isi makalah

42
BAB I ANATOMI RESPIRASI Pendahuluan Anatomi respirasi terdiri dari Hidung à nasofaring à Orofaring à laring à trakhea à bronkus principalis à bronkus segmental à alveoli HIDUNG ANATOMI Terdiri dari Nasus Externus ( Hidung Luar) dan Cavum Nasi a. Nasus Externus Terdiri dari Radix Nasi atau Jembatan Hidung Yang menempel di dahi , dan Juga terdapat dua Nares atau Lubang Hidung Setiap Nares dibatasi dilateral Oleh ala Nasi dan Di medial Oleh septum Nasi 1 | Page

Upload: qintharamft

Post on 23-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

kj

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah

BAB I

ANATOMI RESPIRASI

Pendahuluan

Anatomi respirasi terdiri dari

Hidung à nasofaring à Orofaring à laring à trakhea à bronkus principalis à bronkus

segmental à alveoli

HIDUNG

ANATOMI

Terdiri dari Nasus Externus ( Hidung Luar) dan Cavum Nasi

a. Nasus Externus Terdiri dari Radix Nasi atau Jembatan Hidung Yang menempel di dahi , dan Juga terdapat dua Nares atau Lubang Hidung

Setiap Nares dibatasi dilateral Oleh ala Nasi dan Di medial Oleh septum Nasi

1 | P a g e

Page 2: Isi Makalah

Rangka Nasus Externus Dibentuk di atas Oleh à Os Nasale , Processus Frontalis ossis maxillaris dan pars Nasalis ossis Frontalis

Rangka Nasus Externus Dibentuk Di bawah oleh à Lempeng Lempeng tulang rawan , yaitu cartilago nasi superior dan Inferior serta cartilago septi Nasi

2 | P a g e

Page 3: Isi Makalah

Otot otot yang bekerja Pada Hidung

1. M . compressor Nasi à Origo di Processus forntalis maxilla . Insersio di Aponeurosis Jembatan Hidung , Persarafan Oleh N Fasialis , Fungsi untuk Menekan Cartilago Nasi

2. M. Dilator Naris à origo di Maxilla , Insersio di Ala Nasi , Persarafan Oleh N Fasialis , Fungsi Untuk memperlebar apertura Nasi

3 | P a g e

Page 4: Isi Makalah

b. Cavum Nasi

Terletak dari Nares di depan sampai ke Choanae di belakang . Rongga Ini dibagi Oleh septum Nasi atas Belahan Kiri dan Kanan

Setiap Belahan Mempunyai dasar , atap , dinding lateral dan Dinding medial

Dasar à Dibentuk Oleh processus palatinus Maxillae dan Lamina Horizontalis ossis Palatini Yaitu permukaan atas palatum durum

Atap à dibentuk dari belakang ke depan Oleh Corpus ossis sphenoidalis , Lamina cribrosa ossis ethmoidalis , Os frontale , os Nasale dan cartilagines nasi

Dinding lateral à ditandai dengan 3 tonjolan disebut concha Nasalis Superior ,media ,dan Inferior , Area Di bawah setiap concha disebut meatus

Dinding Media à Septum Nasi adalah Sekat osteocartilago yang ditutupi membran mucosa (Bagian Atas dibentuk Oleh Lamina Perpendicularis ossis ethmoidalis , bagian Posterior dibentuk Oleh Os Vomer , dan Bagian Anterior Oleh Cartilago septum )

4 | P a g e

Page 5: Isi Makalah

5 | P a g e

Page 6: Isi Makalah

FARING

ANATOMI

Faring terletak dibelakang Kavum Nasi , Mulut dan Larynx , Bentuknya Mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai esophagus setinggi Vertebra servikalis ke 6

Dinding pharynx terdiri dari 3 lapis à a. Mucosa b. Fibrosa c. Muskular

Otot Otot Pharynx terdiri atas à M . constrictor pharyngis superior , Medius dan Inferior , yang serabut serabut nya berjalan hampir melingkar , dan M stylopharingeus serta M salphingopharyngeus yang serabut serabut nya berjalan dengan arah hampir longitudinal

Kontraksi otot otot constrictor ini secara berturut turut mendorong bolus ke bawah masuk ke dalam esophagus

Bagian dalam Pharynx , dibagi menjadi 3 bagiana. Nasopharynxb. Oropharynxc. Larynngopharynx

6 | P a g e

Page 7: Isi Makalah

Nasopharynx à terletak dibelakang rongga hidung , di atas palatum mole

Batas Batas nya

a. Atap à dibentuk Oleh corpus ossis sphenoidalis dan Pars Basillaris ossis oksipitalisb. Dasar à permukaan atas palatum Molec. Depan à apertura Nasalis posterior d. Posterior à membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap , dinding ini

ditunjang oleh arcus anterior atlantise. Lateral à pada tiap sisi mempunyai muara tuba auditiva ke pharynx , Elevasi tuba

Oropharynx

Terletak dibelakang cavum oris dan terbentang dari pallatum molle sampai pinggir atas epiglottis

Batas Batas nya

a. Atap à dibentuk Oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus b. Dasar à Dibentuk Oleh 1/3 Posterior Lidah dan celah antara Lidah dan Permukaan anterior

epiglottis

7 | P a g e

Page 8: Isi Makalah

c. Anterior à terbuka ke dalam rongga mulut melalu isthmus oropharynx d. Posterior à disokong oleh corpus vertebrae cervicalis ke 2 dan bagian atas corpus vertebrae

cervicalis ketiga

Di dinding lateral oropharynx terdapat dua masa jaringan Lymphoid yang disebut tonsila palatina

LARING

Organ Khusus Yang mempunyai sphincter (berkas serat serat otot mirip cincin yang menciutkan saluran atau menutup orifisium) pelindung Pada pintu masuk Jalan Nafas dan Berfungsi dalam pembentukan suara

Kerangka Larynx dibentuk Oleh beberapa cartilago , yang dihubungkan Oleh membrana dan Ligamentum dan digerakkan Oleh otot . Larynx dilapisi Oleh membrana Mukosa

Cartilago Thyroidea terdiri dari dua Lamina xartilago Hyalin Yang bertemu di garis tengah Pada Tonjolan Sudut V , Yaitu jakun ( Adam’s Apple)

Cartilago Cricoidea berbentuk cincin kartilago yang utuh , bentuk nya mirip cincin cap dan terletak di bawah cartilago thyroidea Cartilago arytenoidea merupakan cartilago kecil , dua buah dan berbentuk pyramid kedua nya terletak di belakang larynx , pada pinggir atas lamina cartilago cricoidea

8 | P a g e

Page 9: Isi Makalah

Cartilago corniculata adalah dua Nodulus kecil yang bersendi dengan apex cartiliginis arytenoidea dan merupakan tempat lekat plica aryepiglottica

Cartilago cuneiformis merupakan dua cartilago kecil berbentuk batang yang terletak sedemikian rupa sehingga masing masing terdapat di dalam satu plica aryepiglottica , Cartilago ini berfungsi untuk menyokong Plica tersebut

Epiglottis adalah sebuah cartialgo elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix lingua , di depan berhubungan dengan corpus ossis Hyoidea dan Di belakang dengan cartilago thyroidea melalui tangkai nya , sisi epiglottis berhubungan dengan cartilago arytenoidea melalui plica aryepiglottica , Pinggir atas epiglottis bebas dan membrana mucosa yang melapisi nya melipat kedepan melanjutkan diri meliputi permukaan posterior lidah , disini terdapat Plica glossoepiglottica mediana dan lateralis , dan Vallecullae adalah cekungan pada membrana mukosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica

Membrana dan Ligamentum larynx

Membrana Thyroidea menghubungkan Pinggir atas cartilago thyroidea di sebelah bawah dengan permukaan posterior corpus dan cornu mayus ossis hyoidea sebelah atas , pada garis tengah membran ini menebal , membentuk ligamentum thyroideum mediana , pinggir posterior mebentuk Ligamentum thyrohyoideum laterale . pada kedua sisi , membran ini ditembus oleh a.v. laryngea superior dan N laryngeus internus

Ligamentum cricotracheale menghubungkan pinggir bawah cartilago cricoidea dengan cincin trachea pertama

Membrana fibroelastica laryngis terletak di bawah membrana mucosa yang melapisi larynx , bagian atas membrana disebut membrana quadrangularis yang terbentang antara epiglottis dan cartilago aryhtenoidea , pinggir bawah nya membentuk Ligamentum Vestibulare , bagian bawah membrana fibroelastica disebut ligamentum cricothyroideum , bagian anterior Ligamentum cricothyroideum tebal dan menghubungkan cartilago cricoidea dengan pinggir bawah cartilago thyroidea

Bagian Lateral Ligamentum crycothyroideum tipis dan melekat di bawah pada pinggir atas cartilago cricoidea , Pinggir superior nya Ligamentum ini tidak melekat pada pinggir inferior cartilago thyroidea , tetapi berjalan terus ke atas facies medialis cartilago thyroidea

Pinggir atas nya kanan dan kiri menebal dan membentuk Ligamentum vocale yang penting , ujung anterior Ligamentum vocale melkat pada permukaan dalam cartilago thyroidea , Ujung posterior melekat pada prosesus vocalis cartilago arytenoidea

Ligamentum Hyoepiglotticum menghubungkan epiglottis dengan os hyoideum . Ligamentum thyroepiglotticum menghubungkan epiglottis dengan cartilago thyroidea

9 | P a g e

Page 10: Isi Makalah

Aditus Laryngis merupakan Lubang yang menghubungkan faring dengan larynx atau disebut juga apertura laryngis , menghadap ke belakang dan atas ke arah laryngopharynx . pintu ini dibatasi di depan oleh Pinggir atas Epiglottis, dan di lateral oleh plica aryepiglotica , yaitu Lipatan membran mucosa yang menghubungkan epiglottis dengan cartilago arytenoidea dan sebelah bawah dan posterior oleh Membrana Mucosa yang terbentang antara kedua cartilago arytenoidea

Cavitas Laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea dan dapat dibagi menjadi tiga bagian :

a. Bagian atas atau Vestibulumb. Bagian tengahc. Bagian bawah

Bagian atas atau Vestibulum terbentang antara aditus laryngis sampai ke plica vestibularis ( Yang berwarna merah muda menonjol ke medial , rima Vestibuli adalah celah di antara Plica Vestibularis

Bagian tengah terbentang dari plica vestibularis sampai setinggi plica Vocalis , Plica Vocalis berwarna putih dan berisi Ligamentum Vocale . Masing masing Ligamentum Vocale Merupakan penebalan dari Pinggir atas Ligamentum cricothyroideum , Ligamentum Vocale terbentang dari cartilago thyroidea di depan sampai ke prosesus vocalis cartilaginis Arytenoidea di belakang , rima glottidis adalah celah diantara Plica vocalis di depan dan processus vocalis cartilaginis arytenoidea di belakang

Bagian Bawah terbentang dari plica vocalis sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea , dinding nya dibentuk Oleh Permukaan dalam Ligamentum cricothyroideum dan cartilago cricoidea

Membrana mucosa laryngis melapisi cavitas laryngis dan ditutupi oleh epithel silindris bersilia , namun pada plica vocalis , tempat membrana mucosa sering mengalami trauma saat fonasi , maka membran mucosa nya dilapisi Oleh epithel berlapis gepeng

10 | P a g e

Page 11: Isi Makalah

Otot otot larynx dibagi menjadi dua : Ekstrinsik dan Instrinsik

a. Otot Otot Ekstrinsik dibagi menjadi dua kelompok yaitu Kelompok Elevator laryngis dan Depressor laryngi

Otot Levator Laryngis meliputi m.digastricus , m. Stylohioideus , m.mylohyoideus, m.salphingopharyngeus dan m.palatopharyngeus yang berinsersio pada pinggir posterior lamina cartilaginis thyroidea Juga mengangkat larnyx

Otot depressor meliputi m. sternothyroideus, m. Sternohyoideus dan m. omohyoideus , kerja otot otot ini dibantu Oleh gaya pegas trachea yang elastis

b. Otot otot Intrinsik dibagi menjadi dua kelompok yaitu : kelompok yang mengendalikan adytus laryngis dan Kelompok yang menggerakkan Plica Vocalis

Otot yang mengendalikan adytus larnygis yaitu m.arytenoideus obliquus untuk menyempitkan aditus dengan mendekatkan plica aryepiglottica , m.thyroepiglottica untuk melebarkan aditus dengan memisahkan kedua plica aryepiglottica

Otot otot yang mengendalikan gerakan plica vocalis yaitu m.cricothyroideus untuk menegangkan plica vocalis , m.thyroarytenoideus untuk relaksasi plica vocalis , m.cricoarytenoideus lateralis untuk adduksi plica vocalis dengan memutar cartilago arytenoidea , m.cricoarytenoideus posterior untuk abduksi plica vocalis dengan memutar cartilago arytenoidea , m.arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glottidis dengan melekatkan kedua cartilago arytenoidea

Sphyncter larynx , terdapat dua sphyncter pada larynx yaitu pada (1) aditus laryngis dan (2) rima glottis

a. Spyncter pada adytus laryngis berfungsi hanya pada saat menelan , ketika Bolus makanan dipindahkan ke belakang diantara lidah dan palatum durum , larynx tertarik ke atas di bawah bagian belakang lidah . aditus laryngis menyempit akibat kontraksi m.arytenoideus obliquus dan m.aryepiglottica . Epiglottis didorong ke belakang Oleh lidah dan berfungsi sebagai sungkup di atas aditus laryngis , kemudian makanan atau minuman berjalan di atas epiglottis dan turun kebawah lewat alur pada sisi sisi adytus laryngis , yaitu melalui fossa piriformis

b. Spyncter pada rima glottidis berfungsi ketika batuk atau bersin menyebabkan penutupan plica vocalis setelah Inspirasi ditambah otot otot ekspirasi berkontraksi dengan kuat akibat nya tekanan dalam rongga thorax meningkat dan dalam waktu bersamaan plica vocalis mendadak abduksi , akhirnya terjadi pelepasan mendadak dari udara yang terkompresi sering melepaskan partikel asing atau mukus dari slauran pernafasan atau pharynx , disini partikel dikeluarkan atau di telan

11 | P a g e

Page 12: Isi Makalah

Pembentukan Suara di dalam larynx , pelepasan udara ekspirasi secara terputus putus melalui plica vocalis yang sedang aduksi akan menggetarkan plica tersebut dan menimbulkan suara

Persarafan Laryng . Sensorik Jika di atas plica vocalis berasal dari N laryngeus Internus cabang dari N larnygeus Superior ( Cabang N Vagus ) , Jika di bawah Plica vocalis dipersarafi Oleh N Laryngeus Recurrens , Motorik ke otot otot Intrinsik laryng berasal dari N larnygeus recurrens , kecuali m.crycotiroideus yang dipersarafi Oleh ramus Laryngeus externus dari N laryngeus Superior ( N vagus)

Perdarahan laryng , supplai arteri setengah bagian atas larynx berasal dari ramus Laryngeus

superior a. Thyroidea superior , setengah bagian bawah Larynx diperdarahi Oleh ramus Laryngeus

inferior a.thyroidea inferior

Trakea

Saluran yang mengalirkan udara dari laring kebronkus principalis.

Bifurcatio trakeaè lower respiratory tract, / percabangan trakea dengan bronkus menjadi 2

cabang bronkus principalis ( biasanya disebut carina ) percabangannya setinggi Th 6

12 | P a g e

Page 13: Isi Makalah

13 | P a g e

Page 14: Isi Makalah

Pulmo

Dextra

Memiliki 3 lobus yang dilalui oleh 3 bronkus lobaris ( superior, medius, inferior ) menjadi 10

cabang.

Masing – masing lobus dipisahkan oleh Fissura oblique dan fissura horizontal / transverse

Hilus pulmonalis dextra terdiri dar

14 | P a g e

Page 15: Isi Makalah

A. pulmonalis dextra

Bronchus principalis dextra

Vena pulmonalis dextra

Noduli lymphoideus

Vena pulmonalis dextra

Noduli lymphoideus

Sinistra

Memiliki 2 lobus yang dilalui oleh 2 bronchus lobaris ( superior dan inferior ) menjadi 10

cabang.

Masing – masing lobus dipisahkan oleh fisura oblique

Hilus pulmonalis sinistra

A. pulmonalis dextra

Bronchus principalis dextra

Terdapat incisura cardiaca à lengkungan untuk jantung

Impresio cardiaca yang lebih besar, karean 2/3 jantung terletak di pulmo sinistra

Serta adanya bangunan menyerupai lidah à lingula

15 | P a g e

Page 16: Isi Makalah

Alveoli

Kantung udara ipis, dapat mengembang dan berbentuk buah anggur yag tersapat diujung

percabagan saluran pernafasan

Ruang interstitium antara kapiler dan alveolus membentuk sawar yang sangat tipis (0,2 mikro

meter )

16 | P a g e

Page 17: Isi Makalah

Pleura

Pleura parietalis à berbatasan dengan thorax bagian dalam

Pleura viceralis à langsung berlekatan dengan paru – paru

Diantaranya terdapat cavum pleura yang berisi cairan ( 250 – 300 ml ) berfungsi sebagai

pelumas dalam pergerakan pernafasan

BAB II

FISIOLOGI RESPIRASI

Fisiologi Sistem Pernafasan

Respirasi(Pernafasan) melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan pasif o2 dari atmosfer ke jaringan untuk metabolisme sel, serta pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer.

Respirasi terbagi atas:

Respirasi internalRespirasi internal/ seluler adalah proses metabolism intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energy dari molekul nutrient.

Respirasi EksternalRespirasi Eksternal adalah keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 di lingkungan eksternal dan sel tubuh.

17 | P a g e

RQ( kuosien pernafasan)= CO2 yang di hasilkan O2 yang di konsumsi

= 200ml/m 250 ml/m

= 0,8

Page 18: Isi Makalah

Pernafasan eksternal : Udara bergantian masuk-keluar paru sehingga dapat terjadi pertukaran

antara atmosfer dan kantung udara O2 dan CO2 di pertukarkan antara udara di alveolus dan darah di kapiler

plumonalis dengan difusi O2 dan CO2 di angkut oleh darah antara paru dan jaringan Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses

difusi melintasi kapiler sisitemik (jaringan)

Sistem pernafasan melakukan fungsi non respirasi

Menyediakan jalan untuk mengeluarjan air dan panas Meningkatkan aliran balik vena Pemeliharaan keseimbangan asam-basa normal Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing Mengeluarjan, memodifikasi, mengaktikan dan menginaktifkan Hidung sebagai penghidu Menyediakan jalan untuk mengeluarjan air dan panas Meningkatkan aliran balik vena Pemeliharaan keseimbangan asam-basa normal Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktikan dan menginaktifkan Hidung sebagai penghidu

Saluran Pernafasan

Mekanika Pernafasan

18 | P a g e

Page 19: Isi Makalah

Udara cendrung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting pada ventilasi:

a. Tekanan Atmosfer(barometrik)b. Tekanan Intraalveolus/intraplumonalc. Tekanan Intrapleura/ Intratoraks

Ketika toraks mengembang paru juga mengembang akibat kohesivitas cairan intrapleura juga mengembang. Alasan mengapa paru mengikuti gerakan dinding dada adalah gradien tekanan transmural.

Hukum Boyle: tekanan berbanding terbalik dengan volume Bulk flow: saat ekspirasi volume torak lebih besar dan tekanan di dalam lebih kecil dari luar.

Hal ini memunginkan udara dari dalam keluar. Saat Inspirasi

19 | P a g e

Page 20: Isi Makalah

Pasif: Otot antariga eksternal/intercostal eksternal dan diagfragma berkontraksi sehingga perbesaran rongga toraks. Diafragma bergerak kebawah saat kontraksi sehingga memperbesar volume toraks dengan menambah panjang vertikalnya. Intercostalis eksternal, saat iga berkontraksi ke atas dan keluar memperbesar toraks

Aktif/tambahan: Otot diagfragma dan intercostal eksternal tetap bekerja namun sternokleomastoideus dan sklenus ikut membantu.

Saat Ekpirasi Pasif: Tidak memerlukan otot pernafasan hanya mengandalkan tekanan Aktif: Otot abdomen dan interkosta interna berkontraksi untuk menggurangu volume

toraks

20 | P a g e

Page 21: Isi Makalah

Pernafasan adalah pertukaran antara gas O2 dari lingkungan hidup dengan gas CO2 sebagai salah satu hasil sampingan dari proses metabolisme di dalam tubuh.

Tujuan dari pernafasan adalah:

Memperoleh O2 yang diperlukan oleh sel untuk respirasi seluler (rangkaian fosforilasi oksidatif). Hal ini diperlukan untuk pembentukan energi.

Mengeluarkan gas CO2 sebagai salah satu hasil sampingan dari metabolisme. CO2 ini bila bereaksi dengan H2O akan menjadi asam yang cukup kuat dan dapat mengganggu pH cairan tubuh yang harus dipertahankan konstan.

Pertukaran gas O2 dan CO2 di alveoli paru dan pembuluh darah kapiler

Komposisi gas pernafasanKita menghisap udara atmosfer dengan tekanan 760 mmHg. Udara atmosfer ini memiliki komposisi gas-gas utama dengan tekanannya masing-masing sebagai berikut:

N2 : 79% → P N2 : 79% X 760 = 600 mmHg O2 : 21% → P O2 : 21% X 760 = 159 mmHg CO2 : 0,04% → P CO2 : 0,04% X 760 = 0,3 mmHg

Dengan adanya uap air (H2O) yang relatif konstan di dalam alveoli paru yaitu dengan tekanan 47 mmHg, maka komposisi gas oksigen dan karbondioksida berbeda, yaitu:

H2O : dengan tekanan parsial 47 mmHg O2 : dengan tekanan parsial 104 mmHg CO2 : dengan tekanan parsial 40 mmHg

21 | P a g e

Page 22: Isi Makalah

Dari analisa gas darah diketahui pula komposisi gas-gas dalam darah arterial, venous maupun jaringan, dengan komposisi sebagai berikut:

Gas Tekanan parsial (mmHg)

Atmosfer Alveoli Arterial Jaringan Venous

O2 159 104 95 Interstitial40

Intrasel23

40

CO2 0,3 40 40 Intrasel46

Interstitiel45

45

Difusi gas pernafasanKita menghisap udara atmosfer dengan tekanan 760 mmHg. Udara atmosfer ini memiliki komposisi gas-gas dengan tekanannya masing-masing sebagai berikut:

Perbedaan tekanan parsial dari gas-gas akan mendorong gas-gas tersebut dari tempat satu ke tempat lainnya di dalam tubuh kita. Difusi gas oksigen dan karbondioksida akibat perbedaan tekanan parsial gas

Transportasi gas pernafasan

Transport O2 dari alveoli paru ke sel, diangkut dalam dua bentuk, yaitu:

Sebagai larutan gas O2

Oksigen yang larut dalam darah kira-kira 1,5%. Bentuk ini mengikuti hukum-hukum larutan gas sehingga tergantung pada tekanan parsial. Makin besar tekanan parsial, makin banyak gas yang terlarut. Pada P O2 normal dalam arteri (95 mmHg), gas O2 yang terlarut berkisar 0,29/100 ml darah.

Diangkut oleh hemoglobin (Hb)

22 | P a g e

Page 23: Isi Makalah

Oksigen yang terikat oleh Hb kira-kira 98,5%. Hb mampu mengikat O2 secara reversibel. Ikatan antara Hb dengan O2 merupakan ikatan yang longgar.

Hb + O2 → Hb-O2

(Deoxygenated Hb) (Oxygenated Hb)

Pada P O2 95 mmHg, setiap gram Hb mampu mengikat 1,34 ml O2. Jadi bila kadar Hb 14,5 g%, maka O2 yang diangkut dalam bentuk ini adalah

14,5 X 1,34 ml = 19,43 ml/100 ml darah.

Dari dua macam pengangkutan di atas, dapat dihitung bahwa O2 yang diangkut oleh darah arteridari alveoli paru ke jaringan tubuh adalah 0,29 ml + 19,43 ml atau kira-kira 19,72 ml/100ml darah.

Adapun transport CO2 dari sel/jaringan menuju alveoli paru melalui 3 cara yaitu:

Larut dalam plasma kira-kira 10% dari volume CO2.

Terikat oleh Hb sebagai senyawa karbamin yaitu karbaminohemoglobin, kira-kira 30% dari volume CO2

Hb + CO2 → Hb-CO2

Sebagai garam bikarbonat HCO3-, kira-kira 60%. Reaksi pembentukan

bikarbonat memerlukan aktifitas enzim karbonik anhidrase yang terdapat di dalam eritrosit, sehingga proses ini terjadi di dalam eritrosit.

CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3- + Na+/K+ → NaHCO3/KHCO3

Setelah senyawa bikarbonat terbentuk, senyawa tersebut dikeluarkan dari eritrosit menuju plasma. Untuk mengimbangi muatan listrik yang dikeluarkan, maka sebagai ganti ion Cl- masuk dari plasma ke dalam eritrosit. Peristiwa ini dinamakan Chloride shift.

23 | P a g e

Page 24: Isi Makalah

Transportasi CO2

Pengaruh transportasi CO2 terhadap pH cairan tubuh

Pengeluaran CO2 melalui paru yang sangat besar merupakan sumber asam yang luar biasa, yang mampu mengubah pH cairan tubuh menjadi sangat rendah. Namun tubuh kita mampu mengendalikan keadaan tersebut.

Pada keadaan normal, rasio bikarbonat (HCO3-) dengan asam karbonat

H2CO3 adalah 20:1.

HCO3-

------- = 20H2CO3

Jika rasio bikarbonat dan asam karbonat bisa dipertahankan 20, maka pH akan tetap 7,4, tidak memandang berapapun kadar bikarbonat dan asam karbonat tersebut.

Selain CO2 masih banyak hasil sampingan yang bersifat asam misalnya laktat, piruvat, benda keton, sulfat, fosfat dan sebagainya. Bila dibiarkan, bahan-bahan ini dapat mengganggu keseimbangan asam-basa cairan tubuh, sehingga perlu dibuang melalui paru dan ginjal. Agar selama perjalanan menuju organ pembuangan tidak mengganggu pH cairan tubuh, maka asam-asam tadi harus diikat dulu oleh bahan yang disebut larutan penyangga (buffer).

24 | P a g e

Page 25: Isi Makalah

Pada dasarnya buffer adalah campuran antara asam lemah dan garamnya atau campuran antara basa lemah dan garamnya. Di dalam tubuh buffer merupakan campuran asam lemah dan garamnya, misalnya garam bikarbonat dengan asam karbonat, garam protein dengan protein, garam fosfat dengan asam fosfat, garam organik dengan asam organik, garam Hb dengan H-Hb

Gangguan keseimbangan asam-basa cairan tubuh

Selama rasio garam HCO3 : H2CO3 tetap 20, maka pH tetap 7,35-7,45. Jika ada sesuatu hal menyebabkan perubahan rasio tersebut, maka pH cairan akan berubah.

Jika garam HCO3 : H2CO3 > 20, maka pH > 7,45 (disebut alkalosis) Jika garam HCO3 : H2CO3 < 20, maka pH < 7,35 (disebut asidosis)

Penyebab dari perubahan tersebut bisa berasal dari kadar garam HCO3, kadar H2CO3 atau keduanya.

Perubahan kadar H2CO3 berhubungan dengan p CO2 sedangkan p CO2

ditentukan oleh respirasi. Maka perubahan kadar H2CO3 dinamakan respiratorik.Penurunan pH akibat peningkatan kadar H2CO3 dinamakan asidosis respiratorik. Peningkatan pH akibat penurunan kadar H2CO3 dinamakan alkalosis respiratorik

Sedangkan perubahan kadar garam HCO3 dihubungkan dengan metabolikPenurunan pH akibat penurunan kadar garam HCO3 dinamakan asidosis metabolik. Peningkatan pH akibat peningkatan kadar garam HCO3 dinamakan alkalosis respiratorik

ASIDOSIS RESPIRATORIK

Penyebab:

Pengeluaran CO2 terhalang sehingga terjadi penumpukan CO2 (P CO2

meningkat) akibatnya kadar H2CO3 juga meningkat. Keadaan ini terjadi akibat asthma bronchiale, pneumonia, emfisema, pneumothoraks, fraktur kosta dll.

Penanggulangan:

Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2 meningkat, maka garam HCO3 juga harus ditingkatkan, dengan cara

25 | P a g e

Page 26: Isi Makalah

meningkatkan resorpsi HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (asidosis respiratorik terkompensasi). Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3 dikembalikan ke keadaan normal.

ALKALOSIS RESPIRATORIK

Penyebab:

Pengeluaran CO2 berlebihan (pada pernafan cepat/hiperventilasi) sehingga P CO2 menurun sehingga kadar H2CO3 juga menurun. Keadaan ini terjadi akibat anoksia, ensefalitis, febris, histeris dll.

Penanggulangan:

Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2 menurun, maka garam HCO3 juga harus diturunkan, dengan cara mengurangi resorpsi HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (alkalosis respiratorik terkompensasi). Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3 dikembalikan ke keadaan normal.

ASIDOSIS METABOLIK

Penyebab:

Penurunan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi penurunan kadar H2CO3, umumnya terjadi akibat pengeluaran HCO3 yang berlebihan, misalnya pada kasus:

- Terlalu banyak pembuangan asam melalui ginjal sehingga garam HCO3 ikut terbuang, misalnya pada diabetes mellitus, keracunan asam salisilat dll.

- Fungsi resorpsi ginjal terganggu (nefritis, hidronefrosis, pielonefritis, TBC ginjal dll.)

- Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare

Penanggulangan:

Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa berkurang, maka H2CO3 harus diturunkan pula dengan cara menurunkan CO2 melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (asidosis metaboli terkompensasi). Akibatnya terjadilah pernafasan yang cepat dan dalam (kusmault)

26 | P a g e

Page 27: Isi Makalah

ALKALOSIS METABOLIK

Penyebab:

Peningkatan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi peningkatan kadar H2CO3, misalnya pada kasus:

- Pemberian obat alkalis yang berlebihan (pada kasus ulkus peptikum)

- Pengeluaran HCl lambung berlebihan (emesis, kumbah lambung). Hal ini menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan, sehingga chloride shift meningkat yang berakibat pada kandungan bikarbonat meningkat dalam plasma.

- Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare

Penanggulangan:

Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa meningkat, maka H2CO3 harus ditingkatkan pula dengan cara meningkatkan CO2 melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (alkalosis metabolik terkompensasi) Akibatnya terjadilah pernafasan yang lambat dan dangkal.

KONTROL PERNAPASAN

Paru-paru bekerja secara otonom, maksudnya tidak ada yang mempengaruhi aktifitasnya, atau bekerja dengan kehendak sendiri/ otomatis. Kemampuan otonom yang dimiliki paru adalah sekitar 14-16 kali pernapasan permenit. 1 kali pernapasan = 1 x inspirasi + 1 x ekspirasi.

Pola napas pada saat tubuh menjalani exercise tidak bisa dipertahankan secara otonom karena tubuh kala itu butuh pasokan oksigen lebih banyak dari biasanya, sehingga harus dibantu dengan faktor lain.Secara umum, sistem kontrol respirasi diambil alih oleh kerja sistem saraf pusat di bagian bilateral medula oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi 3 kelompok neuron utama :

1. Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal (belakang) medula yang terutama menyebabkan inspirasi.

2. Kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral (depan samping) medula, yang terutama menyebabkan inspirasi dan ekspirasi yang lebih dalam.

3. Pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian superior pons, tepatnya di sebelah dorsal nuklous parabrakialis pada pons bagian atas, yang terutama mengatur kecepatan dan kedalaman napas.

Adalagi yang namanya saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru. Perlu diingat bahwa saraf-saraf sensoris ini berujung sebagai reseptor, seperti kemoreseptor perifer, baroreseptor dan reseptor2 lainnya di dalam paru. Nanti kumpulan reseptor-reseptor ini akan bergabung menjadi nucleus traktus solitarius yakni ujung akhir dari saraf sensoris pernapasan yang terdapat pada nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan dengan kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui ini, mekanisme

27 | P a g e

Page 28: Isi Makalah

penghantaran informasi dari paru ke pusat respirasi bagian dorsal bisa berlangsung.Pernapasan NormalPada pernapasan biasa, pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi ritimis (yang teratur). Kalau di guyton disebutkan bahwa pelepasan sinyal2 inspirasi ritmis ini belum diketahui penyebabnya. Sinyal inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai (ramp signal), gunanya supaya inspirasi kita itu terjadi secara perlahan dan dapat meningkatkan volume paru dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas terengah-engah. Perlu diingat lagi bahwa sinyal-sinyal ini akan dihantarkan ke paru dan otot2 diafragma melalui saraf2 motorik pernapasan.

Setelah pusat dorsal melepaskan sinyal inspirasi yang landai tersebut, pusat pneumotaksik akan mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek utama di sini adalah mengatur titik “penghentian” inspirasi landai, dengan demikian mengatur lamanya proses inspirasi. Kalau sinyal pneumotaksik ini kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya dalam 0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga sedikit; kalau sinyal pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5 detik bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi banyak sekali.

Nah, kalau sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis akan mengalami fase ekspirasi. Paru-paru kita mempunyai suatu sifat istimewa yakni elastis dan punya daya lenting. Jadi ekspirasi ini terjadi sebagai imbas dari inspirasi, dimana disini udara yang keluar tentunya telah bertukar dengan CO2. Tegasnya, ekspirasi tenang yang normal, murni disebabkan akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka toraks. (guyton hal.540)

Pernapasan yg Lebih DalamNah, kalau kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok saraf pernapasan bagian ventral. Sedangkan pada pernapasan tenang yang normal, kelompok saraf ventral ini inaktif. Bila rangsangan pernapasan guna meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar dari normal, sinyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran dasar di area pernapasan dorsal akan tercurah ke neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area pernapasan ventral turut membantu merangsang pernapasan ekstra. Rangsangan area ventral ini berupa rangsangan listrik yang menyebabkan inspirasi dan juga ekspirasi. Tetapi yang paling penting disini adalah sinyal untuk ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan dengan kuat ke otot-otot abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit. Intinya, pernapasan ventral ini gunanya sebagai pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khususnya selama latihan fisik berat.

Pembatasan sinyal inspirasi oleh refleks Hering-BreuerSelain sinyal pusat pneumotaksik, masih ada sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru untuk membantu mengatur pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di bagian otot dinding bronkus dan bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal melalui nervus vagus ke kelompok neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat teregang akibat inspirasi terlalu lama. Sinyal ini akan “menghentikan” inspirasi landai yang dilepaskan oleh pusat pernapasan dorsal tadi. (kurang lebih mekanisme penghentiannya mirip dengan penghentian oleh sinyal pusat penumotaksik). Ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer. Refleks ini juga ikut meningkatkan kecepatan pernapasan, sama halnya dg sinyal pneumotaksik. [an baca di gayton, refleks ini kemungkinan tidak diaktifkan sampai volume tidal meningkat dari 3 kali normal, jadi refleks ini terutama muncul sebagai mekanisme protektif untuk mencegah inflasi (peregangan) paru yang berlebihan daripada yang dibutuhkan biasanya.]

28 | P a g e

Page 29: Isi Makalah

Pengaturan kimiawi CO2 dan H+ di area kemosensitif

Di dekat medula oblongata, tepatnya 0,2 mm di bilateral (samping) area pernapasan ventral, ada suatu area neuron yang sangat sensitif dengan perubahan konsentrasi CO2 ataupun ion H+ dalam darah. Area ini disebut area kemosensitif. Area ini bakal merangsang bagian lain dalam pusat pernapasan.

Apabila suatu saat konsentrasi CO2 dan H+ yang dihasilkan jaringan otak meningkat, ia akan berdifusi ke dalam sawar darah otak. Perlu diingat, bahwa sawar darah di otak ini punya dinding yang khusus, dimana ia hanya mengizinkan zat-zat tertentu untuk lewat. (semacam benteng pertahanan, yang lebih dikenal dengan Blood Brain Barrier/ BBB). Nah, CO2 ini sangat permeable terhadap BBB tsb, namun tidak permeable sama sekali terhadap ion H+, sehingga yang mudah berdifusi ke sawar darah otak adalah CO2.

Sawar darah otak ini juga dilengkapi dengan neuron-neuron kemosensitif yang bakal mendeteksi perubahan konsentrasi CO2 dalam sawar darah. CO2 di dalam sawar darah otak ini bakal bereaksi dengan air membentuk ion H+ dan asam HCO3-. Nah, H+ yang dihasilkan melalui reaksi inilah yang sebenarnya lebih merangsang area kemosensitif melalui neuron2 kemosensitif tadi. Apabila area kemosenstif ini terangsang, maka pusat pernapasan lainnya ikut terangsang dan pola napas pun mengalami perubahan.

Kemoreseptor Perifer

Di luar otak, ternyata juga terdapat sistem kemoreseptor tersendiri yang juga turut andil dalam pengaturan pernapasan. Kemoreseptor di luar otak ini disebut kemoreseptor perifer. Fungsinya yang terpenting adalah untuk mendeteksi perubahan oksigen dalam darah walaupun respetor ini juga sedikit berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi CO2 dan H+ di dalam darah.

Sebagian besar kemoreseptor ini terletak di badan karotis (karotic body) dan di badan aorta (aortic body). Karotic body terletak di bilateral pada percabangan arteri karotis komunis. Serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus Hering ke nervus glosofaringeus dan kemudian ke area pernapasan dorsal di medula oblongata. Sedangkan aortic body terletak di sepanjang arkus aorta; dimana serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus vagus, juga ke area pernapasan dorsal di medula oblongata.

Reseptor ini akan mendeteksi perubahan kadar O2, CO2 dan ion H+. Misalkan apabila kadar O2 dalam arteri menurun, kemoreseptor perifer ini menjadi sangat terangsang. Singkatnya, ia bakal mengirimkan impuls ke pusat pernapasan untuk meningkatkan frekuensi napas.

BAB III

HISTOLOGI

Sistem Respirasi dibagi menjadi

29 | P a g e

Page 30: Isi Makalah

1. Jalur Konduksi è rongga hidung , Nasofaring , orofaring , laring , trakhea ,

bronkus , bronkiolus terminalis

2. Jalur respirasi è Bronkus respiratorius , duktus alveolaris , sakus alveolaris

Sebagian besar bagian dilapisi  epitel  kolumnar  bersilia  pseudostratified  yang berisi populasi sel

goblet kaya dan dikenal sebagai  epitel  pernapasan ( epithel respirasi)

Semakin ke bawah dari bronkiolus terminalis ke bawah ,. Epithel mengalami transisi menjadi epithel

berlapis gepeng yang berfungsi untuk pertukaran udara

30 | P a g e

Page 31: Isi Makalah

31 | P a g e

Page 32: Isi Makalah

32 | P a g e

Page 33: Isi Makalah

BAB IV

EMBRIOLOGI

Arkus Faring pertama à Mesenkim à Penonjolan Wajah ( prominensia Fasialis) dan Di kedua sisi Prominensia frontonasalis muncul penebalan ektodertm ( plakoda nasalis ) à Prominensia Fasialis membentuk Hidung dan Plakoda Nasalis membentuk invaginasi Membentuk Lobang hidung

Prmoninensia frontonasalis à membentuk Jembatan hidung atau pangkal hidungProninesia Nasalis media à membentuk lengkung hidung dan ujung HidungProminensia Nasalis Lateralis à membentuk cuping hidung

Berasal dari jaringan Mesenkim yang terdiri dari Arkus , celah dan kantung faring , yang nantinya berperan dalam membentuk Faring secara keseluruhan

Tapi kantung , arkus dan celah faring juga berperan dalam pembentukan organ lain selain faring

1. Kantung faringa. Kantung faring pertama à bakal meatus akustikus ekternus ,rongga telinga tengah ,

tuba auditiva (eustachius) , membran tymphanib. Kantung faring kedua à tonsila palatinac. Kantung faring ketiga à kelenjar paratiroid inferior , thymus d. Kantung faring keempat à kelenjar paratiroid superiore. Kantung faring kelima à sel parafolikel atau sel C kelenjar tiroid yang menghasilkan

Kalsitonin

2. Celah faring à membantu membentuk meatus akustikus ekternus dan gendang telinga3. Arkus faring

a. Arkus faring pertama à maleus dan Inkus , maksila m os zigomatikum , os temporale . madibula dan otot pengunyah

b. Arkus faring kedua à stapes , prosesus styloideus os temporale , ligmanetum stylohioudeum

c. Arkus faring ketiga àos hioideum d. Arkus faring ke empat dan keenam à kartilago kartilago laring ( tiroidea , krikoidea ,

aritenoidea , kornikulata , dan kuneiformis )

33 | P a g e

Page 34: Isi Makalah

Laring

Lapisan dalam laring berasal dari endoderm , tetapi kartilago dan otot berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam

Trakea , Bronkus dan Paru

Sewaktu terpisah dari usus depan , tunas paru membentuk trakea dan dua kantung lateral ( Tunas bronkus ) , pada awal minggu ke lima , masing masing tunas ini membesar untuk membentuk Bronkus utama kiri dan kanan

Sampai Bulan ke tujuh pranatal , bronkiolus terus bercabang cabang menjadi saluran yang semakin banyak dan semakin kecil dan selama bulan ketujuh Jumlah kapiler sudah memadai untuk pertukarangas yang adekuat dan bayi premature sudah dapat bertahan hidup

Dalam 2 bulan terkahir sel sel yang melapisi sakus dikenal sebagai sel eiptehl slvaeolus type 1 dan 2 mulai melakukan fungsi nya dan sel type II mulai mengeluarkan surfaktan , Jumlah surfaktan meningkat terutama dalam 2 minggu terakhir sebelum lahir

34 | P a g e

Page 35: Isi Makalah

Daftar Pustaka

Sherwood physiology 7th Ed

Ganong Physiology

Clinical Anatomy Richard S snell

Langman Embriology

Guyton physiology

35 | P a g e