issn : 2620-6692 volume 03 no. 01 januari-juni 2020

16
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020 Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 53 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN PADA LEMBAGA PONDOK PESANTREN (Suatu Tinjauan Konseptual Pendidikan Pesantren) Sopian Lubis Dosen STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jalan, Gatot Subroto KM. 3 No. 3 Kota Tebing Tinggi, E-mail: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meninjau nilai pendidikan karekter kebangsaan pada lembaga pendidikan Pondok Pesanren. Penelitian ini dilakukan denga mengkaji berbagai konsep literatur tentang proses pendidikan yang dilakukan pondok pesantren dikaitkan dengan nilai pendidikan karakter kebangsaan. Metode penelitian yang yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif eksploratif yaitu, pengembangan metode yang mendeskripsikan gagasan-gagasan yang telah dituangkan dalam bentuk media cetak (buku) sebagai naskah primer, maupun naskah sekunder untuk kemudian dikembangkan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian literatur yang bersifat deskriftif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan mereview berbagai sumber primer yaitu, buku- buku yang membahas konsep pendidikan pesantren. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lembaga Pondok Pesantren sejak awal pertumbuhannya hingga sekarang telah memberikan pendidikan karakter kebangsaan kepada seluruh santri/siswa secara konsisten. Pendidikan karakter kebagsaan tersebut dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan pada kehidupan santri/siswa. Pendidikan karakter tersebut secara tidak langsung, menjadi ciri khusu pendidikan pondok pesantren yang tertuang dalam motto kehidupan santri/siswa (keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, berjiwa bebas). Kata-kata kunci: Nilai. Karakter, Kebangsaan, Pondok Pesantren PENDAHULUAN Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam akhir-akhir ini sering dibenturkan dengan sistem bernegara di Indonesia. Hal ini didasari oleh sistem pendidikan yang berlangsung di lingkungan Pondok Pesantren tergolong inklusif yang sulit dikontrol pemerintah. Dari sudut kurikulumnya juga memiliki perbedaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal lainnya termasuk madrasah yang dikendalikan pemerintah. Pada sisi lain, sebahagian dari pada alumninya terindikasi sebagai jaringan teroris nasional maupun internasional dalam penilaian pemerintah. Tentu hal ini akan memberikan dampak negatif bagi lembaga pendidikan pesantren kedepannya. Sehingga akhir-akhir ini banyak elit pemerintah yang berkuasa memberikan penilaian yang miring terhadap lembaga pesantren. Maka dalam tulisan ini, ada dua hal yang akan dideskripsikan, yaitu pendidikan Karakter kebangsaan dan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

53

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN PADA

LEMBAGA PONDOK PESANTREN

(Suatu Tinjauan Konseptual Pendidikan Pesantren)

Sopian Lubis

Dosen STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jalan, Gatot Subroto KM. 3 No. 3 Kota Tebing Tinggi, E-mail: [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meninjau nilai pendidikan karekter kebangsaan pada

lembaga pendidikan Pondok Pesanren. Penelitian ini dilakukan denga mengkaji berbagai konsep literatur

tentang proses pendidikan yang dilakukan pondok pesantren dikaitkan dengan nilai pendidikan karakter

kebangsaan. Metode penelitian yang yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif

eksploratif yaitu, pengembangan metode yang mendeskripsikan gagasan-gagasan yang telah dituangkan

dalam bentuk media cetak (buku) sebagai naskah primer, maupun naskah sekunder untuk kemudian

dikembangkan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian literatur yang bersifat

deskriftif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan mereview berbagai sumber primer yaitu, buku-

buku yang membahas konsep pendidikan pesantren. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lembaga

Pondok Pesantren sejak awal pertumbuhannya hingga sekarang telah memberikan pendidikan karakter

kebangsaan kepada seluruh santri/siswa secara konsisten. Pendidikan karakter kebagsaan tersebut

dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan pada kehidupan santri/siswa. Pendidikan karakter tersebut

secara tidak langsung, menjadi ciri khusu pendidikan pondok pesantren yang tertuang dalam motto

kehidupan santri/siswa (keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, berjiwa bebas).

Kata-kata kunci: Nilai. Karakter, Kebangsaan, Pondok Pesantren

PENDAHULUAN

Pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam akhir-akhir ini sering

dibenturkan dengan sistem bernegara di

Indonesia. Hal ini didasari oleh sistem

pendidikan yang berlangsung di

lingkungan Pondok Pesantren tergolong

inklusif yang sulit dikontrol pemerintah.

Dari sudut kurikulumnya juga memiliki

perbedaan yang sangat besar bila

dibandingkan dengan lembaga

pendidikan formal lainnya termasuk

madrasah yang dikendalikan pemerintah.

Pada sisi lain, sebahagian dari pada

alumninya terindikasi sebagai jaringan

teroris nasional maupun internasional

dalam penilaian pemerintah. Tentu hal ini

akan memberikan dampak negatif bagi

lembaga pendidikan pesantren

kedepannya. Sehingga akhir-akhir ini

banyak elit pemerintah yang berkuasa

memberikan penilaian yang miring

terhadap lembaga pesantren.

Maka dalam tulisan ini, ada dua hal

yang akan dideskripsikan, yaitu

pendidikan Karakter kebangsaan dan

Page 2: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

54

pendidikan Pondok Pesantren. Sebagai

salah satu usaha dalam memahami

konteks pendidikan pesantren secara

global untuk memdapatkan formula

kesimpulan yang berimbang. Faktanya,

pendidikan pondok pesantren telah

memberikan kontribusi yang tidak sedikit

pada bangsa dan negara mulai dari masa

penjajahan hingga sekarang ini.

METODE

Metode penelitian yang yang

digunakan dalam tulisan ini adalah

metode deskriptif eksploratif yaitu,

pengembangan metode yang

mendeskripsikan gagasan-gagasan yang

telah dituangkan dalam bentuk media

cetak (buku) sebagai naskah primer,

maupun naskah sekunder untuk

kemudian dikembangkan. Sdangkan jenis

penelitian yang digunakan adalah

penelitian literatur yang bersifat deskriftif

eksploratif.

Fokus pembahasan pada metode

deskriptif eksploratif adalah suatu usaha

mendeskripsikan, membahas dan

menggali gagasan-gagasan pokok yang

selanjutnya ditarik pada satu kesimpulan

dan tidak menutup kemungkinan adanya

kasus baru. Ide pokok yang menjadi dasar

tulisan ini adalah Pendidikan karakter

kebangsaan di pondok pesantren sebagai

suatu tinjauan konseptual pendidikan

pesantren.

Adapun sumber data yang

digunakan adalah:

1. Sumber utama (primer) yaitu, data-

data yang berkaitan langsung dengan

teori-teori Pendidikan kebangsaan dan

Pendidikan pesantren dengan

menggunakan beberapa buku dan

literatur yang berkaitan dengan

permasalahan.

2. Data sekunder, yaitu data yang tidak

terkait secara langsung dengan

pembahsan berupa hasil penelitian-

penelitian terdahulu, undang-undang

serta peraturan pemerintah yang

berkaitan dengan pendidikan

antikorupsi. (Arikunto, 2002: 114)

Untuk pengumpulan data, penulis

menggunakan telaah buku, dengan cara

memperoleh keterangan-keterangan

mengenai suatu obyek pembahasan.

Selanjutnya dianalisa dengan

menggunakan kerangka berfikir induktif.

(Moleong, 2002: 3). Berangkat dari

Page 3: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

55

kerangka umum tentang konsep

pendidikan kebangsaan dan pendidikan

pesantren, maka selanjutnya dilakukan

analisis konsep pendidikan kebangsaan di

lingkungan pondok pesantren.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Terminologi Pondok Pesantren

Pondok Pesanten merupakan salah

satu lembaga pendidikan Islam paling

klasik di Indonesia. Dalam pembahasaan

sehari-hari istilah ini sering diungkapkan

dengan kara “Pondok” atau “Peantren”,

dan bahkan tidak jarang ditemukan

penggabungan keduanya yakni “Pondok

Pesantren”. Secara esensial, semua istilah

ini mengandung makna yang sama,

kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang

menjadi penginapan santri sehari-hari

dapat dipandang sebagai pembeda antara

pondok dan pesantren (Mujammil

Qomar, 2002: 1).

Pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam tertua yang

berfungsi sebagai salah satu benteng

pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan

pusat pengembangan masyarakat muslim

Indonesia. Istilah pondok pesantren

pertama kali dikenal di Jawa, di Aceh

dikenal rangkag dan dayah, di Sumatera

Barat dengan surau (Putra: 2001: 47).

Pada masa awal perkembangannya,

pesantren tidak menyediakan asrama

(pemondokan) untuk santrinya di

kompleks pesantren tersebut, mereka

tinggal di seluruh penjuru desa sekeliling

pesantren (santri kalong) dimana cara dan

metode pendidikan dan pengajaran

agama Islam diberikan dengan sistem

watonan yaitu para santri datang

berduyun-duyun pada waktu-waktu

tertentu (Jalaludin, 1990: 9).

Seiring dengan perkembangan

zaman keadaan ini mengalami perubahan.

Pengasuh dan pengelola pondok

pesantren kemudian membangun asraram

(pemondokan) sebagai penginapan santri-

santri yang belajar di pesantren untuk

memperlancar proses belajar dan

menjalin hubungan guru-murid secara

lebih akrab untuk thalab ‘ilm al-dina.

Inilah yang mengklasifikasikan pondok

pesantren menjadi dua kategori, yakni

pondok pesantren klasik (salaf) dan

pondok pesantren modern (kholaf).

Pada bahagian ini, penulis tidak

memfokuskan pembahasan perbedaan

Page 4: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

56

antara pondok pesantren klasik (salaf)

dengan pondok pesantren modern

(kholaf). Hal ini disebabkan karena esensi

yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah

sistem pendidikan pondok pesantren

dalam menanamkan nilai-nilai karakter

kebangsaan pada santri/siswa dalam

kegiatan pembelajaran dan bersosialisasi.

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah

sistem pendidikan yang unik. Tidak

hanya unik dalam pendekatan

pembelajarannya, tetapi juga unik dalam

pandangan hidup dan tata nilai yang

dianut, cara hidup yang ditempuh,

struktur pembagian kewenangan, dan

semua aspek-aspek kependidikan dan

kemasyarakatan lainnya. Hal ini yang

menyebabkan bahwa masing-masing

pondok mempunyai keistimewaan

sendiri, yang bisa jadi tidak dimiliki oleh

yang lain.

Meskipun demikian, dalam hal-hal

tertentu pondok pesantren memiliki

persamaan. Persamaan-persamaan inilah

yang lazim disebut sebagai ciri pondok

pesantren, dan selama ini dianggap dapat

mengimplikasi pondok pesantren secara

kelembagaan. Sebuah lembaga

pendidikan dapat disebut sebagai pondok

pesantren apabila di dalamnya terdapat

sedikitnya lima unsur, yaitu: kiyai, santri,

pengajian, asrama, masjid dengan segala

aktivitas pendidikan keagamaan dan

kemasyarakatannya.

Persamaan lain yang terdapat pada

pondok pesantren adalah bahwa semua

pondok pesantren melaksanakan tiga

fungsi kegiatan yang dikenal dengan Tri

Darma Pondok Pesantren, yaitu:

a. Peningkatan keimanan dan ketakwaan

terhadap Allah swt;

b. Pengembangan keilmuan yang

bermanfaat;

c. Pengabdian terhadap agama,

masyarakat dan negara

Selain model pembelajaran aspek

kelembagaan dan aspek fungsi kegiatan

di atas, pondok pesantren juga disatukan

melalui persamaan atas hubungan yang

khas dalam kependidikan dan

kemasyarakatan, yaitu:

a. Hubungan yang dekat antara kiyai

dengan santri.

b. Ketaatan santri yang tinggi kepada

kiyai.

c. Hidup hemat dan sederhana.

Page 5: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

57

d. Tingginya semangat kemandirian pada

santri.

e. Berkembangnya suasana persaudaraan

dan tolong menolong.

f. Kuatnya semangat mencapai cita-cita.

g. Tertanamnya sikap disiplin dan istiqo-

mah.

Keragaman dan keunikan

pendidikan pondok pesantren juga

terdapat pada sistem pembelajarannya.

Hal ini terkait dengan kenyataan, bahwa

ada sejumlah pondok pesantren yang

tetap mempertahankan sistem

pembelajaran lama yang cenderung

menggunakan pendekatan individual atau

kelompok, dan ada pula pondok

pesantren yang menyerap sistem pen-

didikan modern yang lebih

mengedepankan pendekatan klasikal.

Dalam melaksanakan proses

pendidikan di pondok pesantren terdapat

beberapa kegiatan yang umumnya

dilakukan oleh pengelola Pondok

Pesantren. Hubungan tradisional

tercermin dominasi kiyai yang sangat

kental sebagai pimpinan pondok dalam

menentukan hal-hal yang harus dilakukan

dalam menjalankan kegiatan pendidikan.

Beberapa ahli bahkan memadankan kiyai

sebagai raja, “a pesantren is paralleled

by some experts as a kingdom in which

the kiai is the king. This implies that the

kiai has total power and authority to

control any aspect of his pesantren”.

(Raihani, 2001: 30).

Pondok pesantren memiliki metode

pembelajaran yang menjadi khas. Metode

pembelajaran tersebut antara lain adalah

metode sorogan, bandongan/ wetonan,

musyawarah, pengajian, hafalan,

demonstrasi/paktek, rihlah ilmiyah,

Muhawarah/Muadatsah, dan Riyadhah

(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,

2007: 45). Atas ini, umumnya pesantren

melaksankan pendidikan formal di

dalamnya, pendidikan tersebut berfungsi

sebagai penghubung antara sistem lama

dengan sistem baru.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

terhadapa Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan sehingga menjadi manusia

Page 6: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

58

yang sempurna (insan kamil). Dalam

pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen (stake-holders) harus

dilibatkan, termasuk komponen-

komponen pendidikan itu tersendiri, yaitu

isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan, penangana

atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan

aktivitas atau kegiatan kokurikulum,

pemberdayaan sarana prasarana,

pembiayaan, dan ethos kerja seluruh

warga dan lingkungan sekolah. (Narwati,

2011; 14).

Pendidikan karakter membutuhkan

proses atau tahapan secara sistematis dan

gradual, sesuai dengan fase pertumbuhan

dan perkembangan anak didik. Karakter

dikembangkan melalui tahap

pengetahuan (knowing), pelaksanaan

(acting), dan kebiasaan (habit). Jadi

karakter itu tidak terbatas pada

pengetahuan saja, seseorang yang

memiliki pengetahuan tentang kebaikan

belum tentu mampu bertindak sesuai

dengan yang diketahuinya, jika tidak

terlatih (habit) untuk melakukan

kebaikan tersebut. Demikian halnya

dengan karakter, yang menjangkau

wilayah emosi dan kebiasaan diri.

Dengan demikian, menurut Lickona

diperlukan tiga komponen karakter yang

baik, yaitu moral knowing, moral

feelings, dan moral actions. Hal ini

diperlukan agar anak didik betul-betul

mengetahui, merasakan dan mengerjakan

sekaligus nilai-nilai kebajikan

(Soemantri, 2010).

Adapun nilai-nilai yang

dikembangkan dalam pendidikan karakter

di Indonesia diidentifikasi berasal dari

empat sumber, yaitu agama, pancasila,

budaya, dan tujuan Pendidikan Nasional.

Berdasarkan keempat sumber nilai

tersebut, teridentifikasi sejumlah nilai

untuk pendidikan karakter. Adapun nilai

dan deskripsi nilai pendidikan karakter

adalah sebagai berikut. (Kurniawan,

2012; 39-42).

Tabel 1. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1 Relegius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,

Page 7: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

59

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

3 Tolerasnsi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan oramg lain yang

berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras

Perilaku yang menunujukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu utuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demikrasi Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya.

9 Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya.

10 Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11 Cinta Tanah

Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara diatas diri

dan kelompoknya.

12 Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

Page 8: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

60

mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/

Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,

dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Cinta Damai Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan

yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara,

dan Tuhan YME.

Suber: Pengembangan Karakter, 2009.

Dalam kaitan ini pada draft Grand

Design Pendidikan Karakter diungkapkan

nilai-nilai yang terutama akan

dikembangkan dalam budaya satuan

pendidikan formal dan nonformal.

3. Nilai Pendidikan Karakter

Kebangsaan di Pondok Pesantren

Salah satu ciri yang mendasar pada

pendidikan pondok pesantren adalah

penanaman nilai-nilai. Setiap kegiatan

pendidikan yang dilakukan di pondok

pesantren baik pendidikan formal

maupun nonformal sangat sarat dengan

nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut secara

pilosofis tidak terlepas dari kemaslahatan

umat manusia, umat dan bangsa.

Dari itu, nilai-nilai pendidikan

karakter pada lembaga pondok pesantren

ialah jiwa dan filsafat hidup serta

orientasi pendidikan pondok pesantren.

Sehubungan dengan nilai ini, pondok

pesantren pada umumnya mempunyai

apa yang disebut pancajiwa yang selalu

mendasari dan mewarnai seluruh

Page 9: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

61

kehidupan santri, yaitu: keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah

islamiyah, dan kebebasan. (Kurniawan,

2012: 11).

Keikhlasan: Para santri/ siswa yang

belajar di pondok pesantren tidak karena

didorong oleh keinginan memperoleh

keuntungan-keuntungan tertentu, mereka

semua menjalankan kegiatan yang di

programkan pesantren semata-mata untuk

dan karena ibadah. Kondisi ini meliputi

segenap susana kehidupan di pondok

pesantren. Kiayai dan para guru ikhlas

dalam mengajar, santri/siswa ikhlas

dalam belajar (memperoleh pendidikan).

Kesederhanaan: Kehidupan di

lingkungan pondok pesantren diliputi

suasana kesederhanaan, namun penuh

dengan nilai-nilai keagungan. Sederhan

buan berarti passif, dan bukan pula

karena kemiskinan. Kesederhanaan

dalam pandangan pondok pesantren

adalah kebiasaan yang mengandung

unsur kekuatan dan ketabhan hati,

pengendalian diri dalam menghadapi

berbagai cobaan hidup pada segala

tingkat kesulitannya. Di balik

kesederhanaan tersebut, terpancar jiwa

besar, berani maju terus dalam

menghadapi perjuangan hidup, dan

pantang mundur dalam segala keadaan.

Dalam sikap kesederhanaan ini timbul

mental/ karakter yang kuat yang menjadi

syarat suksesnya suatu perjuangan dalam

segi kehidupan.

Kemandirian: Jiwa kemandirian

adalah jiwa kesanggupan menolong diri

sendiri atau dengan istilah berdiri di atas

kaki senditi (self-help). Pendidikan

kemandirian ini merupakan senjata

ampuh dalam kehidupan di pondok

pesantren, yang dapat dimaknai bukan

saja dalam arti santri/ siswa selalu belajar

dan berlatih mengurus segala

kepentingan diri sendiri, tapi jauh di balik

itu pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan tidak pernah menyandarkan

kehidupannya pada bantuan dan belas

kasih orang lain. Dalam hal ini pondok

pesantren juga tidak bersikap kaku,

sehingga menolak orang-orang yang

hendak membantu pondok.

Ukhuwah Islamiyah: Kehidupan di

pondok pesantren diliputi suasana

persaudaraan akrab sehingga segala

kesenangan dirasakan bersama dengan

jalinan perasaan keagamaan, ukhuwah

(persaudaraan) ini. Bukan saja selama di

Page 10: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

62

dalam pesantren, tetapi juga

mempengaruhi ke arah persatuan umat

dalam masyarakat selepas mendapat

pendidikan dari pondok pesantren.

Kebebasan: Bebas dalam berpikir

dan berbuat, bebas dalam menentukan

masa depannya, dalam memilih jalan

hidup pada masyarakat. Dengan berjiwa

besar dan optimis dalam menghadapi

kehidupan para santri/ siswa akan

menjadi generasi yang unggul dan

tangguh di kemudian hari. Bahkan

kebebasan yang dimaknai pondok

pesantren sampai kepada bebas atas

pengaruh asing/kolonial. Hanya saja

dalam kebebasan ini seringkali ditemui

unsur-unsur negatif, yaitu apabila

kebebasan disalahgunakan, sehingga

terlalu bebas (liberal), kehilangan arah

dan tujuan atau prinsip. Sebaliknya, ada

pula yang terlalu bebas (untuk tidak

dipengaruhi), berpegang teguh pada

tradisi yang dianggap paling baik sendiri,

yang telah pernah berhasil dan

menguntungkan pada zamannya,

sehingga tidak mau menoleh ke arah

keadaan sekitar dengan perubahan

zamannya, dan tidak memperhitungkan

masa depannya. Akhirnya tidak bebas

lagi, karena mengikatkan diri kepada

yang diketahui itu saja.

Adapun nilai-nilai tradisi pesantren

yang dapat dijadikan pedoman

pengembangan nilai-nilai karakter bangsa

adalah tasamuh, tawassuth, dan tawazun.

Tasamuh berarti toleran di dalam

menyikapi perbedaan pendapat.

Tawassuth berarti sikap tengah yang

berintikan keadilan ditengah kehidupan

bersama, serta menjadi panutan,

bertindak lurus, bersifat membangun, dan

tidak ekstrem. Tawazun berarti

keseimbangan dalam berkhidmat kepada

Allah swt, berkhidmat kepada sesama

manusia, dan kepada lingkungan serta

keselarasan antara masa lalu, masa kini,

dan masa depan.

Sikap dan perilaku santri tersebut

muncul karena pesantren dalam proses

pendidikan didasarkan pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

a. Teosentris, yaitu semua aktifitas

pendidikan dipandang sebagai ibadah

kepada Allah swt dan merupakan

bagian integral dari totalits kehidupan

keagamaan. Nilai keagamaan dalam

Islam adalah konsep mengenai

penghargaan tinggi yang diberikan

Page 11: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

63

oleh warga masyarakat kepada

beberapa pokok masalah dalam

kehidupan keagamaan yang bersiafat

suci, sehingga menjadi pedoman bagi

tingkah laku keagamaan warga

masyarakat bersangkutan. Artinya

konsep nilai-nilai dan budaya yang

bersumber dari ajaran agama

mengenai masalah dasar sangat

penting dalam kehidupan manusia.

b. Sukarela dalam mengabdi. Para

pengasuh pesantren memandang

semua kegiatan pendidikan merupakan

ibadah kepada Allah. Penyelenggaraan

pendidikan pada pesantren

dilaksanakan secara sukarela dan

mengabdi kepada sesama dalam

rangka mengabdi kepada Allah swt.

c. Kearifan, yaitu bersikap sabar, bijak,

rendah hati, sikap moderat, dan patuh

pada ketentuan hukum agama, mampu

mencapai tujuan tanpa merugikan

orang lain, dan mendatangkan manfaat

bagi kepentingan bersama. Kearifan

ini telah melahirkan peserta didik atau

santri yang berpandangan inklusif.

d. Kesederhanaan adalah tidak tinggi hati

dan sombong walau berasal dari orang

kaya atau keturunan raja.

e. Kolektivitas yaitu mengutamakan

kepentingan orang banyak daripada

kepentingan pribadi. Dalam hal

kewajiban, orang harus mendahulukan

kewajiban diri sendiri sebelum orang

lain.

f. Mengatur kegiatan bersama. Kegiatan

bersama dilakukan oleh para santri

dengan bimbingan para guru atau

kiyai. Para santri mengatur semua

kegiatan pembelajaran dan kegiatan

lainnya.

g. Ukhuwwah Diniyyah. Kehidupan di

pesantren penuh dengan suasana

persaudaraan, persatuan, dan gotong

royong. Sehingga segala kesenangan

dirasakan bersama dan segala

kesulitan berusaha diatasi bersama.

h. Kebebasan. Kebebasan yang dimaksud

adalah kebebasan dari segi kurikulum

dan politik. Kebebasan kurikulum

yaitu tidak terikat oleh kurikulum

Kemenag RI maupun Kemendikbud

RI. Sedangkan kebebasan politik yaitu

tidak berafiliasi bahkan terlibat pada

salah satu pada partai politik maupun

organisasi masyarakat tertentu.

(Mukhibath, 2015; 189-190).

Page 12: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

64

Nilai-nilai pendidikan karakter

menempati posisi yang tinggi dalam Al-

Qur’an dan Hadis, bahkan menjadi jiwa,

subtansi dan misi utama dari ajaran Al-

Qur’an dan Hadis tersebut. Dengan kata

lain, bahwa seluruh ajaran Al-Qur’an dan

Hadis pada umumnya ditujukan untuk

membentuk karakter manusia yang baik.

Akidah, ibadah, dan muamalah bukanlah

tujuan, melainkan hanya wasilah,

sedangkan tujuan akhirnya adalah

terbentuknya manusia yang berkarakter.

Islam menempatkan nilai pendidikan

karakter sebagai hal yang sangat penting,

yaitu pengajaran tentang nilai dan

perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.

Al-Qur’an dan Hadis memberikan

kebebasan kepada manusia untuk

menentikan pilihannya secara

bertanggung jawab, dan dalam batas-

batas yang ditentukan oleh Allah swt dan

Rasul-Nya, karena kebebasan yang

melampaui batas-batas yang ditentukan

Allah dan Rasul-Nya itu akan membunuh

kebebasan itu sendiri. (Nata, 2016; 175-

176).

Berdasarkan sajian data di atas,

dapat disimpulkan bahwa penanaman

nilai kebangsaan pada santri/siswa

dilakukan dengan proses pembelajaran

dan berbagau kegiatan di luar kelas.

Kegiatan di dalam kelas melalui

serangakain proses pembelajaran,

khususnya Pendidikan Kewarganegaraan

dan Pendidikan Sejarah. Sementara

penanaman nilai kebangsaan di luar kelas

dengan melakukan kunjungan ke tempat-

tempat bersejarah. Secara teoretis

santri/siswa memang harus diberi

pemahaman bahwa bangsa Indonesia

terbentuk melalui suatu proses yang

panjang. Unsur masyarakat yang

membentuk bangsa Indonesia terdiri atas

berbagai macam suku bangsa, adat-

istiadat, kebudayaan, agama, serta

wilayah. Persatuan dan kesatuan tersebut

kemudian dituangkan dalam suatu asas

kerohanian yang merupakan suatu

kepribadian serta jiwa bersama, yaitu

Pancasila. Prinsip-prinsip kebangsaan

Indonesia yang berdasarkan Pancasila

adalah bersifat majemuk tunggal.

Prinsip majemuk tunggal tersebut

mengindikasikan bahwa pendidikan

nasionalisme yang diungkapkan dalam

bahasa pesantren sebagai ukhuwah

islamiyah dan ukhuwah wathoniyah pada

setiap jenjang pendidikan harus berakar

Page 13: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

65

pada pemahaman sejarah, keberagaman

budaya dan aspek keabngsaan lainnya.

Selain melalui pendidikan formal

pesantren, mayoritas pondok pesantren

masih menggunakan metode

pembelajaran yang khas dalam

memberikan pemahaman nilai-nilai

keagamaan. Metode pembelajaran

tersebut seperti sorogan, bandongan,

musyawarah, pengajian, hapalan,

demonstrasi/paktek, rihlah ilmiyah,

Muhawarah/Muadatsah, dan Riyadhah.

Tentu saja metode-metode yang

dilakukan ini, juga dijadikan sarana untuk

menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan

persatuan.

Secara khusus penanaman nilai-

nilai kebangsaan bisa muncul ketika para

pengasuh, kiyai dan guru menggunakan

metode musyawarah/Bahtsul Masa’il.

Metode ini juga bisa dikatakan sebagai

metode diskusi atau seminar. Para

santri/siswa dalam jumlah tertentu duduk

membentuk halaqah dan dipimpin

langsung oleh kiyai atau bisa juga

santri/siswa senior untuk membahas

suatu tema yang telah ditentukan

sebelumnya. Tema yang akan dikaji,

misalnya adalah nilai-nilai kebangsaan

yang tercermin dalam Al-Quraqn &

Hadis. Untuk melakukan pembelajaran

dengan metode ini, sebelumnya pengajar

telah mempertimbangkan kesesuaian

topik atau persoalan (materi

kontemporer) dengan kondisi dan

kemampuan peserta (para santri/siswa).

Metode ini berguna untuk

membangun pemahaman santri tentang

kebangsaan dan memahami isu

kebangsaan yang berkaitan dengan nilai

ke-Islaman. Metode ini sebagai upaya

untuk meghindarkan tumbuhnya

“etnonasionalisme” yang membatasi

pemikiran peserta didik (santri/siswa),

tentang pentingya ukhuwah wathoniyah.

Selain metode musyawarah,

pondok pesantren juga melakukan

metode rihlah ilmiyah. Metode rihlah

ilmiyah adalah kegiatan pembelajaran

yang diselenggarakan melalui kegiatan

kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu

tempat tertentu dengan tujuan untuk

mencari ilmu. Kegiatan kunjungan yang

bersifat keilmuan ini dilakukan oleh para

santri untuk menyelidiki atau

mempelajari suatu hal dengan bimbingan

guru atau kiyai. Metode ini terintegrasi

juga dengan kegiatan di sekolah umum,

Page 14: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

66

yang sering dinamakan study tour atau

mengunjungi tempat bersejarah.

Lembaga pendidikan Islam seperti

pesantren haruslah sesuai dengan

konsepsi pendidikan Islam; relevan

dengan kebutuhan masa depan; dan dapat

dilaksanakan walaupun keterbatasannya

sub sistem pendidikan nasional. Maka

proses pendidikan di pondok pesantren

secara umum sudah sesuai dengan

pengembangan pendidikan nasional.

Pesantren telah mendirikan lembaga

pendidikan formal sebagai pendukung

sistem pendidikan keagamaan. Dengan

memanfaatkan jejang pendidikan formal

atau pun kegiatan non formal, pihak

pondok pesantren berusaha secara

maksimal menanamkan nilai-nilai

kebangsaan bagi para santri/siswa.

KESIMPULAN

Lembaga Pondok Pesantren sejak

awal pertumbuhannya hingga sekarang

telah memberikan pendidikan karakter

kebangsaan kepada seluruh santri/siswa

secara konsisten. Pendidikan karakter

kebagsaan tersebut dilakukan dengan

pembiasaan-pembiasaan pada kehidupan

santri/siswa. Pendidikan karakter tersebut

secara tidak langsung, menjadi ciri khusu

pendidikan pondok pesantren yang

tertuang dalam motto kehidupan

santri/siswa (keikhlasan, kesederhanaan,

kemandirian, ukhuwah islamiyah, berjiwa

bebas).

Langkah yang juga dilakukan

dengan memanfaatkan lembaga

pendidikan formal yang dilakukan

pengasuh dan pengurus pondok

pesantren. Pendidikan karakter pada pola

ini dilakukan melalui memanfaatkan

mata pelajaran yang memiliki hubungan

dengan nilai kebangsaan, seperti

pembelajaran PKn dan Pendidikan

Sejarah. Penanaman nilai-nilai

kebangsaan juga dilakukan melalui

kegiatan keagamaan di lingkungan

pondok pesantren. Di antaranya dengan

memanfaatkan metode musyawarah

(Bahtsul Masa’il) dan rihlah ilmiyah.

Pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh

dan diakui oleh masyarakat, sudah lama

ikut berperan serta dalam menanamkan

nilai-nilai kebangsaan. Pondok pesantren

di Indonesia secara umum, hingga kini

tetap eksis. Eksistensi pondok pesantren

tidak hanya sebagai lembaga pendidikan,

Page 15: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

67

tetapi juga sebagai sarana dakwah Islam

dan lembaga pengembangan masyarakat

yang mengentaskan para santri untuk

dibina atas tanggung jawab menuju

kehidupan yang lebih baik. Pondok

pesantren sebagai lembaga pendidikan

terbukti telah melahirkan kader-kader

yang berguna bagi bangsa dan negara.

SARAN

1. Lembaga pondok pesantren

disarankan untuk tetap

mempertahankan eksistensinya dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa

melalui prinsip-prinsip dasar pondok

pesantren itu sendiri dengan tetap

berbenah untuk kemajuan umat dan

bangsa.

2. Pondok pesantren dihadapkan dapat

mengembanggkan pola-pola

pendidikan nilai kebangsaan pada

santri/siswa yang sesuai dengan

perkembangan zaman, sehingga lebih

mudah difahami dan terapkan dalam

kehidupan nyata.

3. Lembaga pondok pesantren lebih giat

lagi mensosialisasikan muatan dan

pola pendidikan yang dilakukan,

sehingga pondok pesantren dapat

menepis semua isu miring yang

diarahkan pada pondok pesantren

seperti isu radikalisme dan lain

sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2002), Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Kemdiknas, (2010) Desain Induk

Pendidikan Karakter. Jakarta:

Kemendiknas.

Kuniawan, Asep, (2012), Pendidikan

Karakter di Pondok Pesantren

dalam Menjawab Krisis Sosial,

Cirebon; IAIN Syekh Nurjati.

Mata, Muhammad Anis, (2003),

Membentuk Karakter Cara Islami,

Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.

Mukhibat, (2015), Meneguhkan Kembali

Budaya Pesantren dalam Merajut

Lokalitas, Nasionalitas,dan

Globalitas, Jurnal Ilmiyah; Volume

23 No. 2, Desember 2015.

Moleong, Lexy J., (2002), Metodologi

Penelitian Kualitatif, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nata, Abuddin, (2016), Kapita Selejta

Pendidikan Islam: Isu-Isu

Page 16: ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

68

Kontemporer tentang Pendidikan

Islam, Jakarta: Rajawali Pers.

Narwati, Sri, (2011), Pendidikan

Karakter, Yogyakarta: Famili, 2011

Raihani. (2001). “Curriculum

Construction in The Indonesian

Pesantren” Tesis. Melbourne:

University of Melbourne.

Samani, Muchlas & Hariyanto, (2012),

Konsep dan Model Pendidikan

Karakter, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sprod, Tim, Philoshophical Discussion in

Moral Education, London:

Routledge, 2001.

Sulaiman, Fathiyah Hasan, (1986), Sistem

pendidikan Versi al-Ghazali,

Bandung: al-Ma’arif.

Sumantri, Endang, (2010), Pendidikan

Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya

Pembinaan Kepribadian Bangsa,

Bandung: Widya Aksara Press.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan.

(2007), Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Bandung: PT. Imperial

Bhakti Utama.

Qomar, Mujammil, Pesantren Dari

Transformasi Metodologi Menuju

Demokrasi Institusi, Jakarta:

Erlangga, 2002.