its-undergraduate-6818-3604100008-bab1.pdf

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pasir juga meningkat. Akibatnya aktivitas penambangan pasir turut meningkat. Penambangan tanpa aturan, identik dengan proses destruktif karena aktivitasnya tidak terkendali sehingga dapat merubah roman muka bumi secara berlebihan (Ansori, 2005). Hal senada diungkapkan oleh Sudradjat (1999) bahwa pertambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan karena kegiatan tersebut dikenal dapat mengubah roman bumi. Penambangan pasir umumnya terjadi di daerah pesisir pantai, dan daerah aliran sungai. Selain berfungsi sebagai saluran drainase, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa eksistensinya. Runtuhnya tebing- tebing sungai di daerah pegunungan menyebabkan volume sedimen yang sangat besar yang akhirnya terangkut ke hilir oleh aliran sungai (Sosrodarsono & Tominaga, 1994). Sedimen yang telah mengendap inilah yang ditambang oleh masyarakat. Penambangan pasir yang berlebihan terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah. Pasir, kerikil, serta berbagai jenis batu alam setiap hari diangkut untuk keperluan bangunan dan ornamen taman yang dijual keluar daerah atau di sekitar kota Kebumen. Menurut Ansori (2005), dalam satu hari, paling tidak 340 – 500 truk mengangkut pasir di Luk Ulo yang lalu lalang pada siang ataupun malam hari. Hal ini berarti sekitar 1500 m 3 /hari atau 540.000 m 3 /tahun, pasir diangkut dari dasar sungai. Pada saat sibuk antara pukul 09.00 - 16.00 WIB serta cuaca cerah, kepadatan truk pengangkut pasir sekitar dua truk/ 3.5 menit atau berkisar antara 40 - 35 truk/jam. Penambangan pasir dilakukan ratusan orang di sepanjang DAS Luk Ulo, dari 213 aktivitas penambangan galian golongan C (pasir) hanya dua puluh pengusaha (± tiga persen) saja yang memiliki Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD) 1

Upload: herman-samuel

Post on 14-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pasir juga meningkat. Akibatnya aktivitas penambangan pasir turut meningkat. Penambangan tanpa aturan, identik dengan proses destruktif karena aktivitasnya tidak terkendali sehingga dapat merubah roman muka bumi secara berlebihan (Ansori, 2005). Hal senada diungkapkan oleh Sudradjat (1999) bahwa pertambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan karena kegiatan tersebut dikenal dapat mengubah roman bumi. Penambangan pasir umumnya terjadi di daerah pesisir pantai, dan daerah aliran sungai. Selain berfungsi sebagai saluran drainase, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa eksistensinya. Runtuhnya tebing-tebing sungai di daerah pegunungan menyebabkan volume sedimen yang sangat besar yang akhirnya terangkut ke hilir oleh aliran sungai (Sosrodarsono & Tominaga, 1994). Sedimen yang telah mengendap inilah yang ditambang oleh masyarakat.

    Penambangan pasir yang berlebihan terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Pasir, kerikil, serta berbagai jenis batu alam setiap hari diangkut untuk keperluan bangunan dan ornamen taman yang dijual keluar daerah atau di sekitar kota Kebumen. Menurut Ansori (2005), dalam satu hari, paling tidak 340 500 truk mengangkut pasir di Luk Ulo yang lalu lalang pada siang ataupun malam hari. Hal ini berarti sekitar 1500 m3/hari atau 540.000 m3/tahun, pasir diangkut dari dasar sungai. Pada saat sibuk antara pukul 09.00 - 16.00 WIB serta cuaca cerah, kepadatan truk pengangkut pasir sekitar dua truk/ 3.5 menit atau berkisar antara 40 - 35 truk/jam. Penambangan pasir dilakukan ratusan orang di sepanjang DAS Luk Ulo, dari 213 aktivitas penambangan galian golongan C (pasir) hanya dua puluh pengusaha ( tiga persen) saja yang memiliki Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD)

    1

  • 2

    (Raharjo & Sartono, 2007). Pada tahun 1970-an, pasir Luk Ulo di sekitar Kota Kebumen masih banyak, namun sekarang sudah hampir habis, sehingga penambangan bergerak ke arah utara hingga mencapai kilometer ke-18 dari kota ke arah hulu (Ansori, 2005).

    Ansori (2005) menyatakan pengerukan material yang berlebihan pada dasar ataupun meander sungai dapat menyebabkan pola arus alamiah sungai berubah. Akibatnya, erosi horizontalnya bertambah luas. Mulyanto (2007) mengungkapkan meander pada sebuah sungai akan selalu berpindah tempat karena proses pengendapan dan penggerusan. Mulyanto juga menjelaskan bahwa aliran pada suatu sungai memiliki suatu kapasitas angkut tertentu yang selalu dapat dan harus dipenuhi oleh dasar sungai yang merupakan pemasok material berupa sedimen. Hal ini berkaitan dengan dua fungsi utama sungai yaitu mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada DAS dan alurnya. Kedua fungsi tersebut berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi (Mulyanto, 2007), sehingga apabila terjadi gangguan pada dasar ataupun meander sungai juga mempengaruhi pola arus alamiah sungai.

    Dampak dari kegiatan penambangan pasir di DAS salah satunya terjadi longsor di beberapa titik di sepanjang DAS Luk Ulo, antara lain: dataran sungai yang sekarang banyak digunakan untuk sawah dan permukiman (sekitar Widoro, Seling dan Logandu); tebing jalan di utara bendung Kaligending, Desa Widoro serta Pucangan (Ansori, 2005). Pada tahun 2007 (Kompas, 27 April 2007), tiga rumah di sekitar tepian tebing DAS Luk Ulo runtuh (Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong). Kepadatan arus lalu lintas pengangkut pasir yang kelebihan beban juga telah merusak jalan hingga kilometer ke-19 ke arah hulu, membuat kebisingan, mengganggu kelancaran lalu lintas serta bertebarnya debu yang mengganggu kesehatan (Ansori, 2005).

    Dalam penelitiannya, Ansori (2005) menyatakan kerusakan bangunan fisik dapat dihitung dan dilihat lebih cepat dibanding dengan gangguan kesehatan dan sosial. Dampak lingkungan

  • 3

    akibat penambangan bahan galian golongan C (pasir) di Indonesia berpengaruh pada tubuh tanah (soil), topografi atau roman muka bumi, vegetasi dan warisan nasional berupa cagar alam dan cagar budaya (Sudradjat, 1999). Sudradjat tidak memasukkan sosial budaya sebagai salah satu elemen yang terkena dampak lingkungan akibat penambangan bahan galian golongan C (pasir). Hal ini dikarenakan penambangan bahan galian golongan C (pasir) menggunakan teknologi sederhana dengan modal terbatas dan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat banyak sehingga dampak fisik yang berakibat pada sosial budaya dianggap bukan dampak besar dan penting. Hal ini terbukti dalam proses untuk mendapatkan SIPD yang cukup dilengkapi dengan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) yang penelaahan dan persetujuannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I.

    Kerusakan jalan akibat kegiatan penambangan pasir setiap tahunnya tidak kurang dari Rp 400 juta. Sementara itu, kerusakan sawah, tebing jalan, dan bangunan fisik lainnya lebih besar dari kerusakan jalan. Fenomena-fenomena di atas memperlihatkan seberapa besar kerusakan atau degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh penambangan pasir ilegal di DAS Luk Ulo. Tingginya erosi di hulu DAS Luk Ulo berakibat pada turunnya tingkat kesuburan tanah, debit sungai dan permukaan air tanah. Akibatnya, terjadi penurunan produktivitas hasil sawah dan tegalan para petani di sekitar DAS Luk Ulo dan meningkatkan potensi banjir dan gerakan tanah. Di lain pihak, erosi yang tinggi menguntungkan para penambang pasir karena tersedia banyak sedimen.

    Biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kebumen untuk merehabilitasi jalan dan bangunan fisik lainnya jauh lebih besar daripada jumlah pajak daerah golongan C yang masuk ke kas daerah yang hanya Rp 12 juta/tahun (Ansori, 2005). Pada bulan April 2007, ada sekitar enam titik di DAS Luk Ulo yang sedang diperbaiki dan dibangun pengaman di sepanjang tebing sungai dengan biaya dana pascabencana 2006 sebesar Rp 12,6 milyar (Kompas, 27 April

  • 4

    2007). Di lain pihak, penghentikan total aktivitas penambangan sulit dilakukan karena dapat menimbulkan dampak sosial ekonomi yang cukup luas. Berdasarkan hasil data survei yang dilakukan Ansori (2005), peredaran uang di sekitar penambangan pasir DAS Luk Ulo Rp 13,6 juta pada siang hari atau sekitar Rp 4,896 milyar/tahun yang jatuh ke tangan penambang/pengayak, buruh angkut, keamanan, dan jalan desa. Uang tersebut berasal dari pengeluaran supir truk yang harus membeli pasir, membayar buruh angkut serta keamanan.

    Kegiatan penambangan pasir yang semakin meningkat beberapa tahun terakhir juga disebabkan belum adanya aturan hukum di tingkat Kabupaten Kebumen yang mengatur tentang usaha pertambangan. Baru pada tahun 2007 Pemda Kabupaten Kebumen memproses terwujudnya sebuah Peraturan Daerah (Perda) Usaha Pertambangan yang berisi tentang proses perizinan, aturan penambangan, upaya konservasi di lokasi penambangan dan retribusi usaha pertambangan (www.kebumen.go.id). Perda ini bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif kerusakan lingkungan DAS Luk Ulo akibat penambangan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peranan DAS Luk Ulo sebagai pemasok air bersih (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kabupaten Kebumen.

    Kegiatan pertambangan jelas memberi dampak bagi lingkungan di sekitarnya baik berupa dampak positif maupun negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan pertambangan berskala besar, baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun, pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai, apalagi dananya terbatas (Sudradjat, 1999). Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan carrying capacity atau daya dukung lingkungan dalam kegiatan penambangan pasir yang umumnya menggunakan teknologi sederhana dengan modal terbatas.

    Pendekatan carrying capacity digunakan untuk menghitung berapa kapasitas maksimum tingkat konsumsi sumberdaya dan

  • 5

    limbah yang dihasilkannya dalam suatu wilayah tanpa mempengaruhi produktivitas dan integritas ekologi di wilayah tersebut (Carley dan Christie, 2000). Menurut Rees (dalam Carley dan Christie, 2000), sementara masyarakat bergantung pada bermacam-macam sumberdaya ekologi dan fungsinya untuk memenuhi kebutuhannya, daya dukung lingkungan pada akhirnya ditentukan oleh satu sumberdaya yang vital atau fungsi penyediaan ekologi yang paling sedikit.

    Pendekatan carrying capacity pada kegiatan penambangan pasir di DAS Luk Ulo ini untuk memberikan arahan bagaimana kegiatan penambangan yang baik dan tidak merusak lingkungan. Hal ini dilakukan supaya tidak mengganggu dua fungsi utama DAS Luk Ulo dalam mengalirkan air dan mengangkut sedimen. Penelitian ini dimaksudkan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang terjadi pada DAS Luk Ulo sehingga DAS tersebut bisa berfungsi dengan baik. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan arahan penggunaan/pemanfaatan lahan yang ada di sekitar DAS Luk Ulo sehingga kegiatan kegiatan yang berlangsung di sekitar DAS tersebut tidak mengganggu kelestarian lingkungan. 1.2 Rumusan Permasalahan

    Kegiatan penambangan pasir DAS Luk Ulo telah berlangsung sejak lama dan menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi antara lain: lahan pertanian dan areal permukiman terancam longsor, kerusakan jalan yang parah akibat truk-truk pengangkut pasir, erosi horisontal pada tebing-tebing sungai yang semakin luas, dan lain sebagainya. Akibatnya, terjadi penurunan produktivitas pertanian, dan meningkatkan potensi banjir dan gerakan tanah. Biaya yang harus dikeluarkan Pemda Kabupaten Kebumen untuk menanggulangi kerusakan lingkungan lebih besar daripada jumlah pajak daerah golongan C yang masuk ke kas daerah. Akibatnya, lingkungan di sekitar DAS semakin parah dan rusak karena

  • 6

    kegiatan penambangan pasir di DAS Luk Ulo. Selain itu pengendalian untuk kegiatan penambangan pasir lebih sulit daripada kegiatan penambangan berskala besar.

    Selain kerusakan lingkungan yang dapat dilihat secara fisik, kegiatan penambangan pasir berpotensi mengganggu fungsi DAS Luk Ulo dalam mengalirkan air dan mengangkut sedimen. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan carrying capacity dalam kegiatan penambangan pasir sehingga ada arahan bagaimana kegiatan penambangan yang baik dan tidak merusak lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah terjadi kerusakan lingkungan pada daerah aliran sungai akibat dari kegiatan penambangan pasir yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan di daerah tersebut sehingga perlu adanya pengendalian kegiatan penambangan pasir berdasarkan pendekatan carrying capacity di DAS Luk Ulo Kabupaten Kebumen. Adapun pertanyaan penelitian antara lain:

    1. Bagaimana proses penambangan pasir di DAS Luk Ulo? 2. Apa saja faktor-faktor penentu carrying capacity untuk

    kegiatan penambangan pasir? 3. Seberapa besar carrying capacity DAS Luk Ulo untuk

    kegiatan penambangan pasir? 4. Bagaimana formulasi arahan pengendalian kegiatan

    penambangan pasir berdasarkan pendekatan carrying capacity di DAS Luk Ulo?

    1.3 Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan arahan pengendalian kegiatan penambangan pasir berdasarkan pendekatan Carrying Capacity di DAS Luk Ulo Kabupaten Kebumen. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran penelitian ini adalah :

    1. Mengidentifikasi proses penambangan pasir di DAS Luk Ulo

    2. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu carrying capacity untuk kegiatan penambangan pasir.

  • 7

    3. Menentukan carrying capacity DAS Luk Ulo untuk kegiatan penambangan pasir.

    4. Formulasi arahan pengendalian kegiatan penambangan pasir berdasarkan pendekatan carrying capacity di DAS Luk Ulo Kabupaten Kebumen.

    1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini mencakup pengelolaan sumberdaya alam untuk kegiatan penambangan pasir dengan pendekatan carrying capacity. Sumberdaya alam yang dimaksud dibatasi pada penggunaan lahan dan sumberdaya pasir untuk kegiatan penambangan. Analisa Carrying Capacity digunakan untuk menentukan besarnya carrying capacity pada lahan dan sumberdaya pasir untuk kelangsungan kegiatan penambangan pasir. Analisa carrying capacity bersifat fisik sehingga penelitian ini hanya membahas aspek fisik kegiatan penambangan pasir. 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

    Ruang lingkup wilayah yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah daerah-daerah yang menjadi lokasi kegiatan penambangan pasir di sepanjang DAS Luk Ulo. Lingkup wilayah yang dimaksud mulai dari Desa Totogan (daerah hulu) hingga Desa Tanggulangin (daerah hilir). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa penambangan pasir DAS Luk Ulo telah bergerak ke arah utara hingga mencapai kilometer ke-18 dari kota ke arah hulu, sehingga lokasi penambangan pasir yang paling ujung (daerah hulu) terdapat di Desa Totogan. Lingkup wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

  • 8

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang ingin dicapai dari studi ini ada dua, yaitu: 1. Manfaat teoritis

    Manfaat teoritis dari studi ini adalah untuk memberikan masukan dalam konteks pengendalian kegiatan penambangan pasir berdasarkan pendekatan carrying capacity pada Daerah Aliran Sungai.

    2. Manfaat praktis Manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah:

    a. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Kebumen terkait pentingnya pengendalian kegiatan penambangan pasir di DAS Luk Ulo guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

    b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pelaku penambangan pasir mengenai dampak negatif yang timbul akibat penambangan pasir dan meningkatkan peranan mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan.

    1.6 Kerangka Pemikiran Studi

    Kerangka pemikiran studi ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan proses berpikir peneliti, mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian hingga akhirnya tercapai semua sasaran pada akhir penelitian, dan permasalahan dalam penelitian dapat terjawab. Selain itu, kerangka pemikiran studi ini juga mewakili tinjauan-tinjauan pustaka yang dibahas pada bab selanjutnya. Adapun kerangka pemikiran studi dalam penelitian ini dapat diamati pada Gambar 1.2.

  • 9

    PETA WILAYAH PENELITIAN

  • 11

    Pengembangan Wilayah

    Potensi Wilayah

    Sumberdaya Pasir

    Permintaan Pasir Meningkat

    Kegiatan Penambangan Pasir

    Proses Penambangan P

    Daya Dukung Linasir gkungan

    Kerusakan Lingkungan

    Pengendalian Kegiatan Penambangan Pasir

    Gambar 1.2

    Kerangka Pemikiran Studi (Sumber: Penulis)

    bagian awal TABab IBAB IIBAB IIIBab IVBAB VDaftar pustakaLAMPIRANBIODATA PENULIS