jean-paul sartre_pintu tertutup.pdf

Upload: nanda-aria

Post on 06-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    1/24

    Pintu Tertutup Halaman

    JEAN PAUL SARTRE

    PINTU TERTUTUP

    PARA PELAKU:

    - PELAYAN

    - GARCIN

    - INEZ

    - ESTELLE

    ADEGAN

    Sebuah kamar duduk yang diberi perabot gaya Empire Kedua. Sebuah patung kecil dari perunggu masif terletak

    atas pinggir perapian.

    GARCIN : (masuk diantar oleh seorang pelayan, sambil memperhatikan keadaan sekitarnya) Hm. Jadi

    sini.

    PELAYAN : Ya, Tuan Garcin.GARCIN : Jadi begini rupanya.

    PELAYAN : Ya.

    GARCIN : Kulihat, perabot-perabot gaya Kerajaan Kedua...Yah, nanti orang juga terbiasa dengan ini.PELAYAN : Ada yang bisa, ada yang tidak.

    GARCIN : Kamar-kamar lainnya juga seperti ini?

    PELAYAN : Tentu saja tidak. Kami mempersiapkan untuk macam-macam bangsa: Cina, India, misalnya. Bu

    apa kursi gaya Kerajaan Kedua.GARCIN : Dan aku, buat apa bagiku, kira-kiramu? Kau tahu siapa aku?...Ah, tapi ini tidak penting. Seca

    terus terang, aku sudah biasa hidup di antara perabot-perabot yang tidak kusenangi dan berada

    dalam kedudukan tidak enak. Bahkan kadang-kadang aku senang. Kedudukan yang tidak enadalam sebuah kamar-kamar gaya Louis Philip – kau tahu gaya itu, kan? Ada juga gunanya.

    PELAYAN : Tuan akan tahu, tinggal dalam sebuah kamar duduk gaya Kerajaan Kedua, juga ada gunanya.

    GARCIN : Betul? ....Ya, ya...tapi aku betul-betul tidak menyangka – akan begini. Kau tahu apa cerita-ceriorang di bawah sana?

    PELAYAN : Tentang apa?

    GARCIN : Tentang (membuat gerakan besar ) ....Ini tempat ini.PELAYAN : Ah, Tuan, masakan Tuan percaya pada cerita-cerita begitu? Cerita orang yang sekalipun belu

     pernah kemari. Sebab kalau mereka ....

    GARCIN : Memang. (keduanya ketawa. Tiba-tiba ketawa itu lenyap dari wajah Garcin)  Tapi, alat-al

     penyiksa mana?PELAYAN : Alat-alat apa?

    GARCIN : Bangku tempat menyiksa, besi rajam yang merah api dan alat-alat lainnya.

    PELAYAN : Tuan suka berolok-olok.GARCIN : Berolok-olok? O, begitu. Tidak, aku tidak berolok-olok. (diam sebentar. Ia berjalan sekit

    kamar) Kulihat, tidak ada cermin sama sekali. Tidak ada jendela. Masuk akal. Dan tidak ada yan

     bisa pecah. (dengan marah) Tapi, kenapa sikat gigiku diambil. Persetan.PELAYAN : Bagus. Jadi Tuan rupanya belum dapat melepaskan – apa namanya? – Ah, ya, martabat manusi

    Maaf aku harus tersenyum.

    GARCIN : Kuharap kau sedikit lebih sopan. Aku tahu betul dalam keadaan apa aku, tapi aku tidak sudi..

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    2/24

    Pintu Tertutup Halaman

    PELAYAN : Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud menghina Tuan. Tapi semua tamu kami menanyaka

     pertanyaan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan konyol. Maaf, aku berkata begitu. Mana kam

     penyiksa? Itu pertanyaan pertama mereka. Mereka tidak merisaukan keperluan-keperluan kam

    mandi. Tuan boleh percaya. Tapi sesudah beberapa saat, setelah mereka agak lebih lega, merekmulai ribut tentang sikat gigi dan segala macam tetek bengek. Apa Tuan tidak bisa berpik

    sedikit, Tuan Garcin. Kalau boleh aku bertanya, buat apa Tuan menyikat gigi?

    GARCIN : (Lebih tenang) Ya, kau benar. Dan perlu apa orang memandangi diri dalam kaca? Tapi baran perunggu itu, itu soal lain lagi. Mungkin nanti akan datang masa-masanya di mana matak

    terbelalak memandang nanap padanya. Menatap dengan mata terbelalak – kau menger

    maksudku? ....Baik, sekarang mari kita terus terang. Aku tahu sekali kedudukanku. Kau mau tah bagaimana rasanya? Seorang laki-laki sedang tenggelam, ia makin lemas, ia terbenam sedik

    demi sedikit, hingg hanya tinggal matanya saja lagi yang berada di atas permukaan air. Lalu ap

    yang dia lihat? Sebuah barang perunggu ciptaan – siapa namanya? – Barbediene. Sebuah pahatayang paling disenangi kolektor barang kesenian. Tak ubahnya seperti dalam sebuah mimpi nger

    Apa memang begitu maksud mereka? ....Barangkali kau diperintahkan untuk tidak menjaw

     pertanyaan-pertanyaan. Aku tidak akan memaksa. Tapi jangan lupa, Bung, aku tahu betul ap

    yang akan kuhadapi, jadi kau tidak usah menyombong kau sudah menyergap aku kala aku tidalagi waspada. Aku menghadapi keadaan, menghadapinya. (ia berjalan pulang-balik) Jadi begitu

    Tidak ada sikat gigi? Juga tidak ada tempat tidur. Jadi di sini orang tidak pernah tidur?

    PELAYAN : Betul.GARCIN : Memang seperti sudah kukira. Buat apa tidur? Semacam kelenaan menyelinap ke dalam dirim

    lalu menggelitik belakang telingamu dan merasa matamu tertutup – tapi kenapa kau harus tidu

    Kau berbaring di atas sofa dan – dalam sekejap tidur, terbang jauh-jauh. Berkilometer-kilometeLalu kau mengusap mata, bangun dan mulai dari mulai kembali.

    PELAYAN : Tuan seorang yang suka melamun.

    GARCIN : Tolong, jangan bicara...Aku tidak akan ribut-ribut, aku tidak akan menaruh kasihan pada dirik

    sendiri, aku akan menghadapi keadaan, seperti tadi telah kukatakan. Aku tidak akamembiarkannya menyergap aku dari belakang, sebelum aku sempat menaksirnya. Itu yang ka

    sebut-sebut “ngelamun” ....Singkatnya begini. Orang tidak perlu istirahat. Kenapa tidur har

    dirisaukan kalau kita tidak . Masuk akal sekali, kan? Sebentar, sebentar, ada yang tidak cocok sini – sesuatu yang tidak menyenangkan? ...Aku mengerti. Ini hidup terus-menerus.

    PELAYAN : Apa maksud Tuan?

    GARCIN : Apa maksudku? (memandang pada pelayan dengan penuh curiga) Sudah kukira. Itu makanya adsesuatu yang keji, sesuatu yang kurang ajar dalam caramu menatap aku. Lumpuh rupanya.

    PELAYAN : Maksud Tuan apa?

    GARCIN : Pelupuk matamu. Pelupuk mata kamu bergerak turun naik. Mengerjap – begitu namanya. Taubahnya bagai sebuah jendela kecil yang jatuh ke bawah lalu menghentikan segalanya. Semuany

     jadi gelap. Mata kita basah. Kau tidak tahu bagaimana melegakan, menyegarkan. Empat ribu ka

    istirahat kecil setiap jam. Empat ribu hiburan kecil – coba bayangkan....Jadi itu maksudny

    Jangan pura-pura bodoh, kau tahu maksudku. Tanpa pelupuk mata, tidak bisa tidur. Ini wajakan? Aku tiak akan pernah tidur lagi. Lalu – bagaimana aku bisa tahan sendirian? Coba faham

    Aku suka berkelakar, ini sudah sifatku – aku sering memperolok-olok tidak menyenangkan. Ta

    aku tidak bisa melakukannya terus-menerus tanpa istirahat. Di bawah sana ada apa yang disebmalam. Lalu aku tidur. Tidurku selalu pulas. Barangkali, semacam imbangan. Aku punya mimp

    mimpi kecil. Ada lapangan hijau. Lapangan biasa. Aku sering berjalan-jalan di sana ...Ap

    sekarang siang?PELAYAN : Apa Tuan tidak lihat? Lampu menyala.

    GARCIN : Ah, aku mengerti. Siang untukmu. Dan di luar?

    PELAYAN : Di luar?

    GARCIN : Persetan, kau tahu maksudku. Di balik dinding ini.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    3/24

    Pintu Tertutup Halaman

    PELAYAN : Ada lorong.

    GARCIN : Dan di ujung lorong?

    PELAYAN : Kamar, lorong lagi dan tangga.

    GARCIN : Di balik ke semuanya ini, apa?PELAYAN : Tidak ada apa-apa.

    GARCIN : Kadang-kadang kau kan juga bebas tugas. Lalu ke mana kau?

    PELAYAN : Aku berkunjung ke temapt pamanku. Dia Pelayan Kepala di sini. Kamarnya di tingkat tiga.GARCIN : Mestinya aku tahu. Mana knop lampu?

    PELAYAN : Tidak ada.

    GARCIN : Apa? Apa lampu tidak bisa dimatikan?PELAYAN : Oh, pimpinan di sini tidak memutuskan arus listrik jika mereka inginkan. Tapi seingatku itu belu

     pernah mereka lakukan di tingkat ini. Di sini persediaan listrik cukup.

    GARCIN : Jadi kita harus hidup selama-lamanya dengan mata terbuka?PELAYAN : Hidup, kata Tuan.

    GARCIN : Sudahlah, tak usah kita bertengkar soal kata. Dengan mata terbuka. Untuk selama-lamany

    Cahaya siang terus-menerus di mataku – dan di otakku. (diam sebentar) Kalau barang itu kuamb

    lalu kulemparkan ke lampu – apa ia akan mati?PELAYAN : Barang itu tidak bisa diangkat. Terlalu berat.

    GARCIN : (memegang hiasan perunggu itu lalu mencoba mengangkatnya)  Kau benar. Berat sekali. (dia

    sebentar) PELAYAN : Baiklah. Kalau Tuan tidak memerlukan aku lagi, aku akan pergi.

    GARCIN : Apa? Kau mau pergi? (Pelayan itu berjalan ke pintu)  Tunggu. Itu lonceng, kan? (pelaya

    mengangguk) Kalau aku membunyikan lonceng itu, kau harus datang?PELAYAN : Sebetulnya, memang begitu. Cuma lonceng itu tidak bisa diharapkan betul. Sambungannya ad

    yang salah, hingga dia tidak selalu mau berbunyi. (Garcin berjalan ke pintu lalu menekan kno

    lonceng. Kedengaran bunyi lonceng itu di luar)

    GARCIN : Ah, baik.PELAYAN : (heran) Ya. (ia juga menekan knop lonceng itu)  Tapi Tuan lebih baik jangan terlalu berhara

    Lonceng ini banyak tingkah. Sekarang aku harus pergi. (Garcin membuat gerakan untuk menaha

    dia) Ya, Tuan?GARCIN : Tidak, tidak usah. (ia berjalan ke pinggiran perapian lalu mengambil sebilah pisau kertas)  I

    apa?

    PELAYAN : Apa Tuan tidak lihat? Pisau kertas biasa.GARCIN : Apa ada buku di sini?

    PELAYAN : Tidak.

    GARCIN : Lalu ini buat apa? (pelayan mengangkat bahu) Baiklah. Kau boleh pergi. (pelayan pergi)

    (Garcin tinggal sendiri. Ia berjalan mendekati hiasan perunggu itu, lalu mengusap-usapny

    sambil berfikir. Ia duduk. Ia berdiri lagi, lalu berjalan ke pintu dan menekan knop loncen

     Lonceng itu tidak berbunyi. Ia coba dua tiga kali, tapi tidak ada hasil. Kemudian dia mencob

    membuka pintu juga tanpa hasil. Ia memanggil pelayan beberapa kali, tapi tak seorang pun yan

    datang. Ia memukul-mukul pintu dengan kepalanya, juga tanpa hasil. Tiba-tiba ia tenang kemba

    lalu kembali ke tempat duduknya. Pada saat itu pintu terbuka dan Inez masuk diantarkan ole pelayan)

    PELAYAN : Tuan memanggil saya?GARCIN : (Dia sudah mau menjawab “iya” tapi waktu itu dia melihat Inez.) Tidak!

    PELAYAN : (pada Inez)  Ini kamar Nyonya. (Inez tidak menjawab)  Kalau ada penjelasan-penjelasan yan

     Nyonya perlukan - ? (Inez diam) Biasanya tamu kami menanyakan banyak hal padaku. Tapi ak

    tidak akan memaksa. Pokoknya yang mengenai sikat gigi, lonceng listrik, dan barang perungg

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    4/24

    Pintu Tertutup Halaman

    itu, Tuan ini dapat menceritakan semuanya. Kami tadi sudah bercakap-cakap sedikit. (Pelaya

     pergi. Garcin menghindar untuk memandang pada Inez, sedangkan Inez memeriksa kamar-kama

    Tiba-tiba ia berbalik menghadapi Garcin) 

    INEZ : Mana Florence? (Garcin tidak menjawab) Apa kau tidak dengar? Aku menanyakan Florence. Dmana dia?

    GARCIN : Aku tidak tahu.

    INEZ : Oh, begitu caranya rupanya. Siksaan dengan pemisahan. Bagiku tidak apa-apa. Kau tidak akamemperoleh keuntungan apa-apa. Florence adalah seorang gadis bodoh kecil yang melelahka

    Aku tidak akan merasa kehilangan dia.

    GARCIN : Maaf. Kau kira aku siapa?INEZ : Kau? Algojo tentu saja.

    GARCIN : (heran, lalu tertawa) Ah, ini lucu. Terlalu lucu untuk diceritakan. Aku algojo? Jadi kau masu

    lalu kau melihat dan kau mengira aku – salah seorang pegawai sini. Ini salah orang itu. Mestinykita dia perkenalkan. Algojo! Aku Joseph Garcin wartawan dan sastrawan. Dan kita senas

     begitulah ibaratnya – Nyonya ...

    INEZ : Aku bukan Nyonya. Aku tidak bersuami.

    GARCIN : Baik. Pokoknya kita sudah mulai. Karena sekarang kita saling tegur, apa menurut Nyonya akmirip algojo? Sambil lalu, bagaimana caranya kita mengenali seorang algojo kalau kita kebetula

    menemuinya. Kau tahu sekali tentang ini rupanya.

    INEZ : Mereka ketakutan.GARCIN : Ketakutan. Ah, ini keterlaluan. Pada siapa mereka takut? Pada korban-korban mereka?

    INEZ : Kau boleh tertawa. Tapi aku tahu betul apa yang kubicarakan. Aku sering melihat wajahku

    kaca.GARCIN : Di kaca? (Ia melihat ke sekitarnya) Kejam sekali mereka. Semua yang mirip kaca sudah merek

     pindahkan. (diam) pendeknya, aku dapat memastikan, aku tidak takut sama sekali. Bukan karen

    aku menganggap ringan keadaanku. Aku sadar betul bagaimana sesungguh-sungguhnya. Tapi ak

    tidak takut.INEZ : (mengangkat bahu) Itu urusanmu. (diam) Apa kau selalu harus berada dalam kamr ini? Apa ka

    tidak pernah jalan-jalan ke luar, sekali-sekali?

    GARCIN : Pintu terkunci.INEZ : Sayang sekali.

    GARCIN : Aku mengerti, kehadiranku di sini membosankan kau. Aku sendiri – secara terus teran

    sebetulnya lebih senang sendirian. Aku ingin berfikir. Aku ingin membenahkan hidupku. Da pekerjaan ini sebaiknya dilakukan kalau kita sendiri. Tapi aku yakin kita dapat tinggal bersam

    sama. Aku tidak senang bicara dan aku tidak banyak bergerak. Aku seorang yang suka dama

    Cuma aku ingin mengusulkan, supaya masing-masing kita berlaku sopan. Hal ini akmemudahkan kita berdua.

    INEZ : Aku tidak sopan.

    GARCIN : Kalau begitu aku harus berlaku sopan untuk dua orang. (Lama diam.Garcin duduk di atas sof

    sedangkan Inez berjalan pulang-balik) INEZ : (memandang nanap padanya) Mulutmu.

    GARCIN : (seolah-olah siuman dari mimpi) Maaf.

    INEZ : Apa kau tidak dapat mendiamkan mulutmu. Dia bergerak-gerak. Konyol sekali.GARCIN : Maaf. Tidak kusengaja.

    INEZ : Justru itu yang kusesalkan. (mulut Garcin bergerak)  Lagi! Kau bicara tentang sopan santu

    Menguasai mulutmu pun kau tidak bisa. Ingat, kau tidak sendiri di sini. Kau tak berhak untumenulari aku dengan ketakutanmu.

    GARCIN : (berdiri mendekati dia) Kau sendiri bagaimana? Apa kau tidak takut?

    INEZ : Buat apa? Kalau sebelum ini – waktu kita masih punya harapan – kalau waktu itu kita takut, mas

    ada artinya.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    5/24

    Pintu Tertutup Halaman

    GARCIN : Harapan tidak ada lagi – tapi kini masih keadaan “sebelum”-nya. Kita belum lagi mulai menderit

    INEZ : Begitu. (diam) Apa yang akan terjadi?

    GARCIN : Aku tidak tahu. Aku menunggu.

    (Diam. Garcin duduk, sedangkan Inez berjalan pulang balik. Mulut Garcin bergerak-gera

    Setelah memandang sekilas pada Inez, ia menutup mukanya dengan tangan. Masuk Estel

    diantarkan pelayan. Estelle melihat kepada Garcin yang masih menutup mukanya dengan tanga

    )

    ESTELLE : (pada Garcin) Jangan, jangan buka. Aku tahu apa yang kau sembunyikan dengan tanganmu. Ktidak punya muka lagi. (Garcin menurunkan tangannya) Oh! (diam sebentar lalu dengan nad

    orang heran) Aku tidak kenal padamu.

    GARCIN : Aku bukan algojo Nyonya.ESTELLE : Aku tidak pernah mengira begitu. Aku, aku mengira orang mau mempermainkan aku. (pad

     pelayan) Apa ada lagi yang akan datang?

    PELAYAN : Tidak Nyonya. Tidak ada lagi.

    ESTELLE : Jadi kalau begitu, kami saja yang akan di sini, ketiga kami, tuan ini, wanita ini dan aku. (ia mulketawa) 

    GARCIN : (marah) Tidak ada yang perlu ditertawakan.

    ESTELLE : (masih ketawa)  Sofa itu. Begitu mengerikan. Lihat bagaimana susunannya. Aku jadi ingat haTahun Baru – biasanya aku datang mengunjungi bibi tuaku yang membosankan, Bibi Mar

    Rumah-rumahnya penuh dengan barang-barang buruk seperti ini...Masing-masing kita dapat so

    sendiri, rupanya. Apa itu untukku? (pada pelayan)  Tapi aku tidak bisa duduk di atas itMengerikan sekali. Bajuku biru pucat, warna sofa itu hijau cerah.

    INEZ : Barangkali kau mau punyaku?

    ESTELLE : Maksudku yang berwarna merah anggur itu. Kau baik sekali – tapi rasanya tidak lebih cocok. Ta

     buat apa dirisaukan? Kita harus terima apa yang kita dapat. Biar aku duduk di sofa hijau it(diam) Satu-satunya yang agak cocok barangkali punya Tuan ini.

    INEZ : Tuan tidak dengar, Tuan Garcin?

    GARCIN : Oh – sofa ini maksudmu? Maaf. (ia berdiri) Silahkan.ESTELLE : Terimakasih. (ia menanggalkan mantelnya lalu menjatuhkannya ke atas sofa. Diam sebenta

    Karena kita akan tinggal bersama, sebaiknya kita saling memperkenalkan diri. Namaku Rigau

    Estelle Rigault. (Garcin membungkuk dan siap untuk menyebut namanya, tapi Inez berdidepannya )

    INEZ : Dan aku Inez Serrano. Apa kabar?

    GARCIN : (membungkuk) Joseph Garcin.PELAYAN : Apa aku masih diperlukan?

    ESTELLE : Tidak, kau boleh pergi. Nanti aku akan membunyikan lonceng kalau kau kuperlukan. (pelaya

    keluar, setelah membungkuk memberi hormat)

    INEZ : Kau cantik sekali. Sayang tidak ada bunga untuk menyambut kedatanganmu.ESTELLE : Bunga? Ya, aku suka bunga. Tapi di sini mereka akan lekas sekali layu. Di sini pengap. Tapi yan

    terpenting, bagaimana caranya supaya kita selalu gembira. Begitu kan? Tentu kau juga -

    INEZ : Ya. Minggu yang lewat. Kau sendiri bagaimana?ESTELLE : Baru-baru saja. Kemarin. Bahkan upacaranya belum lagi selesai. (nadanya biasa saja, tapi seola

    olah ia melihat apa yang ia ceritakan) Angin menerbangkan cadar saudaraku ke mana-mana. D

     berusaha untuk menangis. Ayuhlah, sayang. Coba sedikit lagi. Hah, itu lebih baik. Dua tetes amata berkilauan di balik cadarnya. Oh, oh. Kusut sekali Olga lagi kelihatannya pagi ini.

    memegang lengan saudaraku. Ia tidak menangis. Aku tidak menyesali dia. .Air mata sela

    mengusutkan muka kita, kan? Olga adalah sahabat karibku.

    INEZ : Apa kau menderita sekali?

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    6/24

    Pintu Tertutup Halaman

    ESTELLE : Tidak. Aku hanya separuh sadar.

    INEZ : Apa yang jadi sebab?

    ESTELLE : Radang paru-paru, pneumonia. (dengan nada sama)  Kini sudah selesai. Mereka meninggalk

     pekuburan. Selamat jalan. Selamat jalan. Banyak juga orang. Suamiku tidak ikut. Dia lumpukarena sedih. Kasihan. (pada Inez) Kau sendiri bagaimana?

    INEZ : Gas.

    ESTELLE : Dan Tuan, Tuan Garcin?GARCIN : Dua belas peluru menebus dadaku. (Estelle memperlihatkan gerakan orang yang merasa nger

    Maaf. Aku mungkin bukan teman yang menyenangkan di antara orang mati.

    ESTELLE : Oh, jangan ucapkan kata itu. Begitu – begitu kasar kedengarannya. Tidak bijaksana. Tapi apalaartinya. Pendeknya, rasanya aku belum pernah merasa sehidup sekarang ini. Kalau kita harus jug

    menyebut keadaan – keadaan ini, aku mengusulkan kita menyebut diri kita – sebentar – oran

    orang absen. Apa sudah lama – Tuan absen?GARCIN : Kira-kira sebulan.

    ESTELLE : Tuan dari mana?

    GARCIN : Dari Rio.

    ESTELLE : Aku dari Paris. Apa ada yang Tuan tinggalkan di sana?GARCIN : Ya, istriku. (dengan nada Estelle tadi) Dia menunggu di pintu barak. Dia datang ke sana setia

    hari. Tapi mereka tidak mengizinkan masuk. Kini ia berusaha mengintip dari terali. Dia belum

    tahu, aku – aku sudah absen. Tapi ia punya firasat. Kini dia pergi. Dia mengenakan baju hitamnyLebih baik begitu, jadi ia tidak usah berganti baju lagi. Dia tidak menangis. Tapi dia meman

    tidak pernah menangis. Matahari cerah dan dia kelihatannya seperti bayang-bayang hitam yan

    merangkak di jalan yang sunyi. Matanya yang besar dan sedih – mata yang menimbulkan kesatersiksa. Dia betul-betul menguji sarafku. (Diam sebentar. Garcin duduk di sofa tengah da

    menyembunyikan mukanya dengan tangannya)

    INEZ : Estelle!

    ESTELLE : Tuan Garcin.GARCIN : Ada apa?

    ESTELLE : Tuan duduk di atas so. faku.

    GARCIN : Oh, maaf. (ia berdiri)ESTELLE : Tuan kelihatannya – kelihatannya begitu jauh. Maaf aku telah mengganggu Tuan

    GARCIN : Aku mencoba membenahi hidupku. (Inez ketawa) Kau boleh saja ketawa. Tapi tidak ada burukny

    kalau kau juga meniru perbuatanku.INEZ : Tidak perlu. Hidupku cukup teratur. Ia mengatur dirinya sendiri dengan baik. Jadi tidak us

    kurisaukan kini.

    GARCIN : Betul? Jadi menurut kau begitu bersahaja. Panas sekali. Kalian keberatan kalau....(ia mulmembuka jasnya) 

    ESTELLE : Tuan betul-betul tidak tahu aturan. (dengan lebih ramah) Jangan. Aku tidak senang melihat pr

    tanpa jas.

    GARCIN : (memakai jasnya kembali) Baik. (diam sebentar) Aku biasa malam-malam di kantor surat kabaSeperti biasa kantor itu tidak lebih baik dari sebuah Lubang Hitam, hingga kami tidak perna

     pakai jas. Panasnya mencekik. (diam sebentar. Dengan nada seperti tadi)  Memang, menceki

    Sekarang malam.ESTELLE : Betul. Olga lagi membuka pakaian. Rupa-rupanya sudah lewat tengah malam. Cepat sekali wak

     berlalu di bumi.

    INEZ : Ya, lewat tengah malam. Mereka telah menyegel kamarku. Gelap, gelap sekali dan kosong.GARCIN : Mereka menggantungkan jas mereka di sandaran kursi dan lengan kemeja mereka, mereka gulun

    sampai ke siku. Udara pengap bau laki-laki dan cerutu. (diam sebentar) Aku hidup di antara lak

    laki yang hanya berkemeja.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    7/24

    Pintu Tertutup Halaman

    ESTELLE : Kalau begitu selera kita berbeda. Jelas. (pada Inez) Kau bagaimana? Kau senang laki-laki hany

     pakai kemeja?

    INEZ : Oh, aku tidak peduli laki-laki.

    ESTELLE : (melihat pada kedua mereka dengan mata orang yang heran)  Aku betul-betul tidak mengekenapa kita bertiga ditempatkan bersama-sama. Tidak masuk akal sama sekali.

    INEZ : (menahan ketawa) Apa katamu?

    ESTELLE : Aku memandang pada kalian berdua dan berfikir, kita akan tinggal bersama....Edan sekali. Akmengira akan ketemu kawan-kawan lama, saudara-saudara.

    INEZ : Ya. Kawan-kawan lama yang cantik – dengan muka berlubang.

    ESTELLE : Ya, dia juga. Ia pintar sekali berdansa tango. Seperti ahli dansa profesional....Tapi kenapa, kenap justru kita yang ditempatkan bersama?

    GARCIN : Barangkali hanya kebetulan. Mereka menempatkan orang sesuai dengan urutan kedatanga

    mereka. (pada Inez) Kenapa kau ketawa?INEZ : Karena lucu kedengarannya, kau dengan “kebetulan” kau. Seolah-olah ada di sini yang bersif

    kebetulan. Tapi barangkali kita harus meyakinkan diri kita sendiri.

    ESTELLE : Aku bertanya-tanya. Apa kita tidak pernah bertemu sewaktu kita masih hidup?

    INEZ : Tidak. Aku tidak akan mungkin melupakan kau.ESTELLE : Barangkali kita punya kawan bersama. Apa kau kenal keluarga Seymour?

    INEZ : Tidak.

    ESTELLE : Tapi semua orang mengunjungi pesta-pesta mereka.INEZ : Apa kerja mereka?

    ESTELLE : Ah, mereka tidak kerja. Tapi mereka memiliki sebuah rumah yang cantik di luar kota. Bany

    orang datang berkunjung ke sana.INEZ : Aku tidak pernah. Aku pegawai Kantor Pos.

    ESTELLE : (merasa jijik sedikit) Oh, ya....Kalau begitu, tentu saja...(diam) Dan Tuan, Tuan Garcin?

    GARCIN : Kita belum pernah bertemu. Aku selalu tinggal di Rio.

    ESTELLE : Kalau begitu Tuan benar. Kita berkumpul di sini secara kebetulan.INEZ : Secara kebetulan? Jadi kebetulan juga kamar ini dihiasi seperti sekarang ini? Jadi juga kebetula

    sofa yang di kanan itu berwarna hijau cerah dan di sebelah kiri berwarna anggur-anggur. Hany

    kebetulan? Coba geser sofa-sofa itu dan kalian akan segera melihat bedanya. Dan patung itkalian kira dia ada di sana secara kebetulan? Dan udara kamar ini yang panas. Bagaimana? (diam

    Percayalah, semua ini sudah direncanakan dengan cermat. Sampai ke soal-soal yang paling kec

    Tidak ada yang diserahkan pada kebetulan. Kamar ini memang sudah disediakan untuk kita.ESTELLE : Betul, semua yang ada dalam kamar ini mengerikan. Sudutnya tidak menyenangkan. Aku ben

    segala yang bersudut.

    INEZ : (mengangkat bahu) Kau kira aku tinggal dalam sebuah kamar duduk gaya Kerajaan Kedua?ESTELLE : Jadi semuanya sudah diatur sebelumnya?

    INEZ : Ya. Dan kita dikumpulkan dengan sengaja.

    ESTELLE : Jadi bukan kebetulan, bahwa kau duduk berhadap-hadapan dengan aku. Kalau begitu apa maksu

    semua ini?INEZ : Kau boleh saja bertanyaa. Yang aku tahu cuma, bahwa mereka menunggu.

    ESTELLE : (mengehentakkan kakinya)  Ini keterlaluan. Jadi ada sesuatu yang kalian berdua akan lakuka

    terhadap aku? (ia memandangi keduanya berganti-ganti)  Sesuatu yang tidak menyenangkakiraku. Ada wajah yang dapat kita baca dengan mudah. Mukamu tidak mengungkapkan apa-apa.

    GARCIN : (berpaling tiba-tiba pada Inez) Begini! Kenapa kita bersama? Kau sudah cukup banyak membe

     petunjuk-petunjuk, kenapa tidak kauceritakan saja seluruhnya?INEZ : Tapi aku tidak tahu apa-apa. Betul. aku tidak tahu. Aku juga berada dalam kegelapan sepe

    kalian.

    GARCIN : Kita harus tahu. (berfikir sejenak) 

    INEZ : Kalau kita masing-masing berani menceritakan -

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    8/24

    Pintu Tertutup Halaman

    GARCIN : Menceritakan apa?

    INEZ : Estelle!

    ESTELLE : Ya.

    INEZ : Apa yang telah kau lakukan? Maksudku, kenapa kau dikirim kemari?ESTELLE : Itulah. Aku sendiri tidak tahu. Malahan aku berfikir, barangkali orang sudah khilaf. (pada Ine

    Jangan tersenyum. Coba bayangkan berapa banyak orang yang – yang jadi absen setiap har

    Beribu-ribu. Mungkin sekali mereka diatur oleh – kau tahu maksudku – oleh pegawai rendahaPegawai-pegawai bodoh yang tidak mengerti pekerjaan mereka. Jadi mungkin sekali merek

    melakukan kesalahan....Jangan tersenyum. (pada Gracin)  Kenapa Tuan tidak bicara? Kal

    mereka salah mengenai aku, mereka juga mungkin salah mengenai Tuan. (pada Inez) Kau jugPendeknya, apa tidak lebih baik kita anggap saja kita ada di sini karena kesalahan?

    INEZ : Cuma itu yang dapat kaukemukakan?

    ESTELLE : Apa lagi yang lain? Tidak ada yang perlu kusembunyikan. Aku kehilangan orang tuaku waktu akmasih kecil dan kau harus membesarkan seorang adik laki-laki. Kami miskin sekali dan wakt

    kawan keluarga kami meminang aku, aku setuju. Dia kaya dan baik. Adikku penyakitan da

    memerlukan perawatan yang baik. Jadi langkahku itu adalah langkah yang tepat. Betul, kan

    Suamiku cukup tua untuk jadi ayahku, tapi selama enam tahun kami hidup berbahagia. Lalu dutahun yang lewat aku bertemu dengan seorang laki-laki dan aku jatuh cinta padanya. Begitu kam

     bertemu, kami tahu sudah. Ia mengajak aku lari, tapi aku menolak. Aku diserang penyak

     pneumonia – lalu riwayatku tamat. Begitu kisahnya. Memang kuakui, menurut ukuran tertentu ak bersalaha telah mengorbankan masa mudaku pada seorang laki-laki yang tiga kali lebih tua da

    aku. (pada Garcin) Menurut Tuan, apa itu dapat dianggap dosa?

    GARCIN : Tentu saja tidak. (diam sebentar)  Sekarang coba kaukatakan, apa salah, kalau kimempertahankan pendirian kita?

    ESTELLE : Tentu saja tidak. Tentu saja orang tidak boleh menyalahkan seseorang karena itu.

    GARCIN : Tunggu dulu. Aku memimpin surat kabar yang pro damai. Lalu perang pecah. Apa yang har

    kulakukan? Semua orang memperhatikan aku dan bertanya-tanya: “Apa dia akan berani?” Naaku berani. Aku berpangku tangan, lalu aku mereka tembak. Apa ada yang salah dala

     perbuatanku?

    ESTELLE : (meletakkan tangan pada lengan Garcin) Salah. Sebaliknya. Tuan adalah –INEZ : (Ironis) ....Seorang pahlawan. Isteri Tuan bagaimana, Tuan Garcin?

    GARCIN : Bersahaja sekali. Aku telah menyelamatkan dia dari – dari lumpur.

    ESTELLE : (pada Inez) Kau mengerti?INEZ : Ya, aku mengerti. (diam) Begini. Buat apa kita pura-pura saling membodohi? Kita semua tela

    dilumuri dengan kekotoran yang sama.

    ESTELLE : Enak betul kau bicara begitu.INEZ : Ya, kita adalah penjahat-penjahat – pembunuh – ketiga-tiga kita.

    ESTELLE : Diam! Aku tidak suka kau bicara begitu.

    INEZ : Ruh terkutuk – itulah kau, boneka suciku yang kecil. Begitu juga kawan kita ini, pejuan

     perdamaian yang mulia. Kita telah menikmati masa-masa senang kita, kan? Ada orang jadi korbauntuk kepentingan kita – dan kita tidak peduli. Sekarang kita harus membayar hutang.

    GARCIN : (mengangkat tinjunya) Tutup mulutmu, persetan.

    INEZ : (menghadapi dia tanpa takut tapi dengan pandangan penuh keheranan) Ya, ya. (diam) Kini akmengerti. Aku tahu kenapa kita bertiga dikumpulkan.

    GARCIN : Kunasihati kau – supaya kau berfikir dua kali dulu sebelum bicara.

    INEZ : Tunggu! Soalnya bersahaja sekali. Kau juga akan mengerti. Jelas sekali tidak akan ada siksaa badan – setuju, kan? Sungguhpun begitu kita berada di neraka. Dan orang lain tidak akan ada yan

     bakal datang ke mari. Kita akan tinggal di kamar ini bersama-sama ketiga kita, untuk selam

    lamanya....Singkatnya, di sini ada seseorang yang absen: algojo yang resmi.

    GARCIN : Aku tahu.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    9/24

    Pintu Tertutup Halaman

    INEZ : Jelas apa yang mereka tuju – penghematan tenaga manusia – atau tenaga iblis – kalau kau leb

    senang mendengarnya. Sama seperti di kafetaria-kafetaria di mana pengunjung harus melaya

    diri sendiri.

    ESTELLE : Apa maksudmua?INEZ : Maksudku, kita masing-masing akan bertindak sebagai algojo bagi yang lainnya. (diam sementa

    mereka mencoba memahami penjelasan itu) 

    GARCIN : Tidak, aku tidak akan pernah jadi algojo kalian. Aku tidak ingin menyakiti kalian, dan aku tida punya kepentingan sama sekali. Tidak sama sekali. Jadi penyelesaiannya mudah saja. Kita tingg

    di tempat masing-masing dan jangan hiraukan yang lainnya. Kau di sini, kau di sini, dan aku

    sini. Seperti prajurit yang sedang berkawal. Juga, kita jangan bicara. Tidak sepatah kata pun. Itidak sulit. Setiap kita punya cukup bahan untuk direnungkan. Aku sendiri rasanya sanggu

     bertahan selama seribu tahun hanya dengan fikiranku sendiri sebagai teman.

    ESTELLE : Apa aku juga harsu diam?GARCIN : Ya. Dengan begitu, kita dapat menyelamatkan diri. Pandang diri sendiri dan jangan angkat kepal

    Setuju?

    INEZ : Setuju.

    ESTELLE : (setelah ragu-ragu) Aku setuju.GARCIN : Kalau begitu – selamat jalan.

    (ia pergi ke sofa, lalu menutup mukanya dengan tangannya. Beberapa saat diam. Lalu Inez mul

    bernyanyi)

    INEZ : (bernyayi)

    Ramai orang di jalan paderi!

    Orang memasang kuda-kuda baris-berbaris,Bersama panggung dan kampak,

    Dan ember berisi dedak di bawahnya.

    Mari orang banyak, ke Jalan Paderi,

    Mari kita menonton pertunjukan penyenang hati.

    Algojo naik kala subuh sekali.

    Kerjanya sungguh berat hari ini,Memancung leher panglima-panglima,

    Pendeta, bangsawan dan laksmana,

    Serta semua orang yang terkemuka.Ramai sekali orang di Jalan Paderi.

    Lihat mereka berbaris sendiri,Wanita berdandan indah sekali.

    Tapi kepala mereka harus dipenggal,

    Kepala dan topi bergelindingan semua.

    Mari orang banyak, ke Jalan Paderi.Mari menonton pertunjukan penyenang hati.

    (sementara itu Estelle mengeluarkan kotak bedak dan gincu bibirnya. Dia mencari-cari cermin, membuka tasnylalu berkata pada Garcin)

    ESTELLE : Maaf, Tuan punya kaca? (Garcin tidak menjawab)  Kaca apa saja, kaca kantong juga cuku(Garcin tidak menjawab) Tuan tidak usah bicara padaku. Tapi Tuan dapat meminjami aku kaca.

    INEZ : Jangan susah. Aku punya kaca dalam tasku. (ia membuka tasnya)  Sudah tidak ada lagi. Rup

    rupanya sudah mereka ambil tadi di pintu masuk.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    10/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    ESTELLE : Mengesalkan sekali. (diam. Dia menutup mata lalu ia terhuyung-huyung seakan-akan mau jatu

     Inez berlari menolong dia) 

    INEZ : Kenapa?

    ESTELLE : (membuka matanya dan tersenyum) Aku merasa aneh. Apa kau tidak pernah berasa begitu? Kalaaku tidak dapat melihat diriku sendiri aku mulai sangsi apa aku betul-betul ada. Aku memuk

    diriku untuk mengetahui, tapi tidak ada gunanya.

    INEZ : Kau untung. Aku selalu sadar akan diriku – maksudku dalam fikiranku. Sadar dengan penuh ra pedih.

    ESTELLE : Ah, ya dalam pikiranku. Tapi segala yang ada dalam fikiran begitu samar-samar. Kita jadi ing

    tidur karenanya. (dia diam sebentar)  Aku punya enam kaca besar dalam kamar tidurku. Imereka. Aku bisa lihat. Tapi mereka tidak bisa lihat aku. Mereka memantulkan permadani, kurs

     jendela – tapi alangkah kosongnya cermin di mana aku tidak ada. Kalau aku bicara dengan oran

    aku selalu berusaha supaya dekatku ada kaca di mana aku dapat melihat diriku sendiri. Akmelihat diriku sendiri bicara. Dengan melihat diriku seperti dilihat orang lain, aku selalu waspad

     jadinya...Aduh! Gincu bibirku. Pasti sudah coret-moret. Tidak. Aku tidak bisa tanpa cermin...bi

    kapanpun jua. Aku tidak bisa.

    INEZ : Bagaimana kalau aku mencoba jadi cerminmu. Kunjungilah aku, sayang. Di sini di atas sofakada tempat buat kau.

    ESTELLE : Tapi – (ia menunjuk pada Garcin) 

    INEZ : Ah, dia tidak masuk hitungan.ESTELLE : Tapi kita akan saling menyakiti. Kau sendiri berkata begitu.

    INEZ : Apa aku kelihatannya ingin menyakiti kau?

    ESTELLE : Siapa tahu.INEZ : Bahkab sebaliknya. Lebih besar kemungkinan kau yang akan menyakiti aku. Tapi tidak ap

    Kalau aku akan menderita juga, aku lebih suka menderita karena kau, karena tanganmu yan

    halus. Duduklah. Dekat sedikit. Dekat lagi. Lihat ke mataku. Apa yang kaulihat?

    ESTELLE : Oh, aku ada di situ. Tapi begitu kecil. Aku tidak dapat melihdt diriku dengan jelas.INEZ : Tapi aku dapat. Setiap jengkal tubuhmu. Sekarang tanyai aku. Aku akan sama bijaknya denga

    sebuah cermin. (Estelle kelihatannya agak kikuk lalu ia melihat pada Garcin seolah-olah ia min

    tolong) ESTELLE : Tuan Garcin, percakapan kami mengganggu Tuan? (Garcin tidak menjawab) 

    INEZ : Jangan hiraukan dia. Seperti kataku, ia tidak masuk hitungan. Kita sendiri....Tanyakan.

    ESTELLE : Apa bibirku cukup baik?INEZ : Coba lihat. Belum, agak belepotan sedikit.

    ESTELLE : Sudah kukira. Untunglah tidak ada yang melihat. Aku akan coba lagi.

    INEZ : Sekarang lebih baik. Tidak. Ikuti garis bibirmu. Tunggu. Aku akan menuntun tanganmu. NaSekarang bagus.

    ESTELLE : Sebagus waktu aku masuk?

    INEZ : Jauh lebih bagus. Lebih kejam. Sekarang bibirmu lebih membayangkan kekejaman.

    ESTELLE : Kata kau, kau senang. Mau gila rasanya, kalau kita tidak dapat melihat diri sendiri. Apa Anda tah betul, Nona Serrano, bahwa bibirku sudah bagus?

    INEZ : Kau tidak mau memanggilku Inez?

    ESTELLE : Apa sekarang sudah bagus?INEZ : Kau cantik, Estelle.

    ESTELLE : Tapi bagaimana aku bisa percaya pada seleramu. Apa sama dengan seleraku? Jengkel seka

    rasanya. Orang bisa jadi gila begini.INEZ : Seleraku adalah seleramu sayang, karena aku sayang sekali padamu. Tatap aku. Tidak, luru

    Sekarang senyum. Aku tidak terlalu buruk, kan? Apa aku tidak lebih baik dari cerminmu?

    ESTELLE : Entahlah. Kau menakutkan aku. Bayanganku di kaca tidak pernah berbuat begitu. Tentu sa

    karena aku kenal sekali padanya. Seperti sesuatu yang sudah kujinakkan....Kalau aku tersenyum

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    11/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    senyumanku akan tenggelam ke dalam buah matamu dan aku tidak tahu apa yang akan terja

     padanya.

    INEZ : Kenapa tak kaujinakkan aku? (kedua wanita itu saling berpandangan) Begini. Aku ingin k

    menyebutku Inez. Kita harus bersahabat.ESTELLE : Aku tidak begitu mudah bersahabat dengan wanita. .

    INEZ : Maksud kau, tidak dengan pegawai pos. Hey, apa itu. Ada bintik merah di bawah pipimu. Bisul?

    ESTELLE : Bisul? Oh, ada-ada saja. Mana?INEZ : Itu.....Kau tahu bagaimana orang menangkap burung layang-layang? Dengan cermin. Aku adala

    cermin layang-layangmu dan kau tidak dapat melarikan diri dari aku....Tidak ada bisul sam

    sekali, satu pun tidak. Jadi bagaimana? Misalkan cermin mulai berdusta. Atau misalkan kamenutup mataku – seperti yang dia lakukan – dan menolak untuk melihat padamu. Sega

    kecantikanmu itu akan terbuang dengan sia-sia. Tapi jangan takut, aku senang sekali melihat ka

    Aku tidak akan memalingkan mataku. Dan aku akan manis padamu, manis selalu. Tapi kau jugharus manis padaku. (diam sebentar)

    ESTELLE : Apa kau betul-betul tertarik padaku?

    INEZ : Tertarik sekali. (diam)

    ESTELLE : (menunjuk pada Garcin dengan gerakan kepalanya) Tapi aku ingin dia juga melihat aku.INEZ : Tentu. Karena dia laki-laki. (pada Garcin)  Kau menang. (Garcin diam)  Lihat dia, perseta

    (Garcin diam) Jangan pura-pura. Kau mendengar semua yang kami bicarakan.

    GARCIN : Memang. Tidak sepatah kata pun yang luput dari pendengaranku. Kumasukkan telunjukku kdalam telinga, tapi suara kalian menghujam otakku. Pembicaran omong kosong. Sekarang, tolon

     jangan ganggu aku. Aku tidak punya perhatian pada kalian.

    INEZ : Tidak padaku, barangkali – tapi dia bagaimana? Apa kau tidak menaruh perhatian padanya? Akkenal permainanmu. Kau acuh tak acuh untuk menarik perhatiannya.

    GARCIN : Aku minta supaya kalian tidak mengganggu aku. Ada orang yang lagi bicara tentang aku di kant

    surat kabar dan aku ingin mendengarkan. Sekiranya kau lebih senang, baik kukatakan padam

     bahwa anak itu tidak berguna sama sekali bagiku.ESTELLE : Terimakasih.

    GARCIN : Aku tidak bermaksud kasar.

    ESTELLE : Biadab. (mereka saling berpandangan. diam) GARCIN : Baiklah. Aku akan minta supaya kau tidak berbicara.

    ESTELLE : Dia yang salah. Dia mulai lebih dulu. Aku tidak minta apa-apa padanya. Tapi dia datang la

    menawarkan cerminnya.INEZ : Oh, begitu. Tapi dari tadi kau berdandan untuk dia. Kau mencoba segala macam akal untu

    menarik perhatiannya.

    ESTELLE : Kenapa tidak?GARCIN : Kalian gila. Kedua kalian. Apa kalian tidak tahu di mana ujung semua ini? Kasihanilah, tutu

    mulut kalian. (diam)  Sekarang mari kita duduk kembali dengan tenang. Kita masing-masin

    melihat ke lantai – lupakan bahwa yang lain juga hadir dalam kamar ini. (diam. Garcin dudu

    Wanita-wanita itu kembali ke tempat mereka masing-masing dengan ragu-ragu. Tapi tiba-tib

     Inez mendekati Garcin)

    INEZ : Melupakan yang lain? Mustahil. Aku merasakan kehadiranmu, di setiap lubang kulitk

    Keheninganmu bersorak-sorak di telingaku. Kau bisa memaku mulutmu, memotong lidahmu tapi kau tidak bisa meniadakan kehadiranmu di sini. Apa kau bisa menghentikan fikiranmu? Ak

    dengar dia berdetak bagai jam dan aku yakin kau juga mendengar bunyi fikiranku. Bisa saja ka

     berdiam diri di atas sofamu, tapi kau ada di mana-mana dan setiap bunyi yang sampai padaksudah kotor karena telah kau jaring terlebih dulu. Kau sudah mencuri mukaku. Kau tahu it

    sedangkan aku tidak. Dan bagaimana tentang dia, tentang Estelle? Dia juga sudah kau curi da

    aku. Sekiranya dia hanya bersama aku, kaukira dia akan memperlakukan aku seperti itu? Angk

    tanganmu dan mukamu. Aku tidak akan membiarkan kau senang diam – terlalu menguntungk

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    12/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

     buat kau. Kau duduk di sana bersamadi seperti orang yogi, dan biarpun aku tidak melihat dia ak

    merasakannya dalam tulangku – bahwa dia memperdengarkan suara-suara, untuk kepentinganm

     – bahkan desir gaunnya – bahwa ia melemparkan senyuman yang tidak kau lihat....Aku tidak m

    terima. Biar aku memilih nerakaku sendiri. Aku lebih suka memandang matamu dan berkela berhadap-hadapan dengan kau.

    GARCIN : Terserah. Rupanya memang harus begini jadinya. Mereka tahu apa yang mau mereka capai, da

    kita adalah mangsa yang empuk. Jika aku mereka masukkan sekamar dengan laki-laki – laki-la bisa tutup mulut. Tapi apa gunanya merindukan sesuatu yang mustahil. (ia mendekati Estelle la

    membarut-barut lehernya)  Jadi aku telah menarik perhatianmu gadis kecil? Rupanya kau ma

    main mata dengan aku.ESTELLE : Jangan sentuh aku.

    GARCIN : Kenapa tidak. Kita bisa saja....Tahu kau, dulu aku senang sekali pada perempuan. Dan dianta

    mereka ada yang senang padaku. Jadi kita tidak usah pura-pura. Kita tidak akan rugi apa-apPeduli apa kesopanan, adat kebiasaan dan sebagainya. Kita antara kita sama kita. Dan kini ki

    akan telanjang bulat – bagai bayi yang baru lahir?

    ESTELLE : Jangan ganggu aku.

    GARCIN : Bagai bayi baru lahir. Aku sudah memperingati kau. Yang kuminta dari kau sedikit sekali, sekadkedamaian dan keheningan. Aku masukkan telunjuk ke telingaku. Seperti biasa Gomez membu

    sambil berdiri di tengah ruangan sedangkan wartawan-wartawan lain mendengarkannya. Denga

    hanya mengenakan kemeja. Aku mencoba untuk mendengarkan mereka. Tapi tidak begitu mudaDi bumi semuanya berlangsung terlalu cepat. Apa kau tidak bisa menutup mulutmu? Sekaran

    habis sudah. Dia sudah berhenti bicara. Dan segala pendapatnya tentang aku telah surut kemba

    ke dalam otaknya. Bagaimanapun juga kita harus melihat...Telanjang bagai bayi yang baru lahLebih baik begitu. Aku ingin tahu dengan siapa aku berhadapan.

    INEZ : Kau sudah tahu. Tidak ada lagi yang perlu diketahui.

    GARCIN : Kau salah. Selama kita masing-masing belum mengakui seluruhnya – kenapa mereka mengutu

    dia atau dia – kita belum tahu apa-apa. Tidak ada yang berarti yang kita ketahui. Kau Nona Mudkau mulai. Kenapa? Ceritakan pada kami kenapa? Kalau kau jujur, kalau kita mau buka kart

     barangkali kita bisa selamat dari kehancuran. Ayuh ceritakan. Kenapa?

    ESTELLE : Kan sudah kukatakan, aku tidak tahu. Mereka tidak mau menceritakan padaku, kenapa.GARCIN : Memang mereka juga tidak mau menceritakannya padaku. Tapi aku kira-kira tahu....Barangka

    kau malu untuk mulai lebih dulu. Baik. Aku yang mulai. (diam) Aku adalah seorang yang tida

     patut dihargaiINEZ : Itu tidak perlu kau katakan. Kami tahu kau seorang desertir.

    GARCIN : Biar. Itu hanya soal sampingan. Aku berada di sini karena memperlakukan isteriku dengan buru

    sekali. Cuma itu. Selama lima tahun. Tentu saja sampai sekarang dia masih menderita. Itu di begitu dia kusebut. Aku melihatnya. Yang ingin kulihat sebetulnya Gomez, tapi yang kelihata

    olehku dia. Ke mana Gomez? Selama lima tahun. Nah itu. Mereka telah memberikan milikk

    kepadanya. Dia duduk di jendela memangku jasku. Jas dengan lubang dua belas peluru. Darah i

    tak ubah karat. Sebuah lingkaran coklat di sekitar setiap lubang. Jas itu pantas masuk museumRusak karena sejarah. Dan jas itu biasa kupakai. Coba bayangkan....Apa kau tidak bisa menangi

    sayang? Pasti kau bisa memeras air mata barang setetes. Tidak bisa? Kau tid

    sanggup...Bermalam-malam aku pulang mabuk, busuk bau anggur dan perempuan. Dia selamenunggu aku. Tapi dia tidak pernah menangis, tidak pernah mengeluh biar sepatah pun. Hany

    matanya yang bicara. Mata yang besar dan menyedihkan. Aku tidak menyesal sedikitpun. Ak

    harus membayar harga yang sudah ditentukan tapi aku tidak akan mengeluh....Jalan penuh saljApa kau tidak mau menangis, jahanam? Perempuan itu seorang martir sejati; seorang yan

    kerjanya jadi korban.

    INEZ : Kenapa kau sakiti dia begitu rupa?

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    13/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    GARCIN : Mudah. Satu kata sudah cukup membuat dia remuk redam. Tak ubahnya tanaman yang sang

     perasa. Tapi tak pernah dia memperdengarkan sesalan. Aku cuma mengganggu. Kuperhatian la

    kutunggu. Tapi, bagaimanapun juga, tidak satu protes, tidak sebutir air mata pun...Aku tela

    memungut dia dari selokan...Kini ia lagi menyikat baju itu. Matanya terkatup dan ia merasrasakan lubang peluru itu dengan jarinya. Apa yang kaucari? Apa yang kauharapkan? Kan suda

    kukatakan. Aku tidak menyesal. Soalnya, dia terlalu kagum padaku. Apa itu tidak ada artiny

     bagimu?INEZ : Tidak. Tidak ada orang yang mengagumi aku.

    GARCIN : Itu lebih baik. Lebih baik buat kau, barangkali semuanya ini samar-samar bagimu kedengaranny

     Nah ini, satu hal yang dapat kau pegang. Aku membawa seorang gadis peranakan tinggal rumahku. Isteriku tidur di tingkat atas. Dia pasti mendengar segala-galanya. Dia biasa bangu

     pagi. Dan sementara aku dan gadis itu baring di atas tempat tidur ia menyediakan kopi buat kami

    INEZ : Bajingan.GARCIN : Ya, Bajingan. Tapi bajingan yang dicintai. (di matanya kelihatan sinar pandangan kejauha

    Tidak, tidak apa-apa. Hanya Gomez yang kuperlukan. Tapi dia tidak mau bicara tentang aku...Ap

    katamu? Ya, aku seorang bajingan. Betul. Kalau tidak mengapa aku ada di sini? (pada Ine

    Sekarang giliranmu.INEZ : Aku adalah seseorang yang di sana disebut orang “perempuan setan”. Terkutuk. Jadi tid

    mengherankan kalau aku ada di sini.

    GARCIN : Apa cuma itu yang dapat kauceritakan?INEZ : Tidak. Aku ada affair dengan Florence. Cerita mengenai orang mati. Ada tiga bangkai. Mula-mu

    dia, sudah itu gadis itu, baru aku. Jadi tidak ada lagi yang tinggal. Tidak ada lagi yang kurisauka

    Semuanya disapu bersih. Hanya kamar itu. Kadang-kadang aku bisa lihat. Kosong, sedangka pintunya terkunci....Tidak, pintunya baru saja mereka buka. “Dipersewakan”. Kamar itu ki

    dipersewakan. Itu ada tulisan tergantung di pintu. Kelewatan sekali.

    GARCIN : Tiga. Tiga mayat katamu?

    INEZ : Tiga.GARCIN : Satu laki-laki dan dua perempuan.

    INEZ : Ya.

    GARCIN : Bukan main. (diam) Apa laki-laki itu bunuh diri?INEZ : Dia? Mana dia berani. Padahal sebetulnya alasannya cukup. Kami membuat hidupnya tersik

    sekali. Dia mati dilindas trem. Cara mati yang dungu...Aku tinggal bersama mereka. Laki-laki i

    saudara sepupuku.GARCIN : Apa Florence cantik?

    INEZ : Cantik? (memandang pada Estelle)  Aku tidak menyesal sama sekali. Sungguh pun begitu ak

    tidak begitu senang menceritakan cerita ini.GARCIN : Tidak apa....Jadi kau melihatnya?

    INEZ : Ya, secara berangsur-angsur. Ada saja hal-hal yang kecil-kecil membuat aku jengkel. Misalny

    kalau ia minum ia memperdengarkan suara – bunyi orang kumur-kumur. Hal-hal seperti itu. D

    sebetulnya seorang yang menimbulkan rasa kasihan kita. Ia rapuh. Kenapa kau tersenyum?GARCIN : Karena, bagaimana pun juga, aku bukan seorang yang rapuh.

    INEZ : Jangan terlalu pasti....Aku masuk ke bawah kulit gadis itu. Dia melihat dunia ini lewat matak

    Waktu ia meniggalkannya, ia kukuasai. Kami menyewa kamar di ujung kota.GARCIN : Lalu?

    INEZ : Lalu trem melakukan tugasnya. Setiap hari kuingatkan padanya: “Kita berdua tela

    membunuhnya”. (diam) Aku kejam.GARCIN : Aku juga.

    INEZ : Tidak, kau tidak kejam. Kau lain lagi.

    GARCIN : Apa?

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    14/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    INEZ : Nanti kukatakan. Kalau kukatakan aku kejam maka maksudku, aku tidak usah hidup tanp

    menyakiti orang lain. Tak ubahnya seperti arang yang nyala. Arang berapi dalam hati orang lai

    Jika aku sendiri aku mati. Selama enam bulan aku membakar dalam hatinya, sampai tidak ada la

    yang bisa dibakar. Pada suatu malam ia bangun, lalu keran gas ia buka sedang aku masih tiduSesudah itu lalu ia masuk kembali ke tempat tidur. Kini kau sudah tahu.

    GARCIN : Ya, ya.

    INEZ : Apa yang kau fikirkan?GARCIN : Tidak apa-apa. Kisahmu itu tidak begitu menggembirakan.

    INEZ : Jelas. Tapi kenapa?

    GARCIN : Seperti kata kau, tidak apa. (pada Estelle) Kini giliranmu. Apa yang sudah kau perbuat?ESTELLE : Kan sudah kukatakan pada kalian. Aku tidak tahu. Aku berfikir keras, tapi sia-sia.

    GARCIN : Baik. Kalau begitu mari kita bantu. Laki-laki yang hancur mukanya itu siapa?

    ESTELLE : Siapa? Siapa maksud, Tuan?INEZ : Kau tahu betul siapa. Laki-laki yang kau takut lihat waktu kau mula-mula masuk.

    ESTELLE : Oh, dia kawanku.

    GARCIN : Kenapa kautakut padanya.

    ESTELLE : Itu urusanku, Tuan Garcin.INEZ : Apa dia bunuh diri karena kau?

    ESTELLE : Tentu saja tidak. Tuan aneh.

    GARCIN : Kalau begitu kau amat takut? Dia menembak kepalanya sampai hancur, kan? Itu maka mukanyikut hancur.

    ESTELLE : Jangan, jangan. Cukup. Jangan teruskan.

    GARCIN : Karena kau, kan! Ya, kan?INEZ : Ia membunuh diri karena kau.

    ESTELLE : Jangan ganggu aku. Kenapa aku dihardik-hardik seperti itu. Aku mau pergi. (ia berlari ke pin

    lalu mengguncang-guncang pintu itu) 

    GARCIN : Pergilah kalau bisa. Secara pribadi aku lebih senang. Sayang sekali pintu itu terkunci.(Estelle menekan knop lonceng tapi lonceng itu tidak berbunyi. Estelle berbalik lalu berdi

    membelakangi pintu) 

    ESTELLE : Aku benci pada kalian berdua.INEZ : Benci? Ya, itulah kata yang tepat. Sekarang teruskan. Lelaki yang membunuh diri karena kau itu

    kau gundiknya, ya?

    GARCIN : Tentu saja. Dan ia ingin memiliki Estelle sendiri. Begitu, kan?INEZ : Ia berdansa tango. Seperti penari profesional, tapi dia miskin seperti tikus gereja – betul, kan

    (diam)

    GARCIN : Dia miskin apa tidak. Jawab terus terang.ESTELLE : Ya. Dia miskin.

    GARCIN : Sedangkan kau harus menjaga nama baikmu. Satu hari dia datang lalu mengajak kau untu

    melarikan diri. Dan kau mentertawakan dia.

    INEZ : Ya. Kau mentertawakan dia. Lalu dia bunuh diri.ESTELLE : Apa begitu cara kau memandang Florence?

    INEZ : Ya. (diam, lalu Estelle tertawa) 

    ESTELLE : Kalian salah. Kedua-dua kalian. Dia ingin aku punya anak.GARCIN : Tapi kau tidak mau.

    ESTELLE : Tentu saja tidak. Tapi celakanya, bayi itu datang juga. Aku pergi ke Swiss selama lima bula

    Tidak ada orang yang tahu. Bayi itu bayi perempuan. Roger mendampingi aku waktu bayi ilahir. Ia gembira sekali dapat anak perempuan. Tapi aku tidak senang.

    GARCIN : Lalu?

    ESTELLE : Di sana ada sebuah balkon yang menjorok ke danau. Aku mengambil sebuah batu besar. D

    melihat apa yang mau aku lakukan dan ia berseru: “Estelle, demi Tuhan, jangan!” Waktu itu ak

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    15/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

     benci sekali padanya. Ia menyaksikan seluruh kejadian itu. Ia berdiri bersitelekan ke pingg

     balkon dan ia melihat lingkaran air berpendar-pendar -

    GARCIN : Lalu?

    ESTELLE : Hanya itu. Aku kembali ke Paris – dan ia melakukan apa yang ingin ia lakukan.GARCIN : Maksudmu, ia menembak kepalanya.

    ESTELLE : Perbuatannya itu bodoh sekali. Suamiku tidak pernah menyangka apa-apa. (diam) Oh, benciny

    aku pada kalian. (ia menangis tapi air matanya tidak keluar) GARCIN : Tidak ada gunanya. Di sini air mata tidak bisa mengalir.

    ESTELLE : Aku seorang pengecut. Pengecut. (diam) Andaikata kalian sadar, bagaimana bencinya aku pad

    kalian.INEZ : (memegang lengannya)  Anak malang. (pada Garcin)  Sekarang pemeriksaan sudah selesai. K

    tak perlu berlagak seperti hakim yang menjatuhkan hukuman mati.

    GARCIN : Hakim yang menjatuhkan hukuman mati? (ia memandang ke sekitarnya) Ingin sekali aku rasanymelihat diriku di kaca. (diam) UH, panas sekali. (tanpa ia sadari ia membuka jasnya) Oh, maa

    (ia mulai mengenakannya kembali) 

    ESTELLE : Tak apa. Silahkan buka jas. Dalam keadaan begini -

    GARCIN : Betul. (ia menjatuhkan jasnya ke atas sofa) Jangan marah padaku Estelle.ESTELLE : Aku tidak marah padamu.

    INEZ : Aku bagaimana? Apa kau marah padaku? 

    ESTELLE : Ya. (diam)INEZ : Nah, Tuan Garcin, Tuan berhasil membuat kami telanjang bulat. Apa sekarang semuanya leb

     jelas bagi Tuan?

    GARCIN : Entahlah. Ya, barangkali sedikit lebih jelas. Bagaimana kalau kita coba saling bantu?INEZ : Aku tidak memerlukan bantuan.

    GARCIN : Inez, mereka telah menjalin jerat mereka dengan pandai sekali – bagai jaring laba-laba. Sedik

    saja kau bergerak, kalau kau mengangkat tangan untuk mengipas dirimu, Estelle dan aku ak

    merasakan denyutan. Sendiri, tidak ada diantara kita yang akan dapat menyelamatkan diri. Kisaling berpautan. Jadi kau boleh pilih. (diam) Hey, apa yang terjadi?

    INEZ : Kamar itu sudah dipersewakan. Jendela dibuka seluas-luasnya. Seorang laki-laki duduk di at

    tempat tidurku. Tempat tidurku, coba bayangkan. Mereka telah mempersewakannya. Silakamasuk. Anggap rumah sendiri, bajingan. Juga ada perempuan. Ia mendekati lelaki itu la

    meletakkan tangannya ke atas bahunya....Persetan, kenapa tidak mereka nyalakan lampu? Ha

    mulai gelap. Sekarang ia mau menciumnya. Tapi itu kamarku, kamarku. Gelap gulita. Aku tiddapat melihat apa-apa, tapi aku mendengar mereka berbisik, berbisik. Apa ia akan menidu

     perempuan itu di atas tempat tidurku? Apa katanya? Bahwa hari sedang tengah hari dan mataha

     bersinar keras. Aku rupanya sudah buta. (diam) Gelap semua. Aku tidak bisa melihat, aku tida bisa mendengar. Rupa-rupanya aku selesai sudah dengan bumi. Tidak ada lagi celah bagiku. (

    gemetar) Aku merasa diriku kosong, kering – akhirnya aku betul-betul mati. Seluruh diriku ad

    dalam ruangan ini. (diam) Apa katamu? Kau mau menolong aku? Begitu kan?

    GARCIN : Ya.INEZ : Menolong aku untuk melakukan apa?

    GARCIN : Untuk mengalahkan akal busuk mereka.

    INEZ : Sebagai ganti, apa yang kauharapkan dari aku?GARCIN : Bantu aku. Yang kuperlukan hanya sedikit Inez: secercah perasaan kemanusiaan.

    INEZ : Perasaan kemanusiaan. Itu aku tidak punya. Aku busuk sampai ke inti-intiku.

    GARCIN : Aku sendiri bagaimana? (diam) Sungguhpun begitu, bagaimana kalau kita coba?INEZ : Tidak ada gunanya. Aku sudah kering sama sekali. Aku tidak dapat memberi, tidak dap

    menerima. Bagaimana aku bisa membantu kau? Aku sendiri tidak lebih dari sepotong daha

    kering, siap untuk dibakar. (dia diam sambil memandang pada Estelle yang menutup mukanydengan tangannya) Florence cantik, rambutnya panjang.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    16/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    GARCIN : Apa kau sadar, bahwa wanita muda ini sudah ditakdirkan untuk menjadi penyiksa kau?

    INEZ : Barangkali aku juga sudah merasa.

    GARCIN : Mereka akan menghancurkan kau lewat dia. Aku lain – aku akan menjauh. Aku tidak pedu

     padanya. Misalkan kau coba -INEZ : Ya.

    GARCIN : Ini perangkap. Mereka memperhatikan kau, apa kau kena.

    INEZ : Aku tahu. Dan kau perangkap yang lain. Kau kira mereka tidak tahu sebelumnya, setiap kata yankauucapkan? Di samping itu masih banyak jerat-jerat yang tidak kita lihat. Segalanya di si

    merupakan ranjau yang setiap saat bisa meledak. Tapi peduli apa aku. Aku sendiri pun sebua

     perangkap. Buat dia, pasti. Siapa tahu aku dapat menangkap dia.GARCIN : Kau tidak akan menangkap apa-apa. Kita saling mengejar dalam sebuah lingkaran setan. I

    adalah sebagian dari rencana mereka tentu....Lepaskan Inez. Buka tanganmu, lepaskan segalany

    Kalau tidak kau akan menjatuhkan bencana ke atas kepala kita bertiga.INEZ : Apa aku kelihatannya sebagai seorang yang bersedia melepaskan sesuatu? Aku tahu apa yan

    akan terjadi pada diriku. Aku akan dibakar untuk selama-lamanya. Ya, aku tahu segalanya. Ta

    kaukira aku akan mau melepaskan? Aku akan menangkapnya. Ia akan melihat lewat matak

    seperti Florence dulu melihat laki-laki itu. Apa gunanya meraih rasa simpatiku? Percayalah, aktahu segala-galanya dan aku sedikitpun tidak merasa kasihan, juga tidak pada diriku sendi

    Sebuah perangkap. Apa kau kira aku tidak tahu, bahwa aku sendiri juga perangkap, sampai k

    leherku, dan bahwa ini tidak bisa kita hindarkan? Kalau ini cocok dengan rencana mereksyukurlah.

    GARCIN : (memegang bahu Inez)  Setidak-tidaknya, aku merasa kasihan padamu. Pandang aku. Ki

    telanjang bulat. Aku dapat melihat ke dalam hatimu. Ini ikatan antara kita. Kau kira aku ingmenyakiti kau? Aku juga tidak menyesal, aku juga telah kering. Tapi padamu aku mas

    merasakan rasa kasihan.

    INEZ : (yang mula-mulanya membiarkan tangan Garcin terletak di atas bahunya, kini melepaskan dir

    Jangan. Aku tidak suka dipegang-pegang. Simpanlah rasa kasihanmu untuk dirimu sendiri. IngGarcin, dalam kamar ini juga ada perangkap untukmu. Semuanya sudah disediakan dengan bai

    Lebih baik kau memperhatikan kepentinganmu sendiri. (diam) Tapi kalau aku dan anak ini ka

     biarkan, aku akan berusaha supaya aku tidak sampai menyakitimu.GARCIN : (memandang kepadanya sebentar, lalu mengangkat bahu) Baik.

    ESTELLE : (mengangkat kepala) Garcin.

    GARCIN : Mau apa kau?ESTELLE : (berdiri lalu mendekatinya) Kau dapat menolong aku.

    GARCIN : Kalau kau memerlukan pertolongan, minta padanya. (Inez datang lalu berdiri di belakang Estell

    tapi tanpa menyentuhnya. Selama dialog berikut dia boleh dikatakan bicara ketelinga Estell

    Tapi Estelle terus memandang pada Garcin, yang memperhatikannya tanpa bicara. Estel

    mengarahkan jawabannya pada Garcin, seolah-olah dialah yang menanyai dia)

    ESTELLE : Aku mohon Garcin – kau kan sudah berjanji padaku? Tolong aku cepat. Aku tidak mau sendi

    Olga membawanya ke barat.INEZ : Membawa siapa?

    ESTELLE : Peter...Oh, sekarang mereka berdansa!

    INEZ : Siapa Peter?ESTELLE : Anak edan. Ia menyebut aku arus kemilaunya – coba bayangkan. Ia cinta seka

     padaku...perempuan itu telah mengajaknya keluar malam ini.

    INEZ : Kau cinta padanya?ESTELLE : Mereka kini duduk. Ia terengah-engah seperti ikan. Bodoh betul perempuan itu. Kenapa min

    dansa dengan dia? Ini pasti ia lakukan untuk mengurangi...Tidak, tentu saja aku tidak cin

     padanya. Umurnya baru delapan belas. Aku bukan pelalap daun muda

    INEZ : Kalau begitu kenapa mereka kau risaukan? Peduli apa kau?

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    17/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    ESTELLE : Dia milikku.

    INEZ : Di dunia tidak ada lagi milikmu.

    ESTELLE : Dia dulu punyaku. Punyaku.

    INEZ : Dulu, memang begitu. Tapi kini. Coba suruh dia mendengarkan kau. Coba sentuh dia. Olga dapmenyentuhnya dan bicara sesukanya padanya. Betul, kan? Ia dapat meremas-remas tangannya da

    menggosokkan badannya ke badan pemuda itu.

    ESTELLE : Ya, lihat. Ia menekankan susunya yang besar itu ke tubuhnya sambil terengah-engah damenghembus-hembus ke mukanya. Dombaku, apa kau tidak lihat bagaimana konyolnya di

    Kenapa tidak kau tertawakan dia? Sekiranya aku punya kesempatan untuk mengerling pa

    mereka biar sekali saja, dia akan remuk redam. Apa betul tidak ada lagi dari diriku yang tinggal?INEZ : Tidak, tidak ada sama sekali. Tidak ada apa pun dari dirimu yang tingggal di dunia – bahka

     bayanganmu pun tidak. Semua kepunyaanmu ada di sini. Apa kau ingin pisau-kertas itu? At

     patung perunggu itu? Sofa biru itu punyamu. Dan aku, sayang, aku adalah milikmu selamlamanya.

    ESTELLE : Kau punyaku? Bagus. Siapa diantara kalian berdua yang berani menyebut arus kemilaunya, gad

    kristalnya? Kau tahu terlalu banyak tentang aku. Aku busuk sampai ke dalam...Peter, ingat ak

     pusatkan fikiranmu padaku dan selamatkan aku. Selama kau berfikir “arus kemilauku, gadkristalku”, hanya separuh dari diriku yang ada di sini, aku hanya separuh jahat, sedangkan separu

     badanku yang lain ada di sana, bersih dan cerah, bening kristal bagai air mengalir...Lihat, lih

    mukanya, cerah sama sekali seperti buah tomat. Tidak, ini keterlaluan. Kita berdua serinmentertawakannya, sering-sering sekali...Lalu apa itu? – Aku selalu senang lagu itu. Ya, St.Lou

     Blues ...Baik, baik dansalah. Garcin, kalau kau dapat melihat dia kau akan tertawa. Cuma – d

    tidak akan pernah tahu aku dapat melihat dia. Ya, aku dapat melihat kau, Olga, rambutmu. Aaku menginjak kakinya. Bukan main. Cepat, cepat. Ia menyeretnya – mentertawakan sekali. Pet

    selalu berkata, ia senang berdansa dengan aku, aku begitu ringan. (dia berdansa) Olga, aku dap

    melihat kau. Tidak, dia tidak peduli, dia dansa terus biarpun aku melihat. Apa? Apa katamu

    Kasihan Estelle? Jangan begitu berlagak. Menangis pun kau tidak waktu penguburan...Bera betul dia bicara padanya tentang sahabat baiknya Estelle yang ia kasihani. Berani betul d

    membicarakan diriku dengan Peter. Jaga mat. Dia tidak bisa bercakap-cakap sedang berdans

    Apa? Jangan ceritakan padanya. Jangan, jangan. Kau boleh ambil dia, perlakukan dia semaumtapi jangan ceritakan padanya. (dia berhenti berdansa)  Baik. Kau boleh ambil dia. Dia tela

    menceritakan segala-galanya. Tentang Roger, tentang perjalananku ke Swiss, tentang bayi it

    Estelle yang malang tidak begitu – Memang tidak. Betul. Dia kelihatan sedih, lalu menggelengkakepalanya. Tapi kelihatannya dia tidak heran, tidak sebagaimana mestinya. Ambillah dia – ak

    tidak akan berkelahi dengan kau memperebutkan bulu matanya yang panjang, wajahnya yan

    manis seperti wajah seorang gadis. Kau boleh ambil kalau kau mau. Arus kemilaunya, kristalnyKristal itu sudah pecah berderai. Estelle yang emalang. Dansalah, dansalah. Terus. Tapi jaga ma

    Satu dua, satu dua. Ingin sekali rasanya aku turun ke bumi, biarpun sesaat berdansa dengan d

    lagi. (dia berdansa lagi beberapa saat) Musik makin jauh kedengarannya. Mereka mengecilka

    lampu, jauh kedengarannya. Mereka mengecilkan lampu, waktu orang dansa tango. Kenapmereka begitu lunak. Keras sedikit. Aku tidak bisa dengar. Begitu jauh, begitu jauh. Aku tida

     bisa dengar apa-apa. (dia berhenti berdansa)  Habis sudah. Inilah akhirnya. Bumi suda

    meninggalkan aku. (pada Garcin)  Jangan tinggalkan aku. Peluk aku. (di belakang Estelle, Inmemberi tanda pada Garcin supaya menjauh) 

    INEZ : Awas, Garcin.

    (Garcin mundur selangkah dan menunjuk pada Inez sambil memandang pada Estelle).

    GARCIN : Katakan padanya, bukan padaku.

    ESTELLE : (bergantung padanya)  Jangan pergi. Kau laki-laki kan? Aku pasti tidak terlalu menakutka

    Semua orang mengatakan rambutku bagus. Dan seorang laki-laki telah bunuh diri karena aku. Ki

     perlu pandangan. Dan di sini pandangan apa yang ada kecuali sofa, hiasan yang buruk itu da

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    18/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    meja. Pasti aku lebih enak dipandang daripada perabot-perabot buruk itu. Begini. Aku jatuh da

    hati mereka seperti seekor anak burung jatuh dari sarangnya. Pungutlah aku, masukkan dala

    hatimu. Kita nanti akan lihat bagaimana manisnya aku.

    GARCIN : (membebaskan diri) Kan sudah kukatakan sampaikan pada dia.ESTELLE : Padanya? Dia tidak masuk hitungan, dia perempuan.

    INEZ : Oh, aku tidak masuk hitungan? Begitu kau kira? Tapi, anak burungku yang jatuh, kau telah lam

     bernaung dalam hatiku. Biarpun kau sendiri tak tahu. Aku akan memandang nanap padamu untuselama-lamanya, tanpa mengerjapkan mataku dan kau akan hidup dalam pandanganku sebag

    sebutir debu hidup dalam sinar matahari.

    ESTELLE : Sinar matahari. Tidak perlu omong kosong. Kau sudah coba akal itu, seharusnya kau tahusahamu itu tidak akan mempan.

    INEZ : Estelle. Arus kemilauku. Kristalku.

    ESTELLE : Kristalmu? Kau agak berlebihan. Kaukira kau dapat memperbodoh-bodoh aku dengan ucapaseperti itu? Semua orang kini tahu apa yang telah kulakukan dengan anakku. Kristal itu sud

     pecah berderai, tapi aku tidak peduli. Aku tidak lebih dari sebuah boneka kosong. Yang tersi

    hanya sekedar kulit luar – tapi kulit ini bukan untukmu.

    INEZ : Kemarilah Estelle. Kau bisa jadi apa saja yang kauinginkan: arus kemilau, arus keruh. Dan jaudalam mataku kau dapat melihat diri kau seperti kauinginkan.

    ESTELLE : Jangan ganggu aku. Kau tidak punya mata. Apa yang harus kulakukan supaya bebas dari kau

    Aku tahu. (ia meludahi muka Inez) Rasakan.INEZ : Garcin, kau harus bayar.

    (diam. Garcin mengangkat bahu, lalu mendatangi Estelle) 

    GARCIN : Ah, jadi kau yang butuhkan seorang laki-laki.ESTELLE : Bukan sembarang laki-laki, tapi kau.

    GARCIN : Tidak perlu berlagak. Laki-laki yang mana saja cukup baik bagimu. Karena kebetulan aku ada

    sini, kau menginginkan aku. Baik! (ia memegang bahunya)  Tapi ingat, aku tidak mirip deng

    kau; aku bukan anak muda dan aku tidak pandai berdansa tango.ESTELLE : Kau kuterima sebagaimana adanya. Siapa tahu aku dapat mengubah kau.

    GARCIN : Aku tidak yakin. Aku tidak akan begitu peduli. Masih banyak hal yang harus kufikirkan.

    ESTELLE : Apa?GARCIN : Buat kau tidak akan menarik.

    ESTELLE : Aku akan duduk di atas sofamu dan aku akan menunggu sampai kau memperhatikan aku. Ak

     berjanji tidak akan menyusahkan kau.INEZ : (ketawa melengking) Bagus, jilatlah dia. Anjing kegatalan. Tunduk dan merangkak. Bahkan cant

    dia tidak. Apanya yang menarik?

    ESTELLE : Jangan pedulikan dia. Dia punya mata, tidak punya telinga. Dia – tidak apa-apa.GARCIN : Aku akan berikan apa yang bisa aku berikan. Tidak banyak. Aku tidak akan mencintai kau – ak

    terlalu kenal padamu.

    ESTELLE : Tap kan mau padaku?

    GARCIN : YaESTELLE : Aku tidak minta lebih dari itu.

    GARCIN : Kalau begitu – (ia membungkuk)

    INEZ : Estelle! Garcin! Kalian gila. Kalian tidak sendiri. Aku juga ada di sini.GARCIN : Tentu – tapi kan tidak apa?

    INEZ : Depan mataku? Tidak bisa – tidak bisa.

    GARCIN : Kenapa tidak? Aku sering membuka pakaian dilihat oleh pelayanku.INEZ : (memegang lengan Garcin)  Biarkan dia. Jangan gerayangi dia dengan tangan laki-lakimu yan

    kotor.

    GARCIN : (menolakkannya dengan kasar) Awas. Aku bukan laki-laki terhormat, dan aku tidak segan-seg

    memukul perempuan.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    19/24

    Pintu Tertutup Halaman 1

    INEZ : Tapi kau sudah janji. Kau sudah janji. Aku cuma minta supaya kau memenuhi janjimu.

    GARCIN : Kenapa? Kau sendiri yang merusak perjanjian kita terlebih dulu. (Inez membelakanginya la

    mundur ke ujung kamar)

    INEZ : Baik, suka hatimulah. Aku berada di fihak yang lemah, satu lawan dua. Tapi jangan lupa aku sini dan aku melihat. Aku tidak akan melepaskan pandanganku dari kau, Garcin. Kalau ka

    mencium dia, kau akan merasa pandanganku menikam dirimu. Ya, buatlah sesuka hatim

    Tidurilah dia. Kita dalam neraka. Giliranku akan tiba. (selama adegan berikutnya Inmemperhatikan mereka tanpa bicara) 

    GARCIN : (kembali pada Estelle lalu memegang bahunya)  Ayuhlah. Bibirmu. Berikan bibirmu. (diam.

    membungkuk untuk menciumnya, lalu tiba-tiba berdiri kembali)

    ESTELLE : Kenapa? (diam) Kan sudah kukatakan jangan hiraukan dia.

    GARCIN : Kau salah sangka. Bukan dia, tapi Gomez. Dia kembali ke ruang wartawan. Mereka suda

    menutup jendela. Rupa-rupanya sekarang di sana musim dingin. Enam bulan semenjak aku – Kasudah kukatakan, fikiranku kadang-kadang tidak ada di sini. Mereka gemetar. Mereka gemeta

    Mereka tidak buka jas. Lucu melihat mereka kedinginan sedangkan aku kepanasan. Ah, kali ini

     bicara tentang aku.

    ESTELLE : Apa akan lama? (diam) Setidak-tidaknya kau bisa menceritakan padaku apa yang dia katakan.GARCIN : Tidak apa-apa. Tidak ada yang pantas untuk diulang. Dia babi, cuma itu. (ia mendengarka

    dengan sungguh-sungguh) Babi terkutuk. (ia kembali pada Estelle) Mari kita kembali – pada d

    kita sendiri. Apa kau akan mencintai aku?ESTELLE : Entahlah.

    GARCIN : Kau percaya padaku?

    ESTELLE : Pertanyaan kau ada-ada saja. Kau selama-lamanya akan berada depan mataku, dan kiranya aktidak perlu khawatir tentang Inez.

    GARCIN : Jelas. (diam. Ia melepaskan tangannya dari bahu Estelle)  Yang kumaksud kepercayaan lai

    (mendengarkan)  Bicaralah; bicaralah, babi. Aku tidak ada di sana untuk membela diri. (pad Estelle) Estelle, kau harus memberi kepercayaanmu padaku.

    ESTELLE : Ah, kau betul-betul membosankan. Aku mau memberikan mulutku, lenganku, seluruh tubuhku

    semuanya bisa berlangsung dengan wajar....Kepercayaanku. Aku tidak punya kepercayaan yan

    dapat kuberikan. Kau membuat aku bingung. Rupa-rupanya ada sesuatu yang menggangg batinmu, hingga kau meributkan kepercayaanku.

    GARCIN : Mereka telah menembak aku.

    ESTELLE : Aku tahu. Karena kau menolak untuk berperang. Yah, kenapa tidak.GARCIN : Sebetulnya aku tidak menolak. Dia memang pintar bicara. Dia menang menghadapi aku, tapi

    tidak pernah mengatakan apa yang harus kulakukan....Apa aku harus pergi pada jendral itu da

     berkata: Jendral, aku menolak untuk berperang? Aku akan segera mereka penjarakan. Tapi akingin memperlihatkan pendirianku, pendirianku yang sebenarnya. Aku tidak mau tutup mulu

    (pada Estelle) Lalu – lalu aku naik kereta....Aku tertangkap di perbatasan.

    ESTELLE : Mau ke mana kau?

    GARCIN : Mau ke Meksiko. Aku bermaksud menerbitkan sebuah surat kabar pro perdamaian di sana. (diamKenapa kau diam?

    ESTELLE : Apa yang bisa kukatakan? Kau benar, karena kau tidak mau perang. (Garcin memperhatika

    gerakan tidak setuju) Sayang. Bagaimana aku bisa tahu jawaban seperti apa yang kauinginkan?INEZ : Apa kau tidak bisa menerka? Aku bisa. Ia ingin kau mengatakan, bahwa ia sudah lari sebag

    seekor singa. Karena ia memang lari. Dan itu mengganggu batinnya.

    GARCIN : Lari – pergi – kita tidak perlu bertengkar tentang kata-kata.ESTELLE : Tapi kau terpaksa lari. Kalau kau tidak lari, kau akan mereka penjarakan.

    GARCIN : Tentu. (diam) Estelle, apa aku seorang pengecut?

    ESTELLE : Bagaimana aku tahu? Jangan begitu, sayang. Aku tidak bisa menyusup ke bawah kulitmu. Ka

    harus putuskan sendiri.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    20/24

    Pintu Tertutup Halaman 2

    GARCIN : Aku tidak bisa.

    ESTELLE : Coba lihat. Kau tentu punya alasan untuk berbuat seperti itu.

    GARCIN : Memang.

    ESTELLE : Nah.GARCIN : Tapi apa alasan itu yang sebenarnya?

    ESTELLE : Fikiranmu berkelok-kelok. Itu yang menyusahkan kau. Buat apa kau susahkan dirimu dengan soa

    sola kecil seperti itu.GARCIN : Aku sudah memikirkannya masak-masak, dan aku berniat untuk melawan. Tapi apa memang i

    alasanku yang sebenarnya?

    INEZ : Tepat. Itu soalnya. Apa itu alasan kau yang sebenarnya? Tak sangsi lagi, kau sudah perdebatkaitu dengan dirimu sendiri. Kaupertimbangkan pro dan kontranya dan akhirnya kau menem

    alasan yang baik untuk melakukan apa yang telah kaulakukan. Tapi ketakutan dan kebencian da

    semua naluri kecil dan kotor yang kita sembunyikan – itu juga alasan. Jadi, terus saja TuaGarcin. Cobalah untuk berlaku jujur terhadap dirimu sendiri.

    GARCIN : Kau tidak perlu mengatakan itu padaku. Siang malam, aku berjalan pulang balik dalanm selk

    dari jendela ke pintu, dari pintu ke jendela. Aku mengintip ke dalam hatiku. Aku membuntu

    diriku sendiri sebagai seorang detektif. Akhir-akhirnya aku seolah-olah memusatkan seluruhidupku pada mawas diri. Tapi selalu aku kembali pada satu hal yang pasti – apa yang tela

    kulakukan, aku telah naik kereta ke perbatasan. Tapi kenapa? Kenapa? Akhirnya aku berkat

    Maut menentukan. Jika aku dapat menghadapi aut dengan penuh keberanian, maka aku sudamembuktikan bahwa aku bukan seorang pengecut.

    INEZ : Bagaimana kau menghadapi maut?

    GARCIN : Dengan penuh siksaan. Dengan cara yang buruk sekali. (Inez ketawa)  Oh, ini cuma sekedkekeliruan fisik yang bisa terjadi pada setiap orang. Aku tidak malu. Cuma segalanya teta

    merupakan ketegangan untuk selama-lamanya. (pada Estelle)  Ke mari Estelle. Lihat aku. Ak

    ingin merasakan pandangan seseorang sementara mereka membicarakan aku di bumi....Ak

    senang mata yang hijau.INEZ : Mata yang hijau. Dengarkan dia. Dan kau Estelle, kau senang pada orang-orang pengecut?

    ESTELLE : Aku tidak peduli. Pengecut atau pahlawan, sama saja – asal ciumannya nikmat.

    GARCIN : Itu mereka, terbenam dalam kursi mereka sambil mengisap cerutu mereka. Mereka kelihata bosan. Separuh tidur. Mereka berfikir: Garcin pengecut. Tapi samar-samar, bagai sebuah mimp

    Orang selalu ingat pada sesuatu. Garcin seorang pengecut. Itulah keputusan mereka, kawan-kawa

     baikku itu. Dalam waktu enam bulan mereka akan mengatakan: Sama pengecutnya seperti GarciKalian berdua untung. Tidak seorang pun di dunia yang ingat kalian. Tapi aku – masa sekaratk

     panjang sekali.

    INEZ : Isterimu bagaimana, Garcin?GARCIN : Oh, belum kuceritakan? Dia sudah mati.

    INEZ : Mati?

    GARCIN : Dia baru saja meninggal. Dua bulan yang lalu.

    INEZ : Karena sedih?GARCIN : Apa lagi kalau bukan karena itu? Semuanya berjalan baik. Perang sudah selesai, isteriku suda

    meninggal dan aku telah mengukirkan namaku dalam sejarah. (ia menangis lalu membar

    mukanya dengan tangannya. Estelle memegang tangannya)ESTELLE : Kasihan, sayangku. Lihat aku. Lihat. Sentuh aku. (ia memegang tangan garcin la

    meletakkannya di lehernya) Nah. Biarkan tanganmu di situ. (Garcin bergerak) Jangan pindahka

    Buat apa fikiran mereka kaurisaukan? Mereka akan mati seorang demi seorang. Lupakan merekKini yang ada hanya aku.

    GARCIN : Tapi mereka tidak akan melupakan aku. Mereka akan mati, tapi yang lain akan datan

    menggantikan mereka untuk meneruskan dongeng itu. Nasibku ada di tangan mereka.

    ESTELLE : Kau terlalu banyak berfikir. Itu yang menyusahkan kau.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    21/24

    Pintu Tertutup Halaman 2

    GARCIN : Apa lagi yang bisa dilakukan? Aku dulu seorang aktifis...Seandainya aku dapat menyertai merek

     biarpun untuk sehari- aku akan purukkan dusta mereka itu ke mulut mereka. Tapi aku suda

    tersingkir. Mereka membuat keputusan tentang hidupku tanpa menghiraukan aku, dan merek

     benar, karena aku sudah mati. Mati dan habis sudah. (ketawa) Sekadar nomor ketinggalan. (diam

    ESTELLE : Garcin.

    GARCIN : Masih di sini? Begini. Aku mau minta bantuan kau. Jangan, jangan mundur. Aku tahu. Bagi ka

    aneh kedengarannya ada orang minta tolong padakau – tidak bisa kualami. Tapi kalau kau ma berusaha, kalau mau berusaha sungguh-sungguh, kita mungkin dapat saling mencintai. Begin

    Beribu orang di sana menyatakan aku seorang pengecut. Tapi jumlah bukanlah hal yang pentin

    Asal ada satu orang yang menyatakan dengan tegas bahwa aku tidak lari, bahwa aku bukanlaorang yang mau melarikan diri, bahwa aku berani dan jujur dan sebagainya – maka, kepercayaa

    orang seorang itu akan menyelamatkan aku. Apa kau percaya padaku? Aku akan mencintaimu da

    memujamu untuk selama-lamanya. Estelle – mau kau?ESTELLE : Oh, kau ada-ada saja. Kaukira aku dapat mencintai seorang pengecut?

    GARCIN : Tapi tadi kau mengatakan...

    ESTELLE : Aku cuma berolok-olok. Aku senang pada laki-laki, sayang, laki-laki yang jantan dengan ku

    keras dan tangan yang kuat. Kau tidak punya dagu seorang pengecut, atau rambut seoran pengecut. Dan aku cinta padamu karena mulutmu, rambutmu, suaramu.

    GARCIN : Apa kau sungguh-sungguh? Apa kau betul sungguh-sungguh?

    ESTELLE : Kau mau aku bersumpah?GARCIN : Kalau begitu aku tidak peduli pada mereka yang di bawah sana dan yang di sini. Estelle, kita aka

    memanjat keluar neraka. (Inez ketawa. Ia terdiam lalu memandang padanya) Kenapa?

    INEZ : Dia tidak sungguh-sungguh sama sekali dengan pendapatnya itu. Kau betul-betul bodoh. Estellapa aku seorang pengecut? Peduli apa dia?

    ESTELLE : Inez, berani betul kau. (pada Garcin) Jangan hiraukan dia. Kalau kau ingin aku percaya padam

    kau harus mempercayai aku terlebih dulu.

    INEZ : Ya, ya. Percayalah. Dia ingin laki-laki – itu boleh kaupercaya. Dia merindukan pelukan laki-ladi pinggangnya, bau laki-laki yang menyala karena nafsu. Dia cuma ingin itu. Kalau kauinginka

    dia akan mengatakan bahwa kau adalah Tuah Maha Kuasa.

    GARCIN : Apa betul begiut, Estelle? Jawab. Betul begitu?ESTELLE : Apa yang harus kukatakan? Kaukira tidak memusingkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaa

    yang kita tidak mengerti ujung pangkalnya? (ia menghentakkan kakinya)  Kau hany

    mempersulit...Aku akan tetap cinta padamu, biarpun kau seorang pengecut. Apa itu belum cukupGARCIN : (kepada kedua perempuan itu) Kalian memuakkan. (ia berjalan ke pintu) 

    ESTELLE : Mau ke mana kau?

    GARCIN : Aku mau pergi.INEZ : Kau tidak akan bisa pergi jauh. Pintu terkunci.

    GARCIN : Aku akan paksa mereka membukanya. (ia menekan knop lonceng, tapi lonceng itu tidak berbuny

    ESTELLE : Jangan, jangan.

    INEZ : (pada Estelle) Jangan khawatir sayang. Lonceng itu tidak berbunyi.GARCIN : Mereka akan membukakannya. (memukul pintu)  Aku tidak tahan lebih lama. Aku muak pad

    kalian berdua. (Estelle berlari mendekatinya. Perempuan itu ia dorong jauh-jauh)  Pergi. K

    lebih busuk lagi dari dia. Aku tidak mau tenggelam dalam matamu. Kau lembut dan licin. Uh. (memukul pintu) Bagai oktopus. Bagai lumpur.

    ESTELLE : Jangan tinggalkan aku. Aku janji tidak akan bicara lagi. Aku tidak akan menyusahkan kau lagi

    tapi jangan pergi. Aku takut tinggal sendiri dengan Inez - ia telah memperlihatkan cakarnya.GARCIN : Selamatkan dirimu sendiri. Aku tidak pernah minta kau datang ke mari.

    ESTELLE : Kau licik. Ya, memang kau pengecut.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    22/24

    Pintu Tertutup Halaman 2

    INEZ : (mendekati Estelle) Burung kecilku jatuh dari sarang. Moga-moga kau puas sekarang. Kau tela

    meludahi mukaku – dengan harapan menarik perhatiannya – dan kita telah bertengkar sedik

    karena dia. Tapi kini ia akan pergi. Itu bagus. Tempat ini seluruhnya buat kita berdua.

    ESTELLE : Kau tidak akan mendapat apa-apa. Kalau pintu itu terbuka, aku juga akan pergi.INEZ : Ke mana?

    ESTELLE : Aku tidak peduli ke mana. Asal jauh dari kau. (Garcin memukul pintu selama mereka bicara) 

    GARCIN : Buka. Buka, laknat. Aku sedia menerima segala-galanya, jepit panas, timah lebur, semua alatmusegala yang membakar dan merobek. Aku sedia menerima siksaan yang kauberikan. Apa saja, ap

    saja lebih baik dari derita batin ini. Keperihan yang menyelinap yang menggigit da

    menggerayangi, mengusap-usap, yang menikam tapi tidak pernah cukup dalam. (ia mengguncanguncang pintu) Buka. (tiba-tiba pintu terbuka, hingga ia hampir-hampir jatu) Ah! (diam) 

    INEZ : Bagaimana Garcin. Kau bebas untuk pergi.

    GARCIN : Kenapa pintu ini terbuka?INEZ : Apa yang kautunggu. Pergilah.

    GARCIN : Aku tidak akan pergi.

    INEZ : Dan kau Estelle? (Estelle tidak bergerak. Inez tertawa)  Jadi bagaimana? Siapa di antara ki

     bertiga yang akan pergi? Halangan sudah tidak ada. Kenapa kita menunggu? ....Keedanan yanluar biasa. Hebat sekali. Kita – kita tidak bisa dipisahkan. (Estelle melompati dia dari belakang) 

    ESTELLE : Tidak bisa dipisahkan? Garcin, bantu aku. Cepat. Kita dorong dia keluar. Lalu pintu kita tutu

    Supaya dia jera.INEZ : (bergulat dengan Estelle) Estelle. Biarkan aku di sini. Aku tidak mau pergi. Jangan dorong aku k

    sana.

    GARCIN : Lepaskan dia.ESTELLE : Kau gila. Dia benci padamu.

    GARCIN : Justru karena dia aku tinggal di sini. (Estelle dan Inez melihat pada Garcin dengan penu

    keheranan)

    INEZ : Karena aku? (Diam) Baik. Tutup pintu itu. Kamar ini sepuluh kali lebih panas semenjak pintu itterbuka. (Garcin jalan ke pintu lalu menutupnya) Karena aku katamu?

    GARCIN : Ya. Kau setidak-tidaknya tahu apa artinya, jadi seorang pengecut.

    INEZ : Ya, aku tahu.GARCIN : Dan kau tahu apa kelicikan, apa rasa malu dan ketakutan. Ada masa-masa kau mengintip ke dala

    dirimu sendiri, ke dalam tempat rahasia dalam hatimu dan apa yang kaulihat di sana membuat ka

     jatuh pingsan karena seram. Lalu keesokan harinya, kau tidak tahu bagaimana cara kau harmenanggapinya. Kau tidak dapat menaksirkan keseraman yang kau lihat sehari sebelumnya. Ka

    tahu berapa harga kejahatan. Dan kalau kau mengatakan aku pengecut, dari pengalaman masa la

    kau tahu apa arti ucapanmu itu. Begitu kan?INEZ : Ya.

    GARCIN : Jadi kau yang harus kuyakinkan. Kau sama dengan aku. Kau kira aku betul-betul mau perg

    Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kau, puas karena kekalahanku, dengan segala macam fikira

    tentang aku di kepalamu.INEZ : Apa kau betul-betul mau meyakinkan aku?

    GARCIN : Kini itu satu-satunya keinginanku. Aku tidak dapat mendengarkan mereka lagi. Mungkin seka

    mereka sudah tidak ingat lagi padaku. Untuk selama-lamanya. Layar sudah turun – tidak ada layang tersisa dari diriku di dunia. Bahkan juga tidak sebutan: pengecut. Jadi, Inez, kini kita sendir

    Hanya kalian berdua yang tinggal yang dapat mengingat aku. Dia-dia tidak masuk hitungan. Ka

    yang paling penting. Kau benci padaku. Kalau kau percaya padaku maka aku akan selamat.INEZ : Tidak akan mudah. Lihat aku. Aku seorang wanita yang keras kepala.

    GARCIN : Aku sediakan waktu secukupnya.

    INEZ : Ya, waktu kita banyak. Semua waktu.

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    23/24

    Pintu Tertutup Halaman 2

    GARCIN : (meletakkan tangannya ke atas bahu Inez) Begini. Setiap laki-laki punya tujuan dalam hidupny

    suatu motif pokok. Begitu, kan? Aku tidak peduli kekayaan atau cinta. Aku ingin jadi laki-la

    sebenarnya. Seorang yang tabah, seperti kata orang. Aku mempertaruhkan semuanya pada sa

    ekor kuda saja....Apa mungkin seseorang pengecut, jika dengan sengaja dia menghadang bahaydi setiap sudut? Dan apa suatu kehidupan dapat dinilai berdasarkan satu perbuatan?

    INEZ : Kenapa tidak? Selama tiga puluh tahun kau bermimpi, kau seorang pahlawan. Dan ka

    memaafkan beribu-ribu kekeliruan sendiri. Karena tentu saja, seorang pahlawan tidak bisa salaJelas sekali, ini suatu cara yang mudah. Lalu datang hari di mana kau harus membuktikannya. Ka

    dihadapkan pada lampu merah tanda bahaya – dan kau naik kereta ke Meksiko.

    GARCIN : Aku bermimpi katamu. Itu bukan mimpi. Waktu aku memilih jalan yang paling berat, maka iadalah sesuatu yang kupilih dengan sengaja. Seorang laki-laki ialah apa yang ia ingin jadika

    dengan dirinya.

    INEZ : Buktikan. Buktikan bahwa itu bukan mimpi. Hanya perbuatan yang menunjukkan siapa orang isebetulnya.

    GARCIN : Aku mati terlalu pagi. Aku tidak diberi waktu. Untuk melakukan perbuatanku.

    INEZ : Kita selalu mati terlalu pagi – atau terlambat. Sungguhpun begitu, pada saat itu, seluruh kehidupa

    kita lengkap sudah, dengan sebuah garis nyata ditarik di bawahnya, siap untuk dijumlahkan. Kaadalah hidupmu. Lain tidak.

    GARCIN : Kau betul-betul perempuan berbisa. Kau punya jawab untuk segala-galanya.

    INEZ : Ayuhlah. Jangan putus harapan. Tidak terlalu susah untuk meyakinkan aku. Kumpulkan kekuatahimpunkan alasan. (Garcin mengangkat bahu) Aku benarkan waktu aku mengatakan kau rapuh

    Sekarang kau harus membayar. Kau pengecut Garcin, karena aku menginginkannya begitu. Ak

    menginginkannya – kau dengar – aku menginginkannya. Lihat aku, lihat bagaimana lemahnyaku, hanya sekadar bernafas di udara, sekadar pandangan yang memperhatikan kau, sebentu

    fikiran yang kabur yang ingat cuma padamu. (ia mendekatinya sambil membuka tangan) Ah, ki

    tangan itu terbuka. Tangan yang besar, kasar. Tangan laki-laki. Tapi apa yang mau kaulakukan

    Kau tidak dapat mencekik fikiran dengan tangan. Jadi bagimu tidak ada jalan lain. Kau harumeyakinkan aku. Kau berada dalam tanganku.

    ESTELLE : Garcin.

    GARCIN : Apa?ESTELLE : Balaskan dendammu.

    GARCIN : Bagaimana?

    ESTELLE : Cium aku, sayang – kau akan dengar dia memekik.GARCIN : Betul, Inez. Aku dalam tanganmu, tapi kau juga dalam tanganku. (ia membungkuk depan Estell

     Inez memekik)

    INEZ : Pengecut, orang lemah. Tidak malu lari pada perempuan minta hiburan.ESTELLE : Betul Inez, memekiklah.

    INEZ : Kalian berdua betul-betul pasangan yang manis. Seandainya kau bisa lihat bagaimana cakarny

    yang besar berkembang atas punggungmu, hingga kulitmu berlipat-lipat dan sutera yang kaupak

     berkerut. Hati-hati. Ia berkeringat. Tangannya akan meninggalkan noda biru di bajumu.ESTELLE : Memekiklah Inez, memekiklah....Peluk aku keras-keras sayang. Lebih keras lagi, supaya d

    mampus. Itu paling baik.

    INEZ : Ya, Garcin, dia benar. Lanjutkan, peras dia hingga kalian merasa tubuh kalian jadi lumer da bercampur satu sama lain. Daging yang hangat, yang berdebar-debar...Cinta adalah hiburan yan

     besar, kan kawan? Dalam dan gelap bagai tidur. Tapi aku akan jaga jangan kau sampai tidur.

    ESTELLE : Jangan hiraukan dia. Tekankan bibirmu ke bibirku. Aku punyamu, punyamu.INEZ : Apa lagi yang kau tunggu? Lakukan apa katanya. Adegan percintaan yang bagus sekali: pengec

    Garcin memeluk pembunuh anak Estellle dalam tangan laki-lakinya. Pasang-pasang, Tuan-tua

    Apa pengecut Garcin akan mencium wanita itu apa tidak? Apa taruhannya? Aku memperhatika

    kau, semua orang memperhatikan kau. Aku sendiri orang banyak. Kau dengar apa kata merek

  • 8/17/2019 Jean-Paul Sartre_Pintu Tertutup.pdf

    24/24

    Pi t T t t H l 2

    Garcin? Pengecut, pengecut – itu kata mereka....Jangan coba lari. Aku tak akan melepaskan ka

    Apa yang bisa kau harapkan dari bibirnya? Kelupaan? Tapi aku tidak akan melupakan kau, tida

    Kau yang harus kuyakinkan. Datanglah padaku. Aku menunggu. Mari...Lihat bagaimana patu

    dia, bagai seekor anjing yang terlatih yang datang bila induk semangnya memanggil. Kau tida bisa memiliki dia, kapan pun juga.

    GARCIN : Apa hari tidak akan pernah malam?

    INEZ : Tidak.GARCIN : Kau selalu akan melihat aku?

    INEZ : Selalu.

    (Garcin melepaskan diri dari Estelle. Ia berjalan ke dekat patung perunggu)

    GARCIN : Perunggu ini. (memegangnya sambil merenung) Ya, sekarang saatnya. Aku melihat kepada baran

    ini dan aku tahu dalam neraka. Memang, semuanya sudah diatur sebelumnya. Mereka tahu ak

    akan berdiri di sini membarut-barut perunggu ini sedangkan semua mata memandang padakMelalap aku. (tiba-tiba ia berputar) Apa? Hanya kalian berdua? Kukira lebih banyak. (ketaw

    Jadi, inilah neraka. Aku tidak pernah mengira begini. Ingatkah, apa yang diceritakan pada ki

    tentang macam-macam siksaan di sini? Cerita nenek-nenek. Buat apa besi rajam yang mera

    menyala? Tidak perlu sama sekali. Neraka adalah orang lain.ESTELLE : Sayang.

    GARCIN : (menjauhkan dia)  Biarkan aku. Dia ada antara kita. Aku tidak dapat mencintai kau kalau d

    melihat.ESTELLE : Baik. Kalau begitu kuhentikan dia melihat. (ia pungut pisau kertas yang ada di meja lalu menika

     Inez)

    INEZ : (tertawa) Kau gila. Mengapa kau? Kau kan tahu sudah mati.ESTELLE : Mati? (ia menjatuhkan pisau itu. Diam. Inez memungut pisau itu lalu menikamkannya pad

    dirinya sendiri)

    INEZ : Mati, mati. Pisau, tali, racun – semuanya tidak mempan. Sudah terjadi sebelumnya, mengerti kau

    Untuk selama-lamanya. Beginilah kita untuk selama-lamanya. (ketawa)

    ESTELLE : (ketawa) Selama-lamanya. Ya, Tuhan lucunya.

    GARCIN : (memandang pada kedua perempuan itu lalu ikut tertawa)  Untuk selama-lamanya. Selam

    lamanya. (mereka duduk di sofa masing-masing. Diam. Ketawa mereka menghilang lalu mereksaling berpandangan)

    Ya, mari kita lanjutkan. 

    LAYAR TURUN

     Diketik ulang oleh: Ni Ketut Anis Widhiani