفة وفي اللحية حسن كان

. - - صفة وفي العارضين خفيف كان أنه والسالم الصالة عليه إسحاق صفة وفي- . - - عليه عيسى صفة وفي إسحاق أباه يشبه كان أنه والسالم الصالة عليه يعقوب

) . . - تفسير به بأس ال إسناده كثير ابن قال اللحية سواد شديد كان أنه والسالم الصالةكثير ـ)3/484ابن

Hisyam ibnul Ash al-Umawi mengisahkan: “Aku pernah di diutus bersama orang lain menghadap Kaisar Romawi Hiroql, untuk mengajaknya kepada Islam…” lalu ia menyebutkan kisah dengan panjang lebar, di dalamnya diceritakan bahwa Sang Hiroql memperlihatkan gambar para Nabi di atas potongan kain sutra, dan ia menyebutkan diantara sifatnya Nabi Nuh a.s jenggotnya bagus, diantara sifatnya Nabi Ibrohim a.s.  jenggotnya putih, diantara sifatnya Nabi Ishaq a.s. tipis jenggot bagian sampingnya, diantara sifatnya Nabi Ya’qub a.s. adalah mirip dengan ayahnya, yakni Nabi Ishaq, dan diantara sifatnya Nabi Isa a.s. jenggotnya sangat hitam. Setelah menyebutkan kisah ini Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Sanadnya la ba’sa bih” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/484)

Jenggotnya Para Salafush Sholih

Jenggotnya Abu Bakar r.a.:

Page 16: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

) . ( ) : الكبرى الطبقات العارضين خفيف نحيف، أبيض، رجل أبي كان قالت عائشة عنللذهبي) ( 3/133 الراشدون للسيوطي) ( 64الخلفاء الخلفاء ـ)45تاريخ

Aisyah mengatakan: Dulu bapakku adalah pria yang kulitnya putih, badannya ramping, dan jenggot bagian sampingnya tipis. (ath-Thobaqot al-Kubro 3/133) (al-Khulafa’ ar-Rosyidun, karya adz-Dzahabi 64) (Tarikhul Khulafa’, karya as-Suyuthi 45)

Jenggotnya Umar bin Khottob r.a.:

) , للذهبي الراشدون الخلفاء كبيرة سبلته خفة عارضيه ( 144في الخلفاء) تاريخ ـ)138للسيوطي

Umar bin Khottob adalah seorang yang tipis jenggot bagian pinggirnya, dan tebal jenggot bagian depanya. (al-Khulafa’ ar-Rosyidun karya adz-Dzahabi 144) (Tarikhul Khulafa’, karya as-Suyuthi 138)

Jenggotnya Utsman bin Affan r.a.:

) , سعد البن الكبرى الطبقات عظيمها اللحية كبير ـ)3/40كان

Utsman adalah seorang yang jenggotnya besar (at-Thobaqot al-Kubro 3/40)

للذهبي ( الراشدون الخلفاء الوجه حسن اللحية، ـ)278طويل

Utsman adalah seorang yang jenggotnya panjang dan wajahnya tampan (al-Khulafa’ ar-Rosyidun karya adz-Dzahabi 278)

للسيوطي ( الخلفاء تاريخ اللحية كثير ـ)157كان

Utsman adalah seorang yang jenggotnya banyak (Tarikhul Khulafa’ karya as-Suyuthi 157)

Jenggotnya Ali bin Abi Tholib r.a.:

سعد ( البن الكبرى الطبقات اللحية ضخم كان ـ)3/16أنه

Ali adalah seorang yang besar jenggotnya (at-Thobaqot al-Kubro 3/16)

, : . منه لحية أعظم رأيت ما اللحية أبيض عليا رأيت الشعبي وقال اللحية عظيم كانللذهبي( الراشدون ـ)378الخلفاء

Ali adalah seorang yang besar jenggotnya. Bahkan asy-Sya’bi mengatakan: “Aku telah melihat Ali, yang jenggotnya putih, tidak kulihat ada orang yang lebih besar jenggotnya darinya”. (al-Khulafa’ ar-Rosyidun, karya adz-Dzahabi 378)

الجوزي ( البن الصفوة صفوة اللحية عظيم الشعر ـ)1/308كثير

Page 17: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ali adalah seorang yang banyak rambutnya, besar jenggotnya. (Shofwatush Shofwah, karya Ibnul Jauzi 1/308)

) , الخلفاء تاريخ القطن كأنه بيضاء منكبيه بين ما مألت وقد جدا اللحية عظيم كانـ)175للسيوطي

Ali adalah seorang yang jenggotnya besar sekali, bahkan sampai memenuhi kedua pundaknya, putih seperti kain katun (Tarikhul Khulafa’ karya as-Suyuthi 175)

Inilah nukilan tentang jenggotnya 4 khulafa’ rosyidin, padahal Rosul -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda: “Ambillah tuntunanku dan tuntunan para khulafa’ rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah tuntunan-tuntunan itu dengan gigi-gigi geraham kalian”!…

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Sering kita mendengar orang mengatakan: “Kecintaan kepada seseorang belumlah sempurna, kecuali bila ia telah meniru gayanya, dan mendengarkan apa yang diperintahkannya”… Pertanyaannya: Cintakah kita pada Rosululloh -shollallohu alaihi  wasallam-?! Lalu sudahkah kita meniru beliau, dan mendengarkan perintah beliau?!

Sebagaimana banyak orang bangga, ketika meniru gaya olahragawan, artis, atau siapapun yang ia kagumi, mengapa kita tidak bangga, ketika meniru gaya para nabi dan para salaf kita?!… Atau paling tidak, hendaklah kita menghormati saudara seiman kita, yang berusaha menghidupkan salah satu Sunnah Nabi yang mulia ini, yakni sunnah memanjangkan jenggotnya… (bersambung… selanjutnya kita akan bahas bolehkah memendekkan jenggot hingga batas genggaman tangan?)

Jenggot… Haruskah?!   (4)

Memendekkan Jenggot… Bolehkah?

Perlu kami tegaskan lagi di sini, bahwa para ulama salaf telah ijma’ (sepakat) bahwa memendekkan jenggot hingga kurang dari genggaman tangan adalah haram, sebagaimana telah kami singgung di awal tulisan ini.

Yang menjadi khilaf adalah, bolehkah kita memendekkan jenggot sampai batas genggaman tangan?

Ada dua pendapat dalam masalah ini, sebagian ulama mengharamkannya, sedang jumhur (mayoritas) ulama membolehkannya.

Diantara dalil pendapat yang mengharamkan:

Page 18: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

1. Ke-umum-an dalil-dalil yang mewajibkan memelihara jenggot. Dalil-dalil tersebut tidak menerangkan batasan bolehnya memangkas jenggot. Itu menunjukkan bahwa larangan memangkas jenggot itu umum, baik kurang dari genggaman tangan atau lebih darinya.

2. Redaksi perintah memanjangkan jenggot dalam hadits adalah: “ahfuu” “a’fuu” “Arkhuu” “waffiruu” dan “arjuu” atau “arji’uu“, dan kata-kata itu dalam bahasa arab berarti perintah membiarkan jenggot apa adanya, yakni tidak boleh memangkasnya sama sekali. (Lihat Syarah Shohih Muslim, karya Imam Nawawi, hadits no: 260).

3. Tidak ada dalil yang shohih dari sabda maupun perbuatan Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, yang menunjukkan bahwa beliau pernah memangkas jenggotnya. Yang shohih dari beliau hanyalah perintah untuk memanjangkan jenggot saja sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Albani -rohimahulloh-. Padahal kita tahu, setiap perintah dari syari’at itu menunjukkan kewajiban, kecuali ada dalil yang merubahnya. Itu berarti wajib bagi kita membiarkan jenggot apa adanya, dan haram bagi kita memangkasnya.

Sedang diantara dalil pendapat yang membolehkan:

1. Adanya beberapa atsar yang shohih dari sebagian sahabat, yang menunjukkan bolehnya memendekkan jenggot hingga batas genggaman tangan, diantaranya:

) , البخاري أخرجه أخذه فضل فما لحيته على قبض اعتمر أو حج إذا عمر ابن ـ)5892كان

Dahulu Ibnu Umar jika haji atau umroh, ia memegang jenggotnya, lalu memotong yang lebih genggamannya. (HR. Bukhori 5892)

) : داود أبو أخرجه أوعمرة حج في إال السبال نعفي كنا قال الله عبد بن جابر 4201عن , رقم حديث شرح الفتح في حجر ابن الحافظ ـ)5892وحسنه

Jabir bin Abdulloh mengatakan: “Dahulu kami membiarkan apa yang panjang dari jenggot kami, kecuali saat haji atau umroh”. (HR. Abu Dawud 4201, dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar, syarah hadits no 5892)

, : عن فضل ما يأخذ ثم لحيته على يقبض هريرة أبو كان جرير بن زرعة أبي عن ) : الضعيفة. السلسلة مسلم شرط على صحيح وإسناده األلباني قال ـ)13/440القبضة

Dari Abu Zur’ah bin Jarir: “Dahulu Abu Huroiroh memegang jenggotnya, lalu mengambil yang lebih dari genggamannya”. Syeikh Albani mengatakan: Sanadnya shohih sesuai syaratnya Imam Muslim (Silsilah Dloifah 13/441).

) . : قال اللحية يعني وينظفونها جوانبها من يأخذون كانوا النخعي إبراهيم عنإبراهيم: عن صحيح بإسناد اإليمان شعب في والبيهقي شيبة أبي ابن أخرجه األلبانيالضعيفة. السلسلة ـ)13/440النخعي

Ibrohim an-Nakho’i -ulama salaf dari kalangan tabi’in- mengatakan: “Dahulu mereka mengambil sebagian dari pinggir-pinggir jenggot mereka dan membersihkannya”. Syeikh Albani

Page 19: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mengatakan: Atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman dengan sanad yang shohih dari Ibrohim an-Nakho’i. (Silsilah Dlo’ifah 13/440). Dan sebagaimana dikatakan oleh para ulama, Ibrohim an-Nakho’i ini mendapati beberapa sahabat yang masih hidup di masanya.

2. Perbuatan Ibnu Umar itu dilakukannya ketika sedang haji, dan tentunya banyak ulama salaf lain yang melihatnya atau mendengarnya, tapi tidak satupun dari mereka mengingkarinya. Itu menunjukkan bahwa tindakan itu bukanlah hal yang terlarang dalam Islam. Karena jika hal itu terlarang dan bertentangan dengan perintah memanjangkan jenggot, tentunya ada ulama salaf lain yang menasehati atau mengingkarinya, sebagaimana mereka saling menasehati atau mengingkari dalam masalah yang lebih ringan dari ini, selama hal itu dianggap melanggar perintah Rosul -shollallohu alaihi wasallam-.

3. Ibnu Umar adalah sahabat yang terkenal dengan kesungguhannya dalam mengikuti setiap tuntunan Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, bahkan sampai pada hal-hal yang mubah… Dan bila dalam hal yang mubah saja beliau berusaha meniru Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, beranikah beliau melanggar atau meninggalkan perintah memanjangkan jenggot ini… Apalagi diantara yang meriwayatkan perintah memanjangkan jenggot itu juga beliau sendiri… Renungkanlah atsar-atsar berikut ini:

) : أعالم سير عمر ابن من األول لألمر ألزم أحدا رأيت ما عنها الله رضي عائشة عنـ)3/203النبالء

Aisyah r.a. mengatakan: Tidak kulihat seorang pun yang berpegang teguh dengan al-Amrul Awwal (sunnah Rosul) melebihi Ibnu Umar.

: هذا لقلت وسلم عليه الله صلى الله رسول اتبع إذا عمر ابن إلى نظرت لو نافع قالالنبالء. ( أعالم سير ـ)3/203مجنون

Nafi’ mengatakan: Jika kamu melihat Ibnu Umar ketika mengikuti Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, niscaya kamu akan mengatakan: “ini orang gila”.

: حديثا وسلم عليه الله صلى الله رسول من سمع إذا عمر ابن كان الباقر جعفر وقال ) . , النبالء أعالم سير مثله ذلك في أحد يكن ولم ينقص وال يزيد ـ)3/203ال

Ja’far al-Baqir mengatakan: Dahulu Ibnu Umar jika mendengar hadits dari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, ia tidak menambah ataupun menguranginya, dan tidak seorang pun yang (ku lihat) seperti dia.

) واللغات األسماء تهذيب في صلى): 1/279وقال الله رسول آلثار االتباع شديد كان , , صلى الله لرسول المتابعة في نظيره قل مشهورة كثيرة ومناقبه وسلم عليه الله

, واألفعال األقوال من شيء كل في وسلم عليه الله

Imam Nawawi mengatakan: Ibnu Umar adalah orang yang sangat teguh dalam mengikuti jejak-jejak Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, keutamaannya banyak dan masyhur, sedikit orang yang seperti dia dalam mengikuti Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dalam segala

Page 20: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

hal, baik dalam hal mengikuti ucapan maupun perbuatan beliau. (Tahdzibul Asma’ wal Lughot 1/279)

األعيان ( وفيات في عليه): “ 2/234وقال الله صلى الله رسول آلثار االتباع كثير وكان … وكان, نفسه به يأخذ ما وكل فتواه في والتوقي واالحتياط التحري شديد وسلم

” ـ الحج بمناسك الصحابة أعلم

Ibnu Kholikan mengatakan: Ibnu Umar adalah seorang yang banyak mengikuti jejak-jejak Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, ia ektra teliti, hati-hati, dan takut dalam fatwa dan setiap pendapat yang dipilihnya… dia adalah sahabat yang paling tahu tentang manasik haji. (Wafayatul A’yan 2/234)

4. Jika mereka mengatakan: “Kita tidak mengambil pemahaman si perowi hadits (yang membolehkan memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan), tapi yang kita ambil adalah riwayatnya (yang memerintahkan kita membiarkan jenggot apa adanya)”, maka kita katakan: Hal itu bisa dibenarkan, bila keduanya tidak bisa dikompromikan, tapi selama keduanya bisa dikompromikan tanpa dipaksakan, maka hal itu lebih didahulukan, dari pada meninggalkan pemahaman si perowi sama sekali. Fal jam’u aula minat tarjih. (lihat penjelasan Syeikh Albani dalam masalah ini di silsilah dlo’ifah 13/442)

5. Jika mereka berdalil dengan arti bahasa dari “ahfuu” “a’fuu” “Arkhuu” “waffiruu” dan “arjuu” atau “arji’uu“, maka kita katakan: Bukankah Ibnu Umar dan para salaf juga memahami makna bahasa dari kata-kata itu?!… Lalu mengapa ada diantara mereka yang memangkas jenggotnya hingga batas genggaman tangan, sedang para salaf yang lain tidak mengingkarinya?!… Bukankah pahamnya para salaf dalam memahami nash syariat, lebih didahulukan dari pada pemahaman generasi yang datang setelahnya?!

6. Adanya tafsiran dari Sahabat Ibnu Abbas dengan sanad yang shohih, yang menunjukkan bolehnya memendekkan jenggot hingga batas genggaman tangan.

, : ] وأخذ ] الرأس حلق التفث ، تفثهم ليقضوا ثم تعالى قوله في قال أنه عباس ابن عن , , , , من, واألخذ األظفار وقص العانة وحلق اإلبط ونتف الشاربين وأخذ الرأس

: . أخرجه األلباني الشيخ قال والمزدلفة بعرفة والموقف الجمار، ورمي العارضينالضعيفة ( السلسلة صحيح وإسناده جرير ـ)13/441ابن

Dari Ibnu Abbas, ia mengatakan dalam firmannya Alloh ta’ala (yang artinya): “kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran mereka”, maksud dari kata kotoran adalah: menggundul kepala, menyukur kumis, menyabuti bulu ketiak, menggundul rambut kemaluan, memotong kuku, mengambil sebagian dari sisi jenggotnya, melempar jamarot, dan berwukuf di arofah, dan mabit di Muzdalifah. (Syeikh Albani mengatakan, atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Jarir, dan sanadnya shohih. Lihat di silsilah dlo’ifah 13/441)

Tafsiran pakar tafsir dari generasi Sahabat ini, juga disebutkan oleh pakar tafsir dari generasi Tabi’in, diantaranya Mujahid dan Muhammad bin Ka’b al-Qurozhi:

Page 21: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

ليقضوا ] ثم تعالى قوله في مجاهد ,  عن : وقص[ العانة وحلق الرأس، حلق قال تفثهم . : . , , صحيح, سنده األلباني قال اللحية وقص الجمار ورمي الشارب وقص األظفار

الضعيفة( ـ)13/441السلسلة

Dari Mujahid, dalam firman-Nya (yang artinya): “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran mereka”, ia mengatakan: (maksudnya adalah) menggundul kepala, menggundul rambut kemaluan, memotong kuku, menyukur kumis, melempar jamarot, dan memendekkan jenggot“. (Syeikh Albani mengatakan: Sanadnya shohih. Lihat di silsilah dlo’ifah 13/441)

: ,] [ : رمي قال تفثهم ليقظوا ثم اآلية هذه في يقول كان القرظي كعب بن محمد عن, , , بالبيت, والطواف واألظفار واللحية الشاربين من وأخذ الذبيحة وذبح الجمار

) : . الضعيفة السلسلة عنه جيد بسند جرير ابن أخرجه األلباني قال والمروة وبالصفاـ)13/441

Muhammad bin Ka’b al-Qurazhi dahulu menafsiri ayat ini (yang artinya): “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran mereka” ia mengatakan: (maksudnya adalah) melempar jamarot, menyembelih sembelihan, mengambil sebagian dari kumis, jenggot, dan kuku, thowaf di ka’bah, dan sa’i di shofa dan marwa. (Syeikh Albani mengatakan: Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid)

7. Dalil pendapat pertama adalah dalil umum, sedang dalil pendapat kedua adalah dalil khusus, dan dalam kaidah ushul fikih dikatakan: bahwa dalil umum harus dimaknai sesuai dengan petunjuk dalil khusus. Sehingga maksud dari perintah umum memanjangkan jenggot itu adalah kewajiban memanjangkan jenggot hingga batas genggaman tangan, dan apa yang lebih dari genggaman, boleh dipotong sebagaimana ditunjukkan oleh dalil khusus dari para ulama’ salaf, wallohu a’lam.

Dengan pemahaman ini, kita akan bisa mengompromikan nash-nash perintah memanjangkan jenggot, dengan pemendekan jenggot hingga batas genggaman yang dilakukan oleh para salaf kita, sehingga tidak ada pertentangan antara keduanya.

8. Inti dari dalil pendapat pertama adalah: menuntut kita untuk mendatangkan dalil bolehnya memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan, dan Alhamdulillah kita telah mendatangkan dalil-dalil tersebut.

Meski tidak ada dalil dari sabda dan perbuatan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, tapi bukankah tindakan dan kesepakatan para sahabat beliau, cukup untuk menunjukkan bolehnya memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan?!

Bukankah imam empat sepakat, bahwa pendapat para sahabat pada masalah yang tidak ada khilaf diantara mereka, itu bisa dijadikan hujjah (dalil), selama tidak ada dalil dari Kitab maupun Sunnah?!

Dan bukankah pendapatnya para sahabat beliau lebih kuat, dari pada pendapatnya generasi setelah mereka yang menyelisinya?!

Page 22: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

9. Jika ada yang mengatakan: Perbuatan Ibnu Umar hanya dilakukan ketika haji, mengapa kita jadikan dalil untuk membolehkannya secara mutlak, tanpa batasan waktu haji?! Maka kita katakan: “Jika waktu haji saja boleh, maka waktu yang lainnya lebih dibolehkan”, sebagaimana dikatakan oleh para ulama. Ibnu Abdil Barr mengatakan:

من األخذ جواز على دليل الحج في لحيته آخر من عنهما الله رضي عمر ابن أخذ وفي ) . , االستذكار الحج في جاز ما جائز غير كان لو ألنه الحج غير في ـ)13/116اللحية

Perbuatan Ibnu Umar r.a. yang memotong ujung jenggotnya ketika haji, merupakan dalil bolehnya memotong sebagian jenggot di luar haji, karena jika di luar haji hal itu tidak boleh, tentunya hal itu tidak dibolehkan juga ketika haji. (Alistidzkar 13/116)

Bisa juga dikatakan: Jika perbuatan Ibnu Umar ini, hanya bisa dijadikan dalil untuk membolehkan memangkas jenggot hingga batas genggaman ketika haji saja, maka atsar dari Abu Huroiroh dan an-Nakho’i, bisa kita gunakan untuk dalil bolehnya memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan di waktu lainnya, wallohu a’lam.

10. Terakhir, kami akan sebutkan di sini dalil yang menurut pandangan penulis lemah, tapi tidak mengapa bila diikutkan dengan dalil-dalil yang telah lalu.

a. Sebagian orang, ada yang jenggotnya terlalu subur, hingga pertumbuhnya cepat dan panjangnya di luar batas kewajaran, hingga sangat memberatkan dirinya dalam menjalankan kewajiban ini, dan ini tidak selaras dengan dasar-dasar ajaran Islam yang mudah dan tidak memberatkan. Dalam biografinya Dhiya’ bin Sa’d bin Muhammad bin Utsman al-Qozwini al-Afifi (wafat 780 H) dikatakan:

, , , ركب وإذا كيس في وهي إال ينام وال قدميه إلى يصل بحيث طويلة لحيته وكانت ) . الرجال أسماء في الحجال درة فرقتين للسيوطي), ( 3/37تتفرق الوعاة ـ)2/14بغية

Dahulu jenggotnya panjang, hingga sampai di kedua kakinya, ia tidak tidur melainkan jenggotnya dimasukkan ke tempat pembungkus, dan jika naik (tunggangan) jenggotnya dibelah menjadi dua. (Durrotul Hijal fi Asma’ir Rijal 3/73) (Bughyatul Wu’ah lis Suyuthi 2/14).

b. Diantara hikmah disyariatkannya memanjangkan jenggot -sebagaimana disebutkan oleh para ulama- adalah karena ia merupakan penghias bagi laki-laki, dan bila jenggot dibiarkan apa adanya, hingga panjangnya menjadi tidak wajar, maka ia tidak lagi menjadi penghias, tapi sebaliknya akan menjadikan pemandangan kurang pantas. Dan tentunya hal ini tidak sesuai dengan hikmah yang ada.

c. Diantara alasan memanjangkan jenggot adalah, menyelisihi kaum ahli kitab, musyrikin, dan majusi, yang menipiskan atau bahkan menggundul jenggotnya. Dan hal itu sudah terlaksana bila kita memanjangkan jenggot ini hingga batas genggaman tangan, wallohu a’lam.

Melihat dalil-dalil yang ada, penulis -yang sedikit ilmu ini- lebih condong ke pendapat kedua, yakni bolehnya memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan, sebagaimana dilakukan oleh para salafush sholih, wallohu a’lam.

Page 23: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Akhirnya, kami akan tutup pembahasan ini, dengan menukil perkataan para imam empat yang memilih pendapat kedua ini. Kami sebutkan pendapat para imam ini, agar kita tahu bahwa khilaf yang ada dalam masalah ini, datangnya itu belakangan, yakni dari para pengikut madzhab, bukan dari para imam tersebut… Sungguh para Imam Empat telah sepakat tentang haramnya menggundul jenggot… Mereka juga telah sepakat tentang bolehnya memangkas jenggot hingga batas genggaman tangan. Berikut kami nukilkan perkataan mereka:

1. Imam Abu Hanifah

: - الهيثم - عن حنيفة أبو أخبرنا الله رحمهما حنيفة أبي صاحب الحسن بن محمد قال. : القبضة تحت ما يقص ثم لحيته على يقبض كان أنه عنهما الله رضي عمر ابن عن

) . , : اآلثار حنيفة أبي قول وهو نأخذ وبه محمد الهداية 900قال شرح العناية ـ)3/308،

Muhammad ibnul Hasan mengatakan: Imam Abu Hanifah mengabarkan kepada kami, dari al-Haitsam, dari Ibnu Umar r.a.: Sesungguhnya dia (Ibnu Umar) dulu memegang jenggotnya, lalu memangkas yang di bawah genggamannya. Muhammad (ibnul Hasan) mengatakan: Dengannya kami berpendapat, dan inilah pendapatnya (Imam) Abu Hanifah.  (al-Atsar 900, al-Inayah Syarhul Hidayah 3/308)

2. Imam Malik

: ! : منها يؤخذ أن أرى قال تطول؟ ما اللحى من فإن جدا طالت فإذا لمالك قيلحج… في لحيته من قصر إذا كان عمر بن أن نافع عن عمر بن الله عبيد وروى ر وتقص�

االستذكار ( القبضة من خرج ما طرفها من ويأخذ عليها يقبض عمرة ـ)27/65أو

Imam Malik pernah ditanya: “Bagaimana jika jenggot itu panjang sekali, karena ada jenggot yang bisa panjang (sekali)?!” Imam Malik menjawab: “Aku berpendapat untuk diambil dan dipendekkan sebagiannya… dan Imam malik meriwayatkan dari Ubaidulloh bin Umar, dari Nafi’: bahwa sesungguhnya Ibnu Umar dahulu jika memendekkan jenggotnya saat haji atau umroh, ia memegang jenggotnya, dan memotong yang keluar dari genggamannya. (Alistidzkar 27/65)

: روى الذي وهو اللحية من األخذ في عنه ذكرناه ما عمر بن عن صح قد عمر أبو قالبما أعلم وهو اللحى وإعفاء الشوارب بإحفاء أمر أنه وسلم عليه الله صلى النبي عن

االستذكار ( ـ)27/66روى

Abu Umar (Ibnu Abdil Barr) mengatakan: Telah (datang dengan sanad yang) shohih dari Ibnu Umar tentang (bolehnya) mengambil sebagian dari jenggot, dan dia juga yang meriwayatkan dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bahwa beliau memerintah untuk menyukur tipis kumis dan memanjangkan jenggot, dan (tentunya) dia lebih tahu dengan apa yang diriwayatkannya. (Alistidzkar 27/66)

3. Imam Syafi’i

, , فال يفعل لم وإن لله شيئا شعره من يضع حتى وشاربه لحيته من أخذ لو إلي وأحب ) . , األم اللحية في ال الرأس في هو إنما النسك ألن عليه ـ)2/2032شيء

Page 24: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Imam Syafi’i mengatakan: Aku lebih senang jika ia (orang yang bermanasik, yakni ketika tahallul) mengambil sebagian dari jenggot dan kumisnya, sehingga ia meletakkan sebagian dari rambutnya karena Alloh. Tapi jika ia tidak melakukannya, maka tidak apa-apa, karena yang menjadi amalan manasik adalah menyukur rambut yang di kepala, bukan yang di jenggot. (al-Umm 2/2032)

, : على قبض ربما وكان الله رحمه الشافعي من وجها أحسن رأيت ما المزني قال ) . النبالء أعالم سير قبضته عن يفضل فال ـ)10/11لحيته

Al-Muzani mengatakan: Aku tidak melihat ada orang yang lebih tampan wajahnya dari Imam Syafi’i -rohimahulloh-, dan terkadang ia mengenggam jenggotnya, lalu ia tidak menambah lebih dari genggamannya. (Siyaru A’lamin Nubala’ 10/11)

4. Imam Ahmad

: : من يأخذ قال عارضيه؟ من يأخذ الرجل عن أحمد سألت قال هانئ بن إسحاق عن“ : . أحفوا وسلم عليه الله صلى النبي فحديث قلت القبضة عن فضل ما اللحية

. , : ” الله عبد أبا ورأيت حلقه تحت ومن طولها من يأخذ قال ؟ اللحى وأعفوا الشوارب ) . الجامع كتاب من الترجل كتاب حلقه تحت ومن طولها من ـ)114-113يأخذ

Ishaq bin Hani’ mengatakan: Aku telah bertanya kepada (Imam) Ahmad, tentang orang yang mengambil sebagian dari sisi jenggotnya? Beliau menjawab: “Boleh baginya mengambil sebagian dari jenggotnya, apa yang melebihi genggamannya”. Aku bertanya lagi: Lalu bagaimana dengan hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam- yang berbunyi: “Potong tipislah kumis, dan biarkan jenggot apa adanya!”. Beliau menjawab: “Boleh baginya mengambil dari panjangnya dan dari bawah langit-langit mulutnya”. (Ishaq mengatakan:) Dan aku telah melihat (sendiri) Abu Abdillah (yakni Imam Ahmad) mengambil jenggotnya dari sisi panjangnya dan dari bawah langit-langit mulutnya. (Kitabut Tarojjul dari Kitabul Jami’ 113-114)

Para pembaca yang dirahmati Alloh…

Terakhir, kami ingin mengingatkan lagi kepada para pembaca, khususnya yang sudah mengamalkan Sunnah Rosul ini dengan sabda-sabda berikut:

) داود أبو رواه فليكرمه شعر له كان ) 4163من عون, في قال ـ األلباني وصححه , , فإن: متفرقا يتركه وال والترجيل والتدهين بالغسل ولينظفه فليزينه أي المعبود

محبوب المنظر وحسن النظافة

” Barangsiapa mempunyai rambut, maka hendaklah ia menghormatinya” (HR. Abu Dawud 4163, dan dishohihkan oleh Albani). Pengarang kitab Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Dawud mengatakan: maksudnya adalah “maka baguskanlah rambut itu, dan bersihkanlah dengan mencucinya, meminyakinya, dan menyisirnya, dan janganlah ia biarkan kumal, karena sesungguhnya kebersihan dan bagusnya penampilan itu disukai”

, : أجد حتى يجد ما بأطيب وسلم عليه الله صلى النبي أطيب كنت قالت عائشة عنولحيته رأسه في الطيب وبيص

Page 25: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Aisyah mengatakan: Aku dulu biasa memarfumi Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dengan minyak terbaik yang ada, hingga aku lihat kilatan minyak itu di kepala dan jenggot beliau. (HR. Bukhori 5923)

, : قد شعثا رجال فرأى وسلم عليه الله صلى الله رسول أتانا الله عبد بن جابر عن ) ! : , داود أبو رواه شعره؟ به يسكن ما هذا يجد كان أما فقال شعره وصححه, 4062تفرق

ـ) األلباني

Jabir  bin Abdulloh mengatakan: Suatu hari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- mendatangi kami, maka ketika melihat orang yang rambutnya kusut tidak teratur, beliau mengatakan: “Apa orang ini tidak punya sesuatu yang bisa membuat rapi rambutnya”

Intinya, Rawatlah rambut kita, baik rambut kepala maupun rambut jenggot , dengan membersihkannya, meminyakinya, menyisirnya, dan lain sebagainya. Karena itu termasuk adab-adab islami yang dituntunkan oleh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-.

Sekian tulisan ini, dan mohon maaf jika terlalu panjang. Tidak lain, penulis hanya ingin memberikan manfaat kepada diri sendiri dan juga para pembaca… semoga kita bisa mengamalkan ilmu yang kita dapatkan… amin. (Bersambung… Syubhat-Syubhat seputar Jenggot)

Jenggot… Haruskah? (5,   terakhir)

Syubuhat Seputar  Jenggot

1. Bukankah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- mengaitkan perintah memelihara jenggot itu dengan perintah menyelisihi Kaum Yahudi?!.. Dan karena di era ini, ada beberapa Kaum Yahudi yang memanjangkan jenggotnya, mengapa kita tidak memotong jenggot agar kita menyelisihi mereka?

Ada banyak jawaban untuk syubhat ini, diantaranya:

a. Mereka yang memanjangkan jenggotnya hanya sebagian kecil saja, mayoritasnya tetap tidak memelihara jenggot. Padahal kita tahu, bahwa hukum standar untuk kelompok tertentu, itu didasarkan pada perbuatan seluruh atau mayoritas individunya, bukan pada perbuatan sebagian kecilnya. Ini menunjukkan bahwa perintah menyelisihi mereka dengan memanjangkan jenggot masih sesuai dengan kenyataan yang ada.

b. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- tidak hanya mengaitkannya dengan perintah menyelisihi Kaum Yahudi, tapi juga mengaitkannya dengan perintah menyelisihi Kaum Musyrikin, Kaum Majusi, dan Kaum Nasrani. Dan kita tahu, kebanyakan dari mereka sampai saat ini, masih memangkas habis jenggotnya.

c. Dua perintah beliau ini, (yakni perintah memanjangkan jenggot dan perintah menyelisihi Kaum Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Musyrikin), adalah dua perintah yang berdiri sendiri-sendiri,

Page 26: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

dan dua-duanya harus dijalankan semuanya. Sehingga kita tidak boleh menyelisihi mereka, jika konsekuensinya harus meninggalkan perintah untuk memanjangkan jenggot, wallohu a’lam.

Lalu apa dalil bahwa dua perintah ini berdiri sendiri-sendiri?

Dalilnya adalah banyaknya  perintah dari Alloh dan Rosul-Nya untuk menyelisihi mereka tanpa dibarengi perintah memanjangkan jenggot. Sebaliknya, ada juga perintah memanjangkan jenggot tanpa dibarengi perintah menyelisihi mereka. Perhatikanlah nash-nash berikut:

( مسلم ( رواه ي�ة اللdح اء� إ�عف� و� ار�ب� و� الش] اء� ف� ب�إ�ح ر� م�أ� وسلم� عليه الله صلى الله رسول zأ�ن

Sesungguhnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- telah menyuruh menyukur tipis kumis dan memanjangkan jenggot. (HR. Muslim)

) , : شيبة أبي ابن مصنف الشارب من ونأخذ السبال نوفي أن نؤمر كنا الزبير أبي عن5/25504(

Abuz Zubair mengatakan: “Dahulu kami (para sahabat) diperintah untuk memanjangkan jenggot, dan menyukur kumis”. (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 5/25504)

: , وا ال�ف� و�خ� وا ر� dف و�ص� وا ر� dم ح� ار� �نص� األ ر� عش� م� ي�ا والسالم الصالة عليه قال أمامة أبي عن … … وا ال�ف� و�خ� انت�ع�ل�وا و� وا ف� ف] ت�خ� ف� الك�ت�اب� أ�هل� وا ال�ف� و�خ� وا ائت�ز�ر� و� ل�وا و� ر ت�س� الك�ت�اب� أ�هل�

( الصحيحة ( في واأللباني الفتح في الحافظ حسنه الك�ت�اب� أ�هل�

Dari Abu Umamah, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Wahai Kaum Anshor, semirlah (uban) dengan warna merah dan kuning, selisihilah Kaum Ahli Kitab… Pakailah celana dan sarung, selisihilah Kaum Ahli Kitab… Ringankanlah dan pakailah alas kaki, selisihilah Kaum Ahli Kitab… (Hadits ini dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di Fathul Bari 10/254, dan Albani di Silsilah Shohihah, hadits no: 1245)

Lihatlah… Pada hadits pertama dan kedua, ada perintah memanjangkan jenggot, tanpa dibarengi perintah menyelisihi kaum Ahli Kitab… Sedang pada hadits ketiga, ada banyak perintah menyelisihi kaum Ahli Kitab, tanpa dibarengi perintah memanjangkan jenggot. Ini menunjukkan bahwa kedua perintah itu berdiri sendiri-sendiri, dan harus dikerjakan semuanya… Dan ketika dua perintah itu berkumpul pada satu amalan, maka itu lebih menguatkan petunjuk wajibnya amalan itu, sebagaimana terjadi pada masalah memanjangkan jenggot ini, wallohu a’lam.

d. Perintah menyelisihi mereka adalah khusus pada hal-hal yang menyelisihi fitrah dan Syariat Islam, jika pada keadaan tertentu mereka kembali pada fitrahnya dan sesuai Syariat Islam, maka kita tidak diperintahkan menyelisihinya.

Banyak contoh dalam masalah ini:

1. Jika mereka pada masa-masa tertentu, menjadi jujur dan amanah, bahkan melebihi kaum muslimin, bolehkah kita bohong dan berkhianat dengan dalih menyelisihi mereka?!

Page 27: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

2. Jika di saat ini, banyak dari mereka yang menghargai waktu, bahkan melebihi kaum muslimin, apa kita diperintah menyelisihinya?!

3. Jika suatu saat, mereka lebih memperhatikan kebersihan lingkungan melebihi kaum muslimin, apa kita dibolehkan mengumuhkan lingkungan kita, karena ingin menerapkan perintah menyelisihi mereka?!… dan selanjutnya anda bisa meneruskan sendiri contoh-contoh yang lain.

2. Bukankah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menyabdakan, memelihara jenggot itu termasuk fitrah sebagaimana siwakan, istinsyaq (membersihkan hidung dengan memasukkan air ke dalamnya), dan mencabuti bulu ketiak? Dan karena siwakan, istinsyaq dan mencabuti bulu ketiak itu hukumnya sunat, itu menunjukkan memelihara jenggot juga hukumnya sunat.

Banyak jawaban dari syubhat ini, diantaranya:

a. Maksud kata fitrah di sini, sebagaimana dikemukakan oleh para penyarah hadits, adalah: “Sunnah (tuntunan) yang dipilih oleh para Nabi terdahulu, yang seluruh ajaran langit sepakat dengannya, karena ia memang sesuai dengan tabiat asal manusia”. Anda bisa merujuk keterangan ini di kitab (an-Nihayah fi Ghoribil Hadits, karya Ibnul Atsir, hal: 710), (Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori, hadits no: 5889), (al-Majmu’ syarhul Muhadzdzab, karya Imam Nawawi 1/338 ), (Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi, hadits no: 2756).

Intinya, karena yang dimaksud dengan kata fitrah adalah ajaran seluruh Nabi yang sesuai dengan tabiat asal manusia, maka ia ada yang wajib, ada juga yang sunat… Bukankah khitan hukumnya wajib, meski beliau memasukkannya dalam fitrah sebagaimana hadits berikut?!

: ن م� مس_ خ� وأ� مس_ خ� ة� طر� الف� ال� ق� ل]م� و�س� ع�ل�يه� الل]ه� ل]ى ص� dالن]ب�ي ع�ن ة� ير� ر� ه� ب�ي

أ� ع�نار�ب�: الش] gو�ق�ص �ب�ط� اإل ن�تف� و� ار� �ظف� األ ل�يم� ت�ق و� د�اد� ت�ح س و�اال� ت�ان� الخ� ة� طر� ( الف� متفق

ـ) عليه

Dari Abu Huroiroh r.a., bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Fitroh itu lima”, atau dengan redaksi “Lima diantara fitroh“: khitan, istihdad, memotong kuku, mencabut (bulu) ketiak, dan memotong kumis. (Muttafaqun Alaih)

b. Imam al-Mawardi yang bermadzhab syafi’i juga telah menjawab syubhat ini:

: : ت�ع�ال�ى الل]ه� ال� ق� ، الدdين� ة� طر� الف� أ�ن] و� ه� ف� ة�، طر� الف� م�ن� ر_ ع�ش ل�ه� و ق� ع�ن و�اب� الج� ا م]أ� و�

: [ وم� gالر ا ع�ل�يه� الن]اس� ف�ط�ر� ال]ت�ي الل]ه� ة� . 30ف�طر� ا[ و�م� ع�ل�يه� ه�م ف�ط�ر� ال]ذ�ي م� د�ين�ه� ي�عن�يب�غ�ير� ب� الو�اج� ت�ر�ن� ي�ق د ق� �ن]ه� أل� ا، ه� كم� ح� ف�ي �ن]ه� أ ع�ل�ى gي�د�ل ال� ب�ات� الو�اج� غ�ير� م�ن ب�ه� ن� ر� ق�

: ) : �نع�ام� األ اد�ه� ص� ح� ي�وم� ه� ق] ح� آت�وا و� ر� �ثم� أ إ�ذ�ا ر�ه� ث�م� م�ن ك�ل�وا ت�ع�ال�ى ال� ق� ا ك�م� ، ب� )141و�اج�

Adapun jawaban dari hadits “Sepuluh hal yang termasuk fitroh“, maka (jawabannya adalah), bahwa yang dimaksud dengan kata fitroh di sini adalah agama, sebagaimana dalam firman Alloh ta’ala: “Itulah fitroh yang manusia diciptakan atasnya” (Surat ar-Rum: 30), maksudnya adalah agama yang mereka diciptakan atasnya. Adapun hal-hal tidak wajib lainnya yang disebutkan bersamanya, itu tidak menunjukkan bahwa hal itu seperti hukumnya, karena kadang sesuatu

Page 28: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

yang wajib digandengkan dengan sesuatu yang tidak wajib, sebagaimana dalam firman-Nya: “Makanlah dari buahnya saat ia berbuah, dan tunaikanlah kewajiban (zakat)-nya saat panennya”. (Surat al-An’am: 141)

Intinya istidlal seperti di atas, adalah istidlal dengan dalalah iqtiron, dan sebagaimana disepakati oleh para ulama, hasil hukum yang diambil dari dalalah iqtiron itu sangatlah lemah, apalagi jika ia bertentangan dengan Nash Alqur’an, Hadits, dan Ijma’nya para ulama salaf.

3. Bukankah ada beberapa ulama terdahulu yang mengatakan bahwa memangkas habis jenggot, itu hukumnya makruh?

Jawaban: Memang ada beberapa ulama terdahulu yang mengatakan demikian, tapi kita harus beri catatan di sini, bahwa istilah makruh secara bahasa berarti: Sesuatu yang dibenci.

Dan dalam ucapan ulama salaf, istilah makruh ini memiliki dua kemungkinan: Ada yang makruh tahrim (yakni sesuatu yang dibenci dan sampai pada derajat haram), dan ada yang makruh tanzih (yakni sesuatu yang dibenci, tapi tidak sampai pada derajat haram). Hal ini sudah banyak disinggung oleh pakar ilmu ushul fikih, diantaranya:

عنه تعالى الله رضي أحمد اإلمام كالم في كثير وهو الحرام، على المكروه ويطلق ” “ : . مان محر] وهما المقابر في والصالة المتعة أكره كالمه ومن المتقدمين من وغيره

Istilah makruh bisa dipakai untuk sesuatu yang diharamkan, istilah (makruh tahrim) ini banyak terdapat dalam perkataan Imam Ahmad -semoga Alloh meridloinya- dan banyak ulama terdahulu yang lainnya. Diantara perkataan Imam Ahmad adalah: “Aku me-makruh-kan nikah mut’ah dan sholat di pemakaman” padahal kedua hal ini adalah haram di dalam madzhabnya. (Syarah Kaukabul Munir 1/419)

Bahkan Ibnul Qoyyim mengatakan:

: ] أتباع] من المتأخرين من كثير غلط وقد قلت المحرم على الكراهة لفظ يطلق قدوأطلقوا التحريم، لفظ إطالق عن األئمة ع تور] حيث ذلك، بسبب أئمتهم على األئمة

سهل ثم الكراهة، األئمة عليه أطلق عما التحريم المتأخرون فنفى الكراهة، لفظبه وتجاوز التنزيه، على بعضهم فحمله عليهم، مؤنته وخفت الكراهة، لفظ عليهم

غلط بسببه فحصل تصرفاتهم؛ في جدا كثير وهذا األولى، ترك كراهة إلى آخروناألئمة وعلى الشريعة على عظيم

Istilah makruh kadang dipakai untuk sesuatu yang diharamkan. Aku mengatakan: Sungguh, karena sebab ini, banyak para pengikut Imam Madzhab yang salah dalam menafsiri perkataan Imam mereka. Karena para Imam itu sangat wira’i dalam menggunakan istilah haram, sehingga mereka menggantinya dengan istilah makruh. Lalu setelah itu, mereka yang datang belakangan menafikan hukum haram pada apa yang dikatakan makruh oleh para imam itu. Kemudian (seiring perjalanan waktu), istilah makruh itu menjadi mudah dan ringan bobotnya bagi mereka, maka sebagian mereka memaknai istilah (makruh tahrim) itu dengan makruh tanzih, bahkan sebagian yang lain memaknainya dengan makruh tarkul aula, dan ini sangat banyak sekali dalam

Page 29: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

perkataan-perkataan mereka, sehingga karena sebab ini, terjadilah kesalahan yang fatal dalam (memahami) syariat dan perkataan para Imam itu. (I’lamul Muwaqqi’in 1/39)

Jika kita tahu, bahwa istilah makruh yang ada dalam perkataan ulama’ terdahulu, bisa berarti haram, dan bisa berarti makruh, lalu bagaimana kita mengetahui maksud perkataan imam tersebut? Diantara jawabannya adalah, dikembalikan kepada dalil atau illat yang dipakai oleh imam tersebut dalam menghukumi sesuatu tersebut. Jika dalilnya atau illat-nya menunjukkan keharaman, maka maksud dari istilah makruh itu adalah makruh tahrim, begitu pula sebaliknya, jika dalil atau illat-nya tidak sampai pada derajat haram, maka maksud dari istilah makruh itu adalah makruh tanzih, wallohu a’lam.

Dan karena dalil-dalil dari Alqur’an, Hadits, dan Ijma’ menunjukkan haramnya menggundul jenggot, maka yang dimaksud mereka dengan istilah makruh di sini adalah makruh tahrim, yakni makruh yang diharamkan. Sebagaimana istilah ini digunakan dalam Alqur’an dalam ayat berikut ini:

مكروها ربك عند سيئه كان ذلك gكل

Semua itu adalah kejahatan yang makruh (dibenci) di sisi Tuhanmu

Kita tahu sebelum ayat ini Alloh menyebutkan: Larangan menyekutukan Alloh, larangan durhaka kepada orang tua, larangan memubadzirkan harta, larangan membunuh anak dan jiwa, larangan mendekati zina, larangan memakan harta anak yatim secara zholim dll… lalu Alloh menutup larangan-larangan tersebut dengan ayat di atas, yang intinya mengabarkan kepada para hamba-Nya, bahwa semua yang dilarang itu termasuk sesuatu yang makruh, yakni makruh yang diharamkan (makruh karohah tahrimiyyah).

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- juga bersabda:

به إال يحلف أن يكره الله فإن واصدقوا، وبروا، بالله، احلفوا

Bersumpahlah dengan nama Alloh, penuhilah sumpah itu, dan lakukanlah dengan tulus, karena Alloh memakruhkan (membenci) sumpah kecuali dengan (nama)Nya

Dan kita tahu bersumpah dengan selain namanya adalah haram, tapi dihadits ini dipakai istilah makruh untuk menyebut keharaman tersebut.

4. Memotong jenggot untuk tujuan dakwah.

a. Cukuplah kaidah al-ghooyatu la tubarrirul wasiilah sebagai jawabannya. Intinya tujuan yang mulia tidaklah dapat menghalalkan cara yang haram untuk meraihnya. Sebagaimana kita tidak boleh menafkahi keluarga dengan jalan mencuri, kita juga tidak boleh berdakwah dengan mencukur jenggot.

b. Ridhonnas ghoyatun la tudrok = Kerelaan seluruh manusia adalah tujuan yang tak mungkin dicapai. Bahkan sebaik apapun kita, pasti ada saja yang memusuhi. Bukankah Nabi -shollallohu

Page 30: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

alaihi wasallam- memiliki akhlak yang sangat mulia, tapi tetap saja banyak manusia yang memusuhinya. Oleh karena itu, kita dituntut untuk sesuai dengan syariat, bukan untuk meraih kerelaan manusia.

Memang, kita dituntut untuk sebisa mungkin membawa dakwah ini, agar disenangi masyarakat, tapi hal itu hanya terbatas pada sesuatu yang tidak dilarang oleh syariat.

c. Diterimanya suatu dakwah, adalah harapan yang belum pasti kita raih, sedangkan memotong jenggot sudah pasti akan dilakukan dan jelas haramnya. Bagaimana kita mendahulukan sesuatu yang belum pasti, dan tidak menghiraukan sesuatu yang sudah pasti?! Bukankah “al-yaqiinu la yazuulu bisy syakk” = suatu keyakinan (kepastian) tidak boleh ditinggalkan karena keraguan… Dan pada keadaan seperti ini, bisa jadi akhirnya kita tidak mendapatkan dua-duanya, dakwah kita tetap tidak diterima, dan kewajiban memelihara jenggot juga tidak kita lakukan.

d. Dalam berdakwah, kita harus memperhatikan prioritas amalan. Kita harus tahu, mana yang wajib, dan mana yang tidak wajib. Mana yang menjadi tanggung jawab kita, dan mana yang bukan tanggung jawab kita.

Pada contoh kasus ini, kita dihadapkan pada tiga pilihan: memelihara jenggot, berdakwah dan diterimanya dakwah. Kita harus tahu hukum masing-masing. Memelihara jenggot adalah fardlu ain (kewajiban setiap muslim), berdakwah adalah fardlu kifayah (kewajiban sebagian muslim), sedang diterimanya dakwah bukan kewajiban, bahkan dia bukan tanggung jawab kita.

Maka, jika kita mampu mengusahakan tiga-tiganya, maka itulah yang terbaik. Jika itu tidak memungkinkan, maka paling tidak kita melakukan yang wajib, yakni memelihara jenggot dan berdakwah. Jika itu masih tidak memungkinkan, maka paling tidak kita mendahulukan yang farlu ‘ain, dari pada yang fardlu kifayah. Wallohu a’lam.

5. Ada orang yang menggundul jenggotnya, tapi lebih bagus akhlaknya dari pada orang yang memelihara jenggotnya. Oleh karena itu, tidak usah lah kita terlalu mempermasalahkan hal ini.

Ini adalah dalil yang sangat lemah, karena hanya berdasar logika tanpa dalil syariat. Oleh karenanya gampang sekali dijawab. Diantara jawabannya:

a. Kita bisa balik perkataan di atas, dengan mengatakan: “Ada juga -bahkan sangat banyak- orang yang memelihara jenggot, yang akhlaknya jauh lebih bagus, dari orang yang tidak memanjangkan jenggotnya”. Bukankah Rosul -shollallohu alaihi wasallam- dulu berjenggot?!… Adakah orang yang lebih bagus akhlaknya dari beliau?!… Belum lagi para sahabat beliau dan para imam, bukankah mereka dulu berjenggot?!…

b. Ketika kita mengatakan wajibnya berjenggot, bukan berarti kita tidak menganjurkan akhlak yang baik. Keduanya merupakan Syariat Islam yang suci dan mulia. Makanya kita katakan: “Orang yang akhlaknya bagus tapi tidak berjenggot, maka akan lebih baik lagi bila ia memelihara jenggotnya”, dan sebaliknya “Orang yang berjenggot tapi akhlaknya tidak baik, maka akan lebih baik lagi bila ia menerapkan akhlak yang mulia”.

Page 31: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

c.  Insan muslim yang melakukan satu Syariat Islam, tentunya lebih baik, daripada orang yang sama sekali tidak melakukan syariat islam. Oleh karena itu, orang yang berjenggot meski belum mampu membaikkan akhlaknya, itu masih lebih bagus dari pada orang yang menggundul jenggotnya dan akhlaknya buruk.

d. Baik dan tidaknya akhlak, seringkali merupakan suatu yang relatif, dan dipengaruhi oleh sikon, standar si penilai, dan adat kebiasaan masyarakat,  sehingga kurang bisa dijadikan standar baku untuk menilai tingkah laku seseorang. Ditambah lagi, Seorang muslim itu dituntut untuk berakhlak kepada Alloh dan kepada sesama. Dan terkadang, ketika ia harus mendahulukan akhlak kepada Alloh, -misalnya ketika mengingkari kemungkaran yang ia lihat-, orang-orang mengira ia kurang berakhlak kepada sesama, padahal kadang hal itu merupakan keharusan bagi dia.

e. Jika logika di atas benar, bagaimana jika keadaannya seperti ini:

- Ada orang yang sukanya mabuk, tapi akhlaknya kepada orang luar biasa bagus, disamping sifatnya yang sangat dermawan. Apa kita tidak mempermasalahkan tindakan mabuknya?!

- Jika ada orang yang males sholat lima waktu, tapi akhlaknya mulia, dan sering membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan. Apa kita tidak mengingatkannya untuk melaksanakan kewajibannya sholat lima waktu?!

- Jika ada orang yang akhlaknya dan sosialnya sangat bagus, tapi sering bermain judi. Apa kita tidak mempermasalahkan permainan judinya?!… Dan masih sangat banyak contoh-contoh lainnya…

Intinya, memanjangkan jenggot itu bukanlah seluruh Islam, sebagaimana akhlak yang mulia, juga bukan seluruh islam. Keduanya merupakan bagian dari Ajaran Islam… Sehingga bisa jadi orang yang memelihara jenggot itu meninggalkan syariat islam yang lain, begitu pula orang berakhlak mulia, bisa jadi mereka meninggalkan syariat islam yang lain… Dan kita disini, hanya membicarakan salah satu syariat islam yang wajib saja, yakni memelihara jenggot…

f. Sebagaimana kita diperintah untuk mengingkari orang yang meninggalkan sholat wajib lima waktu, kita juga diperintah untuk mengingkari orang yang meninggalkan kewajiban memanjangkan jenggot. Karena keduanya sama-sama diwajibkan, meski derajat wajibnya tidak sama… Itulah bentuk kasih sayang seorang muslim kepada saudaranya, karena ia tidak ingin saudaranya jatuh dalam kemaksiatan, sehingga mendapat siksaan yang pedih dari-Nya.

g. Jika kita tidak mempermasalahkan hal ini, padahal ia adalah kewajiban yang ditinggalkan dan keharaman yang banyak dilakukan, maka kapan kita akan amar ma’ruf nahi munkar?!…

Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menyabdakan, bahwa sedikit demi sedikit Syariat Islam itu akan terkikis. Dan diantara sebabnya adalah tidak adanya amar ma’ruf ketika yang ma’ruf ditinggalkan, dan tidak adanya nahi mungkar ketika yang mungkar banyak dilakukan.

Page 32: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Misalnya, jika saat ini tidak ada yang nahi munkar kepada orang melakukan syirik dan bid’ah, besoknya tidak ada orang yang mengingkari orang yang menggundul jenggotnya, lalu besok tidak ada yang mengingkari riba, lalu besoknya lagi tidak ada yang mengingkari zina, lalu besoknya lagi tidak ada yang mengingkari orang yang meninggalkan shalat wajib lima waktu… Lalu besoknya tidak ada yang amar ma’ruf untuk mentauhidkan Alloh dan menghidupkan sunnah Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, lalu besoknya tidak ada yang menyuruh zakat, lalu besoknya tidak ada yang menyuruh membaca Alqur’an… dst… Tentunya lambat laun, Syariat Islam ini akan terlupakan dan terkikis… Oleh karena itu, marilah sebisa mungkin menjadi Pejuang Islam, dengan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam hal-hal yang kita mampui.

h. Inti dari syubhat ini adalah mengambil kesalahan yang dilakukan oleh orang yang berjenggot, untuk menjatuhkan syariat memelihara jenggot, atau sebaliknya menampakkan kebaikan orang yang menggundul jenggotnya untuk melegalisasi tindakan menggundul jenggotnya. Syubhat ini bisa juga dikembangkan dalam banyak variasi, misalnya:

- Ada orang yang berjenggot, tapi ia tidak merawatnya, sehingga menimbulkan bau tak sedap, dan sangat mengganggu orang yang didekatnya. Padahal kita tahu Islam melarang kita mengganggu orang lain.

- Ada orang yang berjenggot, tapi malah jadi teroris, dan banyak membuat keonaran. Padahal Islam tidak mengajarkan teroris, malah sebaliknya islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.

- Ada orang berjenggot tapi ia tidak sholat, masih mending tetangga saya, meski tidak berjenggot ia rajin ke masjid.

- Di tempat saya ada orang yang berjenggot, tapi sering mencuri. Padahal banyak dari temannya yang tidak berjenggot, tapi jauh lebih baik dari yang berjenggot itu.

- Di kos saya ada yang kecanduan obat-obatan terlarang, padahal dia sudah berjenggot.

- Ada juga orang yang menggundul jenggotnya, tapi dia sangat santun dalam tutur kata dan sangat menghormati orang lain.

- Saya punya teman yang tidak memelihara jenggot, tapi ia sangat dermawan, dan sangat peduli dengan orang di sekitarnya.

Dan selanjutnya, anda bisa meneruskan dengan contoh-contoh yang lain…

Bagaimana menjawabnya…??

Sangat dan sangat mudah sekali… Dalam kasus-kasus di atas, ada dua masalah yang harus dibedakan, masalah memelihara jenggot, dan masalah yang diikutkan bersamanya… Dan kedua masalah itu, harus dipilah-pilah dan di bahas sesuai dalil masing-masing…

Misalnya:

Page 33: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

- Ada orang yang berjenggot, tapi tidak merawatnya sehingga mengganggu orang lain. Maka kita katakan, dia sudah bagus dalam memanjangkan jenggotnya, tapi masih teledor karena tidak merawatnya. Yang seharusnya adalah disamping ia memanjangkan jenggotnya, ia juga harus merawatnya, agar tidak mengganggu orang lain.

- Ada yang berjenggot, tapi malah jadi teroris. Maka kita katakan, dia benar dalam hal memelihara jenggotnya, tapi salah dalam tindakan terorisnya. Yang seharusnya adalah disamping ia memelihara jenggotnya, ia juga harus meninggalkan tindakan terorisnya.

- Ada yang dermawan, meski ia tidak memelihara jenggotnya. Maka kita katakan, dia sudah baik dengan kedermawanannya, tapi masih kurang dalam memelihara jenggotnya. Yang seharusnya adalah, disamping ia dermawan, ia wajib memelihara jenggotnya…

Dan selanjutnya, anda bisa jawab sendiri contoh-contoh kasus yang lain.

Alhamdulillah… Sampai juga kita di penghujung tulisan ini… Penulis yakin, banyak kekurangan di sana-sini dalam tulisan ini. Tidak lain, itu bersumber dari kedangkalan ilmu penulis… Apa yang benar dalam tulisan, itu adalah semata-mata dari Alloh, adapun jika ada kesalahan, itu adalah dari pribadi penulis dan dari setan, sedang Alloh dan Rosul-Nya bebas dari kesalahan itu…

Tapi, meski dengan keterbatasan yang ada, penulis tetap berharap, semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri penulis, juga para pembaca yang budiman… Dan semoga kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan, sehingga menjadi sebab kebahagiaan kita di dunia ini, dan di akhirat nanti… Kurang lebihnya mohon maaf… Wa subhaanakalloohumma wa bihamdik, asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiih…

TANYA JAWAB

1. abu hanifah alim berkata,

syukran ustadz, jazakallahu khairan,mantab sekali penjelasannya,

sebetulnya ana iri banget sama orang yg berjenggot ustadz, tapi qodarullah jenggot ana cuman beberapa helai saja, bagaimana hukum iri seperti ini, tercelakah iri semacam ini ustadz..? krn seolah-2 ana tdk mensyukuri apa yg sudah ditetapkan Allah pada diri ana yg tdk memiliki jenggot,

dan sangat sedih sekali ketika melihat saudara-2 kita yg dikaruniai jenggot namun mereka kok justru malah mencukurnya..

Balas

addariny berkata,

Page 34: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Iri seperti itu namanya ghibtoh, yakni menginginkan kebaikan yang ada pada orang lain, tanpa adanya keinginan agar kebaikan itu hilang dari orang itu… hal itu tidak tercela… telah diterangkan juga dalam dalam sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-: tidak boleh hasad kecuali dalam 2 hal, (pertama): pada orang yang diberi hapalan alqur’an dan ia manfaatkan untuk sholatnya sepanjang siang dan malam. (kedua): pada orang yang diberikan kekayaan, dan ia gunakan untuk berinfaq sepanjang siang dan malam… (au kama qool)

2. mukmin manurung berkata,

Asslamualaikum ………..Saya adalah orang yang sangat setuju dengan pemanjangan jenggot, karena saya pernah baca bahwa maksud dari laki-laki memanjangkan jenggotnya adalah salah satu yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.Dizaman sekarang justru yang saya perhatikan laki-laki ingin tampil seperti perempuan bahkan dinegara asia lain seperti jepang, korea, china saya melihat wajah laki-laki dan perempuan sudah hampir sama bahkan gaya mereka sudah lama melanda Indonesia.Tetapi ada satu pertanyaan saya Ustad ….. Apakah memanjangkan rambut bagi laki-laki itu dibolehkan? bagaimana dengan Rasullullah? Mohon Maaf kalo pendapat dan pertanyaan saya kurang sopan..

Balas

addariny berkata,

Waalaikum salam warohmatulloh…Hukum asal memanjangkan rambut bagi laki-laki adalah mubah (diperbolehkan), tapi jika adat yang berlaku di masyarakat memberi cap buruk pada mereka yang berambut panjang, maka hal itu tidak diperbolehkan, karena dikhawatirkan terjadi fitnah (hal buruk yang tidak kita inginkan)… wallohu a’lam…

Rosululloh dulu rambutnya panjang, ni haditsnya:

: , أذنيه نصف إلى وسلم عليه الله صلى الله رسول شعر كان قال مالك أنسبن عن

Anas bin Malik r.a. mengatakan: Dahulu rambut Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- itu hingga pertengahan telinganya. (HR. Tirmidzi dalam kitabnya asy-Syama’il, dishohihkan oleh Albani)

: , واحد إناء من وسلم عليه الله صلى الله ورسول أنا أغتسل كنت قالت عائشة عنالوفرة ودون الجمة فوق شعر له وكان

Aisyah mengatakan: “Aku pernah mandi bersama Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dari satu tempat air, ketika itu rambut beliau lebih pendek dari jummah dan lebih panjang dari wafroh (HR. Tirmidzi dalam kitabnya asy-Syama’il, dishohihkan oleh Albani)

Page 35: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Jummah = Rambut jika panjangnya sampai pundakWafroh = Rambut jika panjangnya sampai telinga bagian bawah

sekian, mohon dimaklumi, wassalamualaikum warohmatulloh…

3. abu hanifah alim berkata,

sekali lagi jazakallahu khairan ustadz,

mudah-mudahan walaupun hanya dgn mempunyai niat berkeinginan memiliki jenggot yg lebat tapi ternyata tdk tumbuh juga, namun mudah-mudahan mendapatkan cipratan pahala sunnahnya memelihara jenggot..

Balas

addariny berkata,

Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda yang maksudnya: “barangsiapa punya keinginan untuk melakukan kebaikan, maka dicatat baginya satu kebaikan meski belum melaksanakannya”…Bahkan para ulama mengatakan, bahwa barangsiapa ingin melakukan kebaikan, tapi ada halangan yang diluar kemampuannya, maka baginya pahala seperti orang yang melakukannya… sebagaimana ditunjukkan dalam hadits berikut :

اة� غ�ز� ف�ي ك�ان� ل]م� و�س� ع�ل�يه� الل]ه� ل]ى ص� الن]ب�ي] أ�ن] ع�نه� الل]ه� ي� ض� ر� أ�ن�س� ع�ن

يه� ف� ع�ن�ا م� و�ه�م إ�ال] اد�ي�ا و� و�ال� عب�ا ش� ل�كن�ا س� ا م� ن�ا لف� خ� د�ين�ة� ب�الم� ا ام� و� أ�ق إ�ن] ال� ق� ف�

الع�ذر م ه� ب�س� ح�

Anas r.a. berkata: sungguh dalam sebuah peperangan Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: “Sungguh ada banyak kaum yang kita tinggalkan di Kota Madinah, tidaklah kita melewati jalan atau lembah melainkan mereka bersama kita (dalam pahala), dikarenakan ada udzur yang menghalangi mereka (ikut perang bersama kita)… Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori, hadits no: 2839…

Semoga antum termasuk dalam hadits di atas…

4. Ibnu Shalih berkata,

Bagus banget artikelnya ustadz…terutama pemaparan dari madzhab yang empat tentang masalah jenggot ini. Ana mau tanya, apakah untuk artikel2 kategori fiqh kedepannya akan dipaparkan pula pernyataan ‘ulama dari empat madzhab supaya masyarakat lebih bisa menerima?

Page 36: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Balas

addariny berkata,

Segala puji bagi Alloh… Semoga bermanfaat… Dan syukron atas masukannya…

5. abdurrohman berkata,

tanya ustadz,kalo ada orang bilang seperti ini gimana tadz,“gak usah dipermasalahkan lah antara jenggot dan isbal, Bisa jd orng yg tdk berjenggot dan celananya yg isbal jauh lbh mulia dan bertaqwa dari orang yg melaksanakan sunnah berjenggot dan tdk isbal”setelah saya pikir2, memang ada benarnya juga, tetangga saya, ada beberapa yg tdk berjenggot (emang kelihatan dicukur jenggotnya) dan celananya isbal, tapi mereka sangat baik, sholatnya tepat waktu, hapalan qur’annya banyak/sering jadi imam, suka menolong orang lain, dermawan, aktifis dakwah dll. sehingga kata2 diatas ada benarnya juga. mohon penjelasannya ustad, makasih

Balas

addariny berkata,

Terimakasih atas komennya… InsyaAlloh ana juga akan bahas di artikel yang akan datang: “Syubhat-syubhat seputar jenggot”… semoga Alloh memudahkan ana untuk menyelesaikannya…

6. Hadits Sahih Hukum Memelihara Jenggot « Syafhix's Blog berkata,

[...] http://al-atsariyyah.com/quote-of-the-day/kewajiban-memelihara-janggut.html http://addariny.wordpress.com/2010/01/12/jenggot-haruskah-2/ http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=71 36.339170 -105.950560 Comments RSS feed [...]

1. Ibnu Shalih berkata,

Jazaakallahu khairan yaa Ustadz…

Seperti biasa, artikel ilmiah yang sangat bagus. Semoga tulisan ini dapat memotivasi kalangan awam. Seandainya mereka belum sanggup untuk memelihara jenggot mereka. Minimal mereka sadar bahwa syari’at memelihara jenggot telah dijalankan oleh Para Nabi dan Khulafaa-ur Raasyidiin sehingga mereka tidak lagi mengejek saudara2 mereka yang sedang menjalankan syari’at Allah yang agung ini maka berkuranglah satu kemungkaran…

Ana tunggu tulisan antum selanjutnya…tetap semangat Ustadz!!!

Page 37: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Yassarallahu lanal khair ainama kunna

2. abu hanifah alim berkata,

ditunggu kelanjutannya ustadz,semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan semangat kepada antum dalam mendakwahkan syari’at agama yang haq ini ustadz,barakallahu fik

3. salafiyunpad berkata,

masya Allah…panjang banget tulisannya ustadz…. insya allah banyak faidah kami dapat…

lanjutkan!

4. Riyanto. Kapuas, Kalimantan Tengah berkata,

Assalamu’alaikum.wr.wb. Ana sangat senang membaca tulisan2 Ustadz, sekaligus mohon ijin utk mengcopynya. Ustadz… Ana mohon penjelasan dan pencerahan. Ana senang memanjangkan jenggot walau tidak lebat tumbuhnya, namun isteri ana belum bisa menerima. Ana sdh berusaha utk memberi penjelasan namun masih belum bisa senang. Bagaimana sebaiknya sikap ana Ustadz. Ana senang/cinta mencontoh dan meneladani Rosululloh, namun ana juga sayang terhadap isteri ana. Mohon nasihat Ustadz. Syukron

addariny berkata,

Waalaikum salam warohmatulloh…Silahkan di copas, mudah-mudahan bermanfaat…Kalau ana pantas kasih saran, maka teruskanlah usaha antum untuk mengingatkan istri, terutama dengan ayat Alqur’an maupun Hadits, karena keduanya mengandung keberkahan yang luar biasa…

Ana hanya ingin mengingatkan antum dengan firman-Nya (yang artinya): “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian mencintai Alloh, maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu” (Ali Imron 31)

Renungkanlah ayat ini, dan gabungkanlah dengan hadits berikut:

بر�يل� ج� بgه� ي�ح� ف� ب�به� حأ� ف� ن�ا ال� ف� gب ي�ح� الل]ه� إ�ن] بر�يل� ج� ن�اد�ى الع�بد� الل]ه� ب] أ�ح� إ�ذ�ا

أ�هل� بgه� ي�ح� ف� بgوه� أ�ح� ف� ن�ا ال� ف� gب ي�ح� الل]ه� إ�ن] اء� م� الس] أ�هل� ف�ي بر�يل� ج� ي�ن�اد�ي ف�

ض� ر� األ ف�ي ب�ول� الق� ل�ه� ع� ي�وض� ث�م] اء� م� الس]

Page 38: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Jika Alloh mencintai hamba-Nya, Dia memanggil Jibril dan mengatakan: Sesungguhnya Alloh senang dengan si fulan ini, maka senanglah kamu kepadanya! maka Jibril pun senang padanya. Lalu Jibril memanggil seluruh penghuni langit dan mengatakan: Sesungguhnya Alloh senang dengan si fulan maka senanglah kalian padanya, maka seluruh penghuni langit pun senang kepadanya, kemudian jadilah ia di terima (disenangi oleh orang-orang) di bumi. (HR. Bukhori 3209 dan Muslim 2637)

InsyaAlloh ketika Alloh mencintai antum dengan mengamalkan sunnah Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, Dia akan menjadikan istri semakin mencintai antum, sebagaimana sabda di atas… Dan jangan lupa pula sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam- (yang artinya): “Tidaklah (sempurna) iman seseorang, hingga mencintai aku (yakni Nabi -shollallohu alaihi wasallam-) melebihi orang tua kandungnya, anaknya, dan manusia seluruhnya” (HR. Bukhori 14 dan Muslim 44)

sekian, semoga antum bisa istiqomah dalam mengamalkan sunnah… syukron wa jazakallohu khoiro…wassalam

1. abu hanifah alim berkata,

barakallahu fik,syukran ustadz atas penjelasannya yang sangat bermanfaat sekali jazakallahu khairan,mudah-mudahan banyak saudara-saudara kita yang bisa mengambil manfaat darinya, insya’Allah

2. lutfi berkata,

salam ust

afwan ust sana sering mendengar bahwa sunnah adalah jika dilaksanakan dapat pahala sedang jika tidak dilaksanakan tidak berdosa

tapi saya sering memperhatikan ajaran salaf yang sunah jadi wajib ketika kita tidak melaksanakan dikatakan melanggar ajaran islam seperti jenggot misalkan bagaimana dengan ini ust

Balas

addariny berkata,

Waalaikum salam warohmatulloh…Istilah SUNNAH ada banyak arti:1. Ajaran yang dibawa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, yang berarti lawan dari bid’ah.

Page 39: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

2. Sesuatu yang diperintah oleh syariat, dengan perintah yang tidak tegas. sinonim dari Mandub dan Mustahab.3. Sesuatu yang dinukil dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam-. sinonim dari Hadits4. Semua kabar tentang Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, baik sebelum diutus menjadi nabi atau setelahnya, baik berkisar tentang sifat akhlak beliau maupun tentang jasadnya…

Dalam bahasa indonesia, jika dikatakan SUNNAH ROSUL atau SUNNAH NABI maka biasanya yang dimaksud adalah makna pertama… Jika dikatakan HUKUMNYA SUNNAH, maka maksudnya adalah makna kedua… wallohu a’lam

3. MEMOTONG JENGGOT YANG PANJANGNYA LEBIH DARI SATU GENGGAM? « Jihadsabili’s Blog berkata,

Sumber:http://addariny.wordpress.com/2010/01/24/jenggot-haruskah-4/

abu hanifah alim berkata,

alhamdulillah, syukran ustadz atas penjelasannya, jazakallahu khairan wa barakallahu fik

1. abdurrohman berkata,

mau tanya ustadz,saat ini sebagian besar para aktifis dakwah, kebanyakannya tidak menggundul habis jenggotnya (meskipun ada juga yg menggunduli jenggotnya, untuk alasan dakwah dan berbaur dgn masyarakat), tapi cuman menipiskan saja, mungkin kira2 sampai 0.5 s/d 1 cm saja ? nah bagaimana hukumnya menipiskan jenggot ini ? mungkin para aktifis dakwah itu juga tahu hukumnya tdk boleh menggunduli jenggotnya, sehingga cukup disisakan jenggot tipis saja.makasih atas jawabannya, jazakalloh khoiron.

Balas

addariny berkata,

Jawaban sudah ada di artikel pertama dan keempatafwan wa jazakallohu khoiro…

2. midazortega berkata,

Page 40: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

alhamdulillah,izin copas ya ustadz…jazakallah khairan

Balas

addariny berkata,

Silahkan disebarkan, semoga bermanfaat, dan kita sama-sama mendapatkan pahala di sisi-Nya…

3. abu ibrohim berkata,

assalaamu’alaikum,…ustad, mohon ijin. InsyaAlloh artikel antum tentang jenggot akan kami kumpulkan, kmdian kami jadikan ebook.boleh ustad?

Balas

addariny berkata,

waalaikum salam warohmatulloh…silahkan akhi… semoga bermanfaat… barokallohu fikum…

4. amad-aji berkata,

Assalaamualaikum, ustadz.Memang awalnya tidak mudah melaksanakan yang “asing” di mata umum. Akan tetapi kalau kita berusaha dengan keyakinan bahwa yang “asing” itu datangnya dari Allah dan Rosul-Nya, pasti Allah akan memberi kemudahan kepada kita. Insya Allah.Ustadz, saya bersyukur memperoleh ulasan tentang sunnahnya berjenggot yang panjang lebar ini. Terima kasih. Semoga Ustadz tetap istiqomah dalam menebarkan ilmu agama.Wassalaamualaikum.

5. wira berkata,

Assalamu’alaykum ust,

jika jenggot seseorang tipis/beberapa helai maka terkadang suka di ejek/cemooh oleh orang lain, bolehkan menggunakan obat penumbuh jenggot agar lebat sehingga tidak diejek lagi

Jazakallohu khoiron

Balas

Page 41: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

addariny berkata,

Waalaikum salam warohmatulloh…

InsyaAlloh hal itu dibolehkan, yakni hukumnya “mubah”, asalkan tidak ada mudlorotnya secara medis… dan itu bukan merupakan anjuran syari’at, wallohu a’lam…

6. Abu Afif berkata,

Assalaamu’alaikum warahmatullahiwabarakaatuh

Alhamdulillah, Alloh ‘azzawajalla pertemukan ana dengan blog ini. Masya Alloh, ana tertarik dengan cara penulisan Ustadz yang begitu ilmiah.

Untuk memberikan kesempatan membaca kepada ikhwah yang lain, ana mohon ijin membukukannya dalam bentuk PDF untuk dipublikasikan di web ana.

Berikut contoh yang sudah ana buat: http://www.agussuwasono.com/download/file/319-jenggot…-haruskah.html

Demikian, atas keikhlasan Ustadz ana sampaikan Jazakumullohukhoiron katsiiro. Barokallohufiikum…

Balas

addariny berkata,

Waalaikum salam warohmatulloh wabarokatuh…

Jika menginginkannya, silahkan disebarkan, semoga kita semua mendapatkan pahala yg besar dari-Nya… amin

7. karman berkata,

Assalaamu’alaikum warahmatullahiwabarakaatuh

Ustadz, saya mau tanya, bagaimana hukumnya mewarnai rambut atau jenggot wajib atau sunnah, karena ada yang bilang jika benar jenggot itu wajib, kenapa para sahabat tidak semua mewarnai rambut, padahal perintah mewarnai rambut menggunakan redaksi yang sama dengan perintah memanjangkan jenggot.

Jazakallohu khoiron

Balas

Page 42: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

addariny berkata,

Mewarnai rambut dan jenggot, memang diperintahkan, dan hukum asal suatu yg diperintahkan adalah wajib… tetapi karena ada dalil lain yg menunjukkan bahwa mewarnai jenggot itu tidak wajib, maka kita simpulkan bahwa hukumnya itu diperintah tapi bukan perintah yg wajib, yakni perintah sunnah / mustahab.

Redaksi perintah bisa sama, tp hukum yg dihasilkan bisa berbeda, karena adanya pengaruh dalil lain yg ada selain perintah tersebut, wallohu a’lam…

Diantara dalil yg menunjukkan bahwa perintah mewarnai itu tidak perintah wajib adalah:

1. Adanya ijma’ bahwa perintah mewarnai tersebut adalah untuk kesunnahan bukan kewajiban. sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Battol di dalam kitabnya syarah shohih bukhori (9/153).

2. Adanya hadits shohih yg menyatakan bahwa nabi dulu tidak mewarnai rambutnya, padahal di akhir hayat beliau sudah ada ubannya, walaupun masih sedikit. (Sunan Nasai, hadits no: 5087)

3. Adanya sebagian sahabat yg tidak mewarnai, sedang tidak ada pengingkaran dari yg lainnya, ini menunjukkan pemahaman para sahabat bahwa perintah itu bukan perintah kewajiban, wallohu a’lam..

MEMELIHARA JENGGOT ADALAH WAJIBoleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

1. Firman Allah 4وجل :tentang ucapan syaitan عز4

“… dan  akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Alah), lalu benar-benar mereka merubahnya.” (QS. An-Nisa’ : 119)

Page 43: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dan mencukur jenggot adalah merubah ciptaan Allah dan taat kepada setan.

2. Firman Allah 4وجل : عز4

“…Dan apa  yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah …” (QS. Al-Hasyr : 7)

Rasululloh وسلم عليه الله telah صلي memerintahakan untuk memelihara jenggot dan melarang mencukurnya.

3. Sabda Rasululloh saw :

“Cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot, berbedalah dengan orang-orang majusi.” (HR. Muslim)

4. Sabda Rasululloh وسلم عليه الله : صلي

“Sepuluh perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur kumis, memelihara jenggot, mamakai siwak, mamasukkan air ke dalam hidung (ketika berwudhu), memotong kuku, …” (HR. Muslim)

Memelihara jenggot adalah termasuk fitrah, tidak boleh mencukurnya.

5. Ibnu Abbas عنهما الله :berkata رضي

Rasululloh saw melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita. (HR. Bukhari).

Mencukur jenggot adalah tindakan menyerupai wanita, terancam laknat dari Allah 4وجل .عز4

6. Sabda Rasululloh وسلم عليه الله : صلي

“Akan tetapi Tuhanku memerintahkan kepadaku agar memelihara jenggotku dan mencukur kumisku.” (hadits hasan riwayat Ibnu Jarir).

Memelihara jenggot adalah perintah dari Allah dan RasulNya, dan hukumnya adalah wajib karena Rasululloh وسلم عليه الله ,dan para sahabat senantiasa melakukan demikian صليdi samping itu tersebut dalam hadits larangan untuk mencukurnya.

Page 44: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

7. Tidak boleh mencukur atau mencabut rambut yang berada di pipi, karena itu termasuk jenggot, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Qamus.

8. Secara medis, terbukti bahwa jenggot merupakan pelindung amandel dari stroke metahari, sedang mencukurnya bisa membahayakan kulit.

9. Jenggot adalah hiasan bagi kaum laki-laki yang diciptakan Allah baginya, agar berbeda dengan kaum wanita. Karenanya, tatkala seorang laki-laki yang telah mencukur jenggotnya masuk menemui isterinya pada malam pengantin, berpalinglah si isteri dan tidak tertarik dengan penampilan yang tidak seperti ketika dilihatnya sebelum itu.

Ada ibu-ibu yang bertanya kepada seorang wanita: mengapa anda memilih seorang suami yang berjenggot? Jawabnya: karena aku kawin dengan seorang pria dan bukan dengan seorang wanita.

10. Mencukurnya termasuk perbuatan mungkar & harus dilarang, berdasar sabda Nabi saw :

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran maka  hendaklah merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka dengan hatinya dan inilah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

11. Penulis bertanya kepada seorang laki-laki yang mencukur jenggotnya: “Apakah anda mencintai Rasululloh saw ? Jawabnya: Ya, amat mencintainya. Maka kata penulis kepadanya: “Rasululloh telah bersabda:”peliharalah jenggot…” dan orang yang mencintai Rasululloh apakah akan mematuhinya atau menyalahinya?” jawab: “mematuhinya.” Dia pun berjanji akan memelihara jenggotnya.

12. Apabila ditentang oleh isteri anda dalam memelihara jenggot, maka katakanlah kepadanya : “aku adalah seorang muslim, takut kalau mendurhakai Allah.” Dan berikan kepadanya suatu hadiah serta sebutkan kepadanya sabda Nabi saw :

“Tidak boleh taat kepada seorang makhluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq.” (Hadits shahih riwayat Imam Ahmad).

Seputar Rambut Atau Bulu | Yang Wajib Dibiarkan Dan Tidak Boleh Dihilangkan

oleh Hamdani

Termasuk bentuk kesempurnaan penciptaan manusia, keberadaan rambut atau bulu di tubuhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakannya tidak dengan sia-sia, namun mengandung hikmah atau manfaat, baik diketahui oleh manusia atau tidak. Rambut atau bulu yang tumbuh pada jasad

Page 45: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

manusia ada yang harus dijaga bahkan wajib dibiarkan, ada juga yang diperintahkan untuk dihilangkan.

Dengan demikian, ditinjau dari hukum Islam (fiqh), hukum rambut atau bulu manusia bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama. Rambut atau bulu yang harus dihilangkan dan tidak boleh dibiarkan. Kedua. Rambut atau bulu yang boleh dihilangkan atau dibiarkan. Ketiga. Rambut atau bulu yang wajib dibiarkan dan tidak boleh dihilangkan.

RAMBUT ATAU BULU YANG WAJIB DIBIARKAN DAN TIDAK BOLEH DIHILANGKAN

1. Jenggot Bagi Laki-Laki

Banyak hadist shahih yang mengharamkan seorang laki-laki mencukur jenggotnya. Beberapa lafadz yang digunakan Rasulullah dalam memerintahkan agar laki-laki membiarkan jenggotnya, seperti الل>ح:ى :ع<فوا ,(perbanyaklah/ perteballah jenggot و:أ الل?ح:ى ,(perbanyaklah jenggot) و:ف>روا

?ح: الل حو<ا ر<: , (biarkanlah jenggot memanjang) أ الل?ح:ى و<فو<ا

: sempurnakan/ biarkan jenggot tumbuh) أlebat). Semua lafadz tersebut bermakna perintah untuk membiarkan jenggot tumbuh dan lebat dan tidak boleh mencukurnya.[1]

Berikut ini lafadz-lafadz hadits di dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim yang memerintahkan untuk membiarkan jenggot.

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was allam bersabda:

ك�وا و�ار�ب� انه� وا الش] أ�عف� اللdح�ى و�

“Tipiskanlah kumis dan perbanyaklah (perteballah) jenggot”. [HR Bukhari].

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وا ال�ف� ر�ك�ين� خ� وا الم�ش ر� dح�ى و�فdوا الل ف� أ�ح و�ار�ب� و� ر� ابن� و�ك�ان� الش] ج] إ�ذ�ا ع�م� و ح�� أ

ر� ب�ض� اعت�م� ي�ت�ه� ع�ل�ى ق� ا ل�ح م� ل� ف� ذ�ه� ف�ض� أ�خ�

“Berbedalah dengan orang-orang musyrik dan perbanyaklah jenggot.” Abdullah bin Umar, apabila melakukan haji atau umrah, beliau menggenggam jenggotnya, apa yang lebih (dari genggaman)nya, beliau memotongnya” [HR Bukhari].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وا gز و�ار�ب� ج� وا الش] خ� رأ� وا اللdح�ى و� ال�ف� الم�ج�وس� خ�

“Potonglah kumis dan biarkan jenggot memanjang. Berbedalah dengan orang Majusi”. [HR Muslim].

Page 46: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وا ال�ف� ر�ك�ين� خ� وا الم�ش ف� و�ار�ب� أ�ح وا الش] وف�أ� اللdح�ى و�

“Berbedalah dengan orang-orang musyrikin. Tipiskan kumis dan biarkan jenggot tumbuh sempurna (panjang)”. [HR Muslim].

Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata,”Dengan demikian, berdasarkan beberapa hadits di atas, maka mencukur jenggot dan memotongnya adalah termasuk perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi iman dan memperlemahnya, serta dikhawatirkan ditimpakan kemurkaan dan adzab Allah.”

Beliau menekankan: “Di dalam hadits-hadits tersebut di atas, terdapat petunjuk bahwa memanjangkan kumis dan mencukur jenggot serta memotongnya, termasuk perbuatan menyerupai orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik. Padahal sudah diketahui, sikap meniru mereka merupakan perbuatan munkar yang tidak boleh dilakukan. Nabi bersabda:

ن ب]ه� م� وم� ت�ش� و� ب�ق� ه� م ف� نه� م�

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari golongan mereka”. [HR Abu Dawud].[2]

2. Rambut Alis Atau Mata.

Mencukur rambut alis atau mata termasuk perbuatan haram. Pelakunya dilaknat oleh Allah, terlebih lagi bagi wanita. Dari Abdullah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ات� الل]ه� ل�ع�ن� م� ات� الو�اش� م� ت�وش� الم�س ات� و� الن]ام�ص� ات� و� ت�ن�مdص� الم� و�

“Allah melaknat wanita yang membuat tato dan yang minta dibuatkan (tato), yang mencukur alis dan yang meminta dicukurkan”. [HR Muslim].

Mencukur alis atau menipiskannya, baik dilakukan oleh wanita yang belum menikah atau sudah menikah, dengan alasan mempercantik diri untuk suami atau lainnya tetap diharamkan, sekalipun disetujui oleh suaminya. Karena yang demikian termasuk merubah penciptaan Allah yang telah menciptakannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dan telah datang ancaman yang keras serta laknat bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.[3]

Adapun bila bulu alisnya terlalu panjang melebihi keadaan normal, atau ada beberapa helai yang tidak rata sehingga sangat mengganggu bagi diri wanita, maka memotongnya atau meratakannya dibolehkan oleh sebagian ulama, seperti Imam Ahmad dan Hasan Al Bashri. [4]

Sedangkan menghilangkan bulu di wajah (pipi), maka bila dilakukan dengan namsh yaitu menggunakan minqasy (alat pencungkil) hingga ke akar-akarnya, maka tidak boleh. Tetapi bila melakukannya dengan al huf, yaitu menghilangkan dengan silet atau pisau cukur, maka Imam

Page 47: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ahmad berkata: “Tidak mengapa bagi wanita, dan saya tidak menyukainya (dilakukan) laki-laki”. [5]

Imam Al ‘Aini lebih mengkhususkan bagi wanita yang sudah menikah, untuk mempercantik diri kepada suaminya, beliau berkata:

� ال ن�ع� و� ي�ة� ت�م ن� الك�لف� ت�ز�يل� ال]ت�ي األ�دو� ت�حس� ه� و� وج� الو�ج ذ� و�ك�ذ�ا ل�لز] عر� أ�خ نه� الش] م�

“Maka tidak dilarang menggunakan obat yang bisa menghilangkan bulu dan mempercantik wajah untuk suami, begitu juga (tidak dilarang) mengambil rambut darinya (wajah)”. [6]

Wanita Memakai Konde

Diharamkan bagi wanita memakai konde, dengan menyambung rambutnya dengan rambut orang lain atau rambut palsu. Pelakunya mendapatkan laknat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ل�ة� الله� ل�ع�ن� ل�ة� الو�اص� ت�وص� الم�س ة� و� م� الو�اش� ة� و� م� ت�وش� الم�س و�

“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung (dengan rambut lain), yang membuat tato dan yang minta dibuatkan tato”. [HR Muslim].

Sebagian ulama membolehkan wanita menyambung rambutnya dengan selain rambut manusia. Misalnya, dengan rambut binatang, benang atau dari serat.

Imam Al Laits bin Sa’id berkata: “Sesungguhnya larangan menyambung rambut itu khusus menyambung dengan rambut. Tidak mengapa seorang wanita menyambung rambutnya dengan wol atau kain”.[7]

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, beliau berkata:

س�ل� ال�ب�أ ام� ر� ب�الق�

“Tidak mengapa (menyambung rambut) dengan qaramil (sejenis tumbuhan yang batangnya sangat lunak)”.

Fairuz Abadi berkata,”Sa’id bin Jubair berpendapat, yang dilarang ialah menggunakan rambut manusia. Adapun bila menyambungnya dengan sobekan kain, atau benang sutera dan lainnya, maka tidak dilarang.” Al Khaththabi berkata,”Para ulama memberikan keringanan menggunakan qaramil, karena orang yang melihatnya tidak ragu, bahwa yang demikian itu palsu (bukan rambutnya yang asli).” [8]

Ibnu Qudamah berkata,”Yang diharamkan ialah menyambung rambut dengan rambut, karena terdapat tadlis (unsur penipuan) dan menggunakan sesuatu yang masih diperdebatkan kenajisannya. Adapun selain itu, maka tidak diharamkan, karena tidak mengandung makna ini

Page 48: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

(tadlis dan najis), juga adanya maslahah untuk mempercantik diri kepada suami dengan tidak mendatangkan madharat (bahaya).”[9]

Namun berdasarkan keumuman larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaiknya seorang wanita tidak melakukan wishal (menyambung rambut). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ر� ج� ل]ى الن]ب�يg ز� ل]م� ع�ل�يه� الل]ه� ص� ل� أ�ن و�س� �ة� ت�ص� أ ر ا الم� ه� أس� يئ�ا ب�ر� ش�

“Rasulullah melarang wanita menyambung rambutnya dengan sesuatu”. [HR Muslim].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ان� نف� ن ص� ل� م� ا ل�م الن]ار� أ�ه م� ه� ر�وم_ أ� م ق� ع�ه� ي�اط_ م� ر� ك�أ�ذن�اب� س� ب�ون� الب�ق� ر� ا ي�ض ب�ه�

اء_ الن]اس� ن�س� ي�ات_ و� ي�ات_ ك�اس� ت_ ع�ار� يال� م� ت_ م� ائ�ال� ن] م� ه� ء�وس� ة� ر� ن�م� ست� ك�أ� ائ�ل�ة� الب�خ الم�

لن� ال� ن]ة� ي�دخ� ال� الج� دن� و� ا ي�ج� ه� إ�ن] ر�يح� ا و� ه� د� ر�يح� ن ل�ي�وج� ة� م� ير� و�ك�ذ�ا ك�ذ�ا م�س�

“Dua golongan dari ahli neraka yang tidak pernah aku lihat: seorang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggok-lenggok, kepalanya bagaikan punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya, sekalipun ia bisa didapatkan sejak perjalanan sekian dan sekian”. [HR Muslim].

Imam An Nawawi menukil perkataan Imam Al Qurthubi yang berbunyi: “Rambut mereka diumpamakan seperti punuk onta, karena mereka mengangkat sanggul rambutnya ke bagian tengah kepalanya untuk menghias dirinya dan ia berpura-pura melakukan itu agar dianggap memiliki rambut yang lebat (panjang)”.[10]

Seorang wanita tidak perlu merasa malu dengan rambutnya yang sedikit karena itu bagian dari karunia Allah. Ditambah lagi, itu juga tidak ada yang melihat, karena ia tutup dengan jilbab (hijab)nya. Adapun mengikat rambut dengan selain rambut, maka itu diperbolehkan.

Al Qadhi ‘Iyadh Al Maliki berkata, “Adapun mengikat rambut dengan sutera yang diberi warna dan lainnya yang tidak menyerupai rambut, maka tidaklah dilarang. Karena ia tidak termasuk wishal (menyambung) dan tidak bertujuan untuk itu. Itu hanya sekedar sebagai penghias.” [11] Dan inilah yang dimaksud dengan menyambung rambut yang dibolehkan oleh para ulama di atas. Wallahu a’lam.

Hukum Menyemir Rambut

Page 49: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Menyemir rambut dibolehkan baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat tidak menggunakan warna hitam. Demikian ini berdasarkan hadits riwayat dari Jabir bin Abdullah, beliau berkata: Abu Quhafah, ayahnya Abu Bakar datang saat penaklukan kota Makkah. Rambut dan jenggot beliau telah memutih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وا ذ�ا غ�يdر� ء� ه� ي ت�ن�ب�وا ب�ش� اج اد� و� و� الس]

“Rubahlah ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam”. [HR Muslim].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ود� إ�ن] ى الي�ه� ار� الن]ص� ب�غ�ون� ال� و� م ي�ص وه� ال�ف� خ� ف�

“Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani tidak menyemir (rambutnya), maka berbedalah dengan mereka”. [HR Muslim].

Anas berkata,”Saya melihat rambut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mahdhuban (disemir).”Abu Hurairah pernah ditanya: Apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyemir rambutnya? Beliau menjawab,”Ya.” [12]

Imam An Nawawi berkata,”Madzhab kami ialah dianjurkan untuk menyemir uban bagi laki-laki dan wanita dengan warna kuning atau merah, dan tidak menyemirnya dengan warna hitam berdasarkan hadits di atas.” [13]

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata,”Sebagian ulama ada yang memberikan keringanan (menyemir dengan hitam) ketika berjihad. Sebagian lagi memberikan keringanan secara mutlak. Yang lebih utama adalah hukumnya makruh. Bahkan Imam Nawawi menganggapnya makruh yang lebih dekat dengan haram. Sebagian ulama salaf memberikan keringanan (menyemir dengan hitam), Misalnya, seperti Sa’d bin Abi Waqqash, Uqbah bin Amir, Al Hasan, Al Husain, Jarir, dan lainnya. Inilah yang dipilih Ibnu Abi Ashim. Mereka membolehkan untuk wanita dan tidak untuk pria, inilah yang dipilih oleh Al Hulaimi. Ibnu Abi Ashim memahami dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Jauhi warna hitam,’ karena menyemir dengan warna hitam merupakan tradisi mereka.” [14]

Imam Ibnul Qayyim berkata,”Larangan menyemir rambut dengan warna hitam, bila dengan warna hitam pekat. Apabila tidak hitam pekat seperti mencampur antara katam (semir warna hitam) dengan hina (warna merah), maka tidak mengapa, karena akan membuat rambut menjadi merah kehitam-hitaman.”

Terkadang menyemir dengan warna hitam dilarang bila ada unsur tadlis (penipuan), seperti wanita yang sudah tua menyemir rambutnya agar menarik orang yang meminangnya dan ingin menikahi dirinya, atau pria yang sudah tua agar tidak kelihatan ubanan sehingga memikat wanita yang ingin dinikahinya. Semiran semacam ini termasuk penipuan dan kebohongan yang dilarang. Apabila tidak ada unsur penipuan dan kedustaan, maka tidak mengapa. Telah ada riwayat shahih

Page 50: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

yang menjelaskan bahwa Al Hasan dan Al Husain menyemir rambutnya dengan warna hitam.[15]

Membaca penjelasan para ulama di atas, maka menyemir dengan warna hitam dibolehkan dengan syarat, yaitu tidak murni hitam tapi dicampur dengan warna lain, seperti merah atau kuning. Juga tidak boleh terdapat unsur penipuan dan pembohongan, agar dianggap lebih muda dan lainnya. Hukum ini berlaku bagi pria dan wanita, terutama yang sudah menikah.

Imam Ishaq berkata,”Wanita dibolehkan menyemir dengan warna hitam untuk mempercantik dirinya untuk suaminya.” [16]

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah, beliau berkata: Isteri Utsman bin Mazh’un, dulunya menyemir (rambutnya) dan memakai wewangian kemudian meninggalkannya. Ia masuk menemui Aisyah dan ditanya,”Apakah Anda bersama suami atau tidak?” Ia berkata,”Bersama suami, tapi Utsman tidak menyukai dunia dan wanita.” Aisyah berkata,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemuiku, kemudian aku ceritakan semuanya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Utsman dan bersabda,”WahaiUtsman, apakah Anda beriman sebagaimana kami beriman?” Utsman menjawab,”Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Kenapa Anda tidak menjadikan kami sebagai teladan?!”

Asy Syaukani dalam menjelaskan hadits ini berkata: ”Pengingkaran Aisyah terhadap isteri Utsman yang meninggalkan semir dan parfum menunjukkan, bahwa wanita yang memiliki suami lebih baik baginya untuk berhias untuk suaminya dengan menyemir rambutnya dan memakai wewangian.[17]

Demikianlah, Allah menumbuhkan rambut (bulu) di badan manusia. Di antara rambut (bulu) tersebut ada yang diperintahkan untuk tetap dibiarkan dan dipelihara, namun ada juga yang diperintahkan untuk dihilangkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tuntunan dalam menjaga atau menghilangkan rambut bulunya. Seorang mukmin dituntut untuk bisa mengikuti tuntunan tersebut, baik dalam membiarkan rambut (bulu)nya, atau ketika mencukur atau menghilangkannya. Karena ia ittiba’ (mengikuti) tuntunan Rasulullah, maka tindakannya tersebut bisa bernilai ibadah yang mendapatkan kecintaan dan ampunan Allah.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun IX/1426/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]_______Footnote[1]. Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, Juz 12, hlm. 543.[2]. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa-Fatwa Terkini : (1/172), Darul Haq Jakarta Th.1999[3]. Syaikh Abdullah bin Jibrin, Fatawa Islamiyah : (3/200). Dar Al Qalam Beirut, 1408 H.[4]. Imam An Nawawi, Al Majmu’ : (1:349).[5]. Ibnu Qudamah, Al Mugni, (1/91).[6]. Badruddin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad Al ‘Aini, Umdatul Qari Syarah Shahih Al Bukhari, (2/193), Ihya’ At Turats Al ‘Arabi Beirut, Tanpa tahun,.

Page 51: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

[7]. Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari (10/375), Imam An Nawawi, Syarah Shahih Muslim, (14/104).[8]. Fairuz Abadi, ‘Aunul Ma’buud, (11/228-229).[9]. Ibnu Qudamah, Al Mughni, (1/94).[10]. Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari (10/375).[11]. Imam An Nawawi, Syarah Shahih Muslim, (14/104-105)[12]. Muhammad bin Isa At Tirmidzi, Syama’il Al Muhammadiyah hlm. 26-27 Daar Ibn Hazm Beirut, 1418 H.[13]. Imam An Nawawi, Syarah Shahih Muslim, (14/80).[14]. Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, (10/354-355).[15]. Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi Syarah Jami’ Tirmidzi, Kairo, Al Madani, Tanpa tahun, Juz 5, hlm. 442.[16]. Ibnu Qudamah, Al Mughni, Juz 1, hlm. 92.[17]. Asy Syaukani, Nailul Authar, Juz 6, hlm. 193-194.

http://www.almanhaj.or.id/content/2778/slash/0

Manfaat memelihara JENGGOT

Page 52: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Siapa yang tahu kalau jenggot memiliki manfaat?

Dalam Riset yang sedang dikaji para ilmuwan Amerika dan Eropa, Mereka mencoba meneliti Islam lebih dalam, termasuk jenggot yang dimiliki para ulama muslim, hasil yang menakjubkan adalah :

1. Jenggot secara alamiah mengontrol kandungan minyak di wajah.2. Jika tumbuh 1 helai jenggot, maka disekitarnya akan tumbuh jenggot halus disekitarnya.3. Dalam 1 Helai Jenggot menyerap lebih dari satu unsur yang menyebabkan wajah terlihat kusam.4. Jika jenggot tersebut dicukur, maka membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkannya secara alami.5. Hal terakhir yang masih diteliti, Sifat orang yang memiliki jenggot lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

Yusuf al Qorodhowi membagi hukum mencukur jenggot ini menjadi tiga pendapat :1. Haram, sebagaimana dikemukan oleh Ibnu Taimiyah dan lainnya.2. Makruh, sebagaimana diriwayatkan dalam Fathul Bari dari pendapat Iyadh, sedang dari

selain Iyadh tidak disebutkan.3. Mubah, sebagaimana dikemukakan oleh sebagian ulama modern.

Barangkali pendapat yang lebih moderat, lebih mendekati kebenaran, dan lebih adil ialah pendapat yang memakruhkannya, karena suatu perintah tidak selamanya menunjukkan hukum wajib sekalipun ditegaskan alasannya (illat) untuk berbeda dengan orang-orang kafir. Contoh yang terdekat adalah perintah untuk menyemir rambut agar berbeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani, tetapi sebagian sahabat tidak menyemir rambutnya. Hal itu menunjukkan bahwa perintah tersebut hukumnya mustahab (sunnat).Diantaranya hadits Rasulullah saw dalam hal ini adalah,”Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.” (HR. Muslim) serta hadits yang diriwayatkan dari Zakaria bin Abi Zaidah dari Mus’ab bin Syaibah dari Tholq bin Habib dari Ibnu az Zubeir dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Sepuluh perkara fitrah : Mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung (saat wudhu), memotong kuku, mencuci sendi-sendi jari tanggan, mencabut bulu ketiak, mecukur rambut di sekitar kelamin, mencuci dengan air setelah buang air kecil—kemudian Zakaria berkata,’Mus’ab mengatakan,’aku lupa yang kesepuluh kecuali berkumur-kumur.” (HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi)

Page 53: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

FADHILAH JANGGUT

KEUTAMAAN MEMELIHARA JANGGUT MENURUT ISLAM

1. Aisyah r.ha. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sepuluh perkara adalah fitrah, (diantaranya) mencukur kumis dan memanjangkan janggut.......'' (HR. Abu Dawud)

2. Di dalam kitab Hukmul Lihya Fil Islam yang dikutip dari Ibnu Hibban, terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang menyebutkan: "Rasulullah saw. bersabda bahwa di antara fitrah Islam adalah mencukur kumis dan memanjangkan janggut karena sesungguhnya orang-orang Majusi (orang yang menyembah api) memanjangkan kumis mereka dan men¬cukur janggutnya. Maka berbedalah kalian dari mereka dengan cara mencukur kumismu dan memanjangkan janggutmu." (HR. Ibnu Hibban)

3. Dari Zaid bin Arqam r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa tidak memotong kumisnya, maka dia bukanlah dari golongan kami." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai)

Memanjangkan Janggut adalah perintah dalam ajaran Islam dan sunnah seluruh nabi a.s. Oleh sebab itu, mereka yang mempunyai pandangan bahwa meman¬jangkan janggut dan mencukur kumis adalah hanyalah kebudayaan orang-orang Arab, sama sekali tidak benar dan hujjah mereka tidak beralasan. Sebagian orang berkata bahwa Rasulullah saw. memelihara janggut dan memerintahkannya karena kaumnya, yakni orang-orang Arab juga memelihara janggutnya. Maka kemudian Rasulullah saw. memerintahkan sesuatu yang sesuai dengan lingkungannya dan ti¬dak bertentangan dengan mereka. bukan hanya itu, ada lagi yang mengatakan, "Seandainya Nabi datang pada zaman ini, tentu beliau akan mencukur janggutnya." Na'udzubillah. Inilah ucapan orang-orang jahil karena sesungguhnya Nabi saw. berbuat, memerintahkan, dan melarang sesuatu sesuai dengan kehendak Allah Swt.. Demikian juga mengenai ibadah, perilaku, akhlak, dan bentuk rupa untuk ummatnya. Di samping itu, Allah Swt. telah memerintahkan kepada beliau agar mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. yang lurus, sekaligus memerintahkan kepada segenap kaum muslimin untuk melakukan hai yang sama. Maka, keadaan yang tersisa di kalangan Bani Ismail, yakni orang-orang Arab, adalah sebagai peninggalan nenek moyang mereka, yaitu Ibrahim a.s.. Kemudian nabi saw. mengambil dan mengamalkannya semata-mata untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s., bukan karena menyesuaikan dengan lingkungan. Bukankah Nabi saw. juga telah menolakdan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang menjadi kebiasaan bangsa Arab, dan Nabi tidak menyukai untuk dirinya maupun ummatnya? Padahal, perbuatan-perbuatan itu sangat umum dan berlaku saat itu, seperti bertato, menyambung rambut, membunuh anak mengubur bayi wanita hidup-hidup, tidak menggunakan satir ketika buang air kecil maupun buang air besar sehingga sebagian orang musyrik mencela bahwa mereka suka kencing seperti wanita. Demikian juga tradisi riba dalam berdagang, dosa orang tua harus ditanggung oleh anaknya, dan sebaliknya, kemudian thawaf dalam keadaan telanjang, kembali

Page 54: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

dari Muzdalifah dalam ibadah haji dengan berjalan telanjang, menggelung janggut, dan sebagainya. Jika Rasulullah saw. hanya menikuti tradisi di lingkungannya, tentu beliau tidak akan menolak dan meninggalkannya sehingga orang-orang Arab tidak perlu takut terhadap kegiatan dakwah beliau.

Dalam riwayat lain, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ber¬sabda, "Panjangkanlah janggut kalian dan cukurlah kumis kalian, dan dengan ini janganlah kalian menyerupai orang-orang-orang Yahudi dan Nasrani." Dalam sebuah hadits yang dikutip dari Musannaf bin Abi Syaiban diceritakan bahwa seorang Majusi yang mencukur janggutnya dan memanjangkan kumisnya datang menemui Rasulullah saw. “Ketika melihat hal itu, Rasulullah saw. bersabda, "Di dalam agama kami, kami diperintahkan agar mencukur kumis dan memanjangkan janggut." (Hukmul Lihyah Fil Islam}

Ibnu Asakir dan yang lainnya mengatakan bahwa Hassan r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Terdapat sepuluh kebiasaan yang dilakukan oleh umat Nabi Luth a.s. yang menyebabkan mereka dibinasakan. Di antara kebiasaan-kebiasaan itu disebut¬kan juga mengenai mencukur janggut dan memanjangkan kumis." Harits bin Abi Usamah r.a. meriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir r.a. bahwa suatu ketika seorang 'ajm yang tidak beragama Islam memasuki masjid. Rasulullah saw. bertanya, Apakah yang menyebabkan kamu melakukan perbuatan ini?" Dia menjawab, "Tuanku telah memerintahkan saya untuk melakukannya." Rasulullah saw. bersab¬da, "Allah telah memerintahkan saya agar memanjangkan janggut dan mencukur kumis." (Hikmul Lihyah Fil Islam)

Imam Ahmad bin Hambal rah. a. di dalam kitabnya yang berjudul Kitabuz Zuhud meriwayatkan dari Aqil bin Mudrik bahwa Allah telah mewahyukan kepada salah seorang nabi-Nya dari ka-langan bani Israil, bahwa hendaknya nabi itu memberitahukan ke¬pada ummatnya agar jangan memakan makanan musuh-musuh-Nya (misalnya daging babi) dan mereka yang meminum air yang diminum musuh-musuh-Nya (arak), dan mereka jangan menyerupai wajah-wajah yang serupa dengan musuh-Nya. Jika mereka melakukan hal ini juga, maka mereka juga adalah musuh-musuh-Nya.

Setelah kita meninggal, yang pertama kali akan diperlihatkan kepada kita adalah wajah Rasulullah saw.. Pada saat ini yang sangat diperlukan dan diharapkan adalah syafaat Rasulullah saw., Jika beliau saw. melihat wajah dan bentuk muka yang tidak sesuai dengan sunnahnya, maka Rasulullah saw. akan memalingkan wajahnya ke arah lain. Kalau ini terjadi betapa malangnya kita!

Page 55: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

HIDUP TENTRAM BERSAMA SUNNAH

KEUTAMAAN MEMELIHARA JENGGOToleh DEDDY TRIANTO

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat membenci orang yang mencukur janggutnya, sehingga pada suatu ketika dua orang utusan Raja Kisra datang menghadap Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sedangkan janggut mereka dicukur bersih dan kumis mereka panjang-panjang.Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tak memandang keduanya dan bersabda, "Celakalah kalian berdua, siapakah yang menyuruh kalian berbuat seperti ini?" Mereka menjawab "Tuhan kami Raja Kisra memerintahkan Kami" Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tetapi Tuhanku memerintahkanku agar menumbuhkan janggut dan menggunting kumisku."(Bidayah wan-Nihayah jilid IV/269, Hayatus Shahabah jilid I/45)

"Memotong janggut ketika panjangnya kurang dari satu kepal menyerupai orang barat dan banci. Oleh kerana itu, tidak dibenarkan bagi siapapun untuk berbuat demikian, kerana mencukur bersih janggut adalah amalan Hindu dan Majusi dari Persia."(Shami Tabigh hal. 418)

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Allah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lelaki."(HR. Bukhari)

Aisyah r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sepuluh perkara adalah fitrah, diantaranya mencukur kumis dan menumbuhkan janggut"(hadits shahih riwayat Muslim, jilid I hal. 129)

Di dalam kitab Hukmul Lihya Fil Islam yang dikutip dari Ibnu Hibban , terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang menyebutkan: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda bahawa diantara fitrah Islam adalah mencukur kumis dan memanjangkan janggut kerana sesungguhnya orang-orang Majusi memanjangkan kumis mereka dan mencukur janggutnya. Maka berbezalah kalian dari mereka dengan cara mencukur kumismu dan memanjangkan janggutmu."

Dari Zaid bin Arqam r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa tidak memotong kumisnya, maka dia bukanlah dari golongan kami."(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa' - Misykat)

Imam Bukhari rah.a. menegaskan, apabila Ibnu Umar r.a. melakukan haji dan umrah, dia selalu memegang janggutnya dengan tangannya yang tergenggam, kemudian memotong janggut yang melebihinya.

Page 56: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dalam kitab Abu Dawud diberitakan:Dari Jabir r.a. berkata, "Kami pernah membiarkan janggut-janggut kami memanjang dan melebar, kecuali ketika musim haji atau umrah."

Dari Ibnu Umar r.a. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Guntinglah kumismu dan panjangkanlah janggutmu." Dalam riwayat lain, sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kami menggunting kumis dan memanjangkan janggut.

Dari Ibnu Umar r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tentanglah orang-orang musyrik dengan memanjangkan janggutmu dan menggunting kumismu."(muttafaq alaih - Misykat hal. 380)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Guntinglah kumismu dan tumbuhkanlah janggutmu, kerana dengan demikian kamu menentang kaum majusi (penyembah api)."(Shahih Muslim hal. 129)

Maka dalil-dalil tentang berjenggot itu sangat banyak sekali, dan berdasarkan nash yang shohihah, sebagai berikut ini:

1. "Abdullah bin Umar berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah jenggot kamu dan tipiskanlah kumis kamu". HR al Bukhari, Muslim dan al Baihaqi.

2. "Dari Abi Imamah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Potonglah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab". Hadits sahih, HR Ahmad dan at Tabrani.

3. "Dari Aisyah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Sepuluh perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) diantaranya ialah mencukur kumis dan memelihara jenggot". HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasaii dan Ibn Majah.

4. "Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu: Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Bahwasanya ahli syirik memelihara kumisnya dan memotong jenggotnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah jenggot kamu dan potonglah kumis kamu". HR al Bazzar.

5. Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : Janganlah kamu meniru (menyerupai) orang-orang Majusi (penyembah berhala) karena mereka itu memotong (mencukur) jenggot mereka dan memanjangkan (memelihara) kumis mereka". HR Muslim.

6. "Tipiskanlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu. Di riwayat yang lain pula : Potonglah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR al Bukhari.

7. Dari Abi Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Di antara

Page 57: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

fitrah dalam Islam ialah memotong kumis dan memelihara jenggot, bahwasanya orang-orang Majusi memelihara kumis mereka dan memotong jenggot mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Ibn Hibban

8. "Dari Abdullah bin Umar berkata : Pernah disebut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam seorang Majusi maka beliau bersabda : Mereka (orang-orang Majusi) memelihara kumis mereka dan mencukur jenggot mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka". HR al Baihaqi.

9. "Dari Ibn Umar Radiyallahu ?anhu berkata : Kami diperintah supaya memelihara jenggot". HR Muslim.

10. Dari Abi Hurairah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Cukurlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Muslim.

11. "Dari Abi Hurairah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : Peliharalah jenggot kamu dan cukurlah kumis kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani". HR Ahmad.

12. "Dari Ibn Abbas berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : Janganlah kamu meniru (menyerupai) Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah jenggot kamu". HR al Bazzar.

Page 58: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hadits-Hadits Yang Mewajibkan Memelihara Janggut Atau Jambang

Antara hadith-hadith sahih dari Nabi s.a.w yang menunjukkan wajibnya memelihara janggut dan jambang kemudian mewajibkan orang-orang lelaki beriman supaya memotong atau menipiskan misai mereka serta pengharaman dari mencukur atau memotong janggut mereka ialah:

Abdullah bin Umar berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah janggut kamu dan tipiskanlah misai (kumis) kamu. H/R al Bukhari, Muslim dan al Baihaqi.

Dari Abi Imamah : Bersabda Rasulullah s.a.w : Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab. Hadith sahih, H/R Ahmad dan at Tabrani.

Dari Aisyah berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Sepuluh perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) di antaranya ialah mencukur misai dan memelihara janggut. H/R Ahmad, Muslim, Abu Daud, at Turmizi, an Nasaii dan Ibn Majah.

Bagi individu yang menjiwai hadith di atas pasti mampu memahami bahawa Nabi Muhammad s.a.w melarang setiap mukmin dari meniru atau menyerupai suluk (tatacara) orang-orang kafir sama ada dari golongan Yahudi, Nasrani, Majusi atau munafik. Antara penyerupaan yang dilarang oleh baginda ialah berupa pengharaman ke atas setiap orang lelaki yang beriman dari mencukur janggut dan jambang mereka. Kemudian baginda melarang pula dari memelihara misai (kumis) kerana dengan memelihara misai kemudian mencukur janggut telah menyerupai perbuatan semua golongan orang-orang kafir. Antara motif utama dari larangan baginda itu ialah agar orang-orang yang beriman dapat mengekalkan sunnah supaya tidak mudah pupus di samping mengharamkan setiap orang yang beriman dari meniru tata-etika, amalan dan tata-cara orang-orang kafir atau jahiliah.

Larangan yang berupa penegasan dari syara ini telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad s.a.w melalui hadith-hadith baginda. Terlalu sukar untuk ditolak atau dinafikan tentang pengharaman mencukur janggut ini kerana terlalu banyak hadith-hadith sahih yang telah membuktikannya dengan terang tentang pengharaman tersebut.

Memang tidak dapat diragukan, antara penyerupaan yang diharamkan oleh Nabi Muhammad s.a.w ialah meniru perbuatan orang-orang kafir yang kebanyakan dari mereka lebih gemar mencukur janggut dan jambang mereka kemudian membiarkan (memelihara) misai mereka sebagai hiasan. Ketegasan larangan mencukur janggut yang membawa kepada penyerupaan masih dapat difahami melalui hadith-hadith baginda yang seterusnya sebagaimana di bawah ini:

Dari Ibn Umar ra berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka. H/R Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani.

Page 59: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari Abi Hurairah ra : Bersabda Rasulullah s.a.w : Bahawasanya ahli syirik memelihara misainya dan memotong janggutnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah janggut kamu dan potonglah misai kamu. H/R al Bazzar.

Bersabda Rasulullah s.a.w : Janganlah kamu meniru (menyerupai) orang-orang Majusi (penyembah berhala) kerana mereka itu memotong (mencukur) janggut mereka dan memanjangkan (memelihara) misai mereka. H/R Muslim.

Tipiskanlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu. Di riwayat yang lain pula : Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu. H/R al Bukhari.

Dari Abi Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah s.a.w : Di antara fitrah dalam Islam ialah memotong misai dan memelihara janggut, bahawasanya orang-orang Majusi memelihara misai mereka dan memotong janggut mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong misai kamu dan peliharalah janggut kamu. H/R Ibn Habban.

Dari Abdullah bin Umar berkata : Pernah disebut kepada Rasulullah s.a.w seorang Majusi maka beliau bersabda : Mereka (orang-orang Majusi) memelihara misai mereka dan mencukur janggut mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka. H/R al Baihaqi.

Dari Ibn Umar ra berkata : Kami diperintah supaya memelihara janggut. H/R Muslim.

Dari Abi Hurairah : Bersabda Rasulullah s.a.w : Cukurlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu. H/R Muslim.

Dari Abi Hurairah berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Peliharalah janggut kamu dan cukurlah misai kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani. H/R Ahmad.

Dari Ibn Abbas berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Janganlah kamu meniru (menyerupai) Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah janggut kamu. H/R al Bazzar.

Jumhur ulama (ulama tafsir, hadith dan fiqah) menegaskan bahawa suruhan yang terdapat pada hadith-hadith (tentang janggut) adalah menunjukkan suruhan yang wajib bukan sunnah kerana ia menggunakan lafaz atau kalimah: nada (gaya) suruhan yang tegas, jelas (dan diulang-ulang). Lihat : (ÊÝÓíÑ ÇáäÕæÕ) Adib Saleh. Jld. 2 m/s 241.

Larangan Nabi Muhammad s.a.w agar orang-orang yang beriman tidak mencukur janggut mereka dan tidak menyerupai Yahudi, Nasrani atau Majusi telah dilahirkan oleh baginda melalui sabdanya dengan beberapa gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, terang dan tegas. Sebagaimana hadith-hadith sahih di bawah ini:

Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah janggut kamu. H/R al-Bukhari dan Muslim.

Page 60: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Tinggalkan cara mereka (jangan meniru orang-orang musyrik) peliharalah janggut kamu dan cukurlah misai kamu. H/R al-Bazzar.

Tinggalkan cara Majusi (jangan meniru Majusi). H/R Muslim.

Dan janganlah kamu sekalian menyerupai Yahudi dan Nasrani. H/R Ahmad.

Janganlah kamu sekalian menyerupai orang-orang yang bukan Islam, peliharalah janggut kamu. H/R al-Bazzar.

Hadith-hadith di atas amat jelas menunjukkan bahawa Nabi Muhammad s.a.w telah mewajibkan kepada setiap orang-orang yang beriman agar memelihara janggut mereka kemudian memotong atau menipiskin misai mereka. Di samping itu mengharamkan mereka dari meniru perbuatan orang-orang kafir, sama ada golongan Yahudi, Nasrani, Majusi, munafik atau orang fasiq yang mengingkari surahan dan melanggar larangan yang terdapat di dalam hadith-hadith sahih tentang janggut dan penyerupaan sebagaimana kenyataan dari hadith-hadith sahih di atas tadi.

Begitu juga jika diteliti beberapa hadith di atas, maka antara ketegasan hadith tersebut ialah melarang orang-orang beriman dari meniru (menyerupai) perbuatan, amalan atau tingkah laku golongan Yahudi, Nasrani, Majusi dan semua orang-orang kafir, iaitu peniruan yang dilakukan dengan cara memotong (mencukur) janggut dan kemudian memelihara pula misai (kumis). Amat jelas dalam setiap hadith di atas suruhan atau perintah dari Nabi Muhammad s.a.w agar orang-orang yang beriman memelihara janggut mereka kemudian memotong atau menipiskan misai mereka. Antara tujuan suruhan tersebut ialah supaya orang-orang yang beriman tidak menyerupai golongan orang-orang kafir tidak kira apa jenis kekafiran mereka. Nabi telah memberi peringatan melalui hadith-hadith sahihnya kepada sesiapa yang melanggar dan mengabaikan perintah syara termauklah memelihara janggut.

Hadith dari Ibn Umar yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Tabrani yang telah dikemukakan di atas, perlu dijiwai dan dicernakan di hati setiap mukmin agar sentiasa menjadi panduan dan perisai untuk memantapkan pegangan (istiqamah) dalam memelihara hukum berjanggut. Hadith yang dimaksudkan ialah:

Dari Ibn Umar ra berkata : Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka dia telah tergolong (agama) kaum itu.

H/R Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani. Menurut keterangan al-Hafiz al-Iraqi dalam bhawa sanad hadith ini sahih.

Kesahihan hadith di atas dapat memberi keyakinan dan penerangan bahawa sesiapa yang meniru atau menjadikan orang-orang jahiliah sama ada dari kalanganYahudi, Nasrani atau Majusi sebagai contoh dan mengenepikan amalan yang telah ditetapkan oleh agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, maka peniru tersebut akan tetap menjadi golongan kafir yang ditiru selagi tidak bertaubat malah akan terus bersama mereka sehinggalah di akhirat. Kesahihan ini dapat dikuat dan dipastikan lagi dengan hadith sahih di bawah ini:

Page 61: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Tiga jenis manusia yang dibenci oleh Allah (antara mereka) ialah penganut Islam yang masih memilih (meniru) perbuatan jahiliah. H/R al-Bukhari.

Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibn Umar, Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda: Sesiapa yang meniru (menyerupai) seperti mereka (orang-orang bukan Islam) sehingga ia mati, maka ia telah termasuk dalam golongan (mereka sehingga ke akhirat).

Memelihara janggut adalah fitrah Islamiyah yang diamalkan oleh semua nabi-nabi, rasul-rasul a.s, para sahabat dan orang-orang yang soleh. Pengertian fitrah Islamiyah boleh difahami dari apa yang telah dijelaskan oleh Imam as Suyuti di dalam kitabnya:

Sebaik-baik pengertian tentang fitrah boleh dikatakan bahawa ia adalah perbuatan mulia dipilih dan dilakukan oleh para nabi-nabi dan dipersetujui oleh syara sehingga menjadi seperti satu kemestian ke atasnya.

Sirah atau sejarah semua rasul-rasul dan nabi-nabi sehinggalah ke sirah Nabi Muhammad s.a.w serta tarikh semua para sahabat terutama Khulafa ar Rasyidin telah didedahkan kepada kita bahawa mereka semua didapati memelihara janggut kerana mengimani dan mentaati setiap perintah agama dan berpegang kepada fitrah yang diturunkan kepada rasul yang diutus untuk mendidik dan menunjukkan mereka jalan kebenaran. Mereka yakin hanya dengan mentaati Nabi atau Rasulullah s.a.w dalam semua aspek akan berjaya di dunia dan di akhirat. Antara kisah nabi yang terdapat di dalam al-Quran yang disebut dengan janggut ialah kisah Nabi Harun sebagaimana firman Allah:

Harun menjawab : Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan pula kepalaku. TAHA, 20:94.

Para Isteri Nabi Muhammad s.a.w juga suka melihat Nabi berjanggut sehingga ada yang meletakkan minyak wangi di janggut dan jambang Nabi. Sebagaimana hadith sahih di bawah ini:

Dari Aisyah Ummul Mukminin berkata : Aku mewangikan Nabi s.a.w dengan sebaik-baik wangi-wangian pada rambut dan janggutnya. Muttafiq alaihi.

Berkata Anas bin Malik : Janggut Nabi s.a.w didapati lebat dari sini ke sini, maka diletakkan kedua tangannya di pipinya. H/R Ibn Asyakir (dalam Tarikhnya).

Di dalam kitab Jld. 10, M/s. 335, terdapat teks yang ditulis:

Memelihara janggut adalah kesan peninggalan yang diwariskan oleh (Nabi) Ibrahim alaihissalam wa ala nabiyina as salatu wassalam sebagaimana dia mewariskan (wajibnya) janggut maka begitu juga (wajibnya) berkhatan.

Dari Jabir berkata : Sesungguhnya Rasulullah lebat janggutnya. H/R Muslim.

Page 62: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari Muamar berkata : Kami bertanya kepada Khabbab, adakah Rasulullah s.a.w membaca (al-Quran) di waktu Zuhur dan Asar? Beliau berkata : Ya! Kami bertanya, dari mana engkau tahu? Beliau menjawab : Dengan bergerak-geraknya janggut baginda. H/R al Bukhari.

Dari Jabir berkata : Kebiasaannya Rasulullah s.a.w apabila bersikat dimulakan pada rambutnya kemudian pada janggutnya. H/R Muslim.

Dari Umar berkata : Sesungguhnya Rasulullah s.a.w lebat janggutnya, di riwayat yang lain tebal janggutnya dan di lain riwayat pula subur janggutnya. H/R at Turmizi.

Dari Anas bin Malik berkata : Sesungguhnya Rasulullah s.a.w apabila berwuduk meletakkan tapak tangannya yang berair ke bawah dagunya dan diratakan (air) di janggutnya. Beliau bersabda : Beginilah aku disuruh oleh Tuhanku. H/R Abu Daud.

Terdapat pada janggut (Nabi s.a.w) janggut yang putih. H/R Muslim.

Tidak kelihatan uban di janggutnya kecuali sedikit. H/R Muslim.

Rambut yang putih (uban) di kepala dan di janggut (Nabi Muhammad s.a.w) tidak melebihi dua puluh helai. H/R al-Bukhari.

Semua Para Sahabat r.a Berjanggut

Melalui keterangan yang diperolehi dari hadith sahih, athar dan sirah (sejarah para sahabat) terbukti tidak seorangpun dari kalangan para sahabat yang mencukur janggut mereka dan tidak seorangpun yang menghalalkan perbuatan mencukur janggut. Ini terbukti kerana didapati keseluruhan para sahabat berjanggut. Sebagaimana keterangan dari hadith-hadith di bawah ini:

Didapati Abu Bakar lebat janggutnya, Uthman jarang (tidak lebat) janggutnya tetapi panjang, dan Ali tebal janggutnya. H/R Turmizi.

Berkata al-Bukhari : Ibn Umar menipiskan misainya sehingga kelihatan kulitnya yang putih dan memelihara janggut dan jambangnya. Lihat: Fathulbari, jild 10, m/s 334.

Semasa Ibn Umar mengerjakan haji atau umrah, beliau menggenggam janggutnya, mana yang lebih (dari genggamannya) dipotong. H/R al-Bukhari.

Hadith-hadith di atas bukan sahaja menjelaskan suatu contoh perbuatan Nabi Muhammad, para nabi sebelum baginda dan juga para sahabat yang semua mereka memelihara janggut. Malah hadith-hadith di atas juga merupakan lanjutan yang berupa suruhan dari nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w meneruskan suruhan (lanjutan) tersebut ke atas orang-orang yang beriman supaya memelihara janggut mereka. Anehnya, dalam hal suruhan yang nyata ini dirasakan sukar difahami oleh segolongan para mufti, kadi, imam, ustaz dan alim ulama yang bertibaran di negara ini. Apakah mereka tidak pernah terjumpa (terbaca) walaupun sepotong dari

Page 63: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

beberapa hadith-hadith sahih sebagaimana yang tercatit di atas yang mewajibkan memelihara janggut sehingga mereka tidak sudi memeliharanya? Jika sekiranya mereka telah terbaca salah satu dari hadith-hadith tersebut mengapa pula tidak mahu menerima dan mentaatinya? Apakah mereka merupakan ulama buta, tuli, pekak dan bisu sehingga tidak dapat melihat, memahami, mengetahui dan menyampaikan sebegitu banyaknya hadith-hadith sahih yang memperkatakan tentang janggut? Mengapa pula suruhan dan larangan syara sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah di bawah ini tidak mereka sedari?:

Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka hendaklah kamu ambil (patuhi) dan apa yang ditegah kamu (dari melakukannya) maka hendaklah kamu tinggalkan. AL HASYAR, 59:7.

Ayat di atas memberi penekanan agar setiap orang-orang yang beriman bersikap patuh (taat), sama ada patuh dengan cara melaksanakan segala apa yang disuruh oleh Allah dan RasulNya atau patuh dengan cara meninggalkan segala apa yang telah dilarang atau diharamkan.

Orang-orang yang beriman tidak boleh mencontohi sikap Iblis yang enggan mematuhi suruhan Allah s.w.t apabila diarah supaya sujud kepada Nabi Adam a.s. Iblis dilaknat kerana mengingkari satu suruhan Allah. Keengganan mematuhi suruhan Rasulullah s.a.w samalah seperti mengingkari suruhan Allah kerana mentaati Rasulullah adalah asas mentaati Allah, maka mereka yang tidak mahu mematuhi arau mentaati suruhan Rasulullah s.aw yang diulang berkali-kali supaya memelihara janggut dan jambang dengan alasan berjanggut itu tidak kacak, selekeh, kelihatan comot dan sebagainya. Maka keingkaran dan alasan seperti ini ditakuti menyerupai alasan Iblis dan petanda yang mereka telah mewarisi sikap Iblis yang bongkak, biadab, bangga diri dan akhirnya ia dikekalkan di nereka hanya lantaran tidak mahu mematuhi satu-satunya suruhan Allah s.w.t iaitu sujud kepada bapa sekalian manusia..

Mentaati Allah dan Rasulnya dalam setiap aspek adalah bukti kukuh yang menandakan seseorang itu benar-benar mencintai Allah s.w.t dan RasulNya, kerana syarat untuk mencintai Allah dan RasulNya ialah ketaatan. Sebagaimana firman Allah:

Katakanlah jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutlah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. ALI IMRAN, 3:31.

Cinta perlukan pembuktian walaupun dalam hal atau perkara yang kecil dan dianggap remeh. Sikap orang-orang yang beriman apabila mengetahui bahawa Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu hukum dan menyeru mereka supaya mematuhinya, maka oleh kerana cinta mereka yang bersangatan terhadap Allah dan Rasulnya maka mereka akan mematuhinya tanpa banyak persoalan. Kepatuhan mereka adalah benar-benar didorong oleh rasa cinta kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman apabila mereka diseru kepada Allah dan RasulNya agar menghukum di antara mereka, ucapan mereka ialah : Kami mendengar dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.AN NUUR, 24:51.

Orang-orang yang beriman akan mentaati segala suruhan Allah dan RasulNya walaupun sekecil-kecilnya kerana mereka mengimani bahawa suruhan Allah s.w.t wajib dipatuhui. Mereka

Page 64: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

menyedari jika suruhan yang kecil dan mudah tidak mampu dilaksanakan tentunya yang besar-besar akan ditinggalkan. Malah orang yang beriman akan sentiasa berpegang teguh dengan suruhan Allah s.w.t sebagaimana yang terdapat pada ayat di bawah ini:

Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahawa sesungguhnya kewajipan Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. AL MAAIDAH, 5:92.

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. AN NISAA 4:64.

Ayat-ayat di atas merupakan suruhan agar kita mengambil (mentaati suruhan yang berupa setiap apa) yang didatangkan (yang berupa perintah) dari Allah dan RasulNya kemudian meninggalkan semua yang ditegah (dilarang atau diharamkan) serta melaksanakan semampu mungkin setiap suruhan terutamanya yang nyata wajibnya.

Allah dan RasulNya tidak meridhai perbuatan orang-orang kafir, oleh sebab itu melaknat siapapun dari kalangan orang Islam yang meniru cari mereka yang tidak diridhai oleh Allah dan RasulNya seperti perbuatan mencukur janggut kemudian memelihara misai mereka sahaja. Orang-orang yang menyedari bahawa perbuatannya yang suka meniru perbuatan orang-orang kafir itu dibenci, dilaknat dan tidak diridhai oleh Allah dan RasulNya tetapi mereka masih meneruskan perbuatan tersebut dan menyukainya, maka ingatlah Allah telah mengancam orang-orang seperti ini dengan firmanNya:

Yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka mengikuti (apa yang menimbulkan) kemurkaan Allah dan (kerana) membenci keridhaanNya, sebab itu Allah menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. MUHAMMAD, 47:28.

Nabi menegah orang-orang yang beriman dari mencukur janggut dan jambang mereka malah berkali-kali menyuruh memeliharanya dengan berbagai-bagai ungkapan agar dapat difahami dan diterima oleh umatnya. Apakah benar seseorang itu mencintai Allah dan RasulNya jika perkara yang paling mudah dan tidak mengeluarkan modal ini mereka abaikan dan tidak memperdulikannya langsung? Apakah mereka tidak mampu untuk memahami suruhan Nabi Muhammad s.a.w dan tidak mahu mentaatinya? Suri tauladan dari siapakah yang sewajarnya ditiru oleh orang-orang yang beriman? Apakah lebih berbangga dan menyenangi contoh yang ditiru dari Yahudi, Nasrani atau Majusi yang ditegah dari menirunya? Atau mencintai contoh dari Rasul utusan Allah, contoh dari para sahabat baginda dan contoh dari orang-orang soleh yang dibanggakan oleh setiap orang yang beriman apabila dapat mematuhi dan mentaati contoh tersebut? Contoh yang terbaik dan selayaknya dibanggakan hanyalah contoh yang ada pada diri Rasulullah s.a.w sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah (dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak mengingati Allah. AL AHZAB, 33:21.

Page 65: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. IBRAHIM, 14:36.

Berkata as-Syeikh Ismail al-Ansari dalam memperkatakan hadith (athar) dari Ibn Umar r.a:

Tidak syak lagi bahawa kata-kata Rasulullah s.a.w dan perbuatannya lebih berhak dan utama dipatuhi daripada kata-kata selain dari baginda, tidak kira siapapun orang itu. Lihat: Muhammad Ahmad bin Ismail

Mencintai Nabi Muhammad s.a.w dan sunnahnya ialah dengan cara mencontohi segala suri teladan dan amalannya, mentaati seruannya dan mematuhi segala suruhannya sedaya mungkin. Berjanggut atau berjambang adalah suri teladan, suruhan dan amalan yang berupa sunnah para rasul, para nabi, para sahabat dan orang-orang soleh sejak dahulu kala sehinggalah ke hari kiamat.

Kontributor : Rony Setyo Hariyono. Perpustakaan-Islam.com

Page 66: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Kewajiban Memelihara Janggut

Dari Zakariya bin Abi Zaidah dari Mush’ab bin Syaibah dari Thalq bin Habib dari Abdullah bin Az-Zubair dari Aisyah –r.ha- dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ة� طر� الف� م�ن ر_ ع�ش اء� الم� اق� ت�نش� و�اس و�اك� dو�الس ي�ة� اللdح م� اج� الب�ر� ل� و�غ�س ار� �ظف� األ gو�ق�ص

اء� إ�عف� و� ار�ب� الش] gق�ص

اء� الم� اص� انت�ق� و� الع�ان�ة� لق� و�ح� �ب�ط� اإل ن�تف� و�

ك�ر�ي]اء� : : ز� ال� ق� ع�ب_ م�ص ال� ق� ة� م�ض� الم�ض ت�ك�ون� أ�ن إ�ال] ة� ر� الع�اش� يت� ن�س� و�

“Ada sepuluh perkara dari fitrah: Mencukur kumis, memanjangkan janggut, bersiwak, beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), memotong kuku, bersuci dengan air, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan beristinja’ dengan air (istinja`).”

Zakariya berkata: Mush’ab berkata, “Dan aku lupa yang kesepuluh, kecuali dia adalah berkumur-kumur.” (HR. Muslim no. 261)

Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

اللdح�ى وا أ�عف� و� و�ار�ب� الش] وا ف� أ�ح

“Potonglah kumis dan biarkanlah janggut.” (HR. Al-Bukhari no. 5892 dan Muslim no. 259)

Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ذ�وا و�خ� اللdح�ى وا أ�عف� وا و�غ�يdر� ار�ب� و� الش] وا ب]ه� ت�ش� و�ال� يب�ك�م ش� ى ار� الن]ص� و� ود� ب�الي�ه�

“Panjangkanlah janggut, cukurlah kumis, dan warnailah uban kalian, serta janganlah kalian menyerupai orang Yahudi dan Nasrani.” (HR. Ahmad no. 8318 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1067)

Penjelasan ringkas:

Janggut adalah rambut yang tumbuh di pipi (dari bawah tulang pipi) dan yang tumbuh di dagu. Maka termasuk janggut adalah cambang yang tumbuh di bawah tulang pipi.

Page 67: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Membiarkan janggut dan tidak mencabut atau memangkasnya termasuk dari sunnah fitrah yang diperintahkan oleh Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam-. Karenanya para ulama telah bersepakat akan wajibnya membiarkan janggut dan haramnya mencabut atau memangkasnya. Ijma’ ini dinukil oleh Imam Ibnu Hazm dalam Maratib Al-Ijma’ hal. 157 dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiah sebagaimana dalam Al-Ikhtiyarat hal. 19. Dalil akan ijma’ ini adalah hadits-hadits di atas dan yang semisalnya, dan juga karena mencukur janggut merupakan perbuatan menyerupai orang-orang kafir dan juga menyerupai wanita, sementara kedua perkara ini telah dilarang oleh syariat dalam beberapa ayat dan hadits. Al-Atsariyyah.Com

Orang Kafir Sekarang Sudah Berjenggot, Kita Seharusnya Menyelisihi   Mereka

oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdulillah wash sholaatu was salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

[Sedikit Kerancuan] Ada yang berkata, ”Sekarang ini orang-orang Cina, para biksu, dan Yahudi ortodok juga memanjangkan jenggot. Kalau demikian memakai jenggot juga dapat dikatakan tasyabuh (menyerupai) orang kafir. Sehingga sekarang kita harus menyelisihi mereka dengan mencukur jenggot.”

Jawaban dari pernyataan di atas telah dijawab oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam ta’liq (komentar) beliau terhadap kitab Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim, hal. 220, karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau rahimahullah mengatakan,

”Ini sungguh kekeliruan yang besar. Karena larangan ini berkaitan dengan memelihara jenggot. Jika saat ini orang-orang kafir menyerupai kita, maka tetap saja kita tidak boleh berpaling dari apa yang telah diperintahkan walaupun mereka menyamai kita. Di samping memelihara jenggot untuk menyelisihi orang kafir, memelihara jenggot adalah termasuk fitroh (yang tidak boleh diubah sebagaimana penjelasan di atas, pen). Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada sepuluh fitroh, di antaranya memelihara (membiarkan) jenggot’. Maka dalam masalah memelihara jenggot ada dua perintah yaitu untuk menyelisihi orang kafir dan juga termasuk fithroh.”

Juga jawaban lebih memuaskan lagi dapat dilihat pada dua Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (komisi fatwa di Saudi Arabia, semacam komite fatwa MUI di Indonesia)

]Fatwa Pertama[ Fatwa no. 2258.

Pertanyaan : “Saya pernah mendengar bahwa memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib. Apakah pendapat ini benar? Jika ini benar, aku mohon agar dijelaskan mengenai sebab wajibnya hal ini. Dari yang saya ketahui ketika membaca salah satu buku bahwa sebab wajibnya memelihara jenggot adalah karena kita diharuskan melakukan yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan orang kafir (maksudnya kita diperintahkan menyelisihi orang kafir, pen). Akan

Page 68: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

tetapi saat ini orang-orang kafir malah memelihara jenggot, sehingga saya merasa tidak puas dengan alasan ini. Aku mohon agar aku diberi penjelasan mengenai sebab kenapa kita diperintahkan memelihara jenggot?”

Jawaban :

Alhamdulillah wahdah wash sholatu was salamu ‘ala rosulihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Wa ba’du

Sesungguhnya memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib dan mencukurnya adalah haram. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan selainnya dari shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Selisilah orang musyrik, biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” Begitu juga dalam riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (Hal ini berarti) terus menerus dalam mencukur jenggot termasuk al kabair (dosa besar). Maka wajib bagi seseorang untuk menasehati orang yang mencukur jenggot dan mengingkarinya.

Dan bukanlah maksud menyelisihi majusi dan orang musyrik adalah menyelisihi mereka di semua hal termasuk di dalamnya adalah hal yang benar yang sesuai dengan fithroh dan akhlaq yang mulia. Akan tetapi yang dimaksudkan dengan menyelisihi mereka adalah menyelisihi apa yang ada pada mereka yang telah menyimpang dari kebenaran dan yang telah keluar dari fithroh yang selamat serta akhlaq yang mulia.

Dan sesuatu yang telah diselisihi oleh orang majusi, orang musyrik, dan orang kafir lainnya adalah dalam masalah mencukur jenggot. Dengan melakukan hal ini, mereka telah menyimpang dari kebenaran dan keluar dari fithroh yang bersih serta telah menyelisihi ciri khas para Nabi dan Rasul. Maka menyelisihi mereka dalam hal ini adalah wajib yaitu dengan memelihara (membiarkan) jenggot dan memendekkan kumis. Hal ini dilakukan dalam rangka mengikuti petunjuk para Nabi dan Rasul dan mengikuti apa yang dituntunkan oleh fitroh yang bersih (selamat). Telah terdapat dalil pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Ahmad, Muslim dan lainnya)

Jika (pada saat ini) orang kafir malah memelihara jenggot, maka ini bukan berarti boleh bagi kaum muslimin untuk mencukur jenggot mereka. Sebagaimana dalam penjelasan di atas bahwasanya bukanlah yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka dalam segala hal. Namun, yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka pada hal-hal yang mereka telah menyimpang dari kebenaran dan telah keluar dari fithroh yang selamat.Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’

Page 69: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan

Wakil Ketua : Abdur Rozaq Afifi

Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

]Fatwa Kedua[ Fatwa no. 4988 (yang sengaja kami ringkas agar tidak terlalu panjang)Memelihara jenggot termasuk tuntutan fitroh sebagaimana terdapat pada kurun pertama dan juga hal ini merupakan syari’at Nabi-nabi terdahulu sebagaimana merupakan syari’at Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah umum bagi semua makhluk dan wajib bagi mereka untuk melaksanakannya hingga hari kiamat. Allah telah berfirman mengenai Nabi Musa dan saudaranya Harun ‘alaihimas salam serta kepada kaumnya Bani Israil ketika mereka menyembah anak sapi,

“Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta’atilah perintahku”. Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami”. Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”.” (QS. Thoha : 90-94)

Page 70: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Maka lihatlah, memelihara jenggot adalah sesuatu yang disyari’atkan pada syari’at Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas salam. Kemudian Nabi Isa ‘alaihis salam membenarkan ajaran yang ada pada Taurat, maka lihyah (jenggot) juga merupakan syari’at Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka semua (Nabi Musa, Harun dan Isa) adalah para rasul Bani Israil yaitu Yahudi dan Nashrani. Jadi, tatkala orang Yahudi dan Nashrani meninggalkan memelihara jenggot, maka mereka telah salah (rusak) sebagaimana mereka telah rusak tatkala meninggalkan ajaran tauhid dan syari’at Nabi-nabi mereka. Mereka juga telah menggugurkan perjanjian yang seharusnya mereka ambil yaitu untuk mengimani Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa saja dari Yahudi dan Nashrani yang kembali pada ajaran yang sesuai dengan syari’at setiap Nabi di antaranya adalah memelihara jenggot, maka kita tidaklah menyelisihi mereka dalam hal ini karena mereka telah kembali kepada sebagian kebenaran. Sebagaimana pula kita tidaklah menyelisihi mereka jika mereka kembali pada tauhid dan kembali beriman kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan jika memang mereka beriman, kita akan menolong (menguatkan) mereka dan memujinya disebabkan keimanan ini serta kita akan saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’

Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan

Wakil Ketua : Abdur Rozaq Afifi

Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

Demikianlah Fatwa Kedua Lajnah Ad Da’imah. Semoga perkataan ulama dan fatwa-fatwa di atas bisa menjawab sedikit kerancuan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat.Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Allahumman fa’ana bimaa ‘allamtana, wa ‘alimna maa yanfa’una wa zidnaa ‘ilmaa. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Page 71: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hukum Jenggot dalam Syari'at Islam

MEMELIHARA JENGGOT ADALAH TIDAK WAJIB KARENA KAJIAN ANATOMI MENYATAKAN BAHWA TIDAK SEMUA ORANG BERJENGGOT ?

oleh Abu Al-Jauzaa'

Tanya : Seorang Ustadz pernah menjelaskan bahwa hukum jenggot menurut beliau tidak wajib.

Beliau menguatkan alasan ketidakwajibannya itu berdasarkan ilmu anatomi tubuh yang

kebetulan beliau kuasai dimana tidak semua orang dapat berjenggot. Sehingga, apabila jenggot

itu wajib, kasihan dong dengan orang yang tidak berjenggot. Apalagi kaum wanita. Tentu

mereka akan berdosa semua. Bagaimana sebenarnya kedudukan permasalahan ini dalam kaca

mata syari’at Islam ?

Jawab : Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada beliau, maka apa yang beliau sampaikan

adalah keliru (kalau tidak boleh dikatakan sangat keliru). Permasalahan anatomi manusia bahwa

tidak setiap orang itu mempunyai jenggot, tidak ada hubungannya sama sekali dengan metode

istinbath hukum dalam permasalahan ini. Dan satu lagi, hal itu (bahwa tidak setiap orang

mempunyai jenggot) bukanlah hal yang hanya diketahui orang jaman sekarang saja, akan tetapi

sudah sangat ma’ruf/diketahui semenjak jaman Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, bahkan jauh

sebelum itu. Alasan yang beliau sampaikan untuk mengatakan tidak wajibnya memelihara

jenggot berdasarkan dalil anatomi – sepanjang pengetahuan kami – tidak pernah ternukil dari

para ulama mu’tabar Ahlus-Sunnah (bahkan dalam nukilan pendapat paling lemah sekalipun). Ini

adalah satu hujjah yang terkesan dipaksakan dan – maaf – terlalu mengada-ada.

Pensyari’atan jenggot dalam Islam adalah khusus bagi laki-laki (bukan pada wanita) dan bagi

mereka yang memang Allah karuniai jenggot yang tumbuh di pipi dan dagunya ]1[. Jika memang

Page 72: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

seseorang yang ”dari sananya” tidak tumbuh jenggot, tentu tidak dikenai kewajiban

(memelihara) jenggot. Allah telah berfirman :

:ه:ا ل ع:ه:ا وس< Bال إ ا Cف<س: ن Dه الل >ف :ل يك ال

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” [QS. Al-

Baqarah : 286].

Permasalahannya adalah bagi mereka (laki-laki) yang mempunyai jengot, namun malah

memangkas atau mencukurnya. Inilah yang dijadikan khithab (objek yang diajak bicara) dari

sabda Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam dalam banyak haditsnya. Dan inilah yang dijadikan

bahasan para ulama kita semenjak dahulu sampai dengan sekarang. Pembicaraan atau khilaf

mengenai hukum memelihara jenggot itu secara garis besar terangkum dalam 4 (empat) pendapat

masyhur. Namun sebelumnya perlu ditekankan bahwa khilaf ini sebatas pada khilaf terhadap

jenggot yang panjangnya melebihi genggaman tangan. Khilaf ini tidak mencakup perbuatan

mencukur pendek-pendek atau mencukur habis jenggot, sebab madzhab empat dan selainnya

(Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah, Hanabilah, dan Dhahiriyyah) telah sepakat tentang

keharamannya. Khilaf tersebut adalah sebagai berikut : ]2[

1. Tidak memotong jenggot sama sekali dengan membiarkannya sebagaimana adanya. Ini adalah

pendapat yang dipilih oleh Asy-Syafi’i dalam satu nukilan (Al-’Iraqi), sebagian ulama

Syafi’iyyah, sebagian ulama Hanabilah, dan beberapa ulama yang lainnya.

Pendapat ini berhujjah dengan keumuman hadits Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam :

الشوارب وأحفوا اللحى وفروا المشركين خالفوا

”Selisilah oleh kalian orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan potonglah kumis” [HR.

Al-Bukhari no. 5553 dan Muslim no. 259].

اللحى وأعفوا الشوارب أحفوا

”Potonglah kumis kalian dan peliharalah jenggot” [HR. Muslim no. 259].

اللحى وأعفوا الشوارب انهكوا

”Potong sampai habis kumis kalian dan peliharalah jenggot” [HR. Al-Bukhari no. 5554].

المجوس خالفوا اللحى وأرخوا الشوارب جزوا

Page 73: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

”Potong/cukurlah kumis kalian dan panjangkanlah jenggot. Selisilah oleh kalian kaum

Majusi” [HR. Muslim no. 260].

الشوارب وأحفوا اللحى فاعفوا فخالفوهم لحاهم ويحفون شواربهم يعفون الشرك أهل إن

”Sesungguhnya orang musyrik itu membiarkan kumis mereka lebat. Maka selisihilah mereka

! Peliharalah jenggot dan potonglah kumis kalian” [HR. Al-Bazzar no. 8123; hasan].

اللحية وإعفاء الشوارب بإحفاء أمر أنه وسلم عليه الله صلى النبي عن عمر بن عن

Dari Ibnu ’Umar, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam : ”Bahwasannya beliau

memerintahkan untuk memotong kumis dan memelihara jenggot” [HR. Muslim no. 259].

Menurut kaidah ushul-fiqh, semua lafadh yang mengandung perintah menunjukkan makna

wajib kecuali ada dalil yang memalingkannya.]3[ Menurut mereka, tidak ada dalil shahih,

sharih (jelas), lagi setara yang memalingkan dari kewajiban ini.

Ahmad bin Qaasim Al-’Abbaadi Asy-Syafi’i berkata :

: حلق تحريم على األم في Dنص قد الشافعي اإلمام إن الكفاية حاشية في ف<عة الر> ابن قال

في الشاشي? الق:فDال وأستاذه اإليمان شع:ب في <مي? :ي والحل :شBي? ك ر< Dالز Dنص وكذلك ، اللحية

اللحية حلق تحريم على الشريعة محاسن

”Telah berkata Ibnur-Rif’ah dalam kitab Haasyiyah Al-Kifaayah : ’Sesungguhnya Imam

Asy-Syafi’i telah menegaskan dalam kitab Al-Umm tentang keharaman mencukur jenggot.

Dan begitu pula yang ditegaskan oleh Az-Zarkasyi dan Al-Hulaimi dalam kitab Syu’abul-

Iman, dan gurunya (yaitu) Al-Qaffaal Asy-Syaasyi dalam kitab Mahaasinusy-Syar’iyyah atas

keharaman mencukur jenggot” [Hukmud-Diin fil-Lihyah wat-Tadkhiin oleh ’Ali Al-Halaby

hal. 31].

An-Nawawi berkata :

, C أصال شيء بتقصير لها يتعرض وأال حالها على تركها والمختار

”Pendapat yang terpilih adalah membiarkan jenggot sebagaimana adanya, dan tidak

memendekkannya sama sekali” [Syarh Shahih Muslim 2/154].

Al-Hafidh Al-’Iraqi berkata :

Page 74: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

, , قول وهو شيء منها يقطع ال وأن حالها على اللحية ترك األولى أن على الجمهور واستدل

وأصحابه الشافعي

”Jumhur ulama berkesimpulan pada pendapat pertama untuk membiarkan jenggot

sebagaimana adanya, tidak memotongnya sedikitpun. Hal itu merupakan perkataan/pendapat

Imam Asy-Syafi’i dan para shahabatnya” [Tharhut-Tatsrib 2/83].

Al-Qurthubi berkata :

قصها وال نتفها وال حلقها يجوز ال

”Tidak diperbolehkan untuk mencukur, mencabut, dan memangkas jenggot” [Tahriimu

Halqil-Lihaa oleh ’Abdurrahman bin Qasim Al-’Ashimi Al-Hanbaly hal. 5].

As-Saffarini Al-Hanbaly berkata :

اللحية Bل<ق ح: حرم:ة ، المذهب في المعتمد

”Pendapat yang mu’tamad (resmi/dapat dipercaya) dalam Madzhab (Hanabilah) adalah

diharamkannya mencukur jenggot” [Ghadzaaul-Albaab 1/376].

Abu Syaammah Al-Maqdisy Asy-Syafi’y berkata :

يقصونها كانوا أنهم المجوس عن نقل مما أشد وهو لحاهم يحلقون قوم حدث وقد

”Telah ada suatu kaum yang biasa mencukur jenggotnya (sampai habis). Hal itu lebih parah

dari apa yang ternukil dari orang Majusi dimana mereka hanya memotongnya saja (tidak

sampai habis)” [Fathul-Bari 10/351 no. 5553].

2. Membiarkan jenggot sebagaimana adanya, kecuali dalam ibadah haji dan ’umrah dimana

diperbolehkan memotong apa-apa yang berada di bawah genggaman tangan dari panjang

jenggotnya. Pendapat ini merupakan pendapat yang dipegang oleh mayoritas tabi’in, Asy-

Syafi’i, (hal yang disukai) oleh Malik, dan ulama yang lainnya. Pendapat ini dibangun

dengan dalil yang disampaikan oleh pendapat pertama yang kemudian ditaqyid dengan atsar

Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma :

اللحى وفروا المشركين خالفوا قال وسلم عليه الله صلى النبي عن عمر بن عن نافع عن

أخذه فضل فما لحيته قبضعلى اعتمر أو حج إذا عمر بن وكان الشوارب وأحفوا

Page 75: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dari Nafi’, dari Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam,

beliau bersabda : ”Selisilah oleh kalian orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan

potonglah kumis”. (Nafi’ berkata : ) ”Adalah Ibnu ’Umar, jika ia menunaikan ibadah haji

atau ’umrah, maka ia menggenggam jenggotnya. Maka apa-apa yang melebihi dari

genggaman tersebut, ia potong” [HR. Bukhari no. 5553 dan Muslim no. 259].

من وال رأسه من يأخذ لم الحج يريد وهو رمضان من أفطر إذا كان عمر بن الله عبد أن نافع عن

يحج حتى شيئا لحيته

Dari Nafi’ : Bahwasanya Abdullah bin ’Umar radliyallaahu ’anhuma apabila datang bulan

Ramadlan, dan ia ingin melakukan ibadah haji, maka ia tidak memotong rambut kepalanya

dan jenggotnya sedikitpun hingga ia benar-benar melaksanakan haji” [HR. Malik dalam Al-

Muwaththa’ Kitaabun-Nikaah 1/396, dan darinya Asy-Syafi’i meriwayatkan dalam Al-Umm

7/253].

الكف على زاد ما فيقطع لحيته يقبضعلى عمر بن رأيت قال المقفع سالم بن يعني مروان عن

Dari Marwan – yaitu Ibnu Saalim Al-Muqaffa’ – ia berkata : ”Aku pernah melihat Ibnu

’Umar menggenggam jenggotnya, lalu ia memotong apa-apa yang melebihi telapak

tangannya” [HR. Abu Dawud no. 2357; hasan].

’Atha’ bin Abi Rabbah juga telah menceritakan/menghikayatkan dari sekelompok shahabat

(dan tabi’in) dimana ia berkata :

عمر أو حج في إال اللحية يعفوا أن يحبون .كانوا

”Mereka (para shahabat dan tabi’in) menyukai untuk memelihara jenggot, kecuali saat haji

dan ’umrah (dimana mereka memotongnya apa-apa di bawah genggaman tangan)” [HR. Ibnu

Abi Syaibah 5/25482 dengan sanad shahih] ]4[.

Madzhab Imam Malik adalah sebagaimana tertera dalam Al-Muwaththa’ dimana beliau

membawakan riwayat Ibnu ’Umar yang membolehkan memotong jenggot yang melebihi

genggaman tangan di waktu haji dan ’umrah [Al-Muwaththa’ 1/318]. Imam Malik tidak

memberikan kelongaran dalam memotong jenggot kecuali saat haji dan ’umrah [Ikhtilaaful-

Imam Malik wasy-Syafi’i 7/253]. Beliau hanya menyukainya saja dan tidak mewajibkannya

[Al-Mudawwanah 2/430].

Page 76: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ar-Rabi’ bin Sulaiman bin ’Abdil-Jabbar bin Kamil (salah seorang murid besar dari Imam

Asy-Syafi’i) meriwayatkan bahwa Imam Asy-Syafi’i membolehkan memotong jenggot yang

panjangnya melebihi satu genggam berdasarkan riwayat Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma.

Ar-Rabi’ berkata :

: لحيته من أخذ عمرة أو حج في حلق إذا كان عمر ابن أن نافع عن مالك وأخبرنا الشافعي قال

.وشاربه

[ الربيع ( ) : :[قال في: النسك إنما وشاربه، لحيته من األخذ أحد ليسعلى نقول فإنا قلت

الرأس؟

: علمتها عندكم غيره عن رواية بغير عليه تركتم مما وهذا الشافعي .قال

”Telah berkata Asy-Syafi’i : Telah mengkhabarkan kepada kami Malik (bin Anas) dari

Nafi’ : Bahwasannya Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma apabila mencukur (rambut) ketika

ibadah haji, maka beliau memotong jenggotnya (selebih dari genggaman tangan) dan

kumisnya”. Aku (yaitu Ar-Rabi’) berkata : ”Sesungguhnya kami berkata : Tidak boleh bagi

seorangpun untuk memotong jenggot dan kumisnya. Bukankah dalam ibadah haji hanya

disyari’atkan mencukur kepala saja ?”. Maka Asy-Syafi’i berkata : ”Ini termasuk hal yang

kalian tinggalkan atasnya tanpa dasar riwayat dari selainnya di sisi kalian yang aku ketahui”

[Ikhtilaaful-Imam Malik wasy-Syafi’i 7/253]. Di sini Imam Asy-Syafi’i memegang atsar Ibnu

’Umar dalam hal tersebut.

Dalam kitab lain Imam Asy-Syafi’i berkata :

عليه، شيء فال يفعل لم وإن لله، C شيئا شعره من يضع حتى وشاربه، لحيته من أخذ لو إلي وأحب

اللحية في الرأسال في هو إنما النسك .ألن

”Aku menyukai jika ia memotong jenggot dan kumisnya, hingga ia meletakkan dari

rambutnya sesuatu karena Allah. Jika ia tidak melakukannya, maka tidak apa-apa baginya,

karena dalam ibadah haji yang wajib hanyalah (memotong) rambut kepala, tidak pada

jenggot” [Al-Umm 2/2032].

3. Diperbolehkan memotong jenggot yang terlalu panjang (yang melebihi batas genggaman

tangan) sehingga membuat jelek penampilannya. Pendapat ini merupakan pendapat masyhur

dari Malik bin Anas dan Qadli ’Iyadl.

Page 77: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Perkataan Imam Malik tentang bolehnya memotong jenggot karena panjangnya sehingga

nampak padanya aib adalah sebagaimana terdapat dalam At-Tamhid karya Ibnu ’Abdil-Barr

(24/145) dan Al-Muntaqaa karya Al-Baaji (3/32). ]5[

Telah berkata Al-Qadli ’Iyadl ;

تكره بل فحسن عظمت إذا وعرضها طولها من األخذ وأما وتحذيفها وقصها اللحية حلق يكره

تقصيرها في يكره كما تعظيمها في الشهرة

”Mencukur, memangkas, dan mencabut jenggot adalah dibenci. Adapun jika ia memotong

karena terlalu panjang dan (menjaga) kehormatannya jika ia membiarkannya (sehingga

nampak jelek), maka itu adalah baik. Akan tetapi dibenci untuk membiarkan selama

sebulan]6[ sebagaimana dibenci untuk memendekkannya” [Fathul-Baari 10/351 no. 5553].

4. Disukai untuk memotong jenggot yang melebihi satu genggam secara mutlak, tidak dibatasi

oleh waktu haji dan ’umrah. Pendapat ini merupakan pendapat masyhur dari kalangan

Hanafiyyah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Hanabilah, serta sebagian tabi’in.

Telah berkata Muhammad bin Al-Hasan – shahabat besar Abu Hanifah – rahimahumallah :

:- يقص - ثم لحيته يقبضعلى كان أنه عنهما الله رضي عمر ابن عن الهيثم عن حنيفة أبو أخبرنا

: . حنيفة أبي قول وهو نأخذ، وبه محمد قال القبضة تحت .ما

”Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Hanifah, dari Al-Haitsam, dari Ibnu ’Umar

radliyallaahu ’anhuma : Bahwasannya ia (Ibnu ’Umar) menggenggam jenggotnya, kemudian

memotong apa-apa yang berada di bawah genggaman tersebut”. Berkata Muhammad (bin Al-

Hasan) : Kami mengambil pendapat tersebut. Dan itulah perkataan Abu Hanifah” [Al-

Aatsaar 900].

Ibnu ’Abidin Al-Hanafy berkata :

, , القبضة على زاد ما قطع بوجوب النهاية في وصرح حلقها أي ـ لحيته قطع الرجل على ويحرم

, , كلها وأخذ أحد يبحه فلم الرجال ومخنثة المغاربة بعض يفعله كما ذلك دون وهي منها األخذ وأما

, األعاجم ومجوس الهند يهود فعل

”Dan diharamkan bagi seorang laki-laki memotong jenggotnya – yaitu mencukurnya. Dan

telah dijelaskan dalam An-Nihayah atas wajibnya memotong apa-apa yang melebihi

genggaman tangan. Adapun mengambil kurang dari itu (yaitu memotong jenggot yang belum

Page 78: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

melebihi satu genggaman tangan) - sebagaimana yang dilakukan sebagian orang-orang

Maghrib dan orang-orang banci, maka tidak seorang pun ulama yang membolehkannya. Dan

memotong seluruh jenggot merupakan perbuatan orang-orang Yahudi Hindustan dan orang-

orang Majusi A’jaam (non-Arab)” [Raddul-Mukhtaar 2/418].

Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal adalah membolehkan memotong/mencukur jenggot

selebih genggaman tangan, namun tidak boleh kurang dari itu. Telah berkata Al-Khalaal :

Telah mengkhabarkan kepadaku Harb, ia berkata : Ahmad (bin Hanbal) pernah ditanya

tentang memotong jenggot. Maka beliau menjawab : ”Sesungguhnya Ibnu ’Umar

memotongnya, yaitu rambut jenggot yang melebihi genggaman tangannya”. (Harb berkata) :

”Seakan-akan beliau berpendapat dengan perbuatan Ibnu ’Umar tersebut”. Aku (Harb)

bertanya kepada beliau : ”Apa hukumnya memelihara (jenggot) ?”. Beliau berkata : ”Telah

diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam (tentang perintah tersebut)”. Harb

berkata : ”Seakan-akan beliau berpendapat tentang wajibnya memelihara jenggot (yaitu tidak

boleh memotongnya sama sekali)”. Selanjutnya Al-Khalaal berkata : Telah mengkhabarkan

kepadaku Muhammad bin Harun, bahwasannya Ishaq (bin Haani’) telah menceritakan

kepada mereka, bahwa ia berkata : ”Aku bertanya kepada Ahmad (bin Hanbal) tentang

seorang laki-laki yang memotong rambut yang tumbuh di kedua pipinya”. Maka beliau

menjawab : ”Hendaknya ia memotong jenggotnya yang panjangnya melebihi genggaman

tangan”. Aku (Ishaaq) berkata : ”Bagaimana dengan hadits Nabi shallallaahu ’alaihi

wasallam : Potonglah kumis dan peliharalah jenggot ?”. Maka beliau menjawab :

”Hendaknya ia memotong karena panjang jenggotnya (yang melebihi genggaman tangan),

dan (rambut yang tumbuh) di bawah tenggorokannya”. (Ishaq berkata) : Aku melihat Abu

’Abdillah (Ahmad bin Hanbal) memotong panjang jenggotnya (yang melebihi genggaman

tangan) dan (rambut yang tumbuh) di bawah tenggorokannya” [Kitab At-Tarajjul min

Kitaabil-Jaami’ hal. 113-114].

Tarjih : Pendapat yang paling kuat menurut kami adalah pendapat kedua yang membolehkan

memotong jenggot jika telah melebihi genggaman tangan pada waktu haji dan ’umrah. Atsar

Ibnu ’Umar merupakan pentaqyid yang sangat jelas, yaitu berkaitan dengan waktu dan batasan

panjang yang diperbolehkan [7]. Taqyid ini merupakan ijma’ (yaitu jenis ijma’ sukuti) yang

terjadi di kalangan shahabat tanpa ternukil adanya pengingkaran. Dan sangat mungkin ini juga

Page 79: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

merupakan ijma’ yang terjadi di kalangan tabi’in. Apalagi diperkuat oleh atsar shahih dari ’Atha’

dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.

Wajib hukumnya memelihara (membiarkan) jenggot menurut nash yang jelas dari As-Sunnah,

dan haram hukumnya memotong lebih pendek dari genggaman tangan atau bahkan mencukur

habis keseluruhan jenggot. Namun jika memang sudah terlalu panjang sehingga memperburuk

penampilan, diperbolehkan untuk memotongnya dengan batasan yang telah ditentukan syari’at

(tidak boleh lebih pendek dari satu genggam).

Di sini mungkin perlu kami ingatkan tentang ucapan Ibnu Hazm :

تجوز ال مثلة اللحية جميع حلق أن واتفقوا

”Para ulama sepakat (ijma’) bahwa mencukur seluruh jenggot adalah tidak diperbolehkan

(haram)” [Maraatibul-Ijmaa’ hal 157].

Hal tersebut sebagaimana juga dikatakan oleh Abul-Hasan bin Qaththaan Al-Maliki dalam kitab

Al-Iqnaa’ fii Masaailil-Ijmaa’ 2/3953.

Sebagai seorang muslim, menjadi keharusan untuk mematuhi perintah Nabi shallallaahu ’alaihi

wasallam dan mencontoh sifat-sifat yang ada padanya [8].

Mudlarat dari Memotong/Mencukur Jenggot

1. Menyelisihi perkara-perkara Nubuwwah yang datang dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi

wasallam – yang tiadalah yang diucapkan beliau itu menurut kemauan hawa nafsunya –

untuk memelihara jenggot. Allah ta’ala telah berfirman :

nيمB ل: أ nع:ذ:اب :هم< يصBيب و<

: أ nة: <ن فBت :هم< تصBيب ن: أ BهBم<ر: أ ع:ن< Bفون: ال يخ: DذBين: ال Bح<ذ:ر: <ي ف:ل

”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan

atau ditimpa azab yang pedih” [QS. An-Nuur : 63].

2. Penyelisihi perkataan-perkataan ahlul-’ilmi (ulama) – para pewaris Nabi – yang kita

diperintahkan untuk mentaatinya, sebagaimana firman Allah ta’ala :

مBنكم< Bم<ر: األ و:أو<لBي سول: Dالر > طBيعوا

: و:أ 4ه: الل > طBيعوا: أ > آم:نوا DذBين: ال ?ه:ا ي

: أ :ا ي

Page 80: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

antara kamu” [QS. An-Nisaa’ : 59].

3. Menyelisihi petunjuk para nabi dan rasul dalam hal yang umum, dimana sunnah-sunnah

mereka semuanya adalah memelihara jenggot. Allah ta’ala telah berfirman :

:مBين: <ع:ال Bل ل ى <ر: ذBك D Bال إ هو: Bن< إ C ج<را: أ Bه> :ي ع:ل لكم<

: أ س<: أ D ال قل :دBه< اق<ت Bهد:اهم ف:ب 4ه الل ه:د:ى DذBين: ال Bك: ئ ـ: أو<ل

”Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk

mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-

Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat” [QS. Al-

An’aam : 90].

4. Menyelisihi petunjuk nabi kita Muhammad shallallaahu ’alaihi wasallam dalam hal yang

khusus, karena Allah telah memerintahkan kita untuk ber-ittiba’ kepada beliau :

:q Bق:ابBع> ال دBيد ش: Dه: الل DنB إ Dه: الل Dقوا و:ات :هوا ف:انت <ه ع:ن :ه:اكم< ن و:م:ا ف:خذوه سول Dالر :اكم آت وم:ا

”Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya

bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat

keras hukuman-Nya” [QS. Al-Hasyr : 7].

C Bيرا :ث ك Dه: الل :ر: و:ذ:ك خBر: اآل< :و<م: <ي و:ال Dه: الل جو :ر< ي :ان: ك >م:ن ل nة: ن ح:س: nو:ة أس< BهD الل Bسول ر: فBي :كم< ل :ان: ك :ق:د< ل

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah” [QS. Al-Ahzaab : 21].

5. Menyelisihi petunjuk para pendahulu kita yang shalih (salafunash-shaalih) dari kalangan

shahabat dan para tabi’in radliyallaahu ’anhum ajma’in dimana tidak diketahui satupun di

antara mereka yang mencukur (pendek-pendek/habis) jenggotnya. Mereka adalah para imam

kita dalam petunjuk, contoh kita dalam kebaikan, dan bintang-bintang kita yang menerangi

dalam kegelapan. Mereka adalah kaum yang tidak akan mencelakan orang yang

mengikutinya dengan idzin Allah.

6. Menyelisihi sunnah-sunnah fithrah yang telah Allah tetapkan pada manusia. Allah berfirman :

BهD الل Bل<ق Bخ: ل <دBيل: :ب ت ال: <ه:ا :ي ع:ل Dاس: الن ف:ط:ر: Bي Dت ال BهD الل ة: فط<ر:

Page 81: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

”(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada

peubahan pada fitrah Allah” [QS. Ar-Ruum : 30].

7. Merubah ciptaan Allah tabaraka wata’ala, padahal semua ciptaan Allah adalah baik. [9]

8. Menyerupai orang-orang musyrikin, Yahudi, dan penyembah berhala. Padahal Allah telah

memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka.

9. Menyerupai wanita. Allah telah berfirman :

:األنث:ى ك :ر الذDك <س: :ي و:ل

”Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan” [QS. Ali-’Imran : 36].

10. Mengingkari karunia nikmat (jenggot) ini, dimana telah Allah muliakan laki-laki dengannya.

11. Dan yang lain-lain.

Peringatan :

1. Atsar Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin rahimahumallah :

لحيتك : : طول من تأخذ أن به بأس ال فقاال سيرين وابن الحسن سألت قال هالل أبي عن .وكيع

Dari Waki’, dari Abu Hilal ia berkata : Aku bertanya kepada Al-Hasan (Al-Bashri) dan Ibnu

Sirin (tentang hukum memotong jenggot), maka mereka menjawab : “Tidak mengapa untuk

mengambil/memotong dari panjang jenggotmu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah

5/226].

Atsar ini adalah dla’if karena kebersendirian Abu Hilaal Ar-Raasiby. Ia adalah seorang rawi

yang diperbincangkan yang seseorang tidak boleh berhujjah dengannya jika bersendirian

dalam meriwayatkan hadits.

Ibnu Hajar berkata : Ia seorang yang shaduq, tapi layyin (lemah haditsnya)” [At-Taqrib no.

5923].

Adz-Dzahabi berkata : ”Abu Dawud mentsiqahkannya; Abu Hatim berkata : Tempatnya

kejujuran; tapi tidak kokoh; An-Nasa’i berkata : Tidak kuat (laisa bil-qawiy); Ibnu Ma’in :

Shaduq, dituduh sebagai Qadariyyah; Al-Fallaas berkata : Yahya bin Sa’id tidak

meriwayatkan hadits dari Abu Hilal, namun Abdurrahman meriwayatkan darinya”

Page 82: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

[Mizaanul-I’tidaal no. 7646]. Imam Bukhari memasukkannya sebagai perawi dla’if dalam

kitab Adl-Dlu’afaa Ash-Shaghiir (no. 324).

2. Atsar Thawus bin Kaisan rahimahullah :

يوجبه وال لحيته من يأخذ كان أنه أبيه طاوسعن ابن عن جريج ابن عن خالد .أبو

Dari Abu Khalid, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Thawus, dari bapaknya (Thawus) :

”Bahwasannya ia (Thawus) memotong jenggotnya namun tidak mewajibkannya”

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 5/226].

Atsar ini dla’if karena kebersendirian Ibnu Juraij. Ia adalah seorang mudallis yang jelek

(qabiih) tadlisnya. Ia meriwayatkan secara ’an’anah dan tidak disebutkan dalam riwayat

tersebut tentang penegasan sima’-nya.

3. Pada beberapa sumber sering dinukil perkataan yang dinisbatkan pada Ibnu ’Abdil-Barr dalam

kitab At-Tamhiid :

الرجال من المخنثون إال يفعله وال ، اللحية حلق ويحرم

”Diharamkan mencukur jenggot. Tidak ada yang melakukannya kecuali dari kalangan laki-

laki banci” [selesai].

Maka ini bukanlah perkataan Ibnu ’Abdil-Barr. Tidak terdapat dalam kitabnya, baik dalam

At-Tamhiid ataupun Al-Istidzkaar. Namun anehnya perkataan ini termuat dan ternukil oleh

sebagaian ulama besar kita yang kemudian dinisbatkan sebagaimana di atas.

Semoga apa yang saya tulis di sini dapat bermanfaat bagi ilmu dan amal kita. Amien.............

Wallaahu a’lam bish-shawwab.

Abul-Jauzaa’ – lewat tengah malam, Jumadil-Ula 1429 [edited 1430 H].

[1] Jenggot dalam bahasa Arab disebut Al-Lihyah :ة) ي >ح< :لل .(ا Al-Fairuz Abadi berkata tentang

definisi dari Al-Lihyah : { BقنDالذ و <ن الخدDي rambut (yang tumbuh) di kedua pipi dan” {شع<ر

dagu” [Al-Qamus Al-Muhith 4/387]. Hal yang sama dinukil dari Ibnu Mandhur dalam

Lisaanul-’Arab والذق:ن } : الخد4ين على نبت ما الشعر من يجمع nama bagi semua” { اسم

rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu”.

Page 83: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

[2] Sebagaimana disarikan oleh Abu Ahmad Al-Hadzaly dalam Multaqaa Ahlil-Hadits yang

diambil dari kitab I’faaul-Lihyah hal. 29-30, Fathul-Baari 10/350, dan Juzzul-Masaalik 15/6.

[3] Dalam pembahasan Ushul Fiqh, para ulama telah menjelaskan :

: فورا بفعله والمبادرة به، المأمور وجوب تقتضي اإلطالق عند األمر �صيغة .

“Bentuk perintah secara mutlak/ umum memberi konsekuensi: wajibnya sesuatu yang

diperintahkan dan bersegera dalam melakukannya secara langsung”.

Di antara dalil yang digunakan para ulama untuk membangun kaidah ini antara lain :

Bيم :ل أ nع:ذ:اب :هم< يصBيب و<: أ nة: <ن فBت :هم< تصBيب ن<

: أ BهBم<ر: أ ع:ن< Bفون: ال يخ: DذBين: ال Bح<ذ:ر: <ي ف:ل

”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah

atau ditimpa azab yang pedih" [QS. An-Nuur : 63]. [lihat Al-Ushul min ‘Ilmil-Ushul oleh

Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah].

[4] ’Atha’ telah memutlakkan perbuatan dari para shahabat dan tabi’in untuk memotong jenggot

ketika haji dan ’umrah. Sifat kemutlakan lafadh ’Atha’ ini dalam memotong jenggot ini

dijelaskan oleh perbuatan Ibnu ’Umar dalam haji dan ’umrah bahwa yang dipotong itu adalah

selebih dari genggaman tangan. ’Atha’ adalah salah satu murid Ibnu ’Umar radliyallaahu

’anhuma. Apa yang diriwayatkan oleh ’Atha’ ini sekaligus menafsiri apa yang diriwayatkan

oleh ulama dari kalangan tabi’in lain yaitu Al-Qaasim bin Muhammad.

: وشاربه لحيته من أخذ رأسه حلق إذا القاسم كان قال أفلح عن

Dari Aflah ia berkata : ”Adalah Al-Qaasim jika ia mencukur kepalanya (waktu haji atau

’umrah), maka ia pun memotong jenggot dan kumisnya” [HR. Ibnu Abi Syaibah 5/225;

shahih].

Al-Qaasim mencukur jenggotnya di waktu haji dan ’umrah adalah selebih dari genggaman

tangan sebagaimana dilakukan oleh pembesar shahabat dan tabi’in lainnya.

[5] Dinukil melalui perantaraan risalah Asy-Syaikh Shalih bin Muhammad Al-Asmary yang

berjudul : Hukmul-Akhdzi minal-Lihyah yang dipublikasikan dalam www.saaid.net;

sebagaimana juga ternukil dalam pembahasan Multaqaa Ahlil-Hadiits (berjudul : يوجد هل

؟؟ القبضة دون ما اللحية من األخذ يجوز معتبر .(قول

Page 84: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

[6] Perkataan Al-Qadli ‘Iyadl tentang dibencinya membiarkan jenggot selama satu bulan jangan

diartikan boleh mencukur selama satu bulan secara mutlak (sebagaimana dijadikan hujjah

sebagian orang muta’akhkhirin). Maksud perkataan beliau adalah bahwa beliau membenci

jenggot dibiarkan selama satu bulan jika telah melebihi satu genggaman tangan jika membuat

jeleknya penampilan. Beliau berkata dalam Syarah Shahih Muslim sebagai berikut :

فBي , , ة ه<ر: الش? ه <ر: و:تك ف:ح:س:ن ضه:ا و:ع:ر< طوله:ا مBن< خ<ذ: األ< مDا: و:أ :ح<رBيقه:ا و:ت و:ق:ص4ه:ا <قه:ا ل ح: ه <ر: يك

:م< . : ل م:ن< <هم< ف:مBن ؟ ح:د4 Bذ:لBك: ل ه:ل< ل:ف Dالس :ل:ف: ت Bخ< ا و:ق:د< ق:ال: ه:ا و:ج:ز4 ق:ص>ه:ا فBي ه <ر: تك :م:ا ك :ع<ظBيمه:ا ت

م:ن< , , <هم< و:مBن جBدsا طوله:ا م:الBك :رBه: و:ك <ه:ا مBن خذ> :أ و:ي ة ه<ر: الش? Bح:د4 ل <ركه:ا :ت ي ال: Dه ن

: أ DالB إ Bك: ذ:ل فBي Cا <ئ ي ش: يح:د>د

ة , ع:م<ر: و<: أ ح:ج4 فBي DالB إ <ه:ا مBن خ<ذ

: األ< :رBه: ك م:ن< <هم< و:مBن ال ف:يز: <ض:ة <ق:ب ال ع:ل:ى اد: ز: Bم:ا ب ح:دDد:

”Dimakruhkan untuk mencukur, memotong, dan membakar jenggot. Adapun memotong

karena saking panjangnya dan (menjaga) kehormatannya (yang jika dibiarkan nampak

jelek/keji), maka hal itu baik. Dan dimakruhkan membiarkannya selama sebulan

sebagaimana dimakruhkan untuk memotong dan mencukurnya. Dan para ulama salaf telah

berbeda pendapat, apakah dalam hal ini terdapat batasan ? Diantara mereka ada yang tidak

memberikan batasan apapun, namun mereka tidak membiarkannya terus memanjang selama

satu bulan, dan segera memotongnya bila telah mencapai satu bulan. Dan Malik

membenci/memakruhkan jika jenggot tersebut terlalu panjang. Di antara mereka (ulama) ada

yang memberi batasan, apa-apa yang melebihi genggaman tangan maka boleh

dihilangkan/dipotong. Dan di antara mereka ada pula yang membenci memotongnya kecuali

saat haji dan ’umrah” [selesai].

Di sini jelas bahwa Al-Qadli ’Iyadl tidak memperbolehkan memotong jenggot yang

panjangnya kurang dari genggaman tangan, sebab yang menjadi sebab adalah terlalu panjang

sehingga memperburuk penampilan. Wallaahu a’lam.

[7] Jika ada dalil muthlaq dan muqayyad tentang satu hal yang mempunyai kesamaan sebab dan

hukum, maka dalil muthlaq harus dibawa kepada dalil muqayyad (hamlul-muthlaq ‘alal-

muqayyad wajibun) [silakan lihat kaidah ini dalam kitab Irsyaadul-Fuhuul oleh Imam Asy-

Syaukani hal. 213-214; Maktabah Sahab].

[8] Dan Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam adalah orang yang memelihara jenggotnya,

sebagaimana yang diceritakan oleh Anas bin Malik tentang jenggot beliau :

Page 85: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

بيضاء شعرة عشرة أربع إال ولحيته وسلم عليه الله صلى الله رأسرسول في عددت ما

”Tidaklah aku menghitung sesuatu di kepala dan jenggot Rasulullah shallallaahu ’alaihi

wasallam melainkan aku dapatkan sebanyak empatbelas buah uban [HR. Tirmidzi dalam

Mukhtashar Asy-Syamaail no. 31; shahih].

[9] Waliyullah Ad-Dahlawi berkata :

, الله خلق تغيير وفيه المجوس سنة ـ اللحية أي ـ وقصها

”Mencukurnya – yaitu mencukur jenggot – merupakan sunnah kaum Majusi. Hal itu terdapat

perbuatan merubah ciptaan Allah” [Al-Hujjatul-Baalighah 1/182].

Hukum Memelihara Jenggot

OlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

PertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah memelihara jenggot wajib hukumnya atau hanya boleh? Apakah mencukurnya berdosa atau hanya merusak Dien? Apakah mencukurnya hanya boleh bila dsiertai dengan memelihara kumis?

JawabanMengenai pertanyaan-pertanyaan di atas, kami katakan, terdapat hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab Shahih keduanya dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma dia berkata. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Selisihilah orang-orang musyrik, potonglah kumis (hingga habis) dan sempurnakan jenggot (biarkan tumbuh lebat,-peny)’ [1]

Di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

Page 86: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Artinya : Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” [2]

Imam An-Nasai di dalam sunannya mengeluarkan hadits dengan sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang tidak pernah mengambil dari kumisnya (memotongnya), maka dia bukan termasuk dari golongan kami” [3]

Al-Allamah besar dan Al-Hafizh terkenal, Abu Muhammad bin Hazm berkata, “Para ulama telah besepakat bahwa memotong kumis dan membiarkan jenggot tumbuh adalah fardlu (wajib)”

Hadits-hadits tentang hal ini dan ucapan para ulama perihal memotong habis kumis dan memperbanyak jenggot, memuliakan dan membiarkannya memanjang banyak sekali, sulit untuk mengkalkulasi kuantitasnya dalam risalah singkat ini.

Dari hadits-hadits di muka dan nukilan ijma oleh Ibnu Hazm diketahui jawaban terhadap ketiga pertanyaan diatas, ulasan ringkasnya ; bahwa memelihara, memperbanyak dan membiarkan jenggot memanjang adalah fardhu, tidak boleh ditinggalkan sebab Rasulullah memerintahkan demikian sementara perintahnya mengandung makna wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala.

“Artinya : Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” [Al-Hasyr : 7]

Demikian pula, menggunting (memotong) kumis wajib hukumnya akan tetapi memotong habis adalah lebih afdhal (utama), sedangkan memperbanyak atau membiarkannya begitu saja, maka tidak boleh hukumnya karena bertentangan dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Potonglsh kumis”, “Potonglah kumis sampai habis”, “Barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya (memotongnya) maka dia bukan termasuk dari golongan kami”

Keempat lafazh hadits tersebut, semuanya terdapat di dalam riwayat-riwayat hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan pada lafazh yang terakhir tersebut terdapat ancaman yang serius dan peringatan yang tegas sekali. Hal ini kemudian mengandung konsekuensi wajibnya seorang muslim berhati-hati terhadap larangan Allah dan RasulNya dan bersegera menjalankan perintah Allah dan RasulNya.

Dari hal itu juga diketahui bahwa memperbanyak kumis dan membiarkannya merupakan suatu perbuatan dosa dan maksiat. Demikian pula, mencukur jenggot dan memotongnya termasuk perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi iman dan memperlemahnya serta dikhawatirkan pula ditimpakannya kemurkaan Allah dan azab-Nya.

Di dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas terdapat petunjuk bahwa memanjangkan kumis dan mencukur jenggot serta memotongnya termasuk perbuatan menyerupai orang-orang majusi dan orang-orang musyrik padahal sudah diketahui bahwa menyerupai mereka adalah perbuatan yang munkar, tidak boleh dilakukan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Page 87: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Artinya : Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka” [4]

Saya berharap jawaban ini cukup dan memuaskan.

Wallahu waliyyut taufiq Washallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhamad wa alihi wa shahbih.

[Kumpulan fatwa-fatwa, juz III, hal.362-363]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini Lc]

_________Foote Note

[1]. Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Libas (5892, 5893), Shahih Musim, kitab Ath-Thaharah (259).[2]. Shahih Muslim, kitab Ath-Thaharah (260)[3]. Sunan At-Turmudzi, kitab Al-Adab (2761), Sunan An-Nasai, kitab Ath-Thaharah (13) dan kitab Az-Zinah (5047)[4]. Sunan Abu Daud, kitab Al-Libas (4031), Musnad Ahmad (5093, 5094, 5634)

almanhaj.or.id

Bangga Dengan Jenggot (Hukum Berjenggot)

Makin lama Islam makin terasing. Sebagian umat Islam hampir tak mengenal lagi mana ajaran agama dan mana yang bukan. Sedangkan para musuh Islam senantiasa melancarkan aksi untuk menggempur kekuatan kaum muslimin dengan hebatnya. Salah satu caranya adalah menjauhkan kaum muslimin dari syari’at Islam sedikit demi sedikit.

Dan di antara salah satu syari’at yang kami maksud di atas adalah syari’at memanjangkan jenggot bagi kaum lelaki. Sungguh kita telah mengetahui bersama bahwa di Indonesia atau bahkan di belahan bumi lainnya, mayoritas kaum muslimin agak risih dengan yang namanya jenggot. Bila ada lelaki yang berjenggot maka pikiran sebagian kaum muslimin akan langsung terbayang dengan bom dan ledakan-ledakan teror lainnya, yang kesemuanya itu, bila kita teliti lagi hanyalah sebuah konspirasi yang dilakukan oleh orang-orang barat terhadap Islam. Maka dari itu, dengan tulisan ini kami ingin memberikan sebuah wacana baru mengenai jenggot yang melulu diidentikkan dengan kejahatan dan kekerasan. Allahul Musta’an

Definisi Jenggot

Dalam bahasa Arab jenggot disebut dengan al-Lihyah. Ibnu Sayyidihi mengatakan: “(Jenggot adalah) suatu ungkapan yang mencakup nama rambut yang tumbuh di sekitar pipi dan dagu”[2]

Hukum Memanjangkan Jenggot

Page 88: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Menurut hadits-hadits yang telah datang dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari berbagai jalur, dapat disimpulkan bahwa hukum memanjangkan jenggot bagi lelaki adalah wajib. Salah satunya sebagaimana yang telah shahih diriwayatkan dari Ibnu Umar radliyallahu’anhuma bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda: “Selisihilah orang musyrik, cukurlah kumis dan lebatkanlah jenggot!”[3]

Dari hadits di atas dan yang semisalnya dapat disimpulkan bahwa perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di atas adalah wajib. Sebab semua perintah itu pada asalnya menunjukkan wajib, menurut pendapat yang paling kuat[4]. Jadi, kita tidak boleh memotong jenggot sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah memerintah kita memanjangkan dan membiarkan jenggot tumbuh lebat[5].

Mengapa Laki-Laki Harus Memanjangkan Jenggot ?

Seorang laki-laki seharusnya mengetahui alasan mengapa dia memanjangkan jenggot. Di bawah ini akan kami sebutkan beberapa alasan yang tepat:

1. Karena ingin ikut menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam

Zaman kita ini –sebagaimana telah disebutkan tadi- adalah zaman keterasingan. Secara tidak langsung, jika kita menghidupkan sunnah jenggot maka kita juga akan mendapatkan gelar sebagai salah satu penghidup dan pembela sunnah.

2. Sebagai pembeda antara kaum Adam dan Hawa serta menambah kewibawaan

Diantara hikmahnya, Allah subhanahu wa ta’ala membedakan antara lelaki dan wanita dengan jenggot. Allah memberikan jenggot untuk lelaki supaya ia tambah berwibawa dan perkasa dihadapan wanita sebab laki-laki adalah pengayom wanita. Lantas Allah subhanahu wa ta’ala tidak memberikan jenggot kepada wanita supaya wanita tambah sempurna dalam hal kecantikan parasnya tanpa harus diganggu dengan tumbuhnya rambut di wajah[6].

3. Mengikuti para nabi yang juga berjenggot

Semisal Nabi Harun ’alaihissalam saudaranya Nabi Musa ’alaihissalam:

Harun menjawab: ”Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula) kepadaku….”.(QS. Thoha (20):94)

4. Sesuai dengan fitrah manusia

Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: ”Sepuluh hal yang termasuk fitrah: yaitu merapikan kumis dan melebatkan jenggot….” (HR. Muslim:261)

Ragu-Ragu Berjenggot ?

Page 89: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dalam menghidupkan sunnah jenggot yang terancam punah ini, ada saja orang-orang yang mengaku muslim enggan memanjangkan jenggotnya hanya dengan bersandar pada alasan-alasan yang rapuh:

1. Banyak orang kafir sekarang yang berjenggot2. Hukumnya kan hanya sunnah

3. Yang penting iman yang di dalam hati, bukan masalah yang lahiriah semisal jenggot.

Jawabannya:

1. Memanjangkan jenggot bukan hanya karena kita ingin menyelisihi orang kafir, bahkan ia adalah termasuk fitrah sebagaimana di dalam hadits riwayat Muslim (di atas). Kebanyakan orang Yahudi dan Majusi atau Nashrani sekarang tidak memanjangkan jenggot mereka. Dan yang terakhir, jika Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan suatu perintah dengan didasari suatu sebab kemudian sebab itu hilang maka perintah itu jika mencocoki fitrah manusia atau menunjukkan syi’ar Islam, perintah tadi tidak dibatalkan. Seperti syariat roml (lari-lari kecil) dalam haji pada asalnya adalah untuk memperlihatkan kepada kaum musyrikin kekuatan muslimin yang telah dihina dan dianggap lemah oleh mereka karena terserang demam Madinah[7].

2. Lagi-lagi, ketika kita menjelaskan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ada saja sebagian orang mengatakan: ”Ah, itu kan hanya sunnah, kalau ditinggalkan tidak mengapa !”……..Subhanallah! jika itu memang benar-benar sunnah, apakah sikap seorang muslim sejati yang mengakui Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam adalah panutannya dalam kalimat syahadat yang ia ikrarkan? Manakah pengakuan itu ? Ataukah hanya sebagai formalitas ? seandainya kita ada di hadapan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lalu beliau mengatakan: ”Panjangkanlah jenggot!”, beranikah kita mengatakan kalimat tadi kepada beliau ? jika tidak berani semasa hidup lantas apakah kita akan mencobanya ketika beliau telah wafat ?!

3. Saudara yang mulia, ingatlah pembahasan bulan lalu[8] tentang taqwa yanga da di hati ? bukankah jika hati seseorang benar-benar bertaqwa niscaya akan tampak pada amalan lahiriyahnya ? lantas manakah klaim yang mengatakan bahwa yang penting iman yang ada di hati, bila amalan lahiriah disepelekan ? justru kalau begini malah bisa dibilang sebaliknya.

Berjenggot tetapi bukan karena meniru Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam

Walaupun jenggot mengalami masa keterasingan, ternyata kalau kita lihat ada saja di antara kawula muda zaman ini yang berusaha dengan sunguh-sungguh memelihara jenggotnya. Namun, apakah yang mereka lakukan itu akan membuahkan pahala ? Untuk menjawabnya tentu harus dilihat dahulu apa motif yang melatarbelakangi perbuatannya itu.

Hendaknya diketahui bahwa kadangkala perbuatan yang asalnya disyari’atkan jika kita kerjakan terkadang kita tidak mendapat pahala, bahkan ada yang sampai mendapat dosa! Mengapa sampai demikian? Itu gara-gara niat yang salah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebenarnya telah memberi permisalan yang bagus sekali tentang hal ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh

Page 90: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Imam al-Bukhori dan Imam Muslim rahimahumullah[9] tentang orang yang berhijrah. Salah satunya menginginkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, sedangkan yang lainnya menginginkan dunia maka yang akan dia dapatkan hanya dunia saja. Bahkan dalam jihad beliau juga menerangkan ada di antara mujahid yang berperang namun malah mendapat neraka. Apa sebabnya? Tidak lain hanyalah salah niat!

Masalah merapikan jenggot

Dalam masalah ini ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi[10]: ”Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memotong bagian bawah dan samping jenggotnya”. Namun, hadits tersebut maudlu’ (palsu) sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam adh-Dho’ifah: 1/456-457[11]

Sementara itu, ada atsar yang disebutkan oleh al-Bukhori rahimahullah bahwa Ibnu Umar radliyallahu’anhuma –salah seorang yang meriwayatkan hadits perintah memanjangkan jenggot- memotong jenggotnya bila telah melebihi satu genggam ketika selesai haji atau umroh. Menyikapi atsar tersebut, ulama telah terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa perbuatan periwayat hadits jika menyelisihi hadits yang telah ia riwayatkan maka yang dijadikan sandaran adalah apa yang diriwayatkannya[12]. Pendapat kedua mengatakan bahwa Ibnu Umar –sebagai orang yang meriwayatkan hadits tersebut- tentu lebih mengetahui maksud dari apa yang telah beliau riwayatkan[13].

Pendapat yang paling mendekati kebenaran –Allah-lah yang lebuh tahu- adalah pendapat yang pertama sebab lebih sesuai dengan nash hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagaimana yang telah dikatakan juga oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim: 1/490[14]. Namun demikian, kita tidak boleh menjadikan malasah ini sebagai bahan celaan bagi saudara kita yang mengambil (merapikan) jenggotnya melebihi satu genggam, karena dalil yang mendasari pendapat mereka juga kuat. Wallahu’alam semoga bermanfaat.

Abu Usamah al-Kadiri

Sumber: Buletin al-Furqon Vol.1 No. 4 Tahun ke-4, terbit Jumadil Awal 1430 H

[1] Bagi para pembaca yang ingin memperluas pembahasan ini kami anjurkan untuk merujuk buku yang telah ditulis uleh Ustadzuna Abu Ubaidah as-Sidawi hafizhahullah yang berjudul “Bangga Dengan Jenggot”, terbitan Pustaka an-Nabawi, Surabaya.[2] Lisanul Arab karya Ibnu Manzhur: 15/243, Lihat juga Fathul Bari: 10/430[3] HR. Bukhori:5892 dan Muslim: 260[4] Lihat Manzhumah Ushul Fiqh wa Qowa’idihi

[5] Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Baz Kumpulan Muhammad Sa’ad Suwai’ir: 8/376

[6] Lihat Miftah Daris Sa’adah karya Ibnul Qayyim:2/215

[7] Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu Utsaimin: 11/128

Page 91: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

[8] Pada Buletin al-Furqon Vol. 12 No. 1. Robi’ul Akhir 1430 H, yang insyaAllah akan kita posting untuk kedepannya. Di dalamnya disampaikan perkataan Ibnul Utsaimin: “Jika hati seseorang benar-benar bertaqwa makan akan muncul darinya amalan anggota badan. Sebabnya, permisalan hati bagi anggota badan adalah layaknya seorang raja dan para rakyatnya. Bila raja itu baik maka rakyatnya juga akan baik, begitu juga kebalikannya.” (Syarah al-Arbai’in an-Nawawiyyah: 370)

[9] HR. Bukhori: 1, Muslim: 1907, lihat juga tentang keterangan hadits di atas oleh Syaikh Utsaimin dengan sangat bagus dalam syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah:13

[10] HR. at-Tirmidzi:2762

[11] Lihat juga dalam Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz: 8/368, 374.

[12] Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ibnu Baz dalam Majmu’ Fatawa beliau: 8/370

[13] Seperti yang telah diriwayatkan dari Imam Ahmad dalam salah satu masa’il beliau dari Ibnu Hani’ (Badai’ul Fawa’id: 4: 1430-1431) dan al-Albani dalam footnote silsilah al-Hadits adh-Dho’ifah: 1/457

[14] Lihat juga dalam shohih Fiqh Sunnah karya Abu Malik Sayyid Salim : 1/102-103

www.untukku.com

"guys..peliharalah jenggot lo karna itu sunah Rosul!

Memelihara Jenggot Itu Hakikatnya Sama Dengan Memakai Jilbab! Dalil umumnya adalah bahwa kaum muslimin dan muslimat, diperintahkan oleh Allah dan RasulNya untuk menyelisihi kaum kafirin, yakni:

Dari Ibn Umar Radiyallahu ‘anhu berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :

Barangsiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka". HR Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani

Maka wajib bagi kaum muslimin untuk mengikuti sunnah-sunnah beliau berdasarkan perintah beliau shallallahu alaihi wasallam.

Nah, bagaimana kemudian jika datang orang yang mempertentangkan antara kewajiban menutup aurat yang didasarkan kepada ayat Qur’an dan hadits tentang memelihara jenggot, sebagaimana diperintahkan dalam Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Atau simpelnya, karena dalilnya “hanya’ dari hadits maka kewajiban memelihara jenggot bobotnya tidak sebagaimana kewajiban menutup aurat dengan jilbab.

Page 92: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hmmm, siapa yang berpendapat syad (ganjil) seperti itu?

Kalau kita ingin mendudukkan dalil, maka kita wajib mengetahui dalil ini terlebih dahulu:

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:

“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, -pen).” (HR. Imam Malik secara mursal (Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad) Al-Hakim secara musnad (Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah) – dan ia menshahihkannya-) Imam Malik dalam al-Muwaththa’ (no. 1594), dan Al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/172)

Dan sunnah Nabi itu kedudukannya tidak bisa dipisahkan dari Al Qur’an: “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya-yakni As-Sunnah-.” (HR. Abu Dawud no. 4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130)

Dan Sunnah pun terpelihara hingga akhir jaman:

“Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya.” (QS. An-Najm: 3)

Maka perintah Nabi berdasarkan haditsnya sama saja dengan perintah Allah, karena berdasarkan hadits diatas Allah lah yang mengutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan risalahNya.

Maka dalil-dalil tentang berjenggot itu sangat banyak sekali, dan berdasarkan nash yang shohihah, sebagai berikut ini:

"Abdullah bin Umar berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah jenggot kamu dan tipiskanlah kumis kamu". HR al Bukhari, Muslim dan al Baihaqi.

"Dari Abi Imamah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Potonglah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab". Hadits sahih, HR Ahmad dan at Tabrani.

"Dari Aisyah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Sepuluh perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) diantaranya ialah mencukur kumis dan memelihara jenggot". HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasaii dan Ibn Majah.

"Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu: Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Bahwasanya ahli syirik memelihara kumisnya dan memotong jenggotnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah jenggot kamu dan potonglah kumis kamu". HR al Bazzar.

Page 93: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : Janganlah kamu meniru (menyerupai) orang-orang Majusi (penyembah berhala) karena mereka itu memotong (mencukur) jenggot mereka dan memanjangkan (memelihara) kumis mereka". HR Muslim.

"Tipiskanlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu. Di riwayat yang lain pula : Potonglah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR al Bukhari.

Dari Abi Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Di antara fitrah dalam Islam ialah memotong kumis dan memelihara jenggot, bahwasanya orang-orang Majusi memelihara kumis mereka dan memotong jenggot mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Ibn Hibban

"Dari Abdullah bin Umar berkata : Pernah disebut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam seorang Majusi maka beliau bersabda : Mereka (orang-orang Majusi) memelihara kumis mereka dan mencukur jenggot mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka". HR al Baihaqi.

"Dari Ibn Umar Radiyallahu ?anhu berkata : Kami diperintah supaya memelihara jenggot". HR Muslim.

Dari Abi Hurairah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Cukurlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Muslim.

"Dari Abi Hurairah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : Peliharalah jenggot kamu dan cukurlah kumis kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani". HR Ahmad.

"Dari Ibn Abbas berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : Janganlah kamu meniru (menyerupai) Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah jenggot kamu". HR al Bazzar.

Ah, hukumnya sunnah kok bukan wajib?, siapa yang mengatakannya:

Jumhur ulama (ulama tafsir, hadits dan fiqih) menegaskan bahwa perintah yang terdapat pada hadits-hadits (tentang jenggot) adalah menunjukkan perintah yang wajib bukan sunnah karena ia menggunakan lafaz atau kalimah ( االمر nada (gaya) perintah" yang tegas, jelas (dan" : (صيغةdiulang-ulang). Lihat : ( النصوص .Adib Saleh. Jld. 2 : 241 (تفسير

Kalau kita merasa hatinya merasa trenyuh dengan seorang muslimah yang membuka jilbabnya, bagaimana dengan kita sendiri yang masih banyak mencukur jenggot yang juga merupakan perintah dari Rasulullah juga???

Page 94: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Memangkas Jenggot Suatu yang Dilarang

Saudaraku, perlulah engkau tahu bahwa memangkas jenggot adalah suatu hal yang terlarang berdasarkan alasan-alasan berikut:

Pertama: Menyelisihi Perintah Nabi

Memelihara jenggot diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung. Berdasarkan kaedah yang sudah dikenal oleh para ulama bahwa hukum asal suatu perintah adalah wajib. Jadi, jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Biarkanlah jenggot”, karena itu adalah kalimat perintah, maka hukumnya adalah wajib. Perintah ini bisa beralih menjadi sunnah (dianjurkan) jika memang ada dalil yang memalingkannya. Namun dalam masalah membiarkan (memelihara) jenggot tidak ada satu dalil pun yang bisa memalingkan dari hukum wajib. Sehingga memelihara jenggot dan tidak memangkasnya adalah suatu kewajiban.

Di antara hadits yang menunjukkan bahwa hal ini termasuk perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menghasilkan hukum wajib adalah hadits berikut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى و<فوا: و:أ و:ارBب: Dالش ح<فوا

: أ Bين: رBك <مش< ال Bفوا ال خ:

“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.”[1]

Page 95: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ibnu ‘Umar berkata,

. Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اءB و:إ BبBو:ار Dالش Bح<ف:اءB Bإ ب م:ر:: أ Dه :ن أ

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.”[2]

Yang dimaksud dengan membiarkan jenggot adalah membiarkannya sebagaimana adanya[3], artinya jenggot tidak boleh dipangkas.

Kedua: Tasyabbuh (Menyerupai) Orang Kafir

Mencukur jenggot termasuk tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

<م:جوس: ال Bفوا ال خ: الل>ح:ى خوا ر<: و:أ و:ارBب: Dالش وا جز?

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.”[4]

Ketiga: Tasyabbuh (Menyerupai) Wanita

Kita ketahui bersama bahwa secara normal, wanita tidak berjenggot. Sehingga jika ada seorang pria yang  memangkas jenggotnya hingga bersih, maka dia akan serupa dengan wanita. Padahal,

- - Bاء >س: Bالن ب Bج:ال الر> مBن: >هBين: ب :ش: <مت ال وسلم عليه الله صلى BهD الل سول ر: :ع:ن: ل

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita.”[5]

Catatan: Hal ini tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki jenggot -secara alami- menjadi tercela. Perlu dipahami bahwa hukum memelihara jenggot ditujukan bagi orang yang memang memiliki jenggot.

Keempat: Menyelisihi Fitrah Manusia

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ل و:غ:س< Bظ<ف:ار: األ و:ق:ص? Bم:اء> ال اق <ش: Bن ت و:اس< و:اك و:الس> Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اء و:إ BبBار Dالش ق:ص? Bة <فBط<ر: ال مBن: nر ع:ش<

Bم:اء> ال Bق:اص <ت و:ان Bة: <ع:ان ال ل<ق و:ح: Bط> Bب اإل <ف :ت و:ن B اجBم :ر: <ب ال

“Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.”[6]

Di antara definisi fitroh adalah ajaran para Nabi, sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan ulama.[7] Berarti memelihara jenggot termasuk ajaran para Nabi. Kita dapat melihat pada Nabi

Page 96: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Harun yang merupakan Nabi Bani Israil. Dikisahkan dalam Surat Thaha bahwa beliau memiliki jenggot.

<سBي أ Bر: ب و:ال: Bي :ت ي Bح< Bل ب خذ<> :أ ت ال: Dأم <ن: اب :ا ي ق:ال:

“Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku.“ (QS. Thaha: 94). Dengan demikian, orang yang memangkas jenggotnya berarti telah menyeleweng dari fitrah manusia yaitu menyeleweng dari ajaran para Nabi.

Jadi Apa Hukum Memangkas Jenggot?

Berdasarkan dalil-dalil yang telah kami bawakan, kami dapat menyimpulkan bahwa hukum memangkas jenggot adalah haram. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

Bة: ي >ح< الل ل<ق ح: م ويح<ر:

“Memangkas jenggot itu diharamkan.”[8]

Imam Asy Syafi’i sendiri dalam Al Umm berpendapat bahwa memangkas jenggot itu diharamkan sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ar Rif’ah ketika menyanggah ulama yang mengatakan bahwa mencukur jenggot hukumnya makruh.[9]

Seorang ulama Malikiyah, Kholil bin Ishaq Al Maliki mengatakan, “Diharamkan bagi laki-laki untuk memangkas habis jenggot dan kumisnya. Pelakunya pun pantas mendapat hukuman.”[10]

Bahkan Ibnu Hazm dan ulama lainnya mengatakan bahwa haramnya memangkas jenggot adalah ijma’ (konsensus) ulama kaum muslimin.[11]

Bagaimana Hukum Merapikan atau Memendekkan Jenggot?

Sebagian saudara kami, ada yang sempat menanyakan seperti ini. Sebagian ulama memang ada yang membolehkan memotong jenggot yang lebih dari satu genggam. Namun yang dipotong adalah bagian bawah genggaman dan bukan atasnya. Misalnya kita memegang jenggot yang cukup lebat dengan satu genggaman tangan, maka sisa di bawah yang lebih dari satu genggaman boleh dipotong. Itulah yang dimaksudkan ulama tersebut.

Mereka membolehkan hal ini, beralasan dengan perbuatan Ibnu ‘Umar yang setiap kali berhaji atau umroh menggenggam jenggotnya, kemudian selebihnya beliau potong[12]. Ulama-ulama tersebut pun mengatakan bahwa Ibnu ‘Umar yang membawakan hadits “biarkanlah jenggot” melakukan seperti ini dan beliau lebih tahu apa yang beliau riwayatkan.

Untuk menanggapi pernyataan ulama-ulama tersebut, ada beberapa sanggahan berikut.

1. Ibnu ‘Umar hanya memendekkan jenggotnya ketika tahallul ihrom dan haji saja, bukan setiap waktu. Maka tidak tepat perbuatan beliau menjadi dalil bagi orang yang memendekkan jenggotnya setiap saat bahkan jenggotnya dipangkas habis hingga mengkilap bersih.

Page 97: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

2. Perbuatan Ibnu ‘Umar muncul karena beliau memahami firman Allah ketika manasik,

و:مق:ص>رBين: كم< رءوس: >قBين: ل مح:

“Dengan mencukur rambut kepala dan memendekkannya.” (QS. Al Fath: 27). Beliau menafsirkan ayat ini bahwa ketika manasik hendaklah mencukur rambut kepala dan memendekkan jenggot.

3. Apabila perkataan atau perbuatan sahabat menyelisihi apa yang ia riwayatkan, maka yang jadi tolak ukur tetap pada hadits yang ia riwayatkan, bukan pada pemahaman atau perbuatannya. Maka yang jadi tolak ukur adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan demikian, pendapat yang lebih tepat adalah wajib membiarkan jenggot apa adanya tanpa memangkas atau memendekkannya dalam rangka mengamalkan hadits-hadits yang memerintahkan untuk membiarkan jenggot. Inilah yang dipahami oleh mayoritas ulama. Wallahu a’lam bish showab.[13]

Bagaimana Bila Disuruh Ortu dan Istri untuk Memangkas Jenggot?

Sebagian muslim memang sudah mengetahui bahwa memelihara jenggot adalah suatu kewajiban dan memangkasnya adalah terlarang. Namun, memang teramat berat bila kita mengamalkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang satu ini. Apalagi jika memiliki jenggot yang begitu lebat. Ada rasa malu dan takut terhadap keluarga dan masyarakat karena takut kena sindiran dan jadi bahan cerita. Sehingga karena ortu, istri atau kakak, jenggot pun dipangkas.

Yang kami nasehatkan, “Tetaplah engkau memelihara dan membiarkan jenggotmu begitu saja. Karena tidak boleh seorang pun menaati makhluk dalam rangka bermaksiat pada Allah, walaupun yang memerintahkan adalah ayah atau ibu kita sendiri. Namun dalam masalah ketaatan lainnya yang bukan maksiat tetaplah kita taati. Kita pun mesti tetap berakhlaq baik dengan mereka.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bم:ع<روف> ال فBى الطDاع:ة Dم:ا Bن إ ، yة: م:ع<صBي فBى ط:اع:ة: : ال

“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam melakukan kebajikan.”[14]

Beliau juga bersabda,

: ف:ال yة: Bم:ع<صBي ب أمBر: Bذ:ا ف:إ ، yة: Bم:ع<صBي ب يؤ<م:ر< :م< ل م:ا ، :رBه: و:ك Dح:ب: أ فBيم:ا ، B Bم ل <مس< ال Bء <م:ر< ال ع:ل:ى و:الطDاع:ة م<ع Dالس

ط:اع:ة: : و:ال م<ع: س:

“Patuh dan taatlah pada seorang muslim pada apa yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak boleh ada kepatuhan dan taat.”[15]

Page 98: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

BهBع<ص: ت : و:ال sا ي ح: د:ام: م:ا :اك: ب: أ :طBع< أ

“Tatatilah ayahmu semasa ia hidup, namun selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat.”[16]

Ada pula yang merasa malu dengan jenggotnya di hadapan ortu dan kerabatnya sehingga ia pun tidak segan-segan memangkasnya hingga dagunya terlihat mulus.

Nasehat kami, “Tidak perlu engkau mencari keridhoan manusia sedangkan engkau membuat Allah cemburu dan murka dengan maksiat yang engkau lakukan.”

Ingatlah, jika seseorang hanya mencari keridhoan Allah dalam setiap langkahnya, pasti Allah pun akan ridho padanya, begitu pula orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena kita mesti tahu bahwa Allah-lah yang membolak-balikkan hati. Mungkin awalnya ortu dan kerabat tidak suka dengan jenggot kita. Namun lama kelamaan dengan kehendak Allah, hati mereka bisa saja berubah. Kita do’akan semoga demikian.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menuliskan surat kepada Mu’awiyah. Isinya sebagai berikut.

« - - BهD الل رBض:اء: :م:س: <ت ال Bم:ن :قول ي وسلم عليه الله صلى BهD الل سول: ر: مBع<ت س: >ى Bن ف:إ :ع<د ب مDا: أ <ك: :ي ع:ل nم: ال س:

.» BاسD الن Bل:ى إ Dه الل :ه :ل و:ك BهD الل Bس:خ:طB ب BاسD الن رBض:اء: :م:س: <ت ال Bو:م:ن BاسD الن :ة: مؤ<ن Dه الل :ف:اه ك BاسD الن Bس:خ:طB ب<ك: :ي ع:ل :م ال Dو:الس.

“Semoga keselamatan untukmu. Amma Ba’du. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mencari ridho Allah sedangkan manusia murka ketika itu, maka Allah akan bereskan urusannya dengan manusia yang murka tersebut. Akan tetapi barangsiapa mencari ridho manusia, namun membuat Allah murka, maka Dia akan serahkan orang tersebut kepada manusia”. Semoga keselamatan lagi padamu.”[17] Jadi, yang mesti dicari adalah ridho Allah dan bukan ridho manusia.

Tidak Perlu Takut Jika Disebut Teroris

Dari Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengatakan,”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.”[18] Jika orang yang berjenggot adalah teroris dan sesat, maka silakan katakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti itu karena beliau juga berjenggot.

Oleh karena itu, mengapa kita mesti takut dengan sindiran seperti ini? Orang sholih dan orang yang mau berbuat pasti selalu mendapat komentar sana-sini. Kita tidak perlu khawatir karena orang-orang yang terbaik terdahulu juga berpenampilan seperti itu. Selama ajaran tersebut

Page 99: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka komentar siapa pun tidak perlu digubris.

Orang yang Berjenggot adalah Orang yang Begitu Tampan

Sebagian orang beranggapan bahwa berjenggot –apalagi lebat- adalah penampilan yang kurang menarik bahkan terlihat jorok dan menjijikkan.

Sebenarnya seperti ini tergantung dari penilaian masing-masing. Orang yang berpakaian tapi telanjang saat ini mungkin dinilai sebagian kalangan sebagai cara berpakaian yang wajar dan tidak masalah. Namun bagaimanakah tanggapan orang yang lebih memahami agama? Tentu akan berbeda. Maka kami sangka, itu hanyalah pandangan orang yang kesehariannya jauh dari agama sehingga merasa aneh dan jijik dengan jenggot.

Lihatlah bagaimana penilaian Ibunda orang-orang beriman (‘Aisyah radhiyallahu ‘anha). Suatu saat ‘Aisyah pernah mengatakan,

Bالل>ح:ى ب ال ج: الر> >ن: زي DذBي< و:ال

“Yang membuat pria semakin tampan adalah jenggotnya.”[19]

Kalau kita perhatikan, pandangan ‘Aisyah jauh berbeda dengan orang saat ini yang menganggap jeleknya berjenggot. Namun tidak perlu kita gubris perkataan semacam itu. Orang yang berjenggot adalah orang yang dinilai baik di sisi Allah dan dia pun sebenarnya orang yang tampan karena jenggot yang begitu lebat di wajahnya. Orang yang gundul jenggot, itulah orang yang tandus.

Pernah beberapa orang menanyakan pada seorang majnun (orang gila) di Kufah, “Bagaimana pendapatmu dengan jenggot (lebat) ini?” Orang majnun itu berkomentar, “Negeri yang subur tentu saja akan menghasilkan tanaman dengan izin Rabbnya. Adapun tanah yang jelek adalah tanah yang hanya mengeluarkan tanaman yang sifatnya sangat jarang.” [20]

Inilah gurauan seorang majnun terhadap orang yang tanahnya tandus (tidak memiliki jenggot) atau pada orang yang sengaja memangkas jenggotnya. Intinya, wajah yang baik adalah wajah yang memiliki jenggot dan lebat.

Catatan: Apakah Mesti Menumbuhkan Jenggot dengan Obat?

Sebagian orang memang ada yang tidak dianugerahi jenggot yang lebat atau tidak memiliki jenggot sama sekali. Seharusnya orang seperti ini pasrah dengan takdir Allah tersebut. Janganlah dia berlebihan (ghuluw) sampai-sampai karena ingin mengikuti ajaran Nabi, dia pun memaksakan diri menggunakan obat perangsang penumbuh jenggot. Ketahuilah, seseorang tidak perlu menggunakan obat penumbuh jenggot semacam itu. Cukuplah dia memiliki jenggot seadanya dan pasrah dengan apa yang telah ditakdirkan padanya.

Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan,

Page 100: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

" " :ع<ض ب :ف<ع:له ي :م:ا ك يغ<زBره:ا Bم:ا ب ته:ا :ج: مع:ال :ج<وBيز ت الل>ح:ى ع<فوا: أ ق:و<له فBي م<ر

: األ< مBن< ف:هBم: ح:دCا: أ :ع<ل:م أ ال:

النDاس

“Aku tidaklah mengetahui seorang ulama pun yang memahami hadits Nabi “biarkanlah jenggot” yaitu menggunakan obat penumbuh jenggot –supaya melebatkan jenggotnya- sebagaimana yang sering dilakukan sebagian manusia.”[21]

Demikianlah pembahasan tambahan kami mengenai jenggot untuk melengkapi pembahasan sebelumnya. Posting selanjutnya adalah jawaban untuk sedikit kerancuan seputar jenggot.

Semoga Allah meneguhkan kita agar dapat terus berpegang teguh dengan ajaran Nabi-Nya. Hanya Allah yang senantiasa memberi taufik.

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Hukum Memelihara Jenggot « Fatwa Ulama Terkini

Pertanyaan:Apakah memelihara jenggot wajib hukumnya atau hanya boleh? Apakah mencukurnya berdosa atau hanya merusak Dien? Apakah mencukurnya hanya boleh bila disertai dengan memelihara kumis?

Jawaban:Mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas, kami katakan, terdapat hadits yang shahih dari Nabi shollallaahu’alaihi wasallam- yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab Shahih keduanya dari hadits Ibnu Umar rodhiallaahu’anu, dia berkata, Rasulullah sholallaahu’alaihi wasallam bersabda,

“Selisihilah orang-orang musyrik; potonglah kumis (hingga habis) dan sempurnakan jenggot (biarkan tumbuh lebat-penj.).”

Di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah rodhiallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullah rodhiallaahu’anhu bersabda (artinya), “Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi.”

Imam an-Nasa’i di dalam Sunannya mengeluarkan hadits dengan sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam rodhiallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullah shollallaahu’alaihi wasallam

bersabda,

Page 101: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Barangsiapa yang tidak pernah mengambil dari kumisnya (memotongnya), maka dia bukan termasuk dari golongan kami.”

Al-’Allamah Besar dan al-Hafizh terkenal, Abu Muhammad bin Hazm berkata, “Para ulama telah bersepakat bahwa memotong kumis dan membiarkan jenggot tumbuh adalah fardhu (wajib).”

Hadits-hadits tentang hal ini dan ucapan para ulama perihal memotong habis kumis dan memperbanyak jenggot, memuliakan dan membiarkannya memanjang banyak sekali, sulit untuk mengkalkulasi kuantitasnya dalam risalah singkat ini.

Dari hadits-hadits di muka dan nukilan ijma’ oleh Ibnu Hazm diketahui jawaban terhadap ketiga pertanyaan di atas, ulasan ringkasnya; bahwa memelihara, memperbanyak dan membiarkan jenggot memanjang adalah fardhu, tidak boleh ditinggalkan sebab Rasulullah memerintahkan demikian sementara perintahnya mengandung makna wajib sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala (artinya), “Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7).

Demikian pula, menggunting (memotong) kumis wajib hukumnya akan tetapi memotong habis adalah lebih afdhal (utama), sedangkan memperbanyak atau membiarkanya begitu saja, maka tidak boleh hukumnya karena bertentangan dengan sabda Nabi shollallaahu’alaihi wasallam, ……….. (potonglah kumis); ………. (potonglah kumis sampai habis); …………. (potonglah kumis); …………… (Barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya (memotongnya) maka dia bukan termasuk dari golongan kami).

Keempat lafazh hadits tersebut, semuanya terdapat di dalam riwayat-riwayat hadits yang shahih dari Nabi shollallaahu’alaihi wasallam, sedangkan pada lafazh yang terakhir tersebut terdapat ancaman yang serius dan peringatan yang tegas sekali. Hal itu kemudian mengandung konsekuensi wajibnya seorang Muslim berhati-hati terhadap larangan Allah dan RasulNya dan bersegera menjalankan perintah Allah dan RasulNya.

Dari hal itu juga diketahui bahwa memperbanyak kumis dan membiarkannya merupakan suatu perbuatan dosa dan maksiat. Demikian pula, mencukur jenggot dan memotongya termasuk perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi iman dan memperlemahnya serta dikhawatirkan pula ditimpakannya kemurkaan Allah dan azabNya.

Di dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas terdapat petunjuk bahwa memanjangkan kumis dan mencukur jenggot serta memotongnya termasuk perbuatan menyerupai orang-orang majusi dan orang-orang musyrik padahal sudah diketahui bahwa menyerupai mereka adalah perbuatan yang munkar, tidak boleh dilakukan berdasarkan sabda Nabi shollallaahu’alaihi wasallam,

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka.”

Saya berharap jawaban ini cukup dan memuaskan. Wallahu wa-liyyut taufiq. Washallallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbih.

Page 102: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Kumpulan Fatwa-fatwa, Juz III, hal. 362, 363 dari Syaikh Bin Baz.

Sumber:Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, Penerbit Darul Haq.

Jenggot yang   Terzholimi

oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Kalau sudah melihat orang yang berjenggot, pasti sebagian orang merasa aneh dan selalu mengait-ngaitkan dengan Amrozi, cs. Jadi, seolah-olah orang yang berjenggota adalah orang yang sesat yang harus dijauhi dan disingkarkan dari masyarakat. Itulah salah satu ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terzholimi. Berikut kami akan membahas mengenai hukum memelihara jenggot dan pada pembahasana terakhir nanti kami akan menyanggah beberapa kerancuan mengenai masalah jenggot. Semoga bermanfaat.Jenggot (lihyah) adalah nama rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. Jadi, semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot) kecuali kumis. (Lihat Minal Hadin Nabawi I’faul Liha, ‘Abdullah bin Abdul Hamid dengan edisi terjemahan ‘Jenggot Yes, Isbal No’, hal. 17)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Saja Berjenggot

Memelihara dan membiarkan jenggot merupakan syari’at Islam dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Marilah kita lihat bagaimana bentuk fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berjenggot.

Dari Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengatakan,

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun,

Page 103: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)

Lihatlah saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot.

Hukum Memelihara Jenggot

Adapun hukum memelihara jenggot adalah wajib karena dalam hadits-hadits yang ada digunakan kata perintah. Menurut kaedah dalam Ilmu Ushul Fiqh,”Al Amru lil wujub” yaitu perintah menunjukkan suatu kewajiban.

Perhatikanlah hadits-hadits berikut ini.

Hadits pertama, dari Ibnu Umar rhuma, Nabi saw bersabda,

الل>ح:ى :ع<فوا و:أ و:ارBب: Dالش ح<فوا: أ

“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)

Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى و<فوا: و:أ و:ارBب: Dالش ح<فوا

: أ Bين: رBك <مش< ال Bفوا ال خ:

“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)

Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اءB و:إ BبBو:ار Dالش Bح<ف:اءB Bإ ب م:ر:: أ Dه :ن .أ

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)

Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

<م:جوس: ال Bفوا ال خ: الل>ح:ى خوا ر<: و:أ و:ارBب: Dالش وا جز?

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626)

Page 104: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى :ع<فوا و:أ ، و:ارBب: Dالش <ه:كوا ان

“Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893)

Hadits keenam, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

و:ارBب: Dالش ح<فوا: و:أ ، الل>ح:ى و:ف>روا ، Bين: رBك <مش< ال Bفوا ال خ:

“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)

Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,

و:و:ف>روا جوا ر<: و:أ خوا ر<

: و:أ و<فوا: و:أ ع<فوا

: أ

Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)

Di samping hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara jenggot juga merupakan sunnah fithroh. Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ل و:غ:س< Bظ<ف:ار: األ و:ق:ص? Bم:اء> ال اق <ش: Bن ت و:اس< و:اك و:الس> Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اء و:إ BبBار Dالش ق:ص? Bة <فBط<ر: ال مBن: nر ع:ش<

Bم:اء> ال Bق:اص <ت و:ان Bة: <ع:ان ال ل<ق و:ح: Bط> Bب اإل <ف :ت و:ن B اجBم :ر: <ب ال

“Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim no. 627)

Jika seseorang mencukur jenggot, berarti dia telah keluar dari fitroh yang telah Allah fitrohkan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,

DنBك: و:ل >م <ق:ي ال الد>ين Bك: ذ:ل BهD الل Bل<ق Bخ: ل <دBيل: :ب ت ال: <ه:ا :ي ع:ل Dاس: الن ف:ط:ر: Bي Dت ال BهD الل ة: فBط<ر: BيفCا ن ح: Bلد>ينB ل و:ج<ه:ك: قBم<: ف:أ

:مون: :ع<ل ي ال: BاسD الن :ر: <ث ك: أ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada penggantian pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum [30] : 30)Selain dalil-dalil di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat tidak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur.

Page 105: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ketika Kisro (penguasa Persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan jenggot yang tercukur dan kumis yang lebat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya. Beliau bertanya,”Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti ini?” Keduanya berkata, ”Tuan kami (yaitu Kisra) memerintahkan kami seperti ini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Akan tetapi, Rabb-ku memerintahkanku untuk memelihara jenggotku dan menggunting kumisku.” (HR. Thabrani, Hasan. Dinukil dari Minal Hadin Nabawi I’faul Liha)

Lihatlah saudaraku, dari dalil-dalil yang ada dapat dilihat bahwasanya memelihara jenggot dan memendekkan kumis adalah suatu yang wajib dan bukanlah mustahab yaitu sekedar anjuran. Dalam hadits yang telah kami bawakan menunjukkan bahwa memelihara jenggot adalah suatu perintah dan berarti wajib. Juga hal ini dilakukan untuk menyelisihi orang-orang musyrik dan Majusi serta perbuatan ini adalah fithroh manusia yang dilarang untuk diubah.

Berdasar hadits-hadits di atas, memelihara jenggot tidak selalu Nabi kaitkan dengan menyelisihi orang kafir. Hanya dalam beberapa hadits namun tidak semua, Nabi kaitkan dengan menyelisihi Musyrikin dan Majusi. Sehingga tidaklah benar anggapan bahwa perintah memelihara jenggot dikaitkan dengan menyelisihi Yahudi.

Namun sebaliknya, kaum muslimin saat ini (entah karena belum tahu atau sudah tahu namun mengabaikan karena masih menganggap hanya sekedar anjuran) dalam kesehariannya malah melakukan hal sebaliknya yaitu memanjangkan kumis dan memotong habis jenggot.

Sedikit Kerancuan

Jika ada yang berkata, ”Sekarang ini orang-orang Cina, para biksu, dan Yahudi ortodok juga memanjangkan jenggot. Kalau demikian memakai jenggot juga dapat dikatakan tasyabuh (menyerupai) orang kafir. Sehingga sekarang kita harus menyelisihi mereka dengan mencukur jenggot.”

Jawaban dari pernyataan di atas telah dijawab oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam ta’liq (komentar) beliau terhadap kitab Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim, hal. 220, karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Beliau rahimahullah mengatakan, ”Ini sungguh kekeliruan yang besar. Karena larangan ini berkaitan dengan memelihara jenggot. Jika saat ini orang-orang kafir menyerupai kita, maka tetap saja kita tidak boleh berpaling dari apa yang telah diperintahkan walaupun mereka menyamai kita. Di samping memelihara jenggot untuk menyelisihi orang kafir, memelihara jenggot adalah termasuk fitroh (yang tidak boleh diubah sebagaimana penjelasan di atas, pen). Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada sepuluh fitroh, di antaranya memelihara (membiarkan) jenggot’. Maka dalam masalah memelihara jenggot ada dua perintah yaitu untuk menyelisihi orang kafir dan juga termasuk fithroh.”

Juga jawaban lebih memuaskan lagi dapat dilihat pada dua Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (komisi fatwa di Saudi Arabia, semacam komite fatwa MUI di

Page 106: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Indonesia)]Fatwa Pertama[ Fatwa no. 2258.

Pertanyaan : “Saya pernah mendengar bahwa memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib. Apakah pendapat ini benar? Jika ini benar, aku mohon agar dijelaskan mengenai sebab wajibnya hal ini. Dari yang saya ketahui ketika membaca salah satu buku bahwa sebab wajibnya memelihara jenggot adalah karena kita diharuskan melakukan yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan orang kafir (maksudnya kita diperintahkan menyelisihi orang kafir, pen). Akan tetapi saat ini orang-orang kafir malah memelihara jenggot, sehingga saya merasa tidak puas dengan alasan ini. Aku mohon agar aku diberi penjelasan mengenai sebab kenapa kita diperintahkan memelihara jenggot?”

Jawaban :Alhamdulillah wahdah wash sholatu was salamu ‘ala rosulihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Wa ba’du

Sesungguhnya memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib dan mencukurnya adalah haram. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan selainnya dari shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Selisilah orang musyrik, biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” Begitu juga dalam riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (Hal ini berarti) terus menerus dalam mencukur jenggot termasuk al kabair (dosa besar). Maka wajib bagi seseorang untuk menasehati orang yang mencukur jenggot dan mengingkarinya. …Dan bukanlah maksud menyelisihi majusi dan orang musyrik adalah menyelisihi mereka di semua hal termasuk di dalamnya adalah hal yang benar yang sesuai dengan fithroh dan akhlaq yang mulia. Akan tetapi yang dimaksudkan dengan menyelisihi mereka adalah menyelisihi apa yang ada pada mereka yang telah menyimpang dari kebenaran dan yang telah keluar dari fithroh yang selamat serta akhlaq yang mulia.

Dan sesuatu yang telah diselisihi oleh orang majusi, orang musyrik, dan orang kafir lainnya adalah dalam masalah mencukur jenggot. Dengan melakukan hal ini, mereka telah menyimpang dari kebenaran dan keluar dari fithroh yang bersih serta telah menyelisihi ciri khas para Nabi dan Rasul. Maka menyelisihi mereka dalam hal ini adalah wajib yaitu dengan memelihara (membiarkan) jenggot dan memendekkan kumis. Hal ini dilakukan dalam rangka mengikuti petunjuk para Nabi dan Rasul dan mengikuti apa yang dituntunkan oleh fitroh yang bersih (selamat). Telah terdapat dalil pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Ahmad, Muslim dan lainnya).

Jika (pada saat ini) orang kafir malah memelihara jenggot, maka ini bukan berarti boleh bagi kaum muslimin untuk mencukur jenggot mereka. Sebagaimana dalam penjelasan di atas bahwasanya bukanlah yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka dalam segala hal. Namun, yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka pada hal-hal yang mereka telah menyimpang dari kebenaran dan telah keluar dari fithroh yang selamat.

Page 107: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’

Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin GhodayanWakil Ketua : Abdur Rozaq AfifiKetua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

]Fatwa Kedua[ Fatwa no. 4988 (yang sengaja kami ringkas agar tidak terlalu panjang)

Memelihara jenggot termasuk tuntutan fitroh sebagaimana terdapat pada kurun pertama dan juga hal ini merupakan syari’at Nabi-nabi terdahulu sebagaimana merupakan syari’at Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah umum bagi semua makhluk dan wajib bagi mereka untuk melaksanakannya hingga hari kiamat. Allah telah berfirman mengenai Nabi Musa dan saudaranya Harun ‘alaihimas salam serta kepada kaumnya Bani Israil ketika mereka menyembah anak sapi,

م<رBي (: أ :طBيعوا و:أ Bي Bعون Dب ف:ات ح<م:ن Dالر Dكم ب ر: DنB و:إ BهB ب <تم< Bن فت Dم:ا Bن إ B ق:و<م :ا ي <ل ق:ب مBن< ه:ارون :هم< ل ق:ال: :ق:د< )90و:ل

موس:ى ( :ا <ن :ي Bل إ جBع: :ر< ي Dى ت ح: BفBين: ع:اك Bه> :ي ع:ل ح: <ر: :ب ن :ن< ل ?وا) (91ق:الوا ض:ل :هم< <ت ي: أ ر: Bذ< إ :ع:ك: م:ن م:ا ه:ارون :ا ي )92ق:ال:

م<رBي (: أ <ت: ف:ع:ص:ي

: أ Bع:نB Dب :ت ت Dال: ق<ت:) 93أ Dف:ر :قول: ت ن<

: أ يت Bخ:ش >ي Bن إ سBي> أ Bر: ب و:ال: Bي :ت ي Bح< Bل ب خذ<

> :أ ت ال: Dأم <ن: اب :ا ي ق:ال: ق:و<لBي ( قب< :ر< ت :م< و:ل Bيل: ائ ر: Bس< إ Bي :ن ب <ن: :ي )94ب

“Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta’atilah perintahku”. Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami”. Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”.” (QS. Thoha : 90-94)

Maka lihatlah, memelihara jenggot adalah sesuatu yang disyari’atkan pada syari’at Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas salam. Kemudian Nabi Isa ‘alaihis salam membenarkan ajaran yang ada pada Taurat, maka lihyah (jenggot) juga merupakan syari’at Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka semua (Nabi Musa, Harun dan Isa) adalah para rasul Bani Israil yaitu Yahudi dan Nashrani. Jadi, tatkala orang Yahudi dan Nashrani meninggalkan memelihara jenggot, maka mereka telah salah (rusak) sebagaimana mereka telah rusak tatkala meninggalkan ajaran tauhid dan syari’at Nabi-nabi mereka. Mereka juga telah menggugurkan perjanjian yang seharusnya mereka ambil yaitu untuk mengimani Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa saja dari Yahudi dan Nashrani yang kembali pada ajaran yang sesuai dengan syari’at setiap Nabi di antaranya adalah memelihara jenggot, maka kita tidaklah menyelisihi mereka dalam hal ini karena mereka telah kembali kepada sebagian kebenaran. Sebagaimana pula kita tidaklah menyelisihi mereka jika mereka kembali pada tauhid dan kembali beriman kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan jika memang mereka beriman, kita akan menolong (menguatkan)

Page 108: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mereka dan memujinya disebabkan keimanan ini serta kita akan saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin GhodayanWakil Ketua : Abdur Rozaq AfifiKetua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

Demikianlah Fatwa Kedua Lajnah Ad Da’imah. Semoga perkataan ulama dan fatwa-fatwa di atas bisa menjawab sedikit kerancuan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah-lah yang memberi taufik.

Menjawab Sedikit Kerancuan Seputar Jenggot

Sebagian orang ada yang memunculkan kerancuan mengenai jenggot, ”Sekarang ini orang-orang Cina, para biksu, dan Yahudi ortodok juga memanjangkan jenggot. Kalau demikian memakai jenggot juga dapat dikatakan tasyabuh (menyerupai) orang kafir. Sehingga sekarang kita harus menyelisihi mereka dengan mencukur jenggot.”

Kerancuan di atas telah dijawab oleh beberapa penjelasan ulama berikut.

Pertama: Penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam ta’liq (komentar) beliau terhadap kitab Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim, hal. 220, karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Beliau rahimahullah mengatakan, ”Ini sungguh kekeliruan yang besar. Karena larangan ini berkaitan dengan memelihara jenggot. Jika saat ini orang-orang kafir menyerupai kita, maka tetap saja kita tidak boleh berpaling dari apa yang telah diperintahkan walaupun mereka menyamai kita. Di samping memelihara jenggot untuk menyelisihi orang kafir, memelihara jenggot adalah termasuk fitroh (yang tidak boleh diubah sebagaimana penjelasan di atas, pen).

Page 109: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada sepuluh fitroh, di antaranya memelihara (membiarkan) jenggot’. Maka dalam masalah memelihara jenggot ada dua perintah yaitu untuk menyelisihi orang kafir dan juga termasuk fithroh.”

Kedua: Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (komisi fatwa di Saudi Arabia, semacam komite fatwa MUI di Indonesia) no. 2258.

Pertanyaan: “Saya pernah mendengar bahwa memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib. Apakah pendapat ini benar? Jika ini benar, aku mohon agar dijelaskan mengenai sebab wajibnya hal ini. Dari yang saya ketahui ketika membaca salah satu buku bahwa sebab wajibnya memelihara jenggot adalah karena kita diharuskan melakukan yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan orang kafir (maksudnya kita diperintahkan menyelisihi orang kafir, pen). Akan tetapi saat ini orang-orang kafir malah memelihara jenggot, sehingga saya merasa tidak puas dengan alasan ini. Aku mohon agar aku diberi penjelasan mengenai sebab kenapa kita diperintahkan memelihara jenggot?”

Jawaban:

Alhamdulillah wahdah wash sholatu was salamu ‘ala rosulihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Wa ba’du

Sesungguhnya memelihara (membiarkan) jenggot adalah wajib dan mencukurnya adalah haram. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan selainnya dari shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Selisilah orang musyrik, biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” Begitu juga dalam riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (Hal ini berarti) terus menerus dalam mencukur jenggot termasuk al kabair (dosa besar). Maka wajib bagi seseorang untuk menasehati orang yang mencukur jenggot dan mengingkarinya. …

Dan bukanlah maksud menyelisihi majusi dan orang musyrik adalah menyelisihi mereka di semua hal termasuk di dalamnya adalah hal yang benar yang sesuai dengan fithroh dan akhlaq yang mulia. Akan tetapi yang dimaksudkan dengan menyelisihi mereka adalah menyelisihi apa yang ada pada mereka yang telah menyimpang dari kebenaran dan yang telah keluar dari fithroh yang selamat serta akhlaq yang mulia.

Dan sesuatu yang telah diselisihi oleh orang majusi, orang musyrik, dan orang kafir lainnya adalah dalam masalah mencukur jenggot. Dengan melakukan hal ini, mereka telah menyimpang dari kebenaran dan keluar dari fithroh yang bersih serta telah menyelisihi ciri khas para Nabi dan Rasul. Maka menyelisihi mereka dalam hal ini adalah wajib yaitu dengan memelihara (membiarkan) jenggot dan memendekkan kumis. Hal ini dilakukan dalam rangka mengikuti petunjuk para Nabi dan Rasul dan mengikuti apa yang dituntunkan oleh fitroh yang bersih (selamat). Telah terdapat dalil pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu

Page 110: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Ahmad, Muslim dan lainnya) …

Jika (pada saat ini) orang kafir malah memelihara jenggot, maka ini bukan berarti boleh bagi kaum muslimin untuk mencukur jenggot mereka. Sebagaimana dalam penjelasan di atas bahwasanya bukanlah yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka dalam segala hal. Namun, yang dimaksudkan adalah menyelisihi mereka pada hal-hal yang mereka telah menyimpang dari kebenaran dan telah keluar dari fithroh yang selamat.

Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Yang menandatangani fatwa ini:

Anggota : Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan

Wakil Ketua : Abdur Rozaq Afifi

Ketua : Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

Ketiga: Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ no. 4988 (yang sengaja kami ringkas agar tidak terlalu panjang)

Memelihara jenggot termasuk tuntutan fitroh sebagaimana terdapat pada kurun pertama. Memelihara jenggot juga merupakan syari’at Nabi-nabi terdahulu sebagaimana merupakan syari’at Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah umum bagi semua makhluk dan wajib bagi mereka untuk melaksanakannya hingga hari kiamat. Allah telah berfirman mengenai Nabi Musa dan saudaranya Harun ‘alaihimas salam serta kepada kaumnya Bani Israil ketika mereka menyembah anak sapi,

Bي Bعون Dب ف:ات ح<م:ن Dالر Dكم ب ر: DنB و:إ BهB ب <تم< Bن فت Dم:ا Bن إ B ق:و<م :ا ي <ل ق:ب مBن< ه:ارون :هم< ل ق:ال: :ق:د< و:لم<رBي (: أ :طBيعوا موس:ى) (90و:أ :ا <ن :ي Bل إ جBع: :ر< ي Dى ح:ت BفBين: ع:اك Bه> :ي ع:ل ح: <ر: :ب ن :ن< ل :ا) 91ق:الوا ي ق:ال:

?وا ( ض:ل :هم< <ت ي: أ ر: Bذ< إ :ع:ك: م:ن م:ا م<رBي) (92ه:ارون

: أ <ت: ف:ع:ص:ي: أ Bع:نB Dب :ت ت Dال

: <خذ<) 93أ :أ ت ال: Dأم <ن: اب :ا ي ق:ال:ق:و<لBي ( قب< :ر< ت :م< و:ل Bيل: ائ ر: Bس< إ Bي :ن ب <ن: :ي ب ق<ت: Dف:ر :قول: ت ن<

: أ يت Bخ:ش >ي Bن إ سBي> أ Bر: ب و:ال: Bي :ت ي Bح< Bل )94ب

“Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta'atilah perintahku". Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami". Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".” (QS. Thoha : 90-94)

Page 111: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Maka lihatlah, memelihara jenggot adalah sesuatu yang disyari’atkan pada syari’at Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas salam . Kemudian Nabi Isa ‘alaihis salam membenarkan ajaran yang ada pada Taurat, maka lihyah (jenggot) juga merupakan syari’at Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka semua (Nabi Musa, Harun dan Isa) adalah para rasul Bani Israil yaitu Yahudi dan Nashrani. Jadi, tatkala orang Yahudi dan Nashrani meninggalkan memelihara jenggot, maka mereka telah salah (rusak) sebagaimana mereka telah rusak tatkala meninggalkan ajaran tauhid dan syari’at Nabi-nabi mereka. Mereka juga telah menggugurkan perjanjian yang seharusnya mereka ambil yaitu untuk mengimani Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa saja dari Yahudi dan Nashrani yang kembali pada ajaran yang sesuai dengan syari’at setiap Nabi di antaranya adalah memelihara jenggot, maka kita tidaklah menyelisihi mereka dalam hal ini karena mereka telah kembali kepada sebagian kebenaran. Sebagaimana pula kita tidaklah menyelisihi mereka jika mereka kembali pada tauhid dan kembali beriman kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan jika memang mereka beriman, kita akan menolong (menguatkan) mereka dan memujinya disebabkan keimanan ini serta kita akan saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Wa billahit tawfiq wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Semoga Allah selalu memberikan kita keistiqomahan hingga maut menjemput. Mudah-mudahan Allah mematikan kita dalam keadaan terbaik, dalam keadaan melakukan ketaatan pada-Nya.

Hanya Allah yang senantiasa memberi taufik.

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Perintah Nabi Agar Memelihara Jenggot

Kalau sudah melihat orang yang berjenggot, pasti sebagian orang merasa aneh dan selalu mengait-ngaitkan dengan Amrozi, cs. Jadi, seolah-olah orang yang berjenggota adalah orang yang sesat yang harus dijauhi dan disingkarkan dari masyarakat. Itulah salah satu ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terzholimi. Berikut kami akan membahas mengenai hukum memelihara jenggot dan pada posting berikutnya kami akan menyanggah beberapa kerancuan mengenai masalah jenggot. Semoga bermanfaat.

Jenggot (lihyah) adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. Jadi, semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot) kecuali kumis. (Lihat Minal Hadin Nabawi I’faul Liha, ‘Abdullah bin Abdul Hamid dengan edisi terjemahan ‘Jenggot Yes, Isbal No’, hal. 17)

Nabi Saja Berjenggot

Page 112: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Memelihara dan membiarkan jenggot merupakan syari’at Islam dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Marilah kita lihat bagaimana bentuk fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berjenggot.

Dari Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengatakan,

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)

Lihatlah saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot. Lalu pantaskah orang berjenggot dicela?!

Perintah Nabi Agar Memelihara Jenggot

Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى :ع<فوا و:أ و:ارBب: Dالش ح<فوا: أ

“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)

Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى و<فوا: و:أ و:ارBب: Dالش ح<فوا

: أ Bين: رBك <مش< ال Bفوا ال خ:

“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)

Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

. Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اءB و:إ BبBو:ار Dالش Bح<ف:اءB Bإ ب م:ر:: أ Dه :ن أ

“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)

Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

<م:جوس: ال Bفوا ال خ: >ح:ى الل خوا ر<: و:أ و:ارBب: Dالش وا جز?

Page 113: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626)

Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الل>ح:ى :ع<فوا و:أ ، و:ارBب: Dالش <ه:كوا ان

“Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893)

Hadits keenam, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

و:ارBب: Dالش ح<فوا: و:أ ، >ح:ى الل و:ف>روا ، Bين: رBك <مش< ال Bفوا ال خ:

“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)

Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,

و:و:ف>روا جوا ر<: و:أ خوا ر<

: و:أ و<فوا: و:أ ع<فوا

: أ

Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)

Di samping hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara jenggot juga merupakan sunnah fithroh. Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

و:ق:ص? Bم:اء> ال اق <ش: Bن ت و:اس< و:اك و:الس> Bة: ي >ح< الل Bع<ف:اء و:إ BبBار Dالش ق:ص? Bة <فBط<ر: ال مBن: nر ع:ش< Bم:اء> ال Bق:اص <ت و:ان Bة: <ع:ان ال <ق و:ح:ل Bط> Bب اإل <ف :ت و:ن B اجBم :ر: <ب ال ل و:غ:س< Bظ<ف:ار

: األ

“Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim no. 627)

Jika seseorang mencukur jenggot, berarti dia telah keluar dari fitroh yang telah Allah fitrohkan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,

Bك: ذ:ل BهD الل Bخ:ل<قB ل <دBيل: :ب ت ال: <ه:ا :ي ع:ل Dاس: الن ف:ط:ر: Bي Dت ال BهD الل ة: فBط<ر: BيفCا ن ح: Bلد>ينB ل و:ج<ه:ك: قBم<: ف:أ

:مون: :ع<ل ي ال: BاسD الن :ر: <ث ك: أ DنBك: و:ل >م <ق:ي ال الد>ين

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada penggantian pada fitrah Allah.

Page 114: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum [30] : 30)

Selain dalil-dalil di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat tidak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur.

Ketika Kisro (penguasa Persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan jenggot yang tercukur dan kumis yang lebat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya. Beliau bertanya,”Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti ini?” Keduanya berkata, ”Tuan kami (yaitu Kisra) memerintahkan kami seperti ini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Akan tetapi, Rabb-ku memerintahkanku untuk memelihara jenggotku dan menggunting kumisku.” (HR. Thabrani, Hasan. Dinukil dari Minal Hadin Nabawi I’faul Liha)

Lihatlah saudaraku, dalam hadits yang telah kami bawakan di atas menunjukkan bahwa memelihara jenggot adalah suatu perintah. Memangkasnya dicela oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Menurut kaedah dalam Ilmu Ushul Fiqh, ”Al Amru lil wujub” yaitu setiap perintah menunjukkan suatu kewajiban.  Sehingga memelihara jenggot yang tepat bukan hanya sekedar anjuran, namun suatu kewajiban. Di samping itu, maksud memelihara jenggot adalah untuk menyelisihi orang-orang musyrik dan Majusi serta perbuatan ini adalah fithroh manusia yang dilarang untuk diubah.

Berdasar hadits-hadits di atas, memelihara jenggot tidak selalu Nabi kaitkan dengan menyelisihi orang kafir. Hanya dalam beberapa hadits namun tidak semua, Nabi kaitkan dengan menyelisihi Musyrikin dan Majusi. Sehingga tidaklah benar anggapan bahwa perintah memelihara jenggot dikaitkan dengan menyelisihi Yahudi.

Maka sudah sepantasnya setiap muslim memperhatikan perintah Nabi dan celaan beliau terhadap orang-orang yang memangkas jenggotnya. Jadi yang lebih tepat dilakukan adalah memelihara jenggot dan memendekkan kumis.

Catatan:

Namun, apakah kumis harus dipotong habis ataukah cukup dipendekkan saja? Berikut ini adalah intisari dari perkataan Al Qodhi Iyadh yang dinukil oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim, 1/416.

Sebagian ulama salaf berpendapat bahwa kumis harus dicukur habis karena hal ini berdasarkan makna tekstual (zhohir) dari hadits yang menggunakan lafazh ahfuu dan ilhakuu. Inilah pendapat ulama-ulama Kufah. Ulama lainnya melarang untuk mencukur habis kumis. Ulama-ulama yang berpendapat demikian menganggap bahwa lafazh ihfa’, jazzu, dan qossu adalah bermakna sama yaitu memotong kumis tersebut hingga nampak ujung bibir. Sebagian ulama lainnya memilih antara dua cara ini, boleh yang pertama, boleh juga yang kedua.

Pendapat yang dipilih oleh An Nawawi dan insya Allah inilah pendapat yang kuat dan lebih hati-hati adalah memendekkan kumis hingga nampak ujung bibir. Wallahu a’lam bish showab.

Page 115: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Pembahasan ini masih akan dilengkapi pembahasan selanjutnya yang akan menjawab beberapa kerancuan tentang jenggot. Semoga Allah mudahkan.

Hanya Allah yang senantiasa memberi taufik.

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Memelihara Jenggot Itu Hakikatnya Sama Dengan Memakai Jilbab!

Dalil umumnya adalah bahwa kaum muslimin dan muslimat, diperintahkan oleh Allah dan RasulNya untuk menyelisihi kaum kafirin, yakni: Dari Ibn Umar Radiyallahu ‘anhu berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : Barangsiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka". HR Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani Maka wajib bagi kaum muslimin untuk mengikuti sunnah-sunnah beliau berdasarkan perintah beliau shallallahu alaihi wasallam.  

Page 116: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Nah, bagaimana kemudian jika datang orang yang mempertentangkan antara kewajiban menutup aurat yang didasarkan kepada ayat Qur’an dan hadits tentang memelihara jenggot, sebagaimana diperintahkan dalam Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Atau simpelnya, karena dalilnya “hanya’ dari hadits maka kewajiban memelihara jenggot bobotnya tidak sebagaimana kewajiban menutup aurat dengan jilbab. Hmmm, siapa yang berpendapat syad (ganjil) seperti itu? Kalau kita ingin mendudukkan dalil, maka kita wajib mengetahui dalil ini terlebih dahulu: Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, -pen).” (HR. Imam Malik secara mursal (Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad) Al-Hakim secara musnad (Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah) – dan ia menshahihkannya-) Imam Malik dalam al-Muwaththa’ (no. 1594), dan Al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/172) Dan sunnah Nabi itu kedudukannya tidak bisa dipisahkan dari Al Qur’an: “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya-yakni As-Sunnah-.” (HR. Abu Dawud no. 4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130) Dan Sunnah pun terpelihara hingga akhir jaman: “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya.” (QS. An-Najm: 3) Maka perintah Nabi berdasarkan haditsnya sama saja dengan perintah Allah, karena berdasarkan hadits diatas Allah lah yang mengutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan risalahNya. Maka dalil-dalil tentang berjenggot itu sangat banyak sekali, dan berdasarkan nash yang shohihah, sebagai berikut ini: 

1. "Abdullah bin Umar berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah jenggot kamu dan tipiskanlah kumis kamu". HR al Bukhari, Muslim dan al Baihaqi.

 2. "Dari Abi Imamah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Potonglah kumis

kamu dan peliharalah jenggot kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab". Hadits sahih, HR Ahmad dan at Tabrani.

 3. "Dari Aisyah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Sepuluh

perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) diantaranya ialah mencukur kumis dan

Page 117: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

memelihara jenggot". HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasaii dan Ibn Majah.

 4. "Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu: Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi

wassalam : Bahwasanya ahli syirik memelihara kumisnya dan memotong jenggotnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah jenggot kamu dan potonglah kumis kamu". HR al Bazzar.

 5. Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : Janganlah kamu meniru (menyerupai)

orang-orang Majusi (penyembah berhala) karena mereka itu memotong (mencukur) jenggot mereka dan memanjangkan (memelihara) kumis mereka". HR Muslim.

 6. "Tipiskanlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu. Di riwayat yang lain pula :

Potonglah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR al Bukhari. 

7. Dari Abi Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Di antara fitrah dalam Islam ialah memotong kumis dan memelihara jenggot, bahwasanya orang-orang Majusi memelihara kumis mereka dan memotong jenggot mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Ibn Hibban

 8. "Dari Abdullah bin Umar berkata : Pernah disebut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi

wassalam seorang Majusi maka beliau bersabda : Mereka (orang-orang Majusi) memelihara kumis mereka dan mencukur jenggot mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka". HR al Baihaqi.

 9. "Dari Ibn Umar Radiyallahu ?anhu berkata : Kami diperintah supaya memelihara

jenggot". HR Muslim. 

10. Dari Abi Hurairah : Bersabda Rasulullah Shalallahu ?alaihi wassalam : Cukurlah kumis kamu dan peliharalah jenggot kamu". HR Muslim.

 11. "Dari Abi Hurairah berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam :

Peliharalah jenggot kamu dan cukurlah kumis kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani". HR Ahmad.

 12. "Dari Ibn Abbas berkata : Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam : Janganlah

kamu meniru (menyerupai) Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah jenggot kamu". HR al Bazzar.

 Ah, hukumnya sunnah kok bukan wajib?, siapa yang mengatakannya: Jumhur ulama (ulama tafsir, hadits dan fiqih) menegaskan bahwa perintah yang terdapat pada hadits-hadits (tentang jenggot) adalah menunjukkan perintah yang wajib bukan sunnah karena ia menggunakan lafaz atau kalimah ( االمر nada (gaya) perintah" yang tegas, jelas" : (صيغة(dan diulang-ulang). Lihat : ( النصوص .Adib Saleh. Jld. 2 : 241 (تفسير

Page 118: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

 Kalau kita merasa hatinya merasa trenyuh dengan seorang muslimah yang membuka jilbabnya, bagaimana dengan kita sendiri yang masih banyak mencukur jenggot yang juga merupakan perintah dari Rasulullah juga???

Hukum Mencukur Jenggot

Sumber www.islamQA.com

Apa hukumnya mencukur jenggot atau mencukur sebagiannya?

Alhamdulillah, mencukur jenggot hukumnya haram berdasarkan hadits-hadits shahih yang secara tegas melarangnya. Dan berdasarkan dalil-dalil umum yang melarang menyerupai orang-orang kafir. Diantaranya hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

Page 119: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

"Selisihilah orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan potonglah kumis."

Dalam riwayat lain berbunyi:

"Potonglah kumis dan peliharalah jenggot."

Masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan itu. Maksud memelihara jenggot adalah membiarkannya tumbuh secara alami. Termasuk memeliharanya adalah membiarkannya tanpa mencukur, mencabut atau memotongnya sedikitpun. Ibnu Hazm bahkan telah menukil ijma' (kesepakatan) tentang hukum wajibnya memotong kumis dan memelihara jenggot. Beliau berdalil dengan sejumlah hadits, diantaranya adalah hadits Ibnu Umar terdahulu dan hadits Zaid bin Arqam yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Barangsiapa tidak memotong sebagian dari kumisnya maka ia bukan termasuk golonganku (golongan yang melaksanakan sunnahku)."

Hadits tersebut dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, ia berkata dalam kitab Al-Furu' bahwa riwayat yang dibawakan oleh rekan-rekan kami dari kalangan madzhab Hambali di atas menegaskan hukum haramnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma' telah memerintahkan supaya menyelisihi orang-orang kafir dan melarang menyerupai mereka. Sebab menyerupai mereka secara lahiriyah merupakan sebab menyerupai tabiat dan tingkah laku mereka yang tercela. Bahkan merupakan sebab meniru keyakinan-keyakinan sesat mereka. Dan dapat mewariskan benih-benih kecintaan dan loyalitas dalam batin kepada mereka. Sebagaimana kecintaan dalam hati dapat menyeret kepada penyerupaan dalam bentuk lahiriyah. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Bukanlah termasuk golongan kami orang yang menyerupai selain kami. Maka janganlah kalian menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani."

Dalam riwayat lain berbunyi:

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka." (H.R Imam Ahmad)

Bahkan Umar bin Khaththab menolak persaksian orang yang mencabuti jenggotnya. Dalam kitab At-Tamhid Imam Ibnu Abdil Barr berkata: "Haram hukumnya mencukur jenggot, sesungguhnya perbuatan tersebut hanya dilakukan oleh kaum banci." Yaitu perbuatan tersebut termasuk menyerupai kaum wanita. Dalam riwayat disebutkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam adalah seorang yang lebat jenggotnya. (H.R Muslim dari Jabir)Dalam riwayat lain disebutkan: "Tebal jenggotnya" dalam riwayat lain: "Banyak jenggotnya", maknanya sama yakni lebat jenggotnya. Oleh karena itu tidak dibolehkan memotong sedikitpun darinya berdasarkan dalil-dalil umum yang melarangnya.

Fatawa Lajnah Daimah V/133

Page 120: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hukum Mencukur Jenggot Karena Timbul FitnahSejak beberapa tahun ini saya mengenal Dienul Islam -walillahil hamd-, Allah telah memberi hidayah sehingga saya dan dua orang saudara saya bersedia memelihara jenggot. Sunnah Rasulullah ini kemudian diikuti oleh sebagian anggota keluarga. Alhamdulillah kami mampu menciptakan suasana islami di dalam rumah. Saudara-saudara wanita saya mengenakan busana muslimah dan kami senantiasa menerapkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan kemampuan kami. Kemudian terjadilah fitnah (kekacauan) di negeri kami, masyarakat berubah membenci orang-orang berjenggot dan mempersempit ruang gerak mereka. Masyarakat mengira setiap orang yang berjenggot pasti ingin membunuhi masyarakat dan menumpahkan darah mereka. Sebagaimana kaum muslimin lainnya, kami juga sama sekali tidak membenarkan tindakan membunuh dan menumpahkan darah yang diharamkan oleh Allah. Lalu kedua orang tua saya dan segenap keluarga terus meminta saya supaya mencukur jenggot. Ibu saya mengatakan bahwa ayah saya sangat marah kepada saya. Saya sendiri takut menyelisihi salah satu sunnah Rasulullah dan takut jatuh ke dalam perbuatan maksiat!?

Alhamdulillah,

Pertama: Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan atas ketaatan Anda mengikuti Sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dan dakwah Anda kepada segenap keluarga Anda kepada Sunnah Nabi.

Kedua: Mencukur jenggot haram hukumnya, sedang memeliharanya adalah wajib sebagaimana yang Anda ketahui. Mentaati Allah tentunya lebih diprioritaskan daripada mentaati makhluk meskipun ia adalah keluarga yang terdekat. Tidak boleh mentaati makhluk dalam hal berbuat maksiat kepada Allah. Mentaati makhluk harus dalam perkara-perkara ma'ruf saja. Apa yang Anda sebutkan tadi, berupa kekesalan dan kemarahan kedua orang tua karena Anda tetap memelihara jenggot hanyalah dorongan sentimen perasaan belaka dan rasa khawatir atas keselamatan pribadi Anda setelah melihat berbagai peristiwa yang menimpa orang lain. Akan tetapi peristiwa-peristiwa tersebut umumnya terjadi atas orang-orang yang terlibat dalam kancah fitnah itu bukan karena masalah memelihara jenggot semata. Hendaklah Anda tetap teguh di atas kebenaran dan tetap memelihara jenggot karena ketaatan kepada Allah dan mencari ridha-Nya, meskipun manusia tidak senang. Dan hendaknya Anda menjauhkan diri dari tempat-tempat fitnah dan selalu bertawakkal kepada Allah serta mengharap kepada-Nya semoga Dia memberi jalan keluar bagi Anda dari setiap kesempitan. Allah berfirman dalam Kitab-Nya:

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. 65:2-3)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa

Page 121: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya. (QS. 65:4-5)

Kami anjurkan agar Anda tetap berbakti kepada kedua orang tua dan memberikan alasan kepada mereka berdua dengan lembut dan dengan cara yang baik.

Fatawa Lajnah Daimah V/151.

Hukum Mencukur Jenggot Orang Lain (Hukum Tukang Cukur Jenggot)Saya adalah seorang muslim yang taat, muslim yang memelihara jenggotnya. Saya memiliki salon khusus pria, dan itulah sumber mata pencaharian saya. Saya biasa mencukur jenggot para pelanggan. Saya juga biasa menggunakan sejenis sisir untuk merapikan rambut pelanggan. Bagaimanakah hukum perkerjaan tersebut dilihat dari kacamata syariat?

Alhamdulillah, Pertama: Seorang muslim diharamkan mencukur jenggotnya, berdasarkan dalil-dalil shahih yang menegaskan haramnya mencukur jenggot. Begitu juga muslim lainnya, diharamkan mencukur jenggot saudaranya sesama muslim. Karena hal itu termasuk bentuk saling menolong dalam berbuat dosa. Allah Subhaanahu Wa Ta'aala telah melarang seperti itu dalam firman-Nya:

"Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."(QS. 5:2)

Kedua: Anda boleh saja menyisir rambut pria, merapikan dan meminyakinya dan memberinya wewangian, namun Anda tidak boleh melakukan hal itu terhadap kaum wanita yang bukan mahram Anda. Fatawa Lajnah Daimah V/145.

Hukum Mencukur Rambut Yang Tumbuh Di Bagian Atas PipiPada sebagian pria kadangkala tumbuh rambut di bagian atas pipinya, bolehkah rambut tersebut dicukur?

Alhamdulillah, rambut yang tumbuh di pipi masuk dalam kategori jenggot. Tidak boleh dihilangkan dengan dicukur dipotong atau semacamnya. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam :

"Potonglah kumis dan peliharalah jenggot serta selisihilah orang-orang musyrik."

Diantara para ahli ilmu yang menggolongkan rambut yang tumbuh di pipi sebagai jenggot adalah penulis buku Al-Qamus dan penulis Lisanul Arab.

Fatwa Lajnah Daimah V/144

Page 122: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hukum Mewarnai Rambut Dan Jenggot Dengan Warna HitamApa hukumnya mewarnai jenggot dengan warna hitam?

Alhamdulillah, kaum lelaki tidak dibolehkan mewarnai jenggotnya dengan warna hitam. Berdasarkan dalil-dalil yang melarangnya. Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata:

Abu Quhafah dibawa ke hadapan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam pada hari penaklukan kota Makkah dalam keadaan putih rambutnya. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:

"Warnailah ubannya dan hindarilah penggunaan warna hitam!"(H.R Muslim, An-Nasa'i dan Ibnu Majah)

Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa'i juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhu bahwa ia berkata: "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Akan ada kelak di akhir zaman suatu kaum yang mewarnai rambut mereka dengan warna hitam bagaikan anak-anak burung merpati, mereka tidak akan mencium aroma surga."

Namun dianjurkan agar mewarnai rambut dengan selain warna hitam berdasarkan hadits Jabir terdahulu.Dianjurkan agar mewarnai rambut dengan menggunakan inai atau sejenisnya yang membuat warna rambut menjadi merah atau kuning, karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam mewarnai rambut beliau dengan warna kuning. Dan berdasarkan riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu 'Anhu mewarnai rambutnya dengan inai dan al-katam (sejenis tetumbuhan untuk mewarnai rambut). Dan juga berdasarkan hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam:

"Sesungguhnya bahan terbaik untuk mewarnai uban kamu ialah inai dan al-katam."(H.R Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi, dan dinayatakan shahih oleh beliau)

Dinukil dari kumpulan Fatwa Lajnah Daimah V/166-167.

Page 123: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hukum Jenggot : Wajib, Sunnah atau Adat?

PertanyaanAssalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya pernah mendengar dan membaca bahwa pria muslim harus memanjangkan jenggot/janggutnya dan membiarkannya tumbuh panjang apa adanya dan tidak boleh dicukur atau dirapikan sedikitpun.

Bolehkan :

1.Demi kerapian seperti rambut kepala, janggut dirapikan (yang penting tetap ada).2. Kalau tidak pakai janggut alias dipotong licin boleh ngak secara syariah Islam

Mohon penjelasannya

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Page 124: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Rachmat Kurniawan

JawabanAssalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dalil-dalil bahwa Rasulullah SAW berjenggot pasti sudah dibaca oleh semua kalangan. Demikian juga bahwa Rasulullah SAW bersabda untuk memanjangkan jenggot dan memotong kumis agar berbeda dengan orang yahudi, pasti sudah dilalap habis oleh para ulama. Dan kesemuanya merupakan hadits yang secara sanad telah diakui keshahihannya.

Di antara dalil-dalil itu adalah :

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Saw bersabda,“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis. (HR. Bukhari)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, pendekkanlah kumis, dan panjangkanlah jenggot.”(HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”Potonglah kumis dan biarkan jenggot, selisilah orang-orang majusi” (HR. Ahmad II/365, 366 dan Muslim 260)

Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi SAW bersabda,”10 hal yang termasuk fitrah : mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, istinsyak (memasukkan air ke hidung), memotong kuku, mencuci sela-sela jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan menghemat air.(HR. Muslim)

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,”Selisihilah orang-orang musyrik (dengan cara) melebatkan jenggot dan memendekkan kumis” (HR. Bukhari 5553 dan Muslim 259)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Panjangkanlah jenggot dan potonglah kumis. Janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani” (HR. Ahmad, Al-Musnad II/366)

Apakah Semua Tindakan Rasulullah SAW Hukumnya Wajib Kita Ikuti?Tapi yang jadi masalah, apakah setiap perbuatan Rasulullah SAW itu menjadi sebuah kewajiban atau sekedar menjadi sunnah, itu adalah perkara yang lain. Apakah perintah Rasulullah SAW berlaku secara universal ataukah terkait dengan keadaan dan kondisi tertentu, itu adalah sebuah tema yang masih jadi perbedaan pandangan para ulama.

Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat penting sekaligus susah dijawab. Kita ambil contoh sederhana, misalnya diriwayatkan bahwa Rasullullah SAW pernah naik mimbar untuk khutbah Jumat dengan memegang tongkat.

Page 125: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Haditsnya shahih dan semua ulama sepakat atas hal itu. Tapi yang jadi titik masalah, bagaimana kemudian menafsirkan hal itu ke dalam tataran wilayah hukum. Apakah dalam khutbah Jumat disunnahkan buat khatib untuk pegang tongkat, ataukah hukumnya malah wajib, sehingga kalau tidak pegang tongkat menjadi tidak sah? Ataukah tongkat itu hanya sekedar urusan teknis lantaran dahulu Rasulullah SAW sudah tua dan badannya butuh disangga dengan tongkat?

Tentu ini adalah wilayah khilafiyah yang berangkat dari perbedaan dalam metodologi pengambilan kesimpulan hukum. Dan dalam kenyataannya, kita menyaksikan sebagian masjid telah menyediakan tongkat khusus buat dipegang khatib saat naik mimbar, walau pun sebenarnya khatib itu masih muda dan badannya kekar, tapi karena ada riwayat bahwa Rasulullah SAW khutbah berpegangan pada tongkat, si khatib muda itu pun khutbah dengan berpegangan pada tongkat.

Kalau kita tanya, kenapa khutbah pakai tongkat, jawabnya enteng saja, kan Rasulullah SAW juga khutbah pakai tongkat.

Sementara masjid yang lainnya tidak menyediakan tongkat buat khatib. Kalau ditanya kenapa tidak ada tongkat, mereka akan jawab bahwa tongkat itu bukan sunnah dalam khutbah jumat, meskipun Rasulullah SAW diriwayatkan pernah khutbah pakai tongkat.

Maka demikian juga dengan masalah perjenggotan. Sebagian ulama mengatakan bahwa jenggot itu wajib dipelihara oleh setiap laki-laki muslim. Apa dasarnya? Ya, karena dahulu Nabi SAW itu jenggotan, bahkan diriwayatkan jenggotnya sangat panjang dan lebat sampai ke pusernya.

Perbedaan Pendapat Para Ulama

Dengan perbedaan metodologi pengambilan hukum yang ada, maka akibatnya kita melihat ulama berbeda penapat dalam masalah ini. Sebagai orang yang sedang belajar ilmu syariah, tidak ada salahnya kita melakukan eksplorasi lebih jauh tentang siapa saja yang ikut memberikan fatwa dalam masalah ini dan kenapa mereka berbeda pendapat.

Secara umum kita akan membagi dua saja, yaitu kalangan yang mewajibkan jenggot dan kalangan yang tidak mewajibkan. Mereka yang tidak mewajibkan, masih berbeda lagi, ada yang mengatakan sunnah dan kalau tidak memelihara jenggot berarti makruh, dan ada juga yang mengatakan bukan sunnah.

Saya coba tampilkan hanya beberapa saja, tentu para ulama yang punya pendapat dalam masalah ini sangat banyak, tapi cukup beberapa saja karena terbatasan halaman, lagian biar tidak bosen membacanya karena kepanjangan.

1. Mereka Yang Mewajibkan Jenggot

1.1. Pendapat Mazhab Hanafi dan Hanbali

Page 126: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Kedua mazhab ini secara tegas menyebutkan bahwa haram hukumnya mencukur habis jenggot. Pendapat ini didukung oleh sebagian kalangan Maliki dan sebagian kecil dari ulama di kalangan mazhab Syafi’i.

Ibnu Qudamah dari mazhab Hambali dalam kitab Al-Mughni jilid 8 halaman 433 bab At-Ta’zir fil Islam, mengatakan bahwa orang yang mencukur jenggotnya wajib membayar diyat kamilah (tebusan), sebagaimana juga merupakan pendapat Imam Ahmad, Abu Hanifah dan Al-Imam Ats-Tsauri. Sedangkan, kata beliau, As-Syafi’i dan dan Maliki mengatakan harus dihukum sesuai dengan keputusan hakim.

Ini menunjukkan bahwa urusan mencukur jenggot merupakan hal yang terlarang buat umat Islam dalam pandangan para ulama mazhab.

1.2. Syeikh Al-Albani

Muhammad Nashiruddin Al-Albani –rahimahullah- telah menjelaskan hukum mencukur jenggot dalam kitabnya, Adabu Az-Zifaf, hal.118-123. Disana dia menegaskan bahwa mencukur jenggot termasuk adat kebiasaan yang sangat buruk bagi orang yang fitrahnya masih sehat, dan itu adalah sebuah bencana yang telah menimpa sebagian besar kaum laki-laki, yaitu berhias diri dengan cara mencukur jenggot yang itu tidak lain hanya karena ikut-ikutan kepada orang kafir Eropa.

1. 3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Dalam kitab Risalah Fi Shifatin Shalatin Nabi, hal. 31 dituliskan bahwa saat ditanyakan kepada beliau tentang hukum mencukur jenggot, jawaban beliau adalah bahwa mencukur jenggot itu diharamkan karena merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah SAW.

1.4. Syeikh Muqbil

Saking semangatnya urusan memelihara jenggot ini, sampai sebagian kalangan ulama seperti Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah mengeluarkan fatwa bahwa orang yang mencukur jenggotnya sampai habis tergolong orang yang fasiq.

2. Mereka Yang Tidak Mewajibkan

Namun sebagian ulama yang lain punya pendapat yang tidak sama.

2.1. Mazhab Syafi’i dan Maliki

Umumnya pendapat ulama di kalangan mazhab Syafi’i dan sebagian dari ulama mazhab Maliki menyebutkan bahwa mencukur habis jenggot tidak merupakan perkara yang haram. Hukumnya hanya sampai batas makruh saja.

2.2. Dr. Yusuf Al-Qaradawi

Page 127: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Dalam masalah apakah mencukur habis jenggot itu haram, Syeikh Doktor Yusuf Al-Qaradawi cenderung mengatakan bahwa hal itu bukan haram.

2.3. Syeikhul Azhar Jadil Haq Ali Jadilhaq

Beliau adalah ulama Mesir kenamaan yang pernah menjabat sebagai Grand Master Universitas Al-Azhar di Mesir. Dalam hal ini beliau tidak mewajibkan kita untuk memelihara jenggot, namun mengatakan bahwa memelihara jenggot itu hukumnya sunnah.

2.4 Syeikh Muhammad Syaltut dan Syeikh Muhammad Abu Zahrah

Dua ulama kenamaan Mesir ini juga tidak mewajibkan jenggot. Bahkan mereka mengatakan bahwa secara hukum syar’i, memelihara jenggot itu lebih merupakan kebiasaan (urf) saja. Tidak ada ketentuan syar’i yang khusus, apakah hukumnya wajib atau sunnah.

Di antara hujjah kalangan ini antara lain memang benar bahwa Rasulllah SAW berjenggot, bahkan benar bahwa beliau menganjurkan agar laki-laki muslim memelihara jenggot agar tampil beda dengan yahudi. Tapi contoh dari Rasulullah SAW tidak lantas menjadi sebuah kewajiban. Sebagaimana urusan tongkat waktu khutbah Jumat.

Ada pun Rasulullah SAW memerintahkan untuk berjenggot agar berbeda tampilan dengan orang yahudi, maka hal itu dianggap kondisional. Karena dahulu orang yahudi memelihara kumis dan mencukur habis jenggotnya.

Tapi ternyata di lain waktu, orang-orang yahudi punya penampilan yang berbeda, mereka malah mencukur habis kumis dan memanjangkan jenggot. Nah, kalau sudah begini, apakah kita tetap harus mencukur kumis dan memanjangkan jenggot? Tentu urusannya jadi panjang.

Pengalaman Pribadi

Dosen-dosen saya yang orang Saudi umumnya mewajibkan para mahasiswanya berjenggot panjang dan tebal. Wajah mereka ikut cerah kalau melihat mahasiswanya punya jenggot tebal dan panjang seperti mereka. Bahkan urusan jenggot panjang ini bisa berpengaruh ke nilai ujian. Hmm repot juga ya?

Untunglah saya dahulu termasuk yang ditakdirkan Allah punya jenggot, sehingga setiap bertemu dengan dosen-dosen Saudi, mereka selalu memuji saya,”Ya akhi, anta talibun muwaffaq, anta multazim bissunnah”. Enak juga ya punya jenggot, belum apa-apa sudah dipuji dosen.

Tapi yang kasihan malah teman saya, meski sudah lusinan obat jenggot dari berbagai merk dioles-oleskan ke dagunya yang licin dan mengkilap itu, ternyata tak satu pun jenggot yang diharapkan mau tumbuh disitu.

Saat bertemu dengan dosen Saudi, dia hanya bisa tersenyum kecut. Apalagi ketika dosen dari Saudi mengkritik, “Ya akhi, aina lihyah? Al-lihyah hiya sunnaturasulillah, lazim..labud…ittaqillah “. (Ya akhi, mana jenggot, jenggot itu sunnah Rasululah, harus… kudu..).

Page 128: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Tentu saja teman saya itu kelabakan. Entah sudah kehabisan akal atau tidak tahu harus menjawab apalagi, akhirnya dia bilang,”Afwan ya ustadz, hadzihi sunnah aidhan, bal hiya sunnatullah”. (maaf ustadz, ini sih sunnah juga, tapi sunnatullah).

Maksudnya, sudah sunnatullah bahwa jenggot tidak tumbuh di dagunya. Terus mau diapain lagi? Untungnya dosennya paham dan tertawa keras sekali mendengar kisahnya beli lusian obat jenggot tapi tidak berhasil tumbuh jenggot.

Saya hanya bilang, gimana mau tumbuh, lha wong yang jual obat jenggot saja tidak jenggotan? Benar juga ya, jawabnya.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

www.warnaislam.com

Memelihara Jenggot

Termasuk yang penting dalam permasalahan kita ini, ialah tentang memelihara jenggot. Untuk ini Ibnu Umar telah meriwayatkan dari Nabi SAW. yang mengatakan sebagai berikut:

" Berbedalah kamu dari orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis." (Riwayat Bukhari)

Perkataan i'fa (pelihara) dalam riwayat lain diartikan tarkuha wa ibqaauha (tinggalkanlah dan tetapkanlah).

Hadits ini menerangkan alasan diperintahkannya untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis, yaitu supaya berbeda dengan orang-orang musyrik. Sedang yang dimaksud orang-orang musyrik disini ialah orang-orang Majusi penyembah api, dimana mereka itu biasa menggunting jenggotnya, bahkan ada yang mencukurnya.

Page 129: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan untuk umat Islam supaya mereka mempunyai kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir lahir dan batin, yang tersembunyi maupun yang nampak. Lebih-lebih dalam hal mencukur jenggot ini ada unsur menentang fitrah dan menyerupai perempuan. Sebab jenggot adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda-tanda yang membedakan dengan jenis lain.

Namun demikian, bukan berarti sama sekali tidak boleh memotong jenggot dimana kadang-kadang jenggot itu kalau dibiarkan bisa panjang yang menjijikkan yang dapat mengganggu pemiliknya. Untuk itulah maka jenggot yang demikian boleh diambil/digunting ke bawah maupun kesamping, sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Tirmizi.

Hal ini pernah juga dikerjakan oleh sementara ulama salaf, seperti kata Iyadh: " Mencukur, menggunting dan mencabut jenggot dimakruhkan. Tetapi kalau diambil dari panjangnya atau kesampingnya apabila ternyata jenggot itu besar (tebal), maka itu satu hal yang baik."

Dan Abu Syamah juga berkata: " Terdapat suatu kaum yang biasa mencukur jenggotnya. Berita yang terkenal, bahwa yang berbuat demikian itu ialah orang-orang Majusi, bahwa mereka itu biasa mencukur jenggotnya."

Kami berpendapat: Bahwa kebanyakan orang-orang Islam yang mencukur jenggotnya itu lantaran mereka meniru musuh-musuh mereka dan kaum penjajah negeri mereka dan orang-orang Yahudi dan Kristen. Sebagaimana kelazimannya, bahwa orang-orang yang kalah senantiasa meniru orang yang menang. Mereka melakukan hal itu jelas telah lupa kepada perintah Rasulullah yang menyuruh supaya mereka berbeda dari orang-orang kafir. Disamping itu mereka telah lupa pula terhadap larangan Nabi tentang menyerupai orang kafir, seperti yang tersebut dalam haditsnya yang mengatakan:

" Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia itu termasuk golongan mereka." (Riwayat Abu Daud)

Kebanyakan ahli fiqih yang berpendapat tentang haramnya mencukur jenggot itu berdalil perintah Rasul diatas. Sedang tiap-tiap perintah asalnya menunjukkan pada wajib, lebih-lebih Rasulullah sendiri telah memberikan alasan perintahnya itu supaya kita berbeda dengan orang-orang kafir. Dan berbeda dengan norang kafir itu sendiri hukumnya wajib pula.

Tidak seorang pun ulama salaf yang meninggalkan kewajiban ini. Tetapi sementara ulama-ulama sekarang ada yang membolehkan mencukur jenggot karena terpengaruh oleh keadaan dan memang karena bencana yang telah meluas. Mereka ini berpendapat, bahwa memelihara jenggot itu termasuk perbuatan Rasulullah yang bersifat duniawiah, bukan termasuk persoalan syara' yang harus ditaati. Tetapi yang benar, bahwa memelihara jenggot itu bukan sekedar fi'iliyah Nabi, bahkan ditegaskan pula dengan perintah dan disertai alasan supaya berbeda dengan orang kafir.

Page 130: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Ibnu Taimiyah menegaskan, bahwa berbeda dengan orang kafir adalah suatu hal yang oleh sara' ditekankan. Dan menyerupai orang kafir dalam lahiriahnya dapat menimbulkan perasaan kasih dalam hatinya, sebagaimana perasaan kasih dalam batin dapat menimbulkan perasaan dalam lahir. Ini sudah dibuktikan sendiri oleh suatu kenyataan dan diperoleh berdasarkan suatu penelitian.

Selanjutnya ia berkata: Al Quran, Hadits dan Ijma' sudah menegaskan terhadap perintah supaya berbeda dengan orang kafir dan dilarang menyerupai mereka secara keseluruhannya. Apa saja yang kiranya menimbulkan kerusakan walaupun agak tersembunyi, maka sudah dapat dikaitkan dengan suatu hukum dan dapat dinyatakan haram. Maka dalam hal menyerupai orang kafir pada lahirnya sudah merupakan sebab untuk menyerupai akhlak dan pebuatannya yang tercela, bakan akan bisa berpengaruh pada kepercayaan. Pengaruhnya ini memang tidak dapat dikongkritkan, dan kejelekan yang ditimbulkan akibat dari sikap menyerupai itu sendiri kadang-kadang tidak begitu jelas, bahkan kadang-kadang sukar dibuktikan. Tetapi setiap hal yang menjadi sebab timbulnya suatu kerusakan, sara' menganggapnya suatu hal yang haram.

Dari keterangan-keterangan diatas dapat kita simpulkan, bahwa masalah mencukur jenggot ini ada tiga pendapat:

1) Pendapat Pertama : Hukumnya haram.

Yang berpendapat demikian, ialah Ibnu Taimiyah dan lain-lain.

2) Pendapat Kedua : Makruh.

Yang berpendapat demikian ialah Iyadh, sebagaimana tersebut dalam Fathul Bari. Sedangkan ulama lain tidak ada yang berpendapat demikian.

3)Pendapat Ketiga : Mubah.

Yang berpendapat demikian sementara ulama sekarang.

Tetapi barangkali yang agak moderat dan bersikap tengah yaitu pendapat yang menyatakan makruh. Sebab tiap-tiap perintah tidak selamanya menunjukkan kepada wajib, sekalipun dalam hal ini Nabi telah memberikan alasannya supaya berbeda dari orang kafir. Perbandingan yang lebih mendekati kepada persoalan ini ialah tentang perintah menyemir rambut supaya berbeda dengan orang Yahudi dan Nasrani. Tetapi sebagian sahabat ada yang tidak mengerjakannya. Oleh karena itu perintah tersebut sekedar menunjukkan sunnat.

Betul tidak ada seorangpun ulama salaf yang mencukur jenggot, tetapi barangkali saja karena mereka tidak begitu memerlukan, karena memelihara jenggot waktu itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

Page 131: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

PENAMPILAN ITU ADALAH SYI’AR ISLAM, BUKAN CIRI-CIRI TERORIS!!

Penulis: Al-Ustadz Abu ‘Amr Ahmad

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan syari’at Islam dengan sempurna dan meliputi segala hal, berlaku untuk semua zaman, semua tempat, dan dalam semua kondisi. Baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq sopan santun, cara berpenampilan dan berpakaian, cara bermuamalah antar sesama, dan banyak lagi. Semuanya telah lengkap dan sempurna.

Syari’at Islam ada yang bersifat batin/tidak tampak, ada pula yang bersifat zhahir/tampak. Semuanya merupakan bagian dari syari’at Islam yang harus diamalakan oleh setiap individu muslim. Syi’ar-syi’ar Islam harus dihormati dan dijunjung tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

/ الحج [ Bقلوب> ال :ق<و:ى ت مBن< Dه:ا Bن ف:إ BهD الل Bر: ع:ائ ش: يع:ظ>م< و:م:ن< ]32ذ:لBك:

Page 132: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (Al-Hajj : 32)

Di antara aturan syari’at Islam yang penuh rahmat ini adalah cara berpenampilan. Islam telah memberikan ketentuan bagi kaum mukminin dan mukminah dalam cara berpenampilan dan berpakaian.

Terkait dengan mukminin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الكعبين من أسفل كان ما الكعبين وبين بينه فيما جناح ال أو حرج وال الساق نصف إلى المسلم إزرةإليه الله ينظر لم بطرا إزاره جر من النار في فهو

(Batas panjang) pakaian (sarung, gamis, celana) seorang muslim adalah sampai pertengahan betis, dan tidak mengapa jika sampai antara pertengahan betis dengan dua mata kaki. Kain yang (dipanjangkan sampai) berada di bawah mata kaki maka itu di neraka. Barangsiapa yang menjulurkan sarung (melebihi mata kaki) karena sombong maka Allah tidak akan melihat kepadanya. (HR. Abu Dawud 4093).

Hadits ini menunjukkan bahwa cara berpakaian seorang muslim harus di atas mata kaki, tidak boleh di bawah mata kaki. Ini ketentuan syari’at Islam sekaligus ini merupakan ajaran junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa yang berani melanggar ketentuan ini dengan sengaja maka dia diancam dengan neraka. Jika melanggar aturan ini karena sombong, maka ancamannya lebih besar lagi.

Seorang muslim yang cinta ajaran Nabinya, cinta agama Islam, tunduk dan patuh kepada perintah Allah ‘Azza wa Jalla, maka pasti dia akan memperhatikan aturan syari’at Islam yang satu ini. Dengan tanpa malu atau gengsi ia akan berpenampilan dengan pakaian (sarung, gamis, celana) di atas mata kaki atau setengah betis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang berjenggot lebat dan berambut tebal. Ini merupakan teladan dari beliau dalam berpenampilan. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berjenggot. Beliau bersabda :

المشركين « خالفوا اللحى وأعفوا الشوارب » قصوا

Potonglah kumis-kumis (kalian) dan panjangkanlah jenggot-jenggot (kalian), berbedalah kalian dengan penampilan kaum musyrikin. (Muttafaqun ‘alaihi)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda :

المجوس « خالفوا اللحى وأرخوا الشوارب » جزوا

Pangkaslah kumis-kumis (kalian) dan biarkan panjang jenggot-jenggot (kalian), berbedalah kalian dengan penampilan kaum majusi. (Muttafaqun ‘alaihi)

Page 133: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Hadits di atas menunjukkan kewajiban memanjangkan jenggot sekaligus menunjukkan haram menggunting atau mencukur jenggot. Ini adalah perintah dan larangan langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian juga, Islam sebagai syari’at yang lengkap dan sempurna, pembawa rahmat bagi alam semesta, sangat menghargai dan menjaga kehormatan kaum wanita. Jangan sampai mereka menjadi mangsa pihak-pihak tidak bertanggungjawab. Di antara bentuk penjagaan Islam terhadap kaum wanita adalah mereka diwajibkan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh aurat mereka, mulai dari rambut, leher, tengkuk, dada, punggung, kaki, dan seluruh anggota tubuh mereka. Perintah ini Allah tegaskan dalam Al-Qur`an pada surat An-Nur : 31 dan surat Al-Ahzab : 59. Sebagai generasi yang taat, tunduk, dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya para istri Nabi dan para shahabiyyah segera melaksanakan perintah tersebut. Islam mempersyarakatkan baju yang dikenakan tersebut harus menutupi seluruh tubuh, lebar, tidak ketat atau transparan, tidak berwarna mencolok atau menarik, dan beberapa kriteria lainnya.

Termasuk yang juga harus ditutup oleh kaum wanita adalah wajah. Ibunda kaum mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu’anha mengatakan :

“Para pengendara (laki-laki) melewati kami, ketika kami (para wanita) berhaji bersama-sama Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam. Maka ketika mereka (para pengendara laki-laki tersebut) telah dekat, masing-masing kami menurunkan jilbabnya dari kepalanya sampai menutupi wajahnya. Jika mereka telah melewati kami, maka kami membuka wajah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).

Beberapa ketentuan terkait penampilan dan pakaian di atas merupakan ketentuan syari’at Islam dan merupakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu saja itu menjadi ciri khas bagi kaum muslimin yang taat menjalankan ajaran syari’at, cinta kepada bimbingan Nabinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penampilan Islami tersebut merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa, ciri orang yang shalih, ciri orang yang taat dan cinta pada agama Islam.

Penampilan Islami di atas bukan bikinan kelompok/golongan atau bangsa tertentu, bukan pula ciri khas kelompok atau bangsa tertentu, bukan pula sekedar adat kebiasan masyarakat, bangsa, atau kelompok tertentu. Tapi merupakan aturan syariat Islam, merupakan ketentuan yang berasal dari wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang diajarkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sungguh musibah telah menimpa kaum muslimin. Setelah kaum teroris - khawarij mencoreng Islam dan kaum muslimin, mencemarkan nama harum jihad, mereka juga mencemarkan syiar-syiar Islam. Sebagian kaum teroris - khawarij tersebut ternyata menampakkan atribut-atribut Islami di atas, bahkan mereka jadikan atribut Islami tersebut sebagai sarana untuk penyamaran dan melarikan diri!!

Page 134: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Maka timbullah stigma di masyarakat bahwa orang-orang berjenggot, bergamis, bercelana di atas mata kaki, atau istri bercadar berarti adalah teroris, atau sepaham/sealiran dengan teroris, atau minimalnya pro teroris sehingga harus dicurigai dan diselidiki. Sungguh jahat para teroris - khawarij tersebut, akibat ulah mereka syiar Islam yang mulia menjadi tercitrakan jelek.

Yang sangat disesalkan adalah justru sebagaian kaum muslimin sendiri menjadi benci terhadap jenggot, gamis, cadar, dll serta ikutan-ikutan menaruh curiga kepada setiap orang yang mengenakannya. Maka suasana ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membenci syariat Islam, untuk kembali menghembuskan isu bahwa jenggot, gamis, cadar, dll bukan bagian dari Islam, itu hanya adat arab badui, atau merupakan ciri-ciri kelompok garis keras. Sungguh keyakinan demikian telah menginjak-injak syari’at Islam, dan disadari maupun tidak merupakan pengingkaran terhadap sebagian ajaran Islam. Yang lebih disesalkan adalah justru stigma negatif di atas juga disuarakan oleh orang-orang yang selama ini dianggap sebagai tokoh Islam, atau cendekiawan muslim. Sungguh komentar-komentar mereka tidak memberikan solusi, tapi malah membuat suasana semakin keruh.

Sikap sebagian kaum muslimin yang menaruh curiga terhadap segala atribut Islami di atas - bahkan di beberapa daerah sampai pada tindakan main hakim sendiri - bukanlah solusi untuk memberantas terorisme. Justru hal itu menunjukkan ketidakpahaman umat terhadap hakekat terorisme, di sisi lain menunjukkan betapa rapuhnya aqidah umat sehingga sangat mudah dikendalikan oleh media massa dan tokoh-tokoh yang tidak jelas.

Terorisme - Khawarij muncul karena kecintaan yang besar terhadap Islam dan semangat memperjuangkan Islam, namun keluar dari metode yang benar dalam memahami dan mengaplikasikan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah. Terorisme yang muncul sekarang sebenarnya berakar dan merupakan kelanjutan dari paham sesat khawarij.

Untuk membentengi membentengi diri kita, keluarga kita, anak-anak kita, lingkungan dan masyarakat kita dari paham sesat khawarij maka umat Islam harus kembali merujuk kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah di bawah bimbingan para ‘ulama yang meniti jejak para salafush shalih (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in).

Segala problem yang menimpa kaum muslimin tidak akan tercabut kecuali jika kaum muslimin mau kembali kepada ajaran agama mereka. Tidak akan menjadi baik kondisi umat di akhir zaman ini kecuali dengan sesuatu yang telah menjadikan baik generasi awal Islam, yaitu berpegang kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan prinsip pemahaman yang benar, yaitu metode pemahaman para salafush shalih (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in).

Page 135: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Cadar, Celana Cantung dan Jenggot bukan Ciri-ciri Teroris Oleh Al-Ustadz Sofyan Ruray   

Ketahuilah wahai kaum Muslimin, menggunakan cadar bagi wanita muslimah, mengangkat celana jangan sampai menutupi mata kaki dan membiarkan janggut tumbuh bagi seorang laki-laki Muslim adalah kewajiban agama dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan terorisme, sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti bukti-buktinya insya Allah dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta penjelasan para Ulama ummat.

Page 136: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Benar bahwa sebagian Teroris juga mengamalkan kewajiban-kewajiban di atas, namun apakah setiap yang mengamalkannya dituduh Teroris?! Kalau begitu bersiaplah menjadi bangsa yang teramat dangkal pemahamannya… Maka inilah keterangan ringkas yang insya Allah dapat meluruskan kesalah pahaman.

Dasar syari'at menggunakan cadar bagi Muslimah

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min:

“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Perhatikanlah, ayat ini memerintahkan para wanita untuk menutup seluruh tubuh mereka tanpa kecuali. Berkata As-Suyuthi rahimahullah, “Ayat hijab ini berlaku bagi seluruh wanita, di dalam ayat ini terdapat dalil kewajiban menutup kepala dan wajah bagi wanita.” (Lihat Hirasatul Fadhilah, hal. 51, karya Asy-Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah).

Istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang mulia: ‘Aisyah radhiyallahu’anha dan para wanita di zamannya juga menggunakan cadar, sebagaimana penuturan ‘Aisyah radhiyallahu’anha berikut:

“Para pengendara (laki-laki) melewati kami, di saat kami (para wanita) berihram bersama-sama Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam. Maka jika mereka telah dekat kepada kami, salah seorang di antara kami menurunkan jilbabnya dari kepalanya sampai menutupi wajahnya. Jika mereka telah melewati kami, maka kami membuka wajah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).

Dasar kewajiban mengangkat celana, jangan sampai menutupi mata kaki bagi laki-laki Muslim

Banyak sekali dalil yang melarang isbal (memanjangkan pakaian sampai menutupi mata kaki), diantaranya sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu: “Bagian kain sarung yang terletak di bawah kedua mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Al-Bukhori, no. 5787).

Dan hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha: “Bagian kain sarung yang terletak di bawah mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Ahmad, 6/59,257).

Dasar kewajiban membiarkan janggut tumbuh bagi laki-laki Muslim

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong kumis dan membiarkan janggut.” (HR. Muslim no. 624).

Juga dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Page 137: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

“Berbedalah dengan orang-orang musyrik; potonglah kumis dan biarkanlah janggut.” (HR. Muslim no. 625).

Dan masih banyak hadits lain yang menunjukkan perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk membiarkan janggut tumbuh, sedang perintah hukum asalnya adalah wajib sepanjang tidak ada dalil yang memalingkannya dari hukum asal.

Demikianlah penjelasan ringkas dari kami, semoga setelah mengetahui ini kita lebih berhati-hati lagi dalam menyikapi orang-orang yang mengamalkan sejumlah kewajiban di atas. Tentu sangat tidak bijaksana apabila kita mengeneralisir setiap orang yang nampak kesungguhannya dalam menjalankan agama sebagai teroris atau bagian dari jaringan teroris, bahkan minimal ada dua resiko berbahaya apabila seorang mencela dan membenci satu kewajiban agama atau membenci orang-orang yang mengamalkannya (disebabkan karena amalan tersebut):

Pertama: Berbuat zhalim kepada wali-wali Allah, sebab wali-wali Allah adalah orang-orang yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik perintah itu wajib maupun sunnah. Dan barangsiapa yang memusuhi wali Allah dia akan mendapatkan kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah Ta’ala berfirman:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”. (Yunus: 62-63)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata :

Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah sampai Aku mencintainya. Apabila Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk melangkah. Kalau dia meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri. Dan kalau dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan Aku lindungi.’.” (HR. Bukhari, lihat hadits Arba’in ke-38).

Faidah: Para Ulama menjelasakan bahwa makna, “Akulah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk melangkah” adalah hidayah dari Allah Ta’ala kepada wali-Nya, sehingga ia tidak mendengar kecuali yang diridhai Allah, tidak melihat kepada apa yang diharamkan Allah dan tidak menggunakan kaki dan tangannya kecuali untuk melakukan kebaikan.

Page 138: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Kedua: Perbuatan tersebut bisa menyebabkan kekafiran, sebab mencela dan membenci satu bagian dari syari’at Allah Jalla wa ‘Ala, baik yang wajib maupun yang sunnah, atau membenci pelakunya (disebabkan karena syari’at yang dia amalkan) merupakan kekafiran kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Berkata Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah pada pembatal keislaman yang kelima:

“Barangsiapa membenci suatu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam walaupun dia mengamalkannya, maka dia telah kafir.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Yang demikian karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan amalan-amalan mereka.” (Muhammad: 9)

Maka berhati-hatilah wahai kaum Muslimin.

Dan kepada Ikhwan dan Akhwat yang telah diberikan hidayah oleh Allah untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban di atas hendaklah bersabar dan tetap tsabat (kokoh) di atas sunnah, karena memang demikianlah konsekuensi keimanan, mesti ada ujian yang menyertainya.

Dan wajib bagi kalian untuk senantiasa menuntut ilmu agama dan menjelaskan kepada ummat dengan hikmah dan lemah lembut, serta hujjah yang kuat agar terbuka hati mereka insya Allah, untuk menerima kebenaran ilmu yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah, bukan pemahaman Teroris. Wallohul Musta’an.

dikutip dari judul Asli :Nasehat Kepada Teroris: Ketahuilah, Jihad Beda dengan Terorisme !!!oleh Al-Ustadz Sofyan Ruray

Kata Wanita Yahudi, Lelaki Tak Berjenggot Ibarat Sayur Tanpa Garam

Sayur tanpa garam, hambar, tidak sedaplah…. Begitulah ibaratnya lelaki yang tak piara jenggot, kata para wanita Yahudi. Kita tahu, orang lelaki Yahudi yang totok, selalunya berjenggot lebat dan berkumis tebal. Itulah yang menjadikan wanita Yahudi kesengsem dengan orang berjenggot. Menurut penelitian mereka yang paling mutakhir, pria berjenggot memiliki vitalitas diatas rata-rata. Jenggot rupanya juga dapat memberi kemampuan ekstra kepada lelaki untuk bercinta lebih lama.

Pada jaman Nabi dulu, orang Yahudi memang sudah berjenggot lebat dan berkumis tebal, itulah ciri mereka. Sementara itu, Orang Nasrani dicirikan dengan pelihara kumis saja. Dan, orang

Page 139: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Majusi ditandai dengan tiadanya kumis ataupun jenggot. Untuk membedakan dari ketiga kaum itu maka nabi perintahkan untuk pelihara jenggot saja, minimal satu genggaman tangan, sementara kumis harus dipotong, supaya tidak sama dengan orang Yahudi.

Maka jadilah pelihara jenggot itu merupakan sunnah Nabi. Di dalam sunnah Nabi ada kejayaan, begitu kata teman saya yang menganjurkan saya untuk pelihara jenggot. Siapa yang memelihara sunnah Nabi pahalanya sama seperti orang mati syahid 100 kali. Padahal, ssekali mati syahid saja sudah cukup untuk membuat Tuhan senang, apalagi kalau 100 kali tentu lebih senang.

Akhirnya saya pun pelihara jenggot juga pada tahun 1993 (saat itu sedang di Inggris) hingga lah sekarang jenggot itu masih mejeng didagu, sebagian sudah mulai putih. Janggut yang sudah memutih ini juga dapat digunakan sebagai perisai di alam kubur. Orang muslin yang mati dalam keadaan berjenggot putih, maka malaikat Munkar dan Nakir enggan menyiksanya, begitu kata hadis yang saya dengar dari orang Pakistan.

Di Pakistan, dengan mashab Hanafinya, berjenggot adalah suatu kewajiban, haram memotong jenggot, karena itu merupakan sunnah nabi, siapa yang memotong jenggot, lagi dan lagi, berarti ia telah berbuat dosa berulang2. Memotong jengot juga katanya lebih berdosa daripada mencuri, korupsi, berzina ataupun membunuh. Kalau mencuri, berzina dan membunh hanya dicatat sebagai sekali saja perbuatan maksiat, maka memotong jenggot adalah dosa yang berkali2. Itu kata teman saya yang mashabnya Hanafi.

Di jaman Nabi Musa, ada dua orang yang sedang mencari kalajengking berwarna merah dan kuning untuk suatu keperluan. Maka setelah putar sana sini tak kunjung dapat, ia pun minta kepada Nabi Musa as untuk menunjukkan tempat kalajengking itu berada. Maka Musa as mengajaknya ke kuburan, ditusuknya kuburan itu dengan tongkatnya dalam2, dan keluarlah ribuan kalajengking merah dan kuning dari liang kubur itu. Mengapa demikian, tanya mereka ? Musa as menjelaskan bahwa ahli kubur ini adalah terbiasa memotong jenggotnya pada waktu hidupnya. Maka potongan jenggot yang jatuh ke bumi itu berubah menjadi jutaan kalajengking ketika ia dikuburkan. Saya dapat cerita ini dari seorang ustad Thailand yang umurnya sudah 65 tahun. Jadi tak mungkinlah kalau ia bohong.

Menurut pengamat jenggot, orang2 yang berjenggot adalah orang2 yang serius dalam bekerja. Kalau ia bercanda atau melawak, ia tetap serius. Bahkan pekerjaan di tempat tidur juga ia lakukan dengan serius. Ia nampak berwibawa, sopan dan tidak suka main2. Ini saya baca dari buku Fadilah jenggot.

Dari pengalaman saya sendiri, setelah pelihara jenggot selama lebih dari 16 tahun. Ada kejadian yang aneh tapi nyata. Suatu saat istri saya minta supaya saya memotong jenggot saya. Mana boleh, ini sunnah kata saya. Berkali2 dia merengek2 supaya saya memotong jenggot saya. Begitu juga anak2 saya, ibu saya, mertua saya malah bilang kalau ustadnya sudah puluhan kali ke mekkah pergi haji, tapi ia tak piara jenggot. Sampai suatu saat istri saya mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW sampai dua kali. Pertama ketika Nabi sedang di masjidil Haram. Yang kedua, orang2 sedang ramai antri meminta syafaat Nabi ketika sedang di padang Mahsyar. Sejak mimpi itu, istri tidak pernah menyuruh saya untuk memotong jenggot saya lagi.

Page 140: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Saya tetap sabar, saya tetap pelihara ini jengot yang “pating selawir”, kadang saya rapikan juga lah. Saya terus tetap sabar, walaupun kalau sedang jalan di Mall atau di tempat keramaian sering diteriaki embeeek…embeeek. Biar saja toh saya tidak minta makan dari mereka. Anak saya kadang merasa risih juga, pa..orang itu ngeledek papa kenapa ? saya jawab saya sekenanya, orang yang ngeledek itu lagi nggak punya duit. Lain waktu, kalau ada yang iseng lagi, anak saya yang langsung bilang, pa…orang itu lagi nggak punya duit ya…saya senyum saja, anak saya juga ketawa ketiwi…

Hukum Memelihara Jenggot

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz –rahimahullah-   

Pertanyaan: Apakah memelihara jenggot wajib hukumnya atau hanya boleh? Apakah

mencukurnya berdosa atau hanya merusak Dien (agama)? Apakah mencukurnya hanya boleh

bila disertai dengan memelihara kumis?

Jawaban: Mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas, kami katakan, terdapat dalam hadits yang

Page 141: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

shahih dari Nabi shalalohu'alaihi wasallam yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim

di dalam shahih keduanya, dari hadits Ibnu Umar Radhiallohu'anhu, ia berkata, 'Rasulullah

shalalohu'alaihi wasallam bersabda:

اللdح�ى ا و وف�أ� و� و�ار�ب� الش] ا و ف� أ�ح ر�ك�ين� الم�ش ا و ال�ف� خ�

"Selisihilah orang-orang musyrik; potonglah kumis dan sempurnakan jenggot (biarkan tumbuh

lebat-pent.) (Al-Bukhari 5892, 5893, dan Muslim 259).

Di dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiallohu'anhu, ia berkata, 'Rasulullah

shalalohu'alaihi wasallam bersabda: '

اللdح�ى ا و خ� رأ� و� و�ار�ب� الش] ا و gز ج�

"Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi." ( HR. Muslim

260).

Imam an-Nasa`i di dalam sunannya mengeluarkan hadits dengan sanad yang shahih dari Zaid

bin ArqamRadhiallohu'anhu, ia berkata, 'Rasulullah shalalohu'alaihi wasallam bersabda:

ن]ا م� ل�يس� ف� ار�ب�ه� ش� م�ن ذ ي�أخ� ل�م م�ن

"Barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya (memotongnya), maka dia bukan termasuk

dari golongan kami." (An-Nasa`i 13, 5047 dan at-Tirmidzi 2761 dan ia berkata: Hasan Shahih.)

Al-Allamah besar dan al-Hafizh terkenal, Abu Muhammad bin Hazm berkata, (Dalam kitabnya: al-Muhalla

(2/220) dengan kata semisalnya.) 'Para ulama telah bersepakat bahwa memotong kumis dan membiarkan

jenggot tumbuh adalah fardhu (wajib).'

Hadits-hadits tentang hal ini dan ucapan para ulama perihal memotong kumis dan

memperbanyak jenggot, memuliakan dan membiarkannya memanjang banyak sekali, sulit untuk

mengkalkulasi kuantitasnya dalam risalah singkat ini.

Dari hadits-hadits di muka dan nukilan ijma' oleh Ibnu Hazm diketahui jawaban terhadap ketiga

pertanyaan di atas, ulasan ringkasnya; bahwa memelihara, memperbanyak dan membiarkan

jenggot memanjang adalah fardhu, tidak boleh ditinggalkan, sebab Rasulullah shalalohu'alaihi

wasallam memerintahkan demikian, sementara perintahnya mengandung makna wajib,

Page 142: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

sebagaimana firman Allah Subhanahuwata'aala :

ع�نه� اك�م ان�ه� و�م� ذ�وه� خ� ف� ول� س� الر] آء�ات�اك�م� و�م�

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu

maka tinggalkanlah;. (QS. al-Hasyr:7)

Demikian pula, menggunting (memotong) kumis wajib hukumnya, akan tetapi memotong habis

lebih utama, sedangkan memperbanyak atau membiarkannya begitu saja, maka hukumnya tidak

boleh karena bertentangan dengan sabda Nabi shalalohu'alaihi wasallam: الشوارب  قصوا

('Potonglah kumis.)'(Ahmad 2/229 dengan isnad yang hasan, ath-Thabrani dalam al-Ausath 9426 dan al-Kabir11335, 11724) :بBو:ار Dالش ح<فوا:  أ

('Potonglah kumis sampai habis.') و:ارBب: Dالش وا '(.Potonglah kumis)' جز? BهB ارBب ش: مBن< خذ<> :أ ي :م< ل م:ن<

Dا مBن <س: :ي Barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya (memotongnya), maka dia bukan)ف:ل

termasuk dari golongan kami).

Keempat lafazh hadits tersebut, semuanya terdapat di dalam riwayat-riwayat hadits yang shahih

dari Nabi shalalohu'alaihi wasallam, sedangkan pada lafazh yang terakhir tersebut terdapat

ancaman yang serius dan peringatan yang tegas sekali. Hal itu mengandung konsekuensi

wajibnya seorang muslim berhati-hati terhadap larangan Allah Subhanahuwata'aala dan Rasul-

Nya, dan segera menjalankan perintah Allah Subhanahuwata'aala dan Rasul-Nya.

Dari hal itu juga diketahui bahwa memperbanyak kumis dan membiarkannya merupakan suatu

perbuatan dosa dan maksiat. Demikian pula, mencukur jenggot dan memotongnya merupakan

perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi iman dan memperlemahnya serta

dikhawatirkan pula ditimpakannya kemurkaan Allah Subhanahuwata'aala dan azab-Nya.

Di dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas terdapat petunjuk bahwa memanjangkan

kumis dan mencukur jenggot serta memotongnya termasuk perbuatan menyerupai orang-orang

Majusi dan orang-orang musyrik, padahal sudah diketahui bahwa menyerupai mereka adalah

perbuatan mungkar, tidak boleh dilakukan, berdasarkan sabda Nabi shalalohu'alaihi wasallam:

م نه� م� و� ه� ف� وم� ب�ق� ب]ه� ت�ش� م�ن

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka." (Sunan Abu

Daud, 4031 dan Ahmad 5093, 5094, 5634).

Page 143: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Saya berharap jawaban ini cukup dan memuaskan. Wallahu waliyuttaufiq. Washallallahu wa

sallam 'ala Nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbih.

Majmu Fatawa wa maqalat mutanawwi'ah 3/362-363.

Hukum Mencukur Dan Memelihara   Jenggot

Soal: Ustadz yang terhormat, apa hukum memelihara jenggot, sunnah atau wajib? Terus hukum mencukur jenggot apa?

Jawab: Hukum Memotong Jenggot

Para ‘ulama berbeda pendapat mengenai hukum memotong sebagian jenggot. Sebagian besar ‘ulama memakruhkan, sebagian lagi membolehkannya (lihat Ibn ‘Abd al-Barr, al-Tamhîd, juz

Page 144: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

24, hal. 145). Salah seorang ‘ulama yang membolehkan memotong sebagian jenggot adalah Imam Malik, sedangkan yang memakruhkan adalah Qadliy ‘Iyadl.

Untuk menarik hukum mencukur jenggot dan memelihara jenggot harus diketengahkan terlebih dahulu hadits-hadits yang berbicara tentang pemeliharaan jenggot dan pemangkasan jenggot. Berikut ini adalah riwayat-riwayat yang berbicara tentang masalah pemeliharaan jenggot.

Imam Bukhari mengetengahkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis. Adalah Ibnu ‘Umar, jika ia menunaikan haji atau umrah, maka ia menggenggam jenggotnya, dan memotong kelebihannya.”

Imam Muslim juga meriwayat hadits yang isinya senada dengan riwayat Imam Bukhari dari Ibnu ‘Umar, namun dengan menggunakan redaksi yang lain:

“Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, pendekkanlah kumis, dan panjangkanlah jenggot.”

Riwayat-riwayat sama juga diketengahkan oleh Abu Dawud, dan lain sebagainya. Imam An-Nawawi, dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan, bahwa dhahir hadits di atas adalah perintah untuk memanjangkan jenggot, atau membiarkan jenggot tumbuh panjang seperti apa adanya. Qadliy Iyadl menyatakan:

“Hukum mencukur, memotong, dan membakar jenggot adalah makruh. Sedangkan memangkas kelebihan, dan merapikannya adalah perbuatan yang baik. Dan membiarkannya panjang selama satu bulan adalah makruh, seperti makruhnya memotong dan mengguntingnya.[/i]” (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 3, hal. 151).

Menurut Imam An-Nawawi, para ‘ulama berbeda pendapat, apakah satu bulan itu merupakan batasan atau tidak untuk memangkas jenggot (lihat juga penuturan Imam Ath-Thabari dalam masalah ini; al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, juz 10, hal. 350-351).

Sebagian ‘ulama tidak memberikan batasan apapun. Namun mereka tidak membiarkannya terus memanjang selama satu bulan, dan segera memotongnya bila telah mencapai satu bulan.

Imam Malik memakruhkan jenggot yang dibiarkan panjang sekali. Sebagian ‘ulama yang lain berpendapat bahwa panjang jenggot yang boleh dipelihara adalah segenggaman tangan. Bila ada kelebihannya (lebih dari segenggaman tangan) mesti dipotong. Sebagian lagi memakruhkan memangkas jenggot, kecuali saat haji dan umrah saja (lihat Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, hadits no. 383; dan lihat juga Al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, hadits. No. 5442).

Menurut Imam Ath-Thabari, para ‘ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan panjang jenggot yang harus dipotong. Sebagian ‘ulama tidak menetapkan panjang tertentu, akan tetapi

Page 145: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

dipotong sepantasnya dan secukupnya. Imam Hasan Al-Bashri biasa memangkas dan mencukur jenggot, hingga panjangnya pantas dan tidak merendahkan dirinya.

Dari ‘Atha dan ‘ulama-‘ulama lain, dituturkan bahwasanya larangan mencukur dan menipiskan jenggot dikaitkan dengan tasyabbuh, atau menyerupai perbuatan orang-orang kafir yang saat itu biasa memangkas jenggot dan membiarkan kumis. Pendapat ini dipilih oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar. Sedangkan Imam An-Nawawi menyatakan, bahwa yang lebih tepat adalah membiarkan jenggot tersebut tumbuh apa adanya, tidak dipangkas maupun dikurangi (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 3, hal. 151).

Pendapat Imam An-Nawawi ini disanggah oleh Imam Al-Bajiy. Beliau menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan memanjangkan jenggot adalah bukan membiarkan jenggot panjang seluruhnya, akan tetapi sebagian jenggot saja. Sebab, jika jenggot telah tumbuh lebat lebih utama untuk dipangkas sebagiannya, dan disunnahkan panjangnya serasi. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Amru bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah Saw memangkas sebagian dari jenggotnya, hingga panjangnya sama. Diriwayatkan juga, bahwa Abu Hurairah dan Ibnu ‘Umar memangkas jenggot jika panjangnya telah melebihi genggaman tangan. Ini menunjukkan, bahwasanya jenggot tidak dibiarkan memanjang begitu saja –sebagaimana pendapat Imam An-Nawawi–, akan tetapi boleh saja dipangkas, asalkan tidak sampai habis, atau dipangkas bertingkat-tingkat (Imam Zarqâniy, Syarah Zarqâniy, juz 4, hal. 426).

Al-Thaiyyibiy melarang mencukur jenggot seperti orang-orang A’jam (non muslim) dan menyambung jenggot seperti ekor keledai. Al-Hafidz Ibnu Hajar melarang mencukur jenggot hingga habis (Ibid, juz 4, hal. 426).

Kami berpendapat bahwa memangkas sebagian jenggot hukumnya adalah mubah. Sedangkan mencukurnya hingga habis hukumnya adalah makruh tidak sampai ke derajat haram. Adapun hukum memeliharanya adalah sunnah (mandub). [Syamsuddin Ramadhan]

Rupa Dan Akhlak Nabi

Diberitakan bahwa Nabi s.a.w. memiliki tubuh yang sedang tingginya, yakni tidak terlalu jangkung dan tidak terlalu pendek, namun lebih mendekati jangkung. Dadanya bidang yang menunjukkan akan kepandaiannya. Kepalanya besar, sebagai ciri akan kesempurnaan kekuatan otak.

Rambutnya ikal berombak, tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lemas, dan panjangnya tidak melampaui kuping telinganya sekalipun tumbuh lebat (dalam riwayat lain, melampaui kuping

Page 146: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

telinganya dan panjang, dan bahkan ada yang mengatakau bahwa rambut beliau panjang terurai sampai mencapai pundaknya).

Semua riwayat ini mungkin saja, sebab rambut beliau itu adakalanya pendek dan adakalanya panjang. Ibn Al Qayyim mengatakan bahwa Naibi tidak menggunting rambutnya kecuali hanya empat kali, yaitu di dalam nusuk-nya. Sebab tidak ada kepastian mengenai kapan beliau menggunting rambutnya kecuali dari waktu nusuk tersebut, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Mawahib.

Beliau membiarkan rambutnya terurai ke muka mirip jambul. Hal ini mengikuti cara ahli kitab dan menyalahi orang-orang musyrikin. Tetapi kemudian, beliau menyisir rambutnya dan membaginya menjadi dua bagian, ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri. Karena hal ini lebih mendekati kepada kebersihan dan tidak akan sampai berlebih lebihan dalam mencucinya.

Di dalam Al-Syama’il disebutkan bahwa Ummu Hani berkata: “Saya telah melihat Rasulullah s.a.w. memilin rambutnya. Mukanya bulat bercahaya cemerlang. Kulitnya berwarna putih kemerah-merahan, tidak pucat. Dahinya lebar. Alisnya tipis memanjang seolah olah diukir bersambung. Hidungnya mancung, di atasnya bersinar. Pipinya halus dan rata. Mulutnya lurus — bagi orang Arab, mulut besar pada orang laki-laki itu sangatlah terpuji. Giginya putih bersih, bagus, dan agak renggang. Bila tertawa, berkilaulah cahaya dari giginya itu laksana mutiara. Matanya lebar dan sangat hitam, serta ada sinar merah pada bagian putih matanya. Lehernya indah, putih laksana perak. Janggutnya lebat. Dari dada sampai ke pusarya tumbuh bulu bulu halus. Badannya tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Dadanya bidang sedang perut dan dadanya rata. Persendiannya besar, demikian pula lengan atas, lengan bawah, paha dan betisnya. Telapak tangannya lebar sebagai tanda kedermawanan. Jari-jari tangannya panjang manis, tidak berlebihan. Telapak tangannya lebih lunak daripada beludru. Kedua lengan dan pundaknya berbulu.

Kedua telapak tangan dan kakinya besar. Kedua lekuk telapak kakinya renggang dari tanah. Kedua kakinya halus, tidak ada eaeat sedikit pun. Beliau berjalan dengan tenang dan mantap, berwibawa, seakan-akan turun dari tempat yang tinggi. Jika menoleh, maka seluruh badannya ikut berpaling, tidak hanya dengan lehernya. Suaranya jelas dan merdu. Badannya senantiasa berbau harum walaupun tidak disentuh minyak wangi, dan keringatnya lebih wangi dari pada kesturi.”

Pandangannya — ketika beliau diam — lebih banyak tertuju ke bawah daripada, ke atas. Sebab hal ini lebih mudah untuk memusatkan pikiran. Tetapi ini tidak menafikan keadaan beliau ketika berbicara, sebagaimana yang diwartakan oleh Abu Dawud bahwa jika beliau duduk berbincang-bincang, beliau banyak memandang ke arah langit. Banyak merundukkan pandangan itu juga merupakan kinayah akan sifat malu yang sangat. Kebanyakan pandangannya itu adalah memperhatikan.

Page 147: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Di pundak beliau agak ke sebelah kiri arah ke jantung, terdapat khatim nubuwah, berupa daging tumbuh berwarna merah agak hitam, sebesar telur burungdara yang di atasnya tumbuh bulu-bulu halus. Di dalam kitab-kitab kuno hal ini disebut sebagai tanda kenabiannya.Sewaktu berjalan di belakang para sahabatnya, beliau mengatakan: “Biarkan daerah belakangku untuk para malaikat!” “

Beliau senantiasa lebih dahulu memberi salam kepada orang yang dijumpainya, sekalipun itu anak-anak. Di antara seluruh manusia tabiatnya paling halus, paling baik akhlaknya, paling besar rasa sautun dan maafnya, paling unggul akalnya, paling dermawan, paling jujur ueaparmya, paling banyak malunya, paling banyak maaf dan ampunan serta tawadhu-nya paling memperhatikan dan memelihara hak-hak persahabatan, paling lembut hatinya, dan paling takut kepada Allah Ta’ala.

Dalam hal ini, Abulhasan Al—Asy’ari mengatakan, dalam Al-Ijaz, bahwa Rasulullah itu takut kepada Allah tanpa khauf. Ahli hak mengatakan bahwa takut beliau itu adalah takut akan siksaan Allah sebelum Allah memberikan jaminan keselamatan bagi beliau dari hal tersebut, dan takut akan celaan Allah di dunia. Seperti yang dikatakan kepadanya tatkala beliau memalingkan mukanya dari Ummi Maktum (dalam Al-Quran surah Abasa).

Adapun sesudah ada jaminan dari Allah itu, maka tidak seyogianya beliau me-irasa takut, sebab hal itu menunjukkan ketiadaan rasa yakin akan janji Allah tersebut. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa rasa takutnya akan siksaan itu berdasarkan llrman Allah: . . . Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali 0rang—0rang yang merugi. (QS Al-A’raf: 99)

Katakanlah, ‘Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku . . .’ (QS Al-Ahqaf: 9)

Doa Nabi s.a.w. adalah: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan perlindungan-Mu dari siksaan-Mu. Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari siksaan neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian.

Mungkin saja jaminan keamanan itu hanya merupakan cobaan, siasat dan syarat yang terdapat di dalam pengetahuan Allah. Ayat-ayat dan doa di atas, memberikan hujah bahwa ayat yang pertama adalah khusus untuk selain para nabi dan malaikat; sedangkan ayat yang kedua terhapus (mansukh), maksudnya: “Aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku (di dunia) ….. ”

Karena rasa takut yang sangat terhadap Allah SWT itu, kadang-kadang Rasul tidak ingat akan jaminan keselamatan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga muncullah dari dirinya permohonan-permohonan perlindungan seperti tersebut di atas.

Demikianlah tersebut di dalam Al Syihab ala al Syifa, dengan ringkas. Bellau paling berani di tempat-tempat yang menakutkan. Selalu tersenyum; dan dalam riwayat lain, selalu sedih dan senantiasa berpikir. Kedua riwayat ini adalah mungkin, karena yang pertama terjadi pada saat beliau bergaul dengan keluarga, bertemu dengan tamu dan bercakap-cakap dengan para sahabat; sedang yang kedua, di kala beliau sendirian beribadat dan berkhalwat. Beliau banyak diam, tidak berbicara tanpa ada keperluan. Bicaranya sempurna dan jelas, sehingga tiap tiap huruf tidak

Page 148: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

tersembunyi dari pendengaran orang yang mendengarnya. Dan adakalanya beliau mengulangi ucapannya sampai tiga kali, untuk dapat dipaharni.

Beliau bukanlah seorang yang kasar dan bukan pula seorang yang suka mencela. Beliau sangat mengagungkan nikmat sekalipun sedikit, dan tidak nernah mencela makanan atau memujinya; bila makanan itu menarik hatinya, maka makanan itu dimakannya, dan bila tidak maka ditinggalkannya. Beliau makan dengan ketiga jarinya, dan adakalanya menggunakan jarinya yang keempat untuk membantu.

Selesai makan, beliau menjilat jari-jari tangannya, dimulai darl jari tengah dan diakhiri pada ibu jari. Beliau minum dengan tiga kali napas, sambil mengucapkan basmalah di tiap napas dan hamdalah sesudahnya. Beliau minum dengan menghirup, bukan dengan menggelogok ( dengan sekali teguk). Beliau minum sambil duduk, dan kadang-kadang karena sesuatu halangan beliau minum sambil berdiri, atau untuk menunjukkan bahwa hal itu dibolehkan.

Beliau makan apa adanya, dan tidak pernah memaksakan diri terhadap apa yang tidak ada. Jika tidak mendapatkan makanan, beliau bersabar hingga kadang-kadang beliau mengikatkan sebuah batu di perutnya. Pernah beberapa malam berturut-turut beliau tidak makan apa—apa. Beliau tidakpernah dikenyangi oleh roti atau daging dua kali sehari, atau dikenyangi oleh roti selama tiga hari berturut-turut. Kebanyakan roti yang dlmakan beliau adalah terbuat dari sya’ir (gandum kasar), dan kebanyakan makanannya adalah kurma dan air. Beliau tidak pernah makan roti halus (yang tepungnya sudah diayak), dan tidak juga makan di atas meja, tetapi di atas seprah, dan adakalanya hanya digeletakkan di atas tanah saja.

Beliau tidak makan sambil bersandar. Sabda beliau: Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba, dan duduk sebagaimana duduknya seorang hamba. Semua kesempitan ini adalah pilihan beliau sendiri, yang tidak suka akan kemewahan. Karena Allah pernah mengajukan pilihan dengan perantaraan malaikat Israfil untuk menjadikan bukit Tihamah sebagai permata, emas dan perak. Namun beliau, sesuai saran Jibril, memilih kehidupan sederhana saja. Beliau menyukai daging, terutama yang berasal dari bagian dzira’. Dan beliau pun menyukai buah dabba’ (sejenis labu), al-baqlah al-hamqa’ (sejenis tumbuh—tumbuhan), madu dan manis manisan. Di dalam Al-Syama’il karya Al—Turmidzi disebutkan bahwa beliau suka makan daging ayam dan hubara (nama burung). Bukhari meriwayatkan bahwa beliau juga memakan daging keledai liar, onta dan kelinci. Dan Muslim meriwayatkan bahwa beliau juga memakan daging ikan.

Buah-buahan yang paling disukai beliau adalah buah anggur dan semangka. Imam A1-Ghazali berkata: “Beliau memakan semangka bersama roti dan gula, dengan menggunakan kedua belah tangannya” Namun Al Manawi mengatakan bahwa tidak benar beliau pernan melihat gula. Dan berita dari Al-Suhail bahwa beljau pernah diberi gula oleh seorang Nasrani, tidaklah pasti.Beliau menolak mudarat sebagian makanan dengan makanan lain. Seperti, buah kurma kering dan keju, semangka atau krei dengan kurma masak, Beliau tidak pernah makan hanya sejenis makanan, dan beliau melarang memakan hanya roti, tanpa lauk lain. Beliau juga melarang tidur sesudah makan.

Pakaiannya sederhana, dan kebanyakan terbuat dari kain kasar. Tidak pernah menurunkan lengan kemeja atau sarungnya, melainkan diangkatnya sarungnya sampai di atas mata kaki atau

Page 149: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

pertengahan betisnya, dan menjadikan lengan bajunya sampai di pergelangan tangannya. Yang paling disukai beliau adalah kemeja, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Syama’il dari Ummu Salmah radhiyallahu anha (na.) Di samping itu, kitab tersebut dan Sahih Bukhari serta Sahih Muslim menyebutkan dari sahabat Anas bahwa pakaian yang paling disukai beliau adalah jubah. Beliau menyukai pakaian yang berjahit dan suka memakai pakaian berwarna putih, hitam, kuning, merah, polos atau bergaris-garis tanpa dicelup, dan hijau. Serbannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, berwarna putih, hitam, dan kuning. Namun kebanyakan beliau memakai serban berwarna putih. Biasanya, beliau menurunkan rumbai serbannya sampai ke pundaknya, sedikitnya empat jari dan sebanyaknya satu hasta. Beliau memakai serban dengan kopiah, dan kadang•kadang tanpa kopiah, atau kopiah saja tanpa serban. Beliau sering memakai tutup kepala. Beliau juga membeli celana, tetapi terdapat perselisihan pendapat tentang apakah beliau memakainya atau tidak. Adapuu celupan yang paling disukai beliau adalah yang berwarna kuning.

Beliau pun mengenakan cincin perak yang matanya terbuat dari perak juga; dan cincin perak yang matanya dari akik. Adakalanya dipakainya di jari kanan dan kadang-kadang di jari kiri. Namun yang sering adalah di jari kanan. Biasanya mata cincinnya itu menghadap telapak tangarmya. Adapun ukiran pada cincinnya itu berbunyi: “Muhammad Rasulullah”, sebanyak tiga baris. Al—Manawi, dalam Al-Syama’iL mengemukakan sebuah hadis yang bersumber dari sahabat Anas, bahwa Rasul s.a.w. tidak suka memakai cincin yang matanya terbuat dari selainnya.

Kasur beliau terbuat dari kulit yang berisi sabut atau pakaian kasar dari wol. Adakalanya beliau tidur di atas tikar atau di atas tanah tanpa suatu alas. Beliau tidur dengan membaringkan dirinya pada rusuk kanannya dan meletakkan kepalanya di telapak tangannya.

Kalau berjalan, kadang-kadang beliau memakai sandal dan kadang-kadang tidak, tetapi yang sering adalah memakai sandal. Sandal beliau terbuat dari kulit sapi yang sudah disamak. Kedua sandal tersebut mempunyai tall yang terletak diantara jari telunjuk dan ibu-jari, di antara jari tengah dan jari manis kaki. Sandal tersebut panjangnya satu jengkal dan dua jari, lebarnya pada bagian tumit tujuh jari sedangkan pada bagian jari-jari lebarnya enam jari dan pada bagian tengah lima jari. Demikian yang dlkatakan oleh Al-Hafidz Al-Iraqi.

Beliau juga menunggang kuda, unta, dan keledai; sedangkan baghal sangat sedikit sekali terdapat di tanah Arab, namun beliau pernah diberi hadiah seekor baghal, lalu beliau menungganginya. Kadang-kadang beliau menunggang sendirian, dan kadang-kadang menggonceng sahayanya atau isterinya‘ atau lainnya.

Kebanyakan duduk beliau adalah muhtabiyan dengan kedua tangannya. Beliau s.a.w. sangat menyukai wangi wangian dan sangat membenci bau busuk. Minyak wanginya berupa misik dan ghaliyah, gahru yang dibakar anbar dan kafur. Setiap akan tidur, beliau memakai celak itsmid, tiga kali pada tiap-tiap mata. Beliau meminyaki rambutnya, menggunting ujung kumisnya dan meratakan janggutnya. Janggutnya dirapikannya dengan sisir dan air. Beliau juga melumuri bulu yang tumbuh di bawah pusarnya dengan kapur; tapi dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau mencukurnya, bukan melumurinya dengan kapur. Kedua riwayat ini dapat dipakai, karena

Page 150: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

mungkin suatu ketika beliau mencukurnya dan pada saat lain melumurinya dengan kapur. Cara cara pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi alamiah dan Ilahiah.

Mengenai kemarahan dan kerelaannya dapat dilihat dari wajahnya, namun beliau tidak pernah marah untuk kepentingan dirinya, tapi marah untuk kebenaran hingga kebenaran itu menang. Jika memberi isyarat, beliau mengisyaratkan dengan telapak tangan semuanya. Bila bergurau, beliau tidak mengatakan kecuali yang benar. Tertawa beliau adalah senyurn. Beliau memuliakan orang-orang mulia pada tiap tiap kaum dan tidak pernah manghina atau merendahkan seseorang. Beliau menyimak syair syair dan memberi hadiah kepada para penyair; sebab pujian mereka terhadap diri beliau itu adalah hak, berbeda dengan yang lain, biasanya dusta. Karena itu beliau berkatai “Taburkanlah tanah di muka orang-orang yang suka memuji!”

Beliau selalu menaruh perhatian terhadap para sahabatnya dan sering menanyakan tentang apa-apa yang terjadi di masyarakat. Beliau menyuruh agar disampaikan kepadanya keadaan orang-orang yang rnembutuhkan sesuatu yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya tersebut, dan melarang menyampaikan kepada nya berita buruk salah seorang sahabatnya. Katanya: “Aku ingin keluar menemui kalian dalam keadaan hati yang bersih” Beliau menjadikan balk perbuatan baik dan membenarkannya, serta ;menjadikan buruk perbuatan buruk dan menghinakannya. .

Beliau tidaklah duduk atau berdiri, melainkan dengan menyebut nama Allah. Jika beliau tiba pada suatu kaum, maka beliau duduk di barisan terakhir majelis itu. Dan beliau menyuruh yang demikian itu. Beliau tidak suka orang-orang berdiri menghormat untuknya. Karena mengetahui ketidaksukaan beliau tadi, maka apabila para sahabatnya melihat beliau, mereka tidak bangkit berdiri. Demikian tersebut di dalam Al-Syama’il dari sahabat Anas.

Sedangkan Al Baihaqi meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, bahwa jika Nabi s.a.w. hendak pulang dan berdiri untuk masuk ke rumalmya, maka para sahabat pun berdiri untuknya. Kedua riwayat di atas dapat dipertemukan sebagai berikut: Jlka para sahabat 1 melihat bellau di tempat jauh sedang lewat dan tidak sedang menuju ke arah mereka, atau beliau pulang pergi berulang-ulang ke majells, maka mereka tidak bangkit berdiri. Tetapi kalau beliau datang untuk pertama kalinya atau beranjak hendak pulang rneninggalkan mlereka, maka para sahabat itu bangkit berdiri menghormat beliau.

Beliau memberikan hak masing-masing orang menurut status orang tersebut, sehingga setiap orang merasa bahwa tidak ada yang lebih mulla di sisi beliau dari dirinya sendiri.

Beliau senang sekali mengunjungi orang-orang sakit – hatta sebagian orang orang kafir dan rnunafik mengantar jenazah, dan memenuhi panggilan orang orang yang mengundang beliau. Dan beliau tidaklah melepaskan jabat-tangan seseorang yang menyalaminya, hingga orang itu sendirilah yang melepaskan genggamannya. Tidaklah beliau menghadapi dua pilihan, melainkan dipilihnya perkara yang lebih mudah sepanjang hal itu tidak mendatangkan dosa. Beliau melobangi sendiri sandalnya, menambal sendiri bajunya, memeras sendiri susu kambingnya, dan melayani keluarganya. Tidak pernah membentak seorang pelayan pun dan tidak pernah mengatakan kepada mereka akan sesuatu yang telah mereka kerjakan: ”Kenapa kau lakukan itu!” Atau sesuatu yang tidak mereka kerjakan: “Kenapa tidak kau lakukan itu!”

Page 151: JENGGOT (Mau Dibuat Buku)

Beliau tidak pernah menghimpunkan dua benda, seperti dua kemeja, dua sarung, dua serban dan sebagainya. Beliau duduk-duduk bersama orang orang miskin dan makan makan bersama mereka. Beliau menghormati tamunya dengan membentangkan bajunya, dan tidak pernah terlihat beliau menjulurkan kedua kakinya di hadapan para sahabat nya. Barangsiapa meminta sesuatu kebutuhan kepadanya tidak pernah ditolaknya kecuali dengan apa yang diminta orang itu atau dengan perkataan yang baik. Beliau berusaha mencari orang orang yang membutuhkan bantuan. Beliau ibarat seorang bapak bagi para sahabatnya. Mereka semua di sisi beliau sama, tidak ada lebih melebihi kecuali dengan takwa.

Majelis beliau adalah majlis tenang penuh dengan sifat penyantun, malu dan amanat, tidak terdengar suara-suara keras dan tidak pula terhadap kata kata yang tidak berguna. Beliau bukanlah seorang yang suka mencaci atau yang suka berkata keji. Juga tidak pernah mencela atau menghina seorang pun. Beliau tidaklah berbicara kecuali dengan perkataan yang diharapkan pahalanya. Jika beliau berbicara, para sahabat beliau menekurkan kepalanya seolah-olah di atas kepala mereka bertengger seekor burung, dan jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah berbantah-bantahan di hadapan beliau, tetapi bila ada yang berbicara yang lain diam hingga orang yang berbicara itu selesai berbicara. Allah telah menghimpunkan seluruh akhlak mulia pada pribadi beliau, dan telah pula mendidik beliau dengan didikan yang sebaik baiknya, serta telah memelihara beliau – sejak beliau masih kanak-kanak hingga dewasa — dari segala perbuatan buruk dan tercela. Semoga shalawat dan salam dari Allah senantiasa tercurah atas beliau, keluarga dan para sahabat beliau.***