iv. hasil dan pembahasan a. gap analisis · memiliki pendidikan, pelatihan keamanan pangan,...
TRANSCRIPT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAP ANALISIS
Kajian standar kesesuaian asesmen dalam pengembangan Lembaga
Sertifikasi Sistem HACCP menjadi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Keamanan Pangan diawali dengan pembuatan gap analisis standar yang
dilakukan dengan cara mereview persyaratan yang akan diimplementasikan
dibandingkan dengan persyaratan yang telah diimplementasikan yaitu dengan
mereview standar ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 yang merupakan
persyaratan akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan
terhadap PBSN 1001:1999 yaitu Persyaratan umum Lembaga Sertifikasi Sistem
Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP), hasil gap analisis
tersebut terdapat 7 klausul yang merupakan gap utama.
Berikut merupakan gap analisis standar ISO 17021:2006 dan ISO
22003:2007 terhadap Pedoman BSN 1001:1999.
A.1. Manajemen Ketidakberpihakan
Manajemen ketidakberpihakan diatur dalam klausul 5.2 dari ISO
17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai manajemen
ketidakberpihakan ini belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN
1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai manajemen
ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil gap analisis klausul Manajemen Ketidakberpihakan dari ISO
17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999
No. Perihal Hasil gap analisis 1 Komitmen manajemen puncak
(klausul 5.2.1 ISO 17021:2006) Pernyataan ketidakberpihakan harus dapat diakses publik
2 Analisa ketidakberpihakan (klausul 5.2.2 ISO 17021:2006)
Analisa ketidakberpihakan harus diperagakan kepada komite pengamanan ketidakberpihakan
3 Hubungan yang menunjukkan ancaman ketidakberpihakan (klausul 5.2.3 ISO 17021:2006)
Apabila suatu hubungan menunjukkan ancaman ketidakberpihakan tidak dapat dihilangkan atau dikurangi, maka sertifikasi tidak dapat diberikan.
56
No. Perihal Hasil gap analisis 4 Hal yang tidak diperbolehkan pada
Lembaga Sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama (klausul 5.2.5 s.d 5.2.9 ISO 17021:2006)
Mensertifikasi lembaga sertifikasi lainnya, menawarkan jasa konsultasi sistem manajemen, memberikan jasa audit internal kepada klien yang disertifikasi, meng-outsource audit kepada suatu organisasi konsultan sistem manajemen, dipasarkan dengan kegiatan organisasi konsultasi sistem manajemen
5 Personel lembaga sertifikasi (klausul 5.2.10 s.d 5.2.13 ISO 17021:2006)
Personel yang terlibat dalam konsultasi sistem manajemen untuk klien tidak boleh mengambil bagian dalam audit atau kegiatan sertifikasi klien dalam dua tahun setelah berakhirnya konsultasi tersebut, dan harus bertindak secara netral dan tidak mengizinkan tekanan komersial, finansial, dan tekanan apapun yang mengkompromikan kenetralannya.
Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk klausul manajemen
ketidakberpihakan ada beberapa point yang yang belum diatur pada Pedoman
BSN 1001:1999, yaitu Lembaga sertifikasi memiliki pernyataan yang dapat
diakses publik yang menunjukkan ketidakberpihakannya dalam melaksanakan
kegiatan sertifikasi sistem manajemen, mengelola konflik kepentingan, dan
menjamin objektivitas kegiatan sertifikasi sistem manajemen, jadi pada Pedoman
BSN 1001 belum diatur bahwa Lembaga Sertifikasi harus memiliki pernyataan
yang dapat diakses publik tentang ketidakberpihakan.
Lembaga sertifikasi mengidentifikasi, menganalisis dan
mendokumentasikan kemungkinan konflik kepentingan yang timbul dari
penyediaan sertifikasi termasuk setiap konflik yang timbul dari hubungan
kerjanya. Informasi terkait analisis ketidakberpihakan tersebut tersedia bagi
komite penjamin ketidakberpihakan dan pada Pedoman BSN 1001 belum diatur
bahwa Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya komite penjamin
ketidakberpihakan.
57
Lembaga Sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak
diperbolehkan mensertifikasi apa saja seperti pada ketentuan yang telah
dijabarkan pada tabel diatas, pada Pedoman BSN 1001 tidak diatur secara
mendetail untuk tiap-tiap ketentuan tetapi secara garis besar yaitu Lembaga
Sertifikasi harus menjamin bahwa kegiatan lembaga lainnya yang terkait, tidak
mempengaruhi kerahasiaan, objektifitas, atau kenetralan sertifikasinya dan tidak
boleh menawarkan atau memberi: jasa konsultan untuk memperoleh atau
memelihara sertifikasi HACCP dan pada persyaratan ISO 17021:2006 lebih
menekankan adanya pengaturan terhadap manajemen ketidakberpihakan yaitu
manajemen yang netral dan transparan.
A.2. Pertanggunggugatan dan keuangan
Pertanggunggugatan dan keuangan diatur dalam klausul 5.3 dari ISO
17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai
pertanggunggugatan dan keuangan ini belum diatur di dalam persyaratan
Pedoman BSN 1001:1999. Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai
manajemen ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil gap analisis klausul Pertanggunggugatan dan keuangan dari ISO
17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999
No. Perihal Hasil gap analisis
1 Hal yang harus dilakukan
Lembaga Sertifikasi
(klausul 5.3.1 s.d 5.3.2
ISO 17021:2006)
Memiliki pengaturan yang cukup (seperti
asuransi dan cadangan), mengevaluasi
keuangan serta melaporkan kepada komite
pengamanan ketidakberpihakan
Dalam klausul ini diatur bahwa lembaga sertifikasi harus mengevaluasi
resiko dan memiliki pengaturan yang cukup untuk pertanggunggugatan dalam hal
bidang teknis maupun wilayah geografis, serta lembaga sertifikasi harus
mengevaluasi keuangan dan sumber pendapatannya dan melaporkan kepada
komite (impartial) bahwa sejak awal hingga berlangsungnya kegiatan tidak ada
tekanan komersial, keuangan dan tekanan lain tidak mengkompromikan
ketidakberpihakan.
58
Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk pengaturan klausul
pertanggunggugatan dan keuangan ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN
1001 adalah bahwa Lembaga Sertifikasi harus memiliki pengaturan yang cukup
(asuransi/cadangan) dan Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya komite
penjamin ketidakberpihakan untuk melaporkan hasil evaluasi keuangan. Asuransi
ataupun dana cadangan tersebut diperlukan jika terjadi kasus perselisihan antara
Lembaga sertifikasi dengan klien sehingga perlu diselesaikan perkara tersebut
melalui jalur hukum, maka keseluruhan biaya yang diperlukan selama
persidangan dan apapun yang terkait maka dapat digunakan dana cadangan
tersebut.
A.3. Komite Pengamanan Ketidakberpihakan
Komite Pengamanan Ketidakberpihakan diatur dalam klausul 6.2 dari ISO
17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai adanya komite
pengamanan ketidakberpihakan belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN
1001:1999.
Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Komite Pengamanan
Ketidakberpihakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil gap analisis klausul Komite Pengamanan Ketidakberpihakan dari
ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999
No. Perihal Hasil gap analisis 1 Struktur lembaga sertifikasi
harus menyediakan suatu komite (klausul 6.2.1 ISO 17021:2006)
Pengembangan kebijakan yang terkait dengan ketidakberpihakan sertifikasi
2 Komposisi, term of reference, kompetensi, dan tanggungjawab komite didokumentasikan serta dan disahkan oleh manajemen puncak (klausul 6.2.2 ISO 17021:2006)
Keseimbangan perwakilan sehingga tidak ada pihak yang dominan dan hak komite untuk mengambil tindakan yang independen jika manajemen puncak tidak memperhatikan sarannya.
3 Membentuk komite yang netral (impartial) (klausul 6.2.3 ISO 17021:2006)
Komite dibentuk terdiri dari: klien, pelanggan klien yang disertifikasi, asosiasi industri perdagangan, pemerintah / regulator, lembaga swadaya masyarakat termasuk konsumen
59
Berdasarkan hasil gap diatas maka untuk klausul Komite Pengamanan
Ketidakberpihakan ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah
bahwa Lembaga Sertifikasi harus membentuk adanya Komite Pengamanan
Ketidakberpihakan, dimana komite ini dibentuk oleh manajemen puncak yang
terdiri dari berbagai pihak untuk membantu dan menjamin pelaksanan sertifikasi
yang netral dan transparan.
A.4. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi
Persyaratan personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi diatur secara
rinci dalam klausul 7.2 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Aturan
mengenai kualifikasi personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi yang diatur
dalam Pedoman BSN 1001-1999 mengatur persyaratan personel lembaga
sertifikasi secara umum tidak dibedakan berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya
dan khusus untuk persyaratan kualifikasi auditor diatur secara terpisah dalam
Pedoman BSN 1003-1999.
Lembaga sertifikasi memastikan bahwa seluruh personel yang terlibat
dalam audit dan proses sertifikasi memiliki atribut personel seperti berpandangan
terbuka, diplomatis, suka memperhatikan, mampu memahami situasi,
menyesuaikan diri, ulet, logis, dan percaya pada diri sendiri. Adapun hasil gap
analisis yang mengatur mengenai Persyaratan personel yang terlibat dalam
kegiatan sertifikasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil gap analisis klausul Persyaratan personel yang terlibat dalam
kegiatan sertifikasi dari ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 yang belum diatur
dalam Pedoman BSN 1001:1999
No. Perihal Hasil gap analisis 1 Personel yang
melaksanakan kontrak review (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul 7.2.2 ISO 22003:2007)
1.Pendidikan: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melaksanakan tinjauan kontrak memiliki pengetahuan berkenaan dengan secondary education 2. Pelatihan keamanan pangan: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak telah lulus pelatihan prinsip HACCP, prinsip manajemen keamanan pangan
60
No. Perihal Hasil gap analisis termasuk program persyaratan dasar, dan standar terkait sistem manajemen keamanan pangan. 3. Pelatihan audit: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak telah lulus pelatihan proses audit berdasarkan panduan yang diberikan dalam ISO 19011. 4. Kompetensi: lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang melakukan tinjauan kontrak menunjukkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam area: klasifikasi pemohon dalam kategori dan sektor rantai pangan, asesmen produk, proses, dan praktek pemohon, distribusi kompetensi dan persyaratan auditor SMKP, penentuan persyaratan waktu dan durasi audit, kebijakan dan prosedur lembaga sertifikasi terkait tinjauan kontrak
2 Personel yang memberikan sertifikasi (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul 7.2.3 ISO 22003:2007)
Lembaga sertifikasi memastikan bahwa personel yang mengambil keputusan pemberian sertifikasi memiliki pendidikan, pelatihan keamanan pangan, pelatihan audit, dan pengalaman kerja seperti yang disyaratkan bagi auditor, yaitu menunjukkan kemampuannya untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam area: prinsip HACCP, pemahaman tentang program persyaratan dasar, identifikasi bahaya keamanan pangan, implementasi dan pengelolaan bahaya keamanan pangan, TKK (CCP) dan kemampuan untuk menilai efektifitas tindakan pengendalian yang dipilih, koreksi dan tindakan koreksi yang dilakukan sehubungan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai pangan, undang-undang dan regulasi terkait keamanan pangan dengan tujuan untuk melaksanakan audit SMKP yang efektif, produk, proses, dan praktek, persyaratan SMKP yang relevan, standar yang relevan, mengases dan meninjau laporan audit atas ketepatan dan kelengkapannya, mengases dan meninjau efektifitas tindakan perbaikan, dan proses sertifikasi
3 Auditor (klausul 7.2
1. Pendidikan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki pengetahuan berhubungan
61
No. Perihal Hasil gap analisis ISO17021:2006 dan klausul 7.2.4 ISO 22003:2007)
dengan post secondary education yang mencakup mikrobiologi umum dan kimia umum, Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki pengetahuan berhubungan dengan post secondary education yang mencakup course dalam kategori industri rantai pangan jika melaksanakan audit SMKP. 2. Pelatihan keamanan pangan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor yang lulus pelatihan: prinsip HACCP, asesmen bahaya, dan analisis bahayadan prinsip manajemen keamanan pangan mencakup program persyaratan dasar. 3. Pelatihan audit: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah lulus pelatihan: teknik audit berdasarkan ISO 19011 dan standar terkait SMKP 4. Pengalaman kerja: untuk kualifikasi pertama bagi auditor dalam satu atau lebih kategori, lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor memiliki minimal 5 tahun penuh pengalaman kerja dalam industri terkait rantai pangan termasuk minimal 2 tahun bekerja dalam jaminan mutu (QA) atau fungsi keamanan pangan dalam produksi pangan atau manufaktur, retail, inspeksi atau yang setara dan lembaga sertifikasi memiliki aturan bahwa total jumlah tahun pengalaman kerja dapat dikurangi satu tahun jika auditor memiliki pendidikan post secondary yang sesuai. 5. Pengalaman audit: untuk kualifikasi pertama, lembaga sertifikasi memastikan bahwa dalam 3 tahun auditor melakukan paling sedikit 12 hari audit sistem manajemen keamanan pangan di paling sedikit 4 organisasi di bawah pimpinan auditor yang berkualifikasi, untuk perluasan kategori baru, lembaga sertifikasi menunjukkan bahwa auditor memiliki kompetensi yang disyaratkan melalui pendidikan yang relevan seperti pelatihan terkait keamanan pangan dalam kategori baru dan 6 bulan pengalaman kerja dalam kategori baru atau 4 audit sistem manajemen keamanan pangan dibawah supervisi auditor berkualifikasi dalam kategori baru, untuk memelihara kualifikasi
62
No. Perihal Hasil gap analisis audior, lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor telah memiliki minimal 5 eksternal audit per tahun termasuk paling sedikit 2 audit sistem manajemen keamanan pangan atau minimal 4 audit lapangan sistem manajemen keamanan pangan atau 10 hari audit sistem manajemen keamanan pangan per tahun. 6. Kompetensi: 6.1. Lembaga sertifikasi merekam kompetensi auditor untuk setiap kategori dan sektor dan menyediakan bukti keberhasilan evaluasi 6.2. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaplikasikan terminologi, pengetahuan, dan ketrampilan dalam area spesifik keamanan pangan berikut: (prinsip HACCP,program persyaratan dasar relevan untuk kategori yang dipertimbangkan, identifikasi bahaya keamanan pangan, metodologi yang digunakan untuk penentuan, penerapan, dan pengelolaan tindakan pengendalian (program persyaratan dasar, operasional persyaratan dasar, dan titik kendali krtitis) dan kemampuan untuk mengakses efektifitas dan tindakan pengendalian yang dipilih, koreksi dan tindakan koreksi yang akan digunakan berhubungan dengan hal keamanan pangan, asesmen bahaya keamanan pangan yang potensial terkait dengan rantai suplai pangan, evaluasi persyaratan dasar relevan yang dapat digunakan termasuk penetapan dan pemilihan metode evaluasi yang sesuai atau panduan untuk persyaratan dasar bagi kategori yang dipertimbangkan, hukum, regulasi dan praktik spesifik sektor, Produk, proses, dan praktik spesifik sektor, Persyaratan sistem manajemen keamanan pangan relevan, Standar keamanan pangan yang relevan 6.3. Lembaga sertifikasi memastikan bahwa auditor menunjukkan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan pada area berikut: a. Prinsip, prosedur dan teknik audit, untuk memungkinkan auditor mengaplikasikan hal tersebut yang sesuai pada audit yang berbeda dan
63
No. Perihal Hasil gap analisis untuk menjamin bahwa audit dilaksanakan dengan cara yang konsisten dan sistematik. Auditor harus mampu: (1) Mengaplikasikan prinsip, prosedur, dan teknik audit; (2) Merencanakan dan mengelola pekerjaan secara efektif; (3) Melakukan audit pada jadwal waktu yang disepakati; (4) Memprioritaskan dan fokus pada hal yang signifikan; (5) Mengumpulkan informasi melalui wawancara, mendengarkan, pengamatan dan pengkajian dokumen, rekaman, dan ada data yang efektif; (6) Memahami kesesuaian dan konsekuensi teknik pengambilan contoh pada audit; (7) Memverifikasi akurasi informasi yang dikumpulkan; (8) Mengkonfirmasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit untuk mendukung temuan audit dan kesimpulan audit; (9) Mengases faktor yang dapat mempengaruhi reabilitas temuan audit dan kesimpulan audit; (10) Menggunakan dokumen kerja untuk merekam kegiatan audit; (11) Mempersiapkan laporan audit; (12) Memelihara kerahasiaan dan keamanan informasi; (13) Mengkomunikasikan secara efektif baik melalui kemampuan bahasa personal atau melalui penerjemah. b.Sistem manajemen dan dokumen acuan: untuk memungkinkan auditor untuk memahami ruang lingkup audit dan kriteria audit. Pengetahuan dan ketrampilan pada area ini mencakup: (1) Aplikasi sistem manajemen pada organisasi yang berbeda; (2) Interaksi anatara komponen sistem manajemen; (3) Standar sistem manajemen keamanan pangan, prosedur berlaku atau dokumen sistem manajemen lainnya yang digunakan sebagai kriteria audit; (4) Kemampuan untuk mengenali perbedaan antara dan prioritas dokumen acuan; (5) Kemampuan untuk mengaplikasikan dokumen acuan pada situasi audit yang berbeda; (6) Sistem dan teknologi informasi untuk otorisasi, keamanan, distribusi, dan pengendalian dokumen, data dan rekaman. c.Situasi organisasi untuk memungkinkan auditor
64
No. Perihal Hasil gap analisis memahami konteks operasi organisasi. Pengetahuan dan ketrampilan dalam area ini harus mencakup: (1) Ukuran, struktur, fungsi, dan hubungan organisasi; (2) Proses bisnis secara umum dan terminologi terkait; (3) Kebiasaan sosial budaya auditi. d.Hukum, regulasi, dan persyaratan lain yang berlaku yang relevan dengan disiplin untuk memungkinkan auditor untuk bekerja dengannya dan menyadari persyaratan yang digunakan organisasi diaudit. Pengetahuan dan ketrampilan pada area ini harus mencakup: (1) Kode, hukum, dan regulasi lokal, regional, dan nasional; (2) Kontrak dan perjanjian; (3) Traktat dan konvensi internasional; (4) Persyaratan lain dimana organisasi terdaftar
4 Tenaga Ahli (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul 7.2.5 ISO 22003:2007)
1. Pendidikan: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengetahuan berkorespondensi pendidikan post secondary dalam industri rantai pangan yang akan diaudit, dalam proses yang akan diaudit dan dalam bahaya keamanan pangan berlaku bagi sektor 2. Pengalaman kerja: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli memiliki pengalaman kerja pada area teknis mereka 3. Kompetensi: Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tenaga ahli menunjukkan kemampuan untuk menyediakan keahlian pada area teknis mereka
5 Pemilihan Tim Audit (klausul 7.2 ISO17021:2006 dan klausul 7.2.6 ISO 22003:2007)
Lembaga sertifikasi memastikan bahwa tim audit sistem manajemen keamanan pangan memiliki kompetensi dalam menerapkan persyaratan dasar dan HACCP dalam sektor yang diaudit, dalam proses yang diaudit, dan dalam bahaya keamanan pangan yang berlaku bagi sektor.
Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Persyaratan
personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi ini yang belum diatur dalam
Pedoman BSN 1001 adalah bahwa belum ditetapkan persyaratan terhadap
Personel yang melaksanakan kontrak review dan Personel yang memberikan
sertifikasi.
65
Persyaratan kualifikasi auditor pada ISO 17021 persyaratan yang
ditetapkan menjadi lebih tinggi dan lebih sulit, seperti Persyaratan kualifikasi
auditor pada Pedoman BSN 1001 harus memenuhi Pedoman BSN 1003:1999
Kriteria Auditor Sertifikasi dimana pengalaman kerja yang ditetapkan untuk
seorang auditor lulusan S1/S2/S3 di bidang kimia, biologi, farmasi, pangan, atau
pertanian cukup dengan memiliki pengalaman kerja 1 tahun di bidang keamanan
pangan, sedangkan dalam ISO 17021 seorang auditor harus memiliki minimal 5
tahun penuh pengalaman kerja dalam industri terkait rantai pangan termasuk
minimal 2 tahun bekerja dalam jaminan mutu (QA) atau dapat dikurangi 1 tahun
jika memiliki pendidikan post secondary sesuai. Untuk pengalaman asesmen
seorang auditor yang ditetapkan oleh Pedoman BSN 1003 adalah telah melakukan
2 kali audit kecukupan dan melakukan 5 kali asesmen berdasarkan SNI 01 4852
1998, sedangkan pada ISO 17021 dalam 3 tahun auditor melakukan paling sedikit
12 hari audit SMKP di paling sedikit 4 organisasi di bawah pimpinan auditor yang
berkualifikasi. Kriteria lainnya adalah pelatihan, jika pada Pedoman BSN 1003
bahwa persyaratan auditor cukup dengan lulus pelatihan auditor sertifikasi
sedangkan pada ISO 17021 lulus pelatihan prinsip HACCP, prinsip manajemen
keamanan pangan mencakup PPD, teknik audit berdasar ISO 19011, standar
terkait SMKP.
Seleksi tenaga ahli teknis yang digunakan dalam kegiatan sertifikasi
merupakan point yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 sedangkan pada
ISO 17021 telah ditetapkan bahwa Lembaga sertifikasi harus menetapkan proses
seleksi, pelatihan, kewenangan auditor dan seleksi tenaga ahli teknis yang
digunakan dalam kegiatan sertifikasi termasuk observasi pada audit lapangan
untuk evaluasi awal kompetensi personel tersebut.
A.5. Informasi yang dapat diakses publik
Informasi yang dapat diakses publik diatur dalam klausul 8.1 dari ISO
17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai kewajiban adanya
informasi yang dapat diakses publik belum diatur di dalam persyaratan Pedoman
BSN 1001:1999.
66
Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Informasi yang dapat diakses
publik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil gap analisis klausul Informasi yang dapat diakses publik dari ISO
17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999
No Perihal Hasil gap analisis
1 Informasi-informasi
yang wajib dapat
diakses publik
(klausul 8.1.1 s.d 8.1.4 ISO 17021:2006)
Informasi tentang proses audit, proses sertifikasi,
tipe sistem manajemen dan wilayah geografi,
informasi tentang pemberian, penundaan, atau
pencabutan sertifikasi, dan
lembaga sertifikasi harus menyediakan cara
untuk mengkonfirmasi validitas suatu sertifikasi.
Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Informasi yang
dapat diakses publik ini yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah
bahwa informasi-informasi tentang proses audit, proses sertifikasi, pemberian,
penundaan dan pencabutan sertifikasi sebenarnya telah diatur dalam Pedoman
BSN 1001 hanya tidak wajib atau belum ditetapkan bahwa informasi-informasi
tersebut harus dapat diakses pula oleh publik, karena sebelumnya tidak wajib
maka lembaga sertifikasi sebagian besar tidak menginformasikan mengenai proses
sertifikasi, pemberian, penundaan dan pencabutan sertifikasi atas pertimbangan
bisnis.
A.6. Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya
Pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya diatur dalam
klausul 8.6 dari ISO 17021:2006 maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan
mengenai pertukaran informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya belum
diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999.
Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Pertukaran informasi
antara lembaga sertifikasi dan kliennya dapat dilihat pada Tabel 8.
67
Tabel 8. Hasil gap analisis klausul Pertukaran informasi antara lembaga
sertifikasi dan kliennya dari ISO 17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman
BSN 1001:1999
No Perihal Hasil gap analisis 1 Informasi kegiatan dan
persyaratan sertifikasi (klausul 8.6.1 ISO 17021:2006)
Uraian rinci kegiatan dan proses sertifikasi, persyaratan dan biaya, mensyaratkan klien untuk memenuhi, mengatur untuk audit, dan mengizinkan observer, dan persyaratan lembaga sertifikasi berkenaan dengan acuan sertifikasi dan tanda.
2 Pemberitahuan perubahan lembaga sertifikasi (klausul 8.6.2 ISO17021:2006)
Lembaga sertifikasi harus memberitahukan klien setiap perubahan persyaratan, dan memverifikasi bahwa setiap klien tersertifikasi sesuai dengan persyaratan yang baru
3 Pemberitahuan perubahan oleh klien (klausul 8.6.3 ISO17021:2006)
Lembaga sertifikasi harus memiliki pengaturan secara legal untuk menjamin klien menginformasikan lembaga sertifikasi mengenai perubahan yang berkaitan dengan: legal, komersial, status organisasi atau kepemilikan, organisasi atau manajemen, alamat penghubung ,ruang lingkup sertifikasi, dan perubahan utama terhadap sistem manajemen dan proses
Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Pertukaran
informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya yang belum diatur dalam
Pedoman BSN 1001 adalah bahwa informasi tentang persyaratan sertifikasi,
pemberitahuan perubahan lembaga sertifikasi dan pemberitahuan perubahan oleh
klien tentunya sudah dimiliki oleh suatu lembaga sertifikasi dan yang belum
diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah mengenai kewajiban adanya pertukaran
informasi antara lembaga sertifikasi dan kliennya, jadi lembaga sertifikasi wajib
memberitahukan hal-hal apapun yang merupakan informasi yang terkait dengan
sertifikasi secara transparan.
68
A.7. Audit dan Sertifikasi Awal
Audit dan sertifikasi awal diatur dalam klausul 9.2 dari ISO 17021:2006
maupun ISO 22003:2007. Tetapi aturan mengenai audit dan sertifikasi awal
belum diatur di dalam persyaratan Pedoman BSN 1001:1999.
Adapun hasil gap analisis yang mengatur mengenai Audit dan Sertifikasi
Awal dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil gap analisis klausul Audit dan Sertifikasi Awal dari ISO
17021:2006 yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001:1999
No Perihal Hasil gap analisis 1 Permohonan
(klausul 9.2.1 ISO17021:2006 )
Lembaga sertifikasi harus mensyaratkan pemohon untuk memberikan informasi untuk menetapkan hal berikut: (1) Ruang lingkup sertifikasi yang diinginkan; (2) Nama, alamat, tapak, aspek signifikan, kewajiban hukum; (3) Informasi yang sesuai dengan bidang sertifikasi, sumber daya, hubungan dengan organisasi yang lebih besar; (4) Informasi yang berkaitan dengan proses yang disubkontrakkan; (5) Standar atau persyaratan sertifikasi; (6) Penggunaan konsultasi terkait dengan sistem manajemen
2 Tinjauan permohonan (klausul 9.2.2 ISO17021:2006 )
1. Lembaga sertifikasi meninjau permohonan untuk menjamin: (1) Informasi yang cukup untuk suatu audit; (2) Persyaratan yang ditetapkan kepada pemohon; (3) Setiap perbedaan diselesaikan; (4) Lembaga sertifikasi mempunyai kompetensi dan kemampuan untuk memberikan sertifikasi; (5) Ruang lingkup, lokasi, waktu audit, bahasa, ancaman keamanan atau ketidakberpihakan yng dipertimbangkan; (6) Rekaman justifikasi unuk menerima klien dipelihara 2. Berdasarkan kajian permohonan, lembaga sertifikasi menetapkan kompetensi yang dibutuhkan tim audit dan keputusan sertifikasi 3. Penunjukkan tim audit secara keseluruhan
69
No Perihal Hasil gap analisis memiliki kompetensi yang dibutuhkan 4. Penunjukkan personil yang mengambil keputusan sertifikasi memiliki kompetensi yang dibutuhkan
3 Audit sertifikasi awal harus dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 dan tahap 2 (klausul 9.2.3 ISO17021:2006 )
1. Audit tahap 1 1.1. Audit tahap 1 harus dilaksanakan untuk: (1) Audit dokumentasi sistem manajemen; (2) Evaluasi tapak dan personel untuk menetapkan kesiapan audit tahap 2; (3) Mengkaji pengertian klien dan mengidentifikai kinerja kunci atau aspek yang signifikan berkaitan dengan lingkup dan operasi sistem manajemen; (4) Mengumpulkan informasi yang penting berkaitan dengan ruang lingkup dan persyaratan perundang-undangan yang terkait dengan operasi klien; (5) Meninjau alokasi sumberdaya dan persetujuan klien atas rincian audit tahap 2; (6) Memberi fokus dalam perencanaan audit tahap 2 dengan pemahaman yang cukup mengenai sistem manajemen klien, operasi tapak dan aspek yang signifikan; (7) Mengevaluasi apakah audit internal dan tinjauan manajemen dilaksanakan dan bahwa level implementasi substansi sistem manajemen menunjukkan bahwa klien siap untuk audit tahap 2 1.2. Audit tahap 1 harus didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada klien, termasuk identifikasi setiap area of concern 1.3. Dalam penyusunan audit tahap 2, harus diberikan pertimbangan terhadap waktu yang diperlukan klien untuk menyelesaikan area of concern yang teridentifikasi dalam audit tahap 1 2. Audit tahap 2 Tujuannya adalah untuk mengevaluasi penerapan, trmasuk efektifitas sistem manajemen klien. Audit tahap 2 harus dilakukan di tapak (site). Audit tahap 2 harus mencakup: (1) Bukti
70
No Perihal Hasil gap analisis kesesuaian terhadap seluruh persyaratan; (2) Kinerja terhadap sasaran dan target; (3) Kinerja berkaitan dengan kesesuaian dengan peraturan hukum; (4) Pengendalian operasional dari proses; (5) Audit internal dan tinjauan manajemen; (6) Tanggung jawab manajemen atas kebijakan klien; (7) Hubungan antara persyaratan, kebijakan, sasaran dan target kinerja konsisten dengan harapan standar, persyaratan hukum, tanggungjawab, kompetensi personel, operasi, data kinerja, dan kesimpulan audit internal.
4 Kesimpulan audit sertifikasi awal (klausul 9.2.4 ISO17021:2006 )
Tim audit harus menganalisis seluruh informasi dan bukti audit dari audit tahap 1 dan tahap 2 untuk menyetujui kesimpulan audit
5 Informasi pemberian sertifikasi awal (klausul 9.2.5 ISO17021:2006 )
1. Informasi yang diberikan oleh tim audit untuk keperluan keputusan sertifikasi harus mencakup laporan audit (tahap 1 dan tahap 2) yang berisi: (1) Komentar tentang ketidaksesuaian, koreksi, dan tindakan korektif; (2) Konfirmasi tentang informasi yang digunakan dalam tinjauan permohonan seperti jumlah pegawai untuk menetapkan durasi audit dan penggunaan konsultan; (3) Rekomendasi tim audit untuk atau diberikan sertifikasi atau tidak 2. Lembaga sertifikasi harus membuat keputusan sertifikasi berdasarkan temuan audit dan kesimpulan serta informasi relevan lainnya.
Berdasarkan hasil gap analisis diatas maka untuk klausul Audit dan
Sertifikasi Awal yang belum diatur dalam Pedoman BSN 1001 adalah bahwa
sistem audit dan sertifikasi awal tidak ditetapkan dengan menggunakan pola audit
tahap 1 dan audit tahap 2 tetapi dengan pola audit kecukupan yaitu melakukan
audit terhadap dokumen mutu suatu organisasi yang dibandingkan dengan
71
persyaratan yang telah ditetapkan atau yang akan diimplementasikan serta audit
lapang.
B. PENYESUAIAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN BERDASARKAN ISO/IEC 17021:2006 dan ISO/TS 22003:2007
Setelah gap analisis selesai dibuat maka dapat dilihat adanya beberapa
ketentuan yang sebelumnya tidak diatur dalam persyaratan lembaga sertifikasi
sistem HACCP yaitu Pedoman BSN 1001-1999 tetapi merupakan suatu
persyaratan yang ditentukan di dalam klausul-klausul ISO 17021:2006, karena itu
diperlukan penyesuaian implementasi sistem manajemen lembaga sertifikasi
untuk dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Penyesuaian implementasi sistem manajemen lembaga sertifikasi dengan
memperbaiki dokumen manual mutu guna memenuhi persyaratan ISO
17021:2006.
Di dalam manual mutu lembaga sertifikasi sistem HACCP yang akan
mengimplementasi ISO 17021:2006 agar memenuhi persyaratan akreditasi
lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan ada beberapa
kekurangan yang perlu ditambahkan dan diperbaiki.
Adapun beberapa perubahan pada manual mutu agar dapat sesuai dengan
persyaratan ISO 17021:2006 adalah sebagai berikut:
B.1. Manajemen ketidakberpihakan
B.1.1. Komitmen manajemen puncak
Untuk menjamin bahwa dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen,
lembaga sertifikasi memiliki komitmen terhadap ketidakberpihakan yang sesuai
dengan ketentuan ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007, maka manajemen
puncak lembaga sertifikasi menyatakan komitmennya terhadap ketidakberpihakan
yang tercantum dalam kebijakan mutu yang dapat diakses publik, seperti website
lembaga sertifikasi.
B.1.2. Analisa ketidakberpihakan
Komitmen manajemen puncak terhadap prinsip ketidakberpihakan dalam
melaksanakan kegiatan sertifikasi sistem manajemen, mengelola konflik
72
kepentingan, dan menjamin objektivitas kegiatan sertifikasi sistem manajemen,
maka manajemen puncak membuat suatu prosedur manajemen ketidakberpihakan
yang meliputi tanggungjawab dan kegiatan manajemen puncak dalam menetapkan
prinsip ketidakberpihakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan
mendokumentasikan kemungkinan konflik kepentingan yang timbul dari
penyediaan jasa sertifikasi termasuk setiap konflik yang timbul dari hubungan
kerjanya.
B.1.3. Hubungan yang menunjukkan ancaman ketidakberpihakan
Agar dapat menjamin bila ada hubungan yang menunjukkan ancaman
ketidakberpihakan maka di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan
dideskripsikan pula bahwa lembaga sertifikasi mengidentifikasi dan menganalisa
sumber-sumber yang berpotensi yang mengancam ketidakberpihakan, seperti
konflik yang timbul dari hubungan kerja yang dapat menciptakan ancaman
terhadap ketidakberpihakan yang didasarkan pada: kepemilikan, orang yang
menentukan, manajemen, personel, sumberdaya bersama dan keuangan, sehingga
bila ada suatu hubungan menunjukkan ancaman ketidakberpihakan tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi,maka lembaga sertifikasi harus dapat memutuskan
bahwa sertifikasi tidak dapat diberikan kepada calon klien tersebut.
B.1.4. Lembaga sertifikasi tidak boleh mensertifikasi lembaga sertifikasi lainnya.
Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen
ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak mensertifikasi lembaga
sertifikasi lain untuk kegiatan sertifikasi sistem manajemennya.
B.1.5. Lembaga sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak
boleh menawarkan konsultasi. Adanya pernyataan yang jelas di dalam prosedur
manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak menyediakan jasa
konsultan sistem manajemen kepada klien yang disertifikasi.
B.1.6. Lembaga sertifikasi dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak
boleh memberikan audit internal kepada klien yang disertifikasi. Adanya
pernyataan yang jelas di dalam prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa
lembaga sertifikasi tidak menawarkan atau menyediakan jasa audit internal
kepada klien yang disertifikasi.
73
B.1.7. Lembaga sertifikasi tidak boleh meng-outsource audit kepada suatu
organisasi konsultan sistem manajemen. Adanya pernyataan yang jelas di dalam
prosedur manajemen ketidakberpihakan bahwa lembaga sertifikasi tidak
menyediakan jasa audit kepada organisasi konsultan sistem manajemen.
B.1.8. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi sistem manajemen.
Lembaga sertifikasi mensyaratkan personel, baik internal maupun eksternal untuk
mengungkapkan seluruh kegiatan, pengalaman, atau keterlibatan dalam organisasi
dalam dokumen curriculum vitae untuk mengidentifikasi ancaman terhadap
ketidakberpihakan.
B.2. Pertanggunggugatan dan keuangan
Memastikan keuangan lembaga sertifikasi selalu dalam kondisi stabil dan
menjamin bahwa sejak awal dan selama berlangsungnya kegiatan sertifikasi tidak
ada tekanan komersial, keuangan atau tekanan lainnya yang mengkompromikan
ketidakberpihakan maka personel yang bertanggungjawab terhadap keuangan di
lembaga sertifikasi, mengatur input dan output perusahaan lembaga sertifikasi
dalam rangka mengevaluasi resiko yang timbul dari kegiatan sertifikasi. Untuk
menanggung pertanggunggugatan yang timbul dari aktifitas operasionalnya,
diupayakan dengan adanya dana cadangan atau asuransi untuk mengantisipasi hal
tersebut.
Lembaga sertifikasi membuat prosedur pertanggunggugatan dan keuangan
yang bertujuan untuk menjelaskan proses melakukan pertanggunggugatan serta
memberi informasi bahwa lembaga sertifikasi memiliki pengaturan yang cukup
untuk menanggung pertanggunggugatan yang timbul dari operasinya dalam setiap
bidang kegiatam dan wilayah geografi dimana lembaga sertifikasi beroperasi.
Prosedur pertanggunggugatan dan keuangan dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pertanggunggugatan diberikan oleh lembaga sertifikasi apabila terjadi hal-hal
berikut: (1) Terjadi penyimpangan-penyimpangan prosedur yang dilakukan oleh
tim auditor lembaga sertifikasi selama proses audit sertifikasi sistem manajemen;
(2) Tim auditor melakukan justifikasi ketidaksesuaian tidak berdasarkan bukti
yang ada; (3) Tim auditor melakukan tindakan yang menyimpang
74
2. Pertanggunggugatan dilakukan apabila lembaga sertifikasi tidak melakukan
kewajibannya sesuai yang tercantum dalam syarat dan aturan sertifikasi sistem
manajemen dari Komite Akreditasi Nasional
3. Klien mengajukan permohonan pertanggunggugatan ke lembaga sertifikasi
melalui surat tertulis yang dikirim kepada lembaga sertifikasi
4. Manajemen puncak lembaga sertifikasi dan klien melakukan musyawarah
untuk mencapai mufakat, apabila tercapai kata mufakat maka kedua belah pihak
baik lembaga sertifikasi maupun klien berkewajiban menyelesaikan hal-hal yang
terdapat dalam kesepakatan tersebut. Namun apabila tidak tercapai kata mufakat,
maka lembaga sertifikasi dan klien dapat menyelesaikannya melalui pengadilan
negeri di wilayah geografis lembaga sertifikasi atau yang sudah disepakati oleh
kedua belah pihak pada saat penandatanganan kontrak kerja.
B.3. Komite Pengamanan Ketidakberpihakan
Menjamin ketidakberpihakan lembaga sertifikasi membentuk suatu
Komite Pengamanan Ketidakberpihakan (KPK) yang juga termasuk di dalam
struktur organisasi lembaga sertifikasi.
Pembentukan Komite Pengamanan Ketidakberpihakan:
1. Tujuan pembentukan komite ketidakberpihakan: (1) Membantu pengembangan
kebijakan yang berkaitan dengan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasi
lembaga sertifikasi; (2) Melakukan aksi balik terhadap setiap kecenderungan
pada bagian lembaga sertifikasi yang memperbolehkan pertimbangan
komersial atau pertimbangan lainnya yang mencegah konsistensi ketentuan
objektivitas kegiatan sertifikasi; (3) Memberikan saran pada hal-hal yang
mempengaruhi kepercayaan serifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi
publik.
2. Lembaga sertifikasi menentukan komposisi personel yang menjadi komite
pengamanan ketidakberpihakan, untuk menjamin keterwakilan pihak yang
berkepentingan secara seimbang sehingga tidak ada kepentingan tunggal yang
mendominasi, maka komite pengamanan ketidakberpihakan dibentuk dengan
komposisi sebagai berikut: (1) Personel perwakilan dari lembaga layanan
pemerintah, misalnya institusi pendidikan pemerintah; (2) Personel perwakilan
dari lembaga swadaya masyarakat atau lembaga konsumen, misalnya yayasan
75
lembaga konsumen indonesia; (3) Personel perwakilan lembaga pemerintah,
misalnya Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, atau Badan
Pengawas Obat dan Makanan; (4) Personel perwakilan industri yang
menggunakan jasa sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan, misalnya
industri pabrik makanan atau minuman, restaurant atau catering
3. Lembaga sertifikasi menentukan persyaratan kompetensi personel yang
menjadi komite pengamanan ketidakberpihakan, untuk menjamin
keterwakilan pihak yang berkepentingan secara kompeten dapat menjalankan
fungsinya, maka komite pengamanan ketidakberpihakan dibentuk dengan
persyaratan kompetensi sebagai berikut: (1) Merupakan personel perwakilan
dari lembaga atau institusi yang telah ditetapkan lembaga sertifikasi; (2)
Memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap sistem manajemen keamanan
pangan; (3) Tidak memiliki catatan cacat hukum; (4) Tidak ada hubungan
secara personel terhadap personel di lembaga sertifikasi
4. Lembaga sertifikasi menentukan personel baik secara komposisi maupun sesuai
persyaratan kompetensi komite pengamanan ketidakberpihakan, maka lembaga
sertifikasi membentuk komite pengamanan ketidakberpihakan yang disahkan
dengan suatu Surat Keputusan (SK) dari manajemen puncak.
5. Lembaga sertifikasi dan personel yang sudah ditentukan sebagai komite
pengamanan ketidakberpihakan masing-masing pihak menandatangani kontrak
kerjasama dimana masing-masing pihak sepakat mengikatkan diri satu sama
lain dengan ketentuan sebagai berikut:
5.1. Pihak selaku komite pengamanan ketidakberpihakan mempunyai
kewajiban sebagai berikut: (1) Membantu pengembangan kebijakan yang
berkaitan dengan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasi lembaga sertifikasi; (2)
Melakukan aksi balik terhadap setiap kecenderungan pada bagian di pihak
lembaga sertifikasi yang memperbolehkan pertimbangan komersial atau
pertimbangan lainnya yang mencegah konsistensi ketentuan objektivitas
kegiatan sertifikasi; (3) Memberikan saran pada hal-hal yang mempengaruhi
kepercayaan sertifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi publik; (4)
Melakukan kajian, minimal satu tahun sekali, mengenai ketidakberpihakan
dalam proses audit, sertifikasi dan pengambilan keputusan pihak lembaga
76
sertifikasi; (5) Menjaga kerahasiaan komite pengamanan ketidakberpihakan
baik secara teknis maupun ekonomis dan menjaga kerahasiaan data klien
lembaga sertifikasi baik identitas, data teknis maupun ekonomis dari pihak lain
yang tidak terkait.
Hak dari komite pengamanan ketidakberpihakan jika manajemen puncak
lembaga sertifikasi tidak menghormati saran dari komite pengamanan
ketidakberpihakan, pihak komite pengamanan ketidakberpihakan berhak
melakukan tindakan independen, seperti menginformasikan kepada pihak yang
berwenang atau badan akreditasi. Tetapi dalam melakukan tindakan
independen tersebut, komite pengamanan ketidakberpihakan harus
menghormati persyaratan kerahasiaan yang berkaitan dengan klien dari
lembaga sertifikasi.
5.2. Lembaga sertifikasi selaku pemberi tugas mempunyai kewajiban sebagai
berikut: (1) Harus memiliki komitmen terhap ketidakberpihakan dalam
kegiatan sertifikasi sistem manajemen; (2) Harus mengidentifikasi,
menganalisis, dan mendokumentasikan kemungkinan konflik yang timbul dari
hubungan kerjanya; (3) Menyediakan akses terhadap seluruh informasi yang
diperlukan agar pihak komite pengamanan ketidakberpihakan mampu
memenuhi fungsinya.
Hak dari Lembaga sertifikasi selaku pemberi tugas yaitu jika pihak komite
pengamanan ketidakberpihakan tidak memenuhi kewajibannya diatas, maka
pihak lembaga sertifikasi dapat mengganti atau menghentikan kerjasama
dengan atas nama pihak lembaga sertifikasi.
B.4. Personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi
Kegiatan operasional jasa sertifikasi dilaksanakan oleh personel yang
terlibat dalam kegiatan sertifikasi yang meliputi: (1) Personel yang melaksanakan
tinjauan kontrak adalah personel yang menilai kemampuan dari tim auditor yang
dimiliki dengan pekerjaan yang akan dilakukan, misalnya ruang lingkup yang
diajukan oleh industri pangan memang sudah masuh dalam ruang lingkup
akreditasi dan auditor memiliki kualifikasi yang cukup untuk melakukan audit
terhadap ruang lingkup tersebut; (2) Personel yang memberikan sertifikasi; (3)
Lead Auditor dan Auditor; (4) Tenaga ahli teknis
77
Untuk menjamin personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi
memenuhi kompetensi dan prinsip sertifikasi yang ditetapkan dan sesuai
persyaratan maka divisi penyediaan sumber daya manusia menetapkan dan
mengimplementasikan prosedur yang menjadi acuan dalam melaksanakan proses
rekruitmen personel, evaluasi kompetensi serta pelaksanaan training dalam rangka
peningkatan kompetensi personel yang terlibat dalam proses sertifikasi.
Prosedur yang menjadi acuan dalam melaksanakan (1) proses rekruitmen
personel; (2) evaluasi kompetensi personel; (3) pelaksanaan training yang telah
ditetapkan bertujuan untuk memastikan karyawan yang diterima memiliki
pengetahuan yang sesuai dengan tipe sistem manajemen dan kompetensi yang
diperlukan untuk setiap bidang teknis dan untuk setiap fungsi dalam organisasi,
dan untuk memastikan kinerja karyawan dievaluasi secara objektif dan periodik
sehingga dapat ditetapkan dan dilakukan langkah-langkah perbaikan,
pengembangan, dan pelatihan yang tepat.
Berikut penjelasan masing-masing prosedur tersebut:
1.Proses rekruitmen personel
Proses seleksi yang dilakukan oleh divisi penyediaan sumber daya
manusia terdiri dari: (1) Mengevaluasi permohonan karyawan baru atau auditor/
tenaga ahli kontrak atau outsource; (2) Untuk auditor/ tenaga ahli kontrak/ out
source dilakukan seleksi curriculum vitae yang kemudian disetujui dan dilakukan
kontrak. Kontrak juga diberlakukan untuk komite teknis maupun komite
pengamanan ketidakberpihakan; (3) Melakukan proses identifikasi dan klarifikasi
spesifikasi yang dibutuhkan serta mendiskusikan proses rekruitment yang akan
ditempuh; (4) Melakukan proses pencarian kandidat melalui data base yang ada,
iklan, dan atau media lain; (5) Menyeleksi curriculum vitae sesuai dengan
kualifikasi; (6) Memohon kehadiran kandidat untuk wawancara dan psikotest; (7)
Melakukan diskusi dengan penanggungjawab divisi sehubungan dengan hasil
tahapan rekruitmen yang telah dilakukan; (8) Mengevaluasi kandidat, melakukan
negosiasi dan menetapkan lokasi kerja kepada calon karyawan; (9) Membuat
perjanjian kerja
Penilaian kompetensi awal karyawan dilakukan dengan cara: (1)
Karyawan baru menjadi auditor observer sebelum dapat melaksanakan tugas dan
78
tanggungjawabnya sebagai auditor; (2) Karyawan baru yang merupakan calon
auditor dievaluasi kompetensinya yang mencakup peragaan atribut personel dan
kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan selama audit; (3) Karyawan baru dievaluasi kompetensinya selama
masa percobaan yaitu 3 bulan terhitung dari hari pertama masuk bergabung
dengan lembaga sertifikasi
2. Evaluasi kompetensi terdiri dari: (1) Menetapkan kompetensi karyawan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan fungsinya masing-masing dan menetapkan
kewajiban, tanggung jawab dan kewenangan untuk setiap personel; (2)
Mengevaluasi kinerja karyawan (auditor dan manajemen) setahun sekali. Evaluasi
kinerja seluruh personil yang terlibat juga didasarkan pada frekuensi penugasan
dan tingkat resiko kegiatan; (3) Mendiskusikan hasil penilaian beserta kompensasi
dan reward/punishment ; (4) Mendiskusikan langkah perbaikan atau
pengembangan yang akan dilakukan. Perbaikan atau pengembangan dapat
dilakukan melalui training atau promosi jabatan.
3. Melakukan analisa kebutuhan training spesifik yang terkait dengan keamanan
pangan ataupun teknologi pangan berdasarkan evaluasi kompetensi terhadap
masing-masing karyawan untuk menjamin karyawan kompeten untuk
melaksanakan fungsinya, merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan training
orientasi karyawan baru serta menyusun rencana dan program training tahunan.
B.5. Informasi yang dapat diakses publik
Untuk memastikan informasi yang tersedia dan dapat diakses oleh klien atau
pangsa pasar sesuai persyaratan ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007 maka akses
publik dibuat melalui website lembaga sertifikasi terhadap informasi yang
menjelaskan proses sertifikasi, tipe sistem manajemen dan wilayah geografi
tempat lembaga sertifikasi beroperasi.Informasi mengenai sertifikat sistem
manajemen keamanan pangan suatu badan usaha yang telah diberikan, dicabut,
atau dibekukan dimutakhirkan melalui website lembaga sertifikasi.
79
B.6. Pertukaran informasi antara Lembaga sertifikasi dan kliennya
Lembaga sertifikasi memberikan informasi mengenai kegiatan sertifikasi,
persyaratan normatif, informasi biaya sertifikasi dan kelanjutannya dalam bentuk
proposal sertifikasi serta acuan sertifikasi mengenai hak dan kewajiban lembaga
sertifikasi dan klien.
Syarat dan aturan sertifikasi:
1. Umum
1.1 Untuk maksud sertifikasi, Lembaga sertifikasi merupakan lembaga yang
independen, memiliki kompetensi dan kepercayaan yang diperlukan
untuk menilai sistem manajemen keamanan pangan serta
mengikutsertakan pihak yang berkepentingan secara seimbang dalam
proses sertifikasi tanpa adanya dominasi kepentingan.
1.2 Pemberian, pemeliharaan dan perpanjangan sertifikasi hanya akan
diberikan untuk batas waktu yang : (1) memiliki status hukum; (2)
memenuhi standar SNI 01 4852 1998, CAC/RCP1 1969, Rev4,2003, ISO
22004 dan ISO 22005; (3) membayar biaya yang berkaitan dengan
sertifikasi kepada Lembaga sertifikasi.
1.3 Lembaga sertifikasi menetapkan prosedur sertifikasi, yaitu persyaratan
pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penundaan, dan
pencabutan sertifikasi. Jika diperlukan, Lembaga sertifikasi merubah,
menambahkan atau menghapuskan tiap bagian dari peraturan dengan
memberitahukan perubahan yang terjadi kepada badan usaha yang telah
disertifikasi dan memberi waktu yang memadai untuk melakukan
penyesuaian seperlunya terhadap perubahan dokumentasi sistem agar
sesuai dengan perubahan persyaratan dan peraturan-peraturan yang baru.
Badan usaha yang telah disertifikasi harus memberitahukan kepada
Lembaga sertifikasi jika penyesuaian telah dilaksanakan seluruhnya.
1.4 Lembaga sertifikasi menerbitkan publikasi tentang prosedur permohonan
dan proses sertifikasi badan usaha.
80
1.4.1 Berkas permohonan sertifikasi berlaku 2 tahun sejak tanggal
permohonan dan tidak berlaku lagi pada tanggal terakhir dari
periode 2 tahun tersebut jika sertifikasi belum dapat diberikan.
1.4.2 Sertifikat Sistem manajemen keamanan pangan dari Lembaga
sertifikasi berlaku 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dan dapat
diperpanjang setiap 3 tahun sesuai dengan persyaratan dan
peraturan. Sertifikat Sistem HACCP dari Lembaga sertifikasi tidak
boleh dialihkan.
1.4.3 Semua badan usaha yang telah disertifikasi akan dimuat dalam
“Direktori badan usaha yang telah disertifikasi oleh Lembaga
sertifikasi.”
1.5 Lembaga sertifikasi melaksanakan survailen terhadap badan usaha yang
telah disertifikasi minimum setahun sekali, disesuaikan dengan keadaan
klien dan jika diperlukan apabila adanya issue ataupun kasus yang terkait
dengan keamanan pangan Lembaga sertifikasi melakukan survailen yang
tidak terjadwal.
1.6 Pengurangan, penundaan, pencabutan sertifikasi dan banding :
1.6.1 Lembaga sertifikasi dapat menunda atau mencabut sertifikasi
mengurangi lingkup sertifikasi atau menilai kembali badan usaha,
jika ada : (1) perubahan personel inti tim sistem manajemen
keamanan pangan dari badan usaha; (2) pelanggaran persyaratan
dan peraturan sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan; (3)
kegagalan dalam membantu auditor Lembaga sertifikasi selama
melakukan tugas resminya.
1.6.2 Lembaga sertifikasi dapat mencabut sertifikasi jika suatu badan
usaha yang telah disertifikasi: (1) dimiliki perorangan dan pemilik
yang bersangkutan dinyatakan bangkrut atau menjadi bagian dari
krediturnya; (2) merupakan suatu badan usaha yang dalam tahap
dilikuidasi.
1.6.3 Lembaga sertifikasi menetapkan periode penundaan dan selama
periode penundaan Lembaga sertifikasi dapat membatalkan
sertifikat sistem manajemen keamanan pangan jika badan usaha
81
yang telah disertifikasi ditemukan tidak mampu memenuhi
persyaratan.
1.6.4 Sebelum Lembaga sertifikasi menunda atau membatalkan sertifikat
sistem manajemen keamanan pangan, Lembaga sertifikasi
menerbitkan pemberitahuan dan alasan kepada badan usaha yang
bersangkutan dalam jangka waktu 14 hari sejak pemberitahuan
diterima dan sebelum tanggal penetapan.
1.6.5 Jika Lembaga sertifikasi menerima permohonan banding secara
tertulis, Lembaga sertifikasi mempertimbangkan penjelasan yang
telah diberitahukan oleh badan usaha. Jika Lembaga sertifikasi
tidak menerima permohonan banding secara tertulis atau Lembaga
sertifikasi menyimpulkan penjelasan yang diterima dari badan
usaha tidak memuaskan, setelah masa 14 hari, Lembaga sertifikasi
menunda dan mencabut sertifikat badan usaha dan
memberitahukan kepada badan usaha secara tertulis. Badan usaha
yang telah dicabut sertifikatnya harus mengembalikan sertifikat
kepada Lembaga sertifikasi.
1.6.6 Selama periode sertifikasi, jika badan usaha yang telah disertifikasi
tidak dapat memenuhi suatu persyaratan sertifikasi, tetapi menurut
Lembaga sertifikasi ketidakberhasilan tersebut bersifat sementara
dan tidak mengakibatkan pencabutan sertifikat, Lembaga
sertifikasi berhak membekukan sertifikat sebagian atau seluruh
ruang lingkup sertifikat.
1.7 Semua informasi yang diperoleh Lembaga sertifikasi dalam proses
pemberian, pemeliharaan dan perpanjangan sertifikasi akan diperlakukan
secara rahasia antara Lembaga sertifikasi dan badan usaha yang telah
disertifikasi. Informasi hanya diberikan kepada pihak lain yang
berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau izin tertulis dari badan usaha. Semua personel Lembaga
sertifikasi dan pihak yang terkait harus mengetahui dan patuh terhadap
persyaratan kerahasiaan ini.
82
1.8 Hak dan Kewajiban Badan Usaha
Badan usaha mempunyai hak untuk : (1) Mengajukan naik banding,
keluhan dan penyelesaian perselisihan kepada Lembaga sertifikasi; (2)
Mendapatkan informasi setiap adanya perubahan persyaratan sertifikasi;
(3) Mendapatkan penjelasan yang diperlukan bila ruang lingkup sertifikasi
yang diminta terkait dengan program yang spesifik dan tambahan
informasi yang berkaitan dengan permohonan sertifikasi; (4) Mendapatkan
informasi nama anggota tim audit yang akan melaksanakan asesmen; (5)
Menggunakan logo sertifikasi system manajemen keamanan pangan
Lembaga sertifikasi sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan.
Kewajiban Badan Usaha antara lain: (1) Sertifikat Lembaga sertifikasi
tidak membebaskan atau mengurangi tanggung jawab badan usaha dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Badan
usaha harus selalu memenuhi syarat dan aturan sertifikasi ini.
2. Penggunaan logo sertifikasi Lembaga sertifikasi
Personel Lembaga sertifikasi memantau penggunaan logo sertifikasi
Lembaga sertifikasi pada iklan, katalog atau sejenisnya serta menerima
informasi atau masukan dari masyarakat berkaitan dengan pernyalahgunaan
logo sertifikasi Lembaga sertifikasi. Jika terbukti terjadi pelanggaran terhadap
penggunaan logo sertifikasi Lembaga sertifikasi, maka Lembaga sertifikasi
akan memberikan peringatan dan menginstruksikan badan usaha untuk
melakukan tindakan perbaikan. Jika dalam waktu 3 bulan, badan usaha tidak
dapat menyelesaikan tindakan perbaikan atau dengan sengaja terus
menggunakan secara salah logo sertifikasi Lembaga sertifikasi, maka sertifikasi
akan dibekukan atau dicabut. Jika pelanggaran bersifat pidana, kepada badan
usaha yang bersangkutan akan dikenakan sanksi hukum.
3. Sertifikat
Sertifikat Sistem Manajemen Keamanan Pangan mengikuti beberapa
kaidah berikut ini: (1) Berlaku untuk 3 (tiga) tahun; (2) Dapat dicabut bila
Lembaga sertifikasi menyimpulkan bahwa badan usaha telah gagal memenuhi
syarat dan aturan sertifikasi; (3) Dapat dikembalikan oleh badan usaha
83
berdasarkan atas pemberitahuan tertulis sebulan sebelumnya; (4) Harus
dikembalikan kepada Lembaga sertifikasi jika terjadi pencabutan atau
berakhirnya masa sertifikasi.
4. Keluhan perselisihan dan banding
Lembaga sertifikasi memperhatikan, mencatat, menindaklanjuti, dan
menyelesaikan semua keluhan dan perselisihan yang disampaikan secara
tertulis atas pengoperasian sistem manajemen keamanan pangan badan usaha
atau terhadap personel, panitia banding sekretariat, subkontraktor asesmen
badan usaha, auditor, dan personel lainnya yang ditugaskan oleh Lembaga
sertifikasi. Badan usaha mengajukan banding secara tertulis atas keputusan
yang ditetapkan oleh Lembaga sertifikasi. Setelah menerima permohonan
banding secara tertulis, Lembaga sertifikasi akan memanggil Komite Teknis
untuk membantu menyelesaikan masalah yang timbul. Lembaga sertifikasi
menyimpan rekaman semua banding, keluhan dan perselisihan dan tindakan
perbaikan yang berkaitan dengan sertifikasi. Setiap badan usaha yang telah
disertifikasi Lembaga sertifikasi harus menyediakan rekaman semua keluhan,
banding dan perselisihan serta tindak lanjutnya, jika diminta.
B.7. Audit dan sertifikasi awal
Proses sertifikasi merupakan kegiatan inti dari suatu lembaga sertifikasi.
Proses sertifikasi bertujuan untuk menjamin bahwa lembaga sertifikasi memberi
sertifikasi sistem manajemen secara kompeten, konsisten dan netral sehingga
memperoleh pengakuan atau akreditasi secara nasional maupun international dan
untuk menunjukkan bahwa sistem manajemen dari organisasi klien sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, mampu mencapai kebijakan dan sasaran yang
ditetapkan secara konsisten dan diimplementasikan secara efektif.
Agar proses audit dan sertifikasi awal dilaksanakan sesuai persyaratan ISO
17021:2006 maka: (1) Lembaga sertifikasi membuat prosedur dan pedoman
sertifikasi, melakukan kajian terhadap permohonan, membuat program audit,
menetapkan rencana dan waktu audit yang telah dikomunikasikan dan disetujui
klien, melalui proses seleksi untuk menunjukkan tim audit, menginformasikan tim
audit kepada klien dan menetapkan tugas tim audit; (2) Lembaga sertifikasi
menetapkan lead auditor dan auditor untuk melakukan audit tahap 1 dan tahap 2,
84
membuat laporan audit tahap 1 dan tahap 2, mengkomunikasikan temuan audit,
menentukan interval audit tahap 1 dan tahap 2 berdasarkan kesepakatan dengan
klien; (3) Lembaga sertifikasi memverifikasi kelengkapan dokumen audit dan
kesesuaian laporan audit tahap 1 dan tahap 2; (4) Dibentuk komite teknis sebagai
tim yang memberikan keputusan sertifikasi untuk menjamin komite yang
membuat keputusan sertifikasi berbeda dengan yang melakukan audit.