jembatan suramadu
TRANSCRIPT
PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KONTSRUKSI JEMBATAN
CABLE STAYED SURAMADU
BY : WIDYA APRIANI
|JEMBATAN SURAMADU 1
DAFTAR ISI
1. Kilas Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu............................................................4
2. Techincal study.................................................................................................................5
3. Sistem Struktur Jembatan................................................................................................6
3.1 Cause Way.....................................................................................................................6
3.2 Main Bridge...................................................................................................................7
3.3 Approach Bridge.............................................................................................................9
4. Pelaksanaan Konstruksi APPROACH BRIDGE..................................................................10
4.1 Concrete Box Girder......................................................................................................11
4.2 V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge & Cable Stay)........................................12
4.3 Pier Table.....................................................................................................................13
4.4 Pier Cap & Pier Work....................................................................................................15
4 .5. Urutan Pekerjaan Bore Pile........................................................................................18
5. PROSES KONSTRUKSI CABLE STAYED..............................................................................21
5.1 Pelaksanaan Pekerjaan Platform..................................................................................21
5.2 Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile..................................................................................21
5.3 Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap...................................................................................21
5.4 Pelaksanaan Pekerjaan Pylon.......................................................................................22
5.5 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas...........................................................................23
6. PROSES KONSTRUKSI PLAT LANTAI................................................................................23
7. PROSES KONSTRUKSI DIAFRAGMA & DECK SLAB...........................................................25
8. PROSES KONSTRUKSI PCI GIRDER...................................................................................26
8.1 Material Properties Girder...........................................................................................26
8.2 Penggunaan Balok PCI Girder.......................................................................................26
8.3. Kabel Stressing............................................................................................................27
8.4 Stressing Girder............................................................................................................28
8.5 ERECTION GIRDER........................................................................................................30
9. PROSES KONSTRUKSI ABUTMENT & PIER HEAD.............................................................31
|JEMBATAN SURAMADU 2
9. 1 Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap.............................................................31
10. PROSES KONSTRUKSI TIANG PANCANG.....................................................................32
10.1 Tahap Awal Dan Pemancangan Selanjutnya...............................................................32
10.2 Persiapan....................................................................................................................33
10.3 Metode Pelaksanaan Pemancangan..........................................................................34
10.4 Pengisian Pasir...........................................................................................................35
10.6 Metode penentuan posisii (stake out) Tiang Pancang di Laut....................................36
10.7 Tahapan pelaksanaan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:...................36
11. PENGUJIAN BEBAN PADA TIANG PANCANG BAJA......................................................39
12. PENCEGAHAN KOROSI PADA TIANG PANCANG..........................................................45
12.1 Coating System Epoxy Glass Flake..............................................................................46
12.2 Cathodic Protection Sacrificial Anode........................................................................46
Daftar Istilah dan Penjelasannya……………………………………………………………………………….
Daftar Referensi………………………………………………………………………………………………………..
|JEMBATAN SURAMADU 3
1. Kilas Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu
Jembatan terletak di Jawa Timur, menjadi landmark yang membanggakan. Jembatan
suramadu adalah jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura.
Keberadaan jembatan ini menjadi pembangkit arus lalu lintas barang dan jasa yag
akan meningkatkan perekonomian Madura.
Ide Jembatan ini di lahirkan oleh Prof. Dr. Sedyatmo (alm) untuk menghubungkan
pula Sumatra-Jawa- Bali. yang ditindak lanjuti oleh Institut Teknologi (ITB) dengan
membuat uji coba desain Jembatan. Selanjutnya disampaikan lah kepada Presiden RI
pada awal Juni 1986. Kajian awal kemungkinan hubungan langsung antar pulau
Sumatra-Jawa- bali pun dilakukan oleh pihak BPPT. Akhirnya pada 14 Desember
1990 Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu dan pemngembangan kawasan
dikukuhkan sebagai proyek nasional melalui penerbitan keputusan Presiden Nomor
55 Tahun 1990 tentang proyek Pembangunan jembatan Surabaya Madura yang
sekaligus memutuskan membentuk tim sendiri yang terdiri dari tim pengarah, tim
pengawas, koordinator proyek.
Pembangunan jembatan akhirnya dilakukan dengan didasari Kepres 79/2003 pada
tanggal 27 Oktober 2003 tentang pembangunan jembatan Suramadu yang
menyatakan bahwa pembangunan jembatan dapat dilanjutkan kembali. Setelah
sebelumnya sempat terhenti karena krisis moneter yang melanda Indonesia.
Desain awal dilakukan oleh BPPT tahun 1993 mendapat perubahan /review desain
dari PT Virama Karya. Riview desain ini bertujuan untuk menghasilkan suatu
jembatan yang lebih memenuhi kriteria kebutuhan.
Produk dari desain Proof Chek dan optimasi ini hanya merupakan
initial/pleriminary/basic desain yang hanya menggambarkan dimensi jembatan dan
elemen jembatan secara umum. Untuk dapat dilaksanakan dilapangan diperlukan
tahapan pendetailan. Oleh karena itu pihak Indonesia melakukan Momorandum of
understanding/MoU) tentang “the Agreement on design Proof Check, Wind tunnel
Test and technical Studies for Suramadu Bridge” dengan Pemerintah republic China.
|JEMBATAN SURAMADU 4
Perjanjian tersebut dilakukan oleh konsorsium Perusahaan China yang terdiri dari
China Road and Bridge Corporation (CRBC) dan China Harbour Engineering.
PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU
Perencanaan
Pekerjaan desain dan perencanaan jembatan Suramadu pertama kali dilaksanakan
oleh BPPT tahun 1993.
Lalu terjadi review design tahun 1992. Departemen permukiman dan Prasarana
Wilayah menunjek PT. Virama Karya untuk meriview design.
Design Proof Check
Selanjutnya proses design proof check yang tujuannya untuk menilai kelayakan hasil
perencanaan. Pihak yang melakukan design proof check adalah perusahaan China
yang terdiri dari China Road and Bridge Corporation (CRBC) dan China Harbour
Engineering. Hasil design proof check memberikan pengakuan internasional
terhadap desain jembatan Suramadu.
Desain Checker
Untuk pekerjaan perencanaan yang bersifat kompleks dan membutuhkan
perhitungan yang rumit, hasil perencanaan perlu ditinjau oleh piha ketiga yang
independen yaitu desain Checker. Pihak yang memegang tanggung jawab ini adalah
PT. Virama Karya dengan partner lokal PT. Pola Agung Consulting serta partner asing
COWI A/S dari Denmark, yang juga melaksanakan design check untuk jembatan
cable stay terpanjang di dunia yaitu Sutong Bridge di China, dengan panjang
mencapai 1000 m.
Kontraktor
Pengadaan kontraktor dan konsultan dalam pelaksanaan pembangunan Jembatan
Suramadu dilakukan melalui lelang seleksi, sesuai dengan peraturan pemerintah
yang ada berdasarkan paket pekerjaan. Adapun pelaksana pekerjaan cause way
adalah :
|JEMBATAN SURAMADU 5
Kontraktor sisi Surabaya - Hutama Wijaya Agrabudi
- Joint operation PT. Hutama
Karya, PT. Wijaya Karya, dan PT.
Agrabudi Karyamarga
Kontraktor Sisi Madura - PT. Adhi Karya- PT. Waskita
Kontraktor Bentang Tengah - China Road and Bridge
Corporation (CRBC)
- China Harbour Engineering
Consultant (CHEC)
2. Techincal study
Sebelum dilakukan perencanaan, terlebih dahulu dilakukan Detail Engineering
Design berupa Techincal study, meliputi :
1. Seismic hazard analysis
Menganalisis kemungkinan intensitas gempa yang akan terjadi dan
pengaruhnya terhadap kekuatan, stabilitas, dan kekakuan dari struktur
jembatan. Dari seismic hazard analysis diperoleh kesimpulan bahwa di
sekitar lokasi jembatan tidak ditemukan suatu patahan aktif. Berdasarkan
katalog gempa juga tidak ditemukan gempa dengan magnitude diatas skala 4
sehingga kondisi di sekitar lokasi jembatan cukup stabil.
2. Design ground motion parameter study
3. Engineering phisycal study/soil investigation
perencanaan pondasi untuk jembatan dengan panjang 5.438 meter
memerlukan volume pekerjaan penyelidikan tanah yang memadai. Pada
tahapan terdahulu telah dilakukan serangkaian pekerjaan penyelidikan tanah
di sepanjang as jalan. Investigasi tanah dilakukan guna mengetahui kekuatan
tanah pendukung.
|JEMBATAN SURAMADU 6
4. Engineering geological survey, yang meliputi :
- geoelectric
- georadar
- sub bottom profiling
5. Wind resistance performance research for the main bridge
Dilakukan analisa kemananan terhadap pengaruh dinamik angin.
Berdasarkan kajian, ternyata angin yang melintang kecepatannya sekitar 3.6
kilometer perjam sampai maksimal 65 kilometer perjam.
6. Study on anchorage system in pylon tower
7. Shear resistance performance research for shear connector
8. Underwater topographical survey/bathymetry
Kajian mendalam juga dilakukan terhadap dasar laut, arus air laut, serta
pengaruh pasang terhadap jembatan. Ternyata semuanya sangat
memungkinkan untuk dibangun jembatan yang menghubungkan dua pulau.
9. Seabed evolvement and hydrological analysis
10. Kelayakan AMDAL
Pembangunan Jembatan Suramadu dan jalan aksesnya diperkirakan akan
menimbulkan dampak positif dan negative terhadap lingkungan sekitar.
Mengidentifikasi rencana pembangunan Jembatan Suramadu serta jalan
aksesnya yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan geofisika-kimia, biologi dan social ekonomi-budaya, langsung atau
tidak langsung. Memperkirakan dan mengevaluasi dampak penting yang
akan terjadi pada lingkungan serta akibat dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan saat pelaksanaan maupun pengoperasian Jembatan Suramadu dan
jalan aksesnya.
Mengidetifikasi rona lingkungan awal yang terkena dampak. Menyusun
rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan
(RPL). Hasil penelitian dan evaluasi dari andal ini digunakan sebagai dasar
|JEMBATAN SURAMADU 7
pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dengan demikian
akan dicapai manfaat pembangunan yang optimum dengan dampak negatif.
11. Tinjauan Ekonomi
Setelah dilakukan desain jembatan yang mendalam diketahui bahwa
kebutuhan biaya untuk pembangunan cukup besar. Diketahui untuk
pembangunan Suramadu ini akan menghabiskan sekitar 650.000 ton beton
dan lebih kurang 50.000 ton besi baja. Sehingga dana total yang akan
dihabiskan mencapai Rp. 4.5 triliun. Dimana 55% ditanggung pemerintah dan
45% sisanya pinjaman dari pemerintah China.
3. Sistem Struktur Jembatan
panjang total Jembatan 5,438 km
Umur Rencana Jembatan 100 tahun
pelaksana desain cheker PT Virama Karya dan PT. Pola Agung
Consulting bekerjasama dengan
konsultan Denmark-COWI
Apabila ditinjau bagian-bagian strukturnya, jembatan ini terdiri dari 3 bagian
yaitu :
3.1 Cause Way (Jalan Layang)
Konstruksi bangunan atas prestress concrete I girder (PCI girder)
Panjang bentang 35 meter
Jumlah bentang 36 bentang sisi Surabaya dan 46 bentang sisi
madura
struktur pondasi tiang pancang baja(diameter 60 cm)
Berikut ini merupakan gambar bagian Cause Way jembatan :
|JEMBATAN SURAMADU 8
(a) tampak depan (b) tampak bagian bawah (c) tampak atas
3.2 Main Bridge (Jembatan Utama)
Struktur Cable Stayed Bridge (pylon, Gelagar, dan Kabel)
Sistem Konstruksi Bagian atas: lantai komposit steel box girder yang
ditopang oleh cable stayed pada dua pilar dengan
ketinggian 140 meter
Bagian Bawah : bored pile
- diameter 2.4 meter
- kedalaman 100 meter dpl
Ketinggian bebas vertical (vertical clearance) bagian main span 35 meter dan lebar horizontalnya
400 m
Berikut ini merupakan gambar bagian Main Bridge jembatan :
|JEMBATAN SURAMADU 9
(a) Main bridge (b) penampang girder bagian cable stayed
(b) Pembagian lajur jalan
|JEMBATAN SURAMADU 10
(c)Detail Pylon
3.3 Approach Bridge (Jembatan Penghubung)
Struktur bangunan Bagian atas: prestress box girder
- bentang 80 meter
Struktur bagian bawah bored pile berdiameter 1.8 meter
Pertimbangan pemilihan panjang bentang approach bridge didasari oleh besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan pondasi. Sehingga jumplah pondasi
dikurangi dengan menambah jumlah bentangnya. Berikut ini merupakan gambar
bagian Aproach Bridge Jembatan :
(a) panjang bentang approach bridge
(b) panjang bentang approach bridge
|JEMBATAN SURAMADU 11
(c) tampak atas approach bridge
4. Pelaksanaan Konstruksi APPROACH BRIDGE
Pekerjaan dimulai dengan pembuatan platform pada kedua pilar yang terdiri dari
platform batching plan, Platform pengeboran dan platform tempat peralatan
tambahan. Pada platform pengeboran digunakan casing baja berdiameter 2,7 m .
pembuatan casing ini dilakukan di casting yard. Setelah dibentuk dan dirakit, casing
tersebut di bawa ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan ponton. Untuk
pemancangan digunakan steel piling barch dengan metode pemancangan pile
driving. Penentuan posisi titik pancang digunakan dengan GPS real time yang
menjamin keakurasian sesuai dengan yang telah ditentukan.
Setelah pemancangan dilakukan perakitan bracing dan deck pada platform yang
sekaligus digunakan sebagai lantai kerja pada saat pengeboran dan kemudian
dilakukan perakitan batching plant sebagai penyedia material penyedia beton pada
saat konstruksi.
Pengeboran dilakukan dengan metode reserved circular drill (RCD). Pengeboran
dilakukan sampai kedalaman 97 meter dan 104 meter pada P46 dan P47. Setelah
pengeboran selesai, dimasukkan reinforcement casing pada pondasi dan selanjutnya
dilakukan proses pengecoran. Volume beton sebanyak 500 m3 untuk 1 titik pondasi
yang disuplai oleh batching plant. Untuk memastikan daya dukung yang
direncanakan pada pondasi bored pile, dilakukan pengujian load cell test. Untuk 1
titik pondasi bored pile diharapkan bisa menahan beban 3000- 4000 ton.
|JEMBATAN SURAMADU 12
Membangun Aktivitas di Tengah Laut Metode Konstruksi Bentang Tengah, proses
paling rumit dan kompleks. Sebuah aktivitas di tengah laut yang butuh kejelian
dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja.
Sesuai untuk kebutuhan bentang panjang, maka dipilihlah metode balance
cantilever. Metode ini cocok dilakukan untuk pekerjaan di laut dengan bentang 120
meter.
Gambar : Pelaksanaan jembatan box girder segmental dengan metode
balanced cantilever cast in place
Gambar di atas mengilustrasikan sebuah pelaksanaan jembatan box girder dengan
metode balanced cantilever menggunakan traveler. Untuk memfasilitasi
pelaksanaan secara kantilever, sebuah pelat berpenampang pendek dengan
pemberat (counterweight) di sisi yang lain dicorkan pada bekisting yang di-support
dari tanah masing-masing pier. Ikatan sementara disiapkan untuk menyeimbangkan
sisi yang lain untuk memastikan adanya kesetimbangan. Harus dipastikan
pengontrolan counterweight dalam setiap urutan pelaksanaan kantilever.
4.1 Concrete Box Girder
|JEMBATAN SURAMADU 13
Metode pengecoran yaitu menggunakan form traveller, yang terdiri dari sistem
trust stimuler utama, sistem bottom basket, sistem suspensi, sistem form work,
sistem anchoring dan sistem gerak.
Sistem form work terdiri dari side formwork, inner form work dan diafragma
formwork. Formwork siap digunakan setelah seluruh kegiatan perangkaian selesai.
Proses semi finish rebar dilakukan di stockyard dan proses finalisasi rebar dilakukan
di lokasi pekerjaan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi langkah
dengan proses formwork dan pengecoran. Proses penempatan rebar dilakukan
setelah formwork terpasang.
Pengecoran segmental box girder yang akan digunakan adalah pengecoran cast
insitu. Pengecoran rebar dilakukan setelah rebar dan duct terpasang dengan baik.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump dengan bantuan pipa.
Pekerjaan stressing adalah pekerjaan yang sangat penting untuk pekerjaan bentang
panjang yang kontinyu.
4.2 V-Pier (Tumpuan Cantilever Approach Bridge & Cable Stay)
Pada review desain Pier 42 dan Pier 45 berbentuk V, V - Pier merupakan rigid frame
dan mempunyai panjang deck longitudinal sepanjang 32 m. V - pier digunakan
sebagai tumpuan balance cantilever approach bridge dan cable stay Main Span,
karena itu pekerjaan V - Pier menjadi pekerjaan yang krusial.
|JEMBATAN SURAMADU 14
|JEMBATAN SURAMADU 15
Gambar (1) proses penulangan V-Pier Gambar (2) proses PengecoranV-pier
4.3 Pier Table
Tahap - tahap pekerjaan pier table adalah pemasangan concrete box bagian bawah
rencana Pier table. Pemasangan horisontal IWF suport dan vertikal IWF support
pemasangan side formwork, inner formwork dan bottom formwork.
Side formwork akan didukung steel trust sedangkan inner formwork akan didukung
oleh portal bracing. Formwork frame dibentuk dari berbagai kombinasi bentuk baja
dan plat. Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan rebar akan dilakukan di stock
yard sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Proses finalisasi perakitan
dilakukan dilokasi pekerjaan. Pengecoran pier table dilakukan dalam dua kali
pengecoran, bottom slab dan sebagian web akan dicor terlebih dahulu sedangkan
top slab dan sebagian web sisanya akan dicor pada pengecoran ke dua.
Pekerjaan stressing vertikal akan dilakukan setelah pekerjaan pier table memenuhi
kekuatan yang
dipersyaratkan.
|JEMBATAN SURAMADU 16
Gambar (3) proses konstruksi deck longitudinal
|JEMBATAN SURAMADU 17
Gambar (4) Pier Table
Gambar (4) Proses Pemasangan Horisontal IWF Suport dan Vertikal IWF support
Gambar (4) Proses Pengecoran Pier Table
4.4 Pier Cap & Pier Work
Seluruh persiapan untuk pekerjaan form work dilakukan di stock yard, balok
IWF steel plat dan balok kayu dipindahkan dari stock yard ke ponton material.
Pembuatan form work untuk pile cap diangkut dari dermaga Gresik menuju lokasi
pile cap dengan menggunakan ponton form work ponton. Seluruh bahan penyusun
beton dibawa menuju ke ponton batching plan.
Tahap - tahap pekerjaan pembuatan form work pile cap adalah :
Pemasangan steel plat yg diklem yg digunakan sebagai dudukan steel
support. Pemasangan balok penyangga searah longitudinal balok jembatan
dan balok penyangga arah transversal jembatan sebagai penerus beban dari
balok penyangga dengan baja IWF.
Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek. skirting panel
dipersiapkan selain sebagai bagian dari pile cap juga digunakan sebagai side
form work.
Skirting panel merupakan segmental precast concrete. pemasangan rebar
dilakukan setelah proses instalasi botom dan side form work selesai
perangkaian rebar dari semi finis menjadi fix di lokasi pekerjaan pile cap.
Rebar pertama dipasang untuk pengecoran beton pertama setinggi 0.5
meter.
|JEMBATAN SURAMADU 18
Gambar (4) proses Pemasangan steel plat
Setelah beton cukup kuat pemasangan rebar dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Penulangan beton pertama setinggi 0.5 meter, dilakukan setelah
bottom form work, side form work dan rebar terpasang. Beton setinggi 0.5
meter selain digunakan sebagai penahan untuk tahap pengecoran
selanjutnya juga, digunakan sebagai tumpuan pemasangan skirting panel.
Metode pengecoran beton yang digunakan adalah dengan menggunakan pipa. Saat
pengecoran, beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150 cm.
Pemasangan climbing form dimulai dari pemasangan bottom formwork dilanjutkan
side formwork pada keempat sisi.
|JEMBATAN SURAMADU 19
Gambar (4) proses Pemasangan balok bottom formwork dan multiplek
Gambar (4) Proses Penulangan beton dan pengercoran
Setelah beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan climbing form dapat
dipindahkan ke segment selanjutnya. pekerjaan ter-sebut diulang sampai pada tinggi
pier yg ditentukan. Penempatan rebar dilakukan beriringan langkah demi langkah
dengan proses form work dan pengecoran setelah form work terpasang. Pekerjaan
tahap pertama rebar dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran. Begitu seterusnya
hingga ketinggian yang ditentukan. Pengecoran beton untuk pier dilakukan dalam
beberapa tahap tergantung pada ketinggian pier.
Tinggi pengecoran maksimum dengan menggunakan climbing form adalah 4 meter.
Pengecoran pertama dilakukan setinggi 50 cm. Pengecoran selanjutnya dilakukan
dengan tinggi yang bervariasi begitu seterusnya sampai pada ketinggian yang
ditentukan.
4 .5. Urutan Pekerjaan Bore Pile
|JEMBATAN SURAMADU 20
|JEMBATAN SURAMADU 21
Gambar (1) proses pengangkatan casing pipa
Gambar (2) proses pemasangan rebar dan pengecoran beton
Gambar (3) proses pekerjaan bore pile ke dua dan selanjutnya
PROSES KONSTRUKSI
Untuk mengurangi pekerjaan di laut beberapa persiapan seperti perakitan rebar,
dilakukan di stock yard. Penyiapan bahan baku untuk beton dan casing pipa
dilakukan di stock yard Gresik sedangkan untuk semen SBC dilakukan di dermaga
Gresik. Peralatan bor dipersiapkan di atas ponton yang meliputi peralatan driving
casing dan drilling. Tahap-tahap pekerjaan yang dilakukan pada saat driving casing
adalah:
|JEMBATAN SURAMADU 22
Gambar (4) proses pekerjaan bore pile ke 4 dan selanjutnya
Gambar (5) proses pekerjaan bore pile ke 8 sampai ke 12
Pemasangan jacking ponton pada saat tiba dilokasi pengeboran agar tidak terjadi
pergerakan pada saat dilakukan pengeboran dan pemancangan.
Pengeboran casing pipa berdiameter 2250 mm dengan tebal minimum 20
mm, digunakan bore pile berdiameter 2200 mm dengan tujuan memberi
ruang dan toleransi bagi mesin bor pada waktu pekerjaan pengeboran.
Pemasangan vibratory hammer di atas pipa, dilakukan pada saat casing pipa
sudah berada di posisinya.
Pemasangan casing pipa sampai pada kedalaman kurang lebih 30 meter.
Pekerjaan pengeboran dengan methode RCD (Reserved Circular Drill), dilakukan
setelah pemancangan casing pipa selesai. Mesin bor diletakkan di atas casing
terpasang. Pekerjaan pengeboran dilakukan sampai pada kedalaman kurang lebih 45
meter dari permukaan pile. Persyaratan toleransi yang ditentukan yaitu 20 mm per
meter panjang bangbor yang tidak tertutup casing Diameter Lubang dalam segala
arah tidak boleh melebihi 5 persen dari diameter yang ditentukan. Lumpur hasil
pengeboran diletakkan di disposal ponton dan dibuang di tempat yang sudah
ditentukan sejauh 5 km dari lokasi pekerjaan.
Persiapan untuk proses pengecoran dimulai dari pengangkutan raw material dari
stock yard menuju ke dermaga dengan menggunakan dump truck. Raw material dan
semen SBC akan diangkut dengan menggunakan feeder ponton menuju lokasi
pengeboran. Pemasangan rebar dilakukan setelah lubang bor dibersihkan.
Penyambungan antar segmen dilakukan dengan menggunakan mekanikal kopler.
Untuk pembentukan suatu gaya tulangan yang utuh jumlah sambungan pada satu
potongan yang sama tidak boleh lebih dari setengah jumlah rebar yang terpasang.
Metode yang digunakan untuk pengecoran dibawah air adalah dengan
menggunakan Tremix Pipe. Beton harus mempunyai kekuatan yang cukup dan nilai
slump dijaga pada 18-22 cm. Beton yang digunakan pada pekerjaan bore pile ini
adalah beton k-300.
|JEMBATAN SURAMADU 23
5. PROSES KONSTRUKSI CABLE STAYED
Struktur cable stayed yang terdiri dari Gelagar, Pilon dan Kabel. Gelagar dan pilon
jembatan diidealisasikan seperti elemen balok dan kolom tiga dimensi.
5.1 Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai
tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang
pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama kegiatan
konstruksi berlangsung.
5.2 Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile
Pemasangan Casing Baja.
Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.
5.3 Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform
yang menumpu ke steel casing di bongkar.
Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian
dipasang.
Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke
pile cap
Pemasangan tulangan pile cap.
Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.
5.4 Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
Material Properti :
Kode beton : C50
Modulus Elastisitas (Ec) : 3,45.107 kN/m2
|JEMBATAN SURAMADU 24
Nisbah Poisson (υ) : 0.2
Berat jenis : 25.0 kN/m3
Standar Tegangan aksiaL tekan dan lentur (fck) : 32.4 MPa
Standar tegangan aksial tarik (ftk) : 2.65 MPa
Dimensi Pilon :
Gambar Dimensi Pilon (satuan dalam mm)
Tahap Konstruksi :
Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
Instalasi elevator pada pylon.
Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
Konstruksi lengah pylon di tengah.
Konstruksi balok pengikat tengah.
Konstruksi lengan atas pylon.
Konstruksi balok pengikat atas.
5.5 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
|JEMBATAN SURAMADU 25
Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan
antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen
berikutnya.
Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti
dengan penenganan kabel.
Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua
dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane
diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar
sementara di dekat pilar V.
6. PROSES KONSTRUKSI PLAT LANTAI
Material Properties :
Kode Beton : C60
Modulus Elastisitas : 3,6.107 kN/m2
Poisson Ratio :0.2
Berat Jenis (γc) : 25.0 kN/m3
Dimensi Pelat :
Tebal pelat beton pracetak : 250 mm
Tebal pelat beton cor ditempat : 270 mm
Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: tahap
persiapan, pembesian lantai, dan pengecoran plat lantai. Pekerjaan persipan dimulai
dari penyiapan material besi di stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa
ke lokasi pembesian dengan menggunakan truk.
Besi yang sudah difabrikasi di gudang diletakkan atau ditata berdasarkan tipe yang
ada pada . Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pemasangan tulangan.
|JEMBATAN SURAMADU 26
Untuk menghindari adanya karat akibat angin dan air laut, besi ditutup dengan
menggunakan terpal. Selain itu disiapkan scupper juga dan pipa PVC. Untuk
mengetahui posisi dan elevasi pembesian, dilakukan pengukuran, dengan
menggunakan teodolit dan waterpass. Yang pertama dipasang adalah tulangan
dalam arah lebar jembatan kemudian dalam arah memanjang.
Selanjutnya adalah pembesian pembatas jembatan pada bagian tepi. Sebagai proses
terakhir pembesian dilakukan pemasangan dudukan untuk kanal dan baja WF yang
berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran dan menghindarkan
terinjaknya tulangan pada saat pengecoran.
Persiapan terakhir sebelum dilakukan pengecoran adalah pembersihan lokasi
pembesian dari kotoran berupa sisa-sisa kawat bendrat maupun kotoran lain yang
dapat mengganggu pada saat pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan
menggunakan beton K-350 yang dilaksanakan dalam satu tahap. Setelah pengecoran
selesai dilakukan, beton tersebut kemudian dirawat curring dengan menggunakan
curring compound yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan
(cracked). Metode dengan karung basah juga dilaksanakan curing sampai dengan
umur beton 28 hari.
Gambar (2) Plat Lantai
|JEMBATAN SURAMADU 27
7. PROSES KONSTRUKSI DIAFRAGMA & DECK SLAB
Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara
PCI Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing PCI Girder dalam arah
horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada causeway Jembatan Suramadu
adalah sistem pracetak. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian
stressing pada diafragma dan PCI Girder sehingga dapat bekerja sebagai satu
kesatuan. Deck slab merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai lantai
kerja dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton
dengan mutu K-350.
8. PROSES KONSTRUKSI PCI GIRDER
8.1 Material Properties Girder
Modulus Elastisitas : 2,1.108 kN/m2
Nisbah Poisson (υ) : 0.3
Koefisien Muai Panjang : 1,2.10-5 (1/0C)
Berat Jenis : 78.5 kN/m3
Dimensi Gelagar :
Dimensi dari gelagar jembatan suramadu dapat di lihat pada table 4.1 di
bawah ini :
|JEMBATAN SURAMADU 28
gambar (2) Diafragma & Deck slab
8.2 Penggunaan Balok PCI Girder
Struktur atas causeway Proyek Jembatan Suramadu menggunakan balok PCI Girder
berkekuatan beton K-500, dengan panjang 40 meter, yang terbagi menjadi 7
segmen. Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan,
untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh sesuai panjang bentang,
dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi pemasangan. Selanjutnya dilakukan post
tension dengan menggabungkan beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan
dengan menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
|JEMBATAN SURAMADU 29
Gambar : penampang double box girder
Untuk jembatan Suramadu ini digunakan Double Box Girder baja komposit yang akan
memberikan kekakuan torsi yang lebih baik selain kemudahan pelaksanaan pekerjaan
seperti gambar di atas. ( Suangga, M Konsep Desain
Jembatan Cable Stayed Suramadu (25)).
8.3. Kabel Stressing
Material Properti :
Modulus Elastisitas : 2,05.108 kN/m2
Nisbah Poisson (υ) : 0.3
Koefisien Muai Panjang : 1,2.10-5 (1/0C)
Berat Jenis(γs) (including the envolved polyethelene : 78.5 kN/m3
Dimensi Kabel Stressing :
Dimensi kabel jembatana Suramadu sebanyak 17 buah untuk bentang samping dan
bentang tengahnya. Untuk bentang samping dengan kode SC1 dampai dengan SC17,
sedangkan untuk bentang tengah dengan kode MC1 sampai dengan MC 17. Sebagai
kabel sementara digunakan kabel dengan kode CO. Tabel 4.2 di bawah ini adalah
ukuran diameter dari kabel-kabel Jembatan Suramadu
|JEMBATAN SURAMADU 30
Gambar (2) proses pengangkutan PCI gider
8.4 Stressing Girder
Desain Kabel Stressing
Untuk jembatan cable stayed, tegangan yang terjadi pada struktur akibat beban
mati ditahan oleh gaya tarik kabel. Gaya tarik kabel inilah yang dapat mengurangi
momen lentur pada gelagar dan pilon jembatan. Sehingga struktur gelagar dan pilon
hanya kan menerima gaya tekan akibat beban mati yang bekerja pada struktur.
Penempatan Kabel Stressing
Berkaitan dengan penempatan kabel, umumnya digunakan 2 alternatif jumlah kabel
yaitu Single plane dan Double plane. Single plan digunakan untuk jembatan dengan
lebar yang relative kecil serta jumlah lajur lalu lintas yang genap. Dengan
mempertimbangkan lebar jembatan cable stayed Suramadu adalah 30 m, maka
digunakan double plane.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi
stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak
menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu ketujuh
segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai bagiannya.
Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk masing-
|JEMBATAN SURAMADU 31
masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok
dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan.
Proses Konstruksi
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan
diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya
kabel strand dimasukkan ke dalam duct (pipa selongsong) secara manual pada tiap-
tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di
ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan
dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada
setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan
perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
|JEMBATAN SURAMADU 32
Gambar(3) kabel strand di dalam balok PCI Girder
8.5 ERECTION GIRDER
Metode pelaksanaan pemasangan PCI Girder untuk sisi Surabaya dan Madura
memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi setempat. Di sisi
Madura, kedalaman laut relatif dalam dan tidak terpengaruh adanya pasang-surut
air laut. Sedangkan di sisi Surabaya, kondisi laut cukup dangkal dan sangat
terpengaruh pasang-surut. Hal ini menyebabkan sistem yang digunakan berbeda. Di
sisi Surabaya digunakan metode 'kura-kura' atau roller , sedangkan di sisi Madura
Menggunakan crane.
|JEMBATAN SURAMADU 33
Gambar (a) proses pengangkatan PCI gider Gambar (b) tendon pada balok PCI girder
Panjang PCI Girder setelah terangkai adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1 meter, dan
berat 80 ton. PCI Girder tersebut didesain untuk hanya menerima beban vertikal dan
tidak untuk menerima beban horisontal. Hal ini menyebabkan proses pengangkutan
PCI Girder tersebut dari lokasi penyimpanan (stockyard) sampai ke lokasi
pemasangan harus dibuat sedatar dan selurus mungkin. Ini untuk menghindarkan
terjadinya gaya horisontal akibat gerakan truk yang berlebihan yang dapat
menyebabkan balok girder patah.
Tahapan pemindahan girder dimulai dengan pengangkatan menggunakan dua crane
dan diletakkan pada boogy Girder tersebut kemudian diangkut dengan boogy ke
masingmasing pier. Proses selanjutnya adalah pemindahan dari boogy ke pile cap
yang dilaksanakan dengan metode yang berbeda antara sisi Surabaya dan sisi
Madura.
9. PROSES KONSTRUKSI ABUTMENT & PIER HEAD
9. 1 Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap
Dimensi Pile Cap
Dimensi Atas: Dimensi bawah
Panjang : 32 Panjang : 30 m
Lebar 2 m Lebar : 4 m
Tinggi : 1.05 m Tinggi : 1.5 m
Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam
dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier. Setelah bekisting selesai
dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan
|JEMBATAN SURAMADU 34
Gambar : Pile Cap
besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar
samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya
adalah pekerjaan pengecoran.
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk
setiap truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump beton.
Slump yang dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.
Truk mixer kemudian membawa beton ke lokasi proyek untuk dituangkan ke
concrete pump. Sebelum dituang, dilakukan pengambilan benda uji sebanyak 48
buah untuk tiap pile cap serta pengujian slump ulang. Dengan bantuan concrete
pump, beton tersebut dituangkan ke dalam pile cap lapis demi lapis sambil
dipadatkan. Tebal tiap lapisan ± 30 cm. Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing
pada permukaan beton.
Hal penting yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pengecoran beton dengan
massa besar (mass concrete)adalah perbedaan suhu. Agar didapat suhu beton
merata tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan atau curing beton
dengan karung basah selama 14 hari.
|JEMBATAN SURAMADU 35
Gambar : Pile Cap
10. PROSES KONSTRUKSI TIANG PANCANG
10.1 Tahap Awal Dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan
diameter 600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang
masing-masing pipa 12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk Sisi
Surabaya sekitar 25 m dan sisi Madura 33 m.
Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan,
pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan dan pengisian beton dengan
tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya
dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan
memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0),
Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan
Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan
dilaksanakan dengan menggunakan ponton pancang.
10.2 Persiapan
Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang pipa baja
yang sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan
pemancangan. Selanjutnya adalah pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai
dengan kebutuhan. Peralatan yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane
service 25 ton dan truk trailer.
|JEMBATAN SURAMADU 36
Gambar : Tiang Pancang
harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane
ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong teodolit.
10.3 Metode Pelaksanaan Pemancangan
Ponton service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah diposisikan di
dekat pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang diletakkan di atas ponton
service untuk dibawa menuju ponton pancang. Tahapan selanjutnya adalah
pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat penjelasan metoda
pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang memegang tiang
pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong yang telah disetting dengan
komando dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka
tiang pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan
dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat
maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk
dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian
ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10
pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan
menggunakan alat las, setelah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
|JEMBATAN SURAMADU 37
10.4 Pengisian Pasir
Gambar : proses pengisian pasir
Pengisian pasir dilakukan dengan menggunakan ponton 120 ft, yang mampu
menampung pasir 200 m3 sesuai dengan kebutuhan satu pile cap serta excavator PC
200 dengan kapasitas ± 67 m3/ jam.
Dump truck mengambil pasir pada stok area dengan bantuan excavator. Selanjutnya
dump truck yang telah berisi pasir menuju dermaga dan menuangkan pasir. Diatas
pontoon diposisikan sebuah excavator untuk memindahkan pasir dari dermaga ke
ponton.
Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung tiang pancang, dan excavator mengisi
pasir ke dalam tiang pancang dengan bantuan tremi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kedalaman tiang pancang dengan menggunakan
tali yang ujungnya diberi pemberat dan diukur dengan meteran, agar bisa mencapai
kedalaman rencana dari pasir pada tiang pancang.
|JEMBATAN SURAMADU 38
10.5 Pengisian Beton
Besi isian pancang dipersiapkan di stockyard. Stok besi diangkut dengan truk
menggunakan bantuan crane menuju dermaga dan dinaikkan ke atas ponton. Besi
isian dimasukkan ke tiang pancang dengan bantuan crane. Untuk mengantisipasi
agar tulangan besi tersebut tidak jatuh, maka pada ujung tulangan dimasuki besi
melintang yang panjangnya lebih dari diameter pipa pancang.
Gambar : proses pengecoran tiang pancang
Selanjutnya truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete
pump). Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang dilengkapi dengan belalai
untuk memasukkan beton ke tiang pancang.
10.6 Metode penentuan posisii (stake out) Tiang Pancang di Laut
Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka yang digunakan untuk Sisi Surabaya
dan Sisi Madura diuraikan sebagai berikut: Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri
atau ke kanan dari as BM sejauh setengah diameter pipa pancang (300 mm),
disesuaikan dengan posisi tepi tiang pancang yang akan dibidik. Untuk memudahkan
pelaksanaan, bagian tiang pancang yang di-stake-out atau dibidik adalah tepi tiang
pancang, bukan bagian tengahnya.
|JEMBATAN SURAMADU 39
10.7 Tahapan pelaksanaan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:
Alat ukur teodolit-1 dan teodolit-2 didirikan di titik-titik BM yang telah
direncanakan (menggeser ke kiri ke kanan dari as BM), dengan posisi
kedudukan teropong mendatar (90°).
Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter
dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.
Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan
diset sebesar b = 03º 59' 42" mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang.
Bacaan sudut horizontal teodolit-2 dengan acuan terhadap arah centerline
jembatan diset sebesar b = 273º 59' 42", mengarah ke garis singgung tepi tiang
pancang. Settingsinggung tepi tiang pancang. Setting sudut a dan b untuk
masing-masing titik pancang (1-36) dibuatkan dalam bentuk tabel sesuai
koordinat titik-titik rencana.
Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas
kapal ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian
singgungkan tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari
surveyor. Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka
tiang pancang tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang.
Cara tersebut digunakan untuk tiang pancang tegak
Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane
pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan mal yang
dilengkapi dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah
bidikkan teropong teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan ke tepi kiri dan
tepi kanannya hingga tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang tersebut
diturunkan sesuai kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara prinsip dari 2
(dua) setting sudut horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan
posisi secara tepat, sedang setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan
|JEMBATAN SURAMADU 40
seterusnya hanya berfungsi sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting
suduthorizontal yang kita lakukan sudah benar atau tidak.
Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat
komunikasi, guna koordinasi antara tim pengukur (surveyor) dengan tim
pancang, serta operator crane. Penentuan titik-titik BM yang dipakai untuk
referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan
maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda
perpotongan kemuka yang dipilih untuk penentuan posisi titik-titik pancang
Jembatan Suramadu, secara teknis memenuhi persyaratan dan tidak terlalu
sulit dilaksanakan.
Perlindungan terhadap KOROSI
Perlindungan beton terhadap korosi merupakan isu penting, sehingga perlu
digunakan metode yang sesuai. Misalnya menaikkkan selomut beton ,
menggunakan beton khusus, menggunakan tulangan dengan epoxy resin
coated pada daerah yang perlu, menggunakan aditif antikarat pada beton serta
menggunakan material khusus kedap air.
|JEMBATAN SURAMADU 41
|JEMBATAN SURAMADU 42
11. PENGUJIAN BEBAN PADA TIANG PANCANG BAJA
PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan pondasi
tiang pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan informasi
besarnya kapasitas dukung termobilisir dengan factor keamanan 2, dan dipakai
untuk menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.
PELAKSANAAN
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945 , yang dilakukan dengan memasang dua
buah sensor yaitu strain tranduser dan accelerometer transduser pada sisi tiang
dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor tersebut
mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan
regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang
(toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang
dan ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan
disimpan oleh computer. Rekaman hasil gelombang yang diterima ini akan menjadi
dasar bagi analisa dengan menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, dimana
gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung
dan gerak akan memeberikan kapasitas dukung termobilisasi (mobilized capacity).
Hasil pengujian angka penurunan yang diambil sebagai immediate displacement
(perpindahan sesaat) saat beban mempunyai kapasitas dukung dengan factor
keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi. Beban kerja yang
diharapkan per tiang adalah 140 ton.
TEKNOLOGI SPECIAL BLENDED CEMENT
Mengantisipasi serangan sulfat dan korosi pada daerah laut
Proyek pembangunan jembatan Suramadu baik konstrksi cause way, approach
bridge, maupun main span sebagian besar konstruksinya menggunakan beton
bertulang. Hal ini berarti sebagian besar proyek ini menggunakan bahan semen.
|JEMBATAN SURAMADU 43
Mengingat jembatan suramadu terletak di laut, maka konstruksinya harus tahan
terhadap lingkungan laut, serangan sulfat, korosi pada besi beton serta suhu beton
yang ditimbulkan oleh reaksi hidrasi semen dan air.
Walaupun bahan jenis semen yang disebut hydrauilic cement ditemukan pada tahun
1796 oleh Joseph Parker dari Kent (Inggris) yang dibuat dari butiran batu kapur dan
kemudian dikenal dengan nama Roman Cement, akan tetapi semen bari diproduksi
pada tahun 1802 di Prancis.
Semen baru ini terbuat dari butiran nodule, disusul kemudian pembuatan semen
dari batu kapur yang dicampur dengan tanah liat oleh Edger Dobbs dari Inggris
tahun 1810 dan oleh Vicat dari Prancis (1813) serta James Frost dari Inggris (1822).
Akhirnya sebuah paten tentang cara pembuatan batu-batuan atas nama Joseph
Aspdin yang tinggal di daerah Portland, Negara Inggris yang ditemukan tahun 1824
dan dikukuhkan dengan nama cement Portland.
Semen Portland dan Portland Pozolan
Di awal tahun 2003 bersama almarhum Dr.Ir. Mustasir Nozir MM berserta staf dan
PT. Semen Gresik telah terjadi diskusi tentang spesifikasi teknik dan berbagai
bahan / material yang akan dipakai dalam pembangunan Jembatan Suramadu,
termasuk jenis semen yang terbaik untuk konstruksi jembatan ini. Walaupun kita
sudah mempunyai tipe semen yang selama ini digunakan pada bangunan yang
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang dan tipe V 9semen
yang digunakan pada bangunan yang memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat),
akan tetapi kita menginginka adanya karakter semen yang lebih sebagai bahan
bonding terhadap bahan beton lainnya, yang mempunyai sifat adesif maupun
kohesif, dalam hal berkaitan dengan permeabilitas, durabilitas dan level densitasnya
serta karakter-karakter lainnya. Perhatian khusus dalam penggunaan semen pada
pembangunan jembatan Suramadu telah dimulai di tahap perencanaan maupun
tahap pra-pelaksanaan.
|JEMBATAN SURAMADU 44
Dalam pembangunan jembatan Suramadu, diputuskan menggunakan tipe Pozolan,
mengingat adanya kelebihan. Selama ini jenis semen Portland sudah dikenal dengan
baik, yaitu jenis semen yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen
Portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk Kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah bahan tambahan lain. Sedangkan jenis
semen pozolan yaitu jenis bahan pengikat hidrolis dihasilkan dengan cara menggiling
bersama-sama terak semen Portland dan bahan yang mempunyai sifat pozolan atau
mencampur secara merata bubuk smen Portland dan bubuk bahan yang mempunyai
sifat pozolan dan boleh ditambahkan bahan-bahan lain asal tidak mengakibtakan
penurunan kualitas.
Definisi pozolan menurut ASTM C 618-96 adalah bahan yang mengandung senyawa
silica atau silica dan alumina, dimana walaupun pozolan tidak punya sifat sementasi ,
teta[pi dengan bentuknya yang halus, dengan adanya air maka akan terjadi bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu biasa, membentuk senyawa yang
memiliki sifat-sifat seperti semen (kalsium silikat dan kalsium aluminat hidrat)
Dibandingkan dengan sifat fisika semen Portland maka kekuatan awal semen
Portland pozolan agak lebih rendah akan tetapi pada perkembangan rekasi
berikutnya, akan terjadi dua reaksi yang bersamaan yaitu reaksi antara Portland
cement dengan air den reaksi antara silica aktif (amorf) dengan Ca(OH)2 dan air
sehingga kekuatan Portland pozolan semakin lama menjadi semakin tinggi.
Semen untuk Suramadu
Semen jenis Portland Pozolan yang dipakai di proyek pembangunan jembatan
suramadu selanjutnya disebut special blended cement (SBC). Semen ini merupakan
bahan pengikat hidrolis special yang dibuat dengan menggiling bersama-sma terak
semen Portland, gypsum dan bahan silica amorf, serta digunakan untuk bangunan
yang memerlukan ketahanan sulfatyang tinggi dan digunakan untuk kondisi di
lingkungan laut.
|JEMBATAN SURAMADU 45
Uji kimia dan fisika serta permeability test terhadap special blended cement telah
dilakukan dib alai besar bahan dan barang teknik, badan penelitian dan
pengembangan industry dan perdaganan di Jl. Sangkuriang 14 bandung, dengan
hasil-hasil sebagai berikut :
Hasil Uji Kimia
Pengujian kimia didasarkan pada standar ASTM C 595 Type IP (MS) yang
dalam hal ini persyaratan kandungan Magnesium Oksida (Mg O) , Belerang
Trioksida (SO3) dan Hilang Pijar (LOI) masing-masing sebesar 1,27%, 1,26%,
dan 2,15% telah memenuhi standar yang diisyaratkan.
Hasil Uji Fisika
Pengujian fisika didasarkan pada standar ASTM C 595 IP (MS) yang dalam hal
ini pengujian kehalusan, waktu pengikatan dengan alat vicat, kekekalan
bentuk, kuat tekan, panas hidrasi serta ketahanan sulfat, hasilnya juga telah
memenuhi persyaratan standar.
Test Permeability
Pengujian permeability test sesuai dengan DIN 1048 , bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana penetrasi air bila di permukaan beton di beri
tekana secara berurutan 1 bar selama 2x 24 jam , 3 bar 1x 24 jam dan 7 bar
selama 1x24 jam sehingga dapat diketahui bahwa beton tersbut dapat
menahan penetrasi serangan sulfat. Persyaratan penetrasi air DIN 1048
untuk serangan sulfat sedang maksimum adalah 5 cm dan untuk serangan
sulfat kuat maksimum adalah 3 cm.
Hasil pengujian kimia terhadap benda uji air laut
|JEMBATAN SURAMADU 46
Tekanan (Bar) Perembesan Air Kedalam beton (ML) Syarat Standar
DIN 1045SBC-0.40 TGL. 4-7-2003
1 2
1.0 2 3
3.0 7 7
7.0 10 1
Penetrasi (cm) 1.30 1.00 <5 cm
Hasil pengujian terhadap salah satu benda uji untuk “kekedapan air”
Dari hasil uji kimia terhadap benda uji air laut seperti yang ditunjukkan dalam table
disamping. Menunjukkan bahwa air laut di selat Madura, baik dari sisi Surabaya,
ditengah selat Madura,maupun di sisi Madura mempunyai kadar sulfat dan klor
yang dapat dikategorikan berat. Senyawa-senyawa sulfat dan klorida selain di air
laut , juga ditemukan di tanah dan lingkungan industry, dan hal ini dapat merusak
beton dan tulangan beton. Dengan datadata tersebut maka sangat jelas bahwa
dalam pembangunan jembatan suramadu sangat memerlukan jenis semen yang
mempunyai ketahanan terhadap serangan sulfat yang tinggi. Lebih jauh akan
dijelaskan bahwa jenis semen SBC mempunyai keunggulan teknologi dalam
meningkatkan resistensi terhadap serangan air laut dan serangan sulfat
dibandingkan dengan semen Portland type II dan semen Portland type V.
|JEMBATAN SURAMADU 47
SBC Persamaan dan perbedaan antara SBC dan
semen Portland type II dan V
C3 A rendah C3 A rendah
Meminimalisasi Ca(OH)2 Tidak dapat
Membentuk CSH (semen gel) baru Tidak bias
Memperbaiki kekedapan Tidak bias memperbaiki kekedapan
Seputar perbedaan aktivitas peningkatan resistensi SBC terhadap serangan air laut
dan sulfat baik pada SBC maupun semen Portland Cement type II maupun type V
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Eliminasi pembentukan enttringite degan menurunkan C3A(3CaO.Al2O3). Pada
semen Portland tipe II dan V, C3A diturunkan berturut-turut maksimum 8% dan 5%
sedangkan pada SBC tergantung pada silica amorf yang ditambahkan, makin besar
silica amorf yang ditambahkan C3A makin kecil dan enttringe makin sedikit.
Menurunkan pembentukan enttringe dengan mengeliminasi Ca (OH)2 dari hasil
c3S(3CaO.SIO2) dan C2S(2Cao.SIO2) dengan air. Pada semen Portland type II dan
tipe V tidak bias mengeliminasi Ca(OH)2 sedangkan SBC terjadi pengeliminasian
Ca(OH)2 yaitu dengan jalan pengikatan Ca(OH)2 oleh silica amorf membentuk CSH
(semen gel) baru.
Meningkatkan kekedapan melalui pembentukan CSH (semen gel) baru. Pada semen
Portland tipe II dan V tidak ad pembentukan CSH (semen gel) baru, sedangkan pada
SBC ada peningkatan kekedapan dengan terbentuknya CSH baru :
SIO2+Ca(OH)2+H2→CSH.
HUBUNGAN FAKTOR AIR SEMEN-KUAT TEKAN BETON
Dari hasil penelitian beton yang menggunakan SBC yang dimaksudkan untuk
mendapatkan kurva hubungan antara FAS(Faktor Air Semen) dengan Kuat tekan
beton sehingga proporsi campuran beton mutu K250,K350 dan k500 untuk proyek
|JEMBATAN SURAMADU 48
pembangunan Jembatan Suramadu dapat ditentukan, yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai acuan produksi beton.
Penelitian juga ditujukan untuk melihat sejauh mana penetrasi air yang terjadi pada
masing-masing campuran bila diuji dengan metode DIN 1048, sehingga dapat
diketahui tingkat beton tersebut, dapat menahan sulfat. Pengujian-pengujian kuat
tarik belah, kuat tarik lentur, hammer test untuk digunakan sebagai acuan
pengawasan di lapangan.
Dengan penelitian seperti yang disebutkan di atas maka dapatlah disampaikan
beberapa catatan sebagai berikut:
Walaupun untuk K250 dan K350 secara kuat tekan cukup dengan FAS 0,63 dan 0,54
akan tetapi agar beton memenuhi syarat tahan sulfat berat maka untuk kedua mutu
K500 diperoleh dengan menggunakan FAS 0.34 dan beton bersifat kedap air, hal ini
terlihat dari penetrasi air yang tidak dalam, sehingga memenuhi persyaratan beton
tahan sulfat sesuai DIN 1048.
12. PENCEGAHAN KOROSI PADA TIANG PANCANG
Perhatian Khusus di Kawasan Laut
Struktur baja yang dibangun di kawasan laut memerlukan perhatian khusus. Laju
korosi akibat kondisi lingkungan dengan salinitas yang tinggi, perlu dikendalikan. Di
proyek jembatan Suramadu, masalah ini sudah diantisipasi. Pipa pancang yang
dipakai pada causeway terbuat dari baja lunak grade 2 sesuai ASTM A.252. jenis pipa
baja yang digunakan terdiri dari pipa SAW 9spiral) dan pipa ERW (longitudinal)
dengan penempatan berdasarkan pada penelitian yang ada, daerah atmosfer dan
splash zone memiliki laju korosi yang sangat tinggi. 9mencapai 0,1 mm/tahun).
Sedangkan pada daerah sub-merged dan immersed laju korosi hanya 0.01
mm/tahun.
Untuk atmospheric zone sampai tidal zone ( 1meter dibawah pada/pasang surut dan
1 meter di bawah LWL pada marine) digunkan pipa ERW sebagai tiang pancang
|JEMBATAN SURAMADU 49
sedangkan pada daerah submerged dan immersed digunakan pipa SAW dengan
pertimbangan daerah las lebih panjang. Sebelum pipa SAW digunakan telah
dilakukan serangkaian pengujian. Dari hasil uji memperlihatkan bahwa kinerja
sambungan las(baik daerah HAZ) maupun weld metal lebih baik atau sama dengan
kualitas pada base metal, ditinjau dari sifat mekanik, ketahanan korosi maupun
mikrostrukturnya. System proteksi pada pipa pancang dilakukan dengan memakai
coating system and cathodic protection system.
12.1 Coating System Epoxy Glass Flake
Coatinf pipa yang dipakai jenis epoxy glass flae 2000 mikron pada daerah splash
zone dengan garansi life time 25 tahun. Metode coating pipa dilakukan langsung
lapangan sebelum di pancang untuk menghasilkan coating yang optimal.
12.2 Cathodic Protection Sacrificial Anode
System proteksi cathodic digunakan utnuk mengantisipasi cacat coating yang terjadi
akibat pemancangan, benturan dan gangguan lainnya. System yang digunakan
adalah sacrificial anode yang dipasang pada tiap pancang pada kedalaman 1 meter
di bawah seabed untuk daerah coast pasang surut. Minimal dua meter di bawah
LWL untuk pipa pancang di daerah marinel laut.
Pertimbangan digunakannya sacrificial anode antara lain adalah kemudahan dalam
hal pelaksanaan perawatan, biaya operasional, aman terhadap lingkungan, serta
lebih baik dari sis estetika. Kebutuhan anode harus memepertimbangkan cacat
coating yang terjadi di bawah seabed akibat pemancangan. Informasi ini dapat
diwakili dengan pengujian adesif dan kekukatan geser atau uji geser yang dilakukan.
Kriteria Perencanaan
Proteksi cathodic direncanakan untuk mendapatkan voltage lebih rendah dari
850mV yang diukur antara tiang pancang pipa baja terhadap referensi elektroda
perak/perak clorida yang tercelup air laut.
|JEMBATAN SURAMADU 50
Daftar Istilah dan Penjelasannya
Desain Cheker :
Metode balance cantilever :
Desain :
Metode ini didasari oleh balok horizontal dengan dukungan tetap disalah
satu ujung-ujungnya, seperti gambar di bawah ini:
untuk perhitungan sederhana dari lendutan balok akibat beban, perlu
diketahui panjang balok, modulus elastisitas nya sebagai parameter material,
dan momen inersia balok penampang. Selanjutnya dapat ditentukan
besarnya defleksi balok dan sudut yang dihasilkan dari balok.
|JEMBATAN SURAMADU 51
Konstruksi :
Metode balanced cantilever dikembangkan untuk meminimalkan acuan
perancah atau scaffolding yang diperlukan untuk pelaksaaan pengecoran
secara in-situ. Tumpuan sementara (temporary shoring) terlalu mahal
khususnya untuk kasus jembatan berelevasi tinggi dan denggunaan
scaffolding yang melintasi sungai sangat beresiko, sehingga diatas jalan air
yang padat, lalu lintas jalan atau jalan kereta api, penggunaan scaffolding
sudah tidak ekonomis lagi.
Untuk memfasilitasi pelaksanaan secara kantilever, sebuah pelat
berpenampang pendek dengan pemberat (counterweight) di sisi yang lain
dicorkan pada bekisting yang di-support dari tanah masing-masing pier.
Ikatan sementara disiapkan untuk menyeimbangkan sisi yang lain untuk
memastikan adanya kesetimbangan. Harus dipastikan pengontrolan
counterweight dalam setiap urutan pelaksanaan kantilever.
Urutan metode konstruksi kantilever adalah sebagai berikut:
Jembatan Cable Stayed
Jembatan yang terdiri dari elemen pilon, gelagar dan di dukung oleh kabel-
kabel yang terhubung antara pilon dan gelagar. Kabel inilah yang akan
menyalurkan gaya yang diperoleh dari gelagar atau lantai jembatan akibat
beban mati dan beban lalu lintas yang bekerja untuk disalurkan ke pilon
jembatan. Dalam mendesain jembatan tipe ini perlu dilakukan analisa
jembatan secara menyeluruh dan konstruksi bertahap khususnya dalam
konstruksi jembatan. Dimana dalam pelaksanaan konstruksi jembatan setiap
tahapan konstruksi, besarnya gaya-gaya dalam tidak boleh melampaui
kapasitas penampang dan pada tahap akhir pembebanan struktur jembatan,
perpindahan titik puncak tower dan lendutan lantai jembatan harus
memenuhi yang diisyaratkan dalam perencanaan.
|JEMBATAN SURAMADU 52
Kelebihan jembatan cable stayed antara lain rasio panjang bentang utama
dan tinggi pilon yang lebih ekonomis, serta tidak diperlukan pengangkuran
kabel yang berat dan besar seperti jembatan gantung.
Urutan metode konstruksi kantilever adalah sebagai berikut:
a) Install dan atur gantry
b) Install dan letakkan bekisting menurut elevasi yang tepat
c) Tempatkan penulangan dan saluran duck dari tendon
d) Pengecoran segmen
e) Install tendon penarikan dan lakukan stressing
f) Lepaskan bekisting
g) Majukan gantrypada posisi selanjutnya dan mulailah cycle yang baru.
Travellers
Travellers menciptakan segmen, mendukung berat dari beton cor yang baru,
mendapatkan kekuatan yang cukup untuk diberikan tegangan segmen ke
superstruktur uang ada.
|JEMBATAN SURAMADU 53
Gambar : Travellers
Technical design :
|JEMBATAN SURAMADU 54
|JEMBATAN SURAMADU 55
|JEMBATAN SURAMADU 56
|JEMBATAN SURAMADU 57
|JEMBATAN SURAMADU 58
Daftar Referensi
http://argajogja.blogspot.com/2011/06/desain-metode-konstruksi-jembatan.html
http://wiryanto.files.wordpress.com/2010/08/30-eko-prasetyo-paper.pdf
http://id.shvoong.com/travel/websites-online-communities/1931359-jembatan-suramadu-dirancang-antigempa-tahan/
|JEMBATAN SURAMADU 59
Kontribusi Insinyur Indonesia pada Jembatan Suramadu
Ternyata jembatan suramadu yang menjadi kebanggaan rakyat Indonesia bukan merupakan hasil desain insinyur dari negeri kita sendiri. Jembatan inin dibanguna atas dana pinjaman dari negeri China. Sayangnya China memberikan syarat yang bergitu ketat dan berat bagi Indonesia. Selain material yang diharuskan di beli dari China, kontraktor dan desain pun dilakukan oleh mereka. Alhasil Insinyur Indonesia hanya menjadi penonton di tanah air sendiri. Tanpa bisa mengambil pelajaran yang dapat dijadikan modal keahlian bertaraf internasional yang bisa bersaing dengan insinyur diseluruh Negara.
Bla---- lupa,,,padahal tulisannya tdudah selesai tapi gak ter save. Nulis yang lain ajalah…
|JEMBATAN SURAMADU 60
Desain jembatan selat sunda yang mulai teriintegrasi
Pada tahun 2009 sudah dianggarkan dana untuk jembatan selat sunda senilai 100 triliun sampai 250 triliun. Diharapkan pada tahun 2014 semua studi kelayakan sudah selesai dan bisa diletakkan batu pertama.Tinggi minimal jembatan selat sunda diatas 80 meter. Yang menjadi masalah adalah arus angin yang melewati selat sunda , kecepatan angin yang melintas akan membahayakan lalu lintas di atas jembatan. Kontoversi selanjutnya ancaman kerusakan lingkungan sebagai akibat desain konstrusi JSS. Ancaman kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi di kawasan penyangga jembatan dibagian daratan (Banten dan Lampung), melainkan yang paling utama adalah ancaman atas kerusakan ekosistem perairan di selat sunda. Kawasan perairan tersebut merupakan bagian dari penyangga keseimbangan ekosistem perairan laut yang menghubungkan dua perairan berbeda. Aktivitas pembangunan kosntruksi didasar laut akan mengorbankan keidupan di bawah air untuk jangka waktu yang cukup lama.
Jembatan MESSINA di ITALIAJembatan ini menghubungkan Calabria (Mainland) dan Messina di Pulai Sisilia. Jika direalisasikan, jembatan messina akan memiliki bentang tengah terpanjang nomor dua di dua di dunia setelah JSS. Total biaya yang diestimasi ketika itu mencapai 70 triliun. Pembangunan jembatan yang controversial selanjutnya adalah jembatan Akashi kaikyo. Yang menghubungkan pulau Honshu dan pulau awaji. Panjang jembatan tersebut memiliki panjang bentangan mencapai 1.991 meter di mana panjang totalnya hanya 3.911 meter dengan clereance 66 meter. Mega proyek Akashi kaikyo dibangun selama 12 tahun (1986-1998). Sekalipun memiliki indikasi kelayakan, tapi tidak sepenuhnya terpenuhi, karena operasionalnya dianggap masih terlallu mahal.n misalnya saja pihak otoritas setempat harus mengenakan terif tol untuk jembatan tersebut sebesar 2300 yen untuk sekali masuk (sekitar 250 ribu rupiah).padahal arus lalu lintas yang melintasi telah mencapai 23000 kendaraan.
|JEMBATAN SURAMADU 61
Masalah eurotunnel /terowongan eropa
|JEMBATAN SURAMADU 62