isi makalah.doc

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter yang membaktikan hidupnya untuk perikemanusiaan tentunya akan selalu lebih mengutamakan kewajiban diatas hak-hak ataupun kepentingan pribadinya. Dalam melaksanakan tugasnya, bagi dokter berlaku “Aegroti Salus Lex Suprema”, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (yang utama) (Hanafiah & Amir, 2008). Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak-kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung memahami hanya bidang spesialisasinya saja. Tuntutan efektif-efisien, perhitungan cost-benefit cenderung menghapus nilai empati, kurang dapat menempatkan diri sebagai penderita. Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora memperbaiki kondisi tersebut. Namun, akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, dan tingginya biaya pengobatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, yaitu masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya masalah-masalah hak asasi manusia 1

Upload: doraemon

Post on 03-Oct-2015

226 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dokter yang membaktikan hidupnya untuk perikemanusiaan tentunya akan selalu lebih mengutamakan kewajiban diatas hak-hak ataupun kepentingan pribadinya. Dalam melaksanakan tugasnya, bagi dokter berlaku Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (yang utama) (Hanafiah & Amir, 2008).

Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak-kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung memahami hanya bidang spesialisasinya saja. Tuntutan efektif-efisien, perhitungancost-benefitcenderung menghapus nilai empati, kurang dapat menempatkan diri sebagai penderita. Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora memperbaiki kondisi tersebut.Namun, akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, dan tingginya biaya pengobatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, yaitu masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya masalah-masalah hak asasi manusia di seluruh dunia, lebih-lebih dalam dasawarsa terakhir ini (Hanafiah & Amir, 2008).

Hak serta kewajiban pasien dan dokter perlu disosialisasikan dikalangan dokter dan di tengah- tengah masyarakat agar tiap-tiap pihak dapat memahami, menghayati, menghormati dan mengamalkannya. Dengan demikian, diharapkan hubungan pasien dengan dokter dapat berlangsung dengan baik dan masyarakat pun akan bebas dari keresahan (Hanafiah & Amir, 2008).Sejak terwujudnya praktik kedokteran,masyarakat mengetahui dan mengakui adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana,yaitu kemurnian niat,kesungguhan kerja,kerendahan hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak di ragukan (Hanafiah,2008).1.2 Rumusan Masalah

Apakah etika dan humaniora berperan dalam pelayanan kesehatan1.3 Tujuan

Untuk mengetahui peran etika dan humaniora dalam pelayanan kesehatanBAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Etika 2.1.1 Pengertian Etika (Ethics) berasal dari kata Yunani yaitu ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asaz akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998), etika adalah :a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. b. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.c. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika kedokteran merupakan salah satu cabang dari etika yang berhubungan dengan masalah-masalah moral yang timbul dalam praktek pengobatan. Etika kedokteran sangat terkait namun tidak sama dengan bioetika (etika biomedis). Etika kedokteran berfokus terutama dengan masalah yang muncul dalam praktik pengobatan sedangkan bioetika merupakan subjek yang sangat luas yang berhubungan dengan masalah-maslah moral yang muncul karena perkembangan dalam ilmu pengetahuan biologis yang lebih umum. Bioetika juga berbeda dengan etika kedokteran karena tidak memerlukan penerimaan dari nilai tradisional tertentu dimana hal tersebut merupakan hal yang mendasar dalam etika kedokteran (Samil R.S,2001).2.1.2 Macam-Macam Etika

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :a. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. Contohnya : Mengenai masyarakat Jawa yang mengajarkan tata krama berhubungan dengan orang yang lebih tua.b. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Contohnya : ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran, disiplin diri, tanggung jawab.Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. 2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.Etika Profesi yaitu prinsip moral & asas akhlak yg diterapkan para dokter dalam hubungannya dengan pasien, teman sejawat & masyarakat umum. 2.1.3 Tujuan Pendidikan Etika

Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional. Para pendidik melihat perlu tersedia berbagai pedoman agar anggotanya dapat menjalankan profesinya dengan benar dan baik. Para pendidik dibidang kesehatan melihat adanya peluang yang diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat rambu-rambu yang akan mengingatkan para peserta didik yang dilepas di tengah-tengah masyarakat selalu mengingat pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat yang tidak layak (Hanafiah, 2009).2.1.4 Bentuk-Bentuk Etika Kedokteran

Bentuk-bentuk etika kedokteran antara lain:

a. Etika Dokter terhadapSangKuasaMengenai etika terhadap Sang Kuasa disebutkan bahwa:

1. Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah fungsionaris Allah dalam bidang kesehatan dan kedokteran.2. Melaksanakan profesinya karena Allah dan buah Allah.3. Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah Allah.4. Melaksanakan profesinya dengan iman supaya jangan merugi.b. Etika Dokter terhadap pasienMengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang Dokter wajib:1. Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit.

2. Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit.3. Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.c. Etika Dokter terhadap SejawatnyaMengenai etika yang bagi Dokter Muslim kepada Sejawatnya yaitu :

1. Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman sejawatnya yang telah berada di situ. Jika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, cukup dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya kepada teman sejawat yang berdekatan.

2. Setiap Dokter menjadi anggota IDI setia dan aktif. Dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan.3. Setiap Dokter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan. Sehingga dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran.2.2 Kode Etik Kedokteran IndonesiaImhotep dari Mesir, Hipocrates dari Yunani, dan Galenus dari Roma, merupakan beberapa pelopor kedokteran kuno yang telah meletakkan dasar-dasar dan sendi-sendi awal terbinanya suatu tradisi kedokteran yang luhur dan mulia. Tokoh-tokoh ilmuwan kedokteran internasional yang tampil kemudian seperti Ibnu Sina (Avvicena) dokter islam dari Persi dan lain-lain, menyusun dasar-dasar disiplin kedokteran tersebut atas suatu kode etik kedokteran internasional yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. Di Indonesia, kode etik kedokteran sewajarnya berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah pancasila, sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter baik yang tergabung dalam himpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian telah menerima Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (Ferdika, 2012).Ada versi KODEKI, yaitu yang sesuai dengan surat keputusan MENKES RI No.434/Menkes/SK/X/1983 dan yang sesuai dengan surat keputusan PB IDI. No.221/PB/A-4/04/2002. Keduanya serupa tetapi tidak sama dari segi substansial dan urutannya. Oleh karena salah satu profesi adalah disusun oleh organisasi profesi bersangkutan, kita berpedoman pada KODEKI yang diputuskan PB IDI. Yang telah menyesuaikan KODEKI dengan situasi kondisi yang berkembang seiring dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta dinamika etika global yang ada. KODEKI tersebut berbunyi sebagai berikut:Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan dokternya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Pasal 11Setiap dokter harus memberikan kesempatan pada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter mampu melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri kemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi kedokteran atau kesehatan.

2.2.1 Hak dan Kewajiban Doktera. Hak DokterUndang-undang Praktek Kedokteran RI. NO. 29 tahun 2004 pasal 50 dan 51 mengatur hak dan kewajiban dokter dengan pasien. Hak dokter antara lain yaitu:Pasal 50

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :

1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

2. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

3. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan

4. menerima imbalan jasa. Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :

1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; 3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

2.2.2 Hak dan Kewajiban Pasiena. Hak Pasien

Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar individual dalam bidang kesehatan. Di dalam praktik kedokteran terjadilah hubungan pasien-dokter yang esensi hubungannya adalah saling menghargai dan saling mempercayai. Tetapi, hubungan ini, tidak seimbang. Secara relatif pasien berada pada posisi yang lebih lemah. Kekurangmampuan pasien untuk membela kepentingannya, yang dalam hal ini disebabkan ketidaktahuan pasien pada masalah pengobatan, menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi para profesional kesehatan.

UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

1. Hak atas informasi

2. Hak atas pendapat kedua

3. Hak atas rahasia kedokteran

4. Hak untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran5. Hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau kealpaan tenaga kesehatan

6. Hak untuk mendapat penjelasan7. Hak untuk memperoleh pendapat kedua8. Hak untuk mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan,standar profesi dan standar prosedur operasional

9. Hak untuk menolak tindakan medis10. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran

a. Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3)

b. Hak untuk meminta pendapat dokter/dokter gigi lain

c. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

d. Hak untuk menolak tindakan medis

e. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

Hak atas informasi pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sama dengan hak untuk mendapatkan penjelasan pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang lebih rinci menyebutkan hak tersebut sesuai dengan Pasal 45 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

b. Kewajiban Pasien

Pasal 53 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran mengatur tentang kewajiban pasien,yaitu: Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan dan

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima2.3 Humaniora

2.3.1 Pengertian

Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities (Inggris), humanisme, humanitarian, humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human, yang berarti mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora maupun humanitas, kedua-duanya dipergunakan dalam bahasa Latin/Yunani, misalnya dalam Literae Humanitates, atau Literae Humaniores. Oleh karena literatur Yunani/Latin adalah sumber utama dari pengetahuan, kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas (Latin) berarti bahasa dan literatur (termasuk filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra), Yunani dan Romawi kuno (Hanafiah, 2008).Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial. Contoh dari disiplin humaniora adalah bahasa kuno dan moderen, literatur, hukum, sejarah, filosofi, agama, dan seni visual dan drama (termasuk musik). Subyek-subyek tambahan yang terkadang masuk dalam humaniora adalah teknologi, antropologi, studi area, studi komunikasi, studi kultural, dan linguistik, meskipun cabang tersebut selalu dianggap sebagai ilmu sosial (Hanafiah, 2008).2.4 Hubungan Etika dan HumanioraHumaniora memusatkan perhatian kepada manusia, etika sebagai ilmu merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik-buruk dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya . (Tu,2001).Tampak ada bidang tumpang tindih antara humaniora dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham, ajaran, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan manusia. (Tu,2001).2.5 Penerapan Humanisme dan Etika Dalam Pelayanan KesehatanPada saat Abad Kegelapan baru saja terangkat dari Eropa, kedokteran dinegara-negara Arab sangat berkembang. Terdapat rumah-rumah sakit yang besar di Damascus, Kordoba, dan Kairo yang memperhatikan segala aspek dari layanan kesehatan termasuk aspek humanistik seperti sisi spiritualnya (memperdengarkan Al-Quran sepanjang saat tanpa henti), aspek-aspek estetika (seperti memainkan musik lembut di malam hari untuk membantu mereka yang sulit tidur), dan aspek-aspek yang dapat meningkatkan semangat mereka (seperti membacakan kisah-kisah yang menggugah jiwa pasien). Bahkan pasien diberikan sejumlah uang yang dapat menutupi kekurangan semasa sakit, hingga mereka mampu kembali bekerja. Ini adalah pendekatan yang betul-betul manusiawi (Hanafiah, 2008).Dokter mampu melakukan praktek hingga menyentuh seluruh lapisan masyarakat, agar nilai-nilai humanisme tetap terjaga. Tentu, secara pribadi hal tersebut sulit dilaksanakan. Tapi, jika penentu kebijakan terutama dalam bidang kesehatan memperhatikan masalah ini dan berangkat dengan keikhlasan untuk berbuat demi kemanusiaan, maka teknologi yang tercanggih sekalipun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat banyak (Hanafiah, 2008).BAB III

CONCEPTUAL MAPPING3.1 Conceptual Mapping

3.2 Hipotesa

Etika dan humaniora berperan dalam pelayanan kesehatanBAB IV

PEMBAHASANBerbicara tentang humaniora, berarti berbicara tentang beberapa aspek yang memiliki pengertian yang saling berkaitan, di antaranya mengenai humanisme, etika, kebudayaan dan perilaku. Humaniora memberikan wadah bagi lahirnya makna intrinsik nilai-nilai humanisme. Humanisme sendiri adalah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan/mencita-citakan pergaulan yang lebih baik. Ada juga yang berpendapat humanisme sebagai sikap/tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan pada rasa belas kasih serta martabat individu (Mustansyir, 2003).

Antara etika dan humaniora mempunyai peran penting dalam kesehatan terutama pelayanan kesehatan pada masyarakat. Peran humaniora dan etika berguna dalam menangani pasien atau masyarakat dalam penangan pelayanan kesehatan agar antara hak dan kewajiban dokter juga pasien tidak terabaikan. Memikul tanggung jawab pelayanan pasien/keluarga/masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Membuat keputusan profesional dalam pelayanan pasien /keluarga/masyarakat secara memadai dengan memanfaatkan layanan diagnosis dan konsultasi. Bekerja di batas kewenangan hukum dan etikaMengingat bahwa profesi dokter gigi merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari fungsi kemanusiaan dalam bidang kesehatan, maka perlu memiliki suatu kode etik yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Samil R.S,2001). sanksi apabila dokter melanggar kode etik : teguran, di ingatkan tentang kode etik, pembinaan etik.Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja. Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi profesi bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersangkutan. Tiap-tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki kode etiknya, namun kode etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (Hanafiah, 2009).BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa humaniora sebagai sifat memanusiakan manusia dan etika yang menganut ilmu tentang asas-asas akhlak, sangat berperan penting dalam kode etik kedokteran. Dokter sebagai salah satu profesi yang berhubungan langsung dengan manusia sebagai lawan interaksinya, sangat dianjurkan untuk memahami dan menerapkan asas humaniora dan etika dalam proses interaksinya terhadap pasien.5.2 Saran

Sebaiknya sebagai seorang dokter gigi/mahasiswa kedokteran gigi dalam memberikan pelayanan dan penanganan pada pasien harus menerapkan asas humaniora dan etika yang baik yang sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah, 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCDepdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai PustakaHerlambang, Susatyo. 2011. Etika Profesi Tenaga Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Mustansyir. 2003. Humaniora. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro HardjoSamil, R.S. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo

Tu, U.M. Humanism and Ethics in Medical Practice, Health Service, Medical Education and Medical Research, dalam The First Myanmar Academy of Medical Science Oration. Myanmar.2001Blog Spot. Macam - Macam Etika. Tersedia dari : Http://yogavom.blogspot.com/2010/04/macam-macam-etika.html. Akses : Rabu, 21 april 2010

Blog Spot. Etika Kedokteran dan Profesionalisme. Tersedia dari : http://etikakedokterandanprofesionalisme.blogspot.com. Akses : Juni 16, 2010Pelayanan Kesehatan

Humaniora

Etika

Kode Etik

Kewajiban

Hak

Tidak Dilaksanakan

Dilaksanakan

Tidak Ada Sanksi

Sanksi

17