it was always you

33
Tittle : It Was Always You Cast : Jung Jessica Kim Jaejoong Other Cast : Park Minyoung Kim Myungsoo (L) Im Yoona Kwon Yuri Jung Yunho Park Yoochun Genre : Angst, Family, Romance Rated : PG Length : Series Disclaimer : Author’s Note : -o0o- Nuna itu milikku. Kenapa kau mengambil jatah milikku juga!” Jessica langsung melahap roti milik Myungsoo masuk ke dalam mulutnya. Mengabaikan Myungsoo yang semakin memasang tampang marah.

Upload: amalia-lailannor

Post on 10-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Fanfic

TRANSCRIPT

Tittle : It Was Always You

Cast :

• Jung Jessica

• Kim Jaejoong

Other Cast :

• Park Minyoung

• Kim Myungsoo (L)

• Im Yoona

• Kwon Yuri

• Jung Yunho

• Park Yoochun

Genre : Angst, Family, Romance

Rated : PG

Length : Series

Disclaimer :

Author’s Note :

-o0o-

“Nuna itu milikku. Kenapa kau mengambil jatah milikku juga!”

Jessica langsung melahap roti milik Myungsoo masuk ke dalam mulutnya. Mengabaikan

Myungsoo yang semakin memasang tampang marah.

“Myungsoo-ya kau bisa memanggangnya lagi.” tegur Minyoung sambil menggeleng.

“Tapi Eomma,” Myungsoo menghentikan perkataannya ketika melihat Jessica yang

menjulurkan lidah sambil tertawa senang. “Nuna apa kau ingin pergi jalan kaki mulai

rumah?” tanya Myungsoo dengan nada rendah.

“I can use my car.” sahut Jessica lalu kembali tertawa.

“Oh bagus, aku akan memberi tau Jaejoong Hyung bahwa kau akan pergi sendiri.”

“Yak! Kim Myungsoo!”

Myungsoo tersenyum licik, lalu berdeham, “Buatkan aku roti panggang.”

Jessica menggerutu kesal, lalu segera bangkit sambil menghentak-hentakkan kakinya.

“Jangan terlalu gosong.”

“Okay, I know.”

“Kau itu tidak pernah benar setiap mengerjakan sesuatu Nuna. Jadi jangan meracuniku.”

seru Myungsoo sambil mengetuk-ngetukkan garpu ke piringnya.

Jessica menatap Myungsoo tajam. Ia berjalan menuju Myungsoo dan membawa roti

panggangnya, kemudian menghentakkannya tepat di depan Myungsoo.

“Jung Jessica!” Myungsoo berteriak kesal.

Jessica dan Myungsoo menghentikan perdebatannya ketika Jaejoong menghempaskan tas

sekolahnya di meja makan. Entah perasaan Jessica saja atau pagi ini Jaejoong terlihat

lebih menakutkan dari hari sebelumnya.

Jaejoong mengabaikan pandangan dua orang yang ada di dekatnya itu lalu segera

meminum kopi panas yang disediakan Minyoung.

“Ayo pergi.” ucap Jaejoong dengan nada dingin.

“Your breakfast?” tanya Jessica sambil menatap Jaejoong khawatir.

Jaejoong menatap Jessica sesaat, kemudian ia segera menarik tasnya dan pergi keluar

rumah tanpa bicara apapun lagi. Myungsoo terdiam melihat sikap Jaejoong saat itu. Ia

mengangkat bahunya ketika Jessica menatapnya seolah meminta penjelasan.

-o0o-

Jessica menghela nafas berat ketika Jaejoong menghentikan mobilnya.

“Jess-”

“Ya Jaejoong-ah.” potongnya malas. Ia mengucir rambutnya, lalu menatap cermin

ditangannya sambil membetulkan poninya sebentar kemudian segera keluar dari mobil

Jaejoong.

“Aku juga akan turun disini.” seru Myungsoo membuat Jaejoong langsung menoleh kaget

ke belakang. “Hanya tidak tega melihat wajah bodohnya itu.” sambungnya kemudian

segera turun.

Jaejoong tidak bicara apapun dan membiarkan Myungsoo turun dari mobil.

“Hei, Nuna bodoh!”

Jessica memutar matanya ketika mendengar suara Myungsoo yang memanggilnya. Dia

terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.

“Kau tidak harus mengasihaniku.” ucap Jessica ketika Myungsoo sudah berjalan

disampingnya.

Myungsoo tertawa mendengarnya. “Kenapa Nuna tidak berhenti saja mengejar Jaejoong

Hyung? Meskipun siswi baru, tapi kurasa Nuna cukup terkenal.”

Helaan nafas panjang keluar dari mulut Jessica. “Aku sudah memantapkan hatiku sejak

dulu untuk menikahi Jaejoong.”

“Wah kau terdengar sangat konsisten.”

“Of course!”

“Tapi aku tidak akan merestuinya.”

“I don’t care.” sahut Jessica sambil menjulurkan lidah.

Myungsoo menggelengkan kepalanya. “Bertingkahlah sesuai usiamu.” ucapnya.

Jessica mengangkat bahunya tidak peduli. Myungsoo tersenyum kecil melihatnya. Ia

kembali membuka suara, “Kenapa tidak berangkat sendiri saja? Nuna kan punya mobil

sendiri, juga sudah punya surat izin.”

“Kalau aku pergi dengan mobilku sendiri, itu artinya aku tidak bisa pergi bersama

Jaejoong.” sahutnya cepat.

Myungsoo tercengang mendengar jawaban Jessica. Apa hal yang seperti ini bisa

dikatakan pergi sekolah bersama? “Kau ini memang bodoh ya Nuna.” ledek Myungsoo

kemudian.

Jessica merengut mendengar perkataan Myungsoo tersebut dan langsung mempercepat

langkahnya, meninggalkan Myungsoo dibelakangnya.

**

“Jessica-ya!”

Jessica menoleh tanpa menyahut. Itu Donghae, teman sekelasnya.

“Apa tadi kau berjalan bersama Kim Myungsoo?” tanya Donghae cepat.

Mata Jessica langsung membulat lebar. “What?” seakan belum jelas, ia malah balik

bertanya.

“Tadi aku melihatmu berjalan bersama Kim Myungsoo. Bukankah dia adik kelas kita.

Apa kau mengenalnya?” Donghae kembali mengulang pertanyaannya.

Jessica tertawa bodoh mendengarnya. Matanya melihat kearah lain sambil memikirkan

jawaban untuk pertanyaan Donghae.

“Ada apa?” Yoona dan Yuri tiba-tiba datang dan langsung bergabung.

“Oh nothing.” sahut Jessica cepat, sekilas ia melirik Donghae yang masih menatapnya.

Namun beruntungnya saat ini Yoona benar-benar sedang bersemangat untuk bercerita

sesuatu pada Jessica dan ia segera mengusir Donghae karena ia bilang ini adalah

pembicaraan para gadis.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Jessica, Yuri membisikkan sesuatu pada Donghae.

Donghae terlihat mengangguk sambil tertawa.

“Baiklah, serahkan padaku.”

-o0o-

10.00 AM

Bell istirahat sudah berbunyi namun Jaejoong masih terdiam di mejanya saat ini.

Mendadak hari ini ia benar-benar tidak bersemangat untuk melakukan hal apapun. Dan

ini kali pertama ia menjadi semalas ini.

“Hei Kim Jaejoong, apa yang kau pikirkan?” tiba-tiba saja salah satu sahabat dekatnya

menyadarkan lamunannya.

Jaejoong menghela nafas panjang, “Tidak ada.” sahutnya singkat. Ia menatap Yoochun

yang masih menatapnya dengan tatapan bingung, kemudian beralih menatap Yunho yang

hanya diam dibelakang Yoochun.

“Ada apa?” tanya Yunho risih ketika Jaejoong tidak kunjung berhenti menatapnya.

Jaejoong menggeleng lalu segera bangkit. “Ayo ke kantin. Aku sudah sangat lapar. Tadi

pagi aku tidak sarapan.”

“Tidak sarapan? Bagaimana bisa?”

“Seseorang menghancurkan nafsu makanku.” sahut Jaejoong dengan wajah datar.

Yunho menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jaejoong saat itu.

-o0o-

16.45 PM

Jessica lari terburu-buru dan segera masuk ke mobil Jaejoong. Nafasnya terdengar

memburu meskipun kali ini ia sudah duduk sambil menyander.

“Apa saja yang kau lakukan? Kami sudah menunggumu lebih dari 30 menit!” kesal

Jaejoong lalu segera menggas mobilnya.

“Stupid Nuna.” Myungsoo menambahkan.

Namun Jessica kali ini masih tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun, ia masih sibuk

mengatur pernafasannya. Setelah nafasnya sudah mulai normal, Jessica menatap Jaejoong

hati-hati, dan segera meminta maaf. “Maafkan aku. Teman sekelasku tiba-tiba

mengadakan pesta penyambutan. Aku juga tidak tau mereka akan melakukannya.”

“Benarkah?” Myungsoo langsung bersuara. Sedangkan Jaejoong terlihat tidak berminat

untuk menanggapi penjelasan Jessica tadi. Jessica tersenyum tipis, lalu mulai bercerita

pada Myungsoo. Dan seperti biasa, percakapan mereka akan berakhir dengan

pertengkaran dan saling melempar ejekan.

-o0o-

A Few Days

Sudah hampir 1 minggu Jessica tinggal satu rumah dengan Jaejoong namun tidak ada

kemajuan sama sekali. Setiap hari berlalu begitu saja. Monoton seperti biasa. Dan

beberapa hari terakhir adalah yang terburuk. Jaejoong bahkan tidak pernah bicara

padanya, atau mencoba untuk bicara padanya.

Dia memang masih pergi sekolah bersama Jaejoong tapi peraturan untuk turun sebelum

gerbang sekolah tetap berlaku. Yah, meskipun kadang Myungsoo mau menemaninya

untuk jalan kaki sampai depan gerbang sekolah.

Bahkan pulang sekolahpun Jessica harus berjalan kaki kurang lebih 100 meter dari

gerbang sekolah, dan menunggu Jaejoong dan Myungsoo menyinggahinya.

Juga masih tidak boleh bertegur sapa waktu di sekolah. Benar-benar keterlaluan!

Tapi kadang Jessica bisa saja mengerti kenapa Jaejoong seperti itu. Jaejoong dan

Myungsoo sangat terkenal di sekolah. Mereka adalah dua bersaudara yang jenius,

tampan, dan pandai dalam segala hal. Banyak sekali gadis di sekolah yang mengincar

mereka. Apa jadinya jika gadis-gadis itu tau bahwa dia tinggal dengan Jaejoong dan

Myungsoo? Ah mungkin dia akan di bully habis-habisan.

Jessica mendesah. Ini hari minggu dan ia ingin tidur seharian di kamar. Namun

impiannya itu seketika sirna saat pintu kamarnya diketok dari luar. Dengan hati yang

sangat berat, ia berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk bangkit, namun gagal.

Tubuhnya tidak bisa lepas dari kasur. Erangan panjang keluar dari mulutnya, ia

menyerah. “Masuk.” teriaknya parau.

“Ckck.”

Jessica menatap sayu pria yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya sambil memasang

tampang sombong. Jessica mendesah, “What?” tanyanya malas.

“Kau ini benar-benar gadis pemalas.” ucap Myungsoo enteng. Ia masuk ke dalam kamar

Jessica dan membuka gorden kamar Jessica. Membiarkan sinar matahari masuk ke dalam

kamar.

“Ah, my skin is burning!” teriak Jessica histeris lalu membenamkan seluruh tubuhnya ke

dalam selimut.

Myungsoo menatapnya datar. “Dasar Nuna bodoh. Pantas saja Jaejoong Hyung tidak

pernah bisa menyukaimu.”

Mendengar itu, Jessica langsung bangkit dan duduk dengan mata lebar. Myungsoo

tertawa melihatnya.

“KIM MYUNGSOO!” teriak Jessica kesal. Ia melempar bantal di tangannya dengan

kekuatan penuh. “Get out of my room!” teriaknya lagi.

**

“Astaga.” Jaejoong mendesah kesal ketika mendengar teriakan-teriakan Jessica yang

sangat nyaring.

Minyoung menyiapkan sarapan sambil tertawa senang. “Jessica benar-benar gadis yang

penuh semangat.” serunya, membuat Kwang Min ikut tertawa.

“Teriakannya benar-benar tidak seperti seorang gadis.” Jaejoong menggumam yang

langsung mendapat pukulan dari Minyoung. “Appo.” ringis Jaejoong kemudian.

“Berhenti mengeluarkan kata-kata yang seperti pisau itu. Kau ini benar-benar pria

berdarah dingin.”

“Hah? Kenapa jadi aku?”

Minyoung kembali melotot ketika Jaejoong ingin bicara lagi. Kwang Min tertawa kecil

melihat kelakuan istrinya tersebut.

Tidak lama kemudian, Jessica dan Myungsoo datang sambil terus berdebat. Namun

Jessica langsung menghentikan perdebatannya ketika sudah berada di meja makan.

“Mianhae Ahjumma. Aku tidak membantumu pagi ini karena terlambat bangun.” ucapnya

dengan nada bersalah.

Myungsoo mendorong kepala Jessica. “Memangnya kapan Nuna pernah membantu

Eomma.”

Jessica menatap Myungsoo dengan senyum manis yang sangat dipaksakan, yang dibalas

Myungsoo dengan senyum manis tanpa dosa.

“Ah, tidak apa-apa Jessica. Ahjumma sudah terbiasa melakukan semua ini sendiri. Kau

tidak perlu khawatir.” sahut Minyoung lalu duduk di samping Jessica.

“Mianhamnida.”

“Sudahlah, ayo makan sarapannya dulu.”

“Ne, selamat makan.”

**

Jessica duduk malas-malasan didepan tv pagi itu bersama Jaejoong dan Myungsoo yang

masing masing memegang buku. Sebenarnya ia ingin kembali ke kamar dan melanjutkan

tidurnya, namun ia tidak enak dengan keluarga Kim.

Jessica kembali menguap lalu menyanderkan dirinya. Matanya benar-benar mengantuk.

Dan ia mencoba melakukan berbagai hal untuk membuat rasa kantuknya hilang.

Myungsoo yang merasa terganggu dengan suara suara gaduh yang dibuat Jessica, mulai

terpancing emosi. “Nuna!”

Jessica terlonjak kaget, dan menghentikan kegiatannya yang sedari tadi terus membolak

balik koran di tangannya. Tentu saja tanpa ia baca terlebih dulu.

“Pergilah mandi agar tubuhmu segar. Dasar cacing!”

Jaejoong melirik sekilas. Ia bisa melihat adik laki-lakinya memasang wajah kesal

sementara Jessica masih memasang tampang bodohnya seakan tidak mengerti dengan

maksud perkataan Myungsoo.

“Kau ini benar-benar pemalas.” seru Myungsoo lagi. Jessica tetap mengabaikannya.

“Jess, mandilah.” Jaejoong akhirnya bersuara.

Mata Jessica langsung membulat lebar. Seketika ia beralih menatap Jaejoong dengan

guratan wajah bahagia. Jaejoong bicara padanya!

“Ada apa?” tanya Jaejoong yang melihat Jessica yang terdiam menatapnya. “Apa perlu

aku yang memandikanmu?” lanjutnya tenang.

Myungsoo dan Jessica langsung terbelalak.

“Ah, no no no. I can do it by myself.” ucap Jessica sambil menggelengkan kepalanya

cepat. Wajahnya memerah malu.

“Do it now.”

“O-okay.” sahut Jessica patuh. Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Jaejoong dan

Myungsoo di ruang tengah.

“Hyung..”

“Ada apa?”

“Kau sudah tidak marah pada Jessca?”

“Aku tidak marah padanya.”

“Tapi bukankah belakangan ini kau sering mengabaikannya.”

“Benarkah?”

Myungsoo menghela nafas panjang mendengar jawaban Jaejoong saat itu. “Ah entahlah.”

**

Sore itu Jaejoong dan Myungsoo sedang bermain basket di lapangan basket yang ada di

sebelah rumah mereka. Jessica menonton permainan tersebut sambil sesekali bersorak

senang.

Setelah cukup lama, Jaejoong dan Myungsoo berhenti untuk istirahat. Mereka langsung

duduk di lapangan sambil sesekali memijat kaki mereka. Nafas mereka masih belum

teratur.

Melihat hal itu, Jessica segera mendatangi, dan memberikan air mineral serta handuk

pada Jaejoong.

“Mana untukku?”

“Minumlah.” Jaejoong menyerahkan sisa air mineralnya pada Myungsoo. Namun segera

di rampas Jessica.

“Yak, Nuna!”

Jessica menatap Myungsoo tajam. “Ambil saja sendiri.” sahutnya singkat. lalu ia beralih

menatap Jaejoong sambil tersenyum lebar. “Kau hebat sekali, Jaejoong-ah.” pujinya.

Jaejoong menghela nafas panjang melihat sikap Jessica saat itu.

“Aku juga hebat.” celetuk Myungsoo yang menatap ke arah lain.

“Benarkah? Kurasa dari tadi kau selalu kalah dari Jaejoong.”

Myungsoo mendengus. “Saat aku seusia Jaejoong Hyung, aku yakin aku akan lebih hebat

darinya saat ini.”

“Dan Jaejoong juga akan semakin hebat pada saat itu.” bela Jessica lalu memeluk

Jaejoong.

Jaejoong menggeleng pelan lalu melepaskan pelukan Jessica. “Badanku keringatan,

Jess.”

Myungsoo menatap Jaejoong untuk beberapa saat. Tidak biasanya Jaejoong bersikap baik

pada Jessica. Biasanya ia selalu kesal setiap Jessica dekat-dekat dengannya.

“I’m okay.” sahut Jessica lalu kembali memeluk Jaejoong. Jaejoong hanya diam dan

kembali meminum air mineralnya.

Myungsoo tersenyum melihat kejadiaan itu. Jaejoong sepertinya sudah mulai

membiasakan diri dengan sifat Jessica.

“Lihat kan yeobo? Mereka sangat serasi.” seru Minyoung yang saat ini sedang mengamati

Jaejoong dan Jessica dari dalam rumah.

Kwang Min tertawa kecil. “Kau benar-benar ingin menjodohkan Jaejoong dengan

Jessica?”

“Tentu saja!” seru Minyoung cepat. Ia berbalik menghadap suaminya itu, dan segera

duduk disamping suaminya. “Jaejoong benar-benar pemilih dan keras kepala. Selama ini

ia tidak pernah cocok berhubungan dengan gadis manapun. Tapi aku yakin Jessica bisa

meluluhkan hatinya yang keras itu.”

Kwang Min terdiam sesaat. Ia menatap ke arah luar. Ia tahu bagaimana sifat anak

sulungnya itu. Ia juga tau apa yang diinginkan anak sulungnya itu. Sejak dulu Jaejoong

memang benci dengan orang bodoh. Ia benci direpotkan. Tapi dia juga tipe orang yang

cukup mudah bosan. Dan seandainya Jaejoong mendapatkan gadis yang pandai, mandiri,

dan tidak suka merepotkan orang lain, apa jadinya hubungan mereka. Jaejoong memang

terlihat lebih cocok bersama Jessica karena mereka terlihat saling melengkapi. Tapi ia

tidak yakin apa Jaejoong akan menyetujui keinginan Minyoung dan dirinya ini.

“Yeobo ...”

Kwang Min tersenyum menatap Minyoung, ia mengusap kepala istrinya itu. “Aku pikir

juga begitu. Lagipula, sejak dulu Jessica juga sudah menyukai Jaejoong. Aku akan

membicarakan hal ini dengan Ji Hoon nanti. Tapi sebelumnya kita harus

membicarakannya dulu dengan Jaejoong.”

Minyoung mengangguk senang mendengarnya.

-o0o-

Jessica masih memeluk lengan Jaejoong sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Sesekali

Myungsoo mengomel karena merasa kesal melihat Jessica bisa bermanja-manja dengan

Hyungnya. Jaejoongpun beberapa kali marah dan meminta Jessica melepaskannya. Tapi

sepertinya Jessica tidak takut sedikitpun dengan Jaejoong hari ini. Ia terlalu senang.

Jaejoong langsung menghentikan langkahnya ketika ia mendengar bunyi klakson mobil

masuk halaman rumahnya. Ia melebarkan matanya ketika melihat mobil yang kini sudah

berhenti di depan pintu rumahnya, di depannya.

Empat orang sahabatnya keluar dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Sementara

Jessica masih belum sadar dan terus saja memeluk lengan Jaejoong. Myungsoo ikut

terdiam.

“Kau... Jessica, kan?”

Jessica mengangguk polos menjawab pertanyaan Yoochun saat itu.

“Apa kalian berdua ...”

“Ah sudah cukup lama kalian tidak berkunjung kemari. Mari masuk.” Minyoung tiba-tiba

saja muncul dan menyuruh teman-teman Jaejoong masuk. Jaejoong terdiam mematung,

tidak tau harus berkata apa.

Jessica masih tersenyum manis ketika teman-teman Jaejoong satu-persatu masuk ke

dalam rumah. Namun senyumnya langsung lenyap ketika giliran Yunho lewat. Ia

langsung memukul jidatnya sendiri.

“Jaejoong-ah! That’s... Your friend. And they’re see me, with you, now, here.” serunya

dengan panik.

Jaejoong menatap Jessica tanpa ekspresi.

“Kau ini benar-benar lambat Nuna.” sahut Myungsoo lalu menarik Jessica untuk pergi ke

kamarnya.

**

“Ahjumma, gadis itu...”

“Ah itu Jessica. Kalian mengenalnya kan? Ia baru saja pindah kemari.” Minyoung

memotong, sebelum Junsu menyelesaikan perkataannya.

“Kenapa dia bisa ada disini?” Yoochun ikut bertanya.

“Loh?” Minyoung mengerjap bingung. “Dia kan tinggal disini.”

“MWO?” Yoochun, Junsu, dan Changmin langsung berteriak kaget. Sementara Yunho

hanya diam tanpa bicara apapun.

“Apa Jaejoong tidak pernah cerita?”

Yoochun, Junsu, dan Changmin langsung menggeleng.

“Eomma pergilah.” Jaejoong mengusir Minyoung sebelum Minyoung sempat berbicara

lebih jauh lagi.

“Kita ke kamarku saja.” seru Jaejoong yang langsung diikuti yang lainnya.

**

“Bagaimana ini...”

“Sudahlah, Nuna tenang saja. Jaejoong Hyung pasti bisa mengatasinya.” Myungsoo

merebahkan dirinya di kasur. Saat ini Jessica sedang berada di kamarnya.

“Bukan itu. Bagaimana kalau Jaejoong marah padaku.” Jessica meremas remas

tangannya sendiri. Dia terlihat sangat takut jika sampai Jaejoong marah padanya lagi.

Myungsoo mengalih posisinya. Kali ini ia duduk dan menghadap Jessica. “Apa Nuna

begitu khawatir akan hal itu?”

Jessica menunduk menatap kakinya sendiri, lalu ia tersenyum kecil. “Beberapa hari

sebelumnya Jaejoong terlihat sangat muak padaku. Tapi hari ini, entah kenapa aku merasa

ia menerima kehadiranku,”

Myungsoo tidak menyangka gadis didepannya ini ternyata juga menyadari perubahan

sikap Jaejoong. “Ku pikir kau tidak akan menyadarinya sama sekali karena kau ini

bodoh.”

Jessica tersenyum masam mendengarnya. Ia menutup matanya lalu kembali

menghembuskan nafas. “Aku ingin dia semakin terbiasa akan diriku. Karena dia yang

seperti itu saja sudah membuatku sangat senang.”

“Kau benar-benar tidak pantang menyerah ya, Nuna.”

“Tentu saja. Tujuanku sejak awal memang untuk menemui Jaejoong, dan kemudian

nantinya akan menikah dengan Jaejoong.”

Myungsoo terdiam. “Nuna, apa aku boleh bertanya?”

Jessica menatap Myungsoo bingung. Kemudian setelah beberapa saat, ia mengangguk.

-o0o-

Yoochun dan yang lainnya menatap serius ke arah Jaejoong yang masih berdiri sambil

bersander di pintu kamar. Jaejoong menghela nafas panjang ketika tatapan teman-

temannya semakin terlihat mendesaknya.

“Fine.”

“Jadi?”

“Ayah kami bersahabat. Aku tidak tau pasti alasan kenapa dia pindah kemari dan memilih

untuk tinggal di rumahku, padahal dia adalah seorang anak dari orang kaya raya. Dan aku

yakin membeli beberapa rumah bukan masalah besar untuk keluarganya. Tapi, Ya. Seperti

yang Ibuku katakan. Dia tinggal disini.” jelas Jaejoong cepat. Tanpa basa basi dan

langsung ke intinya.

Semuanya terdiam beberapa saat. Terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

Mereka terlalu kaget. Apalagi jika mengingat sikap Jaejoong yang terlihat kesal setiap

kali mereka menyinggung nama Jessica waktu di sekolah.

“Enak sekali kau, Hyung.” seru Changmin tiba-tiba dengan nada iri.

“Jangan mengatakan itu jika kau tidak tau apapun.”

“Apa maksudnya?”

Jaejoong mendengus. “Dia benar-benar merepotkan. Sungguh menggangguku.”

Tiba-tiba Junsu tertawa keras setelah Jaejoong selesai bicara.

“Ada apa Junsu-ya?” tanya Yoochun bingung.

“Tidak,” Junsu menggeleng sambil menahan tawanya. “Entah kenapa aku merasa

Jaejoong begitu membenci Jessica. Memang apa yang telah dia perbuat padamu?”

“Benar juga. Waktu di sekolah kau juga terlihat kesal setiap kali kami membicarakan

tentang Jessica.” Yoochun mengiyakan.

Jaejoong terdiam. Dia sendiri sebenarnya juga tidak terlalu yakin kenapa ia begitu

membenci Jessica. Perasaan itu muncul begitu saja.

“Hyung?”

“Jangan-jangan kau menyukainya.”

Jaejoong langsung memelototi Junsu. Junsu langsung memasang tampang takut dan

bersembunnyi dibalik punggung Yunho. Dan saat itu, Jaejoong baru saja menyadari

bahwa Yunho sedang menatapnya dengan tatapan yang terkesan tidak nyaman.

“Ada apa Hyung?” tanya Changmin sambil menatap Yunho dan Jaejoong bergantian.

Junsu dan Yoochun pun ikut menatap Yunho dan Jaejoong.

Jaejoong mengangkat bahu. Ia menarik nafas dalam, kemudian berkata. “Aku tau kau

memiliki hubungan spesial dengan Jessica. Tapi aku bersumpah tidak pernah

menyentuhnya. Jadi berhentilah menatapku seperti itu.”

“Apa? Yunho Hyung?” seru Changmin kaget. Semakin kaget.

“Wo! Hari ini banyak kejutan.” gumam Yoochun kemudian tertawa pelan.

Yunho mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu?”

Jaejoong menatap ke arah lain. “Aku tidak sengaja melihat kalian di taman belakang

sekolah saat kau membawa Jessica pergi dari kantin.”

Hening. Yunho semakin mengerutkan keningnya. Memikirkan maksud perkataan

Jaejoong. Setelah beberapa saat, Yunho terkekeh pelan dan menggumam, “Ah itu. Jadi

kau melihatnya,” ia menatap Jaejoong geli. “Aku tidak menyangka kau akan berpikir

seperti itu.”

Jaejoong menatap Yunho datar. “Lalu bagaimana seharusnya aku berpikir?”

Tawa geli keluar dari mulut Yunho. Sementara Yoochun, Junsu dan Changmin masih

terdiam memperhatikan percakapan Jaejoong dan Yunho.

“Apa ada yang lucu?” seru Jaejoong tajam.

Yunho menggeleng cepat, ia terlihat mengulum senyumnya. “Yah, sebenarnya aku

berjanji pada Jessica tidak akan membongkar masalah ini. Tapi melihat kecemburuan

butamu itu aku jadi-”

“Hei, siapa yang kau maksud cemburu?”

Yunho mengernyit. “Tentu saja kau.”

“Aku tidak cemburu sama sekali.”

“Tapi menurutku-”

“Baiklah, lupakan. Lanjutkan apa yang ingin kau katakan.” potong Jaejoong, dan kembali

menegaskan. “dan jangan anggap aku cemburu pada kalian berdua. Itu benar-benar tidak

masuk akal. Apa aku pernah terlibat dengan sesuatu seperti kecem-”

“Dia itu sepupuku.” seru Yunho cepat. Memotong gerutuan Jaejoong.

“MWO?” semua yang ada di dalam kamar Jaejoong saat itu seketika berteriak kaget.

Mereka semua menatap Yunho dengan tatapan tidak percaya.

“Ba-bagaimana bisa?” bingung Changmin.

“Yah, begitulah.” Yunho menyanderkan dirinya dengan santai. “Dan Kim Jaejoong,

selama 6 tahun kita bersahabat, ini pertama kalinya aku melihatmu menggerutu sepanjang

itu.” lanjut Yunho sambil tersenyum penuh arti.

“Kenapa kau tidak bilang dari awal? Dan berhenti memasang wajah memuakkan itu.”

Seketika wajah Yunho berubah datar. Ia mendesis dan membalas dengan malas. “Kau

tidak pernah menanyakannya.”

Jaejoong mendengus panjang. Entah kenapa ia terlihat semakin kesal.

“Apa kau juga menyukai Jessica?”

“Apa aku terlihat menyukai gadis seperti itu?”

“Baiklah, hentikan.” Yunho menghela nafas panjang. “Dia sepupuku Jae. Jangan

mengucapkan kata-kata yang membuatnya terkesan begitu buruk.”

Jaejoong mengalihkan pandangannya. Mengabaikan perkataan Yunho.

“Yunho benar. Lagipula kenapa kau segitu bencinya dengan Jessica?” tanya Yoochun

penasaran.

Jaejoong mendengus. “Dia bodoh. Tidak bisa melakukan apa-apa. Menyusahkan dan

selalu merepotkanku. Mengacaukan hari-hariku. Dan ...” Jaejoong menggantungkan

perkataannya sambil menatap Yunho serius. “Kenapa dia harus tinggal di rumahku

padahal dia memiliki kerabat yang sangat dekat di sini?”

“Hyung kata-katamu keterlaluan.” tegur Changmin seraya tertawa garing.

“Bukankah jawabannya sudah jelas?” Yunho balik bertanya.

Jaejoong mengangguk-anggukan kepalanya. “Ya. Dia benar-benar tergila-gila padaku,

tentu saja.”

Junsu tertawa mendengar perkataan Jaejoong saat itu. “Kenapa kau mendadak yakin

begitu?”

“Dia sudah mengikutiku sejak pertama kali kami bertemu dulu.”

“Wah dia benar-benar gigih.” kagum Yoochun.

“Ya. Padahal yang aku dengar Jaejoong selalu menolaknya sejak dulu.” lanjut Yunho

sambil menggeleng.

“Baiklah, aku akan menyuruhnya untuk pindah ke apartemenmu.”

“Apa?”

“Dia sepupumu. Sudah sewajarnya dia tinggal bersamamu.”

“Tidaaaakkkkkkkk!”

Semua yang ada di kamar Jaejoong langsung menoleh ke sumber suara. Disana berdiri

seorang wanita cantik yang membawa minuman dan beberapa cemilan dengan memasang

wajah marah.

“Eomma?”

Minyoung segera masuk, meletakkan minuman dan cemilan yang dibawanya ke sudut

meja yang ada di ruangan Jaejoong, kemudian menutup pintu kamar Jaejoong rapat.

“Jaejoong-ah kenapa kau jahat sekali? Jessica kan ingin tinggal disini.” serunya sambil

memelototi Jaejoong.

“Tapi Eomma-”

“Tidak! Eomma tidak menerima penolakan.” potong Minyoung masih melotot.

“Bagaimana bisa kau menjadi pria yang tidak punya perasaan? Pokoknya Jessica harus

tetap tinggal disini!”

Jaejoong memasang ekspresi datar tanpa berniat melanjutkan perdebatannya dengan

Minyoung. Dilanjutkan pun, tetap ia yang akan kalah.

“Bertingkahlah seakan kalian tidak mengetahui tentang hubungan Yunho dan Jessica,

Oke?” seru Minyoung pada Yoochun, Junsu dan Changmin. Dan orang yang ditanyapun

langsung mengangguk cepat. “Dan itu juga berlaku padamu Kim Jaejoong!” lanjut

Minyoung seraya menunjuk wajah Jaejoong.

“Ya ya ya. Aku akan lebih sabar menghadapi penderitaan ini.”

Minyoung kembali memelototi Jaejoong ketika Jaejoong mengucapkan kata-kata itu.

“Aku hanya bercanda, Eomma.”

Yunho, Yoochun, Junsu dan Changmin menahan tawa mereka saat melihat betapa

Jaejoong yang tidak berdaya melawan kehendak Minyoung.

Minyoung tersenyum senang dan langsung keluar dari kamar Jaejoong sambil

bersenandung senang.

“Damn it.”

“Wow, she’s the queen.”

===[It Was Always You]===