jangan tunda jangan dipersulit

Upload: yangtardalam

Post on 13-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SABTU, 06 DESEMBER 2008

Jangan Tunda! Jangan Persulit!

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani

Auudzu billahi minasy shaithanirrajiimBismillahirrahmanirrahiimAthiullaaha wa Athiur rasuula wa ulil amri minkum [QS 4:59]

Allah berfirman Innallaaha amara ibaadahu li an yakuunu muthiiiina lahu wa linabiyyihi alaihi afdalus salaati wassalam. Allah (SWT) memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mematuhi-Nya dan untuk mematuhi Nabi-Nya Sayyidina Muhammad (sallAllahu alayhi wasallam). Dan taat kepada Allah dan Nabi-Nya adalah suatu kewajiban. Ketaatan dan kepatuhan itu bukanlah suatu sunnah, melainkan itu adalah suatu yang fardhu (wajib). Kalian harus taat. Jika kalian tidak taat dan patuh, itu berarti kalian telah melakukan dosa, dan kalian pun akan dihukum atasnya.

Dan Sayyidina Muhammad alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda, qoola, beliau bersabda dalam banyak kesempatan bahwa ia yang telah mampu untuk menikah janganlah menunda-nunda lagi pernikahannya; dan ia yang takut dan cemas bahwa pernikahan merupakan suatu tanggung jawab yang amat berat yang ia tak mampu menanggungnya, ia harus bersabar; jika ia tak mampu bersabar, ia mesti berpuasa.

Dan pesan Sayyidina Muhammad alaihi afdalus salaatu wassalam adalah untuk segala zaman. Dari zaman ketika beliau hidup hingga hari pembalasan. Beliau melihat bahwa orang-orang tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri. Bahkan pada masa-masa sebelum ini pun, mereka tak mampu mengendalikan diri mereka, bagaimana menurutmu dengan zaman modern sekarang? Saat mana bermunculan segala macam hal ini, MTV, dan televisi, dan semua disco dan klub-klub malam ini, dan semua wanita-wanita yang tak memakai hijab/jilbab-nya; serta semua laki-laki yang tak lagi peduli pada apa pun; bagaimana mungkin kalian mampu mengendalikan diri kalian sendiri pada zaman seperti ini? Karena itulah, adalah penting bagi kita untuk mendengar dan menaati apa yang Nabi katakan dan menikah.

Saat ini, sayangnya, para orang tua demikian bahagia dengan anak-anak mereka, mengirimkan mereka untuk belajar ke universitas, yang tentu saja ini baik. Tetapi, kesalahan besarnya adalah bahwa anak-anak laki-laki mereka tersebut tak dapat mengendalikan dirinya. Begitu pula dengan anak-anak gadis mereka, juga tak mampu mengendalikan diri mereka sendiri, dan akhirnya mereka saling berpacaran, yang sebenarnya tidaklah diterima dalam Islam.

Bagi mereka yang mampu, bahkan (saat) mereka tengah belajar di universitas dan mampu menikah, dan orang tua mereka termasuk (kaya?), alhamdulillaah, biarkanlah mereka menikah dalam usia muda, apa masalahnya? [Mereka berkata] Tidak bisa, mereka harus menunggu, sampai sang gadis berusia 21, atau 22, atau 23, menyelesaikan studinya, sang pemuda harus menunggu dan menyelesaikan pula; akibatnya apa yang akan mereka lakukan? Tentu saja, mereka akan menerjang dan menerkam satu sama lain (berbuat zina).

Dan zina kini makin banyak terjadi, kejahilan makin meningkat, dan azab serta hukuman makin berdatangan pada muslim, karena mereka tidak lagi mendengar (dan taat) pada Allah dan pada Nabi-Nya.

Allah SWT qoola fi Kitabihil Kariim, Wa ankihuul ayyaama minkum wa s-saalihiina min ibaadikum [QS 24:32] Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu. Kawinkanlah mereka yang baik di antara kalian, kedua belah pihak, suami-suami dan istri-istri. Ini adalah perintah Allah. Allah SWT juga berfirman [Wa min aayaatihi an kholaqo lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa, QS 30:21] Telah Ku-ciptakan dari dirimu, seorang istri bagimu yang kau dapat memperoleh ketenangan darinya, artinya, ia dapat membuatmu tenang dan relaks dan mencegah dirimu dari bepergian dan melakukan masiyyat atasnya maupun atas dirimu; tapi, bersama-sama -sebagaimana yang diterangkan ayat Quran yang baru kita baca- untuk bersama-sama menciptakan situasi yang menyenangkan yang disukai pula oleh Allah dan oleh Nabi-Nya.

Allah berfirman, Wa min aayaatihi an kholaqo lakum, dan di antara ayat-ayat Kebesaran-Nya adalah Ia ciptakan bagi kalian, min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa, Ia ciptakan bagi kalian dari diri kalian sendiri, dari ruh kalian, dari tubuh kalian Ia ciptakan bagi kalian dari itu semua, azwaajan istri-istri (dalam bentuk plural) bermakna Ia berikan bagi kalian, Ia ciptakan bagi kalian, istri-istri dari diri kalian sendiri. Tak seorang pun dapat mengambil istri seseorang lainnya, jika itu tak tertulis baginya. Allah SWT menciptakan Sayyidah Hawwa, istri Sayyidina Adam dari Sayyidina Adam untuk litaskunuu ilayhaa, untuk pergi dan bersantai di situ dan untuk melihat bahwa inilah rumahmu. Ia (istrimu) adalah rumahmu, artinya saat kalian pulang ke rumah, kalian dapat bersantai, kalian boleh duduk di mana pun kalian suka, tidak ada haraam (terlarang) atas apa pun yang kalian lakukan dalam rumah kalian. Rumah kalian adalah suatu tempat pribadi milik kalian. Istri-istri kalian pun adalah rumah bagi kalian, melindungi kalian dari haraam, melindungi kalian dari tertipu dan terperdaya di luar. Allah melukiskanya sebagai suatu tempat, suatu rumah, yang ke sana kalian dapat pergi dan memperoleh kesenangan kalian.

Jika seseorang tak memiliki rumah, kita mengatakan bahwa ia seorang yang faqir atau miskin. Jika seseorang memiliki rumah, kita katakan bahwa orang itu kaya. Allah berfirman dalam Quran Suci, Ku-berikan bagimu seorang istri dari dirimu sendiri untuk menjadi sebuah rumah bagimu, bermakna Peliharalah dan Lakukanlah pernikahan segera, secepatnya, saat dirimu telah dewasa, orang tuamu mesti segera mencarikan bagimu, karena tentu saja mereka tak ingin dirimu menjadi miskin atau faqir. Mereka ingin diri kalian kaya. Dengan pernikahan, Allah membuat kalian kaya dalam Hadirat-Nya. Saat diri kalian datang dan berucap Allahu Akbar, melakukan salat, dan kalian dalam keadaan telah menikah, amal kalian pun akan dilipatgandakan, karena Nabi alaihi afdalus salaatu wassalam bersabda bahwa menikah adalah setengah dari agama, Az ziwaaju nishfu d-din. Siapa yang menikah, ia melengkapkan setengah agamanya, yang bermakna agamanya akan dilipatduakan.

Saat diri kalian berucap Allahu Akbar, kalian datang untuk salat tanpa ada keinginan dan syahwat buruk, dalam keadaan telah, Alhamdulillaah, kalian dan istri kalian merasa tenang. Kalian berdua, kalian telah mengatakan sesuatu satu sama lain yang membuat diri kalian berdua merasa tenang, bahagia, lalu datang untuk salat. Jika kalian belum beristri, kalian datang untuk salat sambil membawa berbagai pikiran buruk yang kemudian muncul kembali, Betapa cantik gadis yang bekerja denganku di bank tadi, Betapa cantik wanita di kantorku, Betapa manis tetanggaku, aku ingin menikahinya di belakang istriku, Betapa ini Betapa itu, dll.

Karena inilah, Sayyidina Muhammad alaihi afdalus salaatu wassalam qoola, bersabda, An Nikaahu Sunnatii, fa man raghiba an sunnatii falaysa minnii. Nikah adalah sunnahku (tradisiku), jalan dari Nabi alaihi afdalus salaatu wassalam. Siapa saja yang tak suka menikah, ia tidak mengikuti Sunnahku, dan siapa yang menunda-nunda pernikahannya dengan hanya beralasan, Aku masih muda, aku harus mencari kehidupan, aku harus pergi dan menghabiskan waktuku di klub malam dan disko. Aku harus menghibur diriku sendiri, aku begitu muda, aku masih 25, aku masih 26, aku masih 27, aku masih 30. Ia tidak mengikuti jalan Sayyidina Muhammad alaihi afdalus salaatu wassalam. Sebagai seorang muslim, kalian harus mengikuti (beliau)!

Saat kalian menikah, jangan khawatir bahwa rizq (rezeki) tidak datang. Allah mengirimkannya. Allah SWT-lah yang akan mengirimkan rizq bagi kalian. Kullamaa dakhola alayha Zakariyya l-mihraaba wajada indaha rizqan [QS. 3:37]. Allah SWT berfirman pada kalian, bahwa kapan saja Sayyidina Zakariyya alaihissalam memasuki mihraab Sayyidah Maryam, beliau mendapati di sana rizq. Jika kalian berbuat menurut jalan Ahlus Sunnah, jalan Nabi alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah SWT akan mengirimkan rizqi-Nya pada kalian.

Wa maa kholaqtu l-jinna wa l-insa illa liyabuduuni. Maa uriidu minhum min rizqin wa maa uriidu an yuthimuuni. Innallah huwa r-razzaaqu dhul quwwati l-matiin. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [QS 51: 56-58]. Allah SWT bersumpah pada Diri-Nya Sendiri bahwa Telah Ku-ciptakan kalian untuk menyembah dan beribadah pada-Ku, Aku tidak menginginkan darimu rizq apa pun. Aku-lah Yang Memberimu rizq jika kalian beribadah pada-Ku. Dan pernikahan adalah suatu ibadah. Jika kalian menikah, maka itu menjadi ibadah bagimu karena ketika kalian menyentuh istri kalian dan istri kalian menyentuh kalian, dan kalian berdua dalam keadaan nikah, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa dari diri kalian berdua. Seperti mandi siram, yang menyiram tubuh kalian dan mengambil seluruh kotoran dan debu dari diri kalian, dan bau kalian pun lenyap dengan siraman air mandi itu. Demikian pula dengan membangun sebuah keluarga, membangun rumah, menikah suami dan istri, di mana pun kalian bersama, Allah SWT mengambil dan menghapuskan dosa-dosa kalian dan memberikan pada kalian hasanaat (kebaikan-kebaikan).

Dan Allah akan menyediakan (rezeki) bagi kalian, (karena) kalian menyembah-Nya melalui pernikahan tersebut, karena nikah adalah nishfu d-din, ia adalah setengah agama. Kalian tengah menyempurnakan agama kalian. Allah SWT menyediakan bagi kalian rizq kalian. Jangan khawatir bahwa seorang anak akan datang, bahwa sepuluh anak akan datang, Allah mengirimkan setiap anak itu dengan rizq-nya masing-masing.

Jika kalian baik dan mengikuti sunnah Nabi alaihi afdalus salaatu wassalam, Allah akan mengirimkan pada kalian dari tempat-tempat yang tak terlihat, orang-orang yang akan membantu kalian untuk mendapatkan rizq kalian.

Dan saat ini, para orang tua menjadi keras kepala. Mereka tidak ingin putri-putri dan putra-putra mereka untuk menikah segera, karena kedua belah pihak, mereka membuat persyaratan-persyaratan yang terlalu berat. Mereka malah membiarkan anak-anak mereka pergi dan berbuat zina di luar, dan di belakang mereka, karena terlalu banyak syarat yang dibebankan baik pada sang putri maupun pada sang putra.

Jika kalian pergi ke sebagian besar negara Muslim, yang merupakan tempat-tempat termegah di dunya (bumi) ini, tempat-tempat itu telah menjadi tempat-tempat yang paling sulit, kalian tak dapat menikah lagi. Mereka (orang tua) akan meminta apartemen, meminta rumah, meminta emas, mereka meminta uang untuk saku mereka. Mereka minta mobil, mereka minta apa lagi? Dari mana kalian dapat memperoleh semua ini? Mereka tak mempunyainya.(?).., kemudian mereka (orang tua) akan berkata, Ok, kami tak dapat mengizinkan kau menikahi putri kami. Kami yang punya, beri kami uang, kau beli. [Suara Mawlana Syaikh Hisham menirukan suara seorang tua]. Hal ini bukanlah sesuatu yang seperti jual beli.

Berapa banyak mas kawin hendak kau berikan? Saya tidak tahu, saya punya 100 dollar untuk diberikan, 1 juta rupiah. Tidak bisa, apa itu 100 dollar, (kami ingin) 1 milliar rupiah. Saya tidak punya. Tidak bisa, kau tetap harus memberikan sebegitu banyak, atau kalau tidak kau tak boleh mengawini putri kami.

Dari manakah ia dapat membawa, atau memberikan. bahkan seratus ribu rupiah pun belum tentu ada di sakunya.

Mereka memberikan persyaratan yang terlalu banyak dan berat, hingga pemuda-pemuda saat ini, mereka berkata, Ooh, kami tak dapat (menikah). Dan hal ini telah menjadi demikian sulit bagi setiap orang, bagaimana mungkin ia akan menyediakan seluruh syarat-syarat itu agar pemuda atau pemudi itu dapat menikah? Kedua belah pihak, masalah ini tidak hanya di satu pihak.

Mereka berkata, (Lihatlah) Tetangga kami. Kau cuma membayar 1 juta rupiah. Tetanggaku menyaratkan untuk putrinya 10 juta rupiah. Jadi, setidaknya aku harus seperti tetanggaku. Atau, aku mesti lebih dari tetanggaku.

Tetanggaku mendapat sebuah mobil. Kau pun mesti memberi kami sebuah mobil. Saya tidak punya mobil, saya punya keledai. Bukan keledai! Mobil!

[Hadirin tertawa]

Bukan begitu?

Jadi, menikah kini telah menjadi demikian sulitnya.

Nabi alaihi afdalus salaatu wassalam melarang hal seperti ini. Jika dua orang telah setuju untuk saling menikah, biarkanlah mereka menikah. Mahar apa pun yang dapat sang pemuda berikan, ia pun berikan. Jika ia tak mampu lebih dari itu, ia pun tak akan dapat memberi lebih banyak. Jika sang putri menerima pemuda itu sebagai calon suaminya, dan sang pemuda menerima putri itu sebagai calon istrinya, ini cukup. Selesai! Jangan membuat sulit, para orang tua janganlah menambahkan masalah dan halangan bagi anak-anak mereka untuk menikah.

Ada orang-orang yang memberikan mahar/mas kawinnya berupa satu koin emas untuk mahr muajjal. Wa muajjal adalah satu koin emas. Beberapa orang lainnya mereka mengatakan satu butir kurma dan atau sepuluh butir kurma, beberapa orang lain mereka mengatakan, satu koin perak untuk muajjal, satu koin perak untuk muajjal. Jangan membuatnya sulit!

Karena sudah menjadi suatu persyaratan pula, salah satu syarat dari kontrak pernikahan, hamdu (?) nikah, adalah kalian harus menyatakan berapa banyak yang kalian berikan sebagai mas kawin atau mahr muajjal wa muajjal. Kalian harus menyatakannya. Jadi, orang-orang yang tidak begitu punya, mereka memberikan satu koin perak, satu koin perak. Itu OK, tidak begitu sulit.

Dan Alhamdulillaah, hari ini, kita tengah menyaksikan pernikahan dua pasangan, di sini. Satu di sebelah kanan saya, satu di sebelah kiri saya. Dan saya berharap, alhamdulillaah, mereka demikian bahagia, dan mereka tengah melengkapkan agama mereka. Dan dapat melakukan yang terbaik bagi istri-istri mereka, menafkahi mereka dan memelihara kesantunan mereka dan kehormatan mereka, dan menghasilkan, insha Allah, keturunan dan anak-anak yang dengannya mereka dapat hidup bahagia dan menjadi muslim yang baik.

[Aamiin]

Ini adalah acara yang pribadi, di rumah ini, penyelenggaraannya pribadi dan tidak resmi. Ini merupakan pernikahan secara Islam. Secara resmi nanti akan dilakukan kemudian, oleh orang yang memiliki otoritas dan izin dari kementrian agama (KUA). Namun, saya di sini hanya melakukan upacara tak resmi (unofficial) dengan cara yang Islami untuk menjadikan kedua pasangan ini bersama sebagai suami istri, insya Allah.

Insya Allah

[Upacara Ijab Qabul berlangsung]

[jam berdentang menunjukkan pukul 12.00, dan Syaikh Hisyam berkomentar]

Pernikahan dianjurkan dilakukan sebelum Zuhur, dan kini tepat berakhir saat Zuhur.DIPOSKAN OLEHRABBANIYOON INSTITUTEDI21.37