isi seminar individu

49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, disamping menunjukkan derajat kesehatan juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam mencapai sasaran pembangunan millenium (millenium development goals/MDGs) yang ditetapkan perserikatan bangsa- bangsa dan pemerintah indonesia, berbeda dengan indonesia sehat 2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus di capai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Angka Kematian Ibu bersama dengan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI di Indonesia tahun 2008 tertinggi di ASEAN sebesar 248/100.000 kelahiran hidup.Target MDG’s, pada tahun 2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (MDG’s, 2010).

Upload: ika-nurul-fajriyah

Post on 13-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asuhan kebidanan pada abortus inkomplit

TRANSCRIPT

Page 1: ISI Seminar Individu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi merupakan masalah

yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, disamping menunjukkan derajat

kesehatan juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

kualitas pelayanan kesehatan.

Dalam mencapai sasaran pembangunan millenium (millenium development

goals/MDGs) yang ditetapkan perserikatan bangsa-bangsa dan pemerintah

indonesia, berbeda dengan indonesia sehat 2010, sasaran MDGs ada

indikatornya serta kapan harus di capai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan

“Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Angka

Kematian Ibu bersama dengan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator

keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI di Indonesia tahun 2008

tertinggi di ASEAN sebesar 248/100.000 kelahiran hidup.Target MDG’s, pada

tahun 2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (MDG’s, 2010).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut SDKI (Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia) tahun 2005 mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan

merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Tiga penyebab utama angka kematian ibu

adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sebanyak 11-13 % dari kematian ibu

tersebut disebabkan oleh abortus. Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu

yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. Sebagian besar disebabkan oleh

abortus yang tidak aman, yaitu dilakukan dengan cara yang tidak baik,misalnya

dibantu dukun atau minum jamu peluntur.

Page 2: ISI Seminar Individu

2

WHO memperkirakan sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh

abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman diperkirakan

100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang.

Tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan

kehamilan yang tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60%

mendapat pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan tidak aman.

Hal ini menyumbangkan AKI 15-20% diperkirakan sekitar 700.000 wanita/ibu

meninggal per tahun akibat abortus tak aman, yaitu 1 diantara 10 kehamilan atau

1 diantara 7 kelahiran. 90% terjadi di negara berkembang yang merupakan 15

kali angka kematian dibanding di negara maju.(Affandi, 2008)

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak

dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang

hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak

diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan

frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka

50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa

hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di

Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap

tahun 500.000-750.000 abortus spontan (Azhari, 2002).

Angka kejadian abortus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro,cukup tinggi

yaitu 13,9% dari seluruh jumlah kehamilan periode Januari-November 2012, dan

kejadian abortus inkomplit periode Januari-November 2012 sebanyak 63% (432

kasus). Khususnya di ruang Edelweiss sebanyak 34,9% (151 kasus), oleh karena

tingginya kasus abortus inkomplit di RSST, maka penulis terarik untuk mengambil

kasus abortus inkomplit di ruang Edelweiss.

Page 3: ISI Seminar Individu

3

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Klinik Kebidanan

(PKK) I.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memberikan asuhan kebidanan lebih lanjut yang bermutu tinggi

pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.

b. Menganalisa hasil pengkajian pada kasus abortus inkomplit, dengan

cara mengimpretasikan hasil temuan klinis tersebut sebagai dasar

untuk menentukan tindakan/asuhan yang adekuat dan sesuai

evidence based.

c. Melaksanakan penanganan kasusabortus inkomplit yang sesuai

dengan protap dan evidence based.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dengan hasil studi kasus yang diperoleh, diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap abortus.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Ilmu yang terdapat dalam proses studi kasus diharapkan dapat

menambah pengalaman baru dalam diri peneliti dan bisa di aplikasikan

dalam masyarakat.

Page 4: ISI Seminar Individu

4

b. Bagi Profesi

Diharapkan dapat dipakai sebagai wacana baru dalam memberikan

peningkatkan mutu dan pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan

abortus inkomplit sesuai kompetensi bidan.

c. Bagi Pendidikan

Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat dijadikan sumber pembelajaran

yang baru untuk mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi

mahasiswa lainnya.

d. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dengan adanya studi kasus ini dapat menjadi acuan bagi

institusi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan kesehatan maternal serta

memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka

kejadian abortus inkomplit.

Page 5: ISI Seminar Individu

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

ABORTUS

A. Pengertian

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin

belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan

kurang 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2007)

Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar

kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan

hingga 22 minggu (Rukiyah, dkk, 2010).

B. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus

pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan

kelainan ini ialah :

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi x.

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

c. Pengaruh estrogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan

alkohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena

hipertensi menahun.

Page 6: ISI Seminar Individu

6

3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan

toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus

pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan

bawaan uterus ( Sarwono, 2007).

Ditambahkan menurut rukiyah, 2010, mengatakan penyebab abertus

adalah dari faktor janin, faktor ibu, faktor bapak, faktor genetik, faktor anatomi

kongenital, faktor endokrin, faktor infeksi, faktor imunologi, penyakit-penyakit

yang melemahkan, faktor nutrisi, obat-obatan rekreasional dan faktor psikologis.

C. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda

asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda

asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus

desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada

kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga

plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.

Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada

plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong

amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir

mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus

papiraseus (Sarwono, 2007).

Page 7: ISI Seminar Individu

7

D. Diagnosis dan Penatalaksanaan Komplikasi pada Abortus

Komplikas yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,

infeksi dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa

hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian

karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan

pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati

dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi,

dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi

atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan

oleh orang awam menimbulkan persolaan gawat karena perlukaan

uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung

kemih atau usus, dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya

cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna

mengatasi komplikasi.

3. Infeksi (abortus infeksiosus)

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).

Page 8: ISI Seminar Individu

8

Tabel 1. Komplikasi pada abortus

Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

1. Nyeri abdomen bawah

2. Nyeri lepas

3. Uterus terasa lemas

4. Perdarahan berlanjut

5. Lemah-lesu

6. Demam

7. Sekret vagina berbau

8. Sekret dan pus dari

serviks

9. Nyeri goyang serviks

Infeksi atau sepsis Mulailah antibiotika

sesegera mungkin sebelum

melakukan aspirasi vakum

manual.

1. Nyeri atau kaku pada

abdomen

2. Nyeri lepas

3. Distensi abdomen

4. Abdomen terasa tegang

dan keras

5. Nyeri pada bahu

6. Mual atau muntah

7. Demam

Perlukaan uterus,

vagina atau usus.

Lakukan laparotomi untuk

memperbaiki perlukaan dan

lakukan aspirasi vakum

manual secara berurutan.

Mintalah bantuan lebih

lanjut jika dibutuhkan.

Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

Page 9: ISI Seminar Individu

9

E. Abortus incomplit

Abortus inkomplit adalah keadaan dimana sebagian dari hasil konsepsi

telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis yang tertinggal pada

desidua basalis saat usia kehamilan < 20 minggu, ditandai : perdarahan

sedang, hingga banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran

jaringan perdarahan berlangsung terus; Serviks terbuka, karena masih ada

benda didalam uterus yang dianggap orpus alliem maka uterus akan berusaha

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini

dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali; Uterus sesuai usia kehamilan;

Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules; Ekspulsi sebagai

hasil konsepsi (Rukiyah, 2010).

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus (Sarwono, 2007). Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka

dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah

menonjol dari ostium uteri eksternum.

Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga

menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil

konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di

uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda

utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-

kadang sedemikian masih sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

Page 10: ISI Seminar Individu

10

Gambaran USG pada abortus inkompletus tidak spesifik, tergantung dari

usia kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi. Uterus mungkin masih

membesar walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri

mungkin berisi kantong gesatasi yang bentuknya tidak utuh lagi atau mungkin

berisi massa kompleks (struktur ekhogenik dan anekhoik) yang tidak spesifik.

Kadang-kadang terlihat kantong gestasi yang terlepas dari dinding uterus dan

berada di dalam kanalis servikalis atau vagina.

Keguguran tak lengkap (abortus inkomplit) ditandai dengan

dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya

memberikan gejala klinis.

Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi :

1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

3. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi. (Manuaba, 2010)

F. Penanganan

1. Penanganan Abortus secara umum

Secara umum penanganan dilakukan sebelum melakukan

penanganan secara khusus/spesifik lakukan penanganan awal terlebih

dahulu yang terkena abortus antara lain :

a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,

termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan dan

suhu).

Page 11: ISI Seminar Individu

11

b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsn,

tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat dari 112

x/menit.

c. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika

tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemunkinan tersebut

saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita

karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi

syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan

segera.

d. Jika pasien dengan keadaan syok, pikirkan kemungkinan

kehamilan ektopik terganggu.

e. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar), berikan

larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat

(500 ml dalam 2 jam pertama). Kemudian setelah diketahui abortus

apa yang terjadi, lakukan penangan yang spesifik sesuai abortus

yang terjadi (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal).

2. Abortus incomplete

Ditangani hampir sama dengan abortus insipiens, kecuali jika pasien

dalam keadaan syok karena perdarahan banyak, maka harus dilakukan

resusitasi cairan (bahkan mungkin perlu transfusi). Untuk mengatasi

syoknya terlebih dahulu. Suction curretage dapat dilkukan setelah syok

teratasi.

Page 12: ISI Seminar Individu

12

a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari

16 minggu, evakuasi dapat dilakuakn secara digital atau dengan

cunam ovum untuk mengeluarkakn hasil konsepsi yang keluar

melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

IM atau misoprostol 400 mcg/oral.

b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia

kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi

dengan:

1) Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evakuasi

yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin

0,2 mg IM (diulang setelah 15 menit jika perlu) atau

misoprostol 400 mcg/oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika

perlu). Yang ini hanya dilakukan oleh dokter Sp.OG, bidan

disini hanya bertugas sebagai asisten. (Sarwono, 2007)

c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam

fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

2) Jika perlu diberikan misoprostol 200 mcg/vaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

Page 13: ISI Seminar Individu

13

3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

(Sarwono, 2007).

d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

G. Asuhan kebidanan pada abortus inkomplit

Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi menurut

Kepmenkes RI no 369/MENKES/SK/III/2007 merupakan kompetensi yang ke-9

dari standar kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan dasar,

keterampilan dasar dan keterampilan tambahan.

Pengetahuan dasar :

1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular

seksual (PMS), HIV/AIDS.

2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim

terjadi.

3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi :

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Keterampilan dasar :

1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem

reproduksi.

2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan

(bila belum sempurna).

3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita

dengan gangguan sistem reproduksi.

Page 14: ISI Seminar Individu

14

4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada

gangguan sistem reproduksi, meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur

dan penundaan haid.

5. Mikroskop dan penggunaanya.

6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.

Keterampilan tambahan :

1. Menggunakan mikroskop untuk memeriksa hapusan vagina.

2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

Berdasarkan standar kompetensi bidan ke-9, yaitu tentang keterampilan dasar

yang harus dimiliki bidan adalah mampu mengidentifikasi serta pengobatan

abortus spontan, maka sikap bidan dalam menghadapi kasus abortus inkomplit,

yaitu :

1. Memberikan KIE motivasi untuk memeriksakan diri.

2. Mengidentifikasi tanda, gejala serta penatalaksanaan sesuai kewenangan

bidan.

3. Memberikan KIE tentang asuhan dan pengobatan.

4. Konsultasi ke Dokter ahli (DSOG).

5. Rujuk penderita ke puskesmas atau rumah sakit.

6. Perawatan setelah dirujuk kembali. (Manuaba, 2010)

H. Dukungan jurnal atau hasil penelitian (Terlampir)

1. Misoprostol juga berguna pada abortus insipiens dan inkomplit.

Penggunaan misoprostol pada abortus inkomplit, 24 wanita menerima

Page 15: ISI Seminar Individu

15

400μg misoprostol oral dan 95% mengalami abortus komplit tanpa

intervensi pembedahan. Pada suatu studi acak dari 50 wanita yang

mengalami perdarahan, nyeri abdomen, ostium uteri eksterna terbuka dan

besar uterus kurang dari 14 minggu kehamilan, pasien diberikan dosis

tunggal 400μg misoprostol oral atau dilakukan intervensi pembedahan

segera. Intervensi pembedahan secara bermakna lebih mudah

dibandingkan misoprostol dalam mengalami aborsi komplit dalam waktu 12

jam (97% vs 13%, P<0.001). Rata-rata kadar hemoglobin (Hb) turun secara

bermakna pada pada wanita di kelompok misoprostol, tetapi tidak pada

wanita kelompok pembedahan. Berdasarkan hal tersebut di atas,

misoprostol saat ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan abortus

insipiens atau abortus inkomplit. (Goldberg AB, Greenberg MB, Darney PD.

2001)

2. Standar treatment abortus inkomplit

- Anastesi untuk kuretase adalah pethidine 100 mg + diazepam (or

promethazine 25 mg). Paraservikal adalah salah satu metode anastesi

efektif yang lain.

- Keluarkan sebanyak mungkin baik dengan tangan maupun dengan ring

forsep.

- Lakukan kuretase dengan hati-hati dan memberikan oksitosin 10 mg iv

sesegera mungkin.

- Setelah semua jaringan terevakuasi berikan ergometrin 0,5 mg IV or IM.

- Kebanyakan abortus spontan tidak memerlukan antibiotik.

(Gunnar Holmgren, 2011)

Page 16: ISI Seminar Individu

16

3. Misoprostol efektif di berikan pada abortus inkomplit bila tidak

menggunakan tindakan curetase.

I. Asuhan Pasca Abortus

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beritahu bahwa abortus spontan

merupakan hal yang biasanya terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15 % dari

seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berikan keyakinan mengenai

kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut kecuali jika terdapat sepsis

dan adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada

kehamilan berikut. Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu

abortus incomplete. Ibu sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan sampai ia

benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling

merupakan hasil yang penting.

Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,

memerlukan asuhan pasca keguguran. Asuhan pasca keguguran terdiri dari:

1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala

kemungkinan komplikasinya.

Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :

a) Membuat diagnosis abortus inkomplit

b) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana

pengobatan.

c) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

d) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah

tindakan.

Page 17: ISI Seminar Individu

17

e) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk

memperhatikan segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah

Penyakit Menular Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik

termasuk kanker payudara.

Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang

dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin

membutuhkan:

1. Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5

ml, jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka

terkontaminasi.

2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan anti tetanus serum (ATS)

1500 unit IM diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual dan penapisan kanker

serviks (Achadiat, M. 2004).

3. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran.

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu

pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan

Asuhan Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis

kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.

Page 18: ISI Seminar Individu

18

Tabel 2. Kontrasepsi pasca abortus:

Metode Waktu aplikasi Keterangan

Kondom Segera Efektifitas tergantung dari tingkat kedisiplinan pasien dapat mencegah PMS

Pil hormonal Segera Cukup efektif tetapi perlu ketaatan pasien untuk minum pil secara teratur

Suntikan Segera Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi

Implan Segera Jika pasangan tersebut mempunyai satu anak atau lebih dan ingin kontrasepsi jangka panjang

AKDR Segera atau setelah kondisi pasien pulih kembali

Tunda insersi jika HB kurang dari 7 g/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi

Tubektomi Segera Sesuai untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika HB kurang dari 7 g/dl, sampai anemia telah diperbaiki. Sediakan metode alternatif (seperti kondom)

Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2

Page 19: ISI Seminar Individu

19

J. Teori Metode Asuhan Kebidanan

1. Pengertian asuhan kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa

hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana.

(Sofyan, 2005)

2. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai

dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi (sofyan, 2005).

Manajemen kebidanan adalah suatu metode pengaturan,

pengorganisasian pikirandan tindakan dalam urutan logis, efektif dan

efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan

(Depkes RI, 2006)

3. Konsep dasar manajemen kebidanan

Proses manajemen kebidanan adalah sebuah metode

pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang

logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun tenaga kesehatan.

(Varney, 2004).

4. Metode Pendokumentasian bidan

Catatan pasien merupakan suatu dokumen legal, yang mencatat

status pasien pada saat lampau atau sekarang dalam bentuk tulisan yang

menggambarkan catatan kebidanan yang diberikan. Keberadaan

Page 20: ISI Seminar Individu

20

dokumentasi baik baik berbentukcatatan maupun laporan sangat membantu

komunikasi antara sesama bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana

pengobatan.

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

tertulis. Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan.

Sesuai dengan Kepmenkes no.938/MENKES/SK/VIII/2007, tercantum

standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan. Di dalamnya disebutkan tentang

Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah

melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam

medis/KMS/Status pasien/buku KIA) ditulis dalam bentuk catatan

perkembangan SOAP

S: adalah Data Subjektif, mencatat hasil anamnesa. Merupakan informasi

yang diperoleh langsung dari klien atau keluarga klien. Informasi tersebut

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan

dengan diagnosa.

O: adalah Data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan atau Data yang

diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu

pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa

yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti

dari diagnosa yang akan ditegakkan.

A: adalah Analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan. Merupakan

kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang

didapatkan. Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi:

a. Diagnosa

Page 21: ISI Seminar Individu

21

b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera

P: adalah Penatalaksanaan, Merupakan perencanaan pelaksanaan dan

evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat.

5. Manfaat SOAP

a. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang

sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk

suatu rencana asuhan.

b. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan

pendokumentasian.

c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan

mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat

komprehensif.

Page 22: ISI Seminar Individu

22

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN ANTENATAL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

Tanggal Pengkajian : 10-12-2012

Jam Pengkajian : 10.10 WIB

Tanggal masuk RS : 10-12-2012

Ruang : R. Edelweiss RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)

A. Biodata

Nama klien : Ny. M Nama klien : Tn. S

Umur : 43 tahun Umur : 49 tahun

Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat Rumah : Merdon RT 07/03, Tambak, Karangdowo, Klaten.

B. Keluhan

Ibu datang kiriman dari Puskesmas, mengatakan hamil anak ke 4 berumur 2

bulan dan mengeluh keluar darah yang banyak dari jalan lahir berwarna merah

segar, terdapat gumpalan sejak kemarin sore, mulas-mulas dan sakit pinggang

tadi pagi.

Page 23: ISI Seminar Individu

23

C. Riwayat Kehamilan Sekarang

G4P3AO

HPHT : 04-10-2012

TP : 11-07-2013

Imunisasi TT lengkap saat kehamilan ke 1, 2 dan ke 3.

Periksa hamil : 2x oleh Bidan

Tablet Fe yang sudah diminum ± 20 tablet, diminum setiap malam sebelum

tidur 1 tablet Besi secara teratur dengan air putih.

D. Riwayat Persalinan yang Lalu

No

Thn Usia Kehamila

n

Jenis Persalina

n

Penolong

Penyulit Kehamila

n dan Persalina

n

Keadaan

Nifas

AnakL/ P

BB PB Keadaan saat Lahir

H/

M

AS

1 1988 Aterm Normal Bidan Tidak ada

Normal P 3500 48 Baik H Ya

2 1991 Aterm Normal Bidan Tidak ada

Normal L 3000 50 Baik H Ya

3 2007 Aterm Normal Bidan Hipertensi

Normal L 2500 50 Baik H Ya

4 Hamil ini

E. Aktivitas Sehari- hari

1. Diet

A. Nutrisi

Ibu mengatakan pola makan 3x sehari, 1 piring sedang habis, makanan

yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan,

tidak ada makanan yang dipantang, perubahan pola makan tidak ada,

tidak ada alergi terhadap makanan.

Page 24: ISI Seminar Individu

24

B. Hidrasi

Jenis cairan yang diminum dalam sehari air putih sebanyak ± 9-10

gelas belimbing/hari (±2000 cc).

2. Istirahat dan Tidur

Malam :± 6jam/ hari Siang : 1 jam/hari

Tidak ada keluhan

3. Personal Hygiene

Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian 3x/hari,

jenis pakaian yang dipakai saat hamil daster

Vulva hygiene sesudah mandi, BAK dan BAB pakai sabun dengan air bersih

dari arah depan ke belakang.

3. Perilaku kesehatan

Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, jamu-

jamuan dan tidak pernah merokok.

F .Riwayat Kesehatan

1. Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit jantung, asma, TBC,

jantung, diabetes mellitus. Akan tetapi sejak kehamilan yang ketiga ibu

mengalami tekanan darah tinggi.

2. Ibu mengatakan mempunyai keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.

3. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan bahwa KB terakhir yang ibu gunakan adalah KB suntik 3

bulan.

Page 25: ISI Seminar Individu

25

G. Riwayat Sosial

Kehamilan ini tidak direncanakan, status perkawinan, nikah ke 1, lamanya 16

tahun, pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Dirumah ibu

tidak memiliki hewan peliharaan.

H. Riwayat status kesehatan sebelumnya (data dari IRD)

Di IRD perdarahan (+), telah dilakukan digitalisasi, dengan hasil jaringan 30 ml

kesan tidak bersih, perdarahan 70 ml, cavum uteri sebesar telur bebek, cavum

douglas tidak menonjol dan telah di infus.

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)

1. Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 kali/ menit, Reguler

Respirasi : 22 kali /menit, Reguler

Suhu : 36,5 0C

3. Pemeriksaan Fisik

a. Muka

Tidak ada oedema, tidak pucat.

1) Mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikhterik

2) Bibir dan gusi: tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada epulis

3) Lidah: bersih, warna merah muda

b. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar getah

bening, pembesaran vena jugularis

Page 26: ISI Seminar Individu

26

c. Abdomen

Bentuk perut membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada sikatrik bekas

operasi.

TFU : teraba 2 jari diatas sympisis

Abdomen teraba supel, dinding perut lemas, tidak terdapat nyeri tekan di

perut bagian bawah

d. Ekstremitas Atas

Terpasang infus di sebelah tangan kanan.

e. Genetalia

Luar : vulva tampak kotor oleh darah, tidak ada varises, tidak ada

pembengkakan kelenjar bartholini dan tidak ada luka di

perineum

Pemeriksaan Dalam : vagina teraba rugae, porsio licin, serviks teraba

utuh mencucu, pembukaan 1 jari longgar dan teraba jaringan.

4. Pemeriksaan Penunjang

Darah : Hb : 11,9 gr/dl, Golongan darah : O, HBsAg : 0 (negatif)

III. ANALISA (A)

G4P3A0 hamil 9+4 minggu dengan abortus inkomplit

IV. PENATALAKSANAAN (P)

Tanggal : 10-12-2012 Jam: 10.20 WIB

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan. Ibu

mengerti.

2. Kolaborasi dengan dr Usman, Sp.OG(K) untuk tindakan dan terapi, advis :

- Infus RL+oksitosin 10 IU dengan 20 tpm.

- Rencana kuretase besok, tanggal 11-12-2012

Page 27: ISI Seminar Individu

27

3. Memberi konseling/KIE pada ibu mengenai abortus inkomplit. Ibu mengerti

4. Menginformasikan ibu tentang rencana tindakan kuretase. Ibu mengerti.

5. Memfasilitasi ibu untuk rencana tindakan kuretase besok pagi, tanggal 11-

12-2012. Tanda tangan surat persetujuan operasi (SPO) sudah.

6. Menganjurkan ibu untuk puasa besok pagi, 6 jam sebelum tindakan

kuretase. Ibu bersedia puasa.

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 11-12-2012 Jam : 09.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF

Keluhan : Ibu masih merasa mulas dan keluar darah sedikit. Ibu sudah

puasa untuk kuretase.

II. DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : compos mentis

2. Tanda-tanda vital

TD : 110/800 mmHg R : 20x/menit

Nadi : 80x/menit S : 36,5o C

3. Pemeriksaan fisik

- Muka : tidak tampak pucat

- Mata : konjungtiva merah muda dan sklera putih

- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar getah

bening dan vena jugularis.

- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, teraba supel.

III. ANALISA

G4P3A0 hamil 9+5 minggu dengan abortus inkomplit

Page 28: ISI Seminar Individu

28

IV. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 11-12-2012 Jam : 09.25 WIB

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan.

Ibu mengerti.

2. Kolaborasi dengan dr. Puska Sp.OG untuk kuretase, dengan advis :

pasien diantar ke VK, sebelumnya diberikan vetik supp II. Dan post

kuretase dapat amoxicillin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg,

viliron 1 x 1.. Obat telah di berikan dan tidak ada reaksi alergi.

3. Mengantar ibu ke VK untuk tindakan kuretase. Ibu telah dilakukan

kuretase pukul 09.30-09.45 WIB, dengan hasil jaringan 15 cc,

perdarahan 20 cc.

4. Melakukan pemantauan pasca kuretase dengan memantau jumlah

perdarahan. TD : 110/60 mmHg, N : 82x,/menit, R : 18x/menit.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan boleh untuk makan dan minum

setelah pusing hilang. Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu tanda bahaya pasca kuret abortus, yaitu terjadi

perdarahan, perut sakit hebat, darah berbau busuk dan demam tinggi di

sertai menggigil. Ibu mengerti.

7. (14.00 WIB) Memberikan ibu amoxicillin 3 x 1 untuk mencegah terjadinya

infeksi pasca abortus. Dan memberikan ibu villiron (tablet Fe) dengan

dosis 1 x 1/hari diminum malam hari sebelum tidur dengan

menggunakan air putih untuk mencegah kurang darah. Amoxicillin dan

villiron telah di berikan.

Page 29: ISI Seminar Individu

29

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 12-12-2012 Jam : 08.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF

Keluhan : ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan lagi.

II. DATA OBJEKTIF

1. Kesadaran : compos mentis

2. Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit

Nadi : 80x/menit S : 36,4o C

3. Pemeriksaan fisik

- Muka : tidak tampak pucat

- Mata : konjungtiva merah muda dan sklera putih

- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar getah

bening dan vena jugularis

- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, teraba supel

III. ANALISA

P3A1 post kuretase hari ke 1 atas indikasi abortus inkomplit

IV. PENATALAKSAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan.

Ibu mengerti.

2. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp.OG, dengan advis :

- Pasien boleh pulang.

- Beri amoxicillin tablet 3x500 mg, asam mefenamat tablet 3x500 gr

dan villiron 1x1 untuk terapi di rumah.

Page 30: ISI Seminar Individu

30

3. Melakukan konseling/KIE pada ibu mengenai asuhan pasca abortus, yaitu

mengenai nutrisi, KB, pertama kali hubungan seksual, istirahat, obat-

obatan, dan personal hygiene. Ibu mengerti.

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pasca kuret abortus, yaitu terjadi

perdarahan, perut sakit hebat, darah berbau busuk dan demam tinggi di

sertai menggigil. Ibu mengerti.

5. Memberi ibu untuk rencana pulang. Keluarga sudah menyelesaikan

admnistrasi. Ibu pulang.

6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi, yaitu tanggal 19-

12-2012 untuk mengetahui kondisi ibu atau bila terdapat tanda bahaya

pasca abortus. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan

ulang pada tanggal 19-12-2012 atau bila merasakan tanda bahaya.

Page 31: ISI Seminar Individu

31

KESESUAIAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN DENGAN EVIDENCE BASED

No Tindakan Uraian prosedur tindakan Evidence Based

1. Terapi pra

kuretase

Rencana kuret,

Pemberian infus RL 500

ml+ oksitosin 10 IU.

misoprostol saat ini

tidak

direkomendasikan

untuk pengobatan

abortus insipiens atau

abortus inkomplit.

Misoprostol hanya

diberikan bila tidak

melakukan tindakan

operasi (curretage).

(Health Technology

Assessment Indonesia,

2008)

2. Anastesi

dalam

kuretase

Penggunaan anastesi

paraservikal saat

melakukan kuretase

Anastesi paraservikal

merupakan salah satu

metode anestesi yang

efektif. (Calvache

JA, Delgado-Noguera

MF, Lesaffre E, Stolker

RJ. 2012.)

3. Pemberian

antibiotik

Pemberian antibiotik tab

3x500 mg, asam

mefenamat tab 3x500 mg

dan tab Fe 1x1.

Kebanyakan abortus

spontan tidak

memerlukan antibiotik.

Pemberian antibiotik

profilaksis tidak

dianjurkan untuk

abortus inkomplit.

(SOGC, 2008) level I-

E.

Page 32: ISI Seminar Individu

32

BAB IV

PEMBAHASAN

I. TABEL ANALISA MASALAH

TEORI PRAKTEK/ KASUS KESENJANGAN

Asuhan pasca keguguran

terdiri dari:

- Tindakan

pengobatan

abortus inkomplit

dengan segala

kemungkinan

komplikasinya.

- Konseling dan

pelayanan

kontrasepsi

pascakeguguran.

- Pelayanan

Kesehatan

Reproduksi

Terpadu

- Vaksinasi Tetanus

Pengkaji hanya memberi

asuhan pasca keguguran

pada ibu mengenai

abortus inkomplit,

pengobatannya,

komplikasinya, KB,

pertama kali hubungan

seksual, personal

hygiene, istirahat dan

nutrisi sebelum ibu

pulang.

Terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek,t

yaitu pengkaji tidak

melakukan asuhan

pelayanan kesehatan

reproduksi terpadu yang

akan di jelaskan di

pembahasan.

II. PEMBAHASAN

Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,

memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:

1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan

komplikasinya.

Page 33: ISI Seminar Individu

33

2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

a. Tindakan pengobatan abortus inkomplit

Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :

1. Membuat diagnosis abortus inkomplit

2. Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.

3. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

4. Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.

5. Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

b. Kontrasepsi Pasca keguguran

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu pelayanan

kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran.

Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.

b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi

lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)

dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu

tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan:

- Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika

dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

- Jika riwayat imunsasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 unit

IM diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

Page 34: ISI Seminar Individu

34

Tetapi pada kenyataannya, pelayanan kesehatan reproduksi terpadu tidak

dilakukan dengan pertimbangan tidak ada tanda tanda PMS dan kelainan ginekologi

lainnya. Serta tidak dilakukan imunisasi TT karena sudah imunisasi TT 5x saat hamil

sebelumnya (booster).

Page 35: ISI Seminar Individu

35

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan hingga hasil kolaborasi

dengan dokter, di simpulkan bahwa Ny mujinem, 43 tahun mengalami

abortus inkomplit.

Semua asuhan dan tindakan yang diberikan pada klien sesuai dengan

teori. Dan protap RSST pun sesuai dengan evidence based medicine dan

midwifery yang terkini mengenai asuhan pada abortus inkomplit, hanya ada

yang sedikit kurang dalam asuhan pasca abortus, yaitu pelayanan kesehatan

reproduksi terpadu, yaitu ditambah pelayanan skrining kanker payudara serta

PMS. Hal ini dikarenakan tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke penyakit

ginekologi, riwayat imunisasi TT ibu yang lengkap, serta kurang pengetahuan

dari penulis.

B. Saran

Bidan di RS memang mempunyai peran yang lebih walaupun hakikatnya

mempunyai mempunyai tugas yang sama. Bidan di RS diberi kewenangan

yang lebih luas, akan tetapi tetap harus konsultasi/kolaborasi atau di bawah

pengawasan DSOG untuk memberikan rencana terapi dan asuhan yang

diberikan untuk pasien. Bidan di RS pun harus bisa melakukan intruksi dan

perintah sesuai advise dokter serta protap yang berlaku dengan pelayanan

yang berkualitas dan sesuai dengan evidence based.