iv. hasil dan pembahasan 4.1. hasil penelitian 4.1.1 ...repository.ub.ac.id/4616/5/bab iv.pdf ·...

21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Dasar Tanah Abu Vulkanik Gunung Kelud Kediri Dari hasil analisis dasar yang dilakukan, data analisis menunjukkan bahwa kandungan yang tersedia di tanah abu vulkanik ini masih sangat rendah dan belum dapat dikatakan sebagai tanah yang baik. Untuk nilai pH (Tabel 9) menunjukkan nilai 4,33 yang termasuk dalam kategori sangat masam. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak kepada ketersedian Fosfor di dalam tanah. Dimana pada analisis dasar yang telah dilakukan (Tabel 9) menunjukkan nilai fosfor yang tersedia sebesar 8,00 yang mana termasuk kedalam kategori rendah. Kandungan Fosfor tersedia di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh nilai pH. Hal ini dinyatakan oleh Sukmawati (2011a) dan Sukmawati (2011b) yang mengatakan bahwa persentase fosfor yang dijerap oleh alofan dipengauhi oleh pH. Hardjowigeno (1995) menambahkan bahwa banyaknya alofan yang ditemukan di dalam tanah yang berasal dari letusan gunung api. Pada ikatan alofan yang terbuka aktif akan menghasilkan ikatan yang kuat terhadap fosfor, nilai pH yang tinggi secara nyata akan mempengaruhi ikatan alofan yang ada. Pada tanah dengan nilai pH tinggi maka alofan akan bermuatan negatif sedangkan bila tanah ber-pH lebih rendah alofan akan bermuatan postif. Nilai-nilai kation dalam tanah ini juga termasuk dalam kriteria rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah ini (Tabel 9) menunjukkan nilai sebesar 5,05 me/100g yang tergolong dalam katergori rendah. Tanah abu vulkanik merupakan tanah dengan bahan mineral liat silikat yang memiliki nilai kapasitas tukar kation yang tinggi. Namun hal ini tidak ditemui pada tanah entisol (abu vulkanik) hal ini dimungkinkan karena belum sempurnanya pelapukan mineralisasi yang terjadi. Kandungan KTK yang rendah tidak dapat memfiksasi fosfor dengan kuat. Sementara itu, K, Na, Ca, Mg (Tabel 9) juga masih termasuk kedalam kategori yang rendah. Hal ini dikarenakan pelapukan mineralisasi yang belum sempurna juga dipengaruhi nilai kejenuhan basah yang juga tergolong sedang. Dimana hubungan antara kapasitas tukar kation dan kejenuhan basah berbanding terbalik. Tan (1991) mengemukan sebuah rumusan untuk menghitung

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 21

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1. Analisis Dasar Tanah Abu Vulkanik Gunung Kelud Kediri

    Dari hasil analisis dasar yang dilakukan, data analisis menunjukkan bahwa

    kandungan yang tersedia di tanah abu vulkanik ini masih sangat rendah dan belum

    dapat dikatakan sebagai tanah yang baik. Untuk nilai pH (Tabel 9) menunjukkan

    nilai 4,33 yang termasuk dalam kategori sangat masam. Hal ini secara tidak

    langsung akan berdampak kepada ketersedian Fosfor di dalam tanah. Dimana

    pada analisis dasar yang telah dilakukan (Tabel 9) menunjukkan nilai fosfor yang

    tersedia sebesar 8,00 yang mana termasuk kedalam kategori rendah. Kandungan

    Fosfor tersedia di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh nilai pH. Hal ini

    dinyatakan oleh Sukmawati (2011a) dan Sukmawati (2011b) yang mengatakan

    bahwa persentase fosfor yang dijerap oleh alofan dipengauhi oleh pH.

    Hardjowigeno (1995) menambahkan bahwa banyaknya alofan yang ditemukan di

    dalam tanah yang berasal dari letusan gunung api. Pada ikatan alofan yang

    terbuka aktif akan menghasilkan ikatan yang kuat terhadap fosfor, nilai pH yang

    tinggi secara nyata akan mempengaruhi ikatan alofan yang ada. Pada tanah

    dengan nilai pH tinggi maka alofan akan bermuatan negatif sedangkan bila tanah

    ber-pH lebih rendah alofan akan bermuatan postif.

    Nilai-nilai kation dalam tanah ini juga termasuk dalam kriteria rendah.

    Kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah ini (Tabel 9) menunjukkan nilai sebesar

    5,05 me/100g yang tergolong dalam katergori rendah. Tanah abu vulkanik

    merupakan tanah dengan bahan mineral liat silikat yang memiliki nilai kapasitas

    tukar kation yang tinggi. Namun hal ini tidak ditemui pada tanah entisol (abu

    vulkanik) hal ini dimungkinkan karena belum sempurnanya pelapukan

    mineralisasi yang terjadi. Kandungan KTK yang rendah tidak dapat memfiksasi

    fosfor dengan kuat. Sementara itu, K, Na, Ca, Mg (Tabel 9) juga masih termasuk

    kedalam kategori yang rendah. Hal ini dikarenakan pelapukan mineralisasi yang

    belum sempurna juga dipengaruhi nilai kejenuhan basah yang juga tergolong

    sedang. Dimana hubungan antara kapasitas tukar kation dan kejenuhan basah

    berbanding terbalik. Tan (1991) mengemukan sebuah rumusan untuk menghitung

  • 22

    kejenuhan basah dimana jumlah kation-kation dalam tanah dibagi oleh kapasitas

    tukar kation kemudian dikali 100%.

    KB = ((K, Na, Ca, Mg) me/100g / KTK Total (me/100g)) x 100%.

    Tabel 9. Hasil Analisis Dasar Tanah Abu Vulkanik Gunung Kelud.

    Sifat Kimia Satuan Nilai Kriteria

    pH H2O Unit 4,33 Sangat masam

    C-Organik % 0,35 Sangat rendah

    KTK me/100g 5,05 Sangat rendah

    Kdd me/100g 6,10 Rendah

    Nadd me/100g 5,17 Rendah

    Cadd me/100g 3,00 Rendah

    Mgdd

    Pppm

    me/100g

    me/100g

    0

    8,00

    Sangat Rendah

    Rendah

    Jumlah Basa me/100g 3,27

    Kejenuhan Basa % 41,79 Sedang

    4.1.2. Pengaruh Pemberian Asam Humat dan Kompos terhadap Tanah Abu

    Vulkanik Gunung Kelud pada Percobaan Inkubasi

    4.1.2.1. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap pH Tanah

    Dari hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian asam humat dan

    kompos terhadap nilai pH tanah terlihat berbeda nyata jika dibandingkan dengan

    perlakuan kontrol sebesar 4,30. Pada inkubasi 10 HSP pengaruh paling tinggi

    terlihat pada perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g

    kompos yakni sebesar 6,57. Pada inkubasi 20 HSP pengaruh paling tinggi terlihat

    pada perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 asam humat dan 50 g kompos yakni

    sebesar 6,77. Pada 30 HSP perlakuan dengan hasil pH paling tinggi terlihat pada

    perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos serta

    perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar

    6,80. Untuk nilai pH paling rendah terlihat pada perlakuan P1 yakni dengan

    penambahan 2,5 g asam humat pada inkubasi di 10 HSP yakni sebesar 6,13.

    Untuk setiap kenaikan nilai pH terlihat pada Gambar 1.

  • 23

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,

    dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.

    Gambar 1. Gafik Analisis pH Tanah Percobaan Inkubasi

    Kenaikan pH dapat terjadi setelah pemberian asam humat dan kompos

    dikarekanan terjadinya proses mekanisme dimana konsentrasi H+ menurun. Hal

    tersebut terjadi karena ion H+ yang ada digantikan dengen gugus asam humat.

    Bahan organik yang bersifat anfertil menyebabkan penurunan konsentrasi H+

    sehingga menyebabkan mekanisme pH meningkat. Hal ini karenakan masukknya

    ion H+ pada lapisan oktahedral Al(OH)3 dan akan membentuk ikatan hidrogen,

    sehingga muatan alofan yang ada menjadi bermuatan negatif. Oleh karena itu

    dengan penerapan asam humat diharapkan mampu meningkatkan pH tanah.

    Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sukmawati (2011)

    bahwa pengaruh pemberian asam humat sebanyak 0,4% memiliki nilai efektifitas

    yang lebih tinggi dibandingkan pada pH 6, dimana yang terjadi yakni gugus

    fungsional asam humat dapat meningkatkan pH. Penambahan kompos pada

    perlakuan kombinasi juga menjadikan kerja asam humat lebih efisien, hal ini

    dikarenakan bahan organik seperti kompos memiliki beberapa keunggulan, yaitu

    memperbaiki struktur tanah. Lahan pertanian atau media tanam yang sudah terlalu

    lama dipupuk dengan menggunakan pupuk kimia pada umumnya akan menjadi

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7.00

    8.00

    P0 P1 P2 P3 P4 P5

    pH

    Tan

    ah

    Perlakuan

    10 HSP

    20 HSP

    30 HSP

    a a a

    b b b cdbc c

    bcd cbc c

    cd dd d d

  • 24

    keras, berliat dan asam. Pupuk kompos yang remah dan gembur akan membantu

    dalam memperbaiki pH tanah dan juga strukturnya (Harianto, 2007).

    4.1.2.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap C-Organik Tanah

    Hasil sidik ragam analisis C-organik tanah dari percobaan dengan

    penambahan bahan organik asam humat dan kompos menunjukkan hasil yang

    berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang hanya sebesar

    0,13%. Untuk inkubasi 10 HSP perlakuan yang menunjukkan hasil C-organik

    paling baik yakni perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan 50 g

    kompos yakni sebesar 3,16%, sedangkan untuk hasil paling rendah yakni

    perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos saja sebesar 1,90%. Pada inkubasi

    20 HSP perlakuan yang menunjukkan hasil paling tinggi yakni perlakuan P5

    dengan pemberian 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar 3,26% dan

    perlakuan paling rendah pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos

    sebesar 1,98%. Untuk inkubasi 30 HSP terlihat paling tinggi perlakuan sama

    yakni P5 dengan pemberian 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar

    3,26% dan perlakuan paling rendah pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g

    kompos sebesar 1,98%.

    Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam humat dan kompos dapat

    meningkatkan nilai C-organik didalam tanah. Nilai C-organik yang bertambah

    tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan fraksi terhumifikasi dari

    humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan, 1993) sehingga asam

    humat mengandung C yang tinggi.

  • 25

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,

    dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.

    Gambar 2. Gafik Analisis C-organik Tanah Percobaan Inkubasi

    Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Evi (2012),

    aplikasi asam humat dan zeolit menunjukkan C-organik yang cenderung

    meningkat dengan penambahan dosis bahan humat. Hal ini berkaitan dengan hasil

    beberapa eksperimen terdahulu menyatakan bahwa C-organik yang tinggi dapat

    disebabkan karena kandungan C-organik yang tinggi pada bahan humat itu

    sendiri. Selain itu, aplikasi bahan humat memacu aktivitas biologi dan

    meningkatkan biomassa mikrobiologi tanah yang lebih besar secara bersamaan

    membuka jalan untuk meningkatkan kandungan C-organik (Bama et al, 2003).

    Analisis dasar C-organik tanah yang sangat rendah menunjukkan bahwa

    tanah masih jauh dari kata baik. Dari aplikasi asam humat yang dilakukan pada

    percobaan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai C-organik yang

    sangat signifikan. Dari hasil analisis data yang dilalukan terlihat hasil berbeda

    sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam humat dan kompos

    dapat meningkatkan nilai c-organik didalam tanah. Menurut Brady (1990), nilai

    C-organik yang bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan

    fraksi terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan,

    1993) sehingga asam humat mengandung C yang tinggi. Kemudian dijelaskan

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    P0 P1 P2 P3 P4 P5

    C-O

    rgan

    ik T

    anah

    (%

    )

    Perlakuan

    10 HSP

    20 HSP

    30 HSP

    a aa

    c cbc

    cd

    a aa

    c cbc

    cd d

    b bb

    de dc e e ed

  • 26

    Tan (2003) menyatakan bahan humat berperan aktif dalam fiksasi dan pelepasan

    C-organik. Semakin tingginya panambahan bahan humat diduga dapat

    menyumbangkan bahan organik yang lebih banyak, dan besarnya kandungan

    bahan organik tersebut ditunjukkan oleh persentase kadar karbon organiknya.

    4.1.2.3. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Kapasitas Tukar

    Kation Tanah

    Dari hasil sidik ragam analisis kapasitas tukar kation tanah dengan

    penambahan bahan organik asam humat dan kompos menunjukkan hasil berbeda

    nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang hanya sebesar 6,03

    me/100g. Untuk inkubasi 10 HSP nilai KTK tanah paling tinggi terlihat pada

    perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos yakni

    sebesar 22,43 me/100g dan yang paling rendah pada perlakuan P1 dengan

    penambahan asam humat 2,5 g sebesar 12,98 me/100g. Pada 20 HSP perlakuan

    P4 yang menujukkan hasil paling tinggi yakni perlakuan dengan 2,5 g asam humat

    dan 50 g kompos sebesar 23,03 me/100g dan paling rendah yakni perlakuan P1

    dengan penambahan asam humat sebesar 13,04 me/100g. Untuk inkubasi 30 HSP,

    perlakuan P4 yang sama yakni 2,5 g asam humat dan 50 g kompos menunjukkan

    hasil paling tinggi sebesar 23,19 me/100g dan hasil paling rendah pada perlakuan

    P4 2,5 g asam humat sebesar 14,53 me/100g. Untuk setiap kenaikan nilai pada

    KTK tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

  • 27

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,

    dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.

    Gambar 3. Gafik Analisis KTK Tanah Percobaan Inkubasi

    Tan (1991) mengatakan bahwa salah satu pengaruh asam humat terhadap

    kimia tanah ialah meningkatkan kapasitas tukar kation. Peningkatkan ini dapat

    menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara. Karti dan Setiadi

    (2011), Supriyo (2012); dan Fajri et al. (2008) mengemukakan bahwa asam humat

    dapat memperbaiki nilai kapasitas tukar kation tanah. Stevenson (1994)

    menambahkan bahwa fraksi humat mempunyai fraksi negatif yang berasal dari

    disosiasi ion H+ dari berbagai gugus fungsional, sehingga fraksi humat

    mempunyai kapasitas tukar kation sangat tinggi.

    Hasil sidik ragam ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, Ihdaryanti

    (2011) menyatakan penambahan bahan humat dengan dosis 15 liter/ha dapat

    meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena bahan humat mengandung gugus

    karboksil dan fenolik yang merupakan sumber muatan negatif, sehingga semakin

    tinggi bahan humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil dan fenolik

    semakin besar yang berarti muatan negatif tanah meningkat. Peningkatan muatan

    negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    P0 P1 P2 P3 P4 P5

    KTK

    Tan

    ah (

    me

    /10

    0g)

    Perlakuan

    10 HSP

    20 HSP

    30 HSPa a

    b bb

    c c c bcbc bc

    e eddcd

    a

  • 28

    4.1.2.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Tersedia Tanah

    Hasil sidik ragam analisis P Tersedia setelah aplikasi asam humat dan

    kompos menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan

    perlakuan kontrol yakni sebesar 179,0 me/100g. Perlakuan yang menunjukkan

    hasil paling tinggi yakni perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan

    50 g kompos pada setiap waktu inkubasi 10 HSP, 20 HSP dan 30 HSP yakni

    masing-masing sebesar 896,5 me/100g, 919,00 me/100g dan 962,70 me/100g.

    Perlakuan paling rendah yakni perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos

    dari setiap waktu inkubasi 10 HSP, 20 HSP, dan 30 HSP masing-masing sebesar

    527,5 me/100g, 527,8 me/100g dan 529,3 me/100g. Untuk setiap kenaikan P

    Tersedia pada analisis ini dapat dililihat pada Gambar 4.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,

    dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.

    Gambar 4. Gafik Analisis P-Tersedia Percobaan Inkubasi

    Rendahnya fosfor yang tersedia di dalam tanah dikarenakan fosfor dijerap

    oleh mineral amorf seperti alofan, imogilit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat

    aluminium dan besi dengan permukaan yang spesifik luas (Munir, 1996; Tan

    1993; Hardjowigeno, 1995). Peningkatan fosfor di dalam tanah di duga karena

    penambahan bahan asam humat dan kompos yang dapat membantu memperbaiki

    sifat kimia tanah. Asam humat sebagai fraksi penyusun tubuh dan sumber energi

    0.0

    200.0

    400.0

    600.0

    800.0

    1000.0

    1200.0

    P0 P1 P2 P3 P4 P5

    P T

    ers

    erd

    ia (

    me

    /10

    0g)

    Perlakuan

    10 HSP

    20 HSP

    30 HSP

    a a a

    bcbc bc c c

    c

    b b b

    d d de e

    e

  • 29

    bagi mikroorganisme dalam tanah (Tan, 1991). Hardjowigeno (1995)

    mengemukakan bahwa hilangnya fosfor-anorganik berubah menjadi fosfor

    organik disebabkan karena adanya mikroorganisme yang dapat mengubahnya

    menjadi fosfor organik. Asam humat dalam mempengaruhi peningkatan nilai

    fosfor yang belum nyata peningkatannya diakibatkan oleh tingginya alofan yang

    terkandung pada abu vulkanik. Penambahan asam humat dapat membuka tapak

    jerapan fosfat yang telah dijerap oleh ikatan khelat maupun alofan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slamet Minardi et al, (2011)

    menyatakan bahwa penambahan bahan organik dapat mengoptimalkan

    ketersedian P di dalam tanah. Hal ini disebabkan karena asam‐asam organik

    terutama asam humat dan asam fulvat hasil dari dekomposisi akan membentuk

    senyawa komplek (khelat) dengan Al dan Fe sehingga membantu melepaskan

    fosfat (P).

    4.1.2.5. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Total Tanah

    Berkaitan dengan keberadaan P Tersedia didalam tanah, analisis yang

    dilakukan selanjutnya yakni analisis P Total. Dari hasil analisis sidik ragam untuk

    P Total menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan perlakuan

    kontrol sebesar 522,5 mg/kg. Perlakuan P5 dengan 5 g asam humat dan 50 g

    kompos pada 10 HSP, 20 HSP, dan 30 HSP menunjukkan nilai P total masing-

    masing sebesar 1493,10 mg/kg, 1523,10 mg/kg dan 1547,50 mg/kg. Untuk 10

    HSP perlakuan paling rendah terdapat pada perlakuan P3 dengan penambahan 50

    g kompos sebesar 744,6 mg/kg. Pada 20 HSP perlakuan paling rendah terdapat

    pada perlakuan 2,5 g asam humat yakni sebesar 771,90 mg/kg dan pada 30 HSP

    perlakuan perlakuan paling rendah terjadi pada perlakuan dengan penambahan 2,5

    g asam humat sebesar 787,40 mg/kg.

  • 30

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,

    dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.

    Gambar 5. Gafik Analisis P-Total Percobaan Inkubasi

    Fosfor berperan dalam menentukan pertumbuhan akar, mempercepat

    kematangan dan produksi buah dan biji serta berfungsi sebagai aktivator berbagai

    enzim. P total yang tersedia tidaklah semuanya dapat dikatakan tersedia oleh

    tanaman. Hal ini dikarenakan aluminium dan besi didalam alofan membuat tapak

    jerap yang membuat P tidak dapat tersedia. Kondisi tersebut sesuai dengan yang

    diungkapkan Sanchez (1992) bahwa pemberian bahan organik juga dapat

    menurunkan fiksasi P. Pemberiam asam humat dan kompos dengan bebagai dosis

    yang diberikan akan berpengaruh pula terhadap peningkatan kemampuannya

    dalam menetralisir aluminium dan besi tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa

    adanya senyawa organik yang cukup memungkinkan terjadinya khelat yaitu

    senyawa organik dengan kation logam seperti Fe3+ dan Al3+. Dampak dari adanya

    khelat logam antara senyawa organik dengan ion logam Fe3+ dan Al3+ dalam tanah

    akan mengurangi pengikatan fosfat oleh oksida maupun liat silikat sehingga fosfor

    menjadi lebih tersedia. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi permukaan antara

    gugus OH- yang munculdi permukaan liat dengan anion fosfat dan juga kation

    Fe3+ dan Al3+ yang dibebaskan dari pinggiran kristal silikat yang kemudian

    bereaksi dengan anion fosfat menjadi fosfat hidroksi. Bahan humat juga efektif

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    1800

    P0 P1 P2 P3 P4 P5

    P T

    ota

    l (m

    g/kg

    )

    Perlakuan

    10 HSP

    20 HSP

    30 HSPa a a

    b b b

    c c c

    abbc bc

    d dd e

    e e

  • 31

    dalam mengikat ion logam. Menurut Tan (1991) dengan memberikan humus

    sebagian ion logam yang berlebihan dapat terambil dari larutan melalui

    pembentukan kompleks dengan bahan humat.

    4.1.3. Pengaruh Pemberian Asam Humat dan Kompos terhadap Tanah Abu

    Vulkan Gunung Kelud untuk Pertumbuhan Tanaman Stroberi

    (Fragaria chiloensis)

    4.1.3.1. Pengaruh Asam Humat terhadap pH Tanah

    Pada percobaan dengan menggunakan tanaman Stroberi hasil analisis pH

    tanah menunjukkan berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol

    sebesar 5,03. Hasil paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan P2 dengan

    penambahan 5 g asam humat dan 0,5 g SP36 yakni sebesar 6,70. Sedangkan

    paling rendah ditunjukkan pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos

    yakni sebesar 6,07. Untuk setiap kenaikan pH tanah akan dijelaskan pada Gambar

    6.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 6. Gafik Analisis pH Tanah

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7.00

    8.00

    P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

    pH

    Tan

    ah

    Perlakuan

    abc b

    d cdbcd bcd

  • 32

    Pada percobaan penambahan asam humat dan kompos untuk media tanam

    tanaman stroberi (Fragaria choloensis) didapati hasil analisis pH yang cukup

    berbeda jika dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini terjadi dikarenakan asam

    humat merupakan bahan organik yang bersifat anfertil yang memiliki senyawa-

    senyawa ionik yang dapat menggantikan jerapan H+ pada ikatan alofan.

    Mekanisme naiknya nilai pH disebabkan oleh tergantikannya ikatan ion H+ pada

    Al dan Fe didalam alofan dengan senyawa yang dimiliki oleh asam humat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romauli (2014), memunjukkan

    bahwa dengan penambahan asam humat sebanyak 0,4% dan pupuk SP36 dapat

    meningkatkan pH tanah.

    Menurut Tan (1991) salah satu manfaat asam humat untuk kimia tanah

    yakni meningkatkan pH tanah, hal ini dapat terjadi karena asam humat dapat

    mengikat kandungan aluminium sebagai senyawa kompleks yang sulit larut air

    (insoluble) sehingga tidak dapat terhidrolisis. Selain itu penambahan bahan

    orgnaik seperti kompos juga dapat membantu dalam kenaikan nilai pH tanah hal

    ini dikarenakan bahan kompos dapat berperan sebagai bahan pembenah tanah dari

    segi unsur hara makro dan mikro. Penambahan bahan organik kompos yang

    meruapakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan bersifat alami jika

    dibandingkan dengan bahan pembenah tanah buatan atau sintetis. Kompos juga

    berfungsi sebagai makanan dari mikroorganisme di dalam tanah yang mampu

    membantu proses dekomposisi di dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme didalam

    tanah akan meningkatkan pemindahan hidroksil. Hal ini dikemukakan oleh

    (Pocknee and Sumner, 1997) dimana penambahan bahan kompos kedalam tanah

    dapat membantu adsorpsi ion H+, pengembangan kondisi reduksi karena aktivitas

    mikrobiologi yang meningkat dan pemindahan hidroksil dari permukaan

    sesquioxide oleh anion organik yang dapat menyebabkan peningkatan pH dalam

    tanah yang telah diperkaya dengan kompos.

    4.1.3.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap C-Organik Tanah

    Hasil analisis C-organik tanah pada percobaan dengan tanaman Stroberi

    menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan

    kontrol sebesar 0,48%. Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan P6

    dengan penambahan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36 sebesar 3,35%

  • 33

    dan hasil analisis paling rendah terlihat pada perlakuan P3 dengan penambahan 50

    g kompos sebesar 1,90%. Untuk setiap kenaikan C-organik akan dijelaskan pada

    Gambar 7.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam

    humat dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan

    dengan 50 g kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50

    g kompos dan 0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36.

    Gambar 7. Gafik Analisis C-Organik Tanah

    Penambahan bahan organik asam humat dan kompos pada tanah abu

    vulkanik memberikan dampak yang sangat nyata pada persentase kandungan c-

    organik tanah hal ini disebabkan karena bahan organik bersifat anfertil yang

    berarti sumber kesuburan dalam tanah. Keberadaan C-organik dalam tanah juga

    menentukan tingkat kualitas tanah. Dimana tanah dikatakan baik apabila

    kandungan c-organik didalam tanah sebesar 2,5%. Nilai C-organik yang

    bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan fraksi

    terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan, 1993)

    sehingga asam humat mengandung C yang tinggi.

    4.1.3.3. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Kapasitas Tukar

    Kation Tanah

    Parameter kimia tanah selanjutnya yang dianalisis ialah kapasitas tukar

    kation tanah (KTK). Dari hasil analisis yang telah dilakukan nilai KTK tanah

    menujukkan berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar

    8,19 me/100g. Perlakuan dengan hasil paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan

    0.0

    0.5

    1.0

    1.5

    2.0

    2.5

    3.0

    3.5

    4.0

    P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

    C O

    rgan

    ik T

    anah

    (%

    )

    Perlakuan

    a

    d

    bc

    de

    c

    e

    b

  • 34

    dengan penambahan kombinasi P6 (5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36) yakni sebesar 28,11 me/100g. Sedangkan hasil nilai KTK paling rendah

    ditunjukkan oleh perlakuan dengan penambahan 50 g kompos sebesar 15,24

    me/100g setiap kenaikan KTK tanah akan dijelaskan pada Gambar 8.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 8. Gafik Analisis KTK Tanah

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumya, interaksi pemberian

    bahan organik dan pupuk P berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas

    pertukaran kation (Slamet, et al. 2011). Hal ini karena dengan penambahan bahan

    organik akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) karena

    dekomposisi bahan organik yang akan melepaskan asam‐asam organik yang

    mengandung gugus fungsional yang reaktif.

    Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi. Hal ini

    disebabkan karena asam humat mengandung –COOH (karboksil) dan –OH

    (fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin tinggi asam humat

    maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH)

    semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin meningkat.

    Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.

    Pemberian asam humat sebanyak 2,5 g dan 5 g secara nyata dapat meningkatkan

    nilai KTK tanah. Selain itu penambahan bahan organik seperti kompos juga

    membantu dalam meningkatkan KTK tanah hal ini dikemukakan oleh Karti dan

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

    KTK

    Tan

    ah (

    me

    /10

    0g)

    Perlakuan

    a

    c

    b

    cd

    c

    e

    b

  • 35

    Setiadi (2011), Supriyo (2012); dan Fajri et al.(2008) yang mengatakan bahwa

    penamabahan bahan organik seperti asam humat dan kompos dapat membantu

    dalam memperbaiki nilai kapasitas tukar kation. Hal ini disebabkan bahan organik

    seperti asam humat memiliki fraksi negatif yang berasal dari disisiasi ion H+ dari

    berbagai gugus fungsional, sehingga fraksi dari bahan organik maupun humat

    mempunyai kapasitas untuk meningkatkan nilai kapasitas tukar kation tanah.

    4.1.3.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Tersedia Tanah

    Hasil analisis ketersediaan P pada percobaan ini menujukkan hasil yang

    berbeda nyata. Apabila dibandingkan dengan analisis dasar setiap perlakuan

    menunjukkan kenaikan terhadap P Tersedia. Perlakuan kontrol memiliki nilai

    terendah apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sementara perlakuan P6

    (5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36) memiliki nilai tertinggi dengan

    nilai 1259,7 me/100g setiap kenaikan P Tersedia akan dijelaskan pada Gambar 9.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 9. Gafik Analisis P-Tersedia

    Hasil analisis sidik ragam setelah penambahan bahan organik asam humat

    dan kompos menunjukkan nilai kenaikan P Tersedia di dalam tanah. Peningkatan

    fosfor di dalam tanah diduga karena asam humat dan kompos memiliki peranan

    dalam perbaikan sifat fisik, biologi serta kimia tanah. Asam humat dan kompos

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

    P T

    ers

    ed

    ia(m

    e/1

    00

    g)

    Perlakuan

    a

    b b

    a

    c

    de

  • 36

    sebagai bahan organik dapat berperan sebagai penyusun tubuh dan sumber energi

    didalam tanah. Hal ini disebabkan karena asam‐asam organik terutama asam

    humat dan asam fulvat hasil dari dekomposisi akan membentuk senyawa komplek

    (khelat) dengan Al dan Fe sehingga membantu melepaskan fosfat (P).

    Hadjowigeno (1995) mengemukakan bahwa hilangnya fosfor-anorganik

    disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme yang mengubah fosfor-

    anorganik menjadi fosfor organik. Selain itu, interaksi pemberian bahan organik

    dan pupuk P (SP36) berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan P tersedia

    tanah hal ini juga disebabkan oleh bahan organik baik secara langsung melalui

    proses mineralisasi maupun tidak langsung membantu pelepasan P yang terfiksasi.

    4.1.3.5. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Total Tanah

    Hasil analisis P Total pada percobaan ini menujukkan hasil yang berbeda

    nyata. Apabila dibandingkan dengan analisis dasar setiap perlakuan menunjukkan

    kenaikan terhadap P Total. Perlakuan kontrol memiliki nilai terendah apabila

    dibandingkan dengan perlakuan lainnya sementara perlakuan P6 (5 g asam humat,

    50 g kompos dan 0,5 g SP36) memiliki nilai tertinggi dengan nilai 1576 mg/kg

    setiap kenaikan P Total akan dijelaskan pada Gambar 10.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 10. Gafik Analisis P-Total

    0

    300

    600

    900

    1200

    1500

    1800

    P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

    P T

    ota

    l(m

    g/kg

    ) Ta

    nah

    Perlakuan

    aa

    b bcc

    d

    e

  • 37

    Interaksi pemberian bahan organik terlihat berbeda nyata dari hasil analisis

    sidik ragam. Penambahan bahan organik seperti humat dan kompos yang

    merupakan anion pesaing yang dapat menutup permukaan mineral amorf (alofan)

    dan oksida hidrat AI dan Fe sehingga mendesak ion fosfat dari tapak-tapak

    jerapan sehingga P menjadi tersedia (Hue, 1991). Hal ini akan sejalan dengan

    ketersedian P-Total didalam tanah. Sepanjang anion organik dan ionrganik dapat

    berkompetisi dengan ortofosfat pada tapak-tapak jerapannya, keberadaan anion ini

    dalam larutan tanah dapat menurunkan jerapan P sehingga meningkatkan P

    tersedia (Appelt et al., 1975; Deb dan Datta, 1976). Peningkatan P Total didalam

    tanah didasari oleh penambahan bahan organik yang membantu menfiksasi fosfor

    didalam tanah, juga penambahan bahan organik yang berperan mensupply

    bermacam unsur hara makro dan mikro tanah.

    4.1.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman

    Stroberi (Fragaria chiloensis)

    4.1.4.1. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Jumlah Daun Stroberi

    (Fragaria chiloensis)

    Dari hasil analisis sidik ragam terhadap pengaruh penambahan asam humat

    dan kompos terhadap jumlah daun tidak beda nyata jika dibandingkan dengan

    perlakuan kontrol. Perlakuan dengan jumlah daun paling banyak terlihat pada 46hst

    pada perlakuan P1 (2,5 g asam humat dan 0,5g SP36) dan P2 (5 g asam humat dan 0,5

    g SP36) yakni sebanyak 9 helai daun. Untuk tingkatan jumlah daun dari setiap

    perlakuannya akan dijelaskan pada Gambar 11.

  • 38

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 11. Gafik Analisis Jumlah Daun Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis)

    Penambahan bahan organik asam humat dan juga kompos yang dilakukan di

    percobaan ini tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dari hasil analisis data

    yang dilakukan tidak begitu terlihat perbedaan jumlah daun yang cukup berarti dari

    setiap perlakuan yang diberikan pada percobaan ini. Hal ini dikarenakan waktu

    pembukaan daun serta gugurnya daun tidak dapat diprediksi. Faktor lingkungan

    juga yang mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang berada disekitar

    tanaman yang dikenal dengan iklim mikro (Sugeng, 2001). Hal ini diduga

    kandungan unsur hara dalam media tanah telah mencukupi untuk pertumbuhan

    optimal daun. Demikian juga organ tanaman pertumbuhannya sangat terbatas jika

    telah mencapai kondisi maksimal akan terhenti, dengan demikian jumlah daun

    berbeda tidak nyata. Menurut Buckman dan Brady (1982), bahwa kecukupan dan

    ketersediaan hara bagi tanaman antara lain tergantung macam dan jumlah hara

    yang tersedia pada tanah, yang ada pada pertimbangan sesuai dengan

    pertumbuhan tanaman. Jumlah daun yang dihasilkan tidak terlepas dari kondisi

    tanaman stroberi sendiri yang sudah mencapai pertumbuhan maksimal.

    4.1.4.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Tinggi Tanaman

    Stroberi (Fragaria chiloensis)

    Hasil analisis sidik ragam terhadap pengaruh penambahan asam humat dan

    kompos terhadap tinggi tanaman tidak beda nyata jika dibandingkan dengan

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1 2 3 4

    Jum

    lah

    Dau

    n

    Jumlah Hari Pengamatan

    P0

    P1

    P2

    P3

    P4

    P5

    P6

  • 39

    perlakuan kontrol. Perlakuan dengan tinggi tanaman paling tinggi terlihat pada 46 hst

    pada perlakuan P1 (2,5 g asam humat dan 0,5g SP36) sebesar 22 cm dan P4 (50 g

    kompos dan 0,5 g SP36) yakni sebesar 20,1 cm . Untuk tingkatan tinggi tanaman dari

    setiap perlakuannya akan dijelaskan pada Gambar 12.

    Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :

    Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat

    dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g

    kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan

    0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g

    SP36.

    Gambar 12. Gafik Analisis Tinggi Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis)

    Pengaruh penambahan bahan organik asam humat dan kompos terhadap

    tinggi tanaman stroberi dari setiap perlakuan yang diberikan terlihat tidak terlalu

    berbeda nyata. Hal ini dikarenakan kemampuan masing-masing tanaman

    menyerap unsur hara yang berbeda beda. Selain itu, perbedaan kemampuan

    tanaman itu sendiri dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti, air, suhu,

    intesitas cahaya matahari dan sebagainya juga berbeda-beda. Hal ini diperkuat

    dengan pendapat Sugeng (2011) yang mengatakan salah satu faktor lingkungan

    yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman disebut iklim mikro. Pemberian

    bahan organik sendiri berfungsi sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim

    dan juga membantu kelancaran proses fotosintesis, pembentuk klorofil dan

    berperan dalam proses reproduksi, sehingga angkutan hara P lebih optimal.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    16hst 26hst 36hst 46hst

    Tin

    ggi T

    anam

    an (

    cm)

    Jumlah Hari Pengamatan

    P0

    P1

    P2

    P3

    P4

    P5

    P6

  • 40

    4.2. Pembahasan Umum

    Hasil penelitian meunjukkan bahwa aplikasi asam humat dan kompos

    dapat meningkatkan kesuburan tanah vulkanik, kesuburan yang dimaksud yakni

    mencakup pH tanah, c-organik tanah, nilai kapasitas tukar kation, ketersedian P

    dan P total didalam tanah. Hasil penelitian terkait perbaikan sifat kimia tanah ini

    menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi asam humat 2,5 g, kompos 50 g dan

    serta perlakuan dengan peningkatan dosis asam humat 5 g, kompos 50 g

    memberikan dampak yang sangat nyata terhadap kenaikan nilai pH tanah yakni

    berkisar 2,50 dari perlakuan kontrol yang hanya 4,30 pada perlakuan inkubasi.

    Untuk perlakuan dengan tanaman kenaikan pH paling tinggi terjadi pada

    perlakuan kombinasi 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36 yakni 6,53

    dari perlakuan kontrol sebesar 5,03. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khattak, R.

    et al. (2013) yang menyatakan bahwa asam humat yang diaplikasikan ke tanah

    berfungsi sebagai penyangga yang memiliki pH berkisar antara 5,5-8,0 yang dapat

    mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.

    Hasil peningkatan pH juga diikuti dengan peningkatan fosfor. Hal ini

    dikarekanakn H+ pada pH yang terlepas dari tapak jerapan berkaitan dengan

    mekanisme tapak jerapan P pada alofan. Kenaikan nilai fosfor pada perlakuan

    inkubasi terlihat sangat nyata pada perlakuan dengan penambahan asam humat 5 g

    dan kompos 50 g. Untuk perlakukan dengan tanaman peningkatan P tersedia

    paling tinggi terjadi pada perlakuan kombinasi dari 5 g asam humat, 50 g kompos

    dan 0,5 g SP36 yakni dari perlakuan kontrol 483,7 menjadi 1259,7 pada perlakuan

    P6. Peningkatan fosfor yang mencapai lima kali lipat dari kandungan awal ini

    menjadikan kenaikan tingkat ketersedian fosfor di dalam tanah menjadi tinggi.

    Sukmawati (2011b) menyatakan bahwa asam humat mampu meningkatkan pH

    tanah dengan adanya kandungan OH- pada asam humat sehingga fosfor yang

    tersedia meningkat. Hal ini ditambahkan oleh Hardjowigeno (1995) yang

    menjelaskan bahwa fosfor memiliki hubungan dengan pH tanah, pada pH tinggi

    alofan mempunyai muatan negatif sedangkan pH yang relatif rendah alofan

    mempunyai muatan positif sehingga kandungan anion fosfat masih dalam jerapan

    tangan alofan.

  • 41

    Selain itu pemberian bahan organik asam humat dan kompos juga

    meningkatkan nilai C-organik dan KTK tanah. Sutopo (2010) menyatakan

    penambahan bahan organik akan sejalan dengan peningkatan nilai C-organik

    tanah, nilai KTK tanah serta ketersedian P didalam tanah. Syekhfani (1997)

    menerangkan bahwa nilai kapasitas tukar kation berkaitan dengan pH tanah, jenis

    mineral liat dan bahan organik. Kemudian diterangkan, kandungan alofan dan/

    atau seskuiosida yang tinggi, mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat peka

    terhadap perubahan pH dan kepekatan kation.