jasa-jasa pahlawan2

34
TUGAS KLIPING PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL NAMA DAN JASA PAHLAWAN PERANG KEMERDEKAAN ADITYA RAMADHANA 5 D SEKOLAH DASAR BINA INSANI BOGOR PROF. MUHAMMAD YAMIN, SH

Upload: andrimansjoer

Post on 04-Jul-2015

1.587 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jasa-jasa Pahlawan2

TUGASKLIPING

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

NAMA DAN JASA PAHLAWAN PERANG KEMERDEKAAN

ADITYA RAMADHANA5 D

SEKOLAH DASAR BINA INSANIBOGOR

PROF. MUHAMMAD YAMIN, SH

Page 2: Jasa-jasa Pahlawan2

Prof. Muhammad Yamin,

SH lahir di Sawahlunto,

Sumatera Barat tanggal 24

Agustus 1903  adalah seorang

pahlawan nasional Indonesia.

Beliau merupakan salah satu

perintis puisi modern di

Indonesia, serta juga 'pencipta

mitos' yang utama kepada

Presiden Sukarno.

Semasa pendudukan Jepang

antara tahun 1942 dan 1945,

Yamin bertugas pada Pusat

Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang

disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, beliau

mencadangkan bahwa sebuah Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan (BPUPK) diasaskan serta juga bahwa negara yang

baru mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor

Portugis, serta juga kesemua wilayah Hindia Belanda. Pada masa

presiden Soekarno, Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang

penting dalam pemerintahannya.

Yamin meninggal dunia di Jakarta tanggal 17 Oktober 1962 dan

dikebumikan di Talawi, sebuah kota kecamatan yang terletak 20

kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

MOHAMMAD HUSNI

THAMRIN

Mohammad Husni Thamrin

(lahir di Sawah Besar, Jakarta,

Page 3: Jasa-jasa Pahlawan2

16 Februari 1894 – meninggal di Jakarta, 11 Januari 1941 pada

umur 46 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.

Ia dikenal sebagai salah tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem

Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Dewan Rakyat di

Hindia Belanda (Volksraad), mewakili kelompok Inlanders. Sejak

1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra. Beliau juga

salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Indonesia,

karena beliau menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada

tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk

rakyat Hindia Belanda (Indonesia) pribumi yang pertama kali di

daerah Petojo, Batavia (Jakarta).

WAGE RUDOLF SUPRATMAN

Wage Rudolf Supratman

(lahir di Jatinegara, Batavia, 9

Maret 1903 – meninggal di

Surabaya, Jawa Timur, 17

Agustus 1938 pada umur 35

tahun) adalah pengarang lagu

kebangsaan Indonesia,

"Indonesia Raya" dan

pahlawan nasional Indonesia.

Pada bulan Oktober 1928 di

Jakarta dilangsungkan

Page 4: Jasa-jasa Pahlawan2

Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda.

Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928,

Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara

instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan

biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi

pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah

untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di

depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya.

Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional.

Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu

Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan

perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu

kebangsaan, lambang persatuan bangsa.

RADEN MAS SOEWARDI SOERJANINGRAT

Raden Mas Soewardi

Soerjaningrat (EYD: Suwardi

Suryaningrat, sejak 1922

menjadi Ki Hadjar

Dewantara, EYD: Ki Hajar

Dewantara, beberapa

menuliskan bunyi bahasa

Jawanya dengan Ki Hajar

Dewantoro; lahir di

Yogyakarta, 2 Mei

1889 – meninggal di

Yogyakarta, 26 April 1959;

selanjutnya disingkat sebagai

"Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan

Page 5: Jasa-jasa Pahlawan2

Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum

pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah

pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang

memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa

memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun

orang-orang Belanda.

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi

para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan

Hindia).

DANUDIRJA SETIABUDI

Dr. Ernest François Eugène

Douwes Dekker (dikenal

dengan nama Douwes

Dekker atau Danudirja

Setiabudi; lahir di Pasuruan,

Hindia-Belanda, 8 Oktober

1879) adalah seorang pejuang

kemerdekaan dan pahlawan

nasional Indonesia.

Ia adalah salah seorang

peletak dasar nasionalisme

Indonesia di awal abad ke-20,

penulis yang kritis terhadap

kebijakan pemerintah penjajahan Hindia-Belanda, wartawan,

aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama

Page 6: Jasa-jasa Pahlawan2

untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu

dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan

Indonesia, selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi

Suryaningrat.

Bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi

Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif

bernama Indische Partij ("Partai Hindia").

Atas dorongan Suwardi Suryaningrat yang saat itu sudah

mendirikan Perguruan Taman Siswa, ia kemudian ikut dalam

dunia pendidikan, dengan mendirikan sekolah "Ksatrian Instituut"

(KI) di Bandung.

Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950

(tertulis di batu nisannya; 29 Agustus 1950 versi van der Veur,

2006) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

KYAI HAJI AHMAD DAHLAN

Kyai Haji Ahmad Dahlan

lahir di Yogyakarta tanggal 1

Agustus 1868  adalah seorang

Pahlawan Nasional Indonesia.

Nama kecil KH. Ahmad Dahlan

adalah Muhammad Darwis.

Pemerintah Republik Indonesia

menetapkannya sebagai

Pahlawan Nasional dengan

karena hal-hal berikut:

1. KH. Ahmad Dahlan telah

mempelopori kebangkitan

ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa

terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;

Page 7: Jasa-jasa Pahlawan2

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya,

memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya,

yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi

masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;

3. Mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat

diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan

jiwa ajaran Islam;

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita

(Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia

untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat

dengan kaum pria.

KH. Ahmad Dahlan meninggal di Yogyakarta tanggal 23 Februari

1923 dan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

KYAI HAJI SAMANHUDI

Samanhudi atau sering

disebut Kiai Haji Samanhudi

(Lahir di Laweyan, Surakarta,

Jawa Tengah, 1868) adalah

pendiri Sarekat Dagang

Islamiyah, sebuah organisasi

massa di Indonesia yang

awalnya merupakan wadah

bagi para pengusaha batik di

Surakarta. Nama kecilnya ialah

Sudarno Nadi.

Dalam dunia perdagangan,

Samanhudi merasakan

perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara

pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan

pedagang Tionghoa pada tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhudi

merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri

Page 8: Jasa-jasa Pahlawan2

untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia

mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-

citanya.

Ia meninggal di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 28 Desember

1956 dan dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Sesudah

itu, Serikat Islam dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto.

SUTAN SYAHRIR

Sutan Syahrir (ejaan

lama:Soetan Sjahrir) (lahir di

Padang Panjang, Sumatera

Barat, 5 Maret 1909) adalah

seorang politikus dan perdana

menteri pertama Indonesia

dari 14 November 1945 hingga

20 Juni 1947. Syahrir

mendirikan Partai Sosialis

Indonesia pada tahun 1948.

Selain menceburkan diri dalam

sosialisme, Syahrir juga aktif

dalam Perhimpunan Indonesia

(PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Keduanya

rajin menulis di Daulat Rakjat, majalah milik Pendidikan Nasional

Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi

tugas utama pemimpin politik.

Syahrir segera bergabung dalam organisasi Partai Nasional

Indonesia (PNI Baru), yang pada Juni 1932 diketuainya. Syahrir

Page 9: Jasa-jasa Pahlawan2

terjun dalam pergerakan buruh, memuat banyak tulisannya

tentang perburuhan dalam Daulat Rakyat juga kerap berbicara

perihal pergerakan buruh dalam forum-forum politik. Mei 1933,

Syahrir didaulat menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia.

Bersama Hatta, Syahrir mengemudikan PNI Baru sebagai

organisasi pencetak kader-kader pergerakan yang siap bergerak

ke arah tujuan revolusionernya.

Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir menyiapkan gerakan

bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang yang

didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk

memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena

Jepang sudah menyerah, Syahrir siap dengan massa gerakan

bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan

sebagai simbol dukungan rakyat. Soekarno dan Hatta yang

belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak merespon

secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang

yang ada di Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur

lewat keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI, kemerdekaan

akan diproklamasikan pada 24 September 1945.

Sikap Soekarno dan Hatta tersebut mengecewakan para

pemuda, sebab sikap itu berisiko kemerdekaan RI dinilai sebagai

hadiah Jepang dan RI adalah bikinan Jepang. Guna mendesak

lebih keras, para pemuda pun menculik Soekarno dan Hatta pada

16 Agustus. Akhirnya, Soekarno dan Hatta memproklamasikan

kemerdekaan RI pada 17 Agustus.

Ia meninggal di Zürich, Swiss, 9 April 1966 dalam pengasingan

sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata,

Jakarta.

Page 10: Jasa-jasa Pahlawan2

SOELAIMAN EFFENDI KOESOEMAH ATMADJA

Soelaiman Effendi

Koesoemah Atmadja (lahir

di Purwakarta Jawa Barat, 8

September

1898 – meninggal di Jakarta,

11 Agustus 1952 pada umur

53 tahun) adalah salah satu

pahlawan Indonesia.

Pada masa jabatannya ia

memindahkan kedudukan

MA ke Jakarta dari

sebelumnya di Yogyakarta

Page 11: Jasa-jasa Pahlawan2

RADEN HADJI OEMAR SAID TJOKOAMINOTO

Raden Hadji Oemar Said

Tjokroaminoto (lahir di

Ponorogo, Jawa Timur, 6

Agustus 1882 – ) adalah

seorang pemimpin organisasi

Sarekat Islam (SI) di

Indonesia.

Sebagai salah satu pelopor

pergerakan nasional, ia

mempunyai beberapa murid

yang selanjutnya memberikan

warna bagi sejarah

pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang sosialis/komunis,

Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Pada

bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi

Sarekat Islam.

Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-

tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini

menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya

yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang

kemerdekaan.

Ia meninggal di Yogyakarta pada tanggal 17 Desember 1934 dan

dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit

sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.

JENDRAL GATOT SOEBROTO

Page 12: Jasa-jasa Pahlawan2

Jenderal Gatot Soebroto

(lahir di Banyumas, Jawa

Tengah, 10 Oktober 1907)

adalah tokoh perjuangan

militer Indonesia dalam

merebut kemerdekaan dan

juga pahlawan nasional

Indonesia.

Pada tahun 1923 memasuki

sekolah militer KNIL di

Magelang. Setelah Jepang

menduduki Indonesia, serta

merta Gatot Subroto pun

mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan,

Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR

dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima

Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer

Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun

1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara &

Teritorium (T&T) IV I Diponegoro.

Pada tahun 1953, beliau sempat mengundurkan diri dari dinas

militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus

diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).

Beliau adalah penggagas pembentukan Akademi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.

Meninggal di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962 dan

dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang.

RADEN AJENG KARTINI

Page 13: Jasa-jasa Pahlawan2

Raden Adjeng Kartini (lahir

di Jepara, Jawa Tengah, 21

April 1879 – meninggal di

Rembang, Jawa Tengah, 17

September 1904 pada umur

25 tahun) atau sebenarnya

lebih tepat disebut Raden

Ayu Kartini adalah seorang

tokoh suku Jawa dan Pahlawan

Nasional Indonesia. Kartini

dikenal sebagai pelopor

kebangkitan perempuan

pribumi.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita

oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di

Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah

lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini".

Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang

tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon yang menjabat sebagai

Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda

mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah

dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa, yang

diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari

Kegelapan Menuju Cahaya". Pada tahun 1922, Balai Pustaka

menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang

diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah

Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara.

Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang

versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik

Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang

Page 14: Jasa-jasa Pahlawan2

menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional

sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk

diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian

dikenal sebagai Hari Kartini.

Page 15: Jasa-jasa Pahlawan2

JENDRAL SOEDIRMAN

Jenderal Besar TNI Anumerta

Soedirman (Ejaan Soewandi:

Sudirman) (lahir di Bodas

Karangjati, Purbalingga, Jawa

Tengah, 24 Januari 1916  

adalah seorang pahlawan

nasional Indonesia yang

berjuang pada masa Revolusi

Nasional Indonesia. Dalam

sejarah ia dicatat sebagai

Panglima dan Jenderal RI yang

pertama dan termuda.

Ketika jaman pendudukan

Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di

bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan

pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya,

Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas

sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima

Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).

Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi

anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia

mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya

kelaparan.

Peran pada Pasca kemerdekaan Indonesia

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, terbentuk Tentara

Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, dan ia diangkat menjadi

Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan

melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman

Page 16: Jasa-jasa Pahlawan2

terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang

RI.

Peran dalam revolusi nasional Indonesia

TKR terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang

Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda

yang berlangsung dari bulan November sampai 16 Desember

1945. Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan

Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai

Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh

pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer

atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.

Peran dalam Agresi Militer II Belanda

Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta

dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut.

Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai

Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun

1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta

bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad

Hatta.

Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal

dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah

yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai

Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia

mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan

bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal

di RI sampai sekarang.

Page 17: Jasa-jasa Pahlawan2

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Dr. Cipto Mangunkusumo

atau Tjipto

Mangoenkoesoemo

(Pecangakan, Ambarawa,

Semarang, 1886 – Jakarta, 8

Maret 1943) adalah seorang

tokoh pergerakan

kemerdekaan Indonesia.

Bersama dengan Ernest

Douwes Dekker dan Ki Hajar

Dewantara ia dikenal sebagai

"Tiga Serangkai" yang banyak

menyebarluaskan ide

pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan

penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij,

suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide

pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh

Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan

oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas

politiknya, dan baru kembali 1917.

Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang

kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di

jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap

radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah

penjajahan ke Banda. Ia wafat pada tahun 1943 dan

dimakamkan di TMP Ambarawa.

TUANKU IMAM BONJOL

Page 18: Jasa-jasa Pahlawan2

Tuanku Imam Bonjol (lahir

di Bonjol, Pasaman, Sumatera

Barat, Indonesia 1772 - wafat

dalam pengasingan dan

dimakamkan di Lotak,

Pineleng, Minahasa, 6

November 1864), adalah salah

seorang ulama, pemimpin dan

pejuang yang berperang

melawan Belanda dalam

peperangan yang dikenal

dengan nama Perang Padri di

tahun 1803-1838.[1] Tuanku

Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6

November 1973.[2]

Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad

Shahab, yang lahir di Bonjol pada tahun 1772. Sebagai ulama

dan pemimpin masyarakat setempat, ia memperoleh beberapa

gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku

nan Renceh dari Kamang sebagai salah seorang pemimpin dari

Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam

(pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal

dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

PANGERAN DIPONEGORO

Page 19: Jasa-jasa Pahlawan2

Diponegoro adalah putra

sulung Hamengkubuwana III,

seorang raja Mataram di

Yogyakarta. Lahir pada

tanggal 11 November 1785 di

Yogyakarta bernama kecil

Raden Mas Ontowiryo.

Perang Diponegoro berawal

ketika pihak Belanda

memasang patok di tanah

milik Diponegoro di desa

Tegalrejo. Saat itu, beliau

memang sudah muak dengan

kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat

dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka,

mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran

Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo,

dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa

Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa

perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi

kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan

Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan

dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja,

ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.

Pangeran Dipenogoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 dan

dimakamkan di kampung Jawa Makassar, Sulawesi Selatan.

K.H. ZAINAL MUSTOFA

Page 20: Jasa-jasa Pahlawan2

K.H. Zainal Mustafa (lahir di

Bageur, Cimerah, Singaparna,

Tasikmalaya, 1899 – meinggal

di Jakarta, 28 Maret 1944)

adalah salah satu pahlawan

nasional Indonesia. Ia

dimakamkan di Taman

Makam Pahlawan

Tasikmalaya.

Zaenal Mustofa adalah

pemimpin sebuah pesantren

di Tasikmalaya dan pejuang

Islam pertama dari Jawa Barat

yang mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan

Jepang. Nama kecilnya Hudaeni. Namanya menjadi Zaenal

Mustofa setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.

Melalui pesantren ini ia menyebarluaskan agama Islam, terutama

paham Syafi’i yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada

umumnya dan umat Islam Jawa Barat pada khususnya.

sebutan kiai pun menjadi melekat dengan namanya. KH. Zaenal

Mustofa terus tumbuh menjadi pemimpin dan anutan yang

karismatik, patriotik, dan berpandangan jauh ke depan. Tahun

1933, ia masuk Jamiyyah Nahdhatul Ulama (NU) dan diangkat

sebagai wakil ro’is Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.

Pada tanggal 6 Nopember 1972, KH. Zaenal Mustofa diangkat

sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.

HAJI AGUS SALIM

Page 21: Jasa-jasa Pahlawan2

Haji Agus Salim (lahir

dengan nama Mashudul Haq

(berarti "pembela

kebenaran"); lahir di Koto

Gadang, Agam, Sumatera

Barat, Hindia Belanda, 8

Oktober 1884 – meninggal di

Jakarta, Indonesia, 4

November 1954 pada umur

70 tahun) adalah seorang

pejuang kemerdekaan

Indonesia.

Salim terjun ke dunia

jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur

II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan

Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam

bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi

Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan

Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian

Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en

Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan

dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai

pemimpin Sarekat Islam.

Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI),

dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.

Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara

lain:

anggota Volksraad (1921-1924)

anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945

Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan

Kabinet III 1947

Page 22: Jasa-jasa Pahlawan2

pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan

negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947

Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947

Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949

Page 23: Jasa-jasa Pahlawan2

WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Wahidin Sudirohusodo, dr.

(lahir di Mlati, Sleman,

Yogyakarta, 7 Januari

1852 – meninggal di

Yogyakarta, 26 Mei 1917

pada umur 65 tahun) adalah

salah seorang pahlawan

nasional Indonesia. Namanya

selalu dikaitkan dengan Budi

Utomo karena walaupun ia

bukan pendiri organisasi

kebangkitan nasional itu,

dialah penggagas berdirinya

organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding van

Inlandsche Artsen Jakarta itu.

Dokter lulusan STOVIA ini sangat senang bergaul dengan rakyat

biasa, sehingga tak heran bila ia mengetahui banyak penderitaan

rakyat. Ia juga sangat menyadari bagaimana terbelakang dan

tertindasnya rakyat akibat penjajahan Belanda. Menurutnya,

salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan, rakyat

harus cerdas. Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan

mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah. Sebagai dokter, ia

sering mengobati rakyat tanpa memungut bayaran.

Dua pokok yang menjadi perjuangannya ialah memperluas

pendidikan dan pengajaran dan memupuk kesadaran

kebangsaan.

Wahidin Sudirohusodo sering berkeliling kota-kota besar di Jawa

mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat sambil memberikan

gagasannya tentang "dana pelajar" untuk membantu pemuda-

Page 24: Jasa-jasa Pahlawan2

pemuda cerdas yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Akan

tetapi, gagasan ini kurang mendapat tanggapan.

Gagasan itu juga dikemukakannya pada para pelajar STOVIA di

Jakarta tentang perlunya mendirikan organisasi yang bertujuan

memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.

Gagasan ini ternyata disambut baik oleh para pelajar STOVIA

tersebut. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908, lahirlah Budi

Utomo.

Page 25: Jasa-jasa Pahlawan2

SUTOMO / BUNG TOMO

Sutomo (lahir di Surabaya,

Jawa Timur, 3 Oktober

1920 – meninggal di Padang

Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober

1981 pada umur 61 tahun)

lebih dikenal dengan sapaan

akrab oleh rakyat sebagai

Bung Tomo, adalah pahlawan

yang terkenal karena

peranannya dalam

membangkitkan semangat

rakyat untuk melawan

kembalinya penjajah Belanda

melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10

November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari

Pahlawan.

Page 26: Jasa-jasa Pahlawan2

CUT NYAK DIEN

Cut Nyak Dhien (ejaan lama:

Tjoet Nja' Dhien) lahir di

Lampadang, Kerajaan Aceh

pada tahun 1848, adalah

seorang Pahlawan Nasional

Indonesia dari Aceh yang

berjuang melawan Belanda

pada masa Perang Aceh di

pedalaman Meulaboh.

Pada tanggal 6 November

1908, Cut Nyak Dhien

meninggal karena usianya

yang sudah tua dan

dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Makam "Ibu Perbu"

baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan

Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh

Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui

SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya,

tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat

cerita Aceh.

Page 27: Jasa-jasa Pahlawan2

KH MAS MANSYUR

Kiai Haji Mas Mansoer (lahir

di Surabaya, 25 Juni

1896 – meninggal di Surabaja,

25 April 1946 pada umur 49

tahun) adalah seorang tokoh

Islam dan pahlawan nasional

Indonesia.

Langkah awal Mas Mansoer

sepulang dari belajar di luar

negeri ialah bergabung dalam

Sarekat Islam. Peristiwa yang

dia saksikan dan alami baik di

Makkah, yaitu terjadinya

pergolakan politik, maupun di Mesir, yaitu munculnya gerakan

nasionalisme dan pembaharuan merupakan modal baginya untuk

mengembangkan sayapnya dalam suatu organisasi. Pada saat

itu, SI dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto, dan terkenal

sebagai organisasi yang radikal dan revolusioner. Ia dipercaya

sebagai Penasehat Pengurus Besar SI.

Di samping itu, Mas Mansoer juga membentuk majelis diskusi

bersama Wahab Hasboellah yang diberi nama Taswir al-Afkar

(Cakrawala Pemikiran). Terbentuknya majelis ini diilhami oleh

Masyarakat Surabaya yang diselimuti kabut kekolotan.

Masyarakat sulit diajak maju, bahkan mereka sulit menerima

pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi yang mereka

pegang. Taswir al-Afkar merupakan tempat berkumpulnya para

ulama Surabaya yang sebelumnya mereka mengadakan kegiatan

pengajian di rumah atau di surau masing-masing. Masalah-

masalah yang dibahas berkaitan dengan masalah-masalah yang

Page 28: Jasa-jasa Pahlawan2

bersifat keagamaan murni sampai masalah politik perjuangan

melawan penjajah.

Ketika pecah perang kemerdekaan, Mas Mansoer belum sembuh

benar dari sakitnya. Namun ia tetap ikut berjuang memberikan

semangat kepada barisan pemuda untuk melawan kedatangan

tentara Belanda (NICA). Akhirnya ia ditangkap oleh tentara NICA

dan dipenjarakan di Kalisosok. Di tengah pecahnya perang

kemerdekaan yang berkecamuk itulah, Mas Mansur meninggal di

tahanan pada tanggal 25 April 1946. Jenazahnya dimakamkan di

Gipo Surabaya.

Page 29: Jasa-jasa Pahlawan2

DR SUTOMO

Dr. Soetomo (lahir di

Ngepeh, Loceret, Nganjuk,

Jawa Timur, 30 Juli

1888 – meninggal di

Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei

1938 pada umur 49 tahun)

adalah tokoh pendiri Budi

Utomo, organisasi pergerakan

yang pertama di Indonesia.

Pada tahun 1924, Soetomo

mendirikan Indonesian Study

Club (dalam bahasa Belanda

Indonesische Studie Club atau

Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya, pada tahun 1930

mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935

mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).

Page 30: Jasa-jasa Pahlawan2

DR R SUPOMO

Prof. Mr. Dr Soepomo (Ejaan

Soewandi: Supomo) lahir di

Sukoharjo, Jawa Tengah, 22

Januari 1903 adalah seorang

pahlawan nasional Indonesia.

Soepomo dikenal sebagai

arsitek Undang-undang Dasar

1945, bersama dengan

Muhammad Yamin dan

Sukarno.

Hampir tidak ada biografi

tentang Soepomo, kecuali satu

yang dikerjakan Soegito

(1977) berdasarkan proyek Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Marsilam Simanjuntak berpendapat bahwa

Soepomo adalah sumber dari munculnya fasisme di Indonesia.

Soepomo mengagumi sistem pemerintahan Jerman dan Jepang.

Negara "Orde Baru" ala Jenderal Soeharto adalah bentuk negara

yang paling dekat dengan ideal Soepomo.

Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung di

Jakarta pada tanggal 12 September 1958 dan dimakamkan di

Solo.