isi makalah pembangunan

54
BAB I PENDAHULUAN Tujuan pembangunan nasional negara Republik Indonesia sudah tertuang dengan jelas dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Dalam rangka persiapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke tiga (2015-2019), sesuai ketentuan yang berlaku Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyusun Rancangan Teknokratik RPJMN, sebagai bahan masukan utama perencanaan RPJMN bagi Pemerintahan dalam periode 2015- 2019. Rancangan teknokratik ini akan diintegrasikan dengan visi dan misi Presiden Indonesia yang terpilih hasil Pemilihan Presiden tahun 2014. Rancangan Teknokratik RPJMN ini mencakup Agenda Pembangunan periode 2015-2019 dengan mempertimbangkan arahan kebijakan RPJPN 2005-2025 yang diuraikan secara ringkas pada Bab ini, hasil evaluasi RPJMN 2009-2014, kajian pendahuluan (background studies), dan masukan dari para pemangku kepentingan termasuk akademisi dan masyarakat. Perumusan agenda, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan juga mempertimbangkan dinamika geostrategis dan analisis atas berbagai tantangan utama yang akan dihadapi dalam pembangunan 2015-2019. 1. Arahan RPJPN 2005-2025 Upaya mewujudkan tujuan negara tersebut dilaksanakan melalui proses bertahap yang terencana,

Upload: ymomoy20

Post on 27-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kuitansi

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah Pembangunan

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan nasional negara Republik Indonesia sudah tertuang dengan jelas dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Dalam rangka persiapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke tiga (2015-2019), sesuai ketentuan yang berlaku Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyusun Rancangan Teknokratik RPJMN, sebagai bahan masukan utama perencanaan RPJMN bagi Pemerintahan dalam periode 2015-2019. Rancangan teknokratik ini akan diintegrasikan dengan visi dan misi Presiden Indonesia yang terpilih hasil Pemilihan Presiden tahun 2014. Rancangan Teknokratik RPJMN ini mencakup Agenda Pembangunan periode 2015-2019 dengan mempertimbangkan arahan kebijakan RPJPN 2005-2025 yang diuraikan secara ringkas pada Bab ini, hasil evaluasi RPJMN 2009-2014, kajian pendahuluan (background studies), dan masukan dari para pemangku kepentingan termasuk akademisi dan masyarakat. Perumusan agenda, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan juga mempertimbangkan dinamika geostrategis dan analisis atas berbagai tantangan utama yang akan dihadapi dalam pembangunan 2015-2019.

1. Arahan RPJPN 2005-2025 Upaya mewujudkan tujuan negara tersebut dilaksanakan melalui proses

bertahap yang terencana, terpadu dan berkesinambungan. Sehubungan dengan itu, telah disepakati Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang mengamanatkan adanya tahap Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk kurun waktu 20 tahun, jangka menengah lima tahunan (RPJMN), dan perencanaan tahunan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Arahan RPJPN ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan dari suatu periode 5 tahun pemerintahan ke periode 5 tahun berikutnya.

Sesuai Undang-Undang 17 Tahun 2007, visi RPJPN 2005-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Penerjemahan visi pembangunan jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut: Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan

Page 2: Isi Makalah Pembangunan

kekuatan sendiri. Maju : berarti Sumber Daya Manusia Indonesia telah mencapai kualitas yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap. Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilailuhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa. 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri. 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil. 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan

Page 3: Isi Makalah Pembangunan

komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta. 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelak sanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 4 .4 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan.

Page 4: Isi Makalah Pembangunan

2. Arah Pembangunan Jangka Menengah ke-3 (2015-2019) Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional seperti diamanatkan dalam visi

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, pada tahun 2025 Indonesia diharapkan sudah memasuki gerbang sebagai negara berpendapatan tinggi dan maju dan terlepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah. Banyak negara berkembang yang terperangkap dalam posisi negara berpendapatan menengah (Middle Income Trap/MIT) dan tidak berhasil bertransformasi menjadi negara maju. Untuk itu sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030. Berdasarkan arahan tersebut diatas, pembangunan Indonesia dalam periode 2015-2019, diarahkan untuk mencapai perekonomian yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Dalam kaitan ini, struktur perekonomian Indonesia harus bertransformasi menuju ekonomi dengan produktivitas dan nilai tambah yang tinggi berlandaskan kemampuan SDM berkualitas, dengan didukung infrastruktur yang handal serta perluasan inovasi dan penerapan teknologi. Reformasi komprehensif di segala bidang pembangunan sangat diperlukan untuk menjamin proses transformasi positif yang dapat mendorong perekonomian Indonesia mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi secara berkelanjutan. Sasaran utama lainnya adalah meningkatnya kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan semakin tingginya tingkat pendapatan masyarakat, berkurangnya kemiskinan secara signifikan, pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, terjaganya kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang berkarakter, yang didukung dengan sistem politik, stabilitas keamanan, dan ketertiban hukum. Reformasi pembangunan komprehensif dilaksanakan dengan selalu melihat dan mempertimbangkan dinamika geo-strategis termasuk kondisi geo-politik, geo-ekonomi, perubahan struktur demografi dan tantangan strategis lainnya, baik yang berskala global, regional, maupun nasional.

Page 5: Isi Makalah Pembangunan

Gambar I.1Tahapan Pembangunan dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025

Page 6: Isi Makalah Pembangunan

BAB IIPEMBAHASAN

KERANGKA EKONOMI MAKRO

Kerangka ekonomi makro dalam periode 2015-2019 disusun berdasarkan pada kondisi umum perekonomian Indonesia, masalah yang masih harus diselesaikan, tantangan yang harus dihadapi, serta tujuan yang ingin dicapai dalam periode lima tahun mendatang yang dirumuskan dalam sasaran yang ingin dicapai dan kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut. Kerangka ekonomi makro meliputi sasaran dan kebijakan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi yang tercermin dalam stabilitas moneter, fiskal dan neraca pembayaran, serta kebutuhan investasi untuk mendorong pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.

Oleh sebab itu Bab ini dibagi dalam tiga pokok bahasan, yaitu: a. kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 2014b. prospek ekonomi tahun 2015- 2019; dan c. Kebutuhan investasi dan sumber pembiayaan.

1. Kondisi Ekonomi hingga Menjelang Akhir tahun 2014 Berbagai kebijakan dan reformasi struktural ekonomi pasca krisis Asia tahun

1997/1998 telah meningkatkan kekuatan ekonomi nasional. Penguatan ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir yang mencapai hampir 6 persen, dan secara fundamental perekonomian nasional telah terbukti mampu dan kokoh menghadapi hantaman krisis global. Hal ini di antaranya ditunjukkan dari pertumbuhan ekonomi yang masih tumbuh cukup tinggi yang mencapai sebesar 4,6 persen ketika terjadi Krisis Keuangan Lehman Brothers pada tahun 2009, dan perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 5,8 persen pada tahun 2013 meskipun banyak negara yang mengalami kontraksi sebagai akibat terjadinya krisis utang pemerintah di Kawasan Eropa. Dari sisi produksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor tersier yang dalam 5 tahun terakhir tumbuh sebesar rata-rata 7,4 persen, diikuti sektor sekunder yang tumbuh sebesar rata-rata 4,3 persen dengan rata-rata pertumbuhan sektor industri sebesar 4,9 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun terakhir ditopang oleh investasi dan ekspor yang masing-masing tumbuh dengan rata-rata 6,9 persen dan 5,3 persen per tahun. Sementara itu, dengan terjaganya pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen dalam lima tahun terakhir, telah mendorong perluasan kesempatan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 76 .76 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 kerja sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka telah berhasil berkurang dari 7,1 persen pada tahun 2010 menjadi 5,7 persen pada tahun 2014.

Page 7: Isi Makalah Pembangunan

Pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang disertai pelaksanaan kebijakan afirmatif 4 klaster dalam lima tahun terakhir telah berhasil mendorong penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia, meskipun penurunannya mengalami perlambatan. Tingkat kemiskinan yang pada bulan September 2013 mencapai 11,47 persen diperkirakan pada akhir tahun 2014 akan dapat diturunkan menjadi sebesar 10,5 persen. Melalui strategi percepatan penurunan kemiskinan yaitu perlindungan sosial, perluasan jangkauan pelayanan dasar, dan pengembangan penghidupan berkelanjutan, tingkat kemiskinan di akhir tahun 2014 diharapkan dapat turun sesuai dengan target. Kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi ditopang oleh stabilitas yang tetap terpelihara. Inflasi dapat dikendalikan dalam batas yang aman. Nilai tukar meskipun cenderung terdepresiasi, pergerakannya masih dalam taraf yang wajar. Defisit anggaran tetap terjaga di bawah 3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata kinerja perekonomian

Indonesia cukup baik. Meskipun secara umum dalam satu dekade terakhir kinerja perekonomian Indonesia cukup baik, namun perkembangan kondisi perekonomian Indonesia yang terjadi pada akhir-akhir ini menghadapi tekanan yang kuat akibat perkembangan ekonomi global. Kondisi ini perlu dipertimbangkan dalam penyusunan sasaran dan kebijakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam periode 2015-2019. Krisis ekonomi global dan lambatnya pemulihan yang terjadi telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun masih cukup tinggi, pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya mencapai 5,8 persen, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang besarnya 6,3 persen pada tahun 2012 dan 6,5 persen tahun 2011.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh: (i) melambatnya pertumbuhan investasi (pembentukan modal tetap bruto) menjadi sebesar 4,7 persen dibanding sebesar 9,7 persen pada tahun 2012. Perlambatan ini antara lain karena turunnya investasi non-bangunan yang mempengaruhi hasrat investor untuk melakukan investasi sebagai dampak dari turunnya harga komoditi internasional. Perlambatan ini juga disebabkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang hanya mencapai 5,3 persen yang dipengaruhi oleh belum pulihnya perekonomian global dan semakin turunnya harga komoditi internasional. Meskipun pertumbuhan ekspor barang dan jasa ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 yang besarnya hanya 2,0 persen, namun masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa tahun 2011 yang mencapai 13,6 persen.

Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 77 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 77 Pertumbuhan ekonomi tahun 2013, ditopang oleh

Page 8: Isi Makalah Pembangunan

konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah yang tetap kuat. Walaupun terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi pada pertengahan 2013, konsumsi masyarakat tahun 2013 tetap tinggi yaitu tumbuh sebesar 5,3 persen (sama dengan pertumbuhan 2012), yang antara lain berhasil dijaga dengan upaya pemerintah melalui program BLSM untuk tetap menjaga daya beli masyarakat dalam rangka mengkompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi, serta kerjasama yang kuat antara Pemerintah dan BI untuk menstabilkan harga hingga inflasi kembali normal sampai dengan akhir 2013. Pertumbuhan konsumsi secara total juga didorong oleh pengeluaran pemerintah yang tumbuh 4,9 persen dibanding tahun 2012 yang besarnya 1,3 persen.

Selanjutnya, sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi, impor hanya tumbuh 1,2 persen ditahun 2013 dibanding tahun 2012 (6,7 persen). Dari sisi produksi, sektor pertanian tumbuh sebesar 3,5 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perikanan. Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,6 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya. Sektor tersier tumbuh sebesar 7,4 persen, dengan pertumbuhan tertinggi pada subsektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 10,2 persen. Perkembangan ini telah berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. PDB per kapita dalam USD tahun 2013 sedikit menurun menjadi USD3.499,9 dibanding tahun 2012 yang besarnya USD3.583,2 karena terjadi depresiasi rupiah, meskipun PDB per kapita dalam rupiah meningkat dari Rp.33,5 juta pada tahun 2012 menjadi Rp.36,5 juta pada tahun 2013.

Tekanan ekonomi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang mendekati 6 persen membutuhkan impor barang modal dan jasa yang cukup besar. Oleh karena hal ini terjadi bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, maka telah terjadi ketidakseimbangan eksternal. Surplus neraca transaksi berjalan yang selama ini terjadi mulai berkurang dan pada akhirnya mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir. Neraca transaksi berjalan bergeser dari surplus sebesar 0,3 persen per PDB pada Triwulan III tahun 2011 menjadi defisit 3,9 persen per PDB pada Triwulan III tahun 2013. Memburuknya neraca transaksi berjalan juga diiringi oleh meningkatnya ketidakpastian aliran modal internasional, terutama disebabkan oleh isu tapering offyang mulai marak sejak pertengahan tahun 2013 terkait dengan rencana akan berakhirnya kebijakan quantitave easing (QE) yang telah diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pasca krisis Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 78 78 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 global Lehman Bothers.

Dengan adanya isu ini, neraca arus modal secara total turun menjadi USD22,7 Miliar pada tahun 2013 dibanding USD24,9 Miliar pada tahun 2012. Untuk mengendalikan ketidakseimbangan eksternal ini, pemerintah telah meluncurkan Paket 23 Agustus 2013 dengan empat pilar kebijakan. Bersamaan

Page 9: Isi Makalah Pembangunan

dengan itu, memasuki Triwulan IV tahun 2013, perekonomian global mulai menunjukkan perbaikan yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Jepang, serta indikasi pemulihan kawasan Eropa, Tiongkok dan India. Dengan kondisi ini, pada Triwulan IV tahun 2013 neraca pembayaran membaik, dan bergeser menjadi surplus sebesar USD4,4 miliar, setelah tiga triwulan sebelumnya mengalami defisit. Surplus tersebut menurun kembali menjadi USD2,1 miliar pada Triwulan I tahun 2014. Tren perbaikan neraca pembayaran ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang turun menjadi USD4,2 miliar, atau 2,1 persen per PDB pada Triwulan I tahun 2014, lebih rendah dari defisit Triwulan III tahun 2013, yang besarnya USD 8,6 miliar, atau 3,9 persen PDB. Ditengah masih berlanjutnya ketidakpastian global, transaksi modal dan finansial Triwulan IV tahun 2013 surplus sebesar USD8,8 miliar, meningkat dibandingkan surplus sebesar USD5,5 miliar pada triwulan sebelumnya, dan terus meningkat hingga mencapai USD7,8 miliar pada Triwulan I tahun 2014.

Kenaikan surplus transaksi modal finansial terutama didorong oleh meningkatnya komponen investasi portofolio yang ditopang oleh bertambahnya pembelian investor asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah (saham dan SUN) dan adanya penerbitan obligasi global pemerintah. Investasi portofolio asing juga mencatat surplus namun tidak jauh berbeda dari Triwulan IV tahun 2013. Terkait dengan membaiknya neraca transaksi berjalan dan aliran modal masuk tersebut, cadangan devisa terus meningkat dari USD95,7 miliar pada Triwulan III tahun 2013 menjadi USD99,4 miliar pada Triwulan IV tahun 2013, dan mencapai USD102,6 miliar pada Triwulan I tahun 2014. Tekanan pada neraca pembayaran berdampak kepada nilai tukar rupiah terutama pada periode akhir Mei hingga Agustus 2013, sehingga Rupiah melemah sebesar 20,8 persen (y-o-y) selama tahun 2013 ke level Rp.12.189 per dollar Amerika Serikat.

Namun demikian, sejalan dengan terus membaiknya neraca pembayaran pada Triwulan IV 2013, dampak kebijakan Paket Agustus 2013, serta upaya BI untuk terus menjaga stabilitas rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, tekanan terhadap rupiah mulai menurun dan sampai dengan 9 Juni 2014 menguat hingga mencapai Rp.11.779 per USD. Sejalan dengan itu, IHSG pada tahun 2013 bergerak dengan tren menurun. Setelah mencapai Rekor IHSG tertinggi sebesar 5.215,0 yang terjadi pada bulan Mei 2013 (meningkat 20,8 persen dibanding posisi akhir 2012), pada bulan Juli-Agustus 2013, IHSG anjlok dan menyentuh 3.994,5

Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 79 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 79 pada bulan Agustus 2013. Dengan mulai menguatnya perekonomian global dan mulai membaiknya neraca pembayaran pada Triwulan IV 2013, IHSG menguat 0,4 persen pada Desember 2013 dibanding posisi akhir November 2013, dan selanjutnya terus menguat hingga mencapai 4.885,1 pada

Page 10: Isi Makalah Pembangunan

awal bulan Juni tahun 2014. Dari sisi moneter, melemahnya nilai tukar rupiah yang disertai dengan kenaikan harga BBM bersubsidi telah mendorong peningkatan inflasi menjadi 8,4 persen (y-o-y) pada tahun 2013 dibanding 4,3 persen (y-o-y) pada tahun 2012. Peningkatan yang tinggi baru terjadi ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan. Namun melalui berbagai kebijakan yang ditempuh tekanan inflasi berangsur-angsur dapat dikendalikan.

Sejalan dengan itu, suku bunga BI terus meningkat dari 5,75 persen pada bulan Mei 2013 menjadi 7,50 persen pada Juni 2014. Kenaikan BI rate yang ditempuh BI berpengaruh dan mengakibatkan peningkatan suku bunga perbankan termasuk suku bunga pinjaman. Dengan tren perlambatan ekonomi dan adanya kenaikan suku bunga kredit, laju pertumbuhan kredit mengalami penurunan. Pertumbuhan kredit hingga Desember 2013 hanya sebesar 20,2 persen (y-o-y) dibandingkan sebesar 23,3 persen (y-o-y) yang tercatat pada akhir tahun 2012. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan tajam kredit rupiah dari 24,0 persen (y-o-y) pada akhir 2012 menjadi 19,2 persen (y-o-y) pada akhir 2013. Selanjutnya sampai dengan bulan Juni tahun 2014 pertumbuhan kredit hanya 15,5 persen (y-o-y), menurun dibandingkan pada Desember 2013 yang mencapai 20,2 persen.

Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan kredit, ketahanan industri perbankan masih tetap terjaga, yang tercermin dari:

a. rasio kecukupan modal, CAR (Capital Adequacy Ratio) masih tetap tinggi sampai dengan bulan Maret tahun 2014, yaitu sebesar 19,8 persen; serta

b. rasio kredit bermasalah, NPL (Non Performing Loan) yang rendah, yaitu sebesar 1,9 persen pada bulan Maret tahun 2014. Dilihat dari perkembangannya, CAR terus meningkat dari 17,43 persen pada bulan Desember tahun 2012 menjadi 19,8 persen pada bulan Maret tahun 2014.

Sementara itu, NPL tetap rendah dan stabil, yaitu sebesar 1,9 persen selama kurun waktu yang sama. Dari sisi keuangan negara dan fiskal, selama kurun waktu 2010- 2014, APBN menunjukkan kinerja yang baik yang meningkat seiring dengan meningkatnya laju perekonomian nasional. Pendapatan negara dan hibah meningkat rata-rata 13,2 persen per tahun atau naik dari Rp995,3 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp1.429,4 trilun pada tahun 2013 dan diperkirakan akan mencapai Rp1.635,4 triliun pada tahun 2014. Peningkatan pendapatan negara tersebut utamanya didorong oleh peningkatan penerimaan perpajakan yang meningkat rata-rata sebesar Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 80 80 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 14,6 persen per tahun dan menyumbang lebih dari 70 persen dari total penerimaan dalam negeri.

Capaian tersebut didorong oleh langkah-langkah pembaruan kebijakan serta penyempurnaan sistem dan administrasi perpajakan seperti penerapan sistem informasi perpajakan (SIDJP) serta peningkatan perluasan basis pajak dalam rangka penggalian potensi perpajakan. Di sisi belanja negara, realisasi belanja negara dalam kurun waktu yang sama naik rata-rata sebesar 15,8 persen per tahun

Page 11: Isi Makalah Pembangunan

atau meningkat dari Rp1.042,1 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp1.638,9 triliun pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai Rp1.876,9 triliun pada tahun 2014.

Peningkatan belanja negara tersebut didorong oleh peningkatan belanja pemerintah pusat rata-rata sebesar 16,4 persen per tahun. Peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat tersebut utamanya didorong oleh peningkatan belanja barang dan belanja modal serta kenaikan belanja subsidi BBM dan listrik. Sejalan dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah, alokasi belanja ke daerah juga mengalami peningkatan.

Dalam kurun waktu yang sama belanja ke daerah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,7 persen per tahun yaitu meningkat dari Rp344,7 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp513,3 triliun pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai Rp596,5 triliun pada tahun 2014. Sepanjang kurun waktu 2010-2014 defisit anggaran cenderung sedikit longgar yakni dari 0,8 persen PDB pada tahun 2010 dan diperkirakan menjadi 2,4 persen PDB pada tahun 2014.

Adapun pembiayaannya diprioritaskan dari optimalisasi sumber-sumber pembiayaan utang dalam negeri. Sedangkan rasio utang pemerintah terhadap PDB berhasil dijaga pada kisaran dibawah 30,0 persen PDB sehingga pada tahun 2013 stok utang pemerintah mencapai 23,8 persen PDB dan diperkirakan menjadi 25,7 persen PDB pada tahun 2014. Meskipun secara umum selama periode tahun 2010-2014 kinerja perekonomian cukup baik dan pemerintah berhasil meredam berbagai dampak yang ditimbulkan oleh tekanan dan tingginya ketidakpastian global, dalam lima tahun kedepan masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut bersumber baik dari sisi eksternal maupun internal. Secara spesifik, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bidang keuangan negara dapat dibagi berdasarkan fungsi-fungsi sebagai berikut. Yang pertama adalah yang terkait dengan pendapatan negara. Pendapatan negara bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan bea dan cukai, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dari sisi penerimaan perpajakan, salah satu permasalahan yang dihadapi adalah realisasi penerimaan yang masih di bawah potensi penerimaannya sehingga tax coverage ratio-nya masih rendah.

Kondisi ini disebabkan oleh :a. masih rendahnya kualitas SDM yang memenuhi harapan organisasi

dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 81 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 81 masyarakat.

b. masih terkendalanya perluasan basis pajak dalam kondisi ekonomi dunia yang masih belum sepenuhnya stabil

c. masih belum tergalinya sumber-sumber penerimaan pajak, baik dari sektor unggulan maupun sektor informal yang sampai saat ini masih belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan negara; serta

Page 12: Isi Makalah Pembangunan

d. meningkatnya penandatanganan perjanjian perdagangan internasional dengan negara-negara lain yang berpotensi untuk memberikan dampak negatif bagi penerimaan Negara.

Dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), permasalahan dihadapi adalah: a. kecenderungan penurunan lifting minyak mentah Indonesia

dikarenakan penurunan produksi secara alamiah dan rendahnya investasi baru di sektor migas;

b. masih banyaknya sumber-sumber PNBP SDA non-migas yang belum tergali;

c. masih belum optimalnya peraturan perundang-undangan di bidang PNBP utamanya terkait dengan mekanisme pengelolaan PNBP;

d. belum optimalnya penerimaan iuran tetap dan royalti yang bersumber dari pertambangan mineral dan batubara; serta

e. masih tingginya risiko tidak tercapainya penerimaan atas laba BUMN, terutama karena faktor kinerja BUMN dan kondisi ekonomi makro.

Yang kedua adalah yang terkait dengan belanja negara. Permasalahan utama yang dihadapi adalah:

a. masih terbatasnya ruang gerak fiskal yang disebabkan oleh belanja-belanja yang bersifat wajib;

b. masih rendahnya efisiensi dan efektivitas belanja negara; c. masih belum optimalnya pengelolaan pelaksanaan belanja negara yag

tercermin dari masih lebih rendahnya realisasi terhadap target, terutama untuk belanja modal sementara belanja subsidi justru lebih tinggi dari target;

d. belum optimalnya pelaksanaan sistem pengelolaan belanja negara;serta e. masih rendahnya efektivitas dan efisiensi belanja ke daerah sebagai

dampak dari (a) belum sinkronnya dana desentralisasi dengan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, terutama dalam hal akuntabilitas pengelolaannya; dan (b) belum optimalnya sinergi antara kebijakan dan program nasional dengan kebijakan dan program di daerah menjadikan pengeluaran APBD dan pengeluaran APBN untuk daerah tidak efektif.

Yang ketiga adalah yang terkait dengan pembiayaan APBN. Permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan dalam negeri, adalah:

a. belum optimalnya pasar keuangan domestik dan infrastruktur SBN;b. tingginya kepemilikan SBN oleh asing sehingga rentan terhadap risiko

terjadinya penarikan dana secara besar-besaran jika terjadi krisis kepercayaan yang dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian secara nasional; dan

c. masih lemahnya koordinasi pengelolaan SBN.

Page 13: Isi Makalah Pembangunan

Sementara itu, permasalahan utama yang dihadapi dalam pembiayaan luar negeri adalah:

a. Belum optimalnya strategi utang sehingga diperoleh biaya pendanaan (cost of fund) dan tingkat risiko yang optimal;

b. Belum Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 82 82 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 optimalnya persiapan dan penilaian utang luar negeri sehingga berpotensi meningkatkan beban biaya (commitment fee) akibat dari keterlambatan pemenuhan persyaratan pemberi pinjaman (lender), khususnya pada utang baru serta lemahnya daya ungkit dalam mendorong ekonomi. Tantangan lain yang tak kalah pentingnya adalah reformasi kelembagaan keuangan negara agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi pengelolaan keuangan negara melalui perbaikan perencanaan dan anggaran serta penciptaan sistem pengawasan dan keseimbangan (checks and balancing). Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. penguatan perencanaan dan penganggaran; b. pengumpulan pendapatan terpadu (revenue collection); c. penguatan kapasitas kebijakan fiskal; sertad. penguatan kapasitas perbendaharaan (treasury).

2. Prospek Ekonomi Tahun 2015-2019

Prospek ekonomi tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh tujuan pembangunan ekonomi, masalah yang harus diselesaikan dan tantangan yang harus dihadapi, kebijakan yang akan ditetapkan, serta sasaran yang ingin dan diperkirakan dicapai dalam periode tahun 2015-2019.

Gambar IV.1 Menuju Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi, Berkeadilan dan Berkelanjutan

Page 14: Isi Makalah Pembangunan

Untuk mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi perlu diupayakan langkah-langkah yang sungguh-sungguh dan cermat untuk mendorong investasi, ekspor, konsumsi, maupun pengeluaran pemerintah. Langkah-langkah tersebut juga harus didukung dengan kebijakan fiskal dan moneter yang efektif. Disamping itu pula perlu dilakukan akselerasi industri baik untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus disertai upaya-upaya keberpihakan untuk mengurangi kesenjangan yang diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan. Transformasi ekonomi melalui industrialisasi yang berkelanjutan ini menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional. Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 84 84 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019

2.1. Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran Dengan arah kebijakan yang ditetapkan dalam periode tahun 2015- 2019,

kinerja faktor-faktor ekonomi yaitu capital stock, human capital stock dan TFP akan mulai meningkat tajam sejak tahun 2016, mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 mencapai 7,0 persen, dan terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,4 persen dan 7,9 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp.45,2 Juta (USD3.766) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp.72,4 Juta (USD 6.037) pada tahun 2019. Dari sisi pengeluaran, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah mendorong investasi untuk tumbuh tinggi dan mencapai sekitar 8,1 persen pada tahun 2017, dan mencapai 11,3 persen di tahun 2019. Dorongan kuat dari investasi akan memberikan kontribusi untuk peningkatan ekspor barang dan jasa, serta konsumsi. Ekspor mulai tumbuh diatas 9,0 persen pada tahun 2017, terus meningkat dan mencapai 12,5 persen pada tahun 2019. Konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah tumbuh secara bertahap dan masing-masing mencapai 5,6 persen dan 6,2 persen pada tahun 2019.

Dari sisi produksi, reformasi secara komprehensif mendorong industri pengolahan dalam lima tahuntumbuh secara rata-rata sebesar 7,1 persen per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu sektor pertanian dalam arti luas diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 3,7 persen. Seiring dengan pertumbuhan PDB secara keseluruhan, sektor tersier juga mengalami kenaikan pertumbuhan secara bertahap, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang mencapai 13,2 persen pada tahun 2019, yang ditopang oleh membaiknya infrastruktur dan meningkatnya pemakaian alat telekomunikasi. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, apabila tingkat kemiskinan dapat mencapai 10,5 persen dan tingkat pengangguran 5,7 persen pada akhir tahun 2014, diperkirakan tingkat kemiskinan akan terus menurun dan mencapai sekitar 6,0-8,0 persen pada akhir tahun 2019, dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,0-5,5 persen pada akhir tahun 2019. Target ini dapat terpenuhi dengan syarat pertumbuhan ekonomi dijaga pada tingkat 6,0-7,9 persen dan tingkat inflasi yang stabil sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.

Untuk mencapai sasaran tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk mendorong terciptanya

Page 15: Isi Makalah Pembangunan

kesempatan kerja yang berkualitas. Beberapa hal penting terkait strategi kebijakan ke depan diantaranya:

a. Meningkatkan produktivitas dengan melakukan akselerasi tenaga kerja ke sektor yang mempunyai nilai tambah dan produktivitas tinggi. Sektor pertanian merupakan pemberi kesempatan kerja besar dan membantu dalam ketahanan pangan bagi jutaan orang. Dengan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 85 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 85 meningkatkan produktifitas, sektor pertanian dapat meningkatkan penghasilan pekerja lebih baik. Sektor industri mempunyai potensi dapat menggerakkan pertumbuhan, menciptakan kesempatan kerja dan membawa perbaikan pada kesejahteraan hidup.

b. Meningkatkan standar hidup pekerja termasuk pekerja miskin, melalui penyediaan lapangan kerja produktif. Terbukanya lapangan kerja baru membutuhkan investasi baru yang dapat menjadi sarana meningkatkan pendapatan penduduk.

Gambar IV.2 Proyeksi Tingkat Kemiskinan dan TPT 2015-2019

Sumber: BPS dan Proyeksi Bappenas

2.2. Moneter Mengacu kepada permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi, serta

tujuan yang ingin dicapai, kebijakan di bidang moneter diarahkan untuk tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan melalui penguatan bauran kebijakan sehingga tetap kondusif bagi pengembangan sektor riil guna mendukung strategi re-industrialisasi dalam rangka transformasi ekonomi. Kebijakan moneter akan tetap diarahkan pada pencapaian sasaran inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat melalui kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya. Penguatan operasi moneter, pengelolaan lalu lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan akan diintensifkan untuk mendukung efektivitas transmisi suku bunga dan nilai tukar, sekaligus untuk memperkuat struktur dan daya dukung sistem Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 86 86 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 keuangan dalam pembiayaan pembangunan.

Page 16: Isi Makalah Pembangunan

Kebijakan makroprudensial akan diarahkan pada mitigasi risiko sistemik di sektor keuangan serta pengendalian kredit dan likuiditas agar sejalan dengan pengelolaan stabilitas makroekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan (financial inclusion) serta mendorong pendalaman sektor keuangan (financial deepening) dengan tetap menjaga kehati-hatian makro (macro prudentiality) dan kesehatan perusahaan jasa keuangan pada tataran mikro. Beberapa hal penting terkait strategi kebijakan moneter ke depan, diantaranya adalah:

a. Meningkatkan koordinasi para pemangku kebijakan (BI dan K/L terkait) untuk meningkatkan efektivitas kebijakan sehingga mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi;

b. Penguatan kebijakan struktural sangat dibutuhkan untuk menopang keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, termasuk implementasi peta-jalan (roadmap) pengurangan subsidi BBM secara bertahap bersama dengan konversi konsumsi energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, kebijakan di sektor keuangan, terutama terkait pendalaman pasar keuangan, dan kebijakan di sektor riil;

c. Kedisiplinan dalam menjaga stabilitas dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi merupakan aspek yang sangat krusial karena kebijakan tidak hanya dapat dengan menggunakan satu jenis kebijakan, tapi perlu dengan satu bauran kebijakan;

d. Respon kebijakan yang kuat (bold) mensyaratkan pentingnya dukungan sistem keuangan dan neraca korporasi yang sehat;

e. Komunikasi yang intensif sangat penting untuk menjangkar persepsi pasar. Dengan strategi dan arah kebijakan tersebut di atas, dalam periode 2015-2019, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dengan laju inflasi yang lebih rendah dan nilai tukar yang stabil, sehingga dapat dicapai postur transaksi berjalan yang lebih sehat. Inflasi akan dapat dikendalikan rata-rata sekitar 4,0–5,0 persen pada periode tahun 2015-2019. Nilai tukar diperkirakan akan dapat terjaga sebesar Rp 12.000/USD hingga tahun 2019. Prognosa ini sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi berbagai tantangan struktural yang saat ini masih dihadapi perekonomian domestik. Prospek perekonomian dalam jangka menengah diperkirakan akan berada dalam tren membaik seiring dengan implementasi kebijakan-kebijakan reformasi struktural di berbagai bidang. Koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus ditingkatkan dalam rangka mempercepat implementasi kebijakan-kebijakan tersebut .

Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 87 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 87 .2.3. Neraca Pembayaran

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat tajam mulai tahun 2017 dengan berbagai langkah reformasi secara komprehensif yang dilakukan, neraca pembayaran yang sebelumnya menghadapi tekanan akibat krisis ekonomi kinerjanya membaik. Perkiraan akan terjadinya perbaikan lingkungan global dan membaiknya harga komoditas dunia turut mendorong membaiknya kinerja neraca pembayaran. Defisit transaksi berjalan diperkirakan menurun cukup tajam dan bergeser menjadi surplus dalam periode tahun 2015-2019. Transaksi berjalan tahun 2015 yang diperkirakan mengalami defisit sebesar USD19,5 miliar

Page 17: Isi Makalah Pembangunan

berangsur-angsur turun dan bergeser menjadi surplus sebesar USD4,8 miliar pada tahun 2019. Perbaikan neraca transaksi berjalan terutama diperkirakan bersumber dari perbaikan neraca perdagangan barang, terutama peningkatan surplus perdagangan non migas, dalam lima tahun kedepan (2015-2019).

Disisi lain, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan meningkat cukup besar dan mencatat surplus sebesar USD38,8 miliar pada akhir tahun 2019, jauh meningkat jika dibandingkan surplus transaksi modal dan finansial pada tahun 2015 yang diperkirakan sebesar USD27,5 miliar. Perbaikan neraca transaksi modal dan finansial tersebut diperkirakan tidak lepas dari meningkatnya nilai penanaman modal asing (FDI) ke Indonesia. Iklim investasi yang semakin membaik dengan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk menarik perusahaan asing untuk berinvestasi di Indonesia diperkirakan akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang akan mengalami peningkatan pemasukan modal asing yang cukup besar.

Diperkirakan dalam lima tahun kedepan, nilai investasi luar negeri mencapai USD27,5 miliar tahun 2019, atau meningkat sebesar 54 persen dari tahun 2015 yang besarnya USD17,9 miliar. Perbaikan neraca transaksi modal dan finansial juga bersumber dari investasi portofolio yang juga menunjukkan surplus sejak tahun 2015. Diperkirakan investasi portofolio meningkat kurang lebih USD1,3 miliar dalam lima tahun ke depan. Dengan demikian, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD8,2 miliar pada tahun 2015 dan menjadi USD17,2 miliar tahun 2016. Surplus tersebut semakin meningkat sejalan dengan kebijakan reformasi secara komprehensif pada sektor perdagangan dan investasi dalam periode tahun 2015-2019, sehingga pada akhir tahun 2019, neraca pembayaran diperkirakan akan surplus sebesar USD43,5 miliar. Sejalan dengan itu posisi cadangan devisa juga diperkirakan terus meningkat. Jika tahun 2015 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 88 88 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 cadangan devisa diperkirakan baru mencapai USD115,9 miliar, pada tahun 2019 diperkirakan naik menjadi USD 177,4 miliar.

2.4. Keuangan Negara dan Fiskal Kebijakan fiskal pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong strategi re-industrialisasi dalam rangka transformasi ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal melalui peningkatan mobilisasi penerimaan negara dan peningkatan kualitas belanja Negara serta optimalisasi pengelolaan risiko pembiayan/utang.

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: Pertama, meningkatkan penerimaan perpajakan menjadi sekitar 14 persen PDB pada tahun 2019 melalui :

a. Penguatan SDM dan kelembagaan (perpajakan dan kepabeanan), termasuk peningkatan jumlah SDM Pajak dan kepabeanan menjadi dua kali lipat pada tahun 2019 yang dibarengi dengan upaya peningkatan kualitasnya;

b. Ekstensifikasi dan intensifikasi pengumpulan pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi; serta

c. Optimalisasi Penerimaan Bukan Pajak. Kedua, meningkatkan kualitas belanja melalui :

Page 18: Isi Makalah Pembangunan

a. Pengurangan alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran (khususnya belanja subsidi energi melalui peningkatan harga BBM dalam negeri secara bertahap sampai dengan tahun 2018 sehingga rasio subsidi energi turun dari 3,8 persen pada tahun 2014 menjadi 0,6 persen pada tahun 2019;

b. Penghematan subsidi energi dialokasikan pada belanja modal, sehingga alokasi belanja modal naik dari 1,5 persen PDB tahun 2014 menjadi 3,6 persen pada tahun 2019;

c. Pengalokasian dana kompensasi BBM serta pelaksanaan SJSN kesehatan dan ketenagakerjaan dalam bantuan sosial;

d. Peningkatan dana desentralisasi dan keuangan daerah beserta kualitas pengelolaannya termasuk mulai dialokasikannya dana desa sebesar Rp1 miliar per desa pada tahun 2015.

Ketiga, menjaga rasio utang pemerintah dibawah 30 persen dan terus menurun yang diperkirakan menjadi 19 persen pada tahun 2019; mengupayakan keseimbangan primer (primary balance) menjadi surplus sebelum tahun 2019; serta menjaga defisit anggaran dibawah 3 persen dan pada tahun 2019 menjadi 1 persen PDB. Sasaran peningkatan penerimaan negara akan dicapai melalui reformasi perpajakan secara komprehensif dan optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sasaran peningkatan kualitas belanja negara akan dicapai melalui penyempurnaan perencanaan penganggaran negara, peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran negara, dan peningkatan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 89 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 89 kualitas pengelolaan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah. Sasaran penurunan rasio utang pemerintah akan dicapai melalui peningkatan pengelolaan risiko pembiayaan anggaran.

Selanjutnya untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, secara umum kebijakan fiskal dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

Pertama, dari sisi penerimaan negara, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan terkait dalam rangka reformasi penerimaan perpajakan yang komprehensif adalah:

a. Peningkatan kapasitas SDM perpajakan, baik dalam jumlah maupun mutunya untuk meningkatkan rasio ketercakupan pajak (tax coverage ratio);

b. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk insentif pajak untuk mendorong re-industrialisasi yang berkelanjutan dalam rangka transformasi ekonomi;

c. Pemetaan wilayah potensi penerimaan pajak hasil pemeriksaan; d. Pembenahan sistem administrasi perpajakan; e. Ekstensifikasi dan intensifikasi pajak melalui perluasan basis pajak di

sektor minerba dan perkebunan serta penyesuaian tarif;f. Peningkatan efektivitas penyuluhan;g. Penyediaan layanan yang mudah, cepat dan akurat; h. Peningkatan efektivitas pengawasan; dani. Peningkatan efektivitas penegakkan hukum bagi penyelundup pajak

(tax evasion) Kedua, terkait dengan penerimaan kepabeanan dan cukai, kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah:

Page 19: Isi Makalah Pembangunan

a. memperkuat kerangka hukum (legal framework) melalui penyelesaian/penyempurnaan peraturan di bidang lalu lintas barang dan jasa;

b. peningkatan kualitas sarana dan prasarana operasi serta informasi kepabeanan dan cukai;

c. Pengembangan dan penyempurnaan sistem dan prosedur yang berbasis IT yang meliputi profilling Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window – INSW); persiapan operator ekonomi yang berwenang (Authorized Economic Operator – AEO) dan pengembangan Tempat Penimbunan Sementara (TPS);

d. Ekstensifikasi dan intensifikasi barang kena cukai; serta e. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kepabeanan.

Ketiga, terkait dengan optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah:

a. penyempurnaan regulasi; b. Optimalisasi PNBP migas dan nonmigas; c. Inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP yang dikelola oleh

K/L; sertad. Optimalisasi PNBP umum dan BLU.

Keempat, dari sisi belanja negara, kebijakan yang akan dilakukan terkait dengan penyempurnaan perencanaan penganggaran negara antara lain adalah:

a. pengurangan pendanaan bagi kegiatan yang konsumtif dalam alokasi anggaran Kementerian/Lembaga;

b. merancang ulang kebijakan subsidi guna mewujudkan subsidi yang rasional Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 90

90 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 penganggarannya dan tepat sasaran;

c. pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) untuk meningkatkan disiplin dan kepastian fiskal dan

d. penataan remunerasi aparatur negara dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Kelima, terkait dengan peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah:

a. penyempurnaan dan perbaikan regulasi dan kebijakan sehingga diharapkan penyediaan dan penyaluran dana di bidang investasi, pinjaman dan kredit program sesuai dengan program kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan infrastruktur dan iklim investasi pemerintah;

b. Pengelolaan kas yang efektif untuk mencapai jumlah likuiditas kas yang ideal untuk membayar belanja pemerintah melalui neraca tunggal perbendaharaan (treasury single account) dan perkiraan kas (cash forecasting) yang handal, serta manajemen surplus kas yang mampu memberi kontribusi optimal bagi penerimaan negara; dan

c. Memodernisasi kontrol dan monitoring pelaksanaan anggaran dengan sistem informasi yang terintegrasi.

Page 20: Isi Makalah Pembangunan

Keenam, terkait dengan pengelolaan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah, kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah:

a. Mempercepat penyelesaian RUU tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (HKPD) yang merupakan revisi dari UU 33/2004;

b. mempercepat pelayanan evaluasi Perda/raperda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), meningkatkan kualitas evaluasi Perda PDRD serta meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan PDRD;

c. Memepercepat pelaksanaan pengalihan anggaran pusat ke daerah untuk fungsi-fungsi yang telah menjadi wewenang daerah, mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan menjadi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan mempengaruhi pola belanja daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik;

d. Mempertegas peran Menteri Keuangan selaku pengelola kebijakan fiskal nasional untuk menjaga keselarasan pembangunan ekonomi termasuk dalam rangka pengendalian dan kehati hatian fiskal nasional dan daerah.

Ketujuh, terkait pengelolaan pembiayaan anggaran, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan adalah:

a. Pemanfaatan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pasar SBN;

b. Optimalisasi perencanaan dan pemanfaatan pijaman untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk berbasis proyek;

c. Pengelolaan Surat Berharga Negara melalui pengembangan pasar SBN domestik dan pengembangan metode penerbitan SBN valas yang lebih fleksibel;

d. Pengelolaan Risiko keuangan yang terintegrasi; e. Penggabungan lembaga keuangan

Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 91 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 91 penjaminan investasi dalam satu wadah untuk membiayai kegiatan-kegiatan beresiko tinggi; serta

f. implementasi manajemen kekayan-utang (Asset Liability Management – ALM) untuk mendukung pengelolaan utang dan kas negara.

Dalam hal reformasi kelembagaan, maka mendesak untuk dilakukan rekonfigurasi fungsi-fungsi keuangan negara sebagi berikut:

a. pengumpulan pendapatan (revenue collection) yang dikelola secara mandiri langsung di bawah Presiden namun tetap dalam koordinasi dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

b. perbendaharaan (treasury) yang menyatu dengan fungsi pengelolaan kebijakan fiskal; serta

c. pengalokasian anggaran/belanja (budget allocation) yang menyatu dengan fungsi perencanaan agar terjadi harmonisasi dan sinergi antara keduanya. Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal di atas, kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara dalam RPJMN 2015-2019 didasari oleh perkembangan asumsi dasar ekonomi untuk menyesuaikan antara kebutuhan pendanaan dengan kapasitas pendanaan. Dengan kapasitas pendanaan yang terbatas serta di sisi lain tingginya kebutuhan pendanaan, maka diperlukan beberapa strategi di dalam alokasi belanja pemerintah.

Page 21: Isi Makalah Pembangunan

Alokasi belanja diarahkan pertama untuk mendanai belanja yang mendukung kebutuhan dasar operasionalisasi pemerintahan seperti gaji dan upah serta belanja yang diamanatkan perundangan (mandatory spending) seperti Pendanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional, Anggaran Pendidikan, Penyediaan Dana Desa dan lainnya. Kedua, alokasi untuk mendanai isu strategis jangka menengah yang memegang peran penting dalam pencapaian prioritas nasional seperti pembangunan infrastruktur konektivitas, pemenuhan alutsista TNI, ketahanan pangan dan energi. Ketiga, alokasi mendanai prioritas pada Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam implementasi pelaksanaannya, peningkatan kualitas belanja melalui efisiensi dan efektifitas sangat dibutuhkan. Untuk mendukung, upaya tersebut, secara berkesinambungan terus dilakukan reformasi perencanaan dan penganggaran melalui penerapan prinsip-prinsip kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure) serta memperkuat anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) yang telah diterapkan di RPJMN sebelumnya.

Dengan berbagai kebijakan yang akan diambil dalam lima tahun ke depan tersebut, prospek keuangan negara dalam jangka menengah periode ketiga adalah sebagaimana dalam Tabel IV.5. Prospek keuangan negara tersebut sejalan dengan arahan RPJPN 2005-2025 yang menuntut Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 92 92 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 pengelolaan keuangan negara untuk bertumpu pada sistem anggaran yang transparan, bertanggung jawab, dan dapat menjamin efektivitas pemanfaatan.

3. Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan Salah satu tujuan dari reformasi secara komprehensif adalah untuk

mendorong investasi menjadi lebih efisien. Efisiensi tersebut diukur dengan menurunnya Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Pada tahun 2015, ICOR yang diperkirakan sebesar 4,5, menurun secara bertahap dan mencapai 3,6 dalam tahun 2019. Berdasarkan perkiraan tingkat efisiensi investasi tersebut, untuk mencapai sasaran pertumbuhan yang telah ditetapkan dibutuhkan jumlah investasi selama lima tahun sebesar Rp.26.809 triliun(harga berlaku) atau meningkat dengan rata-rata 16 persen per tahun. Peranan investasi masyarakat meningkat dari 29,3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2015 menjadi 31,7 persen PDB pada tahun 2019, sedangkan peranan investasi pemerintah pusat dan daerah diproyeksikan meningkat menjadi sebesar rata-rata 5,3 persen pada periode yang sama.

Dengan demikian, jumlah investasi pemerintah pusat dan daerah pada tahun 2015- 2019 diperkirakan akan mencapai Rp.3.949 triliun. Pembiayaan kebutuhan investasi tersebut dibiayai terutama dari tabungan dalam negeri, baik yang bersumber dari tabungan pemerintah maupun dari tabungan masyarakat. Seiring meningkatnya penerimaan negara serta relatif terkendalinya pengeluaran rutin, defisit tabungan pemerintah diperkirakan bergeser dari defisit sebesar 2,3 persen PDB pada tahun 2015 menjadi surplus sebesar 2,2 persen PDB pada tahun 2019. Adapun tabungan masyarakat diperkirakan meningkat dari 34,9 persen PDB pada tahun 2015 menjadi 36,7 persen pada tahun 2019.

Sementara itu, disisi lain tabungan luar negeri yang diperkirakan surplus sebesar 0,9 persen PDB tahun 2015 (karena proses penyesuaian dari

Page 22: Isi Makalah Pembangunan

ketidakseimbangan eksternal yang masih terus berlangsung sejak 2013) secara berangsur-angsur bergeser menjadi defisit sebesar 1,2 persen tahun 2019. Dari sisi pembiayaan, institusi keuangan yang membiayai untuk investasi masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. peran perbankan akan meningkat dari 7,1 persen pada tahun 2015 menjadi 9,4 persen di tahun 2019, sejalan dengan upaya BI untuk menggulirkan likuiditas ke masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi; b.

b. peran Luar Negeri selama periode 2015 hingga 2019 stabil sekitar 5,1 persen, sejalan dengan membaiknya perekonomian global yang berimplikasi masuknya aliran modal;

c. dengan makin tingginya pertumbuhan ekonomi dan membaiknya institusi pasar modal, maka dunia Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 93 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 93 usaha berusaha mencari akses permodalan dari saham dan obligasi, sehingga diharapkan peran saham akan naik dari 0,9 persen pada tahun 2015 hingga mencapai 1,4 persen pada tahun 2019, dan obligasi akan naik dari 1,0 persen pada tahun 2015 hingga mencapai 1,4 persen pada tahun 2019; dan

d. peran dana internal perusahaan (returned earning) dalam berinvestasi akan semakin berkurang, yaitu dari 15,1 persen pada tahun 2015 hingga menjadi 14,6 persen pada tahun 2019 karena peran lembaga keuangan yang semakin baik.

Page 23: Isi Makalah Pembangunan

BAB III

TEMA, KERANGKA DAN SASARAN POKOK RPJMN 2015-2019

Dalam Bab ini dirumuskan Tema, Kerangka, dan Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019 yang merupakan hasil kristalisasi dari analisa pada bab-bab sebelumnya yang terkait dengan hasil capaian pembangunan periode 2005-2014, analisa tentang lingkungan strategis dan tantangan pembangunan yang akan dihadapi, dan perkiraan kondisi ekonomi makro Indonesia dalam RPJMN 2015-2019. Tema Pembangunan RPJMN 2015- 2019

1. Tema Pembangunan RPJMN 2015-2019 RPJMN 2015-2019 merupakan tahapan pembangunan jangka lima

tahunan ketiga dari empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Tahapan ini merupakan masa yang sangat penting dalam membangun landasan yang mantap agar visi Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, yaitu INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR dapat dicapai sesuai yang diharapkan. Visi ini merupakan penjabaran upaya pelaksanaan pembangunan nasional yang mengarah pada pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai kelanjutan dari periode pembangunan sebelumnya dan sebagai masa pembangunan yang strategis dalam mempersiapkan landasan pembangunan berikutnya, maka tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah “Pembangunan yang Kuat, Inklusif dan Berkelanjutan”

2. Kerangka Pembangunan Jangka Menengah ke-3 (2015-2019) Hasil pembangunan yang cukup baik tersebut pada periode 2010- 2014,

belum dapat memenuhi aspirasi segenap rakyat Indonesia secara optimal. Secara ekonomi dan sosial, bangsa Indonesia, ingin tingkat kesejahteraan yang terus meningkat dan berkelanjutan, yang dinikmati oleh lebih banyak penduduk di seluruh Indonesia dengan kesenjangan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 100 100 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang menurun. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian utama ke depan. Pertama, potensi ekonomi Indonesia yang demikian besar harus dapat direalisasikan dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan, didukung struktur ekonomi dan ketahanan ekonomi yang kuat. Kedua, kemajuan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan harus dapat dinikmati secara adil dan merata oleh segenap bangsa Indonesia, di berbagai wilayah Indonesia. Ketiga, rakyat Indonesia ingin melihat Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang baik. Ke empat, rakyat Indonesia ingin mewariskan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari kepada generasi mendatang.

Page 24: Isi Makalah Pembangunan

Berdasarkan hal tersebut, dan mepertimbangkan berbagai factor bagi masukan penyusunan kerangka pembangunan jangka menengah yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka disusun kerangka pembangunan nasional untuk lima tahun yang akan datang yang akan menjadi acuan bagi pengembangan berbagai prioritas dan program yang akan dilaksanakan dalam RPJMN 2015-2019.

Kerangka pembangunan nasional tersebut secara umum menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dengan tiga pilar utama yaitu pembangunan ekonomi yang berdaya saing, pembangunan sosial yang inklusif, , dan pelestarian lingkungan hidup untuk mendukung dan memastikan keberlanjutan pembangunan serta didukung oleh perbaikan tata kelola di berbagai bidang dan tingkatan. Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, RPJMN 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan periode dimana kita dapat meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Banyak negara berkembang yang terperangkap dalam posisi sebagai negara berpendapatan menengah selama puluhan tahun dan tidak berhasil bertransformasi menjadi negara maju. Indonesia tentunya tidak ingin seperti negara-negara tersebut.

Karena itu tema pembangunan RPJMN 2015-2019 seperti disebutkan diatas harus benar-benar dapat dijabarkan dengan baik dalam suatu kerangka pembangunan yang dapat memastikan Indonesia dapat tumbuh lebih cepat dan kuat, inklusif dan berkelanjutan.

Untuk mewujudkan landasan yang kuat dalam pencapaian tujuan jangka panjang menjadi negara yang mandiri, maju, adil dan makmur, maka struktur perekonomian Indonesia harus bertransformasi dari ekonomi yang mengandalkan pada eksploitasi sumber daya alam sebagai barang mentah, tenaga kerja murah dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan kualitas iptek yang relatif rendah, menjadi perekonomian yang memperoleh nilai tambah tinggi dari pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, industri pengolahan dan jasa yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai daya saing, serta didukung kualitas iptek yang terus meningkat. Jika transformasi ekonomi ini dapat dilakukan, maka perekonomian Indonesia akan dapat tumbuh lebih cepat dan nilai tambah yang diperoleh dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

Dengan transformasi ekonomi ini diharapkan perekonomian Indonesia dalam RPJMN 2015-2019 akan tumbuh rata-rata 6-8 persen per tahun secara berkelanjutan dan Indonesia dapat menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita diatas 12 ribu dolar pada sekitar tahun 2025-2030. Untuk mewujudkan sasaran pembangunan perekonomian seperti tersebut diatas, paling tidak dibutuhkan beberapa langkah besar sebagai berikut: Pertama, pembangunan Indonesia membutuhkan suatu reformasi yang bersifat menyeluruh (comprehensive reform) yang meliputi seluruh sektor, baik sektor-sektor utama perekonomian maupun sektor-sektor Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 102 102 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 lainnya; kedua, dibutuhkan terobosan dan inovasi di tingkat kebijakan, strategi, dan program-program pembangunan serta peningkatan kinerja pada tingkat pelaksanaan pembangunan.

Page 25: Isi Makalah Pembangunan

Untuk itu kinerja aparatur pembangunan diharapkan dapat ditingkatkan dengan semangat dan pola piker (mind set) untuk menerapkan langkah-langkah not business as usual; ketiga, menerapkan prinsip pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat dalam proses pembangunan dan menjamin kualitas hasil pembangunan yang semakin meningkat yang dapat dinikmati tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga oleh generasi yang akan datang; keempat, pembangunan harus dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, baik antarsektor pembangunan, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dan masyarakat/swasta. Agar proses pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 dapat berjalan optimal, beberapa kondisi lingkungan strategis global, regional maupun nasional harus diperhitungkan secara terukur. Beberapa lingkungan strategis yang dipertimbangkan dampaknya terhadap RPJMN 2015-2019 mencakup kondisi geopolitik, geoekonomi, bonus demografi, agenda pembangunan global paska 2015 dan climate change. Jika Indonesia dapat mengantisipasi dampak dari kelima kondisi lingkungan strategis tersebut dalam RPJMN secara baik, maka diharapkan Indonesia dapat mengambil manfaat yang optimal yang akan mempengaruhi secara positif kinerja pembangunan nasional.

Sebaliknya jika antisipasi terhadap dampak lingkungan strategis tersebut tidak direncanakan dengan baik, dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan nasional. Selanjutnya dalam RPJMN 2015-2019 diperkirakan beberapa isu pembangunan dan sektor pembangunan akan mempunyai peran yang strategis dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang dan merupakan sektor-sektor kunci untuk menjadikan RPJMN 2015-2019 sebagai landasan yang kokoh dalam mengantarkan Indonesia menjadi negara maju. Sektor-sektor tersebut dikelompokkan kedalam lima kelompok besar yaitu bidang polhukhankam, ekonomi, kesra, SDA-LH dan daerah.

Dalam kelompok bidang polhukhankam, isu-isu strategis yang perlu mendapatkan prioritas penanganan dan diharapkan bisa diselesaikan dalam periode RPJMN 2015-2019 antara lain adalah :

a. isu-isu terkait dengan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; b. upaya meningkatkan penegakan hukum di seluruh bidang pembangunan; c. penanganan dan pencegahan korupsi khususnya di lembaga-lembaga

strategis yang akan berdampak besar terhadap kinerja pembangunan; d. upaya mempercepat konsolidasi demokrasi di semua tingkatan sehingga

budaya demokrasi yang efektif dan efisien dapat menjadi ruh pembangunan Indonesia kedepan; dan

e. yang sangat penting sebagai landasan pembangunan di semua bidang adalah stabilitas politik dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 103 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 103 keamanan baik di tingkat nasional maupun daerah. Jika isu-isu tersebut diatas dapat diselesaikan dengan baik dalam RPJMN 2015-2019 atau paling tidak permasalahan yang ditimbulkan dapat dikurangi sampai seminimal mungkin, maka bidang polhukhankam telah dapat menyiapkan suatu landasan yang kokoh bagi pembangunan bidang-bidang lainnya khususnya pada tahapan pembangunan periode selanjutnya.

Page 26: Isi Makalah Pembangunan

Untuk bidang ekonomi, isu-isu strategis yang perlu mendapatkan prioritas penanganan antara lain adalah :

a. proses trasnformasi struktur ekonomi nasional dari kondisi pembangunan ekonomi yang kurang efisien menjadi lebih efisien dengan peningkatan produktivitas nasional di semua bidang; dari pusat pertumbuhan ekonomi yang terpusat di Jawa (dan Jakarta) menjadi tersebar di seluruh wilayah; dari struktur ekonomi yang mengandalkan pada eksploitasi sumber daya alam ekstraktif menjadi ekonomi yang menghasilkan nilai tambah tinggi di dalam negeri; dari ekonomi berbasis komoditi sektor primer menjadi ekonomi jasa dan ekonomi kreatif; dan juga dengan upaya menumbuhkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru seperti pengelolaan jasa lingkungan, pengolahan keanekaragaman hayati menjadi produk yang berdaya saing tinggi, serta pengembangan potensi ekonomi maritim dan lain-lain;

b. isu ketahanan nasional terkait dengan ketahanan pangan, ketahanan energi dan ketahanan air harus menjadi prioritas pembangunan. Ketiga komoditi strategis ini yaitu pangan, energi dan air di masa yang akan datang akan semakin penting mengingat kebutuhan global yang terus meningkat, sementara ketersediaannya relatif tetap, bahkan menurun. Konflik di masa depan diperkirakan akan terjadi terkait dengan kebutuhan ketiga komoditi ini. Karena itu dalam RPJMN 2015-2019, ketiga isu strategis ini perlu mendapat perhatian yang serius dan konflik kepentingan antar sektor harus dapat diselesaikan;

c. isu penyediaan infrastruktur dasar dan infrastruktur strategis pendukung sektor pembangunan ekonomi yang perlu menjadi prioritas nasional mengingat lemahnya daya saing ekonomi Indonesia salah satunya ditentukan oleh masalah penyediaan infrastruktur yang kurang memadai;

d. isu dukungan iptek dan pengembangan inovasi yang akan memegang peranan penting bagi peningkatan daya saing bangsa. Karena itu jika kita ingin mewujudkan visi menjadi negara mandiri, maju, adil dan makmur, maka pengembangan iptek dan inovasi teknologi harus menjadi prioritas dan mendapat perhatian yang serius dengan dukungan pendanaan yang memadai.

Untuk kelompok bidang kesra, isu-isu yang diperkirakan akan menjadi isu strategis dalam RPJMN 2015-2019 antara lain mencakup:

a. peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan daya saing nasional dan menghadapi era pasar bebas yang dimulai dengan adanya Asean Economic Community (AEC) yang berlaku mulai akhir tahun 2015;

b. isu penyediaan lapangan kerja baru dalam Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 104 104 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 upaya mendayagunakan tenaga kerja produktif yang tersedia karena adanya bonus demografi;

c. isu pengentasan kemiskinan yang sampai saat ini masih membebani khususnya karena kesempatan kerja yang terbatas baik di perdesaan maupun perkotaan sehingga sering menyebabkan dampak negatif pada berbagai bidang lainnya;

Page 27: Isi Makalah Pembangunan

d. isu pemerataan pendapatan yang selama beberapa tahun terakhir memburuk karena kecepatan pertumbuhan pendapatan kelompok berpenghasilan tinggi dan menengah lebih cepat dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan penduduk miskin;

e. isu perlindungan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat miskin yang sudah dimulai pada RPJMN 2010-2014 dengan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang harus terus diperluas dan disempurnakan kualitas pelayanannya.

Pada kelompok bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup beberapa isu penting yang perlu menjadi prioritas antara lain adalah :

a. pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik sebagai bahan baku industri pengolahan dalam negeri (hilirisasi) sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan nilai tambahnya dapat lebih besar dinikmati oleh masyarakat. Selain itu potensi keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru ekonomi nasional;

b. isu strategis lainnya adalah bagaimana kita dapat mengembangkan potensi laut yang merupakan wilayah terbesar dari negara kita dalam suatu konsep kelautan yang terintegrasi antar berbagai sektor;

c. isu perubahan iklim harus diantisipasi sejak dini karena dampaknya secara nyata sudah mulai dirasakan oleh kita. Karena itu upaya mitigasi yang dilakukan secara sukarela (voluntary)perlu diteruskan, sementara itu isu adaptasi harus mulai dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Kelompok bidang kelima yang akan menjadi isu prioritas adalah terkait dengan isu-isu kewilayahan/kedaerahan yang mencakup antara lain:

a. isu pemerataan pembangunan antardaerah yang walaupun selama ini sudah mendapatkan penanganan tetapi dampaknya masih belum secara signifikan merubah struktur ekonomi wilayah;

b. pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) untuk pelayanan publik secara merata antardaerah sehingga tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia mendapatkan pelayanan publik yang relatif sama dapat tercapai;

c. isu urbanisasi serta keterkaitannya dengan pembangunan perdesaan. Di satu sisi masalah pembangunan perkotaan harus diatasi agar kota menjadi pusat pertumbuhan dan tempat tinggal yang nyaman, di sisi lain pembangunan desa harus dipercepat untuk mengurangi tekanan urbanisasi. Hal inisangat terkait dengan pelayanan publik yang tidak merata, sehingga masyarakat di perdesaan melakukan urbanisasi ke kota-kota besar agar dapat memperoleh pekerjaan dan pelayanan publik yang lebih baik seperti akses pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja;

d. isu desentralisasi kewenangan yang dimaksudkan agar pelayanan publik dapat Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 105 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 105 lebih dekat kepada masyarakat, tetapi dalam kenyataannya sampai sekarang masih belum cukup berhasil, sehingga dalam RPJMN 2015-2019 perlu di review dan diperkuat lagi. Hal-hal lain yang akan mendapatkan perhatian serius pada RPJMN 2015-2019 adalah terkait dengan kerangka pelaksanaan (delivery mechanism)

Page 28: Isi Makalah Pembangunan

yang akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan dan program-program yang telah direncanakan. Jika pada RPJMN sebelumnya yang menjadi perhatian hanya pada penyediaan dana pembangunan yang terbatas, maka pada RPJMN yang akan datang kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan akan juga mendapatkan prioritas perhatian.

Hal ini dilakukan mengingat berdasarkan pengalaman selama ini, keberhasilan pelaksanaann kebijakan dan program-program pembangunan tidak hanya ditentukan oleh apakah programnya baik dan tersedia dana pembangunan yang memadai, tetapi seringkali juga ditentukan oleh kerangka regulasi sebagai dasar pelaksanaan kebijakan dan program tersebut. Sebaliknya juga sering terjadi kasus terlalu banyaknya regulasi (over regulated) sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan yang menimbulkan ketidak efektifan pelaksanaan pembangunan. Hal yang sama dengan kerangka regulasi juga terjadi pada kelembagaan pembangunan yang dapat menjadi penghambat pelaksanaan pembangunan yang efektif dan efisien, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Seperti disebutkan dimuka, keberhasilan pembangunan kedepan akan banyak ditentukan juga oleh efektifitas kelembagaan pembangunan yang ada. Kewenangan kelembagaan yang tumpang tindih antarlembaga di pusat dan daerah serta antara pusat dan daerah harus dihindari.Sebaliknya kelembagaan yang tidak berkoordinasi dan bersinergi antar satu dengan yang lain dan cenderung mementingkan diri sendiri (ego sektor) akan menimbulkan ketidak efektifan, hambatan dan pemborosan sumber daya pembangunan.

3. Keterkaitan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025 Pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 tidak boleh terlepas

dari upaya pencapaian visi dan misi pembangunan nasional dan pentahapannya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2025-2025. Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab I, seluruh tahap pembangunan nasional diarahkan untuk mewujudkan delapan misi pembangunan nasional. Kedelapan misi pembangunan tersebut diupayakan pewujudannya secara terus-menerus melalui berbagai arah kebijakan, di samping adanya penekanan khusus pada arah kebijkan tertentu pada masing-masing tahap RPJMN. RPJPN 2005-2025 memberikan amanat bahwa pada tahap RPJMN 2015-2019, kebijakan pembangunan nasional lebih ditekankan pada pencapaian daya Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 106 106 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 saing kompetitif perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek.

Upaya pencapaian daya saing kompetitif perekonomian menjadi arah kebijakan yang memperoleh penekanan untuk dilaksanakan dalam RPJMN 2015-2019. Kebijakan ini juga merupakan kebijakan kunci untuk tercapainya misi RPJPN, khususnya Misi ke-5: Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dan Misi ke-7: Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

Terkait dengan hal tersebut, daya saing kompetitif perekonomian dalam RPJMN 2015-2019 akan diupayakan pencapaiannya melalui dua kebijakan umum, yaitu:

Page 29: Isi Makalah Pembangunan

a. peningkatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, yang didukung antara lain dengan kebijakan peningkatan daya saing tenaga kerja dan umkm, akselerasi pertumbuhan industri pengolahan, peningkatan efisiensi logistik dan distribusi nasional, dan peningkatan investasi; serta

b. pengembangan dan pemerataan pembangunan daerah, dengan prioritas pada penguatan konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, pengembangan wilayah strategis, pembangunan perkotaan dan perdesaan, pembangunan RTRW dan pertanahan, dan pengembangan tata kelola pemerintahan dan otonomi daerah.

Sebagai basis pembangunan daya saing perekonomnian yang kompetitif, Kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya manusia berkualitas, keunggulan sumber daya alam, dan meningkatkan kemampuan iptek mendapat penekanan. Hal ini juga mengacu pada arah terwujudnya misi ke-1: Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, Misi ke-2: Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, dan Misi ke- 6: Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

Untuk mewujudkan misi-misi tersebut, kebijakan umum yang akan dilaksanakan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah:

a. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, dengan prioritas kebijakan pada kependudukan dan keluarga berencana, kesehatan dan gizi masyarakat, pendidikan, kebudayaan, dan percepatan pengurangan kemiskinan;

b. meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam, yang diprioritaskan pada ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan air, konservasi hutan dan perbaikan kualitas lingkunganm hidup, serta penyiapan sda untuk bahan baku industri;

c. mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan, dengan prioritas pada pemenuhan infrastruktur dasar, penyediaan transportasim perkotaan, dan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi;

d. mitigasi bencana alam dan perubahan iklim. Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 107 Rancangan Teknokratik

RPJMN 2015-2019 107 Pencapaian berbagai sasaran kebijkan dan misi pembangunan tersebut akan semakin efektif dengan terwujudnya kondisi kehidupan sosial masyarakat yang kondusif, yang betrfungsi sebagai landasan pembangunan yang kokoh.

Kondisi perikehidupan masyarakat seperti ini juga merupakan misi yang hendak dicapai dalam RPJPN 2005-2025, yaitu: Misi ke-3: Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, Misi ke 4: Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan dan bersatu, dan Misi ke-8: Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Sebagai langkah untuk memperkokoh landasan pembangunan, prioritas kebijakan dalam RPJMN 2015-2019 diarahkan pada upaya percepatan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan serta peningkatan penegakan hukum yang berkeadilan.

Page 30: Isi Makalah Pembangunan

Gambar V.2Keterkaitan RPJPN dan RPJMN

Page 31: Isi Makalah Pembangunan
Page 32: Isi Makalah Pembangunan

4. Sasaran Pokok Pembangunan 2015-2019

Sesuai dengan Tema Memacu Pembangunan yang Kuat, Inklusif dan Berkelanjutan dan berdasarkan berbagai pertimbangan optimalisasi prioritas dan pertimbangan tantangan, kondisi lingkungan strategis yang ada maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama sebagai berikut.

1. Ekonomi Pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara nasional diarahkan

untuk memberikan landasan utama sebagai persiapan keluar dari Middle Income Trap (MIT) dan memasuki era sebagai negara maju berpendapatan tinggi pada Tahun 2030.Dalam mencapai tujuan untuk keluar dari MIT, perekonomian Indonesia harus tumbuh relatif tinggi secara berkelanjutan. Pertumbuhan tersebut diperoleh berlandaskan penguatan struktur ekonomi, melalui penguatan sektor primer dan peningkatan industrialisasi pengolahan di berbagai wilayah sesuai keunggulan wilayah, dan modernisasi sektor jasa didukung oleh ketersediaan layanan infrastruktur yang memadai dan handal.. Pertumbuhan tersebut harus bersifat inklusif, antara lain dengan penguatan peranan UKM yang lebih besar, peningkatan jumlah kesempatan kerja, khususnya tenaga kerja produktif (decent jobs), dan berkembangnya akses keuangan ke masyarakat (financial inclusion). Selanjutnya ketahanan ekonomi juga dibangun di samping terus menjaga stabilitas makro juga dengan terus membangunketahanan pangan, energi dan air.

2. Lingkungan Pencapaian pembangunan di berbagai bidang dilakukan dengan tetap

mengamankan kualitas lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan yang dicerminkan pada langkah penurunan emisi GRK sebesar 26 persen pada 2019 (dari Business as usual/BAU), dan membaiknya Kualitas Lingkungan Hidup. Sasaran ini menggambarkan bahwa pembangunan dilakukan dengan tetap menjaga kualitas lingkungan hidup dan sekaligus melaksanakan komitmen Indonesia sebagai anggota masyarakat internasional. Selain itu, kapasitas kelembagaan penanganan bencana pada tingkat nasional dan daerah terus ditingkatkan.

3. Politik Sasaran pokok dalam konsolidasi demokrasi adalah meningkatnya kualitas

demokrasi substansial, ditandai dengan meningkatnya indeks Demokrasi Indonesia dan tingkat partisipasi politik rakyat pada Pemilu dan terselenggaranya pemilu yang aman, adil, dan demokratis pada tahun 2019. Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 110 110 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019

Sementara itu, sasaran pokok politik luar negeri Indonesia adalah menguatnya kepemimpinan dan peran Indonesia dalam berbagai kerja sama dan forum internasional. Salah satu sasaran penting adalah meningkatnya partisipasi

Page 33: Isi Makalah Pembangunan

Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia, yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah pasukan pemeliharaan perdamaian di bawah PBB.

4. Hukum Sasaran pokok dalam pembangunan hukum adalah terwujudnya sistem

peradilan pidana dan perdata yang efisien, efektif, dan akuntabel bagi pencari keadilan, serta didukung oleh aparat penegak hukum yang profesional dan berintegritas, dan operasional yang memadai. Sasaran juga ditujukan untuk mewujudkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak atas keadilan bagi warga negara. Sasaran dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah menurunnya tingkat korupsi serta meningkatnya efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi.

5. Pertahanan dan Keamanan Sasaran pokok dalam pembangunan sektor pertahanan dan keamanan

adalah meningkatnya kapasitas pertahanan dan stabilitas keamanan nasional melalui pemenuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung industri pertahanan, peningkatan kepercayaan terhadap Polri, peningkatan kemampuan intelijen, pengamanan wilayah laut dan perbatasan, serta peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba.

6. Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi Untuk mendukung tercapainya keberhasilan pembangunan di berbagai

bidang, sasaran pokok penguatan tata kelola adalah meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang bersih, anti korupsi, akuntabel, efektif, dan efisien, yang pada akhirnya mampu memberikan pelayanan yang berkualitas.

7. Kesejahteraan Rakyat Sasaran pokok pembangunan kesejahteraan rakyat tercapainya penurunan

tingkat kemiskinan dan kesenjangan antar penduduk di berbagai wilayah sebagai hasil pembangunan yang inklusif. Meningkatnya tingkat kesejahteraan rakyat tidak hanya dilihat dari meningkatnya pendapatan masyarakat atau penurunan kemiskinan, tetapi tetapi juga harus terlihat dari menurunnya laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas sumber daya manusia yaitu taraf pendidikan, derajat kesehatan dan gizi masyarakat, serta terciptanya system perlindungan sosial masyarakat yang baik. Masyarakat Indonesia sejahtera Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 111 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 111 yang dibangun juga harus mempunyai karakter dan jati diri bangsa yang kuat serta menjaga dan mengembangkan kebudayaannya.

8. Kewilayahan

Sasaran pokok dalam pemerataan pembangunan antar wilayah adalah menurunnya tingkat kesenjangan antar-wilayah yang ditunjukkan dengan menurunnya jumlah kabupaten tertinggal, meningkatnya peran wilayah Luar Jawa

Page 34: Isi Makalah Pembangunan

dalam pembentukan PDRB serta lebih meningkat danmerata pelayanan dasar di berbagai wilayah Indonesia.

9. Kelautan

Sasaran pokok pembangunan kelautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yurisdiksi nasional, termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi nasional, serta terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya hayati laut.

BAB IV

Page 35: Isi Makalah Pembangunan

PENUTUP

Nasional (RPJMN) 2015-2019 disusun berdasarkan hasil kajian pendahuluan (background study), hasil evaluasi dan penjaringan aspirasi masyarakat, dengan mempertimbangkan arah pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Rancangan terdiri dari 3 (tiga) buku: Buku I, memuat prioritas pembangunan nasional; Buku II, memuat arah dan kebijakan bidang-bidang pembangunan; dan Buku III, memuat kebijakan pembangunan wilayah. Prioritas pembangunan lima tahun ke depan menitikberatkan pada pemantapan pembangunan menyeluruh dengan penekanan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis:

a. Keunggulan Sumber Daya Alam,b. Kualitas Sumber Daya Manusia;c. Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Keunggulan SDA, SDM yang berkualitas dan penguasaan Iptek akan meningkatkan daya saing ekonomi nasional menuju pembangunan berkelanjutan, inklusif dan berkeadilan. Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 akan menjadi dasar penyusunan rancangan awal RPJMN 2015-2019 yang akan dipersiapkan setelah Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pemilu 2014. Rancangan teknokratik kemudian akan disusun secara logis dalam bentuk Rancangan RPJMN 2015-2019, lengkap dengan sasaran dan indikator yang terukur untuk memudahkan evaluasi. Turunan rancangan teknokratik yang telah menjadi dokumen RPJMN 2015-2019 selanjutnya akan dirinci tahunan yang dituangkan dalam dokumen RKP 2015 hingga 2019. Rancangan awal RPJMN memuat kebijakan umum, strategi pembangunan, dan program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro.

Dengan demikian diharapkan akan tersusun dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah nasional yang transparan, efektif, dan akuntabel.