its-master-7361-1407201726-bab1
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu mikroorganisme yang tumbuh di perairan adalah mikroalga.
Mikroalga merupakan bentuk tumbuhan yang paling primitif. Tumbuhan ini
umumnya hanya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang. Tumbuhan ini
tampak warna-warni indah sesuai dengan zat warna atau pigmen yang
dikandungnya. Umumnya lebih dikenal sebagai fitoplankton atau ganggang yang
hidupnya melayang-layang di permukaan air laut ataupun air tawar (Destiana,
dkk., 2007). Dialam terdapat empat kelompok mikroalga antara lain: diatom
(Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas
(Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae) (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
Mikroalga adalah salah satu organisme yang dapat tumbuh pada rentang
kondisi yang luas dipermukaan bumi. Mikroalga biasanya ditemukan pada
tempat-tempat yang lembab atau benda-benda yang sering terkena air dan banyak
hidup pada lingkungan berair pada lingkungan dipermukaan bumi. Mikroalga
dapat hidup disemua tempat yang memiliki cukup sinar matahari, air dan karbon-
dioksida (Chisti, 2007).
Mikroalga merupakan tanaman yang paling efisien dalam menangkap
dan memanfaatkan energi matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis. Hal ini
menyebabkan mikroalga memiliki waktu pertumbuhan yang cepat dibandingkan
dengan tanaman darat, yaitu mulai hitungan hari sampai beberapa minggu (Uju
dan Wahyuni, 2007). Banyak sekali manfaat dari mikroalga hijau ini yang dapat
digunakan untuk kepentingan manusia, antara lain sebagai bahan makanan, pakan
ternak, obat-obatan, campuran pupuk, dan sumber bahan bakar (Chisti, 2007).
Tetraselmis chuii merupakan mikroalga dari golongan alga hijau
(chlorofyceace) yang mempunyai prospek cerah dimasa mendatang. Tetraselmis
chuii berupa sel tunggal yang berdiri sendiri-sendiri dengan ukuran 7 – 12
mikron. Tetraselmis chuii ini memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga
2
warnanya hijau cerah dan dapat berfotosintesis. Tetraselmis chuii dapat bergearak
aktif seperti seekor hewan karena mempunyai 4 buah bulu cambuk (flagela).
Tetraselmis chuii banyak terdapat di air payau, air laut dan sudah banyak
dibudidayakan, khususnya ditempat pembenihan udang. Perkembang biakannya
berlangsung cepat melalui pembelahan sel. Dalam hal ini protoplasma sel
vegetatif mengadakan pembelahan berulang-ulang sehingga dari satu sel induk
dapat terbentuk 2 – 16 sel anak (Mujiman, 2004). Dari literatur telah diketahui
penggunaan alga secara komersial antara lain sebagai bahan makanan, energi
biomass, pupuk pertanian, dan industri farmasi. Tetraselmis chuii mempunyai
nilai gizi tinggi karena mengandung protein (50%), lemak (20%), karbohidrat
(20%), asam amino, vitamin dan mineral (Cresswell, 1989).
Secara teoritis, produksi minyak dari trigliserida dapat menjadi solusi
yang realistik untuk mengganti solar. Hal ini karena tidak ada bahan baku lain
yang cukup memiliki banyak minyak sehingga mampu digunakan untuk
memproduksi minyak dalam volume yang besar. Diperkirakan alga mampu
menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan
penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dll) pada kondisi terbaiknya. Semua
jenis alga memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat,
lemak dan asam nukleat. Prosentase keempat komponen tersebut bervariasi
tergantung jenis alga. Ada jenis alga yang memiliki komponen asam lemak lebih
dari 40%. Dari komponen asam lemak inilah yang akan diekstraksi dan diubah
menjadi minyak (Oilgae.com, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Tetraselmis chuii adalah
suhu, salinitas, intensitas cahaya dan pH. Keberhasilan media dan semua peralatan
yang digunakan selama kultur, pemupukan serta aerasi yang diberikan secara terus
menerus. Suhu, merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses
metabolisme dan fotosintesi. Tetraselmis chuii masih dapat bertahan hidup pada
suhu 40oC, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 250C – 300C merupakan kisaran
suhu yang optimum untuk Pertumbuhan Tetraselmis chuii (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Salinitas bagi Tetraselmis chuii sangat penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara protoplasma dengan air sebagai
3
lingkungan hidupnya. Karena dapat mempengaruhi proses metabolisme.
Tetraselmis chuii dapat tumbuh pada salinitas 0 – 35 ppt. Salinitas 30 – 32 ppt
merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan Tetraselmis chuii. Derajat
Keasaman (pH), berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan fitoplankton.
Kisaran pH yang optimal bagi pertumbuhan Tetraselmis chuii adalah 8 – 9,5
(Fogg, 1987).
Intensitas Cahaya, Secara fisiologi cahaya mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolism secara tidak
langsung memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkembangan
yang dikendalikan cahaya ditemui pada semua tahap pertumbuhan. Karena
peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolism tanaman, maka
cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting (Fitter dan Hay, 1991).
Peranan cahaya dalam fotosintesis adalah membantu menyediakan energi
untuk diubah menjadi energi kimia dengan bantuan klorofil. Klorofil adalah
substansi yang berwarna hijau sehingga klorofil kelihatan berwarna hijau. Proses
fotosintesis dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal maupun internal. Faktor
eksternal yang mungkin berpengaruh adalah cahaya, karbon dioksida, air, suhu
dan mineral. Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis antara
lain struktur sel, kondisi klorofil, dan produk fotosintesis serta enzim-enzim dalam
daun /organ fotosisntesis (Abidin, 1987).
Sama seperti tumbuhan lainnya, Tetraselmis chuii juga memerlukan tiga
komponen penting untuk tumbuh, yaitu sinar matahari, karbon dioksida dan air.
Tetraselmis chuii menggunakan sinar matahari untuk menjalankan proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses biokimia penting pada tumbuhan alga,
dan beberapa bakteri untuk mengubah energi matahari menjadi energi kimia.
Energi kimia ini akan digunakan untuk menjalankan reaksi kimia, misalnya
pembentukan senyawa gula, fiksasi nitrogen menjadi asam amino, dll. Tetraselmis
chuii menangkap energi dari sinar matahari selama proses fotosintesis dan
menggunakannya untuk mengubah substansi anorganik menjadi senyawa gula
sederhana. Penanaman Tetraselmis chuii untuk menghasilkan biomassa mungkin
4
akan sedikit lebih sulit karena alga membutuhkan perawatan yang sangat baik dan
mudah terkontaminasi oleh spesies lain yang tidak diinginkan (Diharmi, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian Diharmi, (2001), melakukan kultur spirulina
pada berbagai intensitas cahaya, yaitu 2000 lux, 3000 lux, dan 4000 lux.
Kandungan biomassa tertinggi diperoleh pada kultur dengan intensitas 4000 lux.
Menurut Sri Cahyaningsih, dkk., (2006), Untuk kultur semi massal maupun
massal dengan ruang terbuka intensitas cahaya lebih baik diberikan dibawah
10.000 lux dan biasanya dua belas jam dalam keadaan gelap dan dua belas jam
dalam keadaan terang. Pada umumnya didalam ruang kultur, intensitas cahaya
yang dibutuhkan berkisar antara 500 hingga 5000 lux. Intensitas cahaya optimum
untuk pertumbuhan Tetraselmis chuii adalah 2000 sampai 10.000 lux (Taw,
1990).
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa cahaya merupakan sumber energi
utama dalam fotosisntesis, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan tanaman pada umumnya dan pada khususnya terhadap pertumbuhan
Tetraselmis chuii. Namun energi yang diberikan oleh cahaya bergantung pada
kualitas cahaya, intensitas cahaya, dan waktu.
1.2. Perumusan Masalah
Sejauh ini belum dikaji pengaruh intensitas cahaya pada budidaya
Tetraselmis chuii. Dengan demikian permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penentuan intensitas cahaya optimum
pada pertumbuhan, kadar lipid dan asam lemak yang terdapat dalam mikroalga
Tetraselmis chuii.
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas cahaya
optimum pada pertumbuhan dan kadar lipid mikroalga Tetraselmis chuii, selain
itu penelitiaan ini bertujuaan untuk mengetahui asam lemak yang terdapat dalam
mikroalga Tetraselmis chuii.
5
1.3.2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi upaya
budidaya Tetraselmis chuii untuk produksi lipid sebagai sumber bahan makanan,
pakan, dan bahan bakar alternatif.
6
Halaman ini sengaja dikosongkan