iv. hasil dan pembahasan 4.1. hasil penelitian 4.1.1 ...repository.ub.ac.id/4616/5/bab iv.pdf ·...
TRANSCRIPT
-
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Dasar Tanah Abu Vulkanik Gunung Kelud Kediri
Dari hasil analisis dasar yang dilakukan, data analisis menunjukkan bahwa
kandungan yang tersedia di tanah abu vulkanik ini masih sangat rendah dan belum
dapat dikatakan sebagai tanah yang baik. Untuk nilai pH (Tabel 9) menunjukkan
nilai 4,33 yang termasuk dalam kategori sangat masam. Hal ini secara tidak
langsung akan berdampak kepada ketersedian Fosfor di dalam tanah. Dimana
pada analisis dasar yang telah dilakukan (Tabel 9) menunjukkan nilai fosfor yang
tersedia sebesar 8,00 yang mana termasuk kedalam kategori rendah. Kandungan
Fosfor tersedia di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh nilai pH. Hal ini
dinyatakan oleh Sukmawati (2011a) dan Sukmawati (2011b) yang mengatakan
bahwa persentase fosfor yang dijerap oleh alofan dipengauhi oleh pH.
Hardjowigeno (1995) menambahkan bahwa banyaknya alofan yang ditemukan di
dalam tanah yang berasal dari letusan gunung api. Pada ikatan alofan yang
terbuka aktif akan menghasilkan ikatan yang kuat terhadap fosfor, nilai pH yang
tinggi secara nyata akan mempengaruhi ikatan alofan yang ada. Pada tanah
dengan nilai pH tinggi maka alofan akan bermuatan negatif sedangkan bila tanah
ber-pH lebih rendah alofan akan bermuatan postif.
Nilai-nilai kation dalam tanah ini juga termasuk dalam kriteria rendah.
Kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah ini (Tabel 9) menunjukkan nilai sebesar
5,05 me/100g yang tergolong dalam katergori rendah. Tanah abu vulkanik
merupakan tanah dengan bahan mineral liat silikat yang memiliki nilai kapasitas
tukar kation yang tinggi. Namun hal ini tidak ditemui pada tanah entisol (abu
vulkanik) hal ini dimungkinkan karena belum sempurnanya pelapukan
mineralisasi yang terjadi. Kandungan KTK yang rendah tidak dapat memfiksasi
fosfor dengan kuat. Sementara itu, K, Na, Ca, Mg (Tabel 9) juga masih termasuk
kedalam kategori yang rendah. Hal ini dikarenakan pelapukan mineralisasi yang
belum sempurna juga dipengaruhi nilai kejenuhan basah yang juga tergolong
sedang. Dimana hubungan antara kapasitas tukar kation dan kejenuhan basah
berbanding terbalik. Tan (1991) mengemukan sebuah rumusan untuk menghitung
-
22
kejenuhan basah dimana jumlah kation-kation dalam tanah dibagi oleh kapasitas
tukar kation kemudian dikali 100%.
KB = ((K, Na, Ca, Mg) me/100g / KTK Total (me/100g)) x 100%.
Tabel 9. Hasil Analisis Dasar Tanah Abu Vulkanik Gunung Kelud.
Sifat Kimia Satuan Nilai Kriteria
pH H2O Unit 4,33 Sangat masam
C-Organik % 0,35 Sangat rendah
KTK me/100g 5,05 Sangat rendah
Kdd me/100g 6,10 Rendah
Nadd me/100g 5,17 Rendah
Cadd me/100g 3,00 Rendah
Mgdd
Pppm
me/100g
me/100g
0
8,00
Sangat Rendah
Rendah
Jumlah Basa me/100g 3,27
Kejenuhan Basa % 41,79 Sedang
4.1.2. Pengaruh Pemberian Asam Humat dan Kompos terhadap Tanah Abu
Vulkanik Gunung Kelud pada Percobaan Inkubasi
4.1.2.1. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap pH Tanah
Dari hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian asam humat dan
kompos terhadap nilai pH tanah terlihat berbeda nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol sebesar 4,30. Pada inkubasi 10 HSP pengaruh paling tinggi
terlihat pada perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g
kompos yakni sebesar 6,57. Pada inkubasi 20 HSP pengaruh paling tinggi terlihat
pada perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 asam humat dan 50 g kompos yakni
sebesar 6,77. Pada 30 HSP perlakuan dengan hasil pH paling tinggi terlihat pada
perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos serta
perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar
6,80. Untuk nilai pH paling rendah terlihat pada perlakuan P1 yakni dengan
penambahan 2,5 g asam humat pada inkubasi di 10 HSP yakni sebesar 6,13.
Untuk setiap kenaikan nilai pH terlihat pada Gambar 1.
-
23
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan
dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,
dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.
Gambar 1. Gafik Analisis pH Tanah Percobaan Inkubasi
Kenaikan pH dapat terjadi setelah pemberian asam humat dan kompos
dikarekanan terjadinya proses mekanisme dimana konsentrasi H+ menurun. Hal
tersebut terjadi karena ion H+ yang ada digantikan dengen gugus asam humat.
Bahan organik yang bersifat anfertil menyebabkan penurunan konsentrasi H+
sehingga menyebabkan mekanisme pH meningkat. Hal ini karenakan masukknya
ion H+ pada lapisan oktahedral Al(OH)3 dan akan membentuk ikatan hidrogen,
sehingga muatan alofan yang ada menjadi bermuatan negatif. Oleh karena itu
dengan penerapan asam humat diharapkan mampu meningkatkan pH tanah.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sukmawati (2011)
bahwa pengaruh pemberian asam humat sebanyak 0,4% memiliki nilai efektifitas
yang lebih tinggi dibandingkan pada pH 6, dimana yang terjadi yakni gugus
fungsional asam humat dapat meningkatkan pH. Penambahan kompos pada
perlakuan kombinasi juga menjadikan kerja asam humat lebih efisien, hal ini
dikarenakan bahan organik seperti kompos memiliki beberapa keunggulan, yaitu
memperbaiki struktur tanah. Lahan pertanian atau media tanam yang sudah terlalu
lama dipupuk dengan menggunakan pupuk kimia pada umumnya akan menjadi
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
pH
Tan
ah
Perlakuan
10 HSP
20 HSP
30 HSP
a a a
b b b cdbc c
bcd cbc c
cd dd d d
-
24
keras, berliat dan asam. Pupuk kompos yang remah dan gembur akan membantu
dalam memperbaiki pH tanah dan juga strukturnya (Harianto, 2007).
4.1.2.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap C-Organik Tanah
Hasil sidik ragam analisis C-organik tanah dari percobaan dengan
penambahan bahan organik asam humat dan kompos menunjukkan hasil yang
berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang hanya sebesar
0,13%. Untuk inkubasi 10 HSP perlakuan yang menunjukkan hasil C-organik
paling baik yakni perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan 50 g
kompos yakni sebesar 3,16%, sedangkan untuk hasil paling rendah yakni
perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos saja sebesar 1,90%. Pada inkubasi
20 HSP perlakuan yang menunjukkan hasil paling tinggi yakni perlakuan P5
dengan pemberian 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar 3,26% dan
perlakuan paling rendah pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos
sebesar 1,98%. Untuk inkubasi 30 HSP terlihat paling tinggi perlakuan sama
yakni P5 dengan pemberian 5 g asam humat dan 50 g kompos yakni sebesar
3,26% dan perlakuan paling rendah pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g
kompos sebesar 1,98%.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam humat dan kompos dapat
meningkatkan nilai C-organik didalam tanah. Nilai C-organik yang bertambah
tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan fraksi terhumifikasi dari
humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan, 1993) sehingga asam
humat mengandung C yang tinggi.
-
25
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan
dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,
dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.
Gambar 2. Gafik Analisis C-organik Tanah Percobaan Inkubasi
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Evi (2012),
aplikasi asam humat dan zeolit menunjukkan C-organik yang cenderung
meningkat dengan penambahan dosis bahan humat. Hal ini berkaitan dengan hasil
beberapa eksperimen terdahulu menyatakan bahwa C-organik yang tinggi dapat
disebabkan karena kandungan C-organik yang tinggi pada bahan humat itu
sendiri. Selain itu, aplikasi bahan humat memacu aktivitas biologi dan
meningkatkan biomassa mikrobiologi tanah yang lebih besar secara bersamaan
membuka jalan untuk meningkatkan kandungan C-organik (Bama et al, 2003).
Analisis dasar C-organik tanah yang sangat rendah menunjukkan bahwa
tanah masih jauh dari kata baik. Dari aplikasi asam humat yang dilakukan pada
percobaan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai C-organik yang
sangat signifikan. Dari hasil analisis data yang dilalukan terlihat hasil berbeda
sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam humat dan kompos
dapat meningkatkan nilai c-organik didalam tanah. Menurut Brady (1990), nilai
C-organik yang bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan
fraksi terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan,
1993) sehingga asam humat mengandung C yang tinggi. Kemudian dijelaskan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
P0 P1 P2 P3 P4 P5
C-O
rgan
ik T
anah
(%
)
Perlakuan
10 HSP
20 HSP
30 HSP
a aa
c cbc
cd
a aa
c cbc
cd d
b bb
de dc e e ed
-
26
Tan (2003) menyatakan bahan humat berperan aktif dalam fiksasi dan pelepasan
C-organik. Semakin tingginya panambahan bahan humat diduga dapat
menyumbangkan bahan organik yang lebih banyak, dan besarnya kandungan
bahan organik tersebut ditunjukkan oleh persentase kadar karbon organiknya.
4.1.2.3. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Kapasitas Tukar
Kation Tanah
Dari hasil sidik ragam analisis kapasitas tukar kation tanah dengan
penambahan bahan organik asam humat dan kompos menunjukkan hasil berbeda
nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang hanya sebesar 6,03
me/100g. Untuk inkubasi 10 HSP nilai KTK tanah paling tinggi terlihat pada
perlakuan P4 dengan penambahan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos yakni
sebesar 22,43 me/100g dan yang paling rendah pada perlakuan P1 dengan
penambahan asam humat 2,5 g sebesar 12,98 me/100g. Pada 20 HSP perlakuan
P4 yang menujukkan hasil paling tinggi yakni perlakuan dengan 2,5 g asam humat
dan 50 g kompos sebesar 23,03 me/100g dan paling rendah yakni perlakuan P1
dengan penambahan asam humat sebesar 13,04 me/100g. Untuk inkubasi 30 HSP,
perlakuan P4 yang sama yakni 2,5 g asam humat dan 50 g kompos menunjukkan
hasil paling tinggi sebesar 23,19 me/100g dan hasil paling rendah pada perlakuan
P4 2,5 g asam humat sebesar 14,53 me/100g. Untuk setiap kenaikan nilai pada
KTK tanah dapat dilihat pada Gambar 3.
-
27
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan
dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,
dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.
Gambar 3. Gafik Analisis KTK Tanah Percobaan Inkubasi
Tan (1991) mengatakan bahwa salah satu pengaruh asam humat terhadap
kimia tanah ialah meningkatkan kapasitas tukar kation. Peningkatkan ini dapat
menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara. Karti dan Setiadi
(2011), Supriyo (2012); dan Fajri et al. (2008) mengemukakan bahwa asam humat
dapat memperbaiki nilai kapasitas tukar kation tanah. Stevenson (1994)
menambahkan bahwa fraksi humat mempunyai fraksi negatif yang berasal dari
disosiasi ion H+ dari berbagai gugus fungsional, sehingga fraksi humat
mempunyai kapasitas tukar kation sangat tinggi.
Hasil sidik ragam ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, Ihdaryanti
(2011) menyatakan penambahan bahan humat dengan dosis 15 liter/ha dapat
meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena bahan humat mengandung gugus
karboksil dan fenolik yang merupakan sumber muatan negatif, sehingga semakin
tinggi bahan humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil dan fenolik
semakin besar yang berarti muatan negatif tanah meningkat. Peningkatan muatan
negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
KTK
Tan
ah (
me
/10
0g)
Perlakuan
10 HSP
20 HSP
30 HSPa a
b bb
c c c bcbc bc
e eddcd
a
-
28
4.1.2.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Tersedia Tanah
Hasil sidik ragam analisis P Tersedia setelah aplikasi asam humat dan
kompos menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol yakni sebesar 179,0 me/100g. Perlakuan yang menunjukkan
hasil paling tinggi yakni perlakuan P5 dengan penambahan 5 g asam humat dan
50 g kompos pada setiap waktu inkubasi 10 HSP, 20 HSP dan 30 HSP yakni
masing-masing sebesar 896,5 me/100g, 919,00 me/100g dan 962,70 me/100g.
Perlakuan paling rendah yakni perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos
dari setiap waktu inkubasi 10 HSP, 20 HSP, dan 30 HSP masing-masing sebesar
527,5 me/100g, 527,8 me/100g dan 529,3 me/100g. Untuk setiap kenaikan P
Tersedia pada analisis ini dapat dililihat pada Gambar 4.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan
dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,
dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.
Gambar 4. Gafik Analisis P-Tersedia Percobaan Inkubasi
Rendahnya fosfor yang tersedia di dalam tanah dikarenakan fosfor dijerap
oleh mineral amorf seperti alofan, imogilit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat
aluminium dan besi dengan permukaan yang spesifik luas (Munir, 1996; Tan
1993; Hardjowigeno, 1995). Peningkatan fosfor di dalam tanah di duga karena
penambahan bahan asam humat dan kompos yang dapat membantu memperbaiki
sifat kimia tanah. Asam humat sebagai fraksi penyusun tubuh dan sumber energi
0.0
200.0
400.0
600.0
800.0
1000.0
1200.0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P T
ers
erd
ia (
me
/10
0g)
Perlakuan
10 HSP
20 HSP
30 HSP
a a a
bcbc bc c c
c
b b b
d d de e
e
-
29
bagi mikroorganisme dalam tanah (Tan, 1991). Hardjowigeno (1995)
mengemukakan bahwa hilangnya fosfor-anorganik berubah menjadi fosfor
organik disebabkan karena adanya mikroorganisme yang dapat mengubahnya
menjadi fosfor organik. Asam humat dalam mempengaruhi peningkatan nilai
fosfor yang belum nyata peningkatannya diakibatkan oleh tingginya alofan yang
terkandung pada abu vulkanik. Penambahan asam humat dapat membuka tapak
jerapan fosfat yang telah dijerap oleh ikatan khelat maupun alofan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slamet Minardi et al, (2011)
menyatakan bahwa penambahan bahan organik dapat mengoptimalkan
ketersedian P di dalam tanah. Hal ini disebabkan karena asam‐asam organik
terutama asam humat dan asam fulvat hasil dari dekomposisi akan membentuk
senyawa komplek (khelat) dengan Al dan Fe sehingga membantu melepaskan
fosfat (P).
4.1.2.5. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Total Tanah
Berkaitan dengan keberadaan P Tersedia didalam tanah, analisis yang
dilakukan selanjutnya yakni analisis P Total. Dari hasil analisis sidik ragam untuk
P Total menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan perlakuan
kontrol sebesar 522,5 mg/kg. Perlakuan P5 dengan 5 g asam humat dan 50 g
kompos pada 10 HSP, 20 HSP, dan 30 HSP menunjukkan nilai P total masing-
masing sebesar 1493,10 mg/kg, 1523,10 mg/kg dan 1547,50 mg/kg. Untuk 10
HSP perlakuan paling rendah terdapat pada perlakuan P3 dengan penambahan 50
g kompos sebesar 744,6 mg/kg. Pada 20 HSP perlakuan paling rendah terdapat
pada perlakuan 2,5 g asam humat yakni sebesar 771,90 mg/kg dan pada 30 HSP
perlakuan perlakuan paling rendah terjadi pada perlakuan dengan penambahan 2,5
g asam humat sebesar 787,40 mg/kg.
-
30
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 6 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, P2 : Perlakuan 5 g asam humat, P3 : Perlakuan
dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 50 g kompos,
dan P5 : Perlakuan dengan 5 g asam humat dan 50 g kompos.
Gambar 5. Gafik Analisis P-Total Percobaan Inkubasi
Fosfor berperan dalam menentukan pertumbuhan akar, mempercepat
kematangan dan produksi buah dan biji serta berfungsi sebagai aktivator berbagai
enzim. P total yang tersedia tidaklah semuanya dapat dikatakan tersedia oleh
tanaman. Hal ini dikarenakan aluminium dan besi didalam alofan membuat tapak
jerap yang membuat P tidak dapat tersedia. Kondisi tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan Sanchez (1992) bahwa pemberian bahan organik juga dapat
menurunkan fiksasi P. Pemberiam asam humat dan kompos dengan bebagai dosis
yang diberikan akan berpengaruh pula terhadap peningkatan kemampuannya
dalam menetralisir aluminium dan besi tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa
adanya senyawa organik yang cukup memungkinkan terjadinya khelat yaitu
senyawa organik dengan kation logam seperti Fe3+ dan Al3+. Dampak dari adanya
khelat logam antara senyawa organik dengan ion logam Fe3+ dan Al3+ dalam tanah
akan mengurangi pengikatan fosfat oleh oksida maupun liat silikat sehingga fosfor
menjadi lebih tersedia. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi permukaan antara
gugus OH- yang munculdi permukaan liat dengan anion fosfat dan juga kation
Fe3+ dan Al3+ yang dibebaskan dari pinggiran kristal silikat yang kemudian
bereaksi dengan anion fosfat menjadi fosfat hidroksi. Bahan humat juga efektif
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P T
ota
l (m
g/kg
)
Perlakuan
10 HSP
20 HSP
30 HSPa a a
b b b
c c c
abbc bc
d dd e
e e
-
31
dalam mengikat ion logam. Menurut Tan (1991) dengan memberikan humus
sebagian ion logam yang berlebihan dapat terambil dari larutan melalui
pembentukan kompleks dengan bahan humat.
4.1.3. Pengaruh Pemberian Asam Humat dan Kompos terhadap Tanah Abu
Vulkan Gunung Kelud untuk Pertumbuhan Tanaman Stroberi
(Fragaria chiloensis)
4.1.3.1. Pengaruh Asam Humat terhadap pH Tanah
Pada percobaan dengan menggunakan tanaman Stroberi hasil analisis pH
tanah menunjukkan berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol
sebesar 5,03. Hasil paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan P2 dengan
penambahan 5 g asam humat dan 0,5 g SP36 yakni sebesar 6,70. Sedangkan
paling rendah ditunjukkan pada perlakuan P3 dengan penambahan 50 g kompos
yakni sebesar 6,07. Untuk setiap kenaikan pH tanah akan dijelaskan pada Gambar
6.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 6. Gafik Analisis pH Tanah
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
pH
Tan
ah
Perlakuan
abc b
d cdbcd bcd
-
32
Pada percobaan penambahan asam humat dan kompos untuk media tanam
tanaman stroberi (Fragaria choloensis) didapati hasil analisis pH yang cukup
berbeda jika dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini terjadi dikarenakan asam
humat merupakan bahan organik yang bersifat anfertil yang memiliki senyawa-
senyawa ionik yang dapat menggantikan jerapan H+ pada ikatan alofan.
Mekanisme naiknya nilai pH disebabkan oleh tergantikannya ikatan ion H+ pada
Al dan Fe didalam alofan dengan senyawa yang dimiliki oleh asam humat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romauli (2014), memunjukkan
bahwa dengan penambahan asam humat sebanyak 0,4% dan pupuk SP36 dapat
meningkatkan pH tanah.
Menurut Tan (1991) salah satu manfaat asam humat untuk kimia tanah
yakni meningkatkan pH tanah, hal ini dapat terjadi karena asam humat dapat
mengikat kandungan aluminium sebagai senyawa kompleks yang sulit larut air
(insoluble) sehingga tidak dapat terhidrolisis. Selain itu penambahan bahan
orgnaik seperti kompos juga dapat membantu dalam kenaikan nilai pH tanah hal
ini dikarenakan bahan kompos dapat berperan sebagai bahan pembenah tanah dari
segi unsur hara makro dan mikro. Penambahan bahan organik kompos yang
meruapakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan bersifat alami jika
dibandingkan dengan bahan pembenah tanah buatan atau sintetis. Kompos juga
berfungsi sebagai makanan dari mikroorganisme di dalam tanah yang mampu
membantu proses dekomposisi di dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme didalam
tanah akan meningkatkan pemindahan hidroksil. Hal ini dikemukakan oleh
(Pocknee and Sumner, 1997) dimana penambahan bahan kompos kedalam tanah
dapat membantu adsorpsi ion H+, pengembangan kondisi reduksi karena aktivitas
mikrobiologi yang meningkat dan pemindahan hidroksil dari permukaan
sesquioxide oleh anion organik yang dapat menyebabkan peningkatan pH dalam
tanah yang telah diperkaya dengan kompos.
4.1.3.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap C-Organik Tanah
Hasil analisis C-organik tanah pada percobaan dengan tanaman Stroberi
menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan
kontrol sebesar 0,48%. Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan P6
dengan penambahan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36 sebesar 3,35%
-
33
dan hasil analisis paling rendah terlihat pada perlakuan P3 dengan penambahan 50
g kompos sebesar 1,90%. Untuk setiap kenaikan C-organik akan dijelaskan pada
Gambar 7.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam
humat dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan
dengan 50 g kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50
g kompos dan 0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g
kompos dan 0,5 g SP36.
Gambar 7. Gafik Analisis C-Organik Tanah
Penambahan bahan organik asam humat dan kompos pada tanah abu
vulkanik memberikan dampak yang sangat nyata pada persentase kandungan c-
organik tanah hal ini disebabkan karena bahan organik bersifat anfertil yang
berarti sumber kesuburan dalam tanah. Keberadaan C-organik dalam tanah juga
menentukan tingkat kualitas tanah. Dimana tanah dikatakan baik apabila
kandungan c-organik didalam tanah sebesar 2,5%. Nilai C-organik yang
bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan fraksi
terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan, 1993)
sehingga asam humat mengandung C yang tinggi.
4.1.3.3. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Kapasitas Tukar
Kation Tanah
Parameter kimia tanah selanjutnya yang dianalisis ialah kapasitas tukar
kation tanah (KTK). Dari hasil analisis yang telah dilakukan nilai KTK tanah
menujukkan berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar
8,19 me/100g. Perlakuan dengan hasil paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
C O
rgan
ik T
anah
(%
)
Perlakuan
a
d
bc
de
c
e
b
-
34
dengan penambahan kombinasi P6 (5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36) yakni sebesar 28,11 me/100g. Sedangkan hasil nilai KTK paling rendah
ditunjukkan oleh perlakuan dengan penambahan 50 g kompos sebesar 15,24
me/100g setiap kenaikan KTK tanah akan dijelaskan pada Gambar 8.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 8. Gafik Analisis KTK Tanah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumya, interaksi pemberian
bahan organik dan pupuk P berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas
pertukaran kation (Slamet, et al. 2011). Hal ini karena dengan penambahan bahan
organik akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) karena
dekomposisi bahan organik yang akan melepaskan asam‐asam organik yang
mengandung gugus fungsional yang reaktif.
Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena asam humat mengandung –COOH (karboksil) dan –OH
(fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin tinggi asam humat
maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH)
semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin meningkat.
Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.
Pemberian asam humat sebanyak 2,5 g dan 5 g secara nyata dapat meningkatkan
nilai KTK tanah. Selain itu penambahan bahan organik seperti kompos juga
membantu dalam meningkatkan KTK tanah hal ini dikemukakan oleh Karti dan
0
5
10
15
20
25
30
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
KTK
Tan
ah (
me
/10
0g)
Perlakuan
a
c
b
cd
c
e
b
-
35
Setiadi (2011), Supriyo (2012); dan Fajri et al.(2008) yang mengatakan bahwa
penamabahan bahan organik seperti asam humat dan kompos dapat membantu
dalam memperbaiki nilai kapasitas tukar kation. Hal ini disebabkan bahan organik
seperti asam humat memiliki fraksi negatif yang berasal dari disisiasi ion H+ dari
berbagai gugus fungsional, sehingga fraksi dari bahan organik maupun humat
mempunyai kapasitas untuk meningkatkan nilai kapasitas tukar kation tanah.
4.1.3.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Tersedia Tanah
Hasil analisis ketersediaan P pada percobaan ini menujukkan hasil yang
berbeda nyata. Apabila dibandingkan dengan analisis dasar setiap perlakuan
menunjukkan kenaikan terhadap P Tersedia. Perlakuan kontrol memiliki nilai
terendah apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sementara perlakuan P6
(5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36) memiliki nilai tertinggi dengan
nilai 1259,7 me/100g setiap kenaikan P Tersedia akan dijelaskan pada Gambar 9.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 9. Gafik Analisis P-Tersedia
Hasil analisis sidik ragam setelah penambahan bahan organik asam humat
dan kompos menunjukkan nilai kenaikan P Tersedia di dalam tanah. Peningkatan
fosfor di dalam tanah diduga karena asam humat dan kompos memiliki peranan
dalam perbaikan sifat fisik, biologi serta kimia tanah. Asam humat dan kompos
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
P T
ers
ed
ia(m
e/1
00
g)
Perlakuan
a
b b
a
c
de
-
36
sebagai bahan organik dapat berperan sebagai penyusun tubuh dan sumber energi
didalam tanah. Hal ini disebabkan karena asam‐asam organik terutama asam
humat dan asam fulvat hasil dari dekomposisi akan membentuk senyawa komplek
(khelat) dengan Al dan Fe sehingga membantu melepaskan fosfat (P).
Hadjowigeno (1995) mengemukakan bahwa hilangnya fosfor-anorganik
disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme yang mengubah fosfor-
anorganik menjadi fosfor organik. Selain itu, interaksi pemberian bahan organik
dan pupuk P (SP36) berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan P tersedia
tanah hal ini juga disebabkan oleh bahan organik baik secara langsung melalui
proses mineralisasi maupun tidak langsung membantu pelepasan P yang terfiksasi.
4.1.3.5. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap P Total Tanah
Hasil analisis P Total pada percobaan ini menujukkan hasil yang berbeda
nyata. Apabila dibandingkan dengan analisis dasar setiap perlakuan menunjukkan
kenaikan terhadap P Total. Perlakuan kontrol memiliki nilai terendah apabila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya sementara perlakuan P6 (5 g asam humat,
50 g kompos dan 0,5 g SP36) memiliki nilai tertinggi dengan nilai 1576 mg/kg
setiap kenaikan P Total akan dijelaskan pada Gambar 10.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 10. Gafik Analisis P-Total
0
300
600
900
1200
1500
1800
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
P T
ota
l(m
g/kg
) Ta
nah
Perlakuan
aa
b bcc
d
e
-
37
Interaksi pemberian bahan organik terlihat berbeda nyata dari hasil analisis
sidik ragam. Penambahan bahan organik seperti humat dan kompos yang
merupakan anion pesaing yang dapat menutup permukaan mineral amorf (alofan)
dan oksida hidrat AI dan Fe sehingga mendesak ion fosfat dari tapak-tapak
jerapan sehingga P menjadi tersedia (Hue, 1991). Hal ini akan sejalan dengan
ketersedian P-Total didalam tanah. Sepanjang anion organik dan ionrganik dapat
berkompetisi dengan ortofosfat pada tapak-tapak jerapannya, keberadaan anion ini
dalam larutan tanah dapat menurunkan jerapan P sehingga meningkatkan P
tersedia (Appelt et al., 1975; Deb dan Datta, 1976). Peningkatan P Total didalam
tanah didasari oleh penambahan bahan organik yang membantu menfiksasi fosfor
didalam tanah, juga penambahan bahan organik yang berperan mensupply
bermacam unsur hara makro dan mikro tanah.
4.1.4. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman
Stroberi (Fragaria chiloensis)
4.1.4.1. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Jumlah Daun Stroberi
(Fragaria chiloensis)
Dari hasil analisis sidik ragam terhadap pengaruh penambahan asam humat
dan kompos terhadap jumlah daun tidak beda nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. Perlakuan dengan jumlah daun paling banyak terlihat pada 46hst
pada perlakuan P1 (2,5 g asam humat dan 0,5g SP36) dan P2 (5 g asam humat dan 0,5
g SP36) yakni sebanyak 9 helai daun. Untuk tingkatan jumlah daun dari setiap
perlakuannya akan dijelaskan pada Gambar 11.
-
38
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 11. Gafik Analisis Jumlah Daun Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis)
Penambahan bahan organik asam humat dan juga kompos yang dilakukan di
percobaan ini tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dari hasil analisis data
yang dilakukan tidak begitu terlihat perbedaan jumlah daun yang cukup berarti dari
setiap perlakuan yang diberikan pada percobaan ini. Hal ini dikarenakan waktu
pembukaan daun serta gugurnya daun tidak dapat diprediksi. Faktor lingkungan
juga yang mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang berada disekitar
tanaman yang dikenal dengan iklim mikro (Sugeng, 2001). Hal ini diduga
kandungan unsur hara dalam media tanah telah mencukupi untuk pertumbuhan
optimal daun. Demikian juga organ tanaman pertumbuhannya sangat terbatas jika
telah mencapai kondisi maksimal akan terhenti, dengan demikian jumlah daun
berbeda tidak nyata. Menurut Buckman dan Brady (1982), bahwa kecukupan dan
ketersediaan hara bagi tanaman antara lain tergantung macam dan jumlah hara
yang tersedia pada tanah, yang ada pada pertimbangan sesuai dengan
pertumbuhan tanaman. Jumlah daun yang dihasilkan tidak terlepas dari kondisi
tanaman stroberi sendiri yang sudah mencapai pertumbuhan maksimal.
4.1.4.2. Pengaruh Asam Humat dan Kompos terhadap Tinggi Tanaman
Stroberi (Fragaria chiloensis)
Hasil analisis sidik ragam terhadap pengaruh penambahan asam humat dan
kompos terhadap tinggi tanaman tidak beda nyata jika dibandingkan dengan
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4
Jum
lah
Dau
n
Jumlah Hari Pengamatan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
-
39
perlakuan kontrol. Perlakuan dengan tinggi tanaman paling tinggi terlihat pada 46 hst
pada perlakuan P1 (2,5 g asam humat dan 0,5g SP36) sebesar 22 cm dan P4 (50 g
kompos dan 0,5 g SP36) yakni sebesar 20,1 cm . Untuk tingkatan tinggi tanaman dari
setiap perlakuannya akan dijelaskan pada Gambar 12.
Keterangan : Percobaan inkubasi dilakukan dengan 7 Perlakuan. P0 : Perlakuan kontrol, P1 :
Perlakuan dengan 2,5 g asam humat dan 0,5 g SP36, P2 : Perlakuan 5 g asam humat
dan 0,5 g SP36, P3 : Perlakuan dengan 50 g kompos, P4 : Perlakuan dengan 50 g
kompos dan 0,5 g SP36, P5 : Perlakuan dengan 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan
0,5 g SP36, serta P6 : Perlakuan dengan 5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g
SP36.
Gambar 12. Gafik Analisis Tinggi Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis)
Pengaruh penambahan bahan organik asam humat dan kompos terhadap
tinggi tanaman stroberi dari setiap perlakuan yang diberikan terlihat tidak terlalu
berbeda nyata. Hal ini dikarenakan kemampuan masing-masing tanaman
menyerap unsur hara yang berbeda beda. Selain itu, perbedaan kemampuan
tanaman itu sendiri dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti, air, suhu,
intesitas cahaya matahari dan sebagainya juga berbeda-beda. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Sugeng (2011) yang mengatakan salah satu faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman disebut iklim mikro. Pemberian
bahan organik sendiri berfungsi sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim
dan juga membantu kelancaran proses fotosintesis, pembentuk klorofil dan
berperan dalam proses reproduksi, sehingga angkutan hara P lebih optimal.
0
5
10
15
20
25
16hst 26hst 36hst 46hst
Tin
ggi T
anam
an (
cm)
Jumlah Hari Pengamatan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
-
40
4.2. Pembahasan Umum
Hasil penelitian meunjukkan bahwa aplikasi asam humat dan kompos
dapat meningkatkan kesuburan tanah vulkanik, kesuburan yang dimaksud yakni
mencakup pH tanah, c-organik tanah, nilai kapasitas tukar kation, ketersedian P
dan P total didalam tanah. Hasil penelitian terkait perbaikan sifat kimia tanah ini
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi asam humat 2,5 g, kompos 50 g dan
serta perlakuan dengan peningkatan dosis asam humat 5 g, kompos 50 g
memberikan dampak yang sangat nyata terhadap kenaikan nilai pH tanah yakni
berkisar 2,50 dari perlakuan kontrol yang hanya 4,30 pada perlakuan inkubasi.
Untuk perlakuan dengan tanaman kenaikan pH paling tinggi terjadi pada
perlakuan kombinasi 2,5 g asam humat, 50 g kompos dan 0,5 g SP36 yakni 6,53
dari perlakuan kontrol sebesar 5,03. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khattak, R.
et al. (2013) yang menyatakan bahwa asam humat yang diaplikasikan ke tanah
berfungsi sebagai penyangga yang memiliki pH berkisar antara 5,5-8,0 yang dapat
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Hasil peningkatan pH juga diikuti dengan peningkatan fosfor. Hal ini
dikarekanakn H+ pada pH yang terlepas dari tapak jerapan berkaitan dengan
mekanisme tapak jerapan P pada alofan. Kenaikan nilai fosfor pada perlakuan
inkubasi terlihat sangat nyata pada perlakuan dengan penambahan asam humat 5 g
dan kompos 50 g. Untuk perlakukan dengan tanaman peningkatan P tersedia
paling tinggi terjadi pada perlakuan kombinasi dari 5 g asam humat, 50 g kompos
dan 0,5 g SP36 yakni dari perlakuan kontrol 483,7 menjadi 1259,7 pada perlakuan
P6. Peningkatan fosfor yang mencapai lima kali lipat dari kandungan awal ini
menjadikan kenaikan tingkat ketersedian fosfor di dalam tanah menjadi tinggi.
Sukmawati (2011b) menyatakan bahwa asam humat mampu meningkatkan pH
tanah dengan adanya kandungan OH- pada asam humat sehingga fosfor yang
tersedia meningkat. Hal ini ditambahkan oleh Hardjowigeno (1995) yang
menjelaskan bahwa fosfor memiliki hubungan dengan pH tanah, pada pH tinggi
alofan mempunyai muatan negatif sedangkan pH yang relatif rendah alofan
mempunyai muatan positif sehingga kandungan anion fosfat masih dalam jerapan
tangan alofan.
-
41
Selain itu pemberian bahan organik asam humat dan kompos juga
meningkatkan nilai C-organik dan KTK tanah. Sutopo (2010) menyatakan
penambahan bahan organik akan sejalan dengan peningkatan nilai C-organik
tanah, nilai KTK tanah serta ketersedian P didalam tanah. Syekhfani (1997)
menerangkan bahwa nilai kapasitas tukar kation berkaitan dengan pH tanah, jenis
mineral liat dan bahan organik. Kemudian diterangkan, kandungan alofan dan/
atau seskuiosida yang tinggi, mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat peka
terhadap perubahan pH dan kepekatan kation.