isi makalah

28
BAB I PEMBAHASAN 1. Pen ge rti an Merek Pengertian merek (brand ) me nurut  American Marketing Association, didefinisikan sebagai berikut: “Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan  produk atau jasa ang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa ang dihasilkan oleh pesaing!.   Brand adalah salah satu atribut ang sangat p enting dari sebuah produk ang penggunaana pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut. Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan ang sampai pada angka ribuan pesan dan sering berubah " ubah. Merek tidak hana kesan " kesa nn a, tet api mer ek jug a har us men emp ati sua tu pos isi khu sus dal am  pikiran untuk benar " benar menjadi sebuah merek. Merek sebena rn a mer upa kan janji penjua l untuk seca ra konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. #kti$itas brand  pada targetna itulah an g disebut bra ndi ng. %en tuk na, bisa ber upa kom uni kasi kon $ensional sepe rti ikl an. Maupun akt i$i tas ang mel ibat kan calo n pel anggan, seperti interaksi di social media dan e$ent. %eberapa branding bahkan menghadirkan kejutan agar dikenang pelanggan. &

Upload: ciay-luvv-dahersusantoko

Post on 14-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

isi makalah

TRANSCRIPT

Adapun pengertian merek (brand) menurut American Marketing Association, didefinisikan sebagai berikut:

PAGE

BAB IPEMBAHASAN1. Pengertian Merek

Pengertian merek (brand) menurut American Marketing Association, didefinisikan sebagai berikut:

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.

Brand adalah salah satu atribut yang sangat penting dari sebuah produk yang penggunaanya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut. Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan yang sampai pada angka ribuan pesan dan sering berubah ubah. Merek tidak hanya kesan kesannya, tetapi merek juga harus menempati suatu posisi khusus dalam pikiran untuk benar benar menjadi sebuah merek.Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Aktivitas brand pada targetnya itulah yang disebut branding. Bentuknya, bisa berupa komunikasi konvensional seperti iklan. Maupun aktivitas yang melibatkan calon pelanggan, seperti interaksi di social media dan event. Beberapa branding bahkan menghadirkan kejutan agar dikenang pelanggan. Permasalahanya bila merek tidak mendapat tempat khusus atau berbeda dalam benak konsumen, maka akan memberi kesempatan bagi para pesaing untuk menempati posisi dalam benak konsumen tersebut dan merek itu menjadi kurang sejati. Oleh karena itulah maka diperlukan apa yang dinamakan dengan merek sejati.2. Level pengertian merek (Kotler, 2002:460)Merek juga merupakan janji penjual untuk menyampaikan kesimpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat menyampaikan empat tingkat arti :

a. Atribut

Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu.Misalnya keawetan dan sebagainya sehingga hal ini memberikan suatu landasan pemosisian bagi atribut lain dari produk tersebut.

b. Manfaat

Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli manfaat dari produk tersebut. Oleh karena itu atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

c. Nilai

Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai nilai pembeli. Misalnya saja menilai prestasi, keamanan, dan prestise tinggi suatu produk.

d. Kepribadian

Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan menarik orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra merek.Brand harus menciptakan identitas bagi pemilik sehingga produknya semakin dikenal dan dekat dengan konsumen. Menciptakan brand bukan sekedar memiliki logo, lebih dari itu mengembangkan brand merupakan proses penciptaan dan pemeliharan hubungan yang berkelanjutan dengan konsumen.3. Tahapan brand / merka. Produk yang tidak memiliki merek (Unbranded Goods)

Semua produk memiliki merek ,namun tidak semua produk memerlukan merek.Ada produk produk generic, yang hanya diberi label saja seprti makanan burung, obat generic, dan garam beryodium.Selain produk generic, ada juga produk industry, seperti bahan baku maupun komponen.b. Merek yang dipakai sebagai referensi (Brand as Reference)Pada tahap ini sudah terjadi persaingan, meskipun tingkatannya belum begitu ketat. Persaingan ini merangsang produsen untuk membuat diferensiasi terhadap produk yang dihasilkannya. Tujuannya adalah agar produk yang dihasilkan memiliki perbedaaan dari produk perusahaan lain. Strategi diferensiasi yang diterapkan pada tahap ini adalah dengan melakukan perubahan terhadap atribut fisik produk.c. Merek sebagai kepribadian (Personality)Pada tahap ini, diferensiasi antar merek berdasarkan atribut fungsi semakin sulit dilakukan. Perusahaan melakukan tambahan nilai-nilai personality pada masing-masing merek. Pada tahap ini personality yang dimiliki oleh pelanggan dan merek semakin didekatkan, sehingga nilai yang dimiliki merek tersebut menjadi cerminan diri pelanggannya.

d. Merek sebagai simbol Pada tahap ini merek menjadi milik pelanggan. Pelanggan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai merek yang ia gunakan. Pelanggan yang menggunakan merek pada tahap ini dapat mengekspresikan dirinya atau dapat menunjukkan jati dirinya.e. Merek sebagai sebuah perusahaan Pada tahap ini merek memiliki identitas yang sangat kompleks sehingga pelanggan dapat dengan mudah menghubungi merek. Karena merek tersebut merupakan wakil perusahaan maka pihak perusahaan memiliki persepsi yang sama tentang merek yang dimilikinya.

f. Merek sebagai kebijakan moral

Pada tahap ini pelanggan memiliki komitmen yang tinggi kepada perusahaan sehingga selalu menjaga reputasi produk yang digunakannya. Layaknya karyawan, pelanggan selalu merasa memiliki merek tersebut dan meyakini bahwa merek tersebut telah mewakili kepuasan moralnya baik secara etis maupun spiritual.4. Tingkatan Dalam Membangun Brand menurut Handito Hadi Joewono (President & Chief Strategy ConsultantArrbey Group) Antara Lain: 1) Brand awareness Semakin dikenalnya suatu brand, brand tersebut juga harus diketahui secara detail dan dilakukan upaya terus menerus agar brand-nya semakin terkenal. 2) Brand knowledge Posisi ketika suatu brand sudah diketahui secara luas oleh masyarakat. 3) Brand image Hasil persepsi konsumen setelah mengetahui suatubrand. 4) Brand preferenceTahap dimana produk mulai disukai oleh masyarakat sehingga menjadi preferensi dalam setiap keputusan masyarakat. 5) Brand admire Tingkatan tertinggi dimana konsumen memiliki loyalitas terhadap5. Manfaat Merek/Brand menurut (Simamora, 2001:62)1) Bagi pembeli :a. Mengenalkan sesuatu kepada pembeli tentang mutu b. Membantu pembeli terhadap produk baru yang bermanfaat (menarik perhatian)2) Bagi penjual :a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.c. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.3) Bagi masyarakat:a. Pemberian merek mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.b. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya.c. Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru guna mencegah peniruan oleh pesaing.Adapun menurut Philip Kotler (1996:281), ada beberapa manfaat dari pemberian merek, antara lain:a. Merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan dan menekan permasalahan.

b. Merek dan tanda dagang secara hukum melindungi penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk.c. Merek memberi penjual peluang kesetiaan konsumen pada produk. Telah terbukti bahwa kesetiaan pada merek tertentu berhasil melindungi penjual dari persaingan serta pengendalian yang lebih ketat dalam merencanakan strategi pemasaran.

d. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen tertentu.

e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. Dengan membawa nama perusahaan, merek-merek ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. f. Merek sebagai cara untuk memudahkan penanganan produk, meminta produksi agar bertahan pada standar mutu tertentu dan juga meningkatkan pilihan para pembeli. Di pihak konsumen, mereka menginginkan dicantumkannya merek untuk mempermudah mengenali perbedaan mutu serta agar dapat berbelanja dengan lebih efisien.6. Proses Pembuatan Brand

Branding atau sering disebut brand building banyak dikaitkan dengan upaya sebuah perusahaan untuk membangun image atau citra. Citra yang dimaksud tentu harus memiliki nilai benefit dalam memberikan persepsi tertentu yang umumnya bersifat positif. Kekuatan branding yang luar biasa dipandang sangat berpengaruh terhadap suksesnya bisnis sebuah perusahaan.

Branding dibedakan menjadi corporate branding dan personal branding.

a. Corporate branding

Korporat merek terjadi bila yang dikenal pelanggan ialah korporat atau Rumah Saklit, bukan individu di dalam rumah sakit. Untuk menciptakan korporat merek, kita dapat menciptakan aura disekitar merek, buatlah merek memancarkan karismanya. Karisma membutuhkan kesabaran dan konsisten. Anda harus yakin bahwa corporate branding dipahami dan dihayati secara internal. Berikan souvenir dan sediakan media promosi yang menarik dengan logo merek tertempel padanya.

b. Personal Branding

Personal brand adalah sesuatu yang konkret dan orang akan sangat mudah mengidentifikasinya. Orang akan melakukan analisis karakteristik anda dan akan segera memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan anda atau tidak. Anda pasti memiliki atribut personal yang melekat pada diri anda dan pasti pula ada satu yang paling dominan.

Branding ada sebelum penjualan (selling) dan pemasaran (marketing). Tanpa merek yang kuat, pemasaran tidaklah efektif dan penjualan akan menjadi usaha yang sia-sia.

Sistematika langkah pengembangan ekuitas merek secara berurutan adalah:

1) Pemahaman di tingkat persepsi merek (kesadaran dan pengetahuan tentang merek)

2) Asosiasi merek dengan sikap

3) Asosiasi dengan pembelian

4) Dampak merek dengan pembelian

5) Hitung ekuitas merek7. Cara Membangun Merek

a. Memiliki positioning yang kuat

Merek dapat dipositioningkan dengan cara, misalnya: Garuda Biga (Biji Tiga), kacang garuda rasa bawang serta garuda kacang kulit.b. Perluasan merek (brand extension)

Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Strategi perluasan merek memberikan sebuah keuntungan, karena pada umumnya merek tersebut lebih cepat dihargai (karena sudah dikenal sebelumnya), sehingga kehadirannya dapat cepat diterima oleh konsumen. Hal ini memudahkan perusahaan untuk memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan merek dapat menghemat banyak biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk membiasakan konsumen dengan suatu merek baru.

c. Multi brandMulti brand dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan beberapa merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Ada berbagai alasan untuk melakukan hal ini. Tujuannya adalah mencoba untuk membuat kesan, kenampakan (feature) serta daya tarik lain kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan. Strategi multi brand juga memungkinkan perusahaan merebut lebih banyak ruang rak distributor dan melindungi merek utamanya dengan menciptakan merek sampingan (flanker brand). Multi brand dapat pula terjadi akibat warisan beberapa merek dari perusahaan lain yang telah diakuisisi oleh perusahaan tersebut.d. Merek baru

Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau apabila citra merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut. Kondisi ini menyebabkan perusahaan lebih baik menciptakan merek yang sama sekali baru daripada menggunakan merek lama. Namun demikian perusahaan harus berhati-hati, karena peluncuran merek baru biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, terlebih lagi untuk sampai tahap brand loyality yang tinggi.e. Merek bersama (co-brand)

Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah meningkatkan strategi co-branding. Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih digabung dalam satu penawaran. Tujuan co-branding adalah agar merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat para konsumen. Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau konsumen baru dengan mengaitkannya dengan merek lain. Strategi apapun yang dilakukan oleh perusahaan untuk menguatkan merek yang dimilikinya sangat tergantung pada positioningnya di pasar. Untuk itu positioning merek tersebut harus dievaluasi secara terus-menerus ditengah persaingan yang semakin ketat, sehingga perusahaan dapat melakukan repositioning. Repositioning dapat terjadi karena setiap saat selera konsumen selalu berubah seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan.8. Atribut BrandBrand dikategorikan menjadi atribut sebuah brand name, brand mark, brand equity, dan master brand. Sementara itu, kekuatan sebuah brand terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku pembelian.a. Brand name dan brand markNama merek adalah bagian sebuah brand yang dapat diucapkan, baik berupa huruf, kata, maupun nomor. Ada elemen yang membangun brand, tetapi tidak bisa diucapkan yaitu disebut brand mark. Keberhasilan sebuah brand adalah apabila brand sudah menimbulkan citra (image) yang ada di benak konsumen atau sudah memiliki penempatan.

Tabel 2.1 Terminologi dalam merek (brand)

Brand NameThe part of a brand that can be spoken, including letters, words, and numbers.

Brand MarkThe elements of a brand that cannot be spoken

Brand EquityThe value of company and brand names. Tehe value inherent in a well-known brand name sebagai makna total

Master BrandA brand so dominant that it comes to mind immediately when a product category, use, attribute, or benefit is mentioned.

b. Brand equityMentransformasikan brand equity sehingga memiliki merek yang kuat secara aktual dan kompetitif merupakan tujuan pengembangan merek.

1) Pengertian Brand EquityMenurut David A. Aaker (1996:8), Brand equity is a set of asset (and liabilities) linked to a brands names and symbol that adds to (or subtracts from) the value provided by the product or a service to a firms customers. The major asset categories are: Brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalt'y (Sekumpulan asset yang terkait dengan nama merek dan simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut. Aset yang terdapat dalam merek tersebut meliputi: Brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty).Brand equity berkaitan dengan perspektif konsumen (Lassar, Mittal, Shama, 1995). Teori ini lebih banyak berhubungan dengan masalah psikologis dan perilaku konsumen.

2) Unsur-Unsur Brand EquityBrand equity diukur dengan brand awareness, perceived quality, brand association, brand loyalty yang merupakan unsur-unsur dari brand equity.

a) Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Kesadaran merek adalah kemampuan seorang pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti dibawah ini:

1)) Unware brand (tidak menyadari merek)

Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.2)) Brand recognition (pengenalan merek)

Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.3)) Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan.4)) Top of mind (puncak pikiran)

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.

Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha memperoleh identitas merek dan berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu.b) Perceived Quality (Kesan Kualitas)

Pengertian kesan kualitas (perceived quality) menurut David A. Aaker (1996:24), adalah presepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.Kesan kualitas dapat memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Terdapat lima keuntungan kesan kualitas, antara lain:

1)) Alasan membeli. Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.

2)) Diferensiasi. Artinya, suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi kesan kualitas.

3)) Harga optimum. Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di dalam menetapkan harga optimum (premium price).

4)) Meningkatkan minat para distributor. Hal ini sangat membantu perluasan distribusi.

5)) Perluasan merek. Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk ke dalam kategori produk baru.c) Brand Association (Asosiasi Merek)

Pengertian Brand Association (Asosiasi Merek) menurut David A. Aaker (1996:160), adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.

Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsisten terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek yang lain.

Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:

1)) Dapat membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan.

2)) Perbedaan. Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan satu merek dari merek yang lain.

3)) Alasan untuk membeli. Pada umumnya, asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.

4)) Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

5)) Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru.

Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu, yang disebut dengan loyalitas merek (brand loyalty).d) Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Pengertian brand loyalty (loyalitas merek) menurut Freddy Rangkuty (2004:60), adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap merek.Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.

Loyalitas memiliki tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Berdasarkan piramida loyalitas di atas, dapat dijelaskan bahwa:

Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).

Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia gunakan atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorang suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbaan apabila melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.

Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut. Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.

Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya (commited buyers).Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam gambar berikut:

Terdapat empat keuntungan loyalitas merek, yaitu:

Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan pelanggan baru.

Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak pengecer untuk memajang di rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para pelanggan akan mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar belanjanya.

Dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal minimal dapat mengurangi resiko.

Loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu perusahaan untuk cepat merespon gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut setia akan memberi waktu pada perusahaan tersebut agar memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.9. Strategi Merek Ada lima pilihan dalam penentuan strategi merek, yaitu dapat berupa:a. Merek Baru (New Brand)

Dilakukan ketika perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau apabila citra merek tersebut tidak membantu untuk produk tersebut.b. Perluasan Lini (Line Extention)

Perluasan lini terjadi ketika perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan tampilan baru.c. Perluasan Merek (Brand Extention)Perluasan merek terjadi ketika perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam kategori baru. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan, karena merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai (karena sudah dikenal sebelumnya), sehingga kehadirannya dapat cepat diterima oleh konsumen.d. Multi Merek (Multi Brand Strategy)Terjadi ketika perusahaan memperkenalkan berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Tujuannya adalah untuk mencoba membentuk kesan, kenampakan (feature) serta daya tarik lain kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan. Dapat juga terjadi akibat warisan beberapa merek dari perusahaan lain yang telah diakuisisi oleh perusahaan.e. Merek Bersama (Co-brand)Co-branding terjadi apabila dua merek atau lebih digabung dalam satu penawaran. Tujuan co-branding adalah agar merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain, sehingga dapat menarik minat para konsumen. Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau konsumen baru dengan mengaitkannya dengan merek lain.Kapan masing-masing strategi tersebut dapat diterapkan, dapat dilihat pada diagram brand strategy (Kotler, 1997:443) di bawah ini:

a. Merek Baru (New Brand)

Sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah nama merek baru ketika memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan karena tidak ada nama merek yang sesuai.

b. Multi Merek (Multi Brand)

Perusahaan ingin mengelola berbagai nama merek dalam kategori yang ada untuk mengemukakan fungsi dan manfaat yang berbeda.

c. Perluasan Merek (Brand Extension)

Usaha apapun yang digunakan untuk menggunakan sebuah nama merek yang sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang dimodifikasi dalam kategori baru.d. Perluasan Lini (Line Extension)

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara perusahaan memperkenalkan berbagai macam feature atau tambahan variasi produk, dalam sebuah kategori produk yang ada di bawah nama merek yang sama.10. Strategi Perluasan Merek

Diantara strategi merek di atas yang menjadi objek penelitian adalah perluasan merek (brand extention) pada 347/eat Clothing Company Bandung.

Menurut Buell (1985:172), perluasan merek terjadi apabila:

a. Merek individual dikembangkan untuk menciptakan suatu merek kelompok.

b. Produk yang memiliki hubungan ditambahkan pada suatu merek kelompok yang ada.

c. Suatu merek individu atau kelompok dikembangkan ke produk-produk yang tidak memiliki hubungan.Menurut Aaker (1997:340), strategi perluasan merek membutuhkan tiga tahap, yaitu:

a. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek.

b. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi-asosiasi tersebut.c. Memiliki calon yang terbaik dari daftar produk tersebut untuk dilakukan uji konsep dan pengembangan produk baru.

Perluasan merek akan berhasil apabila:

a. Asosiasi-asosiasi merek yang kuat memberikan poin pembeda dan keuntungan untuk perluasan.

b. Perluasan tersebut membantu merek inti dengan cara menguatkan asosiasi-asosiasi kunci, menghindari asosiasi-asosiasi negatif, dan menimbulkan pengenalan merek (asosiasi negatif akan muncul apabila merek hanya mengandalkan kesan kualitas, sehingga rentan terhadap persaingan).

Secara umum strategi perluasan merek dapat dibedakan berdasarkan:

a. Perluasan Lini (Line Extention)Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk.

b. Perluasan Kategori (Category Extention)Artinya perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori yang sama sekali berbeda dari yang dilayani oleh merek induk sekarang.Menurut David A. Aaker (1997:327), Strategi perluasan merek dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi produsen (transferbilitas keahlian) dan sisi konsumen (komplementaritas dan subtitusi).

a. Komplementaritas adalah seberapa besar konsumen memandang dua kelas produk sebagai pelengkap. Produk akan dianggap sebagai pelengkap jika keduanya dikonsumsi bersama untuk memuaskan kebutuhan tertentu.

b. Subitusi adalah tingkat dimana konsumen memandang dua kelas produk sebagai pengganti. Produk dan subtitusi cenderung memiliki penerapan biasa dan suatu produk dapat digantikan oleh produk lain yang memuasakan kebutuhan yang sama.

c. Transferbilitas (pemindahan) menggambarkan kemampuan operasi perusahaan dalam kelas produk pertama untuk membuat produk dalam kelas produk kedua.11. Contoh Aplikatif

Bila merek tersebut mampu bertahan hingga lama bukan hanya dari rentang waktunya saja akan tetapi juga produktivitasnya, artinya memiliki survival business yang bagus sehingga bertahan dan dapat dikonsumsi oleh lintas generasi.

Cocacola pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli farmasi bernama John Styth Pemberton pada 8 Mei 1886 yang mencampur sirup caramel kemudian dikenal sebagai coca- cola.Frank M.Robinson sahabat John menyarankan nama coca cola agar lebih menonjol untuk periklanan kemudian menciptakan nama dengan huruf huruf miring, mengalir, spencer dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.kurang lebih 128 tahun coca cola menjadi brand paling lama dan mendunia.BAB IIPENUTUPPemasaran pada dasarnya membangun merek di benak konsumen. Jika mampu membangun merek yang kuat, anda akan memiliki program pemasaran yang tangguh pula. Jadi, pemasaran adalah branding (membangun merek). Saat ini hampir semua produk dan layanan cenderung dibeli (branding), bukan lagi dijual (selling). Terminologi umum sebuah merek adalah sesuatu tanpa nama merek, produk biaya rendah yang secara mudah diidentifikasi oleh kategori produknya. Merek adalah isu utama dalam strategi produk/jasa.

Merek (brand) menurut American Marketing Association, didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.Adapun pengertian merek (brand) menurut Philip Kotler (1997:13), A brand is a name, term, sign, symbol or design or combination of them, intended to identify the goods or service of one seller of group of sellers and differentiate them from those of competitors.Jadi, brand bukanlah sekedar sebuah kata di benak konsumen, tetapi memiliki makna khusus. Brand dapat berupa sebuah kata benda (proper noun) yang bisa menunjukkan orang, tempat, maupun logo. Oleh karena itu, brand harus ditulis dengan huruf kapital. Kekuatan sebuah brand terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku pembelian. Namun, nama brand yang tertera dikemasan produk berbentuk logotidaklah sama dengan apa yang dipersepsikan di benak konsumen. The brand does not describe the product, it distinguishes it (Schiffman dan Kanuk, 2004).Gambar 2.6.

Diagram Brand Strategy

(a) New Brand

(c) Brand Extention

New Brand

Exiting Brand

Exiting Product

New Product Category

(b) Multi Brand

(d) Line Extention

Waktu merespon

Mengikat customer baru:

a. Menciptakan kesadaran merek

b. Meyakinkan kembali

Peningkatan perdagangan

Freddy Rangkuty (2004: 60)

Gambar 2.5. Diagram Nilai Loyalitas Merek

Loyalitas Merek

Pengurangan biaya pemasaran

Membantu proses/ penyusunan informasi

Freddy Rangkuty (2004: 60)

Gambar 2.1 Diagram Nilai Asosiasi Merek

Asosiasi Merek

Basis perluasan

Menciptakan sikap/ perasaan positif

Alasan untuk membeli

Diperensiasi/ posisi

Gambar 2.4. Diagram Piramida Loyalitas

Berpindah-pindah, peka terhadap perubahan harga, tidak ada loyalitas merek

Pembeli yang puas/ bersifat kebiasaan, tidak ada masalah untuk beralih

Pembeli yang puas dengan biaya peralihan

Menyukai merek

Commited

Membantu proses/ penyusunan informasi

Freddy Rangkuty (2004: 60)

Gambar 2.3. Diagram Nilai Asosiasi Merek

Asosiasi Merek

Basis perluasan

Menciptakan sikap/ perasaan positif

Alasan untuk membeli

Diperensiasi/ posisi

Freddy Rangkuty (2004: 60)

Gambar 2.2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas

Kesan Kualitas

Perluasan brand

Minat saluran distribusi

Harga optimum

Diperensiasi/ posisi

Corporate Branding

Alasan untuk membeli

Personal Branding

Gambar 2.1.

Diagram Piramida Brand Awareness

Unware Brand

Brand Recognition

Brand Recall

Top

of Mind

Postioning

Branding

Branding

Freddy Rangkuty (2004: 60)

Gambar 2.2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas

Kesan Kualitas

Perluasan brand

Minat saluran distribusi

Harga optimum

Diperensiasi/ posisi

Alasan untuk membeli

1PAGE 28