isi makalah
DESCRIPTION
ddTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali berbagai penyakit yang menyerang manusia baik itu penyakit
menular maupun penyakit yang tidak menular. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain host,
agent dan environment. Penyakit menular dan tidak menular selalu mengalami peningkatan
angka kematian dan kesakitan khususnya di puskesmas Beji. Penyakit menular yang sering
terjadi di puskesmas Beji adalah ISPA, pneumonia, diare, DBD, HIV/AIDS, sedangkan penyakit
yang tidak menular terbanyak adalah chepalgia, sindroma dyspepsia, hipertensi, diabetes melitus,
dll.
Kami selaku mahasiswa kedokteran UPNVJ mengadakan field study untuk mencari tahu
penyebab dari naiknya angka kematian dan kesakitan di puskesmas Beji dan mencari cara dan
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular agar terjadi penurunan angka kematian dan
kesakitan di puskesmas Beji.
Kami berharap dengan tinjauan ini dapat mengurangi kenaikan angka kematian dan
kesakitan penyakit menular maupun tidak menular untuk pasien di Puskesmas Beji. Makalah ini
juga dapat digunakan sebagai penunjang untuk pencapaian evaluasi tinjauan kami mengenai
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular di Puskemas Beji, Depok.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji?
2. Apa penyebab penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji?
3. Bagaimana distribusi penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji (prevalensi
dan insidensi)?
4. Bagaimana menanggulangi penyakit menular dan tidak menular berdasarkan five level of
prevention?
5. Kapan biasanya penyakit menular dan tidak menular itu terjadi?
6. Siapa yang memiliki risiko tertinggi yang menderita penyakit menular dan tidak
menular?
7. Pasien yang berasal dari wilayah mana sajakah biasanya terjangkit penyakit menular dan
penyakit tidak menular?
1.3 Tujuan
Dari segi CRP
- Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah (early evidence based)
- Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi dan komunikasi dalam
menghimpun data yang relevan
- Menggunakan keterampilan mengindentifikasi dan merangkum data
Dari segi CHOP
- Mengetahui epidemiologi suatu penyakit
- Mengetahui cara dan upaya pemberantas dan penanggulangan penyakit menular dan
tidak menular berdasarkan 5 level of prevention
Dari segi BHP
- Mengetahui pengertian etika berkomunikasi
- Mengertahui cara etika berkomunikasi
- Menerapkan etika berkomunikasi di lingkungan sekitar
2
Secara umum :
Mengetahui penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji
Menyediakan data dan informasi yang menggambarkan situasi kesehatan di
wilayah Puskesmas Beji
Mengetahui dan menilai sarana pelayanan Puskesmas Beji
Melatih keterampilan mengidentifikasi dan merangkum data dari Puskesmas Beji
Melatih keterampilan pengelolaan informasi dan komunikasi dalam menghimpun
data yang relevan dari Puskesmas Beji dengan menggunakan data dan bukti
sekunder.
Mengaplikasikan data sekunder
Mengetahui penyebaran penyakit menular
1.4 Manfaat
1. Memberi dampak positif kepada masyarakat untuk mencegah penyakit menular dan
penyakit tidak menular
2. Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang penyakit menular dan tidak
menular
3. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kelompok
4. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dari segi CRP, CHOP, BHP
5. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari untuk mengolah data
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit
Penyakit merupakan suatu konsep yang sulit unyuk dipahami dan tidak jelas serta
memiliki definisi yang berlainan baik secara sosial, budaya, maupun secara ilmu
pengetahuan. Setiap gangguan terhadap fungsidan struktur tubuh dapat dianggap sebagai
penyakit.
Penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu pola respon yang diberikan oleh organism
hidup terhadap beberapa bentuk invasi benda asing atau terhadap cedera, yang melibatkan
berubahnya fungsi normal organisme tersebut. Penyakit, lebih jauh lagi didefinisikan sebagai
suatu keadaan abnormal saat tubuh tidak dapat merespon atau menjalankan fungsi
normalnya. Penyakit juga merupakan suatu kegagalan mekanisme tubuh organisme untuk
bereaksi terhadap invasi benda asing sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi atau
struktur dibeberapa bagian organisme tersebut.
Ada berbagai faktor yang mengkontribusi suatu penyakit sehingga penyakit itu dapat
dicegah atau diobati dengan mengubah sebagian atau semua faktor konstribusinya.
Penyakit memiliki rentang keseriusan, efek durasi, keparahan dan keluasan. Penyakit
dapat diklasifikasikan menjadi tingkatan yaitu :
1. Akut
Relatif parah, berdurasi pendek dan sering kali dapat diobati, biasanya penderitanya
akan sembuh atau meninggal.
2. Subakut
Keparahan dan durasinya sedang, memiliki beberapa aspek akut dari penyakit, tetapi
durasinya lebih panjang, tingkat keparahnnya dapat menurunkan status kesehatan
penderita. Penderita pada akhirnya diperkirakan sembuh dan puli secara total serta
penyakitnya tidak berkembang menjadi penyakit kronis.
4
3. Kronis
Tidak terlalu parah, tetapi durasinya lama dan terus-menerus, berakhir dalam jangka
waktu yang lama jika bukan seumur hidup. Pasien mungkin tidak akan pulih seperti
sedia kala dan penyakitnya sewaktu-waktu dapat memburuk. Kehidupan mungkin tidak
langsung terancam, tetapi penyakit mungkin berlangsung dalam jangka waktu yang
sangat lama.
2.2 Penyakit Menular
Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah
dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang
erat hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap
dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya masalah
baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis
yang erat hubungan nya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik
sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan
biologis.
Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-
negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang
berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka
penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:
Ø Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.
Ø Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih
ringan dibanding dengan yang pertama.
Ø Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat
menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya
beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent)
yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources),
5
adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan
cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.
Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang
bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme multi selular yang
cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:
Ø Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain-lain.
Ø Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.
Ø Kelompok protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.
Ø Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.
Ø Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.
Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikroorganisme, unsur
penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk
mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha
mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.
Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang
sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme tersebut berada,
berpindah tempat dari satu pejamu lainnya yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk
pertahanan khususnya pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk
lainya.
2.3 Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular adalah penyakit non-infeksi yang tidak bisa menyebabkan
penularan dari satu manusia ke manusia lainnya. Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman,
tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh
manusia. Masih banyak warga Indonesia yang kurang menyadari bahaya dari penyakit tidak
menular sehingga menyebabkan meningkatnya angka kematian.
Menurut WHO, jumlah kematian akibat dari penyakit tidak menular di wilayah Asia
Tenggara pada tahun 2008 sebanyak 55% dari penduduknya. Hal itu disebabkan oleh pejamu
6
(host) itu sendiri akibat kurangnya peduli akan pola hidup sehat. Banyak masyarakat di Asia
Tenggara yang memiliki kebiasaan diet yang tidak seimbang, perokok berat, kurangnya aktivitas
fisik atau berolahraga.
Menurut data dari Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan kematian akibat stroke
pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal
tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif.
Menteri kesehatan menyebutkan bahwa penyakit tidak menular adalah penyebab
kematian terbesar ke-2 di Indonesia. Berikut ini merupakan data persentase kematian akibat
penyakit tidak menular di Indonesia:
Tabel A. Presentase Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia
Keterangan :
Tabel di atas menunjukan bahwa persentase tiap 6 s/d 8 tahun meningkat hingga 13%.
Hal diatas menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam menanggapi penyakit
tidak menular di Indonesia masih sangat kurang.Perlu penyuluhan dan penanggulangan terhadap
penyakit tidak menular yang lebih agar meningkatkan kesadaran masyarakat yang kurang
mengerti tentang pentingnya pola hidup dan pola makan
.
7
2.4 Perjalanan Alami Penyakit
Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alaminya sendiri jika tidak diganggu
dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalananya.
Proses suatu penyakit dimulai dari seorang yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh
agens paatogenik yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit. Perjalan alamipenyakit
( riwayat alamiah penyakit ) untuk beberapa penyakit sudah didokumentasikan dengan baik.
Perjalan alami penyakit dimlai dari seseorang yang rentan pada suatu pathogen. Patogen akan
memperbanyak dirinya dan kemudian menyebar didalam tubuh penjamu. Setiap penyakit,
setiap pathogen dan setiap penjamu memiliki perbedaan hal respons pada penyakit, cara
penyakit menyebar, dan pengaruh penyakit pada tubuh.
Perkembangan suatu penyakit dapat dihentikan di titik manapun, baik oleh kekuatan
respons yang diberikan system imun alami tubuh atau melalui intervensi tubuh yang
menggunakan antibiotik, terapeutik, atau intervensi medis lain. Tubuh pertama kali akan
merespons perubahan yang tidak terdeksi dan tidak dirasakan. Begitu pathogen
memperbanyak diri, penjamu mulai merasakan perubahan yang ditandai dengan gejala,
seperti demam, sakit kepala, kelemahan, sakit otot, malaise, dan perut terasa tidak nyaman.
Didalam tubuh, penyakit akan memberikan reaksi yang sebenarnya ganjil bagi penyakit itu
sendiri. Kemudian, tubuh akan merespons dan penderita pada umumnya mulai sembuh dan
mulai membaik, atau sebaliknya semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit
akan menguasai tubuh, dan penderita menjadi semakin lemah atau bahkan meninggal.
8
2.5 Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Penyebab
Penyakit juga dapat dikelompokkan berdasarkan sumber atau penyebabnya.
Penyebab penyakit infeksius yang paling umum adalah organism patogen atau organisme
yang menimbulkan penyakit. Ada klasifikasi utama patogen yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Kebanyakan dari patogen tersebut adalah organisme mikroskopik
yang tiidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Selain itu, ada sumber penyakit yang berasal
dari binatang mikroskopik.
2.6 Masa Inkubasi Penyakit Menular
Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan patogen yang sifatnya infeksius.
Dengan kata lain , seseorang harus diinokulasikan dengan penyakit. Hal ini menyebabkan
kita memebayangkan seekor nyamuk anopheles yang menggigit ( inokulasi dengan gigitan )
korban yang tidak menyangka dirinya rentan disore hari yang hangat, yang kemudian
menulari orang tersebut dengan penyakit, seperti malaria. Masa inkubasi adalah rentang
waktu yang berlalu diantara waktu inokulasi dan waktu penampakan tanda atau gejala
pertama penyakit itu. Pada kasus korban yang terkena gigitan nyamuk, masa inkubasi untuk
penyakit malaria adalah sekitar 15 hari ( 10 sampai 35 hari ) dari saat digigit sampai korban
mulai menggigil, demam, berkeringat, malaise, dan sakit kepala selama kurang lebih satu
hari, yang muncul setiap 48 jam. Interval diantara pajanan malaria dan penampakan tanda
atau gejala pertama yang dapat terdeksi dari penyakit itu merupakan masa inkubasi malaria.
Kesulitan yang dihadapi dalam menentukan pajanan terhadap inokulasi atau pajanan
suatu penyakit membuat titk awal masa inkubasi sulit dipastikan. Di samping itu, tanda-tanda
dan gejala penyakit lain membuat sering kali terlihat sama, misalnya malaria sering disangka flu.
Masa prodomal adalah tahap kedua penyakit dan merupakan masa untuk pertama kalinya muncul
tanda-tanda dan gejala. Diagnosis yang termudah biasanya dapat dibuat jika penyakit hanya
berasal dari satu pajanan yang berdurasi pendek. Identifikasi sumber infeksi dan penderita yang
mengalami tanda-tanda klasik penyakit untuk pertama kalinya akan sangat membantu dalam
pembuatan diagnosis penyakit ini.
9
2.7 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Pencegahan dan pengendalian penyakit infeksius dan menular merupakan dasar bagi
semua tindakan dibidang kesehatan masyarakat. Ada beberapa metode pencegahan dan juga
beberapa tindakan pengendalian yang telah dikembangkan. Didalam pengendalian penyakit
menular ini, terdapat tiga factor, yaitu :
Memindahkan, menghilangkan atau menekan penyebab atau sumber infeksi
Memutus dan menghalangi mata rantai penularan penyakit
Melindungi populasi yang rentan terhadap infeksi dan penyakit
Metode pencegahan dan pengendalian penyakit ini digunakan dalam beberapa sektor.
Sector pertama adalah lingkungan, orang beresiko ( penjamu ), dan populasi atau komunitas.
Pengendalian Lingkungan
Program pengendalian lingkungan berrtujuan untuk menyediakan udara, air dan
makanan yang bersih dan aman. Hal yang juga tercakup didalam pengendalian
lingkungan adalah manajemen pengolahan limbah padat ( sampah basah dan sampah
kering ). Limbah cair ( air kotor ) dan pengendalian vektor ( serangga dan binatang
pengganggu ) penyakit.
Untuk mendapatkan udara yang aman perlu dilakukan pengendalian pathogen
infeksius yang menyebar melalui udara ( airbone ). Asap ( fumes), sinar ultraviolet,
pencemaran udara, dan asap mesin juga termasuk permasalahan yang ada dibidang
pengendalian keamanan udara.
Persedian air yang bersih dan aman merupakan factor kunci di dalam
pengendalian penyakit infeksius, khususnya penyakit bawaan air (penyakit enterik atau
penyakit saluran pembuangan). Dengan demikian, menjaga agar persediaan air tetap
aman merupakan salah satu kegiatan yang paling pokok dan juga penting dalam program
kesehatan masyarakat dewasa ini. Perlindungan terhadap air, makanan, dan susu
merupakan salah satu karakteristik masyarakat modern.
Pencegahan dan Pengendalian Penjamu Terkait
Penjamu untuk suatu penyakit bisa manusia, bisa juga binatang, dan keduanya
memang rentan terhadap penyakit infeksius. Sementara itu, sasaran program kesehatan
masyarakat adalah melindungi penjamu dari penyakit dan infeksi yang dapat menular
10
melalui beberapa metode. Langkah- langkah tersebut meliputi karantina, isolasi, sanitasi,
hygiene yang baik, imunisasi dan kemoprofilaksis.
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada
data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan
penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni:
Ø Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan
pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan penjamu.
· Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk
menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka
menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di
samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya.
· Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air
bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan
peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan
kehidupan sosial masyarakat.
· Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum
dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus
lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh
faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah
raga kesehatan.
Ø Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan
yang tepat . sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan
usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar
dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah
proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi.
11
· Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit
tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI,
mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum
dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.
· Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses
prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
Ø Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan
rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan
mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan
usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit
tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi
sosial.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya
sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
12
2.8 Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetapjuga berlaku dalam PTM.
Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut ini.
a. Pencegahan Premordial.
Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan factor risiko lainnya.
Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan
saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptakan prakondisi sehingga
masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu
barsikap positf terhadap bukan perokok.
b. Pencegahan Tingkat Pertama, yang meliputi:
hatan masyarakat, misalnya:
o Kampanye kesadaran masyarakat.
o Promosi kesehatan.
o Penidikan kesehatan masyarakat.
Pencegahan Khusus, misalnya:
o Pencegahan keterpaparan.
o Pemberian kemopreventif.
c. Pencegahan Tingkat Kedua:
Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.
Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.
Pencegahan Tingkatan Ketiga:
Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo,dan rumah orang sakit.
13
Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih
sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat
yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan
memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population). Penanggulangan PTM PTM mengutamakan
pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan
seimbang dan tidak merokok.
Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang
mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan
dan penanggulangan PTM. Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan
kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi
termasuk dunia usaha dan swasta. Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan
kemampuan secara terus menerus (capacity building).
Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai
dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang
dilakukan di bidang penanggulangan PTM.
Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa
tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat
umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan
kesehatan lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan
Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina
suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat?
3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local
spesifik dsb. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang
mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara
promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
14
Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM
secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di
masing-masing institusi pelayanan. Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi
kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna
dalam penanggulangan PTM.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan
evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan
PTM.
Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
Indikator Umum
Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah
serat). Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan
BBLR. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
15
Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan
16
BAB III
PEMBAHASAN FIELD STUDY
3.1 Laporan CHOP
3.1.1 Epidemiologi Penyakit-Host
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Geografis
Puskesmas Beji terletak di wilayah Kecamatan Beji Kelurahan Beji dan Beji Timur
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Batas Utara : Kelurahan Kukusan
- Batas Selatan : Kecamatan Pancoran Mas
- Batas Barat : Kelurahan Tanah Baru
- Batas Timur : Kelurahan Kemiri Muka
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beji 2,93 km2 dengan jumlah penduduk 61.920 jiwa,
dengan jumlah 17.772 KK.
Wilayah kerja Puskesmas Beji meliputi 2 Kelurahan, antara lain:
1. Kelurahan Beji
2. Kelurahan Beji Timur
Kondisi alam di wilayah kerja Puskesmas Beji sebagian besar merupakan daerah
pemukiman dimana apabila musim penghujan lokasi daerah yang rawan bencana terutama banjir
ada di Kelurahan Beji yaitu di RW 03 dan Kelurahan Beji Timur di RW 01
17
Gambar II.1
B. Kependudukan/Demografi
Berdasarkan data dari BPS Kota Depok penduduk wilayah Puskesmas Beji tahun 2012
meliputi Kelurahan Beji dan Beji Timur berjumlah 61.920 jiwa. Penduduk Kelurahan Beji
berjumlah 50.695 jiwa dengan kepadatan penduduk pada sebesar 23.913 jiwa/km2 dan pada
kelurahan Beji Timur berjumlah 11.225 jiwa dengan kepadatan penduduk 13.858 jiwa/km2.
Dari 61.920 jiwa terklasifikasi menurut jenis kelamin terdapat 31.335 jiwa atau 50,6 %
laki-laki dan 30.585 atau 49,4 % perempuan.Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa
penduduk laki-laki di wilayah Puskesmas Beji lebih banyak dibandingkan perempuan dengan
rasio jenis kelamin (sex ratio) 102,45. Untuk komposisi penduduk wilayah Puskesmas Beji
menurut struktur umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dengan piramida penduduk berikut
ini :
18
Grafik II.1. Piramida Penduduk Wilayah Puskesmas Beji tahun 2012
0 - 45 - 9
10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74
75+
3,051 2,918
2,520 2,477
2,688 3,132
3,114 3,077
2,373 1,840
1,458 1,032
638 540
264 213
2,634 2,771
2,468 2,639 2,632
3,178 3,136
2,825 2,219
1,871 1,398
1,014 762
455 293 290
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di wilayah Puskesmas Beji tahun 2012
Perempuan Laki-laki
Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok tahun 2012
Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di wilayah Puskesmas Beji sebesar 43.503
jiwa dari total penduduk wilayah Puskesmas Beji. Sedangkan usia lanjut (>65 tahun) pada tahun
2012 berjumlah 2055 jiwa.
3.1.2 Epidemiologi Penyakit-Lingkungan
Kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap naik turunnya
angka kesakitan. Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kesakitan yang diakibatkan oleh
kondisi lingkungan yang buruk adalah melalui kegiatan program penyehatan lingkungan
pemukiman, penyehatan makanan, pengendalian dampak negatif sampah.
19
A. Bentuk Kegiatan
Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayahnya, UPT Puskesmas Beji
melakukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,yang keduanya jika
ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)
b. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB)
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS/UKGS)
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Upaya Kesehatan Jiwa
e. Upaya Kesehatan Mata
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Dalam Pelaksanaannya Puskesmas Beji juga sudah mempunyai Upaya Kesehatan
Penunjang yaitu:
a. Laboratorium
b. Unit Khusus Klinik Penyalahgunaan Dampak Merokok ( masih dalam proses
persiapan)
20
3.1.3 Epidemiologi Penyakit- Agent, Riwayat Alamiah, dan Tingkat Pencegahan
Berikut adalah data penyakit menular dan tidak menular yang terdapat pada puskesmas beji :
PENYAKIT MENULAR
Penyakit Menular terbanyak :
1. ISPA :a. Faringitisb. Tosilitisc. Common Coldd. Rhinitis
2. Diare Tidak Spesifik3. Morbili4. Thypoid Fever5. Demam Berdarah Dengue6. Parotitis7. Penyakit Kulit:
a. Dermatitisb. Abses
c. Furunkolitis / Carbunkeld. Tinea Capitis / Cruris
8. TBC Paru9. Konjunctivitis10. OMA / OMSK11. Varicella 12. Herpes Zooster13. Morbus Hansen14. Paronikia 15. Fluor Albus16. HIV/AIDS17. Gonorrhea18. Scabies
PENYAKIT TIDAK MENULAR
1. Cephalgia2. Sindroma Dispepsia3. Hipertensi4. Diabetes Melitus5. Hiperkholesterolemi6. Katarak Senilis7. Gangguan Kejiwaan :
a. Insomiab. Depresic. Ansietasd. Skizophrenia
8. CAD
9. CVD
10. Myalgia
11. Neuralgia
12. Neuritis
13. Arthritis
14. Osteoarthritis
15. LBP
16. Gout Pirai
17. Korban KDRT
21
3.1.3.1 Penyakit Menular
a. ISPA
Penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Target penemuan penderita ISPA pada
balita adalah 10 % balita pertahun atau sekitar 847 anak balita dengan CFR karena
pneumonia adalah 6/1000 penduduk balita. Pada tahun 2012 terdapat 9.719 kasus
pneumonia pada balita dan 100% telah ditangani oleh puskesmas.
Primordial PreventionMengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih
dan sehat, terutama bagi orang tua yang menjaga anak balitanya agar
berada dalam lingkungan yang bersih.
Primary Prevention
Mengurangi penyebab terjadinya ISPA, serta memodifikasi lingkungan
dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap host.
Secondary Prevention
Melakukan pemberian tindakan farmakologi yaitu dengan pemberian
antibiotik.
Tertiary Prevention
Melakukan penyuluhan atau rehabilitasi dengan menyarankan pada
penderita untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatan.
b. Polio
Pencarian kasus Polio dilakukan dengan penemuan kasus AFP (Acute Flaccid
Paralysys/ lumpuh layuh mendadak dengan cara Community Based yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas dan Hospital Based yang dilakukan oleh Rumah Sakit. Tahun 2011
terdapat 1 kasus AFP (non polio) yang terjadi di wilayah Puskesmas Beji, data didapatkan
dari RS Fatmawati. Tahun 2012 tidak terdapat kasus AFP.
Primordial Prevention
Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
imunisasi untuk meningkatkan kekebalan penyakit terhadap virus
polio.
Primary Prevention
Melakukan imunisasi terhadap balita dan pemberian pendidikan
kesehatan bagi orang tua balita.
Secondary Prevention
22
Melakukan pengobatan dan menscrening penderita polio pada anak
Tertiary Prevention
Melakukan perawatan dan rehabilitasi bagi penderita dengan
pemberian obat
c. Tuberkulosa
KASUS BARU TB BTA +
08 09 10 11 12
25
34 34
4843
Grafik III.3 Gambaran Kasus BTA + di wilayah Puskesmas Beji tahun 2008-2012
Grafik III.
Sumber : Lap Puskesmas
Penemuan penderita TB Paru merupakan hal yang harus menjadi perhatian. Ada
beberapa hal yang perlu diamati dalam penanganan dan pemberantasan penyakit TB Paru
antara lain penemuan kasus baru dengan BTA (+), BTA (-) tetapi hasil rontgen (+), ekstra
paru pengobatan ulang atau kambuh.
Dari grafik di atas terdapat peningkatan penemuan TB Paru BTA + dari tahun
2008 hingga 2011, dan sedikit menurun pada tahun 2012. Penemuan kasus baru
(CDR/case detection rate) di Puskesmas Beji tahun 2012 baru mencapai 53.97%.
Mengingat proses penularan penyakit cukup tinggi ini maka diperlukan upaya promosi
kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan kedisiplinan dalam
melakukan pengobatan sehingga penyakit ini tidak semakin meluas.
Primordial Prevention
Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TBC,
serta meningkatkan gaya hidup yang sehat.
Primary Prevention
Melakukan pemberian obat secara berkala bagi penderita.
Secondary Prevention
23
Melakukan diagnosa sesegera mungkin agar pemantauan pengobatan dapat
segera berlangsung.
Tertiary Prevention
Melakukan perwatan dan rehabilitasi bagi penderita TBC karena penderita
TBC dapat menularkan penyakit melalui udara.
d. Pneumonia
Pnemonia 08 09 10 11 120 0
51 51
247
633
409
Grafik III.4 Temuan Kasus Pneumonia di wilayah UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012
Sumber : Laporan Puskesmas
Penyakit pneumonia terbanyak menyerang usia balita. Deteksi dini penderita
pneumonia merupakan hal yang penting dalam penanggulangan penyakit. Target
penemuan penderita ISPA pada balita di kota Depok adalah 10 % balita pertahun.Target
penemuan ISPA pada balita di Puskesmas Beji tahun 2012 sebesar 540 balita dari jumlah
balita yang ada di Wilayah puskesmas Beji 5398 balita. Sementara jumlah kasus
pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Beji tahun 2012
sebesar 409 kasus. Grafik gambaran penyakit pneumonia di UPT Puskesmas Beji dari
tahun 2008-hingga 2011meningkat dan terjadi penurunan pada tahun 2012.
e. Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh kuman kusta
(mycobacterium leprae) yang menyerang kulit,saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Ada
dua jenis penyakit kusta, yaitu : Kusta Kering (Pausi basiler/PB) dan Kusta Basah (Multi
basiler/MB). Di Puskesmas Beji tahun 2009 tercatat 1 kasus kasus kusta tipe MB. Tahun
2011 terdapat 2 kasus baru penyakit kusta tipe MB, dengan cacat tingkat 2 sebanyak 1
orang.
24
Primary Prevention
Melakukan penyuluhan tentang penyediaan perumahan yang sehat,
meningkatkan gizi yang baik, serta gaya hidup yang baik.
Secondary Prevention
Melakukan pemeriksaan yang khusus terhadap penderita daan mencegah
penyebaran penyakit
Tertiary Prevention
Memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk menerima penderita yang
masih dalam fase rehabilitasi.
f. Diare
Diare 08 09 10 11 12
9931080
1692
1898
1593
Grafik III.5 Temuan Kasus Diare pada Balita di UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012
Sumber : Lap Puskesmas
Penemuan kasus diare pada balita di UPT Puskesmas Beji tercatat selama tahun
2008 meningkat sampai 2011 dan terjadi penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2012
penduduk yang terkena diare sebanyak 1.523. Beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya diare antara lain adalah kondisi sanitasi lingkungan yang jelek, pengelolaan
makanan yang tidak baik, serta hygeiene perorangan yang jelek.
Primordial Prevention
25
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk melakukan cara
hidup yang sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan lingkungan
Primary Prevention
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit diare dan cara
pengobatan atau pertolongan pertama pada diare dengan pemberian
oralit pada penderita.
Secondary Prevention
Melakukan pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses
penyakit diare.
Tertiary Prevention
Melakukan penyuluhan atau rehabilitasi dengan menyarankan pada
penderita untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatan.
g. Demam Berdarah Dengue (DBD)
08 09 10 11 12
164
235
184
4959
Grafik III.6 Gambaran Kasus DBD di Wilayah Puskesmas Beji tahun 2008-2012
Sumber : Puskesmas & Dinkes Depok
Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD
antara lain karena kepadatan vektor penular (Nyamuk Aedes Aegepty), mobilitas
penduduk, belum optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari
26
sarana maupun prasarana, perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat belum optimal.
Dengan demikian perlu kerjasama antara berbagai elemen baik masyarakat, pemerintah
maupun swasta untuk melakukan upaya agar jumlah kasus DBD dapat ditekan.
Gambaran di atas menunjukkan wilayah UPT Puskesmas Beji sempat menjadi
endemik DBD, tercatat dari tahun 2008 terjadi peningkatan dan menurun pada tahun 2011
tahun dan meningkat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 tercatat DBD menyebakan 1
kematian di wilayah RW 06 Beji Timur. Total penduduk yang DBD pada tahun 2012
sebanyak 21
Primordial Prevention:
Mengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih
dan sehat dengan membersihkan tempat penampungan air secara rutin.
Primary prevention:
Puskesmas mengadakan penyuluhan tentang bahaya penyakit demam
berdarah serta mengajak seluruh masyarakat terutama di wilayah
kelurahan depok dan pancoran mas untuk memperbaiki kondisi
lingkungan yang buruk dan meningkatkan daya tahan tubuh,
menaburkan abatisasi di tempat penampungan air, melakukan fogging
secara berkala
Secondary Prevention:
Mencari penderita DBD secara aktif dan sedini mungkin melalui
pemeriksaan berkala dalam beberapa kelurahan, serta melakukan
pemberian chemoprophylaksys
Tertiary Prevention:
Melakukan pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah
sembuh serta menyadarkan masyarakat untuk menerima
mereka(penderita) karena masih dalam tahap rehabilitasi
f. Campak
Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak
juga sering disebut Demam Rubella. Virus ini sangat menular terutama pada anak anak
dengan daya tahan tubuh yang buruk. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara
udara yang berasal dari batuk, bersin atau kotoran tangan penderita campak. Penderita
dapat menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan
27
selama ruam kulit ada. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama
menyerang anak anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang
dewasa. Pada anak anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan
komplikasi yang fatal atau berpotensi menyebabkan kematian.Komplikasi yang timbul
pada penyakit ini merupakan penyebab kematian utama pada campak. Komplikasi itu
antara lain : Infeksi telinga bagian tengah, Bronkhitis (infeksi saluran pernafasan bagian
bawah), Pneumonia (infeksi paru-paru), Encephalitis (radang otak).
Campak08 09 10 11 12
24
58 58
3747
Grafik III.7 Temuan Campak pada balitadi wilayah UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012
Sumber : Lap Puskesmas
Grafik di atas menggambarkan penemuan kasus campak di wilayah UPT
Puskesmas Beji dari tahun 2008 meningkat hingga 2010. Tahun 2011 menurun dan
meningkat lagi di tahun 2012. Oleh karena itu penting kiranya dilakukan imunisasi
campak . Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap
penyakit ini.
g. Filariasis
Pada tahun 2012 ditemukan 2 kasus lama filariasis di wilayah UPT Puskesmas
Beji. Di Kota Depok sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2009 sudah tercatat sebanyak
57 kasus.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan
melalui vector yaitu nyamuk. Pada tahun 2005 Kota Depok telah mencanangkan Kota
28
Depok bebas filariasis yang akan dilanjutkan dengan pemberian obat secara berkala setiap
tahunnya selama lima tahun dan pelaksanaannya dimulai pada tahun 2008
Primordial Prevention
Mengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih
dan sehat dengan membersihkan tempat penampungan air secara rutin
karena vektor utama nya adalah nyamuk culex.
Primary Prevention
Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan secara berkala di
kelurahan depok dan kelurahan pancoran mas tentang bahaya penyakit
filariasis, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Secondary Prevention
Memberikan kepada masyarakat pengobatan dengan pemberian
DEC(dietil karbamasin sitrat)
Tetriary Prevention
Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjuang untuk
pengobatan dan perawatan pada penderita filariasis.
j. KLB Chikungunya
Pengertian KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Permenkes no 1501 tahun 2010 , chikungunya adalah salah satu penyakit
menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Salah satu kriteria Kejadian Luar Biasa
(KLB) pada suatu daerah adalah timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Beji, masyarakat
direpotkan pula dengan kasus Chikungunya. Chikungunya adalah sejenis demam virus
yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes
aegypti. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C,
nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat
juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.
Pada tahun 2012 di wilayah Beji tercatat ada 23 kasus penyakit
chikungunya.Penyakit ini menjangkiti warga wilayah Beji TImur RW
29
k. HIV
Penyakit menular seksual yang diamati adalah HIV/AIDS, pada tahun 2012
melaporkan adanya kasus di Puskesmas Beji sebanyak 7. Puskesmas Beji melakukan
beberapa pencegahan untuk mengatasi HIV aids.
Primordial Prevention
Memberikan penyuluhan dan pendidikan seks yang benar terhapad remaja dan
kaum muda agar tidak melakukan gaya hidup yang bebas
Primary Prevention
Memberikan edukasi kepada remaja,
Secondary Prevention
Memberikan pengobatan dan tindakan yang sesegera mungkin terhadap
penderita HIV aids agar tidak semakin parah dengan meningkatkan kekebalan
tubuh.
Tertiary Prevention
Melakukan rehabilitasi bagi penderita serta menyarankan masyarakat agar
tidak berfikir negatif terhadap penderita
3.1.3.2 Penyakit Tidak Menular
a. Cephalgia Cephalgia atau dalam istilah sehari-hari dikenal sebagai sakit kepala
adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang lleher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan masyarakat.
Penyebab yang dari dalam kepala yakni stroke, perdarahan dalam otak, trauma kepala, infeksi jaringan otak sedang yang dari luar kepala seperti sakit gigi, sakit mata (tekanan bola mata yang meninggi), stres kejiwaan, hipertensi, gangguan elektrolit, sinusitis, demam..
Primordial Prevention
Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup yang baik.
Primary Prevention
Melakukan penyuluhan pentingnya hidup sehat. Baik makanan yang sehat,
serta pola istirahat yang cukup.
Secondary Prevention
30
Melakukan sesegera mungkin pengobatan bagi penderita cephalgia agar
sakit tidak bertambah parah. Biasanya diberikan obat mefenamat atau postan
ataupun mefinal.
Tertiary Prevention
Melakukan rehabilitasi yang maksimal bagi penderita
b. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu penyakit tidak menular yang prevalensinya di
masyarakat cukup tinggi serta semakin bertambah banyak dan akibat yang ditimbulkan
menjadi suatu masalah kesehatan di dalam masyarakat. Penanggulangan hipertensi
dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup kearah yang
lebih sehat. Pada tahun 2012 dilaporkan tercatat kasus hipertensi adalah 6.743
Primordial Prevention
Mengarahkan dan melakukan pendidikan kesehatan untuk melakukan
pola hidup sehat seperti tidak merokok.
Primary Prevention
Melakukan survey ke beberapa kelurahan terhadap penyakit hipertensi,
serta melakukan penyuluhan untuk gaya hidup yang sehat.
Secondary Prevention
Melakukan sesegera mungkin pengobatan bagi penderita hipertensi
agar tidak terlalu parah tingkat hipertensinya.
Tertiary Prevention
Memberikan perawatan yang intensif bagi penderita hipertensi dan
melakukan rehabilitasi yang maksimal bagi penderita.
c. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal serta dapat menimbulkan berbagai komplikasi
kronik. Upaya promotif preventifperly lebih sering dilakukan karena jumlah kasus
31
diabetes melitus semakin banyak dilaporkan. Pada tahun 2012 kasus diabetes melitus
dilaporkan 1349 kasus.
Primordial Prevention
Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup
yang baik.
Primary Prevention
Melakukan penyuluhan ke beberapa kelurahan dalam meningkatkan
pencegahan diabetes melitus.
Secondary Prevention.
Melakukan pengobatan yang efisiensi dalam mengobati DM, biasanya
dengan pemberian suntik insulin
Tertiary Prevention
Melakukan rehabilitasi dan terapi bagi penderita diabetes melitus yang
sudah kronik dan membantu mengatur kadar gula dalam darah.
d. Hiperkholesterolemi
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan di mana kolesterol dalam tubuh sudah
melebihi kadar normal dalam darah. Kadar kolesterol yang berlebihan akan
mengendap di saluran peredaran darah sehingga menyempitkan saluran aliran darah
tersebut dan mengganggu sistem peredaran darah normal. Penyakit tidak menular
ini sering dialami akibat pola hidup dan makan yang tidak sehat.
Primordial Prevention
Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup
yang baik
Primary Prevention
Melakukan penyuluhan ke beberapa kelurahan dalam meningkatkan
pencegahan hiperkholesterolemi.
Secondary Prevention
Memberikan pengobatan yang tepat pada pasien.
Tertiary Prevention
32
Melakukan rehabilitasi dan terapi bagi penderita hiperkholesterolemi
yang sudah kronik
3.1.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan KIA
a. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Masa paling kritis adalah masa sekitar persalinan, sehingga penolong kelahiran
oleh tenaga kesehatan (Nakes) menjadi salah satu indikator kesehatan yang erat kaitannya
dengan indikator kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan di wilayah Puskesmas
Beji tahun 2012 mencapai 1.351 (90%). Sementara Kunjungan Ibu Hamil (K1) mencapai
97.6 %, kunjungan K4 mencapai 95.2 %, ibu nifas mendapat pelayanan kesehatan 87.7 %
,dapat dilihat pada tabel berikut.
Jiwa1150
1200
1250
1300
1350
1400
1450
1500
1550
1600
Grafik III.8 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil,Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Puskesmas Beji tahun 2012
Ibu Hamil K1 K4Bulin ditolong Nakes Ibu Nifas Mendapat Yankes
Sumber : Lap KIA Puskesmas
b. Kunjungan Neonatus dan Bayi
Kunjungan neonatus adalah kunjungan bayi kurang dari 1 bulan ke sarana
kesehatan atau mendapatkan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan yang berkunjung.
Cakupan kunjungan neonatus KN1 pada tahun 2012 adalah sebanyak 1352 bayi atau
33
sebesar 100 %, sedangkan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) 1303 atau sebesar
96.4 %.
L P
Bayi Lahir Hidup 510 842
KN1 510 842
KN LENGKAP 487 816
50
150
250
350
450
550
650
750
850
Grafik III.9 Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Jenis kelamin Puskesmas Beji tahun 2012
b. Pelayanan KB
Berdasarkan BPPKB/ Korlap PLKB Beji tahun 2012 jumlah pasangan subur
(PUS) di wilayah Puskesmas Beji berjumlah 7.962, dengan pencapaian KB aktif di
Puskesmas Beji 6.649 atau sebesar 83,5%. Sementara peserta KB baru 1.203 atau sebesar
15,1%.
IUD MOP MOW IMPLAN SUNTIK PIL KONDOM OBAT VAGINA
BEJI 1035 34 179 307 1803 1871 82 0
BEJI TIMUR 198 9 39 54 532 465 41 0
250
750
1250
1750
2250
Grafik III.10 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiPuskesmas Beji tahun 2012
Sumber : PLKB Kecamatan Beji
c. Pelayanan Imunisasi
34
Grafik.III. 11 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi
Puskesmas Beji tahun 2012
BCG
DPT 1 + HB 1
DPT3 + HB 3
CAMPAK
POLIO 3
77.5 82.5 87.5 92.5 97.5BCG DPT 1 + HB 1 DPT3 + HB 3 CAMPAK POLIO 3
% 96 97.8 93.5 89.3 84.7
Sumber : Lap Imunisasi Puskesmas 2012
Dari tabel di atas memperlihatkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di
Puskesmas beji tahun 2012 Untuk Polio dan Campak masih dibawah 90%. Drop Out
DPT1-Campak 8.6 %
2. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat
Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang berpengaruh
terhadap tingkat derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui adalah Kurang
Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Anemi Gizi, dan
Kurang Vitamin A yang pada umumnyamenyerang kelompok rawan seperti ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan
golongan ekonomi rendah.
a. Pelayanan Anak Balita
Jumlah anak balita dengan umur 12-59 bulan yang ada di puskesmas Beji ada
4.194 jiwa, yang mendapat pelayanan kesehatan (minimal 8 kali) ada 2.406 jiwa atau
35
sebesar 57,4 %. balita yang ditimbang dengan berat badan naik 849 jiwa (35,3%),
sementara balita yang BGM 99 jiwa (4.1%).
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) anak usia 6-23 bulan dari
keluarga miskin merupakan salah satu program gizi di Puskesmas.Pada tahun 2012 ada
20 balita dari keluarga miskin dengan umur 6-23 bulan yang mendapatkan MP-ASI.
Sementara selama tahun 2012 ada 1 balita gizi buruk yang dikirim ke TFC Sukmajaya .
b. Persentase Status Gizi Balita
Berdasarkan pemantauan status gizi yang dilaporkan bulan Agustus 2012 dari
4690 balita yang ditimbang, didapatkan 251 jiwa balita dengan status gizi lebih atau
sebesar 5.35%. Balita dengan gizi baik 1990 jiwa atau sebesar 77.38% dan 113 jiwa
dengan status gizi kurang atau sebesar 2.41 %. Gizi buruk 1 jiwa atau 0.02% Berikut
grafik yang menggambarkan status gizi berdasarkan jenis kelamin.
Grafik III.12.Persentase Status Gizi Balita
di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2012
36
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk0
10
20
30
40
50
60
70
80
LP
Sumber : Lap Gizi Puskesmas 2012
37
c. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe
Masa kehamilan merupakan masa yang rentan bagi seorang ibu terutama terhadap
kemungkinan anemia pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
anemia pada ibu hamil adalah dengan cara pemberian tablet Fe (tablet besi). Pemberian
tablet Fe pada ibu hamil adalah sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan (Fe 1 s/d Fe
3). Dari 1570 orang ibu hamil di Puskesmas Beji pada tahun 2012 yang mendapatkan
tablet Fe1 1530 orang ibu hamil atau 95.41% sedangkan Fe3 adalah 1296 atau 82.55 %
d. Persentase Pemberian Vit A
Suplementasi vitamin A diberikan kepada anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang
bertujuan mencegah kebutaan juga menanggulangi kekurangan vitamin A.
Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi
vitamin A sebanyak 2 kali pertahun (Februari dan Agustus) pada anak umur 6-59 bulan
dapat mencegah kekurangan vitamin A dan kebutaan (buta senja) juga meningkatkan
system kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada
balita.Karena vitamin ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang
sering terjadi pada balita seperti campak dan diare.
Bagi ibu menyusui, selain untuk mencegah kebutaan vitamin A sangat dibutuhkan
untuk pembentukan ASI yang berkualitas tinggi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupannya.
Bayi Balita Ibu Nifas
57.4
64.6
62.6
Grafik III. 13 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas Di Puskesmas Beji tahun 2012
%
38
Sumber : Lap Gizi Puskesmas 2012
e. Persentase Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif.
Menyusui merupakan salah satu hal yang sangat penting guna kelangsungan hidup
bayi dan sekaligus mempertahankan kesehatan ibu setelah melahirkan. Dan Air Susu Ibu
(ASI) merupakan makanan terbaikdan alamiah untuk bayi. ASI Eksklusif adalah bayi
hanya mendapatkan ASI saja sampai berumur 6 bulan.
Wilayah Puskesmas Beji dari yang 322 bayi yang berumur 6 bulan, 180 bayi
yang diberi ASI Ekslusif atau 55,9 % . Hal ini menunjukkan kesadaran serta tingkat
pengetahuan para ibu untuk menyusui sendiri bayinya masih rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya promosi kesehatan terus menerus sehingga perilaku masyarakat
berubah menjadi semakin baik.
3. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Di Puskesmas Beji tahun 2012, kunjungan pasien yang datang untuk berobat ke
puskesmas sebanyak 49.615 orang atau sebesar 80.1 % dari jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Beji. Kunjungan pasien yang datang berobat ke Puskesmas Beji tahun
2012 tidak mencerminkan bahwa semua penduduk wilayah beji berobat ke Puskesmas,
tetapi jumlah dihitung berdasarkan jumlah kumulatif tiap bulan, di samping itu banyaknya
penduduk luar wilayah Puskesmas Beji yang datang berobat ke Puskesmas Beji karena
lebih dekat aksesnya. Untuk kunjungan gangguan jiwa terdapat 66 kunjungan yang datang
berobat ke Puskesmas Beji tahun 2012.
4. Persentase Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Penduduk wilayah Puskesmas Beji yang mendapatkan jaminan kesehatan
prabayar berupa Askes PNS, Jamkesmas dan Jamkesda sebanyak 17.787 jiwa atau 28.7
% dari jumlah penduduk Puskesmas Beji.
39
Askes11% Jamkesmas
4%
Jamkesda13%
Lainnya71%
Grafik III. 14 Persentase Cakupan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar di wilayah Puskesmas Beji tahun 2012
Sumber : UPT Jamkesda
5. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin)
menurut Strata Sarana Kesehatan
Dari jumlahpenduduk miskin / hampir miskin sebesar 11.861 jiwa yang
mendapat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar Jamkesmas dan Jamkesda adalah
sebesar 10.875 jiwa (91,7%) . Jumlah penduduk miskin/hampir miskin Yang
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar rawat jalan (Pasien Miskin di sarana kesehatan
Strata 1) sebesar 619 (5.2%), mendapatkan Pelayanan kesehatan Rawat Inap pada
pelayanan kesehatan Rujukan (di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3) sebesar 160 jiwa
(1.3%)
Ketersediaan Obat
Pada tahun 2012 di Puskesmas Beji ketersediaan obat dan bahan habis pakai
hanya tersedia 133 jenis yang dibutuhkan dari 185 jenis yang ada pada daftar RKO untuk
tahun 2012. Dari jumlah kebutuhan obat dan jumlah pasien yang berobat ke Puskesmas
Beji didapatkan rasio pemakaian obat pada tahun 2012 sebesar 37,4 tablet per pasien.
40
3.1.5 Upaya Pelayanan Kesehatan Lainnya
1. Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya kesehatan
pengembangan puskesmas . Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan
lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku
hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan Madrasah Ibtidaiyah
di dalam wilayah kerja Puskesmas. Anak Usia Sekolah adalah anak yang berusia 6-21
tahun,yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok
yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Ruang lingkup UKS tercermin
dalam TRIAS UKS yang meliputi : 1. Pendidikan Kesehatan, 2. Pelayanan Kesehatan, 3.
Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat.
Kegiatan UKS-UKGS di Puskesmas Beji selama tahun 2012 telah melakukan
kegiatan-kegiatan antara lain :
1.Pendataan Jumlah siswa seluruh siswa RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA,
SLB, Panti Asuhan dan Pondok Pesantren di wilayah lingkungan Puskesmas Beji
2.Penjaringan Sekolah pada siswa RA/TK dan siswa kelas I tingkat SD/MI,SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dilakukan pada awal ajaran tahun baru.
3. Stratafikasi Pelaksanaan UKS Sekolah
4. Pelatihan Dokter Kecil pada SDN Beji V
5. Lomba Dokter Kecil Tingkat Kecamatan Beji
a. Persentase Penjaringan Anak Sekolah
Penjaringan kesehatan anak sekolah adalah kegiatan pemeriksaan kesehatan pada
anak didik TK/RA dan kelas 1 SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA yang rutin dilakukan
oleh program UKS setiap awal tahun ajaran baru. Diawali dengan pendataan sekolah di
wilayah kerja, sosialisasi,persiapan dan pelaksanaan. Berikut hasil pendataan dan
penjaringan yang dilakukan pada sekolah tahun 2012.
Tabel III.1. Rekapitulasi Sekolah di Wilayah Puskesmas Beji
NO SEKOLAH
JUMLAHJUMLAH SISWA
SEKOLAH L P
1 RA/TK 12 476 4352 SD/MI 20 3839 38083 SMP/MTs 8 1438 14404 SMA/SMK/MA 5 543 738
41
5 SLB 1 78 216 PANTI ASUHAN 1 24 8
JUMLAH TOTAL 47 6321 6306Sumber : Lap UKS 2012
TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA
80
100
50 5050
100
50
20
Grafik III.15 Cakupan Hasil Penjaringan Anak Sekolah di Wilayah Puskesmas Beji tahun 2012
TARGET KOTA PENCAPAIAN
TK SD SLTP SLTA TK SD SLTP SLTA
476
663
558
242
0
435
673
560
259201
625
259
29 0
157
626
305
89
Grafik III.16 Hasil Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Puskesmas Beji tahun 2012
jumlah murid kelas 1 yang diperiksa
Laki-laki Perempuan
Pada penjaringan RA/TK hanya 6 sekolah atau 50 % saja yang dilakukan
penjaringan dari 12 sekolah yang ada. Pada tingkat MI/SD penjaringan dilakukan pada
42
seluru MI/SD yang ada di wilayah Puskesmas Beji atau tercapai 100% sesuai yang
ditargetkan . Untuk tingkat SMP/MTs penjaringan dilakukan pada 4 sekolah dari 8
sekolah (50%). Tingkat SMA/SMK/MA penjaringan dilakukan pada 1 Sekolah dari 5
sekolah (20%). Pada SLB dan Panti Asuhan Puskesmas selama ini belum melakukan
penjaringan.
Cakupan sekolah yang dilakukan penjaringan pada tingkat RA/TK, dan
SMA/SMK/MA rendah, sehingga perlu ditingkatkan lagi untuk tahun mendatang dengan
dilakukan penjaringan minimal 80% dari jumlah RA/TK ,50% untuk Tingkat SLTP dan
SLTA sedangkan untuk tingkat SD,SLB,Panti Asuhan 100% dilakukan penjaringan.
b. Persentase Murid Sekolah Dasar / MI Yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan
Mulut
Pelayanan kesehatan dasar gigi bagi murid SD/MI meliputi pelayanan promotif
dan preventif melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.Untuk tahun 2012 ini dari 7.456
murid seluruh SD/MI, 1.191 orang (15,97%) diperiksa dan 696 orang perlu mendapat
perawatan. Dari 696 orang yang memerlukan perawatan,siswa yang mendapat perawatan
kesehatan gigi dan mulut sebesar 331 orang (47,56 %). Melihat data diatas dan
dibandingkan dengan jumlah murid SD di seluruh Puskesmas Beji, angka diatas tentu
masih rendah. Diharapkan perhatian serta keaktifan dari pemegang program sehingga
jumlah tersebut terus bertambah.
2. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
Kelompok usia Lanjut adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas . Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi . Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia
akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut
akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,
43
harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi
walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan..
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit
lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan
berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan
dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah.
Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat
mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.
Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Beji yang berumur 60 tahun ke atas sebesar
3.345 jiwa atau 5,57 % dari jumlah total penduduk. Pada tahun 2012 Jumlah penduduk
usila (60 tahun +) yang berkunjung ke Puskesmas maupun ke Posyandu Lansia yang
mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata perbulan 787 jiwa atau 22.8 %
3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Rata-rata kunjungan pasien yang melakukan pengobatan gigi dan mulut di
Puskesmas Beji pada tahun 2012 sebesar 350 orang per bulan. Pelayanan penambalan
gigi tetap sebesar 1.011 dan pencabutan gigi tetap 185 dari angka tersebut didapatkan
rasio tumpatan/pencabutan 5,5. Gambaran kasus penyakit gigi dan mulut pada pasien
yang datang ke Puskesmas beji selama tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut .
Karies
Gigi
Penyakit P
ulpa dan jar
ingan peri
apikal
Gingivitis d
an jaringan
periodontal
Gangguan Gigi
dan jaringan
lainnya
Penyakit R
ongga M
ulut
306483
227 29630
704
1146
417 521
75
Grafik III.17 Gambaran Kasus Penyakit Gigi dan Mulut Pada Pasien Yang datang berobat ke UPT Puskesmas Beji tahun 2012
L P
44
Sumber : laporan Puskesmas 2012
3.1.6 Peran Serta dan Perilaku Sehat Masyarkat
1. RW Siaga
Rw Siaga merupakan suatu RW yang bersumber daya,kemampuan dan kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,bencana alam dan
kegawatdaruratan di wilayahnya secara mandiri.Pembinaan RW siaga dengan 8
indikatornya di wilayah Puskesmas Beji terus dilakukan, pembinaan di tingkat RW dan
kelurahan dengan monitoring dan evaluasi, karena RW siaga merupakan ujung tombak
partisipasi warga.
Di Kota Depok, status RW siaga juga telah ditingkatkan menjadi RW siaga aktif,
hal ini agar kader yang terlibat di dalamnya lebih aktif lagi dalam kegawatdaruratan.
Tabel III. 2 DATA KELURAHAN DAN RW SIAGA AKTIF PUSKESMAS BEJI - TAHUN 2012
NO
KELURAHAN
JUMLAH RW
JUMLAH KELURAHAN SIAGA AKTIF
JUMLAH RW SIAGA AKTIF
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
1 Beji 17 1 8 3 4 2
2Beji Timur
7 1 2 3 2
Sumber : Lap Promkes 2012
2. Strata Posyandu
Posyandu sebagai salah satu potensi yang ada di masyarakat harus dapat
dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung pembangunan kesehatan. Di Posyandu
dapat dilakukan pelayanan kesehatan yang menyentuh langsung anggota masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain adalah KB, KIA, Gizi, Imunisasi, Lansia
dan Penanggulangan Diare.
Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu ada 4 tingkatan kemandirian
Posyandu yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu
45
Mandiri. Saat ini Puskesmas Beji mempunyai 31 Posyandu yang terletak di kelurahan
Beji sebanyak 25 Posyandu dan 6 Posyandu lainnya di kelurahan Beji Timur.
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI MANDIRI PLUS
Beji 0 0 20 4 1
Beji Timur 0 0 2 4 0
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
Grafik III. 18 Strata Posyandu di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2012
Sumber : Lap Promkes Puskesmas 2012
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya perubahan perilaku sehat dilaksanakan melalui program promosi kesehatan
yang merupakan upaya pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat
dalam upaya kesehatan sesuai dengan keadaan sosial budaya setempat. Sesuai dengan
upaya promosi kesehatan yang esensinya adalah pemberdayaan masyarakat, maka peran
serta masyarakat yang optimal dalam bidang kesehatan merupakan indikator
keberhasilan,kelangsungan dan kemandirian pembangunan kesehatan. PHBS bisa
diterapkan diberbagai tempat diantaranya di rumah tangga, di institusi kesehatan, di
tempat-tempat umum,di sekolah.
4. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
1. Persentase Rumah SehatKondisi rumah yang baik berkaitan erat dengan kesehatan dan penting untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat. Dalam target. Indikator rumah sehat merupakan
komposit dari 14 variabel rumah sehat (lokasi, kepadatan hunian, lantai, pencahayaan,
ventilasi, air bersih, kakus, septic tank, kepemilikan jamban, saluran pembuangan air
limbah, saluran got, pembuangan sampah, polusi udara dan bahan bakar untuk sampah).
46
.
41%
59%
Grafik III.19 Persentase Rumah Sehat
rumah tidak sehat rumah sehat
Tahun 2012 dari 11,172 rumah yang diperiksa, yang memenuhi syarat rumah
sehat sebanyak 6,585 rumah atau 58,9%. Usaha promosi kesehatan tetap harus dilakukan
sehingga dapat merubah cara berpikir dan perilaku masyarakat, sehingga bisa meningkat
di tahun yang akan datang
2. Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Air Bersih
Penduduk wilayah Puskesmas Beji sebagian besar air bersih berasal dari sumber
air terlindung yaitu sumber air yang memenuhi syarat kesehatan seperti ledeng, sumur
pompa tangan (SPT), sumur gali (SGL), dan air kemasan.Dari 1080 keluarga yang
diperiksa air bersihnya yang menggunakan ledeng 270 (25 %), SPT sebesar 568 (52,6
%), SGL sebesar 242 (22,4%).
3. Persentase Tempat – tempat Umum Sehat (TTU Sehat)
Sarana yang banyak digunakan bagi kepentingan umum hendaknya memenuhi
syarat-syarat kesehatan antara lain memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi, luas ruangan, dan sistem pencahayaan
yang memadai. Dengan demikian jumlah kesakitan yang diakibatkan oleh lingkungan
dapat berkurang.
Wilayah Puskesmas Beji terdapat Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) 47 buah , TUPM yang diperiksa 28 buah dengan hasil 28 TUPM sehat atau
47
sebesar 100% . Sedangkan tempat-tempat umum dari 112 Institusi yang ada di wilayah
Puskesmas Beji, dibina 50 buah atau 44,6%.
Melihat hasil diatas tentu perlu dilakukan pembinaan yang lebih intensif karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan potensi penularan penyakit.
48
3.2 .Laporan CRP
3.2.1 PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS BEJI
Tabel dan Diagram Penyakit Menular
Tabel 2 Penyakit Menular
No. NamaPenyakit JumlahKasus1 Ispa 97192 Diare 15233 Morbili 1714 Typhoid Fever 1485 DBD 216 Parotitis 827 PenyakitKulit 28788 TBC 3479 HIV/AIDS 710 KariesDentitis 12811 Abses 43112 Scabies 2
49
1.1.1 Tabel dan Diagram Penyakit Tidak Menular
Tabel 2 Penyakit Tidak Menular
No. NamaPenyakit JumlahKasus1 Cephalgia 18082 SindromDispepsia 34463 Hipertensi 67434 DM 13495 Katarak 1286 Skizophrenia 367 CAD 2388 CVD 729 Myalgia 2297
50
61%
39%
DATA KUNJUNGAN PASIEN POLI UMUM PUSKESMAS BEJI TAHUN 2012
Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular
3.2.2 INCIDENCE RATE, PREVALENCE RATE, DAN ATTACK RATE
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
Incidence Rate (IR):
Jumlah Kasus BaruJumlah Penduduk
x 1000
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu PR yang ditentukan pada waktu tertentu
(misal pada Juli 2011) disebut Point Prevalence Rate
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2012 s/d 31 Desember 2012)
disebut Periode Prevalence Rate
51
Prevalence Rate (PR):
Jumlah Kasus Baru+lamaJumlah Penduduk
x 1000
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Attack Rate (AR):
Incidence Rate x 1000
3.2.3 KEMATIAN (MORTALITAS)
Kematian merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyakitpenyebab
kematian. Berbagai faktor yang menjadi penyebab kesakitanyang berujung pada
kematian antara lain adalah masalah yang berkaitandengan tingkat sosial ekonomi,
kualitas lingkungan hidup, upayapelayanan kesehatan, dll.Tingginya tingkat kematian
khususnya kematian ibu, bayi dan kematian karena penyakit tertentu di suatu daerah
dapat dijadikan sebagai alat ukur atau indikator derajat kesehatan di daerah tersebut.
a. AngkaKematian Bayi dan Balita
Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortalitiy Rate (IMR) adalah jumlah
kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap 1000 kelahiranhidup. Dan merupakan
salah satu indikator penting yang sangat sensitive untuk mengetahui permasalahan
kesehatan masyarakat yang berkaitandengan penyebab kematian dan tingkat keberhasilan
program kesehatan.
Angka Kematian Bayi yang dilaporkan diwilayah Puskesmas Beji tercatat 3 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Artinya di Wilayah Puskesmas Beji pada tahun
2012 diantara 1000 kelahiran hidup kurang lebih ada 3 bayi yang meninggal sebelum usia
tepat 1 tahun. Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan
AKB yang sebenarnya. Jumlah kematian bayi yang sebenarnya pada tahun 2012 ada 4
bayi yang meninggal sebelum 1 tahun, dan tidak ada balita meninggal yang dilaporkan.
Grafik dibawah ini menggambarkan jumlah kematian bayi selama 5 tahun terakhir.
52
2008 2009 2010 2011 2012
2
5 5
4 4
Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi di wilayah Puskesmas BejiTahun 2008-2012
b. Angka Kematian Ibu
Kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan keadaan kesehatan yang
kurang baik menjelang kehamilan dan kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran serta tersedianya dan penggunaan fasilitas kesehatan.Gambaran jumlah
kematian ibu maternal tahun 2008-2012 yang dilaporkan di Puskesmas Beji dapat dilihat
pada grafik berikut:
53
2008 2009 2010 2011 2012
1 1
0
1 1
Grafik III.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2008-2012
Dari gambar di atas memperlihatkan tiap tahun terdapat 1 kematian ibu maternal
kecuali tahun 2010. Pada tahun 2012 di Puskesmas Beji jumlah kematian maternal
tercatat 1 kasus dari 1352 jumlah kelahiran hidup.
54
3.3 Laporan BHP
Hasil wawancaradenganduapasiendi PuskesmasBeji, Depok
Pasien pertama:
Ibu Sukmiati berumur 48 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal di daerah
kemiri muka di dekat jalan margonda dengan lingkungan rumahnya yang cukup bersih.
Beliau datang ke puskesmas Beji dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Ibu
Sumiati datang ke puskesmas untuk mengantar anaknya dengan keluhan kupingnya tidak
enak dan terasa sakit. Beliau datang ke poli umum untuk pemeriksaan penyakitnya. Ibu
Sumiati sudah sangat sering berobat ke puskesmas Beji dari tahun 90’an. Menurutnya sudah
banyak perubahan pada puskesmas Beji yang sekarang dan dulu, mulai dari gedungnya dan
pelayanan kesehatannya yang semakin bagus. Alasan beliau lebih memilih berobat ke
puskesmas ini dikarenakan administrasi serta pelayanan yang terdapat di puskesmas Beji
cukup baik.
55
Pasien kedua:
Ibu Lestari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal di daerah Beji. Beliau datang ke
puskesmas Beji diantar oleh suaminya dengan menggunakan kendaraan bermotor dua. Ibu
Lestari datang ke puskesmas ini dengan keluhan maagnya yang kambuh. Beliau datang ke
poli umum untuk pemeriksaan penyakit maagnya. Beliau lebih memilih puskesmas ini selain
dekat dari rumahnya juga karena beliau sudah cocok dengan obat di puskesmas ini dan
administrasi di puskesmas ini cukup lancar serta biayanya yang terjangkau.Menurutnya sudah
banyak perubahan pada puskesmas ini mulai dari gedungnya, pelayanannya yang semakin
baik, dan setiap poli dipisah sehingga menjadi lebih teratur. Hanya saja kadang ada dokter
yang terlalu terburu-buru sehingga beliau merasa tidak nyaman dan tidak puas berkonsultasi
dengan dokter tersebut.
Pasien ketiga
Bernama ibu karmina, Usia 30 tahun, beralamat di jalan gang kedongdong. Kami
mewawancarainya sebelum masuk ke poli umum, Ia datang ke puskesmas di temani dengan
suaminya, dan berobat dengan keluhan gatal-gatal pada bagian tubuhnya. Ibu karmila sering
sekali merasa gatal-gatal disekujur tubuhnya tapi ia sendiri tidak mengetahui kenapa hal
tersebut bisa terjadi. Biasanya pada saat hal tersebut terjadi ibu karmina tidak datang
langsung ke puskesmas melainkan membeli obat di warung yaitu imfusidal, ibu karmina pun
tidak mengetahui apakah ia memiliki alergi atau tidak karena tidak adanya saran dari dokter.
Kemudian setelah keluar dari poli umum kami melihat resep dokter hanya untuk membeli
bedak salisil. Kami pun juga sempat bertanya tentang infrastruktur dan pelayanan dengannya.
Menurut ibu karmina puskesmas beji sendiri sudah sangat baik dan banyak perubahan dari
sebelumnyanya mulai dari bangunan yang jadi semakin bagus dan nyaman, pelayanan
perawat yang ramah, dan juga sistem puskesmas tentang antrean penungguan pasien yang
sudah semakin baik dengan menggunakan karcis tunggu.
56
Pasien keempat
Bernama ibu Dian, Usia 42 tahun. Kami mewawancarainya sebelum masuk ke poli umum, ia
datang sendiri ke puskesmas dengan keluhan flu dan juga asma. Ibu dian mengaku sudah
sejak kecil memiliki sakit asma, dan penyakitnya tersebut selalu kambuh pada saat dia sedang
flu, dalam keadaan dingin, atau pun terlalu lelah. Ibu dian selalu datang ke puskesmas beji
untuk pertolongan pertama begitu juga dengan keluarganya. Menurut ibu dian puskesmas beji
sudah cukup bagus pelayanannya hanya terkadang terlalu lambat dalam administrasi, tetapi
untuk sebuah puskesmas sudah cukup bagus, dokternya dan petugas-petugas lainnya pun
sangat ramah. Puskesmas beji pun cukup menunjang untuk warga sekitar dalam segi
pelayanan. Ia juga memberi kami informasi tentang dahulunya puskesmas beji hanya
puskesmas kecil yang dengan berjalannya waktu terus melakukan perubahan, dan semakin
membaik di 3-4 tahun belakangan ini.
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan
epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan berbagai masalah kesehatan masyarakat
sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Penyakit menular umumnya
diagnosis nya mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara
berkembang, lebih mudah mencari penyebabnya, sedangkan penyakit tidak menular
di temui di negara industri tidak ada penularan, diagnosisnya sulit dan dan
membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Pada makalah kami ini mengemukakan mengenai jumlah penyakit menular
dan tidak menular yang terjadi pada Laporan Puskesmas Beji pada tahun 2012. Dapat
di simpulkan bahwa kinerja preventif pada puskesmas berjalan sangat baik. Mulai
pada tahap premodial sampai pada tahap tertier. Di akhir laporan, kami menyisipkan
laporan mengenai hasil wawancara terhadap pasien-pasien yang berada di Puskesmas
Beji.
Dari hasil wawancara dengan pasien, kami pengamat mengambil kesimpulan masalah
utama yang terus terjadi adalah pada masalah sistematika waktu dan tempat pada pelayanan
pendaftaran di loket atau administrasi. Pasien terpaksa menunggu waktu yang relatif lama.
Namun, para pasien berpendapat bahwa puskesma Beji ini sangat baik pelayanannya terhadap
pasien, dari mulai petugas kesehatannya sampai bangunan dan sarananya yang sudah jauh
lebih baik.
4.2 Kritik dan Saran
Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini
58
Referensi
Laporan profil Beji 2012
Hasil wawancara tata usaha puskesmas Beji
Hasil wawancara poli KIA puskesmas Beji
Hasil wawancara pasien-pasien puskesmas Beji
Power point dr. Naweng
59