jaga warga · 2019. 5. 23. · an, ketertiban dan tegaknya hukum. selain itu, ter binanya...
TRANSCRIPT
EDISI I/ APRIL 2019 TERBIT 8 HALAMAN
MEDIA
JAGA WARGATangguh, Tanggap, Tuntas
Jaga Warga Menggerakkan Prakarsa Masyarakat
Penolakan Ideologi Pancasila Ancaman Serius
Program Jaga Warga Merawat Kebersamaan
Halaman 13 Halaman 14 Halaman 16
SOSIALISASI JAGA WARGA SOSIALISASI JAGA WARGA SOSIALISASI JAGA WARGA
Jaga Warga Menggerakkan Pranata Sosial
GUBERNUR DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengukuhkan 221 warga yang menjadi anggota Jaga Warga di komplek Kepatihan Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Selasa (30/5/2017). Anggota Jaga Warga ini berasal dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul.
“Pengukuhan ini saya anggap sangat penting karena bertanggungjawab terhadap keamanan di desa. Apalagi tantangan masyarakat saat ini berbeda dengan zaman dulu. Tantang an sekarang makin bervariasi, makin banyak dan makin banyak problematika,” ujar Sultan seusai mengukuhkan 221 anggota Jaga Warga di komplek Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Selasa (30/5/2017).
Menurut Sultan, Jaga Warga bertugas menjaga rasa aman seluruh masyarakat di masingmasing desa dari ancaman yang tidak terduga, seperti peredaran narkoba dan terorisme. Ia mencontohkan, anggota Jaga Warga harus mampu mengawasi dan mendata setiap tamu dengan wajah baru yang menginap di rumah warga di lingkungannya.
“Kalau dulu ada program tamu menginap 1 x 24 jam wajib lapor RT, sekarang sudah tidak ada. Kalaupun ada, paling satu sampai dua orang yang melakukannya. Tugas Jaga Warga untuk mengantisipasinya,” ucap Sultan.
Sultan menambahkan, Jaga Warga juga harus mampu menyelesaikan persoalan yang muncul di tingkat keluarga, RT, RW, sampai antarkampung. Satu di antaranya mengawasi pergaulan anakanak di lingkungan
nya agar tidak bergabung dengan kelompok radikal atau kelompok yang dapat menjerumuskannya.
“Jaga Warga juga harus menyelesaikan persoalan yang terjadi di tengah warga sehingga jangan sampai terjadi perkelahian antarwarga. Kalau itu terjadi ngisinngisini (memalukan). Sepertinya kita tidak beradab,” ujar Sultan.
Sultan mengatakan, Jaga Warga juga bertugas membentuk masyarakat sipil yang memiliki daya tahan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya. Ia menilai, belum terbentuknya masyarakat sipil membuat narkoba dan terorisme dengan mudah menyebar di tengah masyarakat.
“Kalau masyarakat sipil sudah terbentuk masyarakat bisa mengatakan tidak dengan sendirinya. Dia juga
membangun jaringan antarwarga dengan TNI, Polri, dan pemda. Jadi dia bisa beri informasi ada sesuatu atau kejadian di desa yang tidak semestinya,” kata Sultan.
Diakui Sultan, belum semua desa di DIY memiliki anggota Jaga Warga. Ia menyebut, pengukuhan itu baru langkah awal menampung antusiasme warga terhadap program Jaga Warga. Baca juga: Alasan Jokowi Libatkan TNI dalam Pemberantasan Terorisme Dipertanyakan Sebab diakuinya, ia hanya berencana membentuk Jaga Warga di 15 desa pada 2015 dan 10 desa pada 2016.
“Kami lebih baik mengakomodir partisipasi masyarakat dulu sambil minta masukan dari anggota Jaga Warga untuk menentukan kebutuhan nya seperti apa. Tidak mungkin antusiasime warga ini ditahan,” ujar Sultan. (jay)
DAERAH Istimewa Yogyakarta (DIY) dijuluki sebagai “Indonesia Mini” karena hampir semua suku bangsa, budaya, ras dan agama dari seluruh Indonesia ada di Jogja. Di satu sisi, keberagaman suku bangsa yang ada di DIY menjadi keunikan DIY, namun di sisi lain hal itu menjadi potensi konflik yang sewaktuwaktu bisa meledak bila keharmonisannya tidak dijaga dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini tentu menjadi tantangan baru di DIY. Meski stabilitas keamanan dan ketertibak di wilayah DIY masih relatif terkendali, namun tak bisa dipung kiri bahwa konflik sosial dalam skala kecil terjadi. Riak-riak sosial tersebut bisa berupa konflik antara warga masyarakat/kelompok masyarakat, khususnya antara pendatang dan penduduk setempat.
Selain itu, muncul pula konflik antara peme-rintah dengan warga masyarakat, misalnya proyek pemerintah yang ditentang oleh sebagian warga masyarakat karena dianggap merugikan mereka, sementara sebagian warga masyarakat yang lain justru mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Sebagai contoh kasus pembebasan lahan bandara New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA), dimana ada sebagian warga yang menentang/menolak meski kemudian menerima. Belum lagi potensi konflik lainnya, misalnya akibat pengangguran terbuka karena lapangan kerja yang terbatas dn angka kemiskinan yang masih tinggi.
Menurut Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik DIY Agung Supriyono, keberadaan halhal tersebut menjadi gambaran bahwa DIY masih belum bisa lepas dari beragam permasalahan terkait dengan upaya mewujudkan fungsi stabilitas sosial, keterlindungan warga dan kesejahteraan masyarakat.
“Hal tersebut tentu harus segera mendapat respon dari pemerintah maupun pemangku kepentingan terkait. Dan di masyarakat sendiri perlu dibangun forum kesiapsiagaan an deteksi dini
dalam rangka mencegah terjadinya konflik sosial dan beragam permasalahan terkait kesejahteraan masyarakat yang sewaktuwaktu bisa terjadi,” kata Agung Supriyono.
Karena itu, menurut Agung Supriyono, dalam rangka menjalankan amanat UU No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY Pasal 5 ayat (1) huruf b yang menyatakan bahwa tujuan keistimewaan DIY adalah untuk “mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat” serta mewujudkan visi dan misi renaisans keterlindungan warga DIY, perlu dilakukan berbagai upaya antisipatif guna menanggulangi dan menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang berpotensi menciptakan tindak kriminal, pelanggaran norma sosial dan permasalahan terkait kondisi kesejahteraan di masyarakat.
“Perlu pula dilakukan upaya untuk menghilangan atau mengurangi rasa ketakutn guna menciptakan rasa aman dan tentram pada diri setiap anggota masyarakat secara keseluruhan, baik tergabung dalam kelompok mayorita atau minoritas kesukuan, agama, afiliasi politik dan status kelas ekonominya,” kata Agung Supriyono.
Dan upaya untuk mewujudkan keamanan, ketentaraman dan kesejahteraan masyarakat tersebut, menurut Agung Supriyono, maka perlu mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif menjaga ketertiban dan kesejahteraan serta berbasikan kearifan lokal masyarakat DIY. “Dalam rangka mewujudkan hal itu, Gubernur DIY menerbitkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 9 Tahun 2015 tentang Jaga Warga,” kata Agung Supriyono.
Menurut Agung Supriyono, keberadaan Jaga Warga sebagai upaya menjaga keamanan, ketentram an, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat serta menumbuhkan kembali nilainilai luhur yang ada di masyarakat. Jaga Warga berupaya mengoptimalkan
pranata sosial yang sudah ada di masyarakat, yaitu lembaga sosialkemasyarakatan berbasis nilainilai luhur masyarakat, seperti kelompok siskamling, kelompok pengajian, kelompok pemuda, kelompok petani/nelayan, kelompok peduli bencana dan sebagainya.
“Jaga Warga berperan sebagai mitra pemerintah dalam rangka mewujudkan keterlindungan warga masyarakat, yang bekerjasama dengan Kepala Dusun/Lingkungan/Rukun Warga (RW), Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), perangkat desa/kelurahan dan Kepolisian Sektor. Jaga Warga berupaya melibatkan secara aktif seluruh komponen warga masyarakat dengan melakukan identifikasi masalah atau potensi sosial yang ada dan berupaya secara mandiri mencari solusi penyelesaiannya,” kata Agung Supriyono dalam Laporan Sosialisasi Jaga Warga 2019.
Keberadaan Jaga Warga, menurut Agung Supriyono, juga untuk mendukung peran TNI/Polri dalam upaya Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai dengan terjadinya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum. Selain itu, terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah, menangkal dan menanggulangi serta bentuk pelanggaran hukum maupun bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
“Keberadaan Jaga Warga diharapkan mampu menjadi mata dan telinga serta menjadi sumber informasi dalam rangkat deteksi dini dan cegah dini akan berbagai potensi konflik, pelanggaran norma sosial dan tindak kriminal di masyarakat,” kata Agung Supriyono. (lip)
Jaga Warga untuk “Indonesia Mini”
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pertamatama kami menyambut baik serta menyampaikan apresiasi yang tinggi atas penerbitan lembar/suplemen “Media Jaga Warga” hasil kerja sama Badan Kesbangpol DIY dan koran Media Komunitas NAGARI. Dengan harapan media ini dapat memberikan dukungan semangat baru bagi upaya menjaga keamanan, ketentraman, keter tiban dan kesejahteraan masyarakat serta menumbuhkan kembali nilainilai luhur yang ada di mayarakat dalam wadah lembaga jaga warga di wilayah DIY melalui pranatan sosial yang ada.
Upaya untuk menggali, menjaga, dan menumbuhkembangkan nilainilai luhur tersebut perlu mengedepankan prakarsa masyarakat yang dilaksanakan oleh pranatapranata sosial, baik yang sudah lama ada atau yang dibentuk berdasarkan kebutuhankebutuhan akibat perkembangan situasi dan kondisi masa kini ataupun di masa mendatang. Sehingga pranatapranata sosial yang telah ada maupun yang akan dibentuk dalam masyarakat tersebut telah di atur dalam sebuah sistem Jaga Warga, agar dapat berjalan secara harmonis dan bersinergi antara satu dengan yang lain, untuk mewujudkan hal tersebut, maka telah ditetapkan Per aturan Gubernur Nomor 6 Tahun 2019 tentang Jaga Warga.
Berdasarkan nilainilai ini, perwujudan keterlindungan warga harus dipahami dalam ruang lingkup yang tidak hanya terbatas pada pengendalian tingkat kriminalitas dalam bentuk jumlah kuantitatif. Namun perwujudan keterlin dungan warga ini juga meliputi: (1) upayaupaya antisipatif penanggulangan dan penyelesaian masalahmasalah sosial yang berpotensi menciptakan tindak kriminal dan pelanggaran norma sosial; (2) upaya menghilangkan/mengurangi rasa ketakutan guna menciptakan rasa aman dan tentram pada diri setiap anggota masyarakat secara keseluruhan; (3) meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mampu mengatasi masalahmasalah rutin pribadi, sosial dan ancaman bencana alam; dan (4) mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif menjaga ketertiban dan ketenteraman di wilayah tempat tinggal/kerjanya.
Jaga Warga diselenggarakan berdasarkan beberapa prinsip yaitu: kebersamaan, berarti rasa senasib sepenanggungan seluruh warga masyarakat dengan tanggung jawab yang sama untuk menjaga keamanan. Kemudian sukarela, berarti kegiatan ini dilakukan dengan tidak mengharapkan imbalan apapun. Swadaya, berarti menggunakan sumber daya berasal dari masyarakat. Swakar-sa, berarti merupakan inisiatif dan prakarsa yang datang dari warga masyarakat sendiri dan partisipasi, berarti mendorong terlibatnya seluruh unsur warga masyarakat setempat.
Terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Sekapur Sirih
GubernurDaerah Istimewa Yogyakarta
ISTIMEWA
ASN PEMDA DIY - Kepala Kantor Badan Kesbangpol Agung Supriyono saat menjadi narasumber sosialisasi Jaga Warga bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemda DIY di Kantor Kes-bangpol DIY Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta, 22 Maret 2019.
JAGA WARGA, Edisi I / APRIL 201910 PERGUB JAGA WARGA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
JAGA WARGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Menimbang : a. bahwa nilai luhur kearifan budaya di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sistem sosial yang hidup di dalamnya,
merupakan basis ketahanan masyarakat dalam
menguatkan pembangunan daerah yang berbasis
keistimewaan dan menguatkan rasa persatuan dan
kesatuan, mewujudkan keamanan, ketertiban umum,
ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa upaya menggali, menjaga, dan
menumbuhkembangkan nilai luhur sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu mengedepankan
prakarsa masyarakat yang didukung oleh Pemerintah
Daerah dan dilaksanakan oleh pranata sosial yang
dibentuk dalam masyarakat berdasarkan kebutuhan
akibat perkembangan situasi dan kondisi;
c. bahwa Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2015 tentang Jaga Warga
sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,
kondisi, dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu
diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Jaga Warga;
SALINAN
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 827);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5339);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur, Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Istimewa Jogjakarta, Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Tengah, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG JAGA WARGA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Jaga Warga adalah sekumpulan orang yang memiliki
kesamaan aspirasi dalam upaya menumbuhkan
kembali nilai luhur yang hidup atau yang ada di
masyarakat dalam rangka mewujudkan keistimewaan
dengan penguatan persatuan dan kesatuan guna
melindungi dan menjaga ketahanan, keamanan,
ketertiban umum, ketentraman, dan kesejahteraan
masyarakat.
2. Pranata Sosial adalah lembaga kemasyarakatan yang
dibentuk berdasarkan tata nilai, perilaku masyarakat
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam mewujudkan masyarakat yang
tenteram dan damai yang mempunyai nilai kearifan
lokal serta mampu menjaga keharmonisan di dalam
masyarakat.
3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pedukuhan adalah bagian wilayah dari Desa yang
dipimpin oleh dukuh.
5. Kelurahan adalah bagian wilayah dari Kecamatan
sebagai perangkat Kecamatan.
6. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah
Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh camat.
7. Kampung adalah sebutan/nama suatu tempat
tertentu yang dihuni oleh sekelompok atau beberapa
kelompok orang yang terbentuk dalam satu atau
beberapa rukun tetangga dan/atau rukun warga
dalam suatu wilayah di Kota Yogyakarta.
8. Pengurus Kampung adalah lembaga sosial masyarakat
yang independen, dibentuk melalui musyawarah
pengurus rukun tetangga dan rukun warga dalam
suatu kampung sebagai mitra kerja lembaga
pemberdayaan masyarakat kelurahan dan Kelurahan
dalam menampung, mewujudkan aspirasi, serta
kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.
9. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah
rukun warga di wilayah Kelurahan Wates, Kabupaten
Kulon Progo.
10. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten Bantul,
Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
11. Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya
disingkat DIY adalah daerah provinsi yang mempunyai
keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
12. Pemerintah Daerah DIY yang selanjutnya disebut
Pemerintah Daerah adalah Gubernur DIY dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan Gubernur ini yaitu
sebagai pedoman pelaksanaan Jaga Warga bagi:
a. masyarakat;
b. Pemerintah Desa/Kelurahan;
c. Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
d. Pemerintah Daerah.
Pasal 3
Jaga Warga diselenggarakan berdasarkan asas sebagai
berikut:
a. kebersamaan;
b. sukarela;
c. kearifan lokal;
d. swadaya;
e. swakarsa; dan
f. partisipasi.
BAB II
PEMBENTUKAN JAGA WARGA
Pasal 4
(1) Berdasarkan prakarsa dan kebutuhan masyarakat,
sekelompok orang dapat membentuk Jaga Warga di
tingkat:
a. Pedukuhan, untuk wilayah Desa; dan
b. RW atau Kampung, untuk wilayah Kelurahan.
(2) Sebelum dibentuk Jaga Warga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah Daerah dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan
sosialisasi.
Pasal 5
(1) Dalam rangka pembahasan prakarsa masyarakat
untuk membentuk Jaga Warga, tokoh masyarakat
dan/atau pimpinan/unsur Pranata Sosial
berkoordinasi dengan:
a. Dukuh atau Ketua RW/Ketua Pengurus
Kampung; dan/atau
b. Kepala Desa atau Lurah.
(2) Pembahasan prakarsa masyarakat untuk membentuk
Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam pertemuan yang dihadiri oleh
berbagai unsur masyarakat.
(3) Keputusan mengenai pembentukan Jaga Warga
dilakukan melalui musyawarah dalam pertemuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 6
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5, prakarsa masyarakat untuk membentuk Jaga
Warga dapat difasilitasi oleh:
a. Pemerintah Desa/Kelurahan; dan/atau
b. Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Pemerintah Desa/Kelurahan dan/atau Pemerintah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melalui Pedukuhan atau RW/Kampung mengadakan
pertemuan yang dihadiri pimpinan/unsur Pranata
Sosial dan berbagai unsur masyarakat dalam rangka
membahas prakarsa masyarakat untuk membentuk
Jaga Warga.
(3) Keputusan mengenai pembentukan Jaga Warga
dilakukan melalui musyawarah dalam pertemuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 7
(1) Sebelum melaksanakan tugasnya, Jaga Warga
dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
(2) Pengukuhan Jaga Warga oleh Bupati/Walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didelegasikan kepada Camat.
BAB III
KEDUDUKAN, WEWENANG, TUGAS, DAN FUNGSI
JAGA WARGA
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 8
Jaga Warga berkedudukan setara dengan Pranata Sosial
yang ada dan masih menjalankan tugas dan fungsinya
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 9
(1) Jaga Warga berwenang:
a. mendorong upaya penegakan tata tertib
kehidupan sosial yang disepakati warga
masyarakat dan/atau anggota di wilayah kerja
dan/atau di dalam lembaga, organisasi, atau
perkumpulan yang tidak bertentangan dengan
norma hukum;
b. berkoordinasi dan berkomunikasi dengan aparat
pemerintahan yang berwenang dalam rangka
mendorong dan memperkuat pelaksanaan
pembangunan daerah yang berbasis
keistimewaan, ideologi Pancasila, serta persatuan
dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia di wilayahnya;
c. melakukan mediasi dan fasilitasi dalam upaya
menyelesaikan masalah sosial;
d. melakukan fasilitasi kepentingan masyarakat
berdasarkan kearifan lokal di lingkungannya
yang untuk sementara waktu belum ditangani
oleh pihak berwenang; e. mengadakan kerja sama dan/atau membangun
kemitraan dengan:
1. Pranata Sosial;
2. lembaga pemerintah/swasta; dan/atau
3. pihak lain;
f. melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
aparat yang berwenang dalam rangka upaya
deteksi dini dan cegah dini potensi gangguan
keamanan, ketenteraman, dan ketertiban sosial,
maupun kerawanan sosial terkait kesejahteraan
masyarakat; dan
g. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala
Desa/Lurah/Dukuh/Ketua RW/Ketua Kampung
secara lisan atau tertulis atas pelaksanaan tugas
dan fungsinya.
(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memperhatikan fungsi dan peran Pranata Sosial;
b. mengutamakan musyawarah mufakat; dan
c. memperhatikan kearifan masyarakat.
Bagian Ketiga
Tugas
Pasal 10
Jaga Warga mempunyai tugas:
a. mengumpulkan data, mengindentifikasi
permasalahan, dan mempelajari karakter potensi yang
berkaitan dengan penguatan keistimewaan,
penguatan persatuan dan kesatuan, serta
perlindungan dan peningkatan keamanan, ketertiban
umum, ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat;
b. mendorong peran Pranata Sosial yang ada dalam
masyarakat yang belum dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya;
c. menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur yang ada di
masyarakat atau dengan mengoptimalkan Pranata
Sosial yang sudah ada;
d. menjaga dan menumbuhkembangkan kepedulian
masyarakat untuk menguatkan pembangunan
keistimewaan serta rasa persatuan dan kesatuan di
lingkungannya;
e. melindungi dan menjaga ketahanan, keamanan,
ketertiban umum, ketenteraman, dan kesejahteraan
masyarakat;
f. membantu pihak berwenang dalam mengurangi
dan/atau menangani kerawanan sosial dan bencana;
dan
g. melakukan identifikasi dan memberikan rekomendasi
untuk dapat diselesaikan oleh Pranata Sosial sesuai
bidang tugasnya agar tidak mengganggu atau
memungkinkan timbulnya permasalahan yang
berkaitan dengan rasa aman, ketertiban umum, dan
ketenteraman serta terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
Bagian Keempat
Fungsi
Pasal 11
Jaga Warga mempunyai fungsi:
a. mendorong/menggerakkan prakarsa masyarakat
melalui Pranata Sosial dalam upaya menggali,
menjaga, dan menumbuhkembangkan nilai-nilai
luhur, kearifan budaya daerah, dan sistem sosial yang
hidup dalam masyarakat;
b. melakukan mediasi penanganan dan penyelesaian
gangguan sosial dalam kehidupan masyarakat; dan
c. melakukan upaya cegah dini dan deteksi dini atau
kewaspadaan dini untuk mencegah timbulnya
gangguan terhadap keamanan, ketertiban umum,
ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat.
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
(1) Anggota Jaga Warga meliputi seluruh penduduk di
wilayah Pedukuhan atau RW/Kampung.
(2) Keanggotaan Jaga Warga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berdasarkan stelsel pasif.
Bagian Kedua
Pengurus
Pasal 13
(1) Dalam Jaga Warga dapat dibentuk pengurus.
(2) Susunan pengurus Jaga Warga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan/atau
d. Anggota Pengurus.
(3) Susunan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(4) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan wewenang, tugas, dan fungsi Jaga
Warga.
(5) Dalam melaksanakan wewenang, tugas, dan fungsi
Jaga Warga, pengurus dapat membentuk Forum
Komunikasi di tingkat:
a. Desa/Kelurahan; dan/atau
b. Kecamatan.
Pasal 14
(1) Pada susunan pengurus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat ditetapkan divisi, antara lain:
a. Divisi Penguatan Pembinaan Persatuan dan
Kesatuan; dan/atau
b. Divisi Perlindungan dan Peningkatan Keamanan,
Ketertiban Umum, Ketenteraman, dan
Kesejahteraan Masyarakat.
(2) Setiap Divisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua, dengan jumlah
anggota sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pembentukan Divisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 15
(1) Calon pengurus Jaga Warga harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga Negara Indonesia;
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. bertempat tinggal di Pedukuhan atau
RW/Kampung setempat;
e. bersedia secara sukarela menjadi pengurus;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap kerena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau
lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai
menjalani pidana penjara dan mengumumkan
secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa
yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang; dan
i. dapat membaca dan menulis.
(2) Calon pengurus Jaga Warga yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan dan dipilih menjadi pengurus Jaga Warga
dalam musyawarah warga masyarakat Pedukuhan
atau RW/Kampung.
(3) Pengurus Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dipilih dengan memperhatikan keterwakilan
dari semua unsur dalam masyarakat yang meliputi:
a. tokoh masyarakat;
b. tokoh agama;
c. perwakilan kelompok pemuda; dan
d. perwakilan kelompok perempuan.
(4) Dukuh atau Ketua RW/Ketua Pengurus Kampung
tidak dapat menjadi pengurus Jaga Warga.
Pasal 16
(1) Pengurus Jaga Warga memiliki masa kerja 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang.
(2) Penetapan, pemberhentian, dan penggantian
pengurus Jaga Warga ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa/Lurah.
Pasal 17
(1) Pengurus Jaga Warga berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2) Pengurus Jaga Warga diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila:
a. telah berakhir masa jabatannya;
b. tidak lagi memenuhi syarat sebagai pengurus
Jaga Warga; atau
c. pindah tempat tinggal dari Desa atau Kelurahan
yang bersangkutan.
JAGA WARGA, Edisi I/ APRIL 2019 11PERGUB JAGA WARGA
BAB III
KEDUDUKAN, WEWENANG, TUGAS, DAN FUNGSI
JAGA WARGA
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 8
Jaga Warga berkedudukan setara dengan Pranata Sosial
yang ada dan masih menjalankan tugas dan fungsinya
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 9
(1) Jaga Warga berwenang:
a. mendorong upaya penegakan tata tertib
kehidupan sosial yang disepakati warga
masyarakat dan/atau anggota di wilayah kerja
dan/atau di dalam lembaga, organisasi, atau
perkumpulan yang tidak bertentangan dengan
norma hukum;
b. berkoordinasi dan berkomunikasi dengan aparat
pemerintahan yang berwenang dalam rangka
mendorong dan memperkuat pelaksanaan
pembangunan daerah yang berbasis
keistimewaan, ideologi Pancasila, serta persatuan
dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia di wilayahnya;
c. melakukan mediasi dan fasilitasi dalam upaya
menyelesaikan masalah sosial;
d. melakukan fasilitasi kepentingan masyarakat
berdasarkan kearifan lokal di lingkungannya
yang untuk sementara waktu belum ditangani
oleh pihak berwenang; e. mengadakan kerja sama dan/atau membangun
kemitraan dengan:
1. Pranata Sosial;
2. lembaga pemerintah/swasta; dan/atau
3. pihak lain;
f. melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
aparat yang berwenang dalam rangka upaya
deteksi dini dan cegah dini potensi gangguan
keamanan, ketenteraman, dan ketertiban sosial,
maupun kerawanan sosial terkait kesejahteraan
masyarakat; dan
g. memberikan pendapat dan saran kepada Kepala
Desa/Lurah/Dukuh/Ketua RW/Ketua Kampung
secara lisan atau tertulis atas pelaksanaan tugas
dan fungsinya.
(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memperhatikan fungsi dan peran Pranata Sosial;
b. mengutamakan musyawarah mufakat; dan
c. memperhatikan kearifan masyarakat.
Bagian Ketiga
Tugas
Pasal 10
Jaga Warga mempunyai tugas:
a. mengumpulkan data, mengindentifikasi
permasalahan, dan mempelajari karakter potensi yang
berkaitan dengan penguatan keistimewaan,
penguatan persatuan dan kesatuan, serta
perlindungan dan peningkatan keamanan, ketertiban
umum, ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat;
b. mendorong peran Pranata Sosial yang ada dalam
masyarakat yang belum dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya;
c. menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur yang ada di
masyarakat atau dengan mengoptimalkan Pranata
Sosial yang sudah ada;
d. menjaga dan menumbuhkembangkan kepedulian
masyarakat untuk menguatkan pembangunan
keistimewaan serta rasa persatuan dan kesatuan di
lingkungannya;
e. melindungi dan menjaga ketahanan, keamanan,
ketertiban umum, ketenteraman, dan kesejahteraan
masyarakat;
f. membantu pihak berwenang dalam mengurangi
dan/atau menangani kerawanan sosial dan bencana;
dan
g. melakukan identifikasi dan memberikan rekomendasi
untuk dapat diselesaikan oleh Pranata Sosial sesuai
bidang tugasnya agar tidak mengganggu atau
memungkinkan timbulnya permasalahan yang
berkaitan dengan rasa aman, ketertiban umum, dan
ketenteraman serta terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
Bagian Keempat
Fungsi
Pasal 11
Jaga Warga mempunyai fungsi:
a. mendorong/menggerakkan prakarsa masyarakat
melalui Pranata Sosial dalam upaya menggali,
menjaga, dan menumbuhkembangkan nilai-nilai
luhur, kearifan budaya daerah, dan sistem sosial yang
hidup dalam masyarakat;
b. melakukan mediasi penanganan dan penyelesaian
gangguan sosial dalam kehidupan masyarakat; dan
c. melakukan upaya cegah dini dan deteksi dini atau
kewaspadaan dini untuk mencegah timbulnya
gangguan terhadap keamanan, ketertiban umum,
ketenteraman, dan kesejahteraan masyarakat.
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
(1) Anggota Jaga Warga meliputi seluruh penduduk di
wilayah Pedukuhan atau RW/Kampung.
(2) Keanggotaan Jaga Warga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berdasarkan stelsel pasif.
Bagian Kedua
Pengurus
Pasal 13
(1) Dalam Jaga Warga dapat dibentuk pengurus.
(2) Susunan pengurus Jaga Warga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan/atau
d. Anggota Pengurus.
(3) Susunan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(4) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan wewenang, tugas, dan fungsi Jaga
Warga.
(5) Dalam melaksanakan wewenang, tugas, dan fungsi
Jaga Warga, pengurus dapat membentuk Forum
Komunikasi di tingkat:
a. Desa/Kelurahan; dan/atau
b. Kecamatan.
Pasal 14
(1) Pada susunan pengurus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat ditetapkan divisi, antara lain:
a. Divisi Penguatan Pembinaan Persatuan dan
Kesatuan; dan/atau
b. Divisi Perlindungan dan Peningkatan Keamanan,
Ketertiban Umum, Ketenteraman, dan
Kesejahteraan Masyarakat.
(2) Setiap Divisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua, dengan jumlah
anggota sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pembentukan Divisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 15
(1) Calon pengurus Jaga Warga harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga Negara Indonesia;
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. bertempat tinggal di Pedukuhan atau
RW/Kampung setempat;
e. bersedia secara sukarela menjadi pengurus;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap kerena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau
lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai
menjalani pidana penjara dan mengumumkan
secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa
yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang; dan
i. dapat membaca dan menulis.
(2) Calon pengurus Jaga Warga yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan dan dipilih menjadi pengurus Jaga Warga
dalam musyawarah warga masyarakat Pedukuhan
atau RW/Kampung.
(3) Pengurus Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dipilih dengan memperhatikan keterwakilan
dari semua unsur dalam masyarakat yang meliputi:
a. tokoh masyarakat;
b. tokoh agama;
c. perwakilan kelompok pemuda; dan
d. perwakilan kelompok perempuan.
(4) Dukuh atau Ketua RW/Ketua Pengurus Kampung
tidak dapat menjadi pengurus Jaga Warga.
Pasal 16
(1) Pengurus Jaga Warga memiliki masa kerja 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang.
(2) Penetapan, pemberhentian, dan penggantian
pengurus Jaga Warga ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa/Lurah.
Pasal 17
(1) Pengurus Jaga Warga berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2) Pengurus Jaga Warga diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila:
a. telah berakhir masa jabatannya;
b. tidak lagi memenuhi syarat sebagai pengurus
Jaga Warga; atau
c. pindah tempat tinggal dari Desa atau Kelurahan
yang bersangkutan.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Pasal 18
Pembiayaan pelaksanaan kegiatan Jaga Warga dibebankan
pada:
a. swadaya dan partisipasi masyarakat;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah
Kabupaten/Kota; dan/atau
c. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS JAGA WARGA
Pasal 19
(1) Pengurus Jaga Warga wajib:
a. mendaftarkan dan/atau mencatatkan
keberadaan Jaga Warga ke Pemerintah
Desa/Kelurahan;
b. melaporkan kegiatan pengurus Jaga Warga
kepada anggotanya melalui rapat pengurus yang
dihadiri oleh Dukuh atau Ketua RW/Ketua
Pengurus Kampung paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun;
c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada:
1. Dukuh atau Ketua Rukun Warga/Ketua
Pengurus Kampung; dan
2. Kepala Desa/Lurah;
d. mengelola administrasi dan keuangan Jaga
Warga secara transparan dan bertanggung jawab.
(2) Administrasi Jaga Warga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d dikelola dengan sederhana, sebagai
pendukung, penunjang, dan dokumentasi kegiatan.
Pasal 20
Pengurus Jaga Warga berhak:
a. mendapat pembinaan dari: 1. Pemerintah Desa/Kelurahan;
2. Pemerintah Kabupaten/Kota; dan/atau
3. Pemerintah Daerah.
b. mengatur administrasi dan keuangan Jaga Warga;
dan
c. mengatur mekanisme kerja dan aktifitas internal Jaga
Warga.
BAB VI
LOGO
Pasal 21
(1) Jaga Warga menggunakan logo.
(2) Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 22
(1) Pembinaan pelaksanaan Jaga Warga dilakukan secara
berjenjang oleh:
a. Pemerintah Desa atau Kelurahan;
b. Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
c. Pemerintah Daerah.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. koordinasi;
b. sosialisasi;
c. pemberian pedoman; dan
d. peningkatan kapasitas.
Pasal 23
(1) Pembinaan berupa koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa/Kelurahan.
(2) Pembinaan oleh Pemerintah Desa atau Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh:
a. Dukuh atau Ketua RW/Ketua Pengurus
Kampung; dan
b. Kepala Desa/Lurah.
(3) Pembiayaan pembinaan oleh Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(4) Pembiayaan pembinaan oleh Kelurahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota.
Pasal 24
(1) Pembinaan berupa sosialisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Pembinaan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Badan/Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik atau
perangkat daerah lainnya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(3) Pembiayaan pembinaan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten/Kota.
Pasal 25
(1) Pembinaan berupa pemberian pedoman dan
peningkatan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (2) huruf c dan huruf d dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pembinaan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik DIY.
(3) Pembiayaan pembinaan oleh Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja DIY.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Pengurus Jaga Warga yang ditetapkan sebelum berlakunya
Peraturan Gubernur ini, tetap berlaku sampai berakhirnya
masa jabatan pengurus.
Pasal 27
Pelaksanaan Jaga Warga yang dibentuk sebelum Peraturan
Gubernur ini berlaku, harus menyesuaikan dengan
Peraturan Gubernur ini paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Gubernur ini diundangkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku,
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9
Tahun 2015 tentang Jaga Warga (Berita Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Nomor 9, Tambahan
Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
(3) Pembiayaan pembinaan oleh Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja DIY.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Pengurus Jaga Warga yang ditetapkan sebelum berlakunya
Peraturan Gubernur ini, tetap berlaku sampai berakhirnya
masa jabatan pengurus.
Pasal 27
Pelaksanaan Jaga Warga yang dibentuk sebelum Peraturan
Gubernur ini berlaku, harus menyesuaikan dengan
Peraturan Gubernur ini paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Gubernur ini diundangkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku,
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9
Tahun 2015 tentang Jaga Warga (Berita Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Nomor 9, Tambahan
Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 18 Februari 2019
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 18 Februari 2019
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
GATOT SAPTADI
BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2019 NOMOR 6
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019 2019
TENTANG
JAGA WARGA
I. UMUM
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai
keistimewaan dalam kedudukannya sebagai sistem pemerintahan
setara provinsi, tentunya potensi yang dimiliki harus terus didukung
dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik keistimewaan yaitu
berbasis kebudayaan setempat.
Keberagamaan di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu realitas
yang tidak dapat dipungkiri. Hal itu tentunya memberikan kegelisahan
tersendiri jika tidak memberikan penguatan kepada masyarakat untuk
senantiasa menjaga dan melestarikan warisan kebudayaan yang
dimiliki.
Selain benturan kebudayaan, kemajuan teknologi dapat menimbulkan
potensi gangguan berupa ancaman ideologis (mengatasnamakan agama
maupun gerakan sosial lainnya) yang bisa berdampak pada
tergerusnya kecintaaan terhadap kebudayaan dan tradisi (lebih luas)
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tentunya melakukan
dorongan untuk membentuk Jaga Warga secara institusional (legal-
formal) sebagai wadah multidimensi dalam menangani permasalahan
masyarakat sangatlah dibutuhkan.
Kebudayaan merupakan benteng terkuat yang mampu membentuk
sebuah ikatan kepada negara, sehingga pengetahuan mengenai filosofi
kebudayaan harus selalu disosialisasikan melalui penguatan sistem
kebudayaan dalam Pranata Sosial yang sudah ada.
Perkembangan pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta haruslah
tidak melupakan pembangunan kapasitas individu maupun
masyarakat, agar tidak menumbuhkan sebuah peradaban yang lupa
terhadap kebudayaannya. Karena dari kebudayaan itulah nilai luhur
dan kontrol sosial dalam masyarakat bisa terus ditransformasikan.
JAGA WARGA, Edisi I / APRIL 201912 PERGUB JAGA WARGA
Segala kebijakan harus bersinergi dengan menggunakan sistem bottom-
up dan top down, yaitu dengan melibatkan peran serta masyarakat
sebagai pelaku, penginisiasi, dan pelaksana dari kebijakan yang
ditetapkan sehingga tidak harus memerlukan benturan dari berbagai
aspek kepentingan.
Keterlindungan warga di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjadi
keniscayaan demi gerak dinamis masyarakat dalam rutinitas
kehidupan sehari-hari maupun dalam menyongsong masa depan.
Amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
menyatakan bahwa salah satu tujuan keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah untuk “mewujudkan kesejahteraan dan
ketenteraman masyarakat”. Selanjutnya, Pasal 5 ayat (3) menyatakan
bahwa “kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat diwujudkan
melalui kebijakan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan
pengembangan kemampuan masyarakat”. Penegasan nilai penting
keterlindungan warga dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Daerah
Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
berikut perubahannya, dan Arah Renaisans Yogyakarta merupakan
modal utama untuk mengembangkan pola-pola lama/baru dalam
pengorganisasian masyarakat dalam rangka menguatkan semangat
kebangsaan dan menjaga ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah sosialnya sendiri,
termasuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini,
pewujudan keterlindungan warga diselenggarakan berdasarkan
pertimbangan asas Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan nilai-nilai ini, pewujudan keterlindungan warga ini harus
dipahami dalam ruang lingkup yang tidak hanya terbatas pada
pengendalian tingkat kriminalitas dalam bentuk jumlah kuantitatif
penangkapan para pelaku kejahatan dan/atau pelanggar/perusak
ketertiban dan ketenteraman masyarakat. Namun pewujudan
keterlindungan warga ini juga meliputi:
1. upaya-upaya mengukuhkan dan menguatkan wawasan
kebangsaan untuk tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, 2. upaya-upaya antisipatif penanggulangan dan penyelesaian
masalah-masalah sosial yang berpotensi menciptakan tindak
kriminal dan pelanggaran norma sosial sehingga mengganggu
terwujudnya ketertiban umum di masyarakat,
3. upaya menghilangkan/mengurangi rasa ketakutan guna
menciptakan rasa aman dan tenteram pada diri setiap anggota
masyarakat secara keseluruhan baik yang tergabung dalam
kelompok mayoritas/minoritas kesukuan, agama, afiliasi politik
dan status kelas ekonominya;
4. mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk
terlibat aktif menjaga ketertiban dan ketenteraman di wilayah
tempat tinggal/kerjanya. Termasuk di dalamnya ancaman
terjadinya bencana alam dan bencana sosial.
5. meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
sehingga mampu mengatasi masalah-masalah rutin pribadi, sosial
dan ekonominya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2005-2025 menyebutkan bahwa memudarnya budaya di
berbagai lapisan masyarakat menyebabkan ketahanan budaya
masyarakat semakin rentan terhadap perubahan globalisasi, terjadinya
ketegangan, ketidakserasian hubungan antarmasyarakat dan
terkikisnya nilai-nilai keluhuran di masyarakat. Nilai-nilai luhur dan
kearifan budaya lokal sebagai basis ketahanan budaya tetap harus
dipertahankan untuk menjaga keberlanjutan dinamika dan
perkembangan zaman sekaligus untuk menyaring masuknya budaya-
budaya asing yang kurang sesuai dengan tatanan, tuntunan dan
tontonan budaya lokal. Dengan demikian kebutuhan akan potensi
lembaga, organisasi dan infrasturktur sangat diperlukan dalam
menangani masalah kesejahteraan sosial.
Berkaitan dengan penyebutan Pemerintah Desa, Kepala Desa, dan
Perangkat Desa, perlu diakomodasi jika masih ada wilayah Kabupaten
yang menggunakan nomenklatur lain sesuai dengan kearifan lokal di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyebutan Lurah Desa merupakan
sebutan lain untuk Kepala Desa sebagai pimpinan pemerintah desa.
Demikian pula penyebutan Pamong Desa merupakan sebutan lain
untuk Perangkat Desa sebagai unsur pembantu Lurah Desa yang
terdiri atas Sekretaris Desa yang disebut Carik Desa, Sekretariat Desa, pelaksana teknis lapangan yang disebut Bagian dan unsur kewilayahan
yang disebut Dukuh.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kebersamaan” adalah rasa
senasib sepenanggungan seluruh warga masyarakat
dengan tanggung jawab yang sama untuk menjaga
keamanan, ketenteraman, ketertiban, perlindungan
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sukarela” adalah tidak
mengharapkan imbalan, baik materi maupun nonmateri.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah nilai-nilai
luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat,
antara lain untuk melindungi dan mengelola lingkungan
hidup secara lestari.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “swadaya” adalah menggunakan
sumber daya (dana, fasilitas dan pekerja) yang berasal
dari masyarakat setempat sesuai dengan kemampuannya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “swakarsa” adalah inisiatif dan
prakarsa yang datang dari warga masyarakat sendiri.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “partisipasi” adalah mendorong
terlibatnya seluruh unsur warga masyarakat setempat.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” antara lain
tokoh agama, pemuda, perempuan, dan kelompok
minoritas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Pengukuhan Jaga Warga dapat dilaksanakan langsung di
setiap Pedukuhan atau RW/Kampung atau dilakukan
secara bersama-sama di tingkat Desa/Kelurahan atau
Kecamatan oleh Bupati/Walikota.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “stelsel pasif” adalah masyarakat
secara otomatis merupakan anggota Jaga Warga di
wilayahnya sehingga tidak diperlukan adanya pendaftaran
calon anggota Jaga Warga.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Administrasi Jaga Warga diselenggarakan dengan
mendokumentasikan semua aktivitas dan kegiatan dalam
rangka mewujudkan pelaksanaan wewenang, tugas, dan
fungsi Jaga Warga.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
TAMBAHAN BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
JAGA WARGA
LOGO JAGA WARGA
Warna Hitam – Putih
Makna: 1. Logo Jaga Warga terinspirasi bentuk Tameng Prajurit Yogyakarta,
dipahami sebagai simbol pertahanan. 2. Warna Merah memiliki arti keberanian sekaligus warna kebesaran
Kerajaan Mataram. 3. Warna Emas melambangkan keluhuran serta keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. 4. Untaian Tali melambangkan keharmonisan dan keselarasan warga
masyarakat dalam menjalin kerja sama menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan sosial.
5. Padi (Kuning) dan Kapas (Hijau/Putih) melambangkan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Tangkai Kapas (Warna Hijau) merupakan pola yang membentuk inisial Jaga Warga.
7. Tulisan dalam Aksara Jawa memiliki arti “Jaga Warga”.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd. DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
JAGA WARGA
LOGO JAGA WARGA
Warna Hitam – Putih
Makna: 1. Logo Jaga Warga terinspirasi bentuk Tameng Prajurit Yogyakarta,
dipahami sebagai simbol pertahanan. 2. Warna Merah memiliki arti keberanian sekaligus warna kebesaran
Kerajaan Mataram. 3. Warna Emas melambangkan keluhuran serta keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. 4. Untaian Tali melambangkan keharmonisan dan keselarasan warga
masyarakat dalam menjalin kerja sama menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan sosial.
5. Padi (Kuning) dan Kapas (Hijau/Putih) melambangkan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Tangkai Kapas (Warna Hijau) merupakan pola yang membentuk inisial Jaga Warga.
7. Tulisan dalam Aksara Jawa memiliki arti “Jaga Warga”.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd. DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
LOGO JAGA WARGA
Warna Hitam – Putih
JAGA WARGA, Edisi I/ APRIL 2019 13SOSIALISASI JAGA WARGA
Sosialisasi Jaga Warga bagi ASN di Sleman
Jaga Warga Menggerakkan Prakarsa MasyarakatKEBERADAAN program Jaga Warga sebagai upa
ya mendorong dan menggerakkan prakarsa masyarakat melalui pranata sosial dalam upaya menggali, menjaga dan menumbuhkembangkan nilainilai luhur, kearifan budaya .dan sistem sosial yang hidup dalam masyarakat.
Selain itu, Jaga Warga bertugas untuk melakukan mediasi penanganan dan penyelesaian gangguan sosial dan kehidupan masyarakat dan melakukan upa ya cegah dini dan deteksi dini atau kewaspadaan dini untuk mencegah timbulnya gangguan terhadap keamanan, ketertiban umum, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Jaga Warga Anyoko Priyatno SH MM pada acara sosialisasi Jaga Warga kepada ASN Kabupaten Sleman di Twin Resto Sleman, 14 Maret 2019. Selain Anyoko, tampil sebagai narasumber dalam acara sosialisasi itu adalah Rusdianto dari Kesbangpol DIY dan Sunardi dari Satpol PP Sleman.
Menurut Anyoko Pryatno, Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Jaga Warga harus sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Problematika regulasi Jaga Warga meliputi regulasi perekonomian, sosial, administrasi, proses politik, kemauan politik dan kebijakan. Dan asas pengelolaan Jaga Warga di antaranya kemandirian dan gotongroyong.
“Pranata sosial di wilayah padukuhan/rukun warga/kampung setara dengan Jaga Warga. Wewenang Jaga Warga sebagai motivator/pendorong di padukuh an/kampung/RW. Selain itu, tugas Jaga Warga adalah mengupayakan penguatan keistimewaan DIY yang tertuang dalam pelaksanaan penguatan persatuan dan kesatuan, Kamtram Tibmas, kesejahteraan masyarakat,” kata Anyoko.
Perjalanan Jaga Warga di Kabupaten Sleman, menurut Sunardi, sudah baik. Dan sesuai amanat, Satpol PP Sleman akan membentuk Jaga Warga di semua padukuhan yang ada. Dan saat ini, Satpol PP
Sleman sudah membentuk 51 Jaga Warga di tingkat padukuhan. Jika dijumlahkan dengan partisipasi mandiri masyarakat yang berjumlah 56 Jaga Warga, maka di Kabupaten Sleman total ada 107 Jaga Warga padukuhan.
“Di Sleman diharapkan juga melancarkan program Jaga Warga, peranan SKPD terkait sangat diperlukan demi kelancaran program. Dan saat ini Sleman sudah memfasilitasi Jaga Warga dengan rompi,” kata Sunardi.
Dalam sosialisasi itu dungkapkan masalah yang dihadapi masyarakat sangat beragam dan cukup kompleks. Sementara pranata yang ada dirasa tidak mampu menyelesaikan masalahmasalah tersebut. “Hadirnya Jaga Warga yang berfungsi mendorong dan menggerakkan pranata sosial diharapkan mampu menjawab semua masalah yang muncul di bidang keamanan dan kesejahteraan. Namun, sejauh ini Jaga Warga belum dapat memberi dampak signifikan bagi pengentasan masalah yang ada,” kata Sunardi.
Karena itu, menurut Sunardi, Jaga Warga membutuhkan dana operasional demi kelancaran proses pelaksanaannya. “Jaga Wasrga dapat memanfaatkan dana yang bersumber dari tanggungjawab sosial perusahaan dan Bupati Sleman telah membuat peraturan terkait dana CSR tersebut. Dan diharapkan dana CSR dapat dikawinkan dengan dana swadaya masyarakat dalam menjalakan program Jaga Warga agar kinerjanya lebih maksimal,” kata Rusdianto.
Menurut Rusdianto, Jaga Warga berfungsi untuk memperkuat pranata sosial yang sudah ada. Dengan terbentuknya Jaga Warga maka diharapkan pranata sosial yang kurang berjalan baik, cenderung pasif dan tidak optimal dapat menjadi lebih baik lagi. “Pranata sosial yang telah lama berjalan diharapkan dapat bersinergi dengan kelompok Jaga Warga di wilayah sehingga mampu bekerja secara lebih optimal dan problem keamanan dan kesejahteraan segera teratasi,” kata Rusdianto. (*)
ISTIMEWAJAGAWARGA -- Kegiantan di Pendowoharjo, Sleman
Pasal 29
Cukup jelas.
TAMBAHAN BERITA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
JAGA WARGA
LOGO JAGA WARGA
Warna Hitam – Putih
Makna: 1. Logo Jaga Warga terinspirasi bentuk Tameng Prajurit Yogyakarta,
dipahami sebagai simbol pertahanan. 2. Warna Merah memiliki arti keberanian sekaligus warna kebesaran
Kerajaan Mataram. 3. Warna Emas melambangkan keluhuran serta keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. 4. Untaian Tali melambangkan keharmonisan dan keselarasan warga
masyarakat dalam menjalin kerja sama menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan sosial.
5. Padi (Kuning) dan Kapas (Hijau/Putih) melambangkan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Tangkai Kapas (Warna Hijau) merupakan pola yang membentuk inisial Jaga Warga.
7. Tulisan dalam Aksara Jawa memiliki arti “Jaga Warga”.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd. DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
JAGA WARGA
LOGO JAGA WARGA
Warna Hitam – Putih
Makna: 1. Logo Jaga Warga terinspirasi bentuk Tameng Prajurit Yogyakarta,
dipahami sebagai simbol pertahanan. 2. Warna Merah memiliki arti keberanian sekaligus warna kebesaran
Kerajaan Mataram. 3. Warna Emas melambangkan keluhuran serta keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. 4. Untaian Tali melambangkan keharmonisan dan keselarasan warga
masyarakat dalam menjalin kerja sama menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan sosial.
5. Padi (Kuning) dan Kapas (Hijau/Putih) melambangkan kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Tangkai Kapas (Warna Hijau) merupakan pola yang membentuk inisial Jaga Warga.
7. Tulisan dalam Aksara Jawa memiliki arti “Jaga Warga”.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd. DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
JAGA Warga merupakan program pemerintah yang mendasarkan pada pembiyaan dari dana keistimewaan. Dan sejauh ini, melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Jaga Warga hanya akan mendapat dana stimulan untuk keperluan pertemuan, rapat seperti makanan kecil.
“Mengenai dana lainnya, pengalokasiannya belum dapat dipastikan bagi kelompok Jaga Warga. Namu demikian, Jaga Warga cu kup mendapat perhatian besar dari Pemda DIY. Pada 2019, tiap kelompok Jaga Warga akan mendapat 3 kali uang bantuan rapat,” kata Yasrizal S.Sos MSi dari Badan Kesbangpol DIY, pada acara sosialisasi Jaga Warga bagi masyarakat Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, di Balai Desa Condongcatur, 13 Maret 2019.
Menurut Yasrizal, dana operasional merupakan salah satu faktor penting bagi pengurus Jaga Warga untuk mewujudkan kinerja yang maksimal. Namun, demikian Jaga Warga sejatinya tidak mensyaratkan dana dengan jumlah yang besar karena tidak melaksanakan kegiat
an secara teknis.Dengan demikian, menurut Yas
rizal, Jaga Warga akan tetap hidup dan berjalan meski hanya memanfaatkan dan mengelo dana dari hasil swadaya masyarakat.
Menurut Yasrizal, sebagai sebuah pranata sosial, Jaga Warga idealnya mendapat sokongan dana operasional untuk menunjang kinerja. Karena tak dipungkiri bahwa menjalankan sebuah organisasi merupakan tugas yang berat sehingga sangat dibutuhkan jaminan fasilitas yang layak. Hal ini sangat membantu warga masyarakat dalam bekerja melestarikan wilayah melalui Jaga Warga. “Tanpa adanya bantuan dana, masyarakat tetap bekerja, walaupun agenda warga baik sebagai individu maupun bagian dari kelompok, sudah sangat padat,” kata Yasrizal.
Dari hasil diskusi yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB itu, peserta sepakat bahwa dan operasional merupakan faktor penting bagi warga untuk mencapai kinerja Jaga Warga yang maksimal, terutama untuk rapatrapat.
Sementara itu, dalam acara so
sialisasi Jaga Warga di Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta pada 14 Maret 2019, Rusdianto selaku salah satu narasumber dari Badan Kesbangpol DIY mengatakan bahwa kegiatan Jaga Warga di DIY te lah berjalan selama 4 tahun. Dan Jaga Warga merupakan bentuk perhatian Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwa ada berbagai masalah, seperti intole ransi di tengah masyarakat Yogyakarta.
“Kita dapat perhatikan masalah agama di daerah Besi. Masalah sosial yang ada di tingkat bawah diharapkan bisa diselesaikan di tingkat lokal, salah satunya dengan Jaga Warga,” kata Rusdianto.
Dikatakan, kegiatan yang ada di masyarakat selalu melibatkan semua pihak, termasuk warga itu sendiri, secara bersamasama. Pranata atau lembaga masyarakat yang sudah ada harus tetap berjalan setelah terbentuk lembaga Jaga Warga. Evaluasi terhadap Jaga Warga dilakukan setelah Jaga Warga berjalan dengan baik. “Jaga Warga diharapkan dapat berjalan secara berksesinambungan dan terus menerus,” kata Rusdianto. (*)
Biaya Jaga Warga Baru Sebatas Dana Stimulan
Dari Dana Keistimewaan
SEJAK Jaga Warga terbentuk melalui Peraturan Gubernur DIY Nomor 9 tahun 2015 yang diubah/disempurnakan dengan Perda Nomor 6 tahun 2019, Kesbangpol DIY terus melakukan pendampingan kepada masyarakat agar Jaga Warga dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Pembentukan Jaga Warga itu sendiri sebagai salah satu bentuk tindak lanjut atau realisasi dari UU No 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
Dalam Pasal 5 ayat (1) UU tersebut dikatakan bahwa tujuan keistimewaan DIY adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat serta mewujudkan visi dan misi Arah Renaisans Keterlindungan Warga DIY. Karena itu, diperlukan berbagai upaya antisipatif guna menanggulangi dan menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berpotensi menciptakan tindak kriminal, pelanggaran norma sosial dan permasalahan terkait kondisi kesejahteraan di masyarakat.
“Perlu juga dilakukan upaya untuk menghilangan atau mengurangi rasa ketakutan guna menciptaka rasa aman dan tenteram pada diri setiap anggota masyarakat secara keseluruhan, baik yang tergabung dalam kelompok mayoritas maupun minoritas kesukuan, agama, afiliasi politik dan status kelas ekonominya,” kata Eni Supriani, salah satu Pendamping Jaga Warga dari Kesbangpol DIY.
Menurut Eni Supriani, dalam upaya mewujudkan keamanan, ketenraman dan kesejahteraan masyarakat maka perlu juga mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif menjaga ketertiban dan ketentraman berbasiskan kearifan lokal masyarakat DIY.
Dikatakan, Jaga Warga yang dibentuk melalui Pergub DIY Nomor 6 tahun 2019 merupakan suatu upaya menjaga keamanan, ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat serta menumbuhkan
kembali nilainilai luhur yang ada di masyarakat. Jaga Warga berupaya mengoptimalkan pranata sosial yang sudah ada di masyarakat, yaitu lembaga sosialkemasyarakatan berbasis nilainilai luhur masyarakat, seperti kelompok Siskamling, kelompok pengajian, kelompok pemuda, kelompok pedagang/pengusaha, kelompok pengelola pariwisata, kelompok petani/nelayan, kelompok peduli bencana dan sebagainya.
Menurut Eni Supriani, Jaga Warga berperan sebagai mitra pemerintah dalam rangka mewujudkan kertelindungan warga masyarakat, yang bekerja sama dengan kepala dusun/lingkungan/rukun warga, Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), perangkat desa/kelurahan dan kepolisian sektor. “Jaga Warga berupaya melibatkan secara aktif seluruh komponen warga masyarakat dengan melakukan identifikasi masalah atau potensi sosial yang ada dan berupaya secara mandiri mencari solusi penyelesaian,” kata Eni Supriani. (*)
Kesbangpol DIY Terus Melakukan Pemdampingan
“Jaga Warga berperan
sebagai mitra pemerintah dalam rangka mewujudkan
kertelindungan warga
ISTIMEWA
ASN KOTA - Para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Sleman mengikuti so-sialisasi Jaga Warga di Twin Resto Sleman, 14 Maret 2019.
JAGA WARGA, Edisi I / APRIL 201914
Sosialisasi Jaga Warga bagi ASN Kabupaten Kulonprogo
Penolakan Ideologi Pancasila Ancaman Serius
SOSIALISASI JAGA WARGA
WARGA Indonesia telah sepakat bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan dan persatuan yang berlandaskan Pancasila. Namun, di beberapa daerah masih ditemukan adanya warga masyarakat yang menolak Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini merupakan kemunduran dan menjadi ancaman yang cukup serius menimpa bangsa Indonesia.
“Pemerintah dan warga masyarakat tidak boleh diam dengan sikap yang kontra produktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia tersebut,” kata Budi Hartono, Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Kulonprogo, pada acara sosiali sasi Jaga Warga bagi ASN Kulonprogo di Ruang Rapat Sermo, Kompleks Sekretariat Daerah Kulonprogo, 18 Maret 2019.
Selain Budi Hartono, tampil sebagai narasumber Se
kretaris Badan Kesbangpol DIY Drs Sugeng Irianto M.Kes dan Tenaga Ahli Jaga Warga Anyoko Priyatno SH MM.
Menurut Budi Hartono, Jaga Warga memungkinkan warga masyarakat untuk membangun hubungan kerja dan kerja sama antar pranata sosial. Melihat fakta itu, regulasi yang mengatur hubungan kerja Jaga Warga dengan pranata sosial yang lain menjadi hal yang cukup mendesak untuk dihadiran. “Dalam regulasi tersebut juga dijelaskan ruang lingkup dan batasan wilayah kerja Jaga Warga sehingga tidak akan terjadi benturan yang satu dengan yang lainnya,” kata Budi Hartono.
Sekretaris Badan Kesbangpol Kabupaten Kulonprogo Drs Sugeng Irianto mengungkapkan perkembangan kelompok Jaga Warga yang hingga kini telah mencapai 400 kelompok yang tersebar di seluruh DIY.
“Hal ini merupakan perkembangan yang terbilang
masif selama 4 tahun implementasi Pergub DIY tentang Jaga Warga. Upaya sosialisasi dan pembentukan masih harus terus digalakkan. Dan upaya tersebut tak lepas dari peran ASN yang sangat penting bagi kelancaran dan kesuksesannya, tak terkecuali pembentukan Jaga Warga secara berkelanjutan di wilayah Kabupaten Kulonprogo yang sebagian wilayahnya menjadi lokasi pembangunan bandara baru. Kondisi perubahan tersebut penting dibarengi penguatanpenguatan, salah satunya dengan Jaga Warga,” Sugeng Irianto.
Sementara Tenaga Ahli Jaga Warga Anyoko Priyatno mengatakan, masyarakat telah cukup antusias dalam membentuk dan melaksanakan Jaga Warga. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan masih dari segi kuantitas kelompok Jaga Warga di seluruh DIY. Namun, antusiasme masyarakat tersebut tidak dibarengi oleh ma
sifnya dukungan di tingkat ASN yang cen derung tidak mengetahui perihal Pergub DIY tentang Jaga Warga.
Dalam menjalankan Jaga Warga menurut Anyoko, selain berpedoman pada Pergub DIY, warga juga akan dibekali pedoman pelaksanaan Jaga Warga. Dalam pedoman tersebut, hubungan kerja dan kedudukan Jaga Warga sama dengan pranata sosial yang sudah ada di wilayah.
“Jaga Warga bukanlah koordinator bagi pranata sosial lainnya. Dan terkait hubungan kerja ini akan termuat dalam sebuah buku pedoman pelaksanaan Jaga Warga,” kata Anyoko.
Dari hasil diskusi, seluruh jajaran pemerintah di wilayah DIY memahami dan menyadari bahwa Jaga Warga bukan merupakan lembaga yang membawahi pranata sosial yang ada di wilayah. (*)
Penolakan Ideologi Pancasila Ancaman Serius
MESKI wilayah Kota Yogyakarta sangat sempit namun angka kriminalitasnya tinggi dan terus meningkat. Bahkan masih ada 12 kasus yang ditemukan di bidang keamanan. Sementara kasus Narkoba di wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2018 ber ada di urutan ke3 dari 34 provinsi di Indonesia bagi tahap pemula. Selain kasus narkoba dan kriminalitas, kasus kenakalan remaja juga masih sangat banyak, termasuk klithih
“Masalah tersebut harus segera diatasi. Pranata sosial harus bersinergi dengan pemerintah. Dan Jaga Warga merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali kearifan lokal yang coco diterapkan seiring dengan disahkannya pedoman pelaksanaan pengurus kampung, dimana kampung dapat menjadi locus Jaga Warga di wilayah Kota Yogyakarta,” kata Zaini Lingga, Kepala Kantor Kesbangpol Kota Yogyakarta, pada acara sosialisasi Jaga Warga bagi ASN Kota
Yogyakarta di Hotel Cube Jalan Parangtritis Mantrijeron, Kota Yogyakarta, 15 Maret 2019.
Menurut Zaini Lingga, suksestidaknya program Jaga Warga sangat tergantung pada peran ASN di Kota Yogyakarta. Karena itu, ASN wajib mengetahui tugas dan fungsi Jaga Warga.
Dikatakan, pada suatu kondisi akan sangat terbuka kemungkinan bahwa suatu wilayah telah memiliki pranata sosial yang sangat solid, yang membuat wilayah tersebut sangat aktif dan masif dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal ini membuat masyarakat sangat mungkin tidak merasa perlu untuk membentuk dan menghadirkan Jaga Warga di wilayahnya, mengingat pranata yang ada dirasa telah secara maksimal berjalan.
Menurut Zaini Lingga, Jaga Warga perlu dibentuk di suatu wilayah agar bisa memberikan suntikan so
sial, dalam arti memperkuat peranan pranata yang sudah ada. Dengan adanya lembaga Jaga Warga diharapkan terjadi proses koordinasi antara pranata yang sudah adaa dan aktif tersebut menjadi lebih baik lagi ke depan. Karena tujuan yang ingin diraih dari Pergub DIY tentang Jaga Warga adalah terbangunnya sinergi antara pranata yang sudah dan akan ada sehingga terbentuk suatu kelembagaan masyarakat secara luas yang lebih kuat.
“Faktanya, pranata sosial yang ada di tengah masyarakat sudah berjalan dengan sangat baik dan maksimal. Hal itu kemudian berdampak pada masifnya kegiatan yang terselanggara dan terlaksana di wilayah,” kata Zaini Lingga.
Dan untuk mengantisipasi ketidakseimbangan dan penurunan kuali tas pranata sosial yang ada, maka suatu upaya harus diambil dengan mendukung pelaksanaan pembentuk an
Jaga Warga sebagai penyeimbang ketika terjadi turbulensi pada sebuah pranata sosial di tengah masyarakat.
Sementara Kepala Kantor Kesbanglipol DIY Agung Supriyono SH berharap ASN agar mampu memahami dengan cermat Jaga Warga, khususnya yang berdasarkan Pergub DIY Nomor 6 tahun 2019. Perubahan Pergub meliputi definisi Jaga Warga, kepengurusan, masa kerja pengurus, penegasan wilayah bentukan dan pembiayaan Jaga Warga. Sementara penambahan Pergub ada di bagian kedudukan, pembinaan dan logo Jaga Warga.
Tenaga Ahli Jaga Warga Anyoko Priyatno SH MM menekankan bahwa Pergub DIY tentang Jaga Warga harus sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Masalah regulasi Jaga Warga meliputi regulasi perekonomian, sosial, administrasi, proses politik, kemauan politik dan kebijakan. (*)
Masalah Narkoba dan Kriminalitas Tinggi
KEBERADAAN Jaga Warga antara lain dalam rangka mendukung peran TNI/Polri dan pemerintah desa (pemdes) dalam upaya pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Binkamtibmas) sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional. Hal ini ditandai de ngan terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang nengandung kemampuan membina dan mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah, menangkal dan menanggulangi segala bentuk pelanggar an hukum dan bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
“Keberadaan Jaga Warga juga diharapkan mampu menjadi mata dan telinga serta menjadi sumber informasi dalam rangka deteksi dini dan cegah dini akan berbagai potensi konflik, pelanggar-an norma sosial dan tindak kriminal di masyarakat,” kata Eni Supriani, salah satu Pendamping Jaga Warga Kesbangpol DIY.
Menurut Eni Supriani, Badan Kesbangpol DIY selaku pelaksana kegiatan pendampingan/pengembangan kapasitas Jaga Warga terdiri dari 35 pengembangan kapasitas dan pembinaan pengurus. Pendampingan Jaga Warga dan pembentukan tahun 2018 DIY diselenggarakan untuk mengetahui perkembangan realisasi program kerja kepengurusan Jaga Warga, yang dibentuk tahun 20152017.
Selain itu, untuk meng
evaluasi sejauh mana konsep Jaga Warga dapat dipahami oleh masyarakat, mengkaji karakteristik warga masyarakat serta permasalahan yang terjadi di tiaptiap dae rah. “Relevansi buku pedoman dengan kondisi real yang terjadi di masyarakat juga menjadi salah satu tujuan dari pendampingan,” kata Eni Supriani.
Dengan demikian, menurut Eni Supriani, dapat ditemukan konsep pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada waktu yang akan datang Jaga Warga dapat diterapkan di seluruh wilayah DIY dan menjadi salah satu ikon keistimewaan DIY.
Dalam kegiatan pendampingan di Balai Dusun Gerotan, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, 20 Penruari 2019, dihadiri 30 peserta yang terdiri dari pengurus Jaga Warga, PKK, Karang Taruna, kepala dukuh, pengurus desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok sadar wisata dan elemen masyarakat.
Metode pendampingan yang dilakukan oleh pendamping Jaga Warga adalah diskusi, dimana peserta dan pendamping berbaur menjadi satu untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini, pendamping tidak bertindak sebagai narasumber tapi lebih pada peran sebagai fasilitator dan moderator. “Semua masalah didiskusikan bersama untuk mendapatkan masukan dari semua peserta yang hadir untuk mendapatkan solusi yang sesuai dengan ke
Jaga Warga Mendukung Peran TNI/Polri dan Pemdes
arifan wilayah masingmasing,” kata Eni Supriani. Kegiatan rutin Jaga Warga di Padukuhan Gerotan
dilakukan setiap malam Minggu bersamaan dengan Karang Taruna dan kelompok sosial lainnya. Kelom
pok Jaga Warga juga mengkoordinir acara pengajian yang dilakukan sebulan sekali. “Dalam menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat, kegiatan yang dimotivasi oleh Jaga Warga dalam bentuk ron
da malam secara bergilir. Ronda malam dilakukan rutin untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat,” kata Eni. (*)
ISTIMEWA
ASN KULONPROGO --Para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Kulonprogo saat mengikuti sosialisasi Jaga Warga di Sekretariat Daerah Kabupaten di Sekretariat Daerah Kulonprogo, 18 Maret 2019.
Jaga Warga di Kota Yogyakarta
JAGA WARGA, Edisi I/ APRIL 2019 15
JAGA WARGA, Edisi I / Februari 201916 SOSIALISASI JAGA WARGA
KONSEP pemikiran terbentuknya Jaga Warga adalah untuk mewujudkan dan merealisasikan tujuang keistimewaan DIY, yakni mewujudkan pemerintaah yang demokratis, mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat, mewujudkan tata pemerintahan dan tatanan sosial yang menjamin kebhinekaan dalam kerangka NKRI dan menciptakan pemerintaah yang bersih. Selain itu, untuk melembagakan peran dan tanggungjawab kesultanan dan kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa.
“Selama ini Jaga Warga belum dimaknai sebagai lembaga. Namun, masyarakat lebih memaknainya hanya sebagai kegiatan dalam rangka mewujudkan penguatan keamanan dan ketertiban masyarakat. Karena itu, ASN harus mampu memahami dengan cermat perihal Jaga Warga, khususnya yang berdasarkan Pergub DIY tentang Jaga Warga tahun 2019,” kata Kepala Badan Kesbangpol DIY Agung Supriyono SH dalam sosialisasi Jaga Warga kepada ASN di Lingkungan Pemda DIY di Ruang Rapat B Kantor Badan Kesbangpol DIY Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta, 15 Maret 2019.
Sementara Tenaga Ahli Jaga Warga Anyoko Priyatno SH MM mengatakan, seluruh pranata sosial yang ada dan sudah terbentuk dari berbagai instansi atau dari masyarakat harus dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tugas. “Jaga Warga jadi pendorong dan penggerak seluruh pranata yang ada agar berjalan dengan lebih baik lagi melalui kegiatankegiatan
sosial kemasyarakatan. Namun, tugas teknis tetap dilaksanakan oleh pranata yang ada terlebih dahulu dan Jaga Warga tak ada kegiatan teknis,” kata Anyoko Priyatno.
Beni Suwarsono selaku salah satu narasumber dalam sosialisasi Jaga Warga bagi ASN DIY mengatakan bahwa esensi dari Jaga Warga adalah melakukan pertemuan atau rapat. Budaya dan aktivitas silaturahmi dapat memberikan hal yang positif bagi warga masyarakat. Hal itu dapat diperhatikan dari kontribusinya yang mampu menjadi faktor panjangnya umur seseorang.
“Jaga Warga bisa mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas pertemuan antara individu yang satu dengan yang lain dalam suatu wilayah. Sehingga Jaga Warga dapat memberikan manfaat untuk masyarakat menjalin kerja sama dan tukar menukar informasi, saling menghargai dan mempercayai. Dan Jaga Warga memberikan kepercayaan kepada masyarakat,” kata Beni Suwarsono, salah seorang narasumber dari Paniradyo Pati DIY.
Menurut Agung Supriyono, dalam melaksanakan fungsi Jaga Warga di wilayah tidak melulu merujuk pada Pergub DIY, namun harus dibarengi dengan adanya pedoman pelaksanaan Jaga Warga. Dan pedoman pelaksanaan itu sedang dalam proses perancangan dan telah disiapkan berbarengan selama pembuatan Rapergub Jaga Warga. Dengan demikian, kemitraan Jaga Warga dengan lembaga lain akan tetap terjaga dan bahkan hasilnya semakin optimal karena termasuk yang diatur dalam pedoman. (*)
Sosialisasi Jaga Warga bagi ASN di Bantul
ASN Wajib Pahami Kejagawargaan
Program Jaga Warga Merawat Kebersamaan
Sosialisasi Jaga Warga di Desa Nglanggeran
APARATUR Sipil Negara (ASN) wajib mengetahui, memahami dan menguasai perihal kejagawargaan sehingga dapat mendukung warga yang melaksanakan fungsi Jaga Warga di wilayahnya. Dengan memahami Jaga Warga, ASN akan menyadari bahwa Jaga Warga tidak mengambil alih tugas pranata sosial lainnya yang sudah ada. Selain itu, ASN juga akan tergerak untuk siap melaksanakan tugas sebagai rekan kerja kelompok Jaga Warga.
“Pandangan dan pemahaman mengenai Jaga Warga harus diselaraskan di tengah masyarakat dalam satu kesepakatan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Jaga Warga merupakan ide Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menunjang berbagai kegiatan dan visimisi IY,” kata Yasrizal S.Sos MSi, Kasubdit Badan Kesbangpol DIY, pada acara sosialisasi Jaga Warga bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Bantul, 12 Maret 2019.
Selain Yasrizal, tampil sebagai narasumber da
lam acara sosialisasi itu adalah Tenaga Ahli Jaga Warga Eko Prasetyo SH dan Fatono dari Kesbangpol Kabupaten Bantul.
Menurut Yasrizal, Jaga Warga merupakan program unggulan di DIY dan merupakan satusatunya di Indonesia. Program ini merupakan penunjang keistimewaan DIY. Jaga Warga memungkinkan ma syarakat untuk waspada dalam segala hal, tidak terlena dengan rasa aman dengan adanya siskamling. Untuk itu, sebagai masyarakat harus berperan aktif guna mendukung program Jaga Warga. Kewenang an, kewajiban, peran dan fungsi Jaga Warga sebagai panduan kinerja sudah diatur dalam Pergub DIY.
Sementara Eko Prasetyo SH mengatakan, persiap an dan proses Jaga Warga sangat penjang, mengingat anggaran Jaga Warga sangat minim. “Hanya sedikit anggaran untuk mendukung jalannya pertemuan kecil di tingkat kelompok Jaga War
KEGIATAN Jaga Warga di masyarakat sangat penting, terutama di Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki banyak potensi, agar bisa memberikan masukan kepada masyarakat bagaimana mengembangkan potensi yang ada guna meningkatkan daya saing, daya tawar dan pendapatan masyarakat.
Dengan program Jawa Warga, masyarakat bisa mendapat manfaat lebih dibanding sebelumnya. Selain itu, melalui Jaga Warga masyarakat bisa menjaga kearifan lokal, merawat tradisi kebersamaan yang selama ini hidup di masyarakat sekaligus menekan potensi konflik atau hal-hal yang tidak diingikan terjadi di lingkungan masyarakat.
Hal itu disampaikan Wahyu dari Kesbangpol Kabupaten Gunungkidul pada acara sosialisasi Jaga Warga bagi ma syarakat di Balai Desa Nglangran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, 13 Maret 2019. Sosialisasi menampilkan tiga narasumber yakni Yasrizal S.Sos MSi dari Kesbangpol DIY, Tenaga Ahli Jaga Warga Eko Prasetyo SH dan Wahyu.
Menurut Wahyu, masyarakat wajib memahami selukbeluk Jaga Warga agar mendapatkan gambaran bagaimana menjalankan fungsi Jaga Warga. Selanjutnya, masyarakat bersama pengurus Jaga Warga melakukan upayaupaya penyelesaian masalah yang timbul di tengah masyarakat. Dengan demikian, menurut Wahyu, pranata sosial yang sudah ada akan labih masif dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Sementara Eko Prasetyo mengatakan, saat ini kebanyakan orang lebih aktif di media sosial ketimbang mengikuti pertemuan, rapat dan tatap muka. Sementara pendidikan tinggi tidak menjamin orang melakukan hubungan baik dengan ma syarakat, tapi justru semakin ada sekat dan batas. Karena itu, Jaga Warga sebagai media yang memungkinkan untuk membenahi kemunduran kondisi sosial seperti itu.
Dikatakan, Jaga Warga pada dasarnya merupakan pranata atau lembaga baru di sebuah wilayah. Dan Jaga Warga tidak melaksanakan fungsi teknis dalam kegiatan masyarakat. “Yang melaksanakan kegiatan tetap lembaga atau pranata yang sudah ada di wilayah tersebut. Pranata Jaga Warga hanya memperkuat kelembagaan yang ada sehingga diharapkan dapat bersinergi dengan lembaga yang ada. Jaga Warga menjadi wadah yang menjalankan fungsi koordinatif untuk menumbuhkan ide dan gagasan atau kreasi dan inovasi untuk menumbuhkan pranata yang sudah ada menjadi lebih baik lagi,” kata Eko Prasetyo.
Menurut Yasrizal, di Kabupaten Sleman sudah ada kerja sama antara bupati dengan camat untuk membentuk seluruh kelompok Jaga Warga. Dan idealnya, Jaga Warga dijalankan dengan prinsip swadaya dan swasembada sehingga tanpa adanya bantuan dana segar dari pemerintah dan honor.
“Ke depan setiap desa diharapkan bisa membentuk Jaga Warga yang merupakan sistem untuk menunjang pranata sosial yang aktif maupun pasif sehingga pranata sosial bisa dikondisikan untuk menunjang keamanan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Yasrizal. (*)
Jaga Warga Mewujudkan Tujuan KeistimewaanSosialisasi Jaga Warga bagi ASN Pemda DIY
ISTIMEWA
ASN KABUPATEN GUNUNGKIDUL --Para ASN Kabupateng Gunungkidul mengikuti sosialisasi Jaga Warga di Balai Desa Nglangran, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, 13 Maret 2019.
ga. Situasi yang semakin tidak kondusif membuat orang selalu merasa gelisah dan tak aman. Perbedaan sosial antara si miskin dan si kaya semakin krusial,” kata Eko Prasetyo.
Eko memberi contoh, banyak pemuda pribumi Jogja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena biaya yang tidak terjangkau. Terintegrasinya dunia fisik, digital dan biologis telah mengubah banyak tatanan hidup sampai rasa empati hilang. Hal itu terjadi karena sekarang orang lebih banyak aktif di media sosial daripada pertemuan, rapat dan bertatap muka.
Program Jaga Warga sendiri merupakan kegiatan yang diampu oleh Kesbangpol DIY bekerja sama dengan Kesbangpol Bantul. Jaga Warga sudah berusia 5 tahun sehingga perlu didukung oleh semua elemen masyarakat. Menurut Fatoni dari Kantor Badan Kesbang Bantul, di Bantul sudah membentuk Jaga Warga di 8 desa dan segera dilakukan penambahan kelompok Jaga Warga di desa lain sebagai upaya preventif dalam berbagai gejolak sosial yang terjadi. Diharapkan peran ASN untuk mensosialisasikan Jaga Warga di tempat tinggal kepada tetangga, keluarga dan lainlain.
Saat ini kegiatan sudah terlaksana dengan baik dan cukup masif di tengah masyarakat. Kegiatan sosial kemasyarakatan tersebut tentunya dalam rangka menanggulangi kemerosotan nilainilai luhur yang dimiliki masyarakat DIY. “Jaga Warga yang fokus pada penanganan masalah dan peningkatan keamanan dan kesejahteraan menjadi sangat mungkin untuk melaksanakan fungsi yang sama dengan pranata sosial yang sudah ada, seperti kelompokkelompok kegiatan. Dari sini, penting bagi pemerintah dan warga untuk saling bersinergi.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, menurut Fatoni, pranata sosial yang sudah dan akan ada di tengah masyarakat diharapkan dapat menjalankan tugas masingmasing. Selain itu, pranata sosial dituntut untuk saling berkomunikasi sehingga terjalin sinergi yang kokok di antara mereka. Penguatan jalinan sinergi inilah yang kemudian diupayakan oleh kelompok Jaga Warga yang terbentuk. (*)
ISTIMEWA
ASN KABUPATEN BANTUL --Para ASN Kabupaten Bantul dengan serius menyimak materi sosialisasi Jaga Warga yang di-sampaikan Kasubdit Badan Kesbangpol DIY Yasrizal S.Sos MSi di Bantul, 12 Maret 2019.
ISTIMEWA
ASN PEMDA DIY - Kepala Kantor Badan Kesbangpol DIY Agung Supriyono SH saat menyampaikan materi sosialisasi Jaga Warga kepada ASN Pemda DIY di Ruang Rapat B Kantor Badan Kesbangpol DIY Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta, 15 Maret 2019.