jangan mengungkit masa lalu.pptx
TRANSCRIPT
1
Ayat bacaan: Filemon 1:11"dahulu memang dia tidak berguna
bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku."
Perselisihan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga adalah hal yang pasti
pernah dialami semua orang yang sudah berkeluarga. Seringkali pertengkaran
dimulai dengan sebuah perselisihan yang sebetulnya ringan, tapi kemudian emosi
semakin meningkat sehingga yang bertengkar.
Apa yang biasanya menyebabkan pertengkaran menjadi besar? Salah satu
yang paling sering adalah faktor mengungkit-ungkit kesalahan di
masa lalu. Masalah yang sebenarnya sudah diselesaikan pun kembali
beterbangan keluar sehingga suasana malah semakin memanas.
JANGAN MENGUNGKIT MASA
LALU
2
Saya pernah membaca kisah sebuah keluarga yang kemudian berakhir dengan perceraian
karena kebiasaan suaminya yang selalu mengungkit masa lalu dikala bertengkar.
Hari ini saya diingatkan pada surat Paulus untuk Filemon. Filemon mempunyai seorang hamba
bernama Onesimus. Onesimus pernah merugikan Filemon, mencuri sesuatu dan
kemudian menghilangkan diri (Filemon 1:18). Mengikut hukum Romawi saat itu, hukuman
untuk jenis kejahatan ini adalah hukuman mati. Filemon kemudian bertemu dengan Paulus, dan
kemudian setelah dilayani Paulus, Onenimus pun bertobat dan menerima Kristus. Hidupnya pun mengalami perubahan. Onenimus disuruh
pulang kembali pada Filemon.
Kemudian sepucuk surat dilayangkan Paulus kepada Filemon untuk memintanya menerima
kehadiran Onenimus kembali, karena Onenimus yang sekarang bukanlah Onenimus yang dulu
lagi, seperti yang kita lihat dari ayat bacaan hari ini.
3
Paulus meminta agar Filemon mau memaafkan Onenimus dan menerimanya kembali, bukan
lagi sebagai seorang hamba, tapi sebagai saudara yang kekasih di dalam Tuhan. (ay 16). Cara pendekatan Paulus yang bijaksana untuk
mendamaikan keduanya sungguh digambarkan secara menarik dalam surat Filemon. Dia tidak menempatkan diri sebagai seorang pemimpin rohani atau yang lebih tinggi dari Filemon, tapi menganggap bahwa Filemon sebagai saudara dan teman sekerja. Tidak ada paksaan atau
perintah dari Paulus, malah secara luar biasa Paulus pun menyatakan siap menanggung
segala kerugian yang pernah dibuat Onenimus.
Intinya Paulus meminta agar Filemon tidak lagi mengungkit kesalahan di masa lalu dan mau
menerima Onenimus kembali sebagai saudara seiman, karena Onenimus sudah berubah.
4
Sebagai murid Yesus yang taat, Paulus mengajarkan prinsip pengampunan seperti apa yang diajarkan Yesus. Pengampunan dari Kristus
adalah pengampunan yang tanpa syarat. Dia tidak pernah mengungkit lagi dosa yang telah
kita akui di masa lalu. Oleh sebab itulah kita pun harus berbuat hal yang sama kepada saudara-
saudara kita. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak
akan mengampuni kesalahanmu."(Matius 6:14-15).
Kita harus siap untuk mengampuni tanpa batas seperti yang firmanNya dalam
judul "Perumpamaan Tentang Pengampunan" (Matius 18:21-35). Dalam doa
yang diajarkan Yesus Kristus pun kita membaca:"dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Matius 6:12). Disini kita
melihat bahwa ada hubungan antara mengampuni dan diampuni.
5
Sebuah perumpamaan tentang pengampunan pernah diberikan Yesus dalam Matius 18:21-35 yang menggambarkan betapa pentingnya bagi
kita untuk membuka pintu pengampunan seluas-luasnya. Dalam perumpamaan itu digambarkan adanya seorang raja yang mau menyelesaikan hutang-hutang dari hamba-hambanya. Saat itu
ada seorang hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta.
Si hamba pun memohon keringanan waktu untuk dapat membayar lunas hutangnya dengan memohon sambil berlutut. Sang raja pun merasa kasihan. "Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya." (ay 27). Bukan cuma diberi
keringanan, tapi hutangnya dihapuskan. Betapa beruntungnya si hamba tersebut.
6
Tapi yang terjadi selanjutnya sungguh sedih. Ketika si hamba keluar, ia bertemu
dengan orang lain yang berhutang kepadanya, dengan jumlah yang jauh lebih kecil dari hutangnya kepada raja. Kali ini
urusannya bukan dia yang berhutang, tapi ia ada pada kedudukan yang dihutangi.
Kalau dalam kedudukan berhutang ia perlu memohon-mohon agar diringankan,
reaksinya langsung berbeda ketika ia berada di kedudukan sebaliknya. Ia
langsung mencekik dan memaksa orang itu untuk segera membayar hutangnya. Orang
itu pun memohon dengan berlutut untuk meminta keringanan, sama seperti apa
yang baru saja ia lakukan di hadapan raja. Tapi si hamba tidak mempedulikan hal itu.
7
Ketika mendengar perbuatannya, raja pun marah besar. "Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat,
seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah
engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?" (ay 32-33). "Jika aku mengampuni engkau bahkan menghapuskan
hutangmu yang besar, masakan engkau tega melakukan itu kepada temanmu yang hanya berhutang sedikit?" Begitu kira-kira kata sang
raja. "Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai
ia melunaskan seluruh hutangnya." (ay 34).
Dan Yesus pun menutup perumpamaan itu dengan sebuah peringatan penting: "Maka Bapa-
Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing
tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (ay 35).
8
Sayangnya kebanyakan orang tidak menyedari itu. Kita dengan mudah tidak mau mengampuni
orang-orang yang bersalah, menyinggung, menyakiti atau menipu kita. Kalau orang minta
maaf kita mungkin bilang ya di depan tapi di hati kita sebenarnya masih tersimpan dendam yang belum beres, atau dalih orangnya tidak minta
maaf kita jadikan dasar untuk tidak memaafkan. Apakah orang yang bersalah itu sudah minta maaf atau tidak, itu seharusnya tidak menjadi
soal.
Ingatlah bagaimana Tuhan menyatakan belas kasihanNya kepada kita. Ingatlah bagaimana Tuhan membebaskan kita, mengampuni kita
secara total dan bukan setengah-setengah. Jika Tuhan saja mau berbuat itu mengapa kita tidak?
Lebih lanjut lagi, lihatlah apa yang dikatakan Yesus saat memberi nasihat mengenai doa. "Dan
jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam
hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-
kesalahanmu." (Markus 11:25).
9
Sebesar apapun dosa kita, Tuhan siap memutihkan bahkan berkata tidak akan mengingat-ingat dosa
kita lagi. (Yesaya 43:25). Bayangkan apabila Tuhan sulit mengampuni kita, tidak mendengarkan pertobatan kita dan terus memutuskan untuk mengganjar kita dengan hukuman berat, apa
jadinya dengan diri kita hari ini? Tapi Tuhan penuh kasih, belas kasihan dan kemurahan. Pengampunan akan segera diberikan kepada kita seketika begitu
kita bertobat secara sungguh-sungguh.
Jika kesalahan kita yang begitu banyak dan besar saja tidak henti-hentinya diampuni Tuhan, bukankah
sudah sepantasnya kita pun mengampuni orang yang bersalah kepada kita, yang mungkin
ukurannya lebih kecil dari dosa-dosa kita kepada Tuhan, seperti apa yang diberikan Yesus dalam
perumpamaan di atas? Memaafkan mungkin mudah dikatakan tapi sulit untuk dilakukan. Jika anda masih sulit melakukannya, berdoalah dan minta Roh Kudus
untuk menguatkan anda dalam memberi pengampunan. Jika kita bersandar kepada perasaan
sendiri mungkin sukar, tapi kita punya Roh Kudus yang akan memampukan.
10
Mungkin selepas membaca renungan ini saudara/saudari masih banyak pertanyaan
mengenai hal mengampuni orang lain.
Satu hal yang perlu kita teliti…
Bagaimana boleh kita berdoa dan memohon Tuhan mengampuni kita dari dosa kita sedangkan kita pula tidak mau mengampuni kesalahan orang lain? Kita
mau diampuni tetapi tidak mau mengampuni? Bagaimana kehendak kita supaya diampuni oleh
Tuhan begitulah juga orang lain pun berkehendakkan hal yang sama dari kita iaitu supaya diampuni. Firman Tuhan mengatakan:
Lukas 6:31 “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,perbuatlah juga
demikian kepada mereka”
Ertinya sebagaimana kita mau Tuhan mengampuni kita,perbuatlah juga demikian kepada orang lain.
Tuhan Memberkati..