isi makalah
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang
Kabupaten Gresik berada antara 7 derajat dan 8 derajat Lintang Selatan dan antara 112
derajat dan 113 derajat Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah
dengan ketinggian antara 0-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian
utara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.
Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur dibatasi oleh Selat
Madura dan Kota Surabaya, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Mojokerto, sementara bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.
Kabupaten Gresik mempunyai kawasan kepulauan yaitu Pulau Bawean dan beberapa
pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.192,25 Km2 terdiri dari 996,14 Km2
luas daratan ditambah sekitar 196,11 Km2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah perairan
adalah 5.773,80 Km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan laut.
Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol,
Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu
rata-rata 2.000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang
panjang.
Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat dibagi menjadi 4 (empat)
bagian yaitu:
a. Kabupaten Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah,
Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang memiliki tanah relatif
kurang subur (wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir aliran
Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik/Kecamatan Ujungpangkah
Daerah hilir Bengawan solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang
cocok untuk permukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini
cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C. Kondisi tanah
tidak termasuk Pulau Bawean
b. Kabupaten Gresik bagian Tengah (meliputi wilayah; Duduk Sampeyan, Balong Panggang,
Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas ) merupakan kawasan dengan tanah relatif subur. Di wilayah
ini terdapat sungai-sungai kecil antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar sehingga di
bagian tengah wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian dan pertambakan.
c. Kabupaten Gresik bagian Selatan ( meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan Wringin
Anom) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan
daerah bukit-bukit (Gunung Kendeng). Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini diduga cukup
potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C, bahan galian yang
bukan strategis dan juga bukan vital seperti batu kapur, posphat, dolomit, batu bintang, tanah liat,
pasir dan bahan galian lainnya. Sebagian dari bahan golongan C ini telah diusahakan dengan
baik, dan sebagian lainnya masih dalam taraf eksplorasi.
d. Kabupaten Gresik Wilayah kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang meliputi wilayah
Kecamatan Sangkapura dan Tambak berpusat di Sangkapura.
Kabupaten Gresik adalah salah satu dari wilayah penyanggah kota Surabaya. Dimana
Kota Surabaya adalah ibu kota sekaligus pusat ekonomi Jawa Timur dan kawasan Indonesia
Timur. Disamping Kabupaten Gresik daerah lain yang juga dapat dikatakan sebagai kawasan
penyanggah Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto dan Lamongan.
Keenam wilayah ini dikenal dengan istilah kawasan Gerbangkertosusila. Fungsi wilayah
penyanggah bagi Kabupaten Gresik dapat bernilai positif secara ekonomis, jika Kabupaten
Gresik dapat mengantisipasi dengan baik kejenuhan perkembangan kegiatan industri Kota
Surabaya. Yaitu dengan menyediakan lahan alternatif pembangunan kawasan industri yang
representatif, kondusif, dan strategis.
Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai,
yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan
Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng, serta Kecamatan Tambak dan
Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Sebagai wilayah pesisir yang juga telah
difasilitasi dengan pelabuhan besar, maka Kabupaten Gresik memiliki akses perdagangan
regional, nasional bahkan internasional. Keunggulan geografis ini menjadikan Gresik sebagai
alternatif terbaik untuk investasi atau penanaman modal.
Dengan fasilitas pelabuhan yang ada, Gresik memiliki potensi akses regional maupun
nasional sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan industri dan perdagangan untuk kawasan
Indonesia Timur setelah Surabaya mengalami kejenuhan. Disamping itu Kabupaten Gresik
merupakan kabupaten yang berpengalaman didalam mengelola kegiatan industri besar dan telah
memiliki reputasi nasional hingga internasional selama puluhan tahun, seperti industri Semen
Gresik dan Petrokimia.
Demikian pula dengan dukungan sarana dan prasarana transportasi darat, seperti; akses jalan tol
menuju kota Surabaya, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan
beraspal dan angkutan umum keseluruh pelosok wilayah kecamatan, dan sarana transportasi laut
yang memadai berupa pelabuhan atau dermaga, Gresik siap menunjang aktivitas berdagangan
dalam taraf internasional.
B. Masalah Kelautan
1. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Gresik
Pada salah satu kasus kerusakan terumbu karang di Indonesia, terjadi di perairan Gresik,
Jawa Timur. Kerusakan terumbu karang di perairan Gresik mayoritas diakibatkan karena masih
maraknya nelayan menggunakan trawl, pukat harimau, bahan peledak dan ditambah pencemaran
air laut. Data dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik bahwa
dari 85,5 hektar terumbu karang yang ada di perairan Gresik hampir separuhnya sudah rusak
parah.
Pada kondisi saat ini terumbu karang yang masih bagus hanya berada di perairan
Bawean. Kondisi terumbu karang di Bawean yang terbilang masih bagus mencapai angka 80%,
karena di daerah tersebut tidak ada pencemaran. Kerusakan terumbu karang di wilayah Gresik
terjadi hampir di semua wilayah mulai dari Kecamatan Kebomas hingga Panceng. Kerusakan
yang dialami terumbu karang perairan Gresik sebagian besar di tepi laut atau daerah pesisir
pantai sebab terumbu karangnya mengalami coral bleaching atau pemutihan. Kerusakan tersebut
akibat kelalaian dan ketidakpedulian manusia terhadap kelestarian terumbu karang, serta
menggunakan zat-zat yang dapat merusak kelestarian terumbu karang dan akan berdampak pada
kepunahan terumbu karang jika tidak diambil tindakan pencegahan. Selain itu, kerusakan
terumbu karang di wilayah Gresik juga disebabkan tingginya tingkat polusi di laut, seperti, kapal
yang membuang sampah sembarangan seperti oli di dan limbah pabrik dan berbagai jenis
polutan yang merusak terumbu karang. Kondisi buruk lagi karena tidak adanya anggaran untuk
perbaikan terumbu karang tahun 2011 ini dengan alasan anggaran dari APBD terbatas, sehingga
tidak ada sepeser pun anggaran untuk pemulihan biota karang di Gresik dari APBD.
Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), membenarkan jika ada sejumlah
industri besar yang membuang limbah cairnya ke laut, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Smelting,
dan PT Hess Indonesia. Izinnya dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) langsung, sebelum
limbah dibuang ke laut tentu diolah dulu, hingga berada di bawah kadar berbahaya. Jika belum
aman, tidak boleh limbah-limbah tersebut di buang ke laut. Namun pada penerapannya kurang
pegawasan, sehingga tidak diketahui pasti apakah limbah tersebut aman untuk dibuang ke laut.
Berdasarkan keterangan dari Satuan Polisi Air (Kasatpolair) juga membenarkan jika di Gresik
banyak sekali nelayan yang menggunakan pukat harimau, jumlahnya ribuan. Hal ini disebabkan
karena peralatannya terbatas dan jumlah personil Polair Polres Gresik sangat terbatas.
2. Perairan Kabupaten Gresik Tercemar
Kondisi perairan Gresik Jawa Timur baik di Gresik, Kebomas, Manyar, Bungah, dan
Ujungpangkah tercemar. Pencemaran itu beragam dengan berbagai indikator penelitian sejumlah
lembaga. Salah satu hasil penelitian Institut Teknologi Bandung bersama Pemerintah Kabupaten
Gresik menyebutkan di perairan wilayah Ujungpangkah, indeks pencemaran, kawasan laut
berada pada level 1-5 atau masuk kategori tercemar ringan. Beberapa zat ditemukan melebihi
baku mutu diantaranya tembaga, kandungan tembaga mencapai 0,218 miligram per liter dari
standar baku mutu 0.005 mg/L. Kandungan zat seng (Zn) mencapai 0,27 mg/L melebihi baku
mutu yang ditetapkan 0,1 mg/L. Tingginya indeks dua zat tersebut tidak lepas dari berbagai
kegiatan industri terutama produksi logam berat. Mengacu pada parameter indeks diversitas
(keragaman) kehidupan makhluk hidup di laut, pencemaran di laut hampir masuk kategori berat.
Indeks diversitasnya berada pada level 1,5-1,0 (tercemar sedang dan berat).
Di kondisi di laut wilayah Manyar, Bungah, Kebomas dan Gresik ditemukan parameter
pencemaran. Menurut data neraca sumberdaya alam Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik
Gresik, kualitas air laut di wilayah tercemar. Dari parameter uji analisa biologi (makhluk hidup)
di kawasan pencemaran di empat wilayah itu berada pada level tercemar ringan hingga tercemar
berat. Kandungan amoniak (NH3) serta logam berat di kawasan laut Gresik di atas standar baku
mutu pada level 0,3 mg/L. Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan Dinas Kelautan Perikanan
dan Perternakan, Iwan Lukito, Senin (7/3/11), menyebutkan wilayah laut kecamatan Manyar
kadarnya mencapai 0,4 mg/L, di wilayah Kebomas berada di level 0,55 mg/L, di Panceng 0,57
mg/L, sedangkan di Ujungpangkah mencapai 0,4 mg/L. Kandungan liquid hydrocarbon
(hidrokarbon cair) juga mengkhawatirkan. Zat tergolong berbahaya ini kebanyakan berasal dari
tumpahan minyak dan gas ke laut. Tingkat pencemaran laut di Gresik masih cukup
mengkhawatirkan, kata Iwan.
Kondisi tersebut ditambah pencemaran terhadap sungai-sungai yang bermuara di laut
Gresik. Tiga sungai yang melintas di kabupaten ini saat ini juga sudah tercemar yakni Bengawan
Solo, Kali Lamong, dan Kali Tengah. Beberapa parameter pencemar di tiga sungai itu sudah
melebihi batas. Salah satunya adalah kandung oksigen lewat paramater BOD (biochemical
oxygen demand).
Kadar BOD di Bengawan Solo BOD mencapai 5,1 mg/ L atau melebihi batas normal 2
mg/liter. Di Kalilamong kadar BOD-nya mencapai 8 mg/liter. Jumlah residu yang terlarut juga
masih di atas normal. Di Kali Sukomulyo, residu terlarut mencapai 1.600 mg/L melebihi batas
normal 1.000 mg/L. Pencemaran tersebut belum termasuk pencemaran melalui limbah-limbah
industri, terutama yang ada di bibir laut. Parameter pencemaran yang ditemukan terkait jenis
produk yang dihasilkan industri di wilayah tersebut. Penyebab melubernya liquid hydrocarbon
(hidrokarbon cair). Penyebabnya beragam, diantaranya tumpahan bahan bakar perahu yang
langsung terbuang ke laut, hingga limbah aktivitas kapal. Iwan menyatakan meskipun
pencemaran itu ada tetapi juga susah untuk mendeteksinya. "Banyak cara yang dilakukan sumber
pencemar untuk berkelit, sementara fasilitas pendeteksi pencemaran minim. Kami lakukan
adalah sosialisasi serta pengawasan," katanya.
Secara geografis, Gresik memiliki luas wilayah laut mencapai 5.773,8 km2 dan wilayah
daratan hanya 1.192 km2. Sepertiga wilayah Gresik merupakan pesisir pantai dengan panjang
pantai 140 kilometer terbentang mulai Kecamatan Kebomas, Gresik, Bungah, Panceng dan
Ujungpangkah. Selain sebagai kota pantai Gresik juga menjadi kota industri, yang memberi
kontribusi terhadap pencemaran perairan di Gresik. Tercemarnya perairan Gresik sangat
dirasakan nelayan dan petambak. Keberadaan ikan-ikan di laut Gresik mulai berkurang. Budi
daya tambak juga tidak maksimal lagi karena daya dukung tambak terus menurun. Aktivitas
kepelabuhanan, banyaknya industri dan dermaga untuk kepentingan sendiri sudah membuat
nelayan pusing karena kerena mereka harus memutar saat mau melaut. Sementara ikan-ikan
semakin sepi. Sekali melaut butuh 30 liter solar, sementara tangkapan sedikit. "Lima tahun lalu
kami bisa mendapatkan hasil Rp 50.000 per hari, sekarang susah," kata Rokhim (53) salah
seorang nelayan di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik. Nelayan yang beraktivitas di muara
Kali Lamong seperti Zainuddin warga Sukorejo Kecamatan Kebomas juga mengeluh karena
seringnya ikan mati. Bahkan setahun bisa tiga kali ditemukan kasus ikan mati yang diduga
terkena polusi. Petambak juga was-was wilayahnya tercemar terutama yang ada di kawasan
Manyar. Hasil budidaya ikan juga menurun, bahkan sejumlah petambak ada yang berunjuk rasa
ke perusahaan yang dianggap biang pencemar.
(http://nasional.kompas.com/read/2011/03/07/17564828/)
C. Gambaran Potensi Kelautan
1. Potensi Perairan Bawean
Pulau Bawean merupakan pulau kecil yang letaknya di pulau Jawa, tepatnya 120 Km
sebelah utara Gresik, yang posisinya berada antara 50 42'-50 53' LS dan 112" 34'-112" 57 BT.
Secara administratif, pulau Bawean termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi
Jawa Timur, dan terbagi menjadi dua Kecamatan yaitu Kecamatan Sangkapura dan Tambak.
Kawasan pesisir pulau Bawean juga memiliki suatu ekosistem yang sangat komplit yaitu, hutan
mangrouve, padang lamun, dan terumbu karang. Ekosistem tersebut memiliki produktifitas
tinggi yang berperan dan menopang kehidupan berbagai biota laut. Ketiga ekosistem tersebut
saling berinteraksi baik itu secara fisik, bahan organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi
fauna, dan juga dampak kegiatan manusia. Oleh sebab itu kawasan pesisir sangat perlu dijaga
kelestariannya karena memegang kunci yang sangat penting dalam perputaran nutrient sehingga
ekosistemnya dapat berperan dalam menopang dan memberikan kehidupan bagi berbagai biota
laut apabila lingkungan kawasan tersebut relative, stabil, kondusif, dan tidak berfluktuatif.
Pulau Bawean juga merupakan daerah jalur migrasi ikan dari laut Cina selatan menuju laut
Hindia melewati selat Sunda dan selat Bali dan demikian sebaliknya dari laut Hindia menuju laut
Cina selatan, selat Makasar dan sebagiannya. Ikan yang migrasi dari apa yang kita sebutkan tadi
diatas pulau Bawean sebagai jalur yang dilewatinya, selain dari hal tersebut Bawean juga
dikelilingi gugusan karang sepanjang pantainya. Dimana gugusan karang yang berada
disepanjang pantai Bawean merupakan tempat yang sangat aman bagi ikan untuk berlindung,
bertelur dan mencari makan, sehingga ikan yang migrasi tersebut sebagian akan singgah di
gugusan karang mencari makan, berlindung dan bertelur, oleh sebab itu pulau Bawean di jadikan
daerah fishing ground oleh nelayan lokal maupun nelayan pantai utara Jawa. Kondisi tersebut
sangat erat kaitanya dengan dengan peran ekosistem seperti ekosistem mangrouve, padang lamun
dan terumbu karang.
Selain potensi yang dimiliki oleh perairan Bawean yaitu segala jenis ikan, Bawean juga
sangat baik sebagai daerah tujuan wisata apabila semua itu dikelola dengan baik dan
bertanggung jawab, karena pantai Bawean memiliki panorama alam yang indah dan menawan.
Berangkat dari hal tersebut diatas maka itu semua adalah merupakan suatu modal, kekuatan yang
potensial untuk didayagunakan dalam melaksanakan pembangunan khususnya bidang perianan.
Untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh pulau Bawean baik potensi sumberdaya ikan
dan sumberdaya alam sebagai daerah tujuan wisata, maka pemanfaatanya harus secara optimal,
benar, rasional, dan terkendali sehingga sumberdaya yang ada bisa dimanfaatkan secara
bertanggung jawab dan berkelanjutan, untuk itu fungsi pengawasan sangat strategis dan
diperlukan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan agar tidak
terjadi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya. Seperti yang telah diamanatkan dalam
undang –undang No.31 tahun 2004 yang telah diubah menjadi undang-undang No. 45 tahun
2009 pada pasal 66 tentang pengawasan perikanan yang mempunyai tugas untuk mengawasi
tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perikanan, agar
sumberdaya ikan yang terkandung didalamnya dapat terjaga dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab, dalam arti sumberdaya ikan dapat lestari dan lingkungannya.
Salah satu strategi yang dilakukan untuk menjaga potensi serta melestarikan sumberdaya
ikan yang ada maka masyarakat Bawean membuat suatu langkah Budidaya ikan air laut dalam
hal ini seperti keramba jaring apung (KJA) yang bertujuan untuk memberi kesempatan pada ikan
agar dapat berkembang biak dan mingkatkan kembali produktifitas ikan yang berada di laut.
Tahap uji coba bidadaya ikan air laut (KJA) ini berada di pulau Gili yang terletak
disebelah timur pulau Bawean, Di pilih pulau Gili sebagai tempat budidaya karena perairannya
yang sangat baik serta aman dari benturan gelombang dan bebas dari jalur pelayaran. Pulau gili
merupakan pualu terpencil yang terletak di sebelah timur pulau Bawean yang bagian dari desa
Sidogedung batu kecamatan Sangkapura. Mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar
adalah nelayan tradisional yang mengandalkan dari sumberdaya ikan yang berada diperairan,
oleh sebab itu dengan adanya KJA ini diharapkan agar dapat membuka lapangan pekerjaan
sehingga mengurangi angka pengangguran serta dapat miningkatkan taraf hidup masyarakat
pesisir, adanya tahap uji coba ini tidak terlepas dari peran para investor yang berada di pulau
Jawa (Surabaya) dan masyarakat Gili yang masih perduli pada kelestarian sumberdaya perairan,
mengingat pemanfaatan sumberdaya ikan yang telah melampaui batas serta maraknya pencurian
ikan, serta penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun.
2. Potensi Wisata Laut di Pantai Delegan Panceng Gresik
Menikmati liburan bersama kerabat atau teman, tanpa perlu mengeluarkan biaya besar,
obyek Wisata Segara Indah Delegan di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur,
tempatnya. Hamparan pasir putih diiringi lenggak-lenggok ombak dapat mengusir kepenatan
para turis setelah menempuh perjalanan 40 kilometer dari Kota Gresik. Bagi Isminarti (45),
warga Surabaya, liburan ke Wisata Segara Indah Delegan (Wisid) terasa asyik untuk bersantai
bersama keluarga. Pada akhir Desember lalu, bersama suami dan tiga anaknya, mereka betah
berlama-lama di pantai itu. ”Tekstur pasirnya lembut. Ombaknya juga tidak begitu besar
sehingga aman buat anak-anak yang suka bermain hingga ke bibir pantai. Bahkan, berenang agak
ke tengah,” katanya. Agus, pengunjung lain, juga mengajak anaknya ke Pantai Delegan untuk
menumbuhkan rasa cinta anaknya pada laut. Menurut dia, berwisata ke obyek wisata itu dari segi
biaya sangat murah. Namun, manfaatnya besar. ”Selama di pantai, kami sekeluarga bisa
membangun kebersamaan, apalagi anak tunggalnya senang berenang di laut. ”Bagi keluarga
dengan kondisi ekonomi pas-pasan, piknik di pantai ini cocok karena bisa rileks, sehingga
pikiran kembali segar,” ujarnya.
Sejumlah pengunjung, terutama anak-anak, memilih bermain pasir dengan membuat
istana pasir, menimbun kaki pakai pasir putih dan halus. Sebagian lagi berenang menggunakan
pelampung atau bahkan ban serta menggunakan ayunan ombak dengan kano dan perahu nelayan.
Pantai Delegan ramai pengunjung pada musim liburan atau setiap akhir pekan. Sebanyak 60
persen pengunjung wisatawan lokal Gresik dan 40 persen pengunjung dari luar kota. Selama
2010, jumlah pengunjung mencapai 53.000 orang, dan hingga akhir Desember 2011 jumlah
pengunjung sebanyak 60.000 orang. Manajer Pengelola Wisid Muzaroddin menyatakan, daya
tarik obyek wisata itu karena mudah dijangkau dan murah. Pengunjung bisa menikmati
hamparan pasir putih dan deburan ombak sambil membaringkan diri beralaskan tikar. Wisatawan
yang ingin bermain ombak bisa menyewa ban dengan tarif Rp 3.000 sampai Rp 7.000, dan
digunakan sepuasnya karena tidak ada batasan dari penyewa. Tiket masuk ke kawasan pantai pun
cuma Rp 3.000 (anak- anak) dan Rp 4.000 untuk dewasa. Ketika liburan sekolah, harga tiket
masuk menjadi Rp 5.000 per orang. Sejak 2007, wisata pantai dikelola desa sehingga memberi
kontribusi pada pendapatan asli desa (Pades). Muzaroddin menyebutkan, pada 2010 kontribusi
Wisid ke pendapatan daerah asli daerah (PAD) Gresik sebesar Rp 750 juta dan 2011
diperkirakan Rp 825 juta. ”Nilai itu belum dipotong pajak dan retribusi ke Pemkab (Pemerintah
Kabupaten) Gresik dan biaya operasional,” ujarnya. Menurut Muzaroddin, yang juga Kepala
Desa Delegan, saat liburan sekolah, hari raya, dan akhir tahun, Pantai Delegan selalu ramai
pengunjung. Jumlahnya bisa mencapai 13.000 orang.
Tambah wahana
Awalnya kawasan wisata itu dikelola oleh perorangan. Baru pada 2007 desa terlibat, dan
secara bertahap manajemen disempurnakan. Pengelola tak sekadar menjual keelokan pantai,
tetapi juga menambah beberapa wahana bermain. Kini, Wisid menjadi tempat wisata alternatif
karena lokasinya relatif strategis, berada di jalur wisata ziarah wali mulai dari Sunan Giri dan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, hingga Sunan Bonang di Tuban.
Pengunjung Wisid didominasi dari Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Surabaya. Keberadaan
obyek wisata pantai Delegan benar-benar mampu mendongkrak ekonomi desa dan pendapatan
warga sekitar. Pengunjung yang semakin ramai, terutama pada musim liburan, meski mayoritas
turis domestik, cukup mampu mendongkrak ekonomi warga sekitar. Meski demikian, memang
masih ada beberapa sarana terutama di sekitar pantai yang belum ditata secara baik. Pemkab
Gresik pernah menggagas kawasan wisata itu disulap jadi Pusat Wisata Bahari dan Bumi
Perkemahan Padang Bulan, termasuk mereklamasi sebagai areal pantai. Namun, hingga kini
rencana itu masih sekadar wacana. Padahal lokasinya berdampingan dengan tempat pelelangan
ikan. Artinya, daya tarik pantai tak hanya pasir putih dan deburan ombak, tetapi juga wisatawan
bisa menikmati ikan segar hasil tangkapan nelayan.
Tetap merakyat
Penduduk Delegan berharap kawasan pantai tetap sebagai tempat piknik keluarga yang
merakyat dan terjangkau semua kalangan masyarakat. Kini ada kekhawatiran, jika Wisid
dikelola dan dikuasai pemilik modal, melancong ke Pantai Delegan tak semurah dan semudah
sekarang. Apalagi ada beberapa rencana untuk mengembangkan obyek wisata itu tanpa
keterlibatan Pemkab Gresik. Warga Desa Delegan bahkan mulai mengembangkan kawasan
menjadi desa wisata. Pada 2012 direncanakan kawasan itu disulap dengan sebuah konsep terpadu
antara wisata perbukitan, waduk, dan pantai. ”Pengunjung yang ingin menggelar pelatihan di
luar ruang atau outbound tinggal memilih lokasi, perbukitan, waduk dekat persawahan, atau
pantai,” ujar Muzaroddin. Masyarakat Desa Delegan berharap pemerintah daerah hanya
memberikan bantuan fasilitas sarana dan prasarana sehingga warga tetap bisa berpartisipasi
dalam pengelolaan. Ramainya pengunjung juga menjadi berkah bagi pemilik ban, pemilik perahu
untuk mengelilingi pinggir pantai, atau sekadar berenang. Paling tidak satu pemilik ban bisa
menyewakan sedikitnya 30 ban per hari.
Pengelola berbagai sarana untuk disewakan kepada turis juga terus menambah berbagai
fasilitas, seperti perahu jenis kayak dan kano, dan flying fox (berseluncur dengan tali). Sarana
berseluncur sepanjang 60 meter dengan lebar 8 meter, untuk menguji adrenalin, sangat diminati
anak-anak dan remaja. Tak kurang dari 50 orang menggunakan sarana ini, terutama pada akhir
pekan. Pantai Delegan sepertinya menarik untuk dikunjungi, apalagi tak butuh dana besar.
Berbagai sarana bermain atapun sekadar menguji adrenalin juga terjangkau, tanpa harus merogoh
kantong lebih dalam. Apalagi warga setempat juga mulai banyak yang membuka warung
sederhana, dengan menu utama ikan bakar, hasil tangkapan nelayan pada hari itu juga. Deburan
ombak juga bisa menambah nikmatnya menyantap ikan gurih di pinggir pantai. Piknik ke Pantai
Delegan benar-benar dapat melenyapkan kepenatan, apalagi tiket masuk serta biaya sewa-
menyewa berbagai peralatan tak terlalu mahal. Tidak ada salahnya kita mencoba berwisata religi
ke Gresik, dan mampir di pantai yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Surabaya ini.
(http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/17/melepas-kepenatan-di-pantai-delegan-gresik/).
D. Konsep Pengembangan atau Pemberdayaan Potensi Kelautan
1. Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai Subjek Penggali Potensi
Bahari.
Manusia merupakan subjek yang terpenting dalam upaya pemberdayaan potensi bahari
Indonesia. Upaya yang dilakukan hendaknya dapat membangun manusia Indonesia yang
seutuhnya, bermutu dan peduli terhadap potensi bahari Indonesia sehingga dapat membangun
peradaban bangsa. Karena hal terberat yang harus dilalui bangsa ini untuk pemberdayaan potensi
baharinya adalah menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan bermoral dalam
mengembangkan potensi laut kita sebagai aset dan modal dalam membangun bangsa menjadi
sebuah bangsa yang berperadapan serta mampu bersaing di dunia Internasional. Kencenderungan
sikap dan pemahaman yang masih berkembang di masyarakat Indonesia adalah melihat daratan
sebagai satu satunya sumber kehidupan. Hal ini bisa terlihat dari jumlah usaha yang bergerak di
bidang kelautan masih rendah dibanding usaha lainnya dan jumlah petani yang lebih besar dari
nelayan, bahkan bisa dilihat dari jumlah armada laut dan perwira laut yang jumlahnya lebih kecil
dibanding darat. Struktur mental dan pengetahuan seperti ini berakibat pada rendahnya
partisipasi rakyat dalam upaya memberdayakan potensi laut yang sangat besar di Indonesia.
Kondisi sumber daya manusia di daerah pesisir sebagai komunitas masyarakat yang berlokasi
terdekat dengan lautan juga tidak bisa dikatakan bermutu. Berdasarkan data COREMAP
Desember 2001 menunjukkan bahwa dari 4 daerah pesisir yang menjadi daerah binaan, masih
terdapat penduduk yang tidak bersekolah bahkan salah satu daerah mencapai angka 12%. Rata
rata tingkat pendidikan tertinggi penduduknya adalah sekolah menengah atas dan hanya
berjumlah 21%. Sedangkan penduduk yang berpendidikan akademi atau universitas masih sangat
sedikit dan bahkan ada desa yang tidak mempunyai penduduk dengan tingkat pendidikan ini.
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya daya serap terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga sering menjadi kendala bagi peningkatan produksi dan
pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Seharusnya, untuk mengelola sumberdaya laut yang kaya
dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai bidangnya, karena pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut membutuhkan penerapan teknologi, mulai dari teknologi yang
sederhana sampai teknologi yang canggih. Untuk mengatasi persoalan peningkatan sumber daya
manusia perlu dilakukan upaya peningkatan pendidikan berbasis kebaharian. Hal ini bisa
dilakukan dengan pengenalan laut secara lebih mendalam di sekolah sekolah dasar. Diberikannya
pengenalan, pemahaman, kesadaran, dan kecintaan anak didik sejak dini terhadap laut dapat
meningkatkan semangat jiwa bahari demi terwujudnya generasi muda potensial di bidang
kelautan yang nyata dan andal secara praktis.
Pemberian muatan lokal bidang kelautan, pada sekolah-sekolah menengah, terutama di
daerah pesisir akan mampu mengasah potensi kecerdasan dan ketrampilan manusia-manusia
Indonesia. Dibukanya lebih banyak pendidikan tinggi berbasis kelautan akan memperkuat
sumber daya manusia di bidang kelautan. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan program
pelatihan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut. Dengan
diterapkannya pendidikan serta ketrampilan yang ada diharapkan kedepannya mereka mampu
mengelola kekayaan alam laut Indonesia secara handal, efektif dan bermoral, sebagai implikasi
dan tuntutan era milenium baru yang terbentang luas di depan. Pemerataan pendidikan yang
berkualitas disemua daerah di Indonesia termasuk daerah daerah pesisir akan membantu
terbentuknya sumber daya manusia handal pembangun peradaban bangsa ini.
Sekolah-sekolah di daerah pesisir seharusnya mendapatkan fasilitas standar untuk menunjang
berjalannya kegiatan belajar mengajar. Memberikan fasilitas dan peningkatan mutu pendidikan
melalui proses pengajaran serta peran optimal pengajar di semua jenjang pendidikan yang ada
dapat mendorong pemberdayaan sektor kelautan yang menjadi landasan pembangunan
peradaban bangsa. Peningkatan pembinaan tersebut harus dilakukan secara terpadu dengan
partisipasi aktif masyarakat, pemerintah dan sektor swasta. Rasa tanggung jawab dan
kebersamaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya perlu ditingkatkan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga kedepannya pelaksanaan proses
pendidikan di semua jenjang harus dapat mengembangkan kemauan belajar, meningkatkan
kreativitas dan inovasi baru, memperdalam dan memperluas pemahaman ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berbasiskan kebaharian.
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana Penunjang Kelautan
Dalam upaya pemberdayaan potensi kelautan Indonesia, pembangunan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan kelautan sangat diperlukan. Tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor kelautan.
Minimnya sarana dan prasarana kelautan akan berakibat rendahnya kegiatan eksplorasi laut
maupun penelitian kelautan. Pembangunan sarana dan prasarana di bidang perikanan yang sangat
dibutuhkan misalnya pelabuhan perikanan atau tempat pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan
juga tempat pendaratan ikan merupakan pusat pengembangan masyarakat nelayan dan
pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan. Pusat
pelayanan tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil
budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan, pusat pemasaran dan
distribusi perikanan, tempat pengembangan usaha industi perikanan dan pelayan eksport, tempat
pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan
perikanan sangat luas dan memiliki kekhususan, maka keberadaan pelabuhan perikanan harus
merupakan wilayah kerja tersendiri dan tidak dapat disatukan dengan pelabuhan umum. Dengan
dibangunnya sarana dan prasarana penunjang kelautan yang representatif dan merata disemua
wilayah Indonesia berdampak pada peningkatan pemberdayaan potensi bahari. Namun yang
perlu diingat adalah pembangunan sarana dan prasarana tersebut harus dilakukan secara
transparan, sesuai prosedur yang ada dan berbasiskan kebutuhan.
3. Pengembangan Penelitian dan Teknologi Berbasis Kebaharian.
Pemberdayaan potensi kebaharian Indonesia untuk membangun peradaban bangsa perlu
dipacu melalui berbagai pengembangan penelitian dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Peran pengembangan ilmu pengetahun dan teknologi sangat diperlukan karena
wilayah laut Indonesia serta kekayaan laut didalamnya sangat besar, sehingga teknologi
tradisional tidaklah cukup untuk mendukung pemberdayaannya. Penguatan ilmu pengetahuan
dan teknologi kelautan Indonesia di setiap jenjang sekolah dan pengkajian dalam litbang
kelautan di perguruan tinggi akan mampu mendorong pengusahaan sumber daya alam laut
Indonesia ditangan putra-putri bangsa. Dengan peralatan yang lebih modern, baik dalam hal
armada penangkapan ikan, teknologi pemantauan, teknologi eksplorasi, teknologi pengolahan,
teknologi pemetaan laut, serta teknologi pasca panen, kekayaan alam laut Indonesia bisa
dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa Indonesia dan tidak dicuri bangsa lain.
Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan
tinggi maupun pihak swasta yang bergerak dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan secara menyeluruh. Kerjasama semua pihak ini akan mampu mendorong
pemberdayaan potensi bahari Indonesia sebagai landasan peradaban bangsa dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.
4. Kemudahan Modal Usaha di Bidang Kelautan.
Untuk meningkatkan berbagai kegiatan kelautan dan mendorong regulasi perekonomian
kelautan, maka diperlukan suatu sistem permodalan yang memberikan kemudahan modal bagi
nelayan. Kemudahan modal perlu secepatnya terlaksana karena fenomena yang terjadi sekarang
adalah banyaknya nelayan kecil yang meminjam modal pada tengkulak, karena dianggap
prosesnya lebih mudah. Tentunya praktek pinjam meminjam modal yang serupa sistem ijon
dalam pertanian dan disebut Langgan ini memberikan bunga besar yang akan semakin menjerat
masa depan nelayan. Peningkatan kemampuan terutama nelayan dalam penyediaan permodalan
dalam usaha penangkapan ikan, memerlukan keterlibatan sektor keuangan di negara ini, seperti
bank, koperasi dan lembaga lembaga peminjam modal lain dengan persyaratan dan bunga yang
lunak. Selain itu, perlu dilakukan kerjasama secara adil antara nelayan kecil dan pengusaha besar
untuk mendorong keterpaduan dan kesinambungan kegiatan pemberdayaan potensi laut
Indonesia.
5. Peningkatan Fungsi Departemen Kelautan dan Perikanan.
Kunci keberhasilan dalam suatu pembangunan adalah komitmen dan dukungan dari
pemerintah sebagai pembuat kebijakan di negara ini. Komitmen pemerintah untuk mendukung
pemberdayaan potensi kelautan dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang berimbang
untuk kesejahteraan masyarakat. Secara kelembagaan Departemen Kelautan dan Perikanan
merupakan pelaku kebijakan pemerintah di bidang kelautan dan bertanggung jawab pada sektor
ini. Peningkatan fungsi departemen ini dapat dilakukan dengan mengefektifkan seluruh
jajarannya, baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah. Kemampuan lembaga ini untuk
menunjang pemberdayaan potensi bahari Indonesia juga ditunjukkan melalui kerjasama dengan
lembaga-lembaga lain yang berkaitan, baik lembaga formal maupun informal. Karena untuk
mengembangkan sektor kelautan diperlukan kerjasama dan peran aktif seluruh lembaga yang
berkaitan sesuai dengan wewenang dan fungsinya.
6. Penguatan Sistem Keamanan dan Pertahanan Laut.
Kondisi geografis Indonesia dengan 2/3 lautan memberikan potensi besar untuk
kemajuan bangsa sekaligus mengundang ketertarikan masyarakat asing dan negara lain untuk
memanfaatkannya. Negara Indonesia yang mempunyai banyak pulau rawan penyelundupan,
pencurian sumber daya alam dan sebagainya. Hal ini terbukti dengan bertambah banyak jumlah
nelayan asing yang berlayar di perairan Indonesia secara illegal. Berdasarkan perkiraan dari
kasus nelayan asing yang ditangkap dan hasil deteksi dari data citra Satelit diperkirakan lebih
dari 20 trilyun/tahun kerugian Indonesia terjadi akibat illegal fishing ini. Dirjen Pengendalian
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan mengeluarkan data yang menyebutkan bahwa jumlah
kapal-kapal asing yang beroperasi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 7.000
buah. Besarnya jumlah pelanggaran di kawasan laut Indonesia terjadi tidak hanya dikarenakan
sumber daya alam Indonesia yang sangat menarik bagi bangsa lain, tetapi juga disebabkan oleh
rendahnya pemberdayaan dan pengamanan sumber daya alam laut Indonesia. Hal ini terlihat
dengan rendahnya kualitas dan kuantitas kekuatan TNI AL sebagai tulang punggung keamanan
maritim di Indonesia. TNI AL hanya memiliki jumlah perwira kurang dari 25% jumlah perwira
angkatan darat, sedangkan wilayah pengawasan yang harus dilakukan adalah 2/3 dari seluruh
wilayah Indonesia. Tidak hanya sumber daya manusia yang masih sedikit, peralatannya pun
sudah tidak layak digunakan karena sudah berumur rata-rata 40 tahun.
Pentingnya peningkatan keamanan laut dengan armada laut dan perwira lautnya yang
handal telah terbukti dalam sejarah mampu membawa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi
kerajaan yang besar. Kekuatan ini mampu mendorong sektor perekonomian melalui perdagangan
dan pada akhirnya membawa kesejahteraan bagi warganya. Kejayaan dimasa lalu ini seharusnya
bisa menyadarkan bangsa ini bahwa sektor kelautan merupakan sektor yang penting untuk
membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan
keamanan laut dengan armada laut dan perwira laut yang handal sebagai salah satu cara penting
untuk memberdayakan potensi bahari Indonesia. Keberadaan armada laut, baik armada niaga
maupun armada perang diperlukan tidak hanya sebagai pertahanan kedaulatan dan keutuhan
wilayah Indonesia yang lahir sebagai negara merdeka sejak 1945, namun keberadaan armada ini
penting untuk melindungi sumber daya alam kelautan. Untuk perlindungan sumber daya alam
laut juga diperlukan kinerja yang kuat dan kerja sama antar departemen dan institusi yang terkait
sehingga nantinya akan dapat membawa Indonesia menuju bangsa yang berperadaban besar.
E. Analisis Pengembangan Potensi Kelautan
Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan hendaknya mempertimbangkan tiga aspek,
yaitu aspek sosial, ekonomi dan ekologis. Analisa wilayah pengelolaan potensi pesisir dan lautan
di Kabupaten Lamongan akan difokuskan pada tiga hal tersebut, yaitu :
1. Aspek Sosial
Masyarakat di wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten Gresik, yaitu Kec. Panceng,
Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik, Sangkapura, dan Tambak. mayoritas sumber
mata pencahariannya nelayan, mayoritas beragam Islam dan memiliki nilai-nilai religius tinggi.
Sedangkan karakter masyarakatnya sangat keras dan sangat heterogen sehingga kompetensi
sangat tinggi. Potensi terjadinya konflik sangat tinggi hal ini dipicu oleh pemanfaatan lahan di
sekitar pesisir sehingga mengakibatkan rebutan pemanfaatan lahan, misalkan untuk pemukiman.
Disamping itu karena masih ada anggapan bahwa laut merupakan tempat terbuka yang secara
bebas mencari ikan tanpa terbatasi oleh kewenangan masing-masing daerah dan wilayah maka
sering melalampui batas wilayah tersebut, akibatnya terjadi konflik nelayan antar daerah. Upaya-
upaya guna mengatasi dampak sosial tersebut sering dilakukan oleh Instansi terkait, diantaranya
adalah sosialisasi tentang status lahan disekitar pesisir dan laut; memfasilitasi konflik antar
nelayan lokal maupun dengan daerah lain, khusus untuk wilayah berbatasan telah dilakukan
perjanjian melalui MOU (memorandum of under standing) yang bersifat mengikat kedua belah
pihak.
2. Aspek EkonomiDari beberapa kegiatan yang telah dilakukan di wilayah pesisir dan lautan Kabupaten
Gresik maka telah memberikan kontribusi yang besar bagi struktur perekonomian Kabupaten
Gresik. Sektor terbesar disumbangkan oleh perikanan tambak, perikanan tangkap dan wisata
bahari, adapun industri telah mempengaruhi sebagian besar di kawasan Kabupaten Gresik.
Disamping itu dengan adanya kegiatan-kegiatan baru akan menampung atau menyerap tenaga
kerja lokal, munculnya sektor informal (warung-warung, toko-toko) disekitar kegiatan, sehingga
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Upaya yang dilakukan oleh instansi terkait guna
mendorong perekonomian masyarakat pesisir adalah mengadakan kursus-kursus tentang
pengelolaan budidaya perikanan, dan industri pengolahan ikan serta memperkuat pasar melalui
distribusi hasil-hasil perikanan dan mengoptimalkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
3. Aspek EkologisAspek ekologis merupakan aspek terpenting dalam pengelolaan pesisir dan luatan karena
sumber daya pesisir dan kelautan pada prinsipnya sangat terbatas untuk itu harus harus dipelihara
daya dukungnya. Dalam pengelolaan pesisir dan lautan di Kabupaten Gresik ada beberapa hal
yang harus diperhatikan : 1). Hutan mangrove telah banyak mengalami kerusakan akibat
konversi lahan pemukiman pertambakan, pariwisata dan industri, maka guna memelihara
potensinya maka dilakukan upaya-upaya penetapan lahan konservasi hutan mangrove melalui
kebijakan peraturan daerah (Perda) yaitu penetapan kawasan-kawasan lindung di wilayah
Kabupaten Gresik. Sedangkan upaya rehabilitasi atau reboisasi hutan mangrove terus di lakukan
oleh Pemerintah Kabupaten melalui Bagian Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan tokoh
masyarakat, LSM dan masyarakat setempat namun prosentase keberhasilan upaya tersebut relatif
kecil karena penanaman pohon mangrove sangat spesifik. Faktor utama kegagalannya adalah
kurangnya monitoring instansi terkait dan kurangnya keterlibatan masyarakat secara mandiri
untuk menjaga kelestarian mangrove. 2). Terumbu Karang keberadaanya sudah hampir tidak ada,
namun telah dbuat terumbu karang buatan sebanyak tiga buah. Guna menjaga terumbu karang
buatan ini maka dilakukan dimonitoring terus menerus oleh Dinas Perikanan dan Kelauatan di
Kabupaten Gresik melalui tindakan-tindakan preventif yaitu sosialisasi penggunaan alat
penangkap ikan yang ramah lingkungan. 3). Usaha Perikanan Tambak berdasarkan kondisi fisik
kimia tanah dan kimia fisik perairan masih cukup potensial di kembangkan di Kabupaten Gresik,
namun harus memperhatikan ekosistem mangrove disekitar tambak, karena sangat baik untuk
mem-filtrasi penyakit yang terbawa oleh air laut terhadap udang maupun ikan bandeng. 4).
Kondisi Perikanan Tangkap, berdasarkan perhitungan, maka diketahui bahwa kondisi perairan
wilayah Pesisir dan Lautan Kabupaten Gresik terjadi tangkap lebih (over fishing) maka apabila
ada penambahan alat tangkap (effort) lebih lanjut dalam jangka panjang akan mengakibatkan
tidak hanya over fishing, tetapi bahkan menyebabkan hilangnya potensi sumberdaya ikan.
Sehingga paling tidak jumlah alat tangkap atau effort harus dipertahankan seperti sekarang atau
bahkan diturunkan untuk sementara waktu agar stok biomass mampu melakukan pemulihan
(recovery). 5). Pariwisata yang dikembangkan di wilayah Pesisir dan Lautan Kabupaten Gresik
adalah pariwisata bahari yang memadukan konsep keindahan alam dengan paduan teknologi
sehingga tidak membahayakan lingkungan. 6). Kegiatan usaha pengolahan ikan skala industri
belum berkembang, mengingat tersedianya bahan baku dan jenis ikan yang cukup, maka perlu
dikembangkan industri pengolahan perikanan di Kabupaten Gresik.
F. Strategi Pengimplementasian Potensi Kelautan
Prinsip pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan, dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh keterbatasan sumber
daya. Oleh karena itu agar potensi wilayah pesisir dan lautan dapat dikelola secara optimal bagi
kepentingan masyarakat, khususnya Kabupaten Gresik maka dengan memperhatikan
permasalahan-permasalahan di atas maka strategi kebijakan yang dilaksanakan adalah :
a. Penatanaan ruang pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yang
sekarang belum tersedia di Kabupaten Gresik.
b. Revitalisasi kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung sesuai dengan Perda
Kawasan Lindung. Hal ini diarahkan untuk menyelamatkan biota dan abiota di perairan,
memperbaiki dan melestarikan kualitas lingkungan hidup sekaligus mengamankan kawasan
pesisir dari ancaman bencana alam.
c. Penegakan hukum yang adil serta tegas bagi pengusaha maupun masyarakat yang
melakukan kegiatan yang berpotensi merusak wilayah pesisir dan lauatand. Pengembangan
ekonomi masyarakat pesisir berbasis potensi dan kondisi sosial budaya setempat.
e. Perbaikan dan Peningkatan sarana prasarana serta aksesibilitas wilayah pesisir dan
lautan sehingga dapat menunjang laju perekonomian masyarakat pesisir dan lautan f. Mereview
dan memantapkan perjanjian bersifat mengikat (Memorandum Of Understanding) dengan
wilayah pesisir dan lautan Kabupaten yang berbatasan. Hal ini diarahkan guna memperbarui dan
membuat peta batas yang jelas antar wilayah pesisir dan laut Kabupaten yang di fasilitasi
propinsi.
g. Menjaga dan memelihara kondisi wilayah pesisir yang kondusif melalui operasi
kerjasama antara Kabupaten dengan Kantor Perhubungan Laut di Kabupaten Gresik
f. Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan wilayah laut dan pesisir. Hal ini
diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir dan efektifitas pengelolaan pesisir
dan laut.
g. Mengembangkan data dan infomasi kelauatan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh
potensi wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten Gresik dapat dimasukkan dalam data base
sistem informasi wilayah pesisir dan laut yang menginventarisasi potensi-potensi laut, kondisi
sosial masyarakat nelayan dan utamanya adalah kapasitas poduksi dan produktivitas perikanan
tangkap.
G. Simpulan
Berbagai potensi kebaharian yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan landasan utama
dalam membangun peradaban bangsa. Kekayaan alam ini seharusnya membuat kita sadar untuk
mulai bergerak mendayagunakan potensi laut dalam segala aspek kehidupan. Dengan
terbedayanya berbagai potensi alam laut di negara ini maka dapat membawa Indonesia menjadi
negara yang lebih maju, berkualitas, cerdas, dan mampu bersaing dalam percaturan
Internasional.
H. Saran atau Rekomendasi
Melihat beberapa hambatan yang ada pada permasalahan dan potensi kelautan diatas
maka adapun saran yang dapat kami sampaikan, yaitu :
1). Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan
secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah laut untuk menciptakan sumber pendapatan
masyarakat. 2). Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pesisir dan pemerintah dalam
melestarikan lingkungan kelautan, sehingga tercipta kesinergisan dalam membangun peradaban
bahari. 3). Meningkatkan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan wilayah laut, sehingga
masyarakat merasa perlu untuk menjaga dan dapat memanfaatkan potensi laut secara optimal.
Demikianlah saran-saran yang dapat kami ajukan, semoga dapat bermanfaat dalam penambahan
khazanah keilmuan bagi semuanya.