its undergraduate 12467 bab1
TRANSCRIPT
1.1. Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
Winstertein (1990), mendefinisikan anisotropi sebagai variasi satu atau lebih
sifat material terhadap arahnya. Dalam medium elastis yang bersifat anisotropis, besar
kecepatan gelombang seismik tergantung terhadap sudut (Thomsen, 2002). Kecepatan
anisotropi menunjukkan keberadaan struktur yang mempunyai variasi fenomena fisis
karena kecepatan seismik bergantung tidak hanya pada jenis gelombang dan sifat elastis
medium tetapi juga pada arah penjalaran.
Dari pengukuran seismik permukaan, baik refleksi ataupun refraksi,
dimungkinkan untuk mendapatkan komponen horisontal slowness. Anisotropi
diperlukan untuk mengestimasi adanya suatu penambahan lapisan bawah permukaan
(ketebalan lapisan dan komponen vertikal slowness). Winstertein (1986)
memperkirakan untuk mendapatkan ketebalan dari suatu lapisan, maka digunakan
kecepatan yang didapatkan dari analisa kecepatan ge10mbang P. Kemudian, dari analisa
gelombang S, dapat digunakan untuk memperkirakan kecepatan anisotropinya.
Delinger (1991) menyimpulkan dengan adanya kondisi tersebut, maka memungkinkan
untuk memperkirakan akurasi yang baik dari daerah kecepatan vektor dari geometri
VSP (Vertical Seismic Profiling).
1
Perbedaan utama antara tomografi kecepatan dari pengukuran seismik
permukaan dan waktu tempuh cross-hole atau VSP adalah bahwa pembentuk dari
metode seismik permukaan memerlukan letak posisi dari bidang reflektor, sedangkan
untuk metode cross-hole atau VSP tidak memerlukan informasi tersebut. Posisi yang
diperlukan untuk memperkirakan kecepatan dari gelombang langsung untuk tomografi
waktu tempuh pada cross-hole adalah posisi sumber dan penerima saja. Dengan
mengeliminasi pemetaan reflektor, maka perkiraan efek lain seperti kecepatan
anisotropi dapat lebih mudah terlihat pada cross-hole. Pada seismik tomografi cross
hole, sumber diletakkan di dalam lubang bor yang diterima responnya oleh penerima
yang terletak di lubang bor sebelahnya. Waktu tempuh untuk gelombang yang pertama
kali datang digunakan untuk memperoleh gambaran penampang kecepatan bawah
permukaan diantara 2 lubang bor (Bregman et aI., 1989; Calnan dan Schuster, 1989;
Lines dan LaFehr, 1989; McMechan et aI., 1987). Tomografi cross-hole diharapkan
menghasilkan resolusi yang lebih baik daripada VSP atau RVSP (Reverse Vertical
Seismic Profiling), karena hampir semua energi tidak merambat pada lapisan yang
mempunyai atenuasi yang tinggi dekat dengan permukaan dan jarak tempuhnya pendek.
Resolusi seismik cross-hole mempunyai kedalaman yang tidak terbatas, karena
energinya merambat diantara lubang bor.
Simultaneous Iterative Reconstruction Technique (SIRT) adalah pengembangan
dari Algebraic Reconstruction Technique (ART) dan merupakan salah satu metode atau
analisa yang banyak digunakan untuk perhitungan kecepatan seismik (e.g., Peterson et
aI., 1985). Metode SIRT secara luas dapat digunakan untuk rekonstruksi tomografi
(Herman, 1980; Carrion, 1987; Nolet, 1987). Perhitungan dengan menggunakan
anisotropi memberikan bukti-bukti yang penting pada beberapa tahap, termasuk
2
pengolahan dan interpretasi data gelombang S (Lynn dan Thomsen, 1986; Bush dan
Cramp in, 1987) dan gabungan dari VSP dengan data seismik permukaan (Chiu dan
Stewart, 1987).
Dalam tugas akhir ini, penulis memilih metode SIRT sebagai salah satu metode
inversi untuk penyelesaian tomografi seismik cross-hole, karena dalam berbagai kasus
pengukuran, amatlah jarang diperoleh data pengukuran yang sempuma. Artinya,
kesalahan, baik itu dari peralatan yang digunakan maupun aspek pelaksanaannya
(eksperimen) se1alu terjadi. Sehingga, untuk memperoleh hasil yang akurat, SIRT dapat
digabungkan dengan teknik yang mampu untuk mengakses data yang hilang. lni
menjadi teknik yang lazim dipakai dalam kasus-kasus geofisika.
1.2. Perumusan Masalah
Metode SIR T saat ini telah sukses digunakan untuk perhitungan kecepatan
isotropi dan implementasinya, oleh karena itu dicoba untuk mengaplikasikan metode
SIR T untuk perhitungan kecepatan anisotropi gelombang P dan parameter anisotropi
yang digunakan dalam tomografi cross-hole waktu tempuhnya.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah penyelesaian tomografi cross-hole seismik
pada medium anisotropis dengan metode SIR T. Dalam permodelan numerik ini akan
ditentukan parameter-parameter anisotropi dengan menggunakan permode1an ke depan
dan permodelan ke belakang untuk kasus cross-hole seismik.
l~ \ .... --3
1.4. Batasan Masalah
Kajian dilakukan terhadap waktu tempuh transmisi ge10mbang langsung P yang
dilepas sumber dan diterima penerima. Waktu tempuh ini merupakan fungsi kecepatan
sinar ge10mbang pada medium yang dilewatinya. Harga kecepatan akan dinyatakan
dalam slowness dan parameter anisotropi. Slowness dan parameter anisotropi medium
akan dihitung sebagai fungsi lokasi, dengan demikian citra slowness dan parameter
anisotropi akan menggambarkan penampang obyek dalam medium pada arah irisan
tertentu. Slowness dan parameter anisotropi didekati dengan fungsi elemen demi
elemen, dan setiap elemen mempunyai nilai slowness dan parameter anisotropi yang
tungga1.
Untuk perhitungan inversi dengan metode SIRT menggunakan sinar lurus
(straight ray), dimaksudkan agar diperoleh penyelesaian dengan inversi tomografi
linier, dan permodelan dalam tugas akhir ini menggunakan model geologi yang
sederhana atau medium 2 lapis dengan pelapisan datar.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini meliputi :
• Bab I Pendahuluan
Me1iputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah
dan sistematika penulisan.
• Bab II Tinjauan Pustaka
Teori yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan pene1itian yang
meliputi teori dasar anisotropi, pengertian inversi dan penggunaan SIRT untuk
4
memperoleh nilai parameter slowness dan parameter anisotropi yang
berhubungan dengan perhitungan waktu tempuh.
• Bab III Permodelan Ke Depan dan Permodelan Ke Belakang.
Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai algoritma permodelan ke depan,
permodelan ke belakang, sedangkan untuk kriteria penghentian program
menggunakan jumlah iterasi tertentu yang berkorelasi dengan perbedaan waktu
tempuh observasi dan waktu tempuh perhitungan (RMS) yang digunakan
penulis untuk diimplementasikan dalam pemrograman komputer.
• Bab IV Analisa Data dan Pembahasan.
Bab ini menjelaskan analisa-analisa yang digunakan sebagai kajian dalam
pembahasan dan mengulas mengenai algoritma SIRT, struktur data dan medium
uji, analisa yang digunakan setelah didapatkan citra penampang kecepatan dan
penampang parameter anisotropi delta (8).
• Bab V Kesimpulan
Dalam bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari pengujian
yang telah dilakukan dalam bab IV, dan saran yang berisikan pandangan ke
depan atau lebih ke dalam proses pengembangan, sehingga akan lebih
bermanfaat di kemudian hari.
5