issn : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang...

72

Upload: dodien

Post on 27-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk
Page 2: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

ISSN : 1979-9101

MELATI

JURNAL MEDIA KOMUNIKASI ILMU EKONOMI

Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH. Ahmad Dahlan

Lamongan JL. Ahmad Dahlan Lamongan Telp/Fax (0322) 315 987

Terbit tiga kali setahun (April, Agustus dan Desember): 1979-9101 berisi tentang hasil

penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, resensi buku dan tulisan praktis

dalam bidang Ilmu Ekonomi.

Pelindung/Penasehat

Drs. H. Munadji

(Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan)

Drs. H. Mustofa Nur, MM

(Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan)

Ketua Pengarah:

Dr. H. Masram, MM., M.Pd., MMKes

Drs. Arfian Mudayan, SE., M.Pd

Ketua Penyunting:

Dr. Hj. Mu’ah, MM., M.Pd

Penyunting Pelaksana:

Drs. Sugeng Utomo., M.Pd

Drs. Matali, MM

Annita Mahmudah, SE., S.Pd., M.Ak

Drs. Salamun, M.Pd

Drs. Maghfur, M.Pd

Drs. Sukahar, MM

Dra. Yulis Saidah, M.Pd

Heti Nur Aini, SE., M.Si

Drs. H. Muhammad Mahbub, MM

Penyunting Ahli/Mitra Bestari:

Dr. Supriyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Malang)

Dr. Anang Kistyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Surabaya

Alamat Penyunting Pelaksana dan Tata Usaha: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH.

Ahmad Dahlan Lamongan, JL. KH. Ahmad Dahlan Lamongan, Telp/Fax (0322) 315987.

Jurnal ini diterbitkan di bawah pembinaan Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan (Drs.

H. Munadji) dan Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan (Drs. H. Mustofa Nur, MM).

Page 3: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

ISSN: 1979-9101

DAFTAR ISI

Efektifitas Dan Efisiensi Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu 1

Terhadap Peningkatan Laba Pt. Graha Agung Propertindo Gresik

Masram STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Akuntansi

Analisis Pelayanan Pegawai Dan Kualitas Hasil Percetakan Terhadap 12

Kepuasan Pelanggan Pada Percetakan Kurnia Multimedia Celluler

Tunjungmekar – Kalitengah – Lamongan

Annita Mahmudah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan

The Influence Of Service Quality To Patient’s Perceived Value In Private 18

Hospital Surabaya

Mu'ah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen

Pengaruh Penjualan Kredit Dan Perputaran Piutang Terhadap Laba Pada 38

Pt. Continental Cargo Carrier Indotrans

Ninik Masadah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Akuntansi

Analisis Biaya Bahan Baku Dan Gaji Karyawan Terhadap Pendapatan 50

Perusahaan Pada Pt. Es Batu Dumpi Agung Lamongan

Mustofa Nur STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen

Analisis Pengaruh Jumlah Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap 59

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015

Mukhtar STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Perpajakan

Page 4: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

1

EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI METODE PENYUSUTAN AKTIVA BERDASARKAN FAKTOR WAKTU

TERHADAP PENINGKATAN LABA PT. GRAHA AGUNG PROPERTINDO GRESIK

MASRAM

ABSTRAK

Perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh laba yang optimal. Untuk mencapai tujuannya dalam

memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi

tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur

ekonomis lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang efektif dan efisien

dalam penggunaan metode penyusutan aktiva. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana

efektivitas metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu yang diterapkan terhadap peningkatan laba PT.

Graha Agung Propertindo Gresik? (2) Bagaimana efisiensi metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu

yang diterapkan terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor

waktu terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik. (2) Untuk mengetahui efisiensi metode

penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik. Dalam

penelitian ini populasi yang dimaksud adalah Laporan keuangan (neraca dan laba rugi) PT. Graha Agung Propertindo

selama 3 periode dari tahun 2012-2014. Dengan mengambil sampel menggunakan teknik total sampling.

Penelitian ini ada dua variabel independent yaitu efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor

waktu dan efisiensi metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu. Sedangkan variabel dependent yaitu laba.

Penelitian ini indikator efektivitas metode penyusutan aktiva tetap diukur dengan masa manfaat aktiva menggunakan

metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu. Indikator efisiensi metode penyusutan aktiva tetap diukur

dengan biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan berdsarkan faktor waktu. Sedangkan indikator laba diukur

dengan laporan laba rugi dengan menggunakan metode penyusutan yang berbeda yaitu dengan menggunakan metode

penyusutan garis lurus, metode penyusutan saldo menurun berganda, dan metode penyusutan jumlah angka tahun.

Instrument penelitian ini menggunakan dokumentasi. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah menggunakan

rumus perhitungan penyusutan aktiva tetap sesuai dengan standart akuntansi keuangan yang berlaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penyusutan aktiva tetap dan efisiensi penyusutan aktiva tetap

memiliki pengaruh terhadap peningkatan laba perusahaan. Secara perhitungan penggunaan metode penyusutan aktiva

tetap pada perusahaan berdampak terhadap besarnya laba bersih perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa penggunaan

metode penyusutan garis lurus lebih tinggi sebesar 17,38% dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda dan

dengan kenaikan sebesar 17,48% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa

laba yang dilaporkan oleh PT. Graha Agung Propertindo Gresik dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus

dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda yang seharusnya diterapkan adalah lebih tinggi.

Kata Kunci : Efektivitas, Efisiensi, Aktiva Tetap, Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu, Laba.

PENDAHULUAN

Perusahaan didirikan dengan beberapa tujuan yang

ingin dicapai seperti, memperoleh laba yang optimal,

pertumbuhan terus menerus, dan kelangsungan hidup

perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

perusahaan memerlukan elemen pendukung usaha

seperti modal, tenaga kerja yang berkualitas, dan

faktor-faktor produksi lainnya.

Setiap tahun perkembangan dunia bisnis yang

semakin maju menuntut para pengelola perusahaaan

untuk lebih baik dalam sistem pengelolaan

perusahaan, terutama dalam pengelolaan faktor-faktor

produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam

memperoleh laba yang optimal atas investasi yang

telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan

dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang

mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau

satu periode akuntansi.

Pada umumnya aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan adalah aktiva lancar atau aktiva tetap,

dimana kedua aktiva ini masing-masing mempunyai

peranan sangat penting bagi perusahaan, aktiva lancar

merupakan harta yang dapat dikomsumsi atau mudah

dicairkan sedangkan aktiva tetap adalah sarana

penunjang yang dimiliki perusahaan untuk

mempelancar kegiatan operasional perusahaan, tidak

untuk diperjual belikan dan merupakan pengeluaran

perusahaan yang relatif besar. Aktiva tetap berwujud

Page 5: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

2

(Tangible fixed asset) adalah aktiva berwujud yang

sifatnya relatif permanen dan dapat diamati secara

fisik yang dapat memberikan manfaat ekonomi pada

masa mendatang bagi perusahaan seperti tanah,

bangunan, mesin, peralatan pabrik maupun kantor atau

kendaraan. Aktiva tetap berfungsi untuk menjalankan

kegiatan perusahaan, untuk itu diperlukan pengolaan

yang efektif dan efisien dalam penggunaan,

pemeliharaan, maupun pencatatan. Nilai ekonomis

suatu aktiva tetap dapat dibebankan secara tepat dan

salah satu caranya adalah dengan menentukan metode

penyusutan.

Pada umumnya aktiva tetap merupakan harta

perusahaan yang nilainya materil dibandingkan harta

lainnya. Investasi yang tertanam dalam aktiva tetap

cukup besar nilainya, sehingga mutlak diperlukan

pengelolaan yang baik. Untuk mencapai hasil

maksimal yang diinginkan penggunaan aktiva tetap

harus secara efektif dan efisien. Penggunaan yang

efektif dengan memanfaatkan aktiva tetap yang ada

dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan sejumlah

barang dan jasa tepat pada waktunya. Jadi efektivitas

adalah perbandingan antara pemanfaatan sumber daya

dengan waktu yang dicapai untuk mendapatkan hasil

yang telah ditetapkan. Penggunaan yang efisien

dengan sedikit kegiatan operasional aktiva tetap

namun memberi manfaat yang besar bagi perusahaan.

Sehinggga efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva

tetap sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk

pengelolaan dan pemeliharaan secara optimal guna

memaksimalkan besar kecilnya laba yang didapat

perusahaan. Sedangkan dari segi pencatatan, metode

penyusutan yang diterapkan perusahaan telah

memperhatikan perubahan nilai aktiva yang menurun

disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya

manfaat yang telah diberikan aktiva tetap tersebut.

Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005 : 395)

“Penurunan harga perolehan karena menurunnya

kegunaan sejalan dengan berlalunya waktu dalam

penggunaan disebut penyusutan (Depreciation)”.

Perusahaan harus mampu menerapkan metode

penyusutan aktiva yang tetap pada aktiva tertentu.

Metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan

alokasi biaya penyusutan yang berbeda sehingga akan

mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban

usahan yang akan mempengaruhi besar kecilnya laba

yang akan diperoleh perusahaan dan mempengaruhi

besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan

oleh perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, metode

penyusutan aktiva tetap harus ditentukan secara tepat

agar biaya penyusutan yang dibebankan dapat

mencerminkan kewajaran nilai aktiva tetap pada

neraca. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva

tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan

pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor

ekonomis dan teknis. Nilai perolehan pada suatu

aktiva tetap berwujud akan mengalami penurunan

karena adanya pemakaian atas aktiva tetap berwujud

tersebut. Dalam hal ini perusahaan harus

memperhatikan masalah pada biaya reparasi atau

pemeliharaan apakah relatif konstan sepanjang umur

aktiva tetap atau semakin meningkat. Karena itu pihak

manajemen harus berhati-hati dalam menerapkan

kebijakan khususnya jumlah pengeluaran pendapatan

(revenue expenditure), sebaliknya pengeluaran untuk

aktiva diatas jumlah minimal yang harus dikapitalisasi

sebagai pengeluaran modal (capital expenditure).

Pengaturan aktiva tetap dalam ketentuan PSAK

nomor 16 (2007) yang sudah direvisi IFRS dapat

menjadi dasar perusahaan untuk meningkatkan

kualiatas standar akuntansi keuangan yang digunakan

dan hendaknya pihak manajemen mampu mendorong

kreatifitas pekerja dan sering melakukan evaluasi hasil

kerja. Kondisi seperti ini yang selanjutnya

menciptakan efektivitas dan efisiensi penggunaan

aktiva tetap, serta pemilihan yang tepat metode

penyusutan aktiva tetap pada PT Graha Agung

Propertindo. Dari evaluasi yang dilakukan, diharapkan

kegiatan operasional perusahaan yang berhubungan

dengan aktiva tetap berjalan dengan tepat sesuai

tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh laba yang

optimal.

METODE PENELITIANN

Pengertian Penelitian

Narbuko dan Achmadi (2010) mendefinisikan,

penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai

menyusun laporannya.

Menurut Suryabrata (2010) penelitian adalah suatu

proses yaitu rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis guna

mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.

Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis data dan analisisnya metode

penelitian diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a) Metode penelitian yang bersifat kuantitatif

Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2011), disebut

sebagai positivistic karena berlandaskan pada filsafat

positivistic. Metode ini juga dikenal sebagai metode

ilmiah atau metode scientific karena telah memenuhi

kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif,

terukur, rasional, dan sistematis, karena proses

penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola).

b). Metode penelitian yang bersifat kualitatif

Page 6: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

3

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011),

sering disebut metode penelitian naturalistic karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang ilmiah,

metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian

bidang antropologi budaya, disebut metode kualitatif

karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih

bersifat kualitatif

Susunan Kerangka Kerja

Gambar 2.1. Kerangka Kerja

Variabel Operasional

Definisi operasional merupakan penyebaran

dari variabel penelitian, menggambarkan hubungan

antara variabel tertentu serta menguji kebenaran suatu

hipotesis. Disamping itu definisi operasional variabel

dimaksudkan untuk memudahkan pengukuran masing-

masing variabel dalam penelitian melalui indikator-

indikatornya. Adapun definisi operasional variabel

dalam penelitian ini adalah :

Tabel 2.1 Variabel Operasional

Tabel 2.4.1. Variabel Operasional

2.1. Tabel Variabel Operasional

Page 7: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

4

HASIL PENELITIAN

Analisis Data

1. Efektivitas Metode Penyusutan Aktiva

Berdasarkan Faktor Waktu

Berdasarkan pengambilan data yang diperoleh dari

perusahaan, analisis terhadap penerapan metode

penyusutan aktiva tetap dapat dilakukan berdasarkan

laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan

nilai aktiva tetap) selama 3 tahun mulai tahun 2012-

2014 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Neraca PT. Graha Agung Propertindo

Gresik periode 2012-2014

Perhitungan penyusutan perusahaan menggunakan

metode garis lurus. Biaya penyusutan selama tahun

2012-2014 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai

berikut: pada tahun 2012 besar biaya penyusutan Rp

430.191.025, tahun 2013 besar biaya penyusutan Rp

430.191.025, tahun 2014 besar biaya penyusutan Rp

430.191.025.

Tabel 3.3 Laporan Nilai Aktiva Tetap PT. Graha

Agung Propertindo Gresik Periode 2012-2014

Dari data laporan keuangan neraca dan laporan nilai

aktiva PT. Graha Agung Propertindo Gresik periode

2012-2014 dapat digunakan untuk menghitung biaya

penyusutan tiap aktiva tetap. Sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan 2004 ada beberapa metode

penyusutan yang dapat digunakan oleh perusahaan,

namun berkaitan dengan UU No.10/1994 serta

Keputusan Mentri Keuangan (KMK) No 82/1995

untuk perusahaan sektor Real Estate and Property

menggunakan metode penyusutan berdasarkan waktu,

karena metode ini metode paling tepat dan konseptual.

Metode penyusutan berdasarkan waktu terdiri dari

metode penyusutan garis lurus, metode saldo menurun

berganda dan metode jumlah angka tahun.

a. Menghitung Masa Manfaat Aktiva

Menggunakan Metode Penyusutan Garis

Lurus.

Tabel 3.4 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa

Manfaat menggunakan Metode Garis Lurus

Berdasarkan tabel 3.4 nilai aktiva pada akhir masa

manfaat menggunakan metode penyusutan garis lurus.

Nilai bangunan Rp 895.114.453 habis disusutkan

selama 20 tahun dengan tarif penyusutan 5%. Nilai

perabot kantor Rp 285.875.400 habis disusutkan

selama 10 tahun dengan tarif penyusutan 10%. Nilai

kendaraan kantor Rp 793.245.000 habis disusutkan

selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai

kendaraan proyek Rp 585.254.100 habis disusutkan

selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai

peralatan kantor Rp 395.982.540 habis disusutkan

selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%. Nilai

peralatan proyek Rp 342.158.961 habis disusutkan

selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%.

Tabel 3.6 Rincian biaya penyusutan bangunan selama

masa manfaat (20 tahun) menggunakan metode garis

lurus

Berdasarkan tabel 3.6 rincian biaya penyusutan

bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.

Page 8: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

5

Tahun ke-1 disusutkan Rp 44.755.723, tahun ke-2

disusutkan Rp 44.755.723, tahun ke-3 disusutkan Rp

44.755.723 dan seterusnya sampai tahun ke-20 dengan

biaya penyusutan yang sama. Total biaya penyusutan

selama 20 tahun sebesar Rp 895.114.453. Nilai aktiva

bangunan habis dengan masa 20 tahun menggunakan

metode penyusutan garis lurus karena nilai aktiva awal

bangunan Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan

Rp 895.114.453.

b. Menghitung Masa Manfaat Aktiva

Menggunakan Metode Penyusutan Saldo

Menurun Beganda.

Tabel 3.6 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa

Manfaat menggunakan Metode Saldo Menurun

Berganda

Berdasarkan tabel 3.6 Nilai aktiva pada akhir masa

manfaat menggunakan metode penyusutan saldo

menurun berganda. Nilai bangunan Rp 895.114.453

disusutkan selama 20 tahun, tarif penyusutan 5%

dengan sisa Rp 108.825.020. Nilai perabot kantor Rp

285.875.400 disusutkan selama 10 tahun, tarif

penyusutan 10% dengan sisa Rp 30.695.638. Nilai

kendaraan kantor Rp 793.245.000 disusutkan selama 8

tahun, tarif penyusutan 12,5% dengan sisa Rp

79.414.069. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100

disusutkan selama 8 tahun, tarif penyusutan 12,5%

dengan sisa Rp 58.591.494. Nilai peralatan kantor Rp

395.982.540 disusutkan selama 4 tahun, tarif

penyusutan 25% dengan sisa Rp 24.748.908. Nilai

peralatan proyek Rp 342.158.961 disusutkan selama 4

tahun, tarif penyusutan 25% dengan sisa Rp

21.384.935.

Tabel 3.7 Rincian biaya penyusutan bangunan selama

masa manfaat menggunakan metode saldo menurun

berganda

Berdasarkan tabel 3.7 rincian biaya penyusutan

bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.

Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami

penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp

89.511.445, tahun ke-2 sebesar Rp 80.560.301, tahun

ke-3 sebesar Rp 72.504.271, dan seterusnya sampai

tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20

tahun menggunakan metode penyusutan saldo

menurun berganda masih terdapat nilai perolehan

karena nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453

dikurangi biaya penyusutan Rp 786.289.433.

Tabel 3.7 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa

Manfaat menggunakan Metode Jumlah Angka tahun

Berdasarkan tabel 3.7 Nilai aktiva pada akhir masa

manfaat menggunakan metode penyusutan jumlah

angka tahun. Nilai bangunan Rp 895.114.453 habis

disusutkan selama 20 tahun dengan tarif penyusutan

5%. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400 habis

disusutkan selama 10 tahun dengan tarif penyusutan

10%. Nilai kendaraan kantor Rp 793.245.000 habis

disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan

12,5%. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100 habis

disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan

12,5%. Nilai peralatan kantor Rp 395.982.540 habis

disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan

25%. Nilai peralatan proyek Rp 342.158.961 habis

disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan

25%.

Tabel 3.9 Rincian biaya penyusutan bangunan selama

masa manfaat menggunakan metode saldo menurun

berganda

Berdasarkan tabel 3.9 rincian biaya penyusutan

bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.

Page 9: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

6

Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami

penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp

89.511.445, tahun ke-2 sebesar Rp 80.560.301, tahun

ke-3 sebesar Rp 72.504.271, dan seterusnya sampai

tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20

tahun menggunakan metode penyusutan saldo

menurun berganda masih terdapat nilai perolehan

karena nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453

dikurangi biaya penyusutan Rp 786.289.433.

c. Menghitung Masa Manfaat Aktiva

Menggunakan Metode Penyusutan Jumlah Angka

Tahun.

Tabel 3.10 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa

Manfaat menggunakan Metode Jumlah Angka tahun

Berdasarkan tabel 3.10 Nilai aktiva pada

akhir masa manfaat menggunakan metode penyusutan

jumlah angka tahun. Nilai bangunan Rp 895.114.453

habis disusutkan selama 20 tahun dengan tarif

penyusutan 5%. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400

habis disusutkan selama 10 tahun dengan tarif

penyusutan 10%. Nilai kendaraan kantor Rp

793.245.000 habis disusutkan selama 8 tahun dengan

tarif penyusutan 12,5%. Nilai kendaraan proyek Rp

585.254.100 habis disusutkan selama 8 tahun dengan

tarif penyusutan 12,5%. Nilai peralatan kantor Rp

395.982.540 habis disusutkan selama 4 tahun dengan

tarif penyusutan 25%. Nilai peralatan proyek Rp

342.158.961 habis disusutkan selama 4 tahun dengan

tarif penyusutan 25%.

Tabel 3.11 Rincian biaya penyusutan bangunan

selama masa manfaat (20 tahun) menggunakan jumlah

angka tahun

Berdasarkan tabel 3.11 rincian biaya penyusutan

bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.

Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami

penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp

85.248.996, tahun ke-2 sebesar Rp 80.986.546, tahun

ke-3 sebesar Rp 76.724.096, dan seterusnya sampai

tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20

tahun menggunakan metode penyusutan jumlah angka

tahun habis disusutkan. Nilai aktiva awal bangunan

Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan Rp

895.114.453.

Efisiensi Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan

Faktor Waktu

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan,

untuk menilai tingkat efisiensi aktiva tetap dapat

dilihat dari biaya penyusutan aktiva dengan

menggunakan 3 metode berdasarkan faktor waktu,

yaitu terdiri dari metode penyusutan garis lurus,

matode penyusutan saldo menurun berganda, dan

metode penyusutan jumlah angka tahun.

a. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap

Menggunakan Metode Garis Lurus.

Dalam metode penyusutan garis lurus, beban

penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan

tidak dipengaruhi dengan hasil atau outputyang

diproduksi. Berikut perhitungan alokasi biaya

penyusutan garis lurus, tiap aktiva dapat dilakukan

dengan cara perhitungan yang sama. Aktiva yang

dimiliki PT. Graha Agung Propertindo dan disusutkan

terdiri dari bangunan, perabot kantor, kendaraan

kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor dan

peralatan proyek. Berikut salah satu contoh

perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan

aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang

sama.

Bangunan = tarif penyusutan x nilai aktiva

bangunan = 5 % x Rp 895.114.453

= Rp 44.755.723

Tarif penyusutan bangunan sebesar 5% dan nilai

bangunan sebesar Rp 895.114.453 dapat dilihat pada

tabel 4.3, kemudian dihitung berdasarkan rumus

metode penyusutan metode garis lurus. Untuk tarif

penyusutan dan nilai aktiva lain juga dapat dilihat

pada tabel 4.3 dan dihitung berdasarkan rumus yang

sama. Jadi biaya penyusutan menggunakan metode

penyusutan garis lurus sebagai berikut:

Tabel 3.12 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Garis

Lurus

b. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap

Menggunakan Metode Saldo Menurun Berganda.

Perhitungan penyusutan aktiva tetap menggunakan

metode saldo menurun berganda, beban penyusutan

Page 10: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

7

diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan dengan

nilai perolehan tahun pertama dan nilai buku tahun-

tahun selanjutnya sehingga menghasilkan beban

penyusutan yang makin menurun tiap tahunnya

selama umur ekonomis aktiva tersebut.

Rumus :

Aktiva yang dimiliki PT. Graha Agung Propertindo

dan disusutkan terdiri dari bangunan, perabot kantor,

kendaraan kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor

dan peralatan proyek. Berikut salah satu contoh

perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan

aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang

sama.

Tabel 3.13 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Saldo

Menurun Berganda

c. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap

Menggunakan Metode Penyusutan Jumlah Angka

Tahun.

Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan

yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari

nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan

dikurangi dengan nilai sisa).Setiap pecahan

menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut

dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan.

Rumus :

Aktiva yang dimiliki PT. Graha Agung Propertindo

dan disusutkan terdiri dari bangunan, perabot kantor,

kendaraan kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor

dan peralatan proyek. Berikut salah satu contoh

perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan

aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang

sama.

3.14. Hasil Uji Heterokedastisitas

Tabel 3.14 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Jumlah

Angka Tahun

c. Menghitung Selisih Perbandingan Biaya

d. Penyusutan Aktiva Tetap Menggunakan

Metode Garis Lurus, Metode Saldo

Menurun Berganda dan Metode Jumlah

Angka Tahun.

Tabel 3.15 Total Biaya Penyusutan Tahun 2012-2014

Berdasarkan tabel 3.15 total biaya penyusutan aktiva

tetap menggunakan metode garis lurus pada tahun

2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013 sebesar Rp

430.191.025, tahun 2014 sebesar Rp 430.191.025.

Menggunakan metode saldo menurun berganda pada

tahun 2012 sebesar Rp 860.382.051, tahun 2013

sebesar Rp 569.304.321, tahun 2014 sebesar Rp

395.215.445. Menggunakan metode jumlah angka

tahun pada tahun 2012 sebesar Rp 738.816.075, tahun

2013 sebesar Rp 617.250.099, tahun 2014 sebesar Rp

495.684.123. Berikut grafik yang menggambarkan

tingkat kenaikan biaya penyusutan selama tahun 2012-

2014.

Gambar 3.1 Grafik biaya penyusutan menggunakan

metode garis lurus tahun 2012-2014.

Berdasarkan gambar 3.1 biaya penyusutan

menggunakan metode penyusutan garis lurus pada

tahun 2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013

sebesar Rp 430.191.025, dan tahun 2014 sebesar Rp

430.191.025. Besarnya biaya penyusutan tiap

tahunnya sama.

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika Fhitung >

Ftabel maka Ha diterima. Untuk itu dalam penelitian

ini disertakan uji F seperti yang terlihat dalam tabel

berikut:

Page 11: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

8

Gambar 3.2 Grafik biaya penyusutan menggunakan

metode saldo menurun berganda tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 3.2 biaya penyusutan

menggunakan metode saldo menurun berganda pada

tahun 2012 sebesar Rp 860.382.051 mengalami

penurunan pada tahun 2013 sebesar Rp 569.304.321.

Pada tahun 2014 mengalami penurunan lagi sebesar

Rp 395.215.445. Menggunakan metode penyusutan

saldo menurun berganda biaya penyusutan mengalami

penurunan tiap tahunnya.

Gambar 3.3 Grafik biaya penyusutan menggunakan

metode jumlah angka tahun pada tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 4.4 biaya enyusutan

menggunakan metode jumlah angka tahun, pada tahun

2012 biaya penyusutan sebesar Rp 738.816.075,

mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar Rp

617.250.099. Pada tahun 2014 mengalami penurunan

lagi sebesar Rp 495.684.123. Biaya penyusutan tiap

tahunnya mengalami penurunan.

Untuk menghitung selisih biaya penyusutan dapat

dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut :

Tahun 2012 =

= -99,9 %

Tabel 3.17 Selisih Biaya Penyusutan Tahun 2012-

2014

Laba

Berdasarkan pengambilan data yang diperoleh dari

perusahaan, Laporan Laba Rugi tahun 2012 s/d 2014

sebagai berikut:

Tabel 3.17 PT. Graha Agung Propertindo Laporan

Laba / Rugi Periode 2012 s/d 2014

Hubungan Efektivitas Metode Penyusutan Aktiva

Berdasarkan Faktor Waktu dan Efisiensi Metode

Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu

Terhadap Peningkatan Laba.

Hubungan efektivitas metode penyusutan aktiva

berdasarkan faktor waktu dan efisiensi metode

penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu terhadap

peningkatan laba dapat dilihat dari total laba yang

dihasilkan tiap tahun dengan menggunakan metode

penyusutan yang berbeda. Besar biaya penyusutan

aktiva tetap akan mempengaruhi masa manfaat aktiva

tetap dan mempengaruhi besar laba yang diperoleh

perusahaan. Semakin besar biaya penyusutan semakin

kecil masa manfaat aktiva dan semakin kecil laba

yang diperoleh, namun dengan adanya reparasi dan

pemeliharaan aktiva tetap dapat menambah masa

manfaat aktiva tetap dan dapat meningkatkan laba

perusahaan.

Untuk reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap

perusahaan mengeluarkan biaya reparasi dan

pemeliharaan yang relatif konstan untuk semua aktiva

tetap secara rutin. Hal itu dilakukan untuk efisiensi

operasi aktiva, apabila terjadi penurunan efisiensi

operasi aktiva dapat menyebabkan menurunnya

konstribusi pendapatan yang akan diterima.

Hasil penilaian laba yang diperoleh PT. Graha Agung

Propertindo dengan menggunakan metode penyusutan

yang berbeda selama tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada tabel 4.46.

Metode garis lurus lebih tinggi 27,07% sebesar Rp

860.382.051 dari metode saldo menurun berganda

pada tahun 2012. Metode garis lurus lebih tinggi

13,13% sebesar Rp 569.304.321 dari metode saldo

menurun berganda pada tahun 2013. Metode garis

lurus lebih tinggi 11,94% sebesar Rp 395.215.445 dari

metode saldo menurun berganda pada tahun 2014.

Metode garis lurus lebih tinggi 23,24% sebesar Rp

738.816.075 dari metode jumlah angka tahun pada

Page 12: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

9

tahun 2012. Metode garis lurus lebih tinggi 14,23%

sebesar Rp 617.250.099 dari metode jumlah angka

tahun pada tahun 2013. Metode garis lurus lebih tinggi

14,97% sebesar Rp 495.684.123 dari metode jumlah

angka tahun pada tahun 2014.

Rata-rata laba pada tahun 2012-2014 metode garis

lurus lebih tinggi 17,38% sebesar Rp 608.300.606 dari

metode saldo menurun berganda dan dengan kenaikan

sebesar Rp 17,48% sebesar Rp 617.250.099 dari

metode jumlah angka tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan metode penyusutan

aktiva tetap yang efektif adalah metode garis lurus

karena selama 3 periode jumlah biaya penyusutan

lebih kecil dari penggunaan metode saldo menurun

berganda dan metode jumlah angka tahun. Untuk

masa manfaat aktiva juga bertambah karena adanya

reparasi dan pemeliharaan secara rutin. Biaya yang

dikeluarkan juga efisien karena relatif konstan tiap

bulannya. Biaya penyusutan menggunakan metode

garis lurus selama tahun 2012-2014 sebesar Rp

1.290.573.075, mengalami kenaikan bila

menggunakan metode saldo menurun berganda

sebesar Rp 1.824.901.817, dan mengalami kanaikan

kembali jika menggunakan metode jumlah angka

tahun sebesar Rp 1.851.750.297. Semakin besar biaya

penyusutan semakin kecil laba yang diperoleh dan

sebaliknya semakin kecil biaya penyusutan maka

semakin besar laba yang diperoleh. Dengan demikian

penggunaan metode penyusutan sangat berpengaruh

terhadap peningkatan laba perusahaan. Laba paling

besar yang diperoleh dengan menggunakan metode

penyusutan garis lurus karena biaya yang dikeluarkan

relatif konstan.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh

dengan menggunakan metode penyusutan aktiva tetap

yang berbeda pada PT. Graha Agung Propertindo

Gresik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti pada PT. Graha Agung Propertindo

Gresik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Akuntansi perusahaan mengenai aktiva tetap

tidak menyimpang dari Standart Akuntansi Keuangan.

Untuk perusahaan yang bergerak dibidang Real Estate

and Property sesuai dengan UU No 10/1994 serta

KMK No 82/1995 dapat menggunakan metode

penyusutan berdasarkan waktu antara lain metode

penyusutan garis lurus, metode penyusutan saldo

menurun berganda dan metode penyusutan jumlah

angka tahun.

2. Metode penyusutan garis lurus yang

diterapkan perusahaan pada aktiva tetap yang dimiliki

sangat efektif. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan

menggunakan metode ini lebih cepat dan mudah

karena cara perhitungan lebih sederhana dan beban

penyusutan yang dihasilkan relatif konstan.

3. Tingkat efektivitas metode penyusutan aktiva

berdasarkan faktor waktu yaitu metode penyusutan

garis lurus, saldo menurun berganda, jumlah angka

tahun dilihat dari masa manfaat aktiva tetap. Masa

manfaat dari penggunaan metode tersebut efektif

semua namun ada salah satu metode penyusutan yang

lebih efektif yaitu metode saldo menurun berganda.

4. Tingkat efisiensi metode penyusutan aktiva

berdasarkan faktor waktu dilihat dari biaya

penyusutan tiap penggunaan metode penyusutan.

Biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan

garis lurus lebih kecil dari penggunaan metode

penyusutan saldo menurun berganda dan jumlah

angka tahun.

5. Analisis data menunjukkan besarnya biaya

penyusutan menggunakan metode garis lurus pada

tahun 2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013

sebesar Rp 430.191.025 dan tahun 2014 sebesar Rp

430.191.025. Biaya penyusutan menggunakan metode

saldo menurun berganda pada tahun 2012 sebesar RP

860.382.051, tahun 2013 sebesar Rp 569.304.321, dan

tahun 2014 Rp 395.215.445. Sedangkan menggunakan

metode jumlah angka tahun biaya penyusutan tahun

2012 sebesar Rp 738.816.075, tahun 2013 sebesar Rp

617.250.099 dan tahun 2014 sebesar Rp 495.684.123.

6. Beban penyusutan tahun 2012 metode garis

lurus lebih kecil 99,9 % dari metode saldo menurun

berganda dan lebih kecil 72 % dari metode jumlah

angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda

lebih besar 14% dari metode jumlah angka tahun.

7. Beban penyusutan tahun 2013 metode garis

lurus lebih kecil 32 % dari metode saldo menurun

berganda dan lebih kecil 42 % dari metode jumlah

angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda

lebih kecil 8% dari metode jumlah angka tahun.

8. Beban penyusutan tahun 2014 metode garis

lurus lebih besar 8 % dari metode saldo menurun

berganda dan lebih kecil 15 % dari metode jumlah

angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda

lebih kecil 25% dari metode jumlah angka tahun.

9. Analisis data menunjukkan besarnya laba

pada dengan menggunakan metode penyusutan garis

lurus tahun 2012 sebesar Rp 3.178.800.000, tahun

2013 Rp 4.337.359.478, dan tahun 2014 sebesar Rp

3.311.359.102. Laba dengan menggunakan metode

penyusutan saldo menurun berganda tahun 2012

sebesar Rp 2.318.417.949, tahun 2013 Rp

3.768.055.157, dan tahun 2014 Rp 2.916.143.657.

Sedangkan menggunakan metode penyusuatan jumlah

angka tahun, laba tahun 2012 sebesar Rp

Page 13: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

10

2.439.983.925, tahun 2013 sebesar Rp 3.720.109.379

dan tahun 2014 Rp 2.815.674.979.

10. Penggunaan metode penyusutan aktiva tetap

pada perusahaan berdampak terhadap besarnya laba

bersih perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa

penggunaan metode penyusutan garis lurus lebih

tinggi sebesar 17,38% dibandingkan dengan metode

saldo menurun berganda dan dengan kenaikan sebesar

17,48% dibandingkan dengan metode jumlah angka

tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa laba yang

dilaporkan oleh PT. Graha Agung Propertindo Gresik

dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus

dibandingkan dengan metode saldo menurun

berganda yang seharusnya diterapkan adalah lebih

tinggi.

SARAN

Saran yang bisa disampaikan dari hasil

penelitian yang didapat sebagai berikut:

1. Metode penyusutan garis lurus yang

diterapkan pada PT. Graha Agung Propertindo Gresik

untuk jenis aktiva bangunan, mesin, inventaris kantor,

dan inventaris proyek sudah tepat. Sehingga

perusahaan dapat terus menggunakan metode

penyusutan garis lurus atas jenis aktiva tersebut untuk

secara berkelanjutan, selama tidak terdapat perubahan

tingkat efisiensi operasi dan pemeliharaan yang relatif

konstan. Tetapi pada penyusutan jenis aktiva alat

berat, kendaraan proyek dan kendaraan kantor PT.

Graha Agung Propertindo Gresik sebaiknya mengubah

metode penyusutannya menjadi metode penyusutan

saldo menurun berganda agar sesuai penerapannya

dengan PSAK.

2. Sebaiknya PT. Graha Agung Propertindo

lebih memperhatikan penerapan atas metode

penyusutan aktiva tetap, karena penerapan

penyusutan aktiva tetap berdampak terhadap laba

bersih perusahaan dan harus diterapkan sesuai PSAK

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, H.R. 2010. Pembangunan Kota Optimum,

Efisien dan Mandiri. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan

Publik. Pembaruan. Yogyakarta

Agus, Maulana. 1997. Komunikasi Antar Manusia.

Professional Book. Jakarta.

Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Edisi

Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi

Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi, dialih bahasakan oleh

Martawa Dkk. 2001. Teori Akuntansi.

Buku Dua. Salemba Empat. Jakarta.

Cholid, Narbuko, Achmadi, Abu. 2010. Metode

Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Balai Pustaka. Jakarta.

Dunia, A. Firdaus. 2010. Pengantar Akuntansi. Edisi

Kedua. FEUI. Yogyakarta.

Gani, Kartiah. 2012. Analisis Efisiensi Pelayanan

Terhadap Kepuasan Mahasiswa Para

Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas

Hasanuddin.

Gie, The Liang. 2002. Analisis Administrasi Dan

Manajemen. Gramedia. Jakarta.

Handayaningrat, S. 2002. Pengantar Suatu Ilmu

Administrasi Dan Manajemen. Gunung

Agung. Jakarta.

Harbani, Pasolong. 2007. Teori Adminitrasi Publik.

Alfabeta. Bandung.

Hendriksen, Eldon. S, dialih bahasakan oleh Nugroho

W. 1991. Teori Akuntansi. Edisi

Keempat. Jilid Dua. Erlangga. Jakarta.

Hery, Widyawati, Lekok. 2011. Akuntansi Keuangan

Menengah 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Horngren, Ct, dkk. 1997. Akuntansi di Indonesia.

Edisi 3. Penerbit Salemba Empat.

Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi

Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Kusnadi, 2000. Akuntansi Keuangan Menengah.

Universitas Brawijaya. Malang.

Machfoeds, Mas’ud. 1990. Akuntansi Manajemen.

Buku Satu. Edisi Keempat. BPFE.

Yogyakarta.

Martani, Lubis. 1987. Teori Organisasi. Ghalia

Indonesia. Bandung.

Martoyo, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Marzuki. 2003. Statistik Terapan Untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta.

Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pertokoan (PNPM-MP). (Studi Kasus

Pada Kecamatan Bunyu Kabupaten

Bulungan Tahun 2010). Governance and

publick policy.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Salemba Empat.

Jakarta.

Nugroho, Harom, Andy. 2006. Analisis Penerapan

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan

Pengaruhnya Terhadap Laba

Perusahaan.Universitas Widyatama.

Page 14: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

11

P, Tika. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan

Kinerja Perusahaan. Bumi Aksara.

Jakarta.

Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Erlangga.

Jakarta.

Rukman, Mullins. 2006. Efektivitas Kerja Karyawan.

Budi Mulia. Bandung.

Rusdi, Akbar. 2004. Akuntansi Pengantar. UPP

STIM YKPN. Yogyakarta.

Robbins, Stephen P, Jusuf, Udaya. 1994. Teori

Organisasi, Stuktur, desain dan Aplikasi.

Edisi 3. Arcan. Jakarta.

Saifuddin, Azwar. 2009. Metode Penelitian. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Siagian, Sondang P. 2001. Efektivitas Kinerja Yang

baik Bagi Perusahaan Sinar Offset.

Bandung.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis

Pengambilan Kuputusan. Jilid 1.

Salemba Empat. Jakarta

Steers, M. Richard. 2005. Efektivitas Organisasi

Perusahaan. Erlangga. Jakarta.

Subramanyam, KR. john, J. Wild. 2003. Analisis

Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh.

Salemba Empat. Jakarta.

Sugiri, Slamet. 2009. Pengantar Akuntansi. Edisi

Revisi. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta.

Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan

Keenam. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif dan RND. CV. Alfabeta.

Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif.

Kuantitatif. dan R&D. Cetakan

Ketigabelas. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2001. Prosedur Suatu Penelitian

Pendekatan Praktik. Edisi Revisi

Kelima. Penerbit renika Cipta. Jakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Buku Pelengkap Metode

Peniliti Akuntansi. Penerbit BPFE.

Yogyakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Suatu

Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Supriyono, R.A. 1997. Akuntansi Manajemen I

(Konsep Dasar Akuntansi Manajemen

dan Proses Perencanaan). Edisi

Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Susanto, Bambang. 1995. Manajemen Akuntansi.

Penerbit PT. Sansu Moto. Jakarta.

Sutrisno, Edy. 2007. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Kencana. Jakarta

Sutrisno, Hadi. 2004. Analisis Regresi. Andi Offset.

Yogyakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

S.R, Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar.

Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta.

S.R, Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar

Buku 2. Edisi Kelima. Salemba Empat.

Jakarta.

Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur

Kerja. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik.

Grasindo. Jakarta.

Warren, Reeve, Fess. 2005. Pengantar

Akuntansi. Edisi Keduapuluhsatu. Salemba Empat.

Jakarta.

Page 15: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

12

ANALISIS PELAYANAN PEGAWAI DAN KUALITAS HASIL PERCETAKAN

TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PERCETAKAN KURNIA

MULTIMEDIA CELLULER TUNJUNGMEKAR – KALITENGAH – LAMONGAN

ANNITA MAHMUDAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pelayanan pegawai dan kualitas hasil

percetakan terhadap kepuasan pelanggan. Tingkat kualitas pelayanan dan kualitas hasil

percetakan dijadikan latar belakang masalah dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan metode kuesioner dengan

jumlah sampel 50 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling

dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji

validitas dan reliabilitas, analisis regresi linier berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan

uji F, serta analisis koefisien determinasi (R2).

Dimana variabel Kepuasan Pelanggan (Y), variabel Pelayanan (X1) dan variabel

kualitas hasil cetak (X2). Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa kedua

variabel independen yang diteliti terbukti secara signifikan berpengaruh secara parsial

terhadap variabel dependen Kepuasan Pengguna. Kemudian melalui uji F dapat diketahui

bahwa kedua variabel independen yang diteliti secara simultan berpengaruh terhadap variabel

dependen Kepuasan Pengguna.

Kata kunci : Pelayanan, kualitas hasil cetak, dan Kepuasan Pengguna.

PENDAHULUAN

Pembangunan usaha di jaman

modern ini yang di tandai dengan

kemajuaan ilmu pengetahuan dan

teknologi mengakibatkan keinginan dan

kebutuhan manusia mengalami perubahan.

Setiap orang bebas memilih yang mereka

inginkan guna memenuhi keinginan dan

kebutuhanya. Masalahnya sekarang adalah

tergantung bagaimana kemampuan

produsen dalam memasarkan produk agar

dapat meraih konsumen sebanyak-

banyaknya.

Kondisi persaingan antara

perusahaan saat ini semakin kompetitif,

mengharuskan setiap pengusaha mengkaji

ulang strategi yang digunakan agar tidak

kehilangan pelanggan dan demi mencapai

daya saing yang berkelanjutan. Kepuasan

pelanggan yaitu respon atau tanggapan

yang diberikan para konsumen setelah

terpenuhi kebutuhan mereka akan sebuah

produk ataupun jasa, sehingga para

konsumen memperoleh rasa nyaman dan

senang karena harapannya terpenuhi.

Selain itu kepuasan pelanggan juga sering

dijadikan salah satu tujuan utama dari

strategi pemasaran bisnis, baik bisnis yang

dijalankan memproduksi barang maupun

jasa.

Untuk mencapai keberasilan strategi

pemasaran suatu usaha dapat dicapai jika

kepuasan pelangan telah terpenuhi. Namun

untuk memperoleh kepuasan pelanggan

tidak begitu mudah, karena tiap pelanggan

memiliki tingkat kepuasan yang berbeda

walaupun membutuhkan produk yang

sama. Proses pemenuhan kepuasan

pelanggan tidak hanya membutuhkan

produk atau jasa yang berkualitas saja,

namun juga membutuhkan adanya sistem

pelayanan yang mendukung. Sehingga

para pelanggan akan merasa senang dan

Page 16: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

13

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Q1 15 25 6 4 0 201 30,00 50,00 12,00 8,00 0,00 100,00

Q2 12 22 11 5 0 191 24,00 44,00 22,00 10,00 0,00 100,00

Q3 16 30 3 1 0 211 32,00 60,00 6,00 2,00 0,00 100,00

Q4 15 11 19 5 0 186 30,00 22,00 38,00 10,00 0,00 100,00

789 100,00

total

TOTAL TOTAL

SKORNO TOTAL

PERSENTASE (%)

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Q1 9 28 7 6 0 190 18,00 56,00 14,00 12,00 0,00 100,00

Q2 16 15 18 1 0 196 32,00 30,00 36,00 2,00 0,00 100,00

Q3 9 27 8 3 3 186 18,00 54,00 16,00 6,00 6,00 100,00

Q4 12 26 9 3 0 197 24,00 52,00 18,00 6,00 0,00 100,00

769 100,00

total

TOTAL TOTAL

SKORNO TOTAL

PERSENTASE (%)

puas atas pelayanan yang diberikan, karena

terpenuhi kebutuhan atau jasa dan

pelayanan yang memuaskan.

Usaha dalam memasarkan hasil

produksi tak bisa lepas dari kualitas

pelayanan yang diberikan kepada

konsumen. Persoalan kualitas dalam dunia

bisnis kini sudah menjadi suatu keharusan

bagi perusahaan agar tetap bertahan dalam

berbisnis. Apabila dulu kualitas masih

menjadi senjata agar perusahaan

perusahaan memenangkan persaingan,

namun kini hampir semua perusahaan

dapat memberikan kualitas yang sama,

tentu saja persoalan kualitas bukan

menjadi salah satu senjata andalan

bersaing. Karena demi mendapat

pelanggan perusahaan harus memberkan

servis lebih agar kepuasan pelanggan dapat

terpenuhi dan perusahaan bisa tetap

bertahan dan bersaing.

Percetakan Kurnia Multimedia

Celluler dipilih sebagai obyek penelitian

ini, dikarenakan lebih banyak dikunjungi

oleh pelanggannya dari pada percetakan di

sekitarnya. Karena pelayanan dan hasil

percetakan cukup memuaskan padahal

ditinjau dari segi persaingan sebenarnya

sudah banyak percetakan yang sebelumnya

sudah bermunculan. Awal mula berdirinya

hinga saat ini Percetakan Kurnia

Multimedia menampakkan perkembangan

begitu pesat dengan terbukti banyaknya

konsumen yang datang.

METODE PENLITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah pendekatan kuantitatif atau

kualitatif research yaitu jenis penelitian

yang berusaha menentukan teori, yaitu

teori subtantif atau formal, yang semuanya

jelas berasal dari data (Sadjana, 1996:160).

Data penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode

statistik deskriptif ialah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2008:147).

Penelitian deskriptif disini menggunakan

metode survei yaitu penyelidikan yang

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta

dari gejala-gejala yang ada dan mencari

ketrangan-keterangan secara faktual, baik

tentang institusi sosial, ekonomi atau

politik dari suatu kelompok ataupun suatu

daerah (Nazir, 1988:65).

Populasi dalam penelitian ini adalah

pelanggan peretakan sebayak 50 orang.

Tehnik penganbilan sampel menggunakan

aksidental sampling.

HASIL PENELITIAN

DISKRIPSI VARIABEL PENELITIAN

1. Tanggapan Responden terhadap

Variabel Pelayanan (X1)

Tabel Tanggapan Responden terhadap

Variabel Pelayanan (X1

Berdasarkan tabel di atas

memperlihatkan bahwa yang memilih

jawaban baik sebanyak 25 orang atau

50,00%, kemudian pada tingkat

kesopanan pegawai dinilai baik

sebanyak 22 orang atau 44%. Pada

tingkat keramahan pegawai dinilai

baik dengan jumlah 30 orang atau

60%. Kemudian pada tingkat

keseriussan pegawai dalam menangani

keluhan pelanggan dinilai cukup baik

dengan jumlah 19 orang atau 38%.

2. Tanggapan responden terhadap

variabel kualitas x2

Page 17: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

14

Berdasarkan tabel di atas

menunjukkan hasil bahwa

pengetahuan dan kemampuan

karyawan dalam menjelaskan jasa

yang ditawarkan responden menilai

baim dengan jumlah 28 orang atau

56%. Kemudian dalam menyampaikan

kualitas jasa responden menilai cukup

baik dengan jumlah 36% atau 18

orang. Pada kualitas hsil jasa

percetakan responden menilai baik

dengan jumlah 54% atau 27 orang.

Dan pada tanggapan responden

terhadap jasa yang sudah dilakukan

responden menilai baik dengan jumlah

26 orang atau 52%. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor kualitas

hasil percetakan mempengaruhi

kepuasan pelanggan.

3. Tanggapan Responden terhadap

Variabel Kepuasan (Y)

Tabel tanggapan responden terhadap

variabel kepuasan Y

Berdasarkan tabel di atas

menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan percetakan dinilai baik

dengan jumlah 19 orang atau 38%.

Tanggapan pegawai terhadap keluhan

pelanggan dinilai cukup baik dengan

jumlah 20 orang atau 40%. Responden

menilai kebersihan dan kenyamanan

pada percetakan cukup baik dengan

jumlah 17 orang atau 34%. Kemudian

suasana kerja pada percetakan dinilai

baik dengan jumlah 19 orang atau

38%.

HIPOTESIS

UJI HIPOTESIS I

Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan

dan fasilitas kualitas hasil cetak pada

percetakan kurnia multi media. Dengan

menggunakan uji t atau parsial. Apabila

nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel

maka Ho diterima Ha ditolak maka

pengujian hiposesis secara parsial dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

VARIABEL t

hitung t tabel KETERANGAN

X1

Pelayanan 0.583

2.011 Tidak Signifikan

X2 Kualitas

Hasil 2.924

2.011 Signifikan

Adapun langkah – langkah dalam uji t

adalah :

a) Pengaruh Pelayanan (X1)

terhadap Kepuasan (Y) 1. Nilai thitung = 0.583

Tingkat signifikan = 5%

dengan derajat bebas (degree of

freedom/df) = (n-2) = 50-2 = 48

ttabel = 2/ = (0,025 : 48) ≈ 2.011

2. Kesimpulan :

Karena thitung lebih kecil dari

ttabel pada tingkat = 5%

maka H0 diterima dan H1

ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel Pelayanan

(X1) secara parsial tidak

berpengaruh signifikan

terhadap Kepuasan (Y).

2. Pengaruh kualitas hasil (X2)

terhadap kepuasan (Y) 1. Nilai thitung = 2.924

Tingkat signifikan = 5%

dengan derajat bebas (degree

of freedom/df) = (n-2) = 50-2

= 48

ttabel = 2/ = (0,025 : 48)

≈ 2.011

2. Kesimpulan :

Karena thitung lebih besar dari

ttabel pada tingkat = 5%

maka H0 ditolak dan H1

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Q1 8 19 18 4 1 179 16,00 38,00 36,00 8,00 2,00 100,00

Q2 12 14 20 3 1 183 24,00 28,00 40,00 6,00 2,00 100,00

Q3 11 16 17 4 2 180 22,00 32,00 34,00 8,00 4,00 100,00

Q4 14 19 9 6 2 187 28,00 38,00 18,00 12,00 4,00 100,00

729 100,00

total

TOTAL TOTAL

SKORNO TOTAL

PERSENTASE (%)

Page 18: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

15

diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel

Kualitas Hasil Percetakan

(X2) secara parsial

berpengaruh signifikan

terhadap Kepuasan (Y).

UJI HIPOTESIS II

Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan

dan kualitas hasil terhadap kepuasan pada

percetakan kurnia multi media . Dengan

menggunakan uji F Atau simultan. Apabila

nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel

maka Ho diterima Ha ditolak maka

pengujian hiposesis secara simultan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

dapat diperoleh gambaran bahwa

nilai F hitung sebesar 5.835 sedangkan

nilai F tabel sebesar 3.195, angka ini

didapat dari tabel F dengan nilai v1

sebesar 2 sebagai residual dan v2

sebesar 47 sebagai df (derajat

kebebasan) dengan taraf kesalahan 0,05

(5%),

Adapun langkah-langkah dalam uji F

adalah :

1. Nilai Fhitung = 5.835

` Ftabel (df pembilang/k ; df penyebut/

n-(k+1)

Ftabel (2 ; 47; 0.05) = 3.195

2. Kesimpulan :

Karena Fhitung lebih besar dari

Ftabel pada tingkat = 5% (5.835

> 3.195) maka H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel X1 Pelayanan, X2

Kualitas, secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap

Kepuasan (Y), sehingga hipotesis

pertama teruji kebenarannya.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Perilaku Konsumen pada

pembelian barang di percetakan

Kurnia Multimedia Celluler.

Dari hasil penelitian yang peneliti

lakukan, menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji t

(parsial) yaitu 0,000 > 0,05, maka

maka H0 ada pada daerah

penerimaan yang berarti Ha

diterima atau Kualitas Pelayanan

berpengaruh terhadap Perilaku

konsumen pada pembelian barang

di percetakan Kurnia Multimedia

Celluler

Menurut hipotesis berdasarkan

daerah penerimaan dan daerah

penolakan yaitu thitung (0.583) > ttabel

(2,011), maka H0 diterima dan H1

ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil Kualitas pelayanan

berpenaruh signifikan terhadap

Kepuasan konsumn pada

percetakan Kurnia Multimedia

Cellulrer.

Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan teori bahwa hubungan

Kualitas Pelayanan Terhadap

Perilaku Konsumen, dapat dilihat

dari salah satu faktor yang

mempengaruhi Perilaku Konsumen

yaitu sikap cepat dan ramah dalam

melayani konsumen.

Kualitas pelayanan tidak

berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan konsumen.

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regress

ion 58.974 2 29.487 5.835 .005a

Residua

l 237.526 47 5.054

Total 296.500 49

a. Predictors: (Constant), Kualitas (X2),

Pelayanan (X1)

b. Dependent Variable:

Kepuasan (Y)

Page 19: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

16

2. Pengaruh kepuasan dan kuwalitas

hasil percetakan terhadap Perilaku

konsumen pada pembelian barang

di Kurnia Multimedia Celluler Dari

hasil penelitian yang peneliti

lakukan, menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji t

(parsial) yaitu 0,03 > 0,05, maka H0

ada pada daerah penolakan yang

berarti Ha ditolak atau kuwalitas

hasil percetakan tidak berpengaruh

terhadap Perilaku konsumen pada

pembelian barang di percetakan

Kurnia Multimedia Celluler

Menurut hipotesis

berdasarkan daerah penerimaan

dan daerah penolakan yaitu thitung

(2,924) < ttabel (2,011), maka H0 ada

pada daerah penolakan yang berarti

Ha ditolak atau kualitas pelayanan

tidak berpengaruh terhadap

Perilaku konsumen pada pembelian

barang di Kurnia Multimedia

Celluler.

3. Pengaruh Kualitas kepuasan dan

kuwalitas hasil percetakan terhadap

Perilaku konsumen pada

pembeliaan barang di percetakan

Kurnia Multimedia Celluler.

Dari hasil penelitian yang

peneliti lakukan, menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji f

(simultan) yaitu 0,000 < 0,05,

maka H0 ada pada daerah

penolakan yang berarti Ha diterima

atau Kualitas pelayanan dan

kuwalitas hasil percetakan

berpengaruh terhadap Perilaku

konsumen pada pembelian barang

di percetakan Kurnia Multimedia

Celluler Menurut hipotesis

berdasarkan daerah penerimaan

dan daerah penolakan yaitu fhitung

(67,524) > ftabel (2,87), maka H0 ada

pada daerah penolakan yang berarti

Ha diterima atau Perputaran

Kualitas kepuasan dan kuwalitas

hasil percetakan berpengaruh

terhadap Perilaku konsumen pada

pembelian barang di percetakan

Kurnia Multimedia Celluler.

Kualitas kepuasan dan

kuwalitas hasil percetakan secara

simultan berpengaruh terhadap

Perilaku konsumen pada

pembelian barang di percetakan

Kurnia Multimedia Celluler.

KESIMPULAN DAN ASARAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat di

ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel

pelayanan tidak berpenaruh

signifikan terhadap kepuasan

konsumen.

2. Kualitas hasil percetakan

mempengaruhi perilaku

konsumen pada pembelian

barang di percetakan Kurnia

Multimedia Celluler , Semakin

baik kualitas pelayanan yang

diberikan maka semakin

banyak konsumen yang

membeli barang.

3. Kualitas kepuasan dan

kuwalitas hasil percetakan

secara simultan berpengaruh

terhadap Perilaku konsumen

pada pembelian barang di

percetakan Kurnia Multimedia

Celluler. Maka daerah

penerimaan dan daerah

penolakan yaitu fhitung (5.835 >

ftabel 3.195), maka H0 ada pada

daerah penolakan yang berarti

Ha diterima atau Perputaran

Kualitas kepuasan dan

kuwalitas hasil percetakan

berpengaruh terhadap Perilaku

konsumen pada pembelian

Page 20: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

17

barang di Kurnia Multimedia

Celluler.

SARAN

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan

maka dapat diambil saran sebagai berikut:

1. Dari kesimpulan yang didapat

penelitian ini, yakni

meningkaktkan kepuasan terhadap

pelanggan dapat dilakukan dengan,

dengan pelayanan yang ramah dan

selalu siap menolong yang dapat

memenuhi kebutuhan dan produk

ataupun jasa yang diberikan oleh

percetakan Kurnia Multimedia

Celluler sehinnga akan menjadi

pelanggan tetap dengan hasil yang

memuaskan.

2. Dalam penelitian ini terdapat

kendala yang menjadikan

penelitian ini sedikit terhambat

dalam pengisian angket, untuk

penelitian mendatang diharapkan

lebih teliti lagi, dan dalam

mengembangkan pembahasan,

tidak hanya pada sistim pelayanan

dan kepuasan saja, yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan

tetapi fakto-faktor lain yang dapat

mempengaruhi loyalitas pelanggan,

misalnya; dari faktor percetakan

Kurnia Multimedia Celuller

ataupun profitabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller.

2007. Manajemen Pemasaran.

Edisi Kedua Belas. Indeks :

Jakarta

Umar, Husein. 1997. Study Kelayakan

Bisnis. Edisi Ketiga. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.

2003. Total Quality Manajemen.

Edisi Revisi. Andy: Yogyakarta

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.

2003. Total Quality Manajemen.

Edisi Revisi. Andy: Yogyakarta

Tjiptono, Fandy. (2008), “Strategi

Pemasaran Edisi : 3”, Yogyakarta,

ANDI.

Suharsaputra, Uhar., (2012), “Metode

Penelitian”, Bandung, Refika

Aditama.

Soewadji, Jusuf., (2012), “Pengantar

Metodologi Penelitian”, Jakarta,

Mitra Wacana Media.

Masyhuri dan M. Zainudin, (2011), “

Metodologi Penelitian Pendekatan

Praktis dan Aplikatif”, Bandung,

Refika Aditama.

Sunyoto, Danang., (2013), “Metodologi

Penelitian Akuntansi”, Bandung,

Refika Aditama.

https://sites.google.com/site/kelolakualitas/

model-kualitas-jasa/diambil-pada-

tanggal17/2/2015

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11

/13/pengertian-populasi-dan-

sampel-dalam-penelitian/diambil

pada tanggal 09/03/2015

http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/

pengertian-dan-definisi-

kepuasan_8.html/diambil pada

tanggal 20/2/2015

Page 21: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

18

THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TO PATIENT’S PERCEIVED VALUE IN PRIVATE HOSPITAL SURABAYA

MU’AH [email protected]

STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan

ABSTRACT

One of service quality assessment is patient satisfaction. Perceived value will affect patient

satisfaction (customer satisfaction). This research aimed to examine and analyze the effect of

service quality to perceived value of impatiens at private hospitals in Surabaya. It was

explanatory research. The population was 162 patients with 140 samples at 4 private

hospitals type B in Surabaya taken using proportional random sampling in each hospital.

The data was analysed using analysis techniques of regression weight, standardized

regression weight, and Confirmatory Factor Analysis (CFA) through multi-group or multi-

sample analysis approach to test the effect of exogenous and endogenous. Results of the

variable parameter estimation Service Quality to the perceived value based on the indicators

showed significant results in value CR 2.264. This value is greater than 1.96. Besides, it was

acquired a significance level 0.024 (P <0.05). So it was substantiated that the hypothetical of

service quality had significant effect to the perceived value. The perceived value was the

patient's perception to the value of quality offered being higher than competitors will affect

the levels of consumer loyalty. The higher the value perceived, the higher the relation

happened in the hospital (transaction).

Keywords: Service, Quality, Perceived Value, Hospital, Private

ABSTRAK

Salah satu penilaian kualitas suatu pelayanan yakni kepuasan pasien. Nilai yang dirasakan (perceived value) mempengaruhi kepuasan pasien (customer satisfaction). Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap perceived value pasien rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory. Populasi penelitian sejumlah 162 pasien dengan sampel 140 pasien di 4 Rumah Sakit swasta tipe B di Surabaya. Teknik pengambilan sampel dengan cara proposional random sampling setiap rumah sakit. Dengan menggunakan teknik analisis data regression weight, standardized regression weight, dan Confirmatory Factor Analisis (CFA) melalui pendekatan multigroup atau multisample analysis untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel eksogen dan endogen. Hasil estimasi parameter variabel Service Quality terhadap perceived value

berdasarkan indikator – indikatornya menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR 2,264. Nilai ini lebih besar dari 1,96. Disamping itu diperoleh taraf signifikansi 0,024 (P < 0,05). Sehingga hipotesis service quality berpengaruh signfikan terhadap perceived value terbukti kebenarannya. Nilai yang dirasakan adalah persepsi pasien terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi).

Kata Kunci : Layanan , Kualitas, Perceived Value, Rumah Sakit, Swasta

Page 22: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

19

PENDAHULUAN

Kualitas merupakan inti kelangsungan

hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi

mutu melalui pendekatan manajemen mutu

terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh

diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup

dan berkembang. Persaingan yang semakin

ketat akhir-akhir ini menuntut lembaga

penyedia jasa layanan untuk pasien dengan

memberikan pelayanan yang terbaik

kepadanya (Assauri, 2003).

Untuk mempertahankan pasien pihak

rumah sakit dituntut selalu menjaga

kepercayaan pasien dengan memperhatikan

secara cermat kebutuhan pasien sebagai

upaya untuk memenuhi keinginan dan

harapan atas pelayanan yang diberikan.

Pasien rumah sakit dalam hal ini pasien yang

mengharapkan pelayanan di rumah sakit,

bukan saja mengharapkan pelayanan medik

tetapi juga mengharapkan kenyamanan,

akomodasi yang baik, dan hubungan yang

harmonis antara staf rumah sakit dengan

pasien. Dengan demikian perlu adanya

peningkatan kualitas layanan kesehatan di

rumah sakit.

Menurut Data Rumah Sakit swasta di

Surabaya keluhan para pasien dari tahun ke

tahun ada peningkatan dan keluhan yang di

sampaikan itu bermacam-macam dari mulai

masuk tempat parkir sampai pada pelayanan

yang lain yang langsung digunakan pasien

atau yang di sebut dengan pelayanan inti dan

pelayanan penunjang semua ada komplain

sampai pasien keluar. Sebagian besar

keluhan terkait kualitas layanan.

Perusahaan perlu untuk mengelola

emosi pasien agar dapat menciptakan emosi

yang positif dan mengurangi emosi negatif.

Penilaian emosi pasien ini dapat meliputi

perasaan marah, senang, takut, cemas,

bahagia, puas atau bosan. pasien yang

memiliki emosi positif cenderung akan

memberikan evaluasi yang baik sementara

pasien yang tidak puas cenderung akan

memberikan evaluasi yang jelek.

Nilai yang dirasakan merupakan

bentuk evaluasi pasien. Nilai yang di rasakan

pasien adalah penilaian keseluruhan dari

kegunaan (utility) dari produk yang

didasarkan pada persepsi dari apa yang

diterima dan apa yang diberikan (Sawyer

dan Dickson`s.,1984) Nilai yang Dirasakan

(perceived value) mempengaruhi kepuasan

pasien (customer satisfaction). Kotler (Tjiptono,

2002) menandaskan bahwa kepuasan

pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja atau hasil

yang ia rasakan dibandingkan dengan

harapannya. Apabila biaya yang dikeluarkan

oleh pasien sesuai dengan harapan atau

melebihi harapan maka pasien merasa puas

dan demikian pula sebaliknya.

Menurut Parasuraman et al. (1998)

kualitas jasa dibangun atas adanya

perbandingan dua faktor utama yaitu

persepsi pelanggan atas jasa yang secara

nyata mereka terima (perceived service)

dengan jasa yang sesungguhnya diharapkan

atau diinginkan (expected service), apabila jasa

yang diterima atau dirasakan sesuai dengan

yang diharapkan, maka kualitas jasa yang

dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa

yang diterima melampaui harapan pasien,

maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai

kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika jasa

yang diterima lebih rendah dari yang

diharapkan, maka kualitas jasa yang

dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik

tidaknya kualitas jasa tergantung pada

kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi

harapan pasiennya dengan konsisten.

Semakin tinggi persepsi pasien atas layanan

yang di terima dari Rumah Sakit, maka

semakin tinggi penilaian emosi positif.

Dengan demikian, pasien yang memiliki

Page 23: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

20

emosi positif cenderung memberikan

evaluasi yang baik terhadap rumah sakit.

Berdasarkan pada latar belakang di

atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah apakah service quality berpengaruh

signifikan terhadap perceived value pasien

rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya ?

Tujuan penelitian ini untuk menguji

dan menganalisis pengaruh service quality

terhadap perceived value pasien rawat inap

rumah sakit swasta di Surabaya.

RUMAH SAKIT

Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit juga merupakan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu

setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta bertujuan

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu serta

berkesinambungan (Siregar, 2004).

Menurut Undang – Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan

kesehatan paripurna adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

Fungsi rumah sakit mengalami

beberapa perkembangan dimana pada

awalnya rumah sakit hanya berfungsi untuk

menyembuhkan orang sakit, maka pada saat

ini telah berkembang menjadi suatu pusat

kesehatan, pendidikan dan penelitian.

SK Menkes Nomor 436/93

mengemukakan tentang berlakunya Standar

Pelayanan Rumah Sakit dan Standar

Pelayanan Medis. Dalam SK tersebut, pada

awalnya Rumah Sakit dinilai dalam 5 bidang

pelayanan (tingkat dasar), kemudian

berkembang menjadi 12 pelayanan hingga

yang terbaru terdiri atas 16 pelayanan. Lima

jenis pelayanan dasar yang dinilai melalui

system akreditasi tersebut adalah:

1.Administrasi dan Manajemen, 2. Pelayanan

medis, 3. Pelayanan gawat darurat, 4.

Pelayanan keperawatan, 5. Rekam medis.

Pada tahap berikutnya menjadi 12

pelayanan dengan menambahkan 7

pelayanan yaitu: 1. Pelayanan Farmasi, 2.

Keselamatan kerja, Kebakaran Kewaspadaan

Bencana (K3). 3. Pelayanan Radiologi,

4.Pelayanan Laboratorium, 5. Pelayanan

Kamar Operasi, 6.Pengendalian Infeksi, dan 7

Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi.

Terakhir menjadi 16 Pelayanan dengan

4 tambahan pelayanan lagi yaitu 1.

Pelayanan Rehabilitasi medis, 2. Pelayanan

Gizi, 3. Pelayanan Intensif dan yang terakhir

adalah 4. Pelayanan darah.

Sebagaimana ketentuan yang berlaku,

rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan

menjadi beberapa macam. Dilihat dari

kepemilikannya, maka rumah sakit dapat

dibedakan menjadi dua macam yakni rumah

sakit pemerintah dan swasta. Peran

pemerintah dalam hal ini adalah

merumuskan kebijakan pokok bidang

kesehatan yang harus dipakai sebagai

landasan dalam melaksanakan setiap upaya

kesehatan terhadap masyarakat.

Apabila ditinjau dari klasifikasi Rumah

Sakit menurut Undang – Undang No.44

tahun 2009 ayat 2, rumah sakit di Indonesia

dibedakan atas 4 (empat) macam yakni :

Page 24: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

21

a. Rumah sakit kelas A atau rumah sakit

umum adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 5 (lima) spesialis

penunjang medik, 12 (duabelas) spesialis

lain dan 13 (tigabelas) subspesialis.

b. Rumah sakit kelas B atau rumah sakit

umum adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 4 (empat) spesialis

penunjang medik, 8 (delapan) spesialis

lain, dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c. Rumah sakit kelas C atau rumah sakit

umum adalah rumah sakit yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan

medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, dan 4 (empat) spesialis penunjang

medik.

d. Rumah sakit kelas D atau rumah sakit

umum adalah rumah sakit yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua)

spesialis dasar.

Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan

pelayanan kesehatan secara berjenjang dan

fungsi rujukan, rumah sakit umum di

klasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan rumah sakit :

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah

rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik spesialis dan subspesialis yang

luas. Pemerintah menetapkan bahwa

rumah sakit kelas A sebagai tempat

pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi

(Top Refferal Hospital) atau disebut sebagai

rumah sakit pusat.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah

sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik spesialis

luas dan subspesialis terbatas. Rumah

sakit propinsi menampung rujukan dari

rumah sakit kabupaten.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah

sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik spesialis

dasar dan spesialis penunjang medik.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah

rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik dan spesialis dasar (Depkes RI,

2009 ; Siregar, 2004).

PERILAKU PASIEN DAN PERSEPSI

PELANGGAN

Perilaku konsumen adalah aktivitas

seseorang saat mendapatkan,

mengkonsumsi, dan membuang barang atau

jasa (Engel, Blackwell, & Miniard, 2001).

Sedangkan The American Marketing

Association mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai interaksi dinamis dari

pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan

lingkungan dimana manusia melakukan

pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain

perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan

perasaan yang dialami manusia dan aksi

yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter

& Olson, 2005). Perilaku konsumen

menitikberatkan pada aktivitas yang

berhubungan dengan konsumsi dari

individu. Perilaku konsumen berhubungan

dengan alasan dan tekanan yang

mempengaruhi pemilihan, pembelian,

penggunaan, dan pembuangan barang dan

jasa yang bertujuan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna &

Wozniak, 2001).

Perilaku pasien (Consumer behavior)

merupakan perilaku yang ditampilkan oleh

pasienuntuk mencari, membeli,

menggunakan, mengevaulasi dan

menentukan produk dan jasa yang mereka

Page 25: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

22

harapkan dapat memenuhi kebutuhan

mereka (Schiffman dan Kanuk, 2004). Oleh

karena itu marketer harus lebih focus kepada

cara-cara bagaimana pasienmelakukan

keputusan pembelian dengan menggunakan

yang ada pada mereka (seperti waktu, uang,

dan usaha) untuk mengkonsumsi produk

yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Solomon (2007), menyampaikan

perilaku pasien sebagai suatu pembelajaran

terhadap proses seseorang atau kelompok

memilih, membeli, menggunakan atau

menentukan produk, jasa, ide, atau

pengalaman untuk memenuhi kebutuhan

dan keiginan. Schiffman dan Kanuk (2004),

mengatakan bahwa perilaku pasien terbagi

atas dua tipe konsumsi, yaitu the personal

consumer dan the organizational consumer.

Pasien individu membeli produk dan jasa

untuk keperluan mereka sendiri (sebagai end

users), baik untuk keperluan rumah tangga

ataupun untuk hadiah kepada teman.

Berbeda halnya dengan the organizational

consumer, yaitu produk dan jasa dibeli untuk

menjalankan suatu organisasi, baik itu

organisasi pemerintahan, institusi, organisasi

yang menghasilkan profit ataupun organisasi

yang tidak menghasilkan profit (seperti

lembaga sosial).

Menurut Zithaml dan Bitner (2000)

ada faktor utama yang mempengaruhi

persepsi pelanggan terhadap layanan yang

diterima, yaitu :

a. Service Encounters (moments of truth)

Dari sudut pandang pelanggan, kesan

yang paling penting dari layanan terbentuk

pada saat terjadinya kontak (service encounter

atau moment of truth). Dengan kata lain pada

saat pelanggan berinteraksi dengan

pelayanan perusahaan. Ada 3 jenis kontak

pelayanan, yaitu (1) remote encounters, kontak

yang terjadi tanpa adanya hubungan

langsung dengan manusia, misalnya pada

saat pelanggan suatu rumah sakit tersebut

melalui ATM atau automatic teller machine, (2)

phone encounters, kontak yang terjadi antara

pelanggan dengan perusahaan melalui

telepon, dan (3) face to face encounters, kontak

yang terjadi antara pelanggan dengan

personil perusahaan.

b. The Evidence of Service

Karena layanan jasa bersifat tidak

nyata, maka pelanggan bersifat tidak nyata,

maka pelanggan berusaha untuk mencari

kehadiran layanan dalam setiap interaksi

dengan organisasi. Ada 3 variabel yang

termasuk kategori ini, yaitu : (a) people,

termasuk : kontak personil dari perusahaan

yang bersangkutan, pelanggan itu sendiri,

dan pelayanan lainnya. (b) process, termasuk :

aliran operasi dari kegiatan, langkah dalam

proses layanan, teknologi vs manusia,

fleksibilitas vs standar dan (c) physical

evidence, termasuk : komunikasi nyata,

garansi, teknologi dan peralatan.

c. Image

Yang di maksud image dalam hal ini

adalah persepsi terhadap organisasi yang

direfleksikan dalam asosiasi yang ada dalam

ingatan pelanggan. Citra pelanggan dapat

bersifat sangat nyata, misalnya : jam kerja,

berapa kali rit perjalanan bus per hari, dan

lain-lain. Citra itu dapat juga kurang konkrit

dan bahkan emosional, misalnya :

kepercayaan terhadap perusahaan,

tradisional, keramahan, keandalan, dan

sebagainya. Citra dapat berhubungan dengan

pengalaman seseorang pada waktu

menerima layanan, image terhadap

perusahaan, atau image terhadap pengguna

jasa sendiri. Image di bentuk dalam benak

pasienmelalui komunikasi (iklan, public

relations, citra fisik, word of mouth

communication) yang dikombinasikan dengan

pengalaman sendiri.

Page 26: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

23

d. Price

Harga dari layanan dapat berpengaruh

sangat besar terhadap persepsi pelanggan

terhadap kualitas, kepuasan dan nilai.

Karena jasa bersifat tidak nyata dan kadang –

kadang sangat sulit untuk dinilai sebelum

terjadi transaksi layanan, harga itu kadang-

kadang tergantung dari wakil (surrogate)

indikator yang mempengaruhi persepsi dan

harapan kualitas.

KUALITAS LAYANAN

Kualitas menurut Feigenbaum (dalam

Wiyono, 2004) adalah seluruh gabungan

sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari

pemasaran, engineering, manufaktur, dan

pemeliharaan dimana produk atau jasa

pelayanan dalam penggunaannya akan

bertemu dengan harapan pelanggan.

Parasuraman et, al. (1998) berpendapat

bahwa kualitas pelayanan dapat

didefinisikan sebagai Perbedaan antara

prediksi, atau suatu yang diharapkan,

pelayanan (harapan pelanggan) dan yang

dirasakan oleh penerima pelayanan (persepsi

pelanggan). Harapan adalah keinginan dari

konsumen bahwa mereka merasa penyedia

layanan harus menawarkan. Persepsi

mengacu pada evaluasi konsumen dari

penyedia layanan (Lim dan Tang, 2000).

Perspektif kualitas menurut Gavin

dalam Tjiptono (2004) terbagi dalam lima

pendekatan, yaitu :

1. Transcendental approach, yang berarti dapat

dirasakan atau diketahui, tetapi sulit

didefinisikan atau dioperasionalkan.

2. Product-based approach, atau berarti

karakteristik atau atribut yang dapat

dikuantitatifkan dan dapat diukur.

3. Used based-approach, adalah bergantung

pada cara orang memandang dan bernilai

subyektifitas yang tinggi.

4. Manufacturing-based approach, atau

memperlihatkan kesesuaian atau sama

dengan persyaratan melalui standar-

standar tertentu.

5. Value-based approach, yaitu melihat dari

segi nilai dan harga. Mempertimbangkan

trade off antara kinerja dan harga. Barang

berkualitas belum tentu bernilai, namun

definisi bernilai adalah yang paling tepat

dibeli.

Pelayanan menurut Kotler (2006)

adalah aktifitas atau manfaat yang

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak

lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak menghasilkan kepemilikan apapun.

Produknya mungkin terikat atau tidak terikat

pada produk fisik.

Kualitas pelayanan atau jasa menurut

Gummeson (2006 dalam Ratminto, 2008)

memiliki empat sumber, yaitu :

1. Design quality; atau bergantung waktu

pertama jasa didesain untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan.

2. Production quality; atau bergantung pada

kerjasama antara departemen produksi

dan departemen pemasaran.

3. Delivery quality; atau berkaitan dengan

janji perusahaan kepada pelanggan.

4. Relationship quality; atau hubungan dengan

profesional dan sosial antara perusahaan

dengan stakeholder (pelanggan, pemasok,

agen, pemerintah dan karyawan

perusahaan.

Untuk mengukur kualitas layanan

seperti yang diharapkan oleh pelanggan,

perlu diketahui kriteria (dimensi) yang

dipakai oleh pelanggan dalam menilai

pelayanan tersebut. Parasuraman et al. (1990)

menyimpulkan kelima dimensi kualitas

layanan tersebut adalah : Tangible, Reliable,

Responsiveness, Empathy dan Assurance.

Page 27: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

24

1. Tangibility, yaitu penampilan fisik,

peralatan, personil dan materi

komunikasi.

2. Reliable, yaitu kemampuan untuk

memberikan layanan yang menjajikan

secara akurat, tepat waktu dan dapat

dipercaya.

3. Responsiveness, yaitu kemauan untuk

membantu pelanggan dengan

memberikan layanan yang baik dan cepat.

4. Empathy, yaitu berusaha untuk

mengetahui dan mengerti kebutuhan

pelanggan secara invidual.

5. Assurance, yaitu pengetahuan dan

keramah tamahan personil dan

kemampuan personil untuk dapat di

percaya dan diyakini.

Dalam konteks kualitas pelayanan

rumah sakit, tangibility mengacu pada

lingkungan fisik rumah sakit dan kualitas

diagnostik fungsional dan komunikasi yang

baik. Keandalan menunjukkan kepercayaan

layanan; yaitu menepati janji, simpati,

kepastian dan memelihara catatan yang

akurat. Tanggap rumah sakit didefinisikan

sebagai pemberian layanan yang tepat,

kemauan untuk membantu dan

mengalokasikan waktu secara efisien.

Jaminan pelayanan rumah sakit meliputi

akurasi diagnostik, kesopanan staf dan

pengetahuan khusus mereka Polsa, et. al.

(2013).

Kualitas layanan dikatakan baik

apabila dapat memenuhi atau melampaui

apa yang diharapakan pelanggan dari

layanan tersebut. Oleh karena itu, kualitas

layanan dapat didefinisikan seberapa jauh

perbedaan (selisih) antara harapan dan

persepsi pelanggan. Jika harapan tidak

realistis, maka mungkin saja terjadi kualitas

layanan yang dirasakan menjadi tidak baik.

Kualitas layanan yang diharapkan pelanggan

(expected service) dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor internal antara lain : market

communications (iklan, direct mail, public

relation), citra perusahaan, sedangkan

kebutuhan pelanggan (customer needs)

termasuk faktor internal (Zeithaml and

Bitner, 2000).

Kualitas pelayanan rumah sakit dan

pelayanan kesehatan secara umum dibagi

menjadi struktur, proses dan hasil (Bowers &

Kiefe, 2002; Donabedian, 1988, 1992).

Struktur mengacu pada pengaturan di mana

perawatan diberikan; Proses menunjukkan

pemberian dan menerima perawatan; yaitu

interaksi pemberi perawatan dan pasien, dan

hasil adalah efek perawatan pada kesehatan

pasien '(Mainz, 2003). Hasil yaitu pasien yang

sehat, adalah dimensi kualitas paling penting

dan faktor-faktor lain yang mendukung

(Mainz, 2003). Pengukuran pemasaran dan

kualitas pelayanan kesehatan ditunjukkan

oleh kepuasan pelanggan yang dirasakan

yang membawanya kembali ke penyedia

layanan yang sama (Bowers dan Kiefe, 2002).

Namun, kepuasan yang dirasakan dan

kualitas pelayanan kesehatan itu berbeda.

Selain itu, kepuasan tidak tepat digunakan

sebagai proxy pasien untuk menilai kualitas

(Turris, 2005).

Menurut Rashid & Jusoff (2009),

kualitas pelayanan kesehatan dapat dibagi

menjadi teknis dan fungsional. Berdasarkan

Lam (1997), Rashid & Jusoff (2009)

mendefinisikan kualitas kesehatan teknis

merupakan kualitas teknis medis dan

professional kompetensi. Mereka

mendefinisikan kualitas pelayanan kesehatan

fungsional sebagai aspek fungsional (fasilitas,

kebersihan, kualitas rumah sakit makanan,

petugas rumah sakit sikap) yaitu cara dimana

layanan itu diberikan. Karena kebanyakan

pasien tidak memiliki cukup pengetahuan

dan keahlian untuk menilai kualitas

pelayanan teknis, mereka mendasarkan

Page 28: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

25

evaluasi mereka pada aspek fungsional. Hasil

kesehatan dan kualitas pelayanan teknis

tidak identik tetapi mereka menganalogikan.

Kualitas pelayanan teknis mengacu pada

penyembuhan (Ware dan Snyder, 1975),

sedangkan hasil mengikuti proses

penyembuhan. Jadi, jika pasien tidak

memiliki keahlian untuk mengevaluasi

kualitas pelayanan teknis maka mereka tidak

boleh, namun dalam banyak kasus, mampu

menilai hasil. Hal yang sama berlaku untuk

kualitas pelayanan kesehatan fungsional dan

kualitas proses kesehatan. Hal itu terkait erat

dan keduanya merujuk pada proses

perawatan. Berbeda dengan kualitas teknis

dan hasil, pasien merasa lebih mudah untuk

menilai kualitas fungsional dan proses

kesehatan.

Hasil penelitian Polsa, et.al (2013)

menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak

mempengaruhi kesehatan pasien yaitu hasil

kesehatan atau kualitas layanan teknis, tetapi

penelitian tersebut penting untuk memahami

persepsi pelayanan kesehatan. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa persepsi

kesehatan individu mungkin tergantung

pada kesejahteraan psikologis yang tidak

berhubungan langsung dengan penyakit fisik

(Duglacz, 2006). Ini juga telah menunjukkan

bahwa keseluruhan evaluasi kualitas

kesehatan pasien dipengaruhi oleh kualitas

fungsional (Soliman, 1992).

Menurut Utama (2003) prioritas

indikator kualitas layanan kesehatan

menurut pasien adalah suatu faktor utama

yang menjadi petunjuk atau pedoman

ukuran yang penting dan berkualitas, yang

semestinya berhubungan dengan

penyelenggaraan layanan kesehatan rumah

sakit akan menjadi bagian dari pengalaman

atau yang dirasakan pasien rumah sakit.

Dimensi layanan kesehatan yang dapat

menjadi prioritas adalah : persepsi tenaga

dokter, persepsi tenaga perawat, kondisi

fisik, makanan dan menu, sistem

administrasi pelayanan, pembiayaan, dan

rekam medis.

Menurut Lovelock (1992) kualitas

layanan (service quality) dibagi menjadi dua

macam, yaitu :

1. Kualitas layanan inti (core service quality).

Kualitas layanan inti (core service quality)

merupakan pelayanan utama perusahaan

untuk berada di pasar dan mewakili

kemampuan dasar perusahaan dalam

meningkatkan nilai (Ferguson et al. 1999).

2. Kualitas layanan penunjang (peripheral

service quality) adalah pelayanan yang

mendukung dan memfasilitasi kualitas

layanan inti (Lovelock, 1992).

Pengukuran kualitas layanan inti (core

service quality) menurut Hume et. al. (2008)

yaitu rumah sakit, dokter, perawat, bidan,

IGD, dan alat medis. Sedangkan pengukuran

kualitas layanan penunjang (peripheral service

quality) menurut Hume et. al. (2008) yaitu

tempat parkir, ruang tunggu, antrian tiket,

akses tranportasi, front office, poli, apotik,

kamar pasien dan menu makanan.

PERCEIVED VALUE ( Nilai yang

Dirasakan)

Nilai yang dirasakan (Perceived Value)

merupakan akibat atau keuntungan-

keuntungan yang diterima pelanggan dalam

kaitannya dengan total biaya (termasuk

didalamnya adalah harga yang dibayarkan

ditambah biaya-biaya lain terkait dengan

pembelian). Dengan kata lain, McDougall

dan Levesque (2000) menyatakan value

adalah perbedaan antara manfaat-manfaat

yang diterima dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan.

Menurut Kotler (2006) nilai yang

dirasakan (perceived value) adalah selisih nilai

yang dirasakan total dan biaya pelanggan

total dimana nilai yang dirasakan total

Page 29: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

26

adalah sekumpulan manfaat yang

diharapkan oleh pelanggan dari produk atau

jasa tertentu dan biaya pelanggan total

adalah sekumpulan biaya yang diharapkan

oleh pasien yang dikeluarkan untuk

mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan

dan membuang produk atau jasa.

Nilai yang dirasakan (perceived value)

yaitu persepsi pelanggan terhadap nilai

dimana perusahaan harus

mempertimbangkan nilai dalam

mengembangkan produk dan jasanya

sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan

pelanggan (Vanessa, 2005).

Monroe dalam Vanessa (2007)

menyatakan bahwa nilai yang dirasakan

adalah rasio antara keuntungan atau manfaat

yang dirasakan dengan pengorbanan yang

dikeluarkan. Dimana keuntungan yang

dirasakan adalah kombinasi dari atribut fisik,

atribut jasa dan teknik pendukung dalam

pemanfaatan produk. Pengorbanan yang

dikeluarkan adalah total biaya yang

dikeluarkan pasien termasuk biaya

pembelian dan biaya tambahan (seperti biaya

pemesanan, transportasi, instalasi,

penanganan pesanan) serta biaya diluar

pembelian (mengganti kerusakan, resiko

kegagalan atau pelayanan yang buruk).

Buchari (2007) menyatakan bahwa nilai yang

dirasakan ialah selisih antara total nilai

tambah yang diperoleh pasien dibandingkan

dengan total biaya yang dikeluarkan.

Menurut Hanny dalam Vanessa (2007)

nilai adalah harga murah, apapun yang

diinginkan dari suatu produk, kualitas yang

diterima pasien atas biaya yang telah

dikeluarkan dan apa yang diperoleh pasien

dari yang telah mereka berikan. Nilai yang

dirasakan adalah preferensi yang dirasakan

oleh pelanggan atas atribut produk, kinerja,

dan konsekuensi yang timbul dari

pemakaian fasilitas untuk memenuhi sasaran

dan maksudnya (Susanto dalam Vanessa,

2007).

Untuk saat ini, meskipun banyak

penelitian yang telah dilakukan pada

dimensi dan pengukuran nilai yang

dirasakan di bidang pariwisata dan

perhotelan, struktur nilai yang dirasakan

bervariasi dalam literatur yang ada. Dalam

semua studi yang dilakukan di industri

perhotelan dan pariwisata para peneliti telah

mengadopsi pendekatan

multidimensional. Dua hal yang mendasari

dimensi nilai yang dirasakan, kognitif

(fungsional) dan afektif (emosional), telah

diidentifikasi (Eid & El-Gohary, 2014).

Dimensi kognitif mengacu pada penilaian

rasional dan ekonomi dari nilai yang dibuat

oleh wisatawan, seperti kualitas nilai dan

nilai harga (Sweeney & Soutar, 2001). Afektif

atau dimensi emosional menangkap emosi atau

perasaan yang dihasilkan oleh wisatawan

dalam pariwisata, seperti nilai emosional

atau nilai pengalaman. Nilai kualitas,

fungsional dan nilai emosional telah

dikelompokkan sebagai dimensi nilai yang

dirasakan untuk tujuan wisata dalam

beberapa penelitian (Eid & El-Gohary 2014;

Lee, Bendle, Yoon, Kim, 2012; Lee, Yoon, &

Lee, 2007).

Penelitian membuktikan bahwa

pelanggan akan puas apabila menerima

“value for money” dibandingkan pelanggan

yang tidak menerimanya. Nilai yang

dirasakan (perceived value) juga digunakan

oleh pasien untuk menimbang berbagai

aspek layanan berbanding relatif dengan

biaya yang ditawarkan beberapa penyedia

jasa dalam persaingan mereka. Sehingga,

perceived value dapat dipandang sebagai

suatu ukuran relatif dari biaya-biaya dan

aspek keuangan dari layanan suatu

perusahaan dalam perbandingan dengan

pesaing-pesaing yang ada. Dalam hal ini,

Page 30: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

27

perceived value akan didefinisikan sebagai

keseluruhan penilaian pasien mengenai apa

yang diberikan.

Keterkaitan antara nilai yang dirasakan

dan kepuasan pelanggan atau intensi masa

depan dijadikan perdebatan di dalam

literatur pemasaran jasa. Ini berisi bahwa

nilai memiliki pengaruh langsung pada

seberapa puas pelanggan dengan supplier

mereka dan bahwa kepuasan tergantung

pada nilai, perhatian kecil yang diberikan

pada nilai yang dirasakan dalam melakukan

evaulasi jasa. Hal tersebut dapat

menunjukkan bahwa itensitas yang akan

datang ditentukan oleh nilai yang dirasakan.

Dalam pembuatan keputusan pada penyedia

jasa, pelanggan mempertimbangkan apa

yang mereka terima sebagai “nilai untuk

uang”. Akan tetapi, untuk investigasi ini,

diajukan bahwa nilai yang dirasakan

memberikan kontribusi secara langsung pada

kepuasan pelanggan, yang kemudian

mengarahkan pada intensitas masa depan.

Untuk manajer jasa, adalah penting

untuk membangun peran, nilai yang

dirasakan perlu dalam menentukan

kepuasan pelanggan. Sebagai contoh, jika

nilai yang dirasakan dapat secara langsung

dihubungkan dengan pelanggan, kemudian

model yang mempertimbangkan hanya

kualitas pelayanan inti dan kualitas

relasional akan menyediakan gambaran tidak

lengkap dorongan kepuasan pelanggan.

Sebagai contoh, pertimbangan situasi dimana

pelanggan mungkin “puas” dengan “apa”

yang disampaikan (inti) dan “bagaimana”

disampaikan (relasional) tetapi mungkin

tidak mersa mereka mendapat “uang yang

berharga”. Jika nilai yang dirasakan adalah

dorongan kepuasan pelanggan dan manajer

mengeluarkan pengukuran ini dari model

kepuasan, mereka akan meningkatkan

kepuasan pelanggan melalui peningkatan di

dalam kualitas pelayanan inti dan relasional.

Hasil taktik ini memiliki efek minimal dalam

kepuasan. Melalui pembangunan peran nilai

yang dirasakan, keputusan didesain untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan yang

akan lebih efektif, karena kepuasan

pelanggan merupakan suatu faktor penting,

yang harus mendapat perhatian dan

sekaligus sebagai faktor yang dapat

menentukan loyalitas dari pelanggan.

Sheth et al. (1991) berpendapat bahwa

nilai yang dirasakan memiliki lima aspek

yang berbeda yaitu: nilai epistemik, nilai

sosial, nilai fungsional, nilai emosional, dan

nilai bersyarat. Holbrook (1999) menyajikan

dalam kerangka kerja yang terdiri dari

delapan bagian dari nilai dirasakan

berdasarkan tiga kriteria: nilai ekstrinsik

versus intrinsik, orientasi internal versus

eksternal, dan nilai reaktif versus pasif.

Namun, konsep alternative nilai yang

dirasakan ini, kerangka yang paling umum

digunakan adalah Zeithaml Trade-off Model

(Ruiz et al., 2008).

Jika nilai yang dirasakan adalah

multidimensi, penting untuk menentukan

bagaimana sub-dimensi berhubungan

dengan nilai yang dirasakan tingkat tinggi

(Mackenzie et al., 2011). Para peneliti telah

mengetahui sifat hubungan antara sub-

dimensi dan nilai yang dirasakan

menggunakan tiga pendekatan yang agak

berbeda untuk dianalisis. Salah satu

pendekatan yang menentukan nilai yang

dirasakan sebagai tingkat tinggi yang

dibangun dengan dimensi reflektif yang

berpengaruh lebih rendah (misalnya

Callarisa et. al., 2011; Lapierre, 2000; Petrick,

2002; Liu et al., 2005; Sánchez- Fernández dan

Iniesta-Bonillo, 2009). Dalam model reflektif,

arah kausalitas dari nilai yang dirasakan

berpengaruh terhadap sub-dimensi, dan

perubahan nilai yang dirasakan mendasari

Page 31: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

28

perumusan hipotesis yang menyebabkan

perubahan dalam indikator. Pendekatan

kedua adalah bahwa dimensi dengan tingkat

yang lebih rendah dianggap sebagai

indikator formatif dari nilai yang dirasakan

(misalnya Lin et al, 2005; Ulaga and Eggert,

2005; Ruiz et al, 2008; Gipp et al, 2009;.

Blocker, 2011). Model pendekatan ketiga dari

nilai yang dirasakan sebagai tingkat tinggi

berkaitan dengan kedua format dan dimensi

reflektif-tingkat yang lebih rendah (Wu dan

Li, 2011). Jarvis et al. (2003) mengemukakan

bahwa model kesalahan spesifikasi yang

besar dengan estimasi parameter bias

struktural dan dapat menyebabkan

kesimpulan yang tidak sesuai tentang

hubungan antara konstruksi. Oleh karena itu,

hubungan antara sub-dimensi dan nilai yang

dirasakan harus tepat dimodelkan

(Diamantopoulos, 2010; Ulaga, 2011).

Perceived value memiliki beberapa

dimensi nilai menurut Gill et al. (2010), yaitu

Emotional Value, Price Value, Social Value,

Epistemic Value, Quality (kualiatas pelayanan

dan kualitas produk secara umum).

PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang melandasi

penelitian ini yaitu penelitian Skogland dan

Siguaw (2004) yang menemukan kualitas

layanan sebuah prediktor dari keinginan

membeli kembali. Memiliki peranan pada

kualitas layanan inti dimana layanan dalam

kontek penelitian ini, telah diklarifikasi dan

tidak memiliki pengaruh langsung terhadap

keinginan membeli kembali, hanya sebuah

pengaruh tidak langsung melalui penilaian

emosi, nilai yang dirasakan dan kepuasan.

Penelitian Hume and Mort (2010)

dalam penelitiannya yang berjudul

“Konsekuensi kualitas layanan, appraisal

emotion, perceived value, dan Kepuasan

Pelanggan dalam Pembelian”. Penelitian ini

menggunakan Instrumen survey yang

disesuaikan dengan menggunakan sampel

250 responden. Hasil penelitian

mengindikasikan kecenderungan adanya

pembelian kembali atau loyal didasarkan

pada kepuasan diperantarai oleh perceived

value, kualitas layanan inti, kualitas layanan

penunjang, appraisal emotion secara

langsung mempengaruhi kepuasan

pelanggan.

Penelitian Hellier (2003) dengan

penelitiannya hubungan perceived value,

kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan

untuk melakukan pembelian kembali.

Penelitian ini mengembangkan suatu model

sektor layanan umum mengenai niat

pembelian kembali dari literatur teori

konsumen. Tujuan penelitiannya adalah

untuk menguji suatu model umum yang

bertujuan untuk menggambarkan sejauh

mana niat pelanggan untuk membeli kembali

suatu layanan yang dipengaruhi oleh

persepsi pelanggan mengenai kualitas,

ekuitas dan nilai, kepuasan pelanggan,

loyalitas, perkiraan biaya peralihan dan

preferensi merek. Hasil penelitian ini

menemukan bahwa nilai yang dirasakan

memiliki pengaruh signifikan pada kepuasan

pelanggan, hal tersebut berpengaruh secara

tidak langsung melalui ekuitas pelanggan

dan persepsi nilai.

Penelitian Chen (2008), Investigating

Structural Relationship Between Service Quality,

Perceived Value, Satisfaction, and Behavioral

Intention for Air Passenger : Evidence from

Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel expectation berpengaruh terhadap

perceived value tetapi tidak berpengaruh

terhadap perceived performance dan overall

satisfaction, sedangkan perceived performance

berpengaruh terhadap perceived value dan

overall satisfaction. Dan variabel perceived

performance berpengaruh terhadap overall

satisfaction dan behavioral intentions.

Page 32: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

29

Penelitian Susetiyana (2009) dengan

judul “Analisis Loyalitas Pelanggan Pada

Industri Airfreight Forwarder Dengan

Menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM)”. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM), dimana diajukan enam konstruk yang

dihipotesiskan memiliki pengaruh terhadap

loyalitas pelanggan. Konstruk-konstruk

tersebut adalah perceived value, perceived

quality, customer satisfaction, trust, customer

complaint, dan image. Setelah diuji didapatkan

hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kontruks-konstruk tersebut

dengan loyalitas. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ternyata loyalitas

pelanggan dalam industri airfreight forwarder

dipengaruhi oleh perceived value, perceived

quality, customer satisfaction, trust, customer

complaint, dan image baik secara langsung

maupun tidak langsung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

explanatory, yang bermaksud untuk

menjelaskan hubungan antar variabel yakni

variabel kualitas layanan dan perceived value

pasien di Rumah Sakit Swasta tipe B di

Surabaya. Populasi penelitian ini adalah

seluruh pasien rawat inap sebagai pengguna

jasa Rumah Sakit minimal tiga hari di Rumah

Sakit Swasta tipe B di Surabaya yaitu

sejumlah 162 Pasien. Sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah 140

responden atau pasien Rumah Sakit swasta

tipe B di Surabaya yang berjumlah 4 Rumah

Sakit. Teknik pengambilan sampel dengan

cara proposional random sampling setiap

rumah sakit. Pengambilan sampel di tiap

Rumah Sakit presentasinya sama besar

dengan presentasi anggota populasi pada

setiap rumah sakit untuk seluruh populasi

berdasarkan jumlah pasien rawat inap

Rumah Sakit swasta tipe B di Surabaya.

Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan regression weight, standardized

regression weight, dan Confirmatory Factor

Analisis (CFA) melalui pendekatan multigroup

atau multisample analysis untuk menguji ada

tidaknya pengaruh antara variabel eksogen

dan endogen.

DEFINISI OPERASIONAL

1. Kualitas Layanan (Service Quality)

Kualitas layanan (Service Quality)

merupakan penilaian konsumen terhadap

kualitas layanan yang telah diberikan oleh

rumah sakit yang merupakan kemampuan

dasar Rumah Sakit. Ferguson et. al. (1999).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur

dimensi inti dikembangkan berdasar

pengukuran Hume et. al. (2008). Yang

disesuaikan dengan studi variabel ini diukur

dengan 3 indikator yakni, dokter, perawat,

dan peralatan medis. Dengan 12 pernyataan

yang diukur dengan menggunakan skala

Likert dengan skor 1 – 5 (1 = sangat tidak

setuju sampai dengan 5 = sangat setuju).

2. Nilai yang Dirasakan (Perceived

Value)

Nilai yang dirasakan pelanggan adalah

penilaian keseluruhan dari kegunaan (utility)

dari layanan yang didasarkan atas persepsi

apa yang telah diberikan dari rumah sakit dan

atas apa yang telah diterima oleh pasien

tersebut (Sawyer and Dickson`s (1984)

Instrumen yang di gunakandi adopsi pendapat

Gill, et al. (2010) 3 indikator yakni: nilai

emosional, nilai harga, nilai sosial. Dengan 6

item pernyataan. Nilai yang dirasakan

(perceived value) diukur menggunakan skala

likert dengan skor 1 – 5 (1 = sangat tidak

setuju sampai dengan 5 = sangat setuju).

Page 33: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

30

HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Variabel Service Quality (X1)

Penilaian responden atas variabel service

quality dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Service Quality

No Aitem Pernyataan Mean SD

1 Dokter di rumah sakit ini ramah 4,510 0,543

2 Dokter di rumah sakit ini perhatian

4,610 0,519

3 Dokter di rumah sakit ini trampil 4,540 0,555

4 Dokter di rumah sakit ini sopan 4,560 0,552

5 Perawat di rumah sakit ini ramah

4,590 0,548

6 Perawat di rumah sakit ini perhatian

4,460 0,605

7 Perawat di rumah sakit ini trampil

4,530 0,593

8 Perawat di rumah sakit ini sopan 4,550 0,592

9 Alat medis yang digunakan bersih

4,510 0,543

10 Alat medis yang digunakan baru 4,290 0,651

11 Alat medis yang digunakan berfungsi dengan baik

4,440 0,626

12 Alat medis di rumah sakit lengkap

4,340 0,774

Mean Total 4,494 0,592

2. Deskripsi Variabel Perceived Value (Y2)

Penilaian responden atas variabel perceived

value dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Perceived

Value (Y2)

No Aitem Pernyataan Mean SD

1 Kenyamanan yang diberikan dari layanan rumah sakit sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

4,34 0,621

2 Kecepatan layanan yang diberikan dari rumah sakit sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

4,21 0,632

3 Layanan yang diberikan dokter sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

4,30 0,596

4 Manfaat obat yang diberikan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

4,37 0,580

5 Fasilitas kamar pasien rawat 4,26 0,604

inap sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

6 Image saya meningkat dengan di rawat di rumah sakit ini sesuai dengan biaya yang saya keluarkan

4,28 0,690

Mean Total 4,293 0,621

3. Hasil CFA Pada Variabel Service Quality

Hasil uji CFA pada variabel Service

Quality dengan menggunakan software

AMOS 19 adalah sebagai berikut:

Gambar 1.

Hasil CFA Pada Variabel Service Quality

Gambar di atas yang menampilkan

output CFA terhadap variabel Service

Quality. Nilai factor loading setiap indikator

yang disyaratkan adalah harus mencapai

≥ 0,5, jika factor loading lebih rendah dari

0,5 maka indikator tersebut dianggap

tidak berdimensi sama dengan indikator

lainnya dalam menjelaskan sebuah

variabel laten. Dari gambar di atas terlihat

semua indikator memiliki nilai factor

loading lebih besar dari 0,50, sehingga

semua indikator pada variabel Service

Quality valid dan dapat digunakan untuk

analisis selanjutnya.

Page 34: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

31

4. Hasil CFA Pada Variabel Perceived Value

Hasil uji CFA pada variabel Perceived

Value dengan menggunakan software

AMOS 19 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.

Hasil CFA Pada Variabel Perceived Value

Gambar di atas yang menampilkan

output CFA terhadap variabel Perceived

Value. Nilai factor loading setiap indikator

yang disyaratkan adalah harus mencapai

≥ 0,5, jika factor loading lebih rendah dari

0,5 maka indikator tersebut dianggap

tidak berdimensi sama dengan indikator

lainnya dalam menjelaskan sebuah

variabel laten. Dari gambar di atas terlihat

semua indikator memiliki nilai factor

loading lebih besar dari 0,50, sehingga

semua indikator pada variabel Perceived

Value valid dan dapat digunakan untuk

analisis selanjutnya.

5. Regression Weight dan Standardized Regression Weight Model Persamaan Struktural yang

Telah Dimodifikasi

Tabel 3. Uji Kausalitas Regression Weight

Path Standardiz

ed Estimate

Unstandardize

d Estimate

Standart

Error (S.E.)

Critical

Ratio

(C.R.)

P-value

(P)

Service Quality (X1)

Perceived Value (Y2)

0,214 0,213 0,094 2,264 0,024

Hasil estimasi parameter variabel

Service Quality terhadap Perceived Value

berdasarkan indikator – indikatornya

menunjukkan hasil yang signifikan dengan

nilai CR 2,264. Nilai ini lebih besar dari 1,96.

Disamping itu diperoleh taraf signifikansi

0,024 (P < 0,05). Sehingga hipotesis Service

Quality berpengaruh signfikan terhadap

Perceived Value terbukti kebenarannya.

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Service Quality

Berdasarkan statistik deskriptif variabel

service quality, item yang memiliki skor di

bawah mean total adalah perhatian perawat,

alat medis baru, fungsi alat medis, dan

kelengkapan alat medis, artinya sebagian

besar pasien rawat inap rumah sakit swasta

di Surabaya yang menjadi responden dalam

penelitian ini menilai bahwa perhatian

perawat kepada pasien, serta peralatan

rumah sakit masih perlu ditingkatkan, baik

peremajaan peralatan, keandalan fungsional

serta kelengkapannya. Berdasarkan hasil

observasi peneliti di lapangan terkait aitem

service quality yang memiliki penilaian di

bawah rata-rata, nilai service quality

berdasarkan hasil Confirmatory Factor Analysis

(CFA) pada konstrak service quality, diketahui

indikator yang memiliki factor loading paling

besar adalah perawat (X1.2), artinya

keramahan perawat, perhatian perawat,

keterampilan perawat, dan sopan santun

perawat terhadap pasien merupakan

indikator yang paling besar dalam

membentuk kualitas layanan inti dari suatu

rumah sakit swasta, dibandingkan dokter

dan peralatan medis.

Page 35: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

32

2. Deskripsi Perceived Value

Berdasarkan statistik deskriptif variabel

perceived value, aitem yang memiliki skor di

bawah mean total adalah kesesuaian biaya

dengan kecepatan layanan, kesesuaian biaya

dengan fasilitas kamar, dan kesesuaian biaya

dengan image. Hal ini menjelaskan bahwa

sebagian besar pasien rawat inap rumah sakit

swasta tipe B di Surabaya yang menjadi

responden dalam penelitian ini menilai

bahwa kecepatan layanan, fasilitas kamar,

dan image pasien masih perlu disesuaikan

lagi dengan biaya yang dikeluarkan pasien.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di

lapangan terkait aitem perceived value yang

memiliki penilaian di bawah rata-rata, nilai

perceived value berdasarkan hasil Confirmatory

Factor Analysis (CFA) pada konstrak perceived

value, diketahui indikator yang memiliki

factor loading paling besar adalah nilai harga

(Y2.2), artinya nilai harga merupakan

indikator yang paling besar dalam

membentuk perceived value dari suatu rumah

sakit swasta, dibandingkan nilai emosional

dan nilai sosial.

3. Pengaruh Service Quality Terhadap

Perceived Value.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

diatas (tabel 3.), besarnya koefisien variabel

service quality (X1) yang diterapkan oleh

rumah sakit swasta tipe B di Surabaya

terhadap variabel perceived value (Y2) = 0,214

dengan P < 0,05. Hipotesis yang menyatakan

service quality berpengaruh signifikan

terhadap perceived value pasien rumah sakit

swasta tipe B di Surabaya, terbukti benar

atau diterima. Koefesien jalur yang bertanda

positif, berarti secara teoritis hubungan

pengaruh dari service quality terhadap

perceived value adalah searah. Hal ini

memberi makna, bila persepsi pasien

terhadap service quality yang diterapkan oleh

rumah sakit swasta tipe B di Surabaya

semakin baik (positif), maka perceived value

pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya

akan semakin meningkat. Sebaliknya, bila

persepsi pasien terhadap service quality yang

diterapkan oleh rumah sakit swasta tipe B di

Surabaya semakin menurun (negatif), maka

perceived value pasien rumah sakit swasta tipe

B di Surabaya akan semakin rendah.

Sebagai temuan dari hasil studi ini

adalah mendukung penelitian-penelitian

yang dikemukakan Davies G, et. al. (2003)

meneliti pentingnya service quality terhadap

perceived value dalam studinya di katakan,

bahwa meneliti peranan pelayanan inti dan

nilai yang dirasakan pasien sangat penting

karena sebagai dasar untuk memuaskan

konsumen. Artinya terdapat hubungan

antara service quality terhadap perceived value

dengan menggunakan pengukuran dokter,

perawat, alat medis, semakin tinggi service

quality, semakin baik perceived value pasien

atas dasar pelayanan dari rumah sakit.

Nilai yang dirasakan adalah persepsi

pasien terhadap nilai atas kualitas yang

ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing

akan mempengaruhi tingkat loyalitas

konsumen, semakin tinggi persepsi nilai

yang dirasakan oleh konsumen, maka

semakin besar kemungkinan terjadinya

hubungan (transaksi). Hubungan yang

diinginkan adalah hubungan yang bersifat

jangka panjang, sebab usaha dan biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan diyakini akan

jauh lebih besar apabila harus menarik

pelanggan baru atau pelanggan yang sudah

meninggalkan perusahaan dar ipada

mempertahankannya.

Hume (2008), hasil penelitiannya

tersebut menunjukkan adanya keinginan

membeli kembali berdasarkan layanan inti

maupun layanan penunjang yang dimediasi

oleh nilai yang dirasakan dan kepuasan

pelanggan. Sedangkan variabel yang

Page 36: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

33

digunakan, perilaku konsumen, kepuasan

konsumen, kualitas layanan, dan seni

pertunjukkan. Hasil penelitian yang

menjelaskan bahwa service quality

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perceived value, konsisten dengan Skogland

dan Siguaw (2004) dalam penelitiannya yang

menjelaskan bahwa kualitas layanan sebuah

prediktor dari keinginan membeli kembali,

memiliki peranan pada kualitas layanan inti,

dimana layanan dalam kontek penelitian ini

telah diklarifikasi dan tidak memiliki

pengaruh langsung terhadap keinginan

membeli kembali, hanya sebuah pengaruh

tidak langsung melalui penilaian emosi, nilai

yang dirasakan dan kepuasan.

Caruana et al. (2000) dalam

penelitiannya juga menyatakan sebuah

hubungan langsung dari nilai yang dirasakan

dengan kepuasan pelanggan, Dengan nilai

yang dirasakan sebagai perantara dari

kualitas layanan inti dan kualitas layanan

penunjang dan kepuasan pelanggan. Sama

halnya dengan Pattersson et al. (1997),

penelitian ini mendukung nilai yang

dirasakan sebagai diperantarai keseluruhan

melalui kepuasan pelanggan terhadap

keinginan membeli kembali. Hubungan

langsung dari kualitas layanan inti, kualitas

layanan penunjang, dan untuk nilai yang

dirasakan.

Semakin baik kualitas inti pelayanan

yang berupa dokter, perawat dan di tunjang

peralatan yang memadai, pasien akan

nyaman karena kebutuhan pasien terpenuhi

dan menjadikan nilai yang dirasakan pasien

menjadi positif dan terpuaskan. Maka ada

hubungan service quality terhadap perceived

value positif. Penelitian tersebut mengandung

makna bahwa service quality yang diukur

dengan menggunakan pelayanan dokter,

perawat, peralatan medis yang memadai

adalah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perceived value.

Pelayanan dokter, perawat, dan

peralatan medis yang memadai merupakan

hal yang sangat penting untuk meningkatkan

kualitas inti layanan di rumah sakit. Hal ini

akan menjadikan nilai yang dirasakan pasien

menjadi positif, sehingga dapat digunakan

sebagai dasar untuk menguji dan

menganalisis pengaruh antara ke dua

variabel tersebut.

Pelayanan dokter, perawat yang

ramah, perhatian, trampil, sopan mendorong

terwujudnya nilai yang dirasakan pasien

positif, sehingga sesuai dengan harapan

pasien rumah sakit swasta di surabaya. Alat

medis yang dimiliki lengkap, berfungsi

dengan baik, moderen merupakan penunjang

dari pada kualitas inti layanan, sehingga

terjadi nilai yang dirasakan pasien positif

pada layanan rumah sakit swasta di

Surabaya semakin meningkat. Semakin

tinggi service quality semakin tinggi perceived

value positif pasien rumah sakit swasta di

Surabaya.

Hasil studi ini mendukung hasil studi

yang telah dilakukan dari penelitian-

penelitian sebelumnya, yaitu: Mort (2003),

Hume (2008), Skogland dan Siguaw (2004),

dan Pattersson et al. (1997). Hipotesisnya

menyatakan bahwa service quality

berpengaruh signifikan terhadap perceived

value.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Service quality (X1), berpengaruh

dengan arah positif terhadap perceived value

(Y2) pada rumah sakit tipe B di Surabaya.

Hal ini memberi makna, bila persepsi pasien

terhadap service quality yang diterapkan oleh

rumah sakit swasta tipe B di Surabaya

semakin baik (positif), maka Perceived value

Page 37: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

34

pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya

akan semakin meningkat. Dengan demikian,

alat medis harus dapat ditingkatkan, antara

lain dengan memberikan tambahan alat

medis yang baru dan modern. Dengan

adanya penambahan alat medis yang baru

dan modern, sehingga memberikan

pelayanan pasien dengan baik.

SARAN

Penelitian ini tidak mengelompokkan sampel

penelitian berdasarkan usia dan jenis

kelamin, sehingga pengaruh usia dan jenis

kelamin boleh jadi dapat menimbulkan

keanekaragaman pendapat yang dipengaruhi

oleh perbedaan pandangan dan psikologis

laki-laki dan perempuan. Sehingga penelitian

berikutnya hal itu perlu diperhatikan.

Variabel yang ada pada penelitian juga

hanya meliputi service quality dan perceived

value. Hal ini mengingat variabel yang sesuai

dengan karakteristik Surabaya. Dalam

penelitian berikutnya diharapkan adanya

perluasan variabel, sehingga lebih bisa

mencerminkan kondisi penelitian yang lebih

detail.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2003. Ekonomi dan Keuangan

Indonesia, Volume 50. USA. Michigan

University.

Blocker, C. P. (2011). Modeling customer

value perceptions in cross-cultural

business markets. Journal of Business

Research, 64(5), 533-540.

Bowers, M. R., & Kiefe, C. I. 2002. Measuring

healthcare quality: comparing and

contrasting the medical and the

marketing approaches. American Journal

of Medical Quality, 17(04), 36-44.

Buchari, A. 2007. Manajemen Pemasaran &

Pemasaran Jasa. Bandung. CV. Alfabeta.

Caruana, A., Arthur H.M., & Pierre, R.B.

2000. Service quality and satisfaction-

the moderating role of value. European

Journal of Marketing 34 (11/12) : 1338-

1352.

Callarisa, L. J. F., Moliner, A., & Garcia, S.

(2011). Multidimensional perspective of

perceived value in industrial clusters.

Journal of Business and Industrial

Marketing, 26(2), 132-145.

Chen, C.F. 2008. Investigating structural

relationships between service quality,

perceived value, satisfaction, and

behavioral intentions for air

passengers: evidence from Taiwan.

Transport Research Part A 42 (4): 709-717.

Davies G, Chun R, da Silva R. V. And Roper

S. 2003. A Corporate Character Scale to

Asses Employee and Customer Views

of Organization Reputation. Corporate

Reputation Review 7 (2) : 125 – 146.

Departeman Kesehatan RI .2009. Buku

Pedoman Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta. Depkes

RI.

Diamantopoulos, A. (2010). Reflective and

formative metric of relationship value:

response to Baxter's commentary essay.

Journal of Business Research, 63(1), 91-93.

Donabedian, A. 1988. The quality of care:

how can it be assessed? Journal of

American Medical Association, 260, 174-

183.

Donabedian, A. 1992. Quality assurance in

healthcare: consumers role. Quality in

Healthcare, 1(04), 247-251.

Eid, R., & El-Gohary, H. 2014. Muslim tourist

perceived value in the hospitality and

Page 38: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

35

tourism industry. Journal of Travel

Research, 21(03), 1-14.

Engel, Blackwell, & Miniard. 2001. Consumer

behavior (9th ed.). Ohio: South Western.

Ferguson, Ronald, J., Paulin, Michele,

Pigeassou, Charles, and Gauduchon, R.

1999. Assessing service management

effectiveness in a health resort:

implication of technical and fuctional

quality. Managing Service Quality. 9(1).

58.

Gill, A. et. al. 2010. The relationship between

transformational leadership and

employed desaire for empowerment.

International Journal of Contemporary

Hospitality Management. 22 (2). 263-273.

Gipp, N., Kalafatis, S. P., & Ledden, L. (2008).

Perceived value of corporate donations:

an empirical investigation. International

Journal of Nonprofit and Voluntary Sector

Marketing, 13(4), 327-346.

Hanna, N., & Wozniak, R. 2001. Consumer

behavior: An applied approach (2nd ed.).

New Jersey: Prentice Hall.

Hellier, P.K. 2003. Customer Repurchase Intention A general Structural Equation Model. Europen Journal of Marketing 37 (11).

Holbrook, M. B. 1999. Introduction to consumer value (1st ed.). London: Routledge.

Hume, M. 2008. Understanding Core and

Peripheral Service Quality in Customer

Repurchase of the Performing Arts.

Managing Service Quality 18 (4).

Hume, M. and Mort, G. S. 2010. The

consequence of appraisal emotion,

service quality, perceived volue and

customer satisfaction on repurchase

intent in the performing arts. Journal of

Services Marketing, 24(2). 123-145.

Kotler and Keller .2006. Marketing

Management. 12th edition. New Jersey.

Pearson Prentice Hall.

Lam, S. S. K. 1997. SERVQUAL: a tool for

measuring patient's opinions of

hospital service quality in Hong Kong.

Total Quality Management, 8(04), 145-

152.

Lapierre, J. (2000). Customer-perceived value

in industrial contexts. Journal of Business

and Industrial Marketing, 15(2), 122-140.

Lee, C.-K., Bendle, L. J., Yoon, Y.-S., & Kim,

M.-J. 2012. Thanatourism or peace

tourism: Perceived value at a North

Korean resort from indigenous

perspective. International Journal of

Tourism Research, 14, 71-90.

Lee, C.-K., Yoon, Y.-S., & Lee, S.-K. 2007.

Investigating the relationship among

perceived value, satisfaction, and

recommendations: The case of the

Korean DMZ Tourism Management, 28,

204-214.

Lim, P. C., & Tang, N. K. H. 2000. A study of

patient's expectations and satisfaction

in Singapore hospitals. International

Journal of Health Care Quality Assurance,

13(07), 9-20.

Lin, C.H., Sher, P.J. and Shih, H.Y. (2005),

Past progress and future directions in

conceptualizing customer perceived

value. International Journal of Service

Industry Management, 16(4), 132-139.

Liu, A. H., Leach, M. P., & Bernhardt, K. L.

(2005). Examining customer value

perceptions of organizational buyers

when sourcing from multiple vendors.

Journal of Business Research, 58(5), 559-

568.

Page 39: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

36

Lovelock, C.H. 1992. Seeking synergy in

service operations: seven things

marketers need to know about service

operation. European Management

Journal. 10(1). 22.

Mainz, J. 2003. Defining and classifying

clinical indicators for quality

improvement. International Journal for

Quality in Healthcare, 15(06), 523-530.

McDougall, G.H. and Levesque, T. 2000.

Customer satisfaction with services:

putting perceived value into the

equation. Journal of Services Marketing.

14(5). 392 – 410.

Mort, G.S., and Duncan, M. 2003. The country

of origin effect : A study of the ‘owned

by...’ cue. Journal of Visionary Marketing

for The 21th Century 8 (3): 841-845.

Parasuraman, A, Valerie A. Zeithaml dan

Leonardo L. Berry. 1998. Conceptual

Model Of Service Quality and its

Implications for Future Research.

Journal of Marketing 34 (2): 1332-1345.

Patterson, Paul G., Spreng, and Richard, A.

1997. Modelling the Relationship

Beetwen Perceived Value, Satisfaction

and Repurchase Intentions in Bussines

to Bussines, Service Context: an

Empirical Examination. International

Journal of Service Industry Management 8

(5): 414.

Polsa, P., Fuxiang, W., Saaksjarvi, M., &

Shuyuan, P. 2013. Cultural values and

health service quality in China.

International Journal of Health Care

Quality Assurance, 25(01), 55-73.

Peter, J. P., & Olson, J. C. 2005. Perilaku

konsumen dan strategi pemasaran Jakarta:

Erlangga.

Petrick, J. F. (2002). Development of a multi-

dimensional scale for measuring the

perceived value of a service. Journal of

Leisure Research, 34(2), 119-134.

Rashid, W. E. W., & Jusoff, K. 2009. Service

quality in health care setting.

International Journal of Health Care

Quality Assurance, 22(05), 471-482.

Ratminto .2008. Manajemen Pelayanan

Pengembangan Model Konseptual. Jakarta.

PT Rineka Cipta.

Ruiz, D. M., Gremler, D. D., Washburn, J. H.,

& Carrion, G. C. 2008. Service value

revisited: specifying a higher-order,

formative measure Journal of Business

Research, 61(12), 1278-1291.

Sanchez-Fernandez, R., & Iniesta-Bonillo, M.

A. 2009. Efficiency and quality as

economic dimensions of perceived

value: conceptualitation, measurement,

and effect on satisfaction Journal of

Retailing and Consumer Services, 16(6),

425-433.

Sawyer and Dickson`s. 1984. Effects of Price

Uncertainty on Consumer Purchase

Budget and Price Thresholds. Marketing

Letters 3 (4) : 323 – 329.

Scifmann, L.G. dan Kanuk, L. L .2004.

Perilaku Konsumen. Edisi 7. Jakarta. PT.

Indeks Group Gramedia.

Sheth, J. N., Newman, B. I., & Gross, B. I.

1991. Why we buy what we buy: a

theory of consumption values. Journal of

Business Research, 22(2), 159-170.

Siregar, Charles. JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit

Teori dan Penerapan. Cetakan I. Jakarta.

EGC.

Solomon, M. R. 2007. Consumer Behavior:

Buying, Having, and Being. New Jersey,

Page 40: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

37

Upper Saddle River: Pearson

Education, Inc.

Skogland, I. and Siguaw, J.A. 2004. Are you

satisfied customer loyal?. Cornell

University 45(3): 221-234.

Susetiyana, H. (2009). Analisis loyalitas

pelanggan pada industri airfreight

forwarder dengan menggunakan Structural

Equation Modeling (SEM). UI, Jakarta.

Sweeney, J. C., & Soutar, G. N. 2001.

Consumer perceived value: the

development of a multiple item scale.

Journal of Retailing, 77, 203-220.

Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi ke

2. Yogyakarta. Andi Offset.

Tjiptono, F. 2004. Marketing scales.

Yogyakarta. Andi Offset.

Turris, S. A. (2005). Unpacking the concept of

patient satisfaction: a feminist analysis.

Journal of Advanced Nursing, 50(03), 293-

298.

Ulaga, W., & Eggert, A. 2005. Relationship

value in business markets: the construct

and its dimensions. Journal of Business-

to-Business Marketing, 12(1), 73-99.

Ulaga, W. (2011). Investigating customer

value in global business markets:

commentary essay. Journal of Business

Research, 64(8), 928-930.

Utama, A. 2003. Analisis pengaruh persepsi

kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pelanggan Rumah Sakit Umum Cakra

Husada Klaten. Jurnal Ilmu Administrasi

dan Organisasi. 1(2).

Vanessa, G. 2005. Pengaruh manajemen

hubungan pelanggan dan hubungan

masyarakat dalam pemasaran terhadap

nilai dan loyalitas pelanggan hotel.

Disertasi. Bandung, UNPAD.

Ware, J. E., & Snyder, M. K. 1975. Dimensions

of patient's attitudes regarding doctors

and medical services. Medical Care,

26(02), 669-673.

Wiyono, D. 2004. Tugas dan Fungsi Rumah

Sakit”. Airlangga University Press.

Surabaya.

Zeithaml and Bitner .2000. Service Marketing

Integrating Customer Across The Firm. 2nd

ed. Baston. Mc Graw Hill.

Page 41: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

38

PENGARUH PENJUALAN KREDIT DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP LABA

PADA PT. CONTINENTAL CARGO CARRIER INDOTRANS

NINIK MASADAH

ABSTRAK

Di dalam persaingan yang cukup ketat antar perusahaan jasa yang sedang berkembang di

Indonesia mengakibatkan banyaknya beberapa perusahaan jasa yang kalah bersaing akan

mengalami kebangkrutan. Akan tetapi pada PT Continental Cargo Carrier Indotrans yang

merupakan salah satu perusahaan jasa yang ada di Gresik dapat bertahan sampai

sekarang.Walaupun terdapa tbeberapa masalah dalam perusahaan tersebut. Seperti Laba perusahaan

yang naik turun dari tahun ketahun dan juga perputaran piutang yang tidak sehat bagi perusahaan

dikarenakan pembayaran dari Costumer yang cukup lama.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membantu pihak manajemen perusahaan

dalam menentukan kebijakannya dengan cara mengetahui pengaruh penjualan kredit dan perputaran

piutang perusahaan terhadap laba perusahaan. Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan dengan metode kuantitatif yaitu regresi linear berganda yang diolah menggunakan

program SPSS for Windows 18.0 dimana untuk menguji seberapa kuat pengaruh variable

independen terhadap variable dependen.

Berdasarkan hasil penelitian secara statistic variable bahwa penjualan kredit mempunyai

pengaruh signifikan terhadap laba perusahaan, sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap laba perusahaan. Dimana pengukura hipotesis berdasarkan daerah

penolakan yang dilakukan menggunakan uji f penjualan kredit dan perputaran piutang berpengaruh

terhadap laba perusahaan.

Kata kunci : Penjualan Kredit , Perputaran Piutang, Laba

PENDAHULUAN

Di bidang perdagangan barang dan

jasa, untuk mencapai pertumbuhan dunia

usaha salah satunya menentukan kebijakan

penjualan yang menguntungkan bagi

perusahaan. Melihat fakta yang terjadi di

pasar bahwa di tengah kondisi ekonomi yang

masih dalam tahap recovery, sebagian besar

perusahaan memiliki tren untuk memberikan

fasilitas kredit bagi pelanggannya. Piutang

adalah asset yang materiil bagi perusahaan,

karena sebagian besar penjualan umumnya

dilakukan secara kredit.

Dengan diterapkannya kebijakan

penjualan secara kredit akan mempermudah

perusahaan dalam menjual produknya dan

juga mempermudah perusahaan untuk

mendapatkan pelanggan yang lebih banyak

serta dapat memperluas pangsa pasarnya

dalam melakukan ekspansi.

Penjualan kredit akan mempengaruhi

permintaan terhadap suatu produk yang

ditawarkan, terutama disaat kondisi

perekonomian yang belum sepenuhnya pulih

seperti sekarang ini, ditambah lagi persaingan

yang semakin ketat. Saat ini pembeli lebih

memilih untuk membeli produk secara kredit,

karena sebagian besar dari mereka tidak

mempunyai kondisi keuangan yang kuat.

Pada dasarnya, setiap perusahaan

dalam menjalankan usahanya bertujuan

memperoleh laba, dan juga perusahaan akan

selalu berusaha agar laba selalu meningkat.

Laporan keuangan dapat menjadi salah satu

alat yang tepat bagi perusahaan untuk menilai

kinerja perusahaan terutama laporan rugi-laba

yang merupakan salah satu satu informasi

yang sangat penting.

Salah satu permasalahan yang perlu

diperhatikan guna menunjang kelancaran dan

aktivitas perusahaan adalah perputaran

piutang, karena hal ini sangat krusial dalam

mempengaruhi laba perusahaan. Dengan

adanya siklus piutang yang baik dan

memenuhi standar, maka hal-hal yang tidak

Page 42: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

39

diinginkan perusahaan seperti adanya bad

debt ataupun piutang tak tertagih dapat

dihindari, karena dengan adanya standar yang

ditetapkan, manajemen perusahaan akan lebih

terarah dalam menjalankan kebijakan

perusahaan, terutama hal yang mengenai

penjualan kredit. Karena jika tidak demikian,

hal ini akan mengganggu perputaran piutang

yang dampaknya akan berimbas pada

penurunan laba perusahaan. Perputaran

piutang yang tidak stabil akan berdampak

pada proses cepat atau lambatnya piutang

menjadi kas.

Menurut La Midjan (2001:170)

Penjualan Kredit adalah penjualan dengan

tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

Dengan diterapkannya kebijakan kredit, maka

akan timbul piutang, sehingga perusahaan

harus menunggu saatnya piutang dilunasi,

karena ada tenggang waktu antara saat

penyerahan barang sampai dengan

diterimanya uang. Apabila pelunasan piutang

tidak lancar, maka akan menggangu posisi

keuangan, (terutama perusahaan yang arus

kasnya kurang baik) karena modal kerja

banyak tertahan dalam bentuk piutang

tersebut. Pengelolaan piutang adalah unsur

penting dalam kelangsungan hidup suatu

usaha, karena piutang adalah sumber

keuangan atau kas perusahaan salah satu

manfaatnya adalah untuk pembiayaan

operasional perusahaan

Menurut Warren Reeve (2005)

perputaran piutang adalah usaha (account

receivable turn over) untuk mengukur

seberapa sering piutang usaha berubah

menjadi kas dalam setahun.

Secara garis besar, penjualan kredit

adalah transaksi penjualan barang atau jasa

yang dilakukan secana non-tunai. Siklus

operasi normal dalam sebuah perusahaan

biasanya melibatkan : pembelian, persediaan

(secara kas maupun kredit) yang kemudian

dijual secara kredit.

Sedangkan perputaran piutang dapat

dijelaskan sebagai perbandingan antara

jumlah penjualan kredit dengan jumlah rata-

rata piutang.

Manajemen piutang sangat penting

bagi perusahaan yang melakukan penjualan

produknya secara kredit terutama bidang jasa,

hal ini menyangkut masalah pengendalian

jumlah piutang, pengendalian dan

pengumpulan piutang, serta evaluasi

kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan,

sehingga terhindar dari risiko terjadinya

piutang tak tertagih.

Pada kondisi normal, perputaran

piutang biasanya lebih cepat perputarannya

daripada persediaan, sehingga tingkat

likuiditasnya lebih tinggi. Piutang dapat

diukur likuiditasnya melalui perhitungan

perputaran piutang. Hal ini akan

menunjukkan jangka waktu antara penjualan

kredit dan penarikan kas.

Lalu, laba pun dapat dijelaskan sebagai

laba yang didapat oleh perusahaan setelah

dikurangi oleh biaya-biaya. Laba adalah

peningkatan manfaat ekonomis bagi

perusahaan yang merupakan tujuan utama

dari perusahaan itu sendiri, laba dibagikan

kepada pemilik modal sebagai balas jasa atas

investasi yang ditanamkan pada perusahaan.

Menurut penelitian yang sebelumnya

dilakukan Arwan Nugroho pada tahun 2004.

Mengenai Analisa pengaruh perputaran kas,

perputaran piutang, dan perputaran persediaan

terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT.

Ultra Jaya), memberikan kesimpulan, bahwa

perputaran kas, perputaran piutang, dan

perputaran persediaan pada PT Ultra Jaya,

tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap profitabilitas perusahaan. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012)

menunjukkan bahwa perputaran kas,

perputaran piutang berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Julkarnain (2012) memperoleh

hasil di mana Modal Kerja berpengaruh

secara parsial terhadap Profirablititas

perusahaan sedangkan Perputaran Modal

Kerja, Perputaran Kas dan Perputaran Piutang

Page 43: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

40

tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas perusahaan.

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2010:2)

menjelaskan bahwa “Metode Penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Metode penelitian

merupakan sekumpulan peraturan kegiatan

dan prosedur yang digambarkan oleh pelaku

disiplin ilmu, metode merupakan suatu cara

pemecahan masalah yang sistematis.

Keuangan PT.Continental Cargo Carrier

Indotrans Tahun 2012-2014

HASIL PENELITIAN

DISKRIPSI VARIABEL PENELITIAN

1. Penjualan Kredit (X1)

Untuk mempermudah dalam

proses analisis data, maka peneliti

akan menyajikan tentang

penjualan kredit yang terjadi pada

PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans pada periode penelitian

adalah sebagai berikut :

No Tahun Bulan Kegiatan Penjualan

Kredit

1

2012

Januari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

1.950.320.320

2 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.117.212.393

3 Maret

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.386.194.088

4 April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

7.987.426.649

5 Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.779.767.300

6 Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.436.821.260

7 Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.615.274.597

8 Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.058.387.268

9 September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

10.983.277.184

10 Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.287.347.427

11 Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

10.939.572.601

12 Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.718.527.716

13 2013

Januari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.216.386.366

14 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.905.523.922

15

Maret

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.776.306.791

16

April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.875.612.301

Page 44: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

41

17

Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.888.495.774

18

Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.204.907.937

19 Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

7.530.870.154

20

Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.023.073.576

21

September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

7.721.387.595

22

Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.708.237.444

23

Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.877.228.317

24

Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.000.220.605

25

2014

Januari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.889.813.972

26 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.747.150.952

27 Maret

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.097.744.050

28 April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.990.351.214

29 Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.656.086.156

30 Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

7.952.112.591

31 Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.432.785.891

32 Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.135.463.569

33 September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.989.378.846

34 Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.681.414.412

35 Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.270.972.267

36 Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.271.507.569

2. Perputaran Piutang (X2)

Adapun perputaran piutang yang diperoleh pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans

pada periode penelitian adalah sebagai berikut :

No Tahun Bulan Kegiatan Piutang

1

2012

Januari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.123.978.561

2 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.432.911.786

3 Maret Pengepakan, Cleanning, Rp

Page 45: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

42

Inklaring, Eksport 10.576.455.300

4 April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

12.376.550.233

5 Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

14.300.789.564

6 Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

17.656.890.655

7 Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

14.098.790.070

8 Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

15.489.076.500

9 September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

15.890.908.765

10 Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

16.800.302.111

11 Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

23.980.768.564

12 Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

15.330.981.597

13

2013

Januari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

11.971.206.155

14 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.884.878.432

15 Maret

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

9.877.890.768

16 April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

11.908.767.550

17

Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

13.980.665.463

18

Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.078.656.456

19

Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.564.589.872

20

Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.567.894.530

21

September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.907.678.908

22

Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

10.987.675.456

23

Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.786.567.890

24

Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

7.788.540.272

25

2014

Januari Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport Rp 4.786.000.986

26 Februari

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.678.765.900

27 Maret

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.564.987.842

Page 46: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

43

28 April

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.560.987.890

29 Mei

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.478.903.456

30 Juni

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

6.745.689.789

31 Juli

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.987.675.002

32 Agustus

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

8.756.908.765

33 September

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

3.202.456.786

34 Oktober

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

5.090.395.699

35 Nopember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.365.789.020

36 Desember

Pengepakan, Cleanning,

Inklaring, Eksport

Rp

4.068.369.839

3. Variabel Terikat Laba

Adapun laba yang diperoleh dari penjualan sepeda motor pada PT. Continental Cargo

Carrier Indotrans adalah sebagai berikut :

No Tahun Bulan Kegiatan Laba

1

2012

Januari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 8.897.906

2 Februari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 406.098.789

3 Maret

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 700.989.767

4 April

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 680.876.789

5 Mei

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 546.789.098

6 Juni

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 600.879.065

7 Juli

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 700.987.890

8 Agustus

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 789.876.000

9 September

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring, Rp 961.300.319

Page 47: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

44

Eksport

10 Oktober

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 708.780.987

11 Nopember

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 894.790.101

12 Desember

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 120.980.789

13

2013

Januari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 636.503.450

14

Februari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 234.650.789

15

Maret

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 456.876.345

16

April

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 356.765.420

17

Mei

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 606.890.765

18

Juni

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 602.345.654

19

Juli

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 433.456.870

20

Agustus

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 303.430.456

21

September

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 410.358.858

22

Oktober

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 456.765.989

23

Nopember

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 245.654.345

24

Desember

Pengepakan, Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 330.545.098

25

2014

Januari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 245.656.099

Page 48: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

45

26 Februari

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 1.146.023.311

27 Maret

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 125.098.767

28 April

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 654.987.890

29 Mei

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 170.989.767

30 Juni

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 546.897.564

31 Juli

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 1.189.191.324

32 Agustus

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 213.456.564

33 September

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 245.098.789

34 Oktober

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 456.789.675

35 Nopember

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 256.879.087

36 Desember

Pengepakan,

Cleanning, Inklaring,

Eksport Rp 345.678.767

HIPOTESIS I

Uji ini digunakan untuk melihat

tingkat signifikansi variabelin dependen

mempengaruhi variabel dependen secara

individu atau sendiri – sendiri.

Dari tabel didapatkan nilai

signifikansi pada penjualan kredit

0,000 serta didapatkan nilai thitung

6,949. Standart tingkat signifikansi

yang digunakan peneliti adalah

sebesar 5% (0,05). Sedangkan

ketentuan pada statistik uji t jika

signifikansi < 0,05, maka Ho ada

pada daerah penolakan yang berarti

Ha diterima, sedangkan signikansi >

0,05, maka Ho ada pada daerah

penerimaan yang berarti Ha ditolak.

Dan Jika thitung < ttabel, maka Ho ada

pada daerah penerimaan yang berarti

Ha ditolak, sedangkan Jika thitung >

ttabel, maka Ho ada pada daerah

Variabel thitu

ng

ttabe

l

Sig. Keterangan

X1

Penjualan

Kredit

6,9

49

2,0

3

,000 Signifikan

X2

Perputaran

Piutang

0,4

97

2,0

3

,623 Tidak Signifikan

Page 49: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

46

penolakan yang berarti Ha diterima.

Sehingga dari data tersebut

disimpulkan bahwa :

1. Tingkat Signifikansi penjualan

kredit 0,000 < 0,05, maka

penjualan kredit berpengaruh

terhadap laba.

2. Hipotesis penjualan kredit thitung

(6.949) > ttabel (2.03), maka

penjualan kredit berpengaruh

terhadap laba.

HIPOTESIS II

Pengaruh Penjualan Kredit dan

Perputaran Piutang terhadap Laba

PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans

Dari tabel didapatkan nilai

signifikansi pada penjualan kredit

dan perputaran piutang terhadap laba

0,000 serta didapatkan nilai fhitung

30.959. F tabel 2,78 , jadi secara

statistik dinyatakan signifikan.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Penjualan Kredit terhadap

Laba pada PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans.

Dari hasil penelitian yang

peneliti lakukan, menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu

0,000 < 0,05, maka Ho ada pada daerah

penerimaan yang berarti Ha diterima atau

Penjualan Kredit berpengaruh terhadap

Laba pada PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans.

Menurut hipotesis berdasarkan

daerah penerimaan dan daerah penolakan

yaitu thitung (6.949) > ttabel (2.36), maka

Ho ada pada daerah penerimaan yang

berarti Ha diterima atau penjualan kredit

berpengaruh terhadap laba pada PT.

Continental Cargo Carrier Indotrans.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang pernah dilakukan

oleh Titik Indriani (2013) judul

skripsinya Pengaruh Penjualan Kredit

dan Perputaran Piutang terhadap Laba

pada Perusahaan Industri Barang

Konsumsi yang Terdaftar Di BEI. Yang

juga menyatakan bahwa penjualan kredit

sangat berpengaruh signifikan terhadap

laba perusahaan.

Penjualan kredit mempengaruhi

perolehan laba pada PT. Continental

Cargo Carrier Indotrans, semakin sering

penjualan kredit maka semakin besar laba

yang diperoleh PT. Continental Cargo

Carrier Indotrans. Serta pengaruh

penjualan kredit tergolong sangat tinggi

dan secara keseluruhan penjualan kredit

nilai dalam rupiahnya mempengaruhi

laba yang didapat PT. Continental Cargo

Carrier Indotrans. Karena dengan

penjualan kredit keuntungan yang didapat

semakin meningkat.

2. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap

Laba pada PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans.

Dari hasil penelitian yang

peneliti lakukan, menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu

0,623 > 0,05, maka Ho ada pada daerah

penolakan yang berarti Ha ditolak atau

perputaran piutang tidak berpengaruh

terhadap laba pada PT. Continental Cargo

Carrier Indotrans.

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F

Si

g.

1 Regressio

n

1,799E1

8

2 8,996E17 30,95

9

,0

00a

Residual 9,589E1

7

33 2,906E16

Total 2,758E1

8

35

a. Predictors: (Constant), Perputaran_Piutang,

Penjualan_Kredit

b. Dependent Variable: Laba

Page 50: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

47

Menurut hipotesis berdasarkan

daerah penerimaan dan daerah penolakan

yaitu thitung (0.497) < ttabel (2.36), maka

Ho ada pada daerah penolakan yang

berarti Ha ditolak atau perputaran piutang

tidak berpengaruh terhadap laba pada PT.

Continental Cargo Carrier Indotrans.

Perputaran piutang tidak begitu

berpengaruh terhadap laba pada PT.

Continental Cargo Carrier Indotrans. Hal

ini berarti perputaran piutang tidak

berperan secara langsung dalam upaya

peningkatan laba pada PT. Continental

Cargo Carrier Indotrans.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang pernah dilakukan

oleh Titik Indriani (2013) judul

skripsinya Pengaruh Penjualan Kredit

dan Perputaran Piutang terhadap Laba

pada Perusahaan Industri Barang

Konsumsi yang Terdaftar Di BEI. Yang

menyatakan bahwa perputaran piutang

tidak berpengaruh terhadap laba

perusahaan. Serta penelitian yang

dilakukan oleh Julkarnain dalam judul

Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal

Kerja, Perputaran Kas, dan Perputaran

Piutang Terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Industri Barang Konsumsi

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2008-2011. Yang juga

menyatakan bahwa perputaran piutang

tidak berpengaruh terhadap profitabilitas

( laba ).

Perputaran piutang timbul

karena munculnya piutang. Piutang

adalah aktiva kekayaan yang timbul

sebagai akibat dari adanya kebijakan

penjualan secara kredit.

Pada prinsipnya, perputaran

piutang yang semakin cepat akan

menghasilkan laba yang semakin besar,

walaupun hal itu tidak secara langsung.

Namun, pada kenyataannya yang terjadi

pada sampel sebaliknya. Hal ini mungkin

saja disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain :

1). Adanya peningkatan terhadap piutang tak

tertagih

2). Menurunya efektivitas penagihan

perusahaan

3). Terlalu longgarnya kebijakan kredit

4). Kenaikan UMK

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai

pengaruh penjualan kredit dan perputaran

piutang terhadap laba pada PT.

Continental Cargo Carrier Indotrans.

Dari hasil uji statistik diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Penjualan kredit berpengaruh terhadap

laba pada PT. Continental Cargo

Carrier Indotrans. Hal ini berarti

penjualan kredit berperan secara

langsung dalam upaya peningkatan

laba PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans.

2. Perputaran piutang tidak berpengaruh

terhadap laba pada PT. Continental

Cargo Carrier Indotrans Hal ini berarti

perputaran piutang tidak berperan

secara langsung dalam upaya

peningkatan laba PT. Continental

Cargo Carrier Indotrans.

3. Penjualan kredit dan Perputaran

piutang berpengaruh terhadap laba

pada PT. Continental Cargo Carrier

Indotrans. Hal ini berarti penjualan

kredit dan perputaran piutang berperan

secara langsumg dalam upaya

peningkatan laba PT. Continental

Cargo Carrier Indotrans.

SARAN

Setelah mengetahui hasil analisa

tersebut diatas, maka pada kesempatan ini

penulis akan menggunakan saran-saran

yang mungkin bermanfaat :

1. Bagi Akademik ( STIE KH. Ahmad

Dahlan Lamongan ) semoga dengan

analisis yang peneliti lakukan ini bisa

menambah pihak akademik untuk

lebih menjelaskan dan mengajarkan

mahasiswa dalam penggelolaan

piutang dan penjualan kredit pada

perusahaan atau dalam organisasi

besar lainnya, agar mahasiswa dalam

terjun ke lapangan kerja bisa paham

Page 51: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

48

dan mengerjakan persoalan ini. Serta

agar dapat menambah bacan

diperpustakaan untuk para mahasiswa.

2. Dengan hasil analisis yang telah

dikemukakan maka diharapkan

perusahaan-perusahaan lebih dapat

meningkatkan efektivitas

pengendalian piutang, terutama untuk

meningkatkan laba perusahaan PT.

Continental Cargo Carrier Indotrans

perlu untuk menyusun kembali sistem

penagihan piutang yang sekarang di

terapkan. Hal tersebut di karenakan

perputaran piutang yang sekarang

digunakan perusahaan tidak begitu

efektif dalam meningkatkan laba di

karenakan modal kerja dari piutang

sangat lamban sehingga perusahaan

harus meminjam dana ke sejumlah

bank. Apabila perputaran piutang

sudah membaik maka dapat

menunjang laba perusahaan di

karenakan dana yang akan di pinjam

dari pihak bank hanya sebagian kecil

dan beban bunga bank juga akan

menurun. Serta untuk penjualan lebih

baik perusahaan mulai melakukan

pengembangan pasar. Dimana

konsumen bukan hanya bergerak di

bidang pupuk tetapi bisa ke sektor lain

seperti gandum, jagung atau gula di

mana setiap tahun import yang masuk

semakin besar dari pelabuhan Tanjung

Perak.

3. Untuk penelitian selanjutnya,

diharapkan untuk dapat menambah

beberapa variabel baru yang

berhubungan dengan Laba seperti

persediaan, Aktiva Tetap, Modal Kerja

dan Lainnya. Dan untuk sampel

penelitian berikutnya penulis berharap

untuk sampel perusahaan yang di ambil

dari perusahaan manufaktur.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad, 2000, Hukum dan

Penelitian Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Arief Sugiono, Yanuar Nanok Soenarno,

Synthia Madya Kusumawati,

2010, Akuntansi dan pelaporan

keuangan untuk bisnis skala kecil

dan menengah, Penerbit :

Grasindo, Jakarta.

Azhar, La Midjan dan Susanto, 2001, Sistem

Informasi Akuntansi I dan II,

Edisi Kesebelas, Lembaga

Informatika, Bandung.

Chairul Marom, 2002, SistemAkuntansi

Perusahaan Dagang,Edisikedua,

PenerbitGrasindo, Jakarta.

Drs. OP. Simorangkir, 2000, Pengantar

Lembaga Keuangan Bank dan

Non Bank, Cetakan kedua,

Penerbit Ghalia Indonesia.

Fees, Reeve, Warren, dan Niswonger, 1999,

Prinsip – Prinsip Akuntansi, Edisi

Sembilan Belas, Cetakan Pertama,

Erlangga, Jakarta.

Fees, Revee, Wareen, 2005, Accounting

Pengantar Akuntansi, Salemba

Empat, Jakarta.

Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis

Pengambilan Keputusan Bisnis,

Jakarta, Salemba Empat.

Horngren, Charles., et. All, 1997, Akuntansi

di Indonesia, Salemba Empat,

Jakarta.

Julkarnain, 2012, Pengaruh Modal Kerja,

Perputaran Modal Kerja,

Perputaran Kas, dan Perputaran

Piutang Terhadap Profitabilitas

Pada Perusahaan Industri

Barang Konsumsi Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2008-2011, Fakultas Ekonomi,

Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjung Pinang.

Page 52: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

49

Kieso, Donald E., Weygandt, 2007, Akuntansi

Intermediate, Jilid II, Erlangga,

Jakarta.

M. Munandar, 2006, Pokok – Pokok

Intermadiate Accounting, Penerbit

:Gramedia PustakaUtama, Gajdah

Mada University, Jakarta.

Mulyadi.2008, Sistem Akuntansi, Salemba

Empat, Jakarta.

Mohammad Muslich, 2003, Manajemen

Keuangan Modern: Analisis,

Perencanaan dan Kebijakan,

Cetakan Ketiga, PT. Bumi

Aksara, Jakarta.

Nugroho, Arwan, 2004, Analisis Pengaruh

Perputaran Kas, Perputaran

Piutang dan Perputaran

Persediaan Terhadap

Profitabilitas Perusahaan,

Fakultas Akuntansi, Universitas

Padjajaran Bandung, Bandung.

Putra, Lutfi Jaya. 2012, Pengaruh Perputaran

Modal Kerja Terhadap

Profitabilitas (Studi Kasus : PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk.).

Jurnal Ekonomi Gunadarma.

S. Munawir, 2002, Analisa Laporan

Keuangan, Edisi Empat, Liberty,

Yogyakarta.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&B,

Alfabeta, Bandung.

Skousen, Smith., 2000. Akuntansi

Intermediate, Volume

Komprehensif, Jilid 2, Edisi

Sembilan, Erlangga, Jakarta.

Sulistiyowati, Leny, 2010, Panduan Praktis

Memahami Analisis Laporan

Keuangan, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Teguh Pudjo Muljono, 2007, Manajemen

Perkreditan Bagi Bank Komersiil.

Edisi 4, Yogyakarta : BPFE.

Titik Indriani, 2013, Pengaruh Penjualan

Kreditdan Perputaran Piutang

Terhadap Laba pada Perusahaan

Industri Barang Konsumsi di BEI,

Fakultas Ekonomi, Universitas

FPS IKIP, Bandung.

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Atas Undang –

Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

Warren, Carl S. et. al., 2005, Accounting 21th

Edition.translated by Aria

Farahmita, et. et. al. Pengantar

Akuntansi Edisi 21, Buku 1,

Salemba Empat, Jakarta.

Page 53: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

50

ANALIS BIAYA BAHAN BAKU DAN GAJI KARYAWAN

TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN PADA

PT. ES BATU DUMPI AGUNG LAMONGAN

MUSTOFA NUR

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan

pengaruh biaya bahan baku dan gaji karyawan terhadap pendapatan perusahaan

PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Dalam penelitian ini metode penelitian

yang digunakan adalah metode kuantitatif, dan jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 36 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh biaya bahan

bahan baku terhadap pendapatan perusahaan ( X1 terhadap Y ) , adanya pengaruh

gaji karyawan terhadap pendapatan perusahaan ( X2 terhadap Y ) . Dan secara

simultan biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan

perusahaan ( X1, X2 terhadap Y ) . Tetapi diantara biaya bahan baku dan gaji

karyawan pengaruh yang paling besar yaitu biay bahan baku.

Kata Kunci : Biaya Bahan Baku, Gaji Karyawan dan Pendapatan.

PENDAHULUAN

Saat ini dunia industri di

Indonesia semakin maju dan pesat,

hal ini mendorongg timbulnya

persaingan yang begitu ketat.

Persaingan yang semakin ketat

mengharuskan perusahaan untuk

mengambil tindakan yang tepat agar

dapat tetap eksis sesuai dengan

konsep going concern, sehingga

pihak-pihak perusahaan dituntut agar

bisa beroperasi secara efektif,

efisien, dan hidup bersaing antara

satu dengan yang lain. Oleh karena

itu, untuk menjamin kelangsungan

hidupnya, suatau perusahaan

melaksanakan berbagai kebijakan

untuk mencapai tujuan utamanya.

Tujuan utama suatu perusahaan

secara umum adalah memaksimalkan

laba yang di dapat. Dengan semakin

pesatnya perkembangan di dunia

industri dan timbulnya perusahaan-

perusahaan baru, maka diperlukan

suatu pengelolahan yang sebaik-

baiknya dan selalu mengusahakan

terselenggaranya suatu kegiatan yang

efektif dan efisien. Besar kecilnya

laba yang dicapai suatu perusahaan

merupakan ukuran kesusksesan

menejemen dalam mengelolah

usahanya agar pihak perusahaan

dapat mencapai tujuan yang

dikehendaki.

Dalam situasi sekarang ini

dimana semakin banyaknya pesaing

maka banyak pihak perusahaan yang

berusaha untuk bisa menekan biaya

bahan baku dan tenaga kerja tanpa

harus mengurangi kualitas produk

dan profit dan kelangsungan hidup

perusahaan tetap berjalan dan dapat

dipertahankan.

Oleh karena itu, dalam

melaksanakan tugas tersebut peranan

informasi akuntasi dirasakan sangat

penting bagi menejemen perusahaan,

adapun informasi yang dibutuhkan

yakni informasi biaya yang erat

kaitanya dengan kegiatan operasi

perusahaan.

Page 54: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

51

Biaya merupakan salah satu

sumber informasi yang paling

penting dalam analisis strategik

perusahaan. Proses penentuan dan

analisis biaya padaperusahaan dapat

menggambarkan suatu kinerja

perusahaan pada masa yang akan

datang. Pada dasarnya masalah yang

sering timbul dalam suatu

perusahaan adalah perencanaan biaya

oleh suatu perusahaan tidak sesuai

dengan apa yang terjadi

sesungguhnya (realisasi biaya). Oleh

sebab itu untuk dapat mencapai

produksi yang efisien, maka

diperlukan suatu pengendalian

terhadap biaya produksi yang akan

dikeluarkan. Pengendalian biaya

produksi merupakan penggunaan

utama dari akuntansi dan analisis

biaya produksi.

Menurut Subiyanto (1993:39)

bahan langsung adalah bahan yang

digunakan untuk produksi yang

dapat diidentifikasikan dengan

produk, mudah ditelur ke produk,

dan merupakan biaya yang besar atas

produk. Dalam suatu kegiatan

produksi suatu perusahaan harus

dapat mempertimbangkan biaya yang

terdapat di dalamnya salah satunya

adalah biaya bahan baku. Biaya

bahan baku dalam suatu perusahaan

harus efisiensi agar tidak terjadi

pemborosan dalam penggunanaan

bahan baku, cara yang digunakan

yaitu dengan analis selisih biaya

bahan baku.

PT.Es Batu Dumpi Agung

merupakan perusahaan yang

bergerak dalam Pembuatan Es Batu

yang berupa balok’an. PT.Es Batu

Dumpi Agung merupakan

perusahaan daerah yang berada di

wilayah Dumpi Agung Lamongan.

PT.Es Batu Dumpi Agung

merupakan perusahaan yang bersifat

padat karya, yaitu lebih banyak

menggunakan tenaga kerja manusia

daripada tenaga mesin.Tenaga kerja

mempunyai peran penting dalam

melakukan kegiatan utama produksi

Es Batu/Es Balok.Persediaan bahan

baku merupakan salah satu unsur

yang paling penting dalam

perusahaan, persediaan bahan baku

(Air) harus tersedia dalam jumlah

tertentu dan selama periode tertentu

sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan perusahaan.

Menurut Halim (2010:278)

analis selisih biaya bahan baku

adalah selisih biaya bahan baku yang

disebabkan oleh adanya biaya bahan

baku standart dengan biaya bahan

baku yang sesungguhnya. Selain

biaya bahan baku perusahaan juga

memiliki faktor utama lain untuk

menjalankan kegiatan produksinya

yaitu tenaga kerja. Menurut Polimeni

(1985:44) Tenaga kerja merupakan

daya fisik atau mental yang

dikerahkan untuk menghasilkan

suatu produk.

Dalam proses produksi, tenaga

kerja memerlukan biaya dalam

menjalankan kegiatanya, dalam hal

ini digunakan untuk pemberian gaji,

upah maupun bonus kepada tenaga

kerja yang ada dalam suatu

perusahaan.

Menurut Subiyanto (1993:42)

biaya tenaga kerja langsung adalah

kompensasi yang diberikan kepada

semua karyawan yang terlibat

langsung dalam pengolahan produk.

Pengendalian biaya tenaga kerja

dalam suatu perusahaan perlu

dilakukan agar laba yang dihasilkan

dapat maksimal sesuai tujuan yang

ingin dicapai. Menurut Halim (2010 :

Page 55: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

52

286) “Analisa selisih biaya tenaga

kerja langsung adalah selisih biaya

tenaga kerja langsung yang

disebabkan oleh adanya biaya tenaga

kerja langsung standar dengan biaya

tenaga kerja langsung yang

sesungguhnya”.Efisiensi biaya

tenaga kerja langsung dapat

diketahui dengan cara

membandingkan antara hasil dari

analisis selisih biaya tenaga kerja

langsung dengan biaya tenaga kerja

langsung sesungguhnya.

Menurut Bhayangkara (2008 :

184) secara umum persediaan pada

industri manufaktur terdiri atas

persediaan bahan baku, barang dalam

proses, dan persediaan perlengkapan.

Ketersediaan atau kuantitas bahan

baku sangat berpengaruh selama

proses produksi berlangsung, harga

biaya bahan baku juga dapat

mempengaruhi proses produksi. Oleh

sebab itu harga yang sesuai serta

kuantitas bahan baku yang memadai

harus dapat terpenuhi, pergantian

musim juga tidak mempengaruhi

persediaan bahan baku, hal ini

dikarenakan kualitas dan kuantitas

bahan baku tidak dipengaruhi oleh

keadaan cuaca.(penyimpangan) biaya

bahan baku.

Menurut Bhayangkara (2008 :

83) pelatihan dan pengembangan

karyawan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya. Namun dalam kegiatan

produksi biaya-biaya lain selain

biaya bahan baku dan tenaga kerja

adalah biaya overhead pabrik.

Menurut Halim (2010 : 276 ) biaya

overhead meliputi biaya pembantu,

tenaga kerja tidak langsung,

penyusutan dan lain-lain. Masing-

masing jenis biaya overhead pabrik

tersebut berbeda-beda pengaruhnya

jika dihubungkan dengan naik

turunnya biaya produksi.

Dalam memaksimalkan laba

suatu perusahaan perlu melakukan

efisiensi terhadap berbagai biaya

produksi. Dalam penentuan biaya

produksi sangat diperlukan estimasi-

estimasi yang baik dengan

memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi, yaitu kenaikan harga

bahan baku, kenaikan tarif upah

karyawan, dan biaya-biaya dimasa

yang akan datang. Berbagai macam

penyimpangan dalam proses

produksi dapat menimbulkan selisih

biaya, maka oihak menejemen perlu

melakukan analisis terhadap selisih

biaya yang terjadi guna untuk

mengetahui apakah selisih tersebut

menguntungkan atau tidak

menguntungkan bagi perusahaan dan

perlu diketahui apakah yang

menyebabkanya. Berdasarkan analis

tersebut maka dapat diketahu faktor-

faktor yang menyebabkan timbulnya

selisih tersebut.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang

digunakan adalah pendekatan

kuantitatif atau kualitatif

research yaitu jenis penelitian

yang berusaha menentukan teori,

yaitu teori subtantif atau formal,

yang semuanya jelas berasal dari

data (Sadjana, 1996:160).

Data penelitian ini

menggunakan pendekatan

kuantitatif deskriptif. Metode

statistik deskriptif ialah statistik

yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya

Page 56: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

53

tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi

(Sugiyono, 2008:147).

Penelitian deskriptif disini

menggunakan metode survei

yaitu penyelidikan yang

diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala

yang ada dan mencari

ketrangan-keterangan secara

faktual, baik tentang institusi

sosial, ekonomi atau politik dari

suatu kelompok ataupun suatu

daerah (Nazir, 1988:65).

DISKRIPSI VARIABEL

PENELITIAN

a. Data Variabel Biaya Bahan

Baku (X1)

Dalam penelitian ini, peneliti

mendapatkan data dari perusahaan

dan selanjutnya diolah sendiri. Data

biaya bahan baku PT. ES BATU

DUMPI AGUNG setiap bulan.

BULAN

Biaya (Rp)

2012 2013 2014

Januari 412.612.000 433.242.600 453.873.200

Februari 395.374.600 415.143.330 434.912.060

Maret 446.992.000 469.341.600 491.691.200

April 498.046.000 522.948.300 547.850.600

Mei 515.760.000 541.548.000 567.336.000

Juni 412.612.000 433.242.600 453.873.200

Juli 412.612.000 433.242.600 453.873.200

Agustus 429.800.000 451.290.000 472.780.000

September 446.992.000 469.341.600 491.691.200

Oktober 481.376.000 505.444.800 529.513.600

November 412.612.000 433.242.600 453.873.200

desember 395.374.600 415.143.330 434.912.060

TOTAL 5.260.163.200 5.523.171.360 5.786.179.520

Sumber : Laporan biaya bahan baku pada PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan

(2015 : data diolah )

Page 57: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

54

B. data variabel gaji

Data gaji karyawan PT. ES BATU DUMPI AGUNG setiap bulan

BULAN

Gaji (Rp)

2012 2013 2014

Januari 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Februari 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Maret 124.740.000 137.403.000 151.511.000

April 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Mei 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Juni 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Juli 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Agustus 124.740.000 137.403.000 151.511.000

September 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Oktober 124.740.000 137.403.000 151.511.000

November 124.740.000 137.403.000 151.511.000

Desember 124.740.000 137.403.000 151.511.000

TOTAL 1.496.880.000 1.648.836.000 1.818.132.000

c. Data pendapatan perusahaan PT. ES BATU DUMPI AGUNG

setiap bulan

BULAN

Pendapatan

2012 2013 2014

Januari 362.648.000 380.780.400 398.912.800

Februari 342.386.400 359.504.670 376.623.940

Maret 403.268.000 423.431.400 442.594.800

April 464.714.000 487.949.700 463.185.400

Mei 484.500.000 508.725.000 523.950.000

Juni 362.648.000 380.780.400 398.912.800

Juli 362.648.000 380.780.400 398.912.800

Page 58: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

55

Agustus 382.960.000 402.108.000 421.256.000

September 403.268.000 423.431.400 442.594.800

Oktober 443.884.000 446.078.200 488.272.400

November 362.648.000 380.780.400 398.912.800

Desember 342.385.400 359.504.670 367.623.940

TOTAL 4.717.956.800 4.933.854.640 5.139.752.480

Sumber : Laporan pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung

Lamongan

(2015 : data diolah).

HIPOTESIS I

Untuk menguji pengaruh variabel

pelayaan dan fasilitas terhadap

kepuasan pengguna perpustakaan

daerah lamongan. Dengan

menggunakan uji t atau parsial.

Apabila nilai thitung > ttabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya

apabila thitung < ttabel maka Ho diterima

Ha ditolak maka pengujian hiposesis

secara parsial dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

a Hypothesis berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah

penolakan, biaya bahan baku

berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan

dibuktikan dengan thitung

(34,317 ) > ttabel (2,032 ).

b. Hipotesis berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah

penolakan gaji karyawan

berpengaruh terhdap

pendapatan perusahaan

dibuktikan dengan thitung (

4,278) > ttabel (2,032).

HIPOTESIS II

Untuk menguji pengaruh variabel

pelayaan dan fasilitas terhadap

kepuasan pengguna perpustakaan

daerah lamongan. Dengan

menggunakan uji F Atau simultan.

Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya

apabila Fhitung < Ftabel maka Ho

diterima Ha ditolak maka pengujian

hiposesis secara simultan

. Hipotesis berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah

penolakan berdasarkan biaya

bahan baku dan gaji karyawan

berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan

dibuktikan dengan fhitung > ftabel

(643,093) >( 3,275).

Model

Unstandardized

Coefficients

Standa

rdized

Coeffi

cients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Consta

nt)

2,322E

7

1,830E

7

1,269 ,213

X1 1,111 ,032 1,032 34,31

7

,000

X2 ,563 ,132 0,129 4,278 ,000

Page 59: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

56

PEMBAHASAN

1. Pengaruh biaya bahan baku

terhadap pendapatan perusahaan

PT. Es Batu Dumpi Agung

Lamongan.

Dari hasil penelitian yang

dilakukan peneliti, menurut

tingkat signifikansi yang

diperoleh dengan menggunakan

statistik uji t ( parsial ) yaitu (Sig)

0,000 < 0,05 maka biaya bahan

baku berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan.

Berdasarkan daerah penerimaan

dan daerah penolakan, biaya

bahan baku berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan dibuktikan

dengan thitung (34,317 ) > ttabel

(2,032 ).

2. Pengaruh Gaji Karyawan pada

pendapatan perusahaan PT. Es

Batu Dumpi Agung Lamongan

Tingkat signifikansi diperoleh

dengan menggunakan statistik uji

t gaji karyawan berpengaruh

terhadap pendapatan dibuktikan

dengan tingkat signifikansi (Sig)

0,000 < 0,05.

Hipotesis berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah

penolakan, gaji karyawan

berpengaruh terhdap pendapatan

perusahaan dibuktikan dengan

thitung ( 4,278) > ttabel (2,032).

3. Pengaruh biaya bahan baku

dan gaji karyawan pada

pendapatan perusahaan PT. Es

Batu Dumpi Agung Lamongan

Menurut tingkat signifikansi yang

diperoleh dengan menggunakan

statistik uji f (simultan) yaitu

0,000 < 0,05 maka Ho ada pada

daerah penerimaan yang berarti

Ha ditolak atau biaya bahan baku

dan gaji karyawan berpengaruh

terhadap pendapatan perusahaan.

Berdasarkan daerah penerimaan

dan daerah penolakan biaya

bahan baku dan gaji karyawan

berpengaruh terhadap pendapatan

perusahaan dibuktikan dengan

fhitung > ftabel (643,093) > ( 3,275).

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

yang peneliti lakukan di PT. Es

Batu Dumpi Agung Lamongan,

dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

Pengaruh biaya bahan baku

terhadap pendapatan perusahaan

PT. Es Batu Dumpi Agung

Lamongan. Dari hasil penelitian

yang dilakukan peneliti, menurut

tingkat signifikansi yang diperoleh

dengan menggunakan statistik uji t

( parsial ) yaitu (Sig) 0,000 < 0,05

maka biaya bahan baku

berpengaruh terhadap pendapatan

perusahaan. Berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah

penolakan,maka biaya bahan baku

berpengaruh terhadap pendapatan

perusahaan dibuktikan dengan thitung

(34,317 ) > ttabel (2,032 ).

Pengaruh Gaji Karyawan pada

pendapatan perusahaan PT. Es Batu

Dumpi Agung Lamongan. Tingkat

signifikansi diperoleh dengan

menggunakan statistik uji t gaji

karyawan berpengaruh terhadap

pendapatan dibuktikan dengan

tingkat signifikansi (Sig) 0,000 <

0,05. Hipotesis berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah penolakan

maka gaji karyawan berpengaruh

terhdap pendapatan perusahaan

dibuktikan dengan thitung ( 4,278) >

ttabel (2,032).

Page 60: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

57

Pengaruh biaya bahan baku dan

gaji karyawan pada pendapatan

perusahaan PT. Es Batu Dumpi

Agung Lamongan. Menurut tingkat

signifikansi yang diperoleh dengan

menggunakan statistik uji f

(simultan) yaitu 0,000 < 0,05 maka

Ho ada pada daerah penerimaan

yang berarti Ha ditolak atau biaya

bahan baku dan gaji karyawan

berpengaruh terhadap pendapatan

perusahaan. Berdasarkan daerah

penerimaan dan daerah penolakan

biaya bahan baku dan gaji

karyawan berpengaruh terhadap

pendapatan perusahaan dibuktikan

dengan fhitung > ftabel (643,093) > (

3,275).

SARAN

Berdasarkan kesimpulan

diatas, peneliti mengajukan

saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian bisa

menambah dan memperluas

wawasan tentang masalah yang

diteliti sebagi bagian dari ilmu

yang dipelajari.

2. Bagi STIE.KH.Ahmad Dahlan

Lamongan

Sebagai sumbangan pikiran

dari peneliti, untuk menambah

dan melengkapi buku

perpustakaan dan sebagai

pembanding bagi mahasiswa

yang akan mengadakan

penelitian dari sisi dan masalah

penelitian yang sama.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan

berguna sebagai informasi

tentang pendapatan

diperusahaan yang bergerak

pada bidang tersebut.

4. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat

digunakan oleh manajemen

PT.Es Batu Dumpi Agung

terkait dengan pengeloaan dan

efisiensi biaya produksi

sebagai alat pengendalian

biaya.

Perlu adanya kesadaran dan

kedisiplinan dari masing-

masing bagian perusahaan

berkaitan dengan pemakaian

keuangan sehingga segala

bentuk pelaporan, khususnya

laporan keuangan bisa tersusun

dengan rapi dan sesuai dengan

konsep yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aliminsyah dan pandji, 2005, Kamus

Akuntansi, CV. Yrma Wudya,

Bandung.

Alma Buchari, 2006, Manajemen

Pemasaran Dan Jasa, Alfa Beta,

Bandung.

Assaury Sofjan, 2009, Manajemen

Produksi F.E.U.I, Jakarta.

Assegaf Abdullah, 2006, Kamus

Akuntansi, PT. Mario Grafik,

Jakarta.

Hariono Agus, 2014,”Pengaruh

kualitas dan harga barang

toko tiga nada

Lamongan.Skripsi.STIE KH.

Akhmad Dahlan, Lamongan.

Kotler, Philip dan Amstrong, 2008,

Prinsip-prinsip Pemasaran,

Eirlangga, Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller Lana

Kevin, 2008, Manajemen

Pemasaran, Eirlangga,

Jakarta.

Maftukha, 2013,”Pengaruh

Penetapan Harga dan Promosi

Terhadap Volume Penjualan

di UD NIZAS

Page 61: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

58

Lamongan.Skripsi. STIE KH.

Akhmad Dahlan, Lamongan.

Rangkuti Fredy, 2009, Analisis

SWOT Teknik Membedah

Kasus Bisnis, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Stanton William J, 2008, Manajemen

Pemasaran Modern Jilid 2,

Erlangga, Jakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian

Bisnis, CV AlfaBeta,

Bandung. Sugiyono, 2011.

Statistika untuk Penelitian.

Cetakan Ke-19, Alfa Beta,

Bandung.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Cetakan Kedelapan,

Alfa Beta, Bandung.

Swastha, Basu, 2003, Asas-asas

Marketing, Liberty,

Yogyakarta

Swastha, Basu dan Irawan, 2003,

Manajemen Pemasaran

Modern, Liberty, Yogyakarta.

Swasta, Basu dan Irawan, 2008,

Manajemen pemasaran

modern, Liberty,

Yogyakarta.

Tanujaya, Lim,2004, Promosi Dan

Penjualan, Salemba Empat,

Jakarta.

Page 62: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

59

ANALISIS PENGARUH JUMLAH WISATAWAN DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013-2015

MUKHTAR

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi yang kuat harus di imbangi dengan penerimaan yang kuat. Jumlah Wisatawan

dan Tingkat Hunian Hotel selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan

faktor yang dominan peranan dan kontribusinya. Maka dari itu keduanya harus terus di tingkatkan untuk

pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013 – 2015.

(2) Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Lamongan tahun 2013 – 2015. (3) Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013 - 2015.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu

mempelajari fakta-fakta yang sudah ada. Prosesnya berupa mendiskripsikan dengan cara menginterpretasi data

yang telah di olah. Data yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan data time series (runtut waktu) selama

tahun 2013 sampai dengan 2015 mulai bulan Januari sampai bulan Desember meliputi data : Jumlah Wisatawan,

Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan. Analisis yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa Jumlah Wisatawan Kabupaten Lamongan

berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan karena thitung sebesar 3,761 dan

Tingkat Hunian Hotel Kabupaten Lamongan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Lamongan karena thitung sebesar 4,746. Berdasarkan penelitian, peneliti menyarankan agar penarikan Jumlah

Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel di awasi penarikannya agar lebih maksimal.

Kata Kunci : Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Asli Daerah.

PENDAHULUAN

Sektor Pariwisata mempunyai peranan

penting dalam peningkatan perekonomian

Indonesia, baik sebagai salah satu penghasil devisa

maupun dalam perluasan lapangan kerja. Sektor ini

diharapkan dapat menjadi salah satu sektor yang

dapat diperhitungkan untuk memperkuat

perekonomian daerah. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi lokal lebih cepat terwujud dan pada

gilirannya dapat meningkatkan kinerja keuangan

daerah. Hal ini berarti, idealnya pelaksanaan

otonomi daerah harus mampu mengurangi

ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan

daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya

diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi

pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal

pembiayaan daerah.

Menurut Koen Meyers (2009), pariwisata

adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh

sementara waktu dari tempat tinggal semula ke

daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap

atau mencari nafkah melainkan hanya untuk

memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu

senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.

Usaha mengembangkan dunia pariwisata

Indonesia didukung dengan UU nomor 10 Tahun

2009 tentang kepariwisataan yang menyebutkan

keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan

sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya

pendapatan asli daerah (PAD), meningkatnya taraf

hidup masyarakat, dan memperluas kesempatan

kerja. mengingat semakin banyaknya

pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta

lingkungan serta melestarikan alam dan budaya

setempat. Keberhasilan pengembangan sektor

kepariwisataan, berarti akan meningkatkan

perannya dalam penerimaan daerah, dimana

kepariwisataan merupakan komponen utamanya

dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, seperti: jumlah wisatawan dan

tingkat hunian hotel yang berkunjung baik

domestik maupun internasional.

Kabupaten Lamongan memiliki objek wisata

yang cukup bervariasi yaitu terdiri dari objek

wisata alam, wisata sejarah, kepurbakalaan serta

Page 63: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

60

objek wisata bahari yang sangat menarik untuk

dikunjungi. Dengan adanya berbagai macam obyek

wisata seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka

wisatawan mempunyai berbagai macam pilihan

obyek wisata yang ingin mereka kunjungi antara

lain, Wisata Bahari Lamongan, Wisata Religi

Sunan Drajat dan Waduk Gondang.

Wisata Bahari Lamongan (WBL) adalah salah

satu tempat wisata Indonesia yang terletak di desa

Paciran kecamatan Paciran kabupaten Lamongan

yang didirikan pada 14 November 2004. WBL

memiliki kekayaan yang tidak kalah dengan wisata

bahari lainnya. Kawasan WBL merupakan hasil

perpaduan aspek-aspek nature (alam), culture

(budaya), dan architecture (bangunan) yang

bemuansa global tapi tetap mempertahankan ciri

khas lokal. Kehadiran WBL merupakan

penyeimbang wahana wisata di Kabupaten

Lamongan yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai

Tanjung Kodok dan Gua Istana Maharani yang

terletak di pesisir bagian utara Pulau Jawa.

Wisata Bahari Lamongan dibangun guna

memenuhi kebutuhan sarana liburan bagi keluarga

Jawa Timur maupun dari seluruh wilayah

Indonesia. Obyek wisata ini dibangun bertaraf

Internasional dengan manajemen modern dibawah

payung PT Bumi Lamongan Sejati. Sebuah

perusahaan patungan pemerintah kabupaten

Lamongan dengan PT Bunga Wangsa Sejati yang

telah berhasil membangun dan mengembangkan

Jawa Timur Park Batu.

Makam Sunan Drajat adalah salah satu wisata

religi yang sangat terkenal di Jawa Timur dan kerap

penuh sesak dipenuhi oleh peziarah terutama pada

hari libur dan hari minggu. Makam Sunan Drajat

dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa

Timur. Makam Sunan Drajat ini berada pada bukit

dengan dikelilingi pepohonan yang luas. Di area

Makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan

Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara

gratis, agar mempermudah pengenalan sejarah

budaya bagi dunia pendidikan. Pemerintah

Kabupaten Lamongan juga telah memberikan

berbagai fasititas antara lain : tempat parkir,

masjid, rumah makan dan minum, serta tempat

beristirahat dan kamar mandi untuk

mempermudahkan bagi para peziarah di Makam

Sunan Drajat. Sunan Drajat juga dikenal sebagai

Wali yang menciptakan Tembang Jawa dengan alat

musik gamelan yang kini disimpan baik di Museum

Sunan Drajat, yang juga berada di sekitar kompleks

pemakaman dan bisa dengan bebas diakses oleh

wisatawan yang datang. Museum ini berisi

berbagai macam benda yang Sunan Drajat pakai

pada masa itu, diantaranya ada bedug, serpihan sisa

bangunan masjid, gamelan, dan alat-alat yang biasa

digunakan sehari-hari seperti lampu, kursi dan lain-

lain.

Wisata Waduk Gondang, Wisata Waduk

Gondang ini terletak 19 Km ke arah barat

Lamongan. Tepatnya di desa Gondang Lor dan

Deket Agung Kecamatan Sugio. Untuk menuju

lokasi ini selain dapat ditempuh dengan kendaraan

pribadi dapat juga menggunakan angkutan umum

dari Lamongan menuju Gondang. Tidak jauh dari

lokasi waduk terdapat makam Dewi Sekardadu,

putri Blambangan istri Kanjeng Maulana Iskak

yang juga disebut Mbok Rondo Gondang

merupakan ibu Jaka Samudra atau Sunan Giri.

Ditemukan tahun 1911 dan dipugar tahun 1917

oleh pemerintah.

Oleh karena itu pariwisata merupakan hal

yang komplek dan bersifat unik, karena pariwisata

bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi,

politik dan budaya. Pariwisata adalah salah satu

jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Adanya

pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha

ekonomi yang saling merangkai dan menunjang

kegiatannya sehingga dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat. Segi budaya dalam

pariwisata merupakan sarana untuk

memperkenalkan alam dan kebudayaan daerah

tujuan wisata.

Berdasarkan Survey data awal yang saya

lakukan pada tanggal 12 Januari 2016 di dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP), bahwa untuk evaluasi pencapaian target

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

tahun 2014, realisasi retribusi obyek pariwisata

pada bulan Juli sebesar 0,07% , sedangkan pada

bulan Agustus sebesar 0,12% . Lalu pada bulan

September sebesar 0,07%. Sehingga masalah dalam

penelitian ini pada pencapaian target Pendapatan

Asli Daerah tahun 2014 pada retribusi obyek

pariwisata prosentase perbulan mengalami naik

turun.

Menurut Halim ( 2004 ), Pendapatan asli

daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Disamping

pengelolaan terhadap sumber pendapatan asli

Page 64: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

61

daerah yang sudah ada perlu ditingkatkan dari

daerah juga harus selalu kreatif dan inovatif

dalam mencari dan mengembangkan potensi

sumber-sumber pendapatan asli daerahnya,

sehingga dengan semakin banyak sumber-sumber

pendapatan asli daerah yang dimiliki, daerah akan

semakin banyak memiliki sumber pendapatan

yang akan dipergunakan dalam membangun

daerahnya.

Pembangunan nasional yang sedang

dilaksanakan tidak terlepas dari peran serta daerah

dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan

daerah secara utuh dan terpadu. Setiap pemerintah

daerah berupaya keras meningkatkan

perekonomian daerahnya sendiri termasuk

meningkatkan perolehan pendapatan asli daerah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan

daerah yaitu dengan mengoptimalkan potensi

dalam sektor pariwisata. Pembangunan

kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkatkan

dengan mengembangkan dan mendayagunakan

sumber dan potensi kepariwisataan nasional

menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan

untuk memperbesar penerimaan devisa,

memperluas dan meratakan kesempatan berusaha

dan lapangan kerja bagi daerah setempat,

mendorong pembangunan, serta memperkenalkan

nilai budaya bangsa.

METODE PENELITIAN

Pengertian dan Jenis Penelitian

Pengertian penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 2) metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.

Jenis penelitian

Menurut Sugiyono (2010), jenis - jenis penelitian

data ada dua yaitu :

a. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

b. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumental kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan

dengan trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

Kerangka Kerja

Edytono (2010) Kerangka kerja (Frame

Work) adalah rencana penulisan yang memuat

garis-garis besar dari suatu karangan yang akan

digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang

disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,

dan teratur serta merupakan suatu struktur

konseptual dasar yang digunakan untuk

memecahkan atau menangani suatu masalah

kompleks.

Gambar 2.1 Kerangka Kerja

HASIL PENELITIAN

Penyajian Data Khusus

Data Variabel Bebas (X)

1) Jumlah Wisatawan (X1)

Dalam penelitian ini Jumlah Wisatawan

dianalisis mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya

Page 65: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

62

diperinci menjadi 12 bulan sesuai tabel dibawah ini

:

Sebelum melakukan perhitungan laju

pertumbuhan dari pajak hotel dan pajak reklame,

maka terlebih dahulu harus dikemukakan jumlah

penerimaan pajak hotel dan pajak reklame selama 5

tahun terakhir. Adapun data yang didapatkan dari

dispenda Kabupaten Lamongan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan (Tahun 2013-

2015)

Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik

histogram dibawah ini :

Gambar 3.1 Grafik Histogram Jumlah Wisatawan

(Tahun 2013-2015)

Dari tabel dan grafik histogram di atas dapat

dijelaskan bahwa untuk Jumlah Wisatawan pada

tahun 2013 adalah terendah terjadi pada bulan

Februari sejumlah 109.079,00 dan tertinggi terjadi

pada bulan November sejumlah 275.926,00. Untuk

Jumlah Wisatawan pada tahun 2014 adalah

terendah terjadi pada bulan Januari sejumlah

143.610,00 dan tertinggi terjadi pada bulan

Desember sejumlah 262.991,00 .

Untuk Jumlah Wisatawan pada tahun 2015

adalah terendah terjadi pada bulan Februari

sejumlah 153.375,00 dan tertinggi terjadi pada

bulan Desember sejumlah 451.245,00. Dapat

dianalisa menurut data yang disajikan di atas

selama tiga tahun adalah jumlah Wisatawan tiap

tahunnya selalu dapat melebihi target yang telah

ditentukan. Jumlah terendah selama tiga tahun

(2013-2015) adalah pada bulan Januari tahun 2013

sejumlah 109.079,00 dan jumlah tertinggi selama

tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan

Desember tahun 2015 sejumlah 451.245,00.

Untuk mempermudah analisa data, maka

peneliti melakukan pengelompokan data dengan

memberi kode sebagai berikut :

n = 36 bulan

(k) = 1 + 3,322 Log 36

(k) = 1 + 3,322 (1,556)

(k) = 1 + 5,169

(k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok.

Sedangkan untuk mencari jarak (interval)

digunakan rumus :

Interval = nilai terbesar – nilai terkecil

kategori

Interval = 451.245,00 - 109.079,00

6

= 57027,67

Jadi pemberian kodenya adalah :

109.079,00 - 166.106,67 Kode : 1

166.107,67 - 223.135,34 Kode : 2

223.136,34 - 337.192,68 Kode : 3

337.193,68 - 394.220,00 Kode : 4

394.221,00 - 451.248,00 Kode : 5

451.249,00 - 508.276,00 Kode : 6

2) Tingkat Hunian Hotel (X2)

Dalam penelitian ini Tingkat Hunian Hotel

dianalisis mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya

diperinci menjadi 12 bulan sesuai tabel di bawah

ini :

Page 66: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

63

Tabel 3.2 Tingkat Hunian Hotel (Tahun 2013-

2015)

Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik

histogram di bawah ini :

Gambar 3.2 Grafik Histogram Tingkat

Hunian Hotel (Tahun 2013-2015)

Dari tabel dan grafik histogram di atas dapat

dijelaskan bahwa untuk jumlah Tingkat Hunian

Hotel pada tahun 2013 adalah terendah terjadi pada

bulan Januari sejumlah 1.830,00 dan tertinggi

terjadi pada bulan Desember sejumlah 3.121,00.

Untuk jumlah Tingkat Hunian Hotel pada tahun

2014 adalah terendah terjadi pada bulan Mei

sejumlah 2.551,00 dan tertinggi terjadi pada bulan

Desember sejumlah 3.494,00. Untuk jumlah

Tingkat Hunian Hotel pada tahun 2015 adalah

terendah terjadi pada bulan Maret sejumlah

2.176,00 dan tertinggi terjadi pada bulan

Desember sejumlah 4.426,00 Jumlah terendah

selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan

Januari tahun 2013 sejumlah 1.830,00 dan jumlah

tertinggi selama tiga tahun (2013-2015) adalah

pada bulan Desember tahun 2015 sejumlah

4.426,00 .

Untuk mempermudah analisa data, maka

peneliti melakukan pengelompokan data dengan

memberi kode sebagai berikut :

n = 36 bulan

(k) = 1 + 3,322 Log 36

(k) = 1 + 3,322 (1,556)

(k) = 1 + 5,169

(k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok.

Sedangkan untuk mencari jarak (interval)

digunakan rumus :

Interval = nilai terbesar – nilai terkecil

kategori

Interval = 4.426,00 - 1.830,00

6

= 432.67

Jadi pemberian kodenya adalah :

1.830,00 - 2262,67 Kode : 1

2263,67 - 2696,34 Kode : 2

2697,34 - 3130,01 Kode : 3

3131,01 - 3563,68 Kode : 4

3564,68 - 3997,35 Kode : 5

3998,35 - 4431,02 Kode : 6

3) Pendapatan Asli Daerah (Y)

Dalam penelitian ini pajak daerah dianalisis

mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya diperinci

menjadi 12 bulan sesuai tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Pendapatan Asli Daerah (Tahun 2013-

2015)

Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik

histogram di bawah ini :

Gambar 3.3 Grafik Histogram Pendapatan

Asli Daerah (Tahun 2013-2015)

Dari tabel dan grafik histogramdi atas dapat

dijelaskan bahwa untuk jumlah Pendapatan Asli

Daerah pada tahun 2013 adalah terendah terjadi

pada bulan Februari sejumlah Rp. 9.323.993.007,08

dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah

Rp. 27.668.827.661,21. Untuk jumlah Pendapatan

Asli Daerah pada tahun 2014 adalah terendah

terjadi pada bulan Januari sejumlah Rp.

13.985.678.098,56 dan tertinggi terjadi pada bulan

Page 67: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

64

Desember sejumlah Rp. 45.615.081.104,43. Untuk

jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2015

adalah terendah terjadi pada bulan Maret sejumlah

Rp. 18.987.456.867,56dan tertinggi terjadi pada

bulan Desember sejumlah Rp. 45.087.915.896,82.

Dapat dianalisa menurut data yang disajikan

di atas selama tiga tahun adalah jumlah realisasi

Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya selalu dapat

melebihi target yang telah ditentukan. Realisasi

terendah selama tiga tahun (2013-2015) adalah

pada bulan Februari tahun 2013 sejumlah Rp.

9.323.993.007,08 dan realisasi tertinggi selama tiga

tahun (2013-2015) adalah pada bulan Desember

tahun 2014 sejumlah Rp. 45.615.081.104,43.

Untuk mempermudah analisa data, maka

peneliti melakukan pengelompokan data dengan

memberi kode sebagai berikut :

n = 36 bulan

(k) = 1 + 3,322 Log 36

(k) = 1 + 3,322 (1,556)

(k) = 1 + 5,169

(k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok.

Sedangkan untuk mencari jarak (interval)

digunakan rumus :

Interval = nilai terbesar – nilai terkecil

kategori

Interval= 45.615.081.104,43-9.323.993.007,08

6

= 6.048.514.682,89.

Jadi pemberian kodenya adalah :

9.323.993.007,08-15.372.507.689,97

Kode : 1

15.372.507.690,97-21.421.022.373,86

Kode : 2

21.421.022.374,86-27.469.537.057,76

Kode : 3

27.469.537.058,76-33.518.051.741,65

Kode : 4

33.518.051.742,65-39.566.566.425,54

Kode : 5

39.566.566.426,54-45.615.081.109,43

Kode : 6

Analisisa Data

1. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik digunakan agar dapat

menghasilkan estimator linier yang akurat dan

mendekati atau sama dengan kenyataan. Uji

Asumsi Klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui

apakah variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji

F mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti

distribusi normal.

Gambar 3.4 P-P Plot of Regression

Standardized Residual

Dari gambar normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual Dependent Variable

Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat bahwa

sebaran data mengikuti garis normal, maka dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Pengambilan keputusan ada autokorelasi dengan

cara melihat besarnya Durbin Watson (D-W)

sebagai berikut :

Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi

positif.

Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak

ada autokorelasi.

Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi

negatif.

Berdasarkan tabel 3.4 diatas Durbin Watson

(D-W) sebesar 0,487. Jadi angka D-W diantara -2

Page 68: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

65

sampai +2, ini berarti tidak terjadi autokorelasi

dalam penelitian ini.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variabel dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap maka disebut

homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan cara

melihat grafik scatterplot dan uji Gjejser.

Dasar analisis heteroskedastisitas adalah : jika

ada pola tertentu, titik-titik membentuk pola

tertentu yang teratur, maka terjadi

heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka nol pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 3.5 Scatterplot Dependent

Variable

Dari gambar Scatterplot Dependent Variable

di atas dapat dilihat titik-titik tidak membentuk

pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian

ini tidak mengandung heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas untuk mengetahui antar

variabel yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai korelasi. Uji multikolinearitas

dilakukan dengan menghitung nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tiap-tiap variabel

independent. Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF

melebihi 10. Jika nilai VIF kurang dari 10

menunjukkan bahwa korelasi antar variabel

independent masih dapat ditolerir.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai

Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-

masing variabel independent tidak memiliki nilai

yang lebih dari 10 atau hanya 1,683, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian

ini tidak mengandung multikolinearitas.

2. Analisisa Regresi Linier Berganda

Analisa regresi linier berganda menggunakan

program SPSS untuk mengukur ada tidaknya

pengaruh antara Jumlah Wisatawan dan Tingkat

Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

dengan persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Pendapatan Asli Daerah = -1,345E10+

64126,860X1 + 7300163,284X2 + e

Dari persamaan hasil regresi di atas

mempunyai arti yang dapat disampaikan sebagai

berikut :

X1 (Jumlah Wisatawan) = 64126,860

Artinya apabila terjadi kenaikan pada variabel

Jumlah Wisatawan dalam satu satuan, maka dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar

64126,860 dimana faktor lainnya dalam keadaan

konstan atau nol.

X2 (Tingkat Hunian Hotel) = 7300163,284

Artinya apabila terjadi kenaikan pada variabel

Tingkat Hunian Hotel dalam satu satuan, maka

dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

sebesar 7300163,284 dimana faktor lainnya dalam

keadaan konstan atau nol.

Page 69: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

66

3. Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui

apakah secara individu variabel bebas mempunyai

pengaruh yang nyata atau tidak terhadap variabel

terikat.

Menurut Yvonne dan Robert (2013:136) dengan

ketentuan α = 0,05 dengan df = n -2

Dimana :

df : degree of freedom

n : jumlah sampel

maka df = 36 – 2 = 34

1) Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Dari Hasil olah data pada tabel 4.9 di atas

diketahui thitung sebesar 3,761 maka diperoleh

ttabel sebesar 2,032 , sehingga thitung> ttabel dan

diketahui taraf signifikan 0,001 < 0,05 di mana

kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha

diterima ini berarti Jumlah Wisatawan secara

individu berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015.

2) Pengaruh Tingkat Hunian Hotel terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Dari Hasil olah data pada tabel 4.9 di atas

diketahui thitung sebesar 4,746 maka diperoleh

ttabel sebesar 2,032, sehingga thitung> ttabel dan

diketahui taraf signifikan 0,000< 0,05 di mana

kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha

diterima ini berarti Tingkat Hunian Hotel secara

individu berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015.

b. Uji f

Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui

pengaruh secara keseluruhan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Dari olah data di atas dapat diketahui bahwa

nilai uji F sebesar 50,016 jadi df1 = 2 dan df2 = 33,

dengan tingkat signifikan 0,05 maka dapat

diketahui Ftabel 3,28 sedangkan Fhitung sebesar 50,016

sehingga Fhitung> Ftabel dan diketahui taraf signifikan

0,000 < 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0

ditolak dan Ha diterima ini berarti Jumlah

Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel secara

bersama sama berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-

2015.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Dari Hasil olah data diketahui thitung sebesar

3,761 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032,

sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf

signifikan 0,001 < 0,05 yang artinya Jumlah

Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015.

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nawawi (2003), pengeluaran

wisatawan tersebut menjadi sumber pendapatan

bagi pemerintah daerah, pengusaha yang bergerak

dibidang pariwisata dan masyarakat yang terlibat

dalam kegiatan kepariwisataan.

Jumlah Wisatawan sangat berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

Tahun 2013-2015 karena sebagian dari pendapatan

Kabupaten Lamongan berasal dari sektor

Wisatawan sehingga realisasi retribusi yang

diperoleh dari jumlah wisatawan di Kabupaten

Lamongan Tahun 2013-2015 selalu dapat melebihi

target yang telah ditetapkan.

2. Pengaruh Tingkat Hunian Hotel Terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Dari Hasil olah data di ketahui thitung sebesar

4,746 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032,

sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf

signifikan 0,000 < 0,05 yang artinya Tingkat

Hunian Hotel berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-

2015.

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lia Ardiani Windriyaningrum

(2013), semakin tinggi tingkat hunian hotel, maka

semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah.

Tingkat Hunian Hotel sangat berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

Tahun 2013-2015 karena sebagian dari pendapatan

Kabupaten Lamongan berasal dari Pajak Hotel

dikarenakan masyarakat Kabupaten Lamongan

banyak yang menggunakan layanan atau jasa dari

Pajak hotel.

3. Pengaruh Jumlah Wisatawan Dan Tingkat

Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Dari hasil olah data dapat diketahui bahwa nilai uji

F sebesar 50,016 , dengan tingkat signifikan 0,05

maka dapat diketahui Ftabel 3,28 sedangkan

Page 70: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

67

Fhitung sebesar 50,016 sehingga Fhitung> Ftabel

dan diketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 yang

berarti Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian

Hotel secara bersama sama berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

Tahun 2013-2015 dengan kata lain Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015

dipengaruhi oleh Jumlah Wisatawan dan Tingkat

Hunian Hotel.

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nasrul qoadarohman (2010),

mengenai pengaruh Jumlah kunjungan Wisatawan

dan Tingkat Hunian Hotel berpengaruh signifikan

terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan

tahun 2013-2015 dipengaruhi oleh Jumlah

Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel dikarenakan

sebagian dari pendapatan yang didapat dari

Kabupaten Lamongan adalah dari hasil Jumlah

Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel yang

nantinya hasil retribusinya akan digunakan untuk

membiayai belanja daerah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, antara lain:

1. Jumlah wisatawan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015. Karena di

ketahui thitung sebesar 3,761 maka di peroleh

ttabel sebesar 2,032 sehingga thitung > ttabel dan

di ketahui taraf signifikan 0,001 < 0,05 di mana

kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha

diterima Sehingga ketika jumlah wisatawan naik

maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah

pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan.

2. Tingkat hunian hotel berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015. Karena di

ketahui thitung sebesar 4,746 maka di peroleh

ttabel sebesar 2,034, sehingga thitung> ttabel dan

di ketahui taraf signifikan 0,000< 0,05 di mana

kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha

diterima Sehingga ketika tingkat hunian naik maka

akan diikuti dengan peningkatan jumlah

pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan.

3. Berdasarkan uji secara bersama-sama

menunjukkan bahwa variabel independen jumlah

wisatawan dan tingkat hunian hotel, secara

simultan berpengaruh terhadap pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015.

Karena di ketahui bahwa nilai uji F sebesar 50,016

jadi df1 = 2 dan df2 = 33, dengan tingkat signifikan

0,05 maka dapat di ketahui Ftabel 3,28 sedangkan

Fhitung sebesar 50,016 sehingga Fhitung> Ftabel

dan di ketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 di mana

kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha

diterima ini berarti Jumlah Wisatawan dan Tingkat

Hunian Hotel secara bersama sama berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Lamongan Tahun 2013-2015.

Saran

Saran yang bisa disampaikan dari hasil

penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari nilai ketiga variabel tersebut,

variabel yang sangat mempengaruhi pendapatan

Asli Daerah adalah variabel jumlah wisatawan. Hal

yang perlu diperhatikan agar jumlah wisatawan

meningkat adalah dengan meningkatkan fasilitas

dan perawatan obyek wisata serta dapat

menciptakan atau membuka obyek wisata baru

yang memiliki daya tarik untuk didatangi oleh

wisatawan.

2. Perlu adanya pengembangan hotel di Kabupaten

Lamongan, baik hotel kelas melati atau hotel

berbintang, karena penerimaan pajak kontribusinya

terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Lamongan paling besar dibandingkan penerimaan

pajak yang lainnya.

3. Meningkatkan jumlah kunjungan

wisatawan dengan adanya promosi, serta

komunikasi dan pembinaan terhadap industri

pariwisata, sehingga nantinya kontribusi jumlah

wisatawan terhadap pendapatan Asli Daerah lebih

besar.

4. Melakukan penataan obyek wisata dan

pengembangan obyek wisata dengan melestarikan

tradisi, nilai, dan adat istiadat melalui

penyelenggaraan event-event daerah. Sehingga

obyek wisata yang tersedia dapat optimal menyerap

wisatawan yang tujuannya untuk meningkatkan

pendapatan pariwisata.

5. Pendapatan pariwisata yang dipengaruhi

oleh jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel,

perlu lebih diperhatikan dengan cara menarik

investor untuk berinvestasi dalam sektor pariwisata,

mengembangkan informasi peluang investasi di

bidang pariwisata, dan meningkatkan serta

memberikan kemudahan pemberian perizinan

industri pariwisata serta kemudahan perizinan

pemanfaatan obyek wisata di Kabupaten

Lamongan.

Page 71: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

68

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina

Aksara.

Agus sulastiyono, 2006, Manajemen

penyelenggaraan Hotel, Bandung ,

Alfabeta.

Damardjati, R.S. 2006. Istilah-istilah Dunia

Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus

Inggris Indonesia : An English

Indonesian Dictionary. Jakarta: PT

Gramedia.

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Halim, A., dan Kusufi, S., 2012, Akuntansi Sektor

Publik teori, konsep dan aplikasi,

Salemba Empat, Jakarta.

Koen Meyers, 2009, Pengertian Pariwisata,

Diakses Februari 2015.

Lia Ardiani Windriyaningrum (2013), Referensi

pengaruh tingkat hunian hotel,

jumlah wisatawan, dan jumlah obyek

wisata terhadap pendapatan sektor

pariwisata di kabupaten kudus tahun

1981-2011

Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya

Manusia untuk Bisnis Yang Kompetitif.

Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Nasrul qoadarohman (2010), mengenai pengaruh

Jumlah kunjungan Wisatawan dan

Tingkat Hunian Hotel berpengaruh

signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah.

Pleanggra,F. 2012. Analisis Pengaruh Jumlah

Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan

dan Pendapatan Perkapita Terhadap

Pendapatan Retribusi Obyek

Pariwisata 35Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Undip,

Semarang.

Pendit (2003) Ilmu Pariwisata sebuah pengantar

perdana, Jakarta Pradnya Paramita.

Sulastiyono, A. 2008. Manajemen

Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta

Sulastiyono, Agus.2011. Manajemen

Penyelenggaraan Hotel. Seri manajemen

Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan

Akomodasi. Alfabeta.

Siahaan, P.M., 2005, Pajak Daerah dan Reetribusi

Daerah, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Situmorang. (2010). Data Penelitian; Menggunakan

Program SPSS. Medan: USU

Press.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi,

Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung.

Sugiyono, 2011, Statistika Untuk Penelitian, Edisi

19, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif,

Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2013, Metode penelitian, Edisi 19,

Alfabeta, Bandung.

Suharsimi, A., 2001, Prosedur Penelitian, Rineka

Cipta, Jakarta.

Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik Untuk

Keuangan dan Pembangunan

Daerah, Andi,Yogyakarta.

Undang-undang Pariwisata Nomor 10 tahun 2009

Tentang Industri Pariwisata.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi.

Page 72: ISSN : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk

69

Undang-Undang Nomor No. 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah.

Widya, Karisma. 2013. Analisis Peran Industri

Pariwisata Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Wonosobo.

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang.

Widyaningrum, (2013) Bandung-menargetkan

jumlah kunjungan wisatawan

Wijaya, Ida bagus & Made DS Mustika 2014,

Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan.

Lama tinggal dan pengeluaran

wisatawan mancanegara terhadap

pendapatan sektor perdagangan. (hotel

dan restoran (PHR) Provinsi Bali tahun

2000-2012.

Arditia, Reza. 2012. Analisis Kontribusi dan

Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber

Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya