jamkesmas mempercepajhaxt reformasi bidang kesehatan

Upload: ayu119dw

Post on 10-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JASGCOWRG3TR

TRANSCRIPT

Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang Kesehatan

12 Oct 2010

Departemen Kesehatan pada tahun 2005, telah berinisiasi melaksanakan program Askeskin yang kemudian diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas} karena yang dijamin tidak hanya masyarakat miskin tetapi juga masyarakat yang masuk kategori tidak mampu. Program Jamkesmas merupakan Jangkah awal menuju jaminan kesehatan semesta, sebagai kewajiban negara sesuai amanat UUD 1945 pasal 28-H dan pasal 34 . ayat (1} dan (2) dan bentuk implementasi UU No. 40 Tanur* 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional [SJSN]. Bahkan Jamkesmas diyakini mampu mempercepat reformasi di bidang kesehatan.

Peserta Jamkesmas berjumlah 76,4 juta jiwa, tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi lebih kurang 34% dari total penduduk. Peserta Jamkesmas secara makro didasari atas data"BPS yang kemudian dibagi pagu kab/kota. Berdasarkan pagu kabupten/kota tersebut pemerintah kab/kota menetapkan siapa yang menjadi peserta Jamkesmas (nama dan alamat lengkap), yang kemudian dikompilasi menjadi data Nasional. Kemudian diterbitkan kartu bagi setiap peserta, dengan demikian peserta Jamkesmas bukan mendaftarkan diri menjadi peserta, tetapi ditetapkan oleh bupati/walikota dengan identitas peserta ditentukan berdasarkan kepemelikan kartu Jamkesmas.

Sesuai kebijakan Menteri Kesehatan, apabila masih ada masyarakat miskin dan tidak mampu tetapi tidak masuk dalam penetapan bupati/walikota maka pembiayaanya menjadi tanggug jawab pemerintahan prov/kab/kota. Berdasarkan kebijakan ini, kemudian menjadi pemacu berkembangnya Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). bahkan banyak daerah yang justru mengembangkan jaminan kesehatan tidak hanya untuk penduduk miskin dan tidak mampu tetapi dikembangkan untuk seluruh penduduk di daerahnya, sehingga di beberapa daerah telah mencapai jaminan kesehatan untuk seluruh penduduknya (NAD, Sumsel dan Bali). Sedangkan di daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sulsel, Sumatera Barat, dan NTB sedang uji coba untuk mendorong jaminan seluruh penduduk di wilayahnya.

Perkembangan yang menggembirakan ini telah sesuai dengan roadmap yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka pencapaian universal coverage bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014. Untuk menyelesaikan masalah portabi-litas, masalah kesamaan hak tentang manfaat, pengelolaan keuangan yang harus nirlaba dan dana amanah, akuntabel dan transparan, pada saatnya Jamkesmas dan Jamkesda ini akan disatukan (dilebur) menjadi Jaminan kesehatan yang bersifat nasional dengan tetap mengedepankan peran pemerintahanprov/kab/kota dengan tetap mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Selain data yang telah terkumpul secara Nasional, bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang tidak mempunyai identitas dan tidak memiliki kartu Jamkesmas, tetap dapat mengakses pelayanan kesehatan melalui program Jamkesmas dengan mengajukan bukti bahwa yang bersangkutan miskin atau tidak mampu dan disyahkan oleh dinas sosial setempat.

Pada tahun 2010 kepesertaan Jamkesmas diperluas yang meliputi masyarakat miskin penghuni panti sosial, masyarakat miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan dan masyarakat miskin korban bencana yang diatur tersendiri atas kerja sama Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Dalam Negeri.

Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK), Usman Sumantri mengatakan bahwa program Jamkesmas bagi Kementerian Kesehatan tidak hanya persoalan masyarakat terjamin kesehatannya, tetapi merupakan kendaraan untuk mempercepat reformasi subsistem pelayanan kesehatan yang selaras dengan subsistem pembiayaan kesehatan, subsitem farmasi, subsistem pengembangan SDM kesehatan dan subsistem manajamen kesehatan secara keseluruhan.

Percepatan reformasi dalam bidang kesehatan melalui Sistem Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud akan mendorong penerapan penggunaan standar pelayanan medik yang berlaku secara Nasional, (sebagai instrumen mutu pelayanan kesehatan yang terukur), mempercepat penatalaksanaan sistem rujukan yang baik dengan pelayanan kesehatan dasar sebagai gate keeper, mendorong pemanfaatan obat generik sehingga dapat menekan medical cost, mendorongperbaikan terhadap manajemen kesehatan untuk melakukan kendali mutu dan kendali biaya (cost confa/nmenf), mendorong fasilitas kesehatan untuk menata manajemen pelayanan seperti perbaikan medical record, penataan pasien, monitoring, utilisazation review, dan tata laksana manajamen obat, sehingga fasilitas kesehatan akan lebih transparan dan akuntabel, mendorong dilakukan standarisasi alat dan menekan standardisasi harga sehingga dapat menekan biaya kesehatan dengan tetap mempertimbangkan win-win solution antar para pihak. Kedepan, melalui Jaminan Kesehatan ini akan didorong untuk peningkatan penggunaan alat dan bahan kesehatan produksi dalam negeri sehingga bangsa Indonesia tidak tergantung kepada impor alat dan bahan kesehatan.

Pendanaan pemerintah dalam program Jamkesmas medapatkan perhatian khusus karena merupakan program prioritas yang langsung dapat dinikmati oleh masyarakat peserta Jamkesmas. Sejak digulirkankanya program ini tahun 2005 anggarannya mengalami peningkatan dari 3,6 Triliun menjadi 5,1 Triliun pada tahun 2010 dengan premi rata-rata Rp 5.000,- sd Rp 6.200,- per orang/bulan. Manfaat yang diberikan kepada peserta bersifat komprehensif yang diukur berdasarkan indikasi medis dengan hampir seluruh penyakit termasuk yang bersifat katastropik dijamin dalam program Jamkesmas.

Menurut Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. MPH, Dr. PH, kedepan semua penduduk tidak terkecuali, kaya, miskin, tidak mampu, seharusnya wajib masuk dalam sistem Jaminan kesehatan ini, sehingga pada saat mengalami musibah sakit tidak dipusingkan karena tidak adanya biaya kesehatan. Tentu ada kewajiban pemerintah untuk membayar iuran bagi fakir miskin dan tidak mampu, tetapi bagi yang mampu dituntut membayar iuran sebagai bentuk kontribusi peserta dan tentu harus sharing denganmajikan atau pemberi kerja bagi yang mempunyai gaji.

Fasilitas pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas disediakan di semua fasilitas kesehatan pemerintah/TNI/Polri maupun fasilitas kesehatan swasta yang bersedia bekerjasama dalam program Jamkesmas. Lebih dari 30% dari 1002 fasilitas kesehatan rujukan swasta, yang telah bekerja sama dengan program ini

Pengiriman dana pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya, langsung dikirim melalui Kantor Pos ke Rekening Puskesmas. Dana tersebut dikirim berdasarkan formula perhitungan dan dimanfaatkan oleh Puskesmas berdasarkan Plan Of Action (POA) yang disetujui Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang kemudian hasil pelaksanaan kegiatan kerjanya diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Dana pelayanan untuk pelayanan kesehaan rujukan langsung ditransfer ke rekening RS/Balai dari Kantor Kas Negara yang kemudian dimanfaatkan oleh peserta dan diper-tanggung oleh RS/Balai dengan menggunakan INA-DRG [Indonesia Diagnosis Related Groups)

Menkes mengatakan, untuk tahun 2011 akan ada perubahan data Jamkesmas yang mengacu kepada data PPLS dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2008.

Lebih lanjut Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, mengatakan program Jamkesmas dapat mempercepat reformasi di bidang kesehatan serta mendorong rumah sakit lebih sadar biaya dan sadar kendali mutu pelayanan. Hal tersebut dapat terjadi karena rumah sakit yang melayani Jamkesmas diharuskan menerapkan tarif sistem paket INA-DRG.

Diungkapkan pula, setiap tahunnya penggunaan kartu Jamkesmas pada pelayanan kesehatan terus meningkat Untuk pelayanan rujukan tahun 2008, telah melayani rawat jalan sebanyak 2,68 juta peserta Jamkesmas, rawat inap 951,4 ribu peserta dan pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak 415,9 ribu peserta. Sedangkan tahun 2009, untuk pelayanan rujukan meningkat dengan melayani rawat jalan sebanyak 4,4 juta peserta, dan rawat inap 1,1 juta peserta.

Rata-rata kunjungan berdasarkan kelompok umur, terbanyak usia 15-64 tahun.Data ini belum termasuk pelayanan peserta pada Puskesmas yang mencapai ratusan juta peserta. Ini membuktikan bahwa program Jamkesmas benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, pada tahun 2011 pemerintah berencana akan membuat usulanjaminan persalinan bagi seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan. Hal ini menjadi sangat penting untuk mempercepat penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi sehingga diharapkan mendorong pencapaian MDGs tahun 2015. Disamping itu melalui program ini akan mendorong akses masyarakat terhadap pelayanan keluarga berencana.

Menurut Menkes, negara juga akan menanggung biaya pemeriksaan ibu dan bayinya pasca melahirkan sebanyak dua kali. Begitupun saat persalinan, obat dan alat kesehatan juga ditanggung oleh pemerintah. Ditambahkan pula, program jaminan persalinan ini dilakukan guna menekan angka kematian ibu melahirkan hingga mencapai batas yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Saat ini, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam MDGs ditargetkan, angka tersebut pada 2015 turun menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup.

"Dengan adanya biaya persalinan ini. ke depan tidak boleh ada lagi bayi yang ditahan di tempat pelayanan kesehatan karena alasan biaya. Program ini tidak hanya bisa dinikmati oleh pesertajamkesmas, tapi juga masyarakat lainnya yang belum memiliki jaminan kesehatan dan mau dilayani di Puskesmas. Klinik Swasta. Rumah Bersalin, Klinik bersalin, Bidan praktek, dokter praktek swasta dan rujukan ke Rumah Sakit dengan sarana pelayanan kelas tiga.

Menurut Usman Sumantri, sudah banyak keberhasilan yang dicapai dalam program Jamkesmas namun masih banyak juga kendala dan masalah yang harus diselesaikan utamanya masalah data yang harus segera diselesaikan agar kedepan semua program kemiskinan akan ritengacu pada satu data Spesifikasi untuk pesertajamkesmas ini. pada saat kita bicara tidak mampu dalam dunia kesehatan akan menjadi melebar karena hampir semua orang menjadi tidak mampu apabila mengalami musibah sakit yang berat Selain itu diperlukan penatalaksana pelayanan dan peningkatan kesadaran para pemberi pelayaan kesehatan untuk lebih sadar biaya dan sadar mutu pelayanan. Semua harus kita benahi secara terencana. Dalam kondisi darurat semua fasiltas kesehatan berkewajiban memberi penolong-, an, jika dia pesertajamkesmas berilah pertolongan terlebih dahulu, urus administrasi kemudian", kata Usman.