issn: 2085-787x policy briefsimlit.puspijak.org/files/other/pb19_no_9_ipal.pdfair limbah (ipal)...

6
Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domesk kawasan permukiman perkotaan di Indonesia belum mencapai 100% dari target akses sanitasi dan air bersih yang ditetapkan pada tahun 2019. Sanitasi yang dimaksud adalah peningkatan kualitas air melalui pengolahan air limbah untuk mengurangi polutan. Persoalan yang ada antara lain perangkat regulasi pengelolaan air limbah permukiman dan peran kelembagaan di daerah belum memadai. Untuk mengatasi hal itu, KLHK mengajukan pembangunan IPAL domesk setempat untuk mendukung pemerintah daerah dalam memenuhi sanitasi 100% di wilayahnya. Teknologi yang diajukan adalah sistem rawa buatan (constructed wetland) atau sanitasi taman (ecology sanitaon) yang terbuk dapat mengurangi pencemaran akibat limbah domesk. IPAL sanitasi taman (Sanita) dipilih karena ramah lingkungan dan berproses secara alami melalui peran tumbuhan dan mikroba tanah (fitoremediasi), relaf murah diadakan, serta dapat dikelola dengan mudah oleh komunitas. Penerapan teknologi IPAL Sanita harus berbasis parsipasi masyarakat untuk mendukung keberlanjutannya, antara lain gaya hidup penduduk dalam memilah limbah dan penerapan anggaran operasional yang tepat. Sumber pembiayaan dapat berasal dari APBD, swasta, pemanfaat jasa air, dana desa/kelurahan, dan/atau iuran warga secara mandiri. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Melania H. Aryantie, Sri U. Purwati, Rositayanti Hadisoebroto, Oktaria D. Pitalokasari, Uki Nugroho Volume 13 No. 9 tahun 2019 ISSN: 2085-787X Badan Penelian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pusat Penelian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim Policy Brief 1 Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen Akses Sanitasi Penataan sanitasi permukiman kawasan perkotaan merupakan pekerjaan lintas sektoral. Meskipun secara tugas dan fungsi menjadi arena instansi yang menangani infrastruktur dan permukiman, namun dari segi penegakan hukum lingkungan me- rupakan ranah penaatan baku mutu pencemaran lingkungan. Permukiman di kawasan perkotaan menghadapi masalah kesehatan lingkungan, terutama untuk kawasan yang dak terlayani sistem sanitasi yang baik. Dalam hal ini Pernyataan Masalah (Statement of the Issue/ Problem) untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen Akses Sanitasi

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus

    Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domes�k kawasan permukiman perkotaan di Indonesia belum mencapai 100% dari target akses sanitasi dan air bersih yang ditetapkan pada tahun 2019. Sanitasi yang dimaksud adalah peningkatan kualitas air melalui pengolahan air limbah untuk mengurangi polutan. Persoalan yang ada antara lain perangkat regulasi pengelolaan air limbah permukiman dan peran kelembagaan di daerah belum memadai. Untuk mengatasi hal itu, KLHK mengajukan pembangunan IPAL domes�k setempat untuk mendukung pemerintah daerah dalam memenuhi sanitasi 100% di wilayahnya. Teknologi yang diajukan adalah sistem rawa buatan (constructed wetland) atau sanitasi taman (ecology sanita�on) yang terbuk� dapat mengurangi pencemaran akibat limbah domes�k. IPAL sanitasi taman (Sanita) dipilih karena ramah lingkungan dan berproses secara alami melalui peran tumbuhan dan mikroba tanah (fitoremediasi), rela�f murah diadakan, serta dapat dikelola dengan mudah oleh komunitas. Penerapan teknologi IPAL Sanita harus berbasis par�sipasi masyarakat untuk mendukung keberlanjutannya, antara lain gaya hidup penduduk dalam memilah limbah dan penerapan anggaran operasional yang tepat. Sumber pembiayaan dapat berasal dari APBD, swasta, pemanfaat jasa air, dana desa/kelurahan, dan/atau iuran warga secara mandiri.

    RingkasanEksekutif

    (Executive Summary)

    Melania H. Aryantie, Sri U. Purwati, Rositayanti Hadisoebroto, Oktaria D. Pitalokasari, Uki Nugroho

    Volume 13 No. 9 tahun 2019

    ISSN: 2085-787X

    Badan Peneli�an, Pengembangan dan InovasiKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    Pusat Peneli�an dan Pengembangan Sosial,Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

    PolicyBrief

    1Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen Akses Sanitasi

    Penataan sanitasi permukiman kawasan perkotaan merupakan pekerjaan lintas sektoral. Meskipun secara tugas dan fungsi menjadi arena instansi yang menangani infrastruktur dan permukiman, namun dari segi penegakan hukum lingkungan me-

    rupakan ranah penaatan baku mutu pencemaran lingkungan.

    P e r m u k i m a n d i k a w a s a n perkotaan menghadapi masalah kesehatan lingkungan, terutama untuk kawasan yang �dak terlayani sistem sanitasi yang baik. Dalam hal ini

    Pernyataan Masalah

    (Statement of the Issue/

    Problem)

    untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen

    Akses Sanitasi

  • pengelolaan air limbah domes�k non kakus (grey water) yang umumnya dibuang langsung ke dalam saluran drainase (Puspita, Ibrahim, & Hartono, 2016). Air limbah yang mengalir dalam selokan yang rusak atau �dak terawat berpotensi mencemari sumber air tanah melalui peresapan, serta mencemari badan air atau sungai yang menjadi muara selokan. Dampak sampingnya adalah meningkatkan potensi penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne disease) seper� diare (Permenkes No. 32/2017).

    C a ra m e n g e n d a l i ka n p e n -cemaran air limbah domes�k non kakus (grey water) antara lain melalui pe-ngolahan skala individual atau komunal (Suswa�, Wibisono, Masrevaniah, & Arfia�, 2012). Sistem yang banyak diterapkan adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domes�k kawasan permukiman dengan tangki sep�k dan biofilter (Yudo & Said, 2017). IPAL komunal tersebut membutuhkan a n g g a r a n y a n g b e s a r u n t u k pembangunan dan operasional serta pemeliharaan tahunan (Aryan�e, Purwa�, Hadisoebroto, Pitalokasari, & Nugroho, 2018). Dengan demikian pembangunan IPAL hanya dapat terlaksana jika ada pembiayaan proyek pemerintah atau swasta. Padahal s u m b e r p o l u ta n a i r ya n g s u l i t dikendalikan salah satunya adalah rumah tangga (skala kecil). Melalui kegiatan peneli�an dan pengem-

    bangan, P3KLL mengajukan satu sistem lain yakni IPAL sanitasi taman (Sanita) yang bekerja berdasarkan sistem lahan basah buatan dengan konsep biofilter alami memanfaatkan tumbuhan air sebagai bahan penyaring air limbah (Moenir, 2010; Muqorrobin, Sari, & Hairunnisa, 2011; dan Suswa� & Wibisono, 2013). IPAL Sanita minim menggunakan bahan kimia sehingga aman bagi lingkungan tempat �nggal. Selain bermanfaat secara ekologis, sistem ini juga dapat dikembangkan secara ekonomis oleh kelompok masyarakat. Pemilihan teknologi sederhana (rawa buatan) untuk m e n g h i n d a r i ke � d a ke fi s i e n a n perawatan mesin berteknologi canggih y a n g m e m b e b a n i m a s y a r a k a t pengelola (Asemota, Alkhaddar, Sertyesilisik, & Tunstall, 2011 dan Bright-Davies, Lüthi, & Jachnow, 2015).

    Jika hasil peneli�an IPAL Sanita � d a k d i k e m b a n g k a n m e l a l u i penerapan kebijakan, maka manfaat-nya terbatas hanya pada lingkungan akademisi atau ilmuwan saja. Melalui kebijakan yang diundangkan, maka pemerintah daerah memiliki opsi untuk m e m b a n g u n I P A L k a w a s a n permukiman/perumahan dengan anggaran lebih murah. Diharapkan p e n e r a p a n I PA L S a n i t a b i s a menjangkau lebih banyak lokasi hunian, sehingga pencemaran air akibat limbah domes�k dapat lebih terkendali.

    2 Policy Brief Volume 13 No. 9 Tahun 2019

    Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) t a h u n 2 0 1 5 - 2 0 1 9 , Pe m e r i n t a h I n d o n e s i a m e n a r g e t ka n u n t u k mencapai 100% akses terhadap air bersih, 100% akses sanitasi, serta 0% permukiman kumuh di tahun 2019. Meskipun secara internasional, target tersebut direncanakan tercapai pada

    tahun 2030 (SDGs Goal 6). Menurut Laporan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR) dalam Majalah Kiprah (2016), akses sanitasi layak baru tercapai 64% pada tahun 2 0 1 5 . I n f o r m a s i d a r i K o m p a s (9/2/2019) bahwa perkiraan akses sanitasi hingga tahun 2018 baru mencapai 76%. Dari 514 kabupaten/

    Fakta atau Kondisi Saat Ini

    (Existing Condition)

  • 3

    kota di Indonesia, sistem pengolahan air limbah domes�k terdapat di 253 kabupaten/kota dan sistem sanitasi perpipaan terdapat di 13 kota (Subek� dalam Kompas, 9/2/2019). Oleh karena itu, KPUPR perlu bermitra dengan pihak lain untuk mencapai 100% akses air limbah secara nasional. Sanitasi yang menjadi ruang lingkup kajian ini adalah peningkatan kualitas air melalui pengolahan air

    limbah untuk mengurangi polutan. K P U P R d a p at b e r m i t ra d e n ga n berbagai pihak, antara lain KLHK s e b a g a i p e m e g a n g m a n d a t pengendalian pencemaran lingkungan. Terdapat beberapa perbedaan di antara kedua kementerian dalam menangani masalah air l imbah. Perbedaan pendekatan terhadap sanitasi antara KLHK dengan KPUPR tercantum pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perbedaan pendekatan sanitasi antara KLHK dan KPUPR

    D a l a m h a l i n i K L H K � d a k berperan sebagai kementerian yang membangun fasilitas IPAL domes�k, tetapi sebagai pemegang tugas pengendali pencemaran akibat limbah

    domes�k. Teknologi IPAL Sanita merupakan pengetahuan yang sudah tersedia dan di�ngkatkan prosesnya dengan menambahkan rekayasa sosial.

    Persoalan yang ditemukan untuk pengelolaan air limbah permukiman antara lain perangkat regulasi dan peran kelembagaan di daerah yang belum memadai (Yudo & Said, 2017). Peraturan mengenai pengelolaan air limbah domes�k telah diberlakukan

    untuk beberapa daerah. Akan tetapi d i t e m u k a n c e l a h k e w a j i b a n pembangunan sistem pengelolaan air limbah di permukiman dengan kondisi tertentu. Sebagai contoh, kawasan permukiman dengan usia bangunan yang berlaku surut sebelum peraturan

    Temuan Kunci (Key Findings)

    Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus

    untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen Akses Sanitasi

  • 4

    tersebut diberlakukan �dak masuk dalam ruang lingkup. Yang kedua, implikasi kebijakan berupa upaya lebih untuk kawasan permukiman yang air limbahnya terpisah antara kakus dengan non kakus, tetapi sudah memiliki tangki sep�k kakus individual (sep�c tank).

    Daerah yang diteli� adalah Kota Depok. Melalui Peraturan Walikota D e p o k N o . 1 7 / 2 0 1 2 t e n t a n g Pengolahan Air Limbah Domes�k, pemerintah setempat mengendalikan pencemaran air limbah domes�k termasuk yang berasal dari kawasan perumahan teratur (kompleks). Pasal 4 tertulis Perencanaan instalasi air limbah domes�k/IPAL terpadu yang merupakan u�litas lingkungan atau bangunan merupakan persyaratan dalam proses menerbitkan Iz in Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC), Izin Pariwisata dan izin operasional lainnya. Hal tersebut ditambah dengan pasal mengenai kewajiban penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan permukiman (Pasal 7), yang berlaku sejak peraturan tersebut diundangkan (Pasal 10). Isi peraturan Walikota Depok ini menyuratkan bahwa ada kawasan permukiman dengan kondisi yang tertulis pada alinea sebelumnya �dak w a j i b m e n g o l a h a i r l i m b a h domes�knya.

    Kondisi sanitasi di Kota Depok masih ditemukan di 248 daerah yang belum terlayani sistem pengelolaan air limbah domes�k, maupun sistem sanitasi perpipaan (Subek� dalam Kompas, 9 Februari 2019). Untuk itu d i p e r l u k a n s k e m a l a i n d a l a m perencanaan pembangunan akses san i tas i se la in bertumpu pada kemampuan pendanaan pemerintah yang terbatas (Aryan�e, Purwa�, Harianja, & Hidayat, 2018), antara lain kemitraan pemerintah-swasta/ public-

    private partnership (Koppenjan & Enserink, 2009) sub-sektor pengolahan air limbah.

    Teknologi IPAL yang ditawarkan adalah sanita atau rawa buatan (constructed wetland). Teknologi ini b a n y a k d i t e r a p k a n d i n e g a r a berkembang (Mustafa, 2013 dan Bright-D a v i e s e t a l . , 2 0 1 5 ) d e n g a n m e m p e r h i t u n g ka n ke m a m p u a n penduduk dalam pengoperasian teknologi (Massoud, Tareen, Tarhini, Nasr, & Jurdi, 2010) dan ketersediaan energi (Mustafa, 2013). Teknologi ini cocok untuk diterapkan di daerah perkotaan (ElZein, Abdou, & ElGawad, 2016). Sebagai hasil peneli�an, IPAL Sanita terbuk� efek�f mengurangi kadar polutan air limbah domes�k (Supradata, 2005; Supriha�n, 2014; Dewi, Mahendra, & Suyasa, 2014; dan Aryan�e, Purwa�, Hadisoebroto, Pitalokasari, & Nugroho, 2018). Manfaat ini dapat diterapkan untuk mengendalikan pencemaran yang berasal dari kegiatan permukiman.

    Untuk memaksimalkan kinerja IPAL Sanita, diperlukan rekayasa sosial (social engineering) bagi penduduk untuk mengelola limbahnya. Pelibatan publik dalam masalah lingkungan m e n j a d i p r i n s i p p e r e n c a n a a n lingkungan (Kriebel et al., 2001 dan Lane & McDonald, 2005). Polutan yang cukup sulit direduksi adalah minyak dan deterjen (Aryan�e, Purwa�, Harianja, et al., 2018). Limbah minyak perlu disisihkan sebelum dibuang ke saluran. Limbah minyak dapat diolah menjadi bahan sabun organik (Lala, Badilo, Gintu, & Hastu�, 2012 dan Rahman & Lelono, 2013), pakan ternak, atau bahan bakar kompor minyak jelantah. Sementara itu, deterjen hanya bisa dikurangi dengan menggan� sabun non deterjen karena terkait gaya hidup masyarakat (Rahman & Lelono, 2013).

    Policy Brief Volume 13 No. 9 Tahun 2019

  • Pembangunan IPAL Sanita diatur melalui peraturan teknis daerah yang mengikat pemerintah daerah dan swasta (pengembang perumahan) u n t u k m e n j a l a n ka n ke w a j i b a n tersebut. Petunjuk operasional pem-bangunan IPAL Sanita sebagai pengolah limbah domes�k non kakus (grey water) disusun tersendiri sebagai p a n d u a n p a ra p e n g g u n a y a n g menerapkan sistem ini. Untuk itu perlu penambahan pasal dalam Peraturan Walikota Depok No. 17/2012 tentang Pengolahan Air Limbah Domes�k. Petunjuk operasional yang telah disusun oleh P3KLL diharapkan menjadi bahan masukan naskah akademis dalam rangka revisi peraturan kepala daerah tersebut.

    Pembiayaan pembangunan IPAL Sanita melalui dana APBD (untuk perkampungan) dan pengembang perumahan (untuk kompleks). IPAL ini dapat diterapkan di kedua �pe permukiman tersebut untuk mengolah air limbah non kakus (grey water). Perawatan IPAL Sanita menggunakan tenaga masyarakat setempat yang telah diberikan sosialisasi dan penyu-luhan operasional dan pemanfaatan

    IPAL. Dana perawatan IPAL dapat bersumber dari APBD, pemanfaat jasa air (misal Perusahaan Daerah Air Minum), dana desa/kelurahan, serta iuran lingkungan warga secara mandiri. Pemantauan kualitas air l imbah difasilitasi pemerintah daerah.

    KLHK perlu menggagas kebijakan b e rs a m a d e n ga n K P U P R u nt u k mencapai akses sanitasi layak di kabupaten/kota di Indonesia sebagai bentuk pelaksanaan SDGs Goal 6. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Ling-kungan (Ditjen PPKL) dengan Badan Peneli�an, Pengembangan dan Inovasi (BLI) mengawal peraturan baku mutu air l imbah domes�k agar tetap mengakomodir kebutuhan pengen-dalian pencemaran air terkini. Kedua unit kerja melakukan kajian lebih lanjut untuk penerapan IPAL Sanita sebagai teknologi alterna�f pengolah air limbah domes�k kawasan permukiman. Dengan demikian konsentrasi air limbah yang berasal dari sumber pencemar acak (non point source) permukiman dapat memenuhi baku mutu yang ditentukan sebelum dibuang ke badan air.

    Pilihan dan Rekomendasi

    kebijakan (Policy Options and Recommendations)

    5

    Melania H. Aryan�e: [email protected] Sri U. Purwa�: unon.purwa�@gmail.com Rositayan� Hadisoebroto: rositayan�@trisak�.ac.id Oktaria D. Pitalokasari: [email protected] Uki Nugroho: [email protected]

    Rujukan untuk konsultasi

    (Sources consulted)

    Kebijakan Pengolahan Limbah Domestik Non Kakus

    untuk Mendukung Pencapaian Target 100 Persen Akses Sanitasi

  • 6 Policy Brief Volume 13 No. 9 Tahun 2019

    Referensi(References)

    Aryan�e, M. H., Purwa�, S. U., Hadisoebroto, R., Pitalokasari, O. D., & Nugroho, U. (2018). Pembangunan Demplot Biosanita: Peran Sanitasi Taman dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air untuk Mendukung Kebijakan Daerah. Tangerang Selatan.

    Aryan�e, M. H., Purwa�, S. U., Harianja, A. H., & Hidayat, M. Y. (2018). Peran Demonstra�on Site Sta�on terhadap Penurunan Konsentrasi Air Limbah Rumah Tangga di Sekitar Sungai Ciliwung. Jurnal Peneli�an Sosial Dan E k o n o m i K e h u t a n a n , 1 5 ( 2 ) , 1 4 9 1 6 3 . h�ps://doi.org/h�ps://doi.org/10.20886/jpsek.2018.15.2.149-163

    Asemota, L., Alkhaddar, R., Sertyesilisik, B., & Tunstall, A. (2011). Wastewater Management in Lagos State: Moving Toward a More Sustainable Approach. Environmental Quality Management, 49(4), 1618. h�ps://doi.org/10.1002/ tqem

    Bright-Davies, L., Lüthi, C., & Jachnow, A. (2015). DEWATS for Urban Nepal: A Compara�ve Assessment for Community Wastewater Management. Waterlines, 34(2), 119138. h�ps:// doi.org/10.3362/1756-3488.2015.012

    Dewi, N. L. . M., Mahendra, M. S., & Suyasa, I. W. B. (2014). AIR LIMBAH HASIL PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR. Ecotrophic: Journal of Environmental Science, 8(1), 5 4 6 1 . Re t r i e ve d f ro m h � p s : / /o j s . u n u d . a c . i d / index.php/ECOTROPHIC/issue/view/1412

    ElZein, Z., Abdou, A., & ElGawad, I. A. (2016). Constructed Wetlands as a Sustainable Wastewater Treatment Method in Communi�es. Procedia Environmental Sciences, 34, 605617. h�ps://doi.org/ 10.1016/j.proenv.2016.04.053

    Koppenjan, J., & Enserink, B. (2009). PublicPrivate Partnerships in Urban Infrastructures: Reconciling Private Sector Par�cipa�on and Sustainability. Public Administra�on Review, 69 (2) , 284296. h�ps://doi .org /h�ps:// doi.org/10.1111/j.1540-6210.2008. 01974.x

    Kriebel, D., Tickner, J., Epstein, P., Lemons, J., Levins, R., Loechler, E. L., … Stoto, M. (2001). The Precau�onary Principle in Env i ronmenta l Sc ience . Env i ronmenta l Hea l th P e r s p e c � v e s , 1 0 9 ( 9 ) , 8 7 1 8 7 6 . h�ps://doi.org/10.2307/3454986

    Lala, O., Badilo, I. A., Gintu, A. R., & Hastu�, D. K. A. K. (2012). Surfaktan yang Biode-gradable dari Minyak Goreng Bekas. In Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW. Sala�ga: Universitas Kristen Duta Wacana. Retrieved from h�p://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3073/2/PROS_Olkelala, Agung RG, Istari B, Dewi KH_ Surfaktan yang Biodegradable_Full text.pdf

    Lane, M. B., & McDonald, G. (2005). Community-based Environmental Planning: Opera�onal Dilemmas, Planning P r i n c i p l e s a n d Po s s i b l e Re m e d i e s . J o u r n a l o f Environmental Planning and Management, 48(5), 709731. h�ps://doi.org/10.1080/ 09640560500182985

    Limbah Domes�k: Pendekatan Ekonomi Sirkular Diwacanakan. (2019, February). Kompas, p. 10.

    Massoud, M. A., Tareen, J., Tarhini, A., Nasr, J., & Jurdi, M. (2010). Effec�veness of Wastewater Management in Rural Areas of Developing Countries: A Case of Al-Chouf Caza in Lebanon. Environmental Monitoring and Assessment, 161(14), 6169. h�ps://doi.org/10.1007/s10661-008-0727-2

    Menuju 100% Akses Sanitasi Indonesia 2019. (2016). Majalah Kiprah, 72, 1213. Retrieved from h�p://www.depkes. go.id/pdf.php?id=16060100003

    Moenir, M. (2010). Kajian Fitoremidiasi sebagai Alterna�f Pemulihan Tanah Tercemar Logam Berat. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, 1(2), 115123.

    R e t r i e v e d f r o m h � p : / / w w w . kemenperin.go.id/download/446/Jurnal-Riset-Teknologi-Pencegahan-Pencemaran-Industri-Vol.-2-No.-1---Nopember-2010

    Muqorrobin, A., Sari, F. N. I., & Hairunnisa, N. (2011). Penerapan Sistem Taman Rawa sebagai Alterna�f Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Program Krea�vitas Mahasiswa. Bogor: Ins�tut Pertanian Bogor. Retrieved from h�p://mfile. narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL IPB/PENERAPAN SISTEM TAMAN RAWA SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA.pdf

    Mustafa, A. (2013). Constructed Wetland for Wastewater Treatment and Reuse: A Case Study of Developing Country. Interna�onal Journal of Environmental Science and D e v e l o p m e n t , 4 ( 1 ) , 2 0 2 4 . h�ps://doi.org/10.7763/IJESD.2013.V4.296

    Peraturan Walikota Depok No. 17/2012. Depok. Retrieved from h�ps:// www.depok.go.id/Perwal/2012/Perwal No.17 tahun 2012.pdf

    Permenkes No. 32/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum (2017) . Retr ieved from h�p://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_�g_Standar_Baku_Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aqua_.pdf

    Puspita, I., Ibrahim, L., & Hartono, D. (2016). Pengaruh Perilaku Masyarakat yang Bermukim di Kawasan Bantaran Sungai terhadap Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota Tarakan (Influence of The Behavior of Ci�zens Residing in Riverbanks to the Decrease of Water Quality in The River of Karang An. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 23(2), 249258.

    Rahman, A. A., & Lelono, G. S. (2013). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Detergen Alami Melalui Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi Trans Esterifikasi dan Sulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 2(2), 8490. Retrieved from h�p://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki

    Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domes�k Menggunakan Tanaman Hias Cyperus alternifolius, L. dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SSF-Wetlands).

    Supriha�n, H. (2014). Penurunan Konsentrasi BOD Limbah Domes�k Menggunakan Sistem Wetland dengan Tanaman Hias Bintang Air (Cyperus alternifolius). Dinamika Lingkungan Indonesia, 1(2), 8087. Retrieved from h � p s : / / e j o u r n a l . unri.ac.id/index.php/DL/ar�cle/view/2301/2267

    Suswa�, A. C. S. P., & Wibisono, G. (2013). Pengolahan Limbah Domes�k dengan Teknologi Taman Tanaman Air (Constructed Wetlands). Indonesian Green Technology Journal, 2(2), 7077. Retrieved from h�ps://media.neli�. com/media/publica�ons/63082-ID-pengolahan-limbah-domes�k-dengan-teknol.pdf

    Suswa�, A. C. S. P., Wibisono, G., Masrevaniah, A., & Arfia�, D. ( 2 0 1 2 ) . A n a l i s i s L u a s a n C o n st r u c te d Wet l a n d Menggunakan Tanaman Iris dalam Mengolah Air Limbah Domes�k (Greywater). Indonesian Green Technology Journal, 1(3), 17. Retrieved from h�ps://media. neli�.com/media/publica�ons/63174-ID-analisis-luasan-constructed-wetland-meng.pdf

    Yudo, S., & Said, N. I. (2017). Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Domes�k di Indonesia. Jurnal Rekayasa L i n g k u n g a n , 1 0 ( 2 ) , 5 8 7 5 . R e t r i e v e d f r o m h�p://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JRL/ar�cle/view/2847

    P3SEKPI

    Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6