jaringan epitel

27
1 JARINGAN EPITEL Adnan Biologi FMIPA UNM, 2010 A. PENDAHULUAN Walaupun makhluk hidup sangat beranekaragam bentuk ukuran dan fungsinya, namun dari segi penyusun tubuhnya makhluk hidup memiliki ciri yang sama yaitu tubuhnya tersusun atas sel, dengan pengecualian pada “virus”. Sel adalah protoplasma berbatas membran. Sel merupakan satuan struktural, fungsional dan hereditas makhluk hidup. Berdasarkan sel yang menyusunnya, makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 yaitu (i) organisme aselluler yaitu makhluk yang tubuhnya tidak tersusun atas sel, misalnya virus, (ii) organisme uniselluler yaitu makhluk yang tubuhnya hanya terdiri atas satu sel, misalnya berbagai jenis protozoa seperti Amoeba dan Paramecium, (iii) organisme multiselluler, yaitu makhluk yang tubuhnya tersusun atas banyak sel. Pada organisme multiselluler, sel-sel menyusun diri membentuk organisasi yang kompleks. Kumpulan sel yang biasanya memiliki bentuk dan fungsi yang sama membentuk jaringan. Beberapa jaringan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu fungsi tertentu membentuk organ. Beberapa organ membentuk sistem organ, dan pada akhirnya sejumlah sistem organ membentuk satu individu yang fungsional. Pengorganisasian sel-sel hingga membentuk satu individu dinamakan organisasi tingkat individu Pada vertebrate, seperti manusia, sistem organ dibedakan atas 11 macam, yaitu sistem integument, sistem otot, sistem rangka, sistem saraf, sistem endokrin, sistem peredaran, sistem limfa, sistem pernapasan, sistem pencernaan, Sistem urinaria, dan sistem reproduksi (Starr and Taggart, 1989). Pembagian tersebut relative, sebab terkadang suatu sistem organ dipecah atau digabungkan dengan system organ lain. Sejumlah individu membentuk populasi, populasi membentuk komunitas, beberapa komunitas membentuk ekosistem dan beberapa ekosistem membentuk biosfer. Organisasi yang terakhir ini dinamakan organisasi tingkat

Upload: adnanunm3177

Post on 20-Jun-2015

8.336 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

1JARINGAN EPITELAdnan Biologi FMIPA UNM, 2010A. PENDAHULUANWalaupun makhluk hidup sangat beranekaragam bentuk ukuran dan fungsinya, namun dari segi penyusun tubuhnya makhluk hidup memiliki ciri yang sama yaitu tubuhnya tersusun atas sel, dengan pengecualian pada “virus”. Sel adalah protoplasma berbatas membran. Sel merupakan satuan struktural, fungsional dan hereditas makhluk hidup. Berdasarkan sel yang menyusunnya, makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 yaitu (i) organisme aselluler yaitu

TRANSCRIPT

Page 1: JARINGAN EPITEL

1

JARINGAN EPITEL Adnan

Biologi FMIPA UNM, 2010 A. PENDAHULUAN Walaupun makhluk hidup sangat beranekaragam bentuk ukuran dan

fungsinya, namun dari segi penyusun tubuhnya makhluk hidup memiliki ciri yang

sama yaitu tubuhnya tersusun atas sel, dengan pengecualian pada “virus”. Sel

adalah protoplasma berbatas membran. Sel merupakan satuan struktural,

fungsional dan hereditas makhluk hidup. Berdasarkan sel yang menyusunnya,

makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 yaitu (i) organisme aselluler yaitu

makhluk yang tubuhnya tidak tersusun atas sel, misalnya virus, (ii) organisme

uniselluler yaitu makhluk yang tubuhnya hanya terdiri atas satu sel, misalnya

berbagai jenis protozoa seperti Amoeba dan Paramecium, (iii) organisme

multiselluler, yaitu makhluk yang tubuhnya tersusun atas banyak sel.

Pada organisme multiselluler, sel-sel menyusun diri membentuk organisasi

yang kompleks. Kumpulan sel yang biasanya memiliki bentuk dan fungsi yang

sama membentuk jaringan. Beberapa jaringan berkumpul bersama-sama untuk

melakukan suatu fungsi tertentu membentuk organ. Beberapa organ membentuk

sistem organ, dan pada akhirnya sejumlah sistem organ membentuk satu individu

yang fungsional. Pengorganisasian sel-sel hingga membentuk satu individu

dinamakan organisasi tingkat individu

Pada vertebrate, seperti manusia, sistem organ dibedakan atas 11 macam,

yaitu sistem integument, sistem otot, sistem rangka, sistem saraf, sistem endokrin,

sistem peredaran, sistem limfa, sistem pernapasan, sistem pencernaan, Sistem

urinaria, dan sistem reproduksi (Starr and Taggart, 1989). Pembagian tersebut

relative, sebab terkadang suatu sistem organ dipecah atau digabungkan dengan

system organ lain. Sejumlah individu membentuk populasi, populasi membentuk

komunitas, beberapa komunitas membentuk ekosistem dan beberapa ekosistem

membentuk biosfer. Organisasi yang terakhir ini dinamakan organisasi tingkat

Page 2: JARINGAN EPITEL

2

ekologis. Organisasi tingkat individu dan organisasi tingkat ekologis secara

bersama-sama membentuk organisasi biologis atau organisasi kehidupan.

Gambar 1.1. Berbagai system organ yang membangun tubuh manusia (Starr and

taggart, 1989)

Jaringan, yaitu struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang

biasanya memiliki sifat-sifat morfologis dan fungsi yang sama. Pada hewan

multiseluler, dikenal ada empat jenis jaringan dasar, yaitu (i) jaringan epitel, (ii)

jaringan penyambung atau jaringan ikat, (iii) jaringan otot, dan (iv) jaringan saraf.

Keempat jaringan dasar tersebut masih dapat dipecah menjadi berbagai jenis

jaringan.

Page 3: JARINGAN EPITEL

3

Gambar 1.2. Berbagai jenis jaringan yang menyusun tubuh manusia

Jaringan epitel, yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya

bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra seluler

atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke

dalam atau invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi

sel-sel sekresi atau sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan

lembaga, yaitu ektoderem, endoderem, dan mesoderem.

B. SIFAT DAN FUNGSI JARINGAN EPITEL. Jaringan epitel terdapat sebagai penutup permukaan tubuh, atau

membatasi rongga-rongga di dalam tubuh. Permukaan yang bebas berbatasan

dengan udara atau cairan, sedangkan permukaan yang lain bertumpu pada

membran basalis dan menghubungkannya dengan jaringan ikat vaskuler di

Page 4: JARINGAN EPITEL

4

bawahnya. Membran basalis (gambar 1.3) terdiri atas tiga lapisan, yaitu (i) lamina

dense (ii) lamina lusida, dan (iii) lamina fibroretikuler.

Gambar 1.3. Struktur membran basalis kulit (Junquiera dan Carneiro, 1984)

Lamina lusida, terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri

atas serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain

itu terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar 10-

50 nm. Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe IV

yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina dense

berkisar 20 – 300 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian sebelah dalam

lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang berhubungan erat dengan

jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit serabut retikuler dan sedikit

serabut kolagen tipe V.

Membran basalis memiliki beberapa fungsi, yaitu (i) sebagai tempat

melekatnya sel-sel epitel pada jaringan ikat di bawahnya, (ii) sebagai barrier untuk

mencegah masuknya mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (iii) mencegah

kehilangan air dan cairan sel dari tubuh, (iv) bekerja sebagai filter selektif, dan (v)

mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis

mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan

entaktin.

Page 5: JARINGAN EPITEL

5

Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur,

umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan

sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung

yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv)

tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh

melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya, dan

(v) Sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat erat

melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau

junctinal complex (akan dibahas kemudian)

Gambar 1.4. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan (c ) selindris (Start dan Taggart, 1984)

Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel

pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat

proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi, misalnya

epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor yang mampu

menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap,

(iii) sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme (air, garam-

garam, aminoak, dan CO2), (iv) sebagai alat osmoregulasi (pengaturan tekanan

Page 6: JARINGAN EPITEL

6

osmosis cairan tubuh) dengan cara pembuangan garam-garam melalui permukaan

kulit, (v) membantu proses respirasi, khususnya pada hewan-hewan akuatik, (vi)

sebagai alat gerak, misalnya sayap pada kelelawar dan selaput renang pada katak

sawah, (vii) sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia, (viii)

sebagai alat absorbsi, misalnya absorbsi sari-sari makanan pada dinding usus, dan

(ix) membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya

matahari.

Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Berdasarkan bentuk sel yang

menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas epitel berbentuk pipih, epitel

berbentuik kubus, dan epitel berbentuk selindris. Berdasarkan jumlah lapisan

yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel selapis, jaringan

epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.

C. JARINGAN EPITEL PENUTUP Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun

dalam lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau

melapisi rongga-rongga tubuh atau lumen.

1. Epitel selapis Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu lapisan

sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis dan mencapai

permukaan. Dijumpai pada tempat-tempat yang tidak banyak mengalami

kerusakan mekanis, seperti rongga tubuh bagian ventral, membatasi jantung dan

pembuluh darah, bagian dari tubulus ginjal, membatasi bagian dalam kornea, dan

biasanya berperan di dalam absorbsi mengontrol permiabilitas pembuluh,

absorbsi, sekresi dan filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis

pipih, epitel selapis kubus, dan epitel selapis selindris.

Page 7: JARINGAN EPITEL

7

a. Epitel selapis pipih

Sel-sel pada epitel selapis pipih berbentuk pipih dan sangat datar

menyerupai sisik. Dilihat dari permukaan tampak sebagai sel-sel yang cukup

besar dengan sitoplasma yang jernih. Dilihat dari samping tampak seperti pita

yang bersekat-sekat dengan inti pipih yang terletak pada bagian tengah. Epitel

selapis pipih terdiri atas epitel squamosa, mesotelium, dan endothelium.

1) Epitel squamosa

Epitel squamosa, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari ektoderem,

misalnya epitel pada kapsul bowman.

2) Mesotelium,

Mesotelium, yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari mesoderem,

misalnya pericardium yang membatasi rongga jantung dan pleurotenium

yang membatasi rongga paru-paru.

3) Endotelium

yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderem, misalnya

endothelium pembuluh darah dan endothelium pada pembuluh limfa

(a) (b) (c)

(d) (e)

Page 8: JARINGAN EPITEL

8

Gambar 1.5. Epitel selapis pipih (a) kapsul bowmann, (b) endotelium (c) perikardium, (d) epitel selapis pipih dilihat dari atas, dan (e) epitel pipih dari meatus akustikus eksternus. Perhatikan tanda panah (Craigmyle, 1986).

b. Epitel selapis kubus

Dilihat dari permukaan, sel-sel epitel kubus tampak lebih teratur dan

berbentuk heksagonal. Bila dilihat dari samping tampak seperti segi empat yang

tersusun berderet dengan inti berbentuk bulat yang terletak di tengah. Epitel jenis

ini dijumpai pada folikel kelenjar tiroid, tubulus kontortus distal dan proksimal

ginjal, melapisi ovarium, dan saluran pelepasan kelenjar.

(a) (b)

Gambar 1.6 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan tubulus kontortus ginjal ( Start dan Taggart, 1984).

c. Epitel selapis selindris

Dilihat dari permukaan menyerupai epitel kubus, sedangkan bila dilihat

dari samping tampak seperti pilar-pilar yang berhimpitan tegak lurus dengan inti

yang lonjong atau oval, terletak agak proksimal terhadap membran basal. Jenis

epitel ini membatasi lambung, usus, kantung kemih, tuba fallofii, dan saluran

pengumpul pada ginjal. Fungsi epitel ini adalah proteksi, absorbsi, dan sekresi.

Page 9: JARINGAN EPITEL

9

Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel selapis selindris

absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris bersel goblet.

Gambar 1.7 Epitel selapis kubus (a) skema epitel selapis kubus, (b) sayatan usus halus ( Start dan Taggart, 1984).

1) Epitel selapis selindris sekretori

Sel-sel selindris selain berfungsi sebagai pelindung, juga

berperan untuk mensekresi mucus, misalnya mukosa lambung dan

mukosa kanalis serviks uterus. Sitoplasma pada bagian apeks inti

tampak pucat dan mengandung banyak vakuola yang berisi mucus.

2) Epitel selapis selindris absorbtif dan sekretori

Sel-sel epitel ini ada dua tipe, yaitu jenis untuk absorbsi dan

jenis untuk sekretori, misalnya epitel selindris pada usus. Bagian

apeks dari sel absorbtif terdapat mikrovili, sedangkan pada sel

sekretori mirip dengan sel goblet, dimana bagian apeks sel terdapat

banyak granula sekretori yang berisi mucus, sel berbentuk piala

dengan bagian apeks yang lebar dan bagian basal sempit.

3) Epitel selapis selindris bersel goblet.

Page 10: JARINGAN EPITEL

10

Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel

goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian atas.

2. Epitel Berlapis banyak Palsu Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada penampang tegak

lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini disebabkan karena letak inti dari

sel-sel yang membangunnya tidak sama tingginya. Semua sel yang

membangunnya berhubungan langsung dengan membrane basal. Epitel ini

dibangun atas tiga macam tipe sel, yaitu sel basal, sel selindris bersilia, dan sel

goblet.

Gambar 1.8. Epitel berlapis banyak palsu ( Mader, 1989)

Sel basal berbentuk kubus dengan inti bulat serta ketinggian paling bawah.

Sel selindris bersilia berbentuk selindris dan permukaannya bersilia. Inti

berbentuk lonjong. Sel goblet atau sel lendir atau sel mukus berbentuk kerucut,

inti tampak meruncing pada bagian bawahnya. Pada sitoplasmanya terdapat

mucus. Sel goblet terdiri atas beberapa bagian, yaitu (i) pangkal sel sempit dan

Page 11: JARINGAN EPITEL

11

mengandung banyak retikulum endoplasma, (ii) bagian tengah sel melebar dan

terdapat banyak badan golgi yang berbentuk mangkuk, dan (iii) puncak sel, yaitu

bagian yang paling lebar dan terdapat banyak vesikula-vesikula yang berisi

mucus. Jaringan epitel berlapis banyak palsu dijumpai membatasi rongga hidung,

bronkus, dan trakea. Umumnya berfungsi sebagai pelindung dan sekresi.

3. Epitel Transisional Epitel transisional merupakan epitel yang dapat berubah bentuk. Epitel ini

terlihat mempunyai banyak lapisan, misalnya epitel yang terdapat pada pelvis

ginjal, ureter, dan kantung air seni. Bila organ-organ tersebut kosong, maka sel-

selnya menyerupai epitel berlapis banyak kubus, tetapi bila dipenuhi dengan

cairan, maka tekanan pada dinding membesar dan sel-sel nya berubah menjadi

epitel berlapis banyak pipih.

Gambar 1.9. Epitel transisional v. urinaria (Craigmyle, 1986)

4. Epitel Berlapis Banyak Berbeda dengan jaringan epitel selapis. Jaringan epitel berlapis banyak

terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengalami kerusakan mekanis, dan

umumnya tidak memiliki fungsi absorbsi atau filtrasi, tetapi berfungsi sebagai

proteksi. Pada semua jaringan epitel berlapis banyak, terdapat lapisan sel-sel

Page 12: JARINGAN EPITEL

12

kubus atau selindris kecil yang termodifikasi yang terletak setelah membran

basal. Di atas sel-sel basal, biasanya terdapat satu atau lebih sel-sel polygonal.

Pada permukaan bebasnya terdapat lapisan sel yang bentuknya berbeda dari

lapisan sebelumnya. Bentuk sel-sel pada permukaan bebas epitel berlapis

digunakan sebagai dasar klasifikasi.

Jaringan epitel berlapis dapat seluruhnya tersusun atas sel-sel hidup,

sedangkan yang lain tersusun atas sel-sel hidup dan mati, tergantung pada lokasi

jaringan epitelnya. Biasanya pada yang terakhir ini sel-sel proksimalnya dibangun

oleh sel-sel hidup dan bagian distalnya yang berbatasan dengan rongga atau

permukaan tubuh terdiri atas sel-sel mati yang telah menanduk.

a. Jaringan epitel berlapis pipih

Jaringan epitel ini dapat berupa epitel berlapis pipih tidak menanduk dan

epitel berlapis pipih menanduk. Pada epitel berlapis pipih tidak menanduk

dijumpai pada permukaan yang basah misalnya pada rongga mulut, oesophagus,

epiglottis, dan vagina. Jaringan epitel pada daerah tersebut tersusun atas beberapa

lapis sel-sel epitel pipih pada bagian apeks dan beberapa lapis sel epitel kubus di

tengah, dan epitel kubus atau selindris pada bagian basal.

Epitel berlapis banyak pipih menanduk dijumpai pada kulit. Di sini sel-sel

yang superficial mengalami transformasi menjadi lapisan keratin yang kuat dan

tidak hidup, dan melekat erat pada sel-sel hidup yang ada pada lapisan

dibawahnya. Fungsi keratin pada lapisan superficial, yaitu (i) menahan gesekan

dan tarikan, (ii) mencegah penguapan, (iii) mencegah masuknya air, dan (iv)

mencegah masuknya organisme. Jaringan epitel pada kulit terdiri atas:

1) Stratum basalis atau stratum germinativum. Dibangun oleh sel-sel basal

berbentuk selindris atau kubus yang bertumpu pada membran basal.

Lapisan ini ditandai denga aktivitas mitosis yang tinggi.

2) Stratum spinosum, dibangun oleh sel-sel berbentuk kubus polygonal atau

sedikt gepeng dengan inti terletak di tengah. Sitoplasma memiliki

Page 13: JARINGAN EPITEL

13

tonjolan-tonjolan yang berisi berkas-berkas filamen yang menyerupai

spina atau duri.

3) Stratum granulosum, ditandai oleh adanya 3 – 5 lapisan sel-sel polygonal

gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula-granula

keratohialin yang mengandung protein yang kaya histidin.

4) Stratum lusidium, biasanya terdapat pada kulit yang tebal, terdiri atas

lapisan tipis sel-sel pipih, organel-organel dan inti sudah tidak ada.

5) Stratum korneum, terdiri atas sel-sel pipih menanduk tanpa inti, dan

sitoplasmanya mengandung keratin.

(a) (b)

Gambar 1.10 Epitel berlapis (a) kulit tebal dengan stratum lusidium, (b) kulit tebal tanpa stratum lusidium, dan (c) kulit tipis tanpa stratum lusidium (Craigmyle, 1986)

Page 14: JARINGAN EPITEL

14

b. Jaringan epitel berlapis banyak kubus

Epitel berlapis banyak kubus sangat jarang dijumpai, misalnya terdapat

pada saluran kelenjar keringat.

Gambar 1.11. Epitel burlapis kubus dari saluran laktiferus kelenjar mamae (Craigmyle, 1986)

c. Jaringan epitel berlapis banyak selindris

Jaringan epitel jenis ini dapat ditemukan pada tubuh, contohnya pada

bagian kovernosum dari uretra, farings, epiglottis serta pada saluran pelepasan

yang besar pada berbagai macam kelenjar. Pada permukaan yang bebas sel-

selnya berbentuk selindris, sedangkan sel-sel basalnya berbentuk kubus.

Page 15: JARINGAN EPITEL

15

Gambar 1.12 Epitel berlapis banyak selindris pada trakea (a) sel basal, (b) sel

selindris, dan (c) silia (Craigmyle, 1986) D. SPESIALISASI MEMBRAN EPITEL 1. Spesialisasi Membran

Membran sel pada berbagai jenis tipe jaringan, khususnya sel-sel pada

jaringan epitel dapat mengalami spesialisasi secara khusus berupa tonjolan-

tonjolan yang menyerupai jari-jari, dan disebut mikrovili. Mikrovili memiliki

peranan yang sangat penting dalam meningkatkan luas permukaan sel sehingga

proses absorbsi menjadi lebih efisien. Mikrovili banyak dijumpai pada epitel

yangmelapisi dinding usus halus. Pada tumbuhan, utamanya pada daerah akar,

dijumpai adanya modifikasi sel-sel epidermis membentuk bulu-bulu akar. Bulu-

bulu akar pada dasarnya ikut memperluas bidang permukaan sehingga proses

absorbsi air dan mineral menjadi lebih efisien.

Stereosilia adalah prosesus panjang yang tidak dapat bergerak, dan

umumnya dijumpai pada daerah apeks sel-sel yang melapisi dinding epididimis.

Flagel merupakan struktur yang dapat bergerak. Flagel dikelilingi oleh membran

dan mengandung sepasang mikrotubul pusat, dan pada bagian perifernya terdapat

9 pasang mikrotubul yang semuanya terorientasi searah dengan sumbu panjang

flagel.

Page 16: JARINGAN EPITEL

16

2. Polaritas Epitel

Secara structural dan fungsional, sel-sel epitel memiliki polaritas untuk

melaksanakan berbagai fungsinya misalnya fungsi sekresi, absorpsi, dan untuk

mengatur keluar masuknya ion dan zat terlarut melalui epitel yang perlu untuk

mempertahankan gradien konsentrasi antara lingkungan luar dan cairan tubuh.

Gambar 1.13 Polaritas epitel (Fawcett, 1989)

3. Junctional Complex

Page 17: JARINGAN EPITEL

17

Diantara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat daerah

kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex). Ada 3 jenis

pertautan sel yaitu (i) tight junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii)

adhering junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.

1.1. Tight Junction

Pada tight junction, membran sel-sel yang berseblahan menyatu oleh

perekat pada bagian apikal sel dan membentuk sumbatan pada apikal intersel.

Ada dua jenis yaitu :

a. Zonula ocludens. Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel.

Zonula ocludens adalah taut kedap yang meluas mengelilingi

permukaan apikal sel, sehingga tampak menyerupai sabuk. Zonula

ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa partikel-partikel

protein dari pasing-masing membran sel yang saling berhubungan dan

bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada bagian

apikal dari ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam

air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang

bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh sel-

sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang intersel.

(iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari luar

sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso lateral ruang intersel atau

sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel epitel usus halus.

b. Fasia ocludens. Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah

kecil pada permukaan sel atau dinding lateral sel.F. ocludens mirip

dengan Z. ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia

ocludens berbentuk pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada

sel-sel endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah

pada otak, sel-sel endotelnya dilekatkan oleh z. ocludens. Dengan

perlekatan yang terputus-putus ini, maka sel endotel kapiler darah

memungkinkan terbentuknya cairan jaringan dan keluarnya leukosit

dari kapiler (f. ocludens membatasi pori-pori kapiler)

Page 18: JARINGAN EPITEL

18

2. Adhering Junction

Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang

mengikat sel sel yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural

seperti sitoskeleton , membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat

mengadakan hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein

yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan elemen spesifik

dari sitoskeleton. Baik filamen aktin maupun filamen intermediat dengan

kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang merupakan glikoprotein

interseluler yang berbentuk filamen yang saling menganyam.

Page 19: JARINGAN EPITEL

19

Gambar 1.14 Struktur junctional kompleks pada epitel (Fawcett, 1989)

Adherins junction berfungsi (i) untuk mengatur lumen dan luas permukaan

sel (ii) memelihara ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur konstraksi bagian

apikal sel. Adhering junction banyak dijumpai pada jaringan tubuh yang secara

subjektif banyak mengalami tegangan mekanis yang berat seperti jantung, epitel

kulit, dan epitel leher rahim. Adhering junction dibedakan atas tiga yaitu:

a. Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan

yang terdapat pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah

ocludens terlihat dalam berbagai bentuk berupa titik-titik kecil yang

menghubungkan filamen aktin dari sel yang bersebelahan. Pada sel-sel

epitel terlihat sebagai sabuk dan disebut sebagai adhesion belt. Posisi

z. adheren biasanya terletak di tengah dari tautan yang ada, yaitu di

Page 20: JARINGAN EPITEL

20

atas adalah z. ocludens dan di bawahnya terdapat desmosom. Struktur

yang membentuk adherins junction adalah transmembran linker

glikoprotein, filamen intermedian (10 nm) yang menyebar dari daerah

tautan ke dalam matriks sitoplasma sel., da membran plasma terpisah

pada jarak 10-15 nm.

b. Makula adherens atau desmosom

Desmosom terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur yang

memegang sel berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah

desmosom. Struktur yang membentuk desmosom adalah (i)

cytoplasmiq plaque, (ii) filamen intermediat yang jenisnya tergantung

pada tipe sel yang membentuknya misalnya filamen keratin pada

jaringan epitel, filamen desmin pada jantung, filamen vemetin pada

selaput otak (iii)membran sel, dan (iv) transmembran linker

glikoprotein.

c. Hemidesmosom, merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi

tautan antar sel dengan membran basalis. Terlihat hanya setengah

desmosom yang terbentuk

3. Gap Junction

Merupakan hubungan antar sel yang paling banyak tersebar pada jaringan

tubuh. Dengan mikroskop elektron tampak adanya celah sebesar 3 nm yang

menghubungkan dua sel yang bersebelahan. Celah ini menyebabkan ion-ion

anorganik dan molekul-molekul kecil yang larut di dalam air dapat lewat secara

langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sel lainnya. Dengan adanya gap junction

ini dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu

membentuk saluran yang menghubungkan kedua sel tersebut.

Page 21: JARINGAN EPITEL

21

E. EPITEL KELENJAR Jaringan epitel kelenjar, yaitu jaringan yang dibentuk oleh sel-sel

terkhususkan dalam menghasilkan suatu sekret cair yang komposisinya berbeda

dengan komposisi darah dan cairan intra sel. Proses ini disertai dengan sintesis

makromolekul intra sel. Senyawa-senyawa tersebut biasanya disimpan dalam

bentuk butir-butir kecil yang disebut granula sekretori.

Kelenjar dibentuk dari jaringan epitel. Sel-sel epitel berproliferasi dan

menembus ke dalam jaringan penyambung atau jaringan ikat. Mereka dapat

mempertahankan hubungannya dengan epitel atau tidak. Bila hubungan tidak

dipertahankan, terbetuk kelenjar endokrin. Sel-sel kelenjar ini dapat tersusun

dalam bentuk tali atau folikel. Lumen folikel mengumpulkan sejumlah besar

sekresi. Bila hubungannya dipertahankan, maka terbentuk kelenjar eksokrin.

Gambar 1.15 Proses pembentukan kelenjar endokrin (Junqueira dan Carneiro,

1984)

Page 22: JARINGAN EPITEL

22

Kelenjar dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain (i)

berdasarkan cara menyalurkan hasil sekretnya, (ii) berdasarkan cara penggetahan

oleh sel-sel yang membangunnya, (iii) berdasarkan sifat dari getah atau secret

yang dihasilkannya, dan (iv) berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang

membangunnya.

Berdasarkan cara menyalurkan sekretnya, kelenjar dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin, dan kelenjar campuran.

Kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar yang mengeluarkan sekretnya melalui saluran

pelepasan, misalnya kelenjar parotid, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat.

Kelenjar endokrin, yaitu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan, oleh

sebab itu sekretnya digetahkan ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limfa

dan dibawah ke seluruh jaringan tubuh. Sekret yang dihasilkannya dinamakan

hormon. Contoh kelenjar endokrin, yaitu kelenjar tiroid. Kelenjar campuran,

yaitu kelenjar yang dibangun oleh kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin,

misalnya kelenjar pancreas. Sebagai kelenjar eksokrin, kelenjar pancreas

menghasilkan enzim, seperti enzim lipase, amilase, dan tripsinogen. Sedangkan

sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan hormon, yaitu insulin.

Umumnya kelenjar eksokrin dibangun oleh dua jenis epitel, yaitu (i)

bagian sekretori, yaitu kelompok sel-sel yang secara khusus menghasilkan sekret,

dan (ii) bagian saluran, yaitu kelompok sel-sel yang membentuk saluran tubuler

yang menghantarkan sekret ke luar. Pengecualian pada kelenjar yang bersifat

uniseluler.

Page 23: JARINGAN EPITEL

23

(a) (b)

Gambar 1.16 Epitel berlapis selindris bersilia (a) trakea, (b) bronkus intraulmonal. A epitel selindris dengan sel-sel goblet, B jaringan ikan, C asinus mukosa, dan D serosa. Tanda panah pada (b) menunjukkan sel-sel goblet.

Berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang membangunnya, kelenjar

dibedakan atas kelenjar uniseluler dan multioseluler. Kelenjar unisseluler, yaitu

kelenjar yang hanya dibangun oleh satu sel, misalnya sel goblet pada usus halus

atau pada saluran pernapasan. Kelenjar multiseluler, yaitu kelenjar yang dibangun

oleh banyak sel, terdiri atas dua kelompok, yaitu kelenjar sederhana dan kelenjar

kompleks.

Gambar 1.17. Kelenjar uniselluler (perhatikan tanda panah)

Page 24: JARINGAN EPITEL

24

Kelenjar sederhana, yaitu kelenjar yang hanya mempunyai satu saluran

atau ductus atau saluran yang tidak bercabang dan susunannya dapat berupa (i)

tubuler, misalnya Crypt lieberculum, (ii) tubuler bergelung, misalnya kelenjar

keringat, (iii) tubuler bercabang, dan (iv) asiner, misalnya kelenjar bisa. Kelenjar

kompleks, yaitu kelenjar yang mempunyai saluran ke luar yang bercabang-cabang

yang berasal dari sejumlah bagian sekresi. Susunannya dapat berupa tubuler,

asiner, dan tubuloasiner.

Gambar 1.18. Skema berbagai bentuk kelenjar (Junqueira dan Carneiro, 1984)

Berdasarkan cara penggetahan oleh sel-sel yang membangunnya, kelenjar

eksokrin dibedakan atas kelenjar merokrin, apokrin, dan holokrin. Kelenjar

merokrin merupakan kelenjar yang paling banyak dijumpai. Pada saat kelenjar

aktif, sekret dikumpulkan pada bagian distal dan selanjutnya digetahkan ke luar

dengan cara eksositosis tanpa merusak sel itu sendiri, misalnya kelenjar ludah

parotid, kelenjar sub lingualis dan sub mandibularis.

Page 25: JARINGAN EPITEL

25

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1.18. Berbagai macam kelenjar berdasarkan strukturnya

Pada kelenjar apokrin, sekret dihasilkan dengan cara merusak bagian

apical sel yang mengandung banyak granula-granula sekretori. Cara

penggetahannya, yaitu (i) sel kelenjar menampung secret pada bagian distal, (ii)

bagian sel yang penuh dengan sekret mengalami suatu penyempitan, dan (iii)

bagian yang penuh dengan secret dilepaskan. Jika sel kelenjar yang telah pernah

menggetahkan aktif kembali, maka sel kelenjar tersebut harus tumbuh lebih

dahulu hingga mencapai ukuran semula.

Pada mulanya berbagai jenis kelenjar dimasukkan ke dalam tipe kelenjar

apokrin, misalnya kelenjar ketiak, kelenjar anus, dan kelenjar mammae. Sekarang

yang dapat dipertimbangkan masuk ke dalam kelenjar apokrin adalah kelenjar

mammae. Pengamatan dengan mikroskop electron tidak mendukung lagi adanya

kelenjar yang menghasilkan sekretnya dengan mengorbankan bagian apeks sel.

Oleh sebab itu, kelenjar yang pada mulanya dimasukkan ke dalam kelenjar

apokrin, kini dimasukkan ke dalam kelejar merokrin.

Pada kelenjar holokrin, sekret dihasilkan dengan pecahnya seluruh sel

untuk menjadi secret, misalnya kelenjar minyak yang terdapat pada akar rambut

yang berfungsi untuk menyemir rambut pada kulit. Proses sekresinya

berlangsung sebagai berikut, yaitu (i) lapisan basal sel kelenjar bermitosis, (ii) sel

terdesak ke tengah dan mengandung tetes-tetes lemak dan granula-granula

sekretori atau vakuola , (iii) makin ke tengah sel semakin pucat dan vakuola

semakin bertambah. Makin jauh ke tengah , nutrien semakin kurang , dan pada

Page 26: JARINGAN EPITEL

26

akhirnya sel-sel mati, dan (iv) sel lemak yang telah mati keseluruhannya

dilepaskan dan diganti oleh sel-sel cadangan yang disebut sel indifferen.

Berdasarkan sifat dari getah yang dihasilkannya, dikenal ada dua jenis

kelenjar, yaitu kelenjar nonseluler dan kelenjar seluler. Kelenjar non seluler, yaitu

kelenjar yang menghasikan getah yang tidak berupa sel, misalnya enzim dan

hormon. Kelenjar seluler, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa sel- sel, misalnya

kelenjar lemak sekretnya berupa lemak; ovarium sekretnya berupa telur, dan testis

sekretnya berupa sperma.

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar dapat dikelompokkan menjadi tga,

yaitu kelenjar mukosa, kelenjar serosa, dan kelenjar campuran. Kelenjar mukosa

menghasilkan secret yang bersifat kental, dan terdiri atas glikoprotein, sering

disebut mucus. Kelenjar serosa, yaitu kelenjar yang menghasilkan secret berupa

cairan encer dan biasanya berupa enzim dan dinamakan sereus. Kelenjar

campuran, yaitu kelenjar yang sekretnya berupa mucus dan sereus. Kelenjar

yang menghasilkan mucus dinamakan kelenjar sero atau mukoserosa.

LATIHAN

1. Lengkapilah keterangan gambar berikut ini

2. Perhatikan gambar berikut ini, dan lengkapilah dengan keterangan ! Termasuk

jenis epitel apakah pada gambar tersebut ?

Page 27: JARINGAN EPITEL

27

3. Tuliskan perbedaan antara epitel selapis dan epitel berlapis !

4. Gambar dan jelaskan polaritas sel-sel epitel berdasarkan fungsinya !

5. Jelakan macam kelenjar berdasarkan cara menyalurkan sekretnya !

6. Tuliskan minimal 8 nama kelenjar endokrin di tubuh Anda, dan dimana

terdapatnya !