isi makalah
TRANSCRIPT
![Page 1: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan
vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum
dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad
yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari
tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk
menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan
dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut..
Untuk dapat menganalisis suatu vegetasi, perlu dilakukan metode-metode. Metode-
metode tersebut adalah metode analisis vegetasi destruktif dan metode analisis non destruktif.
Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail
melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh
banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921,
1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan
komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman
yang telah lalu.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif (Gopal dan
Bhardwaj, 1979) dalam Indriyanto (2006). Dengan demikian, dalam deskripsi struktur
komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara
kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis
komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua
spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja
yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi
floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh.
1
![Page 2: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/2.jpg)
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Metode analisis vegetasi
2. Langkah kerja analisis vegetasi
3. Parameter dalam analisis vegetasi
C. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah
1. Untuk dapat mengetahui apa pengertian dari analisis vegetasi
2. Untuk dapat mengetahui metode-metode yang digunakan untuk menganalisa vegetasi
3. Untuk dapat mengetahui langkah kerja analisis vegetasi
4. Untuk dapat mengetahui parameter dalam analisis vegetasi
2
![Page 3: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada
suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).
B. Metode Analisis Vegetasi
1. Metode Destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organic yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang digunakan bisa berupa
produktivitas primer, maupun biomassa (jumlah total benda hidup dalam populasi tertentu
organisme).
Metode ini dilakukan untuk memahami materi organik yang dapat dihasilkan oleh
suatu komunitas. Variabel yang dipakai adalah produktivitas primer. Dilakukan untul
vegetasi sederhana, luas cuplikan antara 1 meter sampai 5 meter persegi. Penimbangan
dilakukan pada berat segar atau kering,. Membantu dalam menentukan kualitas suatu padang
rumput terbuka.
2. Metode Non-Destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organisme hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga
dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada
penelaahan organism tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
3
![Page 4: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/4.jpg)
a. Metode non destruktif non floristik
Metode telah banyak dikembangkan oleh berbagai pakar ilmu vegetasi, seperti Du
Rietz (1931), Raunkier (1934) dan Dansereau(1951). Yang kemudian diekspresikan juga
dengan cara lain oleh Eiten(1968) dan UNESCO(1973). Untuk memahami metode non
floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran dari beberapa pakar tadi. Pada
prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi
pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali di abaikan, mereka membuat
klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
b. Metode non destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai
bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk
masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan
secara taksonomi adalah mutlak diperlukan.
3. Metode kuadrat
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat
persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang
ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar
spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif)
yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total
basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada
tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
4
![Page 5: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/5.jpg)
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-
utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-
tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan
planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat
yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-
batasnya diikuti dengan jarumnya.
4. Metode Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis.
Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang
akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar(Rohman,2001).
5. Metode Interpersetasi titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya
satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
5
![Page 6: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/6.jpg)
C. Langkah Kerja Analisis Vegetasi
Terbagi atas 2 yaitu:
Analisis Karakter, Analisis karakter terdiri atas: Analisis kuantitatif, memberikan data
komunitas yang berkenaan dengan jumlah dan ukuran komunitas. Pada analisis kuantitatif
ada 3 parameter penting yang diukir dari satu komunitas:
Sintesis Karakter, Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas.
Namun diantara parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna
untuk perumpunan.
D. Parameter dalam analisis vegetasi
1. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi
a. Kerapatan (Density)
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak
contoh. Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum
1975) yang umumya dinyatakan sebagai jumlah individu atau biosmasa populasi persatuan
areal atau volume, misal 200 pohon per Ha
b. Dominasi (Tutupan)
Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati oleh bagian tumbuhan di atas tanah
seperti yang tampak dari atas. Tutupan ditasir dari sejumlah contoh dan diberi batasan
sebagai perbandingan bagian (biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati
spesies yang ada.
Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian tumbuhan, persentase seluruh tutupan
sering lebih dari 100% untuk menghindari kesalahan ini ada kalanya dipakai tutupan nisbi
yaitu besarnya tutupan suatu spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas semua spesies
dan tanah gundul dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka keseluruhannya
tidak akan melebihi 100%.
Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau
biomassa atau volume.
1) Kelindungan adalah : proyeksi vertical dari tajuk (canopy) suatu jenis pada area
yang diambil samplingnya,dinyatakan dalam persen luas secara penaksiran.
Dapat dinyatakan berdasar penaksiran dengan kelas.
6
![Page 7: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/7.jpg)
2) Luas basal. Satuan ini iasa di gunakan untuk jenis jenis yang berkelompok atau
membentuk rumpun dengan batas yang jelas.
3) Biomassa. Tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering
kemudian di timbang berat keringnya. Dengan mengukur tinggi masing masing
jenis kita dapat mengetahui pula hubungan tinggi dan beratnya. Cara ini baik
unuk memperbandingkan stadia pertumbuhan gulma.
4) Volume. Dihitung dengan rata rata luas basal x rata rata tinggi x jumlah suatu
jenis
c. Frekuensi (kekerapan)
Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu suatu spesies di
dalam suatu daerah. Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies
dalam daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah
yang dikaji.
Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh atau
luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies tertentu. Misalnya suatu spesies
ditemukan dlam 15 dari 30 contoh. Maka kekerapannya adalah 50 %. (Ewusie, 1990: 73)
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekuensi dalm lima kelas
berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
• Kelas A dalam Frekuensi 01 –20 %
• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
• Kelas C dalm frekuensi 41-60%
• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
• Kelas E dalam frekuensi 81-100%
d. Indek Nilai Penting (importance value Indeks)
Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas.
2. Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
1. Fisiognomi
Fisiognomi dalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat di
deskripsikan berdasarkan penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi
tumbuhan, dan warna dari tumbuhan yang tampak dari mata.
2. Fenologi
Fenologi adalah perwujudan pross pada setiap fase dalam siklus hidupnya.
7
![Page 8: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/8.jpg)
3. Periodisitas
Periodisitas adalah kejadian musiman dan berbagai proses dalam kehidupan
tumbuhan.
4. Stratifikasi
Distribusi tumbuhan dalam ruangan vertical. Semua spesies tetumbuhan dalam
komunitas tidak sama ukuran nya,serta secara vertical tidak menempati ruangan yang sama.
5. Kelimpahan
Parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relative spesies organisme dalam
komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungan dengan densitas berdasarkan
penaksiran kualitatif. Menurut penaksiran kualitatif kelimpahan dikelompokkan menjadi
5,yaitu :
a. Sangat jarang
b. Kadang-kadang/jarang
c. Sering /tidak banyak
d. Banyak /berlimpah-limpah
e. Sangat banyak/sangat berlimpah
6. penyebaran
Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies
organism pada ruang secara horizontal. Penyebaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3
anatara lain: Random, seragam dan berkelompok.
7. Daya hidup
Daya hidup atau vitalitas, tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh
normal, serta kemampuan untuk bereproduksi.
8. Bentuk pertumbuhan
Bentuk pertumbuhan, penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat atau
menurut karakteristik lainya. (Indriyanto.2006:139-142)
8
![Page 9: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
2) Metode dalam analisis vegetasi, yaitu :
a. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
b. Metode non Destruktif (Pengukuran yang bersifat tidak merusak);
Metode non-destruktif, non-floristika
Metode non destruktif floristika
c. Metode kuadrat
d. Metode garis
e. Metode Interpersetasi titik
3) Langkah kerja dalam analisis vegetasi
a. Analisis Karakter
b. Sintesis Karakter
4)Parameter dalam analisis vegetasi
a. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi
b. Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
B. SARAN
Apabila ingin melakukan melakukan suatu analisis terhadap suatu daerah, misalnya
hutan mangrove hendaknya kita melakukan analisis vegetasi terhadap suatu daerah tersebut
dengan menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu: menentukan kurva luas minimum,
di misalkan pembuatan kurva diatas selembar kertas peta, maka pada saat menerapkan pada
obyek langsung maka bias diperbesar dua kali. Metode yang kedua yaitu titik dan garis,
apabila analisis yang akan digunakan bertujuan untuk menganalisis suatu vegetasi yang
hanya terdapat satu jenis, maka metode inilah yang tepat digunakan, selain itu penggunaan
metode ini biasa tepat sasaran.
9
![Page 10: Isi Makalah](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/55721457497959fc0b944f56/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Eusie, J. Waney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung : ITB press
Gray-Smith,P . 1983.Quantilative Palnt Biology. Oxford : Blackwell Scientific
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Kuchler,A.W. 1097. Vegetation Mapping. New York: Ronald Press Co
Nanang. --- . http://nanang11045.student.umm.ac.id/analisis-vegetasi/
10