ir- perpustakaan universitas airlangga bab i …

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara merupakan sebuah entitas (kesatuan wilayah) dari unsur-unsur pembentukan negara, 1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan kepentingan dari sebuah komunitas (masyarakat setempat) yang berlangsung secara timbal balik dan terkait oleh kesatuan wilayah. 2 Negara sering dikatakan sebagai “kesatuan wilayah” karena wilayah bagi sebuah negara merupakan unsur bermukimnya penduduk, dan tempat bagi efektifitas fungsi sosiologis dan sekaligus tempat politis suatu negara. Suatu negara ketika sudah mampu melaksanakan kekuasaan dan wewenang wilayahnya, artinya wilayah tersebut telah memiliki sebuah “kedaulatan wilayah” (territorial sovereignity) yaitu otoritas khusus untuk melaksanakan kekuasaan dan wewenang di wilayahnya yang merupakan kewenangan tertinggi (highest outority) 3 yang merdeka (independence) dan bebas wilayahnya. Hubungan komunitas di wilayahnya dapat berjalan dengan efektif, tentu 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1996, h. 6. 2 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Cet. III; Rajawali Press, Jakarta, 2002, h.3. 3 Hans Kelsen, Principles of International Law, ed. Robert W. Tucker, Hotf reinhart and Winston Inc, New York 1967, h. 189. 4 Michael Akehurt, Modern Introduction to International Law, Edisi ke- 4, George Allen University, London, 1982, h.14. diperlukan peran serta pemerintah untuk mewujudkan kekuasaan negara tersebut, (independent) 4 dari pengaruh kekuaatanasing (atau negara lain), khususnya untuk 1 IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DINDA KARIN DANISWARI TESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara merupakan sebuah entitas (kesatuan wilayah) dari unsur-unsur

pembentukan negara,1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan kepentingan

dari sebuah komunitas (masyarakat setempat) yang berlangsung secara timbal

balik dan terkait oleh kesatuan wilayah.2Negara sering dikatakan sebagai

“kesatuan wilayah” karena wilayah bagi sebuah negara merupakan unsur

bermukimnya penduduk, dan tempat bagi efektifitas fungsi sosiologis dan

sekaligus tempat politis suatu negara.

Suatu negara ketika sudah mampu melaksanakan kekuasaan dan

wewenang wilayahnya, artinya wilayah tersebut telah memiliki sebuah

“kedaulatan wilayah” (territorial sovereignity) yaitu otoritas khusus untuk

melaksanakan kekuasaan dan wewenang di wilayahnya yang merupakan

kewenangan tertinggi (highest outority)3 yang merdeka (independence) dan bebas

wilayahnya.

Hubungan komunitas di wilayahnya dapat berjalan dengan efektif, tentu

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1996, h. 6. 2 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Cet. III; Rajawali Press,

Jakarta, 2002, h.3. 3 Hans Kelsen, Principles of International Law, ed. Robert W. Tucker, Hotf reinhart and

Winston Inc, New York 1967, h. 189. 4 Michael Akehurt, Modern Introduction to International Law, Edisi ke- 4, George Allen

University, London, 1982, h.14.

diperlukan peran serta pemerintah untuk mewujudkan kekuasaan negara tersebut,

(independent)4 dari pengaruh kekuaatanasing (atau negara lain), khususnya untuk

1

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 2: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

2

pemerintah dengan kewenangan yang diberikan oleh negara diberi tugas untuk

mengorganisir penduduk di wilayahnya. Tugas pemerintah juga untuk memelihara

dan menegakkan kedaulatan serta melindungi setiap warga negaranya dari setiap

ancaman atau tindakan destruktif baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.5

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mengglobal,

telah mengubah pola kehidupan masyarakat yang menjadi semakin dinamis,

interaksi antara masyarakat tidak terbatas hanya pada ruang lingkup antar negara

saja, tetapi juga sudah meliputi pergaulan antar bangsa.Hubungan antarbangsa

sudah mencerminkan adanya hubungan saling ketergantungan sebagai bagian dari

masyarakat internasional.6

Globalisasi dapat dicirikan sebagai perkembangan komunikasi global yang

terjadi secara cepat, sementara melalui pergerakan massa memungkinkan manusia

saling mengenal banyak hal. Globalisasi juga diidentikan dengan

internasionalisasi, artinya terdapat aktivitas meningkatnya hubungan

internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan

identitasnya masing- masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.7

Adanya perkembangan bangsa yang cepat dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi, telah mengakibatkan semakin tingginya mobilitas

pergerakan manusia melewati batas-batas negara dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perkembangan era globalisasi di segala bidang kehidupan masyarakat

5 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Central Authority dan Mekanisme Koordinasi

dalam Pelaksanaan Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana, BPHN, Jakarta 2012, h. 69. 6 Yudi Pratikno, “Analisis dan Evaluasi Undang-undang No.1 Tahun 2006 tentang

Hubungan Timbal Balik dalam Masalah Pidana”, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung,

2007, h. 1. 7 Mudiarti Trisnaningsih, ‘Peranan Hukum di Era Globalisasi’, Litigasi FH Unpas 1338,

1348, 2012, h. 13.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 3: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

3

dimasa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan pengaruhnya hampir di

semua negara, terutama di negara-negara berkembang pada

umumnya.Perkembangan tersebut disamping mempunyai dampak positif bagi

kehidupan manusia antara lain peningkatan hubungan masyarakat yang pesat di

bidang perekonomian dan di bidang perdagangan internasional,8tetapi juga

membawa dampak negative yang dapat merugikan orang perorangan,

masyarakat, dan/atau negara jika dikaitkan dengan pelanggaran tindak pidana

yang melewati batas yurisdiksi sebuah negara, seperti tindakpidanakorupsi,

tindak pidana terorisme, dan tindak pidana pencucian uang.9

Seperti yang diketahui, banyak terjadi upaya pencegahan seorang

terduga dan tersangka sebuah kasus di Indonesia dapat lolos dari kejaran apparat

penegak hokum hingga keluar negeri. Hal ini bias terjadi karena beberapa

kemungkinan, seperti halnya bocornya informasi pengajuan pencegahan oleh

pihak-pihak tidak bertanggung jawab, sehingga terduga atau tersangka sebuah

kasus dapat keluar negeri sebelum surat pencegahan atas dirinya diajukan.

Negara Indonesia memilikiketentuanbahwasetiapwarga Negara Indonesia

berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun hak-hak ini bukan

sesuatu yang tidak dapat dibatasi, karena alasan-alasan tertentu dan untuk

jangka waktu tertentu. Pengaturan mengenai hal tersebut sudah tertuang dalam

produk peraturan perundang-undangan terkait dengan pencegahan warga

Negara Indonesia yang terlibat masalah hukum agar dapat dicegah untuk

8 Romli Atsasmita, Kapita Selekta hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju,

Bandung 1995, h. 1. 9 Mosgan Situmorang, “Perbandingan Hak dan Kewajiban Negara dalam Pemberian

Bantuan Timbal Balik”, Laporan Hasil Penelitian, BPHN, Jakarta 2012, h. 2-3.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 4: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

4

melakukan perjalanan keluar wilayah Negara Republik Indonesia. Pengaturan

perlintasan warga Negara tersebut terkait dengan pembangunan nasional dan

hubungan antar bangsa. Fungsi pencegahan tersebut sangat penting dalam

proses hukum yang sedangwarga Negara Indonesia itujalani.

Pencegahan dalam Keimigrasian merupakan larangan yang bersifat

sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah Negara

Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu dalam waktu tertentu, dan orang

tertentu dalam pengertian di atas ditujukan kepada warga negara Asing maupun

warga negara Indonesia yang akan keluar Wilayah Indonesia.Adanya suatu

permasalahan hukum tersebut menyebabkan besar kemungkinan seseorang warga

Negara Indonesia yang terlibat masalah hukum dapat seenaknya meninggalkan

wilayah Negara Indonesia. Beberapa kasus aktual yang terjadi saat ini seperti

tersangka kasus korupsi yang melarikan diri ke luar negeri dan aset hasil korupsi

yang berada di luar negeri merupakan tantangan bagi aparat penegak hukum di

Indonesia untuk dapat menangkap tersangka atau terpidana di luar yurisdiksi

sistem peradilan Indonesia sekaligus mengembalikan aset hasil tindak korupsi

tersebut. Seperti yang terjadi pada kasus Jiwasraya, dalam portal resmi yang

diungkapkan, 10 (Sepuluh) orang dicekal oleh Kejaksaan Agung terkait kasus

Jiwasraya.10

Timbulnya kejahatan-kejahatan yang berdimensi Internasional ini akan

semakin meningkat.Mengatasi suatu persoalan seperti ini, untuk mengatasinya

tidaklah cukup hanya dilakukan oleh negara secara sendiri-sendiri, tetapi

10Abdu Faisal, Kasus Jiwasraya, Kejaksaan Agung cekal 10 orang keluar Negeri,

https://www.antaranews.com/berita/1225544/kasus-jiwasraya-kejaksaan-agung-cekal-10-orang-

ke-luar-negeri, Jumat 29 Desember 2019, diakses pada 15 April 2021.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 5: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

5

dibutuhkan kerjasama yang terpadu baik secara bilateral maupun multilateral.

Salah satu lembaga hukum yang dipandang dapat menanggulangi kejahatan yang

berdimensi internasional ini adalah ekstradisi. Oleh karena itu, lembaga ekstradisi

muncul seolah-olah ekstradisi sebagai lembaga hukum yang ampuh untuk

menyelesaikannya.11

O.C. Kaligis menjelaskan bahwa segala bentuk upaya paksa, perlakuan

yang tidak adil pada hakikatnya merupakan pelanggaran HAM.12 Oleh karena itu

pembatasan hak seorang warga negara untuk keluar masuk wilayah Indonesia

merupakan pelanggaran terhadap asas praduga tak bersalah dan HAM, karena

negara menjamin kebebasan setiap warga negara Indonesia berhak keluar atau

masuk ke wilayah Indonesia.13 Menurut Djoko Prakoso, pencegahan dan

penangkalan seseorang untuk melakukan perjalanan dari dan ke wilayah Republik

Indonesia pada hakikatnya merupakan pembatasan terhadap hak dan kebebasan

seseorang yang dilindungi undang-undang.14Oleh karena itu, warga Negara yang

terlibat dalam masalah hukum yang berpotensi akan meninggalkan wilayah

Negara Republik Indonesia bisa secara cepat dicegah dengan adanya aturan yang

mengatur hal tersebut. Imigrasi selaku pihak yang memilik otoritas15 di wilayah

perbatasan bisa menjadi bagian terdepan dari upaya membantu mencegah

11 I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Yrama Widya,

Bandung, 2004, h. 127. 12Ibid. OC. Kaligis, h. 116. 13 Hadi Setia Tunggal, 2010, Peraturan Perundang-Undangan Keimigrasian, Harvarindo,

Jakarta, 2010, h. 26. 14 Djoko Prakoso, Tugas-Tugas Kejaksaan di Bidang Non Yustisial, Bina Aksara, Jakarta

1989, h. 149. 15 Otoritas adalah 1) kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam

masyarakat yang memungkinkan pejabatnya menjalankan fungsinya; 2) hak untuk bertindak; 3)

kekuasaan, dan kewenangan; 4) hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk

memerintah orang lain.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 6: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

6

keluarnya warga Negara yang terlibat masalah hukum terutama pada upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pada Prinsipnya pencegahan warga Negara Indonesia yang ingin ke luar

wilayah Republik Indonesia adalah pembatasan terhadap hak dan kebebasan

seseorang yang dilindungan oleh undang-undang. Namun apakah dengan tujuan

untuk melindungi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat umum perlu

dilakukan pencegahan untuk warga Negara Indonesia yang terlibat masalah

hukum yang hendak keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia. Karena

pencegahan yang dilakukan tersebut sangat perlu dilakukan terhadap warga

Negara Indonesia yang ditakutkan nantinya akan mengganggu dan mengancam

stabilitas suatu Negara.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis melakukan suatu

penelitian dengan judul “PENCEGAHAN KELUAR NEGERI BAGI WNI

MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA”.Tujuan yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu untuk

melakukan analisis normatif terhadap peraturan perundang-undangan berkaitan

tentang Keimigrasian dan terkait isu hukum yang akan dibahas dan merumuskan

argumentasi hukum baru berkaitan dengan peraturanperundang-undangan di

Indonesia yang mengatur mengenai pencegahan WNI ke luar negeri.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 7: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

7

1.2 Isu Hukum dan Permasalahan

Beranjak dari latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat

dirumuskan isu hukum dan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pencegahan WNI keluar Negeri menurut Peraturan Perundang-

undangan di Indonesia ?

2. Bagaimana Implikasi pengaturanpencegahanWarga Negara Indonesia

keluar negeri ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Melakukan analisis normatif terhadap peraturan perundang-undangan yang

relevan terkait dengan isu hukum yang telah dikemukakan;

2. Merumuskan argumentasi hukum baru berkaitan dengan

pengaturanperundang-undangan di Indonesia yang mengatur mengenai

pencegahan WNI ke luar negeri dan implikasi daripengaturanpencegahan

WNI ke luar negeri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat dan negara pada

umumnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan

pemasalahan mengenai peraturanperundungang-undangantentang

pencegahan WNI ke luar negeri;

2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dan

memberikandampak psoitif terhadapPemerintahdaripengaturanperundang-

undanganpencegahan WNI ke luar negeri.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 8: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

8

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Konsep Negara Hukum

Ide negara hukum penjaga malam dapat juga disebut negara hukum

liberal atau negara hukum klasik. Negara hukum penjaga malam disebut

sebagai negara hukum liberal karena yang memperjuangkan gagasan

negara penjaga malam adalah golongan masyarakat yang berhaluan

liberal.16 Golongan liberal memperjuangkan ide negara penjaga malam

dengan maksud supaya pemerintah tidak campur tangan dalam kehidupan

individu. Dengan kata lain, negara penjaga malam ternyata telah membuka

kesempatan seluas-luasnya bagi golongan liberal untuk menguasai bidang

ekonomi karena ada kebebasan berusaha. Namun kebebasan berusahan

tersebut menyebabkan golongan borjuis-liberal semakin kaya sedangakan

golongan masyarakat proletar yang jumlahnya lebih besar semakin

kekurangan dan miskin.

Kegagalan ide negara hukum liberal untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi masyarakat mendorong kalahiran ide negara hukum

lain yaitu ide negara hukum formal. Pelopor ide negara hukum formal

16 Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya,

UI Press, Jakarta, 1995, h. 22-23.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 9: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

9

adalah Julius Stahl, menurut Julius Stahl ada 4 unsur Negara hukum

formal, yaitu:17

1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia;

2. Pemisahan kekuasaan;

3. Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan Perundang-

undangan;

4. Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Ide negara hukum formal telah gagal dalam mengikuti

perkembangan masyarakat yang berkembang dengan sangat cepat sebab

ide negara hukum formal sesuai dengan asas legalitas yang sempit

(wetmatig) sangat terikat kepada Undang-Undang. Jika pembentuk

Undang-Undang terlambat membentuk Undang-Undang sesuai dengan

perkembangan masyarakat, pemerintah akan mengalami kesulitan dalam

menanggapi perkembangan-perkembangan baru tersebut. Pemerintah

menjadi tidak memiliki legalitas dalam menanggapi dan menanggulangi

masalah-masalah baru yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.

Karena hal tersebut maka muncul ide negara hukum material, dimana

dalam negara hukum material pemerintah tidak terikat secara kaku kepada

Undang-Undang berdasarkan asas legalitas.

17 Moh. Kusnadi dan Ibrahim Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat

Studi Hukum Tata Negara, Jakarta,1988, h. 112.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 10: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

10

Sedangkan menurut A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri

penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The

Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law;

2. Equality before the law;

3. Due Process of Law.

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius

Stahl tersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga

prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk

menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Bahkan,

oleh “The International Commission of Jurist”, prinsip-prinsip Negara

Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak

memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman

sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara

demokrasi. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum

menurut “The International Commission of Jurists” itu adalah :

1. Negara harus tunduk pada hukum;

2. Pemerintah menghormati hak-hak individu;

3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.18

Menurut Harjono setidak-tidaknya terdapat lima asas normatif yang

fundamental dalam sebuah negara hukum yang demokrasi, yaitu:19

18 Ibid, h. 3.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 11: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

11

1. Asas legaliteit;

2. Perlindungan hak-hak dasar;

3. Asas pengawasan oleh peradilan;

4. Pemisahan kekuasaan;

5. Demokrasi.

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius

Stahl tersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga

prinsip ‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk

menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Sedangkan

menurut Philipus M. Hadjon:“Ide negara hukum (rechtstaat) cenderung

ke arah positivisme hukum, yang membawa konsekuensi bahwa hukum

harus dibentuk secara sadar oleh badan pembentuk Undang-Undang.

Selanjutnya dikatakan bahwa pembentukan Undang-Undang pada

dasarnya dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan pemerintah secara

tegas dan jelas. Pada sisi lain, pembentukan Undang-Undang

dimaksudkan untuk melindungi hak-hak dasar. Di samping itu, usaha

pembatasan hak-hak dasar ternyata juga dengan menggunakan instrumen

Undang-Undang. Karena instrumen utama di dalam negara hukum

adalah Undang-Undang”.20

19 Harjono, Transformasi Demokrasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi, Jakarta, 2009, h. 27-28. 20 Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia,

Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h. 65 dikutip dari Philipus M. Hadjon, Ide Negara Hukum dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Makalah Simposium tentang Politik, Hak Asasi dan

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 12: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

12

Dalam negara hukum yang bersorak civil law system seperti

Indonesia, kehadiran peraturan Perundang-undangan menjadi hal yang

urgent, karena bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam

sistem civil law berupa peraturan Perundang-undangan, kebiasaan-

kebiasaan, dan yurisprudensi. Dari sumber-sumber tersebut yang menjadi

rujukan pertama peraturan Perundang-undangan.21

Menurut Philipus M. Hadjon baik konsep “the rule of law” maupun

konsep “rechtsstaat” menempatkan pengakuan dan perlindungan terhadap

hak-hak asasi manusia sebagai titik sentral.22 Untuk melindungi hak-hak

asasi manusia dalam konsep “the rule of law” mengedepankan prinsip

“equality before the law” dan dalam konsep “rechsstaat” mengedepankan

prinsip “wetmatigheid” kemudian menjadi “rechtmatigheid”. Frans

Magnis Suseno mengemukakan bahwa paham negara hukum berdasarkan

keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum

yang baik dan adil. Hubungan antara yang memerintah dan yang

diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan norma

obyektif yang juga mengikat pihak yang memerintah. Hukum menjadi

Pembangunan Hukum, Makalah disampaikan pada dalam rangka Dies Natalis XL/Lustrum

Universitas Airlangga 3 Nopember 1994, h. 5.

21 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008 h. 305, yang

menyatakan bahwa “dalam rangka menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-lembaga yudisial

maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-sumber tersebut. Dari sumber-sumber itu, yang

menjadi rujukan pertama dalam tradisi civil law adalah peraturan perundang-undangan.”

22 Philipus M. Hadjon II, Op.Cit, h.79-80.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 13: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

13

landasan segenap tindakan negara dan hukum itu sendiri harus benar dan

adil.23

Dari berbagai macam konsepsi terkait interpretasi negara hukum

yang telah ada sebelumnya, Adriaan W. Bedner melakukan sistematisasi

pendekatan-pendekatan Peerenboom dan Tamanaha terkait konsep negara

hukum ke dalam bentuk elemen-elemen.24 Elemen-elemen tersebut secara

garis besar terbagi atas tiga kategori, yaitu elemen-elemen prosedural,

elemen-elemen subtantif dan elemen terkait mekanisme kontrol.

Elemen-elemen prosedural merupakan kategori elemen-elemen

yang berorientasi pada legitimasi tingkah laku sebuah negara dalam

bernegara. Elemen prosedural terdiri atas:

a. Pemerintahan dengan hukum (rule by law);

b. Tindakan negara harus tunduk pada hukum;

c. Legalitas formal (hukum harus jelas dan pasti muatannya, mudah

diakses dan dapat diprediksi pokok perkaranya, serta diterapkan pada

semua orang); dan

d. Demokrasi (persetujuan menentukan atau mempengaruhi muatan dan

tindakan hukum).

Sedangkan elemen-elemen substantif berorientasi pada hal-hal

yang lebih prinsipil. Elemen subtantif terdiri atas:

23 Frans Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Dasar Kenegaraan Modern, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, h. 295. 24 Adriaan W. Bedner et. al, Kajian Socio-Legal, Pustaka Larasan, Denpasar, 2012, h. 76.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 14: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

14

a. Subordinasi semua hukum dan interpretasinya terhadap prinsip-prinsip

fundamental dari keadilan;

b. Perlindungan hak asasi dan kebebasan perorangan;

c. Pemajuan hak asasi sosial; dan

d. perlindungan kelompok.

Adapun kategori ketiga terkait mekanisme kontrol sebagai kategori

elemen dalam negara hukum, terdiri atas:

a. Lembaga peradilan yang independen; dan

b. Lembaga-lembaga lain yang memiliki tanggungjawab dalam menjaga

dan melindungi elemen-elemen negara hukum.25

Perkembangan gagasan negara hukum mulai dari konsep negara

hukum dalam arti ‘sempit’ hingga ‘luas’, ‘formal’ maupun ‘subtantif’,

bahkan pendekatan-pendekatan elementer terhadap negara hukum

menunjukkan trend yang cenderung statis yaitu tetap berorientasi pada

pemerintahan dengan hukum yang berlandaskan atas hukum positif yang

berlaku dan penegakan hukum yang independen.

1.5.2 Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)

Secara umum apa yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM)

adalah hak pokok atau hak dasar, yaitu hak yang bersifat fundamental,

sehingga keberadaannya merupakan suatu keharusan, tidak dapat diganggu

gugat, bahkan harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan dari segala

25Ibid, h. 55-72.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 15: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

15

macam ancaman, hambatan, dan gangguan dari manusia lainnya.Hak

Asasi Manusia merupakan terjemahan dari istilah droits de l’homme

dalam bahasa Perancis, dan dalam bahasa Inggris dikatakan human rights,

atau dalam bahasa Belanda disebut menselijke rechten, yang berarti “hak

manusia”. Di Indonesia umumnya dipergunakan istilah “hak-hak asasi”,

yang merupakan terjemahan dari basic rights dalam bahasa Inggris dan

grondrechten dalam bahasa Belanda. Sebagian orang menyebutkannya

dengan istilah hak-hak fundamental, sebagai terjemahan dari fundamental

rights dalam bahasa Inggris dan fundamentele rechten dalam bahasa

Belanda. Di Amerika Serikat, di samping dipergunakan istilah human

rights, dipakai juga istilah civil rights.26

Dalam hal pembatasan WNI keluar Negeri, konsep dalam Pasal

5International Covenant on Civil and Political Rights(ICCPR) juga

menjelaskan, bahwa Negaramelarang dilakukannya pembatasan atau

penyimpangan HAM mendasar yang diakui atau yang berlaku di negara.

Konsep tersebut juga dapat dikatakan sebagai konsep freedom of

movement. Freedom of movement merupakankebebasan bergerak,

kebebasan mobilitas, atau hak untuk perjalanan adalah sebuah konsep hak

asasi manusia yang meliputi hak seseorang untuk pergi dari tempat ke

tempat dalam wilayah suatu negara, dan meninggalkan negara tersebut dan

kembali ke negara tersebut.

26 Bahder Johan Nasution, Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju,

Bandung, 2011, h. 129.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 16: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

16

Secara universal, HAM diartikan sebagai hak kebebasan dasar

manusia yang secara alamiah melekat pada diri manusia, dan tanpa itu

manusia tidak dapat hidup secara wajar sebagai manusia. Sementara itu,

dalam buku “ABC, Teaching of Human Rights” yang dikeluarkan oleh

PBB, HAM didefinisikan sebagai hak-hak yang melekat secara kodrati

pada manusia, dan tanpa itu tidak dapat hidup layaknya seorang manusia.

Miriam Budiardjo mendefinisikan hak asasi sebagai hak yang

dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan

kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Miriam

menambahkan, secara umum diyakini bahwa beberapa hak itu dimilikinya

tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, atau jenis kelamin, dan oleh karena

itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa

manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan

bakat dan cita-citanya.27

Kemudian menurut John Locke “Hak Asasi Manusia adalah hak

yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia

dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak)”. Sedangkan menurut

Koentjoro Poerbapranoto“Hak Asasi adalah hak-hak yang dimiliki

manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya

sehingga sifatnya suci.28

27 Meriam Budiardjo dalam Darji Darmodiharjo dan Sidarta, Pokok-Pokok Filsafat

Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,

h. 170-171. 28 Masyhur Effendi, Dimensi Dan Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional

Dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, h. 3.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 17: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

17

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa, “Hak Asasi Manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia”.29

Prinsip-prinsip hak asasi manusia terbagi atas 8 (delapan),

yangmenjadi dasar untuk mengkaji hak-hak asasi manusia, baik terhadap

tekstualitas maupun kontekstualitasnya, dalam pengertian

untukmempelajari sejarahnya, instrumen hukum, dan praktek

implementasinyadi lapangan, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan

tidak dapat diambil oleh siapapun. Hal ini dibutuhkan manusia selain

untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan

sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama

manusia;30

b. Prinsip pemartabatan terhadap manusia (human dignity), artinya

menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain,

29 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 30 Thor B. Sinaga, Peranan Hukum Internasional Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia,

Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus, h. 95-96. Tersedia di

http://repo.unsrat.ac.id/384/1/PERANAN_HUKUM_INTERNASIONAL_DALAM_PENEGA

KAN_HAK_ASASI_MANUSIA.pdf.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 18: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

18

hidup damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan

yang lainnya, serta membangun toleransi sesame manusia;31

c. Prinsip non-diskriminasi, sebenarnya bagian integral dengan prinsip

persamaan, dimana menjelaskan bahwa tiada perlakuan yang

membedakan dalam rangka penghormatan, perlindungan dan

pemenuhan hak-hak seseorang. Pembedaan, baik berdasarkan kelas/

bangsa tertentu, agama, suku, adat, keyakinan, jenis kelamin, warna

kulit dan sebagainya, adalah praktek yang justru menghambat realisasi

hak-hak asasi manusia;

d. Prinsip persamaan (equality), prinsip ini bersentuhan atau sangat dekat

dengan prinsip non-diskriminasi. Konsep persamaan menegaskan

pemahaman tentang penghormatan untuk martabat yang melekat pada

setiap manusia;32

e. Prinsip indivisibility, yaitu suatu hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara

yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terkait dengan pandangan yang

menyesatkan tentang membedabedakan atau pengutamaan hak-hak

tertentu dibandingkan hak-hak lain. Hak sipil dan politik, sangat tidak

mungkin dipisahkan dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya, karena

keduanya satu kesatuan, tidak bisa dilepaskan satu dengan yang

lainnya;

31 R. Herlambang Perdana Wiratraman, Konstitusionalisme & Hak-Hak Asasi Manusia

Konsepsi Tanggung Jawab Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Human Rights Law

Studies Fac. Of Law Airlangga University Jurnal Ilmu Hukum Yuridika Vol. 20, No. I Januari

2005, h. 4. Tersedia di https://herlambangperdana.files.wordpress.com/2008/06/herlambang-

konstitutionalisme- dan-tanggung-jawab-negara2.pdf. 32 Ibid, h. 4.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 19: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

19

f. Prinsip inalienability, pemahaman prinsip atas hak yang tidak bias

dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal

tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan;

g. Prinsip saling ketergantungan (interdependency), prinsip ini juga sangat

dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak-hak yang dimiliki

setiap orang itu tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya

dalam ruang atau lingkungan manapun; dan

h. Prinsip pertanggungjawaban (responsibility), prinsip

pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa

perlunya mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk

menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia, serta

menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan

memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukannya.33

Hak-hak sipil dan politik menurut Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2005 Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Sipil

dan Politik, secara garis besarnya meliputiHakuntuk non diskriminasi,

HakuntukHidup, Hakuntukkebebasandasar, dan Hakuntukbebasbergerak,

berpindah dan bertempattinggal.

Terkait dengan HAM atas Pencegahan dan penangkalan pada

hakekatnya merupakan upaya pembatasan terhadap hak asasi manusia,

karena bertentangan dengan prinsip internasional bahwa setiap orang

berhak untuk melakukan perjalanan keluar maupun masuk ke wilayah

33Ibid, h. 5.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 20: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

20

suatu negara. Kemerdekaan dan kebebasan merupakan hak asasi manusia,

tetapi bukanlah kebebasan yang liar tanpa batas. Mien Rukmini

menegaskan implementasi HAM harus senantiasa dikaitkan dengan

kewajiban asasi sebagai bagian dari masyarakat. Oleh karena itu hak dan

kewajiban asasi manusia di Indonesia adalah dwi-tungggal.34 Penghayatan

masing-masing hak tersebut tidak bisa sepenuhnya, oleh karena dibatasi

oleh hak-hak orang lain atau hak-hak pemerintah.35

Pemerintahan Indonesia melaluiUndang-UndangNomor 2 tahun

2005 telahmeratifikasiKovenan International tentanghak-hakSipil dan

Politik, dimana juga didalamnyatermasukdalamhakuntukberpindahtempat

dan memilihtempattinggalnya. Dalamhalpencegahanseseorangwarga

negara Indonesia untukmeninggalkan wilayah Indonesia

merupakanbentukdaripembatasanhakuntukberpindah, namundalampasal 9

ICCPR dapatdilakukannamunharusdengandasaralasan-alasan yang sah dan

sesuaidenganprosedur yang ditetapkan oleh hukum di Negara tersebut.

Namunjikadalah proses pencegahannyatidaksesuaidenganprosedur yang

ada dan dilakukansecaratidaksah, makawarga negara Indonesia

tersebutberhakuntukmendapatkangantirugi yang berhakdiberlakukan.

34Ibid, Rukmini, h. 93. 35 Marbangun Hardjowirogo, Hak-Hak Manusia: Isyu yang Tiada Habisnya Minta

Perhatian, Yayasan Idayu, Jakarta, 1981, h. 7.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 21: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

21

1.5.3 Konsep Pencegahan

Peraturan Keimigrasian Indonesia mengenal istilah cekal

digunakan dalam arti pencegahan dan penangkalan.36 Masyarakat awam

mungkin hanya mengenal istilah cekal terhadap orang-orang yang dilarang

untuk meninggalkan wilayah Indonesia. Yang dimaksud dengan

pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang

tertentu untuk keluar Indonesia berdasarkan alasan-alasan tertentu.37

Pencegahan dalam Keimigrasian merupakan larangan yang bersifat

sementara terhadap or- ang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah

Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu dalam waktu

tertentu, dan orang tertentu dalam pengertian di atas ditujukan kepada

warga negara Asing maupun warga negara Indonesia yang akan keluar

Wilayah Indonesia.

Dasar hukum pencegahan terhadap warga Negara Indonesia diatur

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Keimigrasian, yang

memberikan kewenangan kepada penegak hukum di Indonesia untuk

melakukan pencegahan dalam upaya penegakan hukum.Pencegahan

seorang warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar

negeri didasarkan pada Surat Keputusan pencegahan dari instansi yang

berkepentingan yang meminta Menteri Hukum dan HAM melalui Dirjen

36Djoko Prakoso, 1989, Tugas-Tugas Kejaksaan di Bidang Non Yustisial, Jakarta, Bina

Aksara, 1989, h. 147. 37 Chaerudin et.el, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi,

Bandung: Refika Aditama, 2008, h. 34.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 22: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

22

Imigrasi agar nama yang terkena pencegahandimasukkan ke dalam daftar

pencegahan dan untuk melaksanakan pencegahan.

Daftar pencegahan adalah daftar yang memuat identitas, alasan,

dan jangka waktu seseorang yang terkena pencegahan ataupun

penangkalan yang dapat berupa barang cetakan maupun media elektronik.

Dalam Pasal 94 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 ditentukan bahwa:

Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis. Dan memuat sekurang-

kurangnya identitas orang yang terkena pencegahan; alasan pencegahan;

dan jangka waktu pencegahan. Keputusan sebagaimana dimaksud

disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang

terkena pencegahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak

tanggal penetapan.

Pengaturan lebih mendetail tentang pencegahan diatur dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1994 tentang

tata cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan ditentukan bahwa:

Keputusan pencegahan dan penangkalan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) harus memuat identitas

orang yang dikenakan pencegahan atau penangkalan yang meliputi

sekurang-kurangnya:

a) Nama;

b) Umur;

c) Pekerjaan;

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 23: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

23

d) Alamat;

e) Jenis kelamin; dan

f) Kewarganegaraan.

Bilamana ketentuan-ketentuan di atas tersebut tidak dapat dipenuhi

secara lengkap, maka unsur mutlak yang harus dipenuhi minimal adalah

nama, jenis kelamin dan kewarganegaraannya.Menurut Pasal 5 Peraturan

Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994, alasan dilakukan pencegahan terhadap

seseorang harus secara tegas ditentukan dalam keputusan pencegahan.

Alasan pencegahan terhadap seseorang untuk tidak melaksanakan

perjalanan ke luar negeri meliputi:

1. Pernah diusir atau dideportasi ke Indonesia oleh suatu negara;

2. Pada saat berada di luar negeri melakukan perbuatan yang

mencemarkan nama baik bangsa dan negara Indonesia;

3. Keluar atau masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan

Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan Imigrasi;

4. Menggunakan Surat Perjalanan Republik Indonesia yang palsu; yang

dipalsukan; milik orang lain dengan maksud untuk digunakan secara

tidak berhak;

5. Menyerahkan kepada orang lain Surat Perjalanan Republik Indonesia

yang diberikan kepadanya dengan maksud untuk digunakan secara

tidak berhak;

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 24: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

24

6. Menyerahkan Surat Perjalanan Republik Indonesia milik orang lain

kepada orang lain denganmaksud untuk dipergunakan secara tidak

berhak;

7. Memberikan data yang tidak sah atau keterangan yang tidak benar

untuk memperoleh Surat Perjalanan Republik Indonesia atau

sejenisnya yang semuanya masih berlaku;

8. Memiliki atau menggunakan secara melawan hukum 2 (dua) atau lebih

Surat Perjalanan Republik Indonesia sejenis yang semuanya masih

berlaku;

9. Secara sengaja dan melawan hukum merusak, menghilangkan atau

mengubah, baik sebagian maupun seluruhnya keterangan atau cap

yang terdapat di dalam Surat Perjalanan Republik Indonesia; atau

10. Sedang ditunda pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia yang

dimilikinya.

Lamanya waktu pencegahan atas orang-orang yang terkena

pencegahan dengan masa berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat

diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali, yang masing-masing tidak lebih

dari 6 (enam) bulan. Dengan perkataan lain, masa berlaku pencegahan

maksimal 18 (delapan belas) bulan atau satu setengah tahun, dan bilamana

akan dilakukan perpanjangan masa pencegahan, maka dalam surat

keputusan perpanjangan masa pencegahan harus disertai dengan alasan

perpanjangannya hal ini sesuai dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2011 Pasal 97.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 25: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

25

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode sosio-legal. Fakta-fakta di

dalam penelitian ini tidak hanya dilihat secara normatif tetapi juga secara

empiris. Identifikasi yang dilakukan dalam kajian sosio-legal tidak sebatas

teks, melainkan pula pendalaman terhadap konteks, yang mencakup segala

proses, misal sedari ‘law making’ (pembentukan hukum) hingga

‘implementation of law’ (bekerjanya hukum).38 Penelitian ini berbentuk

penelitian evaluatif atau penelitian berupa penilaian terhadap sesuatu yang

telah dijalankan.39

38 Wiratraman, H. P, Penelitian Sosio- Legal Dan Konsekuensi Metodologisnya, 2016. 39 Soekanto, S. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2014.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 26: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

26

1.6.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu

hukum dengan menggunakan pendekatan Perundang-undangan (statute

approach), pendekatan konseptual (conceptual approach). Langkah-

langkah pendekatan Perundang-undangan (statute approach) dilakukan

dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan Undang-

Undang ini akan melihat tentang konsistensi dan kesesuaian antara suatu

Undang-Undang dengan Undang-Undang lainnya. Hasil telaah tersebut

nantinya yang akan menjadi suatu argumentasi untuk memecahkan isu

yang dihadapi. Selain itu pula, peneliti juga perlu mencari rasio legis dan

dasar ontology dari lahirnya Undang-Undang tersebut.40

Dalam menggunakan pendekatan konseptual atau conceptual

approach, digunakan untuk mengkaji dan menganalisa kerangka pikir atau

kerangka konseptual maupun landasan teoritis sesuai dengan tujuan

penelitian ini yakni mengkaji dasar normatif Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dengan

pendekatan-pendekatan tersebut peneliti akan memperoleh informasi dari

berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk mencari

jawabannya.41

40Ibid, h. 134.

41ibid, h. 133.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 27: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

27

1.6.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum dalam penelitian ini bersumber pada bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder. Adapun jabarannya adalah sebagai

berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Mengingat Indonesia bekas jajahan Belanda, sebagaimana negara-

negara Eropa Kontinental lainnya dan bekas jajahannya, Indonesia

merupakan penganut civil law system.42 Sehingga sesuai dengan ciri

khasnya, bahan-bahan hukum primer yang utama adalah peraturan

Perundang-undangan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dari pengertian tersebut

dapat dijadikan bahan hukum primer berupa legislasi dan regulasi.43 Bahan

hukum primer dilakukan dengan metode inventarisasi dan kategorisasi.44

Maka untuk bahan hukum primer dalam proposal ini adalah peraturan

Perundang-undangan yang relevan terkait dengan isu hukum di atas :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(Amandemen);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri;

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

42Ibid, h. 184.

43Ibid, h. 145.

44 Sherlock Halmes Lekipiouw, Proposal tentang Kewenangan Daerah dalam

Pengelolaan Wilayah Laut (Kajian Hukum Terhadap Pengaturan Tata Ruang Laut Wilayah

kepulauan), h. 3.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 28: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

28

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan

Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia;

8. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 30 Tahun 1994

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan Dan Penangkalan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan hukum sekunder yang akan digunakan adalah

buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan jurnal-jurnal hukum.

Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti

semacam “petunjuk” ke arah mana peneliti melangkah. Bahan hukum

sekunder yang di gunakan adalah yang memilki relevansi dengan apa

yang hendak diteliti.45 Bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

system kartu catatan (card system),kartu ikhtisar (memuat ringkasan

tulisan sesuai aslinya), kartu kutipan (digunakan untuk membuat

45 Peter Mahmud Marzuki, Opcit, h. 196.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 29: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

29

catatan pokok permasalahan) maupun dengan kartu ulasan (berisi

analisis dan catatan khusus penulis).46

1.6.4 Analisis Bahan Hukum

Begitu isu hukum ditetapkan, perlu dilakukan penelusuran untuk

mencari bahan-bahan hukum yang relevan terhadap isu hukum yang

dihadapi.47 Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah

dikumpulkan tersebut kemudian dikelompokkan dan dikaji berdasarkan

pendekatan yang digunakan.

1.7 Pertanggungjawaban Sistematika

Sistematika penulisan hukum ini disusun dan disajikan dalam

empat Bab. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan bagian pendahuluan dalam thesis ini yang berupa

pengantar dari thesis, yang mana memberikan paparan tentangberkaitan

mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaatpenelitian, kajian pustaka, metode penelitian yang kemudian

terbagi dalam 4 (empat) penjelasan yang meliputi : Tipe Penelitian,

Pendekatan Penelitian, Sumber Bahan Hukum dan Analisis Bahan Hukum.

Kemudian pada bagian pendahuluan, diakhiri dengan pertanggungjawaban

sistematika penulisan dalam skripsi.

46 Sherlock Halmes Lekipiouw, Opcit, h. 4.

47 Peter Mahmud Marzuki, Opcit, h.237.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...

Page 30: IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I …

30

Bab II skripsi ini menjelaskan rumusan masalah yang pertama

yaitu Pengaturan Pencegahan Keluar Negeri Dalam Peraturan Perundang-

undangan di Indonesia, yang mana penjelasan atas rumusan masalah ini di

uraikan dalam duasub bab yaitu yang pertama adalah Peraturan

perundang-undangan pencegahan WNI ke luar Negeri, sub bab ke dua

menjelaskan mekanisme pencegahan WNI keluar Negeri menurut

peraturan perundang-undangan.

Bab III skripsi ini menjelaskan rumusan masalah yang kedua yaitu

Implikasi pengaturanpencegahanWarga Negara Indonesia keluar negeri.

Penjelasan atas rumusan masalah ini di uraikan dalam tiga sub bab yaitu

yang pertama, Lembaga yang berwenang mengajukan pencegahan WNI

keluar Negeri dan sub bab yang kedua yaitu akibat adanya pencegahan

WNI yang terjadi di Indonesia.

Dalam Bab IV yakni Bab Penutup, yang mana dalam bab ini

diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan permasalahanyang telah

dikemukakan dalam Bab II dan Bab III. Bab IV ini juga berisi mengenai

saran atas isu hukum pertama dan yang kedua yang dibahas dalam Bab II

dan Bab III.

IR- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DINDA KARIN DANISWARITESIS PENCEGAHAN WARGA NEGARA...