ir- perpustakaan universitas airlangga bab i …
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara merupakan sebuah entitas (kesatuan wilayah) dari unsur-unsur
pembentukan negara,1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan kepentingan
dari sebuah komunitas (masyarakat setempat) yang berlangsung secara timbal
balik dan terkait oleh kesatuan wilayah.2Negara sering dikatakan sebagai
“kesatuan wilayah” karena wilayah bagi sebuah negara merupakan unsur
bermukimnya penduduk, dan tempat bagi efektifitas fungsi sosiologis dan
sekaligus tempat politis suatu negara.
Suatu negara ketika sudah mampu melaksanakan kekuasaan dan
wewenang wilayahnya, artinya wilayah tersebut telah memiliki sebuah
“kedaulatan wilayah” (territorial sovereignity) yaitu otoritas khusus untuk
melaksanakan kekuasaan dan wewenang di wilayahnya yang merupakan
kewenangan tertinggi (highest outority)3 yang merdeka (independence) dan bebas
wilayahnya.
Hubungan komunitas di wilayahnya dapat berjalan dengan efektif, tentu
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1996, h. 6. 2 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Cet. III; Rajawali Press,
Jakarta, 2002, h.3. 3 Hans Kelsen, Principles of International Law, ed. Robert W. Tucker, Hotf reinhart and
Winston Inc, New York 1967, h. 189. 4 Michael Akehurt, Modern Introduction to International Law, Edisi ke- 4, George Allen
University, London, 1982, h.14.
diperlukan peran serta pemerintah untuk mewujudkan kekuasaan negara tersebut,
(independent)4 dari pengaruh kekuaatanasing (atau negara lain), khususnya untuk
1
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
2
pemerintah dengan kewenangan yang diberikan oleh negara diberi tugas untuk
mengorganisir penduduk di wilayahnya. Tugas pemerintah juga untuk memelihara
dan menegakkan kedaulatan serta melindungi setiap warga negaranya dari setiap
ancaman atau tindakan destruktif baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.5
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mengglobal,
telah mengubah pola kehidupan masyarakat yang menjadi semakin dinamis,
interaksi antara masyarakat tidak terbatas hanya pada ruang lingkup antar negara
saja, tetapi juga sudah meliputi pergaulan antar bangsa.Hubungan antarbangsa
sudah mencerminkan adanya hubungan saling ketergantungan sebagai bagian dari
masyarakat internasional.6
Globalisasi dapat dicirikan sebagai perkembangan komunikasi global yang
terjadi secara cepat, sementara melalui pergerakan massa memungkinkan manusia
saling mengenal banyak hal. Globalisasi juga diidentikan dengan
internasionalisasi, artinya terdapat aktivitas meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan
identitasnya masing- masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.7
Adanya perkembangan bangsa yang cepat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah mengakibatkan semakin tingginya mobilitas
pergerakan manusia melewati batas-batas negara dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perkembangan era globalisasi di segala bidang kehidupan masyarakat
5 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Central Authority dan Mekanisme Koordinasi
dalam Pelaksanaan Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana, BPHN, Jakarta 2012, h. 69. 6 Yudi Pratikno, “Analisis dan Evaluasi Undang-undang No.1 Tahun 2006 tentang
Hubungan Timbal Balik dalam Masalah Pidana”, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung,
2007, h. 1. 7 Mudiarti Trisnaningsih, ‘Peranan Hukum di Era Globalisasi’, Litigasi FH Unpas 1338,
1348, 2012, h. 13.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
3
dimasa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan pengaruhnya hampir di
semua negara, terutama di negara-negara berkembang pada
umumnya.Perkembangan tersebut disamping mempunyai dampak positif bagi
kehidupan manusia antara lain peningkatan hubungan masyarakat yang pesat di
bidang perekonomian dan di bidang perdagangan internasional,8tetapi juga
membawa dampak negative yang dapat merugikan orang perorangan,
masyarakat, dan/atau negara jika dikaitkan dengan pelanggaran tindak pidana
yang melewati batas yurisdiksi sebuah negara, seperti tindakpidanakorupsi,
tindak pidana terorisme, dan tindak pidana pencucian uang.9
Seperti yang diketahui, banyak terjadi upaya pencegahan seorang
terduga dan tersangka sebuah kasus di Indonesia dapat lolos dari kejaran apparat
penegak hokum hingga keluar negeri. Hal ini bias terjadi karena beberapa
kemungkinan, seperti halnya bocornya informasi pengajuan pencegahan oleh
pihak-pihak tidak bertanggung jawab, sehingga terduga atau tersangka sebuah
kasus dapat keluar negeri sebelum surat pencegahan atas dirinya diajukan.
Negara Indonesia memilikiketentuanbahwasetiapwarga Negara Indonesia
berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun hak-hak ini bukan
sesuatu yang tidak dapat dibatasi, karena alasan-alasan tertentu dan untuk
jangka waktu tertentu. Pengaturan mengenai hal tersebut sudah tertuang dalam
produk peraturan perundang-undangan terkait dengan pencegahan warga
Negara Indonesia yang terlibat masalah hukum agar dapat dicegah untuk
8 Romli Atsasmita, Kapita Selekta hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju,
Bandung 1995, h. 1. 9 Mosgan Situmorang, “Perbandingan Hak dan Kewajiban Negara dalam Pemberian
Bantuan Timbal Balik”, Laporan Hasil Penelitian, BPHN, Jakarta 2012, h. 2-3.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
4
melakukan perjalanan keluar wilayah Negara Republik Indonesia. Pengaturan
perlintasan warga Negara tersebut terkait dengan pembangunan nasional dan
hubungan antar bangsa. Fungsi pencegahan tersebut sangat penting dalam
proses hukum yang sedangwarga Negara Indonesia itujalani.
Pencegahan dalam Keimigrasian merupakan larangan yang bersifat
sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Negara
Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu dalam waktu tertentu, dan orang
tertentu dalam pengertian di atas ditujukan kepada warga negara Asing maupun
warga negara Indonesia yang akan keluar Wilayah Indonesia.Adanya suatu
permasalahan hukum tersebut menyebabkan besar kemungkinan seseorang warga
Negara Indonesia yang terlibat masalah hukum dapat seenaknya meninggalkan
wilayah Negara Indonesia. Beberapa kasus aktual yang terjadi saat ini seperti
tersangka kasus korupsi yang melarikan diri ke luar negeri dan aset hasil korupsi
yang berada di luar negeri merupakan tantangan bagi aparat penegak hukum di
Indonesia untuk dapat menangkap tersangka atau terpidana di luar yurisdiksi
sistem peradilan Indonesia sekaligus mengembalikan aset hasil tindak korupsi
tersebut. Seperti yang terjadi pada kasus Jiwasraya, dalam portal resmi yang
diungkapkan, 10 (Sepuluh) orang dicekal oleh Kejaksaan Agung terkait kasus
Jiwasraya.10
Timbulnya kejahatan-kejahatan yang berdimensi Internasional ini akan
semakin meningkat.Mengatasi suatu persoalan seperti ini, untuk mengatasinya
tidaklah cukup hanya dilakukan oleh negara secara sendiri-sendiri, tetapi
10Abdu Faisal, Kasus Jiwasraya, Kejaksaan Agung cekal 10 orang keluar Negeri,
https://www.antaranews.com/berita/1225544/kasus-jiwasraya-kejaksaan-agung-cekal-10-orang-
ke-luar-negeri, Jumat 29 Desember 2019, diakses pada 15 April 2021.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
5
dibutuhkan kerjasama yang terpadu baik secara bilateral maupun multilateral.
Salah satu lembaga hukum yang dipandang dapat menanggulangi kejahatan yang
berdimensi internasional ini adalah ekstradisi. Oleh karena itu, lembaga ekstradisi
muncul seolah-olah ekstradisi sebagai lembaga hukum yang ampuh untuk
menyelesaikannya.11
O.C. Kaligis menjelaskan bahwa segala bentuk upaya paksa, perlakuan
yang tidak adil pada hakikatnya merupakan pelanggaran HAM.12 Oleh karena itu
pembatasan hak seorang warga negara untuk keluar masuk wilayah Indonesia
merupakan pelanggaran terhadap asas praduga tak bersalah dan HAM, karena
negara menjamin kebebasan setiap warga negara Indonesia berhak keluar atau
masuk ke wilayah Indonesia.13 Menurut Djoko Prakoso, pencegahan dan
penangkalan seseorang untuk melakukan perjalanan dari dan ke wilayah Republik
Indonesia pada hakikatnya merupakan pembatasan terhadap hak dan kebebasan
seseorang yang dilindungi undang-undang.14Oleh karena itu, warga Negara yang
terlibat dalam masalah hukum yang berpotensi akan meninggalkan wilayah
Negara Republik Indonesia bisa secara cepat dicegah dengan adanya aturan yang
mengatur hal tersebut. Imigrasi selaku pihak yang memilik otoritas15 di wilayah
perbatasan bisa menjadi bagian terdepan dari upaya membantu mencegah
11 I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Yrama Widya,
Bandung, 2004, h. 127. 12Ibid. OC. Kaligis, h. 116. 13 Hadi Setia Tunggal, 2010, Peraturan Perundang-Undangan Keimigrasian, Harvarindo,
Jakarta, 2010, h. 26. 14 Djoko Prakoso, Tugas-Tugas Kejaksaan di Bidang Non Yustisial, Bina Aksara, Jakarta
1989, h. 149. 15 Otoritas adalah 1) kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam
masyarakat yang memungkinkan pejabatnya menjalankan fungsinya; 2) hak untuk bertindak; 3)
kekuasaan, dan kewenangan; 4) hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk
memerintah orang lain.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
6
keluarnya warga Negara yang terlibat masalah hukum terutama pada upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pada Prinsipnya pencegahan warga Negara Indonesia yang ingin ke luar
wilayah Republik Indonesia adalah pembatasan terhadap hak dan kebebasan
seseorang yang dilindungan oleh undang-undang. Namun apakah dengan tujuan
untuk melindungi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat umum perlu
dilakukan pencegahan untuk warga Negara Indonesia yang terlibat masalah
hukum yang hendak keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia. Karena
pencegahan yang dilakukan tersebut sangat perlu dilakukan terhadap warga
Negara Indonesia yang ditakutkan nantinya akan mengganggu dan mengancam
stabilitas suatu Negara.
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis melakukan suatu
penelitian dengan judul “PENCEGAHAN KELUAR NEGERI BAGI WNI
MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA”.Tujuan yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu untuk
melakukan analisis normatif terhadap peraturan perundang-undangan berkaitan
tentang Keimigrasian dan terkait isu hukum yang akan dibahas dan merumuskan
argumentasi hukum baru berkaitan dengan peraturanperundang-undangan di
Indonesia yang mengatur mengenai pencegahan WNI ke luar negeri.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
7
1.2 Isu Hukum dan Permasalahan
Beranjak dari latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan isu hukum dan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pencegahan WNI keluar Negeri menurut Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia ?
2. Bagaimana Implikasi pengaturanpencegahanWarga Negara Indonesia
keluar negeri ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Melakukan analisis normatif terhadap peraturan perundang-undangan yang
relevan terkait dengan isu hukum yang telah dikemukakan;
2. Merumuskan argumentasi hukum baru berkaitan dengan
pengaturanperundang-undangan di Indonesia yang mengatur mengenai
pencegahan WNI ke luar negeri dan implikasi daripengaturanpencegahan
WNI ke luar negeri.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat dan negara pada
umumnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan
pemasalahan mengenai peraturanperundungang-undangantentang
pencegahan WNI ke luar negeri;
2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dan
memberikandampak psoitif terhadapPemerintahdaripengaturanperundang-
undanganpencegahan WNI ke luar negeri.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
8
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1 Konsep Negara Hukum
Ide negara hukum penjaga malam dapat juga disebut negara hukum
liberal atau negara hukum klasik. Negara hukum penjaga malam disebut
sebagai negara hukum liberal karena yang memperjuangkan gagasan
negara penjaga malam adalah golongan masyarakat yang berhaluan
liberal.16 Golongan liberal memperjuangkan ide negara penjaga malam
dengan maksud supaya pemerintah tidak campur tangan dalam kehidupan
individu. Dengan kata lain, negara penjaga malam ternyata telah membuka
kesempatan seluas-luasnya bagi golongan liberal untuk menguasai bidang
ekonomi karena ada kebebasan berusaha. Namun kebebasan berusahan
tersebut menyebabkan golongan borjuis-liberal semakin kaya sedangakan
golongan masyarakat proletar yang jumlahnya lebih besar semakin
kekurangan dan miskin.
Kegagalan ide negara hukum liberal untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat mendorong kalahiran ide negara hukum
lain yaitu ide negara hukum formal. Pelopor ide negara hukum formal
16 Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya,
UI Press, Jakarta, 1995, h. 22-23.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
9
adalah Julius Stahl, menurut Julius Stahl ada 4 unsur Negara hukum
formal, yaitu:17
1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia;
2. Pemisahan kekuasaan;
3. Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan Perundang-
undangan;
4. Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Ide negara hukum formal telah gagal dalam mengikuti
perkembangan masyarakat yang berkembang dengan sangat cepat sebab
ide negara hukum formal sesuai dengan asas legalitas yang sempit
(wetmatig) sangat terikat kepada Undang-Undang. Jika pembentuk
Undang-Undang terlambat membentuk Undang-Undang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, pemerintah akan mengalami kesulitan dalam
menanggapi perkembangan-perkembangan baru tersebut. Pemerintah
menjadi tidak memiliki legalitas dalam menanggapi dan menanggulangi
masalah-masalah baru yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.
Karena hal tersebut maka muncul ide negara hukum material, dimana
dalam negara hukum material pemerintah tidak terikat secara kaku kepada
Undang-Undang berdasarkan asas legalitas.
17 Moh. Kusnadi dan Ibrahim Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara, Jakarta,1988, h. 112.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
10
Sedangkan menurut A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri
penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The
Rule of Law”, yaitu:
1. Supremacy of Law;
2. Equality before the law;
3. Due Process of Law.
Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius
Stahl tersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga
prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk
menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Bahkan,
oleh “The International Commission of Jurist”, prinsip-prinsip Negara
Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak
memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman
sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara
demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum
menurut “The International Commission of Jurists” itu adalah :
1. Negara harus tunduk pada hukum;
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu;
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.18
Menurut Harjono setidak-tidaknya terdapat lima asas normatif yang
fundamental dalam sebuah negara hukum yang demokrasi, yaitu:19
18 Ibid, h. 3.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
11
1. Asas legaliteit;
2. Perlindungan hak-hak dasar;
3. Asas pengawasan oleh peradilan;
4. Pemisahan kekuasaan;
5. Demokrasi.
Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius
Stahl tersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga
prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk
menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Sedangkan
menurut Philipus M. Hadjon:“Ide negara hukum (rechtstaat) cenderung
ke arah positivisme hukum, yang membawa konsekuensi bahwa hukum
harus dibentuk secara sadar oleh badan pembentuk Undang-Undang.
Selanjutnya dikatakan bahwa pembentukan Undang-Undang pada
dasarnya dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan pemerintah secara
tegas dan jelas. Pada sisi lain, pembentukan Undang-Undang
dimaksudkan untuk melindungi hak-hak dasar. Di samping itu, usaha
pembatasan hak-hak dasar ternyata juga dengan menggunakan instrumen
Undang-Undang. Karena instrumen utama di dalam negara hukum
adalah Undang-Undang”.20
19 Harjono, Transformasi Demokrasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Jakarta, 2009, h. 27-28. 20 Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h. 65 dikutip dari Philipus M. Hadjon, Ide Negara Hukum dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Makalah Simposium tentang Politik, Hak Asasi dan
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
12
Dalam negara hukum yang bersorak civil law system seperti
Indonesia, kehadiran peraturan Perundang-undangan menjadi hal yang
urgent, karena bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam
sistem civil law berupa peraturan Perundang-undangan, kebiasaan-
kebiasaan, dan yurisprudensi. Dari sumber-sumber tersebut yang menjadi
rujukan pertama peraturan Perundang-undangan.21
Menurut Philipus M. Hadjon baik konsep “the rule of law” maupun
konsep “rechtsstaat” menempatkan pengakuan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia sebagai titik sentral.22 Untuk melindungi hak-hak
asasi manusia dalam konsep “the rule of law” mengedepankan prinsip
“equality before the law” dan dalam konsep “rechsstaat” mengedepankan
prinsip “wetmatigheid” kemudian menjadi “rechtmatigheid”. Frans
Magnis Suseno mengemukakan bahwa paham negara hukum berdasarkan
keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum
yang baik dan adil. Hubungan antara yang memerintah dan yang
diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan norma
obyektif yang juga mengikat pihak yang memerintah. Hukum menjadi
Pembangunan Hukum, Makalah disampaikan pada dalam rangka Dies Natalis XL/Lustrum
Universitas Airlangga 3 Nopember 1994, h. 5.
21 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008 h. 305, yang
menyatakan bahwa “dalam rangka menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-lembaga yudisial
maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-sumber tersebut. Dari sumber-sumber itu, yang
menjadi rujukan pertama dalam tradisi civil law adalah peraturan perundang-undangan.”
22 Philipus M. Hadjon II, Op.Cit, h.79-80.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
13
landasan segenap tindakan negara dan hukum itu sendiri harus benar dan
adil.23
Dari berbagai macam konsepsi terkait interpretasi negara hukum
yang telah ada sebelumnya, Adriaan W. Bedner melakukan sistematisasi
pendekatan-pendekatan Peerenboom dan Tamanaha terkait konsep negara
hukum ke dalam bentuk elemen-elemen.24 Elemen-elemen tersebut secara
garis besar terbagi atas tiga kategori, yaitu elemen-elemen prosedural,
elemen-elemen subtantif dan elemen terkait mekanisme kontrol.
Elemen-elemen prosedural merupakan kategori elemen-elemen
yang berorientasi pada legitimasi tingkah laku sebuah negara dalam
bernegara. Elemen prosedural terdiri atas:
a. Pemerintahan dengan hukum (rule by law);
b. Tindakan negara harus tunduk pada hukum;
c. Legalitas formal (hukum harus jelas dan pasti muatannya, mudah
diakses dan dapat diprediksi pokok perkaranya, serta diterapkan pada
semua orang); dan
d. Demokrasi (persetujuan menentukan atau mempengaruhi muatan dan
tindakan hukum).
Sedangkan elemen-elemen substantif berorientasi pada hal-hal
yang lebih prinsipil. Elemen subtantif terdiri atas:
23 Frans Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Dasar Kenegaraan Modern, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, h. 295. 24 Adriaan W. Bedner et. al, Kajian Socio-Legal, Pustaka Larasan, Denpasar, 2012, h. 76.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
14
a. Subordinasi semua hukum dan interpretasinya terhadap prinsip-prinsip
fundamental dari keadilan;
b. Perlindungan hak asasi dan kebebasan perorangan;
c. Pemajuan hak asasi sosial; dan
d. perlindungan kelompok.
Adapun kategori ketiga terkait mekanisme kontrol sebagai kategori
elemen dalam negara hukum, terdiri atas:
a. Lembaga peradilan yang independen; dan
b. Lembaga-lembaga lain yang memiliki tanggungjawab dalam menjaga
dan melindungi elemen-elemen negara hukum.25
Perkembangan gagasan negara hukum mulai dari konsep negara
hukum dalam arti ‘sempit’ hingga ‘luas’, ‘formal’ maupun ‘subtantif’,
bahkan pendekatan-pendekatan elementer terhadap negara hukum
menunjukkan trend yang cenderung statis yaitu tetap berorientasi pada
pemerintahan dengan hukum yang berlandaskan atas hukum positif yang
berlaku dan penegakan hukum yang independen.
1.5.2 Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
Secara umum apa yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM)
adalah hak pokok atau hak dasar, yaitu hak yang bersifat fundamental,
sehingga keberadaannya merupakan suatu keharusan, tidak dapat diganggu
gugat, bahkan harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan dari segala
25Ibid, h. 55-72.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
15
macam ancaman, hambatan, dan gangguan dari manusia lainnya.Hak
Asasi Manusia merupakan terjemahan dari istilah droits de l’homme
dalam bahasa Perancis, dan dalam bahasa Inggris dikatakan human rights,
atau dalam bahasa Belanda disebut menselijke rechten, yang berarti “hak
manusia”. Di Indonesia umumnya dipergunakan istilah “hak-hak asasi”,
yang merupakan terjemahan dari basic rights dalam bahasa Inggris dan
grondrechten dalam bahasa Belanda. Sebagian orang menyebutkannya
dengan istilah hak-hak fundamental, sebagai terjemahan dari fundamental
rights dalam bahasa Inggris dan fundamentele rechten dalam bahasa
Belanda. Di Amerika Serikat, di samping dipergunakan istilah human
rights, dipakai juga istilah civil rights.26
Dalam hal pembatasan WNI keluar Negeri, konsep dalam Pasal
5International Covenant on Civil and Political Rights(ICCPR) juga
menjelaskan, bahwa Negaramelarang dilakukannya pembatasan atau
penyimpangan HAM mendasar yang diakui atau yang berlaku di negara.
Konsep tersebut juga dapat dikatakan sebagai konsep freedom of
movement. Freedom of movement merupakankebebasan bergerak,
kebebasan mobilitas, atau hak untuk perjalanan adalah sebuah konsep hak
asasi manusia yang meliputi hak seseorang untuk pergi dari tempat ke
tempat dalam wilayah suatu negara, dan meninggalkan negara tersebut dan
kembali ke negara tersebut.
26 Bahder Johan Nasution, Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2011, h. 129.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
16
Secara universal, HAM diartikan sebagai hak kebebasan dasar
manusia yang secara alamiah melekat pada diri manusia, dan tanpa itu
manusia tidak dapat hidup secara wajar sebagai manusia. Sementara itu,
dalam buku “ABC, Teaching of Human Rights” yang dikeluarkan oleh
PBB, HAM didefinisikan sebagai hak-hak yang melekat secara kodrati
pada manusia, dan tanpa itu tidak dapat hidup layaknya seorang manusia.
Miriam Budiardjo mendefinisikan hak asasi sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Miriam
menambahkan, secara umum diyakini bahwa beberapa hak itu dimilikinya
tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, atau jenis kelamin, dan oleh karena
itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa
manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-citanya.27
Kemudian menurut John Locke “Hak Asasi Manusia adalah hak
yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia
dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak)”. Sedangkan menurut
Koentjoro Poerbapranoto“Hak Asasi adalah hak-hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya
sehingga sifatnya suci.28
27 Meriam Budiardjo dalam Darji Darmodiharjo dan Sidarta, Pokok-Pokok Filsafat
Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,
h. 170-171. 28 Masyhur Effendi, Dimensi Dan Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional
Dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, h. 3.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
17
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa, “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.29
Prinsip-prinsip hak asasi manusia terbagi atas 8 (delapan),
yangmenjadi dasar untuk mengkaji hak-hak asasi manusia, baik terhadap
tekstualitas maupun kontekstualitasnya, dalam pengertian
untukmempelajari sejarahnya, instrumen hukum, dan praktek
implementasinyadi lapangan, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan
tidak dapat diambil oleh siapapun. Hal ini dibutuhkan manusia selain
untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan
sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia;30
b. Prinsip pemartabatan terhadap manusia (human dignity), artinya
menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain,
29 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 30 Thor B. Sinaga, Peranan Hukum Internasional Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia,
Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus, h. 95-96. Tersedia di
http://repo.unsrat.ac.id/384/1/PERANAN_HUKUM_INTERNASIONAL_DALAM_PENEGA
KAN_HAK_ASASI_MANUSIA.pdf.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
18
hidup damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan
yang lainnya, serta membangun toleransi sesame manusia;31
c. Prinsip non-diskriminasi, sebenarnya bagian integral dengan prinsip
persamaan, dimana menjelaskan bahwa tiada perlakuan yang
membedakan dalam rangka penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak seseorang. Pembedaan, baik berdasarkan kelas/
bangsa tertentu, agama, suku, adat, keyakinan, jenis kelamin, warna
kulit dan sebagainya, adalah praktek yang justru menghambat realisasi
hak-hak asasi manusia;
d. Prinsip persamaan (equality), prinsip ini bersentuhan atau sangat dekat
dengan prinsip non-diskriminasi. Konsep persamaan menegaskan
pemahaman tentang penghormatan untuk martabat yang melekat pada
setiap manusia;32
e. Prinsip indivisibility, yaitu suatu hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terkait dengan pandangan yang
menyesatkan tentang membedabedakan atau pengutamaan hak-hak
tertentu dibandingkan hak-hak lain. Hak sipil dan politik, sangat tidak
mungkin dipisahkan dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya, karena
keduanya satu kesatuan, tidak bisa dilepaskan satu dengan yang
lainnya;
31 R. Herlambang Perdana Wiratraman, Konstitusionalisme & Hak-Hak Asasi Manusia
Konsepsi Tanggung Jawab Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Human Rights Law
Studies Fac. Of Law Airlangga University Jurnal Ilmu Hukum Yuridika Vol. 20, No. I Januari
2005, h. 4. Tersedia di https://herlambangperdana.files.wordpress.com/2008/06/herlambang-
konstitutionalisme- dan-tanggung-jawab-negara2.pdf. 32 Ibid, h. 4.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
19
f. Prinsip inalienability, pemahaman prinsip atas hak yang tidak bias
dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal
tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan;
g. Prinsip saling ketergantungan (interdependency), prinsip ini juga sangat
dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak-hak yang dimiliki
setiap orang itu tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya
dalam ruang atau lingkungan manapun; dan
h. Prinsip pertanggungjawaban (responsibility), prinsip
pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa
perlunya mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia, serta
menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan
memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukannya.33
Hak-hak sipil dan politik menurut Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Sipil
dan Politik, secara garis besarnya meliputiHakuntuk non diskriminasi,
HakuntukHidup, Hakuntukkebebasandasar, dan Hakuntukbebasbergerak,
berpindah dan bertempattinggal.
Terkait dengan HAM atas Pencegahan dan penangkalan pada
hakekatnya merupakan upaya pembatasan terhadap hak asasi manusia,
karena bertentangan dengan prinsip internasional bahwa setiap orang
berhak untuk melakukan perjalanan keluar maupun masuk ke wilayah
33Ibid, h. 5.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
20
suatu negara. Kemerdekaan dan kebebasan merupakan hak asasi manusia,
tetapi bukanlah kebebasan yang liar tanpa batas. Mien Rukmini
menegaskan implementasi HAM harus senantiasa dikaitkan dengan
kewajiban asasi sebagai bagian dari masyarakat. Oleh karena itu hak dan
kewajiban asasi manusia di Indonesia adalah dwi-tungggal.34 Penghayatan
masing-masing hak tersebut tidak bisa sepenuhnya, oleh karena dibatasi
oleh hak-hak orang lain atau hak-hak pemerintah.35
Pemerintahan Indonesia melaluiUndang-UndangNomor 2 tahun
2005 telahmeratifikasiKovenan International tentanghak-hakSipil dan
Politik, dimana juga didalamnyatermasukdalamhakuntukberpindahtempat
dan memilihtempattinggalnya. Dalamhalpencegahanseseorangwarga
negara Indonesia untukmeninggalkan wilayah Indonesia
merupakanbentukdaripembatasanhakuntukberpindah, namundalampasal 9
ICCPR dapatdilakukannamunharusdengandasaralasan-alasan yang sah dan
sesuaidenganprosedur yang ditetapkan oleh hukum di Negara tersebut.
Namunjikadalah proses pencegahannyatidaksesuaidenganprosedur yang
ada dan dilakukansecaratidaksah, makawarga negara Indonesia
tersebutberhakuntukmendapatkangantirugi yang berhakdiberlakukan.
34Ibid, Rukmini, h. 93. 35 Marbangun Hardjowirogo, Hak-Hak Manusia: Isyu yang Tiada Habisnya Minta
Perhatian, Yayasan Idayu, Jakarta, 1981, h. 7.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
21
1.5.3 Konsep Pencegahan
Peraturan Keimigrasian Indonesia mengenal istilah cekal
digunakan dalam arti pencegahan dan penangkalan.36 Masyarakat awam
mungkin hanya mengenal istilah cekal terhadap orang-orang yang dilarang
untuk meninggalkan wilayah Indonesia. Yang dimaksud dengan
pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang
tertentu untuk keluar Indonesia berdasarkan alasan-alasan tertentu.37
Pencegahan dalam Keimigrasian merupakan larangan yang bersifat
sementara terhadap or- ang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah
Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu dalam waktu
tertentu, dan orang tertentu dalam pengertian di atas ditujukan kepada
warga negara Asing maupun warga negara Indonesia yang akan keluar
Wilayah Indonesia.
Dasar hukum pencegahan terhadap warga Negara Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Keimigrasian, yang
memberikan kewenangan kepada penegak hukum di Indonesia untuk
melakukan pencegahan dalam upaya penegakan hukum.Pencegahan
seorang warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar
negeri didasarkan pada Surat Keputusan pencegahan dari instansi yang
berkepentingan yang meminta Menteri Hukum dan HAM melalui Dirjen
36Djoko Prakoso, 1989, Tugas-Tugas Kejaksaan di Bidang Non Yustisial, Jakarta, Bina
Aksara, 1989, h. 147. 37 Chaerudin et.el, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi,
Bandung: Refika Aditama, 2008, h. 34.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
22
Imigrasi agar nama yang terkena pencegahandimasukkan ke dalam daftar
pencegahan dan untuk melaksanakan pencegahan.
Daftar pencegahan adalah daftar yang memuat identitas, alasan,
dan jangka waktu seseorang yang terkena pencegahan ataupun
penangkalan yang dapat berupa barang cetakan maupun media elektronik.
Dalam Pasal 94 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 ditentukan bahwa:
Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis. Dan memuat sekurang-
kurangnya identitas orang yang terkena pencegahan; alasan pencegahan;
dan jangka waktu pencegahan. Keputusan sebagaimana dimaksud
disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang
terkena pencegahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal penetapan.
Pengaturan lebih mendetail tentang pencegahan diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1994 tentang
tata cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan ditentukan bahwa:
Keputusan pencegahan dan penangkalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) harus memuat identitas
orang yang dikenakan pencegahan atau penangkalan yang meliputi
sekurang-kurangnya:
a) Nama;
b) Umur;
c) Pekerjaan;
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
23
d) Alamat;
e) Jenis kelamin; dan
f) Kewarganegaraan.
Bilamana ketentuan-ketentuan di atas tersebut tidak dapat dipenuhi
secara lengkap, maka unsur mutlak yang harus dipenuhi minimal adalah
nama, jenis kelamin dan kewarganegaraannya.Menurut Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994, alasan dilakukan pencegahan terhadap
seseorang harus secara tegas ditentukan dalam keputusan pencegahan.
Alasan pencegahan terhadap seseorang untuk tidak melaksanakan
perjalanan ke luar negeri meliputi:
1. Pernah diusir atau dideportasi ke Indonesia oleh suatu negara;
2. Pada saat berada di luar negeri melakukan perbuatan yang
mencemarkan nama baik bangsa dan negara Indonesia;
3. Keluar atau masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan
Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan Imigrasi;
4. Menggunakan Surat Perjalanan Republik Indonesia yang palsu; yang
dipalsukan; milik orang lain dengan maksud untuk digunakan secara
tidak berhak;
5. Menyerahkan kepada orang lain Surat Perjalanan Republik Indonesia
yang diberikan kepadanya dengan maksud untuk digunakan secara
tidak berhak;
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
24
6. Menyerahkan Surat Perjalanan Republik Indonesia milik orang lain
kepada orang lain denganmaksud untuk dipergunakan secara tidak
berhak;
7. Memberikan data yang tidak sah atau keterangan yang tidak benar
untuk memperoleh Surat Perjalanan Republik Indonesia atau
sejenisnya yang semuanya masih berlaku;
8. Memiliki atau menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) atau lebih
Surat Perjalanan Republik Indonesia sejenis yang semuanya masih
berlaku;
9. Secara sengaja dan melawan hukum merusak, menghilangkan atau
mengubah, baik sebagian maupun seluruhnya keterangan atau cap
yang terdapat di dalam Surat Perjalanan Republik Indonesia; atau
10. Sedang ditunda pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia yang
dimilikinya.
Lamanya waktu pencegahan atas orang-orang yang terkena
pencegahan dengan masa berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali, yang masing-masing tidak lebih
dari 6 (enam) bulan. Dengan perkataan lain, masa berlaku pencegahan
maksimal 18 (delapan belas) bulan atau satu setengah tahun, dan bilamana
akan dilakukan perpanjangan masa pencegahan, maka dalam surat
keputusan perpanjangan masa pencegahan harus disertai dengan alasan
perpanjangannya hal ini sesuai dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 Pasal 97.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
25
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode sosio-legal. Fakta-fakta di
dalam penelitian ini tidak hanya dilihat secara normatif tetapi juga secara
empiris. Identifikasi yang dilakukan dalam kajian sosio-legal tidak sebatas
teks, melainkan pula pendalaman terhadap konteks, yang mencakup segala
proses, misal sedari ‘law making’ (pembentukan hukum) hingga
‘implementation of law’ (bekerjanya hukum).38 Penelitian ini berbentuk
penelitian evaluatif atau penelitian berupa penilaian terhadap sesuatu yang
telah dijalankan.39
38 Wiratraman, H. P, Penelitian Sosio- Legal Dan Konsekuensi Metodologisnya, 2016. 39 Soekanto, S. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2014.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
26
1.6.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum ini dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu
hukum dengan menggunakan pendekatan Perundang-undangan (statute
approach), pendekatan konseptual (conceptual approach). Langkah-
langkah pendekatan Perundang-undangan (statute approach) dilakukan
dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan Undang-
Undang ini akan melihat tentang konsistensi dan kesesuaian antara suatu
Undang-Undang dengan Undang-Undang lainnya. Hasil telaah tersebut
nantinya yang akan menjadi suatu argumentasi untuk memecahkan isu
yang dihadapi. Selain itu pula, peneliti juga perlu mencari rasio legis dan
dasar ontology dari lahirnya Undang-Undang tersebut.40
Dalam menggunakan pendekatan konseptual atau conceptual
approach, digunakan untuk mengkaji dan menganalisa kerangka pikir atau
kerangka konseptual maupun landasan teoritis sesuai dengan tujuan
penelitian ini yakni mengkaji dasar normatif Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dengan
pendekatan-pendekatan tersebut peneliti akan memperoleh informasi dari
berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk mencari
jawabannya.41
40Ibid, h. 134.
41ibid, h. 133.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
27
1.6.3 Sumber Bahan Hukum
Bahan hukum dalam penelitian ini bersumber pada bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Adapun jabarannya adalah sebagai
berikut:
a. Bahan Hukum Primer
Mengingat Indonesia bekas jajahan Belanda, sebagaimana negara-
negara Eropa Kontinental lainnya dan bekas jajahannya, Indonesia
merupakan penganut civil law system.42 Sehingga sesuai dengan ciri
khasnya, bahan-bahan hukum primer yang utama adalah peraturan
Perundang-undangan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dari pengertian tersebut
dapat dijadikan bahan hukum primer berupa legislasi dan regulasi.43 Bahan
hukum primer dilakukan dengan metode inventarisasi dan kategorisasi.44
Maka untuk bahan hukum primer dalam proposal ini adalah peraturan
Perundang-undangan yang relevan terkait dengan isu hukum di atas :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Amandemen);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri;
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
42Ibid, h. 184.
43Ibid, h. 145.
44 Sherlock Halmes Lekipiouw, Proposal tentang Kewenangan Daerah dalam
Pengelolaan Wilayah Laut (Kajian Hukum Terhadap Pengaturan Tata Ruang Laut Wilayah
kepulauan), h. 3.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
28
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan
International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan
Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia;
8. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 30 Tahun 1994
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan Dan Penangkalan.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan hukum sekunder yang akan digunakan adalah
buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan jurnal-jurnal hukum.
Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti
semacam “petunjuk” ke arah mana peneliti melangkah. Bahan hukum
sekunder yang di gunakan adalah yang memilki relevansi dengan apa
yang hendak diteliti.45 Bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
system kartu catatan (card system),kartu ikhtisar (memuat ringkasan
tulisan sesuai aslinya), kartu kutipan (digunakan untuk membuat
45 Peter Mahmud Marzuki, Opcit, h. 196.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
29
catatan pokok permasalahan) maupun dengan kartu ulasan (berisi
analisis dan catatan khusus penulis).46
1.6.4 Analisis Bahan Hukum
Begitu isu hukum ditetapkan, perlu dilakukan penelusuran untuk
mencari bahan-bahan hukum yang relevan terhadap isu hukum yang
dihadapi.47 Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah
dikumpulkan tersebut kemudian dikelompokkan dan dikaji berdasarkan
pendekatan yang digunakan.
1.7 Pertanggungjawaban Sistematika
Sistematika penulisan hukum ini disusun dan disajikan dalam
empat Bab. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan bagian pendahuluan dalam thesis ini yang berupa
pengantar dari thesis, yang mana memberikan paparan tentangberkaitan
mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaatpenelitian, kajian pustaka, metode penelitian yang kemudian
terbagi dalam 4 (empat) penjelasan yang meliputi : Tipe Penelitian,
Pendekatan Penelitian, Sumber Bahan Hukum dan Analisis Bahan Hukum.
Kemudian pada bagian pendahuluan, diakhiri dengan pertanggungjawaban
sistematika penulisan dalam skripsi.
46 Sherlock Halmes Lekipiouw, Opcit, h. 4.
47 Peter Mahmud Marzuki, Opcit, h.237.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...
30
Bab II skripsi ini menjelaskan rumusan masalah yang pertama
yaitu Pengaturan Pencegahan Keluar Negeri Dalam Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia, yang mana penjelasan atas rumusan masalah ini di
uraikan dalam duasub bab yaitu yang pertama adalah Peraturan
perundang-undangan pencegahan WNI ke luar Negeri, sub bab ke dua
menjelaskan mekanisme pencegahan WNI keluar Negeri menurut
peraturan perundang-undangan.
Bab III skripsi ini menjelaskan rumusan masalah yang kedua yaitu
Implikasi pengaturanpencegahanWarga Negara Indonesia keluar negeri.
Penjelasan atas rumusan masalah ini di uraikan dalam tiga sub bab yaitu
yang pertama, Lembaga yang berwenang mengajukan pencegahan WNI
keluar Negeri dan sub bab yang kedua yaitu akibat adanya pencegahan
WNI yang terjadi di Indonesia.
Dalam Bab IV yakni Bab Penutup, yang mana dalam bab ini
diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan permasalahanyang telah
dikemukakan dalam Bab II dan Bab III. Bab IV ini juga berisi mengenai
saran atas isu hukum pertama dan yang kedua yang dibahas dalam Bab II
dan Bab III.
IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...