isolasi dan skreening mikroorganisme selulotik.docx

20

Click here to load reader

Upload: ari-fradana-nst

Post on 08-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK

 

LAPORAN

 

OLEH:

JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040

AGROEKOTEKNOLOGI IA

KELOMPOK II

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB – TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Page 2: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

2013

Page 3: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

 ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK

 

LAPORAN

 

OLEH:

JAMSON HASINTONGAN T. / 110301040

AGROEKOTEKNOLOGI IA

KELOMPOK II

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium

Bioteknologi Pertanian Program Studi Agroekoteknologi

 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh:

Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Ir. T. Sabrina, MAgr. Sc. Ph.D.)

NIP: 19640620 199903 2 001

Diperiksa Oleh :                                            Diperiksa Oleh :

Asisten Koordinator                                     Asisten Korektor

(Muhammad Riza Hapiza)                           (Jul Bahori Panggabean)

NIM : 090301045                                           NIM : 090301065

Page 4: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB – TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karenaatas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

laporan ini tepat pada waktunya.

            Adapun judul dari laporan ini adalah Isolasi dan Skreening Mikroorganisme

Selulotik yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di

Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub-Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

            Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada   Prof. Dr. Ir.

Rosmayati, MS., Ir. T. Sabrina, M.agr. Sc., Ph.D., Dr. Lisnawita, SP, M.Si., Dr. Ir. Lollie

Agustina, MSc.,                                                           Lutfi Aziz Mahmud Siregar, SP, M.Sc.,

PhD., Ir. Hardi Guchi, MP., dan Ir. Eva Sartini Bayu, M.Si. selaku dosen mata kuliah

Bioteknologi Pertanian serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan laporan ini.

            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Medan,  Juni 2013

                                                                                                     Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

Page 5: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN

Latar belakang.............................................................................................. 1

Tujuan Percobaan......................................................................................... 2

Kegunaan Penulisan..................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme Selulotik............................................................................ 3

Isolasi........................................................................................................... 4

Skreening...................................................................................................... 5

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan..................................................................... 7

Bahan dan Alat............................................................................................ 7

Prosedur Percobaan...................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil............................................................................................................. 9

Perhitungan.................................................................................................. 9

Pembahasan................................................................................................ 11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan................................................................................................. 13

Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR

LAMPIRAN FLOW CHART

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Organisme yang sering digunakan sebagai penghasil enzim termostabil adalah

mikroba, seperti bakteri dan fungi. Hal ini karena biodiversitas mikroba tinggi sehingga

Page 6: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

menyediakan sumber enzim yang dapat dieksplorasi secara terus menerus. Mikroba dapat

memproduksi enzim dengan laju yang cepat dan biaya murah (Hartanti, 2010).

Tanah mengandung berbagai macam mikroba, meliputi berbagai spesies bakteri dan

ganggang, cendawan, dan laing – lain. Selulosa yang merupakan maretial yang secara

alamiah terdapat pada tumbuhan kayu, dapat dikomposisikan oleh bakteri selulotik yang

terdapat pada kotoran hewan, pupuk hijau, limbah pagan dan pupuk organik (Nurmayani,

2007).

Beberapa mikroba terutama dari kelompok jamur memiliki kemampuan untuk

menghidrolisis selulosa alami melalui aktivitas selulosa yang dimilikinya. Perolehan mikroba

selulotik yang mampu menghasilkan akativitas selulosa yang tinggi menjadi sangat penting

untuk pengomposan organik (Kusnadi, dkk, 2012).

Penggunaan enzim dalam bioteknologi berkembang dnegan cepat.  Molekul selulosa

membentuk serta jaringan mikroskopis yang memberikan dinding sel tumbuahn kuat dan

tahan. Enzim-enzim ekstra selular yang menghidrolisa selulosa dan lignin adalah produk-

produk khusus dari fungi dan bakteri tertentu (Dahliaty, dkk, 2012).

Mikroba didalam tanah sebahagian sebahagian besar terdiri dari bakteri dan ada

yang bersifat selulotik. Zat ini merupakan konstituen pokok tiap-tiap dinding sel. Satu

molekul selulosa dapat dibayangkan sebagai suatu pita rangkaian paling sedikit 1000

molekul glukosa (β-D-glukosa). Hidrolisis dengan pertolongan enzim selulosa menghasilkan

disakarida selubiosa. Selulosa tidak dapat dicerna oleh alat-alat pencernaan mamalia

(termasuk juga manusia), pula zat ini tidak larut dalam air maupun di dalam zat pelarut

organik (Hasibuan, 2005).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara mengisolasi

mikroorganisme selulotik dan mengukur kemampuan mikroorganisme selulotik tersebut

mendekomposisi selulosa melalui uji kadar glukosa.

Kegunaan Percobaan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di       Laboratorium

Bioteknologi Pertanian Sub Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

Page 7: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx
Page 8: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme Selulotik

Mikroorganisme yang mampu menghidrolisis selulosa dinamakan mikroorganisme

selulotik. Peranan terpenting mikroorganisme tanah adalah fungsinya yang melakukan

perubahan kimiawi pada substansi-substansi didalam tanah, terutama pengubahan

persenyawaan organik yang mendukung karbon, nitrogen, dan fosfor menjadi

persenyawaan anorganik. Proses ini disebut mineralisasi, didalamnya terlibat sejumlah

besar perubahan kimiawi berperan sebagai macam spesies mikroba (Nurmayani, 2007).

Beberapa jenis bakteri, jamur dan beberapa invertebrata seperti termitidae (rayap)

memiliki enzim selulase, sehingga mereka itu dapat mencerna selulosa. Serabut kapas

dapat dikatakan suatu selulosa yang murni. Lignoselulosa                   (lignin = zat kayu)

merupakan bahan campuran antara lignin dan selulosa, zat ini memperkuat sel-sel kayu 

(Miswadi, 2012). 

Mikroorganisme yang dikultivasikan dalam suatu substrat, terjadi beberapa tahap

pertumbuhan. Mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim,

yaitu suatu substansi protein yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi dengan cara

mengurangi aktivitas. Energi senyawa-senyawa tertentu yang diperlukan untuk memecah

ikatan-ikatan bahan-bahan organik atau lingkungan alami (Nurmayani, 2007).

Isolasi

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba

lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan

menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan

membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut tertangkap

oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel

yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan

pemisahan selanjutnya (Setyati dan Subagiyo, 2012).

Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena

terlalu kecil dan tidak tetap tinggal ditempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut dipisahkan

dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan

membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung

Page 9: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

reaksi atau cawan petri yang terpisah. Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu cara penggoresan dan penaburan (Meryandini, 2009).

Tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur oleh sejumlah lingkungan dan tanah 

yang bervariasi dalam karakteristik fisik dan kimia proses kapasitas selulotik sangat

berbeda. Lingkungan utama, faktor yang mempengaruhi transformasi adalah tingkat

ketersediaan nitrogen, air, suhu, aerasi, kelembaban, pH, kehadiran karbohidrat lainnya dan

proporsi relatif dari lignin dalam residu tanaman (Nur, dkk, 2008).

Teknik isolasi adalah suatu teknik yang menggunakan media yang disterilisasikan

(dihilangkan dari berbagai jenis mikroba) dan peralatan dikenal aseptic (tidak terkontaminasi

Mikroorganisme). Ada dua metode umum untuk isolasi dan pemisahan mikroorganisme : 1.

Metode penggoresan agar                   (streak plate) dan 2. Metode penuangan agar (pour

plate). Adapun metode yang digunakan, mikroba-mikroba tersebut dipisahkan dari yang

berkelompok diatas cawan yang sudah diinkubasi. Kemudian populasi tersebut membentuk

koloni. Koloni tersebut merupakan sel tunggal yang disebut klon (Vanadiningrum, 2008).

Skreening

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam bidang bioteknologi dengan menggunakan

teknik-teknik screening dan seleksi untuk mendapatkan organisme yang lebih baik. Dalam

system seleksi untuk mendapatkan organisme semua strein yang langka akan hidup dan

sedang strein lama tidak (Hartanti, 2010).

Setelah diinokulasi, biakan bakteri disimpan atau diinkubasi atau suatu lingkungan

yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan ini berarti pengembangan populasi sel-

sel dan satu atau beberapa sel (Nur, dkk, 2008).

Aerosol dihasilkan dari Pemusingan dan pengocok bahan pemeriksaan dapat

menimbulkan aerosol. Biasanya mesin pemusing (centrifuse) dan mesin pengocok tidak

dimasukkan kedalam lemari pengaman, maka untuk mencegah timbulnya aerosol diruang

isolasi, cara memakai alat-alat tersebut harus benar-benar sesuai prosedur dan teliti.

Aerosol adalah suatu bentuk dimana partikel zat cair tersuspensi atau terapung diudara

(Vanadiningrum, 2008).

Page 10: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun percobaan ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 meter diatas

permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada hari                                 Sabtu, 08 Juni 2013

pukul 10.00 wib sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan

Sumber mikroba sebagai sumber residu organik, (NH4)2SO4 0,5 gr sebagai bahan

membuat media percobaan, K2HPO4 0,5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, KCl

0.5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, MgSO4.7H2O 0,05 gr sebagai bahan

membuat media percobaan,CaCl2 0,05 gr sebagai bahan membuat media percobaan, Yeast

Extract 0,5 gr sebagai bahan membuat media percobaan, NaCl 2,5 gr sebagai bahan untuk

media pertumbuhan, Selulosa (kertas saring) 10 gr sebagai bahan membuat media

percobaan, Air destilasi 1 liter sebagai bahan membuat media percobaan, Asparagin 0.5 gr

sebagai bahan membuat media percobaan, Label nama untuk memberi tanda, Kapas

sebagai penutup erlenmeyer dan Aluminium foil sebagai penutup botol erlenmeyer.

Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat atau media yang dipakai.  Laminair Air Flow

sebagai media kerja steril.  Timbangan analitik untuk menentukan berat bahan yang

digunakan atau untuk menimbang bahan.  Petridish sebagai tempat media.  Gelas ukur

sebagai alat atau tempat penakar larutan yang digunakan.  Erlenmeyer berfungsi untuk

tempat atau wadah larutan.  Beaker glass untuk tempat larutan.  Hot Plate-Stirer untuk

Page 11: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

memanaskan larutan.  Spatula untuk mengambil bahan.  Gabus sebagai penutup

erlenmeyer.  Kertas saring untuk menyaring media. Pipet volumetri untuk mengambil

larutan. Pipet skala untuk mengambil/memindahkan larutan.  Pipet tetes untuk mengambil

reagen. Handsprayer sebagai wadah alkohol untuk sterilisasi alat dan bahan.  Baju lab untuk

dipakai ketika menanam eksplan.  Serbet sebagai pembersih meja penabur.  Pulpen

sebagai alat tulis.

Prosedur Percobaan

Prosedur Media Isolasi Mikroorganisme

-       Ditimbang bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk media Hans

-       Dimasukkan 100 mL ke dalam Erlenmeyer 250 ml

-       Ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

-       Diautoclavekan selama 20 menit pada 1210C.

-       Digantung kertas saring steril dalam erlenmeyer yang berisi media yang telah disterilkan

dengan cara sebahagian dari kertas saring tercelup dalam media.

-       Diinkubasi selama seminggu, dipindahkan dengan kertas saring dan 10 mL untuk

menanam mikroba dalam larutan standar.

-       Koloni dapat diidentifikasi.

Mempersiapkan enzim untuk mengukur aktivitas enzim selulose

-          3 jenis media dengan selulosa sebagai sumber karbon dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan memproduksi selulosa oleh jamur.

-          Ditimbang bahan masukkan ke dalam wadah beaker, aduk hingga merata. Jika bahan

masih mengendap dilakukan pemanasan di atas hot plate.

-          Sebanyak 100 ml medium dituangkan pada setiap 250 ml flasks, di autoklaf pada

temperatur 1200C selama 20 menit.

-          Diinokulasikan mikroorganisme yang mau diseleksi.

-          Flasks ditutup rapat dan diletakkan diatas rotary shakers (kecepatan 180 rpm) pada 300C +

10C.

-          Setelah diinkubasikan sampai periode tertentu, sebanyak 20 ml sampel dipindahkan secara

aseptikal.

-            Dilakukan sentrifusi pada 10000 rpm selama 20 menit pada temperatur ruang.

Page 12: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

-            Untuk membersihkan supernatan menjadi kuning muda tambahkan 1 % metiolate dan

harus disimpan pada kulkas untuk menghindari kehilangan aktivitas enzim yang cukup

besar.

Mengukur Aktivitas Enzim Selulotik

-            Diambil 2,0 larutan enzim dimasukkan 18 mL dan 1 % carboxy methyl cellulose dalam

buffer citoate – phosphate mcllvanine’s.

-            Dishaker pada rotating shaker

-            Diinkubasi selama 20 menit

-            Setiap 2 mL konsentrasi glukosa ditambahkan 2 mL campuran reagen copper alkalin.

-            Ditambahkan cmc 18 mL.

-            Ditambahkan 2 mL larutan arsenomolubdate pada setiap tabung. Dan ditambahkan reagen

A + B.

-            Direbus selama 20 menit dalam water bath. Lalu didinginkan.

-            Ditambahkan air destilata sebanyak 25 mL tiap tabung kocok.

Page 13: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

-            Dibaca hasil transmitan dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang

gelombang 600 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel Larutan StandarLARUTAN STANDAR (ML) ABSORBEN (A)

0,25 0,0132

0,5 0,0177

0,75 0,0223

1,00 0,0269

1,25 0,0315

1,50 0,0458

Tabel Larutan Hasil Percobaan

PERLAKUAN TRANSMITAN ABSORDEN JLH. POPULASI

Trichoderma (Metiolin) 95 0.0223 0.7511

Trichoderma (Kontrol) 92.5 0.0339 1.2547

Aspergillus (Metiolin) 95.5 0.0200 0.6520

Aspergillus (Kontrol) 96.5 0.0155 0.4553

Grafik Aktivitas Mikroba Trichoderma dan Aspergillus

Page 14: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

Perhitungan

Rumus Umum Y = 0.023x + 0.005

Jumlah Trichoderma (Metiolin)

Y         = 0.023x + 0.005

X         = 0,0223 – 0,005

                      0,023

X         =0.7511

Jumlah Trichoderma (Kontrol)

Y         = 0.023x + 0.005

X         = 0.0339– 0,005

                      0,023

X         =1.2547

Jumlah Populasi Aspergillus (Metiolin)

Y         = 0.023x + 0.005

X         = 0.0200– 0,005

Page 15: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

                      0,023

X         =0.6520

Jumlah Populasi Aspergillus (Kontrol)

Y         = 0.023x + 0.005

X         = 0.0155– 0,005

                      0,023

X         =0.4553

Pembahasan

Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa pada

jamur Trichoderma jumlah populasi terbanyak terdapat pada

perlakuan Trichoderma (kontrol) yakni sebesar 1,2547. Sedangkan pada

perlakuan Trichoderma (Metiolyd) sebesar 0,7511. Hal ini menunjukkan bahwa

mikroorganisme selulotik dalam merombak selulosa memiliki enzim selulosa dan dapat

mencerna selulosa, metiolyd pada jamur Trichoderma mengalami penghambatan jumlah

populasi karena mikroba ini harus menyesuaikan fase pertumbuhannya. Hal ini sesuai

dengan Nurmayani (2007) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang dikultivasikan

akan mengalami fase penyesuaian diri dalam pertumbuhannya.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa Aspergillus (metiolyd) memiliki jumlah populasi

tertinggi takni 0,6520 sedangkan ada Aspergillus (kontrol)             sebesar 0,4553. Hal ini

menunjukkan bahwa metiolydpada jamur Aspergillus memiliki enzim selulosa yang

berkarakteristik atau bervariasi. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk, (2008) yang menyatakan

bahwa tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur dalam sejumlah lingkungan dan tanah

yang bervariasi.

Dari empat perlakuan diperoleh bahwa Trichoderma (Kontrol) memiliki jumlah

populasi tertinggi yaitu 1,257 dan populasi terendah terdapat pada

perlakuan Aspergillus (Kontrol) yakni 0,4533. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya

nila absorben dan jumlah populasi mikroorganisme enzim selulotik dipengaruhi oleh

lingkungan dan tanah yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk, (2008) yang

menyatakan bahwa tingkat dimana selulosa dimetabolisme diatur dalam lingkungan utama

dan tanah yang bervariasi.

Page 16: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

Prinsip kerja pada praktikum ini adalah mengisolasi mikroorganisme selulotik dan

mengukur kemampuan mikroorganisme selulotik tersebut mendekomposisi selulosa melalui

uji kadar gula. Isolasi merupakan pengambilan mikroorganisme kemudian ditumbuhkan

pada lingkungan yang sesuai. Hal ini sesuai dengan literatur Setyati dan Subagiyo (2012)

yang menyatakan bahwa isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan

mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di

laboratorium.

Trichoderma harzianum dan Aspergillus niger merupakan satu jenis mikroorganisme

yang mampu mendekomposisi selulosa. Trichoderma dapat menginfeksi dengan

menggunakan pasak kecil yang tumbuh paada hifaa pelilit. Sesuai dengan Nurmayani

(2007) yang menyatakan bahwaTrichoderma menginfeksi melalui dua mekanisme yaitu

melalui :   Pasak kecil yang tumbuh pada hifa pelilit atau yang berdekatan dengan misellium

inangnya                   (Penicillium vermiculatum), Produksi enzim pelisis yang dapat

mencerna sebagian dinding selulosa.

Faktor – faktor yang mempengaruhi isolasi mikroorganisme adalah aerosol pada alat

centrifuse, substrat, suhu, variasi tanah, lingkungan utama. Hal ini sesuai dengan Nur, dkk,

(2008) yang menyatakan bahwa lingkungan utama dan aerosol mempengaruhi populasi

mikroorganisme selulotik.

Page 17: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.      Pada Perlakuan Jamur Trichoderma harzianum kontrol memiliki data tertinggi untuk jumlah

populasi yakni 1,2547 dan pada                            Trichoderma harzianum ditambah

methyolid sebesar 0,7511. Sedangkan pada Aspergillus niger ditambah methyolid sebesar

0,6520 dan pada                Aspergillus niger (kontrol) sebesar 0,4553.

2.      Dari hasil percobaan jumlah populasi mikroorganisme selulotik tertinggi adalah

padaTrichoderma harzianum yakni 1,2547 sedangkan terendah terdapat pada Aspergillus

niger yakni 0,4553.

3.      Faktor – faktor yang mempengaruhi isolasi mikroorganisme selulotik adalah aerosol dari

centrifuse, substrat yang tersedia, lingkungan utama, dan variasi tanah.

4.      Prinsip percobaan isolasi mikroorganisme selulotik adalah dengan memisahkan mikroba

yang satu dengan mikroba yang lain diharapkan mampu ditemukan mikroba selulotik yang

spesifik.

5.      Trichoderma harzianum dan Aspergillus niger  merupakan mikroorganisme selulotik yang

mampu mendekomposisi selulosa.

Saran

Diharapkan praktikan harus benar-benar konsentrasi dalam pembuatan larutan

standar guna untuk diperoleh hasil yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Dahliaty, A., R. Susanti, dan Y. Haryani. 2012. Skrining Bakteri Lipotilik dari Air Sungai Siak di

Daerah Pelita Pantai Kota Pekanbaru. J. Indonesia. Che. Acta Vol. 3 No. 1.

Hartanti. 2010. Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulotik Termofilik dari Kawah Air Panah Gunung Pancar,

Bogor. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hasibuan, H. 2005. Isolasi dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulotilik dalam Mendegradasi Limbah

Tandan Kosong Sawit. [Thesis] Institu Pertanian Bogor, Bogor.

Page 18: ISOLASI DAN SKREENING MIKROORGANISME SELULOTIK.docx

Kusnadi, Saefudin, dan A. Efrianti. 2010. Keanekaragaman Jamur Selulotilik dan Amilotilik Pengurai

Sampah Organik dari berbagai Substrat. [Jurnal] Universitas Pendidikan Bandung, Bandung.

Meryandini, A., W. Widosari, B. Maranatha, T. C. Sunarti, N Rachmania, dan             H. Satria. 2009.

Isolasi Bakteri Selulotilik dan Karakterisasi Enzimnya. Makara Sains Vol. 13 No. 1

Miswadi. 2012. Peran Mikroorganisme dalam Penguraian Bahan Organik Pakan Ternak. [Paper]

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Nur, H. S., A. Meryandini, dan Hamim. 2008. Pemanfaatan Bakteri Selulotilik dan Xilalotilik yang

Polinase untuk Dekomposisi Jerami Padi. J. Tanah Tropis Vol. 14 No. 1.

Nurmayani, D. 2007. Isolasi dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulotilik Asal Tanah Gambut dan Kayu

sedang Melapuk dalam Mendekomposisi Kayu. [Skripsi] Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Setyati, W. A. Dan Subagiyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim Ekstraseluler yang

Berasal dari Sedimen Kawasan Manggrove. Ilmu Kelautan Vol. 17 No. 3.

Vanadianingrum, E. S. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Enzim Xilanase dari Cairan

Rumen Kambing dan Domba sebagai Sumber Panas di Cipanas. [Skripsi] Institut Pertanian

Bogor, Bogor.