isi makalah
DESCRIPTION
bbbghghghhTRANSCRIPT
![Page 1: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Dalam menjaga Keseimbangan yang dinamis dalam tubuh melibatkan
banyak system tubuh lain. Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika
individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. Keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler
atau interstisial. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan
sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Sehingga kami penulis membuat
makalah ini guna menambah wawasan dan pengetahuan kami di bidang ini dalam
rangka meningkatkan kesehatan hidup manusia.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 1
![Page 2: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/2.jpg)
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian cairan dan elektrolit
2. Tujuan cairan dan elektrolit dalam tubuh
3. Organ yang berperan dalam keseimbangan cairan
4. Cara perpindahan cairan di dalam tubuh
5. Kebutuhan cairan tubuh manusia
6. Jenis cairan tubuh manusia
7. Gangguan masalah kebutuhan cairan
8. Tindakan untuk mengatasi gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
2. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui tujuan cairan dan elektrolit dalam tubuh
4. Untuk mengetahui cara perpindahan cairan di dalam tubuh
5. Untuk mengetahui organ yang berperan dalam keseimbangan cairan
6. Untuk mengetahui kebutuhan cairan tubuh manusia
7. Untuk mengetahui jenis cairan tubuh manusia
8. Untuk mengetahui gangguan masalah kebutuhan cairan
9. Untuk mengetahui tindakan untuk mengatasi gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2. Mengetahui tujuan cairan dan elektrolit dalam tubuh
3. Mengetahui organ yang berperan dalam keseimbangan cairan
4. Mengetahui cara perpindahan cairan di dalam tubuh
5. Mengetahui kebutuhan cairan tubuh manusia
6. Mengetahui jenis cairan tubuh manusia
7. Mengetahui gangguan masalah kebutuhan cairan
8. Mengetahui tindakan untuk mengatasi gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 2
![Page 3: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Cairan dan Elektrolit
Pengeluaran panas yang terjadi selama beraktivitas fisik menimbulkan konsekuensi
banyaknya cairan tubuh yang harus dekeluarkan melalui keringat. Hal tersebut diikuti dengan
pengeluran elektrolit tubuh, terutama ion natrium. Pengeluaran cairan yang berlebihan selama
latihan fisik akan menyebabkan penurunsan volume vaskular dan disertai dengan peningkatan
kekentalan darah.Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan prubahan yang tetap dalam berespon terhadap streros
fsiologis dan lingkungan.
B. Tujuan
Cairan dan Elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi
tubuh dan proses homeostasis.
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral
serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air
didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolisme seperti karbon dioksida (CO2 ) dan juga senyawa nitrat.Selain berperan
dalam proses metabolisme,air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki
berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti
mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi O2 Sports Science Brief
tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan
berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu ± 37 C.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 3
![Page 4: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/4.jpg)
C. Organ yang Berperan dalam Pengaturan Keseimbangan Cairan
Organ – organ dan sistem – sistem yang berperan
1. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit paru, dan
gastrointestinal.
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlibat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam dara, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan kaseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500
cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melaui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipegruhi
okleh ADH dan aldosteron rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
B. Paru – paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang
lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya
kemampuan bernapas.
C. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vaso motorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan panas. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melaui cara pemancaran panas keudara
sekitar konduksi (yaitu, pengalihan panas kebenda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,
pengaliran udara panas kepermukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat
diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan , dan kondisi sushu tubuh yang panas.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 4
![Page 5: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/5.jpg)
D. Gastrotestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
2. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem hormonal
(anti diuretik hormon ADH), aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa
haus.
A. Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absorbsi natrium yang disekresi kelenjar adrenal dan tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium, dan sistem angiostensin renin.
B. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada laringan yang berfungsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi utarus serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
C. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehinggadapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
D. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reapsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
E. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
D. Cara Perpindahan Cairan dalam Tubuh Manusia
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses yaitu:
a) Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 5
![Page 6: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/6.jpg)
larutan, dan temperature. Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b) Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan di daiamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
c) Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh
seperti pompa jantung. Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 6
![Page 7: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/7.jpg)
Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tekanan cairan dan membran.
1. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan, larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dan dapat bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran Semipermiabel Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
E. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, katagori
persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan,
pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa
tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia,
lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun
lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena
pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 7
![Page 8: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/8.jpg)
Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat Badan.
No. Umur Presentase
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)
60 %
50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %
No. Umur Berat Badan (kg)Kebutuhan Cairan (mL/24
Jam)
1 Hari 3,0 250 - 300
2 1 tahun 9,5 1150 - 1300
3 2 tahun 11,8 1350 - 1500
4 6 tahun 20,0 1800 - 2000
5 10 tahun 28,7 2000 - 2500
6 14 tahun 45,0 2200 - 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 - 2700
F. JENIS CAIRAN
a. Cairan NutrienPAsien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat,notrogrn, dan vitamin yang penting untuk metabolisme. KAlori yang terdapat dalam cairan nutrient dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrirn terdiri i atas :1. Karbohidrat dan air, contoh : dextrose( glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ lvulose).2. Asam amino, contoh : amigen, aminosol, dan travamin.3. Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.
b. Blood volume expandersMerupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah didaerah luka. Plasma sangat perlu dilakukan untuk menggantikan cairan ini.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 8
![Page 9: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/9.jpg)
Jenisnya antara lain : human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
G. Gangguan Masalah Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume/dehidrasin, tanda-tanda dan bahayanya
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra sluler atau (CES), dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan sok hipovolemia. Mekanisme kompensasi pada hipovolemia
adalah eningkata rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan
aldosteron. Hipovolemia dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Ginjal : Pusing,lemah,letih,anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mntal
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, denyut jantung meningkat,
temperature meningkat, turgorkolit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut
kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
b. Hipervolemia
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat :
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
Kelebihan pemberian cairan.
Pepindahan cairan inter stisial keplasma.
Ginjal : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, adema, adanya ronkhi, kulit lembab, dispensi vena leher, dan irama
gallop.
G. Tindakan untuk Mengatasi masalah/gangguan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit
Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan cairan elektolit
a. Pemberian cairan melalui infuse
Persiapan Alat
1. Standar infus
2. Set infus
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 9
![Page 10: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/10.jpg)
3. Cairan sesuai program medic
4. Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas Alkohol
8. Plaster
9. Gunting
10. Kasa Steril
11. Betadin
12. Sarung Tangan
13. Bengkok
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan kebagian karet atau akses
selang ke botol infus.
4. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian
dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar.
5. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12cm diatas
tempat penusukan dan dianjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan
sirkulat (bila sadar).
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena
dan posisi jarum mengarah ke atas.
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum amaka tarik keluar bagian dalam jarum sambil
meneruskankan tusukan kedalam vena.
11. Setelah jarum infuse bagian dalam dilepaskan/dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian
bagian infuse dihubungkan atau disambungkan dengan selang infuse
12. Buka pengatur tetesan san atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
13. Lakukan piksasi dengan kasa steril
14. Tulisan tanggal dan waktu pemasangan infuse serta catat ukuran jarum
15. LEpaskan sarung tagan dan cuci tangan
16. Catat jenis cairan, letak infuse, kecepatan aliran darah,ukursn, dan tipe jarum infuse
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 10
![Page 11: Isi Makalah](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081803/55cf8fb0550346703b9ecb1c/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system
dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Saran
Dalam praktik pelayanan kesehatan penulis mengharapkan materi ini dapat diterapkan
dengan baik. Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 Kebidanan
Reguler XVB sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta
teman-teman kelompok lain guna bertambahnya wawasan kami dibidang ini.
.
Makalah Kelompok 3 Kebidanan Rebuler XVB 11