issn 2088 - staihas · 2020. 4. 22. · artikel ini membahas korelasi antara prestasi bela- ......

154

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ISSN 2088 - 7795

    Ma’rifah JurnalPendidikandanPemikiranPeradaban Islam

    Penanggungjawab Karyoto WS, M.Pd.I

    (Ketua STAI Haji Agus Salim Cikarang Bekasi)

    Pemimpin Redaksi Noor Azida Batubara

    Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STAI HAS CikarangBekasi

    Redaktur Pelaksana Daan Dini Khairunida

    Siti Ropiah

    Sekretaris Ade Maulana Aji

    Alamat redaksi/Penerbit Jl.Urip Sumoharjo

    Musyarokah menerima kontribusi tulisan (kajian Hukum Islam) berupa artikel, laporan penelitian dan tinjauan buku.panjang tulisan 10-15 halaman. Isi tulisan adalah

    tanggungjawab penulis

    MA’RIFAH

    Volume

    7

    No.1

    Hlm.

    1-148

    Oktober 2019

    ISSN

  • PENGANTAR REDAKSI

    Jurnal ma’rifah 2019 telah memuat beberapa tulisan dengan tema umum

    berkaitan dengan pendidikan Islam. Secara ringkas tulisan-tulisan yang disajikan

    selain berkaitan dengan pendidikan agama Islam dan hasil penelitian terkait tema pen-

    didikan agama islam.

    Sebagai artikel pembuka, Dr. Noor Azida Batubara M.Ag menuliskan hasil

    penelitiannya yang berjudul Relational Capital Optimalisasi Peran perguruan Tinggi

    Keagamaan Islam dalam Mendukung Sustainable Develompent Goals (SGDs). Tulisan

    ini mengulas bagaimana upaya PTKI agar tetap eksis menghadapi persaingan antar

    perguruan tinggi, salah satunya membahas tentang Relational capital yang merupakan

    intangible assets yang dimiliki PTKI untuk menjadi instrumen sehingga

    mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka mendukung program SDGs dengan

    membangun jaringan/network berkualitas.

    Disusul artikel selanjutnya yang berjudul Pengaruh Metode Targhib-Tarhib

    Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mengam-

    bil setting penelitian di Madrasah Tsanawiyah Cipasung Tasikmalaya. Artikel ini di-

    tulis oleh Fuad Hilmi dan Dede Suhana. Penelitian ini mengkaji analisis pengaruh

    antara metode targhib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

    akidah akhlak dengan metodologi kuantitatif berbasis model statistika inferensia dan

    menggunakan persamaan regresi dan analisis korelasi product moment dari pearson.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode targhib - tarhib memiliki pengaruh yang

    positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah

    akhlak.

    Lalu ada juga artile penelitian dari Neng Eli yang berjudul Korelasi Prestasi

    Belajar Siswa terhadap Sikap Talzim kepada Guru dengan studi kasus di SMP Al

    WAFAA Cabang Bungin Bekasi. Artikel ini membahas korelasi antara prestasi bela-

    jar siswa dengan sikap takdzim siswa kepada guru di SMP Islam Al WAFAA Kecama-

  • tan Cabangbungin Kabupaten Bekasi. Kajiannya dilatarbelakangi oleh pentingnya

    sikap takdzim kepada guru sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kuali-

    tas pelaksanaan pendidikan Islam Insan yang memiliki akhlak mulia yang akan

    selalu termotivasi untuk menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keya-

    kinan agamanya dan akan menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang merusak

    kepada kepribadiannya sebagai manusia yang beragama.

    Beranjak dari tulisan dengan studi kasus, maka Nasri Kurnialoh menyajikan

    tulisan yang tak kalah menarik yaitu Penerapan Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam

    Mengatasi HOAX. Nasri menyimpulkan bahwa Hoax dapat dicounter melalui

    internalisasi nilai nilai pendidikan Islam dengan 2 tahap; transformasi nilai-nilai

    pendidikan Islam dan tahapan aplikatif berorientasi pada perbaikan sikap dan akhlak.

    Selanjutnya ada Wildan, guru SMAN 1 Cikarang pusat yang menuliskan artikel

    berjudul Upaya Guru Pembimbing Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam

    Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam Kegiatan Bk Melalui Layanan Informasi

    Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Di SMA Negeri 1 Cikarang Pusat. Lalu

    edisi ini ditutup oleh tulisan dari Rudi Jaya yang menuliskan hasil penelitiannya yang

    berjudul Pengaruh Kompetensi Guru PAI pada mata pelajaran Alqur’an Hadits ter-

    hadap Prestasi Belajar Siswa dengan mengambil Studi Kasus di SDIT Annajma Cika-

    rang.

    Dewan Redaksi

    .

  • DAFTAR ISI

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGA-

    MAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT

    GOALS (SGDs) .......................................................................................................... 1

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

    SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK (Studi Kasus di

    Madrasah Tsanawiyah Cipasung Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya) .................... 13

    Neng Eli

    KORELASI PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP SIKAP TAKDZIM

    KEPADA GURU (STUDI KASUS SMP AL-WAFAA

    CABANGBUNGIN BEKASI) .................................................................................. 37

    Nasri Kurnialoh

    PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

    MENGATASI HOAX................................................................................................ 65

    Wildan

    Upaya Guru Pembimbing Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam Meningkat-

    kan Aktivitas Belajar Dalam Kegiatan Bk Melalui Layanan Informasi Dengan

    Menggunakan Media Pembelajaran Di SMA Negeri 1 Cikarang Pusat .................... 92

    Rudi Jaya PENGARUH KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MA-TA PELAJARAN AL QURAN HADITS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas IV Di Sdit An-Najma Cikarang) ........................ 107

  • Abstrak

    Kiprah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam

    dalam mensukseskan Sustainable Develop-

    ment Goals (SDGs) penting untuk diketahui

    masyarakat diantaranya melalui diseminasi

    branding. Upaya ini juga menjadi pilihan

    bagi PTKI agar tetap eksis menghadapi per-

    saingan antar perguruan tinggi. Relational

    capital merupakan intangible assets yang

    dimiliki PTKI dan menjadi instrumen untuk

    mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka

    mendukung program SDGs dengan mem-

    bangun jaringan/network berkualitas.

    Kata kunci ; PTKI, SDGs

    Abstract

    The gait of the Islamic Religious College in

    succeeding the sustainable Development

    Goals (SDGs) is the most important program

    to be known by the community, including

    through dissemination of branding. This ef-

    fort is also an option for PTKI to be exist for

    facing competition between institutions. Re-

    lational capital is an intangible asset owned

    1

    by PTKI and it is becomes an instrument to

    optimize PTKI's role in supporting the SDGs

    programme through developing quality net-

    works.

    Keyword : PTKI, SDGs

    A. PENDAHULUAN

    Eksistensi Perguruan Tinggi men-

    jadi sentra pembangunan sumber daya

    manusia terutama di era Revolusi Indus-

    tri 4.0 saat ini. Perannya yang dibangun

    diatas tiga skema pendidikan Perguruan

    Tinggi yang dikenal dengan Tridharma

    Perguruan Tinggi, diharapkan mampu

    menghadirkan pendidikan yang dapat

    mencetak lulusan sebagai sumber daya

    manusia dengan kompetensi yang sesuai

    dengan kebutuhan di era yang identik

    dengan teknologi cerdas seperti internet

    of things, cyber-fisik, dan komputasi

    kognitif, dan komputasi awan.

    Perguruan Tinggi dengan peran

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN

    PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

    DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SGDs)

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 2

    pentingnya tersebut menjadi hal yang

    absurd ketika tidak didukung oleh jarin-

    gan atau networking. Sebagai institusi

    pendidikan tertinggi, Perguruan Tinggi

    Kegamaan Islam (PTKI) tidak dapat

    berdiri sendiri untuk mewujudkan

    misinya mendukung Tujuan Pem-

    bangunan Berkelanjutan (Sustainable De-

    velopment Goals/SDGs) dengan sebaik-

    baiknya. Diperlukan jaringan yang

    menghubungkan antara Perguruan Tinggi

    dengan banyak pihak selain stakeholder.

    Membangun jaringan atau net-

    working menjadi salah satu faktor pen-

    dukung bagi Perguruan Tinggi untuk

    menguatkan eksistensinya sebagai lem-

    baga pendidikan tinggi berkualitas.

    Selain untuk mengembangkan khazanah

    intelektual melalui perluasan wawasan

    dari berbagai perspektif, juga untuk

    menambah relasi dengan Perguruan

    Tinggi atau organisasi profesional

    lainnya yang bisa menjadi langkah awal

    mengembangkan diri termasuk berko-

    laborasi dengan berbagai pihak baik in-

    ternal maupun eksternal. Keterhubungan

    dengan berbagai pihak tersebut, akan

    menjadi tolak ukur kesuksesan Perguruan

    Tinggi mempropagandakan lembaganya

    dengan memiliki branding yang baik

    guna menambah nilai dihadapan stake-

    holder dan terutama untuk menarik minat

    calon mahasiswa baru.

    B. PEMBAHASAN

    Apakah Relational Capital?

    Relational capital (RC) merupa-

    kan konsep manajemen yang bertujuan

    meningkatkan kemampuan organisasi/

    institusi dalam membangun jaringan/

    networking. Sebagai aset lembaga yang

    bersifat intangible, RC adalah bagian dari

    taksonomi intellectual capital. Kompo-

    nen ini dikenal juga dengan istilah exter-

    nal capital (modal eksternal) dan cus-

    tomer capital. External/relational capital

    ini didefinisikan sebagai nilai yang dicip-

    takan organisasi melalui hubungan

    dengan lingkungan eksternal (yaitu

    penyelenggara, pelanggan, pelanggan

    potensial, pengguna, penjual dan organ-

    isasi lain).

    Relational capital ini bisa dalam

    bentuk kerjasama yang baik antara or-

    ganisasi dengan penyuplai yang berkuali-

    tas, pelanggan yang loyal dan merasa

    puas akan pelayanan organisasi, hub-

    ungan organisasi dengan pemerintah

    maupun kerjasama rekan bisnis. Dengan

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 3

    demikian, berdasarkan teori bahwa RC

    dibangun terutama dalam aspek pengem-

    bangan, pemeliharaan, dan menjaga hub-

    ungan baik dengan lingkungan luar or-

    ganisasi/institusi, orang atau faksi yang

    mempengaruhi aktivitas program kerja

    institusi termasuk hubungan pihak-pihak

    terkait yang berpartisipasi dalam rantai

    produk, mulai dari penyuplai, pesaing,

    dan stakeholder maupun shareholder.

    Definisi Relational Capital

    menurut Roos et al. (2005) adalah these

    include all relationships that the organi-

    zation has, such as customers, consum-

    ers, intermediaries, representatives, sup-

    pliers, partners, owners, lenders, and the

    like. Bahwa RC merupakan hubungan

    antara organisasi dengan pelanggan, kon-

    sumen, perantara, perwakilan, pemasok,

    mitra, pemilik, kreditur, dan sejenisnya.

    Relational capital disebut juga

    dengan customer capital, artinya bahwa

    inovasi dan nilai dari organisasi dirasa-

    kan oleh customer. RC merupakan bagi-

    an yang penting dalam proses evaluasi

    nilai/produk organisasi sebagai tolak

    ukur keberhasilan apakah produk/nilai

    yang dihasilkan perusahaan sesuai

    dengan pasar/konsumen atau sebaliknya.

    Inti dari RC ini adalah pengetahuan yang

    tertanam dalam hubungan kolaboratif di

    luar organisasi. Adapun RC dalam

    konteks intellectual capital management,

    merupakan aktivitas organisasi yang

    berkaitan dengan mengembangkan dan

    mempertahankan pelanggan dalam upaya

    untuk mengembangkan hubungan jangka

    panjang yang saling menguntungkan

    dengan customer. Ini adalah kombinasi

    dari proses bisnis internal seperti

    penjualan, pemasaran, dan dukungan

    pelanggan dengan teknologi dan teknik

    menangkap data (Van Zyl, 2005).

    Dengan demikian Relational Cap-

    ital dalam proses intellectual capital

    management tidak hanya sebagai pihak

    konsumtif, namun RC memiliki sifat

    korektif dan evaluatif terhadap perus-

    ahaan/organisasi yang mengeluarkan

    produk/jasa/nilai, sehingga secara tidak

    langsung RC bukan bagian yang terpisah

    dari perusahaan/organisasi meskipun

    secara struktural tidak termasuk menjadi

    bagian internal capital formal perus-

    ahaan/organisasi. Sifat evaluatif dan

    kontribusi yang diberikan RC dalam

    proses menciptakan nilai yaitu melalui

    proses hiring public yang diadakan oleh

    perusahan/organisasai dengan konsumen/

    masyarakat.

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 4

    Oleh sebab itu, organisasi/

    perusahaan harus mempunyai jaringan

    (networking) yang baik sebagai sarana

    pemasaran dan publikasi nilai produk/

    jasa kepada publik dan proses itu juga

    dapat menjadi bagaian eksistensi perus-

    ahaan/organisasi dan keberlanjutannya.

    Pembangunan hubungan tersebut mem-

    butuhkan kerjasama, kepercayaan, komit-

    men dan berbagi informasi, serta inte-

    grasi setiap bidang bisnis yang menyen-

    tuh pelanggan.

    Edvinsson (Brinker; 2000)

    menyarankan pengukuran terhadap be-

    berapa hal berikut ini yang terdapat da-

    lam Relational Capital, yaitu:

    a. Customer Profile. Siapa pelanggan-

    pelanggan kita, dan bagaimana mere-

    ka berbeda dari pelanggan yang di-

    miliki oleh pesaing. Hal potensial apa

    yang kita miliki untuk meningkatkan

    loyalitas, mendapatkan pelanggan

    baru, dan mengambil pelanggan dari

    pesaing.

    b. Customer Duration. Seberapa sering

    pelanggan kita berbalik pada kita?

    Apa yang kita ketahui tentang

    bagaimana dan kapan pelanggan akan

    menjadi pelanggan yang loyal? Serta

    seberapa sering frekuensi komunikasi

    kita dengan pelanggan.

    c. Customer Role. Bagaimana kita

    mengikutsertakan pelanggan ke da-

    lam disain produk, produksi dan pela-

    yanan.

    d. Customer Support. Program apa yang

    digunakan untuk mengetahui kepua-

    san pelanggan.

    e. Customer Success. Berapa besar rata-

    rata setahun pembelian yang dil-

    akukan oleh pelanggan.

    Marr dan Gray (2006)

    mengemukakan bahwa dimensi Relation-

    al Capital terdiri dari: hubungan pelang-

    gan (customer relationships), hubungan

    pemasok (supplier relationships), reputa-

    si (reputation), citra (image), ke-

    percayaan (trust), hubungan kontrak

    (contractual relationships), aliansi/

    perserikatan (alliances), hubungan

    dengan regulator (relationships with reg-

    ulators), mitra (partners), dan lain-lain

    (Bernard Marr, Dina Gray. 2006).

    Dimensi tersebut menunjukkan

    bahwa yang menjadi sumber penting dari

    relational capital adalah pelanggan,

    pemasok, mitra bisnis, pemegang saham

    dan pemangku kepentingan lainnya sep-

    erti masyarakat lokal. Hubungan ini bisa

    dalam bentuk perjanjian lisensi,

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 5

    pengaturan kemitraan, hubungan keu-

    angan, kontrak dan kesepakatan tentang

    saluran distribusi.

    Berdasarkan uraian di atas, rela-

    tional capital terbagi dalam dua bagian:

    1. Sebagai penerima dan pengguna ino-

    vasi pendidikan dari perguruan tinggi

    yaitu stakeholder utama; dan 2. Relasi

    yang merupakan pengguna dan sekaligus

    sebagai aktor yang membantu menyebar-

    luaskan inovasi perguruan tinggi seperti

    relasi dengan sesama lembaga pendidi-

    kan, masyarakat, dan media massa.

    Melalui transfer knowledge mampu men-

    ciptakan inovasi dan menghasilkan nilai

    kuantitas dan kualitas organisasi.

    Peran Perguruan Tinggi Islam dan

    Sustainable Development Goals (SDGs)

    Sustainable Development Goals

    (SDGs) merupakan program PBB yang

    dicetuskan dalam pertemuan yang mem-

    bahas isu pembangunan berkelanjutan di

    Rio Jainero pada tahun 2012. Tujuan

    yang ingin dihasilkan dalam pertemuan

    tersebut adalah memelihara secara bersa-

    ma-sama keseimbangan tiga dimensi

    pembangunan berkelanjutan: lingkungan,

    sosial dan ekonomi. Dalam upaya menja-

    ga keseimbangan tiga dimensi pem-

    bangunan tersebut, 5 pondasi utama

    SDGs yang dikedepankan yaitu manusia,

    planet, kesejahteraan, perdamaian, dan

    kemitraan yang ingin mencapai tiga

    tujuan mulia di tahun 2030 berupa

    mengakhiri kemiskinan (isu penting dan

    utama), mencapai kesetaraan dan menga-

    tasi perubahan iklim. Untuk mencapai

    tiga tujuan mulia tersebut, 17 Tujuan

    Global ditetapkan sebagai berikut:

    Penjelasan gambar:

    1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kem-

    iskinan dalam bentuk apapun di seluruh

    penjuru dunia. 2) Tanpa Kelaparan. Tid-

    ak ada lagi kelaparan, mencapai ketahan-

    an pangan, perbaikan nutrisi, serta men-

    dorong budidaya pertanian yang berke-

    lanjutan. 3) Kesehatan yang baik dan

    kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang

    sehat serta mendorong kesejahteraan

    hidup untuk seluruh masyarakat di segala

    umur. 4) Pendidikan Berkualitas. Menja-

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 6

    min pemerataan pendidikan yang

    berkualitas dan meningkatkan kesem-

    patan belajar untuk semua orang, menja-

    min pendidikan yang inklusif dan

    berkeadilan serta mendorong kesempatan

    belajar seumur hidup bagi semua orang.

    5) Kesetaraan Gender. Mencapai

    kesetaraan gender dan memberdayakan

    kaum ibu dan perempuan. 6) Air Bersih

    dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air

    bersih dan sanitasi yang berkelanjutan

    untuk semua orang. 7) Energi Bersih dan

    Terjangkau. Menjamin akses terhadap

    sumber energi yang terjangkau, ter-

    percaya, berkelanjutan dan modern untuk

    semua orang. 8) Pertumbuhan Ekonomi

    dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung

    perkembangan ekonomi yang berkelanju-

    tan dan inklusif, lapangan kerja yang

    penuh dan produktif, serta pekerjaan

    yang layak untuk semua orang. 9) Indus-

    tri, Inovasi dan Infrastruktur. Mem-

    bangun infrastruktur yang berkualitas,

    mendorong peningkatan industri yang

    inklusif dan berkelanjutan serta men-

    dorong inovasi. 10) Mengurangi Kesen-

    jangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik

    di dalam sebuah negara maupun di antara

    negara-negara di dunia. 11) Keberlanju-

    tan Kota dan Komunitas. Membangun

    kota-kota serta pemukiman yang inklusif,

    berkualitas, aman, berketahanan dan

    bekelanjutan. 12) Konsumsi dan

    Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin

    keberlangsungan konsumsi dan pola

    produksi. 13) Aksi Terhadap Iklim. Ber-

    tindak cepat untuk memerangi perubahan

    iklim dan dampaknya. 14) Kehidupan

    Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga

    keberlangsungan laut dan kehidupan

    sumber daya laut untuk perkembangan

    pembangunan yang berkelanjutan. 15)

    Kehidupan di Darat. Melindungi,

    mengembalikan, dan meningkatkan

    keberlangsungan pemakaian ekosistem

    darat, mengelola hutan secara berkelanju-

    tan, mengurangi tanah tandus serta tukar

    guling tanah, memerangi penggurunan,

    menghentikan dan memulihkan degradasi

    tanah, serta menghentikan kerugian

    keanekaragaman hayati. 16) Institusi

    Peradilan yang Kuat dan Kedamaian.

    Meningkatkan perdamaian termasuk

    masyarakat untuk pembangunan berke-

    lanjutan, menyediakan akses untuk kead-

    ilan bagi semua orang termasuk lembaga

    dan bertanggung jawab untuk seluruh

    kalangan, serta membangun institusi

    yang efektif, akuntabel, dan inklusif di

    seluruh tingkatan. 17) Kemitraan untuk

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 7

    Mencapai Tujuan. Memperkuat imple-

    mentasi dan menghidupkan kembali

    kemitraan global untuk pembangunan

    yang berkelanjutan.

    Program-program SDGs tersebut

    hanya dapat direalisasikan jika ditunjang

    oleh sumber daya manusia yang kompe-

    ten yaitu tenaga kerja terampil dan tena-

    ga ahli yang berkarakter serta mampu

    berinovasi dengan daya saing global.

    Menyikapi perolehan sumber daya manu-

    sia dengan skill abad 21 tersebut,

    menuntut upaya berbagai lembaga pen-

    didikan atau organisasi untuk berperan

    aktif mewujudkannya tidak terkecuali

    dengan Perguruan Tinggi Keagamaan

    Islam (PTKI) baik negeri maupun

    swasta.PTKI memiliki andil melahirkan

    sumber daya manusia dengan kompetensi

    yang sesuai dengan kebutuhan masyara-

    kat yang dinamis.

    Sebagai bagian dari subsistem

    pendidikan nasional, PTKI sendiri meru-

    pakan lembaga pendidikan tinggi keaga-

    maan yang sejajar dengan pendidikan

    tinggi umum lainnya dengan kewajiban

    yang sama. Ditegaskan dalam Undang-

    Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional pasal 20

    ayat 2 bahwa perguruan tinggi

    berkewajiban menyelenggarakan pen-

    didikan, penelitian, dan pengabdian

    kepada masyarakat (Tri Dharma Perguru-

    an Tinggi).

    Adapun yang dimaksud dengan

    pendidikan dalam undang-undang di atas

    adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses

    pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keaga-

    maan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia, serta ket-

    erampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa, dan negara.

    Penelitian adalah kegiatan yang dil-

    akukan untuk memperoleh informasi,

    data, dan keterangan yang berkaitan

    dengan pemahaman dan/atau pengujian

    suatu cabang ilmu pengetahuan dan

    teknologi berdasarkan kaidah dan metode

    ilmiah secara sistematis. Pengabdian

    kepada Masyarakat adalah kegiatan sivi-

    tas akademika yang memanfaatkan Ilmu

    Pengetahuan dan Teknologi untuk

    memajukan kesejahteraan masyarakat

    dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Hal ini menguatkan peran perguruan

    tinggi Islam sebagai lembaga pendidikan

    yang memproduksi pengetahuan.

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 8

    Dikeluarkannya regulasi tentang

    Pendidikan Tinggi tersebut memperkuat

    eksistensi PTK dan peran didalamnya.

    Keberadaan dan posisi PTKI telah men-

    jadi salah satu wujud entitas budaya In-

    donesia sebagai lembaga pendidikan

    tinggi dengan identitas Islam. Regulasi

    tersebut juga memposisikan PTKI se-

    bagai investasi sosial, budaya dan alam,

    yang dapat memetik kebermaknaan nilai

    dengan maksimal ketika berada pada

    titik kemampuan melayani kebutuhan

    pelanggan pendidikan, yakni pelayanan

    yang sesuai dengan kebutuhan masyara-

    kat dan dinamisasi pasar yang mengikuti

    perkembangan zaman berbasis nlai-nilai

    Islam. Hal ini menunjukkan bahwa peran

    strategis PTKI akan termanifestasikan

    maksimal manakala mampu menyeleng-

    garakan pendidikan yang mensinergikan

    antara kurikulum institusi dengan kebu-

    tuhan masyarakat. Prospek kedepan,

    layanan yang tepat tersebut akan menem-

    patkan PTKI sebagai lembaga penye-

    lenggara pendidikan tinggi yang profe-

    sional dan relevan dalam membangun

    Pendidikan Nasional.

    Optimalisasi peran Perguruan

    Tinggi Keagamaan Islam dalam mem-

    bangun kampusnya menjadi perguruan

    tinggi yang berkualitas, berkelindan

    dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan

    masyarakat. Kerjasama/sinergi yang baik

    dengan pihak internal maupun eksternal

    PTKI seperti pelaku industri, pemerintah,

    asosisasi profesi, lembaga pendidikan

    dan pengujian di dalam dan luar negeri.

    Sinergitas dengan berbagai pihak men-

    jadi hal penting bagi PTKI guna

    merekayasa program pendidikannya un-

    tuk selalu update beradaptasi dengan

    perkembangan dunia pendidikan,

    ekonomi, dan budaya.

    Output Perguruan Tinggi Keaga-

    maan Islam yang selalu update dengan

    perubahan dan memantau perkembangan

    kebutuhan masyarakat, menjadi sumber

    daya manusia potensial dengan kompe-

    tensi dan skill yang dimilikinya, baik

    pengetahuan umum maupun pengetahuan

    keagamaan. Melihat fenomena pent-

    ingnya program-program SDGs yang

    dikedepankan oleh PBB, dan peran

    perguruan tinggi saat ini sebagaimana

    diatur dalam undang-undang, PTKI

    memiliki andil besar untuk mewujudkan

    program-program SDGs tersebut.

    Bagaimana Optimalisasi Relational Capital

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 9

    Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam

    mendukung Program Sustainable Develop-

    ment Goals (SDGs)?

    Sebagai aset yang bersifat intangible,

    relational capital menjadi bagian dari aset PTKI

    yang memberikan dampak signifikan untuk me-

    maksimalkan upaya PTKI menjadi lembaga pen-

    didikan tinggi yang profesional dan berkualitas.

    Format PTKI beserta program pendidikan yang

    dimilikinya, harus bersifat transparan dan

    diketahui oleh masyarakat luas sebagai pengguna

    pendidikan. Kerjasama dan kolaborasi dengan

    berbagai pihak yang berkepentingan menjadi se-

    buah pilihan sebagai kepanjangan tangan PTKI

    dalam mempublikasikan eksistensinya.

    Relational capital di Perguruan Tinggi

    Keagamaan Islam terbagi dalam 2 (dua) bagian:

    1. Sebagai penerima dan pengguna inovasi pen-

    didikan dari perguruan tinggi yaitu stakeholder

    utama; dan 2. Relasi yang merupakan pengguna

    dan sekaligus sebagai aktor yang membantu me-

    nyebarluaskan inovasi perguruan tinggi seperti

    relasi dengan sesama lembaga pendidikan,

    masyarakat, dan media massa. Melalui transfer

    knowledge mampu menciptakan inovasi dan

    menghasilkan nilai kuantitas dan kualitas organ-

    isasi.

    Optimalisasi peran Perguruan Tinggi

    Keagamaan Islam dilandasi dengan pengoptimal-

    isasian konsumen sebagai stakeholder utama

    yang menjadi penerima dan pengguna jasa pen-

    didikan PTKI. Merujuk standar pengukuran yang

    dikemukakan Edvinsson, konsumen se-

    bagai mitra kerjasama yang menjadi ba-

    gian dari relational capital di PTKI harus

    memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

    1. Customer Profile. PTKI harus menge-

    tahui dengan pasti yang menjadi kon-

    sumennya. Hal penting yang harus diper-

    hatikan adalah kriteria konsumen yang

    sesuai dengan visi dan misi PTKI yang

    membedakan dengan pelanggan kompeti-

    tor. Perubahan minat dan kebutuhan para

    konsumen, tentunya menjadi sarana bela-

    jar dan referensi dalam meningkatkan

    loyalitas profesionalisme PTKI. Keadaan

    ini menjadi sebuah potensi dalam

    menembak pasar konsumen; 2. Customer

    Duration. Kemampuan PTKI dalam

    mempertahankan konsumen yang ada

    dan loyal terhadap institusi. Tahap akui-

    sisi dan pemeliharaan konsumen menjadi

    strategi penting untuk menjaga komitmen

    konsumen diantaranya dengan mem-

    bangun intensitas frekuensi komunikasi

    dengan konsumen. 3 Customer Role.

    PTKI mengikutsertakan konsumen dalam

    disain produk, produksi dan pelayanan.

    Diantaranya, beasiswa (schoolarsip), per-

    tukaran mahasiswa baik domestik mau-

    pun mancanegara. Hal lain yang harus

    diperhatikan dalam aspek ini adalah

    keterlibatan konsumen dengan kriteria

    talenta, knowledge, atau sumber daya

    dari luar yang dianggap kompeten dan

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 10

    memiliki kemampuan yang diperlukan;

    4. Customer Support. PTKI harus mem-

    iliki program yang bertujuan mengeval-

    uasi kepuasan konsumen dengan tidak

    mengabaikan kemashlahatan dan

    keberkahan dari program yang dijalankan

    tersebut. Dalam hal ini, penilaian yang

    diberikan oleh konsumen menjadi tolak

    ukur kesuksesan program-program yang

    dikedepankan oleh PTKI; 5. Customer

    Success. Setiap proses yang dilakukan dalam institusi, PTKI harus mempertimbangkan dan

    mengidentifikasi kebutuhan konsumen di masa

    depan serta bagaimana membantu merealisasi-

    kannya dalam bentuk program dan usaha maksi-

    mal. Kemampuan PTKI dalam membaca kebu-

    tuhan pasar dan kebutuhan masyarakat menjadi

    hal penting untuk menumbuhkan kepercayaan

    dari konsumen.

    Aspek kedua dari relational capital

    Perguruan Tinggi Keagamaan Islam adalah mem-

    bangun kerjasama dengan relasi yang merupakan

    pengguna dan sekaligus sebagai aktor yang mem-

    bantu menyebarluaskan inovasi PTKI seperti

    relasi dengan sesama lembaga pendidikan,

    masyarakat, dan media massa. Relasi dengan

    sesama lembaga pendidikan dimanifestasikan

    dalam bentuk jejaring kerjasama antar PTKI, an-

    tara PTKI dengan Perguruan Tinggi lainnya baik

    domestik maupun mancanegara. Tujuan mem-

    bangun kerjasama ini adalah untuk penjaminan

    mutu pendidikan PTKI yang sesuai dengan

    perkembangan kebutuhan masyarakat sebagai

    refleksi dari internalisasi nilai-nilai Tridharma

    Perguruan Tinggi.

    Relasi Perguruan Tinggi Keagamaan

    Islam dengan masyarakat dalam penyelenggaraan

    pendidikan di Indonesia tersebut telah diatur da-

    lam UU No 20 tahun 2003 pasal 8 dan 9. Peran

    tersebut dimanifestasikan dalam bentuk hak ber-

    peran serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

    adapun dalam aspek kewajiban, masyarakat

    berkewajiban memberikan dukungan sumber

    daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sinergi

    antara PTKI sebagai institusi dan masyarakat

    baik perseorangan, kelompok, organisasi profesi,

    industri, dan organisasi kemasyarakatan lainnya

    untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan

    dan pengendalian pelayanan pendidikan.

    Media massa merupakan media sosial-

    isasi yang memberi pengaruh kuat bagi eksistensi

    Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Sebagai

    instrumen untuk mengkomunikasikan program

    kerja dan inovasi-inovasi PTKI kepada masyara-

    kat luas, membangun relasi dengan media massa

    menjadi pilihan bagi PTKI yang efektif untuk

    mengenalkan eksistensinya kepada dunia luar.

    Optimalisasi peran Perguruan Tinggi

    Keagamaan Islam selanjutnya dapat dimanifes-

    tasikan dengan kecerdasan dalam membangun

    hubungan dengan pihak internal dan eksternal

    PTKI, yakni kolaboratif dengan stakeholder dan

    mitra kerja. Nilai-nilai kolaboratif yang dibangun

    dalam menciptakan RC berkualitas merujuk pada

    dimensi RC (Marr dan Gray (2006: 52), Sohrabi

    et.al (2010:16)) yaitu: 1. Reputasi (reputation).

    Pengelolaan reputasi merupakan upaya prospek

    jangka panjang yang dibangun sesuai dengan

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 11

    prestasi PTKI yang membedakannya dengan pe-

    saingnya. Mempertahankan reputasi menjadi

    pekerjaan yang paling berat dibanding mem-

    bangun reputasi itu sendiri, karena selain bersifat

    dinamis juga persepsi publik menjadi evaluator

    utamanya. 2. Citra (image). Bagi konsumen, citra

    PTKI merupakan informasi yang bersifat

    ekstrinsik mencakup dimensi karakteristik, repu-

    tasi, nilai, dan identitas PTKI. Hal ini berdampak

    pada persentase kekuatan loyalitas konsumen

    terhadap PTKI. Untuk membangun citra positif

    menjadi program yang harus dikedepankan oleh

    PTKI; 3. Kepercayaan (trust); 4. Aliansi/

    perserikatan (alliances). Relasi yang dibangun

    antar organisasi dengan tujuan yang sama ini,

    menjadi salah satu dimensi RC yang bertujuan

    untuk memperluas akses market PTKI, dan mem-

    peroleh kecukupan sumber daya dan kompetensi

    yang sesuai agar koalisi dapat berjalan lancar.; 5.

    Hubungan dengan regulator (relationships with

    regulators). Regulator yang dimaksud dalam

    ranah PTKI adalah pemerintah, sebagai

    penyokong PTKI yang berkualitas, penyedia sa-

    rana peningkatan pengetahuan, beasiswa pendidi-

    kan, fasilitas studi banding politik, pelindung dan

    payung kebijakan dalam upaya meningkatkan dan

    mengembangkan kualitas PTKI dan mendukung

    secara luas nilai yang dihasilkan PTKI; 6. Kuali-

    tas tanggapan terhadap tuntutan dan keluhan

    pelanggan (quality of responses to customer de-

    mands and complaints). PTKI harus membuka

    peluang bagi masuknya kritikan maupun saran

    yang dikemukakan oleh konsumen. Menyediakan

    kotak suara konsumen merupakan potensi bagi

    diperolehnya loyalitas pelanggan yang mem-

    berikan keuntungan bagi PTKI; 7. Brand and

    Trademarks. Merupakan identitas PTKI yang

    menjadi powerfull ketika dipublikasikan kepada

    konsumen. Sebagai lembaga pendidikan, faktor

    yang berpengaruh terhadap pembentukan brand

    dan trademark PTKI diantaranya, kualitas output,

    prestasi, akreditasi institusi, program unggulan,

    ISO, outcome alumni. Faktor-faktor tersebut

    menjadi identitas PTKI yang membedakannya

    dari para pesaing.

    Pola pengelolaan relational capital

    Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam

    mensukseskan program SDGs melalui bangunan

    jaringan/network, tidak terlepas dari keterbukaan

    PTKI terhadap perkembangan ekonomi global

    abad 21 atau yang dikenal dengan era Revolusi

    Industri 4.0. Beradaptasi dengan masa yang ber-

    basis pengetahuan saat ini, mengelola PTKI ber-

    basis pengetahuan sangat dipentingkan karena

    mengingat PTKI sebagai institusi pendidikan

    tinggi berperan aktif menjadi tonggak pem-

    bangunan bangsa dan negara. Identitas Islam

    yang melekat, menjadi value bagi PTKI yang

    menjadikannya berbeda dengan institusi pendidi-

    kan tiggi sejenis.

    Pada dasarnya, membangun relasi

    dengan masyarakat, pemerintah, mitra kerja,

    memberikan banyak informasi yang penuh bagi

    penyelenggaraan sebuah institusi pendidikan

    tinggi. Mereka bukan sekedar pengguna jasa pen-

    didikan PTKI yang kosong informasi (zero infor-

    mation) melainkan memiliki banyak sekali infor-

    masi (full information) untuk pengembangan

    PTKI yang profesional dan berkualitas global.

    Keadaan ini membentuk sudut pandang yang

    berbeda dalam mengevaluasi program-program

    PTKI dan menentukan pilihan saat menjadi kon-

    Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

  • 12

    sumen sebuah perguruan tinggi. Sehingga ketika

    berhadapan dengan program-program wajib yang

    digulirkan oleh pemerintah, PTKI mampu

    mengaktualisasikan diri sebagai institusi pendidi-

    kan tinggi yang friendly dengan berbagai kebu-

    tuhan masyarakat dan pasar dan mudah beradap-

    tasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.

    C. KESIMPULAN

    Program Sustainable Development

    Goals sebagai rencana aksi global menjadi bagi-

    an dari program pembangunan di Indonesia

    dengan 17 tujuan yang hendak dicapai dian-

    taranya mengentaskan kemiskinan, mengurangi

    kesenjangan, memajukan pendidikan, dan pro-

    gram lainnya yang dicanangkan oleh para pem-

    impin dunia. Mengaktualisasikan pencapaian

    akan tujuan program ini, harus diimbangi dengan

    penguatan PTKI sebagai institusi pendidikan

    tinggi yang menjadi bagian dari sistem pendidi-

    kan di Indonesia. Penguatan eksistensi Perguruan

    Tinggi Keagamaan Islam melalui pengelolaan

    relational capital sebagai intangible assets,

    merupakan pilihan untuk memperkaya khazanah

    intelektual dunia pendidikan di Indonesia.

    Mengelola RC PTKI dengan efektif dan profe-

    sional menunjang terhadap terwujudnya program

    Sustainable Development Goals dengan

    mengedepankan aspek pengetahuan sebagai basis

    dari pembangunan berkelanjutan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Babak Sohrabi et al. 2010. Intellectual capital and

    Technological Innovation: Knowledge-Based

    Theory and Practice. edited by Pedro Lopez Saez

    et.al. Hershey: New York.

    Bernard Marr, Dina Gray. 2006. Strategic Per-

    formance Management: Leveraging and Measur-

    ing your Intangible Value Drivers. USA: Elsevier

    Ltd.

    CR Van Zyl. 2005. Customer Relationship Man-

    agement Captures Intellectual capital for In-

    creased Competitiveness. Acta Commercii: Intel-

    lectual capital Management Series, article 2 of 3.

    Göran Roos. et.al. 2005. Managing Intellectual

    capital in Practice. Oxford: Elsevier Inc.

    Ishartono, et. al. Sustainable Development Goals

    (SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Share:

    Social Work Journal. Vol. 6 No. 2. Hlm. 163-

    164.

    James Guthrie, Richard Petty. 2000. Intellectual

    capital: Australian Annual Reporting Practices.

    Journal of Intellectual capital. Vol. 1 No. 3. 2000.

    pp. 241-251. MCB University Press.

    Ken Kay, Valerie Greenhill. 2011. Bringing

    Schools into the 21st Century editors by Guofang

    Wan, Dianne M. Gut. New York: Springer Sci-

    ence.

    T M Welbourne, M Pardo-del-Val. 2008. Rela-

    tional Capital: Strategic Advantage for Small and

    Medium-size Enterprise (smes) Through Negotia-

    tion and Collaboration. Group Decision and Ne-

    gotiation. Vol. 18. No. 5. pp. 483-497.

    RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

  • 13

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji

    analisis pengaruh antara metode targhib -

    tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada

    mata pelajaran akidah akhlak. metodologi

    yang digunakan merupakan analisis kuanti-

    tatif berbasis model statistika inferensia

    dengan menggunakan dengan menggunakan

    persamaan regresi dan analisis korelasi prod-

    uct moment dari pearson. hasil penelitian

    menunjukkan bahwa metode targhib - tarhib

    memiliki pengaruh yang positif dan signif-

    ikan terhadap motivasi belajar siswa pada

    mata pelajaran akidah akhlak.

    Keywords: Metode Targhib - Tarhib Motiva-

    si, Akidah Akhlak

    Abstract

    The purpose of this study is to examine the

    influence analysis between targhib - tarhib

    method of student learning motivation on the

    subject of moral aqid. the methodology used

    is a quantitative analysis based on inferenc-

    ing statistical model using using regression

    equation and product moment correlation

    analysis from pearson. the results showed

    that targhib - tarhib method has a positive

    and significant influence on students' learn-

    ing motivation on the subject of moral aqid.

    Keywords: Targhib - Tarhib Method, Moti-

    vation, Akidah Akhlak

    A. PENDAHULUAN Proses pendidikan merupakan

    proses yang berkesinambungan dan

    berkelanjutan. Berkesinambungan dapat

    diartikan bahwa proses pendidikan

    berlangsung tanpa batas waktu. Al-

    Qur'an surat al-Kahfi (18): 60 dan 66

    mengisyaratkan:

    َوإِْذ قَاَل ُموَسٰى لِفَتَاهُ ََل أَْبَرُح َحتَّٰى أَْبلَُغ َمْجَمَع اْلبَْحَرْيِن

    أَْو أَْمِضَي ُحقُبًا

    ا ُعلِّْمَت قَاَل لَهُ ُموَسٰى هَْل أَتَّبُِعَك َعلَٰى أَْن تَُعلَِّمِن ِممَّ

    ُرْشًدا

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

    (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Cipasung Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya)

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim Cikarang

    [email protected]

    mailto:[email protected]

  • 14

    Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata

    kepada muridnya: "Aku tidak akan ber-

    henti (berjalan) sebelum sampai ke per-

    temuan dua buah lautan atau aku akan

    berjalan sampai bertahun-tahun". Musa

    Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku

    mengikutimu supaya kamu mengajarkan

    kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu

    -ilmu yang telah diajarkan kepadamu?

    Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa

    kedudukan ilmu yang pertama dan

    utama. Musa as. beserta seorang

    muridnya melakukan perjalanan yang

    jauh dan waktu yang lama untuk mencari

    seorang guru yang berilmu dan ilmunya

    tersebut belum Musa as. memilikinya. Ia

    seorang nabi, tetapi ia tetap merasa haus

    dengan ilmu, sehingga Allah

    memerintahkan kepadanya untuk belajar

    kepada Khidhr.

    Selain itu, ayat tersebut

    mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu

    selama hayat dikandung badan, sejak

    dalam buaian sampai akhir hayat. Shahib

    kitab Ta‘lîm al muta‘alim

    mengisyaratkan:

    اُْطلُـبُوا اْلِعْلـَم ِمَن اْلَمْهـِد اِلَى اللَّْحـدِ

    Maksudnya adalah bahwa belajar itu

    sejak kecil sampai mati. Senada dengan

    hadits tersebut, Ali bin Abu Thalib

    mengatakan bahwa keberhasilan dalam

    menuntut ilmu itu dengan enam hal,

    salah satunya adalah thûl al-zamân,

    artinya belajar sepanjang hayat.

    Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan bahwa proses pendidikan itu

    berjenjang dan bertahap. Maksudnya bahwa

    proses pendidikan ketika bayi itu merupakan

    kelanjutan dari pendidikan ketika dalam

    kandungan bahkan sejak konsepsi dimulai.

    Pendidikan pra-sekolah di lembaga

    Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

    Raudlatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-

    kanak (TK) melanjutkan pendidikan dari

    lingkungan keluarga. Juga lembaga

    pendidikan dasar, sekolah dasar (SD) atau

    Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai kelanjutan

    dari pendidikan pra-sekolah dan Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) ataupun

    Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan

    lembaga pendidikan lanjutan dari SD atau

    MI. Demikianlah selanjutnya, jenjang

    pendidikan yang lebih atas sebagai penerima

    produk atau sebagai penerima estapeta out

    put lembaga pendidikan yang ada di

    bawahnya.

    Kualitas out put atau peserta didik

    yang dihasilkan dari masing-masing lembaga

    pendidikan beragam. Kualitas asfek konatif

    (kemauan untuk bertindak), afektif (perasaan

    dan sikap), kognitif ( kemapuan berfikir)

    maupun psikomotor (ketrampilan berbuat)

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 15

    sangat tergantung kepada potensi peserta

    didik (input) yang dikembangkan dan dibina,

    tranformasi (proses) yang dilaksanakan, dan

    komponen pendidik dan tenaga kependidikan

    sebagai pelaksana pendidikan. Kualitas dari

    satu lembaga pendidikan yang ada di tingkat

    bawah akan sangat berpengaruh terhadap

    proses dan hasil pada jenjang pendidikan

    berikutnya dan lembaga pendidikan di

    atasnya.

    Dalam konsep yang lebih luas,

    kualitas pendidikan mempunyai makna

    sebagai suatu kadar proses dan hasil

    pendidikan secara keseluruhan. Kualitas

    pendidikan yang menyangkut proses dan

    atau hasil ditetapkan sesuai dengan

    pendekatan dan kriteria tertentu. Proses

    pendidikan merupakan suatu keseluruhan

    aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam

    berbagai dimensi baik internal maupun

    eksternal, baik kebijakan maupun

    operasional, baik edukatif maupun

    manajerial, baik pada tingkatan makro

    (nasional), regional, institusional,

    maupun instruksional dan individual,

    baik pendidikan dalam jalur sekolah

    maupun luar sekolah. Dalam bahasan ini

    proses pendidikan yang dimaksud adalah

    proses pendidikan yang berkualitas

    ditentukan oleh berbagai faktor yang

    saling terkait.

    Faktor-faktor yang menentukan

    kualitas proses pendidikan suatu sekolah

    adalah terletak pada unsur-unsur dinamis

    yang ada di dalam sekolah itu dan

    lingkungannya sebagai suatu kesatuan

    sistem. Selain faktor peserta didik, yang

    sangat berpengaruh terhadap kualitas

    pendidikan adalah faktor metode yang

    digunakan dan unsur lainnya ialah guru

    sebagai pelaku terdepan dalam

    pelaksanaan pendidikan di tingkat

    institusional dan instruksional.

    Dalam konteks yang lebih luas,

    hasil pendidikan mencakup tiga jenjang

    yaitu: produk, efek, dan dampak

    (Mohamad Surya , 2009). Hasil pendidi-

    kan yang berupa produk, adalah wujud

    hasil yang dicapai pada akhir satu proses

    pendidikan, misalnya akhir satu proses

    instruksional, akhir semester, akhir tahun

    ajaran, dan akhir jenjang pendidikan

    (Edward Sallis, 2008). Wujudnya

    dinyatakan dalam satu satuan ukuran

    tertentu seperti angka, peringkat, indeks

    prestasi, Ujian Nasional (UN), dan

    sebagainya. Sebagai gambaran kualitas

    hasil pendidikan dalam periode tertentu.

    Hasil pendidikan berupa efek adalah

    perubahan lebih lanjut terhadap

    keseluruhan kepribadian peserta didik

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 16

    sebagai akibat perolehan produk dari

    proses pendidikan (pembelajaran) dari

    satu periode tertentu. Perolehan produk

    pendidikan yang dinyatakan dalam

    bentuk hasil belajar seperti angka dalam

    buku laporan pendidikan, dan sebaginya,

    seyogianya memberikan pengaruh (efek)

    terhadap perubahan keseluruhan perilaku

    atau kepribadian peserta didik seperti

    dalam pemahaman diri, cara berfikir,

    sikap, nilai, dan kualitas kepribadian

    lainnya. Selanjutnya hasil pendidikan

    yang berupa dampak adalah berupa

    pengaruh lebih lanjut hasil pendidikan

    berupa produk dan efek yang diperoleh

    peserta didik terhadap kondisi dan

    lingkungannya baik di dalam keluarga

    ataupun masyarakat secara keseluruhan.

    Harapan atau tujuan dari pendidi-

    kan nasional Indonesia adalah mencer-

    daskan kehidupan bangsa dan mengem-

    bangkan manusia Indonesia seutuhnya,

    yaitu manusia yang beriman dan ber-

    taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

    dan berbudi pekerti luhur, memiliki

    pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

    jasmani dan rohani, kepribadian yang

    mantap dan mandiri serta rasa tanggung

    jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

    Tujuan tersebut merupakan tujuan yang

    ideal yang menjadi target sasaran seluruh

    institusi pendidikan. Salah satu institusi

    yang mencoba berusaha mewujudkan

    tujuan tersebut adalah Madrasah

    Tsanawiyah (MTs) Cipasung, yang

    berlokasi di Jalan KH. Ruhiat Desa

    Cipakat Kecamatan Singaparna

    Kabupaten Tasikmalaya.

    Madrasah Tsanawiyah Cipasung

    adalah salah satu institusi penerima

    estapeta produk dan efek pendidikan,

    baik dari sekolah dasar dan madrasah

    ibtidaiyah yang ada di sekitarnya maupun

    dari luar daerah Kabupaten Tasikmalaya.

    Idealnya, input peserta didik yang ada di

    MTs Cipasung harus menunjukkan

    kondisi efek dan produk yang baik dan

    bahkan harus semakin baik. Karena

    lembaga ini mempunyai peran untuk

    melanjutkan dan meningkatkan hasil

    yang diperoleh siswa pada jenjang

    sebelumnya. Sehingga, akan semakin

    mudah dalam melaksanakan pendidikan,

    karena inputnya telah membawa bekal

    pendidikan sebelumnya.

    Fenomena di lapangan, tujuan yang

    begitu ideal belum dapat sepenuhnya

    tercapai bahkan kebalikannya.

    Diharapkan produk dan efek dari

    lembaga pendidikan sebelumnya dapat

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 17

    membawa dampak yang positif terhadap

    lembaga atau jenjang berikutnya,

    malahan menjadi beban berat yang harus

    dipikul. Seperti melemahnya motivasi

    belajar peserta didik, prilaku kasar

    terhadap teman, dan sebagainya. Hal ini

    teridentifikasi ada beberapa peserta didik,

    baik kelas 7, 8, atau 9 yang sering bolos

    sekolah atau tidak masuk sekolah karena

    bermain bersama teman, baik teman

    sesekolah maupun teman luar sekolah.

    Atau ketika waktu masuk kelas pada

    awal masuk atau setelah istirahat masih

    banyak peserta didik yang terlambat

    masuk. Demikian halnya ketika dalam

    pelaksanaan tadarus al-Qur'ân dan shalat

    dluha, masih banyak peserta didik yang

    belum mengikuti program tersebut. Juga

    ketika diberi tugas oleh guru masih ada

    siswa yang tidak mengindahkan, ia tidak

    menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini

    sangat berpengaruh terhadap proses

    pendidikan dan pelaksanaan program

    pendidikan di MTs Cipasung. Efeknya

    prestasi peserta didik tersebut tidak

    sesuai dengan harapan yang telah

    ditetapkan dalam Kriteria Ketuntasan

    Minimal (KKM).

    Dalam rangka mewujudkan

    manusia seutuhnya sebagaimana yang

    diamanatkan oleh Undang-undang Dasar

    1945 dan Undang-undang Pendidikan

    Nasional, Institusi Madrasah Tsanawiyah

    Cipasung mencoba untuk

    membangkitkan minat dan memotivasi

    siswa agar giat lagi belajar sehingga

    dapat mencapai hasil yang telah

    ditargetkan. MTs Cipasung sebagai

    lembaga pendidikan yang berciri khas

    Islam mencoba mengarahkan dan

    membina para peserta didik dengan

    menerapkan konsep pendidikan menurut

    Al-Qur'ân. Institusi Madrasah

    Tsanawiyah Cipasung dalam rangka

    mengantisifasi permasalahan di atas

    menerapkan metode targhib

    (penghargaan atau imbalan) dan tarhib

    (ancaman hukuman). Metode ini

    dilandasi dengan Al-Qur'ân surat al-

    ‘Ashr (103):1-3:

    ١َواْلَعْصِر ﴿العصر:

    نٰسَن لَفِى ُخْسٍر ﴿العصر: ٢إِنَّ اْْلِ

    لِٰحِت َوتََواَصْو۟ا إَِلَّ الَِّذْيَن َءاَمنُو۟ا َوَعِملُو۟ا الص ٰ

    ْبِر ﴿العصر: ٣بِاْلَحقِّ َوتََواَصْو۟ا بِالصَّ

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 18

    “Demi masa. Sesungguhnya

    manusia itu benar-benar dalam

    kerugian. Kecuali orang-orang

    yang beriman dan mengerjakan

    amal saleh dan nasehat menasehati

    supaya mentaati kebenaran dan

    nasehat menasehati supaya

    menetapi kesabaran”.

    Dalam surat al-‘Ashr ini dijelas-

    kan bahwa manusia yang tidak memper-

    hatikan waktunya, dalam arti yang lebih

    luas bahwa ia tidak berdisiplin akan men-

    galami hidup yang penuh dengan keru-

    gian. Hal ini mengandung unsur tarhib

    (ancaman hukuman). Selanjutnya dalam

    ayat ketiga dijelaskan bahwa manusia

    yang beriman, beramal shaleh, dan yang

    saling menasehati dalam hak dan kesaba-

    ran ia akan beruntung. Artinya

    mengerahkan seluruh aktivitasnya dan

    umurnya untuk mengabdikan diri kepada

    Allah swt sebagai tujuan terakhir maka ia

    tidak akan mengalami kerugian dalam

    hidup dan kehidupannya. Hal ini

    mengandung unsur targhib (penghargaan

    atau imbalan) .

    Tinjauan Pustaka

    1. Metode Targhib dan Tarhib

    a. Pengertian

    Kata metode secara etimologi, berasal

    dari bahasa Greek, yang terdiri dari dua

    kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti

    melalui dan hodos berarti jalan atau

    cara.

    Secara terminologi, Erwati Aziz

    mengutip pengertian metode dari kamus

    Webster, ‘metode mengandung arti cara

    yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

    mencapai maksud (dalam ilmu

    pengetahuan dan sebagainya); cara kerja

    yang bersistem untuk memudahkan

    pelaksanaan suatu kegiatan guna

    mencapai tujuan yang ditentukan’.

    Dalam Kamus Lengkap Psikologi yang

    merupakan terjemahan dari Dictionary of

    psychology karya James P. Chaplin,

    ‘metode adalah prosedur sistematis yang

    tercakup dalam upaya menyelidiki fakta

    dan konsep’. Zuhaerini mengungkapkan,

    metode adalah seni mendidik atau

    mengajar atau keahlian di dalam

    menyampaikan pendidikan atau

    pengajaran. Selain itu, Muhibbin Syah

    mengatakan, metode adalah cara

    melakukan suatu kegiatan dengan

    menggunakan fakta dan konsep secara

    sistematis. Sedangkan Ki Hadjar

    Dewantara menyebut metode dalam

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 19

    mendidik dengan istilah “peralatan

    pendidikan”. Di antara alat itu adalah

    memberi contoh, pembiasaan, perintah,

    paksaan, dan hukuman. Dengan

    demikian metode merupakan komponen

    dalam proses, alat mencapai tujuan, dan

    kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.

    Ketika dikaitkan dengan pendidi-

    kan dan pengajaran, Ahmad Husain al-

    Liqaniy mengatakan, ‘metode adalah

    langkah-langkah yang diambil oleh guru

    guna membantu para murid merealisasi-

    kan tujuan tertentu’. Senada dengan Ah-

    mad Husain, Herman H. Horne membat-

    asi pengertian metode pendidikan se-

    bagai suatu prosedur dalam mengajar

    (Muzayyin Arifin, 2005: 91). Beranjak

    dari pengertian tersebut dapat dipahami

    bahwa metode itu merupakan jalan atau

    cara yang mesti ditempuh oleh guru

    untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu

    terbentuknya manusia ideal.

    Secara bahasa, targhib berarti

    menginginkan sesuatu dan sangat

    mengharapkannya dan tarhib berarti

    menakutkan sesuatu (lid bin Abdurrah-

    man al-'Akk, 2006: 217). Menurut An-

    Nahlawi, targhib adalah janji yang

    disertai bujukan dan rayuan untuk

    menunda kemaslahatan, kelezatan dan

    kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah

    ancaman atau intimidasi melalui

    hukuman yang disebabkan oleh

    terlaksananya sebuah dosa, kesalahan

    atau perbuatan yang telah dilarang Allah.

    Selain itu juga karena menyepelekan

    pelaksanaan kewajiban yang telah

    diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat

    diartikan sebagai ancaman dari Allah

    untuk menakut-nakuti hamba-hamba-

    Nya melalui penonjolan salah satu sifat

    keagungan dan kekuatan ilahiah agar

    mereka teringatkan untuk tidak

    melakukan kesalahan dan kemaksiatan.

    Dari pengertian tersebut di atas

    dapat dipahami bahwa targhib adalah

    janji baik yang dapat membahagiakan

    dan mendorong manusia untuk

    melakukan aktifitas yang positif dan

    targhib adalah ancaman dan hukuman

    yang dapat menyengsarakan manusia

    sehingga terdorong untuk meninggalkan

    aktifitas yang negatif. Jadi metode

    targhib dan tarhib itu adalah cara atau

    jalan yang strategis untuk menstimulasi

    peserta didik melalui janji baik

    (ganjaran) dan ancaman dan hukuman

    agar mau belajar dalam rangka

    membentuk kepribadiannya yang ideal.

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 20

    Dalam pendidikan Barat pun dikenal

    metode semisal targhib dan tarhib yaitu

    metode reward (ganjaran/ imbalan) dan

    punishment (hukuman). Terlepas dari

    fungsinya, apakah sebagai penguat atau

    umpan balik (feed back), yang jelas dapat

    berpengaruh terhadap prilaku seseorang

    atau peserta didik. Rachlin mengatakan

    bahwa reward dan punishment akan me-

    nandai perilaku, membuat orang lebih

    penuh perhatian, meningkatkan

    pengawasan diri, dan pemantauan diri

    (David L. Witson dan Roland G. Tharp,

    1985: 190).

    Namun demikian, metode targhib-

    tarhib dalam pendidikan Islam lebih

    memiliki makna dari apa yang

    diistilahkan dalam pendidikan Barat

    dengan imbalan (reward) dan hukuman

    (punishment). Kelebihan itu bersumber

    dari karakteristik ketuhanan yang tidak

    membunuh fitrah manusia dan yang

    menjadi identitas pendidikan Islam.

    Kelebihan yang paling penting adalah

    targhib-tarhib qurani dan nabawi

    bertumpu pada pemberian kepuasan dan

    argumentasi. Targhib-tarhib harus

    menghasilkan buah amaliah dan perilaku.

    b. Bentuk-bentuk targhib dan tarhib

    Dalam Peraturan Pemerintah no-

    mor 74 tahun 2008 pada bagian

    kedelapan pasal 37 sampai 39 memuat

    tentang kewenangan guru untuk mem-

    berikan penilaian, penghargaan, dan

    sanksi kepada peserta didik. Gambaran

    ringkasnya sebagai berikut:

    1) Penilaian yang dimaksud adalah

    hasil belajar peserta didik.

    2) Penghargaan diberikan kepada pe-

    serta didik yang berprestasi, baik

    prestasi akademik maupun non-

    akademik.

    3) Sanksi diberikan kepada peserta

    didiknya yang melanggar norma

    agama, norma kesusilaan, dan

    norma kesopanan, baik peraturan

    tertulis maupun tidak tertulis yang

    ditetapkan guru, peraturan lainnya

    dalam proses pembelajaran yang

    berada di bawah kewenangannya.

    Sanksi tersebut dapat berupa te-

    guran dan atau peringatan, baik

    lisan maupun tulisan, serta huku-

    man yang bersifat mendidik sesuai

    dengan kaedah pendidikan, kode

    etik guru, dan peraturan perun-

    dang-undangan.

    1) Bentuk-bentuk targhib (reward)

    Targhib atau reward merupakan

    reinforcement (penguatan) positif, yaitu

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 21

    sesuatu yang memperkuat hubungan

    stimulus dan respon atau untuk mem-

    perbesar timbulnya suatu respon (Allyn

    dan Bacon, 1987: 343). Adapun bentuk

    reward bisa berupa materi, seperti

    mainan, uang, dan sebagainya. Bisa pula

    berbentuk abstrak seperti pujian, senyu-

    man, pendekatan, dan sebagainya.

    2) Bentuk-bentuk tarhib (punishment)

    Tarhib atau punishment merupa-

    kan reinforcement (penguatan) negatif,

    yaitu sesuatu yang dapat memperlemah

    timbulnya respon. Bentuk punishment

    dapat berupa fisik, seperti pukulan tetapi

    tidak sampai melukai dan tidak pada ba-

    gian wajah. Bisa pula yang berbentuk

    non-fisik, seperti perkataan yang menjel-

    ekkan, suara keras, menampilkan mimik

    marah, mengambil haknya, dan se-

    bagainya.

    Adapun tujuan dari reward dan

    punishment adalah untuk memotivasi ter-

    jadinya pengulangan dan memperbaiki

    perilaku yang salah. Dengan demikian

    reward dan punishment selalu dilandasi

    dengan kasih sayang, penjagaan diri

    anak, dan jauh dari tindakan kekerasan.

    Menurut Abdurahman Saleh Ab-

    dullah bahwa konsep targhib dan tarhib

    sebagai suatu stimulasi terhadap sesuatu

    yang menyenangkan dan menyakitkan

    yang akan mendorong peserta didik un-

    tuk melakukan perbuatan yang baik

    (Ramayulis, 2004: 168). Ketika anak

    menunjukkan suatu perilaku yang baik

    menurut moral harus diberikan pujian,

    rasa hormat, hadiah (materi), bahkan

    dorongan agar anak mau mengulanginya

    kembali. Sebaliknya, ketika anak

    menunjukkan perilaku yang menyimpang

    dari moral, perlu adanya perbaikan dari

    orang tua atau guru berupa celaan atau

    bahkan pukulan. Akan tetapi, dalam

    mencela anak, harus dengan cara tidak

    langsung.

    2. Motivasi Belajar Siswa

    Keberhasilan dalam pendidikan

    selain faktor metode dan guru, juga

    faktor siswa sebagai peserta didik. Salah

    satu faktor keberhasilan belajar siswa

    adalah motivasi belajar.

    a. Pengertian motivasi belajar siswa

    Motivasi adalah proses yang men-

    jelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

    seorang individu untuk mencapai

    tujuannya (Robbins, 2008: 222-232).

    Motivasi adalah perubahan energi dalam

    diri seseorang yang ditandai dengan

    munculnya “feeling” dan didahului

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

    http://id.wikipedia.org/wiki/Intensitas

  • 22

    dengan tanggapan terhadap adanya

    tujuan (Sardiman AM, 1992: 73). Moti-

    vasi berkaitan dengan upaya manajer

    strategis untuk merangsang dan meng-

    gerakkan seseorang atau kelompok orang

    yang dipimpinnya dengan cara menum-

    buhkan dorongan atau motif untuk terus

    bekerja dengan baik.

    Dari pengertian di atas, dapat

    digambarkan bahwa motivasi merupakan

    usaha untuk melakukan sesuatu sehingga

    dapat membawa beberapa perubahan

    yang dapat menentukan langkah

    seseorang dengan mengarah kepada

    tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan

    pengertian motivasi yang telah

    dikemukakan di atas, secara sederhana

    dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

    merupakan kekuatan yang mendorong

    manusia untuk melakukan sesuatu dalam

    mencapai tujuan. Hal tersebut, terlaksa-

    na karena dirangsang dari berbagai

    macam kebutuhan atau keinginan yang

    hendak dipenuhi.

    Satu dari empat model mengajar

    yang dikembangkan oleh Bruce Joyce

    dan Marsha Weil adalah Behavioral

    Model (model perilaku), yaitu mengu-

    sahakan adanya perubahan pada perilaku

    siswa dan perubahan itu harus bisa dia-

    mati. Perubahan perilaku siswa tersebut

    merupakan hasil belajar (Afifudin, 2008:

    152). Belajar adalah aspek dalam proses

    yang biasa disebut dengan pendidikan.

    Dikatakan demikan karena belajar meru-

    pakan rangkaian interaksi proses belajar

    mengajar.

    Abdurrahman mengemukakan bah-

    wa belajar adalah semua upaya individu

    memobilisasikan semua sumber daya

    yang dimilikinya untuk memberikan ja-

    waban (respons) yang tepat terhadap

    problema yang dihadapinya

    (Abdurrahman, 1996: 97). Belajar bisa

    juga diartikan suatu proses usaha yang

    dilakukan oleh seseorang untuk mem-

    peroleh perubahan tingkah laku yang ba-

    ru secara keseluruhan sebagai hasil pen-

    galamannya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya (Sobry Sutikno,

    2008: 51). Menurut Nashar, belajar ada-

    lah perubahan tingkah laku dan peru-

    bahan itu mengarah kepada tingkah laku

    yang baik yang terjadi melalui latihan

    atau pengalaman (Nashar, 2004: 49).

    Dari pengertian di atas, dapat di-

    tarik kesimpulan bahwa belajar adalah

    suatu proses untuk memperoleh motivasi

    dalam pengetahuan, ketrampilan, kebia-

    saan dan tingkah lakunya dapat mengaki-

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 23

    batkan perubahan dalam dirinya berupa

    penampilan, ilmu pengetahuan atau ke-

    mahiran yang dapat memenuhi kebu-

    tuhan hidupnya. Dengan kata lain, belajar

    adalah proses orang memperoleh

    berbagai kecakapan, keterampilan, dan

    sikap.

    Menurut Keller , 4 kondisi yang

    harus diperhatikan oleh guru dalam

    memotivasi siswa agar muncul perilaku

    belajar, yaitu: minat, relevansi, harapan,

    dan kepuasan. Adapun prinsip-prinsip

    belajar di antaranya:

    1) Belajar adalah suatu proses aktif

    dimana terjadi hubungan saling

    mempengaruhi secara dinamis

    antara siswa dengan lingkungan.

    2) Belajar senantiasa harus bertujuan,

    terarah dan jelas bagi siswa.

    Tujuan akan menuntunnya dalam

    belajar untuk mencapai harapan-

    harapannya.

    3) Belajar paling efektif apabila

    didasari oleh dorongan motivasi

    yang murni dan bersumber dari

    dalam diri sendiri.

    4) Senantiasa ada rintangan dan ham-

    batan dalam belajar, karena itu

    siswa harus mengatasinya secara

    tepat.

    Pandangan di atas memberikan

    gambaran bahwa prinsip-prinsip belajar

    dapat mempengaruhi prestasi belajar

    siswa. Oleh karena itu, dalam belajar per-

    lu adanya motivasi sebagai daya peng-

    gerak yang telah menjadi aktif dalam

    belajar dan dapat menggerakkan segala

    daya yang ada agar siswa dapat memu-

    satkan perhatian.

    Sardiman AM, mengemukakan bahwa

    motivasi belajar adalah merupakan

    faktor psikis non intelektual. Peranannya

    yang khas adalah dalam hal penumbuhan

    gairah, merasa senang dan semangat un-

    tuk belajar. Menurut Frederick J. Mc.

    Donald, motivasi belajar adalah suatu

    perubahan tenaga di dalam diri seseorang

    yang ditandai dengan timbulnya perasaan

    dan reaksi untuk mencapai tujuan.

    Hakikat subyek didik, yaitu: 1)

    subyek didik bertanggung jawab atas

    pendidikannya sendiri sesuai dengan wa-

    wasan pendidikan seumur hidup, 2)

    subyek didik mempunyai potensi, baik

    fisik maupun psikis yang berbeda-beda,

    sehingga merupakan insane yang unik, 3)

    subyek didik memerlukan pembinaan

    individual dan perlakuan yang manusi-

    awi, dan 4) subyek didik merupakan in-

    san yang aktif dalam menghadapi ling-

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 24

    kungannya.

    Salah satu ciri yang penting dari

    motivasi adalah adanya semangat ter-

    hadap peserta didik dalam kegiatan-

    kegiatan belajarnya, seseorang berkeingi-

    nan untuk melakukan suatu perbuatan

    dan memberi petunjuk pada tingkah laku.

    Sardiman AM mengemukakan bahwa

    dalam kegiatan belajar maka motivasi

    dapat dikatakan sebagai keseluruhan

    daya penggerak di dalam diri siswa yang

    menimbulkan kegiatan belajar, yang

    menjamin kelangsungan dari kegiatan

    belajar dan yang dapat memberikan arah

    pada kegiatan belajar sehingga tujuan

    yang dikehendaki oleh subyek balajar itu

    dapat tercapai.

    Dari definisi secara terpisah antara

    motivasi dan belajar serta secara prase

    yakni motivasi belajar yang telah

    dikemukakan di atas, penulis

    menganalisis bahwa dalam pengertian

    tersebut mengandung aspek:

    1) Daya penggerak, baik dari dalam

    diri maupun dari luar diri, yang

    menggerakkan seseorang untuk

    melakukan sesuatu.

    2) Adanya aktivitas, baik psikis

    maupun fisik

    3) Adanya tujuan

    Dengan demikian, motivasi belajar

    dapat didefinisikan sebagai daya

    pengggerak atau pendorong seseorang

    baik secara intern ataupun ekstern dan

    memberikan arah agar orang tersebut

    melakukan aktivitas psikis dan fisik un-

    tuk mencapai tujuannya.

    Klasifikasi dan fungsi motivasi

    Motivasi adalah sebuah alasan atau

    dorongan seseorang untuk bertindak.

    Orang yang tidak mau bertindak sering

    kali disebut tidak memiliki motivasi.

    Alasan atau dorongan itu bisa datang dari

    luar maupun dari dalam diri.

    Dorongan itu ada yang datang dari dalam

    diri (motivasi internal) dan ada yang da-

    tang dari luar diri (motivasi eksternal).

    Motivasi intrinsik adalah dorongan dari

    dalam diri untuk melakukan beberapa

    kegiatan yang muncul karena kepent-

    ingan sendiri, meskipun ada dorongan

    eksternal. Sedangkan motivasi ekstrinsik

    adalah dorongan yang melahirkan tinda-

    kan untuk memperoleh beberapa

    penghargaan eksternal, baik itu status,

    pujian, uang, atau insentif lain yang be-

    rasal dari luar diri kita. Tiga elemen uta-

    ma dalam definisi ini adalah intensitas,

    arah, dan ketekunan. Dalam hubungan

    antara motivasi dan intensitas, intensitas

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

    http://www.motivasi-islami.com/

  • 25

    terkait dengan seberapa giat seseorang

    berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak

    menghasilkan prestasi kerja yang

    memuaskan kecuali upaya tersebut

    dikaitkan dengan arah yang

    menguntungkan organisasi. Sebaliknya

    elemen yang terakhir, ketekunan merupa-

    kan ukuran mengenai berapa lama

    seseorang dapat mempertahankan usa-

    hanya. Motivasi yang baik dalam belajar

    akan menentukan hasil yang baik. Jadi

    intensitas motivasi seseorang akan sangat

    menentukan pencapaian prestasi bela-

    jarnya. Menurut Hersey dan Blancard,

    bahwa motivasi yang ada pada diri

    seseorang itu terjadi karena adanya kebu-

    tuhan (needs), keinginan (willingness),

    rangsangan (drive) dan kata hati, baik

    disadari maupun tidak (S. Koswara,

    2007: 76-77).

    Sebenarnya, pada dasarnya semua

    motivasi itu datang dari dalam diri, faktor

    luar hanyalah pemicu munculnya motiva-

    si tersebut. Motivasi dari luar adalah mo-

    tivasi yang pemicunya datang dari luar

    diri individu. Sementara memotivasi dari

    dalam ialah motivasinya muncul dari ini-

    siatif diri individu. Dari asumsi-asumsi

    tersebut di atas, motivasi dilihat dari

    tujuannya dapat dikategorikan menjadi

    dua, yaitu motivasi untuk meraih kenik-

    matan dan menghindari dari rasa sakit

    atau kesulitan. Namun ketika ditinjau

    dari arah munculnya, motivasi itu ada

    yang timbul karena kesadaran dan ada

    pula karena pengaruh lingkungan.

    Metode Penelitian

    Menurut Sugiyono, metode penelitian

    pendidikan dapat diartikan sebagai cara

    ilmiah untuk mendapatkan data yang

    valid dengan tujuan dapat ditemukan,

    dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

    pengetahuan tertentu sehingga pada

    gilirannya dapat digunakan untuk

    memahami, memecahkan, dan

    mengantisipasi masalah dalam bidang

    pendidikan. Penentuan jenis metode

    penelitian sangat berpengaruh terhadap

    penentuan keseluruhan instrumen

    penelitian, baik jenis data, sumber data

    atau pun alat analisisnya (Sugiyono,

    2010: 2).

    Secara umum, penelitian ini akan

    dilakukan dengan menggunakan prinsip-

    prinsip metode penelitian deskriptif.

    Penelitian deskriptif adalah penelitian

    yang diupayakan untuk mengamati per-

    masalahan secara sistematis dan akurat

    mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

    http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://www.motivasi-islami.com/

  • 26

    tertentu. Penelitian ini mengkaji bentuk,

    aktivitas, karakteristik, perubahan, hub-

    ungan, kesamaan dan perbedaannya

    dengan fenomena lain. Penelitian ini me-

    menuhi syarat untuk menggunakan

    metode deskriptif karena sesuai untuk

    menggali, mengungkapkan dan

    menganalisis fenomena empirik yang

    terjadi pada masa sekarang (Yaya Surya-

    na, 2009: 105).

    1. Teknik pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang

    diperlukan, penulis menggunakan teknik

    sebagai berikut :

    a. Wawancara

    Wawancara adalah dialog yang

    dilakukan pewawancara untuk

    mengambil informasi dari terwawancara

    (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Wa-

    wancara dilaksanakan secara lisan dalam

    pertemuan tatap muka secara individual.

    Wawancara dilaksanakan dengan maksud

    untuk mendapatkan informasi atau data

    yang berhubungan dengan kondisi objek-

    tif lokasi penelitian.

    b. Angket

    Angket merupakan teknik

    pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara memberi seperangkat per-

    tanyaan atau pernyataan tertulis kepada

    responden untuk dijawabnya (Sugiyono:

    142).

    Teknik angket ini digunakan

    dengan tujuan untuk menggali data ten-

    tang persepsi siswa terhadap Metode Tar-

    ghib - Tarhib dan data tentang motivasi

    belajar pada mata pelajaran Akidah

    Akhlak di MTs Cipasung. Angket yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah

    angket yang dibuat dalam bentuk pilihan

    ganda. Adapun cara mengidentifikasinya

    adalah berdasarkan hasil jawaban masing

    -masing berupa alternatif jawaban a, b, c,

    d dan e. Pengajuan item angket bersifat

    positif dan negatif. Nilai angket tersebut

    akan ditransformasikan ke dalam bentuk

    simbol angka kuantitatif. Untuk angket

    yang berorientasi positif, maka sistem

    penskorannya adalah a=5, b=4, c=3, d=2,

    e=1, sebaliknya item angket yang berori-

    entasi negatif sistem penskorannya ada-

    lah a=1, b=2, c=3, d=4, e=5.

    c. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan atau studi

    dokumenter merupakan suatu teknik

    pengumpulan data dengan menghimpun

    dan menganalisis dokumen-dokumen,

    baik dokumen tertulis, gambar maupun

    elektronik. Dokumen-dokumen yang

    dihimpun, dipilih yang sesuai dengan

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 27

    tujuan dan fokus masalah. Studi

    kepustakaan dilakukan bertujuan untuk

    menunjang dan memperkuat hasil

    penelitian, penulis menggunakan teori-

    teori dalam buku-buku, diktat dan lain-

    lain yang berkaitan dengan masalah yang

    diteliti.

    2. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan

    dalam penelitian ini baik Variabel X

    maupun Variabel Y menggunakan

    analisis kuantitatif dengan perhitungan

    vaiabel yang target akhirnya untuk

    menguji hipotesis dan menentukan

    sejauh mana hubungan kedua variabel

    terebut. Secara sistematis analisis data

    kuantiatif, penulis uraikan sebagai

    berikut:

    a. Uji Validitas dan Reliabilitas

    Uji validitas dan reliabilitas

    instrumen penelitian dilakukan untuk

    menguji kelayakan instrumen penelitian

    sebagai alat pengumpul data. Uji

    validitas dan reliabilitas dilakukan

    terhadap objek yang berbeda dengan

    objek penelitian.

    1) Uji Validitas Instrumen

    Menurut Sugiyono valid adalah

    dapat mengukur apa yang hendak diukur.

    Instrumen yang valid berarti alat ukur

    yang digunakan untuk mendapatkan data

    (mengukur) tersebut dapat mengukur apa

    yang hendak diukur. Untuk menghitung

    validitas instrumen penelitian, digunakan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Membuat tabel skor item instrumen

    penelitian

    b. Menghitung nilai SX, SY, SXY,

    SX2, SY2 untuk tiap item, dengan X

    adalah skor item yang akan diuji

    validitasnya dan Y adalah skor

    total.

    c. Menghitung koefisien korelasi

    dengan menggunakan rumus ko-

    relasi product moment :

    b. Menginterpretasikan koefisien ko-

    relasi hitung dengan koefisien ko-

    relasi tabel pada taraf signifikansi

    tertentu. Dengan ketentuan :

    - Jika rhitung > rtabel maka item

    instrumen penelitian dinyatakan

    valid

    - Jika rhitung < rtabel maka item

    instrumen penelitian dinyatakan

    Invalid

    2) Uji Reliabilitas Instrumen

    Menurut Sugiyono instrumen yang

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 28

    reliabel berarti instrumen yang

    apabila digunakan beberapa kali

    untuk mengukur objek yang sama,

    akan menghasilkan data yang sa-

    ma. Uji reliabilitas instrumen

    penelitian ini menggunakan

    metode belah dua (split-half meth-

    od) yaitu pembelahan ganjil-genap

    dengan menggunakan rumus

    Spearman Brown, dengan terlebih

    dahulu menentukan angka

    koefisien korelasi ganjil genap

    dengan rumus sebagai

    berikut:

    Setelah dihitung koefisien

    korelasi ganjil genap ( ), maka

    langkah selanjutnya menentukan

    koefisien korelasi reliabilitas dengan

    rumus sebagai berikut:

    Jika nilai reliabilitas lebih besar

    atau sama dengan 0,7 maka instrumen

    penelitian dinyatakan reliabel. Se-

    baliknya jika nilai reliabilitas kurang dari

    0,7, maka instrumen penelitian dinya-

    takan tidak reliabel.

    b. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif adalah analisis

    yang berfungsi untuk mendeskripsikan

    atau memberi gambaran terhadap objek

    yang diteliti melalui data sampel atau

    populasi sebagaimana adanya, tanpa

    membuat kesimpulan yang berlaku untuk

    umum. Analisis deskriptif dilakukan

    dengan langkah-langkah:

    1) Analisis tiap indikator, dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Menghitung jumlah skor yang

    diperoleh dari tiap-tiap jawaban

    item dan mengelompokannya

    sesuai dengan yang diperoleh

    dari responden

    b. Menjumlahkan seluruh jawaban

    item dalam tiap-tiap indikator

    kemudian membaginya dengan

    banyak responden

    c. Menghitung jumlah skor

    indikator dan membaginya

    dengan jumlah seluruh item

    serta banyaknya responden

    secara sistematis dapat

    dirumuskan:

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 29

    Setelah diketahui nilai rata-rata dari setiap variabel kemudian proses penafsiran dan interpretasinya sebagai berikut: - 1,00 - 1,79 = Sangat rendah

    - 1,80 - 2,59 = Rendah

    - 2,60 – 3,39 = Cukup atau se-

    dang

    - 3,40 – 4,19 = Tinggi

    - 4,20 – 5,00 = Sangat tinggi

    2) Penyajian Data

    Penulis melakukan penyajian data

    berupa tabel distribusi frekuensi

    yang diperoleh melalui kuesioner

    (angket). Langkah-langkahnya se-

    bagai berikut:

    a) Menghitung jumlah Kelas Inter-

    val (K), dengan rumus:

    b) Menghitung Rentang Data (R)

    dengan rumus

    c) Menetukan Panjang Kelas (P),

    dengan rumus :

    Dimana :

    R = Rentang Data

    K = Kelas Interval

    d) Menyusun Interval Kelas

    Secara teoritis penyusunan ke-

    las interval dimulai dari data

    yang terkecil.

    3) Pengukuran gejala pusat dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    Langkah-langkah sebagai berikut:

    a) Menghitung mean (Me),

    dengan rumus:

    Dimana:

    Me = Mean untuk data ber-

    golong

    = Jumlah data/sampel

    = Produk perkalian an-

    tara fi pada tiap inter-

    val data dengan

    tanda Kelas (xi).

    tanda kelas (xi) ada-

    lah rata-rata dari nilai

    terendah dan tertinggi

    setiap interval kelas.

    b) Menghitung median (Md),

    dengan rumus:

    Keterangan:

    Md = Median

    b = Batas bawah, dimana

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 30

    median akan terletak

    n = Banyak data/jumlah

    sampel

    p = Panjang kelas inter-

    val

    F = Jumlah semua frek-

    uensi sebelum kelas median

    f = Frekuensi kelas me-

    dian

    c) Menghitung modus, dengan

    rumus :

    Dimana:

    Mo = Modus

    b = Batas kelas interval

    dengan frekuensi terban-

    yak

    p = Panjang kelas inter-

    val

    b_1 = Frekuensi pada kelas

    modus (frekuensi

    pada kelas interval

    terbanyak) diku-

    rangi frekuensi ke-

    las interval terdekat

    sebelumnya.

    B2 = Frekuensi kelas mo-

    dus dikurangi frek-

    uensi kelas interval

    berikutnya.

    d) Menentukan kurva

    e) Pengukuran variasi kelompok

    Untuk mengetahui tingkat

    variasi kelompok data dapat

    dilakukan dengan melihat

    rentang data dan standar

    deviasi (SD) dengan rumus:

    SD =

    C. Uji Normalitas

    Pengujian normalitas data dil-

    akukan dengan menggunakan

    Chi Kuadrat (χ2). Langkah-

    langkah yang diperlukan adalah:

    1) Menentukan rata-rata (mean)

    2) Menentukan Standar Deviasi

    3) Membuat Daftar Frekuensi

    Observasi dan Frekuensi

    Ekspektasi untuk menghitung

    nilai Chi Kuadrat (χ2)

    4) Menghitung z score untuk

    tiap nilai nyata dari Daftar

    Frekuensi Observasi dan

    Frekuensi Ekspektasi

    5) Menentukan luas kurva

    normal dari tabel kurva

    normal

    6) Menentukan frekuensi ideal

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 31

    7) Menghitung Chi Kuadrat

    dengan rumus:

    χ2

    8) Menghitung derajat

    kebebasan (db), dengan

    rumus:

    db =

    9) Menentukan nilai Chi

    Kuadrat tabel pada taraf

    signifikansi 5%

    10) Interpretasi normalitas data

    dengan membandingkan har-

    ga Chi Kuadrat Hitung

    dengan Chi Kuadrat Tabel.

    Dengan ketentuan:

    - Jika c2 hitung < c2 tabel

    Distribusi dinyatakan

    normal

    - Jika c2 hitung > c2 tabel

    Distribusi dinyatakan

    tidak normal

    d. Analisis Regresi dan Korelasi

    Analisis parametis digunakan

    untuk menganalisis data interval atau ra-

    sio, yang diambil dari populasi yang ber-

    distribusi normal.

    Adapun langkah-langkahnya

    adalah sebagai berikut:

    (a) Analisis Regresi, langkah-

    langkahnya sebagai berikut:

    (1) Menentukan persamaan re-

    gresi, dengan rumus :

    Dimana :

    = Subjek dalam varia-

    bel dependen yang dipred-

    iksikan.

    = Harga Y ketika harga

    X = 0 (harga konstan)

    = Angka Arah atau

    koefisisen regresi,

    yang menunjukan

    angka peningkatan

    ataupun penurunan

    variabel dependen

    yang didasarkan pada

    perubahan variabel

    independen. Bila (+)

    arah garis naik, dan

    bila (-) maka arah gar-

    is turun.

    = Subjek pada variabel

    independen yang

    mempunyai nilai ter-

    tentu.

    Harga a dan b dapat dicari

    dengan rumus berikut:

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 32

    (2) Menguji Linearitas Regresi

    Uji linearitas regresi mak-

    sudnya adalah apakah garis

    regresi antara X dan Y

    membentuk garis linear atau

    tidak. Langkah-langkah se-

    bagai berikut:

    a. Menghitung Jumlah

    Kuadrat Total JK(T),

    dengan rumus:

    b. Menghitung Jumlah

    Kuadrat koefisien a JK

    (A), dengan rumus:

    c. Menghitung Jumlah

    Kuadrat Regresi JK(b|a),

    dengan rumus:

    d. Menghitung Jumlah

    Kuadrat Sisa JK(S),

    dengan rumus:

    e. Menghitung Jumlah

    Kuadrat Tuna Cocok JK

    (TC), dengan rumus:

    f. Menghitung Jumlah

    Kuadrat Galat JK(G),

    dengan rumus:

    g. Menentukan nilai F tuna

    cocok, dengan rumus:

    F =

    h. Uji Linearitas :

    Ho : Regresi Linear dan

    Ha : Regresi non-Linear

    Statistik (F hi-

    tung)

    dibandingkan dengan dk

    pembilang dan dk

    penyebut (n – k). Untuk

    menguji hipotesis nol,

    tolak hipotesis regresi

    linear, jika statistik F hi-

    tung untuk tuna cocok

    yang diperoleh lebih be-

    sar dari harga F dari tabel

    menggunakan taraf

    kesalahan yang dipilih

    dan dk yang bersesuaian.

    (b) Analisis Korelasi

    PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

  • 33

    Teknik korelasi yang digunakan

    adalah Teknik Korelasi Product

    Moment, langkah-langkahnya se-

    bagai berikut:

    (1) Menentukan Hipotesis :

    Ho : Tidak ada hubungan an-

    tara variabel X dan variabel Y

    Ha : Terdapat hubungan anta-

    ra variabel X dan variabel Y

    (2) Menghitung harga Korelasi

    Product Moment, dengan ru-

    mus:

    (3) Menetukan hargat hitung,

    dengan rumus:

    (4) Menghitung derajat kebebasan

    (dk), dengan rumus:

    dk = n – 2

    (5) Pedoman untuk memberikan

    interpretasi terhadap koefisien

    korelasi:

    })(.}{)(.{

    ))((.

    2222

    yyNxxN

    yxxyNrxy

    (6) Menentukan koefisien

    determinasi yang besarnya

    adalah kuadrat dari koefisien

    korelasi

    (7) Namun untuk menganalisis

    data nominal dan ordinal dari

    data yang berdistribusi tidak

    normal, maka digunakan

    rumus Spearman rank, dengan

    langkah sebagai berikut:

    1. Menentukan persamaan

    koefisien korelasi

    = 1 –

    Dimana:

    = Koefisien korelasi

    spearman rank

    2. Uji signifikan Spearman

    rank, dengan rumus:

    Zh =

    3. Membandingkan harga t

    hitung dengan harga t tabel

    Kemudian harga t hitung

    tersebut selanjutnya

    dibandingkan dengan

    harga t tabel dengan

    ketentuan:

    a) Jika t hitung > t tabel

    maka Hipotesis nol

    ditolak dan Hipotesis

    Interval Kelas Tingkat Hub-ungan

    0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

    Sangat Rendah

    Rendah

    Sedang

    Kuat

    Sangat Kuat

    Fuad Hilmi dan Dede Suhana

  • 34

    alternatif diterima

    b) Jika t hitung < t tabel

    maka Hipotesis nol

    diterima dan

    Hipotesis alternatif

    ditolak

    B. PEMBAHASAN

    Mengetahui pengaruh metode tar-

    ghib - tarhib terhadap motivasi belajar

    siswa pada mata pelajaran akidah akhlak

    Kab Taskimalaya maka analisis yang

    digunakan adalah analisis korelasi

    dengan menempuh prosedur perhitungan

    persamaan regresi, linieritas regresi,

    koefisien korelasi, uji signifikansi ko-

    relansi, serta menghitung derajat

    pengaruh variabel X (metode targhib -

    tarhib) terhadap variabel Y (motivasi

    belajar siswa pada mata pelajaran akidah

    akhlak).

    Perhitungan persamaan regresi

    dilakukan untuk menentukan perkiraan