iodium

18
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah Besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur/ elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman. Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak abad lalu walaupun pengaruh positif seaweed atau burntsponges (kaya iodium) terhadap penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman purba di seluruh dunia (Cavalieri, 1980). Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang terjadi akibat respons terhadap defisiensi/kekurangan iodium. Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang terkandung di dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di daerah yang berpengaruh. Walaupun program suplemen tambahan iodium telah mengurangi kekurangan jumlah iodium di berbagai daerah daerah di dunia, masih terlihat masalah kekurangan iodium yang serius di berbagai daerah (Brody, 1999). Daerah Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Tengah, merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang belakangan ini termasuk dalam kelompok yang memiliki angka prevalinsi

Upload: qitut

Post on 25-Jun-2015

2.978 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: iodium

Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah Besi yang dianggap

penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak

sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak

dapat membuat unsur/ elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula,

tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium

yang terkandung dalam makanan serta minuman.

Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak

abad lalu walaupun pengaruh positif seaweed atau burntsponges (kaya iodium) terhadap

penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman purba di seluruh dunia (Cavalieri, 1980).

Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang terjadi akibat

respons terhadap defisiensi/kekurangan iodium.

Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang terkandung di

dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di daerah yang berpengaruh.

Walaupun program suplemen tambahan iodium telah mengurangi kekurangan jumlah

iodium di berbagai daerah daerah di dunia, masih terlihat masalah kekurangan iodium

yang serius di berbagai daerah (Brody, 1999).

Daerah Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Tengah, merupakan salah satu

daerah pesisir pantai yang belakangan ini termasuk dalam kelompok yang memiliki

angka prevalinsi yang cukup tinggi (Thaha, 1996). Sementara itu, Djokomoeldjanto

(1993) mengatakan bahwa daerah pegunungan mempunyai nilai prevalensi yang lebih

tinggi. Dengan demikian perlu dipertanyakan bahwa latarbelakang apa dan mengapa

sampai harus timbul kenyataan yang terbalik dari yang seharusnya. Lewat penulisan

makalah ini, diupayakan untuk memberikan sedikit gambaran terhadap kenyataan

dimaksud. Dengan sudut pandang Ontologi dan Aksiologi Iodium dan Penyebab Masalah

GAKI.

Tinjauan Ontologi Iodium

Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah

anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.

Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur

kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah iodium

Page 2: iodium

yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara

kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar

tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium

adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama

pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang

rendah (25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan

tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody, 1999).

Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi

Iodida yang mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler.

Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami

peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin. Struktur cincin

hidrofenil dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk

hormon dari kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) (Linder, 1992). Iodium

adalah suatu bagian integral dari hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4).

Hormon tiroid kebanyakan menggunakan, jika tidak semua, efeknya melalui

pengendalian sintesis protein. Efek-efek tersebut adalah efek kalorigenik, kardiovaskular,

metabolisme dan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh pituitary (Sauberlich,

1999).

Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk

terikat-plasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa

hormon tiroid utama yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat

prealbumin (Sauberlich, 1999).

Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh

hipotalamus yang kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 dari

tiroglobulin dan membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui tiroid stimulating

hormon (TSH). Kadar T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3, tetapi T3 lebih potensial

dan “turn overnya” lebih cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan jalan

deiodinasi dalam jaringan non-tiroid. Sebagian besar dari kedua bentuk terikat pada

protein plasma, terutama thyroid-binding-globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas

aktivitasnya pada sel-sel target. Dalam sel-sel target dalam hati, banyak dari hormon

Page 3: iodium

tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan kembali kalau memang

dibutuhkan (Linder, 1992).

Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya

sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid

disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon

tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan

lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu,

kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas

dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.

Pangan Sumber Iodium

Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-

beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada buah dan

sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk

susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut

merupakan sumber iodium alamiah. Sumber lain iodium adalah garam dan air yang

difortifikasi (Muchtadi. dkk, 1992). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sauberlich,

(1999) bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik.

Penggunaan garam beriodium di Amerika Serikat diberikan sebagai sumber iodium

penting. Di USA konsumsi garam beriodium per hari per orang mendekati 10 – 12 gram

dimana garam tersebut mengandung 76 mg iodium per gram.

Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang kaya

iodium dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok. Berikut

Gibson (1990) menyebutkan rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan antara

lain : Ikan Tawar 30 mg; Ikan Laut 832 mg; Kerang 798 mg; Daging 50 mg; Susu 47 mg;

Telur 93 mg; Gandum 47 mg; Buah-buahan 18 mg; Kacang-kacangan 30 mg dan

Sayuran 29 mg.

Konsumsi Pangan Sumber Iodium

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi

seseorang (Harper, Deaton and Driskel, 1985). Dengan demikian diharapkan untuk

mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi

Page 4: iodium

yang dibutuhkan oleh kerja tubuh.

Di negara-negara berkembang konsumsi iodium paling banyak diperoleh dari

makanan yang berasal dari laut mengingat air laut mengandung iodium cukup tinggi.

Menurut Nurlaila, dkk (1997) rumput laut dapat digunakan sebagai bahan subtitusi dalam

pengembangan produk sumber iodium antara lain barupa 1) kelompok produk makanan

selingan / makanan jajanan ; 2) kelompok produk lauk-pauk ; 3) kelompok produk sayur-

sayuran.

Tingkat konsumsi pangan hasil laut terus meningkat dari tahun 1968, 1978, 1988

dan 1993 berturut-turut 9.9 ; 11.6 ; 15.4 ; dan 17 kg sedangkan target nasional yang harus

dicapai sebesar 18.6 kg per kapita per tahun. Hal ini menandakan bahwa tingkat

konsumsi ikan di Indonesia masih rendah atau di bawah tingkat konsumsi ikan tersebut.

Tetapi masih terdapat beberapa wilayah di Indonesia seperti Sumatera Barat, Sulawesi

Tenggara, Maluku, Kalimantan Tengah dan Timur mempunyai tingkat konsumsi pangan

hasil laut tinggi melebihi dua kali jumlah konsumsi target nasional (Muhammad dan

Guntur, 1996).

Di USA dan Kanada peningkatan konsumsi iodium adalah dengan suplementasi,

misalnya dengan garam dapur (garam beriodium) dan juga dalam medikasi dan zat-zat

pendiagnosis. Di Indonesia garam termasuk dalam sembilan bahan pangan pokok yang

diperlukan oleh masyarakat dan oleh karena itu merupakan bahan makanan penting.

Secara normal jumlah garam yang dikonsumsi per orang per hari adalah sekitar 5 – 15

gram sedangkan yang dianjurkan yaitu tidak melebihi 6 gram atau satu sendok teh setiap

hari. Hal ini disebabkan karena apa bila konsumsi garam berlebihan dapat memicu

timbulnya berbagai penyakit lain seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi (DitJen

Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1995).

Kebutuhan Iodium

Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa

berkisar 100 – 150 mg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam

mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi

indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah

di dunia, diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA). Adapun

Page 5: iodium

kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain : 1) umur 0 sampai

9 tahun kebutuhannya sebesar 50 – 120 mg ; 2) umur 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150

mg (Pria) ; 3) umur 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150 mg ; 4) Wanita Hamil mendapat

tambahan + 25 mg ; wanita laktasi 0 – 12 bulan sebesar + 50 mg (Muhilal, dkk. 1998).

Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan

untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin khususnya perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi

iodium tidak mencukupi kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan

mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan

perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian

setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan

pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan

mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami

penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang

dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993 dan WHO, 1994).

Masalah GAKI

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau

kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus –

menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat

kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang

ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul

bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).

Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak

terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung

dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi

tanah dengan kadar iodium rendah.

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang

serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan

kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak

Page 6: iodium

defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia

sekolah (Jalal, 1998).

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :

Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini

disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap

kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya

(Djokomoeldjanto, 1994).

Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada

anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid.

Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian

(Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan

prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).

Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus

menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi

ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan

terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling

(Djokomoeldjanto, 1994).

Faktor Geografis dan Non Geografis

Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan

letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di

daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia

gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan

pegunungan Kapur Selatan.

Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai

penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang

miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun

pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium

(Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).

Page 7: iodium

Faktor Zat Gizi Lain

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari

kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh

protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga

defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya

mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya

menurun.

Hormon Thyroid

Kelenjar thyroid merupakan organ yang mensekresikan terutama hormon

3,5,3’-l-triiodotironin ( T 3 ) dan 3,5,3’,5’-l- tetraiodotironin (T 4 ). Hormon ini

membutuhkan Iodium untuk aktifitas biologiknya. Pada kelenjar Thyroid T 3 dan T 4

terikat pada thyroglobulin, tempat berlangsungnya biosintesa hormon ini .

Pembebasan T 3 dan T 4 dari thyroglobulin memerlukan enzim proteolitik yang

distimulasi oleh TSH (atau cAMP) tetapi dihambat oleh Iodium dan oleh Litium seperti

Litium Karbonat yang digunakan untuk terapi manik depresif .Efek ini dimanfaatkan

dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi hiperthyroidisme.

T 3 dan T 4 yang berada di sirkulasi berikatan dengan protein darah yaitu :

- TBG ( 85 % )

- TBPA

- Albumin (sedikit )

Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas)

Mekanisme Kerja

Hormon T 3 dan T 4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang

tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan

afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon reseptor berikatan

pada suatu regio spesifik DNA, menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan

meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen. Dari transkripsi gen–gen ini timbul

perubahan dari tingkat transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA ini

Page 8: iodium

mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini.Protein ini kemudian memperantarai

respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang

→ penting pada usia balita

Patofisiologi

• Pembesaran Thyroid → goiter

• Simple goiter : usaha mengkompensasi produksi hormon thyroid yang kurang

• Jika berat → Hypothyroidisme

• Therapi dengan hormon thyroid eksogen (Levotiroksin) Hipothyroidisme

• Dibedakan : - Kreatinisme

- Miksedema

• Gambaran menonjol : - bradikardi

- hipertensi diastolik

- kulit dan rambut kering

- sensitif terhadap dingin Hiperthyroidisme

• Produksi thyroid berlebihan

• Penyebab bermacam –macam :

- Penyakit Grave → produksi thyroid merangsang IgG mengaktifkan reseptor TSH,

pembesaran difus kelenjar thyroid

- Penyakit Plumer → thyroid membesar pada satu nodul

Fisiologis Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan

metabolisme tubuh.

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui dua cara (Sherwood,

1996) :

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.

2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Page 9: iodium

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk

menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu elemen yang

terdapat di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan

lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid,

sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid dibentuk melalui

penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut

tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin.

Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian

menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu :

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki

efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu

triiodotironin (T3). T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang

terkandung (tiga untuk T3 dan empat untuk T4). Sebagian besar (90%) hormon tiroid

yang dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna.

Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma

(Sherwood, 1996).

mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa

yang meningkat.

PROTEIN DAN ENERGI

Protein sangat diperlukan dalam proses pembentukan sel-sel neuron baru,

pembentukan dan perbaikan sarung myelin, serta dalam pembentukan neurotransmitter,

enzim-enzim dan hormon-hormon. Kekurangan protein dan energi selama stadium dini

kehamilan akan menyebabkan gangguan pada multiplikasi sel-sel neuron fetus. Bayinya

kelak akan mempunyai ukuran kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan besar

badannya (Mardjono et al, 1995). Hasil penelitian pada hewan percobaan, membuktikan

bahwa pembentukan dan perkembangan otak dipengaruhi oleh kandungan dan mutu

protein dalam ransum (Muchtadi, 1996).

Page 10: iodium

Wanita hamil dan menyusui perlu mendapat jumlah energi yang lebih banyak;

bila wanita dewasa memerlukan 2150 Kal energi per hari, maka untuk wanita hamil

diperlukan 2435 Kal energi per hari, sedangkan wanita menyusui memerlukan masukan

energi yang lebih banyak lagi yaitu 2550-2650 Kal per hari. Demikian pula keperluan

akan protein wanita hamil dan menyusui lebih banyak; bila wanita dewasa memerlukan

protein sebanyak 41 g per hari, maka wanita hamil memerlukan sebanyak 50 g per hari,

sedangkan wanita menyusui 54-58 g per hari (Karyadi & Muhilal, 1985).

Anak-anak yang menderita kekurangan energi dan protein (protein energy

malnutrition, PEM) pada umur 1-2 tahun, jumlah sel neuron otaknya tidak berkurang

karena proliferasi sudah terjadi dan sejumlah sel neuron sudah terbentuk. Namun

demikian, gangguan akan terjadi pada diferensiasi dan pembentukan hubungan antar

neuron dicortex cerebri. Jika anak-anak penderita PEM ini di kemudian hari diberi

makanan (energi dan protein) yang cukup, IQ (intelligence quotient) mereka akan tetap

lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak normal (Mardjono et al, 1995).

Pada bayi penderita marasmus, di mana terjadi kurang makan pada tahun pertama

kehidupan bayi, misalnya karena anak terlalu cepat disapih dan kemudian tidak

memperoleh makanan yang cukup, perkembangan otaknya lebih parah lagi, karena

gangguan terjadi pada umur yang lebih muda. Biarpun anak-anak ini kemudian diberi

makan yang cukup dan bergizi tinggi, retardasi pertumbuhan otaknya menetap (Mardjono

et al, 1995). Dilaporkan bahwa jumlah sel otak anak-anak penderita marasmus lebih

sedikit dibandingkan dengan anak normal (Winick & Rosso, 1969). Demikian pula

ukuran sel-sel otak anak-anak penderita marasmus lebih kecil dibandingkan dengan anak

normal (Chase et al, 1974).

DAFTAR PUSTAKA

Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah

Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University

of California at Berkeley, California.

Page 11: iodium

Thaha, A.R. 1996. Pemetaan GAKI di Propinsi Maluku. Kerjasama FKM Unhas dengan

Kanwil DepKes Propinsi Maluku.

Sauberlich, H.E. 1999. Assessment of Nutritional Status. Second Edition. CRC Press.

Boca Raton London New York Washington, DC.

Ganong, W.F. 1989. Review of medical Physiology, 14th Ed. A Lange Medical Book.

Prentice Hall International Inc.

Muchtadi. dkk.1992. Masalah-Masalah Fortifikasi Iodium dalam Penanggulangan

GAKI. PAU. IPB. Bogor.

Soehardjo. 1990. Petunjuk Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. PAU

Pangan dan Gizi. IPB. Bogor

Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press.

Oxford.

Harper, L.J., Deaton and J.A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian

(Penerjemah : Soehardjo). UI Press, Jakarta.

Nurlaila,A., R. Syukur, J. Genisa dan L. Mathius. 1997. Studi Pengembangan Menu

Makanan Rakyat Kaya Iodium dengan Subtitusi Rumput Laut dan Analisa Daya Terima.

Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

DitJen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian

Kapsul Minyak Beriodium. DirJen Pembinaan Gizi Masyarakat. DepKes Jakarta.

Muhilal, Jalal dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi Rata – Rata yang

Dianjurkan. Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta.

WHO. 1994. Indicator for Assesing Iodine Deficiency Disorder and Their Control

Through Salt Iodization. Geneva.

DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Kodyat, B. 1996. Nutritional in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Program

Directorate of community Nutrition, Departemen Health, Jakarta.

http://tumoutou.net/702_05123/intje_picauly.htm

Page 12: iodium

Rabu: 10 09 08 jam 11:40

http://209.85.175.104/search?q=cache:LhfFr8ykQj4J:library.usu.ac.id/modules.php

%3Fop%3Dmodload%26name%3DDownloads%26file%3Dindex%26req%3Dgetit

%26lid

%3D824+protein+dan+pembentukan+hormon+dari+kelenjar+thyroid&hl=id&ct=clnk&c

d=2&gl=id

Mutiara indah 2004

Rabu: 10 09 08 jam 11:50

http://parbutaran.wordpress.com/2008/01/28/thyroid-disease/

Rabu: 10 09 08 jam 12:00