isi seminar individu
DESCRIPTION
asuhan kebidanan pada abortus inkomplitTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi merupakan masalah
yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, disamping menunjukkan derajat
kesehatan juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam mencapai sasaran pembangunan millenium (millenium development
goals/MDGs) yang ditetapkan perserikatan bangsa-bangsa dan pemerintah
indonesia, berbeda dengan indonesia sehat 2010, sasaran MDGs ada
indikatornya serta kapan harus di capai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan
“Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Angka
Kematian Ibu bersama dengan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator
keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI di Indonesia tahun 2008
tertinggi di ASEAN sebesar 248/100.000 kelahiran hidup.Target MDG’s, pada
tahun 2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (MDG’s, 2010).
Angka kematian ibu di Indonesia menurut SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia) tahun 2005 mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan
merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Tiga penyebab utama angka kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sebanyak 11-13 % dari kematian ibu
tersebut disebabkan oleh abortus. Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu
yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. Sebagian besar disebabkan oleh
abortus yang tidak aman, yaitu dilakukan dengan cara yang tidak baik,misalnya
dibantu dukun atau minum jamu peluntur.
2
WHO memperkirakan sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh
abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman diperkirakan
100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang.
Tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan
kehamilan yang tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60%
mendapat pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan tidak aman.
Hal ini menyumbangkan AKI 15-20% diperkirakan sekitar 700.000 wanita/ibu
meninggal per tahun akibat abortus tak aman, yaitu 1 diantara 10 kehamilan atau
1 diantara 7 kelahiran. 90% terjadi di negara berkembang yang merupakan 15
kali angka kematian dibanding di negara maju.(Affandi, 2008)
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka
50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa
hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap
tahun 500.000-750.000 abortus spontan (Azhari, 2002).
Angka kejadian abortus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro,cukup tinggi
yaitu 13,9% dari seluruh jumlah kehamilan periode Januari-November 2012, dan
kejadian abortus inkomplit periode Januari-November 2012 sebanyak 63% (432
kasus). Khususnya di ruang Edelweiss sebanyak 34,9% (151 kasus), oleh karena
tingginya kasus abortus inkomplit di RSST, maka penulis terarik untuk mengambil
kasus abortus inkomplit di ruang Edelweiss.
3
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Klinik Kebidanan
(PKK) I.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan asuhan kebidanan lebih lanjut yang bermutu tinggi
pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
b. Menganalisa hasil pengkajian pada kasus abortus inkomplit, dengan
cara mengimpretasikan hasil temuan klinis tersebut sebagai dasar
untuk menentukan tindakan/asuhan yang adekuat dan sesuai
evidence based.
c. Melaksanakan penanganan kasusabortus inkomplit yang sesuai
dengan protap dan evidence based.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan hasil studi kasus yang diperoleh, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap abortus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Ilmu yang terdapat dalam proses studi kasus diharapkan dapat
menambah pengalaman baru dalam diri peneliti dan bisa di aplikasikan
dalam masyarakat.
4
b. Bagi Profesi
Diharapkan dapat dipakai sebagai wacana baru dalam memberikan
peningkatkan mutu dan pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit sesuai kompetensi bidan.
c. Bagi Pendidikan
Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat dijadikan sumber pembelajaran
yang baru untuk mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi
mahasiswa lainnya.
d. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini dapat menjadi acuan bagi
institusi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan kesehatan maternal serta
memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka
kejadian abortus inkomplit.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
ABORTUS
A. Pengertian
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan
kurang 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2007)
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
hingga 22 minggu (Rukiyah, dkk, 2010).
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi x.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh estrogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan
alkohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
6
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan
bawaan uterus ( Sarwono, 2007).
Ditambahkan menurut rukiyah, 2010, mengatakan penyebab abertus
adalah dari faktor janin, faktor ibu, faktor bapak, faktor genetik, faktor anatomi
kongenital, faktor endokrin, faktor infeksi, faktor imunologi, penyakit-penyakit
yang melemahkan, faktor nutrisi, obat-obatan rekreasional dan faktor psikologis.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus
papiraseus (Sarwono, 2007).
7
D. Diagnosis dan Penatalaksanaan Komplikasi pada Abortus
Komplikas yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi,
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi
atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persolaan gawat karena perlukaan
uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung
kemih atau usus, dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3. Infeksi (abortus infeksiosus)
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).
8
Tabel 1. Komplikasi pada abortus
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan
1. Nyeri abdomen bawah
2. Nyeri lepas
3. Uterus terasa lemas
4. Perdarahan berlanjut
5. Lemah-lesu
6. Demam
7. Sekret vagina berbau
8. Sekret dan pus dari
serviks
9. Nyeri goyang serviks
Infeksi atau sepsis Mulailah antibiotika
sesegera mungkin sebelum
melakukan aspirasi vakum
manual.
1. Nyeri atau kaku pada
abdomen
2. Nyeri lepas
3. Distensi abdomen
4. Abdomen terasa tegang
dan keras
5. Nyeri pada bahu
6. Mual atau muntah
7. Demam
Perlukaan uterus,
vagina atau usus.
Lakukan laparotomi untuk
memperbaiki perlukaan dan
lakukan aspirasi vakum
manual secara berurutan.
Mintalah bantuan lebih
lanjut jika dibutuhkan.
Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
9
E. Abortus incomplit
Abortus inkomplit adalah keadaan dimana sebagian dari hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis yang tertinggal pada
desidua basalis saat usia kehamilan < 20 minggu, ditandai : perdarahan
sedang, hingga banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran
jaringan perdarahan berlangsung terus; Serviks terbuka, karena masih ada
benda didalam uterus yang dianggap orpus alliem maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini
dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali; Uterus sesuai usia kehamilan;
Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules; Ekspulsi sebagai
hasil konsepsi (Rukiyah, 2010).
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus (Sarwono, 2007). Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-
kadang sedemikian masih sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
10
Gambaran USG pada abortus inkompletus tidak spesifik, tergantung dari
usia kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi. Uterus mungkin masih
membesar walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri
mungkin berisi kantong gesatasi yang bentuknya tidak utuh lagi atau mungkin
berisi massa kompleks (struktur ekhogenik dan anekhoik) yang tidak spesifik.
Kadang-kadang terlihat kantong gestasi yang terlepas dari dinding uterus dan
berada di dalam kanalis servikalis atau vagina.
Keguguran tak lengkap (abortus inkomplit) ditandai dengan
dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya
memberikan gejala klinis.
Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi :
1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
3. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi. (Manuaba, 2010)
F. Penanganan
1. Penanganan Abortus secara umum
Secara umum penanganan dilakukan sebelum melakukan
penanganan secara khusus/spesifik lakukan penanganan awal terlebih
dahulu yang terkena abortus antara lain :
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan dan
suhu).
11
b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsn,
tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat dari 112
x/menit.
c. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemunkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi
syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.
d. Jika pasien dengan keadaan syok, pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
e. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar), berikan
larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat
(500 ml dalam 2 jam pertama). Kemudian setelah diketahui abortus
apa yang terjadi, lakukan penangan yang spesifik sesuai abortus
yang terjadi (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal).
2. Abortus incomplete
Ditangani hampir sama dengan abortus insipiens, kecuali jika pasien
dalam keadaan syok karena perdarahan banyak, maka harus dilakukan
resusitasi cairan (bahkan mungkin perlu transfusi). Untuk mengatasi
syoknya terlebih dahulu. Suction curretage dapat dilkukan setelah syok
teratasi.
12
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari
16 minggu, evakuasi dapat dilakuakn secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkakn hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
IM atau misoprostol 400 mcg/oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
1) Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evakuasi
yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin
0,2 mg IM (diulang setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg/oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika
perlu). Yang ini hanya dilakukan oleh dokter Sp.OG, bidan
disini hanya bertugas sebagai asisten. (Sarwono, 2007)
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
2) Jika perlu diberikan misoprostol 200 mcg/vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
13
3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
(Sarwono, 2007).
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
G. Asuhan kebidanan pada abortus inkomplit
Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi menurut
Kepmenkes RI no 369/MENKES/SK/III/2007 merupakan kompetensi yang ke-9
dari standar kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan dasar,
keterampilan dasar dan keterampilan tambahan.
Pengetahuan dasar :
1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular
seksual (PMS), HIV/AIDS.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim
terjadi.
3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi :
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Keterampilan dasar :
1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem
reproduksi.
2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan
(bila belum sempurna).
3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita
dengan gangguan sistem reproduksi.
14
4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada
gangguan sistem reproduksi, meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur
dan penundaan haid.
5. Mikroskop dan penggunaanya.
6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
Keterampilan tambahan :
1. Menggunakan mikroskop untuk memeriksa hapusan vagina.
2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
Berdasarkan standar kompetensi bidan ke-9, yaitu tentang keterampilan dasar
yang harus dimiliki bidan adalah mampu mengidentifikasi serta pengobatan
abortus spontan, maka sikap bidan dalam menghadapi kasus abortus inkomplit,
yaitu :
1. Memberikan KIE motivasi untuk memeriksakan diri.
2. Mengidentifikasi tanda, gejala serta penatalaksanaan sesuai kewenangan
bidan.
3. Memberikan KIE tentang asuhan dan pengobatan.
4. Konsultasi ke Dokter ahli (DSOG).
5. Rujuk penderita ke puskesmas atau rumah sakit.
6. Perawatan setelah dirujuk kembali. (Manuaba, 2010)
H. Dukungan jurnal atau hasil penelitian (Terlampir)
1. Misoprostol juga berguna pada abortus insipiens dan inkomplit.
Penggunaan misoprostol pada abortus inkomplit, 24 wanita menerima
15
400μg misoprostol oral dan 95% mengalami abortus komplit tanpa
intervensi pembedahan. Pada suatu studi acak dari 50 wanita yang
mengalami perdarahan, nyeri abdomen, ostium uteri eksterna terbuka dan
besar uterus kurang dari 14 minggu kehamilan, pasien diberikan dosis
tunggal 400μg misoprostol oral atau dilakukan intervensi pembedahan
segera. Intervensi pembedahan secara bermakna lebih mudah
dibandingkan misoprostol dalam mengalami aborsi komplit dalam waktu 12
jam (97% vs 13%, P<0.001). Rata-rata kadar hemoglobin (Hb) turun secara
bermakna pada pada wanita di kelompok misoprostol, tetapi tidak pada
wanita kelompok pembedahan. Berdasarkan hal tersebut di atas,
misoprostol saat ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan abortus
insipiens atau abortus inkomplit. (Goldberg AB, Greenberg MB, Darney PD.
2001)
2. Standar treatment abortus inkomplit
- Anastesi untuk kuretase adalah pethidine 100 mg + diazepam (or
promethazine 25 mg). Paraservikal adalah salah satu metode anastesi
efektif yang lain.
- Keluarkan sebanyak mungkin baik dengan tangan maupun dengan ring
forsep.
- Lakukan kuretase dengan hati-hati dan memberikan oksitosin 10 mg iv
sesegera mungkin.
- Setelah semua jaringan terevakuasi berikan ergometrin 0,5 mg IV or IM.
- Kebanyakan abortus spontan tidak memerlukan antibiotik.
(Gunnar Holmgren, 2011)
16
3. Misoprostol efektif di berikan pada abortus inkomplit bila tidak
menggunakan tindakan curetase.
I. Asuhan Pasca Abortus
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beritahu bahwa abortus spontan
merupakan hal yang biasanya terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15 % dari
seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berikan keyakinan mengenai
kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut kecuali jika terdapat sepsis
dan adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada
kehamilan berikut. Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu
abortus incomplete. Ibu sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan sampai ia
benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling
merupakan hasil yang penting.
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pasca keguguran. Asuhan pasca keguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala
kemungkinan komplikasinya.
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :
a) Membuat diagnosis abortus inkomplit
b) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana
pengobatan.
c) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
d) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah
tindakan.
17
e) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk
memperhatikan segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik
termasuk kanker payudara.
Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang
dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin
membutuhkan:
1. Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5
ml, jika dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka
terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan anti tetanus serum (ATS)
1500 unit IM diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual dan penapisan kanker
serviks (Achadiat, M. 2004).
3. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran.
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu
pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan
Asuhan Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis
kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.
18
Tabel 2. Kontrasepsi pasca abortus:
Metode Waktu aplikasi Keterangan
Kondom Segera Efektifitas tergantung dari tingkat kedisiplinan pasien dapat mencegah PMS
Pil hormonal Segera Cukup efektif tetapi perlu ketaatan pasien untuk minum pil secara teratur
Suntikan Segera Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi
Implan Segera Jika pasangan tersebut mempunyai satu anak atau lebih dan ingin kontrasepsi jangka panjang
AKDR Segera atau setelah kondisi pasien pulih kembali
Tunda insersi jika HB kurang dari 7 g/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi
Tubektomi Segera Sesuai untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika HB kurang dari 7 g/dl, sampai anemia telah diperbaiki. Sediakan metode alternatif (seperti kondom)
Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2
19
J. Teori Metode Asuhan Kebidanan
1. Pengertian asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa
hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana.
(Sofyan, 2005)
2. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (sofyan, 2005).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode pengaturan,
pengorganisasian pikirandan tindakan dalam urutan logis, efektif dan
efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan
(Depkes RI, 2006)
3. Konsep dasar manajemen kebidanan
Proses manajemen kebidanan adalah sebuah metode
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun tenaga kesehatan.
(Varney, 2004).
4. Metode Pendokumentasian bidan
Catatan pasien merupakan suatu dokumen legal, yang mencatat
status pasien pada saat lampau atau sekarang dalam bentuk tulisan yang
menggambarkan catatan kebidanan yang diberikan. Keberadaan
20
dokumentasi baik baik berbentukcatatan maupun laporan sangat membantu
komunikasi antara sesama bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana
pengobatan.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan.
Sesuai dengan Kepmenkes no.938/MENKES/SK/VIII/2007, tercantum
standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan. Di dalamnya disebutkan tentang
Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah
melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam
medis/KMS/Status pasien/buku KIA) ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP
S: adalah Data Subjektif, mencatat hasil anamnesa. Merupakan informasi
yang diperoleh langsung dari klien atau keluarga klien. Informasi tersebut
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan
dengan diagnosa.
O: adalah Data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan atau Data yang
diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu
pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa
yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti
dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A: adalah Analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan. Merupakan
kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang
didapatkan. Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi:
a. Diagnosa
21
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera
P: adalah Penatalaksanaan, Merupakan perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat.
5. Manfaat SOAP
a. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang
sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk
suatu rencana asuhan.
b. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan
pendokumentasian.
c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN ANTENATAL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
Tanggal Pengkajian : 10-12-2012
Jam Pengkajian : 10.10 WIB
Tanggal masuk RS : 10-12-2012
Ruang : R. Edelweiss RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)
A. Biodata
Nama klien : Ny. M Nama klien : Tn. S
Umur : 43 tahun Umur : 49 tahun
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat Rumah : Merdon RT 07/03, Tambak, Karangdowo, Klaten.
B. Keluhan
Ibu datang kiriman dari Puskesmas, mengatakan hamil anak ke 4 berumur 2
bulan dan mengeluh keluar darah yang banyak dari jalan lahir berwarna merah
segar, terdapat gumpalan sejak kemarin sore, mulas-mulas dan sakit pinggang
tadi pagi.
23
C. Riwayat Kehamilan Sekarang
G4P3AO
HPHT : 04-10-2012
TP : 11-07-2013
Imunisasi TT lengkap saat kehamilan ke 1, 2 dan ke 3.
Periksa hamil : 2x oleh Bidan
Tablet Fe yang sudah diminum ± 20 tablet, diminum setiap malam sebelum
tidur 1 tablet Besi secara teratur dengan air putih.
D. Riwayat Persalinan yang Lalu
No
Thn Usia Kehamila
n
Jenis Persalina
n
Penolong
Penyulit Kehamila
n dan Persalina
n
Keadaan
Nifas
AnakL/ P
BB PB Keadaan saat Lahir
H/
M
AS
1 1988 Aterm Normal Bidan Tidak ada
Normal P 3500 48 Baik H Ya
2 1991 Aterm Normal Bidan Tidak ada
Normal L 3000 50 Baik H Ya
3 2007 Aterm Normal Bidan Hipertensi
Normal L 2500 50 Baik H Ya
4 Hamil ini
E. Aktivitas Sehari- hari
1. Diet
A. Nutrisi
Ibu mengatakan pola makan 3x sehari, 1 piring sedang habis, makanan
yang dikonsumsi adalah nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan,
tidak ada makanan yang dipantang, perubahan pola makan tidak ada,
tidak ada alergi terhadap makanan.
24
B. Hidrasi
Jenis cairan yang diminum dalam sehari air putih sebanyak ± 9-10
gelas belimbing/hari (±2000 cc).
2. Istirahat dan Tidur
Malam :± 6jam/ hari Siang : 1 jam/hari
Tidak ada keluhan
3. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian 3x/hari,
jenis pakaian yang dipakai saat hamil daster
Vulva hygiene sesudah mandi, BAK dan BAB pakai sabun dengan air bersih
dari arah depan ke belakang.
3. Perilaku kesehatan
Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, jamu-
jamuan dan tidak pernah merokok.
F .Riwayat Kesehatan
1. Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit jantung, asma, TBC,
jantung, diabetes mellitus. Akan tetapi sejak kehamilan yang ketiga ibu
mengalami tekanan darah tinggi.
2. Ibu mengatakan mempunyai keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
3. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan bahwa KB terakhir yang ibu gunakan adalah KB suntik 3
bulan.
25
G. Riwayat Sosial
Kehamilan ini tidak direncanakan, status perkawinan, nikah ke 1, lamanya 16
tahun, pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Dirumah ibu
tidak memiliki hewan peliharaan.
H. Riwayat status kesehatan sebelumnya (data dari IRD)
Di IRD perdarahan (+), telah dilakukan digitalisasi, dengan hasil jaringan 30 ml
kesan tidak bersih, perdarahan 70 ml, cavum uteri sebesar telur bebek, cavum
douglas tidak menonjol dan telah di infus.
II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali/ menit, Reguler
Respirasi : 22 kali /menit, Reguler
Suhu : 36,5 0C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka
Tidak ada oedema, tidak pucat.
1) Mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikhterik
2) Bibir dan gusi: tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada epulis
3) Lidah: bersih, warna merah muda
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar getah
bening, pembesaran vena jugularis
26
c. Abdomen
Bentuk perut membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada sikatrik bekas
operasi.
TFU : teraba 2 jari diatas sympisis
Abdomen teraba supel, dinding perut lemas, tidak terdapat nyeri tekan di
perut bagian bawah
d. Ekstremitas Atas
Terpasang infus di sebelah tangan kanan.
e. Genetalia
Luar : vulva tampak kotor oleh darah, tidak ada varises, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartholini dan tidak ada luka di
perineum
Pemeriksaan Dalam : vagina teraba rugae, porsio licin, serviks teraba
utuh mencucu, pembukaan 1 jari longgar dan teraba jaringan.
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb : 11,9 gr/dl, Golongan darah : O, HBsAg : 0 (negatif)
III. ANALISA (A)
G4P3A0 hamil 9+4 minggu dengan abortus inkomplit
IV. PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal : 10-12-2012 Jam: 10.20 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan. Ibu
mengerti.
2. Kolaborasi dengan dr Usman, Sp.OG(K) untuk tindakan dan terapi, advis :
- Infus RL+oksitosin 10 IU dengan 20 tpm.
- Rencana kuretase besok, tanggal 11-12-2012
27
3. Memberi konseling/KIE pada ibu mengenai abortus inkomplit. Ibu mengerti
4. Menginformasikan ibu tentang rencana tindakan kuretase. Ibu mengerti.
5. Memfasilitasi ibu untuk rencana tindakan kuretase besok pagi, tanggal 11-
12-2012. Tanda tangan surat persetujuan operasi (SPO) sudah.
6. Menganjurkan ibu untuk puasa besok pagi, 6 jam sebelum tindakan
kuretase. Ibu bersedia puasa.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal : 11-12-2012 Jam : 09.00 WIB
I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan : Ibu masih merasa mulas dan keluar darah sedikit. Ibu sudah
puasa untuk kuretase.
II. DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/800 mmHg R : 20x/menit
Nadi : 80x/menit S : 36,5o C
3. Pemeriksaan fisik
- Muka : tidak tampak pucat
- Mata : konjungtiva merah muda dan sklera putih
- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar getah
bening dan vena jugularis.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, teraba supel.
III. ANALISA
G4P3A0 hamil 9+5 minggu dengan abortus inkomplit
28
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11-12-2012 Jam : 09.25 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan.
Ibu mengerti.
2. Kolaborasi dengan dr. Puska Sp.OG untuk kuretase, dengan advis :
pasien diantar ke VK, sebelumnya diberikan vetik supp II. Dan post
kuretase dapat amoxicillin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg,
viliron 1 x 1.. Obat telah di berikan dan tidak ada reaksi alergi.
3. Mengantar ibu ke VK untuk tindakan kuretase. Ibu telah dilakukan
kuretase pukul 09.30-09.45 WIB, dengan hasil jaringan 15 cc,
perdarahan 20 cc.
4. Melakukan pemantauan pasca kuretase dengan memantau jumlah
perdarahan. TD : 110/60 mmHg, N : 82x,/menit, R : 18x/menit.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan boleh untuk makan dan minum
setelah pusing hilang. Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu tanda bahaya pasca kuret abortus, yaitu terjadi
perdarahan, perut sakit hebat, darah berbau busuk dan demam tinggi di
sertai menggigil. Ibu mengerti.
7. (14.00 WIB) Memberikan ibu amoxicillin 3 x 1 untuk mencegah terjadinya
infeksi pasca abortus. Dan memberikan ibu villiron (tablet Fe) dengan
dosis 1 x 1/hari diminum malam hari sebelum tidur dengan
menggunakan air putih untuk mencegah kurang darah. Amoxicillin dan
villiron telah di berikan.
29
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal : 12-12-2012 Jam : 08.00 WIB
I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan : ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan lagi.
II. DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit
Nadi : 80x/menit S : 36,4o C
3. Pemeriksaan fisik
- Muka : tidak tampak pucat
- Mata : konjungtiva merah muda dan sklera putih
- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar getah
bening dan vena jugularis
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, teraba supel
III. ANALISA
P3A1 post kuretase hari ke 1 atas indikasi abortus inkomplit
IV. PENATALAKSAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan dilakukan.
Ibu mengerti.
2. Melakukan kolaborasi dengan dr Sp.OG, dengan advis :
- Pasien boleh pulang.
- Beri amoxicillin tablet 3x500 mg, asam mefenamat tablet 3x500 gr
dan villiron 1x1 untuk terapi di rumah.
30
3. Melakukan konseling/KIE pada ibu mengenai asuhan pasca abortus, yaitu
mengenai nutrisi, KB, pertama kali hubungan seksual, istirahat, obat-
obatan, dan personal hygiene. Ibu mengerti.
4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pasca kuret abortus, yaitu terjadi
perdarahan, perut sakit hebat, darah berbau busuk dan demam tinggi di
sertai menggigil. Ibu mengerti.
5. Memberi ibu untuk rencana pulang. Keluarga sudah menyelesaikan
admnistrasi. Ibu pulang.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi, yaitu tanggal 19-
12-2012 untuk mengetahui kondisi ibu atau bila terdapat tanda bahaya
pasca abortus. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang pada tanggal 19-12-2012 atau bila merasakan tanda bahaya.
31
KESESUAIAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN DENGAN EVIDENCE BASED
No Tindakan Uraian prosedur tindakan Evidence Based
1. Terapi pra
kuretase
Rencana kuret,
Pemberian infus RL 500
ml+ oksitosin 10 IU.
misoprostol saat ini
tidak
direkomendasikan
untuk pengobatan
abortus insipiens atau
abortus inkomplit.
Misoprostol hanya
diberikan bila tidak
melakukan tindakan
operasi (curretage).
(Health Technology
Assessment Indonesia,
2008)
2. Anastesi
dalam
kuretase
Penggunaan anastesi
paraservikal saat
melakukan kuretase
Anastesi paraservikal
merupakan salah satu
metode anestesi yang
efektif. (Calvache
JA, Delgado-Noguera
MF, Lesaffre E, Stolker
RJ. 2012.)
3. Pemberian
antibiotik
Pemberian antibiotik tab
3x500 mg, asam
mefenamat tab 3x500 mg
dan tab Fe 1x1.
Kebanyakan abortus
spontan tidak
memerlukan antibiotik.
Pemberian antibiotik
profilaksis tidak
dianjurkan untuk
abortus inkomplit.
(SOGC, 2008) level I-
E.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
I. TABEL ANALISA MASALAH
TEORI PRAKTEK/ KASUS KESENJANGAN
Asuhan pasca keguguran
terdiri dari:
- Tindakan
pengobatan
abortus inkomplit
dengan segala
kemungkinan
komplikasinya.
- Konseling dan
pelayanan
kontrasepsi
pascakeguguran.
- Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
Terpadu
- Vaksinasi Tetanus
Pengkaji hanya memberi
asuhan pasca keguguran
pada ibu mengenai
abortus inkomplit,
pengobatannya,
komplikasinya, KB,
pertama kali hubungan
seksual, personal
hygiene, istirahat dan
nutrisi sebelum ibu
pulang.
Terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek,t
yaitu pengkaji tidak
melakukan asuhan
pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu yang
akan di jelaskan di
pembahasan.
II. PEMBAHASAN
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan
komplikasinya.
33
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
a. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :
1. Membuat diagnosis abortus inkomplit
2. Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
3. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
4. Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.
5. Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
b. Kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu pelayanan
kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran.
Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.
b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi
lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.
Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu
tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan:
- Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
- Jika riwayat imunsasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 unit
IM diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
34
Tetapi pada kenyataannya, pelayanan kesehatan reproduksi terpadu tidak
dilakukan dengan pertimbangan tidak ada tanda tanda PMS dan kelainan ginekologi
lainnya. Serta tidak dilakukan imunisasi TT karena sudah imunisasi TT 5x saat hamil
sebelumnya (booster).
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan hingga hasil kolaborasi
dengan dokter, di simpulkan bahwa Ny mujinem, 43 tahun mengalami
abortus inkomplit.
Semua asuhan dan tindakan yang diberikan pada klien sesuai dengan
teori. Dan protap RSST pun sesuai dengan evidence based medicine dan
midwifery yang terkini mengenai asuhan pada abortus inkomplit, hanya ada
yang sedikit kurang dalam asuhan pasca abortus, yaitu pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu, yaitu ditambah pelayanan skrining kanker payudara serta
PMS. Hal ini dikarenakan tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke penyakit
ginekologi, riwayat imunisasi TT ibu yang lengkap, serta kurang pengetahuan
dari penulis.
B. Saran
Bidan di RS memang mempunyai peran yang lebih walaupun hakikatnya
mempunyai mempunyai tugas yang sama. Bidan di RS diberi kewenangan
yang lebih luas, akan tetapi tetap harus konsultasi/kolaborasi atau di bawah
pengawasan DSOG untuk memberikan rencana terapi dan asuhan yang
diberikan untuk pasien. Bidan di RS pun harus bisa melakukan intruksi dan
perintah sesuai advise dokter serta protap yang berlaku dengan pelayanan
yang berkualitas dan sesuai dengan evidence based.