isi makalah
TRANSCRIPT
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 1/14
1. Tema Blok
Sistem Imunitas Tubuh
2. Fasilitator/ Tutor
dr. Rasidik Siregar, SpB, SpBA.
3. Data Pelaksanaan
a. Tanggal Tutorial: 30 Oktober 2008 dan 2 November 2008
b. Pemicu ke-2
c. Waktu: Pukul 10.00 s/d 12.30 WIB dan 13.00 s/d 15.30
d. Ruangan: Ruang diskusi Fisika ke-4
4. Pemicu
Budi, seorang anak laki-laki usia 10 tahun, dibawa ibunya berobat ke puskesmas
karena kelihatan lesu, nafsu makan kurang, perut buncit, disertai dengan sedikit
diare, demam tidak terlalu tinggi. Anak tersebut sering bermain tanpa alas kaki,dan kukunya terlihat kotor.
Apa yang terjadi pada Budi?
5. More Info
Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, ditemukan eosinofil meningkat.
Hasil pemeriksaan mikroskopis dari feses segar secara langsung, ditemukan telur
Ascaris lumbricoides dan Ancylostomatidae.
Bagaimana respon imun yang terjadi pada Budi?
6. Tujuan Pembelajaran
a. Memahami patogenesis dan patologi Ascaris lumbricoides dan
Ancylostomatidae.
1
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 2/14
b. Memahami jenis-jenis respon imun.
c. Memahami mekanisme sistem imun.
7. Pertanyaan yang muncul pada curah pendapat
a. Patogenesis Ascaris lumbricoides
b. Patogenesis Ancylostoma duodenale
c. Jenis- jenis sistem imun
d. Respon sistem imun spesifik
e. Organ yang terlibat dalam sistem imun dan komplemennya
f. Mekanisme sistem imun
g. Respon imun terhadap infeksi cacing.
8. Jawaban atas pertanyaan
a. Patogenesis Ascaris lumbricoides .
Cacing jantan berukuran 10- 30 cm, sedangkan cacing betina berukuran 22- 35 cm.
Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 100.000- 200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak
dibuahi.
Telur yang dibuahi, besarnya ± 60 x 45 µm dan yang tidak dibuahi 90 x 40 µm. Dalam
lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bentuk infektif
dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, akan menetas di usus halus. Larvanya
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan
ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru- paru. Larva di paru akan
menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus,
kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea, larva ini menuju
menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan ini dan larva akan tertelan ke
dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus, larva berubah menjadi cacing
2
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 3/14
dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu ± 2 bulan.
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh infeksi cacing dewasa dan
larva.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang yang
rentan terjadi pendarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru
yang disertai dengan batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat
yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler.
Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang- kadang penderita
mengalami gejala gangguan usus ringan, seperti: mual, nafsu makan berkurang, diare
atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat
keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing- cacing ini menggumpal dalam
usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).
Pada keadaan tertentu, cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau
ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga terkadang perlu tindakan
operatif.
b. Patogenesis Ancylostoma duodenale .
Telur cacing tambang keluar bersama tinja, 2- 3 hari kemudian menetas dan keluar
larva rhabditiform, selama 2 hari, larva rhabditiform akan tumbuh menjadi larva
filariform (infektif) yang tahan terhadap perubahan iklim dan dapat hidup selama 7-8
minggu di tanah yang lembab.
Larva filariform menembus kulit, masuk ke pembuluh darah kapiler dan mengikuti
aliran darah menuju ke jantung kanan, kemudian ke paru- paru, lalu ke pharynx,
kemudian ke duodenum dan tumbuh menjadi dewasa.
Ketika larva filariform menembus kulit, akan terjadi perubahan kulit yang disebut
dengan ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
Pada infeksi cacing dewasa, akan meninbulkan anemia. Hal ini disebabkan karena di
dalam usus, cacing dewasa akan menghisap darah sebanyak 0,08- 0,34 cc per ekor
setiap harinya.
3
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 4/14
c. Jenis- Jenis Sistem Imun.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem pertahananan pada organisme yang melindungitubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor.
Imunitas ada dua jenis, yaitu:
a. Imunitas bawaan (innate/ non-specific immunity)
b. Imunitas adaptif (acquired/ specific immunity)
Tabel komponen imunitas:
Sistem Imun Bawaan Sistem Imun Adaptif
1. Respon tidak spesifik. 1. Respon spesifik patogen dan antigen.
2. Eksposur menyebabkan respon
maksimal segera.
2. Perlambatan waktu antara eksposur dan
respon maksimal.
3. Komponen imunitas selular dan
respon imun humoral.
3. Komponen imunitas selular dan respon
imun humoral.
4. Tidak ada memori imunologikal. 4. Eksposur menyebabkan adanya memori
imunologikal.
Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk memusnahkan baik melekul sendiri dan non- sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri
adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh
sistem imun. Molekul non- sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing.
1. Imunitas Bawaan.
Imunitas bawaan adalah imunitas pertama yang akan menghadapi berbagai antigen
yang masuk ke dalam tubuh. Sebelumnya, antigen tersebut belum pernah masuk kedalam tubuh.
4
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 5/14
Imunitas ini bersifat non-spesifik dan mencakup berbagai sawar terhadap agen- agen
infeksi. Imunitas bawaan dapat bervariasi sesuai dengan usia dan aktivitas hormonal
atau metabolik.
Perisai selular dalam sistem imun bawaan adalah leukosit.
Leukosit bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan lengan kedua
sistem imun bawaan. Leukosit bawaan termasuk: fagosit, eosinofil, basofil, dan
neutrofil.
a. Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan oleh sel fagosit.
Fagosit biasanya berpatroli mencari patogen tetapi dapat juga dipanggil oleh
sitokin. Fagositosis akan lebih efisien dengan adanya antibodi (opsonin) yang
melapisi permukaan bakteri dan mempermudah pencernaannya oleh fagosit.
Opsonin dapat terjadi melalui tiga mekanisme:
− Antibodi sendiri dapat berperan sebagai opsonin.
− Antibodi dan antigen dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
klasik untuk menghasilkan opsonin.
− Opsonin dapat dihasilkan melalui sistem yang labil terhadap panas.
b. Neutrofil adalah spesialis fagositik yang sangat mudah bergerak dan
memakan serta menghancurkan bahan- bahan yang tidak diperlukan.
Neutrofil dapat ditemukan di sistem kardiovaskuler.
Neutrofil normalnya sebanyak 50% - 60% jumlah leukosit.
c. Eosinofil mengeluarkan zat- zat kimiawi yang menghancurkan cacing
parasit dan berperan dalam manifestasi alergi.
d. Basofil mengeluarkan histamin dan heparin, dan juga terlibat dalam
manifestasi reaksi alergi.
2. Imunitas Adaptif.
Imunitas adaptif didapat setelah seseorang terkena infeksi dari suatu antigen.
Imunitas ini bersifat spesifik dan diperantarai oleh antibodi maupun sel limfoid.
Imunitas ini dapat bersifat aktif maupun pasif.
5
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 6/14
a. Imunitas Pasif.
Imunitas pasif dibawa oleh antibodi atau limfosit yang sudah terbentuk dalam host yang
lain. Pemberian antibodi secara pasif untuk melawan virus tertentu, bermanfaat selama
periode inkubasi untuk membatasi multiplikasi virus.
Manfaat utama imunisasi pasif dengan antibodi semacam ini adalah tersedianya
sejumlah besar antibodi dalam waktu cepat.Kerugiannya adalah masa hidup antibodi yang singkat dan kemungkinan terjadi reaksi
hipersensitivitas jika diberikan antibodi (imunoglobulin) dari spesies yang lain.
b. Imunitas Aktif.
Imunitas aktif dihasilkan setelah kontak dengan antigen asing. Kontak tersebut dapat
berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi dengan agen infeksius hidup atau
dimatikan atau antigen- antigennya pajanan terhadap produk mikroba (misalnya toksin
dan toksoid), atau transplantasi sel- sel asing.
Keuntungan imunitas aktif adalah pertahanan tubuh jangka panjang (berdasarkanmemori kontak dengan antigen sebelumnya serta kemampuan berespons lebih cepat dan
hebat setelah kontak dengan antigen yang sama).
Kerugiannya adalah awitan resistensi yang lambat dan kontak harus lama atau berulang-
ulang dengan antigen tersebut.
Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan
sel T adalah tipe utama limfosit.
− Sel B atau limfosit B akan berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan
antibodi yang secara tidak langsung menyebabkan dekstruksi benda asing.Sel B adalah limfosit yang berkembang dalam sumsum tulang mamalia.
− Sel T atau limfosit T berperan dalam imunitas yang diperantarai oleh sel
(imunitas selular) dengan melibatkan dekstruksi langsung sel- sel yang terinfeksi virus
dan sel- sel mutan melalui cara nonfagositik.
Sel T adalah limfosit yang memerlukan material dalam thymus dan membentuk
beberapa subkelas dengan fungsi spesifik sel- sel tersebut merupakan sumber imunisasi
selular.
d. Respon Sistem Imun Spesifik.
Sistem imun spesifik terdiri dari:
1. Respon imun humoral
2. Respon imun seluler
3. Interaksi antara respon imun humoral dan selular.
6
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 7/14
1. Respon Imun Humoral.
− Fungsinya: melawan mikroorganisme dan antigen ekstraseluler.
− Dikerjakan oleh sel B
− Sel B berada di limfa dan kelenjar limfa selama menunggu aktivitas antigen.
− Sel B mengambil nama dimana sel kekebalan di dalam burung mengalami
proses pematangan, yakni bursa.
Berikut adalah skema dari sel B.
7
Sel
Stem
Sel
belummatang
Sumsum
tulang
Surrogate
complex
Sel
B
Sel
B
Sel B
abnormal
LisisLimpaKelenjar
Limpa
Sel
B
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 8/14
Kloning
2. Respon Imun Selular.
− Fungsinya: melawan mikroorganisme dan antigen intraseluler.
− Dilaksanakan oleh sel T
− Sel T mengambil nama Thymus, tempat pematangan.
− Sel T terdiri dari:
i. Sel T- helper (Th)
ii. Sel T- sitotoksik (Tc)
iii. Sel T-radang
8
Antigen
Sel
plasm
a
Sel B
memori
I g M
Fagosit
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 9/14
iv. Sel T-memory
Berikut adalah skema dari sel T
3. Interaksi Antara Respon Imun Humoral dengan Selular.
Skema Modus sekresi antibodi:
9
Sel
Stem
Selbelum
matang
Thymus
Tc Th & T
radan
g
Sel
abnormal
LisisMHC
kelas IIMHC
kelas I
Kelenjar
getah bening
Limpa
Sel ThSel T
memor
i T
cSel
B
T radang
Antigen
Antibodi
Fagosit
Musuh
Sel
terinfe
ksi
Sel
terinfe
ksi
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 10/14
e. Organ yang Terlibat Dalam Sistem Imun dan Komplemennya.
Organ yang terlibat dalam:
1.Respon non- spesifik.
Eksternal defence →sebagai barrier mekanisme pertahanan utama.
Contohnya: kulit, mukosa permukaan tubuh, lisozim pada air mata,
saliva, HCl pada lambung, mikroorganisme (flora normal) pada usus dan
vagina.
Enternal defence → Humoral factor (komplemen, interferon, antibodi
alamiah, sitokin) dan Cellular factor (neutrofil, basofil, eosinofil,
monocyte/ makrofag, Natural Killer cell ).
2.Respon spesifik
Limfa
Kelenjar Limfa
Komplemen, adalah protein plasma yang menjadi mediator utama reaksi antigen-
antibodi dan terdiri lebih dari 25 protein yang berbeda dan dihasilkan oleh jaringan
(seperti: sel hati, makrofag, sel epitel usus) yang berbeda.
10
Sel B
nonaktif Sel B
aktif
Sel
Sel
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 11/14
f. Mekanisme Sistem Imun.
Mekanisme alami dan adaptif bekerja secara bersamaan. Keduanya membentuk
sistem imun dalam tubuh. Komponen yang pertama sekali menghadapi mikroorganisme(yang berhasil melakukan penetrasi melintasi barrier sel epitel) adalah sel dan molekul
sistem imun alami. Reaksinya meliputi fagositosis oleh makrofag, pemicuan
komplemen, proses mematikan sel terinfeksi oleh Nkcell ( Natural killer ). Pengenalan
dilakukan oleh reseptor yang berjumlah banyak dan respons terjadi segera setelah
mikroorganisme masuk. Sebagaian mikroorganisme yang melakukan penetrasi dikenal
dan dimatikan dalam kurun waktu beberapa jam. Imunitas alami, merupakan
mekanisme yang sudah ada dan siap bekerja setiap saat. Epitel permukaan tubuh
merupakan baris pertahanan pertama. Banyak virus dan bakteri baru dapat masuk
melalui interaksi khusus dengan permukaan sel. Imunitas alami meliputi mekanisme
efektor, bekerja segera setelah ada kontak dengan mikroorganisme patogen,
kemampuannya tidak berubah saat melawan tantangan berikutnya. Mikroorganismeyang berhasil menerobos epitel akan dieliminasi oleh reaksi pertahanan tubuh.
Reaksi pertahanan yang teraktivasi sebagai respons terhadap kerusakan epitel adalah:
o Koagulasi darah
Terjadi aktivasi fibrinogen yang berusaha menghentikan pendarahan dan
menangkap serta mencagah penyebaran kuman.
o Inflamasi
Inflamasi terpicu langsung oleh mikroorganisme menyebabkan peningkatan aliran
darah dan peningkatan permeabilitas kapiler di sekitar lokasi infeksi. Hal tersebutmemungkinkan sel dan cairan meninggalkan kapiler dan memasuki tempat
infeksi, sehingga menimbulkan gejala radang, yaitu bengkak, kemerahan, demam
dan nyeri. Fungsi inflamasi terdiri dari unsur sel dan humoral. Sistem imun
mengadakan infiltrasi ke lokasi untuk membantu membersihkan mikroorganisme
yang menginfeksi, sel yang mengadakan infiltrasi membantu memperbaiki
kerusakan jaringan.
o Sistem imun
Fungsi sistem imun adalah mematikan atau menetralisasi kuman dan membentuk
memori sehingga pertemuan berikutnya akan memberi respons spesifik yang jauh
lebih cepat. Respons yang terinduksi dini dan non- adaptif meliputi mekanismeefektor tertuju pada mikroorganisme. Respons tersebut dipicu oleh reseptor tetapi
responsnya tidak memberi imunitas tahan lama atau menimbulkan memori.
Beberapa respons terinduksi sitokoin yang dilepas oleh makrofag, sebagai respons
terhadap infeksi bakteri, mempunyai 3 efek utama. Pertama, respons menginduksi
produksi protein fase akut oleh hepar, protein ini berikatan dengan molekul-
permukaan- bakteri dan mengaktivasi komplemen atau makrofag. Kedua, beberapa
respons dapat menaikkan suhu tubuh yang diduga merugikan mikroorganisme tetapi
meningkatkan respons imun (kedua efek tersebut dipicu oleh IL-1 dan IL-6). Ketiga,
sitokin menginduksi inflamasi, sehingga sifat permukaan dan permeabilitas pembuluh
darah berubah, mengerahkan sel dan molekul imun ke lokasi infeksi.
11
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 12/14
Respons dini-nonadaptif penting dalam mengendalikan infeksi dan menahannya sampai
respons imun adaptif terbentuk. Hanya bila mikroorganisme mengungguli baris
pertahanan alami ini, barulah terjadi mobilisasi respons adaptif. Imunitas adaptif butuh
waktu beberapa hari untuk berkembang karena limfosit T dan B harus bertemu antigen
spesifiknya, berpoliferasi dan berdiferensiasi.
Setelah terjadi respons imun adaptif, infeksinya biasanya akan terkendali atau dapat
dieliminasi dan terjadi keadaan imunitas protektif. Respons ini dapat mengeleminasi
mikroorganisme yang menginfeksi dan memberi imunitas protektif terhadap reinfeksi
oleh mikroorganisme yang sama.
Imunitas adaptif dimediasi oleh limfosit yang mempunyai reseptor antigen yang
spesifik. Limfosit mengadakan respons terhadap antigen mikroorganisme perlu sinyal
kostimulatori.
Limfosit baru teraktifasi setelah bertemu dengan antigen spesifik dan mengadakan
diferensiasi menjadi sel efektor. Sistem adaptif berevolusi dari sistem imun alami dan
terdapat saling ketergantungan. Antigen (asing) belum cukup untuk memicu respons
adaptif, perlu sitokin stimulatori dan mediator lain yang mula- mula timbul karena
inflamasi dan oleh sel dan molekul sistem imun alami.
Limfosit terdiri dari sel B dan sel T. Setelah proses aktivasi, sel B berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang mereproduksi reseptor antigen larut yang disebut antibodi. Sel
T mempunyai subkelas menurut ekspresi koreseptornya, yakni CD-4 dan CD-8. Sel
yang mempunyai CD-8 berdiferensiasi menjadi limfosit T sitotoksik (sel Tc) yang
mempunyai fungsi mematikan sel penjamu terinfeksi mikroorganisme. Sebaliknya, sel
T yang mempunyai CD-4 berdiferensiasi melalui jalur yang berbeda, yang ditentukan
oleh rangkaian sitokin yang disekresi. Hasil diferensiasi sel T CD-4 adalah sel Th-1 dan
sel Th-2. Sel Th-1 menjadi pembantu perkembangan imunitas yang dimediasi oleh sel.
Sel Th-2 membantu perkembangan imunitas humoral. Jenis mekanisme efektor yang
berkembang dari sistem imun alami dan adaptif ditentukan dimana infeksi terjadi.
g. Respon Imun Terhadap Infeksi Cacing.
Mekanisme pertahanan terhadap infeksi cacing yang hidup ekstraseluler terjadi melalui
respons antibodi IgE dan eosinofil. Diduga bahwa IgE berfungsi merangsang mastosit
untuk melepaskan granula dan menyulut reaksi inflamasi, eksudasi protein yang
mengandung imunoglobulin dan melepaskan eosinophil chemotactic factor (ECF),
sehingga eosinofil mendekat dan melekat pada permukaan parasit. Parasit yang dilapisi
imunoglobulin IgG atau IgE dapat dihancurkan oleh eosinofil karena granula eosinofil
diketahui dapat melepaskan peroksidase dan enzim proteolitik lain yang merusak
parasit. Mekanisme ini merupakan respons ADCC yang khas, dimana IgE melekat
pada permukaan cacing, eosinofil kemudian melekat melalui reseptor Fc, sehingga
eosinofil teraktivasi dan melepaskan granula enzim yang dapat merusak parasit
bersangkutan. Respons ini terjadi karena cacing dapat merangsang sel Th-2 untuk memproduksi IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang produksi IgE, sedangkan IL-5
12
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 13/14
merangsang pembentukan dan perkembangan eosinofil. Eosinofil lebih potent untuk
membunuh cacing dibanding leukosit lain karena granula eosinofil berupa major basic
protein (MBP) lebih toksik bagi cacing dibanding enzim proteolitik dan ROI yang
diproduksi oleh neutrofil dan makrofag.
9. Ulasan
A. Ada beberapa hal masih belum jelas. Dalam hal ini karena keterbatasan kepustakaan
dan kesulitan materi. Setelah mendapat penjelasan dari narasumber dalam pleno,
disimpulkan bahwa: perut buncit yang ditimbulkan oleh infeksi Ascaris lumbricoides
terjadi karena host kekurangan protein (kwarsiokor) sehingga carian ekstraseluler dapatmenyebar ke mana saja. Akibatnya cairan tersebut menunpuk dan menyebabkan
pembengkakan.
B. Dalam pleno pakar juga dijelaskan bahwa: komplemen bekerja melalui tiga pathway,
yaitu: classic pathway, alternative pathway, dan lectin pathway. Classic pathway
terjadi apabila antibodi berikatan dengan antigen spesifik pada permukaan patogen.
Alternative pathway terjadi apabila patogen mengeluarkan sekresi tertentu sehingga
komplemen teraktivasi. Lectin pathway terjadi apabila pada tubuh patogen ditemukan
suatu protein tertentu yang dapat mengaktifkan komplemen.
10. Kesimpulan
Sistem imun yang bekerja pada tubuh Budi adalah sistem imun non-spesifik. Hal ini
ditamdai dengan meningkatnya eosinofil di dalam tubuhnya.
11. Daftar Pustaka
Nairn, Roderick. Imunitas & Respons Imun; Mekanisme Imunitas Bawaan; Mekanisme
Pertahanan Pejamu Spesifik; Molekul Pengenal Antigen; Antibodi; IgE; Imunitas
Diperantarai Antibodi (Humoral); Sistem Komplemen; Imunitas Seluler; Sitokin. Elferia,
Retna Neary, dkk (eds). Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC. 2007. 121-130; 132; 137-142.
Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI. Ascaris lumbricoides. Gandahusada, Srisasi,dkk (eds). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru. 1998. 8-10.
13
5/15/2018 Isi makalah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-55ab4e44a9637 14/14
Mitchell, Richard N., Vinay Kumar. Sel Sistem Imun; Molekul Histokompatibilitas;
Sitokin: Mediator Terlarut Sistem Imun. Asroruddin, Muhammad (eds). Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC. 2007.113-122.
Gani, Endang Haryanti. Cacing Tambang (Hookworm). Helmintolog Kedokteran.
Medan: FK USU. 17-21.
Jawetz, Ernest, dkk. B Lymphocytes; T lymphocytes; Helminthic Infections. Review of
Medical Microbiology. Japan: Lange Maruzen. 1974. 144-145; 169.
Sherwood, Lauralee. Sistem pertahanan imun menghasilkan proteksi terhadap sel asing
dan abnormal dan membersihkan debris sel; Leukosit adalah sel-sel efektor pada sistem pertahanan imun; Respon imun mungkin bersifat nonspesifik atau spesifik; Pertahanan
nonspesifik mencakup peradangan, interferon, sel natural killer, dan sistem komplemen;
Sistem komplemen mematikan mikroorganisme secara langsung sendiri atau dengan
bekerja sama dengan antibodi pada saat memperkuat respon peradangan; Respons imun
sepesifik: konsep umum; Limfosit B: Imunitas yang diperantarai antibodi; Limfosit T:
Imunitas yang diperantarai sel. Santoso, Beatricia I (eds). Fisiologi Manusia: dari sel ke
sistem. Jakarta: EGC. 2001. 366-397.
14