jartest]
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI
ACARA 8
PENGUKURAN KEKERUHAN JAR-TEST
Disusun oleh :
KELOMPOK D4
LABORATORIUM REKA INDUSTRI DAN PENGENDALIAN BAHAN SISA
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010
I. DASAR TEORI
Untuk mengentahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa
menggunakan alat laboratorium yang bernama Jar test. Jar test ini juga dapat
digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di
laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jar test ini adalah air yang
benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan (Anonim, 2010).
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis
optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakn pada proses pengolahan
air bersih. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan.
Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam
FeCl3 atau sesuatu polyelektrolit organis. Selain pembubuhan koagulan diperlukan
pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel
kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap. Standar ini
menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk
prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-
bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan
menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan
dengan pengendapan secara gravitasi (Anonim, 2010).
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air
yang akan dioIah. Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia
adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemaryang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau
mengapungkan). Umumnya zat pencemar industri tekstil terdiri dari tiga jenis yaitu
padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi (Forlink, 2000).
Terdapat tiga tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu,
tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan
cairan. Koagulasi dan flokulasi merupakan salah satu proses yang umum dilakukan
dalam pengolahan limbah cair ndustri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan
kimia atau koagulan kedalam air limbah dengan maksud mengurangi daya tolak
menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung
menjadi flok-flok kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil hasil
proses kuagulasi menjadi flok-flok berukuran besar sehingga mudah mengendap
(Mujiadi, S. dan Nieke, K. 2002)
Koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan
cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Partikel-partikel koloid ini tidak
dapat mengendap sendiri dan sulitditangani oleh perlakuan fisik. Melalui
proseskoagulasi, kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok
lembut yang kemudian dapat disatukan melalui prosesflokulasi. Penggoyahan partikel
koloid ini akan terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel
koloid sehingga muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel oleh
koagulan hanya mungkin terjadijika muatan partikel mempunyai konsentrasiyang
cukup kuat untuk mengadakan gaya tarik menarik antar partikel koloid (Anonim,
2010).
Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH tertentu. Penggunaan koagulan
logam seperti aluminium dan garam-garam besi secara umum dapat mendekolorisasi
limbah cair yang mengandung melanoidin. Koagulasi merupakan proses destabilisasi
muatan pada partikel tersuspensi (Mujiadi, S. dan Nieke, K. 2002).
Gambar: proses koagulasi
Flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, kolois, dan yang tidak
dapat mengendap dalam air. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan
dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil
yang optimum. Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan
dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh
konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode
ini. Peralatan yang diperlukan terdiri dari: Pengaduk, Gelas Kimia, Rak Pereaksi
Bahan kimia dan bahan pembantu, digunakan untuk larutan dan suspensi pengujian,
kecuali koagulan pernbantu dapat dipersiapkan setiap akan digunakan dengan
membuat larutan sampai mencapai konsentrasi 10 gr/L. Koagulan pembantu, dalam
perdagangan tersedia berbagai macam koagulan pembantu atau polielektrolit
(Anonim, 2010).
Mekanisme koagulasi flokulasi yang terjadipada efluen limbah cair yang
mengandung melanoidin dapat dijelaskan sebagai berikut melanoidin memiliki
muatan negatif yang kemudian harus dinetralkan untuk terjadinya proses koagulasi
flokulasi. Dispersi koloid inistabil karena adanya penolakan elektrostatikantara
muatan-muatan negatif partikel koloid Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat
netral, maka akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi.
Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi (Anonim,2010).
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Jar test
b. Gelas bekker 250 ml 4 buah
c. Gelas bekker 1000 ml 4 buah
d. Pipet ukur 5 ml
e. pH meter
f. Pipet tetes
2. Bahan
a. Larutan koagulan : Dilarutkan 10 gram koagulan tawas di dalam 1 liter
aquadest
b. NaOH 0,1 N
c. HCl 0,1 N
B. Prosedur Praktikum
a. Kalibrasi
1. Menghidupkan pH meter dan mendiamkan selama beberapa menit sebelum
digunakan
2. Membilas electrode dengan aquadest beberapa kali lalu mengeringkan
dengan tissue
3. Menstandarisasi pH meter dengan mencelupkan electrode ke dalam gelas
bekker yang berisi buffer pH 7, kemudian membilasnya dengan aquadest
4. Apabila diperkirakan sampel bersifat asam, maka dilakukan standarisasi
menggunakan buffer pH 4 sesuai dengan langkah 3
5. Apabila diperkirakan sampel bersifat basa, maka dilakukan standarisasi pH
dengan menggunakan buffer pH 9 sesuai dengan langkah 3
6. Mencelupkan electrode pH meter ke dalam gelas bekker yang telah berisi
sampel
7. Mencatat hasil yang keluar
b. Pengaturan pH
1. Tawas bekerja optimum pada pH 6-8
2. Menuangkan 100 ml air sampel ke dalam 250 ml dan menambahkan 5 mg
Al dari larutan tawas pokok (tawas diencerkan 10 x sebelumnya)
3. Mengukur pH larutan dengan pH meter
4. Apabila larutan bersifat basa (pH > 7), maka menitrasinya menggunakan
buret dengan larutan NaOH 0.1 N sampai pH 7 sambil mencatat jumlah
titran
5. Apabila larutan bersifat asam (pH < 7), maka menitrasinya menggunakan
buret dengan larutan HCl 0.1 N sampai pH 7 sambil mencatat jumlah titran
6. Untuk sampel dalam jar test sebanyak 1000 ml, jumlah titran x 10
c. Jar-test
1. Menyiapkan 4 buah gelas bekker ukuran 1000 ml.
2. Memasukkan sampel limbah cair ke dalam masing-masing gelas bekker
sebanyak 1000 ml.
3. Mengukur pH limbah cair dengan pH meter (pH optimal 6-8)
4. Bila terlalu asam atau basa, masukkan larutan NaOH atau HCl yang
dibutuhkan supaya sampel dalam keadaan optimum (pH 6-8)
5. Menempatkan sampel pada alat jar test dan menyiapkan alat pencatat
waktu.
6. Menyalakan alat jar test, mengatur pengatur waktu pada angka 20 menit
juga mengeset putaran pada 100 rpm
7. Memasukkan koagulan tawas 1, 2, 3, 4 ml ke dalam 4 bekker secara
besamaan, menghidupkan stopwatch dan mengaduk campuran pada 100
rpm selama 1 menit.
8. Dilanjutkan pengadukan lambat dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit
9. Setelah 15 menit, alat dihentikan dan flok dibiarkan mengendap selama 15
menit.
10. Mengamati dan membandingkan jumlah endapan dan tingkat kekeruhan
masing-masing bekker
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Tabel Hasil Pengukuran pH Sampel
Sampel pH awal Koagulan tawas pH Akhir Tingkat
kekeruhan
1
2
3
4
60 ml
65 ml
70 ml
75 ml
4
3
2
1
Keterangan tingkat kekeruhan :
1. Jernih
2. Agak Jernih
3. Agak keruh
4. Keruh
Tabel Hasil Pembacaan Suspended Solid (TSS)
Sampel Suspended solid
1
2
3
4
303 mg/l
282 mg/l
280 mg/l
263 mg/l
B. Pembahasan
Praktikum acara 8 ini dilakukan pengukuran kekeruhan sampel limbah cair
dengan jar-test. Limbah cair yang digunakan adalah limbah tahu. Jar-test merupakan
suatu metode pengendapan dengan menggunakan tiga langkah, koagulasi, flokulasi
dan sedimentasi. Alat jar test yang digunakan terdiri dari 4 pengaduk yang dapat
diatur waktu dan kecepatannya.
Prinsip jar-test ini, menggunakan tiga tahapan. Tahapan tersebut adalah
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Koagulasi adalah proses pengolahan limbah cair
secara kimia dengan cara menambahkan senyawa koagulan ke dalam limbah cair
yang mengandung bahan cemaran yang berupa “padatan tersuspensi” atau koloid.
Flokulasi merupakan proses kelanjutan dari proses koagulasi. Flokulasi adalah proses
pembentukan partikel-partikel kecil menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih
besar dengan menambahkan bahan kimia tertentu, kemudian dilanjutkan dengan
pengadukan lambat agar campuran tersebut membentuk gumpalan atau flok yang
dapat mengendap dengan cepat. Sedimentasi adalah proses pengendapan, pemisahan
antara padatan hasil pengikatan dengan cairan limbah secara gravitasi dalam tangki
sedimentasi.
Manfaat jar-test ini adalah memisahkan partikel padatan, baik yang
tersuspensi atau koloid dengan larutannya. Jar-test ini biasanya digunakan untuk
mengetahui penambahan senyawa (dosis) zat koagulasi yang optimal.
Waktu pengawetan sampel untuk praktikum jar-test maksimal 1 hari sebelum
pelaksanaan, agar sampel tidak tersedimentasi sebelum dilakukan jar-test. Apabila
telah terjadi sedimentasi, maka penentuan dosis panambahan koagulan yang tepat
tidak optimal. Sehingga waktu pengambilan sampel maksimal 1 hari sebelum
pelaksanaan jar-test agar sedimentasi tidak terjadi dan penentuan dosis yang tepat
untuk koagulasi lebih akurat.
Sebelum dilakukan jar-test, dilakukan kalibrasi terhadap pH meter supaya
diperoleh alat dengan tingkat validitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat
tiga macam tahapan yang dilakukan selama praktikum, yaitu standarisasi pH meter,
pengaturan pH sampel, dan percobaan jar test.
Kedua tahap pertama bertujuan untuk menciptakan kondisi sampel limbah cair
agar koagulan yang digunakan dapat bekerja secara optimal. Tawas bekerja optimal
pada pH 6-8. Pada pengaturan pH sampel dilakukan penambahan HCl karena sampel
yang digunakan bersifat basa sehingga harus dinetralkan terlebih dahulu hingga
mencapai pH sekitar 7. Pengujian yang dilakukan awalnya adalah melakukan
kalibrasi terhadap pH meter dengan larutan aquades, standar 7, dan standar 4. dari
hasil kalibrasi didapatkan slope sebesar – 56,3 yang nantinya akan digunakan dalam
perhitungan pH yang diamati. Dalam praktikum ini digunakan koagulan tawas
dengan jumlah 60 ml, 65 ml, 70 ml, 75 ml sebagai koagulan. Prinsip kerja tawas ini
adalah memecah ikatan zat yang terlarut dalam air (termasuk suspensi), kemudian
mengikatnya. Contoh reaksi yang terjadi dengan koagulan tawas :
Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(HCO3) 2Al(OH)3 + 3Ca(SO4) + 6CO2 + 18H2O
Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3Ca(SO4) + 3CO2 + 18H2O
Koagulasi merupakan proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan
bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dalam limbah perlu
menggunakan koagulan karena partikel-partikel dalam limbah tersebut sulit untuk
mengendap, kalaupun dapat mengendap perlu waktu yang lama.
Dalam praktikum ini, koagulan yang digunakan yaitu tawas karena
merupakan bahan yang murah dan paling mungkin diterapkan di UKM. Tawas dapat
bekerja sacara maksimal dengan pH 6-8, limbah yang sudah ditambah tawas dan
diketahui bahwa pH limbah bersifat asam, yaitu maka perlu dititrasi NaOH, apabila
pH limbah bersifat basa perlu dititrasi dengan HCl, titrasi dilakukan agar pH standard
sehingga tawas dapat bekerja secara maksimal, titrasi dilakukan pada volum tertentu
sesuai dengan penambahan tawas.
Menurut literatur, Tawas dapat bekerja optimal pada pH tertentu. Dalam hal
ini, pH yang optimal yaitu 6-8. Hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini dapat
diketahui bahwa pada penambahan tawas 60 ml (sampel 1), 65ml (sampel 2), 70ml
(sampel 3), dan 75 ml (sampel 4) didapatkan hasil Suspended Solid (TSS) adalah
303 mg/L, 282 mg/L, 28 mg/L, 263 mg/L. Dari penambahan keempat tawas tersebut,
di dapatkan nilai TSS yang paling baik adalah pada penambahan koagulan tawas 75
mg/l (sampel 4) yaitu 263 mg/l. Hal ini dikarenakan,pada sampel 4 penambahan
koagulan tawasnya paling banyak yaitu75 mg/l, sehingga memiliki tingkat kejernihan
yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya.
Sedangkan pH yang dihasilkan dari penambahan 5, 6, 7, dan 8 mL berturut-
turut adalah 7,62 ; 7,53 ; 7,56 ; 7,55. Hasil dari uji pH telah menunjukkan kesamaan
dengan baku mutu pembuangan limbah cair menurut SNI yaitu antara 6 – 8.