jdih.kkp.go.idjdih.kkp.go.id/peraturan/r-permen-pedum-udang-3-agustus... · web viewmenanam rumput...

33
Tgl 11 Mei 2015 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REBUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REBUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa udang merupakan komoditas industrialisasi dan komoditas unggulan ekonomis penting yang memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi sehingga perlu ditingkatkan produksi dan produktivitasnya; b. bahwa dalam rangka perkembangan teknologi budidaya, untuk meningkatkan produksi udang dan pengembangan usaha budidaya udang secara nasional, perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Umum Budidaya Udang; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

Upload: nguyendang

Post on 17-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tgl 11 Mei 2015

RANCANGAN PERATURANMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REBUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2015

TENTANG

PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REBUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa udang merupakan komoditas industrialisasi dan komoditas unggulan ekonomis penting yang memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi sehingga perlu ditingkatkan produksi dan produktivitasnya;

b. bahwa dalam rangka perkembangan teknologi budidaya, untuk meningkatkan produksi udang dan pengembangan usaha budidaya udang secara nasional, perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Umum Budidaya Udang;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pembentukan Kabinet Kerja 2014-2019;

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL);

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME.

Pasal 1

(1) Pedoman Umum Pembudidayaan Udang Windu dan Vaname merupakan acuan dalam melakukan pengembangan usaha budidaya udang windu dan vaname yang berorientasi pada peningkatan produksi, daya saing, dan keberlanjutan.

(2) Pedoman Umum Pembudidayaan Udang Windu dan Vaname sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerapkan teknologi sederhana,

semi intensif, intensif, super intensif, karamba jaring apung, dan lahan pasir.

Pasal 2

(1) Pedoman Umum Pembudidayaan Udang Windu dan Vaname sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mencakup lokasi, prasarana, dan sarana, teknologi budidaya udang, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, manajemen sumber daya manusia dan usaha budidaya, dan pembinaan, pengawasan monitoring serta evaluasi.

(2) Pedoman Umum Pembudidayaan Udang Windu dan Vaname sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

Pedoman Umum Pembudidayaan Udang Windu dan Vaname sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan gambar tata letak tambak udang (lay out) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Air di lingkungan alami tambak harus terhindar dari bahan cemaran yang berbahaya, maka setiap kegiatan budidaya udang harus melakukan perbaikan kualitas air buangan tambak dengan mengacu pada Baku Mutu Effluen Tambak Udang sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.28/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

Diundangkan di JakartaPada tanggalMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H LAOLY

LEMBAR PERSETUJUAN

NO. JABATAN PARAF1. Sesditjen Perikanan Budidaya

2. Direktur Produksi

3. Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas

LAMPIRAN IPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /PERMEN-KP/2014TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi perairan baik perairan umum, payau dan kemaritiman Indonesia cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan budidaya dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk mendukung ketersediaan bahan baku bagi ketahanan pangan nasional maupun untuk kebutuhan ekspor, yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan devisa negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang cukup luas. Selain itu, dampak positif yang terjadi dengan pengembangan budidaya yaitu berkembangnya industri sarana penunjang seperti usaha pembenihan (hatchery), pabrik pakan, peralatan dan usaha penanganan hasil.

Saat ini teknologi budidaya udang telah berkembang cukup pesat mulai dari teknologi sederhana hingga intensif. Perkembangan dan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif teknologi ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha terutama pembudidaya udang untuk meningkatkan nilai tambah, jumlah produksinya dan menghasilkan udang yang aman dikonsumsi dalam rangka mendukung industrialisasi perikanan sebagai pemasok kebutuhan bahan baku bagi industri di hilir. Penerapanan teknologi dalam kegiatan budidaya udang seyogyanya selaras dan mengacu pada konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip daya dukung, usaha terintegrasi, pengelolaan, pengendalian, efisiensi, kualitas, percepatan (akselerasi), ramah lingkungan dan keberlanjutan.

B. Tujuan Tujuan pedoman umum budidaya udang ini adalah memberikan pedoman bagi pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan pembina di lapangan untuk mengelola dan mengembangkan budidaya udang yang produktif, efisien, menguntungkan, dan berkelanjutan.

C. SasaranSasaran pedoman umum budidaya udang ini adalah:1. terwujudnya kebijakan pembangunan dan pengembangan budidaya

udang yang lebih terarah dan operasional sesuai dengan wilayah peruntukannya yang berketetapan hukum;

2. terwujudnya penerapan pembangunan dan pengembangan budidaya udang yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; dan

3. meningkatnya produksi dan produktivitas budidaya udang, pendapatan pembudidaya dan penerimaan devisa negara dari ekspor.

D. PengertianDalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:1. Pembesaran udang adalah kegiatan untuk memelihara dan/atau

membesarkan udang windu dan vaname, serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.

2. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.3. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang

terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

4. Cara Budidaya Ikan yang Baik, yang selanjutnya disingkat CBIB adalah pedoman dan tata cara budidaya dari tahap pra produksi, proses produksi dan panen yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan pangan, kesehatan dan kenyamanan ikan, kelestarian lingkungan dan sosial ekonomi.

5. Teknologi Budidaya Udang adalah cara atau proses dalam memproduksi udang ukuran konsumsi, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) budidaya udang dan penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

6. Pemanenan adalah kegiatan tahap akhir proses produksi udang.7. Daerah penyangga adalah kawasan yang berupa tanaman vegetasi

dengan rasio minimum 20% dari biomassa.8. Pengamanan Biologi (Biosecurity) adalah upaya pengamanan sistem

budidaya dari kontaminasi patogen akibat transmisi jasad dan jasad pembawa patogen (carrier patogen) dari luar dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan.

9. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

10. Filter biologis adalah ikan herbivora, rumput laut, kekerangan, dan/atau mangrove yang dengan sengaja ditebar/ditanam atau digunakan pada petak pembuangan untuk menyaring atau memperbaiki kualitas air buangan dari tambak pemeliharaan.

11. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.

12. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

13. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang pada suatu wilayah.

14. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disingkat RZWP3K adalah zonasi penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil sesuai dengan peruntukannya.

15. Kawasan adalah bagian wilayah yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

16. Sempandan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

17. Mangrove adalah formasi vegetasi yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan pantai (Rhizophora, Avicenia, Bruguiera, Nypha, jenis pakis laut dll).

18. Tumpang sari ikan hutan mangrove (Silvofishery) adalah pemanfaatan ekosistem hutan bakau untuk kegiatan budidaya perikanan tanpa mengganggu kelestarian fungsinya.

19. Air buangan tambak (Effluen) adalah air buangan tambak yang telah mengalami proses perbaikan mutu sebelum masuk ke perairan umum.

20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan perikanan.21. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

kabupaten/kota.22. Kluster adalah suaru kawasan lahan/area yang luasannya minimal 5

ha yang digunakan untuk pembudidayaan ikan/udang.23. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang melaksanakan tugas

teknis di bidang perikanan budidaya.

BAB IILOKASI, PRASARANA, DAN SARANA

A. LokasiKegiatan usaha budidaya udang diawali dengan penentuan lokasi untuk mendukung kebutuhan biologis udang yang dipelihara, untuk memenuhi daya dukung tersebut perlu dilakukan pemilihan lokasi yang tepat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk kontruksi tambak dan operasional, mengindentifikasi kemungkinan dampak negatif dari pengembangan lokasi dan akibat sosial yang ditimbulkannya, memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak dan meminimalkan timbulnya resiko-resiko yang lain. Lokasi yang dipilih merupakan areal yang digunakan untuk pembudidayaan udang dan dikembangkan sebagai sentra-sentra budidaya udang dalam bentuk klaster. Pemilihan lokasi usaha pembudidayaan udang dimaksudkan untuk menjamin keselarasan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha budidaya dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.Untuk lokasi pembudidayaan udang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil nasional, provinsi, atau kabupaten/kota;

2. memiliki sumber air dan tanah yang mencukupi dan berkualitas baik sesuai yang dipersyaratkan, apabila kandungan zat besi pada lahan tambak lebih dari 0,02 ppm perlu dilakukan perlakuan tanah dasar tambak;

3. tidak membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona inti kawasan konservasi;

4. berada pada kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh pencemaran limbah bahan beracun dan berbahaya;

5. berada di belakang sempadan pantai dan sempadan sungai dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat baik secara kolektif ataupun masing-masing (individu) dengan daerah penyangga minimum 20% dari luas tambak;

6. konstruksi infrastruktur harus mempertimbangkan konservasi habitat alam dan meminimalisir gangguan terhadap lingkungan sekitar;

7. tersedianya aksesibilitas, prasarana transportasi dan komunikasi yang mudah dan terjangkau; dan

8. lahan tambak pada usaha budidaya udang dilakukan dengan tahapan pengeringan, pengapuran dan pemupukan tanah dasar tambak untuk memperbaiki kualitas tanah dasar tambak untuk mendukung pertumbuhan pakan alami dan kualitas air.

B. Prasarana

Seluruh bangunan, alat dan mesin yang diperlukan untuk mendukung terselenggaranya pembudidayaan udang sesuai dengan persyaratan teknis yang dibutuhkan, terdiri dari:1. Wadah pembudidayaan udang

a. desain dan tata letak tambak/wadah dibangun dengan prinsip untuk mendapatkan air dengan kualitas baik dan mencegah polusi dan penyebaran penyakit; dan

b. memiliki petak tandon baik individu maupun kolektif dan petak pemeliharaan untuk budidaya udang di tambak.

2. Saluran air masuk (inlet) dan saluran air buang (outlet) harus terpisah; dan

3. Alat dan mesin untuk budidaya udang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan, tidak beracun, dan bebas penyakit.

C. SaranaBahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembudidayaan udang dalam proses produksi udang antara lain:1. Benih

Benih berasal dari unit pembenihan yang bersertifikat CPIB dan/atau memiliki surat keterangan sehat dari instansi yang berwenang.

2. Pakan harus terdaftar di Direktorat Jenderal dan digunakan sesuai petunjuk penggunaan.

3. Obat Ikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. obat ikan harus terdaftar; danb. penggunaan bahan kimia dan obat ikan sesuai dengan petunjuk

penggunaan.

BAB IIITEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG

Budidaya udang dilakukan dengan menerapkan teknologi budidaya udang. Teknologi budidaya udang terdiri dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, super intensif, karamba jaring apung, dan lahan pasir. Budidaya udang wajib menjamin mutu dan keamanan pangan hasil produksi budidaya dan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dari tahap pra produksi, proses produksi dan panen yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan pangan.

A. Teknologi Sederhana

Teknologi sederhana dilakukan pada pembesaran udang windu dengan sistem monokultur dan polikultur dengan ikan bandeng dan rumput laut, serta pembesaran udang vaname secara polikultur dengan ikan bandeng dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Persiapan

a. Konstruksi tambak pada tambak udang dengan teknologi sederhana antara lain:1) tambak tanah kedap air;2) petak tandon berkapasitas paling sedikit 30 % dari volume air

pemeliharaan baik secara individu maupun kolektif;3) bentuk tambak tidak memiliki sudut mati (<45°);4) luasan petakan pemeliharaan 0,5 - 2 ha per petak;5) kedalaman air paling rendah 60 – 100 cm; dan6) konstruksi sistem dilengkapi dengan paling kecil 1 (satu) pintu air

masuk untuk mendapatkan air dengan kualitas yang baik.b. Sumber air yang berasal dari air laut dialirkan dengan mekanisme

pasang surut air laut atau pemompaan.c. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam budidaya teknologi

sederhana meliputi benih, pakan, obat ikan, pompa, pupuk, timbangan, jala sampling, sarana biosekuriti sederhana, sarana panen, dan rumah jaga tambak.

d. Dibangun pada lahan yang mempunyai tekstur tanah yang sesuai persyaratan teknis yang mendukung pertumbuhan pakan alami, kualitas air untuk media hidup udang dan mampu menahan volume air tambak atau tidak bocor (<10 % per minggu).

2. Pemeliharaana. Monokultur udang windu:

1) tanpa input pakan komersil; dan2)padat tebar <5 ekor per meter2.

b. Polikultur windu, bandeng dan rumput laut:

1) tanpa input pakan buatan;2) padat tebar benih udang windu 10.000 ekor/ha;3) benih bandeng 1.500 ekor/ha; dan 4) bibit rumput laut Gracilaria sp 1 ton/ha.

c. Polikultur vaname dan bandeng:1) menggunakan input pupuk dan pakan buatan;2) padat tebar benih udang vaname 2-3 ekor/meter2; dan3) padat tebar benih bandeng 2.000 ekor/Ha.

d. Melakukan pencegahan masuknya inang pembawa penyakit (biosekuriti).

e. Melakukan pengelolaan kualitas air selama proses pemeliharaan melalui penambahan air (misalnya dari reservoir atau air tanah).

f. Pengamatan visual kualitas air seperti kecerahan dan warna air dilakukan setiap hari.

g. Penumbuhan pakan alami sebagai pakan utama melalui pemupukan secara bertahap di tambak.

3. Pemanenana. Panen dilakukan untuk budidaya udang windu monokultur

dengan masa pemeliharaan sekitar 120 hari (ukuran 20-40 g/ekor atau marketable size dengan produktivitas 100-300 kg/Ha).

b. Panen dilakukan untuk budidaya polikultur udang windu, bandeng dan rumput laut dengan masa pemeliharaan 120 hari dengan produktivitas udang windu 100-300 kg/Ha, bandeng 300 kg/Ha dan rumput laut basah minimal 2.000 kg/Ha.

c. Panen dilakukan untuk budidaya polikultur udang vaname dan bandeng dengan produktivitas udang 200-300 kg/Ha dan bandeng 150-200 kg/Ha.

4. Pengelolaan lingkunganKawasan tambak tradisional harus:a. menyesuaikan dengan daya dukung ruang dengan perbandingan 30

% lahan untuk budidaya udang dan 70 % untuk lahan mangrove. b. memiliki dan memelihara tanaman mangrove atau tanaman pantai

lainnya yang berfungsi sebagai penyangga (buffer).c. menanam mangrove pada saluran pengeluaran yang dipengaruhi

oleh pasang surut dan aliran nutrient. d. menyediakan kawasan penyangga berkisar 10% sampai dengan 30

% dari masing-masing kawasan pertambakan.e. melakukan budidaya tumpang sari hutan mangrove

(silvofishery)/polyculture (udang, ikan dan rumput laut).

B. Teknologi Semi Intensif

Teknologi semi intensif dilakukan pada pembesaran udang windu dan udang vaname dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Konstruksi tambak mampu menahan volume air (tidak bocor), luasan maksimum 1 ha per petak dan kedalaman air minimal 80-100 cm untuk dapat menciptakan kualitas air yang baik untuk kehidupan udang.

b. Desain dan tata letak dibangun untuk mendapatkan air dengan kualitas baik dan mencegah penularan penyakit yang terdiri dari petak saluran pengendapan/tandon, petak pembesaran dan petak/saluran pengolah limbah. Dilengkapi dengan saluran pasok dan saluran buang secara terpisah.

c. Tambak dengan dasar tanah dilakukan pengeringan, pembalikan tanah, pengapuran, pemasukan air dan sterilisasi air.

d. Sarana dan prasarana yang digunakan meliputi benih, pakan, obat ikan, gudang untuk pakan dan obat ikan, peralatan kualitas air, bengkel kerja, genset/PLN, sarana laboratorium level 1/laboratorium kolektif, sarana biosekuriti, perumahan dan gedung administrasi, rumah jaga tambak dan instalasi pengelolaan limbah, sarana panen.

e. Tambak dengan dasar lining langsung dilakukan pemasukan air, sterilisasi air dan pemberian probiotik.

f. Pengukuran kualitas air berupa suhu, salinitas, pH dan DO dilakukan sebelum dilakukan penebaran benih udang.

g. Memiliki sarana pengelolaan limbah padat/cair sesuai kebutuhan dan ditempatkan di lokasi yang tidak menyebabkan resiko kontaminasi/pencemaran pada lingkungan, wadah budidaya, maupun fasilitas lain.

2. Pemeliharaan a. Padat penebaran untuk:

1) udang windu 10 - 30 ekor/meter2 menggunakan kincir tunggal minimal 8 kincir/ha dan pompa air sesuai kebutuhan; atau

2) udang vaname 30 - 50 ekor/ meter2 menggunakan kincir tunggal minimal 16 kincir/ha dan pompa air sesuai kebutuhan.

b. Pakan yang diberikan berdasarkan jumlah, ukuran dan frekwensi pemberian pakan disesuaikan dengan berat biomas dan nafsu makan udang.

c. Pengelolaan pakan alami diperlukan pada awal pemeliharan untuk mempertahankan plankton sebagai pakan alami melalui pemupukan bertahap dan pemberian probiotik.

d. Pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui penambahan air, pergantian air, mengatur kedalaman air, pemupukan untuk menumbuhkan plankton, aplikasi probiotik dan sumber karbon, penggunaan kapur, dan aerasi untuk memperbaiki kualitas air.

e. Pemantauan kualitas air dilakukan setiap hari dan pengamatan/pengukuran dilakukan secara berkala.

f. Pemantauan udang dilakukan secara visual yang meliputi nafsu makan, pertumbuhan dan kesehatan udang sedangkan secara laboratorium dilakukan untuk pemeriksaan bakteri, patogen dan virus.

g. Hasil pemantauan dan pengukuran dicatat dan didokumentasikan.

3. Pemanenan

a. Panen dilakukan setelah udang mencapai umur pemeliharaan 120 hari (ukuran 20 - 40 g/ekor) atau marketable size.

b. Produktivitas udang windu berkisar 600 kg – 3000 kg/ha/MT.c. Produktivitas udang vaname berkisar 6.000-10.000 kg/Ha/MT.

4. Pengelolaan LimbahPengelolaan Limbah/Effluen pada unit budidaya dengan teknologi semi intensif meliputi: a. unit budidaya memiliki petak pengelolaan limbah cair; danb. sistem pengelolaan limbah harus memenuhi standar baku mutu

lingkungan sebelum dibuang ke perairan umum.

C. Teknologi Intensif

Teknologi intensif dilakukan pada proses pembesaran udang windu dan vaname meliputi tahapan:

1. Persiapana. Konstruksi tambak teknologi intensif mampu menahan volume

air (tidak bocor), luasan maksimum 0,5 ha per petak dan kedalaman air minimal 100 cm untuk dapat menciptakan kualitas air yang baik untuk kehidupan udang, kemiringan dasar tambak 0,2% kearah saluran pembuangan (outlet).

b. Sistem pembuangan air dibuat ke arah tengah (central drain)c. Konstruksi tambak dapat dilakukan dengan dasar tanah atau

pelapisan dasar tambak (lining).d. Sarana dan prasarana yang digunakan meliputi benih, pakan,

obat ikan, gudang untuk pakan dan obat ikan, peralatan kualitas air, bengkel kerja, genset/PLN, sarana laboratorium level 1, sarana biosekuriti, perumahan dan gedung administrasi, rumah jaga tambak dan instalasi pengelolaan limbah, sarana panen.

e. Tambak dengan dasar tanah dilakukan pengeringan, pembalikan tanah, pengapuran, pemasukan air, sterilisasi, penambahan air dan pemberian probiotik.

f. Tambak dengan dasar lining langsung dilakukan pemasukan air, sterilisasi air budidaya dan pemberian probiotik.

g. Pengukuran kualitas air berupa suhu, salinitas, pH, alkalinitas dan DO dilakukan sebelum dilakukan penebaran benih udang.

h. Memiliki sarana pengelolaan limbah padat/cair sesuai kebutuhan dan ditempatkan di lokasi yang tidak menyebabkan resiko kontaminasi/pencemaran pada lingkungan, wadah budidaya, maupun fasilitas lain.

2. Pemeliharaan a. Padat penebaran untuk:

1) udang windu 30 sampai 40 ekor/meter², menggunakan kincir minimal 16 kincir/ha dan pompa air sesuai kebutuhan; atau

2) udang vaname 80 sampai 100 ekor/ meter², menggunakan kincir minimal 28 kincir/ha dan pompa air sesuai kebutuhan.

b. Pakan yang diberikan berdasarkan jumlah, ukuran dan frekwensi pemberian pakan disesuaikan dengan berat biomassa dan nafsu makan udang.

c. Pemantauan udang dilakukan secara visual yang meliputi nafsu makan, pertumbuhan dan kesehatan udang sedangkan secara laboratorium dilakukan untuk pemeriksaan bakteri, patogen dan virus.

d. Pengukuran kualitas air dilakukan secara visual dan laboratorium.e. Hasil pemantauan dan pengukuran dicatat dan didokumentasikan.f. Melakukan pengujian terhadap kandungan residu obat ikan baik

secara individu maupun kolektif.3. Pemanenan

a. Panen udang dilakukan setelah masa pemeliharaan berkisar 60-120 hari atau ukuran 22-40 g/ekor atau marketable size baik secara parsial maupun total.

b. Produktivitas udang windu berkisar 5 ton/Ha. c. Produktivitas udang vaname berkisar 10-15 ton/Ha.

4. Pengelolaan Limbah/ Effluen

Sistem pengelolaan limbah/effluen pada tambak yang menerapkan teknologi intensif memenuhi :a. unit budidaya memiliki petak pengelolaan limbah cair; danb. sistem pengelolaan limbah harus memenuhi standar baku mutu

lingkungan sebelum dibuang ke perairan umum.

D. Teknologi Super Intensif

Teknologi super intensif dilakukan pada proses pembesaran udang vaname meliputi tahapan:1. Persiapan

a. Kontruksi tambak teknologi super intensif mampu menahan volume air (tidak bocor) luasan petakan berkisar 1.000 sampai dengan 3000 meter² dengan kedalaman air minimal 2,6 m dan kemiringan dasar tambak 0,2% ke arah saluran buang (outlet).

b. Konstruksi tambak kokoh dan dijamin tidak bocor dengan cara dibeton dan/atau pelapisan tambak (lining).

c. Desain dan tata letak tambak super intensif terdiri dari petak pengendapan/tandon, petak pembesaran, dilengkapi dengan saluran pasok dan saluran buang secara terpisah serta petak pengolahan limbah.

d. Wajib memiliki Instalasi pengolah limbah (IPAL).e. Sarana dan prasarana yang digunakan meliputi benih, pakan,

obat ikan, gudang untuk pakan dan obat ikan, peralatan kualitas air, bengkel kerja, genset/PLN, kincir, pompa air, sarana laboratorium level 1, sarana biosekuriti, perumahan dan gedung administrasi, rumah jaga tambak dan instalasi pengelolaan limbah, sarana panen.

f. Dilengkapi dengan konstruksi pembuangan endapan organik (central drain sistem matahari).

2. Pemeliharaana. Sebelum pemeliharaan dilakukan sterilisasi air, dilanjutkan

dengan penambahan air dari saluran yang sudah steril atau dari tandon, melakukan pengaturan lingkungan secara ketat dan terbatas.

b. Padat penebaran 500 - 1.000 ekor per meter2 atau 217 – 385 ekor/meter3, tinggi air 130 – 260 cm.

c. Pengelolaan kualitas air tambak dilakukan untuk menciptakan kualitas air yang baik selama pemeliharaan melalui penambahan air, pergantian air, mengatur kedalaman air, aplikasi probiotik dan sumber karbon, aplikasi kapur berdasarkan parameter kualitas air yang diukur secara periodik.

d. Pemberian pakan buatan diberikan sesuai ukuran dari berat biomassa dan nafsu makan (sesuai dengan SNI Budidaya Udang super Intensif).

e. Pengelolaan Kesehatan Udang dan Lingkungan meliputi :1) pengamatan kesehatan udang secara visual dilakukan setiap hari

dan sampling pertumbuhan udang dilakukan setiap minggu sekali serta pengamatan laboratorium sekali dalam seminggu;

2) melakukan penanganan kasus penyakit terhadap:a) penanganan terjadinya serangan penyakit (bakteri dan virus)

dilakukan dengan mengisolasi udang yang sakit dalam wadah yang steril;

b) wabah/kematian masal seperti kasus wabah penyakit bakteri dan virus dilakukan mengeradikasi sumber penyakit dengan pemberian bahan desinfektan (misalnya kaporit 35 ppm) setelah netral ditambahkan dengan penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke kawasan sebelum air dikeluarkan; dan

c) kematian udang secara sporadik segera.3) melaporkan kasus wabah/kematian masal kepada petugas yang

membidangi kesehatan ikan;4) melakukan uji mandiri terhadap kandungan residu obat ikan,

bahan kimia dan kontaminan.3. Pemanenan

a. Panen dilakukan setelah udang berumur sekitar 120 hari atau ukuran udang mencapai 10 - 20 gr/ekor (marketable size).

b. Pemanenan dapat dilakukan ketika populasi mencapai 10 ton atau 20 – 30 % dengan frekuensi 3 – 4 kali baik secara parsial maupun total dalam upaya untuk menyesuaikan dengan daya dukung tambak.

c. Total produksi berkisar 100 – 150 Ton/ha/MT.

4. Pengelolaan Limbah/ Effluen

a. Limbah hasil panen yang banyak mengandung lumpur perlu diendapkan pada petak/saluran pengendapan.

b. Penanganan limbah terlarut dilaksanakan dengan filter biologis seperti ikan herbivora, rumput laut, mangrove di petak pengendapan.

c. Limbah dapat dibuang ke perairan umum setelah memenuhi standar baku mutu lingkungan.

d. Limbah udang dalam bentuk cangkang hasil moulting dapat dibuat untuk Chitosan.

e. Limbah padat yang berasal dari central drain dapat digunakan untuk pupuk kompos.

E. Teknologi Budidaya Udang di Karamba Jaring Apung

Teknologi budidaya dilakukan pada pembesaran udang vaname di karamba jaring apung meliputi tahapan:1. Persiapan

a. Karamba Jaring Apung yang dibangun harus ramah lingkungan dan terhindar dari penularan penyakit.

b. Kecepatan arus maksimal 0,4 m/detik.c. Kedalaman minimal 10 m.d. Dasar laut bersifat aerobik sedalam 30 cm sepanjang tahun.e. Tidak berada pada alur pelayaran dan sektor lain (pariwisata). f. Tinggi gelombang maksimum 1,5 m.g. Kontruksi KJA (HDPE):

1) bentuk bundar atau (octagonal) atau oval;2) bahan jaring tahan UV dan tahan robek dan mudah dibersihkan;

dan3) jaring terdiri dari 2 lapis (lapis pertama untuk udang, lapir terluar

untuk mencegah ikan masuk) dengan ukuran mata jaring disesuaikan agar udang tidak lolos ke perairan .

h. Penempatan konstruksi KJA harus sesuai dengan alokasi pemanfaatan ruang yang tertuang di dalam RZWP3K.

2. Pemeliharaana. Benih menggunakan hasil pendederan 1 (satu) bulan dengan

kepadatan maksimal 500 ekor/m3.b. Biomassa maksimum 90 kg/m3.c. Menggunakan pakan buatan dengan jumlah, ukuran dan

frekwensi pemberian mengacu pada hasil sampling.

3. PemanenanPanen udang dilakukan setelah masa pemeliharaan berkisar 120 hari atau marketable size.

4. Pengelolaan lingkungan

Sistem pengelolaan lingkungan pada karamba jaring apung dilakukan dengan cara:a. menanam rumput laut di luar unit KJA dengan rasio luas 1:1;b. memelihara kekerangan diluar unit KJA yang berfungsi sebagai

penyerap partikel organik;c. membudidayakan teripang di dasar laut KJA berfungsi sebagai

pengkonsumsi endapan organik; dand. menjaga agar potensi redoks dasar laut lebih besar dari 200 mV.

F. Teknologi Budidaya Udang di Lahan Pasir

Teknologi budidaya dilakukan pada pembesaran udang vaname di tambak pasir meliputi tahapan:

1. Persiapana. Luasan tambak 1.000-2.000 meter2 / petak.b. Desain dan tata letak tambak pasir dibangun dengan baik agar

mudah mendapatkan air budidaya, terhindar dari penularan penyakit & pencemaran dengan membangun saluran inlet dan outlet terpisah.

c. Wajib memiliki Instalasi Pengolah Limbah (IPAL).d. Dasar tambak menggunakan lining. e. Pematang dapat menggunakan lining (plastik, beton atau asbes).

2. Pemeliharaan a. Pemeliharaan menggunakan pakan buatan dengan ukuran dan

persentase pemberian pakan disesuaikan dengan berat biomas dan nafsu makan udang.

b. Padat penebaran udang vaname 100-200 ekor/meter2, menggunakan kincir 2 - 4 kincir/petak dan pompa air sesuai kebutuhan.

c. Pemantauan dan pengukuran kualitas air secara visual dilakukan setiap hari, secara laboratorium dilakukan seminggu sekali, hasil pengukuran dicatat dalam log book.

d. Melakukan pengujian terhadap kandungan residu obat ikan baik secara individu maupun kolektif.

3. Pemanenana. Panen udang dilakukan setelah masa pemeliharaan berkisar 60-

120 hari (ukuran 20-40 g/ekor atau marketable size) baik secara parsial maupun total.

b. Produksi diperoleh 1-2 ton/petak.

4. Pengelolaan Limbah/ Effluen

Sistem pengelolaan limbah/effluen harus memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dibuang ke perairan umum, terutama untuk limbah cair.

BAB IVPENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan meliputi pengendalian kesehatan ikan dan lingkungan, penerapan biosecurity, pengelolaan limbah/effluen, pemanenan, dan pendokumentasian

A. Pengendalian kesehatan dan lingkungan pada budidaya udang dilakukan dengan cara :1. menerapkan cara budidaya ikan yang baik2. pengamatan kesehatan udang secara visual dilakukan setiap hari dan

sampling pertumbuhan udang dilakukan secara periodik;3. pengamatan secara mikroskopik dilakukan secara periodik setiap

minggu;4. melakukan penanganan kasus penyakit terhadap:

a. serangan penyakit (bakteri dan virus), dilakukan dengan mengisolasi udang yang sakit dalam wadah yang steril;

b. wabah penyakit/kematian masal (bakteri dan virus), dilakukan mengeradikasi sumber penyakit dengan pemberian bahan desinfektan selanjutnya setelah netral ditambahkan dengan penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke kawasan sebelum air dikeluarkan; dan

c. kematian udang secara sporadik segera dimusnahkan untuk mencegah penularan yang lain.

5. melaporkan kasus wabah/kematian masal kepada petugas yang membidangi kesehatan ikan.

B. Penerapan biosecurity pada budidaya udang dilakukan dengan cara: 1. pencegahan dilakukan dengan pemasangan jaring keliling dan

penangkal burung (Bird Scaring Device) serta pemasangan penangkal kepiting (Crab Scaring Device) baik dilakukan secara individu atau kolektif; dan

2. sarana dan personil harus mengikuti prosedur aseptik.

C. Pengelolaan Limbah/Effluen budidaya udang secara individu dan kolektif dilakukan dengan cara: 1. mengendapkan limbah lumpur pada petak/saluran pengendapan

sebelum dibuang ke perairan umum; 2. endapan bahan organik (sisa pakan dan kotoran udang) dapat

digunakan sebagai bahan pupuk organik atau bahan baku pakan ikan herbivora; dan/atau

3. mutu air buangan tambak tidak melampaui rata-rata kadar mutu air lingkungan tempat pembuangan effluent atau sesuai dengan standar baku mutu lingkungan.

D. Pemanenan pada budidaya udang dilakukan dengan ketentuan:1. panen dilaksanakan pada waktu pagi hari atau sore hari dan

panen dilakukan secara parsial dan atau total; 2. panen dilakukan dengan cepat dan higienis untuk menjaga mutu

udang.3. apabila selama pembudidayaan dipergunakan obat-obatan dan bahan

kimia, pemanenan dilakukan setelah udang tidak mengandung residu; dan

4. peralatan panen harus menggunakan bahan yang tidak merusak fisik, tidak mencemari produk, dan mudah dibersihkan.

E. Pendokumentasian pada budidaya udang dengan ketentuan: 1. melakukan pencatatan dan rekaman kegiatan budidaya udang

pada setiap tahapan produksi dan harus terdokumentasi;2. memiliki petunjuk baku tentang pengoperasian suatu proses kerja

yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang dalam satu unit pembudidayaan yang dapat mempengaruhi efektivitas produks; dan

3. pencatatan, rekaman kegiatan budidaya udang yang telah didokumentasikan harus dapat berfungsi sebagai acuan dalam penerapan dan perbaikan berkelanjutan sistem mutu serta memudahkan ketertelusuran pada seluruh kegiatan budidaya.

BAB VMANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN

USAHA BUDIDAYA UDANG

A. SUMBER DAYA MANUSIAUsaha budidaya udang harus memenuhi ketentuan: 1. memiliki sumber daya manusia antara lain manajer teknis dan

pelaksana teknis.a. Manajer teknis harus memenuhi persyaratan:

1) mengetahui/menguasai penerapan cara budidaya ikan yang baik;2) telah mengikuti pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan3) harus memiliki sertifikat kompetensi budidaya.

b. Pelaksana teknis harus memenuhi persyaratan:1) mendapatkan pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan2) mampu mengisi pencatatan/rekaman selama proses

pembudidayaan.2. mampu menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

B. USAHA BUDIDAYA UDANGUsaha budidaya udang digolongkan menjadi 3 kategori yaitu perorangan, kelompok dan badan usaha/perusahaan harus memenuhi persyaratan:1. Usaha budidaya perorangan dikelola oleh 1 (satu) orang atau lebih

dan apabila berada dalam satu kawasan budidaya diarahkan untuk membentuk kelompok guna efektifitas pengelolaan.

2. Usaha budidaya udang yang dikelola secara berkelompok (kolektif) dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. berbasis kawasan terintegrasi dalam satu kelompok;b. memiliki struktur kelembagaan kelompok;

c. jumlah orang dalam satu kelompok maksimal 10 (sepuluh) orang;d. modal (usaha dikelola bersama);e. dapat mengakses permodalan lembaga keuangan bank maupun

lembaga keuangan lain; danf. kelompok dapat bekerjasama dengan mitra dan mengembangkan

usaha dengan kegiatan usaha lainnya (CSR).

3. Usaha budidaya udang berbentuk badan usaha/perusahaan:a. penggunaan tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di bidang ketenagakerjaan; danb. pengaturan struktur/personil yang menangani suatu manajemen

kelompok dan badan usaha budidaya disesuaikan dengan kebutuhan tergantung skala usaha dan tingkat teknologi yang diterapkan.

BAB VIPEMBINAAN, PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI

A. Pembinaan

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pembinaan dalam rangka meningkatkan pola pengelolaan usaha budidaya udang yang efektif, berkelanjutan.

2. Pembinaan dilakukan secara berjenjang dan dilakukan melalui pelatihan, seminar, workshop, sosialisasi dan lain-lain dengan tujuan peningkatan kompetensi manajemen, pemahaman teknis budidaya, pengelolaan dan pengendalian lingkungan maupun kesadaran tentang pengendalian mutu hasil budidaya melalui CBIB.

B. Pengawasan

1. Pengawas perikanan melakukan pengawasan terhadap kesesuaian pengelolaan usaha pembudidayaan udang windu dan vaname dalam memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan pangan serta kelestarian lingkungan.

2. Pengawasan dilakukan terhadap dipenuhinya ketentuan Peraturan Menteri ini.

C. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring dan evaluasi meliputi perencanaan, perkembangan usaha budidaya, pencapaian hasil, serta pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha budidaya udang terhadap rekomendasi dan izin yang diberikan.

2. Monitoring dan evaluasi dijadikan bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pelaksanaan kebijakan pengembangan usaha budidaya udang untuk kegiatan budidaya udang berikutnya dan

dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan pihak lain (mitra usaha).

BAB VIIPENUTUP

Pedoman umum ini merupakan panduan bagi pembudidaya ikan dalam melakukan pembudidayaan udang yang produktif, bermutu, berdaya saing, menguntungkan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Selain itu, pedoman umum ini juga sebagai pedoman bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan terhadap usaha pembudidayaan udang windu dan vaname.

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

LEMBAR PERSETUJUANNO. JABATAN PARAF1. Sesditjen Perikanan Budidaya2. Direktur Produksi3. Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas

LAMPIRAN IIPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /PERMEN-KP/2014TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME

PARAMETER KUALITAS AIR DAN TANAH

A. Parameter Kualitas Air Sumber

No. Parameter Air Kisaran1. Salinitas (ppt) 5 - 352. pH 7,0 - 9,03. Alkalinitas (ppm) > 504. H2S (mg/l) 0,0015. Bahan Organik (ppm) < 556. Total Phospat (ppm) 0,05 - 0,507. BOD (ppm) < 258. COD (ppm) < 409. TSS (ppm) 25 - 50010. Pb (ppm) 0,001 - 1,15711. Hg (ppm) 0,051 - 0,16712. Cu (ppm) < 0,0613. Organo Chlorine (ppm) < 0,02

Keterangan:Untuk tekstur tanah pasir dapat digunakan tambak plastik/BiocreteBOD : Biochemycal Oxygen DemandCOD : Chemycal Oxygen DemandTSS : Total Suspended Solid

B. Parameter Kualitas Tanah

No. Parameter Kisaran1. pH 6,0 - 8,02. Bahan Organik (%) < 9,03. Tekstur Liat (60-70%) & Pasir (30-40%)4. Struktur Kompak5. Potensi Infiltrasi (cm/menit) < 16. Soeloem (meter) > 1

C. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan

No. Parameter Air Kisaran1. Salinitas (ppt) 15 - 252. Suhu 28,5 - 31,53. pH 7,5 - 8,54. Oksigen (ppm) 3,0 - 7,55. Alkalinitas (ppm) 120 - 1606. Nitrit (ppm) 0,01 - 0,057. NH3 (ppm) 0,05 - 0,108. H2S (ppm) 0,01 - 0,059. Bahan Organik (ppm) < 5510. Phosphat (ppm) 0,10 - 0,2511. Transparasi 30 - 40

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

LEMBAR PERSETUJUANNO. JABATAN PARAF1. Sesditjen Perikanan Budidaya2. Direktur Produksi3. Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas

LAMPIRAN IIIPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /PERMEN-KP/2014TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME

DESAIN TAMBAK SISTEM RESIRKULASI TERTUTUP (SEMI TERTUTUP)

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

LEMBAR PERSETUJUANNO. JABATAN PARAF1. Sesditjen Perikanan Budidaya2. Direktur Produksi3. Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas

LAMPIRAN IVPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIANOMOR /PERMEN-KP/2014TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN UDANG WINDU DAN VANAME

BAKU MUTU EFLUEN TAMBAK UDANG

No. Parameter Air Satuan Kisaran

1.FisikaTSS (Total Suspended Solid) mg/l ≤ 200

2. Kekeruhan

Kimia

NTU (Nephelometer Turbidity Unit)

≤ 50

1. pH - 6-9,02. BOD5 mg/l < 453. PO4-3 mg/l < 0,14. H2S mg/l < 0,035. NO3 mg/l < 756. NO2 mg/l < 2,57. NH3

Biologi

mg/l < 0,1

1.

2.

DinoflagellataGymnodiniumPeridinium Bakteri Patogen

Individu/lIndividu/l

CFU (Calory Froming Unit)

< 8 x 102

< 8 x 102

< 102

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

LEMBAR PERSETUJUANNO. JABATAN PARAF1. Sesditjen Perikanan Budidaya2. Direktur Produksi3. Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas