islamic parenting di panti asuhan songkhla …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/bab 3.pdf · mahteh...

36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 58 BAB III ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA THAILAND (STUDI POLA ASUH DI LEMBAGA SANTIWIT, CHANA SONGKHLA THAILAND) A. Lembaga Santiwit & Songkhla Thailand 1. Lembaga Santiwit a. Lokasi Lembaga Santiwit beralamatkan di Tambol (desa) Banna, Amphea (daerah) Chana, Changwat (wilayah) Songkhla, Thailand Selatan. Panti Asuhan Santiwit berada di daerah pedesaan yang berjarak kurang lebih 37 km dengan pusat kota Songkhla. Di daerah ini ada beberapa Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya, baik itu milik swasta ataupun milik Kerajaan Thailand yang menjadi wahana para generasi muda mencari ilmu. Namun daerah ini, tidak banyak panti asuhan ataupun sekolah-sekolah dengan jenjang triam anuban sampai pratomsuksa. Selain itu, panti ini jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kehidupan perkotaan, karena masih banyak bukit- bukit tinggi dan hutan karet. 1 b. Profil Lembaga Santiwit beralamatkan di Banna, Chana wilayah Songkhla, Thailand Selatan. Adapun lembaga Santiwit merupakan sekolah sekaligus yayasan panti asuhan yang berdiri pada tahun 2008 1 Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit, pada tanggal 2 September 2015 58

Upload: dangnhan

Post on 25-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

BAB III

ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA THAILAND

(STUDI POLA ASUH DI LEMBAGA SANTIWIT,

CHANA SONGKHLA THAILAND)

A. Lembaga Santiwit & Songkhla Thailand

1. Lembaga Santiwit

a. Lokasi

Lembaga Santiwit beralamatkan di Tambol (desa) Banna,

Amphea (daerah) Chana, Changwat (wilayah) Songkhla, Thailand

Selatan. Panti Asuhan Santiwit berada di daerah pedesaan yang

berjarak kurang lebih 37 km dengan pusat kota Songkhla. Di daerah

ini ada beberapa Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya,

baik itu milik swasta ataupun milik Kerajaan Thailand yang menjadi

wahana para generasi muda mencari ilmu. Namun daerah ini, tidak

banyak panti asuhan ataupun sekolah-sekolah dengan jenjang triam

anuban sampai pratomsuksa. Selain itu, panti ini jauh dari keramaian

dan hiruk pikuk kehidupan perkotaan, karena masih banyak bukit-

bukit tinggi dan hutan karet.1

b. Profil

Lembaga Santiwit beralamatkan di Banna, Chana wilayah

Songkhla, Thailand Selatan. Adapun lembaga Santiwit merupakan

sekolah sekaligus yayasan panti asuhan yang berdiri pada tahun 2008

1 Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit, pada tanggal 2

September 2015

58

Page 2: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

M. Panti asuhan ini menampung anak-anak yatim, terlantar dan anak-

anak dari keluarga yang kurang mampu. Selain itu, lembaga

sekolahpun memiliki 3 jenjang pendidikan; triam anuban (PAUD),

anuban (TK), dan pratomsuksa (SD).

Panti asuhan dan sekolah Santiwit didirikan sekitar tahun 2008

secara bersamaan dan diprakarsai oleh Pralomchit Mahteh, seorang

wanita yang kala itu merasa prihatin dengan banyaknya anak-anak

terlantar yang tidak mendapatkan akses pendidikan sekolah. Selain itu,

tidak banyak sekolah yang tersedia di daerah ini, termasuk sekolah

yang memberikan keringanan biaya untuk kaum dhu’afa (kurang

mampu), karena daerah ini terletak di sekitaran bukit dan hutan karet

yang lebat. Oleh karena itu, banyak anak yang pendidikan sekolahnya

terhambat. Mereka pun lebih memilih untuk bekerja dan membantu

orangtua mencari uang.

Pada akhirnya, Pralomchit Mahteh dan suaminya, Mangshod

Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti

asuhan beserta sekolah. Mereka juga menyuruh orang untuk mencari

anak-anak yatim piatu, terlantar, dan juga anak-anak orang miskin

untuk ditampung di pantinya supaya mendapatkan pendidikan yang

layak.

Pada tahun 2008, panti ini menampung sekitar 20 anak yatim

piatu dengan kisaran usia 4-7 tahun. Saat itu, sekolah belum terdaftar

di Kerajaan Thailand sehingga sekolah ini hanya memiliki 1 jenjang

Page 3: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

pendidikan, yaitu anuban (TK), disesuaikan juga dengan usia anak

panti. Total jumlah murid adalah sekitar 40 dan 3 guru. Murid-murid

tersebut hanya menempati 1 kelas (anuban 1/1). Mereka semua

termasuk dari anak-anak panti dan juga anak-anak masyarakat sekitar.

Lalu, tahun 2009, sekolah ini resmi terdaftar di Kerajaan Thailand

setelah semua berkas diurus oleh Pralomchit Mahteh dan Mangshod

Mahteh, sebagai pemilik sekolah sekaligus panti asuhan. Di tahun

yang kedua ini, kelas anuban terbagi dalam 3 kelas agar KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) bisa lebih maksimal; anuban 1/1, 1/2,

dan 1/3.

Tahun demi tahun, sekolah ini semakin berkembang, memiliki

banyak murid, guru dan jenjangnya juga bertambah. Pada tahun 2012,

sekolah ini memiliki 3 jenjang pendidikan yang terbagi dalam

beberapa kelas dan kategori. Triam anuban termasuk dalam kategori

sekolah untuk anak usia 2-3 tahun yang ditempuh selama 1 tahun.

Kategori ini hanya menempati 1 kelas, sehingga disebut dengan triam

anuban 1/1. Dalam 1 kelas tersebut, ada 2 guru yang mengajar.

Jenjang selanjutnya adalah anuban yang merupakan kategori

sekolah untuk anak usia 3-4 tahun. Jenjang ini ditempuh selama 3

tahun dan terdiri dari anuban 1/1 dan 1/2, anuban 2/1 dan 2/2, serta

anuban 3/1, 3/2, dan 3/3. Selain itu, terdapat juga jenjang pratomsuksa

yang merupakan kategori sekolah untuk anak usia 6-7 tahun yang

ditempuh selama 6 tahun. Jenjang ini terbagi menjadi 6 kelas yang

Page 4: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

masing-masing kelasnya terdiri dari 3 kelas, yakni pratom 1/1, 1/2,

dan 1/3, pratom 2/1, 2/2, dan 2/3, pratom 3/1, 3/2, dan 3/3, pratom

4/1, 4/2, dan 4/3, pratom 5/1, 5/2, dan 5/3, serta pratom 6/1, 6/2, dan

6/3.

Di tahun 2012 juga didirikan kelas EP (English Program) oleh

Mangshod Mahteh, sebagai pengurus besar sekolah Santiwit. Kelas

EP adalah kelas yang mengutamakan Bahasa Inggris, baik sebagai

bahasa pengantar ataupun materi pelajaran. Di kelas ini, terdapat 5

mata pelajaran wajib yang harus dipelajari dan berbahasa Inggris;

English, Health, Science, Math, dan Social. Murid-murid yang

termasuk dalam kelas EP adalah murid-murid jenjang pratomsuksa

yang ada di bagian ke-3 dari masing-masing kelas.

Saat ini, EP hanya ada 3 kelas, yakni pratom 1/3, pratom 2/3,

dan pratom 3/3 dan masing-masing kelas memiliki 2 guru kelas; guru

lokal dan guru luar negeri. Guru lokal difungsikan sebagai penerjemah

ke Bahasa Thailand agar murid-murid lebih memahami mata pelajaran

yang berbahasa Inggris, sedangkan guru luar negerilah yang akan

mengajarkan Bahasa Inggris secara menyeluruh, sehingga guru lokal

yang dijadikan guru kelas adalah guru-guru yang mampu memahami

dan berbicara Bahasa Inggris.

Tahun 2015, jumlah murid keseluruhan sekitar 300 anak,

termasuk anak-anak panti asuhan dan anak-anak masyarakat sekitar.

Mereka semua sekolah secara cuma-cuma, tidak ada biaya sepeserpun

Page 5: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

yang mereka keluarkan, karena sekolah ini memang mengutamakan

pendidikan untuk kaum dhu’afa. Disamping itu, Kerajaaan Thailand

juga memberikan dana pendidikan berlebih untuk sekolah-sekolah

yang memiliki banyak siswa dan juga memberikan tunjangan bulanan

untuk para pengajar. Oleh sebab itu, kaum dhu’afa merasa terbantu

dengan adanya sekolah Santiwit yang terjamin secara materi dari

Kerajaan Thailand.2

c. Struktur Kepengurusan Lembaga

Sama halnya dengan lembaga-lembaga pada umumnya, lembaga

Santiwit juga memiliki struktur kepengurusan yang bertugas sebagai

pengelola lembaga sesuai dengan jabatan dan tugas masing-masing.

Berikut penulis akan mencantumkan bagan kepengurusan lembaga

Santiwit tahun 2015/2558 B. Selain itu, juga terdapat pembagian

jenjang pendidikan serta usia belajar.3

2 Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit, pada tanggal 2

September 2015 3 Data Lembaga Santiwit

Page 6: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

Bagan 3.1

Struktur Kepengurusan Lembaga Santiwit

Pendaftaran

Administra

si Umum

Manajemen

Sumber

Daya

Manusia

Keuangan

Sisi Teknis

(Pelajaran)

Tata Usaha

Kualitas

Asuransi

Departemen

Pengawasan

1. Ni’sakoan

Keawvon

gpaom

2. Wanila

3. Saleekhor

Hemma

1. Jiranan

Yaloh

2. Thoghut

3. Siteenud

Lahar

1. Chancira

2. Yameelah

Nireh

3. Yawainee

Bortoei

1. Rabeyah

Mahteh

2. Mariyah

Seehad

3. Nurhasee

mee

1. Thoghut

2. Yameelah

Nireh

3. Yawainee

Bortoei

4. Saleefah

Tehyor

5. Tayun

Pengasas Lembaga

Pralomchit Mahteh

Direktur (Puchatkan)

Mangshod Mahteh

Mudir (Po’o)

Daman Leeduwi

Page 7: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

d. Jenjang Pendidikan4

Tabel 3.1

Jenjang Pendidikan

e. Tenaga Pendidik

Di Santiwit ini, pada tahun 2008, jumlah guru masih terbatas,

yakni hanya 3 orang yang ketiganya mengajar kelas anuban (TK).

Jumlah tersenut bertahan selama 3 tahun. Lalu, di tahun 2011, ketika

4 Data Lembaga Santiwit

No Tingkatan Siam Indonesia Kelas Usia

Masuk

Lama

belajar

1 Triam

Anuban

Triam

Anuban

Pendidikan

Anak Usia

Dini

(PAUD)

1/1

2 tahun 1 tahun 1/2

2 Anuban Anuban

Taman

Kanak-

kanak (TK)

1/1

3 tahun 3 tahun

1/2

2/1

2/2

3/1

3/2

3/3

3 Pratomsuksa Pratomsuksa Sekolah

Dasar (SD)

P 1/1

6 tahun 6 tahun

P 1/2

P 2/1

P 2/2

P 3/1

P 3/2

P 4/1

P 4/2

P 4/3

P 5/1

P 5/2

P 5/3

P 6/1

P 6/2

P 6/3

4

Pratomsuksa

EP (English

Program)

Pratomsuksa

SD

program

kelas

Bahasa

Inggris

P 1/3

6 tahun 1 tahun P 2/3

P 3/3

Page 8: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

sudah ada jenjang pratomsuksa (SD) 1-3, jumlah keseluruhan guru

adalah 7; 3 guru anuban dan 4 guru pratomsuksa. Seiring dengan

berjalannya waktu, siswa di sekolah Santiwit juga semakin banyak,

sehingga tenaga pengajarpun juga semakin bertambah. Saat ini,

jumlah keseluruhan guru adalah sekitar 50 orang, termasuk guru triam

anuban, anuban dan pratomsuksa.5

f. Hubungan Antara Lembaga dan Masyarakat Sekitar

Tentunya, lembaga pendidikan Santiwit yang menjadi panti

asuhan dan sekolah ini sangatlah bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Lembaga ini tidak memungut biaya sepeserpun kepada anak didiknya

karena lembaga ini sengaja didirikan untuk para kaum dhu’afa atau

anak-anak yang tidak mampu dan terlantar. Di awal berdirinya

lembaga ini, anak didiknya hanya dari warga sekitar saja, baik yang di

panti asuhan maupun yang bersekolah. Lama-kelamaan, lembaga ini

diketahui masyarakat lainnya dari mulut ke mulut, sehingga

masyarakat dari desa-desa lain berbondong-bondong menyekolahkan

sekaligus menitipkan anaknya di lembaga ini.

Dulunya, lembaga ini hanya menampung anak-anak dari

keluarga yang tidak mampu (miskin), tapi karena semakin

menyebarnya informasi bahwasanya lembaga ini tidak memungut

biaya apapun dari anak didiknya, mulailah banyak orangtua yang

masih mampu sekalipun, datang untuk menitipkan anaknya disini.

5 Data Lembaga Santiwit

Page 9: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Kebanyakan dari orangtua mengatakan bahwa mereka tidak bisa

merawat dan mengurus dengan baik anak-anak mereka karena

banyaknya anak yang mereka miliki.

Perlu diketahui bahwa di Thailand Selatan, angka kelahiran bayi

memang cukup tinggi. Namun, para orangtua tidak punya cukup ilmu

dalam merawat anak-anak mereka karena pengetahuan mereka tentang

pendidikan sangatlah terbatas. Mulai saat itulah, lembaga ini juga

menerima dan mencari anak-anak yang terlantar dan juga yang tidak

diurusi oleh orangtuanya. Jadi, peran lembaga pendidikan Santiwit

bagi lingkungan sekitar dan masyarakat lain sangatlah bermanfaat,

terutama dalam bidang pendidikan, baik pendidikan umum maupun

pendidikan Islam.6

g. Dinamika Perkembangan Lembaga

Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Santiwit juga

memiliki dinamika perjalanan panjang yang tidak mudah. Di awal

tahun 2008, hanya ada 3 orang yang terlibat di lembaga ini, yakni

Pralomchit Mahteh dan suaminya, Mangshod Mahteh dan juga

pamannya, Daman Leeduwi. Mereka lah yang berjuang dalam

mengembangkan lembaga pendidikan Santiwit.

Sebelum lembaga ini terdaftar di Kerajaan, semua operasional

lembaga memakai biaya pribadi dari Mangshod Mahteh yang

merupakan seorang pengusaha kebun karet. Namun, setelah terdaftar,

6 Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit, pada tanggal 1

Oktober 2015

Page 10: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

setiap bulannya lembaga ini mendapat dana dari Kerajaan. Dana

tersebut nominalnya disesuaikan dengan jumlah anak didik di

lembaga. Proses pendaftaran tersebut pasti juga memerlukan berbagai

macam dokumen-dokumen penting dan harus melalui aturan-aturan

yang sudah diatur oleh Kerajaan Thailand.

Dalam perekrutan tenaga pengajar, administrasi dan tenaga

pendukung lainnya, Mangshod Mahteh mencari orang-orang yang

benar-benar bisa dipercaya dan berkompeten di bidangnya, termasuk

merekrut saudara dan sahabatnya sendiri. Setelah dirasa cukup,

barulah mereka yang meneruskan tugas-tugas yang sebelumnya

diemban sendiri oleh Mangshod Mahteh, istri dan pamannya.

Meskipun begitu, mereka bertiga juga masih berperan aktif di lembaga

ini, baik berperan di dalam maupun diluar lembaga.

Selain itu, dalam menggalang siswa ataupun anak didik,

Mangshod Mahteh mempercayakan kepada anak buahnya yang

bernama Abdurrahman. Dia adalah orang kepercayaan Mangshod

Mahteh yang bertugas mencari anak-anak miskin, terlantar dan kaum

dhu’afa lainnya untuk dibawa dan dididik di lembaga Santiwit secara

cuma-cuma.

Walaupun lembaga pendidikan Santiwit hanya memiliki jenjang

PAUD- SD untuk saat ini, tapi prestasi yang diraihnya juga tidak

kalah dengan lembaga pendidikan yang berjenjang SMP-SMA. Para

siswa di lembaga ini sering menjuarai lomba Bahasa Inggris tingkat

Page 11: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

wilayah karena sekolah Santiwit memiliki tenaga pengajar Bahasa

Inggris berkualitas yang berasal dari Filipina. Mereka juga pernah

memenangkan lomba parade di kategori kostum terunik. Para guru

dan siswa saling bekerja sama dalam menciptakan kostum yang umik

dan menarik, sehingga terlihat berbeda dari kelompok lainnya.

Mangshod Mahteh adalah orang yang sukses yang memiliki

banyak bisnis, aset-aset mahal dan mampu mendanai lembaga ini

meski ada bantuan juga dari Kerajaan Thailand. Sebenarnya, dia

masih memiliki tanah yang lebih luas lagi yang nantinya akan

dijadikan sekolah SMP-SMA dan sekolah teknologi, tapi saat ini

masih digunakan untuk perkebunan. Kebun karet yang dimilikinya

juga tak kalah luas. Setiap pagi, para pekerjanya yang berjumlah

sekitar 20 orang pergi bekerja mengambil getah karet dan masih

banyak lagi aset-aset yang dimilikinya. Itulah kekayaan yang juga

membantu dalam hal pembiayaan operasional lembaga.7

2. Songkhla Thailand

Songkhla (bahasa Thai: สงขลา, bahasa Melayu: Singgora) adalah

salah satu provinsi (changwat) milik Thailand di selatan. Provinsi-

provinsi yang bertetanggaan dengannya (dari timur, searah putaran jarum

jam) adalah Satun, Phatthalung, Nakhon Si Thammarat, Pattani, dan

Yala. Di sebelah selatannya terdapat Negara Bagian Kedah dan Negara

Bagian Perlis, kedua-duanya milik Malaysia.

7 Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit, pada tanggal 1

Oktober 2015

Page 12: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Tidak seperti sebagian besar provinsi lainnya, ibu kota Songkhla

bukanlah kota terbesar di provinsi yang bersangkutan. Kota yang lebih

baru, Hat Yai, dengan populasi 359.813 jiwa, adalah cukup besar, kira-

kira dua kali populasi Songkhla (163.072 jiwa).

Provinsi Songkhla dibagi menjadi 16 distrik (amphoe), yang

kemudian dibagi-bagi lagi menjadi 127 subdistrik (tambon) dan 987 desa

(muban). Distrik Chana (Melayu: Chenok), Thepa (Melayu : Tiba) ditarik

dari Provinsi Pattani dan diserahkan kepada Provinsi Songkhla pada

masa reformasi thesaphiban pada tahun 1900.8

B. Deskripsi Data Penelitian

Setelah melakukan wawancara dan observasi terhadap orang tua asuh

serta anak asuh mengenai islamic parenting di lembaga Santiwit, Chana

Songkhla Thailand yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan mulai

Agustus sampai dengan Oktober 2015, maka penulis dapat memaparkan data

sebagai berikut :

1. Proses Islamic Parenting di Lembaga Santiwit, Chana Songkhla Thailand

a. Pendidikan Psikologis dan Mental

1) Pemberian hadiah pada anak asuh yang berprestasi

Di Lembaga Santiwit orang tua asuh seringkali memberikan

hadiah kepada anak asuh yang berprestasi. Tidak hanya prestasi

akademik namun juga non akademik. Misalnya saja ketika di

lembaga Santiwit mengadakan acara ajang penampilan kesenian

8 https://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Songkhla, diakses pada tanggal 20 Januari 2016

Page 13: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

antar kamar di panti asuhan, maka anak yang dengan penampilan

yang paling bagus diberi hadiah. Biasanya anak-anak menampilkan

nasyid, banjari, dan drama. Selain itu, dalam hal mengaji. Orang

tua asuh seringkali memberi anak hadiah berupa permen atau

makanan ringan lainnya jika anak tersebut rajin mengaji.

“Karena mereka masih kecil, salah satu cara agar

mereka mau berprestasi ya dengan cara memberi hadiah.

Dipancing dulu. Dan setelah berprestasi diberi hadiah lagi.

Tak perlu barang yang mahal, permen atau makanan ringan

saja sudah cukup.”9

2) Pengecekan tugas sekolah (PR) oleh orang tua asuh

Tugas sekolah berupa pekerjaan rumah (PR) tentu sangat erat

kaitannya dengan sekolah. Begitu juga di lembaga Santiwit.

Sehingga, pemilik lembaga Santiwit membuat kebijakan mengenai

pengecekan tugas sekolah (PR) oleh orang tua asuh disana.

Gambaran dari kegiatan ini adalah orang tua asuh mendatangi

kamar anak asuh seusai pulang sekolah. Karena setiap orang tua

asuh menerima amanah atas satu kamar, maka tanggungjawab anak

asuh di kamar tersebut pun ada di tangan orang tua asuh. Jadi, satu

orang tua asuh mendatangi kamar yang sudah diamanahkan

kepadanya kemudian mengecek PR anak asuhnya. Sehingga, yang

tergambar seperti model bimbingan belajar.

“Tidak semua anak di satu kamar itu rajin dan peduli

pada pekerjaan rumahnya. Malah banyak dari mereka yang

sehabis pulang sekolah langsung pergi bermain. Jadi, ketika

9 Wawancara dengan Ustadzah Nasihah, salah satu orang tua asuh pada tanggal 19 Agustus

2015

Page 14: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

saya mengecek kamar mereka ya cuma beberapa anak saja

yang masih ada di kamar. Ya yang ada di kamar itu saja

yang saya cek buku dan pekerjaan rumahnya. Karena

kemampuan para orang tua asuh disini juga tentunya

terbatas pada beberapa mata pelajaran, jadi kami membantu

anak-anak semampunya. Bukan berarti kami yang

mengerjakan pekerjaan rumah mereka, kami hanya

membantu.”10

Memang diakui oleh orang tua asuh bahwa tujuan dari ini

semua adalah menumbuhkan tanggungjawab dan kepedulian anak

akan tugas sekolah yang telah diberikan oleh guru. Selain itu, agar

orang tua asuh juga bisa memberikan bimbingan belajar kepada

anak sebagaimana tugas orang tua kandung di rumah.

3) Pemberian motivasi kehidupan

Di panti asuhan lembaga Santiwit, ada satu bentuk islamic

parenting yang unik yaitu pemberian motivasi kehidupan. Ini

dilakukan ketika menjelang libur panjang sekolah sebelum anak-

anak diantarkan pulang kembali ke keluarga masing-masing.

Sebelum anak-anak asuh pulang ke keluarga atau kerabat masing-

masing, mereka dan semua orang tua asuh di panti asuhan

melakukan salam perpisahan. Salam perpisahan digambarkan

dengan saling bersalaman dan berpelukan sebagai bentuk pamit

anak asuh kepada orang tua asuh di panti asuhan. Di tengah salam

perpisahan tersebut, ada satu orang ustadz yang mengambil peran

sebagai motivator. Beliau berdiri di tengah-tengah anak-anak asuh

10

Wawancara dengan Ustadzah Nasihah, salah satu orang tua asuh pada tanggal 17

Agustus 2015

Page 15: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

dan orang tua asuh yang saling bersalaman dan berpelukan untuk

perpisahan. Beliau memberikan motivasi kehidupan dengan

menggunakan bahasa asli Thailand yang bercampur dengan bahasa

melayu Thailand.

Penulis bertanya kepada salah satu ustadzah tentang maksud

kata-kata motivasi yang diucapkan oleh salah satu ustadz tersebut.

Ternyata, hal-hal yang disampaikan oleh ustadz adalah mengenai

orang tua, bagaimana kewajiban anak kepada orang tua. Tidak

hanya orang tua kandung saja yang dimaksud, namun juga orang

tua asuh di panti asuhan yang telah menggantikan peran orang tua

kandung.

b. Pendidikan Keimanan dan Semangat Keagamaan

1) Shalat lima waktu berjamaah

Di Thailand yaitu tepatnya di Chana Songkhla, waktu

masuknya shalat shubuh adalah pada pukul 05.00 pagi waktu

setempat. Orang tua asuh mulai membangunkan anak-anak asuh

disana sekitar pukul 04.30 waktu setempat. Sistem yang mereka

gunakan adalah dengan langsung mendatangi kamar-kamar di panti

asuhan. Di panti asuhan ini menerapkan peraturan mengenai

tanggungjawab orang tua asuh. Setiap orang tua asuh

bertanggungjawab atas sebuah kamar yang diamanahkan

kepadanya sekaligus seluruh anak asuh di kamar tersebut. Begitu

pula dalam hal membangunkan anak asuh untuk shalat shubuh

Page 16: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

berjamaah. Orang tua asuh mendatangi kamar kemudian

membangunkan anak-anak asuh di kamar tersebut. Setelah itu,

mengawasi dan memastikan anak-anak asuh bangun dan

mengambil air wudlu untuk kemudian berangkat ke aula panti

asuhan dan melaksanakan shalat shubuh berjamaah.

“Tidak mudah membangunkan anak-anak untuk

mengikuti shalat shubuh berjamaah. Apalagi usia mereka

yang masih kanak-kanak. Perlu kesabaran dan ketekunan

untuk bisa menjadikan mereka terbiasa bangun pagi dan

shalat berjamaah. Terkadang, saya sampai lama mengetuk

pintu kamar mereka, baru mereka bangun.”11

Shalat berjamaah dilakukan di aula panti asuhan. Yang

menjadi imam dalam shalat berjamaah adalah salah satu dari

pengurus putra di panti asuhan. Tidak hanya anak asuh saja yang

mengikuti shalat berjamaah namun juga orang tua asuh. Namun

hanya sebagian saja dari orang tua asuh yang mengikuti shalat

berjamaah, sedangkan sebagian yang lain mengawasi shalat anak-

anak. Hal ini dikarenakan keadaan anak asuh yang masih tergolong

kanak-kanak, sehingga terkadang mereka masih suka bergurau

ketika menjalankan shalat. Ini tidak lain bertujuan untuk

membiasakan anak-anak untuk serius dan khusyuk dalam

menjalankan shalat.

11

Wawancara dengan Ustadzah Nurma, salah satu orang tua asuh pada tanggal 9 Agustus

2015

Page 17: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

“Sebagian dari kami (orang tua asuh) sudah mengawasi

mereka ketika shalat berjamaah saja, mereka kadang masih

bergurau. Apalagi kalau tidak ada yang mengawasi?”12

Seperti halnya shalat shubuh, shalat maghrib pun

dilaksanakan secara berjamaah di aula panti asuhan. Sebelum anak-

anak menuju ke aula terlebih dahulu mereka membentuk barisan di

depan aula. Ini dipandu oleh salah satu ustadz disana. Tujuan dari

baris ini adalah memastikan semua anak asuh berkumpul untuk

bersama-sama berangkat ke aula berjamaah shalat maghrib. Ketika

baris salah satu ustadz memberikan ceramah dan nasehat kepada

anak-anak asuh mengenai kewajiban shalat, terkadang juga tentang

penghormatan kepada orang tua, sedangkan ustadz dan ustadzah

yang lainnya mengecek kamar-kamar untuk memastikan tidak ada

anak asuh yang masih tinggal di kamar dan tidak mengikuti shalat

maghrib berjamaah.

“Dulunya tidak ada baris seperti ini. Tapi ternyata masih

ada anak yang berkeliaran dan tidak mengikuti jamaah shalat.

Makanya sekarang diadakan baris. Sembari ustadz Hasan

mengontrol baris anak-anak sekaligus memberikan nasehat-

nasehat, ustadz dan ustadzah yang lain pergi mengecek kamar

anak-anak.”13

Sama halnya dengan jamaah shalat shubuh, pada shalat

maghrib berjamaah juga tidak semua orang tua asuh mengikuti

jamaah. Hanya sebagian saja yang mengikuti jamaah, sedangkan

12

Wawancara dengan Ustadzah Nurma, salah satu orang tua asuh pada tanggal 9 Agustus

2015 13

Wawancara dengan Ustadz Tayun, salah satu orang tua asuh pada tanggal 25 Agustus

2015

Page 18: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

sebagian yang lain mengawasi shalat anak-anak. Meskipun orang

tua sudah mengontrol anak-anak dengan sistem yang sedemikian

rupa, namun ternyata masih saja ada anak yang melanggar dan

tidak mengikuti shalat berjamaah. Bentuk hukuman yang

diterapkan oleh orang tua asuh biasanya dengan memukul mereka

menggunakan kayu kecil, menyuruh mereka skotjump, dan

terkadang menyuruh mereka adzan di depan anak-anak yang lain

setelah jamaah shalat usai dilaksanakan.

“Anak disini kalau tidak dipukul itu nggak mau nurut.

Kalau cuma hukuman ringan saja mereka masih terus

melanggar lagi. Itulah kenapa saya dan orang tua asuh yang

lain sering membawa kayu kecil.”14

“Anak-anak disini nakal-nakal. Jangankan dalam shalat

berjamaah, mau makan saja mereka susah untuk bisa rapi.

Kalau tidak dipukul mereka ya terus-terusan melanggar.” 15

Tidak ada baris terlebih dahulu sebelum menjalankan shalat

isya berjamaah. Seperti halnya shalat berjamaah di waktu lain, pada

waktu shalat isya pun shalat jamaah diimami oleh salah satu ustadz

di panti asuhan. Sebagian orang tua asuh mengikuti jamaah shalat

dan sebagian yang lain mengawasi anak-anak dalam menjalankan

shalat.

Dalam shalat berjamaah, selalu ada anak yang ditunjuk untuk

mengumandangkan adzan kemudian iqamah. Hal ini diakui oleh

14

Wawancara dengan Babo Daman Leeduwi, Mudir Lembaga Santiwit pada tanggal 23

Agustus 2015 15

Wawancara dengan Kak Roh, salah satu juru masak di panti, pada tanggal 27 Agustus

2015

Page 19: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

orang tua asuh bertujuan untuk mengajarkan anak, terutama anak

laki-laki, agar berani mengumandangkan adzan di depan banyak

orang.

Adapun shalat dzuhur dan shalat ashar dilakukan ketika anak

asuh berada di sekolah. Shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan

seusai makan siang bersama. Sedangkan, shalat ashar berjamaah

dilaksanakan seusai pelajaran di sekolah selesai menjelang pulang

sekolah. Jamaah ini hanya diikuti oleh siswa pratomsuksa saja.

Sedangkan, siswa triam anuban (PAUD) dan anuban (TK) belum

diwajibkan untuk mengikuti jamaah shalat. Shalat berjamaah

inipun dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu shalat berjamaah yang

dilaksanakan di aula sekolah dan shalat berjamaah yang

dilaksanakan di musholla sekolah. Shalat berjamaah yang

dilaksanakan di aula sekolah diikuti oleh siswa pratomsuksa kelas 1

& 2. Sedangkan, yang di musholla diikuti oleh siswa pratomsuksa

kelas 3 – 6.

Metode yang digunakan pun berbeda. Pada anak kelas 1 & 2,

metode yang digunakan berupa pendiktean doa-doa dalam shalat.

Satu anak dari kelas antara kelas 3 – 6 pratomsuksa ditunjuk untuk

menjadi imam. Dia harus melafalkan doa-doa dalam shalat dnegan

suara yang lantang untuk kemudian ditirukan oleh seluruk siswa

yang menjadi makmum. Guru-guru pun ikut mengawasi jamaah

tersebut untuk memastikan bahwa salat yang dilaksanakan sudah

Page 20: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

benar. Lain halnya dengan jamaah shalat yang dilaksanakan di

musholla sekolah. Jamaah shalat dilaksanakan sebagaimana

biasanya jamaah shalat. Tidak ada yang berbeda dengan jamaah

shalat biasanya.

“Saya diberi tanggungjawab oleh sekolah untuk

menghandle bagian keagamaan di sekolah. Termasuk juga

dalam hal shalat berjamaah. Saya sering mengawasi dan

mengecek jamaah shalat anak-anak, terutama anak kelas 1 &

2 pratomsuksa. Karena masih banyak yang perlu dibenahi

dari shalat mereka.”16

Sebelum melaksanakan shalat dzuhur berjamaah, semua

siswa makan siang bersama di kantin sekolah. Sistem yang

digunakan sama halnya dengan makan bersama di panti asuhan,

tidak ada hal yang berbeda. Yaitu dengan berbaris mengambil

makanan, melafalkan doa sebelum makan bersama-sama.

2) Pembiasaan mendoakan kedua orang tua seusai shalat berjamaah

Setiap usai shalat berjamaah, orang tua asuh selalu

mengajarkan pada anak-anak untuk mendoakan orang tua. Metode

yang digunakan adalah dengan mendikte lafadz doa untuk orang

tua kepada anak-anak untuk kemudian ditirukan oleh anak-anak.

Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki rasa hormat kepada

orang tua, yang salah satunya adalah dengan mendoakan orang tua.

16

Wawancara dengan Ustadzah Roqiyoh, guru keagamaan di sekolah, pada tanggal 18

September 2015

Page 21: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

3) Membaca surat yasin seusai shalat shubuh berjamaah

Seusai shalat shubuh berjamaah, anak-anak tidak langsung

kembali ke kamar masing-masing. Akan tetapi mereka secara

bersama-sama membaca surat yasin. Metode yang digunakan

adalah dengan menunjuk salah satu dari anak asuh yang sudah

mampu membaca Al-Quran dengan lancar untuk memimpin dalam

membaca surat yasin.

“Memang tida semua anak disini sudah pandai membaca

Al-Quran. Bahkan sebagian dari mereka baru belajar huruf

hijaiyyah. Maka dari itu, dalam membaca surat yasin

bersama-sama ini kami lebih menggunakan kemampuan

hafalan mereka, daripada kemampuan baca mereka. Ada

salah satu anak yang sudah pandai membaca Al-Quran kami

tunjuk untuk memimpin yang lain membaca surat yasin,

sedangkan yang lain menirukannya.”17

“Tujuan dari membaca yasin bersama-sama ini adalah

agar anak-anak mengingat dan mendoakan orang tua mereka

baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.”18

4) Mengaji Al-Quran usai shalat isya berjamaah

Mengaji Al-Qur’an adalah kegiatan wajib yang dilaksanakan

di panti asuhan Santiwit. Mengaji Al-Qur’an diikuti oleh semua

anak-anak di panti asuhan tanpa terkecuali. Mereka dibimbing oleh

tenaga pengajar yang telah disiapkan oleh pihak panti asuhan.

Kegiatan ini memiliki jenjang tertentu, mulai dari mengaji huruf

hijaiyyah, surat-surat pendek hingga Al-Qur’an. Anak-anak di panti

17

Wawancara dengan Ustadz Hasan, salah satu orang tua asuh pada tanggal 7 Agustus

2015 18

Wawancara dengan Ustadzah Masyithoh, salah satu orang tua asuh pada tanggal 11

Agustus 2015

Page 22: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

asuhan dibagi menjadi beberapa kelompok dan ada 1 ustadz/ah

yang akan mengajar mereka secara bergantian. Umumnya, mereka

belajar Al-qur’an dengan teknik hafalan supaya lebih cepat dalam

mengingat dan melafalkannya.

Tujuannya adalah mengenalkan kepada anak-anak di panti

asuhan tentang al Qur’an, bagaimana cara membacanya dengan

baik dan benar, sekaligus menanamkan akan pentingnya

membiasakan membaca Al Qur’an.

“Kami masih belum maksimal mengelompokkan anak-

anak sesuai dengan kemampuan baca Al-Quran mereka.

Kadang dalam satu kelompok mengaji, ada yang sudah

pandai mengaji Al-Quran, ada yang masih tahap iqro’. Tapi

ya kami tetap mengajari mereka. Anak-anak mau mengaji

saja itu sudah bagus.”19

“Ada anak-anak yang sudah lancar

membaca Al-Quran, ya saya ajari juga tajwidnya.”20

5) Mengaji yasin setiap malam jumat dilanjutkan dengan surat-surat

pendek

Mengaji yasin dilakukan secara bersama-sama dengan cara

membentuk lingkaran. Anak putra dan putri membentuk lingkaran

secara terpisah. Dengan metode yang sama yaitu pendiktean bacaan

surat yasin oleh salah satu ustadz yang kemudian ditirukan oleh

semua anak-anak asuh. Terkadang juga satu anak putra atau putri

ditunjuk untuk memimpin anak-anak yang lain dalam melafalkan

bacaan surat yasin.

19

Wawancara dengan Ustadzah Nur, salah satu orang tua asuh pada tanggal 29 Agustus

2015 20

Wawancara dengan Ustadz Hasan, salah satu orang tua asuh pada tanggal 1 September

2015

Page 23: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Jumlah anak yang banyak terkadang memang menyebabkan

pelafalan mereka dalam mengaji surat yasin tidak serempak dan

tidak kompak. Jika anak-anak membaca surat yasin dengan tidak

kompak, maka ustadz menyuruh mereka untuk mengulangi surat

yasin dari awal lagi. Sehingga dengan begitu semua anak-anak asuh

akan berusaha untuk menjaga kekompakan bacaan surat yasin.

“Kalau anak-anak membaca surat yasin tidak teratur dan

tidak kompak, ya saya suruh mengulang lagi dari awal. Saya

ingin anak-anak kompak membaca surat yasin agar anak-

anak yang belum pandai dan belum hafal surat yasin bisa

belajar dari yang lain. Kalau yang sudah mahir surat yasin,

terus membacanya dengan cepat dan seenaknya sendiri, kan

kasihan yang lain yang belum bisa.”21

6) Majlis shalawat

Tidak semua anak-anak di panti asuhan adalah anak yatim

piatu yang tidak memiliki orang tua dan tidak memiliki rumah.

Sebagian dari mereka masih memiliki orang tua, dari keluarga yang

tidak mampu, dan masih memiliki kerabat. Sehingga, menjelang

libur panjang sekolah, pemilik panti asuhan menyewa bus untuk

mengantarkan anak-anak di panti asuhan kembali ke rumah

masing-masing. Dalam kegiatan ini, ustadz dan ustadzah turut

mendampingi anak-anak selama perjalanan. Ini rutin dilakukan

oleh pemilik panti asuhan ini.

Sebelum mengantarkan anak-anak kembali ke keluarga

mereka masing-masing, ustadz dan ustadzah mengadakan

21

Wawancara dengan Ustadz Hasan, salah satu orang tua asuh pada tanggal 31 Agustus 2015

Page 24: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

perpisahan dengan anak-anak asuh. Anak-anak membuat lingkaran,

yang mana lingkaran antara anak putra dan putri terpisah. Mereka

satu-persatu bergantian bersalaman dengan ustadz dan ustadzah.

Ada satu ustadz dan satu ustadzah yang bershalawat mengiringi

sesi perpisahan tersebut. Semuanya pun ikut bershalawat bersama.

“Bershalawat ketika kita semua berpamitan seperti ini

memang sudah dibudayakan disini.”22

7) Pengajaran ilmu-ilmu keislaman (Tadika) setiap akhir pekan

Tadika adalah bentuk kajian keislaman yang diikuti oleh-oleh

anak-anak mulai dari usia 5 tahun. Karena memang suatu bentuk

kajian keislaman, maka isi dari program ini adalah pengajaran

pelajaran-pelajaran agama, seperti tauhid, akhlaq, sejarah, rumi,

jawi. Secara umum, tadika tidak hanya kegiatan milik lembaga

Santiwit, akan tetapi kegiatan ini lazim dilakukan oleh masyarakat

muslim di Thailand.

Di lembaga Santiwit juga memiliki kegiatan rutin Tadika.

Pemilik panti asuhan bekerjasama dengan ustadz dari wilayah

Narathiwat untuk menghandle kajian keislaman ini. Tak hanya

bekerja sendirian, ustadz dari narathiwat juga bekerjasama dengan

guru-guru di sekolah sebagai tenaga pengajar di Tadika. Proses

pengajaran di Tadika ini menggunakan bahasa melayu, sehingga

guru-guru yang diajak kerjasama untuk berperan sebagai tenaga

22

Wawancara dengan Ustadzah Masyithoh, salah satu orang tua asuh pada tanggal 30

September 2015

Page 25: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

pengajarpun adalah guru yang mahir bahasa melayu. Tadika

sebagai wadah pembelajaran tentang materi-materi keislaman,

sehingga kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan ajaran islam

kepada anak-anak sejak usia dini untuk kemudian bisa diterapkan

ke kehidupan sehari-hari.

“Kami memang mengajarkan pelajaran-pelajaran

keislaman dalam bahasa melayu. Buku-buku yang kami

gunakan pun juga berbahasa melayu. Tidak ada buku

berbahasa Thailand yang mengajarkan mengenai keislaman.

Maka dari itu, kami mengajar dengan lebih banyak

menggunakan bahasa melayu. Sekaligus mengajarkan pada

anak-anak untuk bisa memahami bahasa melayu.”23

c. Pendidikan Akhlak dan Sosial

1) Makan bersama di kantin panti asuhan

Pukul 07.00 anak-anak sarapan pagi di kantin panti asuhan.

Pemilik panti asuhan mempekerjakan 3 orang sebagai juru masak

di kantin panti asuhan. Mereka bertugas memasak makanan untuk

anak-anak di panti asuhan. Semua biaya dapur bersumber dari

Mangshod Mahteh, pemilik lembaga Santiwit. Pengelolaan

keuangan dapur ditangani oleh adik dari pemilik panti asuhan yang

kemudian dimanfaatkan oleh 3 orang juru masak untuk mencukupi

kebutuhan makan anak-anak di panti asuhan.

Budaya baris sangat diterapkan di panti asuhan ini. Hal

inipun tergambar ketika hendak mengambil makan sarapan. Semua

anak-anak di panti asuhan harus membentuk barisan terlebih

23

Wawancara dengan Ustadz dari Narathiwat, salah seorang guru pengajar Tadika, pada

tanggal 7 September 2015

Page 26: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

dahulu, yang mana barisan anak putra dan anak putri terpisah. Hal

ini diakui oleh juru masak bertujuan agar anak-anak belajar untuk

bersabar, yakni dalam artian bersabar menunggu giliran.

“Kalau anak-anak tidak mau berbaris rapi, ya saya nggak

mau ngasih makan. Biar mereka belajar untuk rapi dan sabar.

Baru kalau barisan mereka sudah rapi, mereka bisa maju

satu-persatu maju mengambil makanan. Saya juga nggak

pernah ngasih lauk mereka banyak-banyak. Saya ngasihnya

secukupnya saja biar mereka belajar sederhana. Daripada

ngambil banyak tapi nggak habis, lebih baik ngambil

secukupnya. Baru nanti kalau kurang bisa nambah makanan

lagi.”24

Tidak jarang juru masak di panti asuhan tersebut memarahi

anak-anak yang tidak mau berbaris rapi dan meminta jatah makan

yang lebih, padahal belum tentu juga mereka menghabiskan

makanan tersebut. Sebelum anak-anak menyantap makanan yang

disajikan, terlebih dahulu mereka melafalkan doa sebelum makan

bersama-sama dengan dipimpin salah satu anak dan kemudian

ditirukan oleh anak-anak yang lain. Tidak hanya berdoa, mereka

juga melanjutkannya dengan sama-sama mengucapkan terimakasih

atas makanan yang sudah diberikan.

Seusai sarapan, mereka harus meletakkan piring makanan

mereka pada tempat cuci piring. Mereka tidak mencuci piring

sendiri, melainkan juru masak juga bertugas untuk mencuci piring

makan anak-anak. Untuk menjaga kebersihan kantin, maka

24

Wawancara dengan Kak Mah, salah satu juru masak di panti asuhan, pada tanggal 15

Agustus 2015

Page 27: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

beberapa anak bertugas untuk menyapu lantai kantin yang kotor

bekas tempat makan anak-anak.

Semua hal itupun juga berlaku ketika makan malam, yaitu

seusai shalat maghrib berjamaah.

2) Pemberian uang saku sekolah oleh pemilik lembaga Santiwit

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Mangshod Mahteh,

pemilik panti asuhan rutin memberi uang saku pada anak-anak asuh

di panti asuhan. Hal inipun dilakukan dengan cara berbaris. Anak-

anak membentuk barisan di depan rumah pemilik panti asuhan,

sedangkan pemilik panti asuhan berdiri di depan mereka kemudian

satu-persatu dari mereka mencium tangan pemilik panti asuhan

sebagai bentuk pamit pergi sekolah lantas mereka menerima uang

saku.

“Saya memang sengaja memberi uang saku pada anak-

anak setiap hari, agar mereka bisa berpamitan dengan saya

setiap hari ketika akan pergi ke sekolah. Saya tidak memberi

mereka uang saku banyak-banyak. Hanya 20 baht per anak

setiap harinya, terkadang juga 10 baht. Itu cukuplah untuk

jajan di sekolah. Saya ingin mengajari mereka hidup hemat

dan sederhana. Jadi, saya lebih suka memberi mereka uang

secukupnya tapi setiap hari daripada memberi banyak tapi

tidak rutin setiap hari.”25

3) Santunan dari pemilik lembaga Santiwit

Santunan dari pemilik lembaga Santiwit kepada anak-anak

asuh disana adalah berupa alat-alat untuk beribadah, seperti

mukena, sarung, dan baju muslim.

25

Wawancara dengan Mangshod Mahteh, pemilik lembaga Santiwit, pada tanggal 15

Agustus 2015

Page 28: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

“Anak-anak pasti suka jika diberi barang-barang baru.

Salah satu cara agar mereka semangat ibadah, semangat

shalat, semangat mengaji yaa dengan memberi mereka

mukena baru, baju muslim, dan sarung. Desain semuanya

juga sesuai dengan usia mereka yang masih kanak-kanak.

Setidaknya biar mereka ada semangat untuk ibadah.”26

Selain itu, ketika hari raya idul adha pemilik lembaga

Santiwit juga memberikan santunan kepada anak-anak asuh berupa

pembagian daging kurban kepada seluruh anak asuh disana. Ini

bertepatan dengan menjelang libur semester sekolah.

d. Pendidikan Keindahan (Estetika)

1) Penampilan nasyid oleh anak-anak asuh dalam acara-acara tertentu

Di lembaga Santiwit sudah tidak asing lagi dengan nasyid.

Dalam setiap acara-acara tertentu, pasti nasyid yang paling sering

ditampilkan oleh anak-anak asuh disana. Anak-anak usia kanak-

kanak seperti mereka tentunya sangat menyukai nyanyian. Nasyid

adalah lagu-lagu yang bernuansa islami. Di lembaga Santiwit

sering mengadakan kompetisi penampilan antar kamar di panti

asuhan. Orang tua asuh turut menyumbang ide penampilan apa

yang akan ditampilan oleh anak asuhnya. Seringkali nasyid lah

yang ditampilkan oleh mereka. Nasyid yang mereka nyanyikan

tentunya tidak menggunakan bahasa Thailand, akan tetapi bahasa

melayu. Nasyid yang dinyanyikan adalah tentang keislaman,

seperti tentang Allah, siroh hidup Rasulullah. Sebagian dari anak

26

Wawancara dengan Mangshod Mahteh pada tanggal 15 September 2015

Page 29: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

asuh mengaku faham akan isi dari lagu nasyid yang dinyanyikan,

meskipun menggunakan bahasa melayu. Akan tetapi, sebagian

yang lain mengaku hanya hafal saja tapi tidak sepenuhnya

memahami maksud dari lagu tersebut.

“Soalnya orang tua ummi saya kalau berbicara dengan

saya di rumah menggunakan bahasa melayu, jadi ya saya

faham isi lagu nasyid meskipun dengan bahasa melayu”.27

“Saya memang suka menyanyi kak, tapi ya kalau

nasyid dengan bahasa melayu ya faham tapi cuma sedikit.

Banyak nggak fahamnya. hehe”.28

2) Program kebersihan kamar

Program kebersihan kamar ini dilakukan setiap pagi.

Gambaran dari program ini adalah dengan merapikan dan menyapu

kamar. Meskipun masih dalam usia kanak-kanak, anak-anak

diajarkan untuk membiasakan membersihkan kamar mereka sendiri

dan merapikannya. Orang tua asuh memantau dan membantu anak-

anak dalam membersihkan kamar. Anak-anak diajarkan untuk

mementingkan kebersihan.

“Tidak mudah mengajarkan pada anak untuk

memperhatikan kebersihan. Mengajak mereka untuk

membersihkan kamarnya sendiri saja susah. Sering mereka

bermalas-malasan di pagi hari. Padahal tujuan dari program

ini adalah agar mereka sadar akan kebersihan sekaligus agar

mereka tidak tidur lagi setelah shalat shubuh.”29

27

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 9 September 2015 28

Wawancara dengan Nareeman Te’matma’, salah satu anak asuh, pada tanggal 9

September 2015 29

Wawancara dengan Ustadzah Masyithoh, salah satu orang tua asuh pada tanggal 13

Agustus 2015

Page 30: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Tidak hanya pada pagi hari saja, namun program kebersihan

kamar juga dilaksanakan pada sore hari. Gambaran dari program

ini sama, yaitu dengan merapikan dan menyapu kamar.

2. Hasil Islamic Parenting di Lembaga Santiwit, Chana Songkhla Thailand

a. Psikologis dan Mental

Sering sekali orang tua memberikan hadiah pada anak-anak asuh

yang berprestasi, baik sebagai bentuk stimulus maupun bentuk

penghargaan.

X : Dek, tadi kok dikasih permen sama Ustadzah Masyitoh?

Y : Hehe, iya kak. Soalnya aku tadi mengaji. Nggak usah disuruh

aku datang mengaji ke ustadzah sendiri, jadi dikasih permen

deh.

X : Besok-besok yang lebih rajin ya dek ngajinya

Y : Iya iya kak, hehe.30

Berhari-hari setelah itu penulis mengamati perubahan pada

Azam. Dia lebih rajin mengaji, bahkan ketika ustadzah datang dia

langsung menghampiri ustadzah. Meskipun terkadang, Azam masih

suka menagih permen ke ustadzah.

Selain itu, pengecekan tugas sekolah pada setiap anak seusai

sekolah juga membuahkan hasil. Sesuai dengan pengamatan penulis,

sepulang sekolah sekolah terkadang malah anak asuh yang

mendatangi ustadz dan ustadzah untuk belajar akan tugas sekolah

mereka. Meskipun masih banyak juga yang tidak begitu peduli akan

tugas sekolah.

30

Wawancara dengan Azam, salah satu anak asuh, pada tanggal 25 September 2015

Page 31: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

Selain itu, bentuk islamic parenting yang unik yaitu dengan

pemberian motivasi kehidupan ternyata memberi dampak yang positif

juga pada anak asuh. Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa ketika

anak-anak asuh diberi motivasi kehidupan, isak tangis mereka tumpah.

Motivasi yang berisi tentang orang tua tersebut mampu membuat anak

asuh menangis karena mengingat orang tua dan kewajiban yang harus

dilakukan pada orang tua. Selain itu, ketika bersalaman dengan orang

tua asuh tergambar bahwa mereka selalu mengucapkan terimakasih

dan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan mereka kepada orang tua

asuh.

b. Keimanan dan Semangat Keagamaan

Di lembaga Santiwit memang selalu melaksanakan shalat lima

waktu dengan berjamaah. Penulis juga melakukan wawancara

terhadap salah satu anak asuh di lembaga Santiwit mengenai shalat

berjamaah.

X : Dek, kalau mau berbaris pergi ke aula untuk shalat berjamaah

nunggu di cek sama ustadzah dulu ya?

Y : Kadang sih iya kak, soalnya masih males

X : Nggak takut dimarahin sama ustadzah?

Y : Ya takut lah kak. Dulu sih sering nunggu dimarahin dulu. tapi

sekarang udah bosen dimarahin trus, jadi ya pergi baris dulu

biar nggak kena marah.31

31

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 25 September

2015

Page 32: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Ustadz dan ustadzah mengecek satu persatu kamar di panti

asuhan untuk memastikan semua anak ikut shalat berjamaah. Anak-

anak lambat laun mau patuh dan mengikuti shalat berjamaah.

X : Pernah nggak dek telat datang jamaah shalat?

Y : Pernah kak, trus yang telat nggak boleh ikut jamaah. Semuanya

yang telat dikumpulin dulu, trus ditanya telat kenapa. Kadang

juga dihukum di depan teman-teman. Kadang-kadang disuruh

berjanji tidak mengulangi lagi, kadang juga disuruh skotjump.

Setelah itu, baru yang telat shalat berjamaah sendiri.

X : Malu nggak dek kalo dihukum kayak gitu?

Y : Malu lah kak, teman-teman pada ngetawain. Lagian juga capek

kak kalo hukumannya disuruh skotjump. Ya makanya sekarang

cepet-cepet kalo berangkat jamaah.32

Tidak jarang Ustadz Hasan menghukum mereka di depan anak-

anak yang lain untuk memberikan efek malu dan jera. Namun,

sesekali hukuman berupa skotjump diberikan kepada anak yang sering

sekali telat berjamaah shalat.

Anak-anak asuh di lembaga Santiwit dibiasakan untuk berdoa

setelah shalat, dan doa-doa harian lainnya. Setelah shalat berjamaah,

ustadz yang menjadi imam shalat melafalkan doa dan anak-anak asuh

mengamini. Namun, terkadang sistem yang lain diterapkan yaitu

dengan melafalkan doa dengan suara yang lantang untuk kemudian

ditirukan semua anak asuh.

X : Doa sesudah shalat dan doa kepada orang tua hafaal dek?

Y : Awalnya nggak hafal kak, soanya kalau di rumah nggak

pernah doa. Pas pertama disini juga belum hafal, tapi

karena Ustadz Hasan kadang kalau jadi imam shalat

32

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 25 September

2015

Page 33: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

berdoanya dengan suara yang keras. Seuanya mengikuti,

jadi lama-lama ya hafal dan terbiasa sendiri.33

Banyak hal-hal positif yang dilakukan secara bersama-sama

dengan tujuan agar semua anak terbiasa melakukan hal-hal yang

positif dan belajar dari yang lain. Seperti halnya berdoa sebelum

makan dan mengucapkan terimakasih atas nikmat makan yang telah

diberi. Itu semua dilakukan secara bersama-sama.

Selain itu, Ayah Mangshod Mahteh yang sesekali memberikan

santunan berupa alat-alat ibadah.

X : Seneng nggak dek dikasih Ayah mukena?

Y : Seneng lah kak, apalagi mukenaku sudah jelek. Malu kalo

mau pakai. Tapi kalau mukena baru jadi seneng pakainya.

Jadi semangat shalat juga sih, hehe.34

Setiap akhir pekan diadakan Tadika, yaitu bentuk kajian

keislaman yang diikuti oleh-oleh anak-anak mulai dari usia 5 tahun.

Karena memang suatu bentuk kajian keislaman, maka isi dari program

ini adalah pengajaran pelajaran-pelajaran agama, seperti tauhid,

akhlaq, sejarah, rumi, jawi.

X : Di Tadika diajarin apa aja dek?

Y : Banyak kak, ada tauhid, akhlak, sejarah nabi, doa-doa

harian

X : Seneng nggak dek ikut Tadika?

Y : Capek sih kak, pengen main. Kan akhir pekan waktunya

main

X : Tapi jadi ngerti ilmu agama kan?

33

Wawancara dengan Nareeman Te’matma’, salah satu anak asuh, pada tanggal 27

September 2015 34

Wawancara dengan Bismi Da’o, salah satu anak asuh, pada tanggal 29 September 2015

Page 34: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

Y : Iya sih kak. Soalnya diajarin doa-doa harian juga.

Pokoknya yang berhubungan dengan islam deh. 35

Tidak hanya di panti asuhan, di sekolah pun juga diwajibkan

untuk shalat berjamaah. Selain itu, Tadika juga tergambarkan di

sekolah. Di sekolah pun juga ada pengajaran pelajaran agama,

meskipun memang tidak terlalu mendalam.

c. Akhlak dan Sosial

Berbaris memang sudah dibudayakan di lembaga Santiwit,

mulai dari hendak shalat berjamaah, hendak mengambil makan,

sampai dengan hendak menerima uang saku dari Ayah Mangshod

Mahteh.

X : Suka dek baris-baris kayak gini?

Y : hehe, ya gimana lagi kak, daripada dimarahin gara nggak

baris

X : Takut dimarahin nih dek ceritanya?

Y : Ya iyalah kak. Kalau nggak antri katanya nggak dikasih

makan sama Kak Mah. Lagian kalau nyrobot barisan nanti

malah ribut sama temen-temen yang lain soalnya aku lihat

temen-temen malah bertengkar kalau ada yang nyrobot

barisan. Ya udah, aku sabar baris nunggu giliran aja kak.

kan tetep dapet makan juga. Toh mulai makannya juga

bareng-bareng, nggak ada yang lebih dulu makan.

X : Trus kalau pas baris pagi-pagi mau dikasih uang saku itu

gimana dek? temen-temen ada yang nyrobot juga nggak?

Y : Nggak ada yang berani kak. Soalnya pada takut sama

Ayah Mangshod. Jadi kalau baris pagi lebih rapi. hehe.36

35

Wawancara dengan Nareeman Te’matma’, salah satu anak asuh, pada tanggal 30

September 2015 36

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 26 September

2015

Page 35: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

Awalnya anak-anak asuh di Santiwit melaksanakan budaya baris

hanya karena itu sebuah peraturan.

X : Setiap pagi Ayah ngasih uang saku ya dek?

Y : Iya kak, Ayah uangnya banyak. Nggak pelit juga.

X : Seneng nggak dek sama orang yang nggak pelit kayak

Ayah?

Y : Ya seneng lah kak. Ayah itu emang nggak pelit kak,

meskipun kadang galak sih. hehe

X : Trus kalau Hamidah punya banyak uang, pengen berbagi

kayak Ayah gitu nggak?

Y : Pengen banget kak. Tapi kan sekarang aku nggak punya

banyak uang, jadi ya nggak seperti Ayah.37

Anak-anak asuh di lembaga Santiwit belajar akan

kedermawanan dari Ayah asuh disana sendiri.

Tidak hanya itu, bersalaman dan cium tangan dengan orang

yang lebih tua juga dibudayakan di lembaga Santiwit. Seusai shalat

berjamaah, seusai mengaji, ketika hendak berangkat ke sekolah,

bahkan ketika berpapasan di jalan pun pemandangan ini sering sekali

nampak. Bahkan, dengan penulis pun, anak-anak asuh disana sering

bersalaman dan cium tangan.

d. Keindahan (Estetika)

Tidak hanya dalam akhlak namun juga dalam hal keindahan,

yakni yang tergambar dalam budaya nasyid. Nasyid bukanlah hal yang

aneh lagi di lembaga Santiwit. Bahkan banyak dari anak-anak asuh

yang hafal lagu-lagu nasyid dalam bahsa melayu, meskipun tidak

37

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 26 September

2015

Page 36: ISLAMIC PARENTING DI PANTI ASUHAN SONGKHLA …digilib.uinsby.ac.id/5140/6/Bab 3.pdf · Mahteh bekerja sama dengan beberapa orang untuk mendirikan panti asuhan beserta sekolah. Mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

sepenuhnya mereka memahami maksud dari nasyid yang

dinyanyikannya.

X : Nasyid memang sudah jadi budaya ya dek di Santiwit?

Y : Iya kak. Nggak hanya di Santiwit, masyarakat muslim

juga sudah familiar dengan nasyid kok kak.

X : Tapi kan nasyid berbahasa melayu kan dek? Memangnya

semua faham maksudnya?

Y : Ya emang nggak seluruh lagu nasyid bisa difaham

maksudnya kak. Tapi kan setidaknya di dalamnya ada

nuansa keislaman. Jadi malah kadang kita bisa belajar

islam tapi dengan hal-hal yang kita suka ya dengan nasyid

ini kak. Misalnya kayak sejarah hidup nabi.38

Salah satu bentuk keindahan juga adalah keindahan lingkungan

berupa program kebersihan yang sangat diperhatikan oleh orang tua

asuh di Santiwit School.

X : Anak-anak nurut dek kalau disuruh bersih-bersih?

Y : Masih banyak yang males kak. Tapi mending lah kak

daripada nggak ada program kebersihan. Mungkin malah

nggak karu-karuan kamar-kamar kita. 39

38

Wawancara dengan Nareeman Te’matma’, salah satu anak asuh, pada tanggal 30

September 2015 39

Wawancara dengan Hamidah Awe, salah satu anak asuh, pada tanggal 26 September

2015