isi skripsi (dampak penggunaan sistem pemilu proporional daftar terbuka terhadap perilaku pemilih

87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maasalah Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara. Inti dari demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat”. Sistem pemerintahan yang demokratis seperti itulah yang tidak akan terhapus dari muka bumi. Dengan perkataan lain itulah sistem yang terbaik bagi masyarakat dimanapun mereka berada. Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui pemilu 1

Upload: almy-zarlis

Post on 19-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maasalah

Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap

rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau

pemerintahan rakyat. demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau

pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

Inti dari demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan

untuk rakyat”. Sistem pemerintahan yang demokratis seperti itulah yang tidak

akan terhapus dari muka bumi. Dengan perkataan lain itulah sistem yang

terbaik bagi masyarakat dimanapun mereka berada. Salah satu tonggak

utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui

pemilu

Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat baik di

tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, serta untuk

membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh

dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana

yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam

rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip

1

Page 2: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk

berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita

masyarakat Indonesia yang demokratis.

Secara umum dikenal empat rumpun sistem pemilu: pluralitas-mayoritas,

proporsional representatif, campuran antara pluralitas-mayoritas dan

proporsional, serta sistem lainnya. Keempat rumpun ini melahirkan

sedikitnya 12 sistem utama, dimana setiap sistem pemilu memiliki varian

masing-masing dan diterapkan secara berbeda di berbagai negara di dunia.

Dilihat dari variannya maka ada banyak sekali varian sistem pemilu sehingga

jumlahnya menjadi tidak terhitung. Kesemua varian tersebut diciptakan

dengan satu tujuan utama: menutupi kelemahan atau kekurangan dari

sebuah sistem pemilu dengan tetap mempertahankan kelebihan atau

kekuatannya. Sistem pemilu yang paling banyak digunakan di dunia saat ini

adalah proporsional representatif dengan daftar (list proportional

representative), diterapkan di 70 dari 213 negara di dunia. Sistem ini memiliki

beberapa varian, di antaranya daftar tertutup, daftar setengah terbuka, dan

daftar terbuka.

Pemilu legislatif yang baru saja berlangsung pada pilleg DPR, DPRD

Kabupaten/Kota pada tahun 2009 termasuk ke dalam varian proporsional

representatif dengan daftar terbuka. Pengertian terbuka atau tertutup

merujuk kepada ada atau tidak adanya kebebasan pemilih dalam

menentukan kandidat yang didukungnya

2

Page 3: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Pemilu legislatif tahun 2009 untuk memilih anggota legislatif Kota

Makassar dilaksanakan dengan format yang baru berbeda dengan pemilu

tahun 2004, untuk pertama kalinya penggunaan sistem pemilu untuk memilih

anggota legislatif menggunakan sistem pemilu proporsional daftar terbuka

dengan suara terbanyak, dimana sistem pemilu ini lebih mengedepankan

keterbukaan yaitu masyarakat bisa memilih sendiri caleg yang mereka

dukung. UU yang digunakan untuk pemilu tahun 2009 yaitu UU pemilu no. 10

tahun 2008 mengenai sistem pemilu legislatif DPR, DPD dan DPRD , sistem

pemilu yang digunakan untuk pemilu tahun 2009 adalah sistem proporsonal

dengan daftar terbuka.

Penetapan pemenang di dalam pemilu ini menggunakan sistem suara

suara terbanyak. Sehingga ambang batas perlemen yang semula digunakan

untuk DPR RI sebesar 2,5 % tidak diberlakukan untuk pemilu DPRD

Kabupaten/Kota.

Sistem proporsioanal daftar terbuka merupakan sistem pemilu yang

memberikan akses ke masyarakat untuk memilih sendiri caleg yang

didukungnya. Mempunyai drajat keterwakilan yang tinggi serta memilki

tingakat keadilan yang tinggi untuk caleg peserta pemilu.

Ada kelebihan dan ada kelemahan sistem pemilu proporsional daftar

terbuka yang dapat mempengaruhi perilaku memilih masyarakat, kelebihan

dari sistem proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak memiliki

kelebihan yang membuat masyarakat untuk dapat melihat serta menyeleksi

caleg-caleg yang tampil untuk dipilih oleh masyarakat sehingga dampaknya

3

Page 4: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

masyarakat dapat lebih selektif dan rasional didalam memilih caleg yang

didukung.

Sedangkan kelamahan sistem proporsional daftar terbuka yang dapat

mempengaruhi perilaku pemilih masyaralat ialah suara terbanyak

memberikan potensi para caleg menggunakan kekayaanya untuk melakukan

pendekatan-pendekatan finasial yang bertujuan untuk memperoleh suara

dan dukungan dari masyarkat, suara terbanyak jika dipandang dari sisi

keadilan keterwakilan untuk menetapkan caleg sangatlah adil, namun

dengan suara terbanyak pula dapat timbul perilaku caleg yang

mengandalkan modal untuk mempengaurahi massa. Sehingga akan muncul

pendukung-pendukung caleg yang gampang untuk dimobilisasi demi

kepentingan caleg. Pendektan finansial pula yang dapat melahirkan perilku

pemilih yang tidak sehat di tengah-tengah masyarakat pemberian-pemberian

yang diberikan oleh caleg sangat berpengaruh untuk masyarakat saat

memilih, sehingga yang Nampak ialah perilaku memilih yang tidak

berdasarkan idealisme serta pola pikir yang rasional dari masyarakat atau

singkatnya melahirkan perilaku pemilih yang pragmatis.

Pemilu merupakan ajang bagi masyarakat untuk menyeleksi caleg-caleg

yang mempunyai potensi serta kapasitas untuk mewakili aspirasi rakyat,

sudah seharusnya caleg yang menjadi wakil rakyat adalah orang-orang yang

mempunyai komitmen dan tanggung jawab yang besar terhadap

konstituenya, sehingga yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk memilih

4

Page 5: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

mana caleg yang terbaik dari sekian banyak caleg yang mengikuti pemilu.

Namun sangat mengkuatirkan apabila caleg yang dihasilakan pada saat

pemilu merupakan caleg yang lahir dari kampanye-kampanye finansial dan

pilihan-pilihan pragmatis pada saat pemilu. Pilihan-pilihan yang terjadi

dikrenakan pemberian dari claeg sehingga mengkesampingkan idealism

sendiri untuk memilih mana caleg yang terbaik untuk menyalurkan aspirasi.

Adanya perubahan sistem pada pemilu tahun 2009 mempunyai

konsekuensi terhadap perubahan perilaku pemilih juga. Jika sebelumnya,

para pemilih hanya memperhatikan parpol saja, dengan adanya perubahan

sistem ini, para pemilih juga bisa memperhatikan orang-orang yang

dicalonkan oleh parpol tersebut.Pemilu tahun 2009 untuk memilih anggota

DPRD Kab/Kota di laksanakan dengan cara atau format berbeda dari sistem

pemilu tahun 2004, dimana saat pemilu tahun 2004 masyarakat hanya dapat

memilih partai yang kemudian partai menentukan caleg berdasar nomor urut

sebagai wakil rakyat. Namun dipemilu tahun 2009 pemenang ditetapkan

dengan suara terbanyak tidak hanya itu pada saat pemilu masyarakat selain

dapat memilih partai politik juga dapat memilih orang perorang.

Dari latar belakang yang penulis telah uraikan diatas maka penulis

bermaksud untuk melihat fenomena perilaku memilih masyarakat pada saat

pemilu legislatif Kota Makassar tahun 2009 berdasarkan kelebihan dan

kelemahan dari sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara

terbanyak.

5

Page 6: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengajukan

rumusan masalah yaitu :

a. Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari sistem pemilu proporsional

daftar terbuka dengan suara tebanyak terhadap perilaku pemilih

masyarakat pada pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Makassar.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.a. Penelitian ini bertujuan :1. Untuk mengetahui serta menganalis secara ilmiah bagaimana

kelebihan dan kelemahan sistem pemilu proporsional daftar terbuka

dengan suara terbanyak terhadap perilkau pemilih masyarakat Kota

Makassar pada pilleg tahun 2009.

b. Kegunaan Penelitian.

1. Manfaat Toeritis

a. Memperkaya literatur serta bahan kajian ilmu politik dalam upaya

perkembangan keilmuan.

b. Menggambarkan fenomena sosial-politik yang ada.

c. Menggambarkan secara ilmiah kelebihan dan kelemahan sistem

pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak terhadap

perilkau pemilih masyarakat pada pemilu legislatif Kota Makassar

Tahun 2009.

d. Penilitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pembelajaran di

penelitian-penelitian berikutnya. Terkait kelebihan dan kelemahan

sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak dan

6

Page 7: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

perilaku pemilih masyarakat pada pemilu legislatif Kota Makassar

tahun 2009.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai salah satu prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana Ilmu

Politik.

b. Sebagai sarana pengembangan ilmu bagi penulis secara pribadi.

c. Diharapkan penelitian ini bisa membantu masyarakat di dalam

memahami sistem pemilu proporsioanal daftar terbuka dengan suara

terbanyak serta mengetahui kelebihan dan kelemahan dari sistem ini.

7

Page 8: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembahasan ini penilus akan menguraikan dua aspek. pertama:

teori perilaku pemilih. kedua: teori pemilu, fungsi pemilu, asas-asas pemilu

dan sistem pemilihan umum proporsional daftar terbuka. Kedua aspek ini

akan diuraikan lebih lanjut.

A. Pemilihan Umum

Bagi bangsa Indonesia, Pemilihan Umum (pemilu) merupakan sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Memilu Pemilu yang

digelar itu, rakyat berharap dapat memilih wakil-wakil mereka yang mampu

membawa perubahan kearah kehidupan yang lebih baik.

Pemilu di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955. Yaitu

pada tanggal 29 september 1955 untuk memilih anggota parlemen dan

tanggal 15 desember 1955 untuk memilih anggota majelis konstituante.

Pemilu sebagai salah satu kegiatan politik terbut pernah berhenti beberapa

tahun; dan baru dihidupkan kembali pada tahun 1971 untuk memilih wakil-

wakil rakyat di lembaga legislatif. Pemilu terakhir diselenggarakan pada 2009

untuk memilih anggota Legislatif yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), Anggota dewan Perwakilan Daerah (DPD), anggota Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten dan kota serta presiden dan wakil

presiden.

8

Page 9: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

1. Pengertian Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah jalan lurus untuk mewujudkan kedaulatan

rakyat yang sesungguhnya. Bagi Indonesia khususnya paska amandemen

UUD 1945, pelaksanaan pemilu bukan lagi sekadar rutinitas politik dan

aksesoris demokrasi. Namun seiring dengan era reformasi, pemilu telah

menjadi agenda nasional yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi krisis

kenegaraan dan kebangsaan yang nyaris mengancam keutuhan wilayah

negara Kesatuan Republik Indonesia (Ali, 2005: 12).

Pemilihan umum merupakan kesempatan bagi warga negara untuk

memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka

inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam membuat keputusan

itu warga negara menentukan apakah yang sebenarnya mereka inginkan

untuk dimiliki (Sofiah, 2001: 12). Dengan demikian pemilihan umum

merupakan suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang

akan mewakili rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan.

Dalam UU No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD, dan DPRD disebutkan bahwa Pemilihan umum merupakan

sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945.

Proses Pemilu yang bebas, jujur dan adil dapat mewujudkan tatanan

suatu negara yang aman, adil dan sejahtera. Pemilu dapat juga diartikan

9

Page 10: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

sebagai akad antara rakyat dan pemimpinnya, dimana rakyat

mempercayakan suaranya pada para pemimipin yang dipilihnya.

2. Tujuan dan Fungsi Pemilu

Secara umum Pemilu memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Melaksanakan kedaulatan rakyat.

b. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat.

c. Untuk memilih Presiden, Wakil Presiden, dan wakil-wakil rakyat

yang duduk di DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten /

Kota.

d. Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara damai,

aman, dan tertib (secara Konstitusional).

e. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

Pemilu tidak hanya berfungsi untuk mengganti para pemimpin,

tetapi juga berfungsi sebagai :

a. Media bagi rakyat untuk menyuarakan pendapatnya.

b. Mengubah kebijakan.

c. Mengganti pemerintahan.

d. Menuntut pertanggungjawaban.

e. Menyalurkan aspirasi lokal.

Pemilu memiliki makna yang strategis dalam proses

berdemokrasi antara lain:

a. Pemilu menunjukkan seberapa besar dukungan rakyat kepada

pejabat atau partai politik.

10

Page 11: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

b. Sarana bagi rakyat untuk melakukan kesepakatan politik baru

dengan partai, wakil rakyat dan penguasa.

c. Sebagai sarana mempertajam kepekaan pemerintah dan anggota

legislatif terhadap aspirasi rakyat.

3. Asas Pemilu

Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur dan adil (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2008).

a. Asas Langsung, berarti setiap pemilih secara langsung

memberikan suaranya tanpa perantaraan dan tingkatan.

b. Asas Umum, berarti pemilihan berlaku menyeluruh bagi semua

warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan tanpa

diskriminasi.

c. Asas Bebas, berarti warga negara yang berhak memilih dapat

menggunakan haknya dan dijamin keamanannya melakukan

pemilihan menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh,

tekanan, dan paksaan dari siapapun dan dengan cara apapun.

d. Asas Rahasia, berarti setiap pemilih dijamin tidak akan diketahui

oleh siapapun dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya.

e. Asas Jujur, berarti bahwa dalam penyelenggaraan Pemilu,

penyelenggara/ pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta

Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu termasuk pemilih, serta

semua pihak yang terlibat secara langsung, harus bersikap dan

11

Page 12: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

f. Asas Adil, berarti setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu

mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan

pihak manapun.

4. Sistem Pemilu Legislatif

a. Pemilu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota Pada

tahap pemilihan ini, sistem Pemilu yang digunakan adalah Sistem

Proposional Dengan Daftar Calon Terbuka (Pasal 5 ayat 1 UU No.

10 Tahun 2008). Artinya, pemilih diberi kesempatan untuk

mencoblos partai sekaligus mencoblos satu nama calon di bawah

tanda gambar partai politik peserta Pemilu dalam surat suara.

b. Pemilu anggota DPD, Sistem Pemilu yang digunakan adalah

Sistem Distrik Berwakil Banyak (Pasal 5 ayat 2 UU No. 10 Tahun

2008). Kartu suara memuat nama dan foto calon perseorangan

DPD untuk setiap daerah pemilihan dan pemilih diperbolehkan

untuk mencoblos satu calon DPD yang ada dalam surat suara.

5. Penyelenggaraan Pemilu 2009

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 pasal 22 E ayat 5, “Pemilihan Umum diselenggarakan

oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap dan

mandiri ”.

12

Page 13: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

1. Sifat Nasional dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara

mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Sifat Tetap artinya bahwa KPU sebagai lembaga menjalankan

tugasnya secara berkesinambungan, meskipun anggotanya

dibatasi oleh masa jabatan tertentu.

3. Sifat Mandiri dimaksudkan bahwa dalam menyelenggarakan dan

melaksanakan Pemilu, KPU bersikap mandiri dan bebas dari

pengaruh pihak manapun, disertai dengan transparansi dan

pertanggungjawaban yang jelas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pemilu legislatif tahun 2009 diselenggarakan pada tanggal 9

April 2009 untuk memilih DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten/ Kota (sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 5 April,

namun kemudian diundur).

6. Hak Pilih Aktif

Hak pilih aktif adalah hak setiap warga negara yang telah memenuhi

syarat-syarat tertentu untuk memilih anggota-anggota yang akan duduk

dalam suatu badan perwakilan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mempunyai hak

memilih menurut pasal 13 UU RI No.10 tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah:

a. Telah berusia 17 tahun sudah/ pernah kawin

b. Terdaftar sebagi pemilih

13

Page 14: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

c. Tidak sedang terganggu jiwa/ ingatannya

d. Tidak sedang di cabut hak pilihnya berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

A. Sistem Pemilihan Umum

Dalam Ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum,

akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu :

a. Single-member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu

wakil biasanya disebut sistem Distrik)

b. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa

wakil biasanya dinamakan proportional represenstation atau sistem

perwakilan berimbang)1.

a. Sistem Distrik (Single Member Constituency)

Sistem ini merupakan sistem pemilihan dimana suatu daerah

pemilihan memiliki satu wakil. Disini wilayah Negara dibagi dalam sejumlah

besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam DPR ditentukan dalam jumlah

distrik. Calon yang dianggap menang adalah calon yang dalam satu distrik

memperoleh suara yang terbanyak, sedangkan suara-suara yang ditujukan

kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak

diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecil selisih kekalahannya. Jadi tidak ada

sistem menghitung suara lebih dalam sistem pemilu distrik.

b. Sistem Proporsional (Multi Member Constituency)

1 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia, 1983, hal. 177.

14

Page 15: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Sistem pemilu proporsional sering juga disebut sebagai sistem pemilu

multi member constituency atau sistem perwakilan berimbang. Sistem

pemilihan proporsional adalah sistem pemilu di mana kursi yang terisi di

Lembaga Legislatif Pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilu, dibagikan

pada partai-partai politik yang turut dalam pemilu tersebut sesuai dengan

imbangan suara yang diperolehnya dalam pemilih.

Secara konseptual, perwakilan politik berawal dari pemilihan umum.

Artinya, pemilihan umum yang diadakan merupakan proses seleksi pimpinan

akan menumbuhkan rasa keterwakilan politik di kalangan masyarakat luas.

Dan akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negara oleh sebab

itu dibentuklah badan perwakilan rakyat yang membuat Undang-Undang,

menyusun Anggaran Penerimaan Belanja Negara, mengawasi pelaksanaan

Undang-Undang dan penerimaan serta penggunaan anggaran negara.

Sistem ini merupakan sistem pemilihan dimana jumlah kursi yang

diperoleh oleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah

suara yang diperolehnya. Negara dianggap sebagai suatu daerah pemilihan

yang besar, akan tetapi untuk keperluan teknis-administratif dibagi ke dalam

beberapa daerah pemilihan yang besar, dimana setiap daerah pemilihan

memilih sejumlah wakil penduduk dalam daerah pemilihan itu.

Dalam sistem ini setiap suara dihitung, dalam arti suara lebih yang

diperoleh partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat

ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu

dalam daerah.

15

Page 16: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

1. Sistem Pemilu Reprentasi Proporsional Daftar (List Proporsional

Representation)

Sistem ini di sebut juga sebagai sistem pemilihan multi-member

constituency atau sistem perwakilan berimbang, dengan menggunakan

distrik wakil majemuk, jumlah wakil majemuk, jumlah wakil yang terpilih untuk

suatu distrik ditentukan oleh presentase suara sah yang diraih oleh partai

politik.2

Sistem pemilihan umum proporsional adalah sistem pemilihan umum di

mana kursi yang tersedia di parlemen pusat untuk diperebutkan dalam suatu

pemilihan umum, dibagikan kepada partai-partai /golongan-golongan politik

yang turut dalam pemilihan tersebut sesuai dengan imbangan suara yang

diperolehnya dalam pemilihan umum yang bersangkutan.

Untuk kepentingan ini suatu perimbangan misalnya 1:400.000 yang

berarti sejumlah 400.000 pemilih mempunyai wakil di parlemen. Negara

dianggap sebagai suatu daerah pemilihan dan setiap Negara di hitung dalam

arti bahwa suara yang diperoleh dalam suatu daerah dapat ditambahkan

dengan suara yang diperoleh dari daerah lainya, sehingga besar

kemungkinan setiap organisasi peserta pemilu memperoleh kursi/wakil di

parlemen pusat.3

Karena luasnya wilayah suatu Negara atau banyaknya jumlah penduduk

yang turut dalam suatu ppemilihan dewasa ini, dalam sistem proporsional

sering dibentuk daerah pemilihan. (bukan distrik pemilihan) dimana wilayah

2 Toni Adrianus Pito S.IP,Teori-Teori Politik, 20063 opcit

16

Page 17: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Negara dibagi atas daerah pemilihan. Tetapi sama dengan aslinya dengan

memperhitungkan wilayah, jumlah penduduk dan faktor-faktor politik .lainya,

kursi yang tersedia di parleman pusat yang akan diperebutkan dalam suatu

daerah pemilihan umum harus lebih dahulu dibagikan kedaerah-daerah

pemilihan umum, tetapi jumlah kursi yang diperebutkan ini tidak boleh satu

untuk daerah pemilihan, harus lebih dari satu sesuai dengan namanya multi-

member contituensy. Pemenang dari satu daerah pemiliha harus lebih dari

satu orang.

Sistem proporsonal memiliki beberapa varian, misalnya sistem pemilu

proporsional menggunakan daftar tertutup, terbuka, daftar bebas. Kata daftar

terbuka dan tertutup dapat diartikan adanya kebebasan pemilih untuk

memilih wakil caleg yang di sukai oleh masyarakat.

1. Daftar tertutup . kursi yang dimenangkan partai politik diisi dengan

kandidat-kandidat sesuai dengan rangking mereka dalam daftar

kandidat, yang ditentutkan oleh partai. Biasanya hanya nama partai

yang dimunculkan dalam surat suara dalam sebuah distrik jamak,

meskipun urutan kandidat-kandidat dalam daftar partai biasanya

diumumkan dan biasanya tidak diubah setelah tanggal nominasi

ditentukan. Oleh karena itu, partai politik memilki kekuasaan yang

cukup besar dalam penentuan kandidat partai yang terpilih untuk

mengisi kursi-kursi yang tersedia. Dalam hal ini para kandidat memiliki

keterikatan tertentu dengan partai dan pemimpinya atau pada pra-

pemilihan terikat pada pimpinan sayap partai yang bersangkutan

17

Page 18: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

2. Daftar terbuka. Pemilih memilih partai politik yang mereka sukai dan

dalam partai tersebut, juga memilih kandidat yang mereka ingnkan untuk

mengisi kursi yang dimenangkan oleh partai tersebut. Biasanya, jumlah

kandidat dalam daftar partai yang ditampilkan dalam surat suara adalah

dua kali jumlah kursi yang tersedia. Dengan sistem ini ada kemungkinan

untuk mengubah urutan kandidat di dalam daftar calon. Para pemilih

secara umum dapat memilih kandidat-kandidat dalam daftar kandidat

suatu partai sebanyak kursi yang tersedia

3. Daftar bebas. Setiap partai menentukan daftar kandidatnya, dengan

partai dan kandidat ditampilkan terpisah dalam surat suara. Pemilih

dapat memilih dari daftar partai sebagaimana adanya atau mencoret

atau mengulangi nama, membagi pilihan mereka di antara daftar-daftar

partai atau memilih nama dari daftar manapun dengan membuat daftar

mereka sendiri dalam sebuah surat suara kosong.

B. Perilaku Pemilih (Voting Behavior)

Penulis menggunkan teori perilaku pemilih agar kulaifikasi dari sikap

serta oreintasi masyarakat didalam memilih dapat dikarakteristikkan

berdasar tiga pendekatan yang penulis pakai yaitu : pendekatan sosiologis,

pendekatan psikologis dan pendkatan pilihan rasional.

Perilaku merupakan sifat alamiah manusia yang membedakannya atas

manusia lain, dan menjadi ciri khas individu atas individu yang lain. Dalam

konteks politik, perilaku dikategorikan sebagai interaksi antara pemerintah

18

Page 19: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

dan masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah, dan diantara kelompok dan

individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan,

dan penegakkan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.

Ditengah masyarakat, individu berperilaku dan berinteraksi, sebagian

dari perilaku dan interaksi dapat ditandai akan berupa perilaku politik, yaitu

perilaku yang bersangkut paut dengan proses politik. Sebagian lainnya

berupa perilaku ekonomi, keluarga, agama, dan budaya. Termasuk kedalam

kategori ekonomi, yakni kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa,

menjual dan membeli barang dan jasa, mengkonsumsi barang dan jasa,

menukar, menanam, dan menspekulasikan modal. Namun, hendaklah

diketahui pula tidak semua individu ataupun kelompok masyarakat

mengerjakan kegiatan politik.4.

Memilih ialah suatu aktifitas yang merupakan proses menentukan

sesuatu yang dianggap cocok dan sesuai dengan keinginan seseorang atau

kelompok, baik yang bersifat eksklusif maupun yang inklusif.

Memilih merupakan aktifitas menentukan keputusan secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut Surbakti (tahun:1992) menilai perilaku

memilih ialah keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum

merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah

memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum5

Perilaku pemilih merupakan realitas sosial politik yang tidak terlepas

dari pengaruh faktor eksternal dan internal. Secara eksternal perilaku politik

4 Ramlan Surbakti “Memahami Ilmu Politik”, hal 15 PT.Grasindo, Jakarta 1992.5 Ibid, hal 145

19

Page 20: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai dari lingkungannya, sedangkan

secara internal merupakan tindakan yang didasarkan atas rasionalitas

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pemilih. Misalnya

saja isu-isu dan kebijakan politik, tetapi pula sekelompok orang yang memilih

kandidat karena dianggap representasi dari agama atau keyakinannya,

sementara kelompok lainnya memilih kandidat politik tertentu karena

dianggap representasi dari kelas sosialnya bahkan ada juga kelompok yang

memilih sebagai ekspresi dari sikap loyal pada ketokohan figur tertentu.

Sehingga yang paling mendasar dalam mempengaruhi perilaku pemilih

antara lain pengaruh elit, identifikasi kepartaian sistem sosial,media massa

dan aliran politik.

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial

dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang

cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial

ini misalnya berdasarkan umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan), agama dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan cukup

menentukan dalam membentuk perilaku pemilih. Untuk itu, pemahaman

terhadap pengelompokan sosial baik secara formal seperti keangggotaan

seseorang didalam organisasi keagamaan, organisasi profesi, kelompok-

kelompok okupasi dan sebagainya, maupun kelompok informal seperti

keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya. Ini

20

Page 21: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

merupakan sesuatu yang vital dalam memahami perilaku politik, karena

kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam bentuk sikap,

persepsi dan orientasi seseorang. Jadi bisa dikatakan bahwa keangotaan

seseorang kepada kelompok-kelempok soisal tertentu dapat mempengaruhi

seseorang didalam menentukan pilihnaya pada saat pemilu. Hal ini tidak

terlepas dari seringnya anggota kelompok, organisasi profesi dan kelompok

okupasi berinteraksi satu sama lain sehingga timbulnya pemikiran-pemikiran

untuk mendukung salah satu dari caleg yang mengikuti pemilu.

Gerald pomper merinci pengaruh pengelompokan sosial dalam kajian

voting behavior ke dalam 2 variabel yaitu predisposisi (kecendrungan) sosial

ekonomi pemilih dan keluarga pemilih. Apakah preferensi politik ayah atau

ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak, sedangkan predisposisi

sosial ekonomi berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial,

karakteristik demografis dan sebagainya.6

Hubungan antara agama dengan perilaku pemilih nampaknya sangat

mempengaruhi dimana nilai-nilai agama selalu hadir didalam kehidupan

privat dan public dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan

pribadi para pemilih. Di kalangan partai politik, agama dapat melahirkan

dukungan politik dari pemilih atas dasar kesamaan teologis, ideologis,

solidaritas dan emosional. Fenomena partai yang berbasis agama dianggap

menjadi daya tarik kuat dalam preferensi politik.

6 A.Rahman Zainuddin, hal.47-48

21

Page 22: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Dalam literatur perilaku pemilih, aspek agama menjadi pengamatan

yang penting. Pemilih cenderung untuk memilih partai agama tertentu yang

sesuai dengan agama yang dianut. Di Indonesia faktor agama masih

dianggap penting untuk sebahagian besar masyarakat. Misalnya seorang

muslim cenderung untuk memilih partai yang berbasis Islam dan sebaliknya

seorang non-muslim cenderung untuk memilih partai non-muslim.7

2. Pendekatan psikologis

Psikologi adalah ilmu sifat, dimana fungsi-fungsi dan fenomena pikiran

manusia dipelajari. Setiap tingkah laku dan aktivitas masyarakat dipengaruhi

oleh akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku

masyarakat umum sehingga ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan

psikologi.8

Pendekatan ini muncul merupakan reaksi atas ketidakpuasan mereka

terhadap pendekatan sosiologis. Secara metodologis, pendekatan sosiologis

dianggap sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah

indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi

terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk memperjelaskan perilaku

pemilih. Disini para pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh

kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari

proses sosialisasi, artinya sikap seseorang merupakan refleksi dari

7 Dikutip dari Sulhardi, Political Psycology Socialization, and culture, http://pangerankatak.blogspot.com/2008/04/governing-intoduction-to-political, 28 April 2008 8 Suhardi, Op.Cit.

22

Page 23: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

kepribadian dan merupakan variabel yang menentukan dalam

mempengaruhi perilaku politiknya. Pendekatan psikologis menganggap sikap

sebagai variabel utama dalam menjelaskan perilaku politik. Hal ini

disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri, menurut Greenstein ada 3 yakni:

1. Sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya penilaian terhadap objek

diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang

tersebut.

2. Sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya seseorang bersikap

tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak

sama dengan tokoh yang diseganinya atau kelompok panutan.

3. Sikap merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri, artinya

sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin

atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan

dan eksternalisasi diri.

Namun, sikap bukanlah sesuatu hal yang cepat terjadi, tetapi terbentuk

melalui proses yang panjang, yakni mulai dari lahir sampai dewasa. Pada

tahap pertama, informasi pembentukan sikap berkembang dari masa anak-

anak. Pada fase ini, keluarga merupakan tempat proses belajar. Anak-anak

belajar dari orangtua menganggap isu politik dan sebagainya. Pada tahap

kedua, adalah bagaimana sikap politik dibentuk pada saat dewasa ketika

menghadapi situasi di luar keluarga. Tahap ketiga, bagaimana sikap politik

dibentuk oleh kelompok-kelompok acuan seperti pekerjaan, gereja, partai

politik dan asosiasi lain.

23

Page 24: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Melalui proses sosialisasi ini individu dapat mengenali sistem politik yang

kemudian menentukan sifat persepsi politiknya serta reaksinya terhadap

gejala-gejala politik di dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah.

Sosialisasi bertujuan menungkatkan kualitas pemilih.

3. Pendekatan Pilihan Rasional

Dua pendekatan terdahulu secara implisit atau eksplisit menempatkan

pemilih pada waktu dan ruang kosong. Dimana pendekatan tersebut

beranggapan bahwa perilaku pemilih bukanlah keputusan yang dibuat pada

saat menjelang atau ketika berada dibalik suara, tetapi sudah ditentukan jauh

sebelumnya, bahkan jauh sebelum kampanye dimulai. Karakteristik

sosiologis, latar belakang keluarga, pembelahan kultural, identifikasi partai

melalui proses sosialisasi,pengalaman hidup, merupakan variabel yang

secara sendiri-sendiri mempengaruhi perilaku politik seseorang. Ini berarti

variabel lain menentukan atau ikut menentukan dalam mempengaruhi

perilaku pemilih. Ada faktor situasional yang ikut mempengaruhi pilihan

politik seseorang. Dengan begitu para pemilih bukan hanya pasif tetapi juga

aktif, bukan hanya terbelenggu oleh karakteristik sosiologis tetapi bebas

untuk bertindak. Faktor situasional ini bisa berupa isu-isu politik pada

kandidat yang dicalonkan.

Perilaku pemilih tidak harus tetap atau sama, karena karakteristik

sosiologis dan identifikasi partai dapat berubah-ubah sesuai waktu dan

peristiwa-peristiwa politik tertentu. Dengan begitu, isu-isu politik menjadi

pertimbangan yang penting dimana para pemilih akan menentukan pilihan

24

Page 25: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

berdasarkan penilaian terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan.

Artinya para pemilih (masyarakat) dapat menentukan pilihannya berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan rasional.9

Pendekatan pilihan rasional mencoba menjelaskan bahwa kegiatan

memilih sebagai kalkulasi untung dan rugi yang di pertimbangkan tidak

hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi

hasil yang di harapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan

yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak

mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah.

Bagi pemilih, pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat

keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat

keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memillih10.

Beberapa pendekatan diatas sama-sama berasumsi bahwa memilih

merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan

dari pihak lain. Namun, dalam kenyataan di Negara-negara berkembang

perilaku memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana

disebutkan oleh beberapa pendekatan diatas, tetapi dalam banyak hal justru

ditentukan oleh tekanan kelompok, intimidasi, dan paksaan dari kelompok

atau pemimpin tertentu.

C. Kerangka Pemikiran.

9 Ibid., h. 50-52 10 Surbakti ramlan. Memahami ilmu politik. Gramedia widiasarana Indonesia. Jakarta Hal 146

25

Page 26: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih hadir ketika seseorang mengikuti pemilu dan

menjatuhkan pilihan kepada salah seorang kontestan pemilu . ada berbagai

macam motivasi bagi seseorang di dalam memilih caleg, apakah melalui

pertimbangan yang rasional berdasrkan kesamaan agama, suku atau

pertimbangan ekonomi . Hal itulah yang menjadi latarbelakang seseorang di

dalam menentukan pilihan.

Adanya perubahan sistem pada pemilu tahun 2009 mempunyai

konsekuensi terhadap perubahan perilaku pemilih juga. Jika sebelumnya,

para pemilih hanya memperhatikan parpol saja, dengan adanya perubahan

sistem ini, para pemilih juga bisa memperhatikan orang-orang yang

dicalonkan oleh parpol tersebut.Pemilu tahun 2009 untuk memilih anggota

DPRD Kab/Kota di laksanakan dengan cara atau format berbeda dari sistem

pemilu tahun 2004, dimana saat pemilu tahun 2004 masyarakat hanya dapat

memilih partai yang kemudian partai menentukan caleg berdasar nomor urut

sebagai wakil rakyat. Namun dipemilu tahun 2009 pemenang ditetapkan

dengan suara terbanyak tidak hanya itu pada saat pemilu masyarakat selain

dapat memilih partai politik juga dapat memilih orang perorang.

Masyarakat mempunyai kebebasan menentukan caleg sehingga menurut

penulis Sebagai implikasi dari kebebasan dalam menentukan wakil mereka

dalam pemilu adalah masyarakat tidak terfokus lagi terhadap partai politik

akan tetapi masyarakat akan memilih caleg yang menjdi peserta di dalam

26

Page 27: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM

PEMILU PROPORSIONAL DAFTAR TERBUKA DENGAN SUARA

TERBANYAK

a. Pilihan masyarakat saat pemilu semakin banyak, sehingga masyarakat bisa memilih dengan selektif.

b. dengan suara terbanyak membuka peluang bagi caleg untuk melakukan pendekatan finansial demi mendapatkan suara pemilih sebanyak-banyaknya.

Perilaku Pemilih

Pemilih Masyarakat.

PERILAKU

PEMILIH

PENDEKATAN PERILAKU PEMILIH.

1. PENDEKATAN SOSIOLOGIS

2. PENDEKATAN PILIHAN RASIONAL

3. PENDEKATAN PSIKOLOGI.

pemilu sehingga munculnya berbagai kemungkinan variasi motivasi pemilih

dalam menentukan pilihannya.

Penulis menyusun Skema kerangka pikir seperti di bawah ini :

D. Skema Kerangka Pikir

Gambar : 1.1

27

Page 28: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bagian metode penelitian akan menguraikan tentang perangkat-

perangkat penelitian mulai dari pemilihan lokasi penelitian, tipe dan dasar

penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data serta konsep operasional

yang akan sangat membantu dalam kelangsungan penelitian.

A. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi penelitian berada di kota Makassar. Penulis memilih Kota

Makassar sebagai lokasi penilitian dikarenakan tingkat pluralitas masyarakat

yang beragam dan tingkat dinamika politik yang tinggi baik di pemerintahan

ataupun di masyarakat sehingga Kota Makassar bisa dikatakan sebagai

barometer politik di Sulawesi Selatan.

B. Tipe Penelitian dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu melihat

perilaku pemilih masyarakat Kota Makassar tahun 2009 di dalam

penggunaan sistem pemilu proporsional daftar terbuka, peneliti melakukan

penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau unit sosial selama

kurun waktu tertentu. Mengingat unit yang akan ditelaah dalam jumlah besar

maka fokus perhatian penelitian hanya ditujukan ke beberapa variabel saja.

Artinya individu atau kelompok yang diambil sebagai sampel penelitian, bisa

mewakili populasi individu atau kelompok yang diteliti (representative). Studi

28

Page 29: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil

seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial

lainnya. Dasar penelitian yang akan digunakan dalam melakukan penelitian

ini adalah metode kualitatif.

C. Sember Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan atau di daerah

penelitian data primer merupakan data yang belum diolah atau data mentah

berupa hasil wawancara dengan berbagai key informan yaitu hasil

wawancara dengan A. Ali Armunanto S.ip M.Si mengenai kelebihan dan

kelemahan dari sistem pemilu proporsional, Wawancara dengan Nurmal

Idrus S.E serta Drs. M. Yusuf Pani M.Si mengenai proses penetapan

pemenang pilleg dan yang terakhir wawancara dengan  Ir. H.A.M. Adil Patu,

M.Pd dan Anwar Razak A.Sos mengenai sistem pemilu proporsional daftar

terbuka serta kecendrungan perilaku memilih masyarakat Kota Makassar,

data ini diperoleh melalui tekhnik wawancara langsung.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

dengan cara membaca buku, literatur-literatur, jurnal, koran dan berbagai

informasi lainya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data

sekunder ini dimaksudkan sebagai data penunjang guna melengkapi data

primer.

29

Page 30: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap proses penelitian, pengumpulan data bertujuan untuk

mengungkapkan fakta mengenai perihal yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam

penelitian ini digunakan beberapa metode yang dijadikan acuan untuk

mengumpulkan data, yaitu sebagai berikut :

a. Wawancara

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara langsung

dan mendalam. Dimana peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan

yang berhubungan dengan focus masalah di dalam skripsi ini yaitu

bagaimana fenomena perilaku pemilih masyarakat Kota Makassar ketika

penggunaan sistem pemilu proporsional daftar terbuka di gunakan. Dalam

teknik pengumpulan data ini guna memperoleh data maka Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan, adapun yang menjadi narasumber atau informan yakni

Akademisi, Dr. Muhammad M.Si dan A. Ali Armunanto S.ip M.Si, Anggota

KPUD Kota Makassar, Nurmal Idrus S.E, KOPEL (Komite Pemantau Pemilu)

Anwar Razak S.Sos dan tokoh masyarakat Kota Makassar,  Ir. H.A.M. Adil

Patu, M.Pd.

b. Studi Pustaka (Library Research)

30

Page 31: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Selain melakukan wawancara penulis juga melakukan teknik

pengumpulan data studi pustaka, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang

berdasarkan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

Dengan membaca sumber-sumber literatur yang ada kaitannya dengan

masalah penelitian ini. berupa buku-buku, jurnal, artikel, majalah, surat-

kabar, opini, dan informasi tertulis lainnya.

E. Informan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan

penelitian, maka penulis akan mencari data dan informasi dari informan

berikut :

a. Akademisi

Penulis akan mengambil akademisi sebagai key informan, A. Ali

Armunanto S.Ip M.Si diharapkan dengan berdiskusi bersama beliau penulis

dapat lebih jauh memahami mengenai sistem pemilu proporsional daftar

terbuka serta melihat kelebihan dan kelemahan dari sistem pemilu

tersebut.yang dapat mempengaruhi perilaku pemilih.

b. Anggota KPUD Kota Makassar

KPUD Kota Makassar sebagi pihak penyelangrara pemilu di Kota

Makassar sangat di butuhkan oleh peneliti didalam memperoleh jumlah

pemilih di Kota Makassar, mengetahui proses penetapan caleg yang terpilih,

serta penulis ingin berdiskusi langsung dengan staf ataupun pengurus KPUD

31

Page 32: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Kota Makassar Yaitu. Nurmal Idrus. SE dan Kasubag Teknis dan Hupmas

KPUD Kota Makassar Drs. M. Yusuf Pani M.Si.

c. Komite Pemantau Legislatif (Kopel)

Penulis memilih Kopel sebagai salah satu Key informan di karenakan

banyak kegiatan dari Kopel yang sering berhubungan langsung dengan

pemerintah serta situasi politik yang ada di Kota Makassar, sehingga penulis

merasa perlu memasukkanya sebagai key informan, penulis akan

mengumpulkan data dengan pengurus dari kopel yakni Anwar Razak penulis

akan melakukan wawancara yang mendalam perihal penggunaan sistem

pemilu proporsioanal daftar terbuka saat pilleg tahun 2009 serta kaitanya

terhadap masyarakat.

d. Tokoh Masyarakat Kota Makassar.

Penting bagi penulis untuk memasukkan Tokoh Masyarakat sebagai key

informan. Dimana Tokoh masyarakat sangat paham dengan realita yang

terjadi di masyarakat sekarang ini, penulis melakukan wawancara dengan

Tokoh masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait penggunaan sistem

pemilu proporsional daftar terbuka serta dampaknya bagi perilaku pemilih

masyarakat.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah teknik kualitatif yang

informasinya digali melalui wawancara mendalam dan dikategorisasikan

32

Page 33: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

kemudian bersama informasi yang diperoleh melalui penelusuran

kepustakaaan untuk mempertajam analisis tentang kecenderungan

penemuan dalam penelitian. Teknik analisa data bertujuan agar temuan-

temuan dari kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih

mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara terperinci,

sehingga apa yang menjadi pertanyaan dalam penelitian nantinya bisa

terjawab dengan maksimal.

33

Page 34: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Kota Makassar

a. Pemerintahan

Secara administratif kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143

kelurahan, 971 RW dan 4.789 RT. Kota Makassar saat ini dipimpin oleh

walikota A. Herry Iskandar yang merupakan pejabat sementara (PJS)

menggantikan Ilham Arief Sirajuddin yang meletakkan jabatannya karena

mencalonkan kembali menjadi kandidat Walikota untuk periode 2009-2014.

Dari pemerintahan legislatif, jumlah anggota DPRD kota Makassar

tahun 2007 sebanyak 45 orang yang merupakan wakil dari 7 fraksi. Porsi

kaum perempuan pada DPRD kota Makassar masih relatif kecil yaitu 3 orang

(6,67%). Dalam menjalankan tugasnya DPRD kota Makassar pada tahun

2007 telah menghasilkan 15 peraturan daerah, 22 keputusan Dewan dan 17

keputusan pimpinan Dewan.

34

Page 35: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

TABEL 1.2.

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2007

KECAMATAN KELURAHAN RW RT

1 2 3 4

Mariso

Mamajang

Tamalate

Rappocini

Makassar

Ujungpandang

Wajo

Bontoala

Ujung Tanah

Tallo

Panakkukang

Manggala

Biringkanaya

Tamalanrea

9

13

10

10

14

10

8

12

12

15

11

6

7

6

47

56

108

104

69

37

45

56

50

77

90

65

99

67

218

283

530

555

369

139

169

239

200

463

468

350

477

329

Makassar 143 970 4.789

35

Page 36: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Sumber : BPS Kota Makassar

b. Politik

Situasi dan kondisi politik kota Makassar dua tahun belakangan ini secara

umum cukup aman dan terkendali, tidak terdapat hal-hal yang menonjol yang

sifatnya mengganggu stabilitas daerah. Hal ini tercermin dari suksesnya kota

Makassar menggelar even pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sulsel pada

tahun 2007 silam dan even pemilihan Walikota dan Wakil Walikota pada

tahun 2008. Kedua pilkada itu berlangsung dengan aman dan tertib,

walaupun setelah pelaksanaannya tetap diwarnai dengan sengketa dan aksi-

aksi unjuk rasa.

Pemerintah dalam hal ini yang membidangi politik maupun instansi-

instansi lainnya seperti KPU dan PANWASLU kota Makassar senantiasa aktif

mensosialisasikan hal-hal yang dianggap penting untuk diketahui oleh

masyarakat umum dalam lingkup even pilkada atau pemilu. Hal ini bertujuan

salah satunya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam even-even

tersebut sekaligus memberikan pendidikan politik kepada mereka untuk

mewujudkan bangsa yang berdemokratis.

c. Kependudukan & Ketenaga Kerjaan

Penduduk kota Makassar pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1.235..239

jiwa, yang terdiri dari 618.233 laki-laki dan 617.006 perempuan. Komposisi

penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis

kelamin penduduk kota Makassar, yaitu sekitar 100,20%, yang berarti setiap

100 penduduk wanita terdapat 100 penduduk laki-laki. Ditinjau dari tingkat

36

Page 37: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

kepadatan penduduk, kecamatan Makassar adalah yang terpadat yaitu

32.399 jiwa per km persegi, sedangkan kecamatan Biringkanaya merupakan

kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, yaitu sekitar 2.630 jiwa

per km persegi. Ada 3 wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya

masih rendah.

Dalam hal tenaga kerja, pada tahun 2007 pencari kerja yang tercatat

sebanyak 67.290 orang, yang terdiri dari pria sebanyak 31.079 orang dan

perempuan sebanyak 36.211 orang. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa

pencari kerja menurut pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan SMA

yang menempati peringkat pertama yaitu sekitar 47,28%, disusul dengan

tingkat pendidikan Sarjana sekitar 36,65%.

4. Pendidikan

Arah pembangunan bidang pendidikan pemkot Makassar bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia

suatu Negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan

sosial, karena manusia merupakan pelaku dari seluruh kegiatan tersebut.

Untuk infrastruktur dan tenaga pengajar, pada tahun 2007/2008 di kota

Makassar, jumlah Sekolah Dasar sebanyak 448 unit dengan jumlah guru

sebanyak 5.550 orang dan jumlah murid sebanyak 143.169 orang. Jumlah

SLTP sebanyak 171 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.346 orang dan

jumlah murid sebanyak 57.410 orang. Jumlah SLTA 110 unit dengan jumlah

guru sebanyak 1.586 orang dan jumlah murid sebanyak 40.879 orang.

37

Page 38: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Seluruh data pada gambaran umum kota Makassar diatas tadi bersumber

dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar (BPS).11

B. Gambaran Umum Obyek Penelitian

a. Masyarkat Pemilih dan Jumlah Pemilih Di Kota Makassar Pada

Pemilihan Umum Legisltif tahun 2009

Masyarakat pemilih adalah masyarakat yang memiliki hak untuk memilih

dalam pemilihan kepala daerah Sulawesi Selatan, terdiri atas penduduk yang

memilki usia 17 tahun ke atas atau sesuai menikah yang terseber di 14

kecamatan kota Makassar.

Kpu kota Makassar Sebagai pihak penyelenggara berhasil

menyelenggarkan pemilihan umum legisltaif DPRD Kota . Dimana KPU telah

merangkumkan rekapitulasi daftar pemilih tetap ( DPT) tercatat ada sekitar

971.271 pemilih yang tersebar pada 2.256 TPS dengan persentase jenis

kelamin Laki-laki 4738.974 serta Perempuan 497.297 dengan jumlah total

pemilih adalah 971.271 orang12.

Tabel 1.3.

Berikut daftar jumlah Pemilih Kota Makassar per kecamatan.

No

.

Kecamatan

Pemilih terdaftar

JumlahJumlah

TPSLaki-Laki Perempuan

1. Mariso 20,189 21,943 42,132 92

11 Data dikutip dari buku “Makassar Dalam Angka 2007” diterbitkan oleh BPS kota Makassar.12 www.kpu kota-makassar/ daftar pemilih tetap.htm, tanggal 24-08-11 . jam 10.20

38

Page 39: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

2. MAMAJANG 23,571 25,756 49,327 115

3. Makassar 32,151 33,900 66,051 158

4. Ujung Pandang 10,565 11,674 22,239 55

5. Wajo 12, 382 12, 922 25,326 62

6. Bontoala 21,094 22,062 43, 111 105

7. Tallo 50, 091 51, 080 101,171 218

8. Ujung Tanah 16,653 17,307 33,960 85

9. Panakkukang 52,873 54,500 107,373 262

10. TAMALATE 54,955 57,282 112,237 258

11. BIRINGKANAYA 50,739 54,386 105,125 246

12. MANGGALA 38,226 39,282 77,508 171

13. RAPPOCINI 53,905 56,789 110,694 267

14. TAMALANREA 36,625 38,392 75,017 162

15. TOTAL 473,974 497,297 971,271 2,256

BAB V

PEMBAHASAN

Di dalam pembahasan ini akan diuraikan dua aspek. Pertama :

Kelebihan serta kekurangan pada sistem pemilihan umum (Pemilu)

39

Page 40: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak Kedua: Dampak

kelebihan serta kelemahan dari sistem pemilu proporsoinal daftar terbuka

dengan suara terbanyak terhadap perilaku pemilih masyarakat kota

Makassar pada saat pilleg tahun 2009. Kedua aspek tersebut akan penulis

uaraikan lebih lanjut

Sistem pemilu tahun 2009 untuk memilih caleg DPRD Kota Makassar

untuk pertama kalinya menggunakan sistem pemilu proporsional daftar

terbuka dengan suara terbanyak. Yaitu sistem pemilu yang merupakan

masih turunan dengan Sistem Pemilu Reprentasi Proporsional Daftar (List

Proporsional Representation) penjelasan umum mengenai sistem pemilu ini

ialah Pemilih memilih partai politik yang mereka sukai dan dalam partai

tersebut, juga memilih kandidat yang mereka inginkan untuk mengisi kursi

yang dimenangkan oleh partai tersebut. Biasanya, jumlah kandidat dalam

daftar partai yang ditampilkan dalam surat suara adalah dua kali jumlah kursi

yang tersedia. Kata daftar terbuka dan tertutup dapat diartikan adanya

kebebasan pemilih untuk memilih wakil caleg yang di sukai oleh masyarakat.

Sementara itu adanya sistem suara terbanyak di dalam sistem pemilu

proporsional daftar terbuka ialah sebagai prasyarat untuk caleg dinyatakan

sebagai pemenag di dalam pilleg di satu dapil.

sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak

mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan yang bisa mempunyai

pengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat namun penulis hanya ingin

menyoroti beberapa kelebihan serta kelemahan dari sistem pemilu ini yang

40

Page 41: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

bisa mempengaruhi perilkau pemilih masyarakat pada saat pemilu legislatif

di Kota Makassar.

A. Kelebihan pada sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan

suara terbanyak

Setiap sistem pemilu mempunyai kelebihan, seperti halnya pada sistem

pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak yang digunakan

untuk pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Makassar. Secara teori sistem

pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak memberikan

kebebasan bagi masyarakat untuk memilih caleg peserta pemilu yang

mereka dukung. Di karenakan pada saat pilleg setiap partai membuka nama

serta gambar foto dari caleg untuk dipilih oleh masyarakat sehingga

masyarakat tidak lagi “memilih kucing di dalam karung”. Tidak hanya memilih

gambar dari partai namun dapat juga memilih tanda gambar caleg yang

didukung oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui siapa

yang mewakili mereka, apa visi dan misi caleg yang dipilihnya.

Menurut Nurmal Idrus anggota KPUD Kota Makassar yang penulis temui

mengatakan :

“banyak kelebihan yang terdapat dari sistem pemilu proporsional daftar terbuka yang lebih adil untuk caleg dan memberikan keuntungan bagi masyarakat saat memilih, sistem pemilu proporsional hadir untuk menutupi kekurangan dari sistem pemilu sebelumnya yang menggunakan daftar tertutup, caleg tidak lagi di istimewakan dengan menempati nomor urut terkecil tetapi dengan sistem pemilu daftar terbuka caleg mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi wakil rakyat, untuk masyarakat saat pemilu bisa mengetahui siapa-siapa caleg yang mengikuti pemilu sehingga

41

Page 42: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

masyarakat dapat memilih salah satu caleg yang tepat yang bisa mewakili aspirasinya”13.

Penghapusan aturan nomor urut, jelas akan menjadikan penyusunan

caleg dan pelaksanaan pemilu lebih fair, sehingga dapat lebih diterima oleh

semua pihak. Tetapi harus diakui, usulan pemerintah tersebut kemungkinan

akan mendapatkan reaksi penolakan oleh sebagian kalangan, terutama dari

elite partai yang masih menginginkan adanya kontrol (peran) parpol terhadap

penentuan calon terpilih.

Perbedaan tersebut membawa implikasi kepada masyarakat pemililh.

Hak-hak politik warga negara semakin terjamin, mereka bisa secara utuh

menyalurkan aspirasinya, sehingga bentuk-bentuk distorsi dapat dihilangkan.

Prinsip keterwakilan diupayakan semaksimal mungkin tercapai.

Dalam hal model pemilihan dengan menghilangkan nomor urut,

sejalan dengan pemilihan caleg. Kelebihan Sistem proporsional daftar

terbuka tersebut menjarnin akses pemilih ke calon, dan akan semakin

mempertegas mandat konstituen. Artinya, akuntabilitas anggota legislatif

kelak bakal semakin jelas.

pada konteks demokrasi yang menjunjung tinggi suara pemilih, usulan

pemerintah untuk menghilangkan nomor urut calon dalam pemilu patut

didukung. Penghargaan atas suara masyarakat lebih terakomadasi melalui

sistem pemilihan yang membuka akses selebar mungkin bagi konstituen

13 Wawancara dengan Nurmal Idrus S.E Anggota KPUD Kota Makassar

42

Page 43: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

kepada calon mereka. Perubahan tersebut diyakini dapat meningkatkan

kualitas sistem pemilu dengan out put untuk menghasilkan wakil rakyat yang

lebih aspiratif.

Sepndapat dengan itu akedemisi yang penulis temui mengatakan

kelebihan yang serupa yang terdapat pada sistem pemilu proporsional daftar

terbuka.

Menurut A. Ali Armunanto S.ip M.Si Akedemisi Fisisp Unhas yang

penulis temui mengatakan :

“Pilihan caleg pada saat pemilu sangat banyak sehingga masyarakat bisa menjadi lebih selektif untuk memilih caleg yang mempunyai program kerja yang menurut masyarakat sesuai dengan harapan mereka”14

Secara teori sistem pemilu proportional daftar terbuka memberikan

pulang bagi masyarakat untuk dapat memilih caleg yang mereka dukung.

Dikarenakan pada sistem pemilu ini partai politik wajib mencamtumkan

beberapa nama caleg yang telah lolos verifikasi dari KPUD,yang kemudian

akan di pilih oleh masyarakat. Sehingga menurut penulis dengaan adanya

keterbukaan dari parpol pada saat pilleg dengan menaruh tanda gambar

merupakan salah satu kelebihan dari sistem pemilu proporsional daftar

terbuka sehingga masyarakat akan lebih selektif di dalam memilih caleg yang

sesuai dengan keinginan mereka . . Kesan yang di tampilkan dari sistem

pemilu ini adalah bagaiamana bisa menciptakan kedekatan dengan

14 Wawancara dengan A. Ali Armunanto S.Ip M.Si Akademisi Fisip Unhas.

43

Page 44: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

masyarakat, yang di bangun dari pemilu. Sehingga jalur mandat dari

konstituen semakin jelas.

Isu penting di dalam setiap penyelenggaraan pemilu adalah

bagaimana menghasilkan calon anggota legislatif dengan tingkat

keterwakilan rakyat yang tinggi. Itulah esensi pemilu sekaligus alasan

mengapa kualitas pemilu perlu terus diperjuangkan. Pemilu dikatakan

berkualitas, salah satunya ditandai dengan tercerminkannya keterwakilan

masyarakat di dalam lembaga legislatif yang terbentuk.

a. Menciptakan Asas Demokasi

Pemilu merupakan hal yang sakral bagi penyelenggaraan demokrasi

pada sebuah Negara, dimana dengan pemilu terjadi sirkulasi kekuasaan,

sehingga kekukasaan pada sebuah Negara tidak di dominasi oleh

sekolompok orang atau partai tertentu. Tentunya dalam setiap

penyelanggaraan pemilu di butuhkan sebuah sistem yang tepat untuk bisa

mendekatkan antara masyarakat dan Kontestan pemilu serta dapat

meningkkatkan partisipasi masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya.

Banyak hal yang dapat memepengaruhi pemilih dalam General

election, diantaranya Keadaan politik, sosial, ekonomi dan pendidikan, hal ini

sangat menentukan prilaku pemilih dalam memberikan suara mereka dalam

pemilihan umum.

Menurut A. Ali Armunanto S.ip M.Si Akedemisi Fisip Unhas

mengatakan :

44

Page 45: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

“Pada pilleg tahun 2009 semakin Banyak pilihan calon yang masyarakat dapat pilih implikasinya dengan pilihan yang begitu banyak, masyarakat akan bersikap selektif dan rasional, rasional dalam artian memilih berdasar perbaikan ekonomi yang ditawarkan oleh caleg, rasional karena kesamaan suku dengan caleg,melihat track record caleg, atau pertimbangan-pertimbangan kedepanya (Restropektif)”15

Sangat mungkin bagi masyarakat untuk berperilaku rasional pada

pilleg tahun 2009 di kota Makassar jika melihat banyaknya caleg yang

mengikuti pilleg sesuai dengan dari asas sistem pemilu proporsioanal daftar

terbuka yang mengharuskan untuk setiap partai membuat daftar nama caleg

yang akan dipilih oleh masyarakat sehingga banyaknya alternatif-alternatif

pilihan Sehingga Masyarakat akan selektif dengan berbagai program kerja

dari caleg, sehingga mayarakat hanya akan memilih caleg yang mempunyai

program kerja yang berpihak terhadap masyarakat. Sebailknya masyarakat

akan menjatuhkan sangsi sosial bagi caleg yang telah gagal didalam

mengembangkan amanat dari masyarakatdengan cara tidak lagi memilihnya

di saat periode pemilu selanjutnya, masyarakat yang bersikap rasional ialah

masyarakat yang memilih berdasar dari kalkulasi keuntungan dan kerugian

yang dapat mereka terima, apakah dengan memilih calon A memberikan

banyak kebaikan ketimbang memilih calon B yang hanya menawarkan

sedikit keinginan dari pemilih.

Rasionalitas didalam pemilu tidak terlepas juga dari tingkat pendidikan

pemilih yang semakin meningkat serta kuatnya peran media yang

memungkinkan masyarakat semakin rasional di dalam melakukan pilihan-

pilihan politik.

15 Wawancara Dengan A. Ali Armunanto S.Ip M.S.i tanggal 23 september 2011 jam 03.00

45

Page 46: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Menurut  Ir. H.A.M. Adil Patu, M.Pd Tokoh masyarakat Kota

Makassar mengatakan:

“Kelebihan sistem proporsional daftar calon terbuka ialah berusaha membuka akses pemilih terhadap kandidat calon dari parpol. Parpol tak cuma menawarkan partainya, tapi juga wajib membuka nama seluruh calon. Sehingga masyarakat mempunyai kesempatan untuk memilih caleg yang di suka, caleg yang masyarakat kenal, dan caleg yang menurut masyarakat mempunyai kualitas.”16

Sistem pemilu proporsional daftar terbuka hadir untuk menjembatani,

antara caleg dan masyarakat, masyarakat mempunyai kebebasan memilih.

Penghapusan aturan nomor urut, jelas akan menjadikan penyusunan caleg

dan pelaksanaan pemilu lebih adil, sehingga dapat lebih diterima oleh semua

pihak.

Dengan adanya kebebasan di dalam memilih. berarti masyarakat

juga mempunyai kesempatan untuk memilih caleg yang terbaik di antara

banyak kontestan pemilu, masyarakat dapat memilih sendiri wakil yang

mereka kehendaki. Dengan berbagai pertimbangan rasional masing-masing

pemilih. Akan sulit untuk menjadi wakil rakyat di sebuah daerah pemilih jika

tidak memiliki track record yang baik di mata masyarakat. Masyarakat akan

menjadi lebih selektif dalam di dalam memilih caleg yang mengikuti pemilu.

Tentunya Hal ini menjadi harapan bagi masyrakat untuk menentukan

serta memberikan partisipasi yang nyata kepada pembentukan caleg-caleg

yang akan duduk di legislatif. Selama ini yang terjadi di pemilu ialah

masyarakat tidak mengetahui siapa yang akan mewailiki mereka di legislatif

16 Wawancara dengan tanggal  Ir. H.A.M. Adil Patu, M.Pd 15 September 2011 pukul 03.00

46

Page 47: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

masyarakat hanya memilih tanda gambar partai yang mengikuti pemilu,

masyarakat tidak mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan mereka

kepada caleg-caleg yang meraka anggap bisa untuk mewakili aspirasi

mereka.

B. Kelemahan Pada Sistem pemilu proporsional daftar terbuka.

Sistem pemilu proporsional daftar terbuka, tidak hanya memiliki banyak

kelebihan tetapi juga mempunyai kelemahan, sistem pemilu tahun 2009 jelas

berbeda dengan sistem pemilu tahun 2004. Persaingan untuk

memperebutkan kursi di perlamen sangat kompetitif. Ini di karenakan sistem

perhitungan suara terbanyak yang digunakan. Ini tentunya melahirkan

persaingan yang saling sikut antar caleg untuk memperebutkan suara

terbanyak. Caleg mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan kursi

di parlemen.

Pada dasarnya tidak ada sistem pemilu yang sempurna melainkan

hanya sistem pemilu yang menutupi berbagai kekurangan-kekurangan dari

sistem pemilu yang telah ada, sehingga berbagai jenis sistem pemilu telah di

temukan oleh sarjana Ilmu politik, tak lain untuk menutupi kekurangan-

kekuragan dari berbagi sistem pemilu. Pemilu yang baik adalah ketika tingkat

partisipasi dari masyarakat sangat tinggi sehingga menunjukkan masih

adanya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

47

Page 48: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Menurut Anwar Razak S.Sos Pengurus LSM Komite pemantau

legislatif (KOPEL) yang penulis temui mengatakan :

“Sistem pemilu proprosional daftar terbuka dengan suara terbanyak memberikan peluang terjadinya berbagai pendekatan negatif yang dilakukan oleh caleg. Sistem itu memancing lahirnya pendektan financial dalam menarik lebih banyak pemilih. Sudah bukan lagi rahasia umum banyak caleg yang kemudian rela mengeluarkan dananya hingga miliaran rupiah demi untuk mendapatkan dukungan pemilih. ”17

Masyarakat pada sistem pemilu ini mempunyai peran yang cukup kuat

untuk bisa memenangkan seseorang caleg, sehingga caleg akan berlomba-

lomba untuk memperoleh dukungan dari masyarakat yang menimbulkan

persaingan antar sesama caleg baik itu sesama partai atau berbeda partai

politik.sehingga seringkali pendekatan finasial dilakukan untuk

mempermudah proses pemenangan.

Tidak hanya untuk pemilu tahun 2009, pemilu-pemilu sebelumnya

juga sudah terjadi pendekatan-pendekatan finansial yang dilakukan oleh

caleg, hal ini menandakan bahwa kualitas dari pemilu di Indonesia masih

harus terus ditingkatkan mengiat pemilu merupakan ajang untuk memillih

wakil rakyat yang mempunyai kualitas serta kapabilitas.

Kualitas dari pemilu harus terus diperjuangkan mengiat pentingnnya

pemilu bagi Negara demokrasi seperti Indonesia, dari pemilu lah lahir wakil

wakil rakya yang baru yang nantinya mengawal kesejahtraan masyarakat.

Kampanye-kampenye fiansial tidak melahirkan pemlih yang cerdas

tetapi hanya melahirkan pemilih yang memikirkan keuntungan sesaat.

Dihilangkanya idealisme diri didalam memandang sebuah persoalan dan

17 Wawancara dengan Anwar Razak S.Ip tanggal 18 November 2011 Pukul 13.00

48

Page 49: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

digantikan dengan pandangan yang instan demi keinginan

sesaat.Pendekatan finansial caleg bisa melahirkan sikap pragmatis bagi

masyarakat.

C. Implikasi Kelebihan Dan Kelemahan Sistem Proporsional Daftar

terbuka Dengan Suara Terbanyak terhadap Perilaku Pemilih Pada

Pemilu Legislatif Kota Makassar Tahun 2009.

Sebagaimana kita ketahui bersama, untuk pertama kalinya sistem

penghitugan suara terbanyak yang digunakan untuk menetapkan caleg untuk

tingkat pusat dan daerah. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-

kekuraangan yang ada pada sistem pemilu yang lalu, sehingga perbaikan-

perbaikan sistem pemilu terus dilakukan.

Sistem pemilu proporsional daftar terbuka memberikan implikasi ke

masyarakat baik itu sifatnya positif maupun negatif sebagaimana yang

diuraikan diatas dapat tercipta kualitas pemilu yang baik seperti yang

diinginkkan jika semua elemen mampu bekerja sama untuk menciptakan

pemilu yang berkualitas dan memberikan pendidkan politik bagi masyarakat

namun jika yang terjadi pada saat pemilu adalah penyimpangan-

penyimpangan menjadi lebih dominan maka sama saja kualitas dari pemilu

masih harus di perbaiki di karenakan isu terpenting dari pemilu ialah

bagaimana menghasilkan wakil rakyat yang tidak hanya mempunyai kualitas

namun juga berdasar kesadaran penuh masyarakat untuk memilih caleg

yang mereka inginkan.

49

Page 50: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Masyarakat sebagai element penting di dalam pemilu seharusnya

dapat mempergunakan hak pilihnya sebaik mungkin, dengan memilih caleg

yang betul-betul memperjuangakan aspirasi msayarakat. Sehingga harapan

dan cita-cita masyarakat untuk dapat hidup sejahtera bisa terwujud.

Masyarakat dapat mengenal mana caleg yang melihat track record dari caleg

apa yang telah di perbuat oleh caleg selama menjabat pada periode

sebelumnya

Pada pemilu tahun 2009 Kota Makassar pemilih dapat bertindak

rasional dikarenakan sistem pemilu proporsional daftar terbuka yang

memberikan kebebasan masyarakat untuk memilih mana calon yang

didukungnya, hal ini juga tidak terlepas dari banyknya pilihan-pilihan caleg

yang bisa membuat masyarakat untuk bersikap rasional dengan menimbang-

nimbang mana caleg yang terbaik untuk mewakili aspirasi masyarakat lima

tahun kedepan.

Teori Pilihan Rasional yang diadopsi oleh ilmuwan politik dari ilmu

ekonomi. Karena didalam ilmu ekonomi menekankan modal sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini seiring

dengan perilaku politik masyarakat yang memutuskan memilih kandidat

tertentu setelah mempertimbangkan untung ruginya sejauh mana program-

program yang disodorkan oleh kandidat tersebut akan menguntungkan

dirinya, atau sebaliknya malah merugikan. Para pemilih akan cenderung

memilih kandidat yang kerugiannya paling minim. Dalam konteks teori

50

Page 51: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

semacam itu, sikap dan pilihan politik tokoh-tokoh populer tidak selalu diikuti

oleh para pengikutnya kalau ternyata secara rasional tidak menguntungkan.

Beberapa indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih untuk menilai

seorang kandidat khususnya bagi pejabat yang hendak mencalonkan

kembali, diantaranya kualitas, kompetensi, dan integrasi kandidat.

Sementara itu Ramlan Surbakti dan Dennis Kavanaagh menyatakan

bahwa pilihan rasional melihat kegiatan perilaku memilih sebagai produk

kalkulasi antara untung dan rugi. Ini disebabkan karena pemilih tidak hanya

mempertimbangkan ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat

mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif-

alternatif berupa pilihan yang ada. Pemilih di dalam pendekatan ini

diasumsikan memiliki motivasi, prinsip, pendidikan, pengetahuan, dan

informasi yang cukup. Pilihan politik yang mereka ambil dalam pemilu

bukanlah karena faktor kebetulan atau kebiasan melainkan menurut

pemikiran dan pertimbangan yang logis. Berdasarkan informasi, pendidikan

dan pengetahuan yang dimiliki pemilih memutuskan harus menentukan

pilihannya dengan pertimbangan untung dan ruginya untuk menetapkan

pilihan atas alternatif-alternatif yang ada kepada pilihan yang terbaik dan

yang paling menguntungkan baik untuk kepentingan sendiri (self interest)

maupun untuk kepentingan umum.

Manusia sebagai mahluk rasional selalu mempunyai tujuan-tujuan

yang mencerminkan apa yang dianggapnya kepentingan diri sendiri. Ia

51

Page 52: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

melakukan hal itu dalam situasi terbatasnya sumber daya, dan karena itu ia

perlu membuat pilihan. Untuk menetapkan sikap dan tindakan yang effisien

ia harus memilih anatara beberapa alternatif dan menentukan alternatif

mana yang akan membawa keuntungan dan kegunaan yang paling

maksimal baginya.

Jika penulis merangkum data hasil wawancara dengan berbagai key

informan maka implaksi dari pada kelebihan dan kelemahan sistem pemilu

proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak terhadap perilaku

pemilih masyrakat Kota Makassar pada pilleg tahun 2009 menimbulkan

perilaku pemilih yang rasional dan pragmatis . disebabkan dengan adanya

kelebihan dan kelemahan dari sistem pemilu proporsional daftra terbuka,

dengan kelebihan dari sistem pemilu proporsional daftra terbuka membuat

masyrakat untuk bisa memilih caleg lebih selektif melihat keuntungan dan

kerugian dari setiap pilihan. Masyarakat tidak memilih lagi tanda gambar dari

partai tetapi masyarakat dapat memilih tanda gambar dari caleg yang

mengikuti pemilu sehingga masyarakat mengetahui caleg yang mewakili

mereka.

Sementara dengan kelemahan sistem pemilu proporsional daftar

terbuka memberikan pengaruh yang pragmatis untuk masyarakat, suara

terbanyak dapat menjadikan caleg bersikap instan didalam mencari suara,

sehingga masyarakat yang didekati oleh caleg dengan cara kampanye

finasial bisa memberikan pandangan pragmatis terhadap masyarakat yang

52

Page 53: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

didekatinya. Keuntungan sesaat yang diterima bukan menjadi kualitas

kesejahtraan masyarakat, melainkan keharusan dari kecakapan wakil rakyat

untuk menciptakan produk UU yang memberikan kemudahan dan

kesejahtraan bagi rakyat. Pragmatis pada saat pemilu berarti

mengkesampikan nilai moral, masyarakat hanya menginkan keuntungan

sesaat tanpa memperhatikan konsekuensi pilihan untuk lima tahun kedepan.

Jika mengacu pada teori yang penulis gunakan, Pendekatan pilihan

rasional mencoba menjelaskan bahwa kegiatan memilih sebagai kalkulasi

untung dan rugi yang di pertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan

kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang di harapkan, tetapi

juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini

digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih

sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan

untung dan rugi di gunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau

kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut

memilih atau tidak ikut memillih18.

Sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak

mendorong masyarakat kepada perilaku pemilih yang pragmatis hal ini di

akibatkan dari ulah caleg yang sering melakukan pendekatan-pendekatan

finasial serta pemberian-pemberian barang dengan berbagai rupa dan

fungsinya lebih kepada agar mempengaruhi masyarakat untuk memilih caleg

18 Surbakti ramlan. Memahami ilmu politik. Gramedia widiasarana Indonesia. Jakarta Hal 146

53

Page 54: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

tersebut pada saat pilleg. Sehingga masyarakat dapat kehilangan idealisme

di dalam saat memilih.

Selain itu suara terbanyak merupakan modal caleg untuk dapat

memperoleh kursi diparleman, sehingga sikap persaingan yang kompetitif

caleg pada saat pemilu sangat tinggi, namun esensi dari pemilu itu sendiri

ialah bagaimana menciptakan proses alamiah pergantian wakil rakyat yang

diduduk diparlemen bisa berjalan berdasarkan kejujuran dan keadilan.

Sehingga pendekatan-pendekatan finansial yang dilakukan oleh berbagai

caleg dari partai politik hanya akan mempengaruhi moralitas serta kesadaran

dari masyarakat untuk betindak pragmatis di saat pemilu. Sehingga

masyarakat yang sudah terbiasa dengan pemberian-pemberian dari caleg

akan terkikis moral serta idealisme di dalam berfikir.

Pilihan rasional melihat kegiatan perilaku memilih sebagai produk

kalkulasi antara untung dan rugi. Ini disebabkan karena pemilih tidak hanya

mempertimbangkan ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat

mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif-

alternatif berupa pilihan yang ada. Pemilih di dalam pendekatan ini

diasumsikan memiliki motivasi, prinsip, pendidikan, pengetahuan, dan

informasi yang cukup. Pilihan politik yang mereka ambil dalam pemilu

bukanlah karena faktor kebetulan atau kebiasan melainkan menurut

pemikiran dan pertimbangan yang logis. Berdasarkan informasi, pendidikan

dan pengetahuan yang dimiliki pemilih memutuskan harus menentukan

54

Page 55: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

pilihannya dengan pertimbangan untung dan ruginya untuk menetapkan

pilihan atas alternatif-alternatif yang ada kepada pilihan yang terbaik dan

yang paling menguntungkan baik untuk kepentingan sendiri (self interest)

maupun untuk kepentingan umum.

Dalam Wikipedia Indonesia, Pragmatisme adalah satu aliran falsafah

yang berasal dari Amerika Serikat pada kurun tahun 1880an. Sebagai salah

satu cirri utamanya, aliran pragmatisme menekankan pada hasil, kegunaan

atau manfaat. Dalam konteks penggunaan. Istilah pragmatisme ini selalu

saja bermakana negatif seperti pada kalimat diatas dipakai untuk mengejek.

Sikap dan perilaku masyarakat yang menekankan keuntungan yang di dapat

dari proses memilih pemimpin atau caleg.

Implikasi yang terjadi dari berbagai kelemahan-kelemahan yang timbul

baik itu bagi caleg sendiri khususnya dalam pertarungan memperoleh suara

maupun masyarakat yang menjadi wajib pilih dalam memilih pilihan. Dampak

yang paling nyata yang ditinjau dari aspek pendidkan adalah lahirnya

pendidkan politik yang cendrung akan mengutamakan keuntungan dengan

mengharapakan berbagai imbalan yang dapat dirasarkan langsung sehingga

muncul istilah “cash and carry” dari dampak ini akan menciptakan partisipasi

politik yang dimobilasasi dengan kesadaran politik yang digerakkan dengan

kekuatan materi yang pada akhirnya menciptakan budaya politik subjek

dimana konstituen atau wajib pilih berkumpul untuk memilih dengan didasari

atas dorongan tertentu.

55

Page 56: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini

penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang relevan dengan

masalah penelitian. Pertama, kesimpulan yang berisi pembahasan singkat

56

Page 57: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

dari hasil penelitian mengenai Dampak penggunaan sistem pemilu

Proporional daftar terbuka terhadap perilaku pemilih masyarakat di pemilu

legislatif Kota Makassar tahun 2009 Kedua, saran yang berisi masukan yang

sifatnya membangun.

A. Kesimpulan

Sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak

mempunyai implikasi ke pada masyarakat baik itu bersifat positf dan negatif.

Kelebihan dari sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara

terbanyak dapat melahirkan pemilih yang rasional yang membuka iklim

demokrasi pada masyarakat okeh karena banyaknya pilihaan yang dapat

diadikan figure sebagai wakil di parlemen dan memberikan keadilan bagi

caleng dalam merebut suara di masyarakat sedangkan Kelemahan dari

sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak dapat

mendorong masyarakat ke arah perilaku pragmatis pada saat pilleg

khususnya kelemahan pada masyarkat yang dengan mudah dapat diberi

imbalan dalam menentukan pilihannya sehingga dapat disimpulkan bahwa

pemilu dengan sistem purposional terbukan memberikan dampak positif

yang tersurat namun dibungkus dengan kelemahan yang sifatnya pulgar

yaitu politik uang

B. Saran

Dari kesimpulan diatas dapat disarankan bahwa sistem pemilu

Proporsional daftar terbuka sangat dibutuhkan perbaikan khusunya

menyagkut undang-undang pemilu yang lebih memberikan perhatihan pada

57

Page 58: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

caleg atau partai yang dengan terang-terangan menggunakan politik uang

sehingga sistem pemilu dapat lebih demokratis dan rasional dengan

penguatan pada partai politik yang merupak pilar dalam pemilu agar

menahan diri untuk tidak melakuakan pendekatan-pendekatan finansial

terhadap masyarakat selama proses kampanye berlangsung..

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia. Jakarta . 2008.

Firmanzah. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas.Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta, 2008

Fiorina dan Hinich. 2008. Mengenali Warna warni Pemilih. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

58

Page 59: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Gaffan, Affar. Politik Indonesia Transisi Menuju Dmokrasi. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. 2006

Gumay, Hadar N, Qodari Muhammad, Syamsudin Haris. Kerangka Hukum

Pemuli Tahun 2004.Jakarta 2003

Haryanto. Sistem Politik Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1982.

Idrus, Nurmal. Mengawal Demokrasi Makassar. KPU Kota Makassar.

Makassar. 2009.

Lexy J, Moleong. Metodologi penelitian kualitatif. Remaja R. Bandung. 2005.

Lipset, Seymour Martin. Political Man. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007

Khoirudin. 2004. Kilas Balik Pemilihan Presiden 2004, (evaluasi

Pelaksanaan, Hasil dan Masa depan Demokrasi Pasca Pilpres 2004)

Pustaka Pelejar. Yogyakarta.

Mas’oed, Mochtar dan Colin Mac. Andrews.“Pengantar Perbandingan Sistem

Politik”, Gadjah Mada University, Yogyakarta. 1991.

Sisk, Thimoty D. Demokrasi Di Tingkat Lokal. International Idea Seri 4.

Jakarta.2002

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 2001.

59

Page 60: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 1992.

Literatur yang Lain :

www.KPU.com

www. Kpud Kota Makassar.com

http://www.idea.int/publications/pub_electoral_main.html

60

Page 61: Isi Skripsi (Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proporional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih

61