jelang 100 persen tahun vii/2017 · musik, dan media kini telah ... soal kemudahan bertransaksi,...

32
1 RUBRIKASI EDISI 65 TAHUN VII/2017 Perluas Akses dengan Elektronifikasi Jelang 100 Persen Elektronifikasi Jalan Tol GERAI INFO EDISI 65 TAHUN VII/2017

Upload: duongdang

Post on 13-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

RUBRIKASI

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

Perluas Akses dengan Elektronifikasi

Jelang 100 Persen Elektronifikasi Jalan Tol

GE

RA

I IN

FO E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

2

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17DAFTAR ISI

Penanggung Jawab: Agusman | Pemimpin Redaksi: Arbonas Hutabarat | Redaksi Pelaksana: Edhie Haryanto,

Wahyu Indra Sukma, Mirza Afifa, Surya Nanggala, Any Ramadhaningsih, Yadi Yuhardinata, Shomita F Insany

Kontributor: Fyman Hadaita, Dendi, Maria Astrid, Ida Julianingsih, Iril Pramadhana Waty

Alamat Redaksi: Departemen Komunikasi Bank IndonesiaJl. M. H. Thamrin No. 2 Jakarta

Telp. Contact Center: (021) 131, e-mail: [email protected], www.bi.go.id

Konsultan: Republika

Bank Indonesia@bank_indonesiabank_indonesiaBank Indonesia Channel

03 | SALAM

04 | EDITORIAL

12 | SOROT 14 | SOROTJangan Asal Gunting Kartu Kredit

16 | SOROTLebih Dekat dengan KUPVA BB

18 | SOROTBansos Notunai untuk Akselerasi Akses Keuangan

20 | GEMAIMF-WB Annual Meetings 2018, Menghadirkan Potensi Devisa

24 | KLIKSemakin Mengenal APMK

26 | POTRETJurus Jitu Menangkis KUPVA BB Ilegal

Redaksi menerima kiriman naskah melalui e-mail: [email protected]. Redaksi berhak mengubah tulisan

sesuai dengan kepentingan GeraiInfo

Jelang 100 PersenElektronifikasiJalan Tol09 | SOROT

06 | SOROT

Pesatnya Geliat Financial Technology

Kabar Baik Bagi PenggunaKartu Kredit

3

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

SALAM

Penanggung Jawab: Agusman | Pemimpin Redaksi: Arbonas Hutabarat | Redaksi Pelaksana: Edhie Haryanto,

Wahyu Indra Sukma, Mirza Afifa, Surya Nanggala, Any Ramadhaningsih, Yadi Yuhardinata, Shomita F Insany

Kontributor: Fyman Hadaita, Dendi, Maria Astrid, Ida Julianingsih, Iril Pramadhana Waty

Makin Praktis BertransaksiPerkembangan inovasi teknologi yang dulu hanya merambah industri film,

musik, dan media kini telah menyentuh pula pada industri keuangan. Sekarang, kita merasakan berbagai kemudahan ketika bertransaksi.

Misalnya, tanpa perlu membawa banyak uang tunai, berbagai kebutuhan sudah terpenuhi dengan mudah. Segalanya serba cepat dan praktis.

Dalam majalah Gerai Info edisi 65 ini, kami membahas seluk-beluk sistem pembayaran yang kini makin diminati oleh masyarakat modern. Ketika bicara soal kemudahan bertransaksi, kita mengenal kenyamanan pembayaran dengan kartu kredit.

Dalam artikel “Kabar Baik Bagi Pengguna Kartu Kredit”, kami membahas seputar kebijakan Bank Indonesia yang mengatur tentang penurunan batas maksimum suku bunga kartu kredit dan penetapan kewajiban penyampaian closing statement oleh penerbit kartu kredit kepada nasabah yang menutup kartu kreditnya.

Kemudahan bertransaksi itu pula yang ingin dihadirkan lewat beragam aktivitas masyarakat, termasuk pula upaya mendorong transaksi nontunai di jalan tol. Bertujuan untuk memperlancar arus jalan tol, Bank Indonesia bersama pemerintah bekerjasama untuk terus mengampanyekan kebijakan elektronifikasi yang mengubah semua metode pembayaran dari manual menjadi elektronik.

Meski memudahkan, rupanya belum seluruh masyarakat berminat untuk beralih menggunakan uang elektronik di jalan tol. Untuk itulah kami pun membahas berbagai kemudahan bertransaksi nontunai di jalan tol dalam edisi kali ini.

Bahkan, kemudahan berkat uang elektronik pun kini merambah hingga ke bantuan sosial (bansos). Jika sebelumnya diberikan dalam bentuk uang tunai, saat ini bansos pun bertransformasi menjadi bantuan dalam bentuk nontunai. Namun, tentu saja upaya transformasi ini harus melalui proses yang melibatkan berbagai pihak. Berbeda dengan bantuan dalam bentuk uang tunai yang tidak membutuhkan prosedur tertentu, bansos nontunai memerlukan edukasi khusus terkait penyaluran dana.

Bukan hal mudah untuk mengubah kebiasaan bertransaksi tunai menjadi nontunai. Namun, upaya ini perlu terus didengungkan demi kemudahan dan keamanan bertransaksi. Maka, ketika menyajikan berbagai informasi tentang kemudahan bertransaksi tanpa uang tunai, tentu saja kami pun berharap ini akan diikuti pula dengan rasa aman ketika menggunakan sistem pembayaran modern. n

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

4

EDITORIAL

Agusman Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia

Satu langkah besar untuk memulai kampanye elektronifikasi akan dimulai sebentar lagi. Pasti akhir-akhir ini kita sering melihat bentangan spanduk bila memasuki gardu tol. Isinya tak lain dan tak bukan adalah peraturan

baru untuk para pengguna bahwa mulai Oktober 2017 transaksi di jalan tol adalah transaksi nontunai. Tidak akan ada lagi pembayaran dengan uang tunai untuk melintasi jalan tol.

Selain jalan tol, upaya elektronifikasi juga berlaku untuk bantuan sosial. Jika selama ini bantuan sosial atau bansos diberikan secara tunai, saat ini bansos akan diberikan secara nontunai.

Penerapan ini merupakan bagian dari implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk meningkatkan transaksi nontunai dalam masyarakat yang saat ini masih tergolong rendah, yaitu kurang dari 30%. Sebenarnya, upaya menggalakkan transaksi nontunai sudah lama didengungkan. Tawaran berbagai kemudahan dengan menggunakan kartu elektronik untuk bertransaksi pun kerap dipromosikan. Namun, tampaknya bukan hal mudah untuk mengajak masyarakat Indonesia beralih ke transaksi nontunai.

Beragam kendala mulai dari keterbatasan akses informasi, kebiasaan menggenggam uang tunai atau berbagai kecemasan lain ketika harus berurusan dengan teknologi baru, membuat hanya segelintir masyarakat saja yang mau bertransaksi nontunai.

Dengan jumlah pengguna yang masih sedikit, kampanye gerakan nontunai masih harus terus dilakukan. Maka itu, langkah BI dan Kementerian PUPR dalam menyusun kebijakan untuk mengembangkan elektronifikasi jalan tol adalah langkah strategis untuk ‘menggiring’ masyarakat beralih ke transaksi nontunai.

Sedangkan, untuk menggerakkan bansos nontunai, BI turut mendorong bank penyalur untuk berinovasi mengembangkan instrumen pembayaran. Misalnya, dengan menggunakan kartu kombo yang disebut Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Bukan hanya dari pihak pemerintah, masyarakat pun dapat turut membantu mensukseskan penerapan ini. Kini, dengan media sosial apa pun dapat menjadi viral. Alangkah lebih baik bila elektronifikasi ini juga diviralkan agar masyarakat bisa lebih cepat memahami betapa nyaman dan manfaatnya bertransaksi dengan uang elektronik daripada harus repot mengantongi uang tunai. n

Alangkah

lebih baik bila

elektronifikasi

ini juga

diviralkan.

Gerakkan Nontunai

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

5

Q: Apakah lembar tagihan yang dikirim lewat email nasabah harus dalam bentuk terenkripsi? Mohon infokan nomor peraturannya. Terima kasih atas bantuannya.

[email protected]

A: Yth Sdri Ratih Adhe, terima kasih telah mengirimkan email kepada Bank Indonesia. Sehu-bungan dengan email Saudara terkait lembar tagihan elektronik kartu kredit, dapat kami sampaikan bahwa sejauh ini Bank Indonesia tidak mengatur terkait format informasi tagihan (billing statement) suatu perbankan. Yang diatur oleh Bank Indonesia adalah pihak bank wajib menyampaikan informasi secara lengkap, akurat, dan informatif, serta dilakukan secara benar dan tepat waktu sesuai dengan yang tercantum di SEBI 11/10/DASP Point VII 3 b Halaman 31 - http://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/se_111009.aspx.

INTERAKSI

Lembar Tagihan Elektronik Kartu Kredit

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

6

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17SOROT

Pandu Kuntoaji Analis Financial Technology Office

Hidup di era majunya teknologi membuat kita harus pandai beradaptasi bila tidak mau ‘ketinggalan zaman’. Mulai dari

musik, film, ataupun media massa, semua telah ‘disentuh’ oleh teknologi. Namun belum selesai, industri keuangan pun tidak tertinggal. Layanan transaksi keuangan kini telah hadir

dalam genggaman tangan konsumen melalui media atau platform baru, yang

biasa dikenal dengan istilah financial technology atau fintech. Hingga saat ini masih terdapat beragam pandangan mengenai definisi fintech. Menurut Financial Stability Board (FSB), lembaga multilateral yang ditugaskan oleh negara-negara G20 untuk mereformasi sistem keuangan

global, fintech adalah integrasi dari layanan keuangan dan teknologi yang

dapat mengubah model bisnis keuangan konvensional. Sedangkan menurut seorang

pengamat fintech, Chris Skinner, fintech adalah sebuah pasar baru yang mengintegrasikan keuangan dan teknologi, yaitu dengan mengganti dan menyederhanakan proses tradisional melalui teknologi.

FSB telah membagi layanan fintech dalam empat kategori, yaitu Payments, Clearing and Settlements; Deposits, Lending, and Capital Raising; Market Provisioning; dan Investment Management. Aktivitas fintech Indonesia masih didominasi oleh kelompok pertama, Payments, Clearing and Settlements yang memiliki pangsa lebih dari 40% dengan nilai total transaksi pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 15,02 miliar

Pesatnya Geliat Financial Technology

7

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

SOROT

dolar AS. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 18,65 miliar dolar AS pada tahun 2017 dan akan berlipat ganda menjadi 37,15 miliar dolar AS pada tahun 2021.

Mengikuti pesatnya teknologi, Bank Indonesia senantiasa berupaya mengikuti dan mendalami perkembangan pada layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh fintech. Tidak hanya itu, potensi risiko pun turut diawasi agar pertumbuhan fintech dapat memberi manfaat optimal bagi masyarakat, menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Aturan pun telah diterbitkan dalam PBI No.18/40/2016 tentang Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PBI PTP). PBI tersebut memuat pedoman bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, termasuk fintech, untuk melakukan pemrosesan transaksi, termasuk transaksi online dan digital yang sejalan dengan perkembangan inovasi di bidang TI dan layanan keuangan.

Ekosistem kondusif denganBI-FTO

Sebagai wujud komitmen dalam mendukung penciptaan ekosistem fintech yang kondusif, Bank Indonesia Financial Technology Office (BI-FTO) telah dibentuk pada November 2016 dengan tujuan menjaga persaingan usaha yang sehat, melalui regulasi berimbang dan proporsional tanpa mematikan laju inovasi. BI-FTO memiliki empat fungsi utama. Pertama, sebagai fasilitator pertukaran ide inovatif pengembangan fintech Indonesia, yaitu melalui program pertemuan rutin dengan startup untuk mengikuti perkembangan isu-isu terkini di dunia fintech. Kedua, menjadi business intelligence dengan cara melakukan analisis mengenai perkembangan fintech di Indonesia. Ketiga, memberikan penilaian dengan melakukan pemantauan dan pemetaan atas potensi manfaat sekaligus risiko dari beragam inovasi model bisnis dan produk yang ditawarkan.

Fungsi terakhir, yaitu koordinasi dan komunikasi dalam memberikan pemahaman atas kerangka aturan yang ada. Tidak hanya melibatkan industri, BI-FTO juga secara rutin melakukan koordinasi dengan otoritas terkait seperti Kementerian Koordinator Perekonomian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Keuangan. Bukan hanya skala nasional, BI-FTO juga terlibat aktif dalam forum dan/atau kelompok kerja internasional terkait fintech.

Sebuah inisiatif, Regulatory Sandbox, akan diperkenalkan oleh BI-FTO yang digunakan bersama oleh pelaku fintech dan regulator untuk menguji model bisnis dan produk/layanan sebelum masuk dalam perizinan. Melalui inisiatif ini, regulator dapat menjaga keberlangsungan fintech dalam parameter risiko yang terjaga. Beroperasinya BI-FTO juga diharapkan dapat mendorong terbentuknya ekosistem yang baik bagi perkembangan fintech di Indonesia serta memperkuat jejaring dan sinergi pelaku fintech melalui berbagai kegiatan, seperti focus group discussion hingga seminar nasional dan internasional. n

8

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17SOROT

Pungky P Wibowo Kepala Grup Sistem Pembayaran Retail dan Keuangan

Saat ini boleh jadi sebagian kalangan merasa kurang praktis membawa uang tunai ketika bepergian. Risiko tidak aman hingga perilaku konsumtif membuat transaksi uang tunai makin tidak efisien.

Tidak hanya masyarakat, pemerintah pun boleh dibilang kurang nya-man bertransaksi secara tunai karena kompleksitas penge lo laannya.

Untuk itu Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran mendorong perluasan implementasi nontunai ke seluruh pe-mangku kepentingan.

Salah satu program yang diinisiasi oleh BI adalah elektronifi-kasi, yaitu upaya mengubah pembayaran tunai menjadi nontu-nai dan meng ubah transaksi dari manual menjadi elektronik. Sasaran utama elektronifikasi saat ini adalah transaksi yang bersifat ritel yang masih didominasi uang tunai.

Elektronifikasi merupakan bagian dari program keuang-an inklusif yang diinisiasi Bank Indonesia. Tujuannya, untuk memperluas akses keuangan, khususnya bagi masyarakat bawah yang belum tersentuh layanan keuang an (unbanked) atau belum optimal dalam

menggunakan layanan keuangan (underbanked). Bank Indonesia mengembangkan berbagai

program elektronifikasi, antara lain pembayaran untuk transportasi dan jalan tol serta transaksi antara pemerintah dan individu. Sementara program elektronifikasi untuk tujuan keuang an inklusif bertumpu pada Layanan Keuangan Digital (LKD).

Dalam mengembangkan program elektronifikasi dan keuang-an inklusif, Bank Indonesia mendorong industri untuk berinovasi. Adanya inovasi menjadikan layanan pembayaran menjadi efisien, terjangkau, dan lebih mampu memenuhi keinginan konsumen. Namun, inovasi tetap harus mengedepankan keamanan, miti-gasi risiko, serta perlin dungan konsumen. n

Perluas Akses dengan Elektronifikasi

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

9

SOROT

Jelang 100 Persen Elektronifikasi Jalan Tol

Veny Tamarind Peneliti Sistem Pembayaran Ritel dan Keuangan Inklusif

Kehadiran jalan tol tidak dapat dipungkiri telah mampu memberikan kemudahan akses menghubungkan satu kota dan kota lainnya. Kini

Jakarta–Bandung bisa ditempuh dengan waktu 3 jam bahkan Jakarta–Cirebon kini bisa ditempuh dalam waktu 3-4 jam dengan hadirnya jalan tol yang terhubung antarkota. Tentunya ini bisa dicapai bila tidak ada antrean panjang di gerbang tol untuk mengaksesnya. Salah satu alternatif yang ditawarkan untuk membantu kelancaran dalam perjalanan adalah penggunaan

uang elektronik untuk membayar di jalan tol. Pembayaran dengan uang tunai yang membutuhkan waktu 4 detik dapat dipersingkat menjadi 2 detik dengan uang elektronik. Namun, lebih sering kita lihat pengguna jalan tol lebih rela mengantre di jalur tunai daripada memilih jalur nontunai yang terlihat lebih longgar.

Oleh karena itu, Bank Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memandang perlu untuk mempercepat penetrasi penggunaan layanan nontunai di 35 ruas tol yang saat ini baru mencapai 23-25 persen. Caranya, dengan menghadirkan sistem pembayaran nontunai yang aman, cepat, dan efisien di seluruh ruas tol. Elektronifikasi pembayaran tol akan membawa manfaat baik bagi

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

ED

ISI

65

TA

HU

N V

II/2

017

10

SOROT

pengguna maupun bagi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) atau operator. Dari sisi pengguna, membayar secara nontunai akan memberi masyarakat rasa aman karena jumlah yang dibayar akurat sesuai dengan tarif. Selain itu, proses transaksi juga jauh lebih cepat serta nyaman karena tidak diperlukan waktu tambahan untuk menghitung uang, tidak ada uang kembalian, dan tidak ada risiko uang terjatuh. Sedangkan, bagi BUJT elektronifikasi pembayaran akan memberikan efisiensi biaya operasional dengan mengurangi cash handling. Selain itu juga menurunkan paling tidak 4 risiko, yaitu risiko fraud karena masih ada proses manual yang dilakukan oleh manusia; risiko kesalahan penghitungan penerimaan dan pengembalian; risiko penerimaan uang palsu; dan risiko keamanan sewaktu pengumpulan uang tunai.

Menuju elektronifikasi jalan tolAgenda elektronifikasi jalan tol memiliki visi sampai

kepada penerapan Multi Lane Free Flow (MLFF), yaitu transaksi pengguna tanpa harus menghentikan atau menurunkan kecepatan kendaraannya yang ditargetkan akan tercapai pada akhir 2018. Namun, pentahapan yang cermat diperlukan untuk mempersiapkan berbagai aspek mulai dari infrastruktur, model bisnis, regulasi, sampai dengan pemahaman, dan kesiapan pengguna.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

ED

ISI

65

TA

HU

N V

II/2

017

11

Langkah awal adalah menerapkan elektronifikasi jalan tol 100 persen, yaitu ketika seluruh masyarakat didorong untuk bertransaksi nontunai menggunakan uang elektronik. Untuk mencapai target itu, Bank Indonesia, BPJT, BUJT, dan perbankan melakukan edukasi dan sosialisasi secara masif. Pengguna jalan tol pun dapat melakukan transaksi nontunai di seluruh gardu. Akses untuk memperoleh dan mengisi ulang (top-up) saldo uang elektronik pun diperluas.

Selanjutnya akan diwujudkan lingkungan saling interkoneksi dan interoperabilitas di antara produk uang elektronik sehingga layanan nontunai di jalan tol dapat berasal dari uang elektronik berbagai bank. Tahapan ini menjadi sangat penting guna mengawal transisi masyarakat menuju kewajiban nontunai pada Oktober 2017 yang akan diatur oleh Kementerian PUPR.

Ajakan menggunakan uang elektronik di jalan tol, promosi diskon kartu perdana dan diskon tarif, serta penyelenggaraan event dilakukan untuk mempopulerkan kemudahan uang elektronik di jalan tol. Hasilnya terlihat dari peningkatan penetrasi elektronifikasi jalan tol yang naik ke 28% pada Juni 2017 dan mencapai 33,16% selama arus mudik Lebaran. Sebelumnya, pada April 2017 hanya tercatat sebesar 22%. Bahkan pada ruas Tol Dalam Kota Jakarta dan Jakarta Outer Ring Road (JORR) pada periode arus mudik dapat mencapai 40%. Perkembangan positif ini

mengindikasikan masyarakat menyambut baik rencana penerapan elektronifikasi jalan tol dengan mulai beralih kepada pembayaran nontunai menggunakan uang elektronik.

Bersamaan dengan itu, akan dilakukan integrasi pembayaran antarruas tol yang menghubungkan seluruh operator jalan tol dan seluruh bank yang menyediakan layanan pembayaran nontunai. Sehingga pengguna cukup tapping satu kali pada saat masuk dan keluar tol.

Pada akhirnya, dengan terbentuknya masyarakat yang terbiasa membayar secara nontunai dan didukung sistem pembayaran yang terintegrasi akan mengantarkan tercapainya MLFF. n

SOROT

Proses transaksi juga jauh lebih cepat serta nyaman karena tidak diperlukan waktu tambahan untuk menghitung uang, tidak ada uang kembalian, dan tidak ada risiko uang terjatuh.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

12

SOROT

Woro Widyaningrum Analis Kebijakan Sistem Pembayaran

Kartu kredit. Ya, siapa yang tidak mengenalnya pada era ‘serbamudah’ ini? Hanya dengan menggeseknya, kita bisa mendapatkan jam tangan

menawan, gadget idaman, barang impian lainnya hingga berwisata ke berbagai destinasi yang menarik. Sayangnya, kemudahan bukan berarti segalanya indah. Banyak cerita pahit di balik penggunaan kartu ini yang terus terjadi, salah satunya adalah naiknya kredit macet (Non Performing Loan/NPL) pada kartu kredit. Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi peningkatan NPL kartu kredit terutama pada kelompok nasabah dengan credit limit segmen bawah (<Rp 5 juta). Bukan hanya itu, menurunnya transaksi kartu kredit juga terus terjadi seiring dengan berlanjutnya perlambatan ekonomi.

Mencermati kondisi ekonomi terkini, Bank Indonesia menilai, batas maksimum suku bunga kartu kredit saat ini (2,95 persen per bulan atau 35,40 persen per tahun) perlu ditinjau ulang karena dikhawatirkan dapat membebani masyarakat penggunanya. Bahkan, dapat memicu peningkatan risiko kredit sekaligus mengurangi tingkat penggunaan kartu kredit. Hingga akhirnya pada bulan Desember 2016, Bank Indonesia melakukan penyesuaian ketentuan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu. Ketentuan ini mengatur tentang penurunan batas maksimum suku bunga kartu kredit dan penetapan kewajiban penyampaian closing statement oleh penerbit kartu kredit kepada nasabah yang menutup kartu kreditnya.

Batas maksimum suku bunga kartu kredit yang diatur dalam ketentuan tersebut diturunkan menjadi 2,25 persen per bulan atau 26,95 persen per tahun. Langkah ini diambil dalam rangka penyesuaian dengan stance pelonggaran moneter dan kondisi industri saat ini. Sementara suku bunga kartu kredit yang ditetapkan industri cenderung berada di batas maksimum (capping) sebesar 2,95% per bulan. Diharapkan dengan penurunan batas maksimum suku bunga kartu kredit ini, industri menjadi lebih efisien. Hal ini seiring dengan menurunnya NPL yang semestinya diikuti dengan penurunan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) yang merupakan salah satu komponen terbesar dalam struktur biaya kartu kredit.

Bank Indonesia senantiasa memastikan suku bunga kartu kredit tidak membebani masyarakat pengguna, mampu menjaga keberlangsungan industri perbankan, dan tidak memicu perilaku pengambilan risiko secara berlebihan. Untuk jangka menengah, diharapkan penurunan tersebut juga dapat memberikan kontribusi positif dalam mendorong pemulihan ekonomi, khususnya dari sektor rumah tangga.

Besaran suku bunga ini dapat dievaluasi kembali sepanjang kondisi perekonomian

Kabar Baik Bagi Pengguna Kartu Kredit

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

13

SOROT

diyakini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Selain itu, upaya penurunan suku bunga kartu kredit juga menjaga konsistensi Bank Indonesia untuk mendorong penggunaan instrumen nontunai dalam rangka GNNT (Gerakan Nasional Nontunai).

Ketentuan ini tentu memberikan dampak positif kepada para nasabah dan penerbit. Penerbit kartu kredit tidak perlu khawatir penurunan batas maksimum dapat memangkas pendapatan kartu kreditnya. Dengan bunga yang lebih rendah, justru

pengguna kartu kredit dapat meningkatkan transaksinya sehingga pendapatan berbasis komisi juga meningkat.

Sejak ketentuan ini diterbitkan, Bank Indonesia memberlakukan masa transisi selama enam bulan bagi bank dan penerbit kartu kredit untuk menyesuaikan baik dari sisi teknologi informasi maupun rencana bisnisnya. Bank Indonesia juga akan memastikan laju penurunan suku bunga dapat berlangsung secara terukur agar bisnis kartu kredit tidak terganggu. n

Mulai Juni 2017, batas maksimum kartu kredit diturunkan menjadi 2,25 persen per bulan atau 26,95 persen per tahun.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

14

SOROT

Ardina Ayu Dwiratna Analis Kebijakan Sistem

Pembayaran

Salah satu upaya Bank Indonesia untuk memperkuat perlindungan konsumen

bagi pengguna kartu kredit adalah dengan melakukan penyesuaian ketentuan Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK). Ketentuan ini tidak hanya mengatur tentang

penurunan batas maksimum suku bunga kartu kredit, tetapi juga mengatur penetapan kewajiban penyampaian konfirmasi resmi yang berupa

closing statement oleh penerbit kartu kredit kepada pengguna yang menutup kartu kreditnya.

Sebelumnya, beberapa masalah sering muncul ketika pengguna telah melakukan penutupan kartu kredit, seperti pemberian tagihan yang berujung pada

masuknya pengguna dalam Daftar Hitam BI. Meskipun penerbit kartu kredit telah terbuka dalam prosedur penutupan, secara umum penerbit belum memberikan closing

statement akan penutupan tersebut kepada pengguna. Sekarang, pengguna yang akan menutup kartu kreditnya wajib menginformasikan kepada penerbit kartu kredit agar closing

statement diterbitkan sehingga terhindar dari kewajiban pembayaran di kemudian hari. Closing statement kepada pengguna sekurang-kurangnya memuat pernyataan bahwa

fasilitas kartu kredit yang diberikan telah diakhiri dan/atau ditutup serta pengguna telah menyelesaikan seluruh kewajiban kepada penerbit. Disertakan pula pernyataan bahwa pengguna tidak akan dikenakan biaya dalam bentuk apa pun di kemudian hari sehubungan dengan fasilitas kredit yang telah diakhiri dan/atau ditutup. Penyampaian closing statement oleh penerbit disampaikan dalam bentuk tertulis, baik berupa surat maupun surat elektronik dan harus tiba di alamat pengguna paling lambat 10 hari kerja setelah tanggal pengakhiran dan/atau penutupan fasilitas kartu kredit diberlakukan oleh penerbit.

Dengan diterapkan peraturan ini, pengguna kartu kredit diharapkan akan lebih terlindungi. Di sisi lain, upaya ini juga mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan kartu kredit sehingga penggunaannya di masyarakat meningkat. n

Jangan Asal Gunting Kartu KreditClosing statement diterbitkan

sehingga pengguna terhindar

dari kewajiban

pembayaran di

kemudian

hari.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17 M

AJA

LAH

IN

TE

RN

A B

AN

K I

ND

ON

ESI

A |

Gera

iinfo

ed

isi

64

20

17

15

SOROT

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

16

SOROT

Kristianus Pramudito Pengawas KUPVA BB

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, dunia semakin tampak tanpa batas. Kehidupan

masyarakat pun menjadi semakin dinamis dengan banyaknya kegiatan lintas negara yang dilakukan, seperti wisata mancanegara, investasi lintas bangsa, menuntut ilmu di luar negeri, dan masih banyak lagi. Sudah pasti, masyarakat memerlukan Uang Kertas Asing (UKA) sebagai sarana untuk bertransaksi di negara tujuan. Perlu kita pahami bahwa UKA merupakan salah satu aset finansial yang dapat digunakan dalam transaksi internasional. Oleh karena itu, UKA atau dikenal pula dengan istilah valuta asing atau banknotes merupakan salah satu bentuk devisa negara.

UKA dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain dengan membawanya dari negara asal atau menukarkan rupiah yang dimilikinya di lembaga keuangan berizin. Selain bank, masyarakat dapat memperoleh UKA dari penyelenggara Kegiatan Usaha

Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau money changer berizin.

Pada 7 Oktober 2016, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.18/20/

PBI/2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.

Berdasarkan peraturan tersebut, setiap badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai penyelenggara KUPVA BB di Indonesia wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia. Selain itu, diatur pula kewajiban penyelenggara KUPVA BB untuk menerapkan prinsip perlindungan konsumen demi keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi.

Di sisi lain, seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap UKA, usaha KUPVA BB merupakan peluang bisnis alternatif yang dapat dipilih oleh pengusaha di Indonesia. Potensi tersebut dapat terlihat dari masih terkonsentrasinya penyelenggara KUPVA BB berizin di DKI Jakarta, Bali, dan Kepulauan Riau. Pertum buhannya pun diharapkan dapat mendukung kewajiban penggunaan rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih Dekat dengan KUPVA BB

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

17

SOROT

Mengapa harus berizin? Perlu disadari bahwa lembaga keuangan

memiliki risiko dan kerentanan dalam tingkat tertentu untuk dijadikan sebagai sarana dilakukannya kejahatan, di antaranya pencucian uang dan pendanaan terorisme. Indonesia mendukung rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) yang digagas oleh Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF). Saat ini, Indonesia telah keluar dari grey list FATF dan tengah berjuang untuk memperoleh keanggotaan dalam FATF.

Masyarakat tentu tidak ingin kehidupannya dibayang-bayangi oleh tindak kejahatan, termasuk dalam melaksanakan penukaran UKA. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk melakukan transaksi penukaran UKA di penyelenggara KUPVA BB berizin. Sebaliknya, penukaran UKA dengan penyelenggara KUPVA BB yang tidak berizin memiliki risiko yang tinggi dalam berbagai aspek, termasuk potensi kerugian finansial dan pelanggaran hak konsumen. Bank Indonesia senantiasa melakukan pengawasan secara efektif dan intensif terhadap penyelenggara KUPVA BB.

Pengawasan dilakukan untuk menjamin kepatuhan penyelenggara terhadap peraturan perundang-undangan dan mencegah KUPVA BB dimanfaatkan sebagai sarana pencucian uang serta pendanaan terorisme.

Selain itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan Bareskrim Polri melakukan pe ner tiban terhadap pelaku KUPVA BB yang beroperasi tanpa memiliki izin. Dengan demikian, diharapkan dapat terciptanya pasar valuta asing domestik yang sehat dan bebas dari tindak kejahatan. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui daftar penyelenggara KUPVA BB yang memiliki izin dari Bank Indonesia dapat melihat website Bank Indonesia: www.bi.go.id. Untuk memudahkan masyarakat, ciri-ciri penyelenggara KUPVA BB berizin dapat diketahui dari adanya papan nama KUPVA BB, sertifikat perizinan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dan logo KUPVA BB berizin. Logo tersebut berisi berbagai informasi dan terdapat beberapa bahasa untuk memudahkan konsumen. Masyarakat juga dapat menghubungi contact center Bank Indonesia BICARA 131 untuk melakukan pemeriksaan kembali legalitas suatu KUPVA BB. n

Selain bank, masyarakat dapat memperoleh UKA dari penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau money changer berizin.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

18

SOROT

Primitiva Febriarti Peneliti Sistem Pembayaran Ritel dan Keuangan Inklusif

Tahun 2017 menjadi tonggak dimulainya implementasi bantuan sosial (bansos) nontunai di Indonesia. Bansos nontunai tidak hanya diyakini sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi

kemiskinan di Indonesia, tetapi juga sebagai perluasan akses keuangan. Hal ini didukung besarnya potensi penerima bansos, yaitu 40% rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah atau 25,7 juta rumah tangga.

Sebelumnya, penyaluran bansos umumnya dilakukan secara tunai. Penerima akan mendatangi kantor pos dan mengantre untuk mengambil dana bansos. Mekanisme pengambilan bansos tunai ini justru dapat memberi dampak negatif yang lebih besar daripada manfaat yang diberikan. Dari sisi masyarakat, bansos tunai dirasa tidak efisien karena adanya biaya transportasi

Bansos Nontunai untuk Akselerasi Akses Keuangan

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

19

SOROT

menuju kantor pos, waktu yang terbuang untuk mengantre, serta berisiko tidak aman.

Selain itu, memegang uang tunai cenderung mendorong penerima bansos menjadi konsumtif. Sementara dari sisi pemerintah, penyaluran bansos tunai kepada penerima yang tersebar di berbagai wilayah membutuhkan usaha yang luar biasa besar. Belum lagi, potensi kebocoran juga muncul pada penyaluran tunai. Ketergantungan pada kantor pos sebagai lembaga penyalur tunggal juga berisiko pada proses penyaluran.

Untuk itu, Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran mendorong penyaluran bansos secara nontunai melalui mekanisme elektronik karena akan meningkatkan efisiensi serta keuangan inklusif. Akan tetapi, penyaluran bansos nontunai memerlukan edukasi, misalnya saja tentang cara bertransaksi. Selain itu, infrastruktur pun harus disiapkan dengan baik, khususnya jaringan listrik dan telekomunikasi.

Hal lainnya, tetap diperlukan sistem pengawasan yang dapat menjamin penyaluran bansos nontunai dapat berlangsung tepat sasaran. Pengawasan itu mengacu kepada ketentuan Perpres No 63 tahun 2017 tentang Penyaluran Bansos secara Non Tunai.

Berdasarkan perpres tersebut, terdapat empat mekanisme penyaluran bansos nontunai, yaitu registrasi/pembukaan rekening, edukasi dan sosialisasi, penyaluran, serta penarikan dana atau pengambilan subsidi di berbagai channel bank penyalur, seperti agen Layanan Keuangan Digital (LKD), ATM, dan kantor cabang bank.

Bank Indonesia pun telah memberikan perizinan/persetujuan kepada bank penerbit uang elektronik/penyelenggara LKD serta menerbitkan regulasi di bidang sistem pembayaran guna mendukung bansos nontunai.

Bank Indonesia juga mendorong bank penyalur untuk berinovasi mengembangkan instrumen pembayaran bansos nontunai berupa

Kartu Kombo yang disebut Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Kartu kombo, yang terdiri atas tabungan dan uang/dompet elektronik, juga

mendukung pengelolaan keuangan yang lebih baik bagi penerima bansos.

Meski belum berjalan sempurna, bangsa Indonesia patut berbangga atas upaya transformasi pembayaran

bansos menjadi nontunai yang mulai dilakukan. Dengan konsistensi dan niat baik semua pihak,

bansos nontunai diharapkan dapat sepenuhnya diimplementasikan di Indonesia. n

Bansos secara nontunai melalui

mekanisme elektronik karena akan

meningkatkan efisiensi serta keuangan

inklusif.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

20

GEMA

Arditya Dinar Fiskiawan Satuan Tugas IMF-WB Annual Meetings

Oktober 2018 akan menjadi salah satu momentum penting bagi perekonomian Indonesia. Saat itulah Indonesia ditunjuk

menjadi tuan rumah penyelenggaraan IMF-WB Annual Meetings 2018 yang akan berlangsung di Nusa Dua, Bali.

Dalam event yang juga bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut, penunjukan Indonesia sebagai penyelenggara pertemuan tahunan itu merupakan hasil dari pengajuan proposal pada 2014.

Perekonomian Indonesia yang reformed, resilient, dan progressive, didukung dengan sarana infrastruktur dan fasilitas, serta stabilitas politik dan keamanan yang baik menjadikan Indonesia memenuhi kriteria untuk menjadi tuan rumah perhelatan tersebut.

Penyelenggaraan IMF-WB Annual Meetings 2018 dapat menjadi kesempatan yang strategis dan bermanfaat bagi pene rimaan devisa Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, pertemuan yang rencananya dihadiri otoritas dan pelaku sektor keuangan dari 189 negara anggota IMF-WB akan memberikan potensi devisa yang cukup tinggi. Ini karena peserta yang akan hadir diperkirakan berjumlah 15 ribu

IMF-WB Annual Meetings 2018

Menghadirkan Potensi Devisa

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

21

GEMA

orang. Dengan kedatangan belasan ribu orang

tersebut, kontribusi penerimaan negara diperkirakan tidak hanya dari kehadiran, tetapi juga dari aktivitas sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan IMF-WB Annual Meetings 2018. Aktivitas tersebut, di antaranya adalah pertemuan sektor swasta, transportasi dan akomodasi, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, serta wisata alam dan budaya.

Sementara, dalam jangka panjang, IMF-WB Annual Meetings 2018 diperkirakan juga dapat menjadi celah penerimaan devisa negara dalam beberapa hal. Dari sisi alih pengetahuan, Indonesia dapat belajar mengenai penyelenggaraan ajang internasional. Menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri ratusan negara memerlukan sinergi banyak pihak di level nasional untuk dapat memberikan kesan yang baik dan terorganisasi dalam pengelolaan acara.

Selain itu, pertemuan yang akan melibatkan sejumlah stakeholders, seperti kalangan swasta, akademisi, think tank, anggota parlemen, NGO, dan media dari berbagai negara ini juga dapat membuka peluang investasi. Dikenalnya produk lokal yang berdaya seni tinggi akan menciptakan celah investasi dan transaksi perdagangan yang dapat memajukan produktivitas nasional. Bukan hanya itu, konsekuensi serupa juga akan memajukan pariwisata Indonesia di mata dunia, khususnya Bali.

Pariwisata merupakan penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang pa-ling mudah, cepat dan murah. Terakhir, penyelenggaraan pertemuan ini akan me nun-jukkan peningkatan leadership Indonesia dalam ajang internasional dan pembahasan isu-isu global. Indonesia diharapkan dapat mempresentasikan Asia sekaligus mengukuhkan posisi di kawasan. n

Penyelenggaraan IMF-WB Annual Meetings 2018 dapat menjadi kesempatan yang strategis dan bermanfaat bagi penerimaan devisa Indonesia.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

22

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17INFOGRAFISi

23

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

INFOGRAFIS ii

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

24

KLIK

Perlahan tetapi pasti, transaksi nontunai mulai disosialisasikan di masyarakat. Beragam kemudahan menjadi daya tarik transaksi

ini. Tanpa perlu repot menghitung lembaran uang, transaksi nontunai menawarkan cara pembayaran yang praktis melalui sebuah kartu atau APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu).

APMK terbagi atas kartu ATM atau debit, dan kartu kredit. Meski penggunaan kedua kartu tersebut telah hadir dalam sejumlah transaksi, tetapi masyarakat harus paham akan kegunaan masing-masing kartu. Perbedaan karakteristik, manfaat, dan kekurangan dari kedua APMK tersebut dapat menjadi referensi agar masyarakat dapat memilih kartu sesuai dengan kebutuhan dalam penggunaannya.

Kartu ATM atau debit lazim dimiliki masyarakat yang memiliki rekening pada sebuah bank. Sumber dana kartu ini berasal dari simpanan pemegang pada bank tersebut dan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi. Dalam penggunaannya, ada beberapa biaya yang akan dikenakan kepada pemegang, misalnya biaya administrasi (pada kartu ATM) dan biaya transfer antarbank. Dengan menggunakan kartu ini akan mempermudah serta mempercepat transaksi melalui mesin ATM, seperti tarik tunai, cek saldo, dan transfer. Manfaat lainnya, yakni mempermudah transaksi berbelanja tanpa harus membawa uang tunai. Meski memiliki sejumlah manfaat, masyarakat juga harus mengetahui risiko dari penggunaan kartu ini.

Semakin Mengenal APMK

Erma Kusumawati Analis Senior Sistem Pembayaran Retail dan Keuangan Inklusif

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

25

KLIK

Penggunaan kartu yang tidak tepat, misalnya menitipkan pada orang lain untuk melaku kan tran saksi, menjadi celah penyalah-gunaan kartu ini. Data pemegang juga rentan disalahgunakan dalam fraud pencurian data.

Kartu lainnya yang merupakan APMK adalah kartu kredit. Karakteristik kartu ini memiliki fitur untuk berbelanja pada merchant atau tarik tunai di ATM. Sumber dana kartu ini berasal dari pinjaman (kredit) yang diberikan penerbit kartu. Memiiki kelebihan yang se-rupa dengan kartu ATM dan debit dalam hal kemudahan dan praktis, kartu kredit juga memiliki keunggulan lainnya. Biasanya terdapat beberapa penawaran menarik dari penerbit

(diskon, reward, dan lainnya). Namun, masyarakat juga harus waspada penggunaan kartu kredit ka re-

na rentan disalahgunakan dan berpotensi terjadi fraud pencu rian

data. Ri siko lainnya dalam peng-gunaan kartu ini adalah terdapat bia ya tahunan yang akan dikenakan ke pada pemegang dan jika pemegang membayar ta gihan setelah batas wak tu atau secara angsuran maka akan dikenakan bunga.

Dengan semakin mengenal jenis-jenis APMK, diharapkan semakin memudahkan masyarakat dalam ber tran saksi dan menjadi pilihan masyarakat dalam mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai. n

Semakin Mengenal APMK

26

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17POTRET

Gusti Raizal Eka Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Riau

Posisi Batam dan kepulauan di sekitarnya yang merupakan wilayah perbatasan negara menjadikan transaksi valuta asing di kawasan ini terbilang tinggi. Besarnya kebutuhan akan mata uang asing melahirkan

ratusan penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau biasa disebut money changer di hampir semua tempat di bawah naungan Kantor Perwakilan (KPw) BI Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Jumlah KUPVA BB di bawah KPw BI Provinsi Kepri terus meningkat dari 142 kantor pada 2015 menjadi 247 kantor pada 2016. Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 251 kantor dan kantor cabang KUPVA BB pada 2017.

Tak dipungkiri, mayoritas perusahaan KUPVA BB terkonsentrasi di Batam yang tahun ini berjumlah 160 perusahaan di antaranya 24 perusahaan di Tanjung Pinang dan Bintan, serta 17 lainnya di Karimun. Dengan jumlah sebanyak ini pengawasan transaksi dan operasional valuta asing adalah sesuatu yang sangat menantang.

Pengawasan tak bisa hanya dilakukan oleh Bank Indonesia, KPw Kepri lalu menggandeng rekan-rekan dari asosiasi KUPVA. Jauh sebelum PBI No.18/20/PBI/2016 terbit, KPw Kepri sudah berkolaborasi dengan para pelaku usaha untuk memperketat pengawasan valuta asing.

Berdasarkan PBI No.18/20/PBI/2016 dan SE No.18/42/DKSP perihal Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank, KUPVA BB yang saat ini belum memperoleh izin dari Bank Indonesia memiliki kesempatan untuk segera mengajukan izin paling lambat tanggal 7 April 2017. Setelah berakhirnya batas waktu tersebut, Bank Indonesia akan mendukung dan bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), serta Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam operasi penertiban.

KUPVA BB ilegal biasanya beroperasi tanpa mengantongi izin BI, tanpa kantor, dan tanpa membayar pajak. Padahal, sejatinya perizinan di Bank Indonesia bisa diurus tanpa dipungut biaya. Para pelaku usaha yang terhimpun dalam

Jurus Jitu Menangkis KUPVA BB Ilegal

27

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

POTRET

asosiasi KUPVA BB paham betul bahwa keberadaan KUPVA BB ilegal bisa mengancam keberlangsungan KUPVA BB resmi.

SosialisasiPengaturan perizinan bagi KUPVA BB

menjadi sangat penting untuk memudahkan pengawasan. Selain untuk pengembangan industri yang sehat dan efisien, fungsi penga-turan dan pengawasan sangat diperlu kan dalam mencegah dimanfaatkannya KUPVA BB untuk pencucian uang, pendanaan terorisme, atau kejahatan lainnya (extraordinary crime).

Di sisi lain, KPw Kepri berupaya mensosialisasikan pentingnya legalitas dalam menjalankan usaha penukaran uang asing. Ajakan-ajakan persuasif

juga dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan beroperasinya KUPVA BB ilegal.

Walau demikian, upaya-upaya preventif rupanya masih menyisakan celah untuk dilakukannya pelanggaran. KUPVA BB disalahgunakan sebagai kendaraan transaksi judi, pencucian uang, atau jual beli narkoba.

Beberapa kasus terkuak dan kini sedang diproses secara hukum. Ada juga temuan tindak pidana pencucian uang hasil narkoba pada 2016 yang diungkap oleh Badan Narkotika Nasional. Pemilik dan pengurus KUPVA BB yang juga mengelola perusahaan remitansi dipidanakan.

Terakhir, KPw Kepri belum lama ini mengadakan pembinaan terhadap pengurus KUPVA BB yang terlibat pelanggaran. BI meminta operasional perusahaan tersebut ditutup karena pengurusnya tengah menjalani proses hukum.

Kasus-kasus itu terjadi karena pelaku berkegiatan tanpa mencatat transaksinya di rekening KUPVA melainkan di rekening pribadi. Sebagai antisipasi kejadian serupa, BI meminta pemilik KUPVA BB membuat pernyataan bahwa setiap transaksi harus tercatat di rekening KUPVA. Sedangkan, para pelanggarnya harus menghadapi konsekuensi hukum dan menutup tempat usahanya. n

KUPVA

Berdasarkan PBI, KUPVA BB yang belum memperoleh izin dari Bank Indonesia memiliki kesempatan untuk segera mengajukan izin, maksimal pada tanggal 7 April 2017.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17ENSIKLOPEBI

MULTI LANE FREE FLOW (MLFF): transaksi pembayaran jalan tol yang dilakukan oleh pengguna tanpa harus menghentikan atau menurunkan kecepatan kendaraan

KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK (KUPVA BB): kegiatan usaha yang meliputi kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan beli Uang Kertas Asing (UKA) serta pembelian cek pelawat.

REGULATORY SANDBOX: Laboratorium yang akan digunakan oleh pelaku bisnis dan regulator untuk melakukan pengujian terhadap produk atau model bisnis, serta merupakan sarana bagi Bank Indonesia untuk memfasilitasi pengembangan inovasi dan menguji kebijakan yang akan dikeluarkan.

UANG KERTAS ASING (UKA): uang kertas dalam valuta asing yang resmi diterbitkan oleh suatu negara di luar Indonesia yang diakui sebagai alat pembayaran yang sah negara bersangkutan.

FINANCIAL STABILITY BOARD (FSB): lembaga multilateral yang ditugaskan oleh negara-negara G20 untuk mereformasi sistem keuangan global

LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD): kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik, tapi dengan menggunakan sarana teknologi antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga (agen), dengan target layanan masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan (unbanked) dan masyarakat yang belum optimal dalam menggunakan layanan keuangan (underbanked).

KEUANGAN INKLUSIF: suatu bentuk pendalaman layanan keuangan untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal, seperti sarana menyimpan uang yang aman, transfer, menabung ataupun pinjaman dan asuransi.

ELEKTRONIFIKASI: upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran tunai menjadi pembayaran nontunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif

28

Upload foto selfie kamu di instagram bersama

majalah dan cantumkan #geraiinfo_bi

Foto terbaik akan ditampilkan

di majalah Gerai Info edisi

selanjutnya dan mendapatkan

hadiah menarik.

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

29

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

SOSOK

Mohammad Sofyan Direktur Operasional I Jasa Marga

Untuk mencapai target implementasi elektronifikasi 100 persen di jalan tol pada Oktober 2017, Bank Indonesia bersama Badan Pengatur Jalan

Tol (BPJT), Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), serta pihak perbankan telah mengintensifkan kampanye, baik dalam tataran lokal maupun nasional. Upaya tersebut berhasil meningkatkan penetrasi transaksi nontunai misalnya di area jalan tol Jabodetabek yang menjadi 33 persen pada Juni 2017.

Capaian tersebut tentu saja merupakan perkembangan positif karena ini mengindikasikan, masyarakat mulai menyadari manfaat dari transaksi nontunai di jalan tol, khususnya saat menggunakan uang elektronik.

Untuk mensukseskan implementasi elektronifikasi tol tersebut, Jasa Marga yang terlibat merencanakan, membangun, mengoperasikan, dan memelihara jalan tol turut andil dalam program bersama ini.

Saat ini dari seluruh jalan tol sepanjang 1.550 kilometer yang beroperasi, perseroan telah memiliki 950 gardu tol. Sebanyak 47 persen di antaranya merupakan gardu tol otomatis. Seluruh gardu tol Jasa Marga dapat melayani pembayaran elektronik. Namun, penggunanya baru 33 persen. Untuk para pengguna jalan tol, dalam masa transisi dapat mempersiapkan diri untuk mengubah kebiasaan membayar tunai menjadi nontunai.

Atas pemberlakuan sistem pembayaran 100 persen nontunai di gardu tol seluruh Indonesia, dalam kesepakatan bersama, Jasa Marga telah dipastikan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. Sejak 2009 pun perseroan sudah mulai menerapkan sistem pembayaran nontunai. Justru Jasa Marga berencana akan

menambah karyawan lebih banyak. Sebab saat ini, perusahaan sedang menyelesaikan pembangunan tol sepanjang 600 kilometer yang diperkirakan akan selesai pada 2019.

Meskipun telah beralih ke sistem pembayaran nontunai, karyawan nantinya tetap memiliki tanggung jawab di jalan tol. Salah satunya, membantu pengguna jalan tol ketika menghadapi masalah teknis. Apalagi masih ada anggapan elektronifikasi itu hanya bisa dilakukan di gardu tol otomatis. Padahal di gardu tol manual pun sebenarnya hal tersebut bisa digunakan. n

Dorong Masyarakat Bertransaksi Nontunai

Untuk para pengguna jalan tol, dalam masa transisi dapat mempersiapkan diri untuk mengubah kebiasaan membayar tunai menjadi nontunai.

30

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17SOSOK

Herry Trisaputra Zuna Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)

Sejak April 2016, Presiden Jokowi telah memberikan arahan terkait transaksi pembayaran di jalan tol. Intinya, Presiden meminta

agar antrean di gerbang tol dihilangkan dan semua transaksi dilakukan dengan aplikasi-aplikasi sensorik yang langsung terhubung dengan pihak perbankan.

Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah menyepakati inisiatif elektronifikasi di jalan tol secara bertahap dan menandatangani kesepakatan bersama pada 31 Mei 2017.

Dalam program bersama dengan Bank Indonesia untuk mensukseskan 100 persen elektronifikasi pada Oktober 2017, BPJT turut terlibat untuk mengubah perilaku masyarakat yang suka membayar tunai menjadi tanpa transaksi dan interaksi.

Untuk itu, ada sejumlah tahap yang perlu dilakukan, yaitu mengubah cara-cara manual menjadi elektronik. Dari sisi peralatan pun akan diubah strukturnya,

dari semula manual berubah menjadi hibrida (tunai dan nontunai). Ini merupakan tantangan paling besar. Namun, karena dilakukan bersama-sama maka diperkirakan upaya tersebut akan terwujud pada Oktober nanti.

Yang perlu juga disoroti adalah langkah integrasi yang bukan sekadar menggabungkan, melainkan ada hal fundamental lain untuk memba ngun interkoneksi dan interoperabilitas masing-masing badan usaha.

Selanjutnya adalah upaya mengubah mekanisme. Ini karena adanya perubahan konfigurasi di lapangan, sehingga peranti nontunai lebih banyak dari hibrida, serta adanya kemudahan top up, termasuk top up secara elektronik. Pada Oktober nanti masyarakat akan dipaksa menggunakan

sistem pembayaran nontunai secara keseluruhan.

Untuk mempermudah langkah elektronifikasi ini, Bank Mandiri,

Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Central Asia (BCA) disertakan untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mewajibkan pembayaran tol secara nontunai. Setelah itu

menyusul Bank DKI, Nobu Bank, dan Bank Mega mulai Desember.

Sedangkan, untuk melancarkan pem bayaran tol nontunai, BPJT terus mendorong penerapan multi lane free flow (MLFF), yaitu proses pembayaran tol tanpa henti atau pengguna jalan tol tidak harus menghentikan kendaraan di gerbang tol. n

Tanpa Antrean dengan Transaksi Nontunai

BPJT turut terlibat untuk mengubah perilaku masyarakat yang suka membayar tunai menjadi nontunai.

31

E

DIS

I 6

5 T

AH

UN

VII

/20

17

SOSOK

Tanpa Antrean dengan Transaksi Nontunai

RUBRIKASI

ED

ISI

65

TA

HU

N V

II/2

017