isbn - papua.litbang.pertanian.go.id

33
Badan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian 2015 ISBN: Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi : Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Jl.Yahim No. 49 SentaniPapua 99352 Telepon (0967) 592179 ; Fax (0967) 591235 e-mail : [email protected] Web : www.papua.litbang.deptan.go.id

Upload: others

Post on 10-Apr-2022

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

Badan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Kementerian Pertanian

2015

ISBN:

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi :

Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

Jl.Yahim No. 49 Sentani—Papua 99352

Telepon (0967) 592179 ; Fax (0967) 591235

e-mail : [email protected]

Web : www.papua.litbang.deptan.go.id

Page 2: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

i

PTT Jagung Lahan Kering Papua

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua Penyusun : Ir. Syafruddin Kadir, MP.

Arifuddin Kasim, S.P.

Sitti Raodah Garuda, S.P.

Editor dan Penyelaras : Ir. Afrizal Malik, MP

Ir. Sri Rahayu D. Sihombing

Layout dan Tata Letak : Septi Wulandari, S.P.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua Jln. Yahim Sentani Jayapura

Telp. : (0967) 592179 Faks. : (0967) 591235

Email : [email protected]

ISBN : 978-602-72094-1-1

Page 3: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

ii

PTT Jagung Lahan Kering Papua

KATA PENGANTAR

Provinsi Papua mampu berswasembada jagung jika dikelola dengan baik untuk peningkatan produktivitas. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan berbagai dukungan, terutama teknologi, investasi, dan kebijakan. Secara teknis, upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah menerapkan teknologi dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT tidak menggunakan pendekatan paket teknologi, melainkan dengan pendekatan penerapan teknologi untuk memecahkan masalah usahatani di wilayah tertentu dan bersifat spesifik lokasi dengan bantuan para penyuluh dan petugas pertanian. Tujuan utama penerapan PTT adalah untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Penyusunan PTT Jagung Di Lahan Kering Papua ini berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian pada lahan kering di berbagai wilayah Papua. Buku panduan ini diperuntukkan bagi penyuluh pertanian sebagai acuan dalam pengembangan PTT jagung di wilayah kerjanya. Diharapkan dapat pula digunakan sebagai acuan dalam pelatihan PTT jagung di daerah, baik yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian maupun Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya.

Jayapura, Mei 2015 Kepala,

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua

Ir. Syafruddin Kadir, MP NIP. 19580131 198603 1 002

Page 4: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

iii

PTT Jagung Lahan Kering Papua

DAFTAR ISI Halaman

TIM PENYUSUN ........................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................. iii

PENDAHULUAN ........................................................ 1

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG .... 2

KOMPONEN TEKNOLOGI PRODUKSI .......................... 3

1. Varietas Unggul .............................................. 4

2. Benih ............................................................ 4

3. Populasi Tanaman .......................................... 4

4. Pemupukan .................................................... 5

5. Pembuatan Saluran Drainase ........................... 5

PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG DI

LAHAN KERING ........................................................ 6

1. Varietas Rekomendasi Hasil Pengkajian ............ 6

2. Persiapan Lahan ............................................. 8

3. Penanaman .................................................... 8

4. Pemupukan .................................................... 8

5. Pengendalian Hama ........................................ 10

6. Pengendalian Penyakit .................................... 13

7. Pengendalian Gulma ....................................... 15

8. Panen dan Prosessing ..................................... 15

PENUTUP ................................................................. 17

BAHAN BACAAN ....................................................... 17

LAMPIRAN DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG LAHAN

KERING ................................................................... 20

Page 5: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

1

PTT Jagung Lahan Kering Papua

PENDAHULUAN

Jagung merupakan tanaman serealia yang memiliki peranan yang sangat penting di Indonsia setelah padi, karena selain sebagai bahan konsumsi bagi manusia juga

digunakan sebagai bahan baku industri pakan. Pengembangan jagung di Papua tersebar mulai dari lahan kering dataran rendah sampai lahan kering dataran tinggi dengan produktivitas yang masih sangat rendah yaitu 1,8 ton/ha jagung pipilan kering (BPS Papua, 2013). Untuk memenuhi permintaan atas kebutuhan jagung

yang semakin tinggi, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Serealia Maros merakit dan melepas beberapa varietas unggul jagung yang berpotensi hasil lebih tinggi, serta toleran terhadap cekaman air. Melalui jaringan litkaji Balai Komoditas bekerja sama dengan BPTP melakukan kegiatan pemuliaan partisipatif untuk mendapatkan varietas-varietas yang dapat meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering Papua.

Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebituhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan. Masalah lainnya adalah bervariasinya kesuburan lahan, adaya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan dan penerapan teknologi budidaya yang kurang tepat. Dengan kondisi seperti itu maka penanaman jagung di lahan kering harus memerlukan penanganan lebih bijaksana. Berkaitan dengan kondisi pertanaman jagung pada lahan kering maka teknologi produksi harus selalu

Pertanaman Jagung di Lahan

Kering Papua

Page 6: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

2

PTT Jagung Lahan Kering Papua

ditinjau ulang. Teknologi produksi merupakan komponen program intensifikasi sehingga peninjauan ulang ini harus dilakukan secara berkala dan selalu disempurnakan agar selaras dengan perkembangan suatu wilayah sehingga akhirnya diperoleh teknologi produksi yang benar-benar

spesifik agroekologi. Budidaya jagung dengan pendekatan Pengeloaan

Tanaman Terpadu (PTT) pada lahan kering diharapkan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan petani yang optimal karena efisiensi produksi akan meningkat. Pengembangan jagung pada kondisi iklim kering tentunya memerlukan teknologi budidaya yang spesifik termasuk penggunaan varietas yang adaptif atau tahan kekeringan. Varietas adaptif untuk lahan kering akan mampu meningkatkan produktivitas jagung di Papua.

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG

PTT jagung merupakan suatu pendekatan dalam budidaya jagung yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu secara terpadu. Pengelolaan tanaman yang diterapkan harus mempertimbangkan hubungan sinergis dan komplementer antar-komponen.

Dengan adanya penerapkan pendekatan PTT dalam usahatani jagung diharapkan produktivitas akan meningkat secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dapat dicapai dengan memperhatikan sumber daya, kemampuan, dan kemauan petani. Keberlanjutan sistem produksi jagung ini akan dapat memantapkan sistem kelembagaan penunjang produksi (penyedia sarana, permodalan, dan pemasaran) dan pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan produksi dan pengembangan pertanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan produksi jagung baik nasional maupun regional Provinsi Papua.

Page 7: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

3

PTT Jagung Lahan Kering Papua

KOMPONEN TEKNOLOGI PRODUKSI Komponen teknologi produksi tanaman jagung yang

diterapkan untuk mendapatkan peningkatan produksi jagung pada lahan kering dan telah banyak diterapkan atau diadopsi oleh petani jagung yang ada di Papua meliputi :

Berdasarkan sifatnya, komponen-komponen teknologi tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian: (1)

Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman

Pengolahan Tanah Pengolahan tanah sempurna dibuat saluran drainase

Varietas Adaptif di lahan kering baik varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida.

Benih Kebutuhan 15 - 20 kg/ha Penggunaan benih bermutu

Persemaian Tanam benih langsung

Jarak Tanam dan jumlah benih per lubang

75 cm x 45 cm : 2 benih per lubang

75 cm x 20 cm : 1 benih per lubang

Bahan Organik Pupuk kandang 1,5-2,0 ton/ha sebagai penutup benih pada lubang tanam

Pemupukan Urea : 250 kg/ha SP36 : 100 kg/ha KCL : 100 kg/ha Pupuk Nitrogen berdasarkan

BWD

Pengairan Dilakukan sesuai kebutuhan

Penyiangan Pengendalian gulma terpadu

Pengendalian Hama/Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit terpadu

Panen dan Pascapanen

Tepat waktu dan prossesing dengan alat pemipil dan mesin

Page 8: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

4

PTT Jagung Lahan Kering Papua

teknologi untuk tujuan memecahkan masalah setempat atau spesifik lokasi, dan (2) teknologi untuk perbaikan cara budidaya yang efisien. Dalam penerapannya tidak semua komponen teknologi diterapkan sekaligus, terutama di lokasi yang mempunyai masalah spesifik. Ada lima komponen teknologi yang dapat diterapkan secara bersamaan (compulsory) sebagai penciri model PTT jagung lahan kering yaitu: 1. Varietas Unggul

Varietas unggul baru yang daptif terhadap cekaman air baik dari varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida. varietas tersebut juga harus sesuai dengan keinginan petani setempat, baik jenis komposit/bersari bebas ataupun hibrida.

2. Benih Benih bermutu kemurnian/bersertifikat dan daya kecambah > 95%, diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil 2 g (bahan produk) per 1 kg benih. Perlakuan benih ini dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung. Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam dan populasi tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (sekitar 66.600 tanaman/ha).

3. Populasi Tanaman Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, jarak tanam 75 cm x 40 cm 2 tanaman/lubang atau 75 cm x 20 cm 1 tanaman/lubang. Penanaman dengan 1 tanaman/lubang pertumbuhan tanaman relatif lebih baik karena peluang persaingan antar tanaman lebih kecil dibandingkan 2 tanaman/lubang. Sedangkan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang dianjurkan untuk diterapkan pada wilayah yang tenaga kerja menjadi masalah karena kurang atau mahal.

Page 9: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

5

PTT Jagung Lahan Kering Papua

4. Pemupukan Pemupukan Nitrogen (N) berdasarkan stadia pertumbuhan tanaman dan Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah sesuai hasil analisis laboratorium.

5. Pembuatan Saluran Drainase Pertanaman jagung pada lahan kering perlu dibuatkan saluran drainase sebagai penampungan air pada musim hujan.

Gejala kekurangan unsur hara dalam tanah ditunjukkan oleh tanaman jagung sebagai berikut:

Gejala Kekurangan Nitogen (N):

Daun bagian bawah berwarna kuning pada ujung daunnya, warna kuning membentuk huruf V.

Gejala Kekurangan Posphor (P):

Daun bagian bawah memiliki pinggir daun berwarna ungu-kemerahan mulai dari ujung ke pangkal daun.

Gejala Kekurangan Kalium (K):

Daun bagian bawah berwarna kuning, bagian pinggir biasanya berwarna coklat seperti terbakar, tulang daun tetap hijau. Gejala warna kuning membentuk huruf V terbaik.

Gejala Kekurangan Sulfur (S):

Daun yang terletak dekat pucuk, memiliki pangkal daun berwarna kuning.

Page 10: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

6

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Jika kelima komponen teknologi tersebut diterapkan secara bersamaan, sumbangan terhadap peningkatan produksi dan ef isiensi produksi jagung cukup besar.

PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG DI LAHAN KERING

Komponen teknologi budidaya penting yang dikelola secara terpadu pada lahan kering adalah penggunaan varietas jagung yang adaptif terhadap cekaman air dan dengan memperhatikan karakter lahan lainnya seperti topografi dominan dan kondisi sosial ekonomi seperti luas pemilikan lahan dan ketersediaan tenaga kerja. 1. Varietas Rekomendasi Hasil Pengkajian

Beberapa varietas rekomendasi hasil pengkajian di lahan kering Provinsi Papua seperti :

1. Srikandi Kuning 2. Sukmaraga 3. Lamuru 4. Bisma 5. Anoman

Tabel 2. Keragaan Komponen Produksi Jagung Di Jayapura Dan Merauke MH. 2008/2009

Varietas

Jayapura Merauke

Panjang Tongkol

(cm)

Bobot 100 biji

(g)

Hasil (ton/ha)

Panjang Tongkol

(cm)

Bobot 100 biji (g)

Hasil (ton/ha)

Gumarang 17,80 27,41 3,75 14,20 26,98 1,80

Lamuru 17,50 28,88 4,49 13,80 27,28 1,50

Srikandi Kuning

18,50 28,49 6,20 15,65

26,93 2,05

Sukmaraga 18,10 27,10 4,74 15,90 26,76 2,25

Rata-rata 17,97 27,70 4,79 14,89 1,90 1,90

Sumber : Abdul Wahid Rauf, 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Varietas Jagung Pada Dua Zona Agroekologi Di Papua. Seminar Nasional Serealia 2011. Hal. 113-118.

Page 11: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

7

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Tabel 3. Rata-Rata Berat Tongkol Kering, Berat 100 Biji, Dan Produksi Tanaman Jagung

Varietas Berat Tongkol

Kering (g) Bobot 100

biji (g) Produksi (ton/ha)

Bisma 31,06 23,62 3,9

Srikandi Kuning 32,10 27,22 5,2

Srikandi Putih 29,16 24,50 2,9

Gumarang 28,20 22,06 1,0

Lamuru 29,72 27,02 4,6

Anoman 29,20 25,10 3,8

Sukmaraga 31,36 26,06 4,9

Sumber : Arifuddin Kasim dan Rohima H.S. Lestari. BPTP Papua, 2014

Varietas Srikandi Kuning Varietas Sukmaraga

Varietas Bisma Varietas Lamuru

Varietas - Varietas Rekomendasi Hasil Pengkajian BPTP

Page 12: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

8

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Tahapan Dalam Budidaya Jagung Di Lahan Kering

2. Persiapan Lahan Pembersihan lahan dapat

dilakukan dengan sabit/parang atau menggunakan herbisida paraquat atau glyphosat (2,0 l/ha). Setelah lahan bersih dari tumbuhan pengganggu, dilakukan pengolah tanah dengan bajak yang ditarik traktor/sapi dan diikuti dengan garu/sisir serta perataan sampai lahan siap ditanami. Pengolahan tanah dapat juga dilakukan dengan cangkul. 3. Penanaman

Sebelum penanaman dibuatkan dulu Jarak tanam yaitu 75 cm x 45 cm dengan 2 benih per lubang tanam atau 75 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang tanam. Setelah lubang tanam siap benih dimasukkan kedalam lubang tanam.

4. Pemupukan Apabila suatu lokasi direkomendasikan untuk menggunakan bahan organik maka dosis pupuk kandang sebanyak segenggam (25-50 g) per lubang penempatan benih (sebagai penutup benih), setara dengan 1,5 – 3,0 ton/ha yang diaplikasikan pada saat tanam yang merupakan salah satu pemecahan masalah kesuburan tanah terutama

Persiapan Lahan

Penanaman Benih

Pemupukan

Page 13: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

9

PTT Jagung Lahan Kering Papua

pada lahan kering masam. Pupuk organik / pupuk kandang (khusus untuk lahan kering masam dianjurkan pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ayam ras/petelor karena cukup mengandung unsur kapur. Tabel 4. Pupuk anorganik semuanya bersumber dari pupuk

tunggal:

Hara yang

ditambahkan/

pupuk

Takaran*)

(kg/ha)

Waktu aplikasi

pupuk (hst)**)

7-10

28-30

40-45

Urea

SP-36

KCl

300-350 100-200 50-200

25%

100%

75%

50% -

25%

25% - -

Catatan: *)

Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara

dalam tanah dari hasil analisis tanah atau rekomendasi setempat **)

Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai

umur tanaman. Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur

N, P, dan K disetarakan dengan pupuk tunggal.

Cara Aplikasi:

7-10 hst: Urea + SP36 + KCl sebelum diaplikasikan dicampur merata, dan segera diaplikasikan secara ditugal di samping tanaman berjarak 5 -10 cm sedalam 5 -10 cm dan ditutup tanah.

28-30 hst: pupuk urea + KCl diaplikasikan secara ditugal di samping tanaman berjarak 10-15 cm sedalam 5 - 10 cm dan ditutup tanah.

40-45 hst: sebelum pemberian pupuk urea ke tiga, sebaiknya dilakukan pemantauan warna daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Dengan menggunakan BWD akan diketahui jumlah pupuk yang harus ditambahkan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jika warna daun menunjukkan pada nilai skala cukup, maka pemberian pupuk urea yang ketiga tidak perlu diberikan, sedangkan jika nilai skala menunjukkan kurang, maka sesuai dengan nilai skala pada Tabel 3

Page 14: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

10

PTT Jagung Lahan Kering Papua

ditambahkan pupuk urea dengan cara ditugal di samping tanaman dengan jarak 15-20 cm sedalam 5 - 10 cm dan ditutup tanah. Dengan menggunakan BWD maka takaran pupuk urea dapat berkurang atau bertambah sesuai kebutuhan tanaman sehingga lebih efisien.

5. Pengendalian Hama

Lalat Bibit (Atherigona exigua)

Gejala : Berubahnya warna daun dari

hijau normal menjadi kekuning-kuningan. Kemudian, di sekitar batang jagung yang terserang akan membusuk hingga akhirnya tanaman akan layu, kerdil, dan bahkan mati..

Pengendalian : Pola pergiliran tanaman selain

jagung dan padi. Selain itu, penggunaan varietas jagung yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama ini.

Menggeser waktu tanam dan melakukan penanaman serempak.

Secara hayati, penggunaan parasit juga sangat membantu. Semisal penggunaan parasitoid Thricogramma spp. yang bisa memarasit telur, atau Opius sp. dan Tetrastichus sp. yang mampu memarasit larva. Sedangkan Clubiona japonicola bisa menjadi predator bagi imago lalat bibit.

Page 15: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

11

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Penggerek Tongkol Jagung (H. armigera )

Pengendalian : Hayati

Musuh alami yang digunakan dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah : 1. Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. 2. Cendawan, Metarhizium anisopliae menginfeksi larva 3. Bakteri, Bacillus thuringensis dan 4. Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksi larva.

Kultur Teknis Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.

Kimiawi Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

Gejala : Imago betina akan meletakkan

telur pada silk (rambut) jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan.

Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.

Gambar : Ngengat, larva, dan pupa ulat H.armigera Hbn.

Page 16: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

12

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau.

Tanaman Inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tanaman lain seperti : tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah.

Gejala : Larva yang masih kecil

merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja.

Ulat Grayak

Pengendalian : Kultur teknis

Membakar sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan digunakan dan melakukan pengolahan tanah yang intensif.

Fisik/Mekanis *) Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya. *) Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.

Hayati Pemanfaatan musuh alami seperti : - Patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus) - Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae - Bakteri Bacillus thuringensis - Nematoda Steinernema sp. - Predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, - Parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp. Kimiawi Beberapa insektisida yang cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril. Penggunaannya dari hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5% pertanaman contoh.

Gambar : Ngengat, kelompok telur dan larva ulat grayak.

Page 17: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

13

PTT Jagung Lahan Kering Papua

6. Pengendalian Penyakit

Penyakit Bulai (Downey mildew) disebabkan oleh serangan jamur Peronosclerospora maydis,

Gejala : Daun berwarna putih yang semula

dicirikan adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih atau kuning.

Tanaman muda (umurnya kurang sebulan) merupakan periode tanaman rentan terhadap serangan bulai yang didukung kelembaban di atas 80%, suhu sedikit hangat (28-30°C) dan adanya embun di pertanaman.

Serangan pada jagung dilakukan oleh konidia jamur melalui stomata dan dapat mengakibatkan gagal panen.

Pengendalian : Menanam varietas yang tahan dan mengantisipasi waktu tanam

tidak bersamaan dengan embun di malam hari. Penyakit Karat (Rust) disebabkan oleh serangan jamur

Pucinia maydis, P.sorghi, atau P.polysora.

Gejala : Pada daun terdapat bintik kecil

(postul) tak beraturan berwarna coklat seperti karat besi pada daun jagung, gejala lebih lanjut daun akan

mengering. Serangan berat dapat menimbulkan

kerugian mencapai 70% sehingga dapat dikategorikan sebagai penyakit utama juga.

Jenis Jagung yang rentan terhadap karat biasanya Jagung manis, sedangkan jenis jagung biasa kurang begitu dirasa merugikan.

Pengendalian : Menanam varietas yang

tahan.

Page 18: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

14

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Busuk Tongkol disebabkan oleh beberapa jenis cendawan

antara lain :

Busuk Tongkol Fusarium

Busuk Tongkol Diplodia

Gejala : permukaan biji pada tongkol berwarna

merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.

Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme

Gejala : Kelobot yang terinfeksi pada umumnya

berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk.

Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapangan.

Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

Gejala : Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan ini dapat

menjadi busuk dan kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, buah berwarna biru hitam di permukaan kelobot dan bongkol.

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.

Pengendalian : Menggunakan pemupukan berimbang. Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan. Jika musim

hujan bagian batang di bawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah keatas.

Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Tongkol Gibberella

Page 19: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

15

PTT Jagung Lahan Kering Papua

7. Penyiangan gulma Penyiangan pertama dapat dilakukan dengan

menggunakan bajak atau sekaligus dengan pembuatan alur drainase pada umur 14-20 hst. Penyiangan kedua (tergantung kondisi gulma) dapat dilakukan secara manual atau dengan herbisida kontak paraquat (1,0-1,5 liter/ha tergantung kondisi gulma). Jika menggunakan herbisida sebaiknya nozzle diberi pelindung agar tidak mengenai daun dan posisi nozzle + 20 cm di atas permukaan tanah. 8. Panen dan prosesing

Daun di bawah tongkol dapat diambil atau dipanen pada saat tongkol telah mulai berisi, dan brangkasannya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pengambilan daun di bawah tongkol selain untuk pakan juga untuk mencegah terserangnya penyakit busuk daun. Demikian juga sebelum panen sebaiknya dilakukan pemangkasan bagian tanaman di atas tongkol pada saat biji telah mencapai Panen atau kelobot mulai mengering (berwarna coklat). Hasil brangkasan daun ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Panen sebaiknya dilakukan dalam kondisi cuaca cerah, kadar air biji mencapai + 30% (biji telah mengeras dan telah membentuk lapisan hitam/black layer minimal 50% di setiap barisan biji).

Jagung siap untuk dipanen saat kelobot mulai mengering

Page 20: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

16

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Selanjutnya tongkol dijemur sampai kadar air biji

mencapai + 20% dan dipipil dengan menggunakan alat pemipil. Hasil biji pipilan dijemur lagi sampai kadar air mencapai 14% untuk siap dijual.

Penjemuran tongkol dan biji jagung

Alat pemipil jagung manual

Mesin pemipil jagung

Proses pemipilan benih jagung secara manual dan

menggunakan mesin

Page 21: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

17

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Jika kondisi cahaya matahari tidak memungkinkan untuk menurunkan kadar air biji karena cuaca mendung selama beberapa hari, maka untuk mempercepat pengeringan digunakan alat mesin pengering agar tidak timbul jamur/rusak. Alsin pengering yang digunakan dapat bertipe flat bade yang berbahan bakar minyak tanah/solar.

PENUTUP

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) bukanlah paket teknologi, melainkan suatu pendekatan dalam budi daya jagung yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu secara terpadu dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani. Sifat PTT yang spesifik lokasi dan partisipatif sangat berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam program-program intensifikasi. Dalam penerapan PTT, petani dan petugas harus bersama-sama memilih komponen teknologi yang akan diterapkan sesuai dengan keinginan petani dan sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bimbingan dan pendampingan secara intensif diperlukan agar petani dapat menerapkan PTT dengan benar.

BAHAN BACAAN

Abdul Wahid Rauf, 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Varietas Jagung Pada Dua Zona Agroekologi Di Papua. Seminar Nasional Serealia 2011. Hal. 113-118.

Akil, M., Hadijah dan A. Dahlan. Budidaya Jagung dan Diseminasi dalam Sumarno et al., (eds) 2007. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.

Balitsereal. 2012. Database Deskripsi Varietas Jagung. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&id=44:database-varietas-jagung&Itemid=127&layout=default.

Page 22: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

18

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Diakses Tanggal 16 Mei 2015.

------------- 2011. Database Hama Penyakit. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&id=43:database-hama-penyakit&layout=default. Diakses Tanggal 20 Mei 2015.

BPTP Papua. 2012. Laporan Tahunan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. BBP2TP.

BPS Provinsi Papua. 2013. Papua Dalam Angka. Jayapura.

Balitbangtan. 2009. Pedoman Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung.

Buharman, B., N. Hasan, F. Kasim, dan M. Ali. 1998. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Usahatani Jagung di Sumatera Barat. dalam Subandi et al., 1998 (eds). Prosiding Semiloka Nasional Jagung. Balitjas Badan Litbang Pertanian. Ujung Pandang-Maros, 11-12 Nofember 1998.

Hendayana, R. dan A. Malik. 2002. Perspektif Pengembangan Jagung di Provinsi Papua. dalam Adnyana et al., 2002 (eds) Prosiding Semnas Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Papua, 7-8 Januari 2002.

Hendriadi, A., I.U. Firmansyah dan M. Aqil. Teknologi Mekanisasi Budidaya Jagung. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.

Kadir, S., Faesal, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Hara pada tanaman Jagung. dalam Sumarno et al., (eds) 2007. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.

Kasim, A. dan R. H.S. Lestari. 2014. Keragaan Varietas Unggul Baru Jagung Di Mimika, Papua. BPTP Papua.

Page 23: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

19

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Kasim, A., S. Kadir., R.S. Lestari., M. Rumbarar dan Y.I.Wulandari. 2012. Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Kedelai, Jagung dan Kacang Tanah di Tiga Kabupaten Provinsi Papua. BPTP Papua. BBP2TP.

Malik, A., S. Kadir, S. R. D. Sihombing dan R. H. S. Lestari. 2014. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung. BPTP Papua, Papua.

Malik, A. dan S. Kadir. 2011. Potensi Pengembangan Agribisnis Jagung pada Agro Ekosistem Dataran Rendah (Kasus Kabupaten Keerom Papua) Prosiding Seminar Nasional BBP2TP. Manado, 1 Desmeber 2011.

Malik, A dan J. Limbongan. 2008. Pengkajian Potensi, kendala dan peluang pengembangan Palawija di Papua. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Vol 11 (5) 2008.

M. Aqil., I.U. Firmansyah dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Benih Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.

Puslitbangtan. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balitbangtan, Jakarta

Saenong, S., M. Azrai, R. Arif dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.

Zubachtirodin., M.S. Pabbage dan Subandi. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian

Page 24: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

20

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Page 25: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

21

PTT Jagung Lahan Kering Papua

SRIKANDI KUNING-1 Tanggal dilepas : 4 Juni 2004 Umur : Berbunga jantan :54 - 56 hari Berbunga betina : 56 - 58 hari Panen : 105 - 110 hari Batang : Tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 185 cm Daun : Panjang dan sedang Warna daun : Hijau Warna malai : Kemerahan tua Warna rambut : Kemerahan tua Keragaman tanaman : Seragam (96 - 98%) Tongkol : Sedang dan silindris Kelobot : Menutup baik (95 - 97%) Warna biji : Kuning Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 275 g Endosperm : Protein : 10,38%; Lisin : 0,477%; Triptofan : 0,093% Rata-rata hasil : 5,40 t/ha pipilan kering (ka. 15%): Potensi hasil : 7,92 t/ha pipilan kering (ka. 15%) Ketahanan penyakit : Tahan hawar daun H. maydis dan

karat daun Puccinia sp, Ketahanan hama : Tahan hama penggerek batang

O.furnacalis Keterangan : Dianjurkan ditanam di dataran

rendah diutamakan padamusim penghujan

SUKMARAGA

Tanggal dilepas : 14 Februari 2003 Umur : 50% kerluar rambut : + 58 hari Panen : + 105 - 110 hari

Page 26: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

22

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Batang : Tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 195 cm (180 - 220 cm) Daun : Panjang dan lebar Warna daun : Hijau muda Keragaman tanaman : Agak seragam Perakaran : Dalam, kuat dan baik Kerebahan : Agak tahan Malai : Semi kompak Warna rambut : Coklat keunguan Tongkol : Panjang silindris Tinggi letak tongkol : + 195 cm (90-100 cm) Kelobot : Tertutup baik (85%) Warna biji : Kuning tua Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 270 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 8,50 t/ha pipilan kering Ketahanan : Cukup tahan terhadap penyakit

bulai (P. maydis), penyakit bercak daun (H. maydis), dan penyakit karat daun (Puccinia sp.)

Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptif tanah-tanah masam

ANOMAN-1

Tanggal dilepas : 2 Oktober 2006 Umur : Berbunga jantan : + 55 hari; Berbunga betina : + 56 hari Panen : + 103 hari Batang : Kuat dan tegap Tinggi tanaman : + 161 cm Daun : Panjang dan lebar Warna daun : Hijau Warna malai : Kemerahan

Page 27: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

23

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Warna rambut : Kemerahan Keragaman tanaman : Agak seragam Kerebahan : Tahan rebah Bentuk tongko : Panjang dan silindris Kedudukan tongkol : + 71 cm Kelobot : Tertutup rapat (95%) Warna biji : Putih Jumlah baris/tongkol : 14 – 18 baris Bobot 1000 biji : + 320 g Rata-rata hasil : 4,6 t/ha Potensi hasil : 6,6 t/ha Ketahanan penyakit : Agak tahan terhadap bulai

(Peronosclerospora maydis) dan tergolong moderat terhadap hawar daun (Helminthosporium turcicum) serta bercak daun kelabu (Cercosporazeae maydis)

Ketahanan abiotis : Toleran kekeringan (IK > 1,0, Daerah adaptasi : Lingkungan kering bercurah

hujan pendek (800-1.200 mm/tahun) dan dataran rendah sampai dataran tinggi (1.100 m dpl).

BISMA

Tanggal dilepas : 4 September 1995 Umur : 50% keluar rambut : + 60 hari Panen : + 96 hari Batang : Tegap, tinggi sedang (+ 190 cm) Daun : Panjang dan lebar Warna daun : Hijau tua Perakaran : Baik Kerebahan : Tahan rebah Tongkol : Besar dan silindris Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah batang Kelobot : Menutup tongkol cukup baik (+95%)

Page 28: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

24

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Warna biji : Kuning Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 12 - 18 baris Bobot 1000 biji : + 307 g Warna janggel : Kebanyakan putih (+ 98 cm) Rata-rata hasil : + 5,7 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 7,0 - 7,5 t/ha pipilan kering Ketahanan : Tahan penyakit karat dan bercak

daun Keterangan : Baik untuk dataran rendah

sampai ketinggian 500 m dpl.

ARJUNA Tahun dilepas : 1980 Umur : 50% keluar rambut : + 55 hari Panen : 85 - 90 hari Batang : Tinggi sedang Daun : Panjang dan lebar Warna daun : Hijau tua Perakaran : Baik Kerebahan : Cukup tahan Tongkol : Cukup besar dan silindris Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah batang Kelobot : Tidak semua tongkol tertutup

dengan baik Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat

2- 3 biji berwarna putih Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : Umumnya 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 272 g Rata-rata hasil : 4,3 t/ha pipilan kering Ketahanan : Cukup tahan penyakit bulai,

karat, dan bercak daun. Keterangan : Baik untuk dataran rendah

Page 29: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

25

PTT Jagung Lahan Kering Papua

LAMURU Tanggal dilepas : 25 Februari 2000 Umur : 50% keluar rambut : 55 hari Panen : 90 - 95 hari Batang : Tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 190 cm (160 - 210 cm) Daun : Panjang Warna daun : Hijau Keragaman tanaman : Agak seragam Perakaran : Baik Malai : Semi kompak Warna anthera : Coklat muda (80%) Warna rambut : Coklat keunguan (75%) Tongkol : Panjang dan silindris Tinggi letak tongkol : + 90 cm (85 - 110 cm) Kelobot : Tertutup dengan baik (75%) Warna biji : Kuning Baris biji : Lurus Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 275 g Rata-rata hasil : 5,6 t/ha Potensi hasi : 7,6 t/ha Ketahanan : Cukup tahan terhadap penyakit

bulai (Penonosclerospora maydis) dan Karat daun.

Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 600 m dpl.

BIMA-18 Tahun dilepas : 26 Maret 2013 Umur : 50 % keluar serbuk sari + 50 hari

setelah tanam 50% keluar rambut + 52 hari setelah tanam

Panen : + 95 hari Keragaman tanaman : Seragam Tinggi tanaman : +203 cm

Page 30: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

26

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Batang : Tegak dan kuat Warna batang : Hijau Bentuk malai : Sedang dan tegak Warna sekam (glume) : Hijau dengan antosianin lemah Warna malai (anthera) : Ungu Warna rambut : Hijau kemerahan Kerebahan : Tahan rebah Perakaran : Kuat Bentuk tongkol : Panjang dan silindris Kedudukan tongkol : Pertengahan tinggi tanaman Kelobot : Menutup rapat Warna biji : Kuning orange Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 Bobot 1000 biji : + 325 gram Rata-rata hasil : 11,8 t/ha Potensi Hasil : 13,6 t/ha Kand. karbohidrat : + 65,2% Kandungan protein : + 15,7% Kandungan lemak : + 11,2% Ketahanan : Tahan penyakit bulai

(Peronosclerospora maydis L.)toleran penyakit karat daun (Puccinia sorgi) dan penyakit bercak daun (Helminthosporium maydis)

Keunggulan Utama : Potensi hasil tinggi, tahan rebah batang dan akar, rendemen tinggi, danberadaptasi baik pada lingkungan sub optimal.

BIMA 19-URI (STJ107)

Tahun dilepas : 2013 Umur : 50 % keluar pollen + 56 hari

setelah tanam 50% keluar rambut + 58 hari setelah tanam

Page 31: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

27

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Panen : + 102 hari setelah tanam Keragaman tanaman : Seragam Tinggi tanaman : + 213 cm Batang : Diameter + 2,3 cm, bentuk bulat Daun : Ukuran lebar dengan pola helai

semi tegak Warna batang : Hijau Bentuk malai : Kerapatan bulir jarang dengan

tipe percabangan yang agak bengkok

Warna sekam (glume) : Hijau dengan antosianin sangat ringan Warna malai (anthera) : Kuning muda dengan semburan

orange Warna rambut : Hijau kekuningan (green-yellow) Kerebahan : Tahan rebah Perakaran : Kuat Ukuran tongkol : Panjang +17,9 cm dan diameter

+ 4,9 cm Kedudukan tongkol : Pertengahan tinggi tanaman Kelobot : Menutup agak rapat Warna biji : Kuning orange Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 Bobot 1000 biji : + 343 gram Rata-rata hasil : 10,6 t/ha Potensi Hasil : 12,5 t/ha Kandungan protein : + 15,41% Kandungan lemak : + 11,98% Kand. karbohidrat : 58,60% Ketahanan : Tahan penyakit bulai

(Peronosclerospora maydis L.), Penyakit karat daun (P. sorgi) dan penyakit hawar daun (Helminthosporium maydis)

Page 32: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

28

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Keterangan : Potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang dan dianjurkan tanam pada musim kemarau di lahan sawah atau lahan kering.

BIMA 20-URI (STJ109)

Tahun dilepas : 2013 Umur : 50 % keluar pollen + 56 hari

setelah tanam 50% keluar rambut + 58 hari setelah tanam

Panen : + 102 hari setelah tanam Keragaman tanaman : Seragam Tinggi tanaman : +210 cm Batang : Diameter + 2,2 cm, bentuk bulat Warna batang : Hijau Daun : Ukuran lebar dengan pola helai

semi tegak Warna daun : Hijau Bentuk malai : Kerapatan bulir jarang dengan

tipe percabangan yang agak bengkok

Warna sekam (glume) : Hijau dengan antosianin sangat ringan

Warna malai (anthera) : Kuning muda dengan sedikit orange Warna rambut : Hijau muda kekuningandengan

ujung merah Kerebahan : Tahan rebah > 5% Perakaran : Kuat Ukuran tongkol : Panjang +17,9 cm dan diameter

+ 4,9 cm Kedudukan tongkol : Pertengahan tanaman Kelobot : Menutup dengan baik Warna biji : Kuning orange Baris biji : Silindris

Page 33: ISBN - papua.litbang.pertanian.go.id

29

PTT Jagung Lahan Kering Papua

Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 Bobot 1000 biji : + 339 gram Rata-rata hasil : 11,0 t/ha Potensi Hasil : 12,8 t/ha Kandungan protein : + 15,01% Kandungan lemak : + 9,55% Kand. karbohidrat : 68,56% Ketahanan : Tahan penyakit bulai

(Peronosclerospora maydis L.) penyakit karat daun (Puccinia sorgi) dan penyakit hawar daun (Helminthosporium maydis)

Keterangan : Potensi hasil tinggi, sesuai dikembangkan pada lahan kering di musim kemarau, tahan rebah akar dan batang dan hasilnya stabil pada lingkungan yang luas.