jangan mengeluh jangan gelisah

97
JANGAN MENGELUH JANGAN GELISAH Kita selalu bertanya dan Al Qur'an sudah menjawabnya 1. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU DIUJI? QURAN MENJAWAB: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui oang-orang yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." [Surah Al-Ankabut ayat 2-3] 2. KITA BERTANYA: MENGAPA UJIAN SEBERAT INI? QURAN MENJAWAB: "Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya," [Surah Al-Baqarah ayat 286] 3. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM- IDAMKAN? QURAN MENJAWAB: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." [Surah Al-Baqarah ayat 216] 4. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU MERASA FRUSTRASI? QURAN MENJAWAB: "Janganlah kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." [Surah Al- Imran ayat 139] 5. KITA BERTANYA: BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA? 1

Upload: -

Post on 01-Jul-2015

406 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

JANGAN MENGELUH JANGAN GELISAH

Kita selalu bertanya dan Al Qur'an sudah menjawabnya

1. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU DIUJI?

QURAN MENJAWAB:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah

beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-

orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui oang-orang yg benar

dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." [Surah Al-Ankabut ayat 2-3]

2. KITA BERTANYA: MENGAPA UJIAN SEBERAT INI?

QURAN MENJAWAB:

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya," [Surah

Al-Baqarah ayat 286]

3. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-

IDAMKAN?

QURAN MENJAWAB:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula

kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu

tidak mengetahui." [Surah Al-Baqarah ayat 216]

4. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU MERASA FRUSTRASI?

QURAN MENJAWAB:

"Janganlah kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah

orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." [Surah

Al-Imran ayat 139]

5. KITA BERTANYA: BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?

QURAN MENJAWAB:

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan

sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyu" [Surah

Al-Baqarah ayat 45]

6. KITA BERTANYA: APA YANG AKU DAPAT DARIPADA SEMUA INI?

QURAN MENJAWAB:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri, harta mereka dengan

memberikan syurga untuk mereka. [Surah At-Taubat ayat 111]

7. KITA BERTANYA: KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

1

Page 2: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

QURAN MENJAWAB:

'Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dariNya. Hanya kepadaNya aku

bertawakkal." [Surah At-Taubat ayat 129]

8. KITA BERKATA: AKU TAK TAHAN!!!!!!

QURAN MENJAWAB:

"......dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa

dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." [Surah Yusuf ayat 12]

9. KITA BERTANYA: MENGAPA HATI INI TIDAK TENANG ?

QURAN MENJAWAB:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat

Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar Ra'd ayat

28]

2

Page 3: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

STRATEGI SETAN MENJERUMUSKAN MANUSIA

Sebelum kita mengetahui strategi setan menjerumuskan manusia, ada baiknya terlebih

dahulu mengetahui Visi dan Misi setan.Visi setan adalah memperbudak manusia dan Misi

setan mengkondisikan manusia lupa kepada Alah Subhanahu wata’ala.

Adapun strategi setan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah sbb :

1. Waswasah

Waswasah artinya membisikkan keraguan pada manusia ketika melakukan kebaikan atau

amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbersit

dalam pikiran kita, “Nanti lima menit lagi”. Ini adalah waswasah. Kenyataannya bukan

lima menit tapi satu jam, akhirnya Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.

2. Tazyin

Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat

biasanya terlihat indah, Misalnya, mengapa orang yang berpacaran lebih mesra daripada

suami-istri? Jalan-jalan saat pacaran lebih mengesankan daripada setelah menikah. Ini

karena ada unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap

oleh setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut

strategi tazyin.

3. Tamanni

Tamanni artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Pernahkan

terbersit niat akan Shalat Tahjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun pada jam

tiga saat weker berbunyi, kita cepat-cepat

mematikannya lalu meneruskan tidur. Pernahkan kita ingin bertobat? Namun pada sat

maksiat ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini berlangsung berkali-

kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.

4. A’dawah

A’dawah artinya berusaha menanamkan permusuhan. Setan berikhtiar menumbuhkan

permusuhan di anatara manusia.

Biasanya permusuhan berawal dari prasangka buruk. Supaya manusia bermusuhan, setan

biasanya menumbuhkan prasangka buruk.Karena itu waspadai kalau kita berprasangka

buruk pada orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi setan.

5. Takwif

Takwif artinya menakut-nakuti. Pernahkah merasa takut miskin karena menginfakkan

3

Page 4: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke majelis taklim? Kalau kita pernah

merasakannya, inilah strategi takhwif.

6. Shaddun

Shaddun artinya berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah

dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat mau

melakukan sholat, atau mengantuk saat membacaAl Qur’an meskipun sudah cukup tidur?

Ini adalah gejala shaddun dari setan.

7. Wa’dun

Wa’dun artinya janji palsu. Setan berusaha membujuk manusia agar mau mengikutinya

dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan. Akhirnya manusia mempercayainya.

Misalnya, banyak kasus seorang wanita menyerahkan dirinya pada sang pacar karena

dijanjikan akan dinikahi, namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begutu saja.

Dia tidak mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu dari setan.

8. Kaidun

Kaidun artinya tipu daya. Setan berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah perangkap

agar manusia terjebak.

Pernahkah saat diberi tugas, kita berpikir nanti saja mengerjakannya krn waktu masih

lama? Ternyata setelah dekat waktunya kita mengerjakan asal-asalan dan tergesa-gesa

sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemunginan pada waktu yang ditentukan

pekerjaan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.

9. Nisyan

Nisyan artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa memang

sesuatu hal yang manusiawi, tetapi setan berusaha agar manusia menjadikan lupa sebagai

alasan untuk menutupi tanggung jawab. Pernahkan kita lupa menunaikan janji? lupa

sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut manusiawi, tetapi kalau sering dilakukan berarti

terjebak strategi nisyan.

Demikian ringkasan tentang strategi setan. Semoga kita dapat mencermati dan berusaha

agar tidak terjebak strategi setan laknatullah (setan yang dilaknat Allah)

4

Page 5: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

JIKA TAHU KITA AKAN MENANGIS (Ttg Siksa Neraka)

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan

banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Indahnya hidup dengan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada

yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan

balasan dan siksa Allah swt.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain Siapa pun kita, jangan

pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain.

Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua

kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah

seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan

seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah

kamu kembali, dan akan diberitakan- Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak

dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah

yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.

Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak

seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah

tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah

tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawab kan apa yang telah kita

lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung Di antara keindahan

iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah,

seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa

apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan.

Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi

kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang

tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di

hadapan Allah SWT.

Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia,

kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak

memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu

5

Page 6: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu

sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit Mungkin,

pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt.

akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu

banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya

akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih

dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan

melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman

kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order

baru yang diperintahkan Rasulullah.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal

sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti

akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan.

Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang

tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal

sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih

surga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah

kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)

sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan

kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah

Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’

Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu

ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa

kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam

benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan

akhir nasib seorang anak manusia.

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan

anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup

menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma

sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa.

Terus, dan selamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa

yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat

6

Page 7: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat

mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat

siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah

teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita.

Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis

karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

TANDA-TANDA LEMAH IMAN DAN KIAT MENGATASINYA

5 Komentar Ditulis oleh Esa di/pada Selasa, 25 September 2007

Keimanan manusia tidak seperti malaikat. pun juga seperti iblis la’natullah. Keimanan Manusia

selalu dinamis, naik dan turun, sebagaimana sabda nabi Muhammad,” Al imanu yajiidu wa

yanqus, jadiidu.” yang artinya iman itu kadang naik dan kadang turun, maka perbaharuilah

selalu iman itu. Berikut Tanda-tanda Lemahnya Iman seseorang ;

1. Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah

2. Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur’an

3. Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk melakukan

shalat

4. Meninggalkan sunnah

5. Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah

6. Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur’an dibacakan, seperti

ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.

7. Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah

8. Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari’ah

9. Menginginkan jabatan dan kekayaan

10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah

11. Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak

melakukannya.

12. Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya

13. Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh

14. Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid

15. Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin

16. Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam

7

Page 8: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

17. Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-

ratap di kuburan

18. Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti

19. Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa resah

hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan

20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri

Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:

1. Tilawah Al-Qur’an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut

tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang

optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.

2. Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di

sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu

terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala

sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan

malam sekalipun.

3. Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-

nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.

4. Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi

majels-majelis seperti itu.

5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada

perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah

dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan

harus dilakukan secara kontinyu.

6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan

kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.

7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase

ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di

surga, atau neraka.

8. Berdo’a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.

9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita

harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa

takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita

bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.

10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah

dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.

8

Page 9: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah

menimpa kita, itupun dari Allah.

7 PINTU (Masuk) NERAKA

Oleh : Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar  

"Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa

yang ditentukan)" (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya

untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di

dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan

setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.

2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.

3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).

4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.

5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.

6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.

Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia

untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang

angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika

siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku

dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan

siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat

memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya:

"Mengapa beliau begitu berduka?" Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi

mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka

mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah

gerinda sambil membaca ayat "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal" (al-

A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah

mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang

memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang

hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu

9

Page 10: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas

singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai".

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang

menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda,

Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah,

demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki

satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada

waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun

kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau

memperhatikan dan mengambil pelajaran?"

Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi

menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa

bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata

kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, "Mengapa Ayahanda menangis?" Nabi

saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya

Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka

mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap

celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab".

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang

yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan.

Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut

mendapat azab yang seperti itu?" Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa

nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan

dengan azab-azab yang lainya.

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita

perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian

lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak

akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung,

tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab". Bilal yang tidak hadir di sana

datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah

engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari

pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).

Maha adil Allah, begitu demokratisnya memberikan kebebasan pada manusia untuk

memilih.. antara iman & kufur, dengan tanpa ada paksaan " laa ikrooha fiddin..".

Akhirnya pilihan yang kita ambil, mendapatkan konsekuensi adil dari dzat yang maha adil.

Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan

keindahan yang "tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat

10

Page 11: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, indah mempesona..akhirnya sampai

pada kondisi yang mengerikan..

PINTU –PINTU MASUKNYA SETAN

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa

mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak

melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita

ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus

mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai

benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui

pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan

untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia

Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak

baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan

membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai

manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:

1. Marah

Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan

bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang

marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.

2. Hasad

Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dari orang lain maka ia akan menjadi

buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli”

Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat

hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan

untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya

walaupun jahat.

3. Perut kenyang

Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat

disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya

a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala

sesuatu seraya bertanya, “Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab:

“Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam”Yahya bertanya:

11

Page 12: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ?Syetan menjawab: “Bila kamu kenyang

maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir” Yahya bertanya

lagi: “Apa lainnya?” Jawabnya, “Tidak ada!”

Kemudian Nabi Yahya berkata: “Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku

dengan makanan selamanya” Iblis berkata, “Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat

pada orang muslim selamanya”

Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:

a. Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.

b. Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua

makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.

c. Mengganggu ketaatan kepada Allah

d. Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan

e. Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.

Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani

4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga secara berlebihan

Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah

tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi

dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst.

Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan

dzikir kepada Allah

5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan recheck

Rasulullah pernah bersabda: “Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati

adalah dari Allah SWT”

Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain ditegaskan:

“Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa”. Mengapa kita dilarang tergesa-gesa?

Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati.

Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan sedangkan tergesa-gesa

menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka

syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.

6. Mencintai harta

Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila

orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia

mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh

syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta

akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.

12

Page 13: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain

Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya.

Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain. Padahal meremehkan dan

mencaci maki termasuk sifat binatang buas.

Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa ta’assub itu seakan-akan baik dan hak dalam

diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.

8. Kikir dan takut miskin

Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu

menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji Allah yang

akan ditimpakan pada orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya

kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: “Sesungguhnya

syaitan berkata:

Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalam tiga hal perintahku: Aku perintahkan

untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan

menghalanginya dari hak kewajibannya (zakat).”

Sufyan berkata: “Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia

dari kemiskina” Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan

menghalanginya dari kewajiban zakatnya.

9. Memikirkan Dzat Allah

Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia

akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah

ia akan terpeleset pada kesyirikan

10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah

Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb: “Hai orang-orang yang beriman,

jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.

dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah

mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Rasulullah pernah bersabda: “Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan

prasangka buruk. Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang

lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa

mencari maaf dan ampunan tetapi orang munafik selalu mencari cela orang lain

Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya.

Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitung semua pintu

masuknya syetan ke dalam hati manusia. Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah

cukup dengan dzikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah?”

13

Page 14: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah

dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-

sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela

maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus

ke dalam karena dzikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokoh di hati

selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela.

Bila orang yang hatinya masih diliputi oleh akhlak tercela maka dzikrullah hanyalah

omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan.

Oleh sebab itu Allah berfirman: QS Al-A’raf 201, “Sesungguhnya orang-orang yang

bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka

ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendakati anda. Bila

anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma

menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak

akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita.

Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan

dzikrullah

Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke

pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang

muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki

syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali

berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat

sebelumnya qs Al-A’raf 200

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada

Allah[590]

Dalam ayat lain disebutkan: QS An-Nahl 98-100, Apabila kamu membaca Al Quran

hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan

bertawakkal kepada Tuhannya.Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas

orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang

mempersekutukannya dengan Allah.

Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng

maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati

yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati

berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh

dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat,

seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih

disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari

14

Page 15: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka

syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat

dalam perut yang masih kosong.Allab SWT berfirman QS Qoof 37 Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai

akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya

TERAPI PENYAKIT CINTA

Penyakit mabuk cinta (al isyq) akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa

mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dari-Nya dan dipenuhi kecintaan kepada

selain-Nya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengan-Nya pasti akan

kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf ‘alaihissalam,

”Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf,

dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat

tanda (dari) Tuhannya.

Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.

Sesungguhnya Yusuf pun termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih…(QS Yusuf : 24).

Nyatalah bahwa ikhlas merupakkan imunisasi manjur yang dapat menolak virus ini

dengan berbagai dampak negatifnya, berupa perbuatan jelek dan keji. Artinya, memalingkan

seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah

itu. 

Berkata ulama salaf, ”Penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu

selain apa yang yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai ibu Nabi Musa

alaihissalam,

”Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan

rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-

orang yang percaya (kepada janji Allah). (QS Al Qashash : 10).

Yakni kosong dari segala sesuatu, kecuali Musa; karena sangat cintanya kepada Musa

dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

Bagaimana Virus Ini Bisa Berjangkit?

Penyakit al isyq terjadi karena dua sebab. Pertama, karena menganggap indah apa-apa

yang dicintainya. Kedua, perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua

faktor ini tak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit.

Walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar

berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

Makhluk Diciptakan Saling Mencari yang Sesuai Dengannya

15

Page 16: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Berkata Ibnu Al Qayyim, ketetapan Allah dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya

dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya.

Secara fitrah saling tertarik dengan jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari yang

berbeda dengannya.

Rahasia adanya pencampuran dan kesesuaian di alam ruh, menyebabkan adanya

keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak

adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah tegaknya urusan manusia. Allah

berfirman,

ا ل�م� ف� ا �ل�ي�ه� إ ك�ن� ل�ي�س� ا ه� و�ج� ز� ا ن�ه� م� ع�ل� و�ج� د�ة� و�اح� ن�ف�س� م ن ك�م ل�ق� خ� ال�ذ�ي و� ه�

ل�ئ�ن� ا م� ب�ه� ر� الل,ه� ا د�ع�و� ل�ت ث�ق�� أ ا ل�م� ف� ب�ه� ت� م�ر� ف� يفا4 ف� خ� م�ال4 ح� ل�ت� م� ح� ا اه� ت�غ�ش�

اك�ر�ين� الش� م�ن� ل�ن�ك�ون�ن� 4 ال�حا ص� آت�ي�ت�ن�ا

”Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan

isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. (QS Al A’raf : 189).

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tenteram dan senang seorang lelaki dan

bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa. Tidak

pula kerana adanya kesamaan dalam tujuan dan keinginan, ataupun kesamaan bentuk dan

dalam mendapat petunjuk. Pun demikian tidak dipungkiri, bahwa hal-hal ini merupakan salah

satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.

Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadits,

”Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya

akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan, bahwa asbabul wurud hadits ini yaitu ketika

seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah,

ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya.

Yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah Nabi mengucapkan hadits ini.

Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu sesuai jenisnya. Mustahil syariat

menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan yang berbeda atau mengumpulkan dua hal

yang kontradiktif.

Barang siapa yang berpendapat lain, maka jelaslah minimnya ilmu pengetahuannya

terhadap syariat ini atau kurang memahami kaidah persamaan dan sebaliknya.

Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia. Lebih dari itu akan diterapkan pula di

akhirat. Allah berfirman,

ي�ع�ب�د�ون� ك�ان�وا ا و�م� م� ه� و�اج� ز�أ� و� ظ�ل�م�وا ال�ذ�ين� وا ر� اح�ش�

”(Kepada Malaikat diperintahkan), ‘Kumpulkanlah orang-orang yang dhalim bersama teman

sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah’.” (QS Ash Shaffat : 22).

16

Page 17: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Umar Ibnu Khattab dan setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran

‘azwajahum’ yakni yang sesuai dan mirip dengannya.

Allah juga berfirman,

ت� و ج� ز� وس� النCف� �ذ�ا إ و�

”dan apabila jiwa (ruh-ruh) dipertemukan. (QS At Takwir : 7).

Yakni setiap orang akan digiring beserta dengan orang-orang yang sama perilakunya.

Allah akan menggiring sesama orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam surga,

dan orang-orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan digiring ke neraka jahim.

Mau tidak mau, maka setiap orang akan digiring dengan siapa yang dicintainya. Di dalam

Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam

bersabda,”Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama mereka

kelak”. (HR Ahmad) 

CINTA DAN JENIS-JENISNYA

Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan. Yang tertinggi dan paling mulia

ialah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan didalam agama Allah). Yaitu cinta

yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta

kepada Allah dan RosulNya.

Cinta berikutnya adalah cinta yang karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama,

madzhab, ideologi, hubungan kekeluargaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.

Diantara jenis cinta lainnya, yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu

dari yang dicintainya, baik karena kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun

kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi – yaitu al mahabbah al ‘ardiyah –

akan hilang bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan dari orang yang dicintainya.

Yakinlah, bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu, akan meninggalkanmu ketika

telah mendapatkan apa yang diinginkan darimu.

Adapun cinta lainnya, yaitu cinta karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang

menyinta

dan yang dicinta. Mahabbah al isyq termasuk cinta jenis ini. Tidak akan sirna kecuali jika ada

sesuatu yang menghilangkannya. Cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa. Oleh karena

itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah

gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.

Timbul pertanyaan, bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi

mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya

17

Page 18: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

sepihak dari orang yang sedang kasmaran saja? Jika cinta ini perpaduan antara jiwa dan ruh,

maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak dan bukan sepihak saja?

Jawabnya ialah, bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu.

Atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasikan cinta antara keduanya. Hal ini

disebabkan tiga faktor. Pertama, bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan. Oleh

karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai. Terkadang yang dicintai justru lari darinya.

Kedua, adanya penghalang sehingga seseorang tidak dapat mencintai orang yang dicintainya,

baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga, adanya

penghalang dari pihak orang yang dicintai.

Jika penghalang ini dapat disingkirkan, maka akan terjalin benang-benang cinta antara

keduanya.

Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang

kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta

mereka kepada diri, keluarga dan harta.

TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ

Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi

tertentu. Diantara terapi tersebut ialah sebagai berikut.

Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang

yang

dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling

utama. Sebagaimana terdapat dalam shahihain dari riwayat Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu,

bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Hai sekalian pemuda, barangsiapa

yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Barangsiapa yang belum mampu,

maka hendaklah berpuasa. Karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada

perbuatan zina).

Hadits ini memberikan dua solusi, utama dan pengganti. Solusi utama dalah menikah.

Jika solusi ini dapat dilakukan, maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah

meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku

tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.”

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun

budak dalam firman-Nya, ع�يف ض� ان� اإل�نس� ل�ق� و�خ� ع�نك�م� ف� ف ي�خ� أ�ن الل,ه� 4ي�ر�يد� ا

”Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS.

An Nisa: 28).

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan terhadap hamba-Nya. Dan

Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan syahwatnya, sehingga memperbolehkan

18

Page 19: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

para wanita yang baik-baik dua, tiga, ataupun empat. Sebagaimana Allah memperbolehkan

mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu

untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat.

Demikianlah keringanan dan rahmat-Nya terhadap makhluk yang lemah ini.

Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang yang

dikasihinya karena ketentuan syar’i dan takdir, maka penyakit ini bisa semakin ganas. Adapun

terapinya harus dengan meyakinkan pada dirinya, bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil

terjadi.

Lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang telah memutus harapan untuk

mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum

terlupakan, dapat mempengaruhi keadaan jiwanya hingga semakin menyimpang jauh.

Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain. Yaitu dengan

mengajak akalnya berfikir, bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil

dijangkaunya itu ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-

orang akan menganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?

Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya terhalang karena

larangan syariat, maka terapinya yaitu dengan menganggap bahwa yang dicintainya itu bukan

ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan yaitu dengan menjauhkan dirinya dari orang

yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu ke arah yang diinginkannya tertutup, dan

mustahil tercapai.

Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap

menuntut, handaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal.

Pertama, karena takut (kepada Allah). Yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada

hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang

berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu

yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, tentu akan

memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi

yang tidak terlintas dalam pikiranmu dan menggantikannya dengan kenikmatan sesaat yang

segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun

berkhayal terbang melayang jauh, maka ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan.

Akhirnya sirnalah segala keindahan semu. Yang tertinggal hanyalah keletihan, hilang nafsu

dan kebinasaan menunggu.

Kedua, keyakinan bahwa resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika gagal

melupakan yang dikasihinya. Dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus. Yaitu

gagal mendapatkan kekasih yang diinginkannya, serta bencana menyakitkan dan siksa

yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapatkan dua hal menyakitkan ini,

niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta. Dia akan

berpikir, bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama, harga diri dan kemanusiaannya

19

Page 20: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

akan memerintahkannya untuk bersabar, demi mendapatkan kebahagiaan abadi. Sementara

kebodohan, hawa nafsu, kedhalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah

mendapatkan apa yang dikasihinya. Sungguh, orang yang terhindar ialah orang-orang yang

dipelihara oleh Allah.

Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah

berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan

kemaslahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsu dapat menimbulkan

kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang bakal diterimanya. Lebih parah lagi, dengan

memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang

merupakan kunci keberhasilan dan kemaslahatannya.

Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi

keburukan kekasihnya dan hal-hal yang dapat membuatnya menjauh darinya. Jika dia mau

mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya, niscaya dia akan mendapatkannya lebih

dominan daripada keindahannya.

Hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekeliling kekasihnya

tentang berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab, sebagaimana kecantikan

sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya, maka demikian pula

kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat membenci dan menjauhinya. Hendaklah dia

mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan terpedaya karena

kecantikan kulit, dan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak atau

kusta. Tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannya kepada kejelekan sikap dan

perilakunya.

Hendaklah dia mentutup matanya dair kencantikan fisik dan melihat kepada kejelekan

yang diceritakan mengenai hatinya.

Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu dan

memohon dengan jujur kepada Allah penolong orang-orang yang ditimpa musibah jika

memohon

kepada-Nya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaran-Nya sambil

memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jiak dia dapat melaksanakan terapi akhir ini,

maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia

berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan

kekasihnya dan mempermalukannya di hadapan manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal

tersebut merupakan kedzaliman dan melampaui batas.

20

Page 21: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

KEHIDUPAN SETELAH MATI (Tahapan Perjalanan Manusia

Menuju Akhirat)

(Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat) Setelah manusia mati

akan mengalami tahapan sbb :

1. Alam Barzakh

Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab Dan nikmat yang Ada di alam kubur

(barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan

sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah.

Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh Dan jasad manusia baik orang mukmin

maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung

kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku

maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang

a. Suka mengadu domba

b. Suka berbuat ghulul

c. Berbuat kebohongan

d. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Dan yang

dilarang      dalam Al’Qur’an

e. Melakukan zina

f. Memakan riba

g. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk

surga karena hutangnya)

h. Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis

Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum,

zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung Silaturahim, segala perbuatan

yang ma’ruf Dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari

adzab kubur.

2. Peniupan Sangkakala

Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan

diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan

membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an :

21

Page 22: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa

yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).

Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat

sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung

menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh

benda-benda di alam semesta. Setelah I TU keadaan alam semesta kembali seperti awal

penciptaannya.

Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana

firman-Nya : ” Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan

Hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada Hari

(ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari

anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, Dan kamu lihat

manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab

Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).

Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan

seluruh manusia ; “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan

segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).

Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun

tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti

embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang

kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”.(HR.

Muslim).

3. Hari Berbangkit

“Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada

mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu,

padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS.

Al Mujadilah : 6).

4. Padang Mahsyar

“(Yaitu) pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula)

langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah

Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).

Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap Dan diambil

keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000

tahun di dunia. Allah berfirman:

“Malaikat-malaikat Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya

50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).

22

Page 23: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti

satu jam saja.

Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka

merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya

sesaat saja di siang Hari. (QS.Yunus:45).

“Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka

tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).

Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur

Dan ashar saja. Subhanallah.

Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya IA

dapat menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta

saudaranya, Dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan orang-orang di

atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”.

(QS.AlMa’arij:11-14).

5. Syafa’at

Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang

menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka

tidak Ada syafaat bagi mereka.

Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).

6. Hisab

Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan

ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik

berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.

Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil

untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa

yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir

tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang

hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan

darah.

Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan

melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61).

Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.

Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka

demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke

kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).

23

Page 24: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya

dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.

7. Pembagian Catatan Amal

Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang

mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di

dunia.

Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh

malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT.

Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah

kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang

dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa

dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama

beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia

akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala

(neraka)”,(QS. Al Insyiqaq:8-12) .

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia

berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku

tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang

menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah

hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya

ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.(QS.

Al Haqqah:25 31).

8. Mizan

Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-

hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari

kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya

seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai

Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)

Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik

akan masuk neraka.

Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga

24

Page 25: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

9. Telaga

Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari

telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-

masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain,

sebagaimana sabdanya :

Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk

mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi

Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari

Muslim).

Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan

Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk

neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).

10. Ujian Keimanan Seseorang

Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka

menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui,

diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya

orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang

mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada

petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.

Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan

berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil

sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka):”Kembalilah kamu ke belakang

dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang

mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.

(QS.Al hadid:13).

Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan

melalui Shirat.

11. Shirat

Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi

orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).

Beberapa Hadits tentang Shirath

Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata :

Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri

yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut

pohon Sud’an.(HR. Muslim)

“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari

pedang”. (HR. Muslim)

25

Page 26: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang

seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang

yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga

yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)

Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para

pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang

diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali

Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari).

Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya

jembatan

12. Jembatan

Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini

dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka

jahannam.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu

mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan

saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka

bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat

yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat

tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).

Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.

Kesimpulan :

Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu…, apa yang akan kita alami di hari

akhir nanti…, tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini…. Semoga Alah SWT

memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga

dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu ya Allah…….karena kami

sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah……

Perjalanan Ruh Setelah Mati

Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga

jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu

apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa

anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di

benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?

Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah ini

memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Simaklah…!

26

Page 27: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu

berkisah,

“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah

seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang

dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar

beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang

kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu ada

sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke

langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga

kali. Kemudian bersabda, “Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu

wa Ta'ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa, “Ya

Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali.

Setelahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan

meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit.

Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian

dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah

malaikat maut 'alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata, “Wahai

jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.”

Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut

wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika

keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat

yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada

seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah

diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan

segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih.

Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang

mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma

wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh

tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya,

“Siapakah ruh yang baik ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,”

disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya

dengan nama tersebut. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun

meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit.

Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga

mereka sampai ke langit ke tujuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Tulislah catatan

amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku

27

Page 28: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan

Aku keluarkan pada kali yang lain.”

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka

sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika

mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras

hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya,

“Siapakah Rabbmu?”

Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?”

“Agamaku Islam,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi

“Dia adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,” jawabnya

“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya

“Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.

Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah

Subhanahu wa Ta'ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

ة� ر� ا�آلخ� و�ف�ي الدCن�ي�ا ي�اة� ال�ح� ف�ي الث�اب�ت� و�ل� ب�ال�ق� ن�وا آم� ال�ذ�ين� الله� ي�ث�ب ت�

“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam

kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-

Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga,

dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!”

Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan

baginya kuburnya sejauh mata memandang. Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang

berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan

apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”

Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang

datang dengan kebaikan.”

“Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan

seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala dan lambat dalam bermaksiat

kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan

kebaikan,” jawab yang ditanya.

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu

dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menggantikan bagimu dengan surga

28

Page 29: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku,

segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.”

Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh. Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang

hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan

menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan

berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir

sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si

kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan

dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.”

Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh

malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah,

hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan

seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang

pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si kafir

jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah

berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan

malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu

dibungkus dalam kain yang kasar.

Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di

muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati

sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat

yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang

dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke

langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun

tidak dibukakan.”

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

م س� ف�ي م�ل� ال�ج� ي�ل�ج� ت�ى ح� ن�ة� ال�ج� ل�ون� ي�د�خ� و�ال� اء� م� الس� ب�و�اب�� أ م� ل�ه� ت�ح� ت�ف� ال�

ي�اط� ال�خ�

“Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke

dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang

paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

29

Page 30: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

ب�ه� و�ي ت�ه� و�أ� الط�ي�ر� ه� ت�خ�ط�ف� ف� اء� م� الس� م�ن� ر� خ� ا ن�م�

� ك�أ ف� ب�الله� ر�ك� ي�ش� و�م�ن�

يق� ح� س� م�ك�ان� ف�ي يح� الر

“Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia

disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.”

(Al-Hajj: 31)

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia

didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya,

mendudukkannya dan menanyakan kepadanya, “Siapakah Rabbmu?”

Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.” Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah…

hah… Aku tidak tahu,” jawabnya. “Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua

malaikat lagi.

Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.” Terdengarlah suara seorang

penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya

hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”

Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga

bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya). Kemudian

seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata,

“Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan

kepadamu.”

Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang

datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui

dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala,

namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah

Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.

Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada

sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan

hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu

pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengembalikan

jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit

dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian

dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun

berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288,

295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu

dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)

Pembaca yang mulia, berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

pasti benar adanya karena:

30

Page 31: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

. ي�وح�ى ي] و�ح� إ�ال� و� ه� إ�ن� و�ى ال�ه� ع�ن� ي�ن�ط�ق� ا م� و�

“Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah

wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)

Maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, masihkah

tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini? Adakah jiwa masih berani bermaksiat

kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya? Manakah yang menjadi pilihan saat

harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh

kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina

lalu beroleh adzab yang pedih?

Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang

pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…

Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di

atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha

Pengasih lagi Penyayang, “Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di

atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan

dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan

husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya

Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi.

Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

SEBAB LAPANG DADA

Penjelasan bahwa nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memiliki kesempurnaan lapang dada

Sebab terbesar untuk kelapangan dada adalah tauhid. Kelapangan dada seseorang

tergantung pada kesempurnaan, kekuatan dan pertambahan tauhid.

Allah ta’ala berfirman,

ب ه� ر� م�ن� ن�ور� ع�ل�ى و� ه� ف� الم� ل�إلس� ه� د�ر� ص� الل�ه� ح� ر� ش� م�ن� ف�أ�

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama

Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?”

[Az-Zumar: 22]

ع�ل� ي�ج� ل�ه� ي�ض� ن�أ� ي�ر�د� و�م�ن� الم� ل�إلس� ه� د�ر� ص� ح� ر� ي�ش� ي�هد�ي�ه� ن�

أ� الل�ه� ي�ر�د� م�ن� ف�

اء� م� الس� ف�ي ع�د� ي�ص� ا ن�م�� ك�أ ا ج4 ر� ح� ا ي ق4 ض� ه� د�ر� ص�

31

Page 32: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya

Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki

Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia

sedang mendaki langit.” [Al-An'am: 125]

Maka hidayah dan tauhid adalah sebab terbesar lapangnya dada. Sedangkan syirik dan

kesesatan adalah sebab terbesar sempit dan menyimpangnya dada.

Termasuk sebab lapang dada, cahaya yang Allah berikan di hati seorang hamba.

Yaitu cahaya iman, karena keimanan akan melapangkan dan meluaskan dada serta

membahagiakan hati.

Jika cahaya ini hilang dari hati seorang hamba, dia akan menjadi sempit dan susah, dan

akan berada di dalam penjara yang paling sempit dan paling susah.

At-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya telah meriwayatkan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa

sallam, bahwa beliau bersabda, “Jika cahaya masuk ke dalam hati, niscaya dia akan menjadi

luas dan lapang.” Para sahabat bertanya, Tandanya apa wahai Rasulullah? Beliau menjawab,

“Inabah (senantiasa kembali) kepada negri yang abadi, menjauh dari negri yang menipu, dan

bersiap-siap terhadap kematian sebelum datangnya.”

Maka bagian kelapangan dada seorang hamba sesuai dengan bagiannya dalam cahaya ini.

Begitu pula cahaya indrawi dan kegelapan indrawi, cahaya ini akan melapangkan dada dan

kegelapan ini akan menyempitkannya.

Termasuk sebab lapang dada, ilmu. Ilmu akan melapangkan dan meluaskan dada

sehingga menjadi lebih luas dari dunia. Sedangkan kebodohan menimbulkan kesempitan,

keterbatasan dan ketidakbebasan. Maka semakin luas ilmu seorang hamba, dadanya akan

semakin lapang dan semakin luas. Namun ini bukan untuk semua ilmu, akan tetapi ilmu yang

diwariskan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, yaitu ilmu yang bermanfaat. Maka orang

yang memiliki ilmu ini adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling

indah akhlaknya, dan paling baik kehidupannya.

Termasuk sebab lapang dada, inabah (senantiasa kembali) kepada Allah,

mencintaiNya dengan sepenuh hati, menghadap kepadaNya, dan bersenang-senang

dengan beribadah kepadaNya. Maka tidak ada yang lebih melapangkan dada selain hal itu.

Sampai-sampai seseorang terkadang mengatakan, seandainya aku berada di surga dengan

keadaan seperti ini, sungguh aku berada dalam kehidupan yang baik.

Dan kecintaan memiliki pengaruh yang mengagumkan terhadap lapangnya dada, baiknya

jiwa dan kenikmatan hati. Pengaruh ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya.

Setiap kali kecintaan ini menguat dan mengeras, dada akan menjadi lebih lapang dan lebih

luas, tidak akan sempit kecuali ketika melihat orang-orang yang kosong dari keadaan semacam

ini. Maka melihat mereka akan mengotori matanya, dan bergaul dengan mereka akan

menjadikan demam ruhnya.

32

Page 33: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Dan sebab terbesar dari sempitnya dada adalah berpaling dari Allah ta’ala,

bergantungnya hati kepada selain Allah, lalai dari mengingatNya dan mencintai

selainNya. Barangsiapa mencintai selain Allah, dia akan disiksa karenanya dan hatinya akan

dipenjara di dalam mencintainya. Maka di bumi ini, tidak ada yang lebih celaka darinya, lebih

buruk keadaannya, lebih susah kehidupannya dan lebih lelah hatinya darinya.

Maka ada dua kecintaan. Kecintaan sebagai surga dunia, kebahagiaan jiwa, kelezatan

hati, kenikmatan ruh, makanan dan obatnya, bahkan sumber kehidupan dan ketenangannya,

yaitu kecintaan kepada Allah semata dengan sepenuh hati, dan tertariknya kekuatan

kecenderungan, kehendak dan cinta seluruhnya kepadaNya. Dan (yang kedua) kecintaan

sebagai siksaan ruh, kegelisahan jiwa, penjara hati, kesempitan dada, dan sebagai sebab

kepedihan, kelelahan dan kesusahan, yaitu kecintaan kepada selain Allah subhanahu.

Termasuk sebab lapang dada, senantiasa berdzikir (mengingat) Nya dalam seluruh

keadaan dan di setiap tempat. Karena dzikir memiliki pengaruh yang mengagumkan

terhadap kelapangan dada dan kenikmatan hati. Sedangkan lalai memiliki pengaruh

mengagumkan terhadap kesempitan, keterbatasan dan tersiksanya hati.

Termasuk sebab lapang dada, berbuat baik kepada makhluk dan memberi manfaat

kepada mereka dengan yang mungkin dilakukan, seperti dengan harta, kedudukan,

manfaat dengan badan dan berbagai jenis kebaikan. Karena seorang yang dermawan dan

berbuat baik adalah manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya dan paling

nikmat hatinya. Sedangkan orang bakhil yang tidak melakukan kebaikan, adalah manusia yang

paling sempit dadanya, paling susah kehidupannya dan paling banyak kesedihan dan

kegelisahannya. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam telah memberikan permisalan dalam

hadits shahih untuk orang yang bakhil dan orang yang bersedekah, “seperti dua orang yang

memakai baju besi, setiap kali orang yang bersedekah ingin bersedekah, baju besi itu

terbentang dan meluas sehingga menjulur pakaiannya dan menutupi jejaknya. Dan setiap kali

orang yang bakhil ingin bersedekah, setiap halqah menempel pada tempatnya, dan tidak akan

meluas atasnya.”

Maka ini adalah permisalan lapangnya dada seorang mukmin yang bersedekah dan

keluasan hatinya. Dan permisalan sempitnya dada orang yang bakhil dan keterbatasan hatinya.

Termasuk sebab lapang dada, keberanian. Karena orang yang pemberani memiliki

dada yang lapang dan hati yang luas. Sedangkan seorang penakut adalah orang yang paling

sempit dada dan hatinya, tidak ada kebahagiaan, kegembiraan, kelezatan dan kenikmatan

baginya, kecuali sebagaimana yang dimiliki oleh binatang ternak. Adapun kebahagiaan,

kelezatan, kenikmatan dan keindahan ruh, maka terhalangi bagi setiap orang yang penakut,

sebagaimana terhalangi bagi setiap orang yang bakhil, orang yang berpaling dari Allah, lalai

dari mengingatNya, bodoh terhadapNya, nama-nama, sifat-sifatNya dan agamaNya, dan

hatinya bergantung kepada selain Allah. Dan sesungguhnya kenikmatan dan kebahagiaan ini

33

Page 34: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

akan berubah menjadi taman dan kebun di alam kubur. Sedangkan kesempitan dan

keterbatasan tersebut akan berubah di alam kubur menjadi siksaan dan penjara.

Maka keadaan seorang hamba di alam kubur, sesuai dengan keadaan hati di dalam dada,

baik mendapatkan kenikmatan atau siksa, penjara atau kebebasan. Dan tidaklah dianggap

kelapangan dada ini jika disebabkan oleh sesuatu hal yang sementara. Karena hal itu akan

hilang ketika sebabnya hilang. Dan yang menjadi patokan adalah sifat yang ada dalam hati

yang menyebabkan kelapangan hati atau keterbatasannya. Maka itulah timbangannya, wallahul

musta’an.

Termasuk sebab lapang dada, bahkan yang paling besar, mengeluarkan rusaknya

hati dari sifat-sifat tercela yang menyebabkan kesempitan dan tersiksanya hati, dan

menghalangi hati dari mendapatkan kesembuhan. Karena seorang manusia jika melakukan

berbagai sebab yang melapangkan dadanya, namun dia tidak mengeluarkan sifat-sifat tercela

tersebut dari hatinya, dia tidak akan menggapai kelapangan dadanya sama sekali. Dan paling

tidak, dia akan memiliki dua materi yang saling bergantian dalam hati, sedangkan hati itu

dikuasai oleh materi yang dominan terhadapnya.

Termasuk sebab lapang dada, tidak berlebih-lebihan dalam memandang, berbicara,

mendengar, bergaul, makan dan tidur. Karena berlebih-lebihan dalam hal ini akan berubah

menjadi kepedihan, kegelisahan dan kesedihan dalam hati, yang akan membatasinya,

menahannya, menyempitkannya dan hati akan tersiksa karenanya. Bahkan kebanyakan siksaan

dunia dan akhirat disebabkan karenanya.

Maka laa ilaaha illallah, alangkah sempitnya dada orang yang memiliki andil dalam

seluruh kerusakan ini, alangkah susah kehidupannya, alangkah buruk keadaannya dan alangkah

sempit hatinya. Dan laa ilaaha illallah, alangkah nikmat kehidupan orang yang memiliki andil

dalam setiap sifat-sifat terpuji tersebut, cita-citanya beredar padanya, dan berkisar di

sekitarnya. Maka orang ini mendapatkan bagian yang banyak dari firman Allah,

ن�ع�يم� ( ي ل�ف� ار� األب�ر� )١٣إ�ن�

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang

penuh kenikmatan.” [al-Infithor: 13]

Dan orang yang itu (sebelumnya) mendapatkan bagian yang banyak dari firman Allah,

يم� ( ح� ج� ل�ف�ي ار� ج� ال�ف� إ�ن� )١٤و�

“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” [al-

Infithor: 14]

Dan antara keduanya terdapat tingkatan yang berbeda-beda, hanya Allah yang bisa

menghitungnya.

Inti yang dimaksud, bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk

yang paling sempurna dalam seluruh sifat yang menghasilkan lapangnya dada, keluasan hati,

ketenangan jiwa dan kehidupan ruh. Maka beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam

34

Page 35: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

kelapangan dan kehidupan ini dan dalam ketenangan jiwa bersamaan dengan kekhususan

beliau berupa kalapangan inderawi.

Sedangkan makhluk yang paling sempurna dalam mengikuti beliau, mereka adalah yang

paling sempurna dalam hal kelapangan dada, kelezatan dan ketenangan jiwa. Seorang hamba

akan mendapatkan kelapangan dada, ketenangan jiwa dan kelezatannya, sesuai dengan kadar

mutaba’ah (peneladan) terhadap beliau. Maka beliau n berada pada puncak kesempurnaan

dalam hal kelapangan dada, tingginya penyebutan dan penghapusan dosa. Dan para pengikut

beliau mendapatkan bagian dari hal tersebut sesuai dengan ittiba’ (peneladanan) terhadap

beliau, wallohul musta’an.

Dan demikianlah, bagi para pengikut beliau mendapatkan bagian dari penjagaan Allah,

perlindungan, pembelaan, pemuliaan dan pertolonganNya kepada mereka sesuai dengan bagian

mereka dalam hal peneladanan. Sehingga ada orang yang mendapat bagian sedikit dan ada

yang banyak. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaknya dia memuji Allah, dan

barangsiapa mendapatkan selainnya, janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri.

NIKMAT YG DILALAIKAN

Penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Sakinah Mutiara Kata 15 -

April - 2005 16:05:20

Banyak orang menyadari bahwa hidup dunia sangat singkat dan bersifat sementara.

Namun kesadaran ini kebanyakan tdk diikuti dgn perilaku yg menghargai waktu. Alhasil waktu

sering terbuang percuma tanpa kita sadari.

Ketahuilah wahai saudariku muslimah! Waktu bagi seorang muslim yg menyadari betapa

berharga tujuan hidup di dunia tdk akan dibiarkan berlalu begitu saja dgn sia-sia. Ia tdk

mengatakan seperti perkataan orang Barat materialis yg cinta dunia time is money. Tapi ia

mengatakan “waktu itu utk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”. Umur kita pendek

waktu kita cuma sedikit sementara kita harus mempersiapkan bekal yg banyak utk menempuh

perjalanan menuju kampung akhirat bertemu dgn Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Barangkali kita semua menyadari bahwa waktu hidup kita di dunia memang hanya

sebentar tdk ada yg hidup kekal. Namun entah mengapa kebanyakan dari kita tdk bisa menjaga

waktu dgn baik sehingga waktu berlalu sia-sia tanpa diisi dgn amal kebaikan.

Saudariku! Di antara waktu-waktu yg kita miliki ada waktu lapang waktu senggang atau

waktu yg kosong dari kesibukan. Dan waktu luang ini merupakan keni’matan dari Allah

Subhanahu wa Ta’ala yg mesti digunakan sebaik-baik sebagai tanda syukur kepada-Nya.

Namun kenyataan kebanyakan dari kita lalai akan ni’mat ini sehingga kita pun merugi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan dlm sabda yg agung:

: اغ� ر� ال�ف� و� ة� ح� الص الن�اس� م�ن� ك�ث�ي�ر] ما� ي�ه� ف� غ�ب�و�ن] م� تا�ن� ن�ع�م�

35

Page 36: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Ada tiga keni’matan yg kebanyakan manusia merugi di dlm yaitu kesehatan dan waktu

luang.”

Hadits yg mulia di atas memberikan beberapa faedah kepada kita:

Pertama: sepantas bagi kita memanfaatkan waktu sehat dan waktu luang utk taqarrub

kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengerjakan kebaikan-kebaikan sebelum hilang dua

ni’mat itu. Karena waktu luang akan diikuti dgn kesibukan dan masa sehat akan disusul dgn

sakit.

Kedua: Islam sangat memperhatikan dan menjaga waktu. Karena waktu adl kehidupan

sebagaimana Islam memperhatikan kesehatan badan di mana akan membantu sempurna agama

seseorang.

Ketiga: Dunia adalah ladang akhirat. maka sepantas seorang hamba membekali diri dgn

takwa dan menggunakan keni’matan yg diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala utk taat kepada-

Nya.

Keempat: Mensyukuri ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala adl dgn menggunakan ni’mat

tersebut utk taat kepada-Nya.

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Banyak orang merugi di dlm dua

jenis keni’matan ini ni’mat sehat dan waktu luang. Karena bila seorang insan dlm keadaan

sehat ia mampu menunaikan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada dan

mampu meninggalkan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala larang. Dada dlm keadaan lapang

dan hati tenang. Demikian pula waktu luang bila memang ada orang lain yg menyiapkan dan

mencukupi kebutuhan ia pun lepas dari beban pekerjaan.

Namun bila seseorang punya waktu luang dan ia dlm keadaan sehat mk ia banyak merugi

di dalamnya. Karena kebanyakan waktu yg ada kita sia-siakan tanpa faedah. Kita memang tdk

mengetahui kerugian ini di dunia akan tetapi nanti ketika ajal telah datang dan ketika terjadi

hari kiamat barulah seorang insan menyadarinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

� ي�ما ف� صا�ل�حا4 ع�م�ل�أ� ل�ع�ل ي ع�و�ن� ج� ار� ب ر� قا�ل� ال�م�و�ت� د�ه�م� ح�

أ� جآء� إ�ذ�ا ت�ى ح�

ك�ت� ت�ر�

“Hingga ketika datang kematian menjemput salah seorang dari mereka ia pun berkata:

‘Wahai Rabbku kembalikanlah aku ke dunia agar aku bisa mengerjakan amal shalih yg dulu

aku tinggalkan’.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

36

Page 37: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

ل�و� ب ر� و�ل� ي�ق� ف� ال�م�و�ت� د�ك�م� ح�أ� ت�ي�

ي�أ� أ�ن� ب�ل� ق� ر�ي�ب� م�ن� ق� ل� ج�أ� �ل�ى إ ت�ن�ي ر� خ�

أ� آل

م�ن� ك�ن�أ� و� د�ق� ص�

أ� �. ف� ل�ها أ�ج� جآء� إ�ذ�ا 4 سا ن�ف� الله� ر� ي�ؤ�خ ل�ن� و� ي�ن� ال�ح� الله� الص� و�

ل�و�ن� ت�ع�م� � ب�ما ب�ي�ر] خ�

“Sebelum datang kematian menjemput salah seorang dari kalian hingga ia berkata:

‘Wahai Rabbku seandai Engkau menangguhkan kematianku sampai waktu yg dekat sehingga

aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang2 yg shalih.’ Dan Allah sekali-kali tdk akan

menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktunya. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yg kalian kerjakan.”

Kenyataan yg ada banyak waktu kita berlalu sia-sia tanpa kita manfaatkan dan kita pun

tdk bisa memberikan manfaat kepada salah seorang dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa

Ta’ala. Kita tdk merasakan penyesalan akan hal ini kecuali bila ajal telah datang. Ketika itu

seorang insan pun berangan-angan agar ia diberi kesempatan kembali ke dunia walau sedetik

utk beramal kebaikan akan tetapi hal itu tdk akan didapatkannya.”

Asy-Syaikh rahimahullah juga menyatakan: “Terkadang ni’mat ini luput sebelum datang

kematian pada seseorang dgn sakit yg menimpa hingga ia lemah utk menunaikan apa yg Allah

Subhanahu wa Ta’ala wajibkan terhadap ia merasakan dada sempit tdk lapang dan ia merasa

letih. Terkadang datang kesibukan pada diri dgn mencari nafkah utk diri sendiri dan keluarga

sehingga ia terluputkan dari menunaikan banyak dari amal ketaatan.

Karena itulah sepantas bagi insan yg berakal utk memanfaatkan waktu sehat dan waktu

luang dgn melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dgn

kemampuannya. Jika ia dapat membaca Al Qur’an mk hendaklah ia memperbanyak

membacanya. Bila ia tdk pandai membaca Al Qur’an mk ia memperbanyak zikir kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala. Bila ia tdk dapat melakukan hal itu mk ia melakukan amar ma’ruf nahi

mungkar. Atau mencurahkan apa yg ia mampu berupa bantuan dan amal kebaikan kepada

saudara-saudaranya. Semua ini adl kebaikan yg banyak namun luput dari kita dgn sia-sia.”

Saudariku mudah-mudahan apa yg tertulis dlm lembaran ini memberi faedah kepada kita.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberi taufik kepada kita utk

beramal kebaikan sepanjang waktu kita di dunia ini dan semoga Dia memudahkan kita utk

menjaga waktu dgn sebaik-baik mengisi dgn amal ketaatan kepada-Nya sebagai tanda syukur

akan ni’mat-Nya. Mudah-mudahan dgn begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terus

mengekalkan ni’mat-Nya kepada kita dan menambah dgn kemurahan dari sisi-Nya.

د�ي�د] ل�ش� ع�ذ�اب�ي إ�ن� ت�م� ر� ك�ف� ل�ئ�ن� و� ي�د�ن�ك�م� ز�أل� ت�م� ك�ر� ش� ل�ئ�ن� بCك�م� ر� ذ�ن�

ت�أ� �ذ� إ و�

“Dan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan: ‘Sesungguh jika kalian bersyukur pasti

Kami akan menambah ni’mat itu kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari ni’mat-Ku mk

sesungguh azab-Ku sangat pedih’.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

37

Page 38: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

SANG PENGUNJUNG TERAKHIR

Saudaraku, tahukah siapa pengunjung terakhirmu di dunia ini ? Tahukah apa tujuan ia

berkunjung dan menemuimu ? dan apa saja yang dimintanya darimu ? Sungguh ! Ia tak datang

karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan-minum bersamamu, meminta

bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada

seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri !! Pengunjung

ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu

bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan

misinya tersebut ! Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di

benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan

pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan

menuntaskan urusannya denganmu !! Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan

membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam

kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat

ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika

kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu !!

Saudaraku ! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa

terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang

menolongmu. la tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-

perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu ! Kalau pun kamu berusaha memberinya

hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti

apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya !

Sungguh ! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain ! Ia menginginkanmu

seutuhnya bukan separuh badanmu ! Ia ingin membinasakanmu ! la ingin kematian dan

mencabut nyawamu ! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu Dia lah malaikat maut.

Allah SWT. berfirman,

nل�ى� إ ث�م� ب�ك�م� و�ك ل� ال�ذ�ي ال�م�و�ت� ل�ك� م� اك�م� ي�ت�و�ف� ع�ون� ق�ل� ج� ت�ر� ب ك�م� ر�

"Katakanlah, 'Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan

kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. As-Sajadah : 11)

Dan firman-Nya,

و�ت� ال�م� د�ك�م� ح�أ� اء� ج� �ذ�ا إ nت�ى ح� ظ�ة4 ف� ح� ع�ل�ي�ك�م� ل� س� ي�ر� ال� و� و�ه�م� ل�ن�ا س� ر� ت�ه� ت�و�ف�

ط�ون� ر ي�ف�

38

Page 39: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

"Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan

oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan

kewajibannya." (QS. Al-An'am : 61)

KERETA USIA

Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti ?

Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini ? Sang musafir hampir

mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk berhenti ? Tahukah kamu bahwa

perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan 'kereta usia' sudah mendekati rute terakhirnya ?

Sebagian orang shalih mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata

dalam hatinya, "Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musaffr lain

yang sudah sampai ke tempat tinggalnya ?" Berhati-hatilah ! Semoga anda tidak termasuk

orang yang Allah SWT. sebutkan,

م� وه�ه� و�ج� ر�ب�ون� ي�ض� ئ�ك�ة� ال�م�ال� م� ت�ه� ت�و�ف� �ذ�ا إ ك�ي�ف� م� ف� ه� د�ب�ار�� أ و�

"Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya

memukul muka mereka dan punggung mereka ?" (QS. Muhammad : 27)

Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu ?

Menyudahi aktivitasmu ? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu ? Tahukah kamu, setelah

kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun ? Tidak dapat

melakukan shalat dua raka'at ? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya ? Tidak

dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali ? Tidak dapat

berpuasa sehari ? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit ? Tidak dapat melakukan haji

dan umrah ? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga ? 'Kontrak' amalmu

sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau

keburukanmu !! Allah SWT. berfirman,

ع�ون� ج� ار� ب ر� ال� ق� ال�م�و�ت� د�ه�م� ح�أ� اء� ج� �ذ�ا إ nت�ى ا ل�ع�ل ي ح� ف�يم� ا ال�ح4 ص� ع�م�ل�

أ�

ة] ك�ل�م� ا �ن�ه� إ ك�ال� ك�ت� �ت�ر� و� � ي�ب�ع�ث�ون� ه� ي�و�م� nل�ى� إ خ] ز� ب�ر� م� ائ�ه� ر� و� و�م�ن� ا ائ�ل�ه� �ق�

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apablla datang kematian kepada

seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikan lah aku (ke dunia)." Agar aku

berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak. Sesungguh-

nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai

hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun : 99-100)

PERSIAPKAN DIRIMU !

Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut ? Mana persiapanmu menyongsong

huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar,

ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika

39

Page 40: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar ? Dari 'Adi bin Hatim RA., bahwa

Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh

Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang

lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan

memandang yang lebih sial darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya.

Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan

mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun

dengan ucapan yang baik." (Muttafaqun 'alaih)

BERHITUNGLAH ATAS DIRIMU !

Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah betapa cepat akan

berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa

sulit dan kebutuhanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan

didiktekan di lembaran amalmu.

Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan ? Apakah ia dapat menyelamatkanmu

dari cobaan dan huru-hara itu ? Sungguh, tidak ! Kamu akan meninggalkannya untuk orang

yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan

memberikan toleransi padamu !

TELAGA KEMULIAAN RASULULLAH -SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA

SALLAM- PADA HARI KIAMAT

Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A

Iman kepada hari akhir/hari kemudian, yang berarti mengimani semua peristiwa yang

diberitakan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang terjadi setelah kematian, adalah salah satu rukun iman yang wajib

diyakini oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan kebenaran agama-Nya.

Bahkan karena tingginya kedudukan iman kepada hari akhir, Allah Ta’ala dalam banyak

ayat al-Qur’an sering menggandengkan antara iman kepada-Nya dan iman kepada hari akhir.

Hal ini dikarenakan orang yang tidak beriman kepada hari akhir maka tidak mungkin dia

beriman kepada Allah Ta’ala, sebab orang yang tidak beriman kepada hari akhir dia tidak akan

mengerjakan amal shaleh, karena seseorang tidak akan mengerjakan amal shaleh kecuali

dengan mengharapkan balasan kemuliaan dan karena takut siksaan-Nya pada hari pembalasan

kelak.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala menggambarkan sifat orang-orang yang tidak beriman

kepada hari akhir dalam firman-Nya:

ر� الد�ه� إ�ال ل�ك�ن�ا ي�ه� ا م� و� ي�ا ن�ح� و� ن�م�وت� الدCن�ي�ا ي�ات�ن�ا ح� إ�ال ه�ي� م�ا ال�وا و�ق�

40

Page 41: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita

mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (waktu)” (al-

Jaatsiyah:24)[1].

Kewajiban mengimani keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Di antara perkara yang wajib diimani sehubungan dengan iman kepada hari akhir adalah

keberadaan al-haudh (telaga) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan yang

Allah Ta’ala berikan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada hari kiamat nanti

orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam

sewaktu di dunia akan mendatangi dan meminum air telaga yang penuh kemuliaan tersebut,

semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk meraih kemuliaan tersebut, amin.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “(Termasuk landasan pokok Islam

adalah kewajiban) mengimani (keberadaan) telaga milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam pada hari kiamat, yang nanti akan didatangi oleh umat beliau Shallallahu ‘alaihi wa

sallam … sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits yang shahih (dari Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam)”[2].

Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah berkata: “al-Haudh (telaga) yang dengannya

Allah I memuliakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diminum (airnya) oleh

umat beliau r (pada hari kiamat nanti) adalah hak (benar)”[3].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menjelaskan perkara-perkara yang wajib diimani

pada hari kiamat, beliau berkata[4]: “Pada hari kiamat (ada) telaga Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang akan didatangi (oleh umat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam)…

barangsiapa yang meminum (air) telaga tersebut maka dia tidak akan merasakan haus lagi

selamanya”[5].

Imam an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits-hadits dalam “Shahih imam Muslim”

yang menyebutkan tentang telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bab:

“Penetapan (keberadaan) telaga Nabi kita (Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada

hari kiamat nanti)…”[6].

Dalil-dalil yang menjelaskan keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan ini

banyak sekali, bahkan mencapai derajat mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalan sehingga

tidak mungkin diingkari kebenarannya).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Penjelasan tentang telaga Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Ta’ala Memudahkan kita meminum dari telaga

tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan

(diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul

bid’ah yang berkeraskepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini…”[7].

41

Page 42: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Senada dengan ucapan di atas, imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah

menjelaskan: “Hadits-hadits (shahih) yang menyebutkan (keberadaan) telaga Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga

puluh orang sahabat radhiyallahu ‘anhuma (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)…”[8].

Di antara hadits-hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya setiap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki telaga (pada hari kiamat

nanti), dan mereka saling membanggakan siapa di antara mereka yang paling banyak orang

yang mendatangi telaganya (dari umatnya), dan sungguh aku berharap (kepada Allah Ta’ala)

bahwa akulah yang paling banyak orang yang mendatangi (telagaku)”[9].

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits lain: “Sesungguhnya aku

akan berada di depan kalian (ketika mendatangi telaga pada hari kiamat nanti) dan aku akan

menjadi saksi bagi kalian, demi Allah, sungguh aku sedang melihat telagaku saat ini”[10].

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya aku akan berada di

depan kalian ketika mendatangi telaga (pada hari kiamat nanti), barangsiapa yang

mendatanginya maka dia akan meminum airnya, dan barangsiapa yang meminumnya maka dia

tidak akan merasakan haus lagi selamanya”[11].

Gambaran tentang telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits

yang shahih

Barangsiapa yang meminum air telaga tersebut maka dia tidak

akan merasakan haus lagi selamanya, sebagaimana hadits yang tersebut di atas.

Sumber air telaga tersebut adalah sungai al-Kautsar di surga

yang Allah Ta’ala peruntukkan bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah kalian mengetahui apa

al-Kautsar itu? Para sahabat menjawab: Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang lebih

mengetahuinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya al-

Kautsar adalah sungai yang Allah Ta’ala janjikan kepadaku, padanya terdapat banyak

kebaikan, dan (airnya akan mengalir ke) telagaku yang akan didatangi oleh umatku pada

hari kiamat (nanti)…”[12].

Dalam hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dialirkan pada telaga

itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di surga…”[13].

Adapun gambaran air telaga tersebut adalah sebagaimana sabda

beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Airnya lebih putih dari susu dan baunya lebih harum

dari (minyak wangi) misk (kesturi)”[14]. Dalam hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda: “Dan (rasanya) lebih manis dari madu”[15].

Gayung/timba untuk mengambil air telaga tersebut sebagaimana

sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Gayung-gayungnya adalah seperti

bintang-bintang di langit”[16]. Artinya: jumlahnya sangat banyak dan berkilauan seperti

bintang-bintang di langit[17].

42

Page 43: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Bentuk telaga tersebut adalah persegi empat sama sisi[18],

sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang shahih[19].

Siapakah orang-orang yang terpilih mendatangi telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam?

Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam dan selalu mengikuti petunjuk yang beliau sampaikan, adapun orang-orang yang

berpaling dari petunjuk beliau sewaktu di dunia, maka mereka akan diusir dari telaga

tersebut[20].

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa

ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga yang penuh kemuliaan ini[21]. Karena

mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari

kemuliaan meminum air telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, sebagai balasan

yang sesuai dengan perbuatan mereka[22].

Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah[23] berkata: “Semua orang yang melakukan

perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah Ta’ala dalam agama ini akan diusir dari telaga

Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di

antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum

muslimin, seperti orang-orang khawarij, syi’ah rafidhah dan para pengikut hawa nafsu,

demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan

menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-

terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits

ini (yang diusir dari telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)[24].

Terlebih lagi orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam ini, seperti kelompok Mu’tazilah[25], mereka termasuk orang yang paling

terancam diusir dari telaga ini.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Penjelasan tentang telaga Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Ta’ala Memudahkan kita meminum dari telaga

tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan

(diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul

bid’ah yang berkeraskepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini. Mereka inilah

yang paling terancam untuk dihalangi (diusir) dari telaga tersebut (pada hari kiamat)[26],

sebagaimana ucapan salah seorang ulama salaf: “Barangsiapa yang mendustakan

(mengingkari) suatu kemuliaan maka dia tidak akan mendapatkan kemuliaan tersebut…”[27].

Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah berkata: “Semoga Allah Ta’ala

membinasakan orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga ini, dan alangkah pantasnya

mereka ini untuk dihalangi dari mendatangi telaga tersebut pada hari (ketika manusia

mengalami) dahaga yang sangat berat (hari kiamat)”[28].

43

Page 44: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Penutup

Demikianlah penjelasan ringkas tentang telaga kemuliaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam, yang kewajiban mengimaninya merupakan perkara penting yang berhubungan

dengan iman kepada hari akhir dan merupakan salah satu prinsip dasar akidah Ahlus sunnah

wal jamaah, yang tercantum dalam kitab-kitab akidah para imam Ahlus sunnah.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk dapat

meraih semua kebaikan dan kemuliaan yang dijanjikan-Nya di dunia dan di akhirat kelak,

sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan doa.

ر خ آ� و ، ن ي ع م ج أ� ه ب ح ص و ه ل آ� و د م ح م ا ن ي ب ن ى ل ع ك ر ا ب و م ل س و ه ل ل � ى ل ص و

العالمين رب لله الحمد أن دعوانا

Kota Kendari, 3 Sya’ban 1431 H

Abdullah bin Taslim al-Buthoni

Artikel: salafiyunpad.wordpress.com

Sumber: IbnuAbbasKendari.wordpress.com

AL HAYAAH, HIYA AL WAQTU

Oleh Ibnu Nawawi

Ba'da Tahmid wa sholawat

Saudaraku,semoga Allah Subhaanahu wa ta'ala Yang Maha Melihat lagi Maha

Mengetahui senantiasa memberikan hidayah dan rahmat-Nya kpd kita.

Saudaraku,ilmu melepaskan kita dari kebodohan dan kebidahan,sedangkan ikhlas

menyelamatkan kita dari riyanya amal.Tidak ada balasan bagi seseorang yg memiliki ilmu

namun tidak diamalkan dan didakwahkan melainkan naar sebagai balasannya,dan celakanya,ia

kan berada jauh dari syurga Allah sampai wanginya pun tidak dapat diciumnya.

Dan Saudaraku,sia-sia lah bagi seseorang yg beramal tanpa adanya keikhlasan dan

sunnah(ilmu) yg benar. Bahkan celakanya bisa menghancurkan amal tersebut dan cenderung

kepada kebid'ahan.

Saudaraku...Hidup adalah untaian dari waktu yang telah kita habiskan di dunia ini, saat

kita menghirup udara ketika dilahirkan, sampai nanti kita menghembuskan nafas terakhir.

Tahun yang telah dihabiskan selama ini adalah hidup kita, bulan yang telah dihabiskan adalah

hidup kita, minggu yang telah dihabiskan adalah hidup kita, hari yang telah dihabiskan kemarin

adalah hidup kita, jam, menit dan detik yang telah lalu adalah hidup kita....

44

Page 45: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Saudaraku... Demi Allah, Sungguh celaka bagi orang islam yang menghabiskan tahun, bulan,

minggu, hari, jam, menit dan detik-detiknya untuk bermaksiat dan hal yang sia-sia didalam

hidupnya. Karena mereka telah menyia-nyiakan kehidupan di dunia yang sesaat ini. Padahal

mereka yakinbahwa mereka akan menghadapi kematian, cepat maupun lambat !!

Benarlah perkataan Utsman bin Affan :

1. "Aku merasa heran terhadap orang yang yakin dengan akan datangnya kematian, tetapi

dia masih bisa banyak tertawa"

2. "Aku merasa heran terhadap orang yang mengetahui bahwa dunia ini akan rusak, tetapi

dia begitu mencintainya."

3. "Aku heran terhadap orang yang mengetahui bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan

Allah, tetapi ia merasa sedih dengan apa yang luput darinya"

4. "Aku heran dengan orang yang mengetahui akan adanya hisab, namun dia tetap

menumpuk-numpuk harta benda"

5. "Aku heran terhadap orang yang meyakini adanya neraka, namun dia tetap berbuat

dosa."

6. "Aku heran terhadap orang yang meyakini adanya syurga, namun dia masih tetap

bersenang-senang dengan kesenangan dunia."

7. "Aku heran terhadap orang yang mengetahui bahwa syaitan adalah musuh. namun ia

tetap mengikutinya."

Saudaraku... Jika kita menghargai waktu, maka kita telah menghargai hidup....

Menghargai waktu dengan mengisi waktu itu dengan amal-amal kebaikan...amal yang

bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan di akhirat kelak...walaupun hanya sejam, semenit,

bahkan sedetik saja.

Saudaraku... Hanya penyesalan dan taubat yang bisa dilakukan untuk waktu yang telah

lalu, beramal baik dan mencegah kemunkaran pada hari ini dan meyiapkan bekal serta

merencanakan kebaikan untuk hari esok. Ingatlah saudaraku, "Sesungguhnya Allah

Subhaanahu wa ta'ala tetap mengulurkan tanganNya pada malam hari agar orang yang

bermaksiat pada siangnya bertaubat. Dan masih mengulurkan tangganNya pada siang hari agar

orang yang bermaksiat pada malam hari bisa bertaubat. Sampai matahari terbit dari arah barat

(terjadinya kiamat)." Begitulah ucapan Rasulullah saw yang diriwayatkan dalam hadits Imam

Muslim.

Saudaraku... Kita berharap semoga Allah Yang Maha Kuasa menjadikan hidup yang kita

miliki menjadi hidup yang berharga, hidup yang menyelamatkan kita di kehidupan setelah

kehidupan dunia ini. Allaahumma innaa nas'aluka husnul khootimah, Wa na'uudzubika min

Syuu'ul Khootimah. Amiin...

45

Page 46: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

LUPAKAN JASA DAN KEBAIKAN DIRI

Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain,

apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang

lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun

penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan

dan sakit hati.

Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka

semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat

terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak

menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena

kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang

dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.

Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang

lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih

menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah

lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain

maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.

Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka,

seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang

menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima

kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan

ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter

menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang

berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin

tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah

hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk

orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.

Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung,

melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak

merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada

anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa

jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak

memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi

kewajiban seorang ibu.

Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru

akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah.

46

Page 47: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk

sanggup berbalas budi.

Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-

muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan

memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan

yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus

dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan

keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah

seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk

mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu

penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan

dosa.

Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga

mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak

berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama

sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu,

menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir

maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena

tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.

Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini

diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok

dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat

kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil

tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?

Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan

ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang

mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan,

maka takdir beramal adalah investasi.

Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin

dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya,

cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti

menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik

waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali

adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat

melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih

ringan, dan lebih indah. Insya Allah

47

Page 48: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

TUNTUNAN BERTAUBAT KEPADA ALLAH SWT

Oleh Dr. Yusuf al Qaradhawi 

Bab 1. Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya

Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min --dan saat itu ia sedang berusaha

menuju kepada Allah SWT -- adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong

oleh sunnah, serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun

ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata:

Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa

yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih

wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas

manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di

sebutkan oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).

Taubat Dalam Al Quran

Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang

tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu

nantinya, insya Allah.

"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang semurni-murninya".

Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah

firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-

murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan

memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika

Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang

cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka

mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;

sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).

Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk

melakukan taubat dengan taubat nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah

SWT dalam Al Quran itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain

yang mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada petunjuk yang

lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha untuk menggapai dua hal

atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:

1. Menghapuskan dosa-dosa

2. Masuk ke dalam surga.

48

Page 49: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Seluruh individu muslim amat membutuhkan dua hal ini:

Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena

manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-

dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang

berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke bawah

sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia

pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia

ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.

Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan

kenyataan itu ia membutuhkan taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang

diperbuatnya.

Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran yang

paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat. Ini adalah

masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau

binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan

penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga.

Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:

"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah

beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS.

Ali Imran: 185.).

Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman

Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat adalah firman Allah:

ت�وب�وا 4 الل�ه� إ�ل�ى و� يعا م� ا ج� يCه�� ن�ون� أ ؤ�م� ون� ل�ع�ل�ك�م� ال�م� ل�ح� ت�ف�

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya

kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk

bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun

orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum

muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari

dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang

ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan

sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat

dari melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan

agama dan nama baiknya. Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang

dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian

yang terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam

49

Page 50: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi

lagi.

Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan

taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan:

"Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam

ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.

Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al

Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum

yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-

Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan

dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang

disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian

pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian diharapkan akan mendapatkan

keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang berhak mengharapkan keberuntungan

itu.

Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi

para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus

untuk Adam a.s. saja. Allah SWT befirman:

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya

maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).

Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak

mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum

tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia

adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi

wali atau si pencuri. Abu Tamam berkata:

"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan

setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!

Perkataan itu didukung oleh hadits:

"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik

adalah mereka yang sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari

Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan

secara terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah SWT berfirman: " dan

bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari

dosa yang diperbuat oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh

sekalipun. Dalam Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan

tangisan sesal mereka.

Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak

dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan

50

Page 51: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

itu, dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari dzikir

kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian dan kurang dalam

mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu

adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab

itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke

tingkatannya yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan

dalam kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini

adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).

Orang Yang Tidak Bertaubat Adalah Orang Yang Zhalim

Allah SWT berfirman:

ا ي�ا يCه�� ن�وا ال�ذ�ين� أ ر� ال� آم� خ� وم] ي�س� م� م ن ق� و� 4 ي�ك�ون�وا أ�ن ع�س�ى ق� ي�را م� خ� ن�ه� ال� م و�

اء اء م ن ن�س� 4 ي�ك�ن� أ�ن ع�س�ى ن س� ي�را ن� خ� ن�ه� ال� م وا و� ك�م� ت�ل�م�ز� س� ال� أ�نف� وا و� ت�ن�اب�ز�

اب� �ل�ق� م� ب�ئ�س� ب�األ� وق� اال�س� س� ان� ب�ع�د� ال�ف� �يم� ل�ئ�ك� ي�ت�ب� ل�م� و�م�ن اإل� و�أ� م� ف� ه�

الظ�ال�م�ون�

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang

lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-

olokkan) dan jangan pula wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena)

boleh Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)

dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar

yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang

siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)

Setelah Allah SWT melarang kaum mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia

laki-laki atau perempuan-- serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau

membuatnya susah; dan al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai

orang yang mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-

Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak

disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke

derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang fasik, dan nama yang paling buruk

setelah keimanan adalah kefasikan itu.

Kemudian Allah SWT berfirman:

"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". Ini

adalah dalil akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi

orang-orang zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.

�ن�ه� � إ ل�ح� ال الظ�ال�م�ون� ي�ف�

"Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)

Juga tidak dicintai Allah SWT:

51

Page 52: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).

Serta mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al

Maidah: 51).

Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:

"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi

Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan

orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam

keadaan berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).

Ayat-ayat yang lain:

Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta

menjelaskan keutamaannya dan buahnya adalah firman Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang

mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat

Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta

membukan pintu bagi mereka untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi

saudara seiman mereka. Seperti firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah

memerintahkan untuk memerangi kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:

"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan

kepada mereka untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS. at-Taubah: 5).

"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah

saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah: 11)

Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka

tentang ketuhanan al Masih atau ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia

sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi

manusia biasa. Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.

Allah SWT berfirman:

52

Page 53: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih

putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani Israil, sembahlah Allah

Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,

maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada

bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang

mengatakan: " bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada

Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa

yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan

yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun

kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).

Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah juga membuka pintu taubat bagi orang-orang

kafir yang telah demikian keji menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah

melemparkan kaum mu'minin itu ke dalam api yang panas:

"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang

mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman." (QS. al Buruj:

5-7.)

Allah SWT berfirman setelah menyebutkan kisah mereka itu, bahwa mereka membenci

kaum mu'minin itu semata karena kaum mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.

Allah SWT befirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min

laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam

dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).

Hasan al Bashri mengomentari ayat ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah

SWT ini: mereka membunuh para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk

bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya!."

Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat

diterima. Allah SWT berfirman:

"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta

mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-

keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim.

Mereka itu balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian

pula) la'nat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak

53

Page 54: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang

yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)

SHALAT POTENSI YANG TERABAIKAN

Shalat adalah sarana yang paling efektif untuk menyegarkan jasmani dan menenangkan

jiwa. Masalahnya, shalat yang dilaksanakan oleh kebanyakan kaum muslimin belum

sebagaimana mestinya. Orang yang sehabis melaksanakan shalat seolah-olah tidak memperoleh

kesan apa-apa. Antara sebelum dan sesudah shalat tidak ada bedanya. Bahkan antara orang

yang shalat dan yang tidak juga mirip-mirip saja.

Itulah barangkali yang menyebabkan orang tidak lagi tertarik mengkaji manfaat shalat,

kecuali sebatas kewajiban yang harus ditunaikan saja. Ini tantangan yang mesti kita jawab.

Bukan dengan banyak-banyakan argumentasi. Bukan dengan adu konsep dan dalil yang

mendetail. Kita perlu bukti. Hanya dengan bukti nyata, baru orang akan melirik kembali

potensi shalat yang selama ini ditelantarkan ummatnya.

Soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada orang

yang shalat. Ada jaminan yang pasti bahwa orang yang benar dalam shalatnya bakal

memperoleh ketenangan ini. Allah berfirman:

"Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14) "Ketahuilah, dengan mengingat Allah,

hati menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra'du: 28)

Hati bisa tenang bila mengingat dan dzikir kepada Allah, sedang sarana berdzikir yang

paling efektif adalah shalat. Tentu bukan sembarang shalat. Sebagaimana dalam ayat di atas,

perintah Allah adalah tegakkan, bukan laksanakan.

Mendirikan shalat beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat punya kesan

adanya suatu perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi. Jika sekadar

melaksanakan, tak perlu susah payah, cukup santai asal terlaksana. Itulah sebabnya Allah

memilih kata perintah "aqim" yang berarti dirikan, tegakkan, luruskan.

Kenyataannya tidak demikian, banyak di antara kaum muslimin yang melaksanakan

shalat tapi tidak menegakkannya. Bagi mereka pokoknya shalat, kewajiban gugur lepas dari

ancaman siksa, dan menunggu pahala. Cukup. Andai ada sensus tentang pelaksanaan shalat ini,

maka dapat dipastikan bahwa bagian terbesar ummat Islam adalah golongan ini.

Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Sayang belum banyak pemimpin dan ulama yang

menganggap perlu menjelaskannya kepad ummat. Jika toh mengkaji shalat, maka yang paling

banyak mendapat perhatian adalah seputar kaifiyatush-Shalat, yang tidak berkutat dari masalah

fiqh. Lebih parah lagi bila mereka berhenti mengkaji hanya pada masalah-masalah khilafiyah.

54

Page 55: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Bukan untuk mencari penyelesaian, tapi malah memperlebar jarak perbedaan, mempertajam

pertentangan, dan merusak kesatuan.

Kenapa kajian kita terhadap masalah-masalah ibadah, khususnya shalat, tidak kita

perlebar dan perdalam hingga menyentuh pokok-pokok pesan dan inti persoalan? Kenapa

hanya sebatas kulit, tidak sampai pada daging dan tulangnya?

Sayang, pelajaran di sekolah tentang shalat tidak lebih dari pengulangan, bukan

pendalaman. Sebatas pada pelajaran, bukan penghayatan. Falsafah shalat, yang semestinya

diberikan ternyata tidak, hingga kaum muslimin menjalankan ibadahnya sebatas sebagai tradisi

saja.

Jika pelaksanaan shalat sudah semata-mata berdasar tradisi, berarti shalat itu kosong tanpa isi.

Ibarat tubuh tanpa nyawa. Ibarat bungkus tanpa isi. Apa artinya shalat yang demikian? Dalam

hal ini Rasulullah menjawab melalui sabdanya: "Berapa banyak orang yang melaksanakan

shalat, keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja." (HR. Ibnu

Majah)

Wajib bagi kita mengikuti tata cara shalat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah kepada

kita. Tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun juga. Sekecil apapun gerakan itu harus sesuai

dengan sunnah. Akan tetapi yang semestinya juga kita contoh dan tiru pada Nabi bukan

sekadar gerakan fisik tapi juga gerakan batinnya. Jika beliau batinnya sering bergetar ketika

membaca surat-surat tertentu, atau pada bacaan-bacaanm tertentu, apakah kita juga sudah

demikian?

Bukan berarti kita memaksakan diri untuk menggetarkan batin. Juga bukan dengan

memaksakan diri untuk menangis, tidak bisa itu. Agar batin bergetar, suasana hati harus

khusyu'.

Khusyu' adalah satu tingkat kosentrasi yang luar biasa tingginya. Ini dicapai lewat

kedisiplinan mengikuti tata cara yang telah diatur sedemikian rupa, mulai dari berwudhu,

adzan, iqamat, dan seterusnya berdiri untuk shalat, takbir, rukuk, sujud, bacaan-bacaan dalam

shalat, yang semuanya mengantar untuk konsentrasi mengingat Allah.

Itulah ruh shalat. Secara ekstrem dapat dikatakan, apa artinya shalat tanpa khusyu'? Apa

manfaat shalat yang demikian? Malah dapat dikatakan bahwa yang lebih penting dan utama

dalam shalat itu bukan gerakan fisik, tapi gerakan batin. Gerakan fisik bisa diganti atau

ditiadakan jika memang tidak mampu. Tapi dzikir kepada Allah tetap harus berjalan, kapanpun

juga.

Seorang yang tidak mampu berdiri karena sakit, bisa mengganti gerakan berdirinya

dengan hanya duduk, mengganti gerakan ruku'nya dengan isyarat sedikit membungkuk.

Demikian juga sujudnya. Tidak bisa berdiri diperbolehkan duduk. Tidak bisa duduk dengan

berbaring dan sebagainya.

55

Page 56: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Yang tidak bisa diganti adalah gerakan batin. Ini yang mutlak harus ada. Tanpa kehadiran

hati, shalat hanya merupakan gerakan mati. Gerak otomatis, bagai patung saja. Jika demikian,

apa artinya?

Itulah sebabnya Allah memberi ancaman yang cukup keras kepada kita, dengan kata yang

amat pedas, "Maka celakalah bagi orang-orang yhang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam

shalatnya." (Qs. al-Maa'uun: 4-5)

Jadi ketenangan batin, apalagi janji-janji yang lain terhadap orang yang shalat itu tidak

serta merta diberikan Allah begitu saja. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih

dahulu. Bagi yang lalai dalam shalatnya bukan saja tidak bakal mendapatkan janji-janji tadi,

malah ada ancaman keras dari Allah swt.

Itulah barangkali rahasia, kenapa ummat Islam tidak sukses, padahal mereka telah

menjalankan shalat. Semestinya tidak demikian. Andai saja mereka melaksanakan shalat sesuai

dengan tuntunan Islam, kemenangan mesti diperolehnya. Allah sendiri berjanji, "Sungguh telah

beruntung orang-orang beriman. Yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (Qs. Al-

Mu'minuun: 1-2)

Rasanya tidak terlalu sulit dipahami jika orang yang itens komunikasinya dengan Allah --

melalui shalat sebagai sarananya-- berhasil mencapai kemenangan dan keberhasilan di berbagai

sektor kehidupan. Sebab, siapa lagi yang merupakan sumber energi dari semua bentuk

kekuatan kalau bukan Allah swt.

Jika kita sudah dekat dengan sumber energi dan sumber kekuatan itu, maka dengan

sendirinya kita pasti lincah bergerak, dan tentu saja juga kuat. Dari sana kemenangan pasti

didapat. Karenanya tidak salah bila redaksi adzan itu didahului dengan ajakan shalat (hayya

alash-shalaah), kemudian disusul dengan ajakan untuk menang (hayya alalfalaah). Memang

demikian seharusnya. Shalat kemudian menang.

Rahasia kemenangan itu terletak pada kedekatan kita dengan Allah. Jika kita sudah dekat,

artinya komunikasi kita secara vertikal lancar tak tersumbat, melalui shalat wajib dan sunnah,

maka kemenangan itu pasti didapat. Allah pasti membantu hamba-Nya yang dikasihi.

Masalahnya, sudahkah ada jaminan bahwa kita telah menjadi kekasih-Nya?

Alangkah hebatnya potensi ibadah, khususnya shalat ini. Sayang ummat Islam belum

menggalinya sebagai suatu pelajaran yang siap disajikan di kelas, sebagai praktek yang dapat

dilaksanakan di lapangan, dan sebagai satu bukti yang dapat dilihat dan disaksikan pengaruh

dan dampaknya.

Andaikata shalat ini dikaji secara intensif, dipraktekan sesuai sunnah Nabi di dalam

menyedot kekuatan-kekuatan yang dijanjikan Allah, pasti sudah lama nasib ummat Islam tidak

seperti ini.

Terus terang kita khawatir jika potensi shalat diabaikan oleh ummat Islam, kemudian

mereka memandang bahwa shalat tidak memiliki arti lagi dalam kehidupan sehari-hari, maka

bencana akan datang menimpa. Bukan bencana alam, tapi bencana agama. Mereka tidak mau

56

Page 57: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

lagi melirik shalat untuk menenangkan jiwanya, tapi sudah menggunakan cara-cara yang lain.

Mereka mencari terapi yang lain untuk mencegah fakhsa' dan munkar, dengan cara yang tidak

diajarkan agama.

Jika shalat sudah tidak dipandang sebagai sesuatu yang potensial lagi, lalu di mana letak

keislaman kita? Bukankah shalat sebagai tiang agama? Kalau tiang itu sudah kita anggap tidak

bisa lagi menyangga bangunan yang ada, maka bangunan apa yang bisa kita dirikan disana?

"Pokok urusan itu Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi

sabilillah." (HR. Ahmad dan Turmudzi)

Fenomena yang akhir-akhir ini terjadi, tidak lain karena kita lalai dalam menyodorkan

shalat sebagai alternatif terbaik untuk menenteramkan jiwa. Pada saat dunia sedang gelisah

seperti sekarang, orang pada sibuk mencari ketenangan. Dengan segala cara mereka ingin

dapatkan. Tak peduli harus lari ke kuil atau pertapaan-pertapaan sepi. Tak peduli harus pergi ke

hutan sendirian, pokoknya dapat menentramkan hati. Alangkah idealnya bila kita segera

memberi jawab atas keresahan ummat ini. Kita sodorkan alternatif satu-satunya yang dapat

menghilangkan stres dan tekanan jiwa itu.

MARI BERTAUBAT

Ma’a syiral muslimin wal muslimat rahimmakumullah,

Manusia tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil, disengaja maupun tanpa

disengaja. Apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai jiwa raganya, ia akan menjadi bulan-

bulanan berbuat kemaksiatan. Ketaatan, seolah-olah tidak memiliki nilai berarti.

Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa menumpuk, bukan berarti tak ada

lagi pintu untuk memperbaiki diri. Karena, betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang

hamba, namun pintu rahmat Allah SWT selalu terbuka.

Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, yaitu dengan bertaubat dari

perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang Neraka. Taubat yang dilakukan

haruslah total, yang dikenal dengan “taubatan nashuha”.

Allah berfirman,

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,

mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang

dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan

kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(Ali-Imran [3]: ayat 135)

Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang di dalamnya

mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala

orang-orang yang beramal.(Ali-Imran [3]: ayat 136)

57

Page 58: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam ayat diatas bahwa salah satu ciri orang yang

bertaqwa kepada Allah bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa dan tidak punya salah,

akan tetapi, orang yang bertaqwa yaitu mereka yang apabila melakukan kesalahan, mereka

kemudian mengingat Allah serta bertaubat atas segala kesalahan yang dilakukannya.

Mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa, maka Allah dengan sifat Rahman dan

Rahim-Nya senantiasa membuka pintu taubat dan ampunan-Nya sampai kelak matahari terbit

dari arah barat, saat dimana Qiamat kubra terjadi.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhari dan Muslim yang artinya: “ Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-

Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia

membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa

pada waktu malam, sehingga matahari terbit dari arah barat (sampai qiamat).” ( H.R. Muslim)

Taubat sendiri berarti menyesal atau kembali. Seseorang bertaubat berarti seseorang

tersebut menyesali perbuatan dosa atau kesalahan yang telah diperbuat dengan menghentikan

perbuatan dosa dan kembali kepada kebenaran seperti yang sudah digariskan oleh Allah SWT.

Dengan demikian, taubat itu berarti melepaskan diri dari keadaan yang dibenci dan dikutuk

Allah untuk menuju pada kebenaran yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Taubat hukumnya

wajib ‘ain atas orang-orang yang melakukan dosa. Taubat selalu berkaitan dengan perbuatan

dosa, dan dosa terjadi karena dua hal, yaitu melanggar larangan-larangan-Nya dan

meninggalkan perintah-perintah-Nya.

Ditinjau dari keterkaitannya, dosa dibagi atas:

Dosa manusia dengan Allah, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak

mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, berbuat syirik /menyekutukan Allah dan

melakukan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat individu.

Dosa manusia terhadap sesamanya, seperti berbohong, menipu, mencuri dan

pelanggaran-pelanggaran yang bersifat umum.

Oleh sebab itu agar Allah mengampuni segala dosa yang telah dilakukannya, maka Allah

memerintahkan kepada hamba-Nya yang berdosa agar segera bertaubat kepada Allah dan tidak

pernah berputus asa mengharap rahmat-Nya. Oleh karena kita sebagai manusia tidak pernah

lepas dari kesalahan dan dosa, maka sudah seharusnyalah kita setiap saat untuk selalu bertaubat

kepada Allah, dengan memperbanyak membaca istighfar kepada-Nya.

Rasul bersabda,

“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku

bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”

Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya

kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang

58

Page 59: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan

membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat.

INTROSPEKSI DIRI

Betapa zalimnya diri ini, bergelimang dosa dan mengaku diri sebagai hamba Allah SWT,

hamba macam apakah kebanyakan manusia di jaman modern ini? Yang tidak malu berbuat

maksiat, kadang dengan bangga menceritakan perbuatan maksiat kepada teman-temanya,

naudzubillahi mindaliq…sudah tidak malu & terang-terangan di hadapan Allah SWT, wahai

jiwa… kenalilah kehinaan dirimu…, sadarilah keagungan Rabb yang telah menciptakan dan

memberikan nikmat tak berhingga kepadamu…, ingatlah pedihnya siksa yang menantimu, jika

engkau tidak segera bertaubat.

Cepatlah kembali tunduk kepada Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih, sebelum terlambat.

Karena apabila ajal seseorang telah dating, maka tidak ada seorang pun yang bisa

mengundurkannya barang sekejap ataupun menyegerakannya, ketika maut itu datang… beribu-

ribu penyesalan akan menghantui orang tersebut, dan bencana besar ada di hadapan dia, siksa

kubur yang meremukkan dan gejolak api neraka yang menghanguskan kulit-kulit manusia.

Maha Suci Allah, sesungguhnya hukuman-Nya amat sangat keras.

Padahal tidak ada satu jiwa pun yang tahu di bumi mana kita akan mati, kapan waktunya,

bisa jadi seminggu lagi atau bahkan beberapa detik lagi, siapa yang tahu? Bangkitlah segera

dari lumpur dosa… dan songsonglah pahala yang siap menanti dihadapan….kita , dengan

sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah SWT.

Kedudukan Taubat

Taubat itu wajib dilakukan untuk setiap dosa yang diperbuat, pokok dari taubat adalah

penyesalan. Para ulama telah sepakat bahwa taubat dari segala maksiat hukumnya wajib, dan

taubat itu wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, sama saja apakah

maksiat itu termasuk dosa kecil atau dosa besar. Taubat merupakan salah satu prinsip agung di

dalam agama Islam dan kaidah yang sangat ditekankan di dalamnya…

Taubat yang terbesar dan paling wajib adalah bertaubat dari kekufuran, kekafiran menuju

keimanan. Kemudian tingkatan kedua adalah bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian diikuti

dengan tingkatan ketiga yaitu bertaubat dari dosa-dosa kecil.

Allah berfirman,

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: Jika mereka berhenti (dari kekafirannya),

niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (Al-

Anfaal [8]:ayat 38).

Al-Quran Memerintahkan Manusia untuk Bertaubat.

Allah berfirman,

59

Page 60: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung.” (An-Nuur [24]: ayat 31)

Penjelasan ayat tersebut, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-

orang yang beriman” , bahwa seorang mukmin itu, memiliki keimanan dan Allah SWT yang

menyerunya untuk bertaubat, kemudian Allah SWT mengaitkan taubat itu dengan

keberuntungan, “Supaya kamu beruntung”, maka tidak ada jalan lain menuju keberuntungan

kecuali dengan taubat, yaitu kembali dari segala sesuatu yang dibenci Allah SWT, lahir

maupun batin, menuju segala sesuatu yang dicintai-Nya, lahir maupun batin. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap mukmin, orang yang beriman itu membutuhkan taubat, sebab

Allah menujukkan seruan-Nya kepada semua orang yang beriman.

Rasul memerintahkan untuk bertaubat

Rasulullah Muhammad SAW bersabda,

“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya,

sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari.”(HR. Muslim)

Dengan bertaubat itu akan diperoleh dua manfaat:

1. Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Sedangkan dengan melaksanakan

perintah Allah dan Rasul-Nya itulah terkandung segala kebaikan. Di atas kepatuhan,

melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya itulah terdapat sumber kebahagiaan

dunia dan akhirat yang abadi.

2. Meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau itu senantiasa

bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali.

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling taat beribadah kepada Allah, dan

memang demikianlah sifat beliau. Beliau itu adalah orang yang paling takut kepada Allah di

antara kita, beliau orang paling bertaqwa kepada Allah di antara kita, dan beliau adalah orang

paling berilmu tentang Allah di antara kita, semoga shalawat dan keselamatan dari-Nya

senantiasa tercurah kepada beliau. Dan di dalamnya juga terdapat dalil yang menunjukkan

bahwa beliau adalah sosok pengajar kebaikan dengan ucapannya dan dengan perbuatannya.

Beliau senantiasa beristighfar kepada Allah dan menyuruh orang-orang agar beristighfar,

sehingga para sahabat & pengikutnya pun bisa meniru beliau, demi melaksanakan perintahnya

dan mengikuti perbuatannya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan nasihat yang beliau

berikan kepada umatnya.

Maka sudah semestinya kita juga meniru beliau, apabila kita memerintahkan sesuatu

maka hendaknya kita adalah orang pertama yang melaksanakan perintah ini. Dan apabila kita

melarang sesuatu hendaknya kita juga menjadi orang pertama yang meninggalkannya, sebab

inilah sebenarnya hakekat sebagai “da’i ilallah” (penyeru kepada agama Allah), bahkan inilah

60

Page 61: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

hakekat dakwah, yaitu kita lakukan apa yang kita perintahkan dan kita tinggalkan apa yang kita

larang, kita mohon kepada Allah SWT untuk menerima taubat kita, serta semoga Allah SWT

memberi petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus.

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA TAUBAT.

4 syarat agar taubat seseorang diterima Allah SWT:

1. Ikhlas Karena Allah.

Yaitu orang yang bertaubat hendaknya mengharapkan ampunan Allah SWT dengan

taubatnya itu dan berharap supaya Allah menerima taubatnya serta mengampuni dosa yang

telah dilakukannya, dengan taubatnya itu ia tidak bermaksud riya’ di hadapan manusia atau

demi mendapatkan kedekatan dengan mereka, dan bukan juga semata-mata demi

menyelamatkan diri dari gangguan penguasa dan pemerintah kepadanya. Tapi dia bertaubat

hanya demi mengharapkan ridha dan rahmat Allah dan pahala di negeri akhirat yang abadi.

2. Menyesali Perbuatan Dosa

Harus benar-benar menyesal atas dosa yang telah dilakukannya, sebab perasaan menyesal

dalam diri seorang manusia itulah yang membuktikan dia benar dan jujur dalam bertaubat,

ini artinya dia menyesali apa yang telah diperbuatnya dan merasa sangat sedih karenanya,

dan dia memandang tidak ada jalan keluar darinya sampai dia benar-benar bertaubat kepada

Allah SWT dari dosanya.

3. Meninggalkan dosa yang dilakukannya.

Ini termasuk syarat terpenting untuk diterimanya taubat, meninggalkan dosa itu maksudnya

adalah apabila dosa yang dilakukan adalah karena meninggalkan kewajiban, maka

meninggalkannya ialah dengan cara mengerjakan kewajiban yang ditinggalkannya itu,

seperti contohnya: ada seseorang yang tidak membayar zakat, lalu dia ingin bertaubat

kepada Allah maka dia harus mengeluarkan zakat yang dahulu belum dibayarkannya.

Apabila ada seseorang yang dahulu meremehkan berbakti kepada kedua orang tua,

kemudian ingin bertaubat, maka dia harus berbakti dengan baik kepada kedua orang

tuanya. Apabila dia dahulu meremehkan silaturahim maka kini dia wajib menyambung

silaturahim. Apabila maksiat itu terjadi dalam bentuk mengerjakan keharaman maka dia

wajib bersegera meninggalkannya, dia tidak boleh meneruskannya walaupun barang

sekejap. Apabila misalnya ternyata dia termasuk orang yang memakan harta riba maka

wajib baginya melepaskan diri dari riba dengan cara meninggalkannya dan menjauhkan diri

darinya dan dia harus menyingkirkan harta yang sudah diperolehnya dengan cara riba,

apabila dia telah meraup harta dengan cara haram ini maka dia wajib mengembalikan harta

itu kepada pemiliknya atau meminta penghalalan kepadanya.

Apabila dia mengatakan “Saya sudah bertaubat kepada Allah”, akan tetapi ternyata dia

masih meneruskan perbuatan yang diharamkan, maka taubat ini tidaklah diterima. Bahkan

taubat seperti ini sebenarnya seolah-olah merupakan tindak pelecehan terhadap Allah SWT,

61

Page 62: Jangan Mengeluh Jangan Gelisah

bagaimana seseorang bertaubat kepada Allah SWT sementara dia masih terus bermaksiat

kepada-Nya? Dalam kondisi bagaimanapun setiap insan harus meninggalkan dosa yang dia

sudah bertaubat darinya, apabila dia tidak meninggalkannya maka taubatnya tertolak dan

tidak akan bermanfaat baginya di sisi Allah SWT.

4. Bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa.

Seseorang yang bertaubat, harus dengan sungguh-sungguh bertekat untuk tidak

mengulangi dosa yang sama dimasa yang akan datang. Apabila seseorang masih

mengulangi perbuatan dosa ketika terbuka kesempatan bagimu untuk melakukannya, maka

sesungguhnya taubat itu tidak diterima Allah SWT. Tidak dalam keadaan Sakatarul Maut.

Apabila ada seseorang yang bertaubat dimana taubatnya sudah tidak bisa diterima lagi

oleh Allah SWT, maka saat itu taubatnya tidak lagi bermanfaat. Tidaklah diterima taubat

seseorang apabila nyawa sudah berada dikerongkongan (sakaratul maut), seperti taubatnya

raja Fir’aun. Allah berfirman,

Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan

(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia

mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”.(An-Nisa [4]: ayat 18)

Maka seseorang apabila sudah berhadapan dengan maut dan ajal sudah mendatanginya

ini berarti ia sudah hampir terputus dari kehidupannya, maka taubatnya itu tidak berada

pada tempat yang semestinya! Sesudah dia berputus asa untuk bisa hidup lagi dan

mengetahui dia tidak bisa hidup untuk seterusnya, maka dia pun baru mau bertaubat. Ini

adalah taubat di saat terjepit, dan tidak akan diterima taubatnya, sebab seharusnya taubat itu

dilakukannya sejak dahulu, ketika masih hidup normal, bukan di ambang kematian. Allah

berfirman, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah [2]: ayat 222)

Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah SWT yang suka bertaubat dan

mensucikan diri, dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khatimah, amin.

Wabillahit-taufiq wal hidayah

62