issn 0216-5546 jurnal teknik industri - …sttnlampung.ac.id/files/jurnal ti 02.pdf · issn...

61
ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik Industri Volume 12, Nomor 2 Desember 2016 KONSEP ZERO WASTE PADA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT Dedy Aprizal, Taufik Rahman ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS DAN RESIKO DI PT. KIMIA HUSADA Leni Rudihartati PERENCANAAN PERSEDIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DI PT. INDUSTRI KARET LAMPUNG Feti Arman RANCANG BANGUN ALAT PENYERUT UBIKAYU SECARA MEKANIK Farizal ANALISA PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK MENGATASI SUPLAI AIR BERSIH KECAMATAN BUKIT KEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA Lidia Olga STUDI ANALISIS PENGARUH PENUTUPAN PINTU LINTASAN KERETA APITERHADAP TUNDAAN DAN PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA JALAN GAJAH MADA DI BANDAR LAMPUNG Farida Juwita Jurnal Teknik Industri Vol. 12 No. 2 Hal 1 99 Bandar Lampung Desember 2016 ISSN 0216-5546 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG

Upload: vuongcong

Post on 05-Feb-2018

274 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

ISSN 0216-5546

JURNAL

TEKNIK INDUSTRI

Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik Industri Volume 12, Nomor 2 Desember 2016

KONSEP ZERO WASTE PADA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT

Dedy Aprizal, Taufik Rahman

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS DAN

RESIKO DI PT. KIMIA HUSADA

Leni Rudihartati

PERENCANAAN PERSEDIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER

QUANTITY) DI PT. INDUSTRI KARET LAMPUNG

Feti Arman

RANCANG BANGUN ALAT PENYERUT UBIKAYU

SECARA MEKANIK

Farizal

ANALISA PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK MENGATASI SUPLAI AIR BERSIH KECAMATAN

BUKIT KEMUNING

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Lidia Olga

STUDI ANALISIS PENGARUH PENUTUPAN PINTU

LINTASAN KERETA APITERHADAP TUNDAAN DAN PANJANG

ANTRIAN KENDARAAN PADA JALAN GAJAH MADA

DI BANDAR LAMPUNG

Farida Juwita Jurnal Teknik Industri Vol. 12 No. 2 Hal 1 – 99 Bandar Lampung

Desember 2016

ISSN

0216-5546

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG

Page 2: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

ISSN 0216-5546

JURNAL

TEKNIK INDUSTRI

Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik Industri Volume 12, Nomor 2 Desember 2016

Hal. KONSEP ZERO WASTE PADA PENGELOLAAN

LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT

Dedy Aprizal, Taufik Rahman .............................................................................................................................. 1

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA

TERHADAP PROFITABILITAS DAN RESIKO

DI PT. KIMIA HUSADA

Leni Rudihartati ..................................................................................................................................................... 21

PERENCANAAN PERSEDIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER

QUANTITY)

DI PT. INDUSTRI KARET LAMPUNG

Feti Arman .............................................................................................................................................................. 41

RANCANG BANGUN ALAT PENYERUT UBIKAYU

SECARA MEKANIK

Farizal ...................................................................................................................................................................... 52

ANALISA PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK MENGATASI

SUPLAI AIR BERSIH KECAMATAN BUKIT KEMUNING

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Lidia Olga ............................................................................................................................................................... 65

STUDI ANALISIS PENGARUH PENUTUPAN PINTU

LINTASAN KERETA APITERHADAP TUNDAAN DAN PANJANG

ANTRIAN KENDARAAN PADA JALAN GAJAH MADA

DI BANDAR LAMPUNG

Farida Juwita .......................................................................................................................................................... 82

Jurnal Teknik Industri Vol. 12 No. 2 Hal 1 – 99 Bandar Lampung

Desember 2016

ISSN

0216-5546 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG

Page 3: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

ISSN 0216-5546

JURNAL

TEKNIK INDUSTRI

Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik Industri Volume 12, Nomor 2 Desember 2016

Penasehat : Dr. Ir. Sugeng Dwiono, S.H., M.H.

(Ketua STTN Lampung)

Penanggungjawab : Lidia Olga, S.T., M.M.

(Ketua Program Studi Teknik Industri)

Pimpinan Redaksi : Taufik Rahman, S.T.

Anggota Redaksi : Andi Hendrawan, S.T., M.T.

Idris, S.T., M.T.

Farizal, S.T., M.TA.

Pelaksana Teknis : Taufik Rahman, S.T.

Agus Hendriyanto, S.T.

Penulis Naskah : Lidia Olga, S.T., M.M.

Nurkhamid, S.Kom.

Febri, S.T.

Alamat Sekretariat : Pusat Penelitian LPPM – STTN Lampung

Jl. Pulau damar Gang Sapta Marga Kelurahan Way

Dadi Baru, Sukarame, Bandar Lampung

Diterbitkan : Program Studi Teknik Industri dan Pusat Penelitian

Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung

Harga Berlangganan : Rp 60.000,- per tahun (tidak termasuk ongkos kirim).

Biaya berlangganan dikirim melalui pos ke alamat sekretariat dan mengisi form

berlanggananyang telah disediakan.

Jurnal Teknik Elektro diterbitkan 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima karangan ilmiah tentang hasil penelitian, survey, dan telaah pustakayang memiliki

kaitannya dengan bidang teknik industri.

Page 4: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

KONSEP ZERO WASTE PADA PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA

RAKYAT

Dedy Aprizal, Taufik Rahman

Abstract

Cassava`s productivity in Lampung province reached 7.885.116 tons/year (BPS, 2010). The high productivity of

cassava in Lampung has made many investors get interested to build cassava-based industry in this province.

ITTARA is one of industry that produces tapioca and potentially pollutes the environment because it’s lack of

technology and other resources. This research was aimed to find the potential of waste utilization from the

integrated small-scale tapioca industry based on the economic and environmental aspects. The observed objects

were utilizations of waste water to biogas. This research is categorized as quantitative research approach. The

method used in this research is descriptive method to describe the utilization of waste. The result showed that waste

utilizations on the integrated small-scale tapioca industry with average production 57 tons/year were potentially

increased the economic income and could reduce environmental pollution. The utilization from waste water

potentially produce 265.747,6 m3/year biogas with potential profit per year Rp741.761.030. Emission reduction

from waste water utilization was 1.620,53 ton CO2e/year.

Key word : biogas, waste water, emission

Abstrak

Produksi ubi kayu di Provinsi Lampung mencapai 7.885.116 ton/tahun (BPS, 2010). Produksi ubi kayu yang cukup

tinggi di Provinsi Lampung menyebabkan investor tertarik untuk mendirikan industri berbahan baku ubi kayu di

provinsi ini. ITTARA merupakan industri yang mengolah tapioka yang berpotensi menimbulkan pencemaran

lingkungan karena memiliki keterbasan teknologi dan sumber daya dalam mengelola limbahnya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui berbagai potensi pemanfaatan limbah cair industri tapioka rakyat (ITTARA)

berdasarkan aspek ekonomi dan lingkungan. Objek yang diamati meliputi pemanfaatan limbah cair tapioka menjadi

biogas, Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan

pemanfaatan limbah pada ITTARA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah di Industri Tapioka

Rakyat (ITTARA) terpadu dengan rata-rata produksi 57 ton/tahun berpotensi memberikan peningkatan keuntungan

ekonomi yang signifikan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan potensi produksi biogas dari

limbah cair adalah sebesar 265.747,6 m3/tahun dengan potensi keuntungan pertahun Rp741.761.030. Pengelolaan

limbah cair dapat mereduksi emisi gas CO2 sebesar 1.620,53 ton CO2e/tahun.

Kata Kunci : biogas, limbah cair, emisi

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi

kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2008 adalah sekitar 316.019 Ha dengan jumlah produksi sebesar

7.649.536 ton/tahun (BPS, 2009). Produksi ubi kayu yang sangat tinggi ini telah mendorong berdirinya

lebih dari 70 industri tapioka yang tersebar di seluruh daerah di Provinsi Lampung dengan skala produksi

yang beragam salah satunya adalah industri tapioka rakyat (ITTARA) .

Perkembangan industri tapioka memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Dampak tersebut dapat

bersifat positif maupun negatif. Dampak positif membawa dampak penyerapan tenaga kerja dan sebagi

penggerak perekonomian daerah sekitar, sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan antara lain

adalah dampak limbah terhadap lingkungan yang tidak kecil (Kurniarto, 2006). Tapioka yang dihasilkan

dari sistem pengolahan singkong hanya berkisar 20-25% dari berat singkong yang diolah. Selebihnya

industri ini juga menghasilkan limbah cair dan limbah padat (onggok dan meniran kulit singkong).

Pengolahan 1 ton singkong menjadi tepung tapioka menghasikan sekitar 4.000-6.000 liter limbah cair

(Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan Nasution (1978)

menjelaskan bahwa limbah cair tapioka bersumber dari proses pencucian singkong, pencucian alat, dan

pemisahan larutan pati. Sedangkan limbah padat tapioka bersumber dari proses pengupasan,

pengekstraksian dan pengepresan.

Limbah cair dan limbah padat industri tapioka merupakan sumber daya yang memiliki nilai ekonomi

apabila dikelola secara tepat. Limbah cair tapioka dapat dikelola secara anaerobik untuk dimanfaatkan

sebagai sumber biogas. Pada dasarnya pengolahan limbah cair secara anaerobik merupakan penguraian

senyawa organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen dan menghasilkan biogas sebagai

produk akhir. Biogas yang dihasilkan mengandung 50-80% metana, 20-50% karbondioksida, beberapa

gas dalam jumlah kecil, cairan dan residu padat (Firdaus, 2005). Biogas merupakan renewable energy

yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil.

Metana sebagai komponen utama biogas adalah gas berbau dan tak berwarna yang apabila dibakar akan

menghasilkan energi panas sekitar 1000 BTU/ft3 atau 252 Kkal/0,0028 m3 (Haryati, 2006). Sistem

Page 5: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Laba = Total Pendapatan - Total biaya (biaya tetap + biaya variabel)

pengelolaan yang tepat akan memaksimalkan potensi manfaat dari limbah cair ITTARA. Pada penelitian

ini dibahas tentang konsep zero waste pada pengelolaan limbah cair ITTARA ditinjau dari produktifitas

biogas, manfaat ekonomi, dan reduksi emisi berdasarkan aspek lingkungan.

2. Landasan Teori

2.1. Perhitungan Potensi Biogas

Limbah cair industri tapioka yang berpotensi sebagai sumber energi ditentukan karakteristiknya dengan

menganalisis parameter yang berkaitan langsung dengan pembentukan gas metana yaitu nilai COD

(Chemical Oxygen Demand) (HACH Company, 2004).

Pengukuran karakteristik limbah berupa COD dilakukan dengan cara : Sampel diaduk terlebih dahulu

kemudian diambil sebanyak 0,2 ml atau 200 µl menggunakan mikropipet. Masukkan ke dalam vial yang

berisi reagen COD, kemudian dipanaskan dengan reactor unit DRB200 pada suhu 150oC selama 2 jam.

Setelah dipanaskan, vial dikeluarkan dan dibiarkan sampai suhunya sama dengan suhu ruang kemudian

diukur nilai COD-nya dengan HACH Spektrofotometri DR4000 (HACH Company, 2004). Penghitungan

potensi biogas dilakukan dengan menganalisis data primer, data sekunder dan hasil karakterisasi limbah.

Adapun tahapan dalam menghitung potensi biogas dari pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut:

a. Produksi gas metan

CH4 = CODr/hari x 0,3**

CODr/hari

Keterangan:

CH4 = Jumlah produksi metan (m3/kg COD/hari)

CODr = (CODinlet – CODoutlet) X Laju alir umpan

*) CODr sistem CIGAR

**) 1 L COD = 0,3 m3 CH4 (nilai realistis)

b. Produksi biogas Biogas = CH4 / % konsentrasi metana dalam biogas

Biogas = Jumlah produksi biogas (m3/hari)

CH4 = Jumlah produksi metan (m3/kg COD/hari)

% metana = Konsentrasi gas metan dalam biogas

2.2. Potensi Ekonomi dari Pemanfaatan Limbah

Manfaat pengelolaan limbah industri tapioka ITTARA terpadu menggunakan metode perhitungan Gross

Value Added (nilai tambah kotor) dengan analisis Laba-Rugi dari sistem pengolahan menjadi suatu

produk. Komponen biaya terdiri dari biaya investasi dan operasional, pendapatan diperoleh dari nilai

konversi biogas yang dihasilkan dengan harga bahan bakar untuk limbah cair dan untuk limbah padat

nilai pendapatan diperoleh dari potensi penjualan limbah yang telah dilakukan pengolahan. Estimasi

perhitungan dilakukan dengan mengkalkulasikan total biaya yang nilainya dikurangi dengan total

pendapatan sehingga didapatkan nilai laba (Lal, 1999).

2.3. Potensi Manfaat Pengelolaan Limbah Terhadap Lingkungan

Manfaat terhadap lingkungan dari pengelolaan limbah dihitung berdasarkan reduksi emisi gas rumah

kaca gas karbondioksida (CO2) dari pengolahan limbah cair, sementara untuk pengolahan limbah padat

tidak dilakukan perhitungan karena limbah padat diasumsikan dapat direduksi sampai ke titik nol (zero).

Manfaat terhadap lingkungan dari pengolahan limbah cair menjadi biogas dilakukan dengan menghitung

reduksi pencemaran gas rumah kaca CO2 setelah dilakukan pengolahan. Estimasi reduksi gas CO2

didapatkan setelah dilakukan pengurangan jumlah emisi setelah proyek penangkapan biogas berjalan

dengan basis emisi apabila tidak dilakukan proyek penangkapan biogas. Metode perhitungan reduksi

emisi menggunakan metode UNFCCC (United Nations Framework Convention for Climate Change)

tentang reduction emission di pengolahan limbah dan penggunaan reaktor dengan bahan bakar terbaharui

melalui modifikasi IPCC Tools (2006) dalam Purwati (2010). Total emisi yang direduksi dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PEBEE

Keterangan :

E : Emission (Total emisi dari limbah cair )

BE : Baseline emission (emisi yang ditimbulkan apabila tidak ada pemanfaatan)

PE : Project emission (emisi yang ditimbulkan oleh adanya

pemanfaatan)

Nilai basis emisi (BE) didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

Page 6: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

CODremoval : (CODinlet – CODoutlet) X Laju alir umpan

Produksi CH4 : CODr X 0,3 m3*

Berat CH4 : Mol CH4** X Berat Molekul CH4

Emisi CO2 : 21 kali dari berat CH4**

Keterangan :

*) Nilai realistis untuk produksi CH4/1 kg COD

**) Mol CH4 gas dalam keadaan STp yaitu setara dengan 22,4 L

***) 1 molekul CH4 = 21 kali molekul CO2e (IPCC Tools (2006)

dalam Purwati (2010)

Nilai emisi proyek (PE) diperoleh dari produksi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar oleh

mesin untuk menjalankan reaktor atau untuk pemanenan biogas.

3. Metodologi Penelitian

3.1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk analisis karakterisasi limbah meliputi mikropipet, vial, reaktor unit

DBR200, HACH Spectrofotometri DR 4000, gelas ukur, box ice, pengaduk, botol semprot, sarung

tangan, masker. Alat yang digunakan pada kegiatan observasi di lapangan meliputi seperangkat kamera,

alat hitung (calculator) dan seperangkat komputer.Bahan-bahan yang digunakan antara lain, reagen COD

(kalium dikromat (K2Cr2O7), H2SO4, kristal merkuri sulfat (HgSO4), dan silver sulfat (Ag2SO4)) dan

sampel air limbah.

3.2.Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Pengambilan data primer, yaitu semua data dan informasi, fakta, petunjuk, dan indikasi yang didapat

dari hasil penyelidikan secara langsung di lapangan. Data diperoleh melalui analisis, wawancara

dan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan di laboratorium untuk karakterisasi limbah. Data

digunakan untuk mendapat gambaran kondisi terkini di ITTARA terpadu meliputi jumlah produksi,

kegiatan di industri, limbah yang dihasilkan, fasilitas dan proses pengolahan limbah yang telah

diterapkan.

b. Pengambilan data sekunder, yaitu semua data dan informasi, fakta, petunjuk, dan indikasi yang

didapat dari hasil penyelidikan secara tidak langsung. Data diperoleh dari lokasi penelitian,

penelusuran pustaka, dan lembaga yang berkaitan dengan penelitian. Tabel 1. Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

No. Variabel Penelitian Metode Pengumpulan

Data

Metode Analisis

Data

1. Potensi limbah cair

menjadi biogas

Analisis langsung di

laboratorium

Deskriptif dengan

analisis matematis

2. Potensi manfaat

pengelolaan limbah

terhadap lingkungan

Wawancara dan studi

kepustakaan

Deskriptif dengan

analisis matematis

3.3.Perhitungan Potensi Biogas

Limbah cair industri tapioka yang berpotensi sebagai sumber energi ditentukan karakteristiknya dengan

menganalisis parameter yang berkaitan langsung dengan pembentukan gas metana yaitu nilai COD

(Chemical Oxygen Demand) (HACH Company, 2004).

Pengukuran karakteristik limbah berupa COD dilakukan dengan cara : Sampel diaduk terlebih dahulu

kemudian diambil sebanyak 0,2 ml atau 200 µl menggunakan mikropipet. Masukkan ke dalam vial yang

berisi reagen COD, kemudian dipanaskan dengan reactor unit DRB200 pada suhu 150oC selama 2 jam.

Setelah dipanaskan, vial dikeluarkan dan dibiarkan sampai suhunya sama dengan suhu ruang kemudian

diukur nilai COD-nya dengan HACH Spektrofotometri DR4000 (HACH Company, 2004). Penghitungan

potensi biogas dilakukan dengan menganalisis data primer, data sekunder dan hasil karakterisasi limbah.

Adapun tahapan dalam menghitung potensi biogas dari pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut:

1. Produksi gas metan CH4 = CODr/hari x 0,3**

CODr/hari

Keterangan:

CH4 = Jumlah produksi metan (m3/kg COD/hari)

CODr = (CODinlet – CODoutlet) X Laju alir umpan

Page 7: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Laba = Total Pendapatan - Total biaya (biaya tetap + biaya variabel)

*) CODr sistem CIGAR

**) 1 L COD = 0,3 m3 CH4 (nilai realistis)

2. Produksi biogas Biogas = CH4 / % konsentrasi metana dalam biogas

Keterangan:

Biogas = Jumlah produksi biogas (m3/hari)

CH4 = Jumlah produksi metan (m3/kg COD/hari)

% metana = Konsentrasi gas metan dalam biogas

3.4.Potensi Ekonomi dari Pemanfaatan Limbah

Manfaat pengelolaan limbah industri tapioka ITTARA terpadu menggunakan metode perhitungan Gross

Value Added (nilai tambah kotor) dengan analisis Laba-Rugi dari sistem pengolahan menjadi suatu

produk. Komponen biaya terdiri dari biaya investasi dan operasional, pendapatan diperoleh dari nilai

konversi biogas yang dihasilkan dengan harga bahan bakar untuk limbah cair dan untuk limbah padat

nilai pendapatan diperoleh dari potensi penjualan limbah yang telah dilakukan pengolahan. Estimasi

perhitungan dilakukan dengan mengkalkulasikan total biaya yang nilainya dikurangi dengan total

pendapatan sehingga didapatkan nilai laba (Lal, 1999).

3.5.Potensi Manfaat Pengelolaan Limbah Terhadap Lingkungan

Manfaat terhadap lingkungan dari pengelolaan limbah dihitung berdasarkan reduksi emisi gas rumah

kaca gas karbondioksida (CO2) dari pengolahan limbah cair, sementara untuk pengolahan limbah padat

tidak dilakukan perhitungan karena limbah padat diasumsikan dapat direduksi sampai ke titik nol (zero).

Manfaat terhadap lingkungan dari pengolahan limbah cair menjadi biogas dilakukan dengan menghitung

reduksi pencemaran gas rumah kaca CO2 setelah dilakukan pengolahan. Estimasi reduksi gas CO2

didapatkan setelah dilakukan pengurangan jumlah emisi setelah proyek penangkapan biogas berjalan

dengan basis emisi apabila tidak dilakukan proyek penangkapan biogas. Metode perhitungan reduksi

emisi menggunakan metode UNFCCC (United Nations Framework Convention for Climate Change)

tentang reduction emission di pengolahan limbah dan penggunaan reaktor dengan bahan bakar terbaharui

melalui modifikasi IPCC Tools (2006) dalam Purwati (2010).

Total emisi yang direduksi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : PEBEE

Keterangan :

E : Emission (Total emisi dari limbah cair )

BE : Baseline emission (emisi yang ditimbulkan apabila tidak ada pemanfaatan)

PE : Project emission (emisi yang ditimbulkan oleh adanya

pemanfaatan)

Nilai basis emisi (BE) didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

CODremoval : (CODinlet – CODoutlet) X Laju alir umpan

Produksi CH4 : CODr X 0,3 m3*

Berat CH4 : Mol CH4** X Berat Molekul CH4

Emisi CO2 : 21 kali dari berat CH4**

Keterangan :

*) Nilai realistis untuk produksi CH4/1 kg COD

**) Mol CH4 gas dalam keadaan STp yaitu setara dengan 22,4 L

***) 1 molekul CH4 = 21 kali molekul CO2e (IPCC Tools (2006)

dalam Purwati (2010)

Nilai emisi proyek (PE) diperoleh dari produksi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar oleh

mesin untuk menjalankan reaktor atau untuk pemanenan biogas.

4. Pembahasan

Untuk mengetahui potensi pemanfaatan limbah cair dari suatu industri tapioka rakyat, maka diperlukan

studi lapangan pada salah satu industri tersebut. Peneliti setelah melakukan uji kepatutan melalui

penentuan industri secara purposive, didapatkan bahwa PD Semangat Jaya sebagai industri yang layak

untuk dilakukan studi terhadap upaya pemanfaatan limbah cair yang telah mereka lakukan. Berdasarkan

pengamatan terhadap neraca masa pengolahan ubi kayu menjadi tapioka di lokasi penelitian dengan

jumlah bahan baku yang diolah selama tiga tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 2. Data Neraca Masa Pengolahan Tapioka PD. Semangat Jaya

Tahun Bahan Baku

(ton)

Tapioka

(20%) ton

Onggok

(12%) ton

Meniran

(2.5%) ton

Limbah Cair

(m3)

Page 8: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

2013 15.730 3.146 1.888 393 78.650

2014 18.850 3.770 2.262 471 94.250

2015 16.772 3.354 2.013 419 83.860

Jumlah 51.352 10.270 6.162 1.284 256.760

Rata-

rata 17.117 3.423 2.054 428 85.587

Sumber : PD. Semangat Jaya

Tabel Neraca masa menunjukkan rata-rata bahan baku yang diolah selama tiga tahun terakhir adalah

sebesar 17.117 ton atau produksi tapioka selama tiga tahun terakhir adalah sebesar 48 ton/hari dengan

rata-rata kegiatan produksi pertahun 360 hari. Rata-rata jumlah limbah yang dihasilkan dan memiliki

potensi untuk dimanfaatkan yaitu dan limbah cair 85.587 m3.Hasil observasi di lokasi penelitian, limbah

yang dihasilkan dari pengolahan tapioka telah berhasil dikelola dengan baik. Terhadap limbah cair yang

dihasilkan telah dilakukan upaya pemanfaatan limbah dengan membangun satu unit reaktor biogas

dengan metode CIGAR (Covered in Ground Anaerobic Reactor) untuk melakukan penangkapan gas

metana yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan meminimalisir sumbangan gas rumah kaca

terhadap lingkungan.

4.1.Potensi Pengolahan Limbah Cair menjadi Biogas

4.1.1.Karakterisasi Limbah Cair Tapioka

Karakterisasi terhadap limbah cair yang diolah menjadi biogas digunakan untuk menghitung produksi

biogas yang dihasilkan dari reaktor CIGAR yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis manfaat

ekonomi dari pengolahan limbah cair dengan metode penangkapan biogas dengan cara mengkonversi

nilai produksi biogas dengan nilai bahan bakar atau energi yang disetarakan. Karakterisasi limbah cair

yang digunakan untuk menghitung potensi biogas dari reaktor meliputi nilai COD pada inlet dan outlet

serta nilai COD removal limbah cair. Tabel 3. Karakterisasi limbah cair yang masuk ke sistem CIGAR

Parameter Nilai

COD inlet

COD outlet

COD removal

% COD removal

Waktu tinggal hidrolik

Volume CIGAR

Laju alir umpan

10.650 mg/L

1.915 mg/L

8.735 mg/L

82,019%

24 hari

4.410 m3

183,75 m3/hari

Hasil karakterisasi limbah yang telah dilakukan terhadap kinerja CIGAR yaitu nilai COD inlet rata-rata

adalah sebesar 10.650 mg/L dan nilai COD outlet rata-rata adalah sebesar 1.915 mg/L. Nilai COD

removal adalah 8.735 mg/L, sehingga persentase COD removal adalah sebesar 82,019%. Kapasitas

CIGAR adalah 4.410 m3 dengan waktu tinggal hidrolik limbah cair dalam bioreaktor selama 24 hari dan

laju alir limbah cair yang masuk ke sistem CIGAR adalah 183,75 m3/hari.

Pengukuran karakterisasi nilai COD (Chemical Oxygen Demand) limbah cair dilakukan untuk

menganalisa biogas yang terbentuk pada reactor. Menurut Menurut Barana dan Cereda (2000), limbah

cair tapioka memiliki nilai COD sebesar 10.000-20.000 mg/l. Nilai COD yang tinggi dari air limbah

agroindustri berimplikasi pada jumlah biogas yang terbentuk, semakin tinggi COD limbah maka akan

semakin banyak biogas yang akan terbentuk. Jenie (1993), menyatakan bahwa limbah dengan kandungan

bahan-bahan organik dalam konsentrasi tinggi merupakan limbah yang sesuai untuk diproses dalam

sistem fermentasi anaerobik. Pengolahan limbah cair secara anaerobik pada dasarnya merupakan

penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen dan menghasilkan biogas

sebagai produk akhir.

4.2.Potensi Biogas yang Dihasilkan dari CIGAR

Setelah didapatkan hasil dari karakterisasi limbah cair yang masuk ke dalam sistem CIGAR, maka dapat

dilakukan perhitungan potensi biogas yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tersebut. Perhitungan

potensi biogas yang dihasilkan dari sistem CIGAR dilakukan untuk mendapatkan estimasi potensi energi

Page 9: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

yang dihasilkan dari biogas jika digunakan sebagai sumber energi alternatif. Adapun perhitungan

potensibiogas yang dihasilkan berdasarkan data karakterisasi limbah adalah sebagai berikut :

Nilai COD removal/hari

= 1.605.056.250 mg COD/hari

= 1.605,05625 kg COD/hari

Produksi gas metana = CODr X 0,30 m3

= 1.605,05625 kg COD/hari X 0,30 m3/kg COD

= 481,5169 m3/hari

Produksi biogas = CH4 : 54,358%

= 481,5169 m3/hari : 54,358%

= 885,8252 m3/hari

= 265.747,6 m3/tahun*)

*) Asumsi kegiatan produksi selama setahun adalah 300 hari

Perhitungan terhadap potensi biogas yang terbentuk dari limbah cair melalui sistem CIGAR

menunjukkan bahwa biogas secara keseluruhan adalah sebesar 885,8252 m3/hari atau dalam setahun

biogas yang terbentuk adalah 265.747,6 m3. Kandungan gas metana yang terdapat pada biogas setelah

dianalisis adalah sebesar 54,358%, sehingga kandungan gas metana yang terbentuk dari jumlah biogas

secara keseluruhan adalah 481,5169 m3/hari atau 144.455,1/tahun dengan asumsi 300 hari kegiatan

produksi dalam setahun. Komponen gas metana yang terbentuk berbeda sesuai dengan karakteristi

limbah yang diolah. Persentase gas metan pada biogas yang diproduksi dari kotoran manusia, kotoran

ayam dan limbah cair dari tempat penyembelihan ternak terkadang dapat mencapai 70% atau lebih,

sedangkan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti batang dan jerami dapat menghasilkan 55% gas

metan (Li dan Ho, 2006). Komposisi biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah biogas

yang mengandung 50% gas metana (Hermawan et al., 2007). Berdasarkan karakteristik biogas tersebut

maka biogas dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif dan dapat disetarakan dengan sumber

energiyang umum digunakan. Kesetaraan 1 m3 biogas dengan sumber energi lain dapat dilihat pada table

berikut: Tabel 4. Kesetaraan 1 m3 biogas dengan berbagai sumber energi

Sumber Energi Kesetaraan

Elpiji

Minyak Tanah

Solar

Bensin

Kayu Bakar

Listrik

0,46 kg

0,62 Liter

0,52 Liter

0,8 Liter

3,5 kg

1,25 kWh

Keterangan : Kandungan metana dalam biogas dari limbah peternakan adalah sebesar 64% (Wulandari, 2010)

Dari nilai kesetaraan energi pada table di atas maka nilai kesetaraan dari biogas yang diperoleh dari

reaktor CIGAR di lokasi penelitian dengan kandungan metana sebesar 54,358% dengan jumlah biogas

pertahun sebesar 265.747,6 m3 adalah sebagai berikut : Tabel 5. Potensi Energi Biogas dari Sistem CIGAR Pertahun

Sumber Energi Nilai Kesetaraan

(Metana 64%)

Nilai Kesetaraan

Metana (54%)

Elpiji 0,46 kg 122.243,90 kg 0,39 kg 103.143,29 kg

Minyak Tanah 0,62 L 164.763,51 L 0,52 L 139.019,21 L

Solar 0,52 L 138.188,75 L 0,44 L 116.596,76 L

Bensin 0,80 L 212.598,08 L 0,68 L 179.379,63 L

Kayu Bakar 3,50 kg 930.116,60 kg 2,95 kg 784.785,88 kg

Listrik

1,25

Kwh 332.184,50 Kwh 1,05 Kwh 280.280,67 Kwh

Dari perhitungan nilai kesetaraan biogas yang dihasilkan dari sistem CIGAR dapat dilihat bahwa

produksi biogas yang dihasilkan pertahun dari sistem CIGAR adalah sebesar 265.747,6 m3 dengan

kandungan metana sebesar 54,358% , sehingga jika disetarakan dengan berbagai sumber bahan bakar

lainnya maka didapatkan nilai kesetaraan yaitu elpiji 103.143,29 kg/tahun; Minyak Tanah 139.019,21

L/tahun; Solar 116.596,76 L/tahun; Bensin 179.379,63 L/tahun; Kayu Bakar 784.785,88 L/tahun; serta

listrik 280.280,67 Kwh. Berdasarkan data kesetaraan energitersebut, maka biogas yang dihasilkan dari

limbah tapioka dengan sistem CIGAR sangat berpotensi untuk digunakan sebagai sumber energy. Biogas

Page 10: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

yang dapat dijadikan sebagai sumber energi umumnya mengandung 50-80% metana, 20-50%

karbondioksida, beberapa gas dalam jumlah kecil, cairan dan residu padat (Zhang et al., 1997 dalam

Firdaus, 2005). Sedangkan menurut Hessami et al., (1996) dalam Firdaus (2005), biogas mengandung

sekitar 60% metana, 40% karbondioksida.

Biogas merupakan gas yang tidak berwarna, sangat tinggi dan cepat daya nyalanya, sehingga sejak

biogas berada pada bejana pembuatan sampai penggunaannya untuk penerangan atau memasak, harus

selalu dihindarkan dari api yang dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan (Suriawiria, 2005). Sifat

Biogas adalah 20 % lebih ringan dari udara dan mempunyai satu suhu nyala di sekitar 650ºC sampai

dengan 750ºC. Nilai kalor dari biogas adalah 20 Mega Joules (MJ) per m3.

4.3.Potensi Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Cair Tapioka dengan Sistem CIGAR

Metode penangkapan biogas dengan menggunakan sistem CIGAR (Covered In Ground Anaerobic

Reactor) merupakan metode penangkapan biogas dengan cara membuat kolam penampung limbah dan

menutup kolam tersebut dengan menggunakan plastik jenis HDPE (High Density Poly Ethylene) dengan

ketebalan minimum 1 mm. Sistem CIGAR dalam kondisi optimal dapat mereduksi sedikitnya 95% BOD,

75% COD dan juga dapat mereduksi warna limbah (Wulandari, 2010). Sistem CIGAR merombak bahan

organik melalui tiga tahap proses biologi (hidrolisis, asdogenesis, dan metanogenesis). Penggunaan

HDPE sebagai penutup kolam pada sistem CIGAR adalah karena HDPE memiliki elastisitas yang baik,

jika biogas diproduksi dengan baik maka penutup akan mengembang keatas dan jika sedang tidak ada

biogas, maka plastik penutup akan rata dengan permukaan kolam (Philipine Bioscience, 2007).

Teknologi penangkapan biogas dengan sistem CIGAR sangat tepat jika diterapkan di industri tapioka

skala kecil yang minim teknologi dan modal karena sistem CIGAR tidak memerlukan investasi dan biaya

pemeliharaan yang tinggi serta menggunakan teknologi yang sederhana. Limbah cair yang diolah pada

sistem CIGAR hanya dialirkan pada reaktor CIGAR dan setelah proses fermentasi anaerobik berlangsung

yang menghasilkan biogas maka limbah keluar dari outlet reaktor tersebut.

Reaktor CIGAR di lokasi penelitian memiliki kapasitas yang masih tergolong kecil, dengan ukuran

panjang 35 m, lebar 18 m, dan kedalaman 7 m, sehingga volume bioreaktor adalah 4.410 m3 dengan luas

permukaan kolam 630 m3 jumlah limbah cair rata-rata pada saat pengamatan yang dihasilkan dari pabrik

adalah sebesar 217,1269 m3/hari, dengan Waktu Tinggal Hidrolik (WTH) pada sistem CIGAR adalah 24

hari (Usman, 2011). Estimasi potensi manfaat ekonomi dari pengolahan limbah cair menjadi biogas

dengan sistem CIGAR adalah sebagai berikut : Tabel 6. Potensi Keuntungan dari Pengolahan Limbah Cair Menjadi Biogas

Deskripsi Volume Harga Jumlah

Biaya tetap

Biaya Pembuatan Kolam 4410 m3 Rp260.000/50 m3 Rp22.932.000

Biaya pembelian Cover 858 m2 Rp27.000/m2 Rp23.166.000

Biaya Instalasi 1 kali Rp15.000.000 Rp15.000.000

Tangki Penampung 1 buah Rp10.000.000 Rp10.000.000

Pompa Sirkulasi 1 buah Rp6.500.000 Rp6.500.000

Kompressor Pengangkut Gas 1 buah Rp3.250.000 Rp3.250.000

Pipa Saluran 200 batang Rp30.000 Rp6.000.000

Biaya Variabel

Pekerja 2 orang Rp767.500 Rp18.420.000

Solar untuk Kompressor 250 liter Rp4.500 Rp1.125.000

Solar untuk Pompa Sirkulasi 1.500 liter Rp4.500 Rp6.750.000

Pendapatan

Produksi Biogas 265.747,6 m3

Nilai Konversi ke Solar

1 m3 = 0,44 L (54% metana) 116.928,9 L

Nilai Konversi ke Rupiah 116.928,9 L Rp4.500 Rp526.180.248

Keuntungan Tahun Pertama

Rp413.037.248

Keuntungan Tahun Ke dua

Rp499.885.248

Keterangan :

*) Pembuatan kolam/50 m3 = Rp. 260.000,- (Wulandari, 2010)

**) Harga HDPE/m2 = $ 3 atau Rp. 27.000,-/m3 ($ 1 = Rp. 9.000,-)

***) UMR Provinsi Lampung tahun 2010 (Disnakerprov Lampung, 2010)

Page 11: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

****) Nilai konversi 1 m3 biogas dengan kandungan metana 54, = 0,44 liter solar

*****) Harga solar/liter

Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa untuk membangun dan menjalankan reactor CIGAR terdiri dari

komponen biaya tetap meliputi biaya investasi pembuatan reaktor CIGAR. Investasi pembelian plastik

HDPE (High Density Poly Ethylene) sebagai bahan penutup sistem CIGAR dengan ketebalan 1 mm

adalah sebesar $ 3/ m2 atau setara dengan Rp. 27.000,-. Kebutuhan biaya pembelian plastik HDPE untuk

membangun CIGAR dengan luas permukaan dibutuhkan plastik HDPE dengan luas 858 m2 adalah

Rp23.166.000,-. Biaya pembuatan kolam dengan volume 4.410 m3 adalah sebesar Rp22.932.000,-

dengan asumsi upah penggalian adalah Rp. 266.000,-/50 m3, biaya pemasangan cover atau instalasi

sebesar Rp15.000.000,- serta pembelian alat-alat untuk pemanenan gas berupa kompresor untuk menarik

gas, pompa sirkulasi, pipa saluran, tangki penampung adalah sebesar Rp. 25.750.000,-. Komponen biaya

variabel terdiri dari biaya operasional pekerja berjumlah dua orang yang dibayarkan sesuai UMR yaitu

Rp. 767.500,- dengan asumsi total 10 bulan waktu produksi tapioka dalam setahun yaitu sebesar

Rp18.420.000,- dan biaya pembelian bahan bakar untuk menjalankan reaktor adalah sebesar Rp.

7.875.000,-.

Total pendapatan diperoleh dari konversi nilai potensi biogas ke solar yaitu 116.928,9 L m3/tahun setelah

disetarakan dengan harga solar Rp. 4.500,-/L menjadi Rp526.180.248,-/tahun, sehingga keuntungan yang

diperoleh pada tahun pertama adalah sebesar Rp413.037.248,- dan keuntungan yang diperoleh pada

tahun ke dua adalah sebesar Rp499.885.248,-

Potensi keuntungan yang diperoleh dari pengolahan biogas dalam rupiah adalah potensi keuntungan yang

diperoleh jika biogas dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti solar. Penggunaan solar dalam

industry dapat dikurangi dengan mengoptimalkan penggunaan biogas. Biogas yang mengandung gas

metana didalamnya memiliki nilai kalor yang cukup tinggi yaitu mempunyai satu suhu nyala di sekitar

650ºC sampai dengan 750ºC. Nilai kalor dari biogas adalah 20 Mega Joules (MJ) per m3. Biogas dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, memasak, dan pemanas air. Jika

dikompresi, biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi (CNG) yang digunakan pada kendaraan.

Biogas yang telah dimurnikan akan memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam (Suriawiria,

2005). Penggunaan biogas sebagai bahan bakar dapat menggantikan penggunaan energiminyak bumi

yang biasa digunakan oleh industry yaitu solar yang berimplikasi terhadap keuntungan ekonomi dari

penghematan pembelian solar oleh industry apabila biogas tersebut digunakan secara optimal.

4.4.Manfaat Pengolahan Limbah Terhadap Lingkungan

Kegiatan agroindustri merupakan kegiatan industri yang memiliki potensi besar untuk mencemari

lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari agroindustri mengandung komponen organik yang jika

terdegradasi dapat memberikan kontribusi cemaran yang besar apabila tidak dikelola dengan benar.

Limbah yang tidak diolah akan menimbulkan timbunan limbah yang kotor, berbau dan mengganggu

estetika dan keamanan lingkungan. Agroindustri tapioka rakyat seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya menghasilkan limbah yang memiliki berbagai potensi pemanfaatan yang baik. Limbah padat

dari ITTARA dapat sepenuhnya dimanfaatkan sampai ke titik nol (zero waste) sehingga tidak lagi

menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan. Selain limbah padat, limbah cair dari ITTARA

juga berpotensi untuk dimanfaatkan.

Setelah dilakukan analisis potensi terhadap kinerja CIGAR dalam menghasilkan biogas di lokasi

penelitian, maka dapat dilakukan perhitungan manfaat proyek tersebut terhadap lingkungan dengan

menghitung reduksi emisi yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan biogas tersebut. Hasil analisis data

reduksi emisi dari reaktor CIGAR adalah sebagai berikut :

Hasil Karakterisasi :

COD inlet : 10.650 mg/

T-COD outlet : 1.915 mg/L

Laju alir umpan : 183,75 m3/hari

Perhitungan Emisi Dasar (BE) :

Kg CODr = (CODin – CODout) mg/L X Laju alir umpan

= (10.650 – 1.915) mg/L X 183,75 m3/hari

= 8.735 g/ m3 X 183,75 m3/hari

= 1.605.056,3 g/hari

CODr = 1.605,0563 kg/hari

1 kg CODr = 0,3 m3 CH4 (nilai realistis)

m3 CH4/hari = 1.605,0563 kg CODr/hari X 0,3 m3CH4/CODr

= 481,52 m3CH4/hari

Page 12: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

CH4/hari = 481,52 m3/hari

1 Mol CH4 = 22,4 L

= (481,52 m3/hari)/ 0,0224 m3

CH4 = 21.496,43 Mol/hari

gCH4 = Mol X Berat Molekul CH4

= 21.496,43 X 12*

CH4 = 257957,1 g

= 257,96 kg/hari

CH4/tahun = 257,96 kg X 300**

= 77388 kg/tahun

= 77,388 ton/tahun

Maka emisi CO2 = 92,86 ton/tahun X 21***

= 1.625,15 ton/tahun

Perhitungan Emisi Proyek (PE) :

Kebutuhan solar untuk kompressor/tahun = 250 L

Kebutuhan solar untuk pompa sirkulasi/tahun = 1500 L

Total kebutuhan solar = 1.750 L/tahun

Emisi hasil pembakaran solar = 1.750 X 2,64 kg**** = 4620 kg = 4,62 ton CO2/tahun

Maka Emisi yang direduksi per tahun adalah :

RE = BE – PE

= 1.625,15 ton - 4,62 ton

= 1620,53 ton CO2e/tahun

Keterangan :

*) Berat molekul CH4

**) Asumsi produksi tapioka per tahun

***) GWP CH4 adalah 21 kali CO2 (Purwati, 2010)

****) Faktor emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran 1 liter solar (IPCC, 2006)

Hasil analisis reduksi emisi dapat dilihat bahwa reduksi emisi dari kegiatan penangkapan biogas pada

sistem CIGAR, jumlah basis emisi dari gas CO2 yaitu sebesar 1.625,15 tonCO2e/tahun dan jumlah emisi

rektor CIGAR dari penggunaan bahan bakar adalah sebesar 4,62 tonCO2e/tahun. Sehingga total emisi

yang direduksi dari penangkapan biogas melalui sistem CIGAR adalah sebesar 1620,53 ton CO2e/tahun.

Biogas yang ditangkap pada sistem CIGAR di lokasi penelitian seluruhnya ditampung untuk kemudian

digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak pada dapur besar yang mengelola konsumsi

para pekerja yang bekerja di pabrik maupun di peternakan. Sisa biogas yang tidak digunakan sebagai

bahan bakar apabila telah mencukupi untuk keperluan bahan bakar akan dibakar agar biogas tidak

terlepas diudara sebagai gas pencemar.

Limbah cair tapioka yang bersifat organik dan memiliki kandungan COD yang tinggi akan

menghasilkan biogas setelah proses penguraian berlangsung di kolam penampungan limbah. Apabila

biogas tersebut tidak diberdayakan akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan. Biogas

mengandung gas CH4 dan CO2 yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.

Kedua jenis gas ini telah di tetapkan oleh UNFCCC (United National Framework Convention on Climate

Change) sebagai gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi memberikan efek pemanasan global dan

memicu perubahan iklim.

Menurut IPCC(2006), gas-gas utama yang dikategorikan sebagai Gas Rumah Kaca dan mempunyai

potensi menyebabkan pemanasan global adalah CO2 dan CH4. Meskipun CO2 dan CH4 secara alami

terdapat di atmosfer, namun era industrialiasi sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut

mengalami peningkatan jumlah yang pesat dan secara global. Gas CO2 mempunyai persentase sebesar

50% dalam total Gas Rumah Kaca sementara CH4 memiliki persentase sebesar 20% (Rukaesih.2004).

Pembakaran bahan bakar minyak merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca, diikuti kemudian oleh

penggunaan biomassa dari kayu bakar dan limbah pertanian, kemudian gas bumi (Soedomo, 1999). Efek

dari keberadaan gas rumah kaca kini telah dapat dirasakan yaitu peningkatan temperatur di bumi.

Peningkatan temperatur ini menyebabkan efek lanjutan seperti mencairnya es di kutub, kenaikan muka

air laut, menggangu pertanian dan secara tidak langsung akhirnya berdampak pada ekonomi suatu negara

(Darwin, 2004).

Kegiatan penangkapan biogas di industri merupakan implementasi dari konsep CDM (Clean

Development Mechanism) di mana industri dapat mengembangkan usahanya dengan menerapkan konsep

Page 13: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

usaha yang tidak mencemari lingkungan agar tercipta pembangunan industri dan lingkungan yang

berkelanjutan (Serasi, 2009).

Pemerintah saat ini tengah mengembangkan sistem agroindustri yang berwawasan lingkungan

(Agroindustry Towards Green Industry), untuk itu setiap industri dituntut untuk menerapkan konsep zero

waste pada sistem pengelolaan limbahnya. Penerapan konsep zero waste pada agroindustri tidak hanya

berlaku pada industri skala menengah atau industri besar saja, akan tetapi juga dapat diterapkan pada

industri kecil. Industri tapioka menghasilkan limbah yang bersifat organik sehingga memungkinkan

industri tersebut untuk mengelola limbahnya secara maksimal dengan melaksanakan konsep 3R, bahkan

dapat mencapai zero waste discharge yang bermanfaat terhadap penghematan biaya dan eko-efisiensi,

memberikan nilai tambah terhadap produk dan ramah lingkungan, serta mengurangi emisi gas rumah

kaca (Purwati, 2010).

5.Penutup

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil adalah pemanfaatan limbah di Industri

Tapioka Rakyat (ITTARA) terpadu dengan rata-rata produksi 57 ton/tahun berpotensi memberikan

peningkatan keuntungan ekonomi yang signifikan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Adapun penjabaran potensi keuntungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Potensi produksi biogas dari pemanfaatan limbah cair adalah sebesar 265.747,6 m3/tahun.

2. Potensi keuntungan ekonomi dari biogas pada tahun pertama adalah

Rp413.037.248 dan pada tahun kedua adalah sebesar Rp499.885.248

3. Pengelolaan limbah cair dapat mereduksi emisi gas CO2 sebesar 1620,53 ton CO2 e/tahun.

5.2. Saran

Sudah saatnya pabrik pengolahan tapioka memberikan perhatian serius terhadap pengelolaan limbah

cairnya demi untuk menjaga lingkungan tetap terpelihara dan emisi nya pun dimanfaatkan.

Page 14: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistika Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Direktori Industri Besar dan Sedang. Jakarta.

Bewick,M.W.P. 1980. Handbook of Organic Waste Conversion. Van Nostrand Reindhold Company.

New York. 490 Pgs.

Chardialani, A. 2008. Studi Pemanfaatan Oggok sebagai Bioimmobilizer Mikroorganisme dalam

Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Tapioka. Skripsi. Universitas Lampung.

Ciptadi dan Z. Nasution. 1978. Pengolahan Umbi Ketela Pohon. IPB. Bogor. 43 Hal.

Crawford, J.H. 1984. Composting of Agricultural Wastes. Dalam Cheremisinoff, P.N. dan R.P. Oullette

(ed.). 1984. Biotechnology. Application and Research. Techonomic Publishing Co., Inc., USA. 232-241

Pgs.

Darwin, R. 2004. Effects of Greenhouse Gas Emissions on World Agriculture,

Food Consumption, and Economic Welfare. Journal of Climate Change , 66(2004) page 191-238.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung. 2010. Upah Minimum Provinsi. Bandar

Lampung. Lampung

Ditjen PPHP Kementerian Pertanian RI. 2010. Biogas Skala Rumah Tangga, Program Bioenergi

Pedesaan (BEP). Kementan. Jakarta.

Djarwati, I.F. dan Sukani. 1993. Pengolahan Air Limbah Industri Tapioka Secara Kimia Fisika, Laporan

Penelitian. Departemen Perindustrian RI. Semarang.

Firdaus, F. 2005. Studi Pendahuluan Pembuatan Biogas Dari Sampah Buah-buahan. Skripsi. Jurusan

Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 63

Hal.

Grady Jr. C.P.L. and H.C. Lim. 1980. Biological Wastewater Treatment, Theory and Applications.

Marcel Dekker Inc. New York. 180 Pgs.

Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. Wartazoa 16(3):

160-169.

Jenie, B. S. L., W.P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta. 42

Hal.

Kurniarto, A.T. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan Pengelolaan Limbah Industri Kecil Tapioka/Aci:

Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kurniawati, D.S. 2010. Pemanfaatan Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Sumber Energi Listrik. Tesis. Program Pasca Sarjana Kajian Ilmu Lingkungan. Universitas Indonesia

Lal, K. 1999. Value Added by Industry - A Problem of International. System of National Accounts

Branch Statistics. Canada. 9 Pgs.

Nugroho, C.P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Jilid 3 Untuk SMK. Direktorat Pembinaan SMK.

Kemendiknas RI. Jakarta. 132 hal.

Purwati, E. 2010. Penerapan Konsep Zero Waste Pada Pengelolaan Limbah Industri Tapioka.

Program Pasca Sarjana Kajian Ilmu Lingkungan. Universitas Indonesia. 93 hal.

Rukaesih, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penebar Swadaya. 145 hal.

Tarmudji. 2004. Pemanfaatan Onggok untuk Pakan Unggas. Artikel.

http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/171/. Diakses Tanggal 21 Agustus 2010.

Wulandari, P. 2010. Inventarisasi Potensi Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Sebagai Sumber Energi.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar lampung. 56 Hal.

Usman, M. 2011. Evaluasi Kinerja Bioreaktor Sistem Cigar (Covered in Ground Anaerobic Reactor) Di

Industri Tapioka Rakyat. Universitas Lampung. Bandar lampung. 56 Hal.

Page 15: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS

DAN RESIKO DI PT. KIMIA HUSADA

Leni Rudihartati

Abstract

The purposes of this research are know about working capital management applied, and the influence to

profitability and risk. The research object in PT. Kimia Husada a trading company moves in import and distribute

chemical raw material.The research user analysis descriptive method, and the hypothesis was testing by simple

linier regresstion and correlation , and determination.The result for this research are working capital management

at PT. Kimia Husada, applied in cash management, account receivables management, inventory management,

current liablities management, account receivables management. The influence of working capital management to

net working capital change since 2005 to 2008 was decreased, except in 2009 was increased.The working capital

change influence to profitability (36.69%) and risk (0.240%) with σ 22,6551. Based on t tes, the reult shows

that the net working capital change influence is not significant to profitability and risk.

Key word : Working Capital, Profitability, Risk

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen modal kerja dan pengaruhnya terhadap tingkat

profitabilitas dan risiko. Obyek penelitian adalah perusahaan dagang yang bergerak dalam kegiatan dan distribusi

bahan kimia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan hipotesis diuji dengan menggunakan

regresi linier sederhana, korelasi dan determinasi.

Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : penerapan manajemen

modal kerja pada PT. Kimia Husada, meliputi manajemen kas, manajemen piutang, manajemen persediaan dan

menajemen hutang lancar.Pengaruh dari penerapan manajemen modal kerja terhadap perubahan modal kerja bersih

mulai tahun 2010 sampai dengan 2014, semakin menurun kecuali pada tahun 2015 mulai dapat menunjukkan

peningkatan yang cukup baik. Tingkat perubahan modal kerja bersih berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas

(39,69%), dan risiko (0,240%) dengan σ 22,6551.Berdasarkan uji t, hasil uji dapat menunjukkan bahwa perubahan

modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitasilitas dan risiko.

Kata kunci : modal kerja, keutungan, resiko

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi hingga saat ini dengan dukung teknologi modern dan canggih yang sangat pesat,

tidak kalah pentingnya dengan fungsi manajemen keuangan memiliki peranan yang sangat kuat dan

dinamis dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

kompetisi antar perusahaan, perubahan teknologi, perubahan harga dan tingkat suku bunga, ketidak

pastian situasi ekonomi dunia, fluktuasi nilai tukar uang dan perubahan hukum pajak serta kebijakan

pemerintah yang tidak menentu. Fungsi manajemen keuangan harus memiliki fleksibilitas yang tinggi

untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan ekternal, sehingga perusahaan yang dikelolanya dapat

tetap bertahan dan dapat meraih kesuksesan dalam menjalankan roda perusahaan. Salah satu aspek

penting dari fungsi manajemen keuangan adalah pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar yang

dikenal sebagai manajeman modal kerja.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis akan membahas permasalahan yakni :

1. Mengetahui penerapan manajmen modal kerja yang diterapkan oleh PT. Kimia Husada.

2. Mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap perubahan modal kerja.

3. Mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan risiko.

2. Landasan Teori

2.1. Pengertian dan Konsep Modal Kerja

Modal kerja menurut pendapat Ross, Westerfield dan Jaffe (1990) “Working Capital is defined as the

difference beetwen current assets and current liabilities”.

Sedangkan menurut Levey & Sarnat (1990),

“Working Capital refens to a firm’s current assets. Net Working Capital is defined as current assets

minus current liabilities. Current assets are those which the firm expects to be able to turn into cash

within onw year (or during its normal operating cycle) Afirm’s primary current are cash is selt, show

term marketable securities, account receivable (i.e, trade credit extended to its customers). And

inventories of raw materials and finished good

Page 16: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Dari kedua pendapat tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa modal kerja merupakan investasi

modal perusahaan dalam aktiva lancar perusahaan, yaitu aktiva-aktiva yang secara normal dalam jangka

waktu paling lama satu tahun dapat dicairkan menjadi uang kas. Selain dari pada itu dari kedua pendapat

tersebut bahwa modal kerja dapat didifinisikan sebagai kelebihan dari jumlah aktiva-aktiva lancar atas

jumlah hutang-hutang lancarnya pada saat yang sama, yang dikenal dengan istilah modal kerja bersih.

Menurut pendapat Sutrisno (2000) konsep modal kerja terdapat tiga macam konsep yang bisa digunakan

untuk keperluan analisis yaitu sebagai berikut :

1. Modal Kerja Kualitatif

2. Modal Kerja Kualitatif

3. Modal Kerja Fungsional

Konsep Kuantitatif

Konsep ini menekankan pada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam

pembiayaan operasional perusahaan yang bersifat rutin tanpa memetingkan kualitas modal kerja. Konsep

ini mendefinisikan bahwa modal kerja kerja adalah jumlah aktiva lancar yang sering disebut modal kerja

bruto (Gross Working Capital), dan pada umumnya konsep ini digunakan oleh seorang analis keuangan.

Konsep Kualitatif

Konsep ini menekankan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep ini, bahwa modal kerja adalah

kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pandek (net working capital),. Konsep ini menunjukan

tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, dan dapat menjamin kelangsung hidup perusahaan

atau kelangsungan operasional perusahaan dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya. Pada umumnya

konsep ini digunakan oleh seorang akuntan.

Konsep Fungsional

Konsep ini menekankan pada fungsi dana yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan (laba) dari usaha

pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan

untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana dipergunakan

untuk menghasilkan laba pada periode ini (Current income). Sebagaian dana yang ada dipergunakan

untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang, misalnya : bangunan, mesin-

mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Dalam hal ini bagian dari aktiva tetap yang

dimasukkan sebagai modal kerja adalah sebesar depresiasi periode yang bersangkutan. Pada penelitian

ini penulis menggunakan konsep modal kerja kualitatif karena keterkaitannya dengan masalah yang akan

dibahas yaitu Profitabilitas dan Risiko.

2.2. Jenis Modal Kerja

Menurut pendapat A.W. Taylor modal kerja dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut :

1. Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan

dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan modal kerja permanen dapat

di bedakan mejadi 2 macam yaitu sebagai berikut :

a. Modal Kerja Primer

Merupakan modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan

tetap bisa beroperasi.

b. Modal Kerja Normal

Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi

normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar

kapasitas normal perusahaan.

2. Modal Kerja Variabel

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun

keadaan yang lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari 2 jenis

:

a. Modal Kerja Musiman

Merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi kegiatan perusahaan,

contoh perusahaan biskuit harus menyediakan modal kerja yang cukup besar pada hari raya

b. Modal Kerja Siklis

Modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktukasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat

Modal kerja ini yang jumlah kebutuhannnya dipengaruhi oleh keadaan- keadaan yang terjadi diluar

kemampuan perusahaan.

Page 17: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

2.3. Unsur-Unsur Modal Kerja

Secara umum yang termasuk unsur-unsur modal kerja adalah aktiva lancar dan hutang lancar.

Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan sedangkan Hutang lancar

terdiri dari hutang jangka pendek seperti hutang wesel, hutang usaha dan hutang-hutang lainnya yang

berusia kurang dari satu tahun.

1. Aktiva Lancar

Istilah aktiva lancar digunakan untuk menyatakan kas atau bank, sumber-sumber lain yang diharapkan

dapat dicairkan menjadi kas atau bank dapat dijual atau dipakai dalam waktu satu tahun.

2. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar meliputi hutang yang diharapkan akan dilunasi dalam satu tahun dengan menggunakan

sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau dengan menimbulkan hutang lancar lainnya.

2.4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Sumber dan penggunaan modal kerja menurut pendapat Bambang Riyanto terdiri dari sebagai berikut :

Sumber-sumber dari modal kerja dapat berasal dari :

1. Berkurangnya aktiva tetap

2. Bertambahnya hutang jangka panjang

3. Bertambahnya modal

4. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.

Penggunaan Modal Kerja terdiri dari :

1. Bertambahnya aktiva tetap

2. Pembayaran Cash Deviden

3. Berkurangnya hutang jangka panjang

4. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan

2.5. Manajemen Modal Kerja

Pengertian manajemen modal kerja berkaitan dengan bagaimana mengelola perkiraan-perkiraan lancar

yang ada pada perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Pleh van Horne & Wachowicz

(1992) yang menyatakan “As the discussion of working capital management unfolds, our concern will be

to consider the administration of the firm’s current asset-namely, cash and marketable securities,

receivable, and inventory - and the financing (especially current liabilities) needed to support current

assets”

Sedangkan menurut pendapat Lukman Syamsuddin (1994) manajemen modal kerja berkenaan dengan

management current account perusahaan (Aktiva lancar dan hutang lancar). Manajemen modal kerja ini

merupakan salah satu aspek penting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan. Apabila

perusahaan tidak dapat mempertahankan, “tingkat modal kerja yang memuaskan” maka kemungkinan

sekali perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-

kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuitdir (bangkrut). Aktiva

lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa sehingga mengambarkan

adanya tingkat keamanan (margin of safety) yang memuaskan”

Tujuan dari manajemen modal; kerja adalah untuk mengelola masing-masing pos aktiva lancar dan

hutang lancar sedemikian rupa, sehingga jumlah Net Working Capital (aktiva lancar dikurangi hutang

lancar), yang diinginkan tetap dapat dipertahankan”

2.6. Manajemen Kas

Sesuatu yang dapat dikelompokan sebagai kas adalah uang tunai, rekening koran, dan surat berharga.

Kas yang berfungsi sebagai alat transaksi, kompensasi dan spekulasi, hal tersebut sangat mempengaruhi

prestasi perusahaan dalam hal kelancaran operasional dan sekaligus menimbulkan biaya pendanaan.

Berkaitan dengan manajemen kas yang efisien, Lukman Syamsudin mengemukakan beberapa strategi

dasar yaitu :

1. Membayar hutang dagang selambat mungkin asal jangan sampai mengurangi kepercayaan fihak

supplier kepada perusahaan. Tetapi memanfaatkan setiap potongan tunai (cash discount) yang

menguntungkan bagi perusahaan.

2. Mengatur perputaran persediaan secepat mungkin tetapi menghindari risiko kehabisan persediaan

yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan pada masa-masa selanjutnya (konsumen

kehilangan kepercayaan kepada perusahaan).

3. Kumpulkan piutang secepat mungkin tetapi jangan sampai mengakibatkan kemungkinan menurunnya

volume penjualan pada masa yang kan datang karena ketatnya kebijasanaan-kebijaksanaan dalam

penjualan kredit dan pengumpulan piutang.

Disamping itu manajemen kas menitik beratkan pada tiga hal sebagai berikut :

Page 18: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

1. Bagaimana meningkatkan efisiensi kas sehingga likuidasi perusahaan terjaga dan biaya pendanaan

murah

2. Bagaimana membina hubungan dengan Bank dalam rangka menyiapkan cadangan dana yang

dibutuhkan sewaktu-waktu

3. Bagaimana mengelola surat-surat berharga.

2.7. Manajemen Piutang

Manajemen piutang semakin penting dalam bisni oleh karena itu manajemen piutang yang tepat dapat

mendorong peningkatan penjualan. Piutang dilain segi jua menimbulkan masalah terutama dalam

penagihannya.

Untuk mencapai bebijakan yang baik, manajemen piutang perlu melibatkan lima tahap yaitu : (1).

Penerapan term of sale, (2). Penentuan instrumen kredit, (3). Analisis Kredit, (4). Keputusan kredit. (5).

Kebijakan penagihan.

2.8. Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan mendapatkan perhatian yang cukup mendalam, terutama dalam bidang operasi.

Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya persediaan

merupakan unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan

faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Tanpa adanya persediaan yang

memadai kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan

karena proses produksi akan terganggu. Namun demikian jika terjadi kelebihan persediaan hal ini akan

menimbulkan kerugian atau tambahan beban bagi perusahaan seperti beban penyimpanan, penyusutan

persediaan, dan kemungkinan persediaan tersebut rusak atau hilang diambil orang, maka diperlukan

manajemen persediaan yang tepat, sehingga operasi perusahaan dapat berjalan optimal.

2.9. Analisis Kebutuhan Modal Kerja

Pengelolaan modal kerja yang efektif, memerlukan suatu analisis yang dapat dilakukan dengan beberapa

metode sebagai berikut :

2.9.1. Metode Perputaran Modal Kerja

Modal kerja akan selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan berjalan dimana periode

perputarannya dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sehingga

kembali menjadi kas. Menurut pendapat Bambang Riyanto menjelaskan bahwa “tingkat perputaran

modal kerja tergantung pada lamanya periode perputaran masing-masing komponen modal kerja

tersebut. Semakin pendek periode perputaran modal

kerja, maka semakin tinggi tingkat perputaran dan sebaliknya”

Penjualan dengan Sistem Kredit

Penjualan dengan Sistem Tunai

Kas 1 Barang Piutang Kas 2

Pembelian Penjualan Penerimaan Uang

Kas 1 Barang Kas 2

Pembelian Penerimaan/Penerimaan Uang

Gambar 1. Metode Perputaran Modal Kerja

Page 19: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Keadaan Januari Februari Maret April

1 - K1 B P K 2

2 - K1 B P K 2

3 - K1 B P K 2

4 K1 B P K 2

K1 = Kas yang dikeluarkan untuk beli barang

K 2 = Kas yang diterima dari hasil penjualan

B = Barang

P = Piutang

Gambar 2. Periode Perputaran Modal Kerja

Keadaan 1 :

Periode perputaran modal kerja (K1 – K2) adalah 1 bulan yaitu permulaan Februari sampai permulaan

Maret, dimana meliputi periode pembelian, penjulan dan penerimaan pembayarannya, dimana penjualan

dilakukan dengan kredit. Pada keadaan ini tingkat perputaran modal kerjanya adalah 12 x dalam 1 tahun.

Tingkat perputaran modal kerja dalam 1 tahun dapat diketahui dengan membagi tahun dalam bulan atau

hari dengan periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja.

Keadaan 2 :

Periode perputaran modal kerja adalah 2 bulan dimana periode pembelian sampai penjualan meliputi

waktu 1 bulan, dan periode penerimaan piutangnya meliputi waktu 1 bulan tingkat perputaran modal

kerja disini adalah sbb :

12

---- = 6 x setahunnya

2

Keadaan 3 :

Periode perputaran modal kerja adalah 3 bulan dimana periode pembelian dampai penjualan meliputi

waktu 1 bulan dan jangka waktu piutangnya adalah 2 bulan. Tingkat perputaran modal kerja disini adalah

12

---- = 4 x setahunnya

3

Keadaan 4 :

Periode perputaran modal kerja adalah 4 bulan, dimana dalam pembelian barang harus dibayar lebih

dahulu harganya sebulan sebelum barang diterima (pemberian kredit kepada pembeli), periode

penyimpanan dan penjualan meliputi waktu 2 bulan dan periode penerimaan piutang meliputi waktu 1

bulan. Tingkat perputaran (turnover rate) modal kerja atau aktiva lancar dapat pula dihitung dari neraca

dan income statement pada suatu saat tertentu, dengan cara sebagai berikut :

Net Sales

Current Assets turnover = -----------------

Current Sales Atau

Net Sales

= --------------------------

Average Current Assets

Average Current Assets = C.A. Permullaan + C.A. akhir tahun

-------------------------------------------

2

2.10. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja.

Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada 2 faktor yaitu sebagai berikut :

1. Periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja

2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.

Page 20: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

2.11. Efisiensi Penggunaan Modal Kerja

Efisiensi modal kerja dihitung dengan membandingkan antara laba operasional dengan aktiva lancar.

Perbandingan ini menggunakan dasar pemikiran pengukuran laba operasional dari setiap modal kerja

bruto yang dimiliki perusahaan. Semakin besar kemampuan modal kerja tersebut menghasilkan laba

operasi, maka semakin efisien pengelolaan modal kerja tersebut. Konsep modal kerja bruto dipergunakan

dengan maksud agar pengukuran efisiensi tidak dipengaruhi oleh kebijakan pendanaan spontanitas atau

pendanaan jangka pendek lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut :

Return on Working Capital = Operating Income

Current Asset

2.12. Pengukuran Profitabilitas

Dalam melakukan pengukuran Profitabilitas, Lukman Syamsuddin (1994), mengemukakan pendapatnya

sebagai berikut :

“Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran

dihubungkan dengan volumen penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga

pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam

hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi dari pemilik perusahaan”.

Dari uraian tersebut diatas bahwa pengukuran profitabilitas dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan volume penjualan

2. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan total aktiva

3. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan modal sendiri

Penjelasan dari kelompok tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan volume penjualan

Ada 3 hal rasio untuk mengukur profitabilitas dalam hubungan dengan volume penjualan yang biasa

digunakan, biman hal ini sebenarnya dapat langsung dilihat dari laporan rugi/laba dalam bentuk

persentase rasio-rasio tersebut.

a. Gross Profit margin

Merupakan prosentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar Gross Profit

Margin maka semakin baik keadaan operasi perusahaan. Rasionya dinyatakan sebagai berikut :

Gross Profit Margin = Laba kotor x 100%

Penjualan

b. Operating Profit Margin

Rasio ini mengambarkan apa yang biasanya disebut dengan “Pure Profit” yang diterima atas setiap

rupiahdari penjualan yang dilakukan. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut :

Operating Profit Margin = Laba kotor

-------------- = 100%

Penjualan

c. Net Profit Margin

Adalah rasio antara laba bersih penjualan setelah dikurangi seluruh beban/biaya termasuk pajak

dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin maka semakin baik operasi seuatu

perusahaan. Rasio dinyatakan sebagai berikut :

Net Profit Margin = Laba bersih setelah pajak

------------------------------- X 100 %

Penjualan

2. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan total aktiva

a. Total Assets Turn Over

Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan

volumen penjualan tertentu. Rationya adalah sebagai berikut :

Total Asset Turn over = Penjualan

----------------- x 1 kali

Total Aktiva

b. Return on Invesment

Rasio ini menujukkan seberapa besar laba bersih bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

perusahaan. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan.

Rasio ROI dinyatakan sebagai berikut :

Laba setelah Pajak

ROI = ------------------------ x 100 %

Page 21: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Total Aktiva

3. Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan modal sendiri.

* Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on Equity

Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak milik modal sendiri. Laba yang

dipergunakan adalah laba setelah pajak. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut :

Rentabilitas modal sendiri = Laba setelah Pajak

------------------------- X 100 %

Jumlah Modal Sendiri

Pengukuran Risiko

Konsep pengukuran risiko yang diungkapkan oleh Mohamad Muslich (2000;16) adalah sebagai berikut :

“Dalam manajemen keuangan modern, risiko diartikan sebagai suatu penyimpangan return riil dari

hasil yang diharapkan. Metode untuk mengukur risiko adalah standar deviasi atau perbedaan

(variance). Variance atau standar deviasi ini mengukur penyimpangan nilai hasil terhadap nilia rata-

ratanya”

Dengan demikian salah satu alat untuk menghitung risiko adalah standart deviasi. Standar deviasi

merupakan rata-rata tertimbang profitabilitas dari nilai yang diharapkan, dan mengambarkan seberapa

besar nilai sebenarnya akan berada dibawah atau diatas nilai yang diharapkan. Semakin kecil standar

deviasi maka makin rapat distribusi profitabilitas, berarti semakin kecil risiko yang dihadapi oleh

perusahaan. Perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Standar Deviasi = σ

M

σ = ∑ (Rij – Rj)2

-------------

J=1 M

Dimana :

Rij = Tingkat outcome ke-i

Rj = Tingkat outcome yang diharapkan

M = Jumlah outcome atau peristiwa yang mungkin terjadi

2.13. Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas dan Risiko

Menurut pendapat Lukman Syamsuddin dikemukakan sebagai berikut :

“Apabila perusahaan bermaksud untuk meningkatkan keuntungan yang diperolehnya, maka peningkatan

keuntungan tersebut akan diikuti pula oleh risiko yang semakin besar. Demikian pula kalau perusahaan

ingin melakukan sebaliknya, menurunkan risiko, maka penurunan tingkat risiko akan diikuti oleh

menurunnya tingkat profitabilitas”. (1994;208)

2.14. Pengaruh dari Perubahan Aktiva lancar

Pengaruh dari Perubahan Aktiva lancar atas trade off antara profitabilitas dan risiko dapat diilustrasikan

dengan menggunakan rasio sederhana, yaitu rasio antara aktiva lancar atas total aktiva. Presentase yang

diperoleh akan menunjukan berapa bagian dari total aktiva yang tertanam dalam pos-pos yang lancar.

Adapun pengaruh dari perubahan aktiva lancar dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengaruh dari Peningkatan Aktiva Lancar

Bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat maka baik profitabilitas maupun risiko yang

dihadapi akan menurun. Menurunnya profitabilitas disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih

sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap. Risiko “Technical Insolvency” menurun karena jumlah aktiva

lancar akan semakin memperbesar ner working capital, dengan asumsi hutang lancar tidak berubah.

b. Pengaruh dari Penurunan Aktiva Lancar

Menurunnya rasio aktiva lancar atastotal aktiva akan mengakibatkan meningkatnya profitabilitas ini

disebabkan karena lebih banyak modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang dapat memberikan

profitabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Akan tetapi dengan meningkatnya

profitabilitas ini juga aka diikuti oleh meningkatnya risiko, karena jumlah modal kerja bersih akan

menurun, dengan semakin kecil jumlah aktiva lancar. Pengaruh menurunnya ini berbanding terbalik

dengan pengaruh dari peningkatan risiko aktiva lancar atas total aktiva perusahaan.

2.15. Pengaruh dari Perubahan Hutang Lancar

Pengaruh dari Perubahan hutang lancar atas trade off antara profitabilitas dan risiko dapat diilustrasikan

dengan menggunakan rasio sederhana, yaitu rasio antara hutang lancar atas total aktiva. Presentase yang

Page 22: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

diperoleh akan menunjukan berapa bagian dari total aktiva yang dibiayai dengan modal jangka pendek

atau hutang lancar. Adapun pengaruh dari perubahan hutang lancar dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengaruh dari Peningkatan Hutang Lancar

Bilamana rasio hutang lancar atas total aktiva meningkat maka baik profitabilitas maupun risiko yang

dihadapi akan meningkat. Meningkatnya profitabilitas disebabkan karena menurunnya biaya-biaya yang

dikaitkan dengan modal jangka pendek yang semakin sedikit dibandingkan dengan modal jangka

panjang. Kalau diasumsikan jumlah aktiva lancar tidak berubah, maka dengan meningkatnya hutang

lancar jumlah modal kerja bersih akan menurun, dimana hal ini berarti meningkatnya risiko yang

dihadapi perusahaan.

b. Pengaruh dari Penurunan Hutang Lancar

Menurunnya rasio hutang lancar atas total aktiva akan mengakibatkan menurunya tingkat profitabilitas

dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Penurunan profitabilitas ini disebabkan karena perusahaan

lebih banyak mengunakan modal yang mempunyai biaya tinggi seperti modal

Jangka panjang dibandingkan dengan modal jangka pendek yang biayanya lebih murah. Akan tetapi

dengan menurunnya profitabilitas ini juga akan diikuti oleh menurunnya risiko.

3.Metode Penelitian

Penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel sebagai berikut :

1. Variabel Independen adalah merupakan suatu variabel bebas yang yang keberadaannya bukan

merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel-variabel lain. Yang mana dalam

penelitian ini bahwa perubahan modal diidentifikasikan sebagai variable independen (X)

2. Variabel Dependen (Y), yaitu merupakan variabel tidak bebas yang keberadaannya dipengaruhi oleh

variabel independen. Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas perubahan (ROI) diindentifikasikan

sebagai variabel dependen (Y1) dan risiko merupakan variabel dependen (Y2). Untuk lebih jelasnya

penulis tuangkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Variabel, Konsep Variabel dan Indikator

Variabel Konsep Variabel Indikator Manajemen Modal

kerja (X)

Manajemen modal kerja

merupakan kebijakan

dasar perusahaan untuk

menentukan

jumlahaktiva lancar dan

sumber pendanaannya.

Manajemen modal kerja

adalah keputusan

mendasar

menghubungkan dengan

jumlah setiap kategori

aktiva lancar yang

ditargetkan dan

bagaimana aktiva lancar

tersebut akan dibiayai

Perubahan modal kerja

(MK1-MK0)

Profitabilitras (Y1) Profitabilitas adalah

untuk mengukur

kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba

melalui sumber daya

yang dimiliki oleh

perusahaan.

ROI

Rasio ini menunjukan

seberapa besar laba bersih

bisa diperoleh dari seluruh

kekayaan yang dimiliki

perusahaan. nilai yang

dipergunakan adalah laba

setelah pajak dan rata-rata

kekayaan perusahaan. Rasio

ROI dinyatakan dalam

rumus sebagai berikut :

Laba stlah pajak

ROI = -------------------

x 100% Total Aktiva

Risiko (Y2) Ketidak pastian atas

terjadinya sesuatu

Standar Deviasi σ

Page 23: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Langkah-langkah untuk melakukan proses analisis data terdapat 3 (tiga) jenis analisis sebagai berikut :

1. Analisis Regresi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perubahan modal kerja (variabel

independen) terhadap tingkat profitasbilitas dan risiko perusahaan (variabel dependen). Persamaan

regresi yang digunakan adalah persamaan regresi linier yang dihitung dengan :

Y= a + bX

Dimana : X = perubahan modal kerja; Y1 = tingkat profitabilitas, Y2 = risiko.

2. Analisis Koefisien Korelasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Derajat hubungan ini ditunjukan oleh koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus :

n∑XY -∑X∑Y

r = (n∑X2–(∑X)2) (n∑Y)2–(∑Y)2)

Syarat diterimanya nilai koefisien kolerasi haruslah berkisar antara negatif dan positif atau -1< r <+1

dimana :

a. Bila nilai r = 0 atau mendekati 0, maka antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat

hubungan sama sekali

b. Bila nilai r = +1 atau mendekati nilai +1, maka hubungan kedua variabel dikatakan sangat kuat dan

positif

c. Bila nilai r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan kedua variabel dikatakan sangat kuat dan

negatif.

3. Analisis Koefisien Determinasi

Alat ini dapat dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (Y), maka dapat

dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi yaitu r2 X 100%, dengan hasil terebut maka

diketahui besar pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas.

4. Pembahasan

Dengan menggunakan analisis jalur terdapat 2 (dua) variabel, yaitu, Profitabilitas (Y1), Risiko (Y2),

variabel tersebut terdapat korelasi dengan pengaruh modal kerja versus profitabilitas dan risiko yang

dapat mempengaruhi penggunaan modal kerja untuk memperlancar operasional perusahaan. Dalam

melakukan analisis pada tahap I (pertama) ini terdapat persamaan regresi adalah Y1= -6.540 +

0.001751X, dari persamaan tersebuit dapat diniterprestasikan bahwa a = -6.540, artinya garis regresi

memotong sumbu Y1 pada titik -6.540. Nilai koefisien regresi b = 0.001751, artinya terdapat hubungan

searah variabel X dan variabel Y1. Setiap terdapat perubahan modal kerja dan risiko persamaan

regresinya adalah Y2 = 8.503 + 0.00007249 X. Dari persamaan tersebut dapat diinterprestasikan bahwa a

= 8.503. Nilai koefisien regresi b = 0.00007249, artinya terdapat hubungan searah antara variabel X

dan variabel Y2. Setiap terdapat perubahan peningkatan variabel X akan diikuti perubahan peningkatan

variabel Y2.

Analisis yang ke II (dua) ini dengan menggunakan rusmus :

n∑XY -∑X∑Y

r = (n∑X2–(∑X)2) (n∑Y)2–(∑Y)2)

Dimana :

n = Jumlah sampel

X = Perubahan modal

Y1 = Tingkat profitabilitas

Y2 = Risiko

Hal tersebut diperoleh hasil r1= 0.630, Nilai koefisien korelasi r = 0.630, adalah menunjukkan besarnya

derajat hubungan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y1), karena memperoleh

nilai positif, maka terdapat hubungan antara perubahan modal kerja dengan tingkat profitabilitas, terdapat

hubungan yang positif. Nilai r positif menunjukkan bahwa penurunan/kenaikan nilai Y1 disebabkan oleh

penurunan/kenaikan nilai X atau lebih jelasnya terjadi penurunan tingkat profitabilitas perusahaan,

tersebut disebabkan karena adanya perubahan modal kerja.

Hubungan antara variabel X dengan variabel Y1 dalam penelitian ini terdapat hubungan sangat kuat,

sebab nilai r mendekati nilai +1, sedangkan untuk r2 diperoleh nilai = 0.049. Nilai koefisien r = 0.049,

menunjukkan besarnya derajat hubungan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen

Page 24: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

(Y2) yaitu hubungan yang terjadi antara perubahan modal kerja dengan tingkat profitabilitas mempunyai

hubungan yang sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali. Analisis yang ke III (tiga) ini untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y1), maka dapat

dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi yaitu r12 X 100% atau (0.630)2 X 100% = 39.69%.

Dengan hasil tersebut maka diketahui besar pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan modal kerja

terhadap tingkat profitabilitas adalah sebesar 39.69%, sedangkan sisanya (100%-39.69%) = 60,31%,

merupakan besarnya pengaruh dari faktor-faktor lain. Hal ini mempunyai arti bahwa hipotesis yang

penulis paparkan dapat diterima atau terdapat pengaruh antara manajemen modal kerja terhadap

profitabilitas.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y2), hal ini

dapat dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi yaitu r22 x 100% atau (0.049)2 x 100% =

0.420%. Dengan hasil nilai tersebut maka dapat diketahui besarnyapengaruh yangditimbulkna oleh

perubahan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas adalah sebesar 0.240%, sedangkan sisanya (100%

- 0.240%) = 99.76%, nilai tersebut menunjukkan besarnya pengaruh dari faktor-faktor lain. Hal ini

memberikan arti bahwa hipotesis yang penulis paparkan dapat diterima atau terdapat pengaruh

manajemen modal kerja terhadap risiko meskipun sangat kecil.Untuk menguji apakah dapat memberikan

pengaruh yang signifikan atau tidak, maka perlu dihitung nilai t dengan interval keyakinan (level of

signification) 95%, ά = 5% dan derajat kebebasan (degree of freedom) Df =n-2, maka untuk

menggunakan student t digunakan rumus :

r1 n-2

t =

1 – r12

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan besarnya t1 dihitung = 1.147 dan t table = 2.920. Ini berarti t1

hitung < t table atau 1.147 < 2.920, maka berarti hipotesis 0 atau Ho diterima. Penerimaan Ho berarti

bahwa perubahan modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas.

Hasil perhitungan selanjutnya menunjukkan bahwa t2 hitung = -0.069 dan t table =2.920. Ini berarti

t2 hitung < t table atau 0.069 < 2.920, maka berarti hipotesis 0 atau Ho diterima. Penerimaan Ho berarti

bahwa modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Risiko. Ada beberapa

kemungkinan yang menyebabkan timbulnya hasil diatas antara lain oleh tingginya hutang lancar yang

menyebabkan turunnya nilai modal kerja bersih, disamping dapat menimbulkan biaya modal yang akan

menggurangi perolehan laba (profit), selain tiu ada kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah data yang

kurang memadai atau kurang banyak, karena penulis hanya mendapatkan data selama 5 tahun yaitu data

dari tahun 2005 – 2009. secara keseluruhan data dari tahun 2005 hingga tahun 2009 diperoleh

perhitungan risiko sebesar σ = 22.6551300636, hal ini berarti risiko yang dihadapi oleh perusahaan

sangat besar karena semakin besar standart deviasinya, maka longgar distribusi profitabilitasnya yang

berdampak pada besarnya risiko yang dihadapi perusahaan.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

1. Penerapan terhadap manajemen modal kerja pada PT. Kimia Husada meliputi manajemen kas,

manajemen piutang, manajemen persediaan, dan manajemen hutang lancar. Dalam bidang manajemen

piutang, perusahaan harus menetapkan tahap-tahap yang harus dilalui yaitu “term of sale”, penentuan

instrumen kredit. Analisis kredit, keputusan kredit, dan kebijakan penagihan. Dalam bidang manajemen

persediaan perusahaan menetapkan pembelian persediaan hanya dilakukan jika ada pesanan dari para

agen penjualan, disamping itu untuk persediaan/stock standart. Dalam bidang manajemen hutang lancar

perusahaan menetapkan untuk semua hutang yang cenderung mendapatkan potongan harga, dan harus

dipastikan pembayarannya muncul sebelum jatuh tempo. Sedangkan semua hutang tanpa diskon

dipastikan pembayarannya tidak dilakukan sebelumnya atau tidak sesudahnya.

2. Pengaruh dari penetapan manajemen modal kerja pada PT. Kimia Husada terhadap perubahan modal

kerja mulai tahun 2005 hingga tahun 2009, semakin lama pengurangan modal kerja semakin besar

dibandingkan dengan penambahan modal kerja dengan kata lain modal bersih semakin berkurang.

3. Pengaruh dari penetapan manajemen modal kerja pada PT. Kimia Husada terhdap tingkat profitabilitas

mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh 39.69% sedangkan sisanya faktor-faktor lain.

Sedangkan pengaruh modal kerja terhadap risiko mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh

Page 25: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

0.240%, sedangkan sisanya faktor-faktor lain. Berdasarkan uji T, hasil penelitian menunjukkan bahwa

perubahan modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan

risiko. Secara keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah sebesar σ=22.6551300636%.

Page 26: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, A., 1996, An introduction to categorical data analysis, John Willey and Sons, New York.

Assauri, Sofyan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Jakarta.

Foster, G., 1986, Financial Statement Analysis, Prentice Hall, USA.

Ghozali, Imam, 2001, Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Page 27: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

PERENCANAAN PERSEDIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ

(ECONOMIC ORDER QUANTITY) DI PT. INDUSTRI KARET LAMPUNG

Feti Arman

Abstract

PT. Lampung Rubber Industries is one company that is engaged in technical rubber goods industries that

manufacture various rubber processed in accordance with customer orders. In its production requires good

ingredients natural rubber, synthetic rubber and auxiliary materials. Quality is a must for companies, for it takes a

great quality of raw materials and the performance of employees were nice. Raw materials imported rubber from

the rubber plantations around Bandung and West Java. Desperately needed supplies were planning a nice raw

materials in the warehouse company for the production process. The main raw materials as research object, in this

case natural rubber andrubbersistetis.

The model used is to compare the EOQ (Economic Order Quantity).

The results obtained in one year the company made 13 times booking and in one ofhismessagesleadtimeof8days.

Keywords: EOQ, Lead Time.

Abstrak

PT. Industri Karet Lampung adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri barang teknik karet

yang memproduksi berbagai hasil olahan karet sesuai dengan pesanan pelanggan. Dalam produksinya memerlukan

bahan baik karet alam, karet sintetis maupun bahan-bahan tambahan. Kualitas merupakan suatu keharusan bagi

perusahaan,untuk itu dibutuhkan kualitas bahan baku yang bagus dan kinerja pegawai yang bagus. Bahan baku

karet didatangkan dari perkebunan karet sekitar Bandung dan Jawa Barat. Sangat dibutuhkan perencanaan

persedian yang bahan baku yang bagus di gudang perusahaan untuk proses produksi. Bahan baku utama yang

dijadikan objek penelitian, dalam hal ini karet alam dan karet sistetis.

Model yang digunakan adalah dengan membandingkan EOQ (Economic Order Quantity). Didapatkan hasil dalam

satu tahun perusahaan melakukan 13 kali pemesanan dan dalam satu kali pesan lead time nya 8 hari.

Kata Kunci : EOQ, Lead Time.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi dewasa ini, pembangunan dipusatkan kepada sektor-sektor yang menghasilkan

banyak devisa bagi Negara. Salah satunya adalah pembangunan dalam bidang ekonomi dan bidang

industri baik industri besar, menengah maupun industri kecil. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah

angka pengangguran yang semakin besar, tetapi peluang untuk kerja tidak memungkinkan.

Bahan baku yang digunakanan produksi terdiri dari bahanbaku utama dan bahan baku tambahan. Semua

bahan baku didatangkan dari pemasok baik dalam luar negeri. Maka untuk itu sangat diperlukan untuk

menerapkan system persedian yang baik. Karena persedian bahan baik digudang membutuhkan

perencanaan yang matang, sebab dipersedian juga ada beberapa ongkos yang harus dihitung sehingga

dalam melakukan penjualan juga ada beberapa ongkos yang harus dihitung sehingga dalam melakukan

penjualan ongkos tersebut telah dimasukkannya. Tetapi dengan meminimalkan ongkos penyimpanan dan

pemesanan akan menyebabkan harga barang akan relative murah.

Kebijakan pengendalian bahan baku umumnya meliputi persoalan berapa jumlah pesanan yang ekonomis

dan kapan saat pemesanan sebaiknya dilakukan, hal itu harus menjadi pertimbangan untuk melakukan

pemesanan agar tidak terganggu aliran proses produksinya. Tingkat pemesanan yang besar dapat

menyebabkan biaya penyimpanan yang besar, sedangkan tingkat pemesanan yang kecil terdampak pada

kekurangan pasokan bahan baku untuk produksi.

PT. Industri Karet Lampung adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri barang

teknik karet yang memproduksi berbagai hasil olahan karet sesuai dengan pesanan pelanggan. Dalam

produksinya memerlukan bahan baik karet alam, karet sistetis maupun bahan-bahan tambahan. Kualitas

merupakan suatu keharusan bagi perusahaan,untuk itu dibutuhkan kualitas bahan baku yang bagus dan

kinerja pegawai yang bagus. Bahan baku karet didatangkan dari perkebunan karet sekitar Lampung dan

Sumatera Selatan. Sangat dibutuhkan perencanaan persedian yang bahan baku yang bagus di gudang

perusahaan untuk proses produksi.

Page 28: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Tersedianya pasokan karet merupakan hal yang utama untuk proses produksi. Karena perusahaan ini

bergerak dalam produksi hasil karet olahan yang dijual kepada konsumen. Apalagi proses yang cukup

panjang dan harga yang diperoleh dari supplier berbeda-beda.

Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana memperoleh bahan baku secara optimal dengan biaya yang

murah dan berkualitas serta waktu yang tepat agar produktifitas perusahaan tidak terganggu. Kegiatan

produksi dilakukan bila ada order dari pelanggan, maka perusahaan melakukan pemesanan ke supplier

untuk dikirim bahan baku karet.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dari gambaran mengenai perusahaan

dalam mengelola manajemen persedian bahan baku untuk melakukan produksi dan juga bagaimana agar

bahan baku yang dipesan tidak mengalami keterlambatan waktu.

1.2. Batasan Masalah

Dalam hal ini pembatasan masalah ruang lingkup pembatasan masalah adalah :

2. Penelitian dilakukan diperusahaa karet PT. Industri Karet Lampung.

3. Bahan baku utama yang dijadikan objek penelitian, dalam hal ini karet alam dan karet sintetis.

4. Model yang digunakan adalah dengan membandingkan EOQ (Economic Order Quantity).

2. Landasan Teori

2.1. Persediaan

Sebelum menguraikan pengertian persediaan, uraikan terlebih dahulu mengetahui pengertian persediaan.

Pengertian persediaan yaitu sejumlah bahan atau barang yang akan digunakan dalam suatu perusahaan.

Sofyan Assauri (1999) menyatakan bahwa persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan part dan bahan-

bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi

produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu.

Richard J.Tersine (1988) bahwa persediaan merupakan produk atau barang setengah jadi yang disimpan

dalam keadaan menganggur yang menunggu untuk dijual, digunakan atau diproses. Richard B.Chase

(1989) bahwa Inventory merupakan persediaan dari satu atau beberapa item atau sumber yang digunakan

dalam suatu perusahaan.

2.2. Fungsi Pengendalian Persediaan

Adapun fungsi-fungsi utama dari suatu pengendalian persediaan yang efektif adalah :

1. Memperoleh (procure)bahan-bahan yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas.

2. Menyinpan dan memelihara (maintenance) bahan-bahan dalam persedian, yaitu mengadakan suatu

system penyimpanan untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan yang dimasukkan dalam

persedian.

3. Pengelurankan bahan-bahan, yaitu menerapkan suat pengaturan atau pengeluuaran dan penyimpanan

bahan dengan tetap pada saat serta tepat dimana dibutuhkan.

4. Meminimalkan investasi dalam bentuk bahan atau barang (mempertahankan persedian dalam jumlah

yang optimum setiap waktu.

2.3. Tujuan Pengendalian Persediaan

Tujuan pengendalian persediaan secara dapatlah sebagai usaha untuk :

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya

kegiatan produksi.

2. Menjaga agar pembentukan persediaan untuk perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan,

sebagai biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya

pemesanan menjadi besar.

2.4.. Menentukan Jumlah Pemesanan Yang Optimal (EOQ)

Model EOQ (Q) = √ 2AD

1H

2.5. Menghitung Frekuensi Pemesanan

N= ∑D

EOQ

2.6. Interval Waktu untuk Pemesanan (lead time)

T = 1 T

N

Reorder Point (titik pemesanan kembali) :

B= DxL

12

2.7. Menghitung Jumlah Persediaan di Akhir Periode

Page 29: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Persedian = EOQ (Q) (N) –D + persediaan akhir periode bulan Tabel 1. Perkebunan Karet Pemasok Bahan Baku

Lokasi Perkebunan Besar Swasta Perkebunan Besar Negara

Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ha)

Pandeglang

Lebak

Bogor

Sukabumi

Cianjur

Bandung

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Purwakarta

462

5370

5370

12400

3177

1444

2477

1924

3143

490

348

2211

1211

6048

301

987

1075

864

1245

113

276

906

4398

6590

1509

1429

3980

1392

1682

2423

2567

489

3293

5611

1030

561

3751

758

1285

1777

Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2014.

Tabel 2. Bahan Baku (Karet Alam) Beserta Pemasok

No. Bahan Baku karet

alam

Sub Kontraktor

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Latek

Sheet 1

Sheet II

Sheet III

Brown Crepe II

Brown Crepe III

Cutting Sheet

Cutting Sheet A

Fill Crepe

TPC 1

TPC 1

SIR-05

SIR-10

Kokuryo

PT. Wahana Karet Persada, PTP XII, Toko Hurip

PTP XII

PT. Wahana Karet Persada, Toko Hurip

PT. Wahana Karet Persada, Toko Hurip

PT. Wahana Karet Persada, Toko Hurip

PT. Wahana Karet Persada

PT. Wahana Karet Persada

PTP VII

PTP VII

PTP VII

PTP VII

PTP VII

Sumber : PT. Industri Karet Lampung, 2014.

Tabel 3. Bahan Baku Karet Sintesis dan Pemasok

No. Bahan Baku karet sintesis Sub Kontraktor

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Cosy KNB -35.I

Nipol DN-200

Cosyn KBR-01

BR-150

Hypalon

Karet SBR 1502

Nipol Polyblend P 70 K

Nipol N-32/J

Bromobuthyl x2

EPDM 3072

Nipol HSR 870/JP

Nipol N-32

EPDM 400 Expreme

EPDM 553 Expreme

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya, Aneka

Kimia

PT.Murni Kusuma Jaya

Jaya Chemical

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Kesuma Chemindo

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Suka Bumi

PT.Murni Kusuma Jaya

PT.Murni Kusuma Jaya

Sumber : Seksi Pengadaan PT. Industri Karet Lampung, 2014.

Tabel 4. Pelanggan PT. Industri Karet Lampung

Industri Strategis Industri Perhubungan Swasta dan

Perorangan

Antam Cilacap

Antam Pongkor

PT.Pusri

PT.Pindad

PT.BA

PAL

PT.KAI

Pengerukan

PERUMKA

Kodja Teramarin

Wahyuni Mandira

CV. Bangn Raya

Bakrie Building

Baskara Bhakti

Cipta Kreasi Prima

Cahaya Mulya

Kemala Indah

Page 30: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

PT.Timah Tbk

PBSI

ITB Lab

Indorub SW

Tidar Jaya

Metalok

Maju Mandiri

Kawasaki

Repelita Utama

Kwarsa Hexagon

Sumber : PT. Industri Karet Lampung, 2014.

3.Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi langkah-langkah untuk mendapatkan tujuan dari penelitian. Untuk mendapatkan hasil

yang baik, maka diperlukan urutan langkah penelitian yang lebih terstruktur.

Identifikasi masalah penelitian dilakukan dengan berdasarkan data yang diperoleh, dari studi literature,

maupun dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Adapun pengidentifikasi masalah

yang dapat ditangkap penulis secara singkat dapat digambarkan secara singkat dapat gambarkan sebagai

berikut :

1. PT. Industri Karet Lampung menggunakan bahan utama karet, baik karet alam maupun karet sintesis

untuk memproduksi produknya.

2. Jika karet diperoleh tidak tepat waktu maka produktivitasnya akan menurun hal ini akan

mengganggu hasil produksinya.

3. Harga karet yang tidak sama dari supliernya, untuk itu perlu perencanaan yang matang.

4. Pembahasan

4.1. Realisasi Pesanan Tabel 5. Realisasi Pesanan per 31 Oktober 2014

No. Bulan 2013 2014

1. Januari 115844600 252321445

2. Februari 521765110 803369284

3. Maret 474993296 803369284

4. April 201114865 725982540

5. Mei 731211713 478709580

6. Juni 516627691 509790347

7. Juli 307259691 740391545

8. Agustus 852906257 847950149

9. September 1051695372 828151390

10. Oktober 722382068 828151390

J U M L A H 5495800663 7132455491

Sumber : PT. Industri Karet Lampung, 2015.

Tabel 6. Realisasi Omset per 31 Oktober 2014

No. Bulan 2013 2014

1. Januari 387477750 969729627

2. Februari 439400746 460602021

3. Maret 411635920 459853604

4. April 244508838 516718395

5. Mei 817464975 501193580

6. Juni 490944650 1074936906

7. Juli 981609211 1032617962

8. Agustus

September

977938459 433652450

9. 613710675 1294566962

10. Oktober 483776884 537156260

J U M L A H 5902468108 7281027767

Tabel 7. Harga Bahan Baku

Bahan Karet Harga/Kg Kg Jumlah

Petani 9.900,00 2000 19.800.000,00

PTPN 13.000,00 2000 26.000.000,00

Sisntesis 18.500,00 2000 37.000.000,00

TOTAL 82.800.000,00

Page 31: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

4.2. Evaluasi Dengan Metode EOQ

1. Menentukan jumlah pemesanan yang optimal

D = 1366 = 273,2 unit

3

Model EOQ (Q) = √ 2AD

1H

= √ 2( Rp.6.400.000,00) (273,2)

1%Rp(19.800.000+26.000.000 + 37.000.000)/3)

= √12670.145

= 112.56

= 113 Unit. Tabel 8. Jumlah Pesanan dan Persedian Karet EOQ

Periode demand order Sisa

Nopember 2014 440 452 12

Desember 2014 165 226 73

Januari 2015 225 226 74

Februari 2015 296 339 117

Maret 2015 240 226 103

Total 1366 1469 379

Rata-rata demand 273.2 293.8

Demand selama 1 th 3278.4 3525.6

2. Menghitung Frekuensi Pemesanan

N= ∑D

EOQ

N = 1366 = 12.08 kali/ tahun

113

= 13 kali/ tahun

Interval waktu untuk pemesanan (lead time)

T = 1 T = 1 = 0,0769 x 100 hari = 7.69 = 8 hari

N 13

Reorder Point (titik pemesanan kembali) :

B= DxL

12

B = 1366x8 = 910.67 unit (dalam 1 tahun)

12

B = 273.2x8 = 45.2 unit (1bulan)

20

3. Menghitung Jumlah Persediaan di Akhir Periode

Persedian = EOQ (Q) (N) –D + persedian dia akhir periode bulan

= (113) (2) – (165) +12

= 61 +12 73

Bulan Januari 2015

Persedian = EOQ (Q) (N) –D + Persedian di akhir periode bulan

= (113) (2) – 225 +73

= 1 + 73 = 74 unit

Bulan Februari 2015

Persedian = EOQ (Q) (N) – D + persedian di akhir periode bulan

= (113) (3) – 296 +74

Page 32: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

= 43 +74 = 117

Bulan Maret 2015

Persedian = EOQ (Q) (N) – D + persedian di akhir periode bulan

= (113) (2) – 240 +117

= 103 unit.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : Petani PTPN Sintetis

Pembelian 14.543.100,- 19.097.000,- 27.176.500,-

Pesan 83.200.000,- 83.200.000,- 83.200.000,-

Simpan 37.521,- 49.270.,- 70.115,-

TC 97.780.621,- 102.346.270,- 110.446.615,-

Didapatkan hasil dalam satu tahun perusahaan melakukan 13 kali pemesanan dan dalam satu kali pesan

lead time nya 8 hari.

5.2. Saran

PT. Industri Karet Lampung hendaknya lebih memperhatikan aspek mutu dari karet yang akan diolah

agar kualitas karet hasil produksi yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Page 33: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Assauri. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit FEUI. Jakarta

Assauri. 1985. Teknik dan Metode Peramalan. Penerbit FEUI. Jakarta

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Hantoro, Sirod. 1993. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit UPP IKIP. Yogyakarta.

Hasan, B. 2002. Manajemen Industri. Penerbit Ramadhan Citra Grafika. Bandung.

Page 34: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

RANCANG BANGUN ALAT PENYERUT UBIKAYU

SECARA MEKANIK

Farizal

Abstract

This research aims to create and test tool penyerut cassava with long shavings over 5 cm and a diameter of 3-4

mm. The usefulness of this tool is to increase the added value of the materials of cassava. Round tool penyerut

penyerut taken as reference standards that already exist, such as cassava peeler PASM-3 models, chopper cassava

(Priatman, 2001) approaching the workings penyerut cassava, cassava peeler machine with a round of peeling

work of 47-60rpm. Manufacture of mechanical engineering workshop held at LIPI, Cast Iron Lampung is located

in South Lampung and Welding Samsudin on the road Morotai. In the manufacturing process is done setting the

components on the frame and axle mounting, mounting the electric motor, reduction gear holder with

aplaceholderuntiltherawmaterial.

Spoken power of 0.5 HP (0.368 kW), round which is used so the material does not disintegrate used 47-60 rpm

(Prastowo, 1992), the rotation is the rotation is transferred through multiple pulleys, pulley electric motor (D1) 125

mm , a reduction gear input pulley diameter (D2) 100 mm, diameter pulley gear reduction output (D3) 75 mm,

diameter pulley cylinder penyerut (D4) 93.07 mm. A reduction gear has a ratio of 30: 1. Turn the motor from 1400

to 1450 rounds per minute (rpm). In addition to the above there are other calculations are carried out, such as

torque, the force on the cylinder penyerut, the force on the bearing and influence on the rotation and bending pegs.

The test results of raw materials entered into the table, with the calculated length of> 5 cm (78.2%), length of 4> x

<5 cm (5.33%), length of 3> x <4 cm (3.59%) and 0> x <3 cm (3.70%) within 48.2 minutes, information and

explanations can befoundintheappendixpagebibliography.

Keywords: rpm, pulleys, gear reduction

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji alat penyerut ubikayu dengan panjang serutan di atas 5 cm dan

diameter 3 – 4 mm. Kegunaan alat ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari dari bahan ubikayu.

Putaran alat penyerut diambil sebagai standar acuan penyerut yang sudah ada, seperti alat pengupas ubikayu model

PASM-3, perajang singkong (Priatman, 2001) yang mendekati cara kerja penyerut ubi kayu, mesin pengupas

ubikayu dengan putaran kerja kupasan sebesar 47 – 60 rpm.

Pembuatan mesin mekanis dilaksanakan di Bengkel LIPI, Besi Cor Lampung yang terletak di Lampung Selatan dan

di Bengkel Las Samsudin di jalan Morotai. Pada proses pembuatan ini dilakukan penyetelan komponen-komponen

pada rangka dan dudukan poros, dudukan motor listrik, dudukan gigi reduksi sampai dengan tempat dudukan bahan

baku.

Tenaga yang dipakai sebesar 0,5 HP (0,368 kW), putaran yang digunakan supaya bahan tidak hancur digunakan 47

– 60 rpm (Prastowo, 1992), putaran tersebut adalah putaran yang sudah ditransfer melalui beberapa puli, puli motor

listrik (D1) 125 mm, diameter puli input gigi reduksi (D2) 100 mm, diameter puli output gigi reduksi (D3) 75 mm,

diameter puli silinder penyerut (D4) 93,07 mm. Gigi reduksi mempunyai perbandingan 30 : 1. Putaran motor

penggerak 1400 – 1450 putaran permenit (rpm). Di samping hal yang di atas ada perhitungan lain yang dilakukan,

seperti torsi, gaya pada silinder penyerut, gaya pada bantalan dan pengaruh pasak terhadap putaran dan lenturan.

Hasil uji bahan baku dimasukkan ke dalam tabel, dengan hasil perhitungan panjang > 5 cm (78,2 %), panjang 4 > x

< 5 cm (5,33 %), panjang 3 > x < 4 cm (3,59 %), dan 0 > x < 3 cm (3,70 %) dalam waktu 48,2 menit, keterangan

dan penjelasan dapat dilihat pada halaman lampiran daftar pustaka.

Kata Kunci : rpm, puli, gigi reduksi

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Permintaan ubikayu untuk kebutuhan industri selama tahun 2004 dan mengalami fluktuasi yang cukup

tajam namun cenderung meningkat. Ubikayu dalam sektor industri diolah dalam cara dehidrasi untuk

menghasilkan gaplek, chips, pellets, tapioka, lem, plywood, kertas dan lain-lain; cara hidrolisis untuk

menghasilkan macam-macam gula; dan cara fermentasi untuk menghasilkan alkohol, monosodium

glutamate, gliserol (Hafsah, 2003). Industri yang menggunakan bahan baku ubikayu di propinsi

Lampung antara lain industri tapioka, gaplek, chips, pellet, asam sitrat, gula cair (sirup glukosa), tersebar

di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Utara, Tulang bawang, Lampung Timur,

dan Way Kanan. Industri ini lahir, tumbuh, berkembang, tapi akhirnya tutup, tidak aktip, atau beralih

pemilik.

Ubikayu adalah komoditas yang mudah rusak setelah dipanen, dalam jangka waktu 2-3 hari apabila tidak

diproses atau dikonsumsi ubikayu akan mengalami “kepoyohan” warna berubah menjadi kecoklatan atau

kebiru-biruan rasa tidak enak dan akhirnya rusak atau busuk. Mengingat sifat yang kurang

Page 35: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

menyenangkan ini, petani berusaha menjual ubikayunya secepat mungkin kendati harga murah. Maka

salah satu alat yang akan dirancang ini dapat membantu mengatatasi hal tersebut. Ubikayu dapat diserut

dengan menggunakan mesin penyerut ubikayu apabila akan dikeringkan hasil penyerutan lebih cepat

kering karena kontak dengan matahari lebih merata karena hasil serutan kecil mudah dibalik-balik. Hasil

serutan juga bisa dibuat tepung gaplek akan tetapi bisa juga diolah menjadi makanan langsung digoreng

menjadi kue kremes nama dari Jawa sedangkan nama dari Sumatera Barat kue sarang burung punai dan

nama dari daerah Bengkulu dinamakan kue kare. Sesuai dengan kriteria pembuatan alat ini untuk

menyerut bahan baku ubi kayu, bahan plat penyerut terdiri dari bahan dari bahan stenlis supaya tahan

karat dan lebih keras dari bahan plat dari seng untuk pembuatan silinder penyerut. Kerangka silinder

dibuat dari besi stip 30 x 2 mm dan jari– jarinya dibuat dari besi behel dan dengan diameter 10 mm, jari–

jari 150 mm sebanyak 6 buah jari–jari. Pembuatanya dikerjakan dengan pada besi strip tersebut dan dilas

pada poros silinder penyerut. Alat ini membutuhkan tenaga sebesar 0,5 Hp (0,373 kW) sesuai dengan

besar kecil alat atau kapasitas yang dipakai, dengan kecepatan 1400 (rpm), kecepatan yang sampai ke

silinder penyerut 47–60 putaran/menit. Jika tenaga pada pengujian percobaan memakai tenaga manusia,

menurut penelitian tenaga manusia Indonesia yang besarnya adalah kira–kira 64 watt. Hasil penelitian

Roosilowati (1984) menunjukan bahwa tenaga manusia yang dapat di manfaatkan untuk mendorong

adalah 73,44 watt dan pekerjaan mendorong pada kecepatan 5 km/jam (1,38 m/detik) termasuk pekerjaan

yang tidak membahayakan (kerja ringan). Motor penggerak pada pembuatan alat penyerut ubikayu ini

dipakai motor listrik sebagai penggerak, selain motor listrik dapat juga di pakai motor bensin, motor

desel, tetapi kelebihan motor listrik tidak brisik (getaranya kecil), motor listrik lebih bersih tidak

mengunakan oli dan pendingin air.

1.2. Perumusan Masalah

Pada permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin kremes penjualan kurang cepat masih kalah bersaing

dengan makanan ringan lainnya, makanan kremes ini termasuk makanan tradisional penjualanya laris

pada hari-hari besar seperti hari raya. Makanan ini belum dieksport, belum dikembangkan aroma dan

rasa produk untuk bermacam rasa seperti rasa coklat, rasa strawberi, rasa nanas, rasa keju dan lain-lain.

Selama ini alat yang digunakan masih secara manual sehingga produksi masih rendah dan singkong

harus diolah segera, kalau tidak akan mempengaruhi struktur singkong dan berwarna hijau kecoklatan

dengan rasa pahit. Untuk teknisnya harus rajin membersihkanya karena alat ini mengolah bahan yang

basah sehingga harus dijaga kebersihannya supaya terhindar dari bakteri, kontaminasi, lubang-lubang

harus selalu dikontrol dari serat bagian tengah singkong yang menutupi lubang penyerut. Penulis

menyarankan dari permasalahan pemasaran dan meningkatkan mutu aroma, rasa dan kemasan yang perlu

ditingkatkan untuk peneliti lainnya yang akan memodifikasi menggunakan alat ini. Karena alat digerakan

oleh motor listrik maka apabila listrik PLN mati maka alat ini ikut tidak dapat dioperasikan atau

dijalankan. Pada alat ini karena alatnya tidak semua dibuat dari bahan stenlis dan sulit didapatkan

dipasaran maka hanya plat silinder penyerut dan poros saja yang dari stenlis, bahan yang lain seperti

jari-jari, rumah atau sarangan penyerut, saluran hasil serutan dari bahan seng dan bahannya bukan dari

bahan stenlis sehingga mudah berkarat maka harus selalu dibersihkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan menguji alat penyerut ubi kayu dengan panjang

serutan ubikayu di atas 5 cm dan dengan diameter 3 - 4 mm (kering)

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah :

1. Sebagai alat penyerut ubikayu.

2. Peningkatan jumlah produksi serutan ubikayu.

3. Meningkatkan jam kerja.

2. Landasan Teori

2.1.Kriteria Desain Mesin

Perancangan mesin ditujukan untuk dapat menghasilkan suatu mesin mekanis penyerut ubikayu

menggunakan tenaga motor listrik sebagai tenaga penggerak yang dapat memenuhi sesuai dengan besar

selinder penyerut. Hasil serutan yang diinginkan dengan panjang lebih dari 5 cm dan diameter 3-4 mm.

2.2.Rancangan Struktural

Pada perancangan suatu alat akan dirancang terdiri dari bagian-bagian alat dan dapat dilihat pada Gambar

2. Pada poros penggerak untuk meneruskan putaran ke puli input gigi reduksi kemudian selanjutnya

putaran puli output gigi reduksi meneruskan putaran ke puli silinder penyerut. Pada silinder penyerut

satu poros dengan silinder penyerut, dan pada sekeliling silinder dibuat lubang serutan yang berfungsi

untuk menyerut singkong, besarnya lubang penyerut tersebut dibuat dengan diameter lubangnya 3-4 mm.

Page 36: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Pada dudukan tempat meletakan potongan singkong, dudukan singkong ini dapat dilepas-lepas supaya

mudah diperbaiki kalau terjadi kerusakan, juga mudah di ganti-ganti dan mudah juga dibersihkan. Pada

jarak ukuran mata penyerut dibuat 1 cm arah kesamping. Sedangkan jarak kemuka searah jarum jam

dengan jarak 5 cm antara jarak lubang satu terhadap lubang berikutnya. Berikutnya pada jarak mata

lubang penyerut dibuat dengan jarak antara penekan singkong yang terpendek diambil 3 mm untuk

mengamankan alat penekan supaya tidak terkena atau tergores oleh alat penyerut. Puli disini dipakai 5

buah sebagai alat transmisi dan khusus satu buah puli digunakan untuk sebagai alat penegang supaya

sabuk tidak kendor dan memperluas permukaan kontak sabuk lebih besar, juga tidak mudah terjadi slip.

2.3. Rancangan Fungsional

Mesin mekanis penyerut ubikayu ini terdiri dari beberapa komponen yaitu:

a. Rangka Mesin

Rangka mesin berfungsi sebagai kaki atau dudukan motor (motor listrik 0,373 kW) rangka dibuat dari

besi siku yang dikerjakan pada penyambungan dengan las dan dipasang sebagian dengan baut dan mur,

ukuran besi siku 30 mm x 30 mm x 3 mm.

b. Hopper

Saluran pemasukan bahan singkong atau hopper ubikayu berfungsi sebagai ruang penyerutan. Bagian ini

terbuat dari pelat 1,2 mm - 2 mm dan dirancang dan dibuat segi empat dari bahan pelat 40 mm x 40 mm

x 2 mm dengan panjang 120 mm. Bagian ini di buat mendatar sesuai dengan posisi bahan yang diserut.

c. Silinder Penyerut

Pemasangan silinder penyerut dilengkapi dengan dua bantalan (bearing) sebagai dudukan poros dan di

atas tiang kaki penyangga dari alat penyerut. Sebagai pemutar alat silinder penyerut, silinder penyerut

bisa secara manual dengan lengan atau handel. Pada alat ini sudah di buat dengan menggunakan motor

listrik.

d. Pelat Landasan (Dudukan)

Bagian ini berfungsi sebagai landasan yang menahan baku supaya tidak lepas pada posisinya selinder

penyerut sewaktu melakukan penyerutan. Pelat landasan dibuat dari bahan besi pelat tebal 2 mm.

Pemasangan pelat landasan bisa dengan baut dan dilas dan dapat diatur atau disetel, sehingga

memudahkan mengatur jarak antara penyerut dan landasan.

3.Metodologi Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratarium LIPI Lampung di jalan Sukarno Hatta Pabrik Besi Cor Lampung

dari bulan Januari sampai Juni 2016 dan di bengkel Bapak Samsudin dengan alamat jalan Morotai gang

M. Saleh. Bengkel teknik pertanian Unila.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan digunakan meliputi peralatan perbengkelan, jangka sorong, dial indikator, mesin bor, mesin

bubut dan bahan penelitian antara lain adalah

Pada mesin penyerut hopper alat tempat dudukan bahan baku pada nyerutan singkong sedangkan puli

sebagai alat untuk memindahkan putaran motor ke alat reduksi (reducer gear) selanjutnya putaran yang

keluar dari reduksi memutar puli penyerut memutar silinder penyerut, alat timbangan untuk menimbang

hasil serutan pada pengujian untuk mengetahui berat hasil serutan, bahan singkong sebagai bahan yang

diteliti panjang jumlah hasil serutan. Silinder penyerut sebuah selinder yang diberi lubang pada keliling

permukaan silindernya. Pada lubang tersebut berfungsi sebagai penyerut bahan singkong untuk

mendapatkan serutan.

3.3. Metode Penelitian

Merancang dan membuat alat penyerut ubikayu. Penelitian tahap uji coba alat pada penyerut ubikayu

yang sudah dikupas dan dicuci sampai bersih kemudian dilakukan pengujian kinerja mesin, serta

efisiensi penyerutan dan tingkat putaran mesin, kemiringan umpan bahan dengan perlakuan diulang tiga-

lima kali pengujian.

3.4. Pembuatan Mesin

Pembuatan mesin mekanis dilaksanakan di Bengkel LIPI, Besi Cor Lampung yang berkedudukan di

Lampung Selatan dan di Bengkel Bapak Samsudin di jalan Morotai. Pembuatan mesin mekanis beberapa

tahapan yaitu pembuatan gambar teknik, penyiapan peralatan dan bahan, pembuatan mesin, finishing dan

pengujian mesin hasil rancangan.

Page 37: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

3.5. Pengujian Mesin

Pengujian mesin yang dilakukan meliputi penentuan penyerutan dan posisi, bahan yang dimasukkan

pada posisi mendatar dan yang sesuai dengan posisi pengujian yang tepat dan baik, putaran juga

menentukan hasil dari penyerutan. Pada proses pengujian mesin dilakukan dengan perlakuan terhadap

alat penyerut dan bahan baku.

Langkah-langkah pada pengujian selanjutnya perlu diamati yaitu antara lain

a. Posisi kedudukan hopper pada waktu pengujian mendatar

b. Pengamatan hasil serutan seperti yang telah diinginkan dengan panjang yang besarnya > 5 cm

3.5.1. Pengujian Kapasitas Mesin

Pengujian ini dilakukan sebagai berikut melakukan penimbangan bahan baku yang sudah dikupas

(ubikayu 1 kg per ulangan), kemudian dimasukan ke dalam hopper selanjutnya proses penyerut

dilakukan putaran 47-60 rpm.

Pada langkah selanjutnya adalah :

Mencatat waktu awal penyerutan berlangsung sampai pada akhir proses penyerutan sehingga dapat

diketahui waktu yang optimal.

3.5.2. Metode Pengujian

Metode pengujian dilakukan beberapa kali pengujian terhadap bahan baku. Pertama-tama memilih bahan

baku yang baru dan baik kira-kira mempunyai diameter (d) 50 mm dan panjang (l) 120 mm, kemudian

bahan baku dimasukkan ke dalam hopper atau dudukan bahan baku kemudian handel diputar dengan

putaran searah jarum jam kemudian pada saat diputar bahan baku secara terus- menerus bergeser ke alat

penyerut dan bahan singkong sampai menipis sampai tidak dapat diserut lagi. Selanjutnya mesin

dihentikan dan di lanjutkan ke bahan baku yang berikutnya sampai beberapa kali pengujian, dilakukan

sampai tidak dapat diserut lagi.

3.5.3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan setelah mesin sudah selesai dibuat dan disetel sehingga mesin dapat

dihidupkan dan penyerut berputar, selanjutnya bahan baku setelah diserut dapat dilihat hasilnya

kemudian di timbang dan berikutnya dicatat diambil data-datanya, pada penelitian ini putaran alat kita

sesuaikan pada putaran yang di rancang yaitu 47-60 putaran permenit. Pelaksanaan pengujian juga

sudah dilakukan pada bengkel Teknik Pertanian UNILA.

3.6. Analisis Teknis

Poros dan Pasak

Poros merupakan salah satu bagian yang terpnting dari setiap mesin. Peran utama dalam transmisi

seperti itu di pegang oleh poros. Poros transmisi pada alat penyerut ubikayu ini akan mendapat beban

puntir murni atau puntir dan lentur. Tenaga yang ditransmisikan kepada poros ini melalui roda gigi

reduksi dan sabuk transmisi ke penyerut.

Kriteria Ubi Serutan

Kriteria ubi serutan yang baik, yang kurang, rusak dan hancur adalah sebagai berikut, kriteria penyerutan

seperti dibuat pada tabel 1, sebagai acuan dan batasan maksimum dan batasan mimnimum dari panjang

yang disebut supaya pada percobaan dan pengujian ada standart yang akan dicapai pada saat alat

penyerut ubikayu bekerja, pada hasil serutannya tujuannya harus sudah sesuai dengan yang diinginkan

pada tabel 1. Untuk pencapaian itu kerja alat penyerut harus yang perlu diperhatikan maupun untuk

diperbaiki setelah diketahui kekurangan-kekurangan maka pada alat tersebut perlu diperbaiki supaya

hasil yang didapat tercapai sesuai yang di harapkan seperti tedapat pada tabel 1.

3.7. Mencegah Korosi dengan Pengecatan

Lapisan penghalang yang dikenakan kepermukaan logam dimaksudkan baik untuk memisahkan

lingkungan dari logam, maupun untuk mengendalikan lingkungan mikro pada permukaan logam. Banyak

cara pelapisan yang digunakan untuk maksud ini termasuk cat, selaput organik, vernis, lapisan logam,

dan enamel. Sejauh ini yang paling umum adalah cat. Karakteristik cat, Lapisan cat kering yang tebalnya

sekitar 0,1 mm diharapkan mempunyai umur panjang dan akan membatasi masuk udara, butir-butir air

ion-ion agresif kepermukaan logam. Meskipun banyak lapisan cat yang tak dapat ditembus ion-ion

seperti klorida, sulfat dan karbohidrat, namun belum ada lapisan cat yang sepenuhnya mampu

menghalangi oksigen atau air. Bila saatnya, oksigen atau air akan berhasil mencapai permukaan logam

dan dengan demikian lapisan cat tidak mampu menghalangi reaksi katoda.

Pada pengecatan untuk alat penyerut prinsipnya hanya untuk mencegah karat sedangkan alat penyerut

dibuat dari logam stenlis dan pda bagian penutup dan kerangka yang perlu di cat di samping mencegah

karat pengecatan ini juga untuk membuat bagus alat penyerut sehingga nampak bagus dan rapih.

(Trethewey and Chamberlain, 1991)

Page 38: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

4. Pembahasan

4.1. Mesin Prototipe Penyerut Ubikayu

Telah dibuat sebuah alat mesin penyerut ubikayu, pada proses pembuatan ini dilakukan penyetelan

kerangka yang dibuat mempunyai dudukan poros motor listrik, gigi reduksi sampai dengan tempat posisi

bahan baku. Alat setelah jadi dan terbentuk dan telah diuji cobakan sehingga dapat dipergunakan sebagai

penyerut singkong, telah diuji cobakan juga pada bengkel teknik pertanian (UNILA) yaitu pada bulan

Desember 2008.

4.2. Hasil dan Pembahasan

Alat yang telah dibuat dan yang telah dihasilkan menjadi suatu alat penyerut, alat ini sebelumnya masih

ada kekurangan dan perlu adanya penyempurnaan, seperti penyempurnaan pada lubang penyerut yang

sebelumnya masih terlalu renggang pada jarak mata penyerut dan sudah ditambah lubang lagi secara

menyilang. Selajutnya penyempurnaan pada puli penyerut yang mempunyai diameter terlalu besar

sehingga kecepatannya kurang dari yang diinginkan yaitu seharusnya sebesar 30-37 putaran per menit

(rpm), pada perhitungan yang terakhir dihitung lagi D4 sama dengan 73-93 mm, dan sebelumnya

memakai diameter penyerut dengan diameter (D4) sebesar sama dengan 125 mm, sedangkan untuk

diameter 73-93 mm mendapatkan kecepatan yang besarnya adalah sama dengan 47-60 putaran per menit

(rpm). Berikutnya penyempurnaan pada karet sabuk (belt) dan ditambah puli penegang supaya tidak slip

dan mendapatkan sudut kontak yang lebih besar sehingga gesekannya besar. Pada puli poros inputnya

sulit mendapatkan ukurannya dengan poros yang diinginkan maka perlu membuat lubang sendiri pada

puli untuk poros puli input, pada puli dapat membeli yang belum dilubangi. Lubangnya dapat lubangi

sendiri.

Poros pada penyerut dipakai poros yang berlubang sehingga untuk mengikat puli penyerut perlu dilas

dengan besi yang berderat atau berulir pada ujung poros dan pada dudukan puli diberi lubang pasak

untuk mengikat sehingga puli tidak bergerak dan dapat terikat dengan kuat. Pada sekeliling puli diberi

pasak ulir minimal tiga sampai empat buah pasak ulir. Pada alat prototipe ini setelah dirasakan sudah

terkontrol pada posisinya masing-masing maka alat dapat dipergunakan dan memang sudah di uji

cobakan dan pada bengkel tempat pembuatannya dan bengkel (UNILA).

4.3. Pada Elemen dan Fungsi Alat

a. Handel Penekan Dengan Putaran

Pada saat bahan baku dimasukan ke hopper atau dudukan bahan baku, tenaga tekanan melakukan

penekanan bahan baku dilakukan oleh handel penekan perlahan-lahan secara konstan dan teratur,

sebaiknya silinder penyerut betul-betul simetris agar pada saat menekan bahan baku tidak hancur akibat

dari sentakan silinder yang tidak simetris.

b. Handel Geser

Handel pada pengujian ini gerakannya pendek dan terbatas karena akan terhalang oleh silinder penyerut

lengkungannya ke atas supaya dapat menyerut ubikayu maka gerakan handel geser apabila terlalu maju

maupun mundur maka akan tersenggol oleh silinder.

c. Gigi Reduksi (Gear Reducer)

Gigi reduksi (gear reducer) fungsi alat ini untuk menurunkan putaran penyerut yang dikehendaki dari

putaran 1400-1450 putaran permenit menjadi putaran 47-60 putaran per menit (Prastowo, 1992), pada

alat ini dipakai perbandingan putaran (1 : 30).

Menurut percobaan apabila putaran lebih besar dari 60 putaran permenit (rpm) cenderung bahan baku

akan banyak yang hancur.

d. Motor Listrik

Pada alat penyerut ubikayu ini dipakai motor listrik sebagai tenaga penggerak, namun dapat juga dipakai

dengan menggunakan penggerak yang lain seperti motor bensin dan solar, tetapi pada alat ini telah di

buat dengan motor listrik dan bahkan sudah diuji cobakan sudah berhasil menyerut ubikayu dengan baik

dan kelebihan alat ini tidak begitu bising dan lebih bersih karena tidak menggunakan oli, tidak

menggunakan bahan bakar, dan tidak menggunakan pendinginan air sehingga tidak ada yang tercecer

atau tertumpah.

e. Saluran Penampung

Saluran penampung untuk menampung hasil dari serutan bahan baku dan kemudian diambil dan

dimasukkan kedalam pan atau baskom kemudian dibawa ke tempat proses selanjutnya untuk dikerjakan.

Page 39: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

4.4. Hasil dari Pengujian Alat Penyerut

Hasil penyerutan dari silinder penyerut dapat dilihat pada tabel dibawah ini, seperti panjang penyerutan,

prosentase penyerutan, hasil rata-rata penyerutan, prosentase rata-rata penyerutan waktu lama

penyerutan. Pada hasil pengujian ditampilkan juga menggunakan grafik–grafik supaya dapat juga

melihat nilai kenaikan maupun penurunan dari hasil pengujian pada penyerutan. Grafik disini

ditampilkan hasil penyerutan dan prosentase hasil penyerutan dan juga waktu lama penyerutan. Pada

grafik ini berfungsi untuk melihat atau mengetahui naik turunnya hasil dari penyerutan.

4.5. Hasil dari Penyerutan

Hasil dari pengujian berikut ini dari serutan yaitu besarnya dapat dilihat pada hasil yang terdapat

dibawah ini adalah :

Hasil pada pengujian yang dihasilkan jumlah serutan 86,7 %, hasil serutan panjang > 5 cm yang besarnya

78,4 %, untuk panjang serutan 4 – 5 cm, 4,14 %, panjang serutan < 4 cm , 4,16 %. Dari hasil percobaan

maka dapat kita lihat pada hasil berikut ini bahan baku waktu dimasukan (berat awal) hasil dari serutan

untuk bahan baku yang hancur akibat dari mata silinder penyerut akibat silinder penyerut tidak balance

atau tidak stabil ada sisi silinder penyerut yang menggesek pada dudukan atau pada badan, sebaiknya

jarak penyerut yang lebih baik lebih rapat tetapi sulit diterapkan seperti itu secara maksimum, dan

diusahakan mendekati perihal tersebut agar tidak terlalu jauh dari prinsip yang ideal. Selanjutnya alat

yang dibuat ini dikerjakan secara sederhana bukan dengan mesin yang otomatis maupun yang

modern.Pada percobaan berikut ini hasil pengujian tahap ini hasil panjang serutan dari panjang sampai

kecil, berat rata-rata 250 g dan panjang penyerutan rata-rata > 5 cm = 88,2 %, sedangkan hasil serutan

yang 4-5 cm = 4,4 %, hasil panjang serutan rata-rata 4 cm = 3,9 % serutan yang panjang < 3 cm = 3,9 %.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Pada pembuatan alat penyerut ubikayu dengan sistim mekanis menggunakan motor listrik, rendemen

alat ini 62-64 % dengan putaran 47-60 rpm .

a. Tenaga yang dipakai pada alat ini 351 watt dengan putaran 47-60 rpm, sedangkan tenaga motor

digunakan 368 watt.

b. Menggunakan diameter poros, aman tidak ada kendala sebesar 25 mm.

2. Hasil pada penyerutan rata-rata adalah 75 %-85 % dari jumlah bahan baku yang diserut.

3. Jarak antara lubang ke depan 50 mm dan jarak lubang ke samping 5 mm, ukuran ini dibuat supaya

mendapatkan hasil serupa rata-rata di atas 50 mm.

5.2. Saran

1. Pada lubang dilihat ada serat–serat tengah singkong yang tersangkut dilubang tersebut sehingga

menutup lubang, pada pengembangan selanjutnya cara mengatasinya tidak tertutup oleh serat

supaya lubang penyerut menyerut dengan baik.

2. Untuk pengembangan yang lebih baik pada penggunaan secara pemakaian yang luas dapat disetel-

setel dan dapat mengganti-ganti mata penyerut dengan cara lebih baik dan pemasangannya lebih

mudah.

3. Pengembangan alat lebih lanjut, perlu pemikiran lebih lanjut pada beberapa komponen utama seperti

penggantian alat penyerut, agar dibuat lebih mudah untuk penggantian.

Page 40: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Beer, F. P. and Johnston. E .R. 1983. Mekanika untuk Insinyur (STATIKA). The Houw Liong.

Departement Fisika I T B. Erlangga. Jakarta.

Mulyoharjo, M. 1987. Dasar-Dasar Hasil Pengolahan hasil pertanian .P.A.U. Pangan dan Gizi,

Universitas Lampung. Hlm. 146 – 158. Bandar Lampung.

Nieman, G. 1992. Elemen Mesin. Ahli Bahasa Budiman, A. Dipl. Ing (Mobil Oil Indonesia). Erlangga.

Jakarta.

Purnomo, E. Dan Rachmad, S. 1998. Mesin Cetak Kerupuk Sistim Hydropneumatik. Yogyakarta.

Prastowo B. 1992. Modifikasi Mesin Pengupas Ubikayu. Hasil Penelitian Mekanisasi dan Teknologi.

Balitan Maros.

Prihatman, 2001, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. BPTTG. Puslitbangh (LIPI). Jakarta.

Prihatman, 2001. Perajang Singkong Tipe II. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP

Teknologi. Jakarta.

Sarjono et. Al. 1995. Teknologi Alat Mesin Pengolahan Ubikayu. Enjinering, Vol 2, No. I. Yogyakarta.

ANALISA PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK MENGATASI SUPLAI AIR BERSIH

KECAMATAN BUKIT KEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Lidia Olga

Abstract

North Lampung District residents each year continues to grow. The population of North Lampung regency since

the results of the population census in 2007 amounted to 531.138 inhabitants, this number continues to increase

with the growth of the community and health continues to improve.

Providing clean water as one of the indispensable means for this being that many problems arise mainly during the

dry season. The level of water services in North Lampung in general still low. This is because of the limited

availability of water in the city. Population growth rate of an average North Lampung at 2:11% can not be offset

by the development of its water supply. This raises the further impact of the lowlevelofwateservices.

Currently the supply of raw water / water managed by PDAM Way Earth (Kab. Lampung Utara) will be prioritized

for domestic use (domestic). Conditions of development of the companies Way Earth until the year 2007 is less

encouraging because of the new airport about 7% of the total population, or about 21% of the

populationresidingintheservicearea.

To increase the efficiency of water services in the study area needs proper analysis of the production capacity with

the needs of the water, so there is no gap between production capacity needs. Shortage of production capacity led

to customer dissatisfaction, while excess production capacity led to no closing costs. In addition it should be

supported by pressing the leak that had been there.

Raw water supply system cluster Bukit Kemuning outline can be served with a gravity system of springs Abung

Timah, Way Belt and Batang Kubu.

Keywords: raw water, clean water

Abstrak

Penduduk Kabupaten Lampung Utara set iap tahun terus mengalami per tumbuhan. Jumlah

penduduk Kabupaten Lampung Utara seja k hasi l sensus penduduk tahun 2007 ber jumlah

531,138 j iwa, j umlah ini terus ber tambah sesua i dengan per tumbuhan masyarakat dan

kesehatan yang terus membaik.

Penyediaan ai r bersih sebagai salah satu sarana yang sangat d iper lukan se lama ini menjad i

permasalahan yang banyak mengemuka terutama pada musim kemarau. T ingkat pelayanan

air bers ih Lampung Utara secara umum masih rendah. Hal ini d ikarenakan terbatasnya

ke tersed iaan air baku d i ko ta ini . Laju per tumbuhan Penduduk rata -rata Lampung Utara

sebesar 2 .11% belum dapat d i imbangi dengan perkembangan penyediaan air bersihnya . Hal

ini menimbulkan dampak semakin rendahnya t ingkat pe layanan a ir bers ih.

Saa t ini penyediaan a i r baku / a ir bersih yang d ike lola o leh PDAM Way Bumi (Kab.

Lampung Utara) masih dipr io r i taskan untuk keperluan rumah tangga (domestik) . Kondisi

perkembangan PDAM Way Bumi sampai tahun 2007 kurang menggembirakan karena baru

melayani sekitar 7% dar i to tal jumlah penduduk atau sekitar 21 % dari penduduk yang berada

pada daerah pe layanan.

Untuk peningkatan ef i siens i pelayanan air bers ih di wi layah kaj ian per lu anal is i s yang tepa t

antara kapasi tas produksi dengan kebutuhan ai r , sehingga t idak ter jad i kesenjangan antara

Page 41: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

kapasitas produksi dengan kebutuhan. Kekurangan kapasitas produksi menyebabkan

ke tidakpuasan pe langgan, sedangkan kelebihan kapasitas produksi menyebabkan t idak

ter tutupnya biaya operasional . Selain i tu per lu di tunjang dengan menekan kebocoran yang

se lama ini ada. S istem penyediaan a ir baku cluster Bukit Kemuning secara gar is besar dapat

di layani dengan s is tem gravitas i dar i sumber mata a ir Abung Timah, Way Sabuk dan Kubu

Batang.

Kata Kunci : air baku, air bersih

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengantisipasi tantangan untuk mewujudkan jaminan ketersediaan air

bagi semua, khususnya menyadari bahwa pemenuhan terhadap air yang memadai dan

sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia , pemenuhan akan suplay bahan makanan,

dan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, dan pemberdayaan manusia ,

melalui proses keikutsertaan dalam pengelolaan air , serta melalui mobilisasi dan

penggunaan, dan alokasi air yang lebih efisien bagi produksi bahan makanan.

Menindaklanjuti hal di atas, maka sudah selayaknya j ika saat ini Penyediaan Air Baku

Lampung sebagai salah satu insti tusi pemeri ntah, untuk melaksanakan hal tersebut di

atas maka diadakan Analisa Penyediaan Air Baku di Kabupaten Lampung Utara

khususnya di Kecamatan Kemuning.

Dalam era pembangunan sumber daya air yang telah memasuki tahap pembangunan

pengairan pada era otonomi daerah dengan semakin besarnya peranan Pemerintah

Daerah dalam pembangunan wilayah yang merupakan wujud pelaksanaan Undang -

undang no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka pelaksanaan pekerjaan ini

akan dilaksanakan berdasarkan pada peraturan daerah (PERD A) sebagai instansi yang

akan menerima pelimpahan wewenang pengelolaan selanjutnya.

Tidak berfungsinya sistem lingkungan yang menunjang berlangsungnya proses daur

hidrologi seperti berkurangnya luasan hutan pada kawasan tangkapan hujan, tekanan

kependudukan yang berkelebihan, pemanfaatan air tanah yang melampaui daya

dukung alamiahnya, proses erosi dan sedimentasi yang berlebihan, sehingga dalam

merancang perkembangan sumber daya air yang dapat menjangkau kebutuhan saat ini

dan yang akan datang harus melalu i pendekatan wilayah sungai sebagai satu kesatuan

yang menyeluruh, terpadu, berkesinambungan serta berwawasan l ingkungan yang

didasarkan pada konsep RUTRW nasional dan regional.

Berdasarkan hal -hal tersebut di atas maka penyusunan Analisa Penyediaan Air Ba ku

Lampung Utara ini akan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek -aspek terkait

secara menyeluruh dan diharapkan dapat meningkatkan kuali tas hidup masyarakat di

wilayahnya. Analisa ini merupakan langkah pertama dalam rangkaian perjalanan

perencanaan pengadaan air baku terpadu.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari Analisa Kebutuhan Air Baku ini yaitu untuk melakukan

analisa atau kaj ian kelayakan sebagai pedoman dalam pemakaian sarana air baku dan

pengembangan dan pengelolaan sumber daya air yang terpad u dan berwawasan

l ingkungan serta selaras dengan RUTR Nasional dan RUTR Propinsi serta RUTR

Kabupaten / Penataan Ruang Wilayah Kabupaten.

2.Metodologi Penelitian

Data yang didapat dari hasil survey di lapangan serta data sekunder yang akan

digunakan sebagai dasar analisis di lakukan validasi dan uj i keabsahan data.

Data-data yang mendukung yaitu berupa data hidrologi, klimatologi, topografi ,

mekanika tanah, social ekonomi, serta daerah irigasi

Analisis dilakukan yaitu pada sosial ekonomi dan persepsi masyarakat, neraca air ,

kebutuhan air serta keseimbangan air

Jenis analisa dapat berupa empiris ataupun kompilasi data yang diperoleh.

Page 42: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

3. Pembahasan

3. 1 Analisis Sosial Ekonomi Dan Persepsi Masyarakat

Berdasarkan survey sosial ekonomi, diperoleh gambara n tentang kondisi sosial

ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan dan keberadaan PDAM sebagai

lembaga penyediaan ai r bersih.

Pendapatan pokok tetap bulanan setiap keluarga, secara umum sangat mempengaruhi

kemampuan dan keinginan masyarakat menda patkan pelayanan air bersih dari PDAM.

Secara umum tingkat pendapatan pokok keluarga masih rendah, sehingga berpengaruh

pada keluarga yang mengajukan penyambungan pipa air bersih (sebagai pelanggan).

Di sisi lain t ingginya biaya pemasangan awal juga turu t berpengaruh terhadap

rendahnya animo masyarakat menjadi pelanggan. Oleh sebab i tu perlu adanya

peninjauan kembali terhadap biaya pemasangan baru, untuk menarik keinginan

penduduk menjadi pelanggan PDAM.

Berdasarkan t ingkat pendapatan tetap keluarga, w ilayah yang memiliki peluang dan

untuk dikembangkan dan penambahan sambungan baru adalah; Kota Bumi, Kota

Bumi Utara, Bukit Kemuning, serta sebagian penduduk disekitar Pusat Industri PTP.

Bunga Mayang. Daya dukung pendapatan tetap masyarakat, serta orie ntasi

pengembangan wilayah sebagai pusat pelayanan pemerintah dan pertokoan serta

industri . Perkembangan wilayah agraris menjadi pusat pemerintahan, pertokoan dan

industri , meningkatkan budaya konsumtif masyarakat. Sehingga tuntutan penyediaan

air bersih yang cepat, mudah dan cukup ser ta berkuali tas baik menjadi tuntutan yang

harus disediakan.

Sedangkan daerah Abung Tengah, Tanjung Raja, Dwikora, Abung Barat , secara

ekonomis kurang prospektif , hal ini didasarkan pada t ingkat pendapatan dan t ingkat

pemakaian setiap rumah tangga yang relatif rendah. Dari sisi ekonomi t ingkat

pendapataan pokok keluarga relatif rendah. Disamping i tu pendapatan t idak tetap

dan tergantung dengan hasil panen kebun, mengakibatkan masyarakat lebih

mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok terutama pangan, biaya sekolah anak,

pakaian dan transportasi .

Penggunaan air bersih relatif sedikit (dibawah 5 m3/bulan), dan bulan efektif

pemakaian berkisar 3 -5 bulan setiap tahun akan menimbulkan kerugian bagi PDAM.

Sebab pada bulan rendeng pelanggan lebih mengutamakan pemanfaatan air sumur dar i

pada air PDAM. Untuk i tu pelayanan di daerah ini diupayakan pelayanannya

menggunakan metode gravitasi untuk menekan biaya operasional . Rendahnya biaya

operasional akan menyebabkan rendahnya har ga jual air sehingga terjangkau oleh

masyarakat golongan ekonomi kecil . Disamping i tu peningkatan kuali tas pelayanan

terutama pada kuali tas air , jam operasional yang t inggi dan sistem pembayaran yang

transparan, akan dapat menaikkan keinginan masyarakat menjadi pelanggan. Animo

masyarakat yang t inggi, memberikan peluang penambahan pelanggan baru.

Memperhatikan fungsi keberadaan PDAM sebagai insti tusi yang bergerak dalam usaha

non profit murni, maka perlu diupayakan penyediaan air bersih yang layak bagi

masyarakat. Penyediaan air bersih ini harus tetap mempertimbangkan biaya

pemeliharaan dan pengembangan untuk tahun berikutnya.

Hasil survei terhadap pelanggan dan non pelanggan, menunjukkan bahwa persepsi

masyarakat terhadap pelayanan PDAM masih kurang baik. Penilaian ini terutama

pada aspek, ketersediaan air kurang, jam oprasional rendah, air sering keruh, sistem

pencatatan t idak berfungsi. Rendahnya kinerja pelayanan PDAM, mengakibatkan

menurunnya kepercayaan masyarakat kepada PDAM. Rendahnya t ingka t kepuasan

pelanggan menimbulkan kekecewaan dan akhirnya berkurangnya pelanggan aktif .

Oleh karenanya kinerja PDAM harus diperbaiki dan lebih berorientasi pada pemuasan

pelanggan. Sebab semakin baik pelayanan yang diberikan akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada PDAM.

Upaya menekan kebocoran pada pipa distribusi akibat pencurian, dapat melibatkan

tenaga lokal sebagai pengawas dan koordinasi dengan instansi/aparat setempat.

Sehingga pengawasan sarana dan prasarana distribusi PDAM dapat lebih ef ektif , dan

relatif murah. Disamping i tu upaya yang harus segera dilaksanakan adalah

Page 43: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

meningkatkan kemampuan tenaga lapangan dalam mengop erasionalkan jaringan, serta

kemampuan dalam pendekatan masyarakat di lokasi sumber dan dis tribusi air .

Dari survey sosial ekonomi, didapatkan informasi tentang persepsi masyarakat bahwa,

air bersih adalah milik bersama sehingga untuk mendapatkannya t idak harus

membayar. Munculnya persepsi ini menunjukkan bahwa sosialisasi tentang biaya dan

mekanisme pembayaran t idak berja lan. Sehingga perlu memberikan penjelasan

dengan metode dan pendekatan yang baik agar t idak menimbulkan konflik yang

berkepanjangan.

Cluster Bukit Kemuning

Demand Cluster Buki t Kemuning mempunyai wilayah layanan meliputi 5 wilayah

kecamatan yaitu Kec. Bukit Kemuning (ada 8 desa), Kec. Abung Tinggi (8 desa),

Kec. Abung Barat (ada 23 desa) , Kecamatan Tanjung Raja (ada 17 desa) dan Abung

Tengah (ada 20 desa).

Jumlah penduduk pada cluster ini 110.651 j iwa yang tersebar pada 644,52 Km 2 atau

dengan t ingkat kerapatan penduduk 171,67 j iwa/Km 2 . Dengan pusat pelayanan di kota

Bukit Kemuning.Didasarkan pada lokasi geografis dan topografi daerah ini serta

ketersediaan water district , maka dapat dibagi dalam 3 (t iga) pasangan wilayah

kebutuhan dan potensi sumber air baku seper ti tersaj ikan pada Tabel 3.1.

Tabel 1 .Pasang an Wilayah Kebutuhan Air Ba ku dan Potens i Sumber Air B aku di Clus ter Buki t

Kemuning .

Demand

Cluster

Water

District Water Demand Kecamatan/Desa Luas Km2 Jumlah RT JumlhPenduduk

1 2 3 5 6 7 8

Dwi Kora dan

Sekitarnya

Kec. Bukit Kemuning

Bukit

Kemuning

Way Abung

Timah

Dwikora 123 485 1968

Bukit

Kemuning

dan Sekitarnya

Kec. Bukit Kemuning

Tanjung Baru 24,16 923 3799

Tanjung Baru Timur 10,25 473 1956

Bukit Kemuning 30,50 3485 16658

Muara Aman 14,25 894 3838

Suka Menati 32,15 816 3661

Tanjung Waras 12,00 413 1860

Sido Mulyo 13,50 275 950

Jumlah 136,81 7279 32722

Kec. Abung Barat

Cahaya Negeri 10,780 567 2664

Jumlah 10,78 567 2664

Kec. Abung Tinggi

Ulakrengas 13,000 436 2147

Sukamarga 26,650 935 3936

Pulau Panggung 13,300 468 2341

Kebon Dalam 4,000 326 1463

Jumlah 56,95 2165 9887

Total Jumlah Penduduk (jiwa) 327,54 10496

47241

Way Sabuk

Tanjung

Rajadan

Sekitarnya

Kec. Tanjung Raja

Tulung Balak 35,43 245 1056

Sindang Agung 11,56 634 2472

Sri Menati 6,50 493 2192

Merambung 33,00 530 2369

Jumlah 86,49 1902 8089

Kec. Abung Barat

Page 44: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Ogan Lima 6,16 1016 4410

Tanjung Harta 2,00 143 668

Way Wakak 3,00 134 545

Hujan Mas 2,00 143 603

Jumlah 13,16 1436 6226

Kubu Batang Tanjung Raja

dan Sekitarnya

Kec. Tanjung Raja

Sidomulyo 11,27 177 757

Kemala Raja 5,25 509 2265

Tanjung Beringin 10 355 1243

Jumlah 26,52 1041

Kec. Abung Tengah

Sri Bandung 3,50 299 1280

Jumlah 3,50 299 1280

Total Jumlah Penduduk (jiwa) 129,67 4678

19860

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa prosentase wilayah yang terlayani pada cluster

ini adalah 62,5% yang tersebar pada 13 desa. Hasil Proyeksi jumlah penduduk dari 13

desa tersebut pada tahun 2010 berjumlah 63.098 j iwa, tahun 2020 sejumlah 95.344

j iwa, dan tahun 2030 sejumlah 144.220 j iwa maka kebutuhan air baku di demand

cluster bukit Kemuning untuk keperluan air domestik adalah pada tahun 2010 sebesar

95 l t /det , tahun 2020 sebesar 143,6 l t /det dan 241,58 l t /det pada tahun 2030.

Water District yang direncanakan untuk melayani cluster Bukit Kemuning ini adalah

pengembangan dari pemanfaatan mata air Way Abung Timah yang saat ini telah

dimanfaatkan. Potensi debit dari mata air Way Abung Timah adalah 243 l t /det .

Sedangkan

Water Demand Tanjung Raja dengan potensi sumber air yang ada akan dilayani oleh

dua water district yaitu :

Water district Way Sabuk dengan daerah layanan Kec. Tanjung r aja (ada 4 desa), Kec.

Abung Barat (ada 5 desa) dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 19122

j iwa kebutuhan air baku sebesar 34,53 l /det pada tahun 2020 sebesar 28.908 j iwa

kebutuhan air baku sebesar 51,44 l /det sedangkan pada tahun 2030 sebesar 43 703 j iwa

kebutuhan air baku sebesar 73,42 l /det akan dilayani dari sumber air Way Sabuk

dengan kapasitas debit 80.2 l /det .

Water district Way Kubu Batang dengan daerah layanan Kec. Tanjung Raja (ada 3

desa) dan Kec. Abung Tengah (ada 1 desa) dengan jumlah penduduk pada tahun 2010

sebesar 7409 j iwa kebutuhan air baku sebesar 14,69, pada tahun 2020 sebesar 11198

j iwa kebutuhan air baku sebesar 21,80 l /det sedangkan pada tahun 2030 sebesar 16929

j iwa kebutuhan air baku sebesar 29,27 l /det akan dilayani dari s umber air Way Kubu

Batang dengan kapasitas debit 253.3 l /det . Pemakaian water district ini t idak di

optimalkan karena merupakan salah satu suplay air ke waduk Way Rarem.

Selain t iga water district di atas di cluster ini masih terdapat banyak mata air yang

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan penyediaan air baku pedesaan, diantaranya

adalah mata air Way Galing dan Way Kulur di Kecamatan Abung Tengah. Tabel 2 . Proyeks i Kebutuhan Air B aku di Cluster Bukit Ke muning

Demand Cluster Water

District Water Demand Kecamatan/Desa

Kebutuhan Air Baku

2010 2015 2020 2025 2030

1 2 3 5

Kec. Bukit Kemuning

Bukit Kemuning Way

Abung

Timah

Dwi Kora dan Domestik 3.96 4.87 5.98 7.36 10.44

Sekitarnya

Municipal 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

Ternak 0.96 1.36 1.95 2.80 2.80

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 4.96 6.27 7.97 10.20 13.28

Tingkat Terlayani 0.60 0.60 0.70 0.70 0.70

Kebutuhan 2.98 3.76 5.58 7.14 9.29

Page 45: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Rasio Kehilangan 0.35 0.35 0.25 0.25 0.25

Total Kebutuhan Normal 4.58 5.79 7.43 9.52

Total Kebutuhan Maksimum 5.27 6.66 8.55 10.95

Bukit Kemuning Kec. Bukit Kemuning

dan Sekitarnya Domestik 65.79 80.88 99.46 122.26 173.46

Municipal 2.00 2.10 2.21 2.33 2.43

Ternak 0.96 1.36 1.95 2.80 2.80

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 68.75 84.34 103.62 127.39 178.69

Tingkat Terlayani 0.50 0.60 0.60 0.70 0.70

Kebutuhan 34.38 50.61 62.17 89.17 125.08

Rasio Kehilangan 0.40 0.35 0.35 0.25 0.25

Total Kebutuhan 57.29 77.85 95.65 118.90 166.78

Kec. Abung Barat

Domestik 5.36 6.59 8.10 9.96 12.24

Municipal 0.24 0.25 0.25 0.25 0.26

Ternak 0.47 0.63 0.86 1.18 1.18

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 6.07 7.47 9.21 11.39 13.68

Tingkat Terlayani 0.50 0.60 0.60 0.65 0.65

Kebutuhan 3.03 4.48 5.52 7.40 8.89

Rasio Kehilangan 0.40 0.35 0.35 0.25 0.25

Total Kebutuhan 5.06 6.90 8.50 9.87 11.86

Kec. Abung Tinggi

Domestik 19.89 24.45 30.06 36.96 45.44

Municipal 0.36 0.36 0.36 0.37 0.37

Ternak 0.29 0.39 0.54 0.76 0.76

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 20.54 25.20 30.96 38.09 46.57

Tingkat Terlayani 0.40 0.50 0.50 0.60 0.60

Kebutuhan 8.21 12.60 15.48 22.85 27.94

Rasio Kehilangan 0.40 0.35 0.35 0.25 0.25

Total Kebutuhan 13.69 19.39 23.82 30.47 37.25

Total Kebutuhan Normal 76.04 104.14 127.96 159.24

Total Kebutuhan Maksimum 87.45 119.76 147.15 183.12

3.2 Analisa Neraca Air

Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa untuk menja min terjadinya keseimbangan

pengembangan sumber daya air harus tercapainya kondisi yang optimum dengan t idak

mengabaikan keseimbangan l ingkungan.

Untuk i tu pada bagian subbab ini akan dikaj i kondisi keseimbangan antara

ketersediaan dan pengembangan sumber daya air pada masing-masing pasangan

berdasarkan data daerah irigasi yang ada, kebutuhan air baku dan potensi sumber daya

air .

Tabel 3. Hasil Pengujian Air di Laboratorium pada Sumber Air di Kabupaten Lampung Utara

No. Parameter Satuan

Sumber Air Baku Mutu

Sgi

Rarem

Abung

Timah

Way

Sabuk

Kubu

Batng

Way

Galing

Way

Kulur

Bdg

Tirta

Sinta

A B

1 Nitrat Mg/L 0,43 1,28 1,5 1,38 1,51 1,36 1,45 10 10

2 Nitrit Mg/L 0,755 1,023 0,127 0,114 0,125 0,133 0,121 1 1

Page 46: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

3 Zat Organik Mg/L 0,0615 0,0692 0,1 0,084 0,113 0,461 0,923 - 400

4 Fe Mg/L 0,389 0,704 0,301 0,592 0,424 0,713 0,077 - -

5 Mn Mg/L 0,118 0,139 0,086 0,09 0,042 0,044 0,238 - -

6 Na Mg/L 143,63 209,9 111,14 70,89 15,5 16,24 39,43 - 200

7 Hg Mg/L ttd - - - - - - - -

8 Fa Mg/L 0,575 6,624 1,151 5,76 1,44 2,01 2,3 - 250

9 TDS Mg/L 110 78 44 43 65 79 55 500 1.000

10 Sulfat (SO4) Mg/L 8,38 9,97 11,56 8,66 11,31 8,69 8,67 200 400

11 Cl Mg/L 8,86 95,91 17,72 88,62 22,15 31,61 33,45 200 200

12

Kesada

han Mg/L 22,06 7,8 7,82 10,31 2,92 12,18 9,4 - 500

Su mber : Uj i Lab . UNILA, 2013

3.3 Analisa Kebutuhan Air

Analisa kebutuhan air dalam suatu DAS akan sangat terkait dengan pengembangan

yang dilakukan di bagian hil irnya. Dari hasil kaj ian awal dan survey di la pangan

menunjukan bahwa pengembangan yang telah dikembangkan sebagian besar adalah

berupa areal ir igasi teknis maupun irigasi nonteknis.

Kebutuhan air merupakan jumlah kumulatif dari pemakaian air dari sumber yang sama

dalam satu sistem. Asumsi kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan untuk

air ir igasi dan air baku (Domestik, Municipa l dan Industri) . Sedangkan total

kebutuhan air baku pada setiap cluster disaj ikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan Air Baku Pada Cluster Bukit Kemuning

di Kabupaten Lampung Utara

Demand Cluster Kecamatan/Desa Kebutuhan Air Baku

2005 2007 2010 2015 2020 2025 2030

1 5 8

Kec. Bukit Kemuning

1. Bukit Kemuning Domestik 2.97 3.22 3.96 4.87 5.98 7.36 10.44

Municipal 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

Ternak 0.36 0.69 0.96 1.36 1.95 2.80 2.80

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 3.37 3.95 4.96 6.27 7.97 10.20 13.28

Tingkat Terlayani 0.22 0.25 0.30 0.35 0.35 0.40 0.50

Kebutuhan 0.74 0.99 1.49 2.20 2.79 4.08 6.64

Rasio Kehilangan 0.35 0.32 0.30 0.27 0.25 0.25 0.25

Total Kebutuhan 1.14 1.45 2.13 3.01 3.72 5.44 8.85

Kec. Bukit Kemuning

Domestik 49.26 53.52 65.79 80.88 99.46 122.26 173.46

Municipal 1.90 1.93 2.00 2.10 2.21 2.33 2.43

Ternak 0.36 0.69 0.96 1.36 1.95 2.80 2.80

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 51.52 56.14 68.75 84.34 103.62 127.39 178.69

Tingkat Terlayani 0.22 0.25 0.30 0.35 0.35 0.40 0.50

Kebutuhan 11.33 14.03 20.63 29.52 36.27 50.96 89.34

Rasio Kehilangan 0.35 0.32 0.30 0.27 0.25 0.25 0.25

Total Kebutuhan 17.44 20.64 29.47 40.44 48.35 67.94 119.13

Kec. Abung Barat

Domestik 4.01 4.36 5.36 6.59 8.10 9.96 12.24

Municipal 0.24 0.24 0.24 0.25 0.25 0.25 0.26

Ternak 0.21 0.35 0.47 0.63 0.86 1.18 1.18

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 4.46 4.95 6.07 7.47 9.21 11.39 13.68

Page 47: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Tingkat Terlayani 0.22 0.25 0.30 0.35 0.35 0.40 0.50

Kebutuhan 0.98 1.24 1.82 2.61 3.22 4.56 6.84

Rasio Kehilangan 0.35 0.32 0.30 0.27 0.25 0.25 0.25

Total Kebutuhan 1.51 1.82 2.60 3.58 4.30 6.08 9.12

Kec. Abung Tinggi

Domestik 11.46 12.46 19.89 24.45 30.06 36.96 45.44

Municipal 0.35 0.35 0.36 0.36 0.36 0.37 0.37

Ternak 0.12 0.21 0.29 0.39 0.54 0.76 0.76

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Kebutuhan 11.93 13.02 20.54 25.20 30.96 38.09 46.57

Tingkat Terlayani 0.22 0.25 0.30 0.35 0.35 0.40 0.50

Kebutuhan 2.62 3.26 6.16 8.82 10.84 15.23 23.28

Rasio Kehilangan 0.35 0.32 0.30 0.27 0.25 0.25 0.25

Total Kebutuhan 4.04 4.79 8.80 12.08 14.45 20.31 31.04

Total Kebutuhan Air Baku Bukit Kemuning 24.12 28.70 42.99 59.11 70.82 99.77 168.14

3.4 Analisa Keseimbangan Air

Perhitungan keseimbangan ketersediaan air didasarkan pada asumsi bahwa pada saat

kebutuhan air kri t is dimana pada periode kebutuhan air ir igasi maksimum yang terjadi

dan kebutuhan air baku maksimum.

Hasil perhitungan keseimbangan air pada t iap periode proyeksi disajikan pada T abel

5. Tabel 5. Keseimbangan Ketersediaan dan Pemakaian Air

No. Sumber Air Tahun Debit

Andalan Wilayah Layanan

Pemakaian Air (l/det) Keseimbangan

Air (l/det) Irigasi Air Baku

1 Mata Air 2003 243.4 Dwikora dan - 15 228.4

Way Abung Timah 2005 243.4 Bukit Kemuning - 84.06 159.34

2010 243.4 - 108.03 135.37

2015 243.4 - 132.77 110.63

2020 243.4 - 163.42 79.98

2025 243.4 - 201.45 41.95

2030 243.4 - 271.61 -28.21

2 Mata Air 2003 80.2 Tanjungraja - 10 70.2

Way Sabuk 2005 80.2 dan Abung Barat - 28.38 51.82

2010 80.2 - 34.53 45.67

2015 80.2 - 42.09 38.11

2020 80.2 - 51.44 28.76

2025 80.2 - 63.03 17.17

2030 80.2 - 73.42 6.78

3 Mata Air 2003 253.3 Tanjungraja - 0 253.3

Way Kubu Batang 2005 253.3 dan Abung Tengah - 12.12 241.18

2010 253.3 - 14.69 238.61

2015 253.3 - 17.85 235.45

2020 253.3 - 21.8 231.5

2025 253.3 - 26.75 226.55

2030 253.3 - 29.27 224.03

4 Sungai Way Abung 2003 980 Kotabumi 205 0 775

2005 980 dan Sekitarnya 205 213.45 561.55

2010 980 205 260.5 514.5

2015 980 205 337.33 437.67

2020 980 205 439.63 335.37

2025 980 205 538.7 236.3

2030 980 205 646.41 128.59

Page 48: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

5 Sungai Way Sungkai 2003 2810 Bunga Mayang 38 0 2772

2005 2810 dan Sekitarnya 38 55.2 2716.8

2010 2810 38 67.27 2704.73

2015 2810 38 88.19 2683.81

2020 2810 38 132.66 2639.34

2025 2810 38 132.66 2639.34

2030 2810 38 155.57 2616.43

Sumber : Hasil Analisis, 2013

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil kaj ian dan survey daerah kaj ian, dapat di ambil kesimpulan sebagai beriku t

:

1. Kekurangan penyediaan air baku yang memadai di wilayah studi perlu adanya

cluster yang tepat antara water district dan water demand , sehingga dicapai

optimalisasi pemanfaatan air baku.

2. Untuk peningkatan efisiensi pelayanan air bersih diwilayah kaj ian p erlu analisis

yang tepat antara kapasitas produksi dengan kebutuhan air , sehingga t idak terjadi

kesenjangan antara kapasitas produksi dengan kebutuhan. Kekurangan kapasitas

produksi menyebabkan ketidakpuasan pelanggan, sedangkan kelebihan kapasitas

produksi menyebabkan t idak tertutupnya biaya operasional. Selain i tu perlu

ditunjang dengan menekan kebocoran yang selama ini ada.

3. Pemanfaatan air tanah (sumur dalam) sebagai air baku selain kurang dapat

diandalkan dari segi jaminan debit juga memerlukan biaya pemeliharaan dan

operasional yang t inggi.

4. Sistem penyediaan ai r baku Cluster Bukit Kemuning secara garis besar dapat

dilayani dengan sistem gravitasi dari sumber mata air Abung Timah, Way Sabuk

dan Kubu Batang.

5. Neraca keseimbangan air yang mengambil dari sungai, menunjukkan bahwa untuk

kebutuhan krit is terjadi pada bulan Oktober.

4.2. Saran

1. Upaya mendesak yang harus dilakukan oleh PDAM Way Bumi adalah

mengoptimalkan pemanfaatan mata air sebagai sumber air baku seperti Mata Air

Way Abung Timah dan Way Sabu k, mengsinkronkan antara kapasitas produksi dan

distribusi . Selain harus ditunjang dengan menekan t ingkat kebocoran

2. Dalam kurun waktu 10 tahun kedepan kebutuhan air Bukit Kemuning dan Tanjung

Raja masih terjamin oleh mata air di pegunungan. Namun disarank an untuk mulai

memanfaatkan sumber air permukaan dari sungai -sungai di DAS Way Sabuk,

karena secara kuanti tat if maupun kuali tat if dapat memenuhi kebutuhan air baku

wilayah Bukit Kemuning.

3. Pemanfaatan air baku dari sumber mata air yang berada di catchment area Waduk

Way Rarem, diarahkan untuk cluster pedesaan sehingga pengambilan airnya t idak

terlamapu besar dan biaya operasionalnya kecil sehingga pelayanan air baku untuk

layanan sosial t idak memberatkan.

Page 49: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Coastal Engineering Manual Volume I & II, 2002, Waterways Experiment Station

CorPs Of Engineers , Departement Of the American Army, USA.

Pemerintah Propinsi Lampung, BAPPEDA. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah

Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Jatmoko, H. , 2003. Konstruksi Jetty (Sebagai Alternati f Penanganan Muara Sungai) .

Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah.

LBT, Unila . 2002. Studi Penanggulangan Banjir Di Kawasan Panjang dan

Sekitarnya . Bandar Lampung.

Sarana Bagja Bumi. 1998. Studi Terpadu Pengendalian Banjir Bandar Lamp ung dan

Sekitarnya. DPU Lampung

Page 50: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

STUDI ANALISIS PENGARUH PENUTUPAN PINTU LINTASAN KERETA API

TERHADAP TUNDAAN DAN PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA JALAN

GAJAH MADA DI BANDAR LAMPUNG

Farida Juwita

Abstract

The role of the control system at a meeting or crossing in the form of crossings at the moment has many operated

semi-automatically. The problem that appears is when the volume of vehicles on crossings closers so big, it will

cause delays andlongqueuesofvehiclessignificantly.

This study aims to determine the characteristics of long delays and queues of vehicles caused by variations in the

duration of the closure of the railway crossing, for a wide variety of traffic flow volume and then look for the

appropriate model to describe the relationshipbetweenthesevariables.

The research location is at the crossing Jalan Gajah Mada Bandar Lampung. A survey of traffic flows to be done

with the kind of light vehicles, heavy vehicles and motorcycles heading closers crossings. Variables taken is the

duration of the closure of crossings, traffic volume, time delays and long queues of vehicles.

Abstrak

Peranan s is tem kontrol pada per temuan atau per l intasan da lam bentuk pintu per l intasan

ter sebut pada saat in i te lah banyak yang dioperas ikan secara se mi o tomatis. Permasalahan

yang tampak adalah bi la vo lume kendaraan pada pendekat per l intasan sedemikian besar ,

maka akan menimbulkan tundaan dan panjang antr ian kendaraan yang cukup berar t i .

Peneli t ian ini ber tujuan untuk mengetahui karakter i st ik tundaan d an panjang antr ian

kendaraan yang ter jadi akiba t var ias i durasi penutupan pintu per l intasan kereta api , untuk

berbagai var iasi vo lume arus la lu l intas dan se lanjutnya mencari model yang sesua i untuk

menggambarkan hubungan antara var iabel ter sebut .

Lokasi penel i t ian di lakukan pada per l intasan Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

Surve i terhadap arus lalu l intas di lakukan dengan pengamatan terhadap jenis kendaraan

r ingan, kendaraan bera t dan sepeda motor yang menuju pendekat per l intasan. Var iabe l yang

diambi l adalah durasi penutupan p intu per l intasan, vo lume arus la lu l intas, waktu tundaan

dan panjang antr ian kendaraan.

1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Pintu kereta api merupakan pembatas antara jalan raya dengan jalan kereta api

sehingga apabila pintu kereta api tersebut difungsikan maka pengguna lalu l intas

jalan raya akan mengalami gangguan karena menunggu kereta api yang akan lewat.

Hal ini akan menyebabkan waktu perjalanan tertunda dan dapat menimbulkan

kemacetan pada jalan raya. Tingkat efisiensi jaring an jalan sangat ditentukan oleh

kinerja persimpangan. Karena pada persimpangan terjadi hambatan yang lebih t inggi

sehingga terjadi penurunan kecepatan, tundaan, dan antrian kendaraan yang panjang

yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan penur unan kuali tas

l ingkungan.

Peranan sistem kontrol pada pertemuan dua jalur prasarana transportasi tersebut

(perlintasan) saat ini banyak yang telah dioperasikan secara otomatis. Permasalahan

yang tampak adalah walaupun sistem kontrol tersebut telah diopera sikan dengan

benar, bila volume kendaraan pada pendekat l intasan sedemikian besar maka akan

menimbulkan tundaan dan panjang antrian yang cukup berart i . Pada saat i tu pula

menimbulkan / terjadi suatu gangguan pada s istem transportasi yang akan merangsang

t imbulnya problema transportasi lainnya dan akan menimbulkan kerugian besar bagi

pengguna jalan.

Kereta api yang melintas pada perlintasan di Jalan Gajah Mada sebagian besar adalah

kereta api batubara dengan rangkaian panjang. Selain i tu merupakan kereta api barang

yang mengangkut bahan baku kertas dan juga kereta api barang yang menuju

Pelabuhan Panjang. Disebabkan jumlah rangkaian gerbong yang panjang, maka saat

melintas di Jalan Gajah Mada, kereta api batubara akan menyebabkan tundaan yang

cukup lama. Hal ini mempengaruhi jumlah antrian kendaraan dan waktu tempuh

kendaraan.

Page 51: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

1.2.Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan didalam peneli t ian ini adalah :

1. Tundaan yang disebabkan oleh adanya penutupan pintu perlintasan kereta api

sudah mengganggu / belum dari sis tem lalu l intas dan pengguna jalan pada ruas

Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

2. Berapa besar tundaan dan panjang antrian kendaraan yang disebabkan oleh

adanya gangguan pada sistem transportasi .

1.3.Batasan Masalah dan Tujuan Penelitian

1. Peneli t ian dilakukan di perl intasan kereta api pada Jalan Gadjah Mada Kota

Bandar Lampung.

2. Parameter yang digunakan adalah durasi penutupan, tundaan, panjang antrian dan

arus lalu l intas.

3. Kendaraan yang diperhitungkan dalam tundaan dan panjang antrian hanya

kendaraan pertama dan kendaraan paling akhir dalam masing -masing lajur

antrian.

4. Pengaruh dari geometrik jalan, jenis dan kekasaran permukaan jalan, cuaca dan

sebagainya t idak diperhitungkan.

5. Pengambilan data dilakukan pada jam 06.00 - 18.00 dengan interval waktu

penutupan sesuai dengan kedatangan kereta api saat melintasi perl intasan.

Sedangkan tujuan peneli t ian ini adalah :

1. Mengetahui besarnya tundaan dan panjang antrian kendaraan yang terjadi akibat

pengaruh penutupan perlintasan kereta api

2. Melakukan identifikasi kara kterist ik tundaan dan panjang variasi penutupan

pintu perlintasan kereta api.

3. Memformulasikan pengaruh penutupan perlintasan kereta api terhadap tundaan

dan panjang antrian kendaraan pada kondisi variasi arus lalu l intas yang ada.

2 . Metodologi Penelitian

2.1 Pengumpulan Data

Dalam melakukan peneli t ian ini , perlu direncanakan mengenal hal -hal yang harus

dikerjakan sejak dari perencanaan data yang akan diambil di lapangan, jenis survai

yang akan dilakukan, penentuan lokasi survai, waktu pelaksanaan survai di l apangan

( baik survai pendahuluan maupun survai utama ) , peralatan yang akan digunakan,

jumlah pengamatan i tu sendiri .

Data yang diambil di lapangan antara lain meliputi :

a. Data Geometrik Jalan

Data geometrik jalan meliputi lebar ruas jalan, lebar trotoar, ada t idaknya

median jalan atau pemisah jalan.

b. Data Tundaan Kendaraan

Data tundaan kendaraan didapat dengan mengukur lamanya kendaraan berhenti

yaitu mulai dari kendaraan pertama berhenti sampai kendaraan tersebut mulai

bergerak kembali , tundaan yang diukur hanya untuk kendaraan pertama.

c. Panjang antrian dan jumlah kendaraan dalam antrian

Panjang antrian didapat dengan mengukur panjang antrian kendaraan yang

berhenti pada saat penutupan pintu l intasan kereta api

d. Lama penutupan

Pengukuran waktu lamanya penutuan pintu l intasan kereta api dilakukan dengan

menghitung waktu dari mulai adanya bunyi sirine tanda pintu akan tertutup

sampai pintu kembali terbuka.

e. Volume lalu l intas

Data volume lalu l intas diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan yaitu

dengan menghi tung jumlah kendaraan yang lewat sesuai dengan klasifikasinya

yang ditentukan setiap interval 5 menitan. Volume kendaraan yang dicatat pada

saat pintu l intasan kereta api terbuka.

f . Hambatan samping

Data hambatan samping diperoleh dari hasil pengamatan di la pangan yaitu

dengan menghitung jumlah pejalan kaki, kendaraan berhenti , kendaraan lambat

Page 52: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

dan kendaraan keluar/masuk dari sisi jalan setiap interval 5 menit sepanjang 200

meter.

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi peneli t ian berada di perl intasan kereta api pada ruas Jalan Gajah Mada Kota

Bandar Lampung. Lokasi tersebut merupakan jalan dengan kondisi yang cukup baik

dil ihat dari sisi geometrik, rambu, marka jalan kelengkapan prasarana jalannya. Lalu

l intas yang melewati perl intasan di lokasi peneli t ian memiliki karak terist ik yang

t idak sama / t idak seragam, karena kendaraan yang melewati jalan tersebut terdiri dari

kendaraan pribadi atau mobil penumpang, angkutan umum ( angkutan kota ) , sepeda

motor.

Sebagai dasar dan pemilihan lokasi perl intasan dalam peneli t ian in i adalah sebagai

berikut :

1). Lintasan yang dipil ih karena dilalui oleh rangkaian gerbong kereta api yang

datang dan pergi dari dari Stasiun Tanjung Karang ke Stasiun Tarahan

2). Lintasan harus memiliki kondisi yang mewakili faktor -faktor penyebab tundaan

dan panjang antrian kendaraan pada lalu l intas di jalan raya.

3). Lintasan yang dipil ih harus mewakili kondisi tundaan dan antrian yang benar -

benar sering terjadi.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.3 Pengambilan Data

2.3.1.Data Geometrik Jalan

Data geometrik jalan meliputi lebar ruas jalan, lebar trotoar, ada t idaknya median

jalan atau pemisah jalan.

2.3.2.Alat Yang Digunakan

Dalam peneli t ian ini digunakan beberapa alat bantu dalam pelaksanaan survei dan

pengolahan data, yaitu :

1). Formulir survei la lu l intas, tundaan, panjang antrian dan durasi penutupan pintu

l intasan kereta api.

2). Stop watch.

Page 53: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

3). Rambu ( bendera ) jarak.

4). Counter (Penghitung jumlah kendaraan) .

2.3.3.Data Arus Lalu Lintas

Data arus lalu l intas yang melewati perl intasan jalan Gajah Mada selama hari survei

dimulai pada jam 06.00 sampai dengan 18.00 WIB. Pencatatan dilakukan selama jam

penutupan pintu l intasan kereta api (sesuai dengan jam kereta api lewat di

perl intasan).

Data mengenai jenis kendaraan yang lewat dibedakan menjadi 3 jenis ken daraan, yaitu

:

1). Kendaraan ringan.

2). Kendaraan berat .

3). Sepeda motor.

2.3.4.Data Durasi Penutupan Pintu Lintasan

Durasi penutupan pintu l intasan kereta api merupakan cerminan berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Faktor -faktor tersebut adalah kecepatan kereta a pi, tenggang

waktu operator mengaktifkan sistem kontrol , jumlah kereta atau gerbong. Dari variasi

durasi penutupan pintu l intasan kerata api diharapkan diperoleh suatu gambaran yang

dapat menjelaskan pengaruh penutupan terhadap kendaraan. Satuan yang digun akan

dalam mencatat waktu penutupan pintu l intasan adalah dalam satuan detik. Survai

durasi penutupan dilakukan untuk mencari variasi waktu penutupan pintu l intasan

kereta api. Pengamat melakukan pencatatan sejaraH sedemikian didekat pintu l intasan

kereta api.

2.3.5.Data Tundaan Kendaraan

Tundaan yang terjadi karena adanya aktifi tas penutupan pintu l intasan dihitung untuk

kendaraan paling depan dan paling belakang dari antrian dalam satu lajur. Satuan

waktu yang digunakan adalah satuan detik. Jenis tunda an yang terjadi pada masing-

masing kendaraan yang diukur adalah stopped delay . Pencatatan dilakukan pada

kendaraan paling depan dan paling belakang dalam satu urutan antrian kendaraan pada

masing-masing lajur.

Untuk dasar penentuan kendaraan terakhir dalam antrian dengan dua kondisi

kedatangan kendaraan adalah sebagai berikut ini :

1. Catat panjang antrian yang terjadi dengan mengalihkan jumlah bendera dengan

jarak pemasangan bendera ( bendera dipasang dengan jarak 3 meter )

2. Pengamatan diulangi kembali untuk t iap waktu penutupan pintu l intasan kereta

api selama periode pengamatan.

2.3.6.Data Panjang Antrian Kendaraan

Data panjang antrian kendaraan didapat dengan mengukur panjang antrian kendaraan

yang berhenti pada saat penutupan pintu perlintasan kereta api.

2.4 Analisis Data

Dari beberapa elemen atau variabel data primer yang diambil pada survei utama dan

didukung dengan data sekunder, maka selanjutnya akan diolah lebih lanjut sehingga

diperoleh hasil peneli t ian, yaitu :

Kondisi jalan yang t idak dipengaruhi denga n l intasan kereta api dilakukan

analisis terhadap kapasitas, derajat kejenuhan dan kecepatan tempuh.

Analisis dari hasil peneli t ian akan menjelaskan fenomena yang terjadi akibat

penutupan pintu l intasan kereta api terhadap tundaan dan panjang antrian yang terjadi

pada kendaraan. Evaluasi dilakukan dengan membangun model yang sesuai agar dapat

mempresentasikan keadaan di lapangan dan menjadi kesimpulan dari hasil yang

diperoleh.

2.5 Prosedur Perhitungan Jalan Perkotaan

Tujuan analisa operasional untuk segmen jalan tertentu dengan kondisi geometrik,

lalu-l intas dan l ingkungan yang ada atau diramalkan, dapat berupa salah satu atau

semua kondisi berikut:

- Menentukan kapasitas

- Menentukan derajat kejenuhan sehubungan dengan arus lalu -l intas sekarang atau

yang akan datang

- Menentukan kecepatan pada jalan tersebut

Page 54: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Tujuan utama dari analisa perencanaan adalah untuk menentukan lebar jalan yang

diperlukan untuk mempertahankan perilaku lalu -l intas yang diinginkan pada arus lalu -

l intas tahun rencana tertentu. Ini dapat berup a lebar jalur lalu-l intas atau jumlah

lajur, tetapi dapat juga digunakan untuk memperkirakan pengaruh dari perubahan

perencanaan, seperti apakah membuat median atau memperbaiki bahu jalan.

3. Pembahasan

3.1 Data Penelitian

Untuk memperoleh data yang akura t dan cukup memadai, maka pengambilan data

untuk pintu l intasan dilakukan pada lokasi pintu perlintasan kereta api yang dipil ih

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Termasuk kondisi arus lalu l intasnya

yang merupakan arus lalu l intas yang ramai da n padat. Survei dilakukan pada pintu

perlintasan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung. Periode pengamatan

dilakukan selama satu minggu terhitung dari tanggal 20 juni 201 5 sampai 26 juni

2015 dengan waktu pengamatan dilakukan dari jam 06.00 sampai dengan 18.00 WIB.

Data tersebut adalah data durasi penutupan pintu perlintasan, data tundaan, data

panjang antrian kendaraan dan data arus lalu l intas selama penutupan. Untuk

kelengkapan data, dikumpulkan pula data mengenai jadwal kereta serta nama kereta

api yang melintas pada perlintasan di Jalan Gajah Mada.

3.2 Data Durasi Penutupan Pintu Perlintasan

Survei durasi penutupan pintu perlintasan kereta api dilakukan untuk mencari variasi

dari durasi penutupan pintu perlintasan kereta api yang diakibatkan karena

melintasnya kereta api. Informasi tentang penutupan pintu perlintasan diperoleh dari

survei durasi penutupan yang dikumpulkan selama dalam pengamatan di lapangan.

Data durasi penutupan pintu perlintasan kereta api tersebut ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1 . Data Durasi Penutupan Pintu Perlintasan Kereta Api Pada Senin, 20 Juni 201 5

No Nama Kereta

Api Sta tus Gerbong

Jam

Penutupan

Durasi Penutupan

( det ik )

1 . B-6 Kosong 06.10 153

2. B-13 Isi Batubara 06.35 178

3. B-8 Kosong 08.10 161

4. B-15 Isi Batubara 08.35 182

5. B-10 Kosong 10.10 159

6. B-17 Isi Batubara 10.35 180

7. B-12 Kosong 12.10 155

8. B-19 Isi Batubara 12.35 190

9. B-21 Isi Batubara 13.10 177

10 B-14 Kosong 14.10 149

11. B-1 Isi Batubara 14.35 185

12. B-16 Kosong 16.10 156

13. B-3 Isi Batubara 16.35 181

14. B-18 Kosong 17.50 160

Sumber : Hasi l Survei , Juni 2015

Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa durasi penutupan pintu perlintasan kereta

api pada Senin, 20 Juni 2011 yang terlama terjadi pada saat penutupan jam 12.35

dengan waktu penutupan selama 190 detik dan yang tercepat terjadi pada jam 14.10

dengan durasi penutupan selama 149 detik.

3.2.1.Data Arus Lalu l intas

Jenis kendaraan yang diamati pada peneli t ian ini dibedakan atas 3 jenis kendaraan,

yaitu : sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat . Untuk nilai satuan mobil

penumpang (SMP) yang akan dipakai berdasarkan nilai SMP untuk perkotaan sebagai

berikut (MKJI, 1997):

1. Sepeda Motor dengan nilai SMP = 0,25

2. Kendaraan Ringan dengan nilai SMP = 1,0

3. Kendaraan Berat dengan nil ai SMP = 1,2

Page 55: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Tabel 2 . Data Arus Lalu l intas Arah Sukarame Senin, 20 juni 2015

No Jam

Penutupan

Durasi

Tutup

(detik)

Kend.

Ringan

Kend.

Berat

Sepeda

Motor Jumlah

kend smp kend smp kend smp kend smp

1. 06.10 153 44 44 1 1,2 26 6,50 71 51,70

2. 06.35 178 52 52 2 2,4 25 6,25 79 60,65

3. 08.10 161 39 39 1 1,2 28 7,00 68 47,20

4. 08.35 182 32 32 3 3,6 17 4,25 52 39,85

5. 10.10 159 27 27 1 1,2 15 3,75 43 31,95

6. 10.35 180 24 24 0 0 23 5,75 47 29,75

7. 12.10 155 57 57 2 2,4 28 7,00 87 66,40

8. 12.35 190 53 53 1 1,2 19 4,75 73 58,95

9. 13.10 177 48 48 3 3,6 29 7,25 80 58,85

10 14.10 149 32 32 1 1,2 17 4,25 50 37,45

11. 14.35 185 28 28 4 4,8 19 4,75 51 37,55

12. 16.10 156 55 55 1 1,2 26 6,5 82 62,70

13. 16.35 181 52 52 2 2,4 32 8,00 86 62,40

14. 17.50 160 27 27 3 3,6 33 8,25 63 38,85

Sumber : Hasi l Survei , Juni 201 5

Tabel 3 . Data Arus Lalu l intas Ara h Paho man Senin, 20 juni 2015

No Jam

Penutupan

Durasi

Tutup

(detik)

Kend.

Ringan

Kend.

Berat

Sepeda

Motor Jumlah

kend smp kend smp kend smp kend smp

1. 06.10 153 48 48 2 2,4 36 9,00 86 59,40

2. 06.35 178 54 54 1 1,2 32 8,00 87 63,20

3. 08.10 161 37 37 3 3,6 45 11,25 85 51,85

4. 08.35 182 34 34 2 2,4 23 5,75 59 42,15

5. 10.10 159 29 29 1 1,2 28 7,00 58 37,20

6. 10.35 180 30 30 4 4,8 31 7,75 65 42,55

7. 12.10 155 59 59 1 1,2 30 7,50 90 67,70

8. 12.35 190 56 56 1 1,2 23 5,75 80 62,95

9. 13.10 177 49 49 2 2,4 31 7,75 82 59,15

10 14.10 149 33 33 1 1,2 23 5,75 57 39,95

11. 14.35 185 37 37 2 2,4 27 6,75 66 46,15

12. 16.10 156 39 39 3 3,6 28 7,00 70 49,60

13. 16.35 181 54 54 1 1,2 33 8,25 88 63,45

14. 17.50 160 29 29 1 1,2 34 8,50 64 38,70

Sumber : Hasi l Survei , juni 201 5

Dari hasil survei arus lalu lintas pada Senin, 2 0 juni 2011 diperoleh informasi

bahwa arus lalu lintas yang terbesar dari arah Sukarame terjadi pada jam 12.10

sebesar 87 kendaraan atau 66,40 smp sedangkan dari arah Pahoman arus lalu

lintas yang terbesar terjadi pada jam 16.35 sebesar 90 kendaraan atau 67,70

smp. 3.2.2 Data Tundaan Kendaraan

Survei tundaan kendaraan dilakukan untuk mencari berapa lama waktu yang

dibutuhkan oleh kendaraan untuk melewati perlintasan kereta api. Dalam arti

kendaraan tersebut mengalami gangguan akibat melintasnya kereta api. Jenis

tundaan yang diambil datanya adalah tundaan kendaraan, yaitu selisih antara

kendaraan paling depan dengan kendaraan paling belakang dalam satu arah

antrian untuk satu kali waktu penutupan pintu perlintasan. Data tundaan

kendaraan untuk masing-masing arah pada Senin, 20 juni 2015 dapat dilihat

pada tabel 4. Tabel 4 .Data Tundaan Kendaraan Pada Senin, 21 juni 201 5

No Jam Penutupan Durasi Penutupan

( det ik )

Tundaan Kendaraan (detik)

Sukara me Paho man

Page 56: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

1. 06.10 153 327 329

2. 06.35 178 354 349

3. 08.10 161 432 435

4. 08.35 182 310 312

5. 10.10 159 295 300

6. 10.35 180 289 301

7. 12.10 155 414 420

8. 12.35 190 422 399

9. 13.10 177 363 370

10 14.10 149 327 330

11. 14.35 185 311 315

12. 16.10 156 435 441

13. 16.35 181 468 470

14. 17.50 160 340 345

Sumber : Hasi l Survei , juni 201 5

Sedangkan data yang lengkap berdasarkan survei yang dilakukan yaitu 7 hari

(seminggu), terdapat pada lampiran A -1 sampai A-4.

3.2.3 Data Antrian Kendaraan

Survei panjang antrian dilakukan untuk mencari variasi panjang antrian (diukur dalam

satuan meter) yang terbentuk di Jalan Gajah Mada akibat aktivitas di perl intasan

kereta api. Panjang antrian akan bervariasi pada t iap arah pendekat l intasan dan untuk

masing-masing waktu penutupan pintu perlintasan kereta api. Pengamatan panjang

antrian dilakukan dengan mencatat panjang antrian kendaraan yang terbentuk dalam

satuan meter. Data panjang antrian untuk masing -masing arah pada Senin, 20 juni

2015 dapat dil ihat pada tabel 5. Tabel 5 .Data Panjang Antrian Ke ndaraan Senin, 20 Juni 2015

No Jam Penutupan

Durasi

Penutupan

( det ik )

Panjang Antr ian Kendaraan

(meter)

Sukara me Paho man

1. 06.10 153 110 213

2. 06.35 178 132 156

3. 08.10 161 148 168

4. 08.35 182 96 105

5. 10.10 159 91 113

6. 10.35 180 87 123

7. 12.10 155 134 140

8. 12.35 190 152 162

9. 13.10 177 126 136

10 14.10 149 130 185

11. 14.35 185 122 194

12. 16.10 156 144 201

13. 16.35 181 151 167

14. 17.50 160 106 185

Sumber : Hasi l Survei , 2015

Sedangkan data yang lengkap berdasarkan survei yang dilakukan, terdapat pada

lampiran A-1 sampai A-4.

3.3.Data Geometrik Jalan

Pengukuran untuk mendapatkan data geometrik jalan dilakukan pada lokasi peneli t ian

dan didapatkan data sebagai berikut :

a. Lebar badan jalan untuk masing-masing lajur adalah 5 meter .

Page 57: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

b. Lebar median jalan adalah 0,4 meter.

c. Ruas jalan yang diamati sepanjang 200 meter yang diukur dari Stop Line sampai

dengan jarak 200 meter.

Ga mbar 2. Geo metr ik Jalan

3.4 .Data Hambatan Samping

Aktifi tas hambatan samping pada ruas jalan Gajah mada sering me nimbulkan konflik.

Pengaruh hambatan samping ini sangat berpengaruh terhadap kapasitas jalan dan

kinerja jalan antara lain :

- Angkutan Kota yang berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang saat

mendekati l intasan pintu kereta api sehingga menghambat l aju kendaraan yang di

belakangnya, kadang-kadang angkutan kota berhenti untuk mencari penumpang

sehingga menimbulkan antrian yang panjang.

- Kendaraan yang keluar masuk dari samping rel karena adanya area perumahan

penduduk.

3.5.Analisa Hasil

Analisa hasil didapatkan dengan cara mengetahui kinerja jalan yang meliputi

kapasitas jalan, derajat kejenuhan dan waktu tempuh, dan untuk mengetahui hubungan

antara lama penutupan dengan tundaan dan hubungan antara lama penutupan dengan

panjang antrian kendaraan. Perhitungan dan analisa ini dibantu dengan menggunakan

program statist ik, yaitu SPSS 13.0 for Windows .

3.5.1.Analisa Tundaan Kendaraan

Tundaan kendaraan pada masing-masing lajur pendekat perl intasan memiliki peri laku

tersendiri . Pada tabel 3.4 arah Pahoman, tamp ak pada jam 16.35 dengan durasi

penutupan pintu perlintasan kereta api adalah 181 detik ternyata tundaan kendaraan

yang terjadi pada arah Pahoman menunjukkan angka tert inggi, yaitu 470 kendaraan.

Secara keseluruhan tundaan kendaraan yang terjadi di lajur d ua memiliki tundaan

kendaraan yang lebih besar dari pada lajur satu. Salah satu penyebab tundaan di lajur

dua yang lebih besar dibanding dengan lajur satu adalah pengaruh panjang antrian

yang cukup besar dan juga adanya pengaruh merging dari kendaraan pada lajur satu.

3.5.2.Analisa Panjang Antrian Kendaraan

Dari hasil pengamatan data panjang antrian kendaraan, sehingga dapat dihitung

besarnya satuan panjang antrian kendaran dengan menggunakan persamaan 2 -2. Untuk

perhitungan satuan panjang antrian selama s elama tujuh hari pengamatan dapat

dil ihat pada tabel 6 . Tabel 6 . Satuan panjang antr ian sela ma pengamatan

Hari / Tanggal

Arah Sukarame Arah Pahoman

Panjang

Antrian (m)

Jumlah

Kendaraan

Satuan

Panjang

Antrian

Panjang

Antrian

(m)

Jumlah

Kendaraan

Satuan

Panjang

Antrian

Senin,21 Juni 2010 1729 932 1,86 2248 1037 2,17

Selasa, 22 juni 2010 2239 1122 2,00 1909 1090 1,75

Rabu, 23 Juni 2010 1839 897 2,05 1835 810 2,27

Kamis, 24 juni 2010 1839 706 2,60 1870 569 3,29

Jumat, 25 Juni 2010 1906 541 3,52 1843 693 2,66

Sabtu, 26 Juni 2010 1829 733 2,50 1884 754 2,50

1 m 5 m 5 m 1 m

Page 58: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

Dari tabel 6 tampak bahwa satuan panjang antrian berkisar antara 1,75 meter/kend

sampai dengan 3,52 meter/kendaraan.

3.5.3.Hubungan Antara Lama Penutupan Dan Tundaan

Tundaan (delay) disini difenisikan sebagai lamanya kendaraan berhenti mulai dari

kendaraan awal berhenti sampai kendaraan mulai begerak pada saat akhir penutupan

l intasan kereta api. Berdasarkan pengamatan selama 7 hari didapat tundaan ra ta-rata

maksimum untuk arah sukarame adalah sebesar 368,84 detik dengan lama penutupan

rata-rata adalah 172,42 detik, sedangkan untuk arah Pahoman adalah sebesar 370,37

detik dengan lama penutupan rata -rata adalah 137,06 detik, dan tundaan ( delay) rata-

rata perkendaraan adalah 6,31 detik. Besarnya nilai tundaan ( delay) dan lama

penutupan dapat dil ihat pada lampiran.

3.5.4 Hubungan Antara Lama Penutupan Dengan Antrian

Panjang antrian disini didefinisikan sebagai ir in -iringan kendaraan yang berhenti dari

stopline sampai dengan kendaraan yang terakhir berhenti . Dari hasil pengamatan

selama 7 hari didapat panjang antrian rata -rata maksimum untuk arah Sukarame

adalah sebesar 136,46 meter dengan lama penutupan 172,42 detik, sedangkan untuk

arah Pahoman adalah sebesar 137,06 meter dengan lama penutupan 172,82 detik, dan

nilai panjang antrian rata -rata perkendaraan adalah 2,33 meter/kend. Besarnya nilai

panjang antrian dan lama penutupan dapat dil ihat pada lampiran.

4. Penutup

4.1.Kesimpulan

Dari hasil analisis dalam peneli t ian ini , dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.Durasi penutupan pintu perlintasan kereta api memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap besarnya tundaan dan panjang antrian kendaraan untuk masing -masing lajur.

2.Besarnya tundaan akibat pengaruh penutupan pintu perlintasan kereta api dari arah

Pahoman yang terbesar adalah 470 detik. Sedangkan yang dari arah Sukarame yang

terbesar adalah 468 detik.

3.Panjang antrian kendaraan dari arah Pahoman akibat pengaruh penutupan pintu

perlintasan yang terbesar adalah 243 meter. Sedangkan yang dari arah Sukarame

adalah 213 meter.

4.2.Saran

Setelah didapatkan kesimpulan dari peneli t ian ini , maka dibuatlah saran yaitu :

1. Peneli t ian yang lebih mendalam perlu dilakukan dengan lebih memperhatikan

kondisi kendaraan yang menuju pendekat l intasan secara mikroskopis. Dan

pengambilan data stopped delay di lakukan pada t iap kendaraan yang berada

dalam antrian pada masing-masing lajur pendekat.

2. Kepada pihak yang berkepentingan untuk melakukan atau menentukan

pengambilan keputusan di bidang manajemen lalu l intas khususnya di daerah

l intasan kereta api.

Perlu dilakukan pelebaran jalan agar mengurangi kemacetan yang sering terjadi akibat

kapasitas jalan yang t idak memadai.

Minggu, 27 Juni 2010 1992 800 2,49 1843 798 2,31

Page 59: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan

DAFTAR PUSTAKA

Black, Alan, 1995, Urban Mass Transportation Planning , Mc Graw – Hill , Kansas.

Directorate General of Highway, 1997, Indonesian Highway Capacity Manual,

Directorate General of Highway, Ministry of Public Work, Indonesia.

Gerlough, D.L, Huber M.J , 1975, Traffic Flow Theory , Transportation Research Board

– National Research Council , Washington D.C., 157.

Hayadi B., 1998, Effekti f i tas Rambu Lalu Lintas Stop Pada Lintasan Jalan Kereta

Api, Jurnal Simposium Forum studi Transportasi Perguruan Tinggi – ITB, Bandung.

Heru Budi U. , 1997, Analisis Gelombang kejut Pada Jalan Bebas Hambatan dan

Persimpangan Berlampu Lalu Lintas, Tesis S-2 Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung.

Hobb F.D., 1995, Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas , Edisi 2, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Morlok, Edward K., 1988, Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi ,

Erlangga, Jakarta.

Oglesby Clarkson H., 1988, Teknik Jalan Raya , Erlangga, Jakarta.

Salter R.J . , 1996, Highway Traff ic Analysis and Design , Third Edition, MacMillan

Press, London

Page 60: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan
Page 61: ISSN 0216-5546 JURNAL TEKNIK INDUSTRI - …sttnlampung.ac.id/files/Jurnal TI 02.pdf · issn 0216-5546 jurnal ... analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan