isi makalah

81
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dewasa ini, banyak sekali berbagai penyakit yang menyerang manusia baik itu penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain host, agent dan environment. Penyakit menular dan tidak menular selalu mengalami peningkatan angka kematian dan kesakitan khususnya di puskesmas Beji. Penyakit menular yang sering terjadi di puskesmas Beji adalah ISPA, pneumonia, diare, DBD, HIV/AIDS, sedangkan penyakit yang tidak menular terbanyak adalah chepalgia, sindroma dyspepsia, hipertensi, diabetes melitus, dll. Kami selaku mahasiswa kedokteran UPNVJ mengadakan field study untuk mencari tahu penyebab dari naiknya angka kematian dan kesakitan di puskesmas Beji dan mencari cara dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular agar terjadi penurunan angka kematian dan kesakitan di puskesmas Beji. Kami berharap dengan tinjauan ini dapat mengurangi kenaikan angka kematian dan kesakitan penyakit menular maupun tidak menular untuk pasien di Puskesmas Beji. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai penunjang untuk pencapaian evaluasi tinjauan kami mengenai penanggulangan penyakit menular dan tidak menular di Puskemas Beji, Depok. 1

Upload: elsmee

Post on 18-Jan-2016

96 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini, banyak sekali berbagai penyakit yang menyerang manusia baik itu penyakit

menular maupun penyakit yang tidak menular. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain host,

agent dan environment. Penyakit menular dan tidak menular selalu mengalami peningkatan

angka kematian dan kesakitan khususnya di puskesmas Beji. Penyakit menular yang sering

terjadi di puskesmas Beji adalah ISPA, pneumonia, diare, DBD, HIV/AIDS, sedangkan penyakit

yang tidak menular terbanyak adalah chepalgia, sindroma dyspepsia, hipertensi, diabetes melitus,

dll.

Kami selaku mahasiswa kedokteran UPNVJ mengadakan field study untuk mencari tahu

penyebab dari naiknya angka kematian dan kesakitan di puskesmas Beji dan mencari cara dan

penanggulangan penyakit menular dan tidak menular agar terjadi penurunan angka kematian dan

kesakitan di puskesmas Beji.

Kami berharap dengan tinjauan ini dapat mengurangi kenaikan angka kematian dan

kesakitan penyakit menular maupun tidak menular untuk pasien di Puskesmas Beji. Makalah ini

juga dapat digunakan sebagai penunjang untuk pencapaian evaluasi tinjauan kami mengenai

penanggulangan penyakit menular dan tidak menular di Puskemas Beji, Depok.

1

Page 2: Isi Makalah

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji?

2. Apa penyebab penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji?

3. Bagaimana distribusi penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji (prevalensi

dan insidensi)?

4. Bagaimana menanggulangi penyakit menular dan tidak menular berdasarkan five level of

prevention?

5. Kapan biasanya penyakit menular dan tidak menular itu terjadi?

6. Siapa yang memiliki risiko tertinggi yang menderita penyakit menular dan tidak

menular?

7. Pasien yang berasal dari wilayah mana sajakah biasanya terjangkit penyakit menular dan

penyakit tidak menular?

1.3 Tujuan

Dari segi CRP

- Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah (early evidence based)

- Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi dan komunikasi dalam

menghimpun data yang relevan

- Menggunakan keterampilan mengindentifikasi dan merangkum data

Dari segi CHOP

- Mengetahui epidemiologi suatu penyakit

- Mengetahui cara dan upaya pemberantas dan penanggulangan penyakit menular dan

tidak menular berdasarkan 5 level of prevention

Dari segi BHP

- Mengetahui pengertian etika berkomunikasi

- Mengertahui cara etika berkomunikasi

- Menerapkan etika berkomunikasi di lingkungan sekitar

2

Page 3: Isi Makalah

Secara umum :

Mengetahui penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Beji

Menyediakan data dan informasi yang menggambarkan situasi kesehatan di

wilayah Puskesmas Beji

Mengetahui dan menilai sarana pelayanan Puskesmas Beji

Melatih keterampilan mengidentifikasi dan merangkum data dari Puskesmas Beji

Melatih keterampilan pengelolaan informasi dan komunikasi dalam menghimpun

data yang relevan dari Puskesmas Beji dengan menggunakan data dan bukti

sekunder.

Mengaplikasikan data sekunder

Mengetahui penyebaran penyakit menular

1.4 Manfaat

1. Memberi dampak positif kepada masyarakat untuk mencegah penyakit menular dan

penyakit tidak menular

2. Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang penyakit menular dan tidak

menular

3. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kelompok

4. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dari segi CRP, CHOP, BHP

5. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari untuk mengolah data

3

Page 4: Isi Makalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit

Penyakit merupakan suatu konsep yang sulit unyuk dipahami dan tidak jelas serta

memiliki definisi yang berlainan baik secara sosial, budaya, maupun secara ilmu

pengetahuan. Setiap gangguan terhadap fungsidan struktur tubuh dapat dianggap sebagai

penyakit.

Penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu pola respon yang diberikan oleh organism

hidup terhadap beberapa bentuk invasi benda asing atau terhadap cedera, yang melibatkan

berubahnya fungsi normal organisme tersebut. Penyakit, lebih jauh lagi didefinisikan sebagai

suatu keadaan abnormal saat tubuh tidak dapat merespon atau menjalankan fungsi

normalnya. Penyakit juga merupakan suatu kegagalan mekanisme tubuh organisme untuk

bereaksi terhadap invasi benda asing sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi atau

struktur dibeberapa bagian organisme tersebut.

Ada berbagai faktor yang mengkontribusi suatu penyakit sehingga penyakit itu dapat

dicegah atau diobati dengan mengubah sebagian atau semua faktor konstribusinya.

Penyakit memiliki rentang keseriusan, efek durasi, keparahan dan keluasan. Penyakit

dapat diklasifikasikan menjadi tingkatan yaitu :

1. Akut

Relatif parah, berdurasi pendek dan sering kali dapat diobati, biasanya penderitanya

akan sembuh atau meninggal.

2. Subakut

Keparahan dan durasinya sedang, memiliki beberapa aspek akut dari penyakit, tetapi

durasinya lebih panjang, tingkat keparahnnya dapat menurunkan status kesehatan

penderita. Penderita pada akhirnya diperkirakan sembuh dan puli secara total serta

penyakitnya tidak berkembang menjadi penyakit kronis.

4

Page 5: Isi Makalah

3. Kronis

Tidak terlalu parah, tetapi durasinya lama dan terus-menerus, berakhir dalam jangka

waktu yang lama jika bukan seumur hidup. Pasien mungkin tidak akan pulih seperti

sedia kala dan penyakitnya sewaktu-waktu dapat memburuk. Kehidupan mungkin tidak

langsung terancam, tetapi penyakit mungkin berlangsung dalam jangka waktu yang

sangat lama.

2.2 Penyakit Menular

Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah

dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang

erat hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap

dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya masalah

baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis

yang erat hubungan nya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik

sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan

biologis.

Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-

negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang

berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka

penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:

Ø  Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.

Ø  Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih

ringan dibanding dengan yang pertama.

Ø  Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat

menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.

Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya

beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent)

yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources),

5

Page 6: Isi Makalah

adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan

cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.

Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang

bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme multi selular yang

cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat

dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:

Ø  Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain-lain.

Ø  Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.

Ø  Kelompok protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.

Ø  Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.

Ø  Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.

Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikroorganisme, unsur

penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk

mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha

mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.

Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang

sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme tersebut berada,

berpindah tempat dari satu pejamu lainnya yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk

pertahanan khususnya pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk

lainya.

2.3 Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular adalah penyakit non-infeksi yang tidak bisa menyebabkan

penularan dari satu manusia ke manusia lainnya. Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman,

tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh

manusia. Masih banyak warga Indonesia yang kurang menyadari bahaya dari penyakit tidak

menular sehingga menyebabkan meningkatnya angka kematian.

Menurut WHO, jumlah kematian akibat dari penyakit tidak menular di wilayah Asia

Tenggara pada tahun 2008 sebanyak 55% dari penduduknya. Hal itu disebabkan oleh pejamu

6

Page 7: Isi Makalah

(host) itu sendiri akibat kurangnya peduli akan pola hidup sehat. Banyak masyarakat di Asia

Tenggara yang memiliki kebiasaan diet yang tidak seimbang, perokok berat, kurangnya aktivitas

fisik atau berolahraga.

Menurut data dari Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan kematian akibat stroke

pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal

tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif.

Menteri kesehatan menyebutkan bahwa penyakit tidak menular adalah penyebab

kematian terbesar ke-2 di Indonesia. Berikut ini merupakan data persentase kematian akibat

penyakit tidak menular di Indonesia:

Tabel A. Presentase Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia

Keterangan :

Tabel di atas menunjukan bahwa persentase tiap 6 s/d 8 tahun meningkat hingga 13%.

Hal diatas menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam menanggapi penyakit

tidak menular di Indonesia masih sangat kurang.Perlu penyuluhan dan penanggulangan terhadap

penyakit tidak menular yang lebih agar meningkatkan kesadaran masyarakat yang kurang

mengerti tentang pentingnya pola hidup dan pola makan

.

7

Page 8: Isi Makalah

2.4 Perjalanan Alami Penyakit

Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alaminya sendiri jika tidak diganggu

dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalananya.

Proses suatu penyakit dimulai dari seorang yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh

agens paatogenik yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit. Perjalan alamipenyakit

( riwayat alamiah penyakit ) untuk beberapa penyakit sudah didokumentasikan dengan baik.

Perjalan alami penyakit dimlai dari seseorang yang rentan pada suatu pathogen. Patogen akan

memperbanyak dirinya dan kemudian menyebar didalam tubuh penjamu. Setiap penyakit,

setiap pathogen dan setiap penjamu memiliki perbedaan hal respons pada penyakit, cara

penyakit menyebar, dan pengaruh penyakit pada tubuh.

Perkembangan suatu penyakit dapat dihentikan di titik manapun, baik oleh kekuatan

respons yang diberikan system imun alami tubuh atau melalui intervensi tubuh yang

menggunakan antibiotik, terapeutik, atau intervensi medis lain. Tubuh pertama kali akan

merespons perubahan yang tidak terdeksi dan tidak dirasakan. Begitu pathogen

memperbanyak diri, penjamu mulai merasakan perubahan yang ditandai dengan gejala,

seperti demam, sakit kepala, kelemahan, sakit otot, malaise, dan perut terasa tidak nyaman.

Didalam tubuh, penyakit akan memberikan reaksi yang sebenarnya ganjil bagi penyakit itu

sendiri. Kemudian, tubuh akan merespons dan penderita pada umumnya mulai sembuh dan

mulai membaik, atau sebaliknya semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit

akan menguasai tubuh, dan penderita menjadi semakin lemah atau bahkan meninggal.

8

Page 9: Isi Makalah

2.5 Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Penyebab

Penyakit juga dapat dikelompokkan berdasarkan sumber atau penyebabnya.

Penyebab penyakit infeksius yang paling umum adalah organism patogen atau organisme

yang menimbulkan penyakit. Ada klasifikasi utama patogen yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia. Kebanyakan dari patogen tersebut adalah organisme mikroskopik

yang tiidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Selain itu, ada sumber penyakit yang berasal

dari binatang mikroskopik.

2.6 Masa Inkubasi Penyakit Menular

Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan patogen yang sifatnya infeksius.

Dengan kata lain , seseorang harus diinokulasikan dengan penyakit. Hal ini menyebabkan

kita memebayangkan seekor nyamuk anopheles yang menggigit ( inokulasi dengan gigitan )

korban yang tidak menyangka dirinya rentan disore hari yang hangat, yang kemudian

menulari orang tersebut dengan penyakit, seperti malaria. Masa inkubasi adalah rentang

waktu yang berlalu diantara waktu inokulasi dan waktu penampakan tanda atau gejala

pertama penyakit itu. Pada kasus korban yang terkena gigitan nyamuk, masa inkubasi untuk

penyakit malaria adalah sekitar 15 hari ( 10 sampai 35 hari ) dari saat digigit sampai korban

mulai menggigil, demam, berkeringat, malaise, dan sakit kepala selama kurang lebih satu

hari, yang muncul setiap 48 jam. Interval diantara pajanan malaria dan penampakan tanda

atau gejala pertama yang dapat terdeksi dari penyakit itu merupakan masa inkubasi malaria.

Kesulitan yang dihadapi dalam menentukan pajanan terhadap inokulasi atau pajanan

suatu penyakit membuat titk awal masa inkubasi sulit dipastikan. Di samping itu, tanda-tanda

dan gejala penyakit lain membuat sering kali terlihat sama, misalnya malaria sering disangka flu.

Masa prodomal adalah tahap kedua penyakit dan merupakan masa untuk pertama kalinya muncul

tanda-tanda dan gejala. Diagnosis yang termudah biasanya dapat dibuat jika penyakit hanya

berasal dari satu pajanan yang berdurasi pendek. Identifikasi sumber infeksi dan penderita yang

mengalami tanda-tanda klasik penyakit untuk pertama kalinya akan sangat membantu dalam

pembuatan diagnosis penyakit ini.

9

Page 10: Isi Makalah

2.7 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Pencegahan dan pengendalian penyakit infeksius dan menular merupakan dasar bagi

semua tindakan dibidang kesehatan masyarakat. Ada beberapa metode pencegahan dan juga

beberapa tindakan pengendalian yang telah dikembangkan. Didalam pengendalian penyakit

menular ini, terdapat tiga factor, yaitu :

Memindahkan, menghilangkan atau menekan penyebab atau sumber infeksi

Memutus dan menghalangi mata rantai penularan penyakit

Melindungi populasi yang rentan terhadap infeksi dan penyakit

Metode pencegahan dan pengendalian penyakit ini digunakan dalam beberapa sektor.

Sector pertama adalah lingkungan, orang beresiko ( penjamu ), dan populasi atau komunitas.

Pengendalian Lingkungan

Program pengendalian lingkungan berrtujuan untuk menyediakan udara, air dan

makanan yang bersih dan aman. Hal yang juga tercakup didalam pengendalian

lingkungan adalah manajemen pengolahan limbah padat ( sampah basah dan sampah

kering ). Limbah cair ( air kotor ) dan pengendalian vektor ( serangga dan binatang

pengganggu ) penyakit.

Untuk mendapatkan udara yang aman perlu dilakukan pengendalian pathogen

infeksius yang menyebar melalui udara ( airbone ). Asap ( fumes), sinar ultraviolet,

pencemaran udara, dan asap mesin juga termasuk permasalahan yang ada dibidang

pengendalian keamanan udara.

Persedian air yang bersih dan aman merupakan factor kunci di dalam

pengendalian penyakit infeksius, khususnya penyakit bawaan air (penyakit enterik atau

penyakit saluran pembuangan). Dengan demikian, menjaga agar persediaan air tetap

aman merupakan salah satu kegiatan yang paling pokok dan juga penting dalam program

kesehatan masyarakat dewasa ini. Perlindungan terhadap air, makanan, dan susu

merupakan salah satu karakteristik masyarakat modern.

Pencegahan dan Pengendalian Penjamu Terkait

Penjamu untuk suatu penyakit bisa manusia, bisa juga binatang, dan keduanya

memang rentan terhadap penyakit infeksius. Sementara itu, sasaran program kesehatan

masyarakat adalah melindungi penjamu dari penyakit dan infeksi yang dapat menular

10

Page 11: Isi Makalah

melalui beberapa metode. Langkah- langkah tersebut meliputi karantina, isolasi, sanitasi,

hygiene yang baik, imunisasi dan kemoprofilaksis.

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum

kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada

data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil  pengamatan

penelitian epidemiologis.

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni:

Ø  Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab,

lingkungan penjamu.

·        Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah

mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk

menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka

menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di

samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya.

·        Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air

bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan

peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta

peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan

kehidupan sosial masyarakat.

·        Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum

dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus

lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh

faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah

raga kesehatan.

Ø  Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan

yang tepat . sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau

dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan

usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar

dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah

proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi.

11

Page 12: Isi Makalah

·        Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit

tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI,

mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum

dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.

·        Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses

prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.

Ø  Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan

rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan

mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu

penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan

usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit

tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal

mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi

sosial.

Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya

sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

12

Page 13: Isi Makalah

2.8 Pencegahan Penyakit Tidak Menular

    Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetapjuga berlaku dalam PTM.

Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut ini.

a. Pencegahan Premordial.

Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan

penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan factor risiko lainnya.

Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan

saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptakan prakondisi sehingga

masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu

barsikap positf terhadap bukan perokok.

       

b. Pencegahan  Tingkat Pertama, yang meliputi:

hatan masyarakat, misalnya:

o Kampanye kesadaran masyarakat.

o Promosi kesehatan.

o Penidikan kesehatan masyarakat.

 Pencegahan Khusus, misalnya:

o Pencegahan keterpaparan.

o Pemberian kemopreventif.

c. Pencegahan Tingkat Kedua:

Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.

Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.

Pencegahan Tingkatan Ketiga:

Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo,dan rumah orang sakit.

13

Page 14: Isi Makalah

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih

sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat

yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan

memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population). Penanggulangan PTM PTM mengutamakan

pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan

seimbang dan tidak merokok.

Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang

mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan

dan penanggulangan PTM. Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan

kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi

termasuk dunia usaha dan swasta. Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.

Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan

kemampuan secara terus menerus (capacity building).

Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai

dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang

dilakukan di bidang penanggulangan PTM.

Strategi

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa

tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat

umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan

kesehatan lainnya yang mendukung.

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan

Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina

suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat?

3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local

spesifik dsb. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang

mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.

Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara

promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.

14

Page 15: Isi Makalah

Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM

secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di

masing-masing institusi pelayanan. Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi

kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan PTM.

Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan

penanggulangan PTM. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna

dalam penanggulangan PTM.

Indikator

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi

penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan

evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan

PTM.

Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

Indikator Umum

Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.

Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.

Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.

Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

Indikator Khusus

Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah

serat). Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan

BBLR. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.

Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.

15

Page 16: Isi Makalah

Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.

Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan

16

Page 17: Isi Makalah

BAB III

PEMBAHASAN FIELD STUDY

3.1 Laporan CHOP

3.1.1 Epidemiologi Penyakit-Host

GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Geografis

Puskesmas Beji terletak di wilayah Kecamatan Beji Kelurahan Beji dan Beji Timur

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Batas Utara : Kelurahan Kukusan

- Batas Selatan : Kecamatan Pancoran Mas

- Batas Barat : Kelurahan Tanah Baru

- Batas Timur : Kelurahan Kemiri Muka

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beji 2,93 km2 dengan jumlah penduduk 61.920 jiwa,

dengan jumlah 17.772 KK.

Wilayah kerja Puskesmas Beji meliputi 2 Kelurahan, antara lain:

1. Kelurahan Beji

2. Kelurahan Beji Timur

Kondisi alam di wilayah kerja Puskesmas Beji sebagian besar merupakan daerah

pemukiman dimana apabila musim penghujan lokasi daerah yang rawan bencana terutama banjir

ada di Kelurahan Beji yaitu di RW 03 dan Kelurahan Beji Timur di RW 01

17

Page 18: Isi Makalah

Gambar II.1

B. Kependudukan/Demografi

Berdasarkan data dari BPS Kota Depok penduduk wilayah Puskesmas Beji tahun 2012

meliputi Kelurahan Beji dan Beji Timur berjumlah 61.920 jiwa. Penduduk Kelurahan Beji

berjumlah 50.695 jiwa dengan kepadatan penduduk pada sebesar 23.913 jiwa/km2 dan pada

kelurahan Beji Timur berjumlah 11.225 jiwa dengan kepadatan penduduk 13.858 jiwa/km2.

Dari 61.920 jiwa terklasifikasi menurut jenis kelamin terdapat 31.335 jiwa atau 50,6 %

laki-laki dan 30.585 atau 49,4 % perempuan.Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa

penduduk laki-laki di wilayah Puskesmas Beji lebih banyak dibandingkan perempuan dengan

rasio jenis kelamin (sex ratio) 102,45. Untuk komposisi penduduk wilayah Puskesmas Beji

menurut struktur umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dengan piramida penduduk berikut

ini :

18

Page 19: Isi Makalah

Grafik II.1. Piramida Penduduk Wilayah Puskesmas Beji tahun 2012

0 - 45 - 9

10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

75+

3,051 2,918

2,520 2,477

2,688 3,132

3,114 3,077

2,373 1,840

1,458 1,032

638 540

264 213

2,634 2,771

2,468 2,639 2,632

3,178 3,136

2,825 2,219

1,871 1,398

1,014 762

455 293 290

Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di wilayah Puskesmas Beji tahun 2012

Perempuan Laki-laki

Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok tahun 2012

Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di wilayah Puskesmas Beji sebesar 43.503

jiwa dari total penduduk wilayah Puskesmas Beji. Sedangkan usia lanjut (>65 tahun) pada tahun

2012 berjumlah 2055 jiwa.

3.1.2 Epidemiologi Penyakit-Lingkungan

Kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap naik turunnya

angka kesakitan. Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kesakitan yang diakibatkan oleh

kondisi lingkungan yang buruk adalah melalui kegiatan program penyehatan lingkungan

pemukiman, penyehatan makanan, pengendalian dampak negatif sampah.

19

Page 20: Isi Makalah

A. Bentuk Kegiatan

Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayahnya, UPT Puskesmas Beji

melakukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,yang keduanya jika

ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya

kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Upaya Kesehatan Wajib

a. Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)

b. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB)

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS/UKGS)

b. Upaya Kesehatan Olahraga

c. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

d. Upaya Kesehatan Jiwa

e. Upaya Kesehatan Mata

f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Dalam Pelaksanaannya Puskesmas Beji juga sudah mempunyai Upaya Kesehatan

Penunjang yaitu:

a. Laboratorium

b. Unit Khusus Klinik Penyalahgunaan Dampak Merokok ( masih dalam proses

persiapan)

20

Page 21: Isi Makalah

3.1.3 Epidemiologi Penyakit- Agent, Riwayat Alamiah, dan Tingkat Pencegahan

Berikut adalah data penyakit menular dan tidak menular yang terdapat pada puskesmas beji :

PENYAKIT MENULAR

Penyakit Menular terbanyak :

1. ISPA :a. Faringitisb. Tosilitisc. Common Coldd. Rhinitis

2. Diare Tidak Spesifik3. Morbili4. Thypoid Fever5. Demam Berdarah Dengue6. Parotitis7. Penyakit Kulit:

a. Dermatitisb. Abses

c. Furunkolitis / Carbunkeld. Tinea Capitis / Cruris

8. TBC Paru9. Konjunctivitis10. OMA / OMSK11. Varicella 12. Herpes Zooster13. Morbus Hansen14. Paronikia 15. Fluor Albus16. HIV/AIDS17. Gonorrhea18. Scabies

PENYAKIT TIDAK MENULAR

1. Cephalgia2. Sindroma Dispepsia3. Hipertensi4. Diabetes Melitus5. Hiperkholesterolemi6. Katarak Senilis7. Gangguan Kejiwaan :

a. Insomiab. Depresic. Ansietasd. Skizophrenia

8. CAD

9. CVD

10. Myalgia

11. Neuralgia

12. Neuritis

13. Arthritis

14. Osteoarthritis

15. LBP

16. Gout Pirai

17. Korban KDRT

21

Page 22: Isi Makalah

3.1.3.1 Penyakit Menular

a. ISPA

Penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Target penemuan penderita ISPA pada

balita adalah 10 % balita pertahun atau sekitar 847 anak balita dengan CFR karena

pneumonia adalah 6/1000 penduduk balita. Pada tahun 2012 terdapat 9.719 kasus

pneumonia pada balita dan 100% telah ditangani oleh puskesmas.

Primordial PreventionMengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih

dan sehat, terutama bagi orang tua yang menjaga anak balitanya agar

berada dalam lingkungan yang bersih.

Primary Prevention

Mengurangi penyebab terjadinya ISPA, serta memodifikasi lingkungan

dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap host.

Secondary Prevention

Melakukan pemberian tindakan farmakologi yaitu dengan pemberian

antibiotik.

Tertiary Prevention

Melakukan penyuluhan atau rehabilitasi dengan menyarankan pada

penderita untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatan.

b. Polio

Pencarian kasus Polio dilakukan dengan penemuan kasus AFP (Acute Flaccid

Paralysys/ lumpuh layuh mendadak dengan cara Community Based yang dilakukan oleh

petugas Puskesmas dan Hospital Based yang dilakukan oleh Rumah Sakit. Tahun 2011

terdapat 1 kasus AFP (non polio) yang terjadi di wilayah Puskesmas Beji, data didapatkan

dari RS Fatmawati. Tahun 2012 tidak terdapat kasus AFP.

Primordial Prevention

Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang pentingnya

imunisasi untuk meningkatkan kekebalan penyakit terhadap virus

polio.

Primary Prevention

Melakukan imunisasi terhadap balita dan pemberian pendidikan

kesehatan bagi orang tua balita.

Secondary Prevention

22

Page 23: Isi Makalah

Melakukan pengobatan dan menscrening penderita polio pada anak

Tertiary Prevention

Melakukan perawatan dan rehabilitasi bagi penderita dengan

pemberian obat

c. Tuberkulosa

KASUS BARU TB BTA +

08 09 10 11 12

25

34 34

4843

Grafik III.3 Gambaran Kasus BTA + di wilayah Puskesmas Beji tahun 2008-2012

Grafik III.

Sumber : Lap Puskesmas

Penemuan penderita TB Paru merupakan hal yang harus menjadi perhatian. Ada

beberapa hal yang perlu diamati dalam penanganan dan pemberantasan penyakit TB Paru

antara lain penemuan kasus baru dengan BTA (+), BTA (-) tetapi hasil rontgen (+), ekstra

paru pengobatan ulang atau kambuh.

Dari grafik di atas terdapat peningkatan penemuan TB Paru BTA + dari tahun

2008 hingga 2011, dan sedikit menurun pada tahun 2012. Penemuan kasus baru

(CDR/case detection rate) di Puskesmas Beji tahun 2012 baru mencapai 53.97%.

Mengingat proses penularan penyakit cukup tinggi ini maka diperlukan upaya promosi

kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan kedisiplinan dalam

melakukan pengobatan sehingga penyakit ini tidak semakin meluas.

Primordial Prevention

Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TBC,

serta meningkatkan gaya hidup yang sehat.

Primary Prevention

Melakukan pemberian obat secara berkala bagi penderita.

Secondary Prevention

23

Page 24: Isi Makalah

Melakukan diagnosa sesegera mungkin agar pemantauan pengobatan dapat

segera berlangsung.

Tertiary Prevention

Melakukan perwatan dan rehabilitasi bagi penderita TBC karena penderita

TBC dapat menularkan penyakit melalui udara.

d. Pneumonia

Pnemonia 08 09 10 11 120 0

51 51

247

633

409

Grafik III.4 Temuan Kasus Pneumonia di wilayah UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012

Sumber : Laporan Puskesmas

Penyakit pneumonia terbanyak menyerang usia balita. Deteksi dini penderita

pneumonia merupakan hal yang penting dalam penanggulangan penyakit. Target

penemuan penderita ISPA pada balita di kota Depok adalah 10 % balita pertahun.Target

penemuan ISPA pada balita di Puskesmas Beji tahun 2012 sebesar 540 balita dari jumlah

balita yang ada di Wilayah puskesmas Beji 5398 balita. Sementara jumlah kasus

pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Beji tahun 2012

sebesar 409 kasus. Grafik gambaran penyakit pneumonia di UPT Puskesmas Beji dari

tahun 2008-hingga 2011meningkat dan terjadi penurunan pada tahun 2012.

e. Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh kuman kusta

(mycobacterium leprae) yang menyerang kulit,saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Ada

dua jenis penyakit kusta, yaitu : Kusta Kering (Pausi basiler/PB) dan Kusta Basah (Multi

basiler/MB). Di Puskesmas Beji tahun 2009 tercatat 1 kasus kasus kusta tipe MB. Tahun

2011 terdapat 2 kasus baru penyakit kusta tipe MB, dengan cacat tingkat 2 sebanyak 1

orang.

24

Page 25: Isi Makalah

Primary Prevention

Melakukan penyuluhan tentang penyediaan perumahan yang sehat,

meningkatkan gizi yang baik, serta gaya hidup yang baik.

Secondary Prevention

Melakukan pemeriksaan yang khusus terhadap penderita daan mencegah

penyebaran penyakit

Tertiary Prevention

Memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk menerima penderita yang

masih dalam fase rehabilitasi.

f. Diare

Diare 08 09 10 11 12

9931080

1692

1898

1593

Grafik III.5 Temuan Kasus Diare pada Balita di UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012

Sumber : Lap Puskesmas

Penemuan kasus diare pada balita di UPT Puskesmas Beji tercatat selama tahun

2008 meningkat sampai 2011 dan terjadi penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2012

penduduk yang terkena diare sebanyak 1.523. Beberapa faktor yang mempengaruhi

timbulnya diare antara lain adalah kondisi sanitasi lingkungan yang jelek, pengelolaan

makanan yang tidak baik, serta hygeiene perorangan yang jelek.

Primordial Prevention

25

Page 26: Isi Makalah

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk melakukan cara

hidup yang sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan lingkungan

Primary Prevention

Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit diare dan cara

pengobatan atau pertolongan pertama pada diare dengan pemberian

oralit pada penderita.

Secondary Prevention

Melakukan pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses

penyakit diare.

Tertiary Prevention

Melakukan penyuluhan atau rehabilitasi dengan menyarankan pada

penderita untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kesehatan.

g. Demam Berdarah Dengue (DBD)

08 09 10 11 12

164

235

184

4959

Grafik III.6 Gambaran Kasus DBD di Wilayah Puskesmas Beji tahun 2008-2012

Sumber : Puskesmas & Dinkes Depok

Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD

antara lain karena kepadatan vektor penular (Nyamuk Aedes Aegepty), mobilitas

penduduk, belum optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk baik dilihat dari

26

Page 27: Isi Makalah

sarana maupun prasarana, perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat belum optimal.

Dengan demikian perlu kerjasama antara berbagai elemen baik masyarakat, pemerintah

maupun swasta untuk melakukan upaya agar jumlah kasus DBD dapat ditekan.

Gambaran di atas menunjukkan wilayah UPT Puskesmas Beji sempat menjadi

endemik DBD, tercatat dari tahun 2008 terjadi peningkatan dan menurun pada tahun 2011

tahun dan meningkat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 tercatat DBD menyebakan 1

kematian di wilayah RW 06 Beji Timur. Total penduduk yang DBD pada tahun 2012

sebanyak 21

Primordial Prevention:

Mengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih

dan sehat dengan membersihkan tempat penampungan air secara rutin.

Primary prevention:

Puskesmas mengadakan penyuluhan tentang bahaya penyakit demam

berdarah serta mengajak seluruh masyarakat terutama di wilayah

kelurahan depok dan pancoran mas untuk memperbaiki kondisi

lingkungan yang buruk dan meningkatkan daya tahan tubuh,

menaburkan abatisasi di tempat penampungan air, melakukan fogging

secara berkala

Secondary Prevention:

Mencari penderita DBD secara aktif dan sedini mungkin melalui

pemeriksaan berkala dalam beberapa kelurahan, serta melakukan

pemberian chemoprophylaksys

Tertiary Prevention:

Melakukan pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah

sembuh serta menyadarkan masyarakat untuk menerima

mereka(penderita) karena masih dalam tahap rehabilitasi

f. Campak

Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak

juga sering disebut Demam Rubella. Virus ini sangat menular terutama pada anak anak

dengan daya tahan tubuh yang buruk. Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara

udara yang berasal dari batuk, bersin atau kotoran tangan penderita campak. Penderita

dapat menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan

27

Page 28: Isi Makalah

selama ruam kulit ada. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama

menyerang anak anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang

dewasa. Pada anak anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan

komplikasi yang fatal atau berpotensi menyebabkan kematian.Komplikasi yang timbul

pada penyakit ini merupakan penyebab kematian utama pada campak. Komplikasi itu

antara lain : Infeksi telinga bagian tengah, Bronkhitis (infeksi saluran pernafasan bagian

bawah), Pneumonia (infeksi paru-paru), Encephalitis (radang otak).

Campak08 09 10 11 12

24

58 58

3747

Grafik III.7 Temuan Campak pada balitadi wilayah UPT Puskesmas Beji tahun 2008-2012

Sumber : Lap Puskesmas

Grafik di atas menggambarkan penemuan kasus campak di wilayah UPT

Puskesmas Beji dari tahun 2008 meningkat hingga 2010. Tahun 2011 menurun dan

meningkat lagi di tahun 2012. Oleh karena itu penting kiranya dilakukan imunisasi

campak . Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi

setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. jika

seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap

penyakit ini.

g. Filariasis

Pada tahun 2012 ditemukan 2 kasus lama filariasis di wilayah UPT Puskesmas

Beji. Di Kota Depok sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2009 sudah tercatat sebanyak

57 kasus.

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan

melalui vector yaitu nyamuk. Pada tahun 2005 Kota Depok telah mencanangkan Kota

28

Page 29: Isi Makalah

Depok bebas filariasis yang akan dilanjutkan dengan pemberian obat secara berkala setiap

tahunnya selama lima tahun dan pelaksanaannya dimulai pada tahun 2008

Primordial Prevention

Mengajak seluruh masyarakat untuk memelihara perilaku hidup bersih

dan sehat dengan membersihkan tempat penampungan air secara rutin

karena vektor utama nya adalah nyamuk culex.

Primary Prevention

Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan secara berkala di

kelurahan depok dan kelurahan pancoran mas tentang bahaya penyakit

filariasis, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Secondary Prevention

Memberikan kepada masyarakat pengobatan dengan pemberian

DEC(dietil karbamasin sitrat)

Tetriary Prevention

Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjuang untuk

pengobatan dan perawatan pada penderita filariasis.

j. KLB Chikungunya

Pengertian KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian

yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Permenkes no 1501 tahun 2010 , chikungunya adalah salah satu penyakit

menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Salah satu kriteria Kejadian Luar Biasa

(KLB) pada suatu daerah adalah timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang

sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah

Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Beji, masyarakat

direpotkan pula dengan kasus Chikungunya. Chikungunya adalah sejenis demam virus

yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes

aegypti. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C,

nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang

belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat

juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.

Pada tahun 2012 di wilayah Beji tercatat ada 23 kasus penyakit

chikungunya.Penyakit ini menjangkiti warga wilayah Beji TImur RW

29

Page 30: Isi Makalah

k. HIV

Penyakit menular seksual yang diamati adalah HIV/AIDS, pada tahun 2012

melaporkan adanya kasus di Puskesmas Beji sebanyak 7. Puskesmas Beji melakukan

beberapa pencegahan untuk mengatasi HIV aids.

Primordial Prevention

Memberikan penyuluhan dan pendidikan seks yang benar terhapad remaja dan

kaum muda agar tidak melakukan gaya hidup yang bebas

Primary Prevention

Memberikan edukasi kepada remaja,

Secondary Prevention

Memberikan pengobatan dan tindakan yang sesegera mungkin terhadap

penderita HIV aids agar tidak semakin parah dengan meningkatkan kekebalan

tubuh.

Tertiary Prevention

Melakukan rehabilitasi bagi penderita serta menyarankan masyarakat agar

tidak berfikir negatif terhadap penderita

3.1.3.2 Penyakit Tidak Menular

a. Cephalgia Cephalgia atau dalam istilah sehari-hari dikenal sebagai sakit kepala

adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang  lleher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan masyarakat.

Penyebab yang dari dalam kepala yakni stroke, perdarahan dalam otak, trauma kepala, infeksi jaringan otak sedang yang dari luar kepala seperti sakit gigi, sakit mata (tekanan bola mata yang meninggi), stres kejiwaan, hipertensi, gangguan elektrolit, sinusitis, demam..

Primordial Prevention

Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup yang baik.

Primary Prevention

Melakukan penyuluhan pentingnya hidup sehat. Baik makanan yang sehat,

serta pola istirahat yang cukup.

Secondary Prevention

30

Page 31: Isi Makalah

Melakukan sesegera mungkin pengobatan bagi penderita cephalgia agar

sakit tidak bertambah parah. Biasanya diberikan obat mefenamat atau postan

ataupun mefinal.

Tertiary Prevention

Melakukan rehabilitasi yang maksimal bagi penderita

b. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu penyakit tidak menular yang prevalensinya di

masyarakat cukup tinggi serta semakin bertambah banyak dan akibat yang ditimbulkan

menjadi suatu masalah kesehatan di dalam masyarakat. Penanggulangan hipertensi

dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup kearah yang

lebih sehat. Pada tahun 2012 dilaporkan tercatat kasus hipertensi adalah 6.743

Primordial Prevention

Mengarahkan dan melakukan pendidikan kesehatan untuk melakukan

pola hidup sehat seperti tidak merokok.

Primary Prevention

Melakukan survey ke beberapa kelurahan terhadap penyakit hipertensi,

serta melakukan penyuluhan untuk gaya hidup yang sehat.

Secondary Prevention

Melakukan sesegera mungkin pengobatan bagi penderita hipertensi

agar tidak terlalu parah tingkat hipertensinya.

Tertiary Prevention

Memberikan perawatan yang intensif bagi penderita hipertensi dan

melakukan rehabilitasi yang maksimal bagi penderita.

c. Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal serta dapat menimbulkan berbagai komplikasi

kronik. Upaya promotif preventifperly lebih sering dilakukan karena jumlah kasus

31

Page 32: Isi Makalah

diabetes melitus semakin banyak dilaporkan. Pada tahun 2012 kasus diabetes melitus

dilaporkan 1349 kasus.

Primordial Prevention

Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup

yang baik.

Primary Prevention

Melakukan penyuluhan ke beberapa kelurahan dalam meningkatkan

pencegahan diabetes melitus.

Secondary Prevention.

Melakukan pengobatan yang efisiensi dalam mengobati DM, biasanya

dengan pemberian suntik insulin

Tertiary Prevention

Melakukan rehabilitasi dan terapi bagi penderita diabetes melitus yang

sudah kronik dan membantu mengatur kadar gula dalam darah.

d. Hiperkholesterolemi

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan di mana kolesterol dalam tubuh sudah

melebihi kadar normal dalam darah. Kadar kolesterol yang berlebihan akan

mengendap di saluran peredaran darah sehingga menyempitkan saluran aliran darah

tersebut dan mengganggu sistem peredaran darah normal. Penyakit tidak menular

ini sering dialami akibat pola hidup dan makan yang tidak sehat.

Primordial Prevention

Memberikan pendidikan tentang kesehatan dan gaya atau pola hidup

yang baik

Primary Prevention

Melakukan penyuluhan ke beberapa kelurahan dalam meningkatkan

pencegahan hiperkholesterolemi.

Secondary Prevention

Memberikan pengobatan yang tepat pada pasien.

Tertiary Prevention

32

Page 33: Isi Makalah

Melakukan rehabilitasi dan terapi bagi penderita hiperkholesterolemi

yang sudah kronik

3.1.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Pelayanan KIA

a. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Masa paling kritis adalah masa sekitar persalinan, sehingga penolong kelahiran

oleh tenaga kesehatan (Nakes) menjadi salah satu indikator kesehatan yang erat kaitannya

dengan indikator kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan di wilayah Puskesmas

Beji tahun 2012 mencapai 1.351 (90%). Sementara Kunjungan Ibu Hamil (K1) mencapai

97.6 %, kunjungan K4 mencapai 95.2 %, ibu nifas mendapat pelayanan kesehatan 87.7 %

,dapat dilihat pada tabel berikut.

Jiwa1150

1200

1250

1300

1350

1400

1450

1500

1550

1600

Grafik III.8 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil,Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Puskesmas Beji tahun 2012

Ibu Hamil K1 K4Bulin ditolong Nakes Ibu Nifas Mendapat Yankes

Sumber : Lap KIA Puskesmas

b. Kunjungan Neonatus dan Bayi

Kunjungan neonatus adalah kunjungan bayi kurang dari 1 bulan ke sarana

kesehatan atau mendapatkan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan yang berkunjung.

Cakupan kunjungan neonatus KN1 pada tahun 2012 adalah sebanyak 1352 bayi atau

33

Page 34: Isi Makalah

sebesar 100 %, sedangkan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) 1303 atau sebesar

96.4 %.

L P

Bayi Lahir Hidup 510 842

KN1 510 842

KN LENGKAP 487 816

50

150

250

350

450

550

650

750

850

Grafik III.9 Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Jenis kelamin Puskesmas Beji tahun 2012

b. Pelayanan KB

Berdasarkan BPPKB/ Korlap PLKB Beji tahun 2012 jumlah pasangan subur

(PUS) di wilayah Puskesmas Beji berjumlah 7.962, dengan pencapaian KB aktif di

Puskesmas Beji 6.649 atau sebesar 83,5%. Sementara peserta KB baru 1.203 atau sebesar

15,1%.

IUD MOP MOW IMPLAN SUNTIK PIL KONDOM OBAT VAGINA

BEJI 1035 34 179 307 1803 1871 82 0

BEJI TIMUR 198 9 39 54 532 465 41 0

250

750

1250

1750

2250

Grafik III.10 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiPuskesmas Beji tahun 2012

Sumber : PLKB Kecamatan Beji

c. Pelayanan Imunisasi

34

Page 35: Isi Makalah

Grafik.III. 11 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi

Puskesmas Beji tahun 2012

BCG

DPT 1 + HB 1

DPT3 + HB 3

CAMPAK

POLIO 3

77.5 82.5 87.5 92.5 97.5BCG DPT 1 + HB 1 DPT3 + HB 3 CAMPAK POLIO 3

% 96 97.8 93.5 89.3 84.7

Sumber : Lap Imunisasi Puskesmas 2012

Dari tabel di atas memperlihatkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di

Puskesmas beji tahun 2012 Untuk Polio dan Campak masih dibawah 90%. Drop Out

DPT1-Campak 8.6 %

2. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat

Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang berpengaruh

terhadap tingkat derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui adalah Kurang

Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Anemi Gizi, dan

Kurang Vitamin A yang pada umumnyamenyerang kelompok rawan seperti ibu

hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan

golongan ekonomi rendah.

a. Pelayanan Anak Balita

Jumlah anak balita dengan umur 12-59 bulan yang ada di puskesmas Beji ada

4.194 jiwa, yang mendapat pelayanan kesehatan (minimal 8 kali) ada 2.406 jiwa atau

35

Page 36: Isi Makalah

sebesar 57,4 %. balita yang ditimbang dengan berat badan naik 849 jiwa (35,3%),

sementara balita yang BGM 99 jiwa (4.1%).

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) anak usia 6-23 bulan dari

keluarga miskin merupakan salah satu program gizi di Puskesmas.Pada tahun 2012 ada

20 balita dari keluarga miskin dengan umur 6-23 bulan yang mendapatkan MP-ASI.

Sementara selama tahun 2012 ada 1 balita gizi buruk yang dikirim ke TFC Sukmajaya .

b. Persentase Status Gizi Balita

Berdasarkan pemantauan status gizi yang dilaporkan bulan Agustus 2012 dari

4690 balita yang ditimbang, didapatkan 251 jiwa balita dengan status gizi lebih atau

sebesar 5.35%. Balita dengan gizi baik 1990 jiwa atau sebesar 77.38% dan 113 jiwa

dengan status gizi kurang atau sebesar 2.41 %. Gizi buruk 1 jiwa atau 0.02% Berikut

grafik yang menggambarkan status gizi berdasarkan jenis kelamin.

Grafik III.12.Persentase Status Gizi Balita

di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2012

36

Page 37: Isi Makalah

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk0

10

20

30

40

50

60

70

80

LP

Sumber : Lap Gizi Puskesmas 2012

37

Page 38: Isi Makalah

c. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe

Masa kehamilan merupakan masa yang rentan bagi seorang ibu terutama terhadap

kemungkinan anemia pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi

anemia pada ibu hamil adalah dengan cara pemberian tablet Fe (tablet besi). Pemberian

tablet Fe pada ibu hamil adalah sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan (Fe 1 s/d Fe

3). Dari 1570 orang ibu hamil di Puskesmas Beji pada tahun 2012 yang mendapatkan

tablet Fe1 1530 orang ibu hamil atau 95.41% sedangkan Fe3 adalah 1296 atau 82.55 %

d. Persentase Pemberian Vit A

Suplementasi vitamin A diberikan kepada anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang

bertujuan mencegah kebutaan juga menanggulangi kekurangan vitamin A.

Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi

vitamin A sebanyak 2 kali pertahun (Februari dan Agustus) pada anak umur 6-59 bulan

dapat mencegah kekurangan vitamin A dan kebutaan (buta senja) juga meningkatkan

system kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada

balita.Karena vitamin ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang

sering terjadi pada balita seperti campak dan diare.

Bagi ibu menyusui, selain untuk mencegah kebutaan vitamin A sangat dibutuhkan

untuk pembentukan ASI yang berkualitas tinggi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan

pertama kehidupannya.

Bayi Balita Ibu Nifas

57.4

64.6

62.6

Grafik III. 13 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas Di Puskesmas Beji tahun 2012

%

38

Page 39: Isi Makalah

Sumber : Lap Gizi Puskesmas 2012

e. Persentase Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif.

Menyusui merupakan salah satu hal yang sangat penting guna kelangsungan hidup

bayi dan sekaligus mempertahankan kesehatan ibu setelah melahirkan. Dan Air Susu Ibu

(ASI) merupakan makanan terbaikdan alamiah untuk bayi. ASI Eksklusif adalah bayi

hanya mendapatkan ASI saja sampai berumur 6 bulan.

Wilayah Puskesmas Beji dari yang 322 bayi yang berumur 6 bulan, 180 bayi

yang diberi ASI Ekslusif atau 55,9 % . Hal ini menunjukkan kesadaran serta tingkat

pengetahuan para ibu untuk menyusui sendiri bayinya masih rendah. Oleh karena itu

perlu dilakukan upaya promosi kesehatan terus menerus sehingga perilaku masyarakat

berubah menjadi semakin baik.

3. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Di Puskesmas Beji tahun 2012, kunjungan pasien yang datang untuk berobat ke

puskesmas sebanyak 49.615 orang atau sebesar 80.1 % dari jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Beji. Kunjungan pasien yang datang berobat ke Puskesmas Beji tahun

2012 tidak mencerminkan bahwa semua penduduk wilayah beji berobat ke Puskesmas,

tetapi jumlah dihitung berdasarkan jumlah kumulatif tiap bulan, di samping itu banyaknya

penduduk luar wilayah Puskesmas Beji yang datang berobat ke Puskesmas Beji karena

lebih dekat aksesnya. Untuk kunjungan gangguan jiwa terdapat 66 kunjungan yang datang

berobat ke Puskesmas Beji tahun 2012.

4. Persentase Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Penduduk wilayah Puskesmas Beji yang mendapatkan jaminan kesehatan

prabayar berupa Askes PNS, Jamkesmas dan Jamkesda sebanyak 17.787 jiwa atau 28.7

% dari jumlah penduduk Puskesmas Beji.

39

Page 40: Isi Makalah

Askes11% Jamkesmas

4%

Jamkesda13%

Lainnya71%

Grafik III. 14 Persentase Cakupan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar di wilayah Puskesmas Beji tahun 2012

Sumber : UPT Jamkesda

5. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin)

menurut Strata Sarana Kesehatan

Dari jumlahpenduduk miskin / hampir miskin sebesar 11.861 jiwa yang

mendapat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar Jamkesmas dan Jamkesda adalah

sebesar 10.875 jiwa (91,7%) . Jumlah penduduk miskin/hampir miskin Yang

mendapatkan pelayanan kesehatan dasar rawat jalan (Pasien Miskin di sarana kesehatan

Strata 1) sebesar 619 (5.2%), mendapatkan Pelayanan kesehatan Rawat Inap pada

pelayanan kesehatan Rujukan (di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3) sebesar 160 jiwa

(1.3%)

Ketersediaan Obat

Pada tahun 2012 di Puskesmas Beji ketersediaan obat dan bahan habis pakai

hanya tersedia 133 jenis yang dibutuhkan dari 185 jenis yang ada pada daftar RKO untuk

tahun 2012. Dari jumlah kebutuhan obat dan jumlah pasien yang berobat ke Puskesmas

Beji didapatkan rasio pemakaian obat pada tahun 2012 sebesar 37,4 tablet per pasien.

40

Page 41: Isi Makalah

3.1.5 Upaya Pelayanan Kesehatan Lainnya

1. Usaha Kesehatan Sekolah

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya kesehatan

pengembangan puskesmas . Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan

lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku

hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan Madrasah Ibtidaiyah

di dalam wilayah kerja Puskesmas. Anak Usia Sekolah adalah anak yang berusia 6-21

tahun,yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok

yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun). Ruang lingkup UKS tercermin

dalam TRIAS UKS yang meliputi : 1. Pendidikan Kesehatan, 2. Pelayanan Kesehatan, 3.

Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat.

Kegiatan UKS-UKGS di Puskesmas Beji selama tahun 2012 telah melakukan

kegiatan-kegiatan antara lain :

1.Pendataan Jumlah siswa seluruh siswa RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA,

SLB, Panti Asuhan dan Pondok Pesantren di wilayah lingkungan Puskesmas Beji

2.Penjaringan Sekolah pada siswa RA/TK dan siswa kelas I tingkat SD/MI,SMP/MTs,

SMA/SMK/MA dilakukan pada awal ajaran tahun baru.

3. Stratafikasi Pelaksanaan UKS Sekolah

4. Pelatihan Dokter Kecil pada SDN Beji V

5. Lomba Dokter Kecil Tingkat Kecamatan Beji

a. Persentase Penjaringan Anak Sekolah

Penjaringan kesehatan anak sekolah adalah kegiatan pemeriksaan kesehatan pada

anak didik TK/RA dan kelas 1 SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA yang rutin dilakukan

oleh program UKS setiap awal tahun ajaran baru. Diawali dengan pendataan sekolah di

wilayah kerja, sosialisasi,persiapan dan pelaksanaan. Berikut hasil pendataan dan

penjaringan yang dilakukan pada sekolah tahun 2012.

Tabel III.1. Rekapitulasi Sekolah di Wilayah Puskesmas Beji

NO SEKOLAH

JUMLAHJUMLAH SISWA

SEKOLAH L P

1 RA/TK 12 476 4352 SD/MI 20 3839 38083 SMP/MTs 8 1438 14404 SMA/SMK/MA 5 543 738

41

Page 42: Isi Makalah

5 SLB 1 78 216 PANTI ASUHAN 1 24 8

  JUMLAH TOTAL 47 6321 6306Sumber : Lap UKS 2012

TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA

80

100

50 5050

100

50

20

Grafik III.15 Cakupan Hasil Penjaringan Anak Sekolah di Wilayah Puskesmas Beji tahun 2012

TARGET KOTA PENCAPAIAN

TK SD SLTP SLTA TK SD SLTP SLTA

476

663

558

242

0

435

673

560

259201

625

259

29 0

157

626

305

89

Grafik III.16 Hasil Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Puskesmas Beji tahun 2012

jumlah murid kelas 1 yang diperiksa

Laki-laki Perempuan

Pada penjaringan RA/TK hanya 6 sekolah atau 50 % saja yang dilakukan

penjaringan dari 12 sekolah yang ada. Pada tingkat MI/SD penjaringan dilakukan pada

42

Page 43: Isi Makalah

seluru MI/SD yang ada di wilayah Puskesmas Beji atau tercapai 100% sesuai yang

ditargetkan . Untuk tingkat SMP/MTs penjaringan dilakukan pada 4 sekolah dari 8

sekolah (50%). Tingkat SMA/SMK/MA penjaringan dilakukan pada 1 Sekolah dari 5

sekolah (20%). Pada SLB dan Panti Asuhan Puskesmas selama ini belum melakukan

penjaringan.

Cakupan sekolah yang dilakukan penjaringan pada tingkat RA/TK, dan

SMA/SMK/MA rendah, sehingga perlu ditingkatkan lagi untuk tahun mendatang dengan

dilakukan penjaringan minimal 80% dari jumlah RA/TK ,50% untuk Tingkat SLTP dan

SLTA sedangkan untuk tingkat SD,SLB,Panti Asuhan 100% dilakukan penjaringan.

b. Persentase Murid Sekolah Dasar / MI Yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan

Mulut

Pelayanan kesehatan dasar gigi bagi murid SD/MI meliputi pelayanan promotif

dan preventif melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.Untuk tahun 2012 ini dari 7.456

murid seluruh SD/MI, 1.191 orang (15,97%) diperiksa dan 696 orang perlu mendapat

perawatan. Dari 696 orang yang memerlukan perawatan,siswa yang mendapat perawatan

kesehatan gigi dan mulut sebesar 331 orang (47,56 %). Melihat data diatas dan

dibandingkan dengan jumlah murid SD di seluruh Puskesmas Beji, angka diatas tentu

masih rendah. Diharapkan perhatian serta keaktifan dari pemegang program sehingga

jumlah tersebut terus bertambah.

2. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

Kelompok usia Lanjut adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke

atas . Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi . Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak

distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia

akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang

dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut

akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,

43

Page 44: Isi Makalah

harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi

walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan..

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci

keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit

lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan

berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan

dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah.

Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat

mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Beji yang berumur 60 tahun ke atas sebesar

3.345 jiwa atau 5,57 % dari jumlah total penduduk. Pada tahun 2012 Jumlah penduduk

usila (60 tahun +) yang berkunjung ke Puskesmas maupun ke Posyandu Lansia yang

mendapatkan pelayanan kesehatan rata-rata perbulan 787 jiwa atau 22.8 %

3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Rata-rata kunjungan pasien yang melakukan pengobatan gigi dan mulut di

Puskesmas Beji pada tahun 2012 sebesar 350 orang per bulan. Pelayanan penambalan

gigi tetap sebesar 1.011 dan pencabutan gigi tetap 185 dari angka tersebut didapatkan

rasio tumpatan/pencabutan 5,5. Gambaran kasus penyakit gigi dan mulut pada pasien

yang datang ke Puskesmas beji selama tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut .

Karies

Gigi

Penyakit P

ulpa dan jar

ingan peri

apikal

Gingivitis d

an jaringan

periodontal

Gangguan Gigi

dan jaringan

lainnya

Penyakit R

ongga M

ulut

306483

227 29630

704

1146

417 521

75

Grafik III.17 Gambaran Kasus Penyakit Gigi dan Mulut Pada Pasien Yang datang berobat ke UPT Puskesmas Beji tahun 2012

L P

44

Page 45: Isi Makalah

Sumber : laporan Puskesmas 2012

3.1.6 Peran Serta dan Perilaku Sehat Masyarkat

1. RW Siaga

Rw Siaga merupakan suatu RW yang bersumber daya,kemampuan dan kemauan

untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,bencana alam dan

kegawatdaruratan di wilayahnya secara mandiri.Pembinaan RW siaga dengan 8

indikatornya di wilayah Puskesmas Beji terus dilakukan, pembinaan di tingkat RW dan

kelurahan dengan monitoring dan evaluasi, karena RW siaga merupakan ujung tombak

partisipasi warga.

Di Kota Depok, status RW siaga juga telah ditingkatkan menjadi RW siaga aktif,

hal ini agar kader yang terlibat di dalamnya lebih aktif lagi dalam kegawatdaruratan.

Tabel III. 2 DATA KELURAHAN DAN RW SIAGA AKTIF PUSKESMAS BEJI - TAHUN 2012

NO

KELURAHAN

JUMLAH RW

JUMLAH KELURAHAN SIAGA AKTIF

JUMLAH RW SIAGA AKTIF

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

1 Beji 17 1       8 3 4 2

2Beji Timur

7 1       2   3 2

Sumber : Lap Promkes 2012

2. Strata Posyandu

Posyandu sebagai salah satu potensi yang ada di masyarakat harus dapat

dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung pembangunan kesehatan. Di Posyandu

dapat dilakukan pelayanan kesehatan yang menyentuh langsung anggota masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain adalah KB, KIA, Gizi, Imunisasi, Lansia

dan Penanggulangan Diare.

Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu ada 4 tingkatan kemandirian

Posyandu yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu

45

Page 46: Isi Makalah

Mandiri. Saat ini Puskesmas Beji mempunyai 31 Posyandu yang terletak di kelurahan

Beji sebanyak 25 Posyandu dan 6 Posyandu lainnya di kelurahan Beji Timur.

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI MANDIRI PLUS

Beji 0 0 20 4 1

Beji Timur 0 0 2 4 0

2.5

7.5

12.5

17.5

22.5

Grafik III. 18 Strata Posyandu di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2012

Sumber : Lap Promkes Puskesmas 2012

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya perubahan perilaku sehat dilaksanakan melalui program promosi kesehatan

yang merupakan upaya pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat

menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat

dalam upaya kesehatan sesuai dengan keadaan sosial budaya setempat. Sesuai dengan

upaya promosi kesehatan yang esensinya adalah pemberdayaan masyarakat, maka peran

serta masyarakat yang optimal dalam bidang kesehatan merupakan indikator

keberhasilan,kelangsungan dan kemandirian pembangunan kesehatan. PHBS bisa

diterapkan diberbagai tempat diantaranya di rumah tangga, di institusi kesehatan, di

tempat-tempat umum,di sekolah.

4. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

1. Persentase Rumah SehatKondisi rumah yang baik berkaitan erat dengan kesehatan dan penting untuk

mewujudkan masyarakat yang sehat. Dalam target. Indikator rumah sehat merupakan

komposit dari 14 variabel rumah sehat (lokasi, kepadatan hunian, lantai, pencahayaan,

ventilasi, air bersih, kakus, septic tank, kepemilikan jamban, saluran pembuangan air

limbah, saluran got, pembuangan sampah, polusi udara dan bahan bakar untuk sampah).

46

Page 47: Isi Makalah

.

41%

59%

Grafik III.19 Persentase Rumah Sehat

rumah tidak sehat rumah sehat

Tahun 2012 dari 11,172 rumah yang diperiksa, yang memenuhi syarat rumah

sehat sebanyak 6,585 rumah atau 58,9%. Usaha promosi kesehatan tetap harus dilakukan

sehingga dapat merubah cara berpikir dan perilaku masyarakat, sehingga bisa meningkat

di tahun yang akan datang

2. Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Air Bersih

Penduduk wilayah Puskesmas Beji sebagian besar air bersih berasal dari sumber

air terlindung yaitu sumber air yang memenuhi syarat kesehatan seperti ledeng, sumur

pompa tangan (SPT), sumur gali (SGL), dan air kemasan.Dari 1080 keluarga yang

diperiksa air bersihnya yang menggunakan ledeng 270 (25 %), SPT sebesar 568 (52,6

%), SGL sebesar 242 (22,4%).

3. Persentase Tempat – tempat Umum Sehat (TTU Sehat)

Sarana yang banyak digunakan bagi kepentingan umum hendaknya memenuhi

syarat-syarat kesehatan antara lain memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi, luas ruangan, dan sistem pencahayaan

yang memadai. Dengan demikian jumlah kesakitan yang diakibatkan oleh lingkungan

dapat berkurang.

Wilayah Puskesmas Beji terdapat Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

(TUPM) 47 buah , TUPM yang diperiksa 28 buah dengan hasil 28 TUPM sehat atau

47

Page 48: Isi Makalah

sebesar 100% . Sedangkan tempat-tempat umum dari 112 Institusi yang ada di wilayah

Puskesmas Beji, dibina 50 buah atau 44,6%.

Melihat hasil diatas tentu perlu dilakukan pembinaan yang lebih intensif karena

lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan potensi penularan penyakit.

48

Page 49: Isi Makalah

3.2 .Laporan CRP

3.2.1 PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS BEJI

Tabel dan Diagram Penyakit Menular

Tabel 2 Penyakit Menular

No. NamaPenyakit JumlahKasus1 Ispa 97192 Diare 15233 Morbili 1714 Typhoid Fever 1485 DBD 216 Parotitis 827 PenyakitKulit 28788 TBC 3479 HIV/AIDS 710 KariesDentitis 12811 Abses 43112 Scabies 2

49

Page 50: Isi Makalah

1.1.1 Tabel dan Diagram Penyakit Tidak Menular

Tabel 2 Penyakit Tidak Menular

No. NamaPenyakit JumlahKasus1 Cephalgia 18082 SindromDispepsia 34463 Hipertensi 67434 DM 13495 Katarak 1286 Skizophrenia 367 CAD 2388 CVD 729 Myalgia 2297

50

Page 51: Isi Makalah

61%

39%

DATA KUNJUNGAN PASIEN POLI UMUM PUSKESMAS BEJI TAHUN 2012

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular

3.2.2 INCIDENCE RATE, PREVALENCE RATE, DAN ATTACK RATE

INCIDENCE RATE

Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu

tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):

Jumlah Kasus BaruJumlah Penduduk

x 1000

PREVALENCE RATE

Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di

suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu PR yang ditentukan pada waktu tertentu

(misal pada Juli 2011) disebut Point Prevalence Rate

PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2012 s/d 31 Desember 2012)

disebut Periode Prevalence Rate

51

Page 52: Isi Makalah

Prevalence Rate (PR):

Jumlah Kasus Baru+lamaJumlah Penduduk

x 1000

ATTACK RATE

Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam

masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR):

Incidence Rate x 1000

3.2.3 KEMATIAN (MORTALITAS)

Kematian merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyakitpenyebab

kematian. Berbagai faktor yang menjadi penyebab kesakitanyang berujung pada

kematian antara lain adalah masalah yang berkaitandengan tingkat sosial ekonomi,

kualitas lingkungan hidup, upayapelayanan kesehatan, dll.Tingginya tingkat kematian

khususnya kematian ibu, bayi dan kematian karena penyakit tertentu di suatu daerah

dapat dijadikan sebagai alat ukur atau indikator derajat kesehatan di daerah tersebut.

a. AngkaKematian Bayi dan Balita

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortalitiy Rate (IMR) adalah jumlah

kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap 1000 kelahiranhidup. Dan merupakan

salah satu indikator penting yang sangat sensitive untuk mengetahui permasalahan

kesehatan masyarakat yang berkaitandengan penyebab kematian dan tingkat keberhasilan

program kesehatan.

Angka Kematian Bayi yang dilaporkan diwilayah Puskesmas Beji tercatat 3 per

1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Artinya di Wilayah Puskesmas Beji pada tahun

2012 diantara 1000 kelahiran hidup kurang lebih ada 3 bayi yang meninggal sebelum usia

tepat 1 tahun. Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan

AKB yang sebenarnya. Jumlah kematian bayi yang sebenarnya pada tahun 2012 ada 4

bayi yang meninggal sebelum 1 tahun, dan tidak ada balita meninggal yang dilaporkan.

Grafik dibawah ini menggambarkan jumlah kematian bayi selama 5 tahun terakhir.

52

Page 53: Isi Makalah

2008 2009 2010 2011 2012

2

5 5

4 4

Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi di wilayah Puskesmas BejiTahun 2008-2012

b. Angka Kematian Ibu

Kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan

melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan keadaan kesehatan yang

kurang baik menjelang kehamilan dan kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan

kelahiran serta tersedianya dan penggunaan fasilitas kesehatan.Gambaran jumlah

kematian ibu maternal tahun 2008-2012 yang dilaporkan di Puskesmas Beji dapat dilihat

pada grafik berikut:

53

Page 54: Isi Makalah

2008 2009 2010 2011 2012

1 1

0

1 1

Grafik III.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Beji Tahun 2008-2012

Dari gambar di atas memperlihatkan tiap tahun terdapat 1 kematian ibu maternal

kecuali tahun 2010. Pada tahun 2012 di Puskesmas Beji jumlah kematian maternal

tercatat 1 kasus dari 1352 jumlah kelahiran hidup.

54

Page 55: Isi Makalah

3.3 Laporan BHP

Hasil wawancaradenganduapasiendi PuskesmasBeji, Depok

Pasien pertama:

Ibu Sukmiati berumur 48 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal di daerah

kemiri muka di dekat jalan margonda dengan lingkungan rumahnya yang cukup bersih.

Beliau datang ke puskesmas Beji dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Ibu

Sumiati datang ke puskesmas untuk mengantar anaknya dengan keluhan kupingnya tidak

enak dan terasa sakit. Beliau datang ke poli umum untuk pemeriksaan penyakitnya. Ibu

Sumiati sudah sangat sering berobat ke puskesmas Beji dari tahun 90’an. Menurutnya sudah

banyak perubahan pada puskesmas Beji yang sekarang dan dulu, mulai dari gedungnya dan

pelayanan kesehatannya yang semakin bagus. Alasan beliau lebih memilih berobat ke

puskesmas ini dikarenakan administrasi serta pelayanan yang terdapat di puskesmas Beji

cukup baik.

55

Page 56: Isi Makalah

Pasien kedua:

Ibu Lestari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal di daerah Beji. Beliau datang ke

puskesmas Beji diantar oleh suaminya dengan menggunakan kendaraan bermotor dua. Ibu

Lestari datang ke puskesmas ini dengan keluhan maagnya yang kambuh. Beliau datang ke

poli umum untuk pemeriksaan penyakit maagnya. Beliau lebih memilih puskesmas ini selain

dekat dari rumahnya juga karena beliau sudah cocok dengan obat di puskesmas ini dan

administrasi di puskesmas ini cukup lancar serta biayanya yang terjangkau.Menurutnya sudah

banyak perubahan pada puskesmas ini mulai dari gedungnya, pelayanannya yang semakin

baik, dan setiap poli dipisah sehingga menjadi lebih teratur. Hanya saja kadang ada dokter

yang terlalu terburu-buru sehingga beliau merasa tidak nyaman dan tidak puas berkonsultasi

dengan dokter tersebut.

Pasien ketiga

Bernama ibu karmina, Usia 30 tahun, beralamat di jalan gang kedongdong. Kami

mewawancarainya sebelum masuk ke poli umum, Ia datang ke puskesmas di temani dengan

suaminya, dan berobat dengan keluhan gatal-gatal pada bagian tubuhnya. Ibu karmila sering

sekali merasa gatal-gatal disekujur tubuhnya tapi ia sendiri tidak mengetahui kenapa hal

tersebut bisa terjadi. Biasanya pada saat hal tersebut terjadi ibu karmina tidak datang

langsung ke puskesmas melainkan membeli obat di warung yaitu imfusidal, ibu karmina pun

tidak mengetahui apakah ia memiliki alergi atau tidak karena tidak adanya saran dari dokter.

Kemudian setelah keluar dari poli umum kami melihat resep dokter hanya untuk membeli

bedak salisil. Kami pun juga sempat bertanya tentang infrastruktur dan pelayanan dengannya.

Menurut ibu karmina puskesmas beji sendiri sudah sangat baik dan banyak perubahan dari

sebelumnyanya mulai dari bangunan yang jadi semakin bagus dan nyaman, pelayanan

perawat yang ramah, dan juga sistem puskesmas tentang antrean penungguan pasien yang

sudah semakin baik dengan menggunakan karcis tunggu.

56

Page 57: Isi Makalah

Pasien keempat

Bernama ibu Dian, Usia 42 tahun. Kami mewawancarainya sebelum masuk ke poli umum, ia

datang sendiri ke puskesmas dengan keluhan flu dan juga asma. Ibu dian mengaku sudah

sejak kecil memiliki sakit asma, dan penyakitnya tersebut selalu kambuh pada saat dia sedang

flu, dalam keadaan dingin, atau pun terlalu lelah. Ibu dian selalu datang ke puskesmas beji

untuk pertolongan pertama begitu juga dengan keluarganya. Menurut ibu dian puskesmas beji

sudah cukup bagus pelayanannya hanya terkadang terlalu lambat dalam administrasi, tetapi

untuk sebuah puskesmas sudah cukup bagus, dokternya dan petugas-petugas lainnya pun

sangat ramah. Puskesmas beji pun cukup menunjang untuk warga sekitar dalam segi

pelayanan. Ia juga memberi kami informasi tentang dahulunya puskesmas beji hanya

puskesmas kecil yang dengan berjalannya waktu terus melakukan perubahan, dan semakin

membaik di 3-4 tahun belakangan ini.

57

Page 58: Isi Makalah

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan

epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan berbagai masalah kesehatan masyarakat

sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Penyakit menular umumnya

diagnosis nya mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara

berkembang, lebih mudah mencari penyebabnya, sedangkan penyakit tidak menular

di temui di negara industri tidak ada penularan, diagnosisnya sulit dan dan

membutuhkan biaya yang relatif mahal.

Pada makalah kami ini mengemukakan mengenai jumlah penyakit menular

dan tidak menular yang terjadi pada Laporan Puskesmas Beji pada tahun 2012. Dapat

di simpulkan bahwa kinerja preventif pada puskesmas berjalan sangat baik. Mulai

pada tahap premodial sampai pada tahap tertier. Di akhir laporan, kami menyisipkan

laporan mengenai hasil wawancara terhadap pasien-pasien yang berada di Puskesmas

Beji.

Dari hasil wawancara dengan pasien, kami pengamat mengambil kesimpulan masalah

utama yang terus terjadi adalah pada masalah sistematika waktu dan tempat pada pelayanan

pendaftaran di loket atau administrasi. Pasien terpaksa menunggu waktu yang relatif lama.

Namun, para pasien berpendapat bahwa puskesma Beji ini sangat baik pelayanannya terhadap

pasien, dari mulai petugas kesehatannya sampai bangunan dan sarananya yang sudah jauh

lebih baik.

4.2 Kritik dan Saran

Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan

pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran

dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini

58

Page 59: Isi Makalah

Referensi

Laporan profil Beji 2012

Hasil wawancara tata usaha puskesmas Beji

Hasil wawancara poli KIA puskesmas Beji

Hasil wawancara pasien-pasien puskesmas Beji

Power point dr. Naweng

59